bab v rukun iman a. iman kepada allah 1. hakekat iman

64
75 BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman Kepada Allah Menurut Sayyid Sabiq secara bahasa iman berarti pembenaran hati, sedangkan secara istilah menurut pendapat jumhur ulama adalah: Tasdîqun bilqalbi wa iqrârun billisân wa ‗amalun bil arkâni (membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan). Iman kepada Allah adalah asas pokok ajaran Islam, merupakan akar dan muara seluruh amal dan ibadah. Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, semua sembahan selain-Nya adalah batil. Perhatikan firman Allah Swt di bawah ini: ―Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memeroleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.‖ (QS. Al-Anfal (8): 2-4) Wujud Allah SWT bersifat Muthlaq, artinya Dia adalah sumber keberadaan segala sesuatu. Jadi mustahil adanya alam semesta dan tatanannya tanpa keberadaan-Nya. Tanda-tanda akan wujud-Nya sedemikian jelas dan terasa sehingga dapat ditunjukkan dengan akal, hati, fitrah, dan pancaindra manusia. Akan tetapi wujud Dzat Allah Swt yang bersifat Ghaib, hanya dapat disentuh oleh iman. Al-Quran

Upload: others

Post on 15-Feb-2022

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

75

BAB V

RUKUN IMAN

A. Iman Kepada Allah

1. Hakekat Iman Kepada Allah

Menurut Sayyid Sabiq secara bahasa iman berarti pembenaran hati, sedangkan secara istilah menurut pendapat jumhur ulama adalah:

Tasdîqun bilqalbi wa iqrârun billisân wa ‗amalun bil arkâni

(membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan).

Iman kepada Allah adalah asas pokok ajaran Islam, merupakan akar

dan muara seluruh amal dan ibadah. Allah Swt adalah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, semua

sembahan selain-Nya adalah batil.

Perhatikan firman Allah Swt di bawah ini:

―Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan

ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang

Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memeroleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang

mulia.‖ (QS. Al-Anfal (8): 2-4)

Wujud Allah SWT bersifat Muthlaq, artinya Dia adalah sumber

keberadaan segala sesuatu. Jadi mustahil adanya alam semesta dan tatanannya tanpa keberadaan-Nya. Tanda-tanda akan wujud-Nya sedemikian jelas dan terasa sehingga dapat ditunjukkan dengan akal,

hati, fitrah, dan pancaindra manusia. Akan tetapi wujud Dzat Allah Swt yang bersifat Ghaib, hanya dapat disentuh oleh iman. Al-Quran

Page 2: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

76

mengisyaratkan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap Insan dan hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal

kejadiannya. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Rûm (30): 30,

―Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui‖.

Fitrah Allah, menurut Tafsir Departemen Agama adalah: “Ciptaan

Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan”.

Apabila manusia duduk termenung seorang diri, pikiran mulai tenang, penalaran mulai jernih kemudian mulai bertanya-tanya: “Siapakah

yang menciptakan alam semesta ini? Apa tujuan penciptaan-Nya? Mengapa manusia mengalami tua, sakit dan mati? Setelah kematian apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menciptakan

kesadaran, betapa lemahnya manusia dihadapan-Nya, dan betapa kuasa dan perkasa Dia yang Maha Agung itu. Suara yang didengar itu,

adalah suara fitrah manusia. Setiap orang memiliki fitrah, yang tercipta begitu adanya dari sejak manusia lahir. Apabila suara fithrah yang putih bersih itu direnungkan dan benar-benar tertancap di dalam

jiwa, maka akan terbangun keimanan. Pada saat iman telah bersemi, maka ketergantungan terpateri sepenuhnya kepada Allah Swt semata. Tiada tempat bertaruh diri, tiada tempat menancapkan harapan dan

tiada tempat mengabdi, kecuali kepada-Nya, La haula wa la quwwata illa billahi ‗Aliyyil- ‗Azhim (tiada daya dan tiada pula kuasa, kecuali

bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung). Dan demikian tidak ada lagi rasa takut yang menghantui atau mencengkram, tiada pula rasa sedih akan mencekam. Sebagaimana

dalam firman-Nya QS. Fushshilat (41): 30,

Page 3: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

77

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka

Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka

dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Bisa saja dalam hidup ini manusia mengalami keraguan tentang wujud-Nya, bahkan boleh jadi keraguan tersebut mengantarnya untuk

menolak kehadiran Tuhan dan meninggalkan keimanan. Kemudian keraguan akan beralih menjadi kegelisahan, kebimbangan dan cemas karena bertentangan dengan fitrah manusia. Hal ini seperti halnya

kisah Fira‟un ketika ruhnya akan meninggalkan jasadnya. Dalam al Quran surat Yunus (10): 90-91 dijelaskan sikap Fir‟aun yang ingin

beriman setelah sakaratul maut di depan matanya, maka Allah Swt menolaknya. Ayat ini sekaligus membuktikan bahwa kehadiran Tuhan merupakan fitrah manusia, dan keimanan itu harus tumbuh dari

kesadaran fitrah. Bukan sebaliknya, setelah sekian lama berbuat durhaka, kemudian melihat ancaman Allah Swt tatkala ajal menjelang

tiba, baru setelah itu beriman.

Muara iman adalah fitrah manusia, dengan keyakinan bahwa Allah Swt adalah Dzat Yang Ghaib, tidak mungkin dibuktikan dengan

pancaindra, mengapa demikian? Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Suci, tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Sementara orang yang menuntut bukti wujud dengan pembuktian material, seakan-akan menginginkan, Allah Swt tampil dalam batasan ruang waktu. Dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-A‟raf (7) ayat 143,

―Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung)

kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan

berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada

Page 4: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

78

gunung itu dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci

Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".

Peristiwa ini membuktikan bahwa manusia agungpun tidak mampu untuk melihat-Nya dalam kehidupan dunia ini. Dalam kenyataan sehari hari kita sering mengakui keberadaan sesuatu tanpa harus

melihatnya, seperti: angin, energi listrik, gelombang suara dan gambar, udara, nyawa dan lain-lain. Kita mengakui keberadaan angin tanpa melihat wujudnya hanya merasakan bekas-bekasnya, kita

memanfaatkan gelombang suara dan gambar lewat telivisi, medsos, dan sebagainya. Jadi, sesuatu yang tidak terlihat belum tentu tidak

ada.

Sayyidina Ali pernah ditanya oleh seorang sahabat bernama Zi‟lib Al-Yamani, dia bertanya “Apakah engkau pernah melihat Tuhan?”, Ali

menjawab: “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?” Bagaimana engkau melihatnya? Tanyanya kembali, Ali

menjawab: “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangannya yang kasat, tapi bisa dilihat oleh hati dengan hakikat keimanan”. Karena mata hati jauh lebih tajam dan dapat lebih meyakinkan daripada

pandangan mata, pandangan mata seringkali mengelabui seperti kayu terlihat bengkok di dalam sungai, bintang yang besar terlihat kecil dari

kejauhan, dan lain-lain.

Kalau manusia tidak mungkin melihat Allah Swt secara langsung dengan mata kepala, maka Al-Quran menggunakan seluruh wujud

sebagai bukti keberadaan-Nya, sehingga disebut sebagai ayat-ayat Allah Swt dalam bentuk al-kaun (alam). Banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk melakukan pengamatan dan

penalaran agar diketemukan kesimpulan, bahwa alam raya ini tidak mungkin terwujud tanpa ada yang mewujudkannya. Dzat yang

menciptakan ini adalah Yang Maha Esa, yaitu Allah Swt. Perhatikan firman Allah Swt di bawah ini:

―Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan

aku."

Page 5: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

79

2. Iman Kepada Asma’ (Nama-Nama) Allah dan Sifat-Nya

Kemampuan manusia untuk mengetahui Dzat Allah Swt hanya bisa

dilakukan dengan memahami sifat-Nya. Sifat menggambarkan hakikat dzat, tidak mungkin ada dzat tanpa ada sifat. Sebaliknya, tidak

mungkin ada sifat tanpa ada dzat. Demikian juga tentang Allah Swt, untuk mengetahui hakekat dan wujud-Nya dapat diketahui melalui sifat-sifat dan asma-Nya. Perhatikan firman Allah Swt QS. Al-A‟raf

(7):180,

―Hanya milik Allah asmâ-ul husna maka bermohonlah kepada-Nya

dengan menyebut asmâ-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah

mereka kerjakan.‖

Demikian juga firman-Nya QS. Al-Hasyr (59): 24,

―Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmâul Husna. bertasbih kepadanya apa yang

di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖

Allah Swt menolak segala sesuatu yang menyerupai-Nya dan

menetapkan bahwa Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dia memiliki nama dan sifat tersendiri yang diberikan untuk diri-Nya.

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan untuk

berdo‟a melalui nama-nama-Nya. Hal tersebut menunjukkan keagungan serta kecintaan-Nya kepada orang yang berdo‟a disertai

nama-nama-Nya. Allah mengancam orang-orang yang menyelewengkan asma-Nya dan membalas perbuatan mereka yang buruk itu dengan api neraka.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas nama-nama itu bukanlah sekedar nama kosong yang tidak mengandung makna dan hakekat,

Page 6: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

80

justru menunjukkan kepada nama-nama yang mulia dan agung. Perhatikan firman Allah Swt QS. Al-Hasyr (59): 22-24,

―Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang

ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang

Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka

persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih

kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖

Asma (nama-nama) Allah Swt secara keseluruhan berjumlah 99.

Sebagian dari nama-nama-Nya, terdapat pada ayat-ayat di atas sebagai berikut: al-‗âlim (maha mengetahui), al-rahmân (maha

pemurah), al-rahîm (maha penyayang), al-malik (raja), al-quddûs (maha suci), al-salâm (maha sejahtera), al-mu`min (mengkaruniakan keamanan), al-muhaimin (maha memelihara), al-‗aziz (maha perkasa),

al-jabbar (maha kuasa), al-mutakabbir (memiliki segala keagungan), al-khâliq (yang menciptakan), al-bâri`u (yang mengadakan), al-mushawwiru (yang membentuk rupa), dan al-hakîm (maha bijaksana).

Syekh Ibnu Taimiyah menyebutkan, bahwa bilangan Asma Al-Husna, dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah,

sebagai berikut:

―Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitung dan

memeliharanya, maka ia masuk surga.‖

Page 7: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

81

Di bawah ini dijelaskan secara singkat Asma‟ul Husna (Sayyid Sabiq, 2002: 40-48) sebagai berikut:

1. Al Rahman : Maha pemurah

2. Al Rahim : Maha Penyayang

3. Al Malik : Maha Merajai

4. Al Quddus : Maha Suci

5. Al Salam : Maha Menyelamatkan

6. Al Mu‟min : Maha Pemelihara keamanan

7. Al Muhaimin : Maha Penjaga

8. Al „Aziz : Maha Mulia

9. Al Jabbar : Maha Perkasa

10. Al Mutakabbir : Maha Megah

11. Al Khalik : Maha Pencipta

12. Al Bari‟ : Maha Pembuat

13. Al Mushawwir : Maha Pembentuk

14. Al Ghafar : Maha Pengampun

15. Al Qahhar : Maha Pemaksa

16. Al Wahhab : Maha Pemberi

17. Al Razzaq : Maha Pemberi Rejeki

18. Al Fattah : Maha Membukakan

19. Al „Alim : Maha Mengetahui

20. Al Qabidl : Maha Pencabut

21. Al Basith : Maha Meluaskan

22. Al Khafidl : Maha Menjatuhkan

23. Al Rafi‟ : Maha Mengangkat

24. Al Mu‟iz : Maha Pemberi Kemuliaan

25. Al Mudzil : Maha Pemberi Kehinaan

26. Al Sami‟ : Maha Mendengar

27. Al Bashir : Maha Melihat

Page 8: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

82

28. Al Hakam : Maha Menetapkan Hukum

29. Al „Adil : Maha Adil

30. Al Lathif : Maha Halus (Lembut)

31. Al Khabir : Maha Waspada

32. Al Halim : Maha Penghiba

33. Al „Azhim : Maha Agung

34. Al Ghafur : Maha Pengampun

35. Al Syakur : Maha Pembalas

36. Al „Aliy : Maha Tinggi

37. Al Kabir : Maha Besar

38. Al Hafidh : Maha Pemelihara

39. Al Muqit : Maha Pemberi Kecukupan

40. Al Hasib : Maha Penjamin

41. Al Jalil : Maha Luhur

42. Al Karim : Maha Pemurah

43. Al Raqib : Maha Peneliti

44. Al Mujib : Maha Mengabulkan

45. Al Wasi‟ : Maha Luas

46. Al Hakim : Maha Bijaksana

47. Al Wadud : Maha Pencinta

48. Al Majid : Maha Mulia

49. Al Ba‟its : Maha Membangkitkan

50. Al Syahid : Maha Menyaksikan

51. Al Haq : Maha Benar

52. Al Wakil : Maha Memelihara Penyerahan

53. Al Qawiy : Maha Kuat

54. Al Matin : Maha Kokoh (Perkasa)

55. Al Waliy : Maha Melindungi

56. Al Hamid : Maha Terpuji

Page 9: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

83

57. Al Muhshiy : Maha Penghitung

58. Al Mubdi‟ : Maha Memulai

59. Al Mu‟id : Mengembalikan urusan pada ahlinya

60. Al Muhyi : Maha Menghidupkan

61. Al Mumit : Maha Mematikan

62. Al Hayy : Maha Hidup

63. Al Qayyum : Maha Berdiri

64. Al Wajid : Maha Kaya

65. Al Majid : Maha Mulia

66. Al Wahid : Maha Esa

67. Al Ahad : Maha Tunggal

68. Al Shamad : Maha Dibutuhkan

69. Al Qadir : Maha Kuasa

70. Al Muqtadir : Maha Menentukan

71. Al Muqaddim : Maha Mendahulukan

72. Al Mu‟akhkhir : Maha Mengakhirkan

73. Al Awwal : Maha Permulaan

74. Al Akhir : Maha Penghabisan

75. Al Dzahir : Maha Nyata

76. Al Bathin : Maha Tersembunyi

77. Al Waliy : Maha Menguasai

78. Al Muta‟aliy : Maha Suci

79. Al Bari : Maha Dermawan

80. Al Tawwab : Maha Penerima Taubat

81. Al Muntaqim : Maha Penyiksa

82. Al „Afuw : Maha Pemaaf

83. Al Ra‟uf : Maha Pengasih

84. Al Malikul Mulk : Maha Menguasai Kerajaan

85. Al Dzul Jalal wa al Ikram : Maha Memiliki Kebesaran & Kemuliaan

Page 10: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

84

86. Al Muqsith : Maha Mengadili

87. Al Jami‟ : Maha Mengumpulkan

88. Al Ghaniy : Maha Kaya

89. Al Mughniy : Maha Pemberi Kekayaan

90. Al Mani‟ : Maha Membela/Maha Menolak

91. Al Dharru : Maha Pemberi Bahaya

92. Al Nafi‟ : Maha Pemberi Kemanfaatan

93. Al Nur : Maha Bercahaya

94. Al Hadi : Maha Pemberi Petunjuk

95. Al Badi‟ : Maha Pencipta yang Baru

96. Al Baqi : Maha Kekal

97. Al Warits : Maha Pewaris

98. Al Rasyid : Maha Cendekiawan

99. Al Shabur : Maha Penyabar

Selain asma Allah Swt di atas, maka terdapat sifat wajib bagi Allah

Swt, yaitu sifat yang mesti dan pasti ada pada Dzat Allah. Sedang sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang mesti dan pasti tidak ada

pada Dzat Allah. Adapun sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada pada dzat Allah, dan boleh juga tidak ada pada dzat Allah.

Menurut sebagian Ulama ahli tauhid seperti Syaikhul Islam

Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah, menamakan sifat wajib bagi Allah sebagai sifat dzat bagi Allah, sedang sifat jaiz bagi Allah dinamainya sifat af'al

(perbuatan) bagi-Nya. Adapun sifat mustahil bagi Allah, sebetulnya bukan sifat Allah, karena sifat ini mesti dan pasti tidak ada. Disebut sifat mustahil bagi Allah, hanya konsideran (penyambung lidah) saja

dalam menerangkan kepastian tidak adanya itu sifat. Karena itu, dalam Ilmu Tauhid sifat mustahil ini sebagai lawan sifat wajib dalam rangka menjelaskan kepastian adanya sifat wajib bagi Allah.

Dalam membicarakan sifat wajib bagi Allah, untuk mengetahuinya ti- daklah melalui dzat-Nya, tetapi hanya melalui sifat-Nya. Dzat adalah

sesuatu yang disifati dengan sifat-Nya. Sifat adalah sesuatu yang mensifati dzatnya. Dzat dan Sifatnya tidak tergambar dalam pikiran terjadi pemisahan, Dzat dan sifatnya pasti menyatu. Setiap disebut

Dzat, pasti bersifat. Dan setiap disebut sifat pasti berdzat.

Page 11: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

85

Untuk mengetahui sifat-sifat Allah, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, haruslah melalui wahyu-Nya. Sedang wahyu Allah yang tetap terjamin

kemurniannya hanyalah Al-Qur'an; sebab Al-Qur'an itu firman Allah yang diturunkan (diwahyukan) Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya yang

terakhir, Nabi Muhammad Saw.

Para Ahli Ilmu Tauhid telah merumuskan sifat wajib bagi Allah dari Al-Qur'an. Rumusan mereka itu pada garis besarnya sebagai berikut:

a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat kedirian bagi Allah. Sifat Nafsiyah ini hanya satu, yaitu : 1) wujud (ada). Dalil naqli yang menunjukkan antara lain QS. Ali

Imran (3): 2,

―Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia…‖.

Dalil aqlinya (menurut akal) yang wujud mutlak itu pasti/mesti ada (wajib) sedang yang „adam (tidak ada mutlak) adalah

mustahil. Apa yang dimaksud wujud mutlak ?

Wujud mutlak ialah "sesuatu yang adanya itu, tidak bergantung kepada sebab, tidak didahului oleh sesuatu yang

lain (karena sesuatu yang lain tidak ada); Dia yang terdahulu dari segala sesuatu, adanya Dia dengan dirinya sendiri (bukan

mengadakan diri sendiri, sebab bagaimana mengadakan diri sendiri, padahal diri sendiri belum ada). Jadi yang ada (wujud) itu terbagi dua, yaitu: (1) Ada mutlak (yang ada dengan tidak

diadakan, tetapi ada sendiri, itulah Allah); dan (2) Ada nisbi (yang ada relatif, yaitu ada jika diadakan oleh yang ada mutlak, yaitu oleh Allah, itulah yang disebut makhluk/yang

diciptakan).

b. Sifat Salbiyah, yaitu yang mencabut atau menolak. Maksudnya

adalah "Sifat Salbiyah adalah sifat Allah yang menolak segala sifat yang tidak layak disifatkan kepada-Nya". Artinya, semua sifat yang bukan sifat Allah yaitu sifat alam/sifat makhluk, tertolak dari Allah

oleh sifat Salbiyah. Dengan kata lain, Allah itu tidak serupa dengan makhluk-Nya lantaran Dia (Allah) memiliki sifat Salbiyah. Sifat

Salbiyah itu ada 5 (lima), yaitu :

2) Qidam, yaitu: maha terdahulu sebelum sagala sesuatu ada. Dalil naqlinya antara lain QS. Al-Hadid (57): 3,

Page 12: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

86

―Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.‖

Qidam pada ayat di atas diungkapkan dengan kalimat al-awwalu, artinya yang paling pertama, telah ada sebelum

segala sesuatu ada.

3) Baqa, yaitu: Kekal, tidak habis dan tidak berubah, tetap sebagaimana semula. Dalil naqlinya QS. Al-Hadid (57): 3, pada

ayat di bawah ini kalimat baqâ` disebut sebagai al-âkhiru:

―Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.‖

Sifat baqâ` disebutkan dengan kalimat al-âkhir ialah yang abadi, tetap ada setelah segala sesuatu musnah.

4) Mukhalafatul lil Hawadits, yaitu: berbeda dengan makhluk,

tidak ada yang menyerupai-Nya. Dalil naqlinya lihat QS. Al-Syura (42): 11,

―...Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah

yang Maha Mendengar dan Melihat.‖

5) Qiyamuhu bi nafsihi, yaitu: Berdiri sendiri/ada sendiri, tanpa didirikan dan tanpa diadakan oleh siapapun. Maksudnya

diadakan tanpa diciptakan. Dalil Naqlinya antara lain QS. Al-Baqarah (2): 255,

―Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia

Yang Hidup serta berdiri sendiri (ada dengan sendiri-Nya dan tidak membutuhkan sesuatupun dari makhluk-Nya)…‖

Page 13: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

87

6) Wahdaniyyah, yaitu: yang Maha Esa dan tunggal tidak ada yang mendampingi-Nya. Perhatikan firman-Nya pada QS. Al-

Ikhlas (112): 1,

―Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa‖.

c. Sifat Ma'aniy, yaitu sifat wajib bagi Allah yang dari segi lafazhnya (sebutan) sama dengan sebutan sifat makhluk, tetapi dalam segi

maknanya berbeda. Sifat ma'aniy bagi Allah adalah sempurna (mutlak), sedangkan bagi makhluk tidak sempurna (relatif). Sifat ma'aniy bagi Allah merupakan sifat yang mesti dan pasti ada bagi-

Nya, sedangkan bagi makhluk boleh ada dan boleh juga tidak ada. Oleh karena itu sifat ma'aniy disebut juga sifat tsubutiyah, yaitu

sifat tentang ketetapan keadaan Allah SWT. Sifat ma'aniy ada 7, yaitu : 7) Qudrah, yaitu Allah itu pasti berkuasa terhadap segala sesuatu

(makhluk). Dalil naqlinya antara lain QS. Al-Nur (24): 45,

―...Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu‖.

8) Iradah, Allah berkehendak terhadap segala sesuatu (makhluk). Dalil naqlinya QS. Al-Nahl (16): 40,

―Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami

menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia.‖

9) Ilmu, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, apa saja yang

maujud sebagai makhluk-Nya ini diliputi oleh Pengetahuan-Nya, baik sesuatu yang telah lampau, yang sedang terjadi

maupun yang akan terjadi nanti. Dalil naqlinya antara lain QS. Al-Mujadalah (58): 7,

―Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.‖

Page 14: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

88

10) Hayat, yaitu Allah adalah Maha Hidup. Hidupnya Allah adalah kehidupan yang amat sempurna. Allah hidup dengan sendiri-

nya tanpa ada yang menghidupkan. Dalil naqlinya antara lain QS. Al-Furqan (25): 58,

―Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-

Nya.‖

11) Sama‘, yaitu: Allah itu mendengar segala sesuatu yang maujud

(ada). Dalil naqlinya antara lain QS. Al-Mujadalah (58):1,

―… Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.‖

12) Bashar, yaitu: Allah Maha Melihat segala sesuatu tanpa

dibatasi oleh ruang, waktu dan masa. Dalil Naqlinya antara lain QS. Al-Isra (17): 30,

―… Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat

akan hamba-hamba-Nya.‖

13) Kalam, yaitu: Allah itu berfirman dengan cara menurunkan wahyu melalui Malaikat Jibril kepada para Nabi dan Rasul

Allah. Dalil Naqlinya antara lain QS. An-Nisa (4): 164,

“... dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.”

d. Sifat Ma'nawiyah, yaitu sifat yang dinisbahkan kepada sifat

ma'aniy, karena sifat ma'nawiyah tersebut merupakan penjelasan lanjut dari sifat ma'aniy. Sifat ma'nawiyah ada 7 (tujuh), yaitu :

14) Kaunuhu Qadiran, yaitu keadaan Allah itu Maha Berkuasa.

..

Page 15: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

89

15) Kaunuhu Muridan, yaitu keadaan Alah itu Maha berkehendak.

16) Kaunuhu ‗Aliman, yaitu keadaan Allah itu Maha Mengetahui.

17) Kaunuhu Hayyan, yaitu keadaan Allah itu Maha Hidup.

18) Kaunuhu Mutakalliman, yaitu keadaan Allah itu Maha

Berfirman.

19) Kaunuhu Sami‘an, yaitu keadaan Allah itu Maha Mendengar.

20) Kaunuhu Bashiran, yaitu keadaan Allah itu Maha Melihat.

Page 16: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

90

Soal :

1. Apa arti Iman menurut jumhur ulama?

2. Apa arti Iman kepada Asma dan sifat sifat Allah?

3. Bagaimana cara kita meneladani Asma dan sifat sifat Allah dalam

kehidupan sehari hari?

4. Apa yang harus dilakukan sebagai tanggungjawab kita, apabila mengambil sumber daya alam di bumi ini?

5. Apakah mempercayai persamaan Allah dengan seseorang dalam salah satu Asma dan Sifat-Nya merusak keimanan? Mengapa?

Page 17: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

91

B. Iman Kepada Malaikat

1. Pengertian Malaikat

Menurut bahasa “Malaikat” adalah bentuk jama‘ dari kata “Malak‖, berasal dari kata “Al-Alukah‖ yang bermakna risalah. Sehingga

malaikat dalam pengertian bahasa bermakna para utusan Allah yang diberi tugas untuk mengurusi urusan tertentu. (Shalih bin Fauzan, 1998: 49). Malaikat adalah utusan-utusan Allah untuk berbagai fungsi,

sebagaimana firman Allah:

―Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam

urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang

dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Fâthir (35): 1).

Adapun menurut istilah, ia adalah salah satu jenis makhluk Allah yang

Ia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta mengerjakan semua tugas-tugas-Nya. Sebagaimana Allah jelaskan

dalam firman-Nya:

―Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi, dan

malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. mereka

selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. Al-Anbiyâ (21): 19-20).

Page 18: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

92

Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak

mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya‖. (QS. Al-Anbiyâ (21): 26-27).

2. Asal Penciptaan Malaikat

Malaikat termasuk makhluk Tuhan yang ghaib, karena itu kita wajib percaya keberadaannya, meskipun kita tidak mengetahui hakikatnya

(Masjfuk Zuhdi, 1993: 25). Allah menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam a.s. dari tanah, dan menciptakan jin dari nyala api. (Sayid Sabiq, 2002: 176).

Muslim meriwayatkan hadits dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

―Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua‖. (HR.

Muslim).

Tempat kediaman malaikat itu di langit, namun mereka pun dapat turun dari langit dengan perintah Allah Swt. sebagaimana firman Allah:

―Dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang

ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. (QS. Maryam (19): 64).

Allah Swt. menciptakan malaikat lebih dahulu daripada menciptakan

manusia. Sebelumnya Allah Swt. telah menginformasikan kepada

خللت امملائكة من هور وخلق امجان من مارج من نر وخلق آدم

ا وصف مك مم

Page 19: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

93

malaikat, bahwa akan menciptakan manusia sebagai khalifah fi l-ardhi, sebagaimana firman Allah:

―Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui‖. (QS. Al-Baqarah (2): 30).

3. Kepercayaan Manusia Tentang Malaikat Sebelum Islam

Wujud Malaikat diakui dan tidak diperselisihkan oleh umat manusia sejak dahulu kala. Orang-orang musyrik menyangka para malaikat itu

anak-anak perempuan Allah Swt. Allah telah membantah mereka dan menjelaskan tentang ketidaktahuan mereka dalam firman-Nya:

―Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat

itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban‖. (QS. Al-Zukhruf (43): 19).

Dan firman Allah QS. Al-Shâffât (37): 150-152 sebagai berikut:

―Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)? ketahuilah bahwa Sesungguhnya

mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah

Page 20: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

94

beranak". dan Sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta‖.

4. Sifat-sifat Dasar Malaikat

Sifat-sifat dasar malaikat dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Selalu taat pada perintah Allah SWT. Hal ini tercantum pada (QS. An-Nahl (16): 50).

b. Tidak pernah durhaka kepada Allah SWT. Hal ini tercantum pada

(QS. At-Tahrim (66): 6)

c. Tidak berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Hal ini tercantum pada (QS. An-Najm (53): 27).

d. Tidak pernah sombong dan selalu bertasbih kepada Allah SWT. Hal ini tercantum pada (QS. Al-Anbiya' (21): 19-20).

e. Diciptakan oleh Allah SWT dari nur atau cahaya. Hal ini tercantum pada (HR. Muslim).

f. Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki,

atas izin atau perintah Allah SWT.

g. Sangat teliti dalam melaksanakan semua amanah yang diberikan

oleh Allah SWT.

h. Memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beristiqomah dalam beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

5. Beriman Kepada malaikat

Iman kepada malaikat adalah rukun iman yang kedua. Maksudnya yaitu

meyakini secara pasti, bahwa Allah Swt. mempunyai malaikat yang diciptakan dari nur (cahaya), tidak pernah mendurhakai apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mengerjakan setiap yang Allah

perintahkan kepada mereka.

Menurut Syaikh Abu Bakar jabir al-Jaza „iri (2014: 36-41) menjelaskan, dalil-dalil yang mewajibkan beriman kepada malaikat, yaitu:

a. Dalil Naqli

1) Perintah Allah Swt agar beriman kepada malaikat dan informasi

dari-Nya tentang mereka, sebagaimana firman Allah:

...

Page 21: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

95

“.... Dan barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka

Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. Al-Nisâ (4): 136).

Lihat juga Al-Quran yang senada dengan Ayat di atas, yaitu: QS. Al-Baqarah (2): 98; QS. Al-Nisâ (4): 172; QS. Al-Ra‟d (13): 23-24; QS. Al-Haqqah (69): 17; dan QS. Al-Muddatstsir (74): 31.

2) Berita dari Rasulullah Saw. tentang malaikat berdasarkan hadits dalam doanya ketika shalat malam:

“Ya Allah, Rabb bagi Jibril, Mikail, Israfil, Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui alam ghaib dan alam nyata, Engkau-lah

yang akan memberikan keputusan di antara hamba-hamba-Mu di dalam apa yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan izin-Mu, kepada kebenaran yang diperselisihkan itu.

Sesungguhnya Engkau-lah yang dapat memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus‖. (HR.

Muslim).

Hadits tentang Baitul Ma‘mur, yaitu:

―...Ini adalah Baitul Makmur, setiap hari, tempat ini dikunjungi

70.000 Malaikat untuk melakukan shalat di sana. Setelah mereka kaluar, mereka tidak akan kembali lagi ke tempat ini.‖ (HR.

Bukhari 3207 & Muslim 162).

3) Penglihatan sejumlah besar para sahabat Nabi Saw. kepada malaikat dalam Perang Badar; dan Hadits Iman, Islam, dan Ihsan

dari Umar bin Khaththab r.a. Rasulullah Saw. bersabda, “apakah kalian mengetahui siapa gerangan orang yang bertanya tadi?‖

موات والرض افيل فاطر امس س

انلهم رب جبيل وميكئيل وا

هادة آهت ك بي عبادك فيما كهوا فيه عامم امغيب وامش ت

م آهت هذهم ا

تلفون، اهدن مما اختلف فيه من امحق ب ي

تلي اط مس ل ص تدي من جشاء ا

بعون آمف مل ... هذا امبيت اممعمور ، يصل فيه ك يوم س

م ميه آخر ما عليذا خرجوا مم يعودوا ا

، ا

Page 22: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

96

Para sahabat menjawab: ―Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Rasulullah bersabda: ―Dia adalah Jibril, ia datang kepada kalian

untuk mengajarkan kepada kalian tentang Din (agama) kalian‖. (HR. Muslim).

b. Dalil Aqli

1) Sesungguhnya akal sehat tidak akan mengingkari wujud malaikat dan tidak akan menafikanya. Sebab akal tidak akan mengingkari

atau menafikan, kecuali apabila ada dua hal yang saling bertentangan, seperti sesuatu dikatakan ada dan tidak ada dalam waktu bersamaan, atau ada dua hal yang kontradiktif, seperti ada

gelap dan terang secara bersamaan. Sedangkan beriman kepada malaikat sama sekali tidak demikian.

2) Apabila sudah diakui bersama oleh segenap orang yang berakal bahwa adanya jejak sesuatu menunjukkan adanya sesuatu tersebut, maka sesungguhnya malaikat mempunyai jejak dan

tanda yang memastikan wujud mereka dan menegaskannya. Di antaranya adalah:

a) Sampainya wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Sebab, kebanyakan wahyu itu sampai kepada mereka melalui malaikat Jibril, malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu. Ini

adalah tanda yang sangat jelas, tidak dapat diingkari. Ini membuktikan dan menegaskan adanya malaikat.

b) Kematian manusia karena ruhnya dicabut, juga merupakan tanda yang sangat jelas yang membuktikan eksistensi malaikat maut (QS. Al-Sajdah (32): 11).

c) Terjaganya manusia dari gangguan dan kejahatan jin dan setan sepanjang hidupnya, padahal manusia hidup di sekeliling mereka dan mereka dapat melihatnya, namun manusia tidak

dapat melihatnya. Jin dan setan dapat menyakiti dan mengganggu manusia, sedangkan manusia tidak dapat

menyakiti dan mengganggu mereka atau menolak kejahatan mereka. Itu semua merupakan bukti akan adanya malaikat penjaga manusia. Mereka selalu memelihara dan melindungi

manusia (QS. Al-Ra'd (13): 11).

Page 23: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

97

6. Macam-Macam Malaikat dan Tugasnya

Malaikat adalah hamba Allah Swt. yang dimuliakan dan utusan Allah

yang dipercaya. Allah menciptakan mereka khusus untuk beribadah kepada-Nya. Mereka bukanlah putra-putri Allah dan bukan pula putra-

putri selain Allah. Mereka membawa risalah Allah, dan menunaikan tugas masing-masing di alam ini. Mereka juga bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai tugas-tugas khusus. Di antara mereka

adalah :

a. Malaikat yang ditugasi menyampaikan wahyu Allah kepada Rasul-Nya. Ia adalah Al-Ruh l-amin atau Jibril a.s. (QS. Al-Syu‟arâ (26):

193-194; QS. Al-Takwir (81): 19-21).

b. Malaikat yang diserahi urusan hujan dan pembagiannya menurut

kehendak Allah Swt. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Muslim dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda: “Tatkala seorang laki-laki berada di tanah lapang (gurun), dia mendengar suara di awan,

‗siramilah kebun fulan‘, maka menjauhlah awan tersebut, kemudian menumpahkan air di suatu tanah yang berbatu hitam, maka

saluran air di situ –dari saluran-saluran yang ada—telah memuat air seluruhnya...‖ (HR. Muslim).

Ini menunjukkan bahwa curah hujan yang dilakukan malaikat

sesuai dengan kehendak Allah Swt.

c. Malaikat yang diserahi terompet sangkakala (shur), yaitu Israfil a.s.

ia meniupnya sesuai dengan perintah Allah Swt.dengan empat kali tiupan, yaitu: 1) tiupan faza‘ (mengejutkan), 2) tiupan sha‘aq (kematian), 3) tiupan ba‘ats (kebangkitan), dan 4) tiupan yang

menghancurkan dunia.

d. Malaikat yang ditugasi mencabut ruh, yaitu malaikat maut dan teman-temannya (QS. Al-Sajdah (32): 11; QS. Al-An‟âm (6): 61).

e. Para malaikat penjaga surga. Allah Swt. mengabarkan mereka, ketika menjelaskan perjalanan orang-orang bertakwa (QS. Al-

Zumar (39): 73).

f. Para malaikat penjaga Neraka Jahanam, mereka itu adalah Zabaniyah. Para pemimpinnya ada 19 dan pemukanya adalah

Malaikat Malik a.s. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah, ketika menyipati Neraka saqar dan penduduk neraka (QS. Al-Muddatstsir

(74): 27-30; QS. Al-Zukhruf (43): 77).

Page 24: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

98

g. Para malaikat yang ditugaskan menjaga seorang hamba dalam segala hal ihwalnya. Mereka adalah Mu‘aqqibat (QS. Al-Ra‟d (13):

10-11; QS. Al-An‟âm (6): 61).

h. Para malaikat yang ditugaskan mengawasi amal seorang hamba,

amal yang baik maupun yang buruk. Mereka adalah Al-Kiram l-katibun (para pencatat yang mulia). Mereka masuk golongan Hafazhah (para penjaga). (QS. Al- Zukhruf (43): 80; QS. Al-Infithâr

(82): 10-12).

7. Hubungan Malaikat dengan Manusia

Allah mewakilkan kepada malaikat urusan semua makhluk, termasuk

urusan manusia. Jadi, mereka mempunyai hubungan yang erat dengan manusia semenjak ia berupa sperma. Hubungan ini dijelaskan Ibnu

Qayyim (dalam Fauzan, 1998: 58): “Mereka diserahi urusan penciptaan manusia dari satu fase ke fase yang lain, pembentukannya, penjagaannya dalam tiga lapis kegelapan, penulisan rezeki, amal, ajal,

nasib celaka dan bahagiannya, menyertainya dalam segala urusanya, perhitungan ucapan dan perbuatannya, penjagaan dalam hidupnya,

pencabutan ruhnya ketika meninggal, pembawa ruhnya ketika meninggal, pembawa ruhnya untuk diperlihatkan kepada penciptanya.

Sayyid Sabiq (2002: 187-200) menjelaskan, pekerjaan Malaikat di dunia

yang berhubungan dengan manusia, yaitu:

a. Menggiatkan kekuatan ruhani yang ada dalam diri manusia dengan

mengilhamkan kebaikan dan kebenaran (QS. Al-Baqarah (2): 268).

b. Memohonkan ampunan dan doa bagi orang-orang mukmin (QS. Al-Mu‟min (40): 7-9).

c. Membaca âmîn bersama orang-orang yang shalat, (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa‟i dari Abu Hurairah).

d. Hadir pada shalat Shubuh dan Ashar (HR. Bukhari-Muslim).

e. Malaikat turun ketika Al-Quran dibaca (HR. Bukhari-Muslim).

f. Hadir dalam majelis dzikir (HR. Bukhari).

g. Memohonkan rahmat bagi orang-orang mukmin (QS. Al-Ahzâb (33): 43).

h. Pemberian keberkahan dari Malaikat kepada ahli ilmu yang tawadhu

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

i. Membawakan berita gembira (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Page 25: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

99

j. Menginformasikan terhadap orang yang dicintai atau dibenci oleh Allah (HR. Muslim).

k. Mencatat amal perbuatan (QS. Qâff (50): 16-18; QS. Al-Infithâr (82): 10-12).

l. Memberikan kemantapan hati orang-orang mukmin (QS. Al-Anfal (8): 12).

m. Mencabut nyawa (QS. Al-An‟âm (6): 61).

n. Memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin dengan surga (QS. Fushshilat (41): 30-32).

o. Mengucapkan salam bagi orang-orang yang amalnya baik, ketika

meninggal (QS. Al-Nahl (16): 32).

8. Pekerjaan Malaikat Di Alam Ghaib (Abstrak).

Pekerjaan dan aktifitas malaikat di alam ghaib (abstrak) dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Bertasbih, tunduk dan patuh terhadap Allah Swt. (QS. Al-A‟râf (7):

206; QS. Al-Zumar (39): 75).

b. Memikul arasy (QS. Al-Mu‟min (40): 7; QS. Al-Hâqqah (69): 17)

c. Memberi salam kepada ahli surga (QS. Al-Ra‟d (13): 23-24).

d. Menyiksa penghuni neraka (QS. Al-Tahrim (66): 6; QS. Al-Muddatstsir (74): 27-31.

Page 26: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

100

Soal:

1. Apa arti malaikat menurut bahasa dan istilah?

2. Bagaimana keyakinan orang musyrik tentang malaikat?

3. Apa hukum beriman kepada malaikat? Sebutkan dalilnya?

4. Siapakah malaikat yang ditugasi menyampaikan wahyu? Sebutkan dailnya!

5. Bagaimana hubungan malaikat dengan manusia di dunia?

Page 27: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

101

C. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Beriman kepada kitab kitab Allah adalah salah satu rukun iman,

membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt menurunkan kitab-kitab yang disampaikan kepada para nabi dan rasul dengan

kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Kitab tersebut adalah firman Allah berupa lafadz dan makna sesuai dengan kehendak-Nya. Perhatikan firman Allah Swt dalam QS. Al-Nahl (16): 2,

―Dia menurunkan Para Malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-

Nya, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.‖

Allah Swt mewajibkan orang-orang beriman untuk mengimani kitab-kitab yang pernah diturunkan-Nya tanpa membedakan antara yang satu

dengan lainnya. Perhatikan firman Allah Swt pada QS. Al-Baqarah (2): 136 – 285:

―Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada

Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara

mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Allah Swt menuntun hamba-Nya agar beriman kepada-Nya dan kepada

apa-apa yang diturunkan kepada rasul-Nya. Nabi Muhammad Saw memperoleh kitab Al-Quran yang harus diimani oleh ummatnya. Selain Al-Quran, wajib juga mengimani kitab-kitab yang diturunkan kepada para

nabi terdahulu: Taurat, Zabur, Injil, dan Shuhuf Ibrahim. Perhatikan firman Allah Swt pada QS. An-Nisa (4): 136 :

Page 28: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

102

―Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta

kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.‖

Sabda Rasulullah Saw dalam hadits Jibril tentang rukun iman:

―Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya, para rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.‖ (HR. Al-Bukhari, I/19-20 dan muslim, II/37).

Maka Rasulullah Saw menjadikan iman kepada kitab-kitab Allah sebagai

salah satu rukun iman. Penjelasan Allah Swt tentang kitab-kitab terdahulu:

a. Taurat, Kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa

Perhatikan firman Allah Swt pada QS Al-Maidah (5): 44,

―Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah

diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab

Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.

Page 29: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

103

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.‖

b. Zabur, kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud,

Perhatikan firman Allah Swt pada QS. Al-Nisa (4): 163,

―Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu

sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)

kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.‖

c. Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa

Perhatikan firman Allah Swt pada QS. Al-Maidah (5): 46,

―Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa

putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan

kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”

d. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw yang menghimpun seluruh isi kitab-kitab sebelumnya

Perhatikan firman Allah Swt pada QS. Al-Nahl (16): 89,

Page 30: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

104

―(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami

datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar

gembira bagi orang-orang yang berserah diri.‖

Satu-satunya kitab suci yang Allah Swt turunkan dan masih terjaga

keasliannya adalah Al-Quran, perhatikan ayat di bawah ini, QS. Al-Hijr (15): 9:

―Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.‖

Al-Quran merupakan kitab suci yang Allah Swt turunkan baik dalam bentuk lafadz maupun makna sepenuhnya dari Allah Swt. Fungsi Al-

Quran adalah sebagai: hidayah (petunjuk), bayyinat (penjelas), dan al-furqan (pembeda antara yang haq dengan yang bathil). Perhatikan

ayat di bawah ini:

―(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk

bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…‖

Sementara itu kitab suci selain Al-Quran telah mengalami perubahan di dalamnya, perhatikan ayat Al-Quran di bawah ini:

QS. Al-Baqarah (2) ayat 75,

Page 31: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

105

―Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka

mengetahui?‖

Demikian juga perhatikan ayat Al-Quran QS. Al-Maidah (5) ayat 13,

―(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan

Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja)

melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak

berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.‖

Selain kitab yang wajib dikathui dan diimani, Allah juga menurunkan Shuhuf, seperti Shuhuf Ibrahim. Sebagaimana firman Allah pada QS Al-„Ala (87): 18-19,

―Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang

dahulu, (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa.‖

Page 32: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

106

Soal :

1. Apa arti beriman kepada kitab-kitab Allah secara rinci? Jelaskan dalilnya!

2. Sebutkan beberapa bukti tentang terjadinya pengubahan di dalam Taurat dan Injil?

3. Bagaimana sikap saudara sebagai bukti beriman kepada Al-Quran?

4. Jika saudara meyakini Al-Quran sebagai sumber ajaran agama Islam, apa yang seharusnya dilakukan?

Page 33: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

107

D. Iman Kepada Rasul

1. Pengertian Nabi dan Rasul

Menurut bahasa, Nabi berasal dari kata ―nabba`a‖ yang berarti ―akhbara― (mengabarkan). Jadi nabi adalah orang yang memberitakan

berita dari Allah Swt berdasarkan wahyu. Pengertian lain, nabi berasal dari kata “naba`a“ yang berarti ―irtafa‘a― (tinggi), ini mengandung arti bahwa nabi adalah makhluk yang termulia dan

tertinggi derajat atau kedudukannya.

Sedang rasul ialah seorang laki-laki yang diutus oleh Allah Swt dengan membawa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada

umatnya secara terbuka.

2. Fungsi Nabi dan Rasul

Fungsi nabi dan rasul adalah: (1) menyampaikan berita gembira dan ancaman; (2) mengajak manusia agar beribadah kepada Allah Swt dan membimbing mereka kepada jalan yang diridlai-Nya; dan (3)

menegaskan adanya akhirat, bagi yang beriman surga dan yang ingkar neraka. Perhatikan firman Allah Swt di bawah, QS. Al-Nisa` (4):

165:

―(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan

pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.‖

Sebagaimana kita wajib beriman kepada mereka, maka kita wajib mengimani secara khusus kepada para rasul yang disebutkan namanya oleh Allah. Telah disebutkan di dalam Al-Qur‟an 25 nabi dan

rasul sebagai berikut: Adam, Idris, Nuh, Shalih, Ibrahim, Hud, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq, Ya‟qub, Yusuf, Ayyub, Syu‟aib, Musa, Harun,

Ilyasa, Dzulkifli, Daud, Zakariya, Sulaiman, Ilyas, Yahya, Isa, dan Muhammad Saw. Perhatikan penjelasa ayat di bawah ini QS. Al-Mu‟min (40): 78,

Page 34: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

108

―Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di

antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan

(semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.‖

Jumlah nabi dan rasul seluruhnya, dalam sebuah hadits bahwa Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah Saw.: ―Berapakah jumlah para nabi?‖. Beliau menjawab: ―Mereka berjumlah 124 ribu orang,

sebanyak 315 dari mereka adalah rasul‖ (HR Ahmad dalam musnadnya dan al Bani mengatakan hadits ini shahih). Akan tetapi

yang diterangkan namanya dalam Al-Quran dan wajib diimani sebanyak 25 nabi dan rasul (Lihat QS. Al-An‟am (6): 83 – 86).

3. Sifat Rasulullah Muhammad Saw.

Secara ringkas di antara sifat-sifat Rasulullah Saw adalah:

1) Shidq, artinya jujur tidak ada dusta sedikitpun di dalam dirinya.

Perhatikan firman Allah Swt: QS. Al-Zumar (39) ayat 33.

―Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.‖

2) Amanah, artinya mengemban tugas dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipercaya. Perhatikan firman Allah Swt QS. Al-

Syu‟ara (26): 107,

―Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.‖

Page 35: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

109

3) Tabligh, artinya menyampaikan dengan transparan wahyu atau risalah dari Allah Swt kepada orang lain, tidak menyembunyikan

dan tidak juga merahasiakan wahyu dari Allah Swt karena beliau ma‘shum.

―Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah

memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.‖

4) Fathanah artinya cerdas, Nabi dan Rasul diberi kecerdasan oleh Allah SWT, agar mereka mampu memerangi kaum yang tidak berada dijalan Allah SWT dan mengajaknya untuk berada dijalan

yang benar, yaitu jalan yang di ridhai oleh Allah. Sifat ini, merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang disampaikan

bisa diterima dengan baik kaumnya. Perhatikan firman Allah Swt QS. Al-An‟âm (6): 83:

“Dan Itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi

Maha mengetahui.‖

Sifat-sifat Rasulullah yang lainnya tentu sangat banyak, dalam hadits „Aisyah disebutkan bahwa akhlak Rasulullh adalah Al-Quran.

Salah satu bukti kerasulan adalah mukjizat. Mukjizat artinya kekuatan yang dapat melemahkan musuh, hal yang luar biasa

yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun yang datang dari Allah Swt.

Mukjizat dapat menaklukkan akal sehat untuk tunduk dan

mempercayai apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. Contoh Al-Quran, yang merupakan mukjizat yang dibawa oleh Nabi

Muhammad Saw, menjadi kekuatan yang tidak mampu ditandingi oleh siapapun sekalipun manusia dan jin bersatu untuk membuat

ا بهغت رسانتهۥ وٱلل بك وإ نى تفعم ف أزل إنيك ي ر غ يا سىل به أيها ٱنر ي

ل يهدي ٱنقىو ٱنك ٱلل ٱناس إ ك ي يعص ٦٧فري

Page 36: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

110

satu surat saja. Perhatikan firman Allah Swt di bawah, QS. Al-Baqarah (2): 23:

―Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu

surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.‖

Page 37: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

111

Soal:

1. Apa arti nabi dan rasul, serta jelaskan perbedaannya?

2. Apakah mungkin memperoleh kenabian melalui usaha atau melalui cara-cara tertentu? Jelaskan!

3. Apa yang dimaksud dengan Iman kepada seluruh rasul-rasul Allah?

4. Bagaimana sikap kita sebagai bukti beriman kepada Kerasulan Muhammad Saw?

5. Sikap atau sifat apakah yang ada dalam diri para Rasul yang menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari-hari saudara ?

Page 38: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

112

E. Iman Kepada Hari Akhir

1. Pengertian Hari Akhir

Iman kepada hari akhir merupakan rukun kelima yang wajib diimani oleh setiap orang muslim walaupun tidak diketahui kapan akan

datangnya.Tidak sedikit manusia terlena dengan kehidupan duniawi, lalai dan melupakan kehidupan akhirat. Beriman kepada hari akhir merupakan ciri mukmin dan muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).

(Lihat QS. Al-Baqarah (2): 3).

Rukun Iman yang kelima ialah : percaya kepada adanya hari akhir. Hari akhir disebut juga hari kiamat ialah hari terjadinya kehancuran

bagi alam semesta. Pada saat itulah manusia akan mempertanggung jawabkan amal perbuatannya, hingga masuklah ke surga ataupun ke

neraka.

Pada saat Malaikat Israfil diperintahkan oleh Allah untuk meniup terompet (alam semesta) merupakan peristiwa yang luar biasa belum

terjadi sebelumnya. Pada saat itu hancurlah dunia dengan segala isinya. Alam semesta akan berhamburan serta berantakan, bumi

maupun matahari, gunung-gunung dan lautan semuanya meletus, hingga seluruh makhluk hidup ikut pula hancur lebur mati berpuing-puing tak tertentu lagi, makhluk halus dan tumbuh-tumbuhan pun

hancur lebur. Seluruh sarwa yang ada di alam semesta ini hancur dan musnah kecuali Allah Swt.

Hari akhir juga di sebut hari ba‘ats ialah hari peniupan alam semesta yang kedua oleh Malaikat Israfil untuk menghidupkan manusia kembali. Manusia dibangkitkan untuk dihisab (diperhitungkan)

amalnya ketika ada di dunia. Ba‘ats artinya bangkit. Jadi hari ba‘ats artinya hari manusia dibangkitkan dan dihidupkan kembali di alam akhirat.

2. Landasan Normatif

Terdapat penjelasan yang tegas tentang kepastian akan datangnya

hari akhir di dalam Al-Quran. Karena pentingnya hari akhir, sehingga Allah Swt memberikan berbagai keterangan tentang hari akhir, perhatikan ayat di bawah ini:

“aku bersumpah demi hari kiamat”, (QS. Al-Qiyamah (75): 1).

Pada ayat ini Allah Swt menyebut hari akhir dengan hari kiamat.

Page 39: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

113

Pada ayat selanjutnya Allah Swt menegaskan kepastian akan dibangkitkannya manusia pada hari akhir, dan manusia akan dimintai

pertanggungjawaban.

―Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak

akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi

Allah.” (QS. Al-Thagabun (64): 7).

Pada ayat di bawah ini Allah Swt menjelaskan bahwa keimanan

kepada kitab Allah Swt dipasangkan dengan keimanan kepada hari akhir.

―Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran) yang telah

diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.‖ (QS. Al-Baqarah (2): 4).

Ayat di bawah ini menjelaskan tentang waktu datangnya hari akhir yang disebut dengan al-sâ‘ah adalah merupakan rahasia Allah Swt,

tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Swt.

―Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"

Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi

makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu, melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:

"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi

Page 40: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

114

Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (QS. Al-„Araf (7): 187)

Istilah-istilah lain untuk hari akhir yang ada dalam Al-Quran, yaitu:

a. Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat) (QS. Al-Zumar (39): 60)

b. Yaumul Ba‘ats (Hari Kebangkitan) (QS. Al-Rum (30): 56)

c. Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) (QS. Al-Mukmin (40): 27)

d. Yaumul Din (Hari Pembalasan) (QS. Al-Fatihah (1): 3)

e. Yaumul Fath (Hari Kemenangan) (QS. Al-Sajadah (32): 29)

f. Yaumul Talaq (Hari Pertemuan) (QS. Al-Mukmin (40): 15-16)

g. Yaumul Jam‘i (Hari Berhimpun) (QS. Al-Taghabun (64): 9)

h. Yaumul Taghabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan) (QS. Al-Taghabun (64): 9)

i. Yaumul Khulud (Hari Kekekalan) (QS. Qaf (50): 34)

j. Yaumul Khuruj (Hari Keluar) (QS. Qaf (50): 42)

k. Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan) (QS. Maryam (19): 39)

l. Yaumul Tanad (Hari Panggil-Memanggil) (QS. Al-Mukmin (40): 32)

m. Yaumul Fashl (Hari Keputusan) (QS. Al-Naba‟ (78): 17)

n. As-Sa‘ah (Waktu) (QS. Al-Qamar (54): 1)

o. Al-Akhirah (Akhirat) (QS. Al-A‟la (87): 16-17)

p. Al-Azifah (Peristiwa Dekat) (QS. Al-Najm (53): 57)

q. At-Thammah (Mala Petaka Besar) (QS. Al-Nazi‟at (79): 34)

r. As-Shakhah (Tiupan Sangkakala Yang Kedua)

s. Al-Ghasyiyah (Kejadian Yang Menyelubungi)

3. Ayat-Ayat Kauniyyah dan Dalil Akli

a. Ayat-Ayat Kauniyyah

Peristiwa akan datangnya hari kiamat bisa dilihat dari tanda-tanda indrawi, karena setiap materi akan hancur dan musnah. Begitu juga alam semesta, termasuk bumi yang diinjak oleh setiap hari

mengalami kerusakan (fana), belum lagi datangnya musibah dan bencana yang dilihat oleh indra manusia dari setiap kejadiannya.

Perhatikan Firman Allah di bawah ini :

Page 41: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

115

―Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu

menyaksikannya". setelah itu kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah (2): 55-56)

―Atau apakah (kamu tidak memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia

berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian

menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di

sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan

kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,

kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala

sesuatu." (QS. Al-Baqarah (2) : 259)

Page 42: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

116

―Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan

umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan‖. (QS. Al-An‟am (6): 60)

b. Dalil Akal

1) Penciptaan pertama menjadi argumen bagi adanya penciptaan

kedua, dan Dzat yang mampu memulai pasti mampu mengulangi (QS. Yasin (36): 78-79)

2) Kemampuan membuat sesuatu adalah bukti kemampuan

membuat kebalikannya, seperti keluarnya api panas dari pepohonan yang hijau dan lembab, (QS. Yasin (36): 80)

3) Penciptaan benda yang besar atas penciptaan benda yang lebih kecil (QS. Yasin (36): 81)

4) Kejadian dihidupkannya bumi yang mati atas dihidupkannya

kembali orang yang telah mati (QS. Fushilat (41): 39)

5) Terjadinya bangun setelah tidur atas kebangkitan. Sebab tidur

itu saudaranya mati, dan bangun dari tidur mirip dengan hidup setelah mati (QS. Al-An‟am (6): 60).

6) Kebijaksanaan dan keadilan Allah meniscayakan adanya hari

kebangkitan dan balasan amal (QS. Al-Mu‟minun (23): 115)

4. Tanda-Tanda Akan Datangnya Hari Kiamat

Hari kiamat hanya Allah yang mengetahui, sebagaimana firman Allah:

Page 43: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

117

―Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah

pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi

makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:

"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (QS. Al-„Araf (7): 187).

―Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari

berbangkit itu sudah dekat waktunya‖. (QS. Al-Ahzab (33): 63)

Ketika Nabi Saw ditanya tentang kapan terjadinya hari kiamat, Nabi

mengatakan ketaktahuannya malah Nabi berpesan kepada yang bertanya agar bersiap-siap menghadapinya dan itulah yang lebih baik baginya. Tidak sedikit dalam al-Quran dan hadits telah menyebutkan

beberapa tanda-tanda akan kedatangan hari kiamat

Di antara tanda-tanda hari kiamat, ialah

a. Keluarnya sejenis bintang melata yang akan mengingatkan kepada manusia kepada ayat-ayat Allah Swt.

―Dan apabila perkataan (ketentuan datangnya masa kehancuran alam) telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa

sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.‖ (QS. An-Naml (27): 82).

Page 44: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

118

b. Matahari terbit dari Barat

―Hingga apabila Dia telah sampai ketempat terbenam matahari,

Dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan Dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat

kebaikan terhadap mereka.‖

c. Adanya mahluk sejenis Ya‟juj dan Ma‟juj

―Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan

Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah Kami memberikan sesuatu pembayaran

kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara Kami dan mereka?". (QS. Al-Kahfi (18): 94).

Ya'juj dan Ma'juj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di

muka bumi, sebagai yang telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol.

d. Peredaran bumi yang tidak teratur, karena sudah mendekati

keruntuhannya dan tidak beraturannya hukum alam

―Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat

kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat (tanda-tanda kiamat) dari Tuhanmu, tidaklah

bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum

Page 45: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

119

beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu

sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)". (QS. Al-An‟am (6): 158)

e. Dihancurkannya bangsa Bani Israil

―Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka

merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.‖ (QS. Al-Isra‟ (17): 5)

―Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih

besar.‖ (QS. Al-Isra` (17):6).

5. Beriman kepada hari Akhir sekaligus beriman kepada kematian

Karena nafas dan darah adalah dua unsur pokok yang menandakan kehidupan pada manusia, maka bila tidak terjadi lagi pernafasan dan

peredaran darah, itu berarti bahwa kematian sudah menjadi kenyataan. Jika tanda-tanda vital sudah tidak ada lagi, maka manusia sudah mati.

Kematian menurut Islam adalah berpisahnya roh dengan jasad yang ditandai dengan sakaratul maut. Ketika sakaratul tiba di mana tenaga

telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad, maka tibalah saatnya malaikul maut mengabarkan nasibnya kelak di akhirat. Rasulullah Saw pernah bersabda, “tak seorangpun diantara kalian

yang akan meninggalkan dunia ini, kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga ataupun neraka.

Sikap muslim terhadap kematian menurut Islam:

Page 46: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

120

a. Ajal telah ditentukan bagi manusia dari sejak penciptaan pertama (kelahiran)

―Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu

ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).‖ (QS. Al-An‟am

(6): 2).

b. Kematian tidak akan dapat ditanguhkan

Apabila ajal kematian telah datang, Allah sekali-kali tidak akan menundanya.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah

Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan‖. (QS. Al-Munafiqun (63): 11)

c. Setiap diri akan merasakan kematian

Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri setiap manusia walaupun manusia berusaha untuk menghindarinya. Perhatikan

firman Allah Swt,

―Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa

dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain

hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran,

(3): 185)

Page 47: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

121

d. Kematian akan mengejar siapapun

Manusia tidak akan dapat terhindar dari kematian, meskipun ia

berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik

yang ada di muka bumi. Di mana saja manusia berada, kematian akan mendatanginya. Perhatikan ayat Al-Quran di bawah ini:

―Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini

adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu

(Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir

tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (QS. An-Nisa (4): 78)

―Katakanlah: ―Sesungguhnya kematian yang kamu lari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian

kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “ (QS. Al-Jumuah (62): 8)

e. Kematian datang secara tiba-tiba

Page 48: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

122

―Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan

diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Luqman (31): 34)

6. Alam Kubur

Kejadian di alam kubur tidak seorang pun yang mengetahuinya, kecuali apa yang telah diinformasikan oleh Allah Swt dalam firman-

Nya dan beberapa hadits Rasaulullah Saw.

a. Meneguhkan iman orang yang beriman

―Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;

dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim (14):27)

―Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan

Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat):

"Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mu‟min (40): 45-46)

Hadits:

―Ketika seorang mukmin ditempatkan di kuburnya, maka ia didatangi malaikat lalu ia bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali

Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, itulah yang dimaksud dengan firman Allah, ―Allah meneguhkan (iman) orang-

Page 49: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

123

orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu‖ (HR. Bukhari dan Muslim)

b. Alam kubur menyesakkan kaum munafik dan kafir

Dalam alam kubur tersebut, seseorang akan ditentukan dengan

keimanannya pada waktu dia hidup di dunia. Di dalam kubur setelah ditinggal para pelayatnya akan didatangi malaikat dan ditanyai tentang keimanannya. Hal ini seperti hadits yang

dsampaikan oleh sahabat Anas bin Malik:

―Seorang hamba manakala diletakkan di dalam kubur dan ditinggal oleh para pengantarnya sementara ia mendengar suara terompah

mereka, maka datanglah kepadanya dua malaikat. Setelah keduanya mendudukannya, mereka bertanya kepadanya,

―bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang diutus itu (Muhammah Saw), jika dia seorang mukmin maka ia akan menjawab, ―Aku bersaksi bahwasanya dia adalah hamba Allah dan

utusan-Nya.‖ Maka dikatakan kepadanya, ― Lihatlah tempatmu di neraka Allah telah menggantikannya tempat di surga‖. Maka ia

pun melihat kedua tempat itu, ―Jika ia seorang munafik dan kafir, maka ketika malaikat bertanya kepadanya, ―siapa laki-laki itu?, maka ia menjawab, aku tidak tahu, aku hanya ikut kata orang.

Maka dikatakan kepadanya, ―ternyata engkau tidak tahu‖. Kemudian ia dipukul dengan gada dari besi dengan pukulan yang

sangat keras sampai ia menjerit dengan jeritan yang didengar oleh seluruh makhluk selain jin dan manusia‖ (HR Bukhari dan Muslim).

c. Tatkala kiamat tiba, manusia akan bangkit dari kubur. Kiamat akan

tiba tatkala sangsakala (alam semesta) ditiup oleh malaikat Israfil. Al-Quran telah menyebutkan bahwa peniupan ini terjadi tiga kali

Tiupan untuk menggoncangkan alam

―Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang

dikehendaki Allah. dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.‖ (QS. An-Naml (27):87)

Page 50: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

124

Tiupan untuk kehancuran dan kebinasaan

―Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (QS. Al-Zumar (39):68)

Tiupan untuk kebangkitan kembali dari Kubur

―Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).‖ (QS. Az-Zumar (39):68)

F. Iman Kepada Qadla Dan Qadar

1. Pengertian Qadla dan Qadar

Qadar menurut bahasa yaitu rencana, ketetapan, dan kehendak Allah.

Sedangkan menurut istilah adalah rencana atau ketetapan Allah sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan

mahluk.

Adapun qadhâ` berasal dari qadha - yaqdhi – qadhâ`an - wa

taqdhiyatan ( ةثلضي -كضاء –يلضى –كضى ) yang berarti:

a. Eksekusi. (QS. Al-Baqarah (2): 118).

b. Jatuhnya hukuman (QS. Al-Ahzab (33): 36)

c. Perintah (QS. Yunus (10): 71)

d. Pelaksanaan ketetapan (QS. Al-Ahzab (33): 37)

Sebenarnya, qadha dan qadar ini merupakan dua unsur yang saling berkaitan. Kedua-duanya berkait berkelindan, tidak bisa dipisahkan atau berselisih. Sebab salah satu di antara keduanya merupakan asas

atau pondasi dari bangunan yang lain.

2. Iman kepada Qadha dan Qadar

Iman kepada Qadha dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt telah menentukan segala sesuatu untuk makhluknya. Dapat disimpulkan bahwa qada dan qadar berhubungan

Page 51: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

125

erat satu sama lain, qadar adalah rencana dan ketentuan sementara itu qadha adalah eksekusi dan pelaksanaan dari rencana dan

ketetapan.

Orang kadang menggunakan istilah qada dan qadar dengan satu

istilah yaitu takdir. Jika ada orang terkena musibah lalu orang itu mengatakan “sudah takdir” maksudnya adalah qadar dan qadha.

3. Pembagian Takdir

a. Takdir Mu‟allaq

Takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia disebut mu‘allaq. Mu‟allaq bersal dari kata ‗allaqa, yang artinya

menggantungkan. Jadi ketetapan Allah yang digantungkan pada usaha dan ikhtiar manusia. Contoh: seorang siswa bercita-cita

jadi apoteker, dokter, ahli hukum, ahli komunikasi, dai, ahli ekonomi, ahli tehnik, guru untuk mencapai itu maka dia harus belajar dengan giat supaya bisa menjadi apa yang dicita-

citakannya.

‖Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada

diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ra‟d (13):11).

b. Takdir Mubram

Kata mubram diambil dari kata abrama yang artinya sesuatu yang

sudah definitif, sudah tetap. Takdir mubram adalah takdir yang sudah definitif atau tetap sesuai dengan ketentuan. Contoh: air

mengalir ke tempat yang lebih rendah, api membakar, es bersifat dingin, asap melambung ke udara, benda padat jatuh ke tanah, dan sebagainya. Jadi hukum alam seperti itu sudah tidak dapat

diubah lagi. Perhatikan firman Allah swt di bawah ini:

Page 52: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

126

―…Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui

penyimpangan bagi sunnah Allah itu.‖ (QS. Fathir (35): 43).

4. Kelengkapan Iman Kepada Qadha dan Qadar

Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara yang akan disebut kelengkapannya. Keempat kelengkapan itu adalah pengantar untuk memahami masalah takdir. Barang siapa yang

mengaku beriman kepada takdir, maka dia harus merealisasikan semua rukun-rukunnya. Sebab, bagian satu akan bertalian dengan bagian lainnya. Barang siapa yang mengakui semuanya, baik dengan

lisan, keyakinan dan amal perbuatan, maka keimanannya kepada takdir telah sempurna. Namun, barang siapa yang mengurangi salah

satunya atau lebih, maka keimanannya kepada takdir telah rusak. Keempat kelengkapan itu adalah:

a. Ilmu

Beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali mengenai apa-apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa

yang tidak terjadi, baik secara global maupun terperinci, di seluruh penjuru langit dan bumi serta di antara keduanya. Allah Maha Mengetahui semua yang diperbuat makhluk-Nya sebelum mereka

diciptakan, mengetahui rizki, ajal, amal, gerak, dan diam mereka, serta mengetahui siapa di antara mereka yang sengsara dan

bahagia.

―Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui

bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala

sesuatu.‖ (QS. Al-Talaq (65): 12)

b. Al-Kitabah (Penulisan)

Mengimani bahwa Allah Swt telah menuliskan apa yang telah

diketahui-Nya berupa ketentuan-ketentuan seluruh makhluk hidup di dalam al-Lauhul Mahfuzh. Suatu kitab yang tidak meninggalkan

sedikit pun dari sesuatu di dalamnya, semua yang terjadi, apa

Page 53: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

127

yang akan terjadi, dan segala yang telah terjadi hingga hari Kiamat, ditulis di sisi Allah Ta‟ala dalam Ummul Kitab.

―Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang

demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang

luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.‖

(QS. Al-Hadid (57): 22-23)

c. Masyi`atullah (Kehendak Allah)

Bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah sesuai dengan keinginan dan kehendak (iradah dan masyiah) Allah yang berputar di antara rahmat dan hikmah. Allah memberi

petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dengan hikmah-

Nya. Dia tidak boleh ditanya mengenai apa yang diperbuat-Nya, karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya, tetapi kita, sebagai makhluk-Nya yang akan ditanya tentang apa yang terjadi

pada kita.

“Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di

langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Fathir (35): 44)

―Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali

apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.‖ (QS. At-Takwir, (81): 29)

Page 54: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

128

―Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, ‗Jadilah!‘ maka terjadilah ia.‖ (QS.

Yâsîn (36): 82)

d. Al-Khalq ( Penciptaan )

Bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segala sesuatu yang tidak ada pencipta selain-Nya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dan segala sesuatu selain Allah adalah makhluk.

―Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.‖ (QS. Az-Zumar (39): 62)

―Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak

mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan

Dia menetapkan ukuran-ukuranya dengan serapi-rapinya.‖ (QS. Al-Furqan (25): 2)

5. Hikmah Beriman Kepada Qada Dan Qadar

1) Dapat membangkitkan semangat dalam bekerja dan berusaha, serta memberikan dorongan untuk memperoleh kehidupan yang

layak di dunia ini.

2) Tidak membuat sombong atau takabur, karena ia yakin kemampuan manusia sangat terbatas, sedang kekuasaan Allah

Maha Tinggi.

3) Memberikan pelajaran kepada manusia bahwa segala sesuatu

yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan ketentuan dan kehendak Allah Swt.

4) Mempunyai keberanian dan ketabahan dalam setiap usaha serta

tidak takut menghadapi resiko, karena ia yakin bahwa semua itu tidak terlepas dari takdir Allah Swt.

5) Selalu merasa rela menerima setiap yang terjadi pada dirinya,

karena ia mengerti bahwa semua berasal dari Allah Swt. Dan akan dikembalikan kepadanya, sebagai firman Allah Swt yang artinya,

―(Yaitu) orang orang yang apabila di timpa musibah, mereka

mengucapkan : bahwasanya kami ini bagi (kepunyaan) Allah, kami semua ini pasti kembali lagi kepadaNya.‖ (QS. Al-Baqarah (2):

156)

Page 55: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

129

6. Dampak Beriman kepada Qada dan Qadar dalam Kehidupan Muslim

Beriman kepada takdir akan mengantarkan kita kepada sebuah hikmah penciptaan yang mendalam, yaitu bahwasanya segala sesuatu

telah ditentukan. Sesuatu tidak akan menimpa kita kecuali telah Allah tentukan kejadiannya, demikian pula sebaliknya. Apabila kita telah faham dengan hikmah penciptaan ini, maka kita akan mengetahui

dengan keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu yang datang dalam kehidupan kita tidak lain merupakan ketentuan Allah atas diri kita. Sehingga ketika musibah datang menerpa perjalanan hidup kita,

kita akan lebih bijak dalam memandang dan menyikapinya. Demikian pula ketika kita mendapat giliran memeroleh kebahagiaan, kita tidak

akan lupa untuk mensyukuri nikmat Allah yang tiada henti.

Manusia memiliki keinginan dan kehendak, tetapi keinginan dan kehendaknya mengikuti keinginan dan kehendak Rabbnya. Golongan

Ahlus Sunnah menetapkan dan meyakini bahwa segala yang telah ditentukan, ditetapkan dan diperbuat oleh Allah memiliki hikmah dan

segala usaha yang dilakukan manusia akan membawa hasil atas kehendak Allah. Setiap manusia tidak boleh memasrahkan diri kepada takdir tanpa melakukan usaha apa pun, karena hal ini akan

menyelisihi sunnatullah. Oleh karena itu berusahalah semampunya, kemudian bertawakallah. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

―Dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui.‖ (QS. Al-Anfal (8): 61)

Dan jika kita mendapatkan musibah atau cobaan, janganlah berputus asa dari rahmat Allah dan janganlah bersungut-sungut, tetapi

bersabarlah. Karena sabar adalah perisai seorang mukmin yang dia bersaudara kandung dengan kemenangan. Ingatlah bahwa musibah

atau cobaan yang menimpa kita hanyalah musibah kecil, karena musibah dan cobaan terbesar adalah wafatnya Rasulullah Saw,

sebagaimana disebutkan dalam hadits sabdanya,

―Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah

musibah yang menimpaku, sungguh ia merupakan musibah yang paling besar.‖ (HR. Ad-Darimi)

Apabila hati kita telah yakin dengan setiap ketentuan Allah, maka

segala urusan akan menjadi lebih ringan, dan tidak akan ada

Page 56: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

130

kegundahan maupun kegelisahan yang muncul dalam diri kita, sehingga kita akan lebih semangat lagi dalam melakukan segala

urusan tanpa merasa khawatir mengenai apa yang akan terjadi kemudian. Karena kita akan menggenggam tawakal sebagai

perbekalan ketika menjalani urusan dan kita akan menghunus kesabaran kala ujian datang menghadang.

7. Implikasi Iman Bagi Kehidupan Manusia

a. Terbebasnya jiwa manusia dari takut mati.

Hal itu karena seorang mukmin yakin bahwa manusia pasti mati, dan kematian itu ada di tangan Allah. Kalau ajal manusia telah

tiba, maka ajal itu tidak bisa ditunda sesaatpun juga, dan ia tidak bisa lari dari kematian itu walaupun, ia berada di benteng yang

sangat kuat. Firman Allah:

―Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.‖ (QS. Al-Munafiqun,

(63) :11)

―Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.― (QS.

An-Nisa (4) : 78 )

Apabila keyakinan ini telah melekat pada hati seorang muslim, maka ia tidak akan pernah merasa takut dan hina dalam

memertahankan dan menegakkan agama pada kondisi bagaimanapun juga, lebih-lebih ia yakin bahwa keberaniannya tidak akan mengurangi umurnya sedikit pun juga dan bahwa

pengecut tidak akan menambah umurnya sedikitpun juga.

b. Terbebasnya jiwa manusia dari takut tidak mendapatkan rizki.

Seorang mukmim yakin bahwa rezeki ada di tangan Allah. Seseorang betapapun tinggi jabatannya dan kedudukannya tidak bisa mengurangi rezeki siapapun juga. Firman Allah :

―Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh―. (QS. Al-Dzariyat, 51:58).

Page 57: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

131

Dalam ayat lain Allah berfirman :

―Dan tidak ada suatu binatang melatapun (makhluk yang bernyawa) melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.― (QS. Hud (11): 6)

Dewasa ini banyak orang yang tidak berani melaksanakan ajaran agamanya atau menyatakan hak dan melaksanakan amar ma‟ruf dan nahi munkar lantaran ambisi terhadap sesuap nasi, dengan

anggapan komitmennya melaksanakan ajaran Islam dan konsistennya mengerjakan kebenaran akan mengancam

makannya. Mereka lupa bahwa yang maha pemberi rezeki itu adalah Allah Swt. Orang–orang yang mereka takutkan mengancam adalah seperti mereka juga, tidak bisa memberikan manfaat dan

bahaya, tidak bisa memberikan rezeki sedikitpun kecuali yang ditentukan Allah. Sikap yang benar adalah bahwa keberanian

menegakkan kebenaran pada diri sendiri dan orang lain tidak akan mengurangi rezeki sedikitpun juga. Sebagaimana takut menegakkan kebenaran tidak akan menambah rezeki sedikitpun

juga.

c. Terbebasnya jiwa manusia dari sifat egois, kikir dan rakus.

Tabiat manusia sangat mencintai harta, ia kikir dan rakus. Firman Allah:

―Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan― (QS. Al-Fajr (89): 20)

―Dan adalah manusia itu sangat kikir.― (QS. Al-Isra‟ (17): 100)

Tabiat manusia semacam ini adalah tabiat manusia yang tidak tersentuh aqidah. Jika aqidah Islam telah merasuk ke dalam lubuk hati seorang manusia, maka ia akan terbebas dari sifat cinta harta,

egois, kikir, dan semacamnya, bahkan ia akan mengutamakan orang lain dalam kesenangan, dan mau berkorban untuk membela

orang lain. Seorang mukmin yakin bahwa harta yang ada di

Page 58: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

132

tangannya, pada dasarnya milik Allah, ia akan senang hati melaksanakan perintah Allah pada hartanya seperti zakat, infak

dan sedekah. Seorang mukmin yakin bahwa mengeluarkan zakat, infak dan sedekah merupakan sebab mendapatkan ridho Allah.

Pada waktu yang bersamaan ia yakin bahwa zakat, infaq, sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan akan menyebabkan harta itu menjadi berkah dan berkembang.

Firman Allah :

―Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah

sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala

yang besar.” (QS. Al-Hadid (57) : 7)

―Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan

menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba‟ (34) : 39)

Sabda Rasulullah saw. :

―Sedekah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan menambah seorang hamba lantaran memaafkan kecuali

kemuliaan, dan seseorang tidaklah tawadhu‘ karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.‖ (HR. Tirmidzi).

d. Hati yang selalu ingat kepada Allah.

Seorang muslim yakin bahwa Allah selalu mengetahui dan mengawasi tingkah laku hamba-Nya, baik yang dilakukan terang-

terangan ataupun secara sembunyi. Orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah yang selalu mengawasinya akan meninggalkan

ا ، وما ثواضع ل عزما هلصت صدكة من مال ، وما زاد رجلاا بعفو ا

. )رواه امترمذي ( ل رفعه الل ا آحد لل

Page 59: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

133

larangan-larangan Allah; ia tidak mencuri, menipu, berkhianat dan sebagainya. Ia tidak akan mengambil sedikitpun harta yang

bukan miliknya sekalipun harta itu melimpah ruah, dan sekalipun ia seorang fakir miskin.

Jadi, orang yang kuat imannya akan selalu meninggalkan maksiat, karena ia yakin bahwa Allah selalu melihatnya walaupun tidak seorangpun yang melihatnya. Orang yang melakukan maksiat

menunjukan bahwa hatinya sedang lemah. Firman Allah :

―Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhanya Allah

mengetahui apa yang ada di di langit dan apa yang ada di bumi ? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah

yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara ) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan

Dia ada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa

yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu.― (QS. Al-Mujadalah (58): 7 )

Jika seandainya pada suatu waktu melakukan maksiat karena lalai,

seorang muslim yang hatinya selalu ingat kepada Allah akan segera menghindari kelalaiannya, dia akan segera taubat dan mohon ampun kepada Allah.

―Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu

Page 60: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

134

memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak

meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran (3):135)

e. Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai jahiliyah.

Islam membagi masyarakat kepada dua bagian : masyarakat

Islam dan masyarakat jahiliyah. Masing-masing masyarakat ini mempunyai standar nilai dan ciri yang berbeda-beda. Di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah punya sangkaan atau pandangan

yang tidak benar terhadap Allah (QS. Ali-Imran (3) : 154), seperti keyakinan orang-orang musyrikin jahiliyah bahwa malaikat anak

Allah. Dalam urusan kehidupan manusia, masyarakat jahiliyah tidak berhukum kepada hukum Allah, tetapi berhukum kepada hukum manusia (QS. Al-Maidah (5):50). Di antara ciri masyarakat

jahilyah juga adalah berprilaku jahiliyah, seperti prilaku kaum wanitanya yang memamerkan aurat dan dandanannya (QS. Al-

Ahzab (33):33). Begitu juga di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah menjadikan ikatan kesukuan (hubungan darah), nasionalisme (hubungan tanah air) atau hubungan kepentingan

bersama sebagai dasar ikatan berkumpul dan berserikat, bukan atas dasar kebenaran (QS. Al-Fath (48):26).

Islam membangun masyarakat atas dasar pandangan atau keyakinan yang benar, Allah-lah yang menciptakan dan mengatur alam ini. Allah-lah satu-satunya ilah yang berhak diibadahi dan

ditaati, dan hanya Allah-lah yang memiliki segala sifat keagungan dan kesempurnaan. Islam menetapkan hanya Allah yang berhak memutuskan aturan dan hukum, orang yang membuat aturan

yang bertentangan dengan aturan Allah berarti ia telah merampas hak Allah. Dan orang yang mentaati aturan yang bertentangan

dengan aturan Allah tersebut berarti telah memberikan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Islam menghendaki tingkah laku yang baik dan akhlak yang lurus mendominasi masyarakat.

Untuk itu Islam melarang wanita memamerkan aurat dan dandanannya, lemah lembut dalam berbicara sehingga mendorong

laki-laki untuk berbuat jahat terhadap mereka. Islam melarang pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita yang akan membawa menyebarnya perbuatan yang tercela. Islam menjadikan ikatan

aqidah dan agama sebagai dasar dalam bermasyarakat, berkumpul dan bersatu, bukan ikatan hubungan darah, tanah air atau kepentingan bersama.

Page 61: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

135

f. Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.

Seorang mukmin ketika meyakini bahwa segala urusan ada di

tangan Allah, dan tidak seorangpun yang mampu memberikan manfaat dan bahaya, ia akan menghadapi segala kesulitan dengan

lapang dada, penuh kerelaan dan pasrah diri, sehingga ia bersikap sabar serta mengharapkan pahala dari Allah. Pada waktu yang sama keimanan dapat meringankan rasa sakit dan

kesedihan.

―Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali

dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.‖ (QS. At-Taghabun (64):11)

Sabda Rasulullah saw. :

―Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin itu. Perkaranya

semua baik, dan itu tidak ada pada seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapatkan kegembiraan bersyukur, itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan bersabar, itupun baik

baginya.― (HR. Muslim ).

g. Terbebasnya jiwa manusia dari sikap zalim.

Islam mewajibkan umatnya bersikap adil dan sekaligus melarang mereka bersikap zalim, serta memerintahkan mereka untuk mencegah kezaliman dari orang lain. Misi umat Islam dalam setiap

ekspansi (futuhat) adalah mengeluarkan umat manusia dari sempitnya dunia kepada luasnya akhirat dan dari zalimnya agama-agama kepada adilnya Islam. Dalam menegakkan keadilan, Islam

tidak membeda-bedakan kerabat atau keturunan seperti tekad Rasulullah yang akan memotong tangan putrinya Fatimah jika

mencuri.

h. Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat.

Jika seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya

Allah yang mengetahui hal-hal yang ghaib, memiliki manfaat dan bahaya, maka sudah barang tentu ia akan terbebas dari

anggapan-anggapan bahwa ada kekuatan selain Allah yang dapat mengetahui hal-hal yang ghaib serta dapat memberikan manfaat

Page 62: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

136

kepada seseorang dan dapat menghindarkannya dari bahaya. Dengan demikian ia tidak akan meminta pertolongan kepada

tukang sihir, dukun, paranormal atau siapapun juga, karena mereka tidak mengetahui hal-hal yang ghaib dan tidak memiliki

manfaat dan bahaya untuk dirinya dan orang lain. Meminta pertolongan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat seperti mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, mendapatkan jodoh dan

sebagainya; atau agar terhindar dari bahaya seperti sembuh dari penyakit, aman dari orang yang memburunya dan semacamnya, dengan keyakinan mereka itu bisa memberikan manfaat dan

menghindarkan dari bahaya yang mengancamnya adalah merupakan perbuatan syirik yang dapat mengeluarkannya dari

keimanan.

Page 63: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

137

Soal:

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hari akhir?

3. Jelaskan tanda-tanda hari kiamat?

4. Jelaskan argumen Akal dan Indrawi tentang akan datangnya hari kiamat?

5. Bagaimana hubungan antara kematian dan hari kiamat?

6. Bagaimana dampak percaya kepada hari kiamat dalam kehidupan seorang Muslim?

7. Jelaskan kematian menurut Islam?

8. Uraikan tanda-tanda akan datang kematian?

9. Jelaskan apa yang dimaksud makna Qadha?

10. Jelaskan apa yang dimaksud makna Qadar?

11. Uraikan perbedaan antara taqdir mubram dan taqdir Muallaq?

12. Jelaskan bagaimana sikap seorang muslim terhadap qadha dan qadar?

13. Jelaskan bagaimana sikap seorang muslim terhadap taqdir mubram dan taqdir muallaq?

14. Berikan contoh-contoh dari taqdir mubram dan muallaq?

15. Jelaskan apa hikmah percaya kepada qadha dan qadar?

16. Sebutkan minimal 5 nama untuk hari akhir?

17. Terangkan makna dari yaumul fath?

18. Terangkan makna dari yaumul jam‘i?

19. Makna dari yaumul hasrah?

20. Terangkan tanda-tanda akan datangnya hari kiamat?

21. Jelaskan makna kematian menurut ajaran Islam?

22. Terangkan menurut Al-Quran akibat dari peniupan yang dilakukan malaikat Israfil terhadap alam semesta?

Page 64: BAB V RUKUN IMAN A. Iman Kepada Allah 1. Hakekat Iman

138

QS. Ibrahim [14]: 24 – 27

Artinya: (24) Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah

membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (25) (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya.

Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. (26) Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti

pohon yang buruk, yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. (27) Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam

kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.