p1 perbaikan kel 7 selasa pagi 1
TRANSCRIPT
LAPORAN TUGAS BESAR
MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
PEMODELAN CSTR REACTOR ADIABATIS UNTUK REAKSI PEMBENTUKAN
MALEIC MENGGUNAKAN PROGRAM SCILAB 5.1.1
Oleh:
NAUFAL RILANDA NIM : 21030113120004
MARIA VALENTINA NIM : 21030113120012
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Teknik Kimia (Chemical Engineering) berurusan dengan upaya-upaya penerapan ilmu – ilmu matematika, fisika, kimia, serta biologi untuk merancang dan mengoperasikan proses untuk mengubah/mengkonversi bahan baku menjadi produk bernilai tambah pada skala komersial (Samadhi, 2014). Teknik kimia berhubungan erat dengan perancangan reaktor yang salah satu didalamnya terdapat perhitungan neraca massa dan neraca panas, kinetika reaksi, pemilihan reaktor Banyak metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan reaksi dan reactor. Metode numerik merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan permasalahan model matematis dari berbagai bidang.
Tugas dari saintis maupun ahi teknik adalah mempresentasikan bagian dari fenomena alam dalam suatu bentuk model yang sederhana dan memprediksi dengan model tersebut sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengendalikan sistem baik dalam skala model maupun yang lebih besar. Model dapat berbentuk fisik dan non fisik, seperti model matematis. Model matematis disusun berdasarkan dua pendekatan. Pendekatan pertama disusun berdasarkan sekumpulan teori yang masih relevan dan pendekatan kedua berdasarkan data yang didapat dari lapangan (Sasongko,2010).
Penyelesaian model matematis dengan metode numerik ini tidak lepas dari aplikasi pemograman komputer. Scilab merupakan perangkat lunak yang bebas biaya (free of charge) yang dapat di download dari http://:www.scilab.org (Sasongko,2010). Perangkat lunak ini hampir mirip dengan perangkat lunak Matlab yaitu penyelesaian sistem persamaan berbasis matrik. Hanya saja perangkat lunak ini masih relatif baru dibandingkan dengan program pendahulunya (Sasongko,2008).
I.2. Rumusan Masalah
Model matematis dapat menggambarkan kinerja dari suatu proses. Namun, model matematis tidak akan mempunyai arti jika proses penyelesaiannya sulit. Penyelesaian model atau persamaan matematis dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu penyelesaian secara analitis yang menghasilkan hasil eksak dan penyelesaian secara pendekatan atau yang dikenal dengan penyelesaian secara numeris.Sedangkan selisih antara hasil eksak dan hasil pendekatan merupakan tingkat kesalahan (error). Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan memerlukan waktu yang relatif cepat maka digunakan pemrogaman computer sebagai alat bantu (Sasongko,2010). Pada tugas ini akan digunakan program Scilab 5.1.1 untuk merancang Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) memproduksi maleic anhydride dengan proses oksidasi dengan oksigen berlebih.
I.3. Tujuan 1. Membuat program komputasi untuk merancang Continuous Stirred Tank
Reactor(CSTR) dalam produksi maleic anhydride dengan proses oksidasi benzena
dengan oksigen berlebih menggunakan scilab 5.1.1.
2. Mensimulasikan program komputasi untuk merancang Continous Stirer Tank
Reaktor dalam produksi maleic anhydride dengan proses oksidasi benzena dengan
oksigen berlebih menggunakan scilab 5.1.1.
3. Mencari nilai k pada perancangan reaktor CSTR produksi maleic anhydride
menggunakan scilab 5.1.1
4. Menentukan V optimal pada perancangan reaktor CSTR produksi maleic
anhydride menggunakan scilab 5.1.1
I.4. Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat program komputasi untuk merancang Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) memproduksi maleic anhydride dengan proses oksidasi dengan oksigen berlebih dengan scilab 5.1.1
2. Mahasiswa mampu untuk merancang Continous Stirer Tank Reaktor pada proses oksidasi dengan oksigen berlebij dengan scilab 5.1.1
3. Mampu mampu mencari nilai k pada perancangan reaktor CSTR adiabatis produksi maleic anhydride menggunakan scilab 5.1.1
4. Mampu menentukan V optimal pada perancangan reaktor CSTR adiabatic produksi maleic anhydride menggunakan scilab 5.1.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
2.1.1 Reaktor Kimia
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses kimia
yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Ada beberapa jenis reaktor yang
digunakan dalam industri kimia, antara lain: Reaktor Alir Tangki berpengaduk (RATB),
Reaktor Alir Pipa (RAP), Fluidized Bed Reactor ( Westerterp, Swaij and Beenackers;
1994).
