nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kisah nabi...

86
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI IBRAHIM (Kajian Tafsir Surat Ash-Shafat Ayat 100-111) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Oleh Imalatun Nadzimah NIM: 11140110000003 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: tranminh

Post on 03-Jul-2019

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI IBRAHIM

(Kajian Tafsir Surat Ash-Shafat Ayat 100-111)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh

Imalatun Nadzimah

NIM: 11140110000003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

v

ABSTRAK

Imalatun Nadzimah (11140110000003) Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam

Kisah Nabi Ibrahim (Kajian Tafsir Surat Ash-Shafat Ayat 100-111)

“Skripsi” untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi kandungan surat ash-Shafat ayat

100-111, serta relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak. Penelitian ini

menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) dengan teknik

analisis deskriptif kualitatif, dengan cara mengumpulkan data dari sumber primer

maupun skunder. Sumber primer yang digunakan adalah Tafsir al-Maraghi,

sedangkan sumber skunder berupa buku-buku yang masih berkaitan dengan

pembahasan. Yang kemudian penulis analisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung dalam surat ash-Shafat ayat 100-111.

Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak yang tergambarkan dalam kisah nabi

Ibrahim dalam surat ash-Shafat ayat 100-111 ada 5 point, yaitu sabar, tawakal,

ikhlas, taat, dan istiqamah.

Kata Kunci : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak, Nabi Ibrahim, Surat ash-Shafat

ayat 100-111

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

vi

ABSTRACT

Imalatun Nadzimah (11140110000003) Moral Education Values in the Story

of Prophet Ibrahim (Interpretation of the Letter of Ash-Shafat Verse 100-

111) "Thesis" for the Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah

and Teacher Training, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2019.

This study aims to find out the contents of the letter ash-Shafat verses 100-111,

and their relevance to the values of moral education. This study uses the library

research method (library research) with qualitative descriptive analysis

techniques, by collecting data from primary and secondary sources. The primary

source used is Tafsir al-Maraghi, while the secondary source is books which are

still related to the discussion. Which then the author analyzes the values of moral

education contained in the letter ash-Shafat verses 100-111.

The values of moral education depicted in the story of the prophet Ibrahim in the

letter ash-Shafat verse 100-111 there are 5 points, namely patience, tawakal,

sincerity, obedience, and istiqamah.

Keywords: Moral Educational Values, Prophet Ibrahim, Surat ash-Shafat

verses 100-111

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

tiada henti memberikan segala nikmat, karunia, dan pertolongan-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini

(skripsi). Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda nabi

Muhammad saw. yang telah membawa ajaran agama yang benar, dan penuh

kemulian dengan budi pekertinya, sehingga kita terhindar dari kejahilan-kejahilan

yang dapat menyesatkan kita.

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua terkasih

yang tidak pilih kasih, yaitu ayahanda Abdul Kholik dan ibunda Darkonah,

yangmana berkat kekuatan do’a serta motivasi dari ayah dan ibu, penulis dapat

menyelesaikan studi ini tanpa suatu kendala apapun.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari hambatan dan

kesulitan, namun berkat adanya bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta

kerjasama dari berbagai pihak, khususnya dari dosen pembimbing, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Menyadari bahwa keberhasilan penulis menyelesaikan

skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis sendiri, melainkan tidak lepas

dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan ucapan dan

penghargaan kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi

ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA, selaku

Ketua Program Studi dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

viii

4. Abdul Ghofur, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan arahan serta telah meluangkan waktunya dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Mundzir Suparta, MA selaku dosen pembimbing akademik

Pendidikan Agama Islam kelas A angkatan 2014

6. Seluruh dosen beserta staf Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan

ilmu serta membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

7. Teruntuk kakak tersayang Nur Fatiroh, yang tidak pernah lelah memberikan

motivasi dan menjadi inspirasi dalam meraih mimpi.

8. Teman-teman mahasiswa seperjuangan angkatan 2014, yang telah menemani

perjalanan penulis dalam mencari ilmu selama diperkuliahan.

Terakhir semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh

yang senantiasa mendapat ridha Allah swt. sehingga pada akhirnya skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kemajuan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 09 Januari 2019

Penulis

(Imalatun Nadzimah)

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ii

LEMBAR UJI REFERENSI iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 9

C. Pembatasan Masalah 9

D. Perumusan Masalah 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Nilai-nilai Pendidikan 11

1. Pengertian Nilai 11

2. Pengertian Pendidikan 12

3. Peranan Pendidikan 13

B. Akhlak 15

1. Pengertian Akhlak 15

2. Macam-macam Akhlak 15

3. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Akhlak 21

4. Metode Penanaman Akhlak 23

C. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an 26

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

x

1. Pengertian Kisah 26

2. Macam-macam Kisah dalam Al-Qur’an 29

3. Tujuan Kisah-kisah dalam Al-Qur’an 30

4. Hikmah Kisah dalam Al-Qur’an 33

D. Hasil Penelitian yang Relevan 34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian 36

B. Metode Penelitian 36

1. Pendekatan Penelitian 36

2. Sumber Data 37

C. Fokus Penelitian 38

D. Prosedur Penelitian 38

1. Teknik Pengumpulan Data 38

2. Teknik Analisis Data 38

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim a.s 41

B. Al-Qur’an Surat As-Shafat Ayat 100-111 42

1. Ayat dan Terjemah 43

2. Tafsir Mufradat 44

3. Tafsir 46

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat Ash-Shafat ayat

100-111…………………………………………………………. 50

1. Sabar 51

2. Taat 54

3. Istiqamah (Teguh Pendirian) 55

4. Tawakal 56

5. Ikhlas 58

D. Relevansi Kisah Nabi Ibrahim dengan Nilai-nilai Pendidikan

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

xi

Akhlak …………………………………………………………. 59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 62

B. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN ……………………………………………………….. 68

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Manusia diberikan

fisik yang sempurna berupa mata untuk melihat, telinga untuk mendengar,

mulut untuk berbicara, kaki untuk berjalan, tangan untuk menggenggam, dan

hati untuk merasa. Serta Allah melebihkan penciptaan manusia dengan

memberikannya akal, yang mana dengan akal inilah manusia dapat berfikir

sehingga manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,

mana yang harus dikerjakan mana yang harus ditinggalkan. Akal pula dapat

menghantarkan manusia merasa dekat dengan penciptanya melalui

perenungan dari alam sekitar, dimana keadaan alam sekitar merupakan tanda-

tanda kebesaran-Nya. Akal pula dapat mendorong manusia untuk berkarya,

berkreasi, dan berinovasi dalam menciptakan kebudayaan dan peradaban

dimuka bumi ini.

Dalam kitab terjemah al-Washaya karangan al-Muhasibi yang

diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi berjudul Renungan Suci Bekal

Menuju Takwa, menurut Muhammad bin Musa, akal adalah cahaya nurani

yang dibuat Allah untuk menentramkan hati. Dengan cahaya nurani itulah

seorang hamba mampu untuk membedakan antara yang hak dan yang batil.

Dia mampu memilah dan memilih kebenaran dan kebatilan godaan musuh

yang terlintas dalam hatinya atau perasaan was-was yang muncul dari dirinya

sendiri.1

Sedangkan menurut Jujun S. Surya Sumantri dalam buku yang berjudul

Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an karya Yatimin Abdullah, akal

adalah jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia berlaku, berbuat,

1Wawan Djunaedi Soffandi, Renungan Suci Bekal Menuju Takwa, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2001), hal. 245

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

2

membentuk masyarakat, dan membina kebudayaan. Akal menjadikan manusia

itu mukmin, muslim, muttaqin, dan shalihin.2

Ditegaskan pula dalam al-Qur’an bahwa manusia dimuliakan dan

diutamakan oleh Allah Swt (QS. Al-Isra:70); manusia dijadikan khalifah Allah

di muka bumi disebabkan keistimewaan wujudnya (QS. Al-Baqarah:30);

karena kedudukan yang tinggi ini para malaikat tunduk dan bersujud kepada

manusia (QS. Shad: 71-72); dan manusia diciptakan begitu mengagumkan

sehingga ia mampu menggunakan kekuatan akal dan kemampuan fisiknya,

serta mengungkap rahasia-rahasia alam dan menundukkannya untuk

kepentingan dirinya (an-Nahl: 14).3

Meskipun demikian, akal tidak akan dapat berkembang tanpa adanya suatu

pemberian pengetahuan atau pembelajaran kepada manusia terutama pada

anak-anak. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi:

ئا وجعل لكم السمع واألفئدة لعلكم واالبصار وهللا اخرجكم من بطون أمهاتكم الت علمون شي تشكرون

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,

dan hati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Dari ayat tersebut sangatlah jelas, bahwasanya anak terlahir dalam

keadaan tidak tahu menahu apapun, serta tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk itu

perlulah adanya bantuan dari orangtua untuk merawat, melindungi,

membimbing, mengarahkan, memelihara jasmaninya, rohaninya, dan akalnya.

Secara biologis anak manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna

untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan. Anak manusia

perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat

berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif. Awal pendidikan terjadi

setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak dapat berjalan

sendiri, makan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.

2Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), hal.

81 3 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: al-Huda, 2006), hal. 17-19

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

3

Implikasinya anak manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia

lainnya yang telah dewasa akan tidak menjadi manusia yang berbudaya atau

bahkan mati. Anak memerlukan perlindungan perawatan sebagai masa

persiapan pendidikan.4

Pada dasarnya akal berfungsi untuk mengerem keinginan-keinginan yang

tidak benar dan mendorong pada perbuatan-perbuatan yang positif. Akal

adalah pembimbing manusia yang paling efektif. Problematika moral dan

sosial biasanya karena kelemahan dalam daya berpikir. Dengan akalnya,

manusia bisa mengambil kesimpulan dan berpikir melampaui ruang dan

waktu, melesat ke masa yang lebih jauh. Dengan akalnya manusia dapat

membaca konsekuensi-konsekuensi logis dari perbuatannya. Dan menimbang-

menimbang untuk memilih alternatif perbuatan lain yang akan memberikan

kebaikan bagi dirinya. Makhluk lain yang tidak memiliki akal sulit untuk

melawan dorongan-dorongan nafsunya. Ketika tidak bisa memikirkan tentang

akibat dari perbuatannya, mereka akan pasrah diperbudak keinginan-keinginan

tersebut.5

Kedudukan akan peran akal dalam kehidupan manusia sangatlah penting,

selain sebagai media atau jalan seseorang memperoleh ilmu pengetahuan dan

teknologi, dengan akal manusia dapat memahami isi dan nilai-nilai yang

terkandung dalam al-Qur’an. Dengan begitu hidup manusia akan lebih terarah,

jiwa menjadi tenang, serta dapat mengambil hikmah dari segala macam

peristiwa atau kejadian, baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa

pada kehidupan orang lain. Dalam agama Islam pula, kita diharuskan untuk

memelihara akal dari berbagai hal yang dapat merusak dan melemahkan akal,

yang dapat menghinakan manusia karena tingkahnya seperti makhluk yang

tidak berakal.

Al-Qur’an adalah kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsur-angsur

sesuai dengan kejadian-kejadian yang belangsung, sehingga menjadi lebih

4 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar

Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2012), hal. 33-34

5 Ibrahim Amini, Op.cit.hal.259

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

4

melekat dalam hati, lebih mudah untuk dipahami oleh akal manusia,

menuntaskan segala masalah, memberikan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan, juga untuk menguatkan hati Rasulullah SAW dalam mengahadapi

cobaan dan kesulitan yang beliau hadapi, juga para sahabatnya. Allah SWT

menurunkan al-Qur’an untuk menjadi undang-undang bagi umat manusia,

menjadi petunjuk, sebagai tanda atas kebesaran Rasul, serta penjelasan atas

kenabian dan kerasulannya. Juga sebagai dalil yang kuat di hari kemudian.6

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran islam dan merupakan pedoman

hidup bagi setiap muslim. Al-qur’an bukan sekedar membuat petunjuk tentang

hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia

dengan sesamanya (hablun min Allah wa hablun min an-naas), bahkan

hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran islam

secara sempurna maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah

memahami kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.7

Dalam buku terjemah karangan imam Ghazali yang berjudul Al-Ghazali

Menjawab 100 Soal Keislaman, menjelaskan bahwasanya akal yang sehat

adalah yang mampu membaca ayat-ayat Allah di alam raya ini, sebagaimana

ia mampu membaca ayat-ayat Allah di dalam mushaf. Adapun

keterbelakangan akal akan menjadi penghalang bagi bashirah dan mata

sehingga tidak mampu menguak satu rahasia pun dan membela kebenaran.