Pada reaktor alir pipa atau plug flow reactor, campuran reaktan dan produk
mengalir dengan profil kecepatan yang benar-benar rata. Kecepatan alir dan konsentrasi
adalah seragam di seluruh jari-jari pada setiap penempang reaktor dan tidak ada difusi
longitudinal baik dari reaktan maupun produknya. Pada prakteknya, hipotesa aliran
dalam reaktor alir pipa ini biasanya cocok untuk reaktor-reaktor berbentuk tabung
dimana aliran fluidanya betul-betul turbulen atau untuk jenis reaktor fixed bed yang
berisi “packing“. Jika dalam reaktor alir pipa diisi dengan katalis padat disebut reaktor
fixed bed atau fluidized bed (Westerterp, Swaji and Beenackers, 1994).
Reaktor CSTR atau sering disebut dengan reaktor alir tangki berpengaduk ialah
jenis reaktor yang memiliki bagian utama tangki dan pengaduk. Pada umumnya reaktor
ini dilengkapi dengan saluran masuk dan keluar, penghalang, dan pelengkapan lain
sesuai dengan peruntukkannya misalnya tutup, termometer, dan pemanas atau pendingin
(Undari et al., 2009).
Pada perhitungan-perhitungan yang terkait dengan penggunaan reaktor alir
kimia dalam industri, umumnya didekati dengan keadaan ideal. Pada reaktor alir tangki
berpengaduk keadaan ideal berarti waktu tinggal setiap komponen di dalam reaktor itu
adalah sama serta komposisi yang keluar dari reaktor sama dengan komposisi di dalam
reaktor (Undari et al., 2009).
Pengadukan pada masing-masing tangki dilakukan secara kontinu sehingga
diperoleh suatu keadaan dimana komposisi campuran di dalam reaktor benar-benar
seragam. Reaktor tangki ini biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair,
untuk reaksi heterogen cair-padat atau reaksi homogen cair-cair dan sebagainya (Saaby,
Knudsen, Ladlow, & Ley, 2005).
Konsentrasi di dalam reaktor tangki ideal disetiap titik didalam reaktor adalah
sama, sehingga keceptan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di dalam
reaktor. Neraca massa di dalam reaktor alir tangki berpengaduk ialah :
Input = output + energi yang hilang karena reaksi + akumulasi.........................(1)
Jika F A0=v0C A0 adalah kecepatan molar umpan dari komponen A dalam reaktor,
maka
Input A, mol/waktu = F A 0=F A 0 (1−X A 0 )...........................................................(2)
Output A, mol/waktu = F A=F A0 (1−X A )...........................................................(3)
Energi yang hilang akibat reaksi, mol/waktu = (−r A ) V .....................................(4)
Dari ketiga persamaan diatas, didapatkan rumus
F A 0 X A=(−r A ).....................................................................................................(5)
(Levenspiel, 1999)
2.1.2. Kondisi Operasi Reaktor Proses adiabatik adalah suatu proses dimana tidak ada perpindahan panas antara
sistem dengan sekelilingnya, dimana dQ=0. Reaksi adiabatis adalah reaksi yang
dijalankan dalam suatu tempat dimana tidak ada panas yang ditambahkan atau
dihilangkan (Ness,2010). Sedangkan reaksi non adiabatis adalah reaksi kimia yang
melepaskan atau menyerap panas dari pemanas atau pendingin. Penentuan reaksi non
adiabatis dapat diketahui dari ada tidaknya penggunaan pemanas atau jaket pendingin
pada reaktor. Reaktor adiabatis dijalankan dalam reaktor tanpa pemanas maupun
pendingin. Jika reaksi bersifat endotermis atau membutuhkan panas maka reaksi akan
menurunkan suhu produk reaktor. Sedangkan untuk reaksi bersifat eksotermis yang
menghasilkan panas maka rekasi akan menaikkan suhu produk reactor.
Neraca Panas reaksi adiabatis :
∆ H R=0...............................................................................................................(6)
∆ H R=Q 1+Q 2+Q3...........................................................................................(7)
(Ness, 2010).
2.1.3. Menentukan Sifat Reaksi Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis atau endotermis maka
perlu perhitungan dengan menggunakan panas pembentukan standar (∆H0f) pada 1 atm
dan 298 K dari reaktan dan produk. ∆H0r298= ∆H0
fproduk - ∆H0freaktan. (Smith, et all.,
2001)
Jika ∆H = (-) maka reaksi bersifat eksotermis, sedangkanjika ∆H = (+) maka
reaksi bersifat endotermis.
∆H0f298= ∆H0
fproduk - ∆H0freaktan.
Contoh : 2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)
Dari tabel C4 Smith Vannes diketahui :ΔHo
f298H2 = 0ΔHo
f298 O2 = 0ΔHo
f298 H2O = -241818
ΔH = Δ Hproduk – ΔH reaktan = 2(-241818)-0 = - 483636 (Eksotermis )
2.1.4 Reaksi Reversible dan Reaksi Irreversible
A. Reaksi reversible
Reaksi reversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam dua arah. Zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali membentuk reaktan. Misalnya reaksi pembentukan ammonia dari gas hydrogen dan gas nitrogen.
(Susila,2009)
B. Reaksi irreversible
Reaksi irreversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam satu arah. Zat hasil reaksi tidak dapat bereaksi kembali membentuk reaktan. Misalnya reaksi pembentukan garam klorida dari asam klorida dan natrium hijdroksida.
(Susila,2009)
2.1.5 Molekularitas Reaksi
Molekularitas pada reaksi kimia didefenisikan sebagai jumlah molekul pereaksi
yang ikut serta pada reaksi sederhana yang sesuai pada tahap dasar. Umumnya reaksi
dasar memiliki satu atau dua molekularitas, meskipun beberapa reaksi meliputi tiga
molekul yang bertumbukan secara serentak mempuyai tiga molekularitas, dan pada hal
yang sangat jarang terdapat empat molekularitas.
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi yang sama
atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul produk. Mereka adalah
reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi).
A+B → AB
2 A → A2
Atau reaksi pertukaran
A+B →C+D
2 A →C+ D
Reaksi unimolekuler hanya terdiri dari satu molekul yang terbentuk dari
transformasi atau diasosiasi satu atau beberapa molekul lain. Beberapa reaksi
membutuhkan energi dari cahaya atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler
adalah isomerisasi cis-trans, dimana sebuah senyawa bentuk cis akan berubah menjadi
bentuk trans.
Pada reaksi unimolekuler, molekul reaktan tunggal terisomerisasi atau
terdekomposisi untuk menghasilkan satu atau lebih produk. Dalam teori laju reaksi,
keadaan transisi atau komplek teraktivasi memiliki konfigurasi yang sama terhadap
reaktan sehingga prosesnya dapat direpresentasikan dengan:
A A+ produk
Pada tahun 1922 Lindemann memperlihatkan bahwa reaksi unimolekuler benar
memperoleh energi aktivasinya melalui tumbukan bimolekuler, tetapi ini bisa memicu
kinetika orde satu kecuali pada tekanan rendah.
Teori Lindemann mengasumsikan bahwa molekul reaktan teraktivasi oleh
tumbukan satu sama lain, yaitu dengan tumbukan bimokuler. Lindemann menyatakan
bahwa ada selang waktu (time lag) antara aktivasi dan reaksi dari molekul-molekul
berenergi untuk menghasilkan produk. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan molekul
berenergi bertabrakan dengan molekul reaktan normal sebelum mereka dapat bereaksi,
hilangnya kelebihan energi dan terdeaktivasi. Jika laju deaktivasi lebih besar dibanding
dekomposisi unimolekuler, maka molekul berenergi dapat menghasilkan produk,
dimana molekul berenergi berada dalam kesetimbangan dengan molekul normal.
Kesetimbangan dihasilkan dalam keadaan stasioner atau konsentrasi steady-state dari
molekul-molekul berenergi, yaitu konsentrasinya tetap dan tidak berubah dengan
berjalannya waktu. Pada tekanan tinggi kondisi ini dapat terpenuhi dan konsentrasi
steady-state dari molekul berenergi proporsional terhadap konsentrasi molekul normal.
Laju reaksi, diberikan oleh laju konversi molekul berenergi menjadi produk,
proporsional terhadap konsentrasi molekul berenergi dan konsekuensinya juga terhadap
konsentrasi molekul normal. Oleh karena itu pada tekanan tinggi, reaksi adalah orde
satu.
Mekanisme reaksi dapat direpresentasikan dengan proses berikut :
Aktivasik1
A + A A* + A
Deaktivasi
A* + A A + A
Dekomposisi unimolekuler
A* Produk
Dimana A dan A* mewakili masing-masing molekul normal dan molekul berenergi
(Levenspiel, 1999).
2.1.6 Jenis reaksi
a. Reaksi seri
Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu dari reaktan terbentuk produk antara yang aktif kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk lain yang stabil.
Contoh :
A R S
Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi antara etilen-oksid dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin, kemudian reaksi berlanjut terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir adalah tri-etanol-amin.
C2H4O + NH3 HOCH2CH2NH2
(HOCH2CH2NH)2NH (HOCH2CH2)3N
Reaksi ganda yang melibatkan reaksi seri dan reaksi paralel :
Contoh :
k2k1
E Ok1
E O
k-1
k2
A + B C + D
A + C E
Reaksi yang melibatkan reaksi paralel dan reaksi seri yang terjadi pada skala industri adalah pembentukan butadiena dari etanol :
C2H5OH C2H4 + H2O
C2H5OH CH3CHO + H2
C2H4 + CH3CHO C4H6 + H2O
(Levenspiel,1999)
b. Reaksi paralel
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.
Contoh :
A R R
atau A
A S S
Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri adalah reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang diinginkan adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi sebagian etilen terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida.
C2H4 + ½ O2 C2H4O
k1
k2
k1
k2 k2
k1
C2H4 + 3 O2 2CO2 + 2 H2O
(Levenspiel,1999)
2.2 Studi kasus
Proses oksidasi benzena merupakan cara paling lama yang digunakan untuk
memproduksi maleic anhydride. Karena reaksi yang berjalan sangat eksotermis maka
menggunakan katalis padat vanadium oxide yang diletakkan dalam multitube dengan
pendingin dari suatau larutan yang disirkulasi melalui shell side dari reaktor.
Reaksi:
C6H6 + 4,5 O2C4H2O3 + 2 CO2 + 2 H2O
Reaksi samping:
C6H6 + 7,5 O2 6 CO2 + 3 H2O
Recovery gas maleic anhydride yang terbentuk dicairkan dengan mengunakan
kondensasi parsial, sedangkan gas yang belum terkondensasi dialirkan ke scrubber
untuk dicuci sebagai maleic anhydride dan proses selanjutnya dilakukan proses
pemurnian. Dalam proses recovery timbul satu permasalahan dimana terjadi isomerisasi
maleic anhydride yang pada akhirnya akan menghasilkan fumaric acid. Isomerisasi ini
dapat dihindari dengan menggunakan waktu tinggal yang lebih pendek (Kirk & Othmer,
1978).
2.2.1 Kondisi Operasi
Dalam pembentukan maleic anhydride dengan reaksi oksidasi merupakan reaksi
eksotermis.Panas eksotemis reaksi yaitu 390-430oC. Reaksi benzena menjadi maleic
anhydride mencapai yeild maksimum pada konversi 85% (Krick & Othmer, 1978).
2.2.2 Tinjauan Termodinamika
Reaksi utama yang terjadi yaitu:
C6H6 + 4,5 O2C4H2O3 + 2 CO2 + 2 H2O
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis atau endotermis maka
perlu perhitungan dengan menggunakan panas pembentukan standar (∆H0f) pada 1 atm
dan 298 K dari reaktan dan produk. ∆H0r298= ∆H0
fproduk - ∆H0freaktan.
Diketahui data-data pada suhu kamar:
∆H0fC6H6 = 82,93 kJ/molK
∆H0fC4H2O3 = -398,30 kJ/mol
∆H0fH2O = -241,80 kJ/mol
∆H0fCO2 = -17,24 kJ/molK
∆H0fO2 = 0 kJ/ molK
Jika ∆H = (-) maka reaksi bersifat eksotermis, sedang kanjika ∆H = (+) maka
reaksi bersifat endotermis.
Untuk reaksi ini:
∆H0r298 = ∆H0
fproduk - ∆H0freaktan
= (∆H0fC4H2O3 + 2 x ∆H0
fH2O+ 2 x ∆H0fCO2)– (∆H0
fC6H6+ ∆H0fO2)
= (-398,30+ 2 x -241,80 + 2 x -17,24 ) –(82,93+ 0)
= -999,31 kJ/kmol
Dengan demikian reaksi yang berlangsung adalah reaksi eksotermis atau melepas
panas.
2.2.3 Tinjauan Kinetika
Ditinjau dari energy bebas Gibbs (∆G0f) pada suhu 298 K:
∆G0r298 = ∆G0
fproduk - ∆G0freaktan
Diketahui data-data pada suhu kamar:
∆G0fC6H6 = 129,66 kJ/mol
∆G0fH2O = -228,45 kJ/mol
∆G0fC4H2O3 = -355,60 kJ/mol
∆G0fCO2 = -394,4kJ/mol
∆G0fO2 = 0 kJ/ mol
Jika ∆G = (-) maka reaksi berlangsung, sedangkan jika ∆G = (+) maka
reaksi tidak terjadi.
∆G0r = ∆G0
f produk - ∆G0f reaktan
= (∆G0fC4H2O3 + 2x ∆G0
fCO2+ 2 x ∆G0fH2O)-( ∆G0
fC6H6 –∆G0fO2)
= (-355,60 + 2 x -394,4 + 2 x -228,45) – (129,66– 0)
∆G0r = -1730,96 kJ/mol
Ln K = - ∆G0r /(RT)
= 1730,96/ (0,00831 x 298)
K = 6,549
Harga konstanta keteimbangan besar, berarti reaksi yang berlangsung irreversible
(searah). Dengan demikian, reaksi oksidasi benzene adalah reaksi eksotermis dan
irreversible.
C6H6 + 4,5 O2C4H2O3 + 2 CO2 + 2 H2O
Persamaankecepatanreaksi:
-rT = k.CT0,5
Denganhargakonstantaberikut:
k = 1,436 x 103.e(-5051/T)
-rT = kecepatanreaksiperuraianToluena, kmol/m3.jam
CT = konsentrasiToluena, kmol/m3
k = konstantakecepatanreaksi, m6/(kmol.jam)
Dalam tugas ini akan dirancang adiabatic mixed flow reactor untuk produksi
paraxylene data-data awal sebagai berikut :
A. Mean Specific Heat (cp mean), T= 298 K-9973 K
Specific heat benzene : 111994,3 J/kmol.K
Specific heat Maleic Anhydride : 151250,3 J/kmol.K
Specific heat oxygen : 22066,17 J/kmol.K
Specific heat water vapor : 25290,70 J/kmol.K
Specific heat CO2 : 66325,32 J/kmol.K
(Bruce E Poling; George H. Thompson; Daniel G. Friend; Richard L Rowley; W.
Vincent Wilding, 2008)
B. Menentukan konsentrasi awal
Jenis reaktor yang dipakai adalah reaktor CSTR, dimana ada aliran masuk dan
keluar. Fase reaktan yang bereaksi adalah fase gas.
Fao
Fa
Ca
Cb
Ca0
GAS IDEAL KEC. ALIR BERVARIASI
Reaktor CSTR
Fase reaksi gas
C A 0=F AO
vO
FA=FAO(1-XA)
v=v o(1+εX A)PPO
T O
TV=
FAO X A
−r A
C A=C AO(1−X A)
(1+εX A)P0
PTT 0
FLOW
C A=F A
v