Allah swt. berfirman:

ا الت عمى االبصار ن يسمعون باأذا ف تكون لم ق لوب ي عقلون با او ف االرض ا و اف لم يسي فان ت عمى القلوب الت ف الصدور ولكن

“Maka apakah mereka tidak berjalan di bumi, lalu mereka memiliki hati yang

dengannya mereka dapat memahami atau mereka memiliki telinga yang

dengannya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukanlah mata

6 Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hal.

29-30 7 Said Agil Husin Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:

Ciputat Pers, 2002), cet.1, hal. 3

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

5

yang buta, tetapi yang buta, (ialah) hati yang berada di dalam dada.” (QS.

Al-Hajj [22]: 46)8

Akan tetapi pada kehidupan sekarang ini tidak sedikit orang yang

menggunakan akalnya dengan baik, ia sungkan untuk membaca, mempelajari

apalagi memahami ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an. Padahal al-

Qur’an merupakan pedoman serta petunjuk yang terbaik, yangmana di dalam

al-Qur’an mencakup berbagai macam kandungan, pelajaran, perundang-

undangan yang mengatur kehidupan manusia maupun cara berhubungan baik

dengan Tuhannya. Dalam al-Qur’an pula terdapat berbagai macam kisah, baik

dari kisah-kisah para nabi, kisah dari orang-orang shaleh yang di abadikan

dalam al-Qur’an, sampai kisah orang-orang yang durhaka kepada Allah pun

terdapat dalam al-Qur’an. Yang mana dari berbagai macam kisah inilah kita

bisa mengambil pelajaran, sehingga kita dapat mengikuti jejak dari kisah-

kisah yang baik, dan menjauhi diri dari kisah yang menghantarkan kita pada

kesesatan. Selain itu, jika kita membaca serta mendalami kisah-kisah yang

terdapat dalam al-Qur’an maka kita akan mengetahui bagaimana cara

mendidik anak agar anak menjadi putra-putri yang shalih, serta selanjutnya

dapat mengaplikasikannya.

Sebagaimana firman Allah swt:

فع الناس ف يمكث ف االرض فاما الزبد ف يذهب جفاء كذلك يضرب هللا الق و البطل كذلك واما ما ي ن يضرب االمثال

“Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang haq (kebenaran

sempurna) dan yang batil (salah dan sesat). Adapun buih, maka ia akan pergi

tanpa bekas, dan adapun yang bermanfaat bagi manusia, maka ia tetap di

bumi. Demikianlah Allah membuat oermpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-

Ra’d [13]:17)

Sesungguhnya, kisah al-Qur’an merupakan penuturan sejarah manusia yang

tujuannya bukan untuk mencari perhatian dan memperbagus kalimat-kalimat,

melainkan sebagai ladang pendidikan dan penyadaran, serta untuk

8Muhammad Al-Ghazali, Terjemah Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman, (Jakarta:

Lentera Hati, 2011), hal. 212

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

6

memperbarui makna setelah para pelakunya berlalu agar menjadi pelajaran

yang abadi.9

Menurut Abdurrahman an-Nahlawi dalam bukunya yang berjudul Prinsip-

prinsip dan Metode Pendidikan Islam, menyatakan bahwasanya metode

pendidikan Islam itu terdapat tujuh macam, diantaranya;

1. Metode dialog Qur’ani dan Nabawi

2. Mendidik melalui kisah Qur’ani dan Nabawi

3. Mendidik melalui perumpamaan Qur’ani dan Nabawi

4. Mendidik melalui keteladanan

5. Mendidik melalui aplikasi pengalaman

6. Mendidik melalui ibrah dan nasihat

7. Mendidik melalui targhib dan tarhib.10

Salah satu metode yang termasuk dalam metode pendidikan yaitu metode

cerita. Sebagai sebuah metode Pendidikan, cerita memang mempunyai daya

tarik yang menyentuh perasaan. Bercerita atau mendongeng adalah aktifitas

Pendidikan yang dilakukan oleh siapa saja dan dari bangsa serta agama mana

saja. Tidak ada yang tidak menggemari dongeng atau cerita. Kelompok yang

paling suka dengan hal ini tentu ialah anak-anak. cerita atau kisah adalah salah

satu sarana untuk membangun karakter anak didik, karena bercerita mirip

dengan memberikan contoh nyata dalam imjinasi anak. efek dari cerita

memang sangat hebat, karena sebetulnya melalui cerita mereka sedang

dihujani nasihat demi nasehat, pesan demi pesan dan dorongan-dorongan

motivasi.11

Melihat realitas kehidupan sekarang, nampaknya ketertarikan anak

terutama anak remaja akan membaca, mendengarkan, apalagi mendalami

kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an semakin berkurang. Hal ini

ditandai dengan ketidaktahuannya para remaja akan tokoh-tokoh Muslim yang

9 Muhammad Al-Ghazali, Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hal. 299 10 Abdurrahman An-NAhlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Darul Fikri, 1999), hal. 24 11 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hal. 315

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

7

di abadikan dalam al-Qur’an, seperti Lukmanul Hakim, Ashabul Kahfi,

Dzulkarnain, siti Maryam, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari anak remaja

sekarang ini lebih kenal dan mengenal dengan tokoh-tokoh selebritis,

yangmana tokoh-tokoh selebritis inilah yang menjadi panutan dan idola para

remaja dizaman sekarang ini.

Kondisi ini diperparah lagi dengan tayangan-tayangan telivisi maupun di

media sosial (youtube, facebook, Instagram, dll) yang semakin minim akan

unsur nilai-nilai pendidikan. Kebanyakan tayangan-tayangan di televisi

maupun di media sosial mempertontonkan yang tidak berfaedah dan hanya

mengandung unsur kisah percintaan belaka. Yang tentu secara tidak langsung

dapat mempengaruhi pola fikir anak, yang dari pola fikir ini menjadi sebuah

tindakan yang keliru dan melanggar norma agama.

Dalam Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun lalu

menyebut 0,9% remaja perempuan dan 3,6% remaja laki-laki (berusia 15

sampai 19 tahun) mengakui pernah melakukan hubungan seksual. Meski

presentasinya kecil, jika dibandingkan dengan populasi remaja Indonesia yang

mencapai 40 juta jiwa, angka ini mengkhawatirkan. Adapun secara global,

19% di negara berkembang mengalami kehamilan sebelum usia 18 tahun.

Hotline aborsi oleh Samsara di Indonesia menunjukkan 30% kliennya berusia

18 sampai 24 tahun dan 51,2% diantaranya berstatus belum menikah.12

Pada tanggal 16 Oktober 2018 sejumlah siswi di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 39, kota Padang, Sumatera Barat, berperilaku aneh,

yaitu menyayat tangannya sendiri menggunakan silet dan pecahan kaca. Aksi

menyimpang itu dianggap para siswi sebagai tren yang diketahuinya melalui

media sosial facebook. Tindakan para siswi terkuak setelah para guru

melaporkan kepada para penggiat anti narkoba dan diteruskan ke BNN

Sumatera Barat. Hal itu karena para guru cemas dengan aksi siswinya yang

diduga menyalahgunakan narkoba. Meskipun setelah diperiksa hasilnya

12 Mitra Tarigan, 19 Persen Remaja di Negara Berkembang Hamil Sebelum 18 Tahun, (https://gaya.tempo.co/read/1131078/19-persen-remaja-di-negara-berkembang-hamil-sebelum-18-tahun/full&view=ok: 28 September 2018)

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

8

mereka tidak menggunakan narkoba, akan tetapi diantara mereka ada yang

mengaku menghisap lem.13

Maka dari itu figur sebagai contoh dan panutan anak dalam keluarga itu

sangat penting. Meskipun nyatanya pada zaman sekarang ini sangat sedikit

figur yang menjadi panutan anak, baik di lingkungan sosialnya maupun di

lingkungan keluarganya sendiri. Hal ini kita bisa rasakan banyak sekali berita

di televisi yang memberitakan kasus-kasus yang merusak mental dan masa

depan anak, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, bullying, penganiayaan,

pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan anak

menjadi korban, dan lain sebagainya. Yang mana tindak kejahatan ini

dilakukan oleh teman sendiri maupun tetangganya. Bahkan yang lebih

mirisnya lagi dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri, seperti kasus yang

terjadi baru-baru ini pada 26 November 2018 di provinsi Kalimantan Selatan.

Tepatnya di jalan Kasturi, Landasan Ulin Timur, kota Banjarbaru, provinsi

Kalimantan Selatan. Seorang ayah tega mencabuli anak kandungnya selama

14 tahun lamanya. Sang ayah sudah melakukan aksinya terhadap anak

kandungnya itu sejak anak berusia 4 tahun sampai anak tersebut berusia 18

tahun. Korban tidak berani melaporkan aksi bejat ayahnya, karena ia terus

diancam akan menganiaya dirinya dan ibunya jika korban melaporkannya ke

polisi. Bahkan lebih parahnya lagi, ternyata untuk mengamankan aksinya agar

tidak terendus orang lain, korban sebelum disetubuhi dipaksa minum pil KB.14

Selanjutnya pada 4 Februari 2018 di Bekasi telah terjadi penganiayaan

yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang masih berusia 1

tahun. Ibu korban tega menganiaya anaknya karena ibunya kesal balita yang

sedang demam itu terus menangis, hingga ia menganiaya balita tersebut

hingga tewas. Dan masih banyak lagi kasus-kasus serupa yang terjadi dan

dilakukan oleh orang-orang terdekatnya (keluarga).

13Irwanda, Siswi SMP di Padang Nekat Sayat Tangan karena Dianggap Tren,

(https://kumparan.com/langkanid/dianggap-tren-siswi-smp-di-padang-nekad-sayat-tangan-1539772201616155527: 17 Oktober 2018)

14PT. Duta Prokal Multimedia, Begitu Tega, R Cabuli Anak Kandungnya Sendiri Selama 14 Tahun, (http://kalsel.prokal.co/read/news/19004-begitu-tega-r-cabuli-anak-kandungnya-sendiri-selama-14-tahun : 27 Novemebr 2018)

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

9

Pelimpahan sepenuhnya pendidikan anak kepada lembaga-lembaga

pendidikan (sekolah) juga merupakan pemahaman keliru. Banyak orangtua

yang berasumsi bahwa pendidikan anak yang didapatkan dari sekolah sudah

cukup, sehingga orangtua tidak mengevaluasi anak-anaknya dan tidak ikut

berperan dalam mengaplikasikannya. Salah satu contoh hal kecil yaitu, di

sekolah anak mendapatkan materi-materi tentang keagamaan, seperti sholat,

mengaji, berakhlak mulia, dan lain sebagainya, akan tetapi di rumah orangtua

tidak menyuruh dan memberikan contoh kepada anak untuk sholat, mengaji,

berperilaku sopan santun, jujur, dan lain sebagainya.

Berdasarkan dari berbagai persoalan di atas, maka peneliti akan mengkaji

surat ash-Shafat ayat 100-111. Pertimbangan penulis mengkaji surat ash-

Shafat ayat 100-111 yaitu dalam surat tersebut menjelaskan tentang

keberhasilan seorang ayah dalam mendidik putranya yang menjadi putra yang

shalih. Untuk itu penulis mengkaji surat tersebut dengan judul “Nilai-nilai

Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi Ibrahim (Kajian Tafsir Surat ash-

Shafat Ayat 100-111) .”

B. Identifikasi Masalah

1. Ketertarikan anak remaja akan membaca maupun mendengarkan kisah-

kisah dalam al-Qur’an yangmana didalam kisah tersebut syarat akan nilai-

nilai pendidikan semakin berkurang, sehingga banyak akhlak anak remaja

yang bergeser.

2. Banyaknya tayangan di televisi maupun di media sosial yang

mempertontonkan tentang kisah percintaan belaka, sehingga banyak

remaja yang mengikuti atau meniru dari kisah-kisah tersebut.

3. Peran aktif orangtua dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan akhlak yang

didapatkan anak dari sekolah masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari berbagai sumber buku bacaan yang menjelaskan

berkenaan dengan alur kisah nabi Ibrahim, penulis menganalisis bahwasanya

isi kandungan surat ash-Shafat ayat 100-111 bukan hanya berisi nilai-nilai

pendidikan akhlak saja, akan tetapi mencakup berbagai macam nilai-nilai

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

10

pendidikan, diantaranya pendidikan akidah, pendidikan spiritual dan

pendidikan emosional. Untuk itu, mengingat luasnya cakupan nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam surat tersebut, serta agar terdapat

kesesuaian akan berbagai macam persoalan di atas, maka penulis akan

mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan akhlak saja, yang meliputi:

1. Penafsiran surat ash-Shafat ayat 100-111

2. Menceritakan kisah nabi Ibrahim dalam surat ash-Shafat ayat 100-111

3. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat ash-Shaffat

ayat 100-111

D. Perumusan Masalah

1. Apa isi kandungan surat ash-Shafat ayat 100-111?

2. Bagaimana relevansinya antara kisah nabi Ibrahim yang terdapat dalam

surat ash-Shafat ayat 100-111 dengan nilai-nilai pendidikan akhlak?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian penulisan karya ilmiah ini adalah untuk

mengetahui isi kandungan surat ash-Shafat ayat 100-111, serta

relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

para akademisi yang sedang atau akan mengadakan penelitian tentang

penanaman akhlak pada diri anak.

b. Menambah sumber referensi bagi dunia pendidikan, khususnya pada

pendidikan akidah dan akhlak

c. Dapat menambah wawasan tentang pendidikan akhlak anak dalam

sebuah keluarga dengan mengambil pelajaran dari keluarga Nabi

Ibrahim dalam mendidik putranya yang bernama Nabi Ismail.

d. Dapat mempermudah pembaca al-Qur’an dalam menangkap nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam kisah-kisah yang terdapat dalam surat ash-

Shafat ayat 100-111.

e. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

11

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Nilai-nilai Pendidikan

1. Pengertian Nilai

Secara Bahasa, nilai berasal dari bahasa latin yaitu vale’re yang

artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan

sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar

menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang. Nilai adalah

kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar,

dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya

bermartabat.1

Istilah nilai (value) menurut kamus Poerwodarminto diartikan

sebagai berikut:

a. Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai emas

b. Harga sesuatu, misalnya uang

c. Angka, skor

d. Kadar, mutu

e. Sifat-sifat atau hal penting bagi kemanusiaan

Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat-sifat

sebagai berikut:

a. Menyenangkan (peasent)

b. Berguna (useful)

c. Memuaskan (satisfying)

d. Menguntungkan (profitable)

e. Menarik (interesting)

f. Keyakinan (belief)2

Menurut Hill, nilai sebagai acuan tingkah laku hidup, mempunyai

tiga tahapan, yaitu:

1Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter Kionstruksivisme VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 56 2Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 126-127

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

12

a. Values thinking, yaitu nilai-nilai pada tahapan dipikirkan atau values

cognitive

b. Values affective, yaitu nilai-nilai yang menjadi keyakinan atau niat

pada diri orang untuk melakukan sesuatu, pada tahap dirinci menjadi

disposition dan commitments

c. Values action yaitu tahap di mana nilai yang telah menjadi keyakinan

dan menjadi niat (komitmen kuat) diwujudkan menjadi suatu tindakan

nyata atau perbuatan konkret.3

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan secara umum mengacu pada dua sumber pendidikan

Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis yang memuat kata rabba dari kata

kerja tarbiyah, ‘alama kata kerja dari ta’lim, dan addaba dari kata kerja

ta’dib. Ketiga istilah itu mengandung makna amat mendalam karena

pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan

memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani

menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).4

Pendidikan dalam konteks kekinian adalah upaya untuk

mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia agar tampil lebih

progresif dengan berdasarkan nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia

agar terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,

perasaan, maupun perbuatan. Dengan demikian, pendidikan bertujuan

untuk membentuk pribadi manusia seutuhnya, yang pada akhirnya akan

menjadi insan kamil sehingga memiliki integritas yang tinggi dalam

mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk yang bermartabat dan

berkepribadian luhur kepada sesama manusia. Itulah sebabnya, pendidikan

adalah satu kebutuhan, fugsi sosial, bimbingan sarana pertumbuhan yang

mempersiapkan terbentuknya disiplin ilmu.5

3Sutarjo Adisusilo, Op. cit. hal. 60

4 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Morali, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2016), cet. III, hal. 25 5 Muhammad Takdir Ilahi, op.cit. 27-28

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

13

3. Peranan Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting dalam merealisasikan

agenda pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual,

emosional, dan intelektual anak didik. Begitu besarnya peran pendidikan

dalam kehidupan sehingga ia menempati posisi paling strategis dalam

bidang keilmuan. Untuk itu berikut dijabarkan akan peranan pendidikan:

a. Memecahkan Problematika Umat

Pendidikan berperan penting dalam mengatasi masalah-masalah

yang diakibatkan sindrom globalisasi, semisal dampak kemiskinan.

Masalah kemiskinan menjadi persoalan yang sangat akut dalam sendi-

sendi kehidupan masyarakat. Tidak ayal bila pendidikan diyakini

sebagai alat pemberdayaan yang dapat memutus mata rantai

kemiskinan yang semakin kehilangan fungsinya. Dalam konteks ini,

privatisasi pendidikan pada akhirnya dapat mengarah pada jebakan

kemiskinan dan melanggar fungsi pendidikan sebagai jembatan

kemiskinan.

Menyikapi persoalan ini, manusia diwajibkan untuk selalu mencari

ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya demi mengejar impian.

Dengan harapan mampu menghilangkan kebodohan dan kesengsaraan

yang semakin merajalela dalam kehidupan umat manusia. Disinilah

letak urgentisitas pendidikan dalam memecahkan problematika umat

yang menghiasi seluk-beluk kehidupan manusia. Maka menjadi

penting, peningkatan kualitas pendidikan harus dioptimalisasikan ke

arah yang lebih menjanjikan dan memberikan perubahan berarti bagi

masa depan generasi muda yang kita dambakan.6

b. Mengangkat Martabat dan Derajat Kemuliaan Manusia

Dalam al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa “Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang berpengetahuan dengan beberapa derajat.” Betapa

kemuliaan dapat diperoleh ketika seseorang mampu mengoptimalkan

6 Muhammad Takdir Ilahi, Op. cit. h. 37-39

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

14

potensi pribadinya dalam menjalani kehidupan ini. Demikian pula

dengan orang-orang yang berpengetahuan, pada gilirannya mempunyai

keistimewaan tertentu dibandingkan dengan orang-orang yang tidak

berpengetahuan. Sebagaimana kita kenal bahwa derajat kemuliaan

seseorang sebenarnya tidak lepas dari proses pendidikan yang menjadi

langkah primodial dalam mencapai cita-cita itu semua. Peran

pendidikan begitu besar dalam menumbuh kembangkan potensi, bakat,

kepribadian, sikap mandiri, dan tanggungjawab kepada sesama. Peran

pendidikan menjadi satu-satunya harapan untuk mengangkat derajat

kemuliaan seseorang dari keterbelakangan, kebodohan, kesengsaraan,

dan kemiskinan yang menjadi sindrom menakutkan dalam kehidupan

ini.7

c. Membentuk Generasi Potensial

Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan suatu bangsa sangat

ditentukan oleh generasi masa depan bangsa ke depan. Dalam upaya

membentuk generasi potensial diantaranya sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas keilmuan, wawasan berfikir, dan

kemampuan dalam menganalisis berbagai masalah yang berkaitan

dengan ruang lingkup ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitas

keilmuan dalam pribadi generasi muda, menjadi satu keniscayaan

untuk diaplikasikan agar potensi yang terpendam dapat tersalurkan

dan ditransmisikan dengan baik.

2) Menumbuhkan kreativitas dan keterampilan dalam setiap proses

pembelajaran. Pengembangan kreativitas dan keterampilan yang

dimiliki generasi muda sangat urgen untuk diimplementasikan

karena hal itu bisa berpengaruh pada hasil yang dicapai untuk

menghasilkan karya-karya yang berkualitas.

3) Membentuk kepribadian yang luhur sesuai dengan norma-norma

yang berlaku. Pembentukan kepribadian ini memang menjadi

upaya yang sangat vital dalam mencetak generasi potensial karena

7 Muhammad Takdir Ilahi, Op. cit. h. 39

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

15

kepribadian berkaitan langsung dengan tingkah laku dan sikap

generasi muda dalam kehidupan setiap harinya.8

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (bahasa arab) yang berarti

perangai, tabiat, dan adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi,

pendekatan akhlak berasal dari bahasa arab jamak dari bentuk mufradnya

“khuluqun” yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabi’at. Kalimat ini mengandung segi-segi persesuaian dengan

perkataan “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan

“khalik” yang berarti pencipta, dan “Makhluk” berarti yang diciptakan.

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu perangai

(watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber

timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan

ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.

Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama. Ilmu yang berusaha

mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada

perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.

Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak sebagai kehendak jiwa manusia yang

menimbulkan perbuatan dengan perbuatan dengan mudah karena

kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.9

2. Macam-macam Akhlak

Dalam buku karangan Yatimin Abdullah yang berjudul Studi

Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, macam-macam akhlak terdapat dua

jenis akhlak dalam Islam, yaitu Akhlakul karimah (akhlak terpuji) ialah

akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan Akhlak

Madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar

menurut Islam. Adapun rincian pembagian akan dijelaskan sebagai

berikut: 8 Muhammad takdir Ilahi, Op.cit. hal 40-41

9Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2012), cet. II, hal. 65-67

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

16

a. Akhlakul Karimah (Akhlak Terpuji)

Jenis-jenis akhlakul karimah itu adalah sebagai berikut:

1) Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya); sesuatu yang

dipercayakan kepeda seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau

lainnya yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang

berhak menerimanya. Sebagai realisasi akhlakul karimah adalah

hartawan hendaknya memberikan hak orang lain yang

dipercayakan kepedanya; orang yang diberi rahasia hendaknya

menyimpan, dan lain sebagainya.

2) Al-Alifah (sifat yang disenangi); hidup dalam masyarakat yang

heterogen memang tidak mudah menerapkan sifat al-Alifah, sebab

anggota masyarakat terdiri dari bermacam-macam sifat, watak,

kebiasaan, dan kegemaran satu sama lain yang berbeda. Orang

ynag bijaksana tentulah dapat menyelami segala analisir yang

hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian kepada segenap

situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang

penuh dengan aneka perubahan. Pandai mendudukan sesuatu pada

proporsi sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkataan dan

perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota masyarakat

dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.

3) Al-‘Afwu (sifat pemaaf); apabila orang berbuat sesuatu terhadap

diri seseorang yang karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai

sifat lemah-lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkanlah

kesalahannya, janganlah mendendam serta mohonkanlah ampun

kepada Allah untuknya, semoga ia surut dari langjahnya yang

salah, lalu berlaku baik dimasa depan sampai akhir hayatnya.10

4) Anie Satun (sifat manis muka); menghadapi orang yang

menjemukan, mendengar fitnah yang memburukkan nama baik,

harus disambut dengan manis muka dan senyum. Betapa banyak

10 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), hal. 13

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

17

orang yang bijaksana memakai sikap ini dan banyak terjadi di

dunia diplomasi orang memperoleh sukses dan mencapai

kemenangan, hanya dengan keep smiling diplomatnya di meja

perundingan. Dengan muka yang manis, dengan senyum yang

menghiasi bibir, orang lain dapat mengakui dan menghormati

segala keinginan baik seseorang.

5) Al-Khairu (kebaikan atau berbuat baik); dalam penjelasan dari

Rasulullah bahwasanya tidak patut hanya pandai menyuruh orang

lain berbuat baik, sedangkan diri sendiri enggan mengerjakannya.

Dari itu mulailah dengan diri sendiri (ibda’ binafsi) untuk berbuat

baik. Tidak perlu disuruh berbuat baik terhadap sesama manusia,

tetapi juga terhadap hewan, hendaknya juga berbuat baik, sebab

setiap kebaikan walaupun kecil sekali, namun Allah akan

membalasnya kelak di akhirat.

6) Al-Khusyu’ (tekun bekerja sambil menundukan diri dan berdzikir

kepada-Nya); khusyu’ dalam perkataan, maksudnya ibadah yang

berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah dengan tekun

sambil bekerja dan menundukan hati, tekun dan tetap senantiasa

bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil, memuja asma Allah,

menundukan hati kepada-Nya, khusu’ dikala shalat, memelihara

penglihatan, menjaga kehormatan, jangan berjalan dimuka bumi

Allah dengan sombong.11

7) Sabar; kata sabar berasal dari kata shabr yang merupakan bentuk

Masdar dari kata shabara-yashbiru, yang diantara artinya adalah

menahan. Sedangkan menurut Ibn Mandzur sabar adalah menahan

diri dari kegelisahan dan telah sabar pula dari musibah. Kata sabar

merupakan kata umum yang memiliki arti berbeda-beda sesuai

dengan konteksnya. Jika seseorang mampu bertahan dalam

musibah, maka ia disebut sabar, lawannya al-Juzu’ (gelisah). Akan

tetapi sabar dalam perjuangan disebut syaja’ah (berani), lawannya

11 Yatimin Abdullah,Ibid. . 13-14

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

18

al-Jubn (takut), menahan sesuatu (sabar) yang mengkhawatirkan

disebut rahb al-Sadr (lapang dada), lawannya al-Dajir (emosi),

sabar menahan bicara disebut kitman (diam atau tertutup),

lawannya al-Mazil (terbuka).12

8) Tawakal; tawakal adalah menyandarkan hati kepada Allah ketika

mencari maslahat atau menghindari mudharat dalam perkara

duniawi dan ukhrawi. Mukmin yang bertawakal akan menyerahkan

seluruh urusannya kepada Allah swt dan mewujudkan

keimanannya dengna meyakini bahwa hanya Allah yang mampu

memberi atau tidak memberi sesuatu, dan mendatangkan manfaat

atau marabahaya. Pada dasarnya tawakal dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu tawakal kepada Allah dalam upaya pemenuhan

hamba dan keuntungan duniawi atau menahan datangnya bahaya di

dunia, dan tawakal kepada Allah untuk mencapai hal yang diridhai

dan dicintai-Nya, yaitu tawakal dalam iman, jihad, dan dakwah

agama-Nya.13

9) Ikhlas; Secara etimologi ikhlas berasal dari kata ikhlas yang

merupakan bentuk mashdar dari akhlasa-yukhlisu. Jadi ia terangkai

dari huruf dasar kha-la-sha yang menunjukan makna penyucian.

Sedangkan secara terminologi, menurut pendapat beberapa ahli

yaitu:

Kafawi berpendapat bahwa ikhlas adalah beribadah dengan

meniatkan penyembahan terhadap sesuatu yang disembah.

Menurutnya, kata ini dapat juga diartikan sebagai penyucian

rahasia, perkataan dan amal.

Adapaun Jurjani berpendapat, ikhlas adalah tidak meminta

orang lain sebagai saksi dalam beramal, tetapi hanya Allah swt.

sematalah yang menjadi saksi.

12Ridjaluddin, Sabar Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Lembaga Kajian Islam

Nugraha Ciputat, 2009), hal. 3-4 13 Mahmud al-Mishri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Pundi

Aksara, 2011), cet. II, hal. 268-269

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

19

Sedangakan menurut Abu Utsman al-Magribi, ikhlas adalah

sikap seseorang yang melupakan pandangan seluruh makhluk

Allah terhadap amal yang dilakukan lantaran selalu dilihat dan

diawasi oleh Tuhannya.14

b. Akhlakul Madzmumah (Akhlak Tercela)

Jenis-jenis akhlakul madzmuamh (akhlak tercela) itu adalah

sebagai berikut:

1) Ananiyah (sifat egoistis); manusia hidup tidaklah sendiri, tetapi

berada ditengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin

jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya,

tetapi jika akibat perbuatannya yang buruk masyarakatnya pun

turut pula menderita.

2) Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak hak atau

melacur); melacur dikutuk masyarakat, baik laki-laki maupun

wanita. Wanita yang beralasan karena desakan ekonomi, atau

karena patah hati dengan suaminya, mencari kesenangan hidup

pada jalan yang salah, jelas dilaknat Allah. Kegemaran melacur,

menimbulkan mudharat yang tidak terhingga, dapat memperoleh

penyakit dan merusak tatanan sosial.

3) Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, terlalu cinta harta); bakhil, kikir

adalah sifat yang sangat tercela dan paling dibenci Allah. Hidup di

dunia ini hanya sementara, apa yang Allah amanahkan hanya

pinjaman sementara. Jika mati semua yang ada di dunia tidak akan

dibawa kecuali hanya kain kafan pembungkus badan saja.

4) Al-Kadzbu (sifat pendusta atau pembohong); maksdunya sifat

mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud

untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang

sengaja yang berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi

pelaku, juga adakalnya secara brutal ia bertindak, yaitu

mengadakan kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tidak

14Mahmud Al-Mishri, Ibid. hal. 36

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

20

bersalah. Orang seperti ini setiap perkataannya tidak dipercaya

orang lain. Di dunia ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia

akan menerima siksa.

5) Al-Khamru (gemar minum minuman yang memabukkan);

minuman beralkohol walaupun rendah kadarnya diharamkan.

Bilamana orang sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal

sehatnya. Akal merupakan kemudi yang dapat membedakan baik

dari yang buruk, benar dari yang salah. Kehilangan pertimbangan

akal menyebabkan orang lupa kepada Allah dan agama. Agama

adalah akal, tiada beragama bagi orang yang tiada berakal. Setelah

hilang akal maka hilanglah sifat malunya. Ia berkata dan

berperilaku tak wajar.

6) Al-Khiyanah (sifat pengkhianat); karena tindakannya yang licik,

sifat khianat untuk sementara waktu tidak diketahui manusia, tetapi

Allah maha mengetahui. Ia tidak segan bersumpah palsu untuk

memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh,

karena ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dia tidak

mempeoleh keuntungan dari tindakannya yang tidak jujur itu, sifat

senang mengorbankan teman sendiri, jadi musuh dalam selimut,

menggunting dalam lipatan. Sifat amanah membawa kelapangan

rezeki, sedangkan khianat menimbulkan kefakiran.

7) Azh-Zhulmun (sifat aniaya); aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak

pada tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya diberikan.

Penganiayaan dapat memutuskan ikatan persaudaraan antara

sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang zalim karena

manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan.15

8) Al-Jubnu (sifat pengecut); sifat pengecut adalah perbuatan hina,

sebab tidak berani mencoba, belum mulai berusaha sudah

15Yatimin Abdullah, Op. cit. hal. 14-16

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

21

menganggap dirinya gagal. Ia selalu ragu-ragu dalam bertindak.

Keragu-raguan memulai sesuatu berarti suatu kekalahan.16

3. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Akhlak

Pada umumnya dalam dunia pendidikan kita sudah mengetahui tiga

aliran yang amat popular, yang mana dalam aliran-aliran tersebut

menjelaskan aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak,

diantaranya:

a. Aliran Nativisme

Menurut aliran nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seorang adalah factor bawaan dari dalam

yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-

lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan

kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi

baik.

Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada

dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan

pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk

sebagaiamana yang telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang

menghargai atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan

pendidikan.

b. Aliran Empirisme

Menurut aliran empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor luar, yaitu

lingkungan social, termasuk pembinaan yang diberikan kepada anak

itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini

tampak lebih percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia

pendidikan dan pengajaran.

c. Aliran Konvergensi

16Yatimin Abdullah, Op. cit. hal. 16

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

22

Pada aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor

dari luar yaitu Pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus

atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan

kecenderungan kea rah yang baik yang ada di dalam diri manusia

dibina secaraintensif melalui berbagai metode.

Aliran ini tampak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat

dipahami dari ayat dan hadis berikut ini:

ة د ئ ف اال و ار ص ب اال و ع م الس م ك ل ل ع ج ا و ئ ي ش ن و م ل ع ت ال م ك هت م ا ن و ط ب ن م م ك ج ر خ ا هللا و ن و ر ك ش ت م ك ل ع ل

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl [16]: 78)

Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi

untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari.

Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran

dan Pendidikan.

Kesesuaian teori konvergensi di atas, juga sejalan dengan hadis

nabi yang berbunyi:

واه البخارى(ر ) ه ان س ج ي و ا ه ان ر ص ن ي و ا ه ان د و ه ي اه و ب ا ف ة ر ط ف ى ال ل ع د ل و ي د و ل و م ل ك “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa

ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang

tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau

Majusi.” (HR. Bukhari)17

Ayat dan hadis di atas selain menggambarkan adanya teori

konvergensi juga menunjukan dengan jelas bahwa pelaksanaan utama

dalam pendidikan adalah kedua orangtua. Itulah sebabnya orang tua,

khususnya ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yakni tempat

berlangsungnya kegiatan pendidikan. Dan di dalam hadis nabi banyak

17Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 143-145

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

23

dijumpai anjuran agar orang tua membina anaknya. Misalnya hadis

yang berbunyi:

ة ل ح ن ا ف ن أر ق ال ة اء ر ق و ه ت ي ب ل ه ا ب ح و م ك ي ب ن ب ح ال ص خ ث ل ث لىع م ك د ال و ا او ب د ا )رواه الديلم عن على( ه ائ ي ف ص ا و ه ائ ي ب ن ا ع م ه ل ظ ال ا ل ظ ال م و ي هللا ل ظ ف ن أر ق ال

“Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara; mencintai nabimu,

mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur’an, karena yang

membawa (hafal) al-Qur’an akan berada dibawah lindungan Allah

swt di hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya,

Bersama para nabi dan kekasihnya.” (HR. al-Dailami dari Ali)

Selain itu ajaran Islam juga sudah memberi petunjuk yang lengkap

kepada kedua orang tua dalam pembinaan anak ini. Petunjuk tersebut

misalnya dimulai dengan cara mencari calon atau pasangan hidup yang

beragama, banyak beribadah pada saat seorang ibu sedang

mengandung anaknya, mengazani pada telinga kanan dan mengkomati

pada telinga kiri pada saat anak itu dilahirkan, memberikan makanan

madu sebagai isyarat perlunya makan yang bersih dan halal, mencukur

rambut dan mengkhitannya sebagai lambang suka pada kebersihan,

memotong akikah sebagai isyarat menerima kehadirannya, memberi

nama yang baik, mengajarkan membaca al-Qur’an beribadah terutama

shalat lima waktu pada saat anak mulai usia tujuh tahun, mengajarkan

cara bekerja di rumah tangga, dan menikahkannya pada saat dewasa.18

4. Metode Penanaman Akhlak

Ada berbagai macam cara untuk menenamkan akhlak yang sesuai

dengan Islam di masyarakat, diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

a. Ibadah

Ibadah (maksudnya beribadah kepada Allah dengan sebenar-

benarnya) merupakan metode amaliah dan media utama pendidikan.

Ibadah mendidik manusia seutuhnya karena dalam ibadah terdapat

pendidikan jasmani, rohani, sosial, moral, estetika, dan logika.

18Abudin Nata,Ibid. hal. 145-146

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

24

1) Shalat; shalat mendidik manusia dalam berakhlak dan berpikir.

Shalat berfungsi sebagai penghubung manusia dengan Allah,

penguat kehendak dan motivasi, pendukung kontrol diri, dan

melatih kesabaran. Melaksanakan shalat tepat pada waktunya juga

mengajarkan keteraturan dan keseriusan memelihara waktu. Jika

kita terbiasa melaksanakan shalat wajib tepat waktu, kita akan

terbiasa untuk bekerja secara disiplin, segera menggunakan

kesempatan yang ada sebelum kesempatan itu hilang, dan

menjauhkan diri dari kemalasan.

2) Puasa; puasa mendidik kekuatan jasmani dan rohani kita. Puasa

menjadi kita terbiasa untuk mengontrol diri dan menahan gejolak

hawa nafsu.

3) Zakat; berzakat mendidik manusia untuk taat pada perintah Allah

swt. dengan cara melatih dan mendidik kita untuk menghilangkan

sifat mementingkan diri sendiri dan membangun sifat berbagi

dengan orang lain.

b. Amar Ma’ruf Nahi munkar dan Saling Berwasiat dalam Kebenaran

Saling mengingatkan, ber-amar ma’ruf nahi munkar, berwasiat

dalam kebenaran dan kesabaran adalah bagian dari metode pendidikan

Islam yang sesuai dengan sunah Rasulullah saw. Di dalam metode

saling berwasiat, terkandung ajakan kepada setiap muslim untuk

menjadi pendidik yang mengajarkan kepada muslim yang lain,

mengingatkan kebaikan dan kebenaran, berdakwah untuk mengerjakan

keduanya, mengingatkan jika terjadi keburukan dan kerusakan, dan

berdakwah untuk menjauhi keduanya.19

c. Membuat Perumpamaan

Perumpamaan dapat menggambarkan sesuatu yang tidak nyata

menjadi seperti nyata sehingga maknanya dapat dimengerti manusia.

Acapkali, makna-makna yang dipahami oleh akal manusia baru bisa

dimengerti jika dijelaskan dalam praktik yang lebih mudah dimengerti.

19Mahmud Al-Mishri, Op. cit. hal. 913-914

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

25

Perumpamaan akan menguak hakikat-hakikat yang belum nyata

seolah-olah nyata dan memaparkan permasalahan-pemasalahan yang

belum terlihat seolah-olah terlihat. Beragam perumpamaan dapat

membentuk satu titik pemahaman yang mengagumkan ketika

dipaparkan dengan ungkapan yang singkat. Peran perumpamaan

sebagai sarana pembelajaran dalam al-Qur’an sangat penting untuk

menanamkan nilai-nilai Islami kepada setiap muslim. Dengan

menggunkan perumpamaan, nilai-nilai yang akan disampaikan akan

lebih mudah untuk dipahami oleh orang-orang yang mempelajarinya.

Selain itu, hasil pembelajaran itu akan membuat kita lebih bijaksana

dan akhlak kita pun menjadi lebih baik.

d. Menyampaikan Pesan dan Nasihat

Mendidik melalui nasihat penting untuk menumbuhkan nilai-nilai

keislaman. Nasihat dapat diberikan secara langsung melalui petuah-

petuah karena sebagian besar manusia menyukai mendengarkan petuah

orang yang dicintainya. Dalam kondisi seperti itu, pesan dan nasihat

berpengaruh besar terhadap para pendengarnya.

e. Keteladanan

Seorang pendidik atau dai harus bisa menjadi suri tauladan dalam

perkataan dan perbuatan. Rasulullah saw. adalah suri teladan bagi

kaum muslimin. Karena itu, seorang da’i harus baik akhlaknya. Pada

hakikatnya, akhlak yang baik merupakan dakwah praktis. Karena itu,

setiap gerak-gerik da’i tersebut harus mengandung dasar-dasar dan

nilai-nilai dakwah kebaikan serta mengajak manusia untuk turut

melaksanakan akhlak yang baik.20

f. Pembelajaran dengan Prinsip Learning by Doing

Untuk membentuk akhlak kaum muslimin Rasulullah saw.

menggunakan metode pembelajaran learning by doing (belajar sambil

melakukan). Pendidikan islam dengan cara seperti ini tampak dari

ayat-ayat dan hadis-hadis Rasulullah saw. yakni pendidikan yang

20 Mahmud Al-Mishri, Op. cit. hal. 913-916

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

26

bertolak dari perkataan menuju perbuatan yang konstruktif, akhlak

yang mulia, atau perubahan perilaku yang mewujudkan manusia utama

sebagaimana yang telah digambarkan Islam.

g. Bercerita

Berkisah atau bercerita merupakan salah satu metode yang paling

efektif untuk mengajarkan akhlak yang baik. Rasulullah saw. sering

menggunakan metode untuk menyisipkan pesan-pesan akhlak islami di

dalamnya. Adakalanya beliau becerita menjelaskan perintah atau untuk

lebih memahamkan makna sebuah ayat atau hal lainnya. Tema-tema

tersebut mengandung berbagai macam nilai yang agung. Kisah-kisah

yang dipaparkan al-Qur’an adalah salah satu sarana pembelajaran dan

pembentukan nilai-nilai akhlak islami. Kisah-kisah tersebut

menyampaikan pelajaran yang telah lalu, memberikan perumpamaan-

perumpamaan, menjelaskan jalan-jalan kebaikan, dan memperingatkan

kekafiran dan pengingkaran (terhadap kebenaran).21

h. Bertanya dan Berdiskusi

Metode ini sangat efektif untuk pembentukan akhlak. Hal itulah

yang ditujukan oleh nash-nash al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah

saw. acapkali para sahabat bertanya atau meminta fatwa kepada

Rasulullah saw. atas permasalah yang mereka hadapi, baik dalam

kehidupan beragama maupun urusan dunia. Firman Allah turun untuk

memberikan jawaban kepada mereka.22

C. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an

1. Pengertian Kisah (Qishash)

Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishash, artinya kisah-

kisah, berita atau keadaan. Sedangkan menurut istilah Qashashu al-Qur’an

adalah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul mereka,

21Mahmud Al-Mishri, Ibid. hal. 922 22Mahmud Al-Mishri, Ibid. hal. 925

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

27

serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan

masa yang akan datang.23

Al-Qur’an telah menyebutkan kata qashash dalam beberapa

konteks, pemakaian, dan tashrif (konjungsi) nya, dalam bentuk fi’il madhi

(kata kerja

lampau), fi’il mudhari’ (kata kerja sedang), fi’il amr (kata

perintah), dan dalam bentuk kata mashdar (kata benda).

Imam ar-Raghib al-Ishfahani mengatakan dalam kitab mufradat

nya (al-Mufradat fii Gharib al-Qur’an) tentang kata ini (qashash), “al-

Qashshasu berarti ‘mengikuti jejak’. Dikatakan, ‘Qashashtu atsarahu

‘saya mengikuti jejaknya’.”

Al-Qashash ialah berarti ‘jejak’ (atsar). Allah Ta’ala berfirman:

ا قصصا ثرهاأعلى فارتد “…. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (al-

Kahfi:64)

Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah

yang benar dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah

jujur dan betul. Ini karena Allah lah yang menceritakan kisah itu dan Allah

benar-benar menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, dan ia telah

mentakdirkannya; peristiwa-peristiwa itu terjadi menurut pengetahuan,

kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu, ucapan Allah tentang kisah itu

tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan, dan

siapakah yang lebih benar ceritanya daripada Allah?.

Kisah al-Qur’an telah diberi karakter sebagai kisah yang benar (al-

Qashash al-Haq). Dalam surat Ali Imran, setelah disebutkan beberapa

ayat yang membantah orang-orang Nasrani perihal kemanusiaan Isa bin

Maryam a.s dan menyanggah anggapan bahwa mereka seputar

penisbatannya kepada Allah swt. (sebagai anak-Nya), dan mengisahkan

23Ahmad Syadali dkk, Ulumul Qur’an II Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MkDK,

(Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 27

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

28

kepada mereka peristiwa ibunda Maryam r.a yang mengandung Isa,

kemudian melahirkannya, kemudian disebutkan satu ayat yang menyifati

kisah ini sebagai kisah yang benar, yang tidak ada padanya kesalahan,

kebohongan, maupun kebatilan.

Allah Ta’ala berfirman,

القصص الق ومامن اله االهللا... لو اان هذ “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan taka da Tuhan (yang

berhak disembah) selain Allah…” (QS. Ali Imran: 62)

Dalam surat an-Naml, al-Qur’an mengisahkan sekilas kisah Musa

a.s dengan Fir’aun, kemudian sekilas kisah Daud a.s. Ia mengulas sejenak

kisah Sulaiman a.s. dengan seekor semut, bala tantara, burung hud-hud,

dan ratu negeri Saba’ (ratu Balqis), serta kisah mengikutnya ratu Balqis

kepada Sulaiman a.s. dan masuknya ia ke dalam agamanya (Islam).

Kemudian al-Qur’an memberikan komentar terhadap kisah itu dengan

firman-Nya,

“Sesungghunya al-Qur’an ini menjelaskan kepada bani Israel sebagian

besar dari (perkara-perkara yang mereka berselisih tentangnya.)” (an-

Naml: 76)24

Allah telah memerintahkan Rasul-Nya untuk menceritakan kisah

itu kepada manusia dan menjelaskan bahwa hal ini dapat mendorong

orang-orang yang mendengarnya berfikir dan mengambil pelajaran.

Perintah ini datang secara tegas dalam sebuah ayat dari surat al-‘Araaf,

setelah al-Qur’an menyebutkan kisah seseorang yang Allah anugerahkan

kepadanya ilmu pengetahuan, lalu ia melepaskan diri dari ilmu

pengetahuan itu, atau justru mempergunakannya dalam kebatilan, dia

diikuti oleh setan (sampai tergoda) dan dia hidup dalam kondisi selalu

“menjulurkan lidah” bagaikan seekor anjing yang selalu menjulurkan

lidahnya.25

24 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang Dahulu, (Jakarta:

Gema Insani, 1999), hal. 21-23 25Shalah al-Khalidy, Ibid. hal. 27

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

29

2. Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur’an

Kisah-kisah dalam al-Qur’an terdapat beberapa macam, diantaranya:

a. Dari segi waktu

Ditinjau dari segi waktu kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga

bagian, yaitu:

1) Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu, seperti kisah tentang

dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah

bumi (QS. Al-Baqarah: 30-34), kisah tentang penciptaan alam

semesta (QS. Al-Furqan: 59, QS. Qaf: 38), dan kisah tentang

penciptaan Nabi Adam dan Kehidupannya ketika di surge (QS. Al-

A’raf: 11-25).

2) Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini, seperti kisah tentang

turunnya Malaikat pada malam Lailatul Qadar (QS. Al-Qadar: 1-

5), dan kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti

setan, jin atau iblis (QS. A’raf : 13-14).

3) Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang,

seperti kisah tentang akan datangnya hari kiamat (surat al-Qari’ah,

surat az-Zalzalah, dan lain sebagainya), kisah tentang Abu Lahab

kelak diakhirat (surat al-Lahab), dan kisah tentang kehidupan

orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di neraka (surat

al-Ghasyiah, dan lain sebagainya)

b. Dari segi materi

Ditinjau dari segi materi kisah-kisah dalam al-Qur’an dibagi

menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Kisah-kisah para Nabi

2) Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau

yang tidak dapat dipastikan kenabiannya.

3) Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi

dimasa Rasulullah.26

26 Ahmad Syadali dkk, Op.cit. hal. 27-30

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

30

3. Tujuan Kisah-kisah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an telah mengisyaratkan melalui pembicaraannya kisah-kisah

itu tiga tujuan dari penyebutan kisah-kisah itu. Ia mengajak kita untuk

memperhatikan dan mengejawantahkannya ketika kita sedang membaca

kisah-kisah itu, serta mencermati dan aktif berinteraksi dengannya.

Adapun hikmah kita mempepelajari kisah-kisah dalam al-Qur’an adalah

sebagai berikut:

a. Mendengarkan kisah-kisah al-Qur’an, merenungkan dan dan

memperhatikannya, akan menggiring kita untuk berpikir. Berpikir

merupakan kerja akal dimana manusia mengaktifkan daya pikirnya dan

mendayagunakan akalnya, lalu merenungkan episode-episode kisah

yang memuat nasihat dan pelajaran. Al-Qur’an menginginkan kita

untuk senantiasa berpikir dan mengambil pelajaran, dan ia mengajak

kita dalam banyak ayat untuk berpikir dan mengambil pelajaran,

sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,

ا ف رادى ث ت ت فكروامثن و ل أعظكم بواحدة أن قوموا قل ان “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu

suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)

berdua-dua atau sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang

Muhammad)…’” (QS. Saba’: 46)

Sesungguhnya berpikir itu merupakan suatu kewajiban qur’ani,

keharusan dalam Islam, dan keniscayaan hidup. Orang-orang yang

tidak melaksanakan kewajiban ini dan menelantarkannya, mereka itu

membuang percuma kenikmatan Tuhan yang telah dianugerahkan

kepada mereka dan menyia-nyiakan potensi besar yang dikaruniakan

Allah kepada mereka.27

Berpikir, menalar, dan mengambil pelajaran merupakan buah dari

membaca kisah orang-orang dulu yang ada dalam al-Qur’an, hasil dari

mendengarkan kisah-kisah al-Qur’an dan merupakan salah satu tujuan

27 Shalah al-Khalidy, Op. cit. hal. 28-29

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

31

mulia yang harus dituju oleh setiap orang yang membaca al-Qur’an,

mendengarkan atau mengisahkannya kepada para pendengar.

b. Dengan kisah-kisah dalam al-Qur’an dapat meneguhkan hati,

sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

الرسل مان ث ب ت به ف ؤادك وجاءك ف هذه عليك من ان باء ن قص وكلا الق وموعظة وذكرى للمؤمني

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah

kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat

ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan

peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120)

Ayat ini merupakan sebuah orasi kepada Rasulullah saw. yang

disebutkan setelah memaparkan kisah-kisah Nabi Nuh, Huud, Shaleh,

Ibrahim, Luth, Syu’aib, dan Musa a.s. dalam surat Huud. Surat Huud

diturunkan kepada Rasulullah saw. pada masa krisis dan berat,

termasuk masa-masa yang paling krisis yang dilalui dakwah Islam di

Mekah. Maka Rasul saw. dan umat Islam bersamanya membutuhkan

hiburan untuk membesarkan hati, menentramkan dan meneguhkan

hati, lalu datanglah kisah nabi-nabi untuk mewujudkan tujuan al-

Qur’an yang mulia ini.

Sesungguhnya orasi di ayat ini adalah universal, mencakup umat

Islam dimana saja berada dan ditujukan kepada setiap muslim di setiap

zaman dan tempat, meskipun pada dasarnya ditujukan kepada

Rasulullah saw, karena sebenarnya orasi yang ditujukan kepada

Rasulullah juga merupakan orasi yang tertuju pada kepada setiap

individu umatnya, selama tidak ada dalil yang menyatakan kekhususan

orasi itu hanya Rasulullah.28

Umat Islam pada masa kini lebih membutuhkan realisasi tujuan al-

Qur’an ini dari kisah-kisahnya. Kita lebih membutuhkan peneguhan

hati kita melalui kisah-kisah al-Qur’an, yaitu mewujudkan ketentraman

28 Shalah Al-Khalidy, Op.cit. hal. 30-31

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

32

hati, memantapkan posisi kita pada jalan kebenaran, dan meneguhkan

pendirian kita. Ayat ini memberikan kepada kita bahwa telah hadir

kepada kita melalui kisah-kisah al-Qur’an: al-Haq (kebenaran),

pelajaran, dan peringatan bagi orang-orang mukmin.

c. Pelajaran bagi orang-orang yang berpikir, hal ini terdapat dalam firman

Allah Ta’ala,

ي فتى ولكن تصديق الذى بي اكان حدي ثالقدكان ف قصصهم عبة ألول االلباب م

لقومن ي ؤمن ون يديه وت فصيل كل شىء وهدى ورحة

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang-orang ynag mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita

yang dibuat-buat tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya

dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat

bagi kaum beriman.” (QS. Yusuf:111)

Inilah ayat terakhir dalam surat Yusuf yang seolah-olah mengajak

kita untuk mencermati tujuan dari kisah nabi Yusuf yang disebutkan

dalam surat secara keseluruhan. Telah disebutkan sebelumnya ayat

yang menjelaskan konsep kisah al-Qur’an dalam permulaan surat

Yusuf, yaitu firman Allah Ta’ala “Kami menceritakan kepadamu kisah

yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu…”

(QS. Yusuf: 3).29

Ketika kita mengamati kedua ayat itu maka kita menemukan

sebuah hal yang menarik. Ayat yang terdapat pada permulaan surat

kisah Yusuf a.s tersebut menjelaskan kepada kita sumber kisah-kisah

al-Qur’an, menyifatinya sebagai kisah terbaik dan memperkenalkan

kepada kita konsep al-Qur’an yang indah dalam mengambil kisah ini,

mencermati dan berinteraksi dengannya. Adapun ayat yang terdapat di

akhir surat ini mengisyaratkan kepada kita akan tujuan dari penyebutan

kisah ini dalam al-Qur’an dan seolah-olah mengajak kita untuk

29Shalah Al-Khalidy, Op.cit. hal. 31-32

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

33

mewujudkan tujuan ini dalam diri kita, sehingga kita justru tidak

menjadikan kisah itu sebagai tujuan.

Kisah al-Qur’an dijadikan sebagai ibrah (pelajaran). Ibrah diambil

dari akar kata ‘ubur’ yang berarti menyeberang. Ketika seseorang

menjumpai kisah-kisah orang dahulu dalam al-Qur’an, seolah-olah ia

menyeberang ke masa orang-orang dahulu, seolah-olah ia terlepas dari

ikatan masa dan tempat serta terbebas dari belenggu realita, melampaui

pandangan terbatas yang pendek, meluncur kepada dunia yang luas

dari sejarah orang-orang lama dan kisah orang-orang dahulu, lalu ia

hidup bersama mereka, memantau dan mengambil pelajaran dari

mereka.

Sesungguhnya kisah-kisah al-Qur’an merupakan sebuah khazanah

yang tidak akan habis dan sebuah mata air yang tidak akan kering,

tentang pelajaran, petunjuk, dan peringatannya, tentang keimanan dan

akidah, tentang amal dan dakwah, tentang jihad dan perlawanan,

tentang logika dan retorika, tentang kesabaran dan keteguhan, dan

tentang parameter aksiomatika.

Sesungguhnya pelajaran padanya hanya khusus bagi orang-orang

yang berakal dan orang-orang yang memilki nalar yang benar,

pandangan yang jernih, perhatian yang konkret, pengalaman dakwah,

dan kontribusi jihad. Akan tetapi orang-orang yang berakal (ulul

albab) memilki konsep lain dalam memahami kisah-kisah al-Qur’an,

yang dengannya mereka mewujudkan tujuan al-Qur’an yang mulia ini,

melaluinya mereka mendulang petunjuk, pelajaran, peringatan, dan

mereka tidak sudi untuk menyibukkan diri mereka dan orang lain

dengan apapun yang dapat menghalangi mereka dari petunjuk,

pelajaran, dan peringatan ini.30

30Shalah al-Khalidy, Ibid. hal. 28-34

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

34

4. Hikmah Kisah dalam Al-Qur’an

Kisah-kisah dalam al-Qur’an memilki beberapa macam hikmah

atau faedahnya, diantaranya sebagai berikut:

a. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan

pokok-pokok syariat yang disampaikan para Nabi.

b. Memantapkan hati Rasulullah SAW dan umatnya dalam mengamalkan

agama Allah (Islam) dan menguatkan kepercayaan para mukmin

tentang akan datangnya pertolongan Allah dan kehancuran orang-

orang yang sesat.

c. Mengabadikan usaha para Nabi dan peringatan bahwa para Nabi

terdahulu adalah benar.

d. Menempatkan kebenaran Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya,

dengan tepat beliau menerangkan keadaan umat-umat terdahulu.

e. Menyingkap kebohongan-kebohangan ahli kitab yang telah

menyampaikan isi kitab mereka yang murni dan mengoreksi pendapat

mereka.

f. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang mulia.

g. Menarik perhatian para pendengar yang diberikan pelajaran kepada

mereka.31

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan yang sebelumnya pernah diteliti dan dikaji

adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu (2016) yang berjudul

“Nilai-nilai Pendidikan dalam Kisah Nabi Ibrahim dan Implementasinya

dalam Kepribadian Anak.” Dalam penelitian ini menunjukan bahwa kisah

nabi Ibrahim merupakan salah satu kisah yang syarat dengan nilai-nilai

pendidikan terutama pada kisah yang terdapat dalam surat ash-Shafaat [39]

ayat 100-111. Nabi Ibrahim telah berhasil menjalankan perannya sebagai

seorang pendidik utama dan pertama bagi anaknya.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sri Rahayu adalah dalam penelitian ini membahas dan mengkaji tentang nilai-

31 Ahmad Syadali, dkk, Op.Cit. hal. 30-31

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

35

nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah nabi Ibrahim, dan metode

penelitian pun sama, yaitu menggunakan metode library research.

Adapun perbedaan penelitian penulis dengan Sri Rahayu terletak pada

kajiannya. Dalam penelitian yang dilakukan Sri Rahayu kajian penelitian

secara umum, tidak secara mendalam dan terperinci. Sedangkan dalam

penelitian penulis lebih mendalam, yakni mengkaji tafsir yang berkaitan

dengan kisah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam surat ash-Shafat ayat 100-

111.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian yang penulis kaji yaitu tentang nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kisah nabi Ibrahim (kajian tafsir surat ash-Shafat ayat 100-111).

Adapun waktu yang dilaksanakan pada penelitian ini dimulai pada bulan

Agustus 2018 dengan perencanaan penelitian sebagai berikut: pada bulan

Oktober 2018 mencari dan mengumpulkan data-data beserta referensi-

referensi dari berbagai sumber, baik sumber primer maupun sumber skunder.

Selanjutnya, pada bulan November 2018 proses penganalisaan dari data-data

yang telah dikumpulkan

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dengan menggunakan pendekatan tafsir hermeneutic. Tafsir hermeneutik

merupakan suatu metode penafsiran yang berangkat dari analisis bahasa

dan kemudian melangkah ke analisis konteks, untuk kemudian menarik

makna yang di dapat ke dalam ruang dan waktu saat proses pemahaman

dan penafsiran tersebut di lakukan. Jika pendekatan hermeneutik ini

dipertemukan dengan kajian al-Qur’an, maka persoalan dan tema pokok

yang dihadapi adalah bagaimana teks al-Qur’an hadir di tengah

masyarakat, lalu difahami, ditafsirkan, diterjemahkan, dan di dialogkan

dengan dinamika realitas historisnya.1

Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah metode tafsir

Tahlili, tafsir tahlili ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segala segi

dan maknanya, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan

dalam mushaf utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini mengurangi kosa

kata dan lafaz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan

1 Nashrudin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Pustaka Pelajar, 1998), cet. I, hal.

31

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

37

kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat di-istinbath-kan dari ayat

serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan

surat sebelum dan sesudahnya. Untuk itu semua merujuk pada sebab-sebab

turun ayat, hadis-hadis Rasulullah dan riwayat para sahabat dan tabi’in.2

Menurut Said Agil Husin al-Munawar dalam buku yang berjudul

Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan karya Anshori,

terdapat empat aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menafsirkan

ayat dengan menggunakan metode Tahlili ini, diantaranya:

a. Menjelaskan arti kata-kata (mufradat) yang terkandung di dalam suatu

ayat yang ditafsirkan.

b. Menjelaskan asbab an-Nuzul, baik secara asbabi atau ibtida’i.

c. Menyebutkan kaitan ayat yang satu dengan ayat yang lain (munasabah

al-Ayat) dan hubungan antara surat dengan surat yang lain baik

sebelum atau sesudahnya (munasabah al-Surat).

d. Menjelaskan hal-hal yang bisa disimpulkan dari ayat tersebut, baik

yang berkaitan dengan hukum, tauhid, akhlak, atau yang lainnya.3

Tafsir bi al-Ma’tsur adalah penafsiran ayat al-Qur’an terhadap

maksud ayat al-Qur’an yang lain. Termasuk dalam tafsir bi al-ma’tsur

adalah penafsiran al-Qur’an dengan hadis-hadis yang diriwayatkan dari

Rasulullah, penafsiran sahabat dengan pendapat para sahabat berdasarkan

ijtihad mereka, dan penafsiran al-Qur’an dengan pendapat tabi’in.4

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang

berkaitan dengan tema yang diambil dalam penelitian ini, dengan

mengambil sumber-sumber yang bersifat primer, yakni dari kitab al-

Qur’an dan tafsirnya. Seperti tafsir al-Misbah, tafsir al-Maraghi, tafsir

Jalalain, dan tafsir al-Azhar. Adapun data yang bersifat sekunder yaitu dari

buku-buku yang membahas berkaitan dengan kisah-kisah nabi Ibrahim

2Said Agil Husin Munawar, Op.cit. hal. 69 3Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2013), cet. I, hal. 208 4Said Agil Husin Munawar, Op.cit. hal.70

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

38

dengan nabi Ismail dan buku-buku yang masih berkaitan dengan tema

yang diambil oleh penulis

C. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini penulis memfokuskan penelitian mengenai isi

kandungan surat ash-Shafat ayat 100-111, bagaimana kisah nabi Ibrahim yang

terkandung dalam ayat tersebut, serta nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung didalamnya.

D. Prosedur Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam analisis data, penulis menggunakan dengan teknik pengumpulan

data berupa dokumen-dokumen, artikel-artikel, buku-buku yang terkait,

beserta kitab-kitab tafsir, yang kemudian penulis analisis untuk

memperoleh data informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian,

maka sumber datanya meliputi:

a. Data Primer

Yaitu data yang berasal dari sumbernya, dalam hal ini adalah buku-

buku yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang dibahas. Jadi

pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan tafsir

tahlili. Melalui pendekatan ini diupayakan untuk memahami makna

yang terkandung dalam surat as-Shafat ayat 100-111.

b. Data Skunder

Yaitu data yang tidak langsung yang berupa catatan-catatan atau buku-

buku yang berisikan pengetahun tentang al-Qur’an, buku-buku tentang

pendidikan, serta sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan

pembahasan.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengelompokkan,

membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkat data sehingga

mudah untuk dibaca dan dipahami. Dengan perkataan lain, kegiatan

analisis data adalah data mentah yang telah dikumpulkan perlu

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

39

dikategorisasikan atau dibagi atas beberapa kategori/kelompok, dilakukan

manipulasi, serta disingkat sedemikian rupa sehingga data dapat menjawab

masalah sesuai dengan tujuan penelitian, dan dapat menguji hipotesis.

Kegiatan melakukan manipulasi terhadap data mentah berarti mengubah

data mentah menjadi suatu bentuk yang mudah untuk memperlihatkan

hubungan antara beberapa fenomena.5

Dalam menganalisis suatu data, penulis menggunakan metode

tafsir tahlili dengan beberapa langkah, diantaranya:

1. Penulis memulai dengan menjelaskan kosa kata yang terdapat dalam

surat ash-Shafat ayat 100-111, yang mana dengan menjelaskan kosa

kata terdapat dari masing-masing ayat mengacu pada kitab-kitab tafsir.

2. Setelah menjelaskan kosa kata ayat per-ayat, kemudian penulis

menjelaskan munasabah atau hubungan dengan ayat-ayat yang masih

berkaitan dengan kisah nabi Ibrahim dalam surat ash-Shafat ayat 100-

111.

3. Menjelaskan makna yang terkandung dalam surat ash-Shafat ayat 100-

111 dengan dibantu dari penjelasan ayat atau hadits atau ilmu yang

berkaitan dengan ayat tersebut. Pada tahap ini penulis menjelaskan

makna yang terkandung dalam surat ash-Shafat ayat 100-111 dengan

menggunakan literatur dari kitab tafsir, kemudian hadits-hadits

Rasulullah yang berkaitan dengan makna tersebut, serta buku-buku

penunjang seperti buku pendidikan akhlak. Selain itu pada tahap ini

juga penulis menganalisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandunng dalam surat ash-Shafat ayat 100-111 sesuai dengan

runtutan ayat.

4. Setelah menjelaskan makna ayat dan menganalisisnya, selanjutnya

mencari kesimpulan dari surat ash-Shafat ayat 100-111. Kesimpulan

dari penelitian ini berkaitan tentang apa saja isi kandungan surat ash-

Shafat ayat 100-111, bagaimana kisah nabi Ibrahim yang terkandung

5Sofar Silaen dan Widiyono, Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan Skripsi dan

Tesis, (Jakarta: In Media, 2013), hal. 177

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

40

dalam ayat tersebut, serta nilai-nilai pendidikan akhlak yang

terkandung didalamnya.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

41

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Hidup Nabi Ibrahim a.s

Ibrahim lahir di Kawasan Damaskus, ayahnya bernama Azar, seorang

pembuat patung sekaligus penyembahnya. Pemuda Ibrahim yang telah

mendapat hidayah dari Allah, merasa gelisah dengan keyakinan ayahnya itu.

Melihat hal tersebut Ibrahim lantas dengan santun mengajak ayah dan

kaumnya untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan penghambaan pada

berhala. Akan tetapi, ajakan itu tidak mendapat respons yang baik. Ibrahim

pun akhirnya menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah itu dan

menyisakan satu berhala yang paling besar.

Ketika mereka jumpai berhala-berhala sembahan itu hancur, mereka

langsung menuduh Ibrahim sebagai pelaku penghancuran. Ibrahim pun

akhirnya diadili. Dalam pengadilan itu, dia mengajukan pembelaan bahwa

perusak berhala-berhala itu adalah berhala yang paling besar. Pembelaan

Ibrahim tersebut ternyata tidak diterima oleh kaumnya sehingga akhirnya

terjadi perdebatan yang berakhir dengan utusan bahwa Ibrahim harus dibakar.

Allah segera menolongnya sehingga Ibrahim selamat. Tak sedikit pun

tubuhnya hangus oleh api.

Banyaknya cobaan tidak membuat Ibrahim surut dalam berdakwah. Ia pun

lalu menyeru raja Namrud. Perdebatan sengit terjadi antara mereka berdua dan

berakhir dengan ketidak mampuan Namrud melanjutkan perdebatan. Kejadian

itu menolong Ibrahim untuk meningkatkan diri dari maqam ‘ilm al-yaqiin ke

maqam ‘ain yaqiin. Ia bertanya kepada Allah tentang bagaimana caranya

menghidupkan orang mati. Allah pun menyuruh Ibrahim menyembelih burung

dan memotong-motongnya menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian

diletakan di gunung yang berbeda-beda. Lantas Ibrahim memanggilnya.

Dengan seizin Allah, burung itu hidup kembali dan datang menghampirinya.51

51Syihabuddin Qalyubi, Stalistika Al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim, (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2009), cet. I, hal. 32-33

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

42

Bersama Sarah, istrinya, dan Luth, keponakannya, Ibrahim mengadakan

perjalanan dakwah ke Syam (Syria). Pada waktu itu, penduduk Syam

menyembah bintang. Di sini, terjadilah dialog tentang fenomena alam dengan

mereka. Dari Syam mereka melanjutkan perjalanan dakwah ke Mesir. Raja

Mesir terkenal bengis dan bermaksud menodai Sarah. Akan tetapi, kemudian

ia menyadari kesalahannya. Sarah di hadiahi seorang hamba sahaya bernama

Hajar yang kemudian dinikahi oleh Ibrahim. Dari Mesir mereka kembali ke

Palestina.

Pada awalnya, sebenarnya Sarah ikhlas untuk dimadu. Akan tetapi, setelah

Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan tampak pada dirinya. Untuk

menyelamatkan bahtera rumah tangganya, atas petunjuk Allah, Ibrahim

membawa Hajar dan Ismail ke Makkah. Dari situ, mulailah mereka menjalani

kehidupan baru di lembah Makkah ini. Berawal dengan perjuangan berat,

mereka bertahan untuk hidup. Lantas datanglah pertolongan Allah dengan

munculnya mata air zam-zam. Melalui mimpi, Ibrahim mendapat ujian

keimanan berupa perintah Allah untuk menyembelih Ismail, putera

kesayangannya. Setelah lulus ujian, Ibrahim dan Ismail mendapat perintah

dari Allah untuk membangun dan memelihara Baitullah.

Di Palestina, Sarah mendapat kabar gembira dari Allah melalui malaikat.

Dia akan dikaruniai seorang anak yang bernama Ishaq. Sarah sangat senang

mendengar berita ini. Akan tetapi, hatinya was-was. Ia menyadari bahwa

usianya sudah lanjut dan merasa tidak mungkin lagi mendapatkan keturunan.

Meskipun demikian, bagi Allah hal itu bukanlah hal yang sulit. Ishak pun

lahir. Lebih lanjut, dari Ishaq lahirlah Ya’kub. Nasab ini berlanjut hingga lahir

para Nabi dan para Rasul yang menyeru umat-umatnya untuk beriman dan

hanya beribadah kepada Allah.52

B. Al-Qur’an Surat As-Shafat Ayat 100-111

Surat ash-Shafat adalah surat Makiyyah, yakni turun sebelum nabi

Muhammad saw berhijrah ke Madinah. Surah ini merupakan surat yang ke 56

dari segi perurutan turunnya. Ia turun sesudah surah al-An’am dan sebelum

52Syihabuddin Qalyubi, Ibid, hal. 33-34

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

43

surah Luqman. Yang terdiri dari 182 ayat, menurut cara perhitungan mayoritas

ulama.53

Secara bahasa ash-Shafat berarti yang berbaris-baris, kalimat yang pertama

daripada ayat yang pertama. Yang disebutkan berbaris-baris ialah Malaikat-

malaikat Tuhan di alam Malakut, yang tidak tahu berapa juta bilangannya,

kecuali Allah sendiri. Dalam permulaan surat ini diterangkan dari hal

malaikat. Selain dari yang berbaris rapat dengan teratur untuk melaksanakan

perintah Tuhan, ada lagi malaikat yang bertugas delam pergaulan yang lebih

tinggi di langit ke tujuh tingkat, di luar jangkauan kita.54

Selain itu, dalam surat ini pula diterangkan beberapa orang Nabi dan Rasul

yang berjuang keras melakukan dakwah kepada kaumnya masing-masing.

Mereka telah melakukan tugas yang amat berat. Dalam surat ash-Sahafat ini

adalah tujuh Nabi yang ditonjolkan: Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Luth,

Ilyas, dan Yunus. Yang teramat menarik perhatian ialah bahwa dalam surat ini

yang lebih terperinci diterangkan tentang wahyu yang diterima nabi Ibrahim

yang berupa perintah untuk mengurbankan putranya yaitu Ismail. Bagaimana

nabi Ibrahim di uji kemana berat cintanya, kepada Allah kah atau kepada

anaknya. Rupanya perintah itu dilaksanakannya dengan tidak ragu-ragu dan si

anak pun mendorong dan menggalakkan ayahnya supaya segera melaksanakan

perintah itu.55

1. Ayat dan Terjemah

ال ى ق ع الس ه ع م غ ل ب ام ل ف () م ي ل ح لم غ ب نه ر ش ب ف () ي ح ل الص ن م ل ب ه ب ر ن إ ن د ج ت س ر م ت ما ل ع اف ت ب ي ال ق ىر ت ااذ م ر ظ ان ف ك ب ذ ا ن أ ام ن م ال ى ف ر ا ن إ ن ب ي () م ي اه ر ب ي ن أ نه ي د ن و () ي ب ج ل ل ه ل ت و ام ل س أ ام ل ف () ن ي ب الص ن م هللا اء ش نه ي د ف و () ي ب م ال ء ل ب ال و ل اهذ ن إ () ي ن س ح م ى ال ز ن ك ذل ك ن ا ي ء الر ت ق د ص د ق

53 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002), hal. 4 54 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar Juz 23, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1994), hal. 86 55 Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Ibid. hal. 87

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

44

ى ز ن ك ذل ك () م ي ه ار ب ى إ ل ع لم س () ن ي ر خ األ ف ه ي ل ع ان ك ر ت و () م ي ظ ع ح ب ذ ب () ي ن م ؤ م ال ن م ه ن إ () ي ن س ح م ال

100. Yaa Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak (yang

termasuk orang-orang yang saleh)

101. Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat

sabar.

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha

bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya

aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka

fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku,

kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu

akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’

103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan

anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

104. Dan kami panggillah dia, ‘Hai Ibrahim,

105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya

demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang

berbuat baik.

106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) dikalangan

orang-orang yang datang kemudian,

109. yaitu ‘kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’,

110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang

berbuat baik

111. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman

2. Tafsir Mufradat

Kata (حليم) terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf ha’, lam dan

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

45

mim, yang mempunyai tiga makna dasar, yaitu tidak tergesa-gesa, lubang

karena kerusakan serta mimpi.

Kabar gembira yang disampaikan itu, mengandung isyarat bahwa

anak tersebut adalah anak laki-laki. Ini dipahami dari kata ghulam. Ayat di

atas dari sifatnya sebagai orang yang haliim/penyantun, karena seorang

yang belum dewasa tidak dapat menyandang sifat tersebut.56

Pada kata ( رىأ ) saya melihat, (أذبك) saya menyembelihmu dan

diperintahkan menggunakan bentuk kata kerja mudhari’ (masa kini (تؤمر)

dan datang). Ini untuk mengisyaratkan bahwa apa yang beliau lihat itu

seakan-akan masih terlihat hingga saat penyampainnya itu. Sedang

penggunaan kata tersebut untuk kata menyembelihmu untuk

mengisyaratkan bahwa perintah Allah yang dikandung mimpi itu belum

selesai dilaksanakan. Karena itu pula jawaban sang anak menggunkaan kata

kerja masa kini juga untuk mengisyaratkan bahwa ia siap, dan bahwa

hendaknya sang ayah melaksanakan perintah Allah yang sedang maupun

yang akan diterimanya.57

Kata (تل ه) terambil dari kata (الت ل) yakni tempat tinggi. Ada juga

yang memahaminya dalam arti itu tumpukan pasir/tanah yang keras. Kata

tallahu dari segi bahasa berarti melempar atau menjatuhkan seseorang ke

atas tumpukan. Maksud ayat ini adalah membaringkan dan meletakkan

pelipisnya dengan menatap pada satu tempat yang mantap dan keras, agar

tidak bergerak.58

Kata وفدينه maksudnya anak yang diperintahkan untuk disembelih

(nabi Ismail). yakni dengan domba yang sama dengan domba yang

56 M. Quraish Shihab, Op. cit. hal. 61-62

57 M. Quraish Shihab, Op. cit. hal. 63 58 M. Quraish Shihab, Ibid. hal. 65

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

46

dijadikan kurban oleh Habil. Domba itu dibawa oleh malaikat Jibril, lalu

nabi Ibrahim menyembelihnya seraya membaca takbir.59

3. Tafsir

( ي ح الص ل ن م ل ب ه ب ر ) Tuhanku, berilah aku anak-anak yang taat,

yang dapat membantu aku dalam berdakwah dan menjadi hiburanku di

perantauan, dan mereka bakal menjadi pengganti dari kaumku dan

keluargaku yang telah aku tinggalkan. Tuhan mengabulkan do’a Ibrahim,

dengan firmanNya:

( م ي ل ح لم غ ب نه ر بش ف ) Maka Kami beri kabar gembira kepada Ibrahim dengan

bakal lahirnya seorang lelaki yang ketika mencapai dewasa, dia menjadi

anak yang sangat sabar.

Kedewasaan anak Ibrahim itu dapat dimengerti dan disifatinya dia

sebagai seorang yang halim. Karena, sifat seperti itu memang lazim pada

umur dewasa, disamping jarang sekali terdapat dikalangan anak-anak kecil

sikap lapang dada, kesabaran yan baik dan ketidakliaran terhadap segala

hal. Dan anak ini ialah Ismail as. karena Ismaillah anak yang pertama-tama

diberitakan kepada Ibrahim sebagai kabar gembira. Dia lebih besar

daripada Ishaq, demikian menurut kesepakatan para ulama, baik dari

kalangan ahli kitab maupun kaum muslimin.

Memang, kesabaran manakah yang seperti kesabaran Ismail karena

dikala dia hampir dewasa, ayahnya datang kepadanya dan menyatakan

hendak menyembelihnya, namun dia berkata

ن ي الص ب ن م هللا اء ش ن إ ن د ج ت س “Engkau akan mendapatiku, insya Allah termasuk orang-orang yang

sabar.” (QS. Ash-Shafat [37]: 102)60

59Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, Tafsir Jalalain Berikut

Asbaabun Nuzul Ayat , (Jakarta: Sinar BAru Algensindo, 1987), hal. 1937 60Ahmad musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Juz XXIII, (Semarang: Toha Putra,

1993), hal. 125

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

47

( ىر ات اذ م ر ظ ان ف ك ب ذ أ ن أ ام ن م ال ى ف ر أ ن إ ن ب ي ال ق ي ع الس ه ع م غ ل ا ب م ل ف )

dan tatkala Ismail menjadi besar, tumbuh dan dapat pergi bersama

ayahnya berusaha melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memenuhi

keperluan-keperluan hidupnya, maka berkatalah Ibrahim kepadanya, “Hai

anakku, sesungguhnya aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih ka,u.

maka bagaimanakah pendapatmu?” Mimpinya itu dia ceritakan kepada

anaknya, dia tahu bahwa yang diturunkan kepadanya adalah cobaan dari

Allah, sehinga ia hendak meneguhkan hatinya kalua-kalau dia gusar dan

hendak menentramkan jiwanya untuk menunaikan penyembelihan,

disamping agar dia menginginkan pahala Allah dengan tunduk kepada

perintah-Nya. Kemudian Allah menerangkan bahwa Ismail itu mendapat

dan patuh serta tunduk kepada apa yang diperintahkan kepada ayahnya.

( ر م ؤ ات م ل ع اف ت ب ي ال ق ) Ismail berkata: Hai ayahku, engkau telah

menyeru kepada anak yang mendengar, dan engkau telah meminta kepada

anak yang mengabulakan dan engkau telah berhadapan dengan anak yang

rela dengan cobaan dan putusan Allah. Maka, Bapak tinggal

melaksanakan saja yang diperintahkan, sedang aku hanyalah akan patuh

dan tunduk kepada perintah, dan akau serahkan kepada Allah pahalanya,

karena Dial ah cukup bagiku dan sebaik-baik tempat berserah diri.

Setelah Ibrahim berbicara kepada anaknya dengan ucapannya, yaa

Bunayya sebagai ungkapan kasih sayang, maka dijawab anaknya dengan

mengucapkan yaa Abatii, sebagai ungkapan tunduk dan hormat, dan

menyerahkan urusan kepada ayahnya, sebagaimana yang dia rundingkan

dengannya. Dengan bahwa kewajibannya hanyalah melaksanakan apa

yang dipandang baik oleh ayahnya.61

Kemudian, dia tegaskan tentang kepatuhannya kepada perintah

dengan katanya:

ن ي الص ب ن م هللا اء ش ن ا ن د ج ت س 61Ahmad musthafa al-Maraghi, Ibid. 129

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

48

Aku akan sabar menerima putusan dan sanggup menanggung penderitaan

tanpa gusar dan tanpa gentar dengan apa yang telah ditakdirkan dan

diputuskan. Dan memang benar-benar Ismail menepati apa yang dia

janjikan, dan melaksanakan dengan baik kepatuhan dalam menunaikan apa

yang diperintahkan kepadanya. Oleh sebab itu, Allah swt berfirman

tentang dirinya dengan menguji kepadanya:

د ع و ال ق اد ص ان ه ك ن إ ل ي ع س إ تب ك ال ف ر ك اذ و “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang

tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya dia adalah seorang yang

benar janjinya.” (QS. Maryam [19]: 54)

( ي ب ج ل ه ل ل ت و ام ل س ا ام ل ف ) Dan tatkala kedua orang itu telah berserah diri dan

tunduk kepada perintah Allah dan menyerahkan segala urusan kepada

Allah swt, tentang qada dan qadarnya, dan Ibrahim telah menelungkupkan

wajah anaknya dengan memberi isyarat kepadanya, sehingga ia tidak

melihat wajah anaknya itu yang bisa mengakibatkan rasa kasihan

kepadanya. Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ismail berkata kepada ayahnya,

“Janganlah engkau menyembelihku sedang engkau melihat kepada

wajahku. Boleh jadi engkau kasihan kepadaku sehingga tidak tega

padaku. ikatlah tangan dan leherku. kemudian letakkan wajahku

menghadap tanah.” Maka Ibrahim pun menuruti permintaan anaknya. ( ي ؤ الر ت ق د ص د ق م ي ره ب ي ن أ نه ي د ن و ) malaikat suruhan Allah swt menyeru

Ibrahim dari belakangnya, sesungguhnya telah terlaksana apa yang

dimaksud dari mimpimu, karena engkau telah membaringkan anakmu

untuk disembelih.62 Dan telah nyata kepada perintah dan kesabarannya

menerima keputusan Allah. Dan pada saat itulah kedua orang itu

bergembira dan bersyukur kepada Allah atas nikmat ynag dianugerahkan

kepada keduanya, berupa dihindarkannya mereka berdua dari cobaan yang

62 Ahmad musthafa al-Maraghi, Ibid. 130

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

49

menimpa, dan atas taufik Allah kepada sesuatu yang Allah tidak memberi

taufik ke arah yang seperti itu kepada selain mereka berdua, disamping

dinyatakannya keutamaan mereka berdua dan diperolehnya pahala dari

Tuhan mereka berdua. ( ي ن س ح م ى ال ز ن ك ذل ك ن ا ) sesungguhnya sebagaimana Kami

memaafkan Ibrahim dari menyembelih anaknya setelah nyata

keikhlasannya dalam beramal, ketika dia telah mempersiapkan segala

sesuatunya dan tak bisa dikalahkan oleh perasaan belas kasihan kepada

anaknya. Lalu dia rela melaksanakan keputusan Allah dengan tunduk dan

patuh, maka Kami pun memberi balasan kepadanya dengan sempurna,

sesuai dengan yang patut dia terima dan setimpal dengan yang dia peroleh. ( ي ب م ال الؤ ب ال و ا ل هذ ن ا ) sesungguhnya peristiwa yang terjadi ini

benar-benar merupakan cobaan besar dan ujian yang tiada tara terhadap

hamba-hamba Allah. Dan Allah boleh saja mencoba siapa saja diantara

hamba-hamba-Nya dengan beban-beban apa saja yang Dia kehendaki.

Karena, Dia Maha melaksanakan putusan-Nya dan tak ada yang mampu

menghalangi takdir-Nya. Sementara itu, memang banyak beban yang tidak

kita ketahui rahasia-rahasia hikmahnya, namun Allah tahu tentang apa

yang karenanya beban-beban itu disyariatkan.63 (م ي ظ ع ح ب ذ ب نه ي د ف و ) dan Kami menebus anak Ibrahim itu dengan seekor

domba yang diturunkan kepadanya dari gunung khaidar, demikian kata

Hasan al-Bishri. Dan agaknya, kita tidak perlu menambah apa yang sudah

dikatakan dalam al-Kitab.

(ن ي ر خ اال ف ه ي ل ع ان ك ر ت و ) dan Kami kekalkan untuk Ibrahim pujian yang baik di

kalangan manusia di dunia, sehingga dia menjadi orang yang dicintai di

kalangan semua orang dari agama dan aliran mana pun. Orang-orang

63 Ahmad musthafa al-Maraghi, Ibid. 131

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

50

Yahudi, Nasrani, dan Islam mengagungkannya, bahkan orang-orang

musyrik tetap menghormatinya.

Kemudian Allah menyebutkan bahwa Dia mengaruniakan kepada

Ibrahim karunia yang ketiga, firman-Nya:

(م ي اه ر ب لى ا ع لم س )

Dan Kami katakana kepada Ibrahim, “Salam sejahtera kepadamu di

kalangan para malaikat, manusia dan jin.”64

C. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat Ash-Shafat Ayat 100-111

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada

nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril. Turunnya al-Qur’an itu

sebagai pedoman dan pegangan untuk orang-orang yang beriman. Dalam

al-Qur’an mengandung berbagai macam kandungan, pelajaran, perundang-

undangan yang mengatur kehidupan manusia maupun cara berhubungan

baik dengan Tuhannya. Dalam al-Qur’an pula terdapat kisah-kisah, seperti

kisah-kisah para nabi, kisah orang-orang shaleh yang di abadikan dalam

al-Qur’an, sampai kisah orang-orang yang durhaka kepada Allah pun

terdapat dalam al-Qur’an. Yang mana dari berbagai macam kisah-kisah

tersebut kita bisa mengambil pelajaran, sehingga kita dapat mengikuti

jejak dari kisah-kisah yang baik, dan menjauhi diri dari kisah yang

menghantarkan kita pada kesesatan.

Salah satu kisah yang dapat kita ambil pelajaran, penulis mengambil

dari kisah nabi Ibrahim yang diberikan ujian begitu berat, yaitu nabi

Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra yang sangat

disayanginya. Dan kisah tersebut terdapat dalam surat ash-Shafat ayat 100-

111.

Nabi Ibrahim bukanlah hanya seorang Rasul, tetapi ia juga

merupakan seorang ayah dan suami yang sukses dalam mendidik

keluarganya. Beliau adalah suri tauladan bagi seluruh umat. Ada banyak

sifat mulia yang diajarkan dan dicontohkan oleh nabi Ibrahim, baik

64Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Ibid. 132

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

51

dilingkungan luar rumah ketika ia berdakwah, maupun didalam

lingkungan keluarga. Keberhasilan beliau mendidik anaknya tercermin

dari kisah penyembelihan Ismail, dalam kisah ini terlihat jelas, sang ayah

yang shalih ini menuntun dan mendidik anaknya dengan sangat bijak.

Dari kisah nabi Ibrahim inilah kita dapat menganalisis terdapat

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung didalamnya, diantaranya:

1. Sabar

Secara harfiah, sabar berasal dari kata shabara-yashbiru-shabran

yang artinya menahan atau mengekang. Sabar dalah menahan diri dari

bersikap, berbicara, dan bertingkah laku yang tidak dibenarkan oleh Allah

swt. dalam berbagai keadaan yang sulit, berat, dan mencemaskan. Sabar

juga bermakna ketabahan dalam menerima suatu kesulitan dan kepahitan,

baik secara jasmani seperti menanggung beban dengan badan berupa

beratnya suatu pekerjaan, sakit, dan sebagainya, juga sabar secara rohani

seperti menahan keinginan tidak benar. Kata sabar mengandung makna

yang luas dalam berbagai keadaan, sehingga istilahnya berbeda-beda.

Ketika seseorang mendapatkan musibah musibah, dia harus bersabar.

Ketika seseorang hidup berkecukupan atau berlebihan, dia harus

mengendalikan hawa nafsu yang disebut dengan zuhud. Jika seseorang

menghadapi peperangan, kesabarannya disebut syaja’ah (berani). Jika

seseorang marah kesabarannya adalah lemah lembut (al-Hilmu). Jika

seseorang menghadapi bencana, sabarnya adalah lapang dada, jika

menyimpan perkataan (rahasia), sabarnya adalah kitmaanus-sirri, jika

memperoleh sesuatu yang tidak banyak, sabarnya adalah qana’ah

(menerima).65

Kesabaran yang dimiliki nabi Ibrahim sudah tidak diragukan lagi,

berbagai macam ujian dan cobaan yang diujikan dari Allah kepadanya

berhasil dilalui dengan penuh kesabaran. Dimulai dari cobaan tidak

dikaruniai seorang anak sampai diusia senja, sehingga ia dengan tenang

berhijrah meninggalkan kampung halaman dengan penuh harapan

65 Ahmad Yani, Be Excellent Menjadi Pribadi Terpuji, (Jakarta: Al-Qalam, 2007), hal. 125

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

52

mendapat keturunan. Selanjutnya beliau tetap sabar dalam menghadapi

kaumnya yang membangkang, dan tidak mendengarkan serta tidak mau

meyakini apa yang telah diserukan oleh nabi Ibrahim kepada kaum

tersebut, bahkan ketika nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup gara-gara ia

menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya. Sampai pada

cobaan terberat dalam hidup nabi Ibrahim, yaitu ketika putra yang dinanti-

nantikan selama berpuluh-puluh tahun lamanya, diperintahkan oleh Allah

untuk dikurbankan atau sembelih. Akan tetapi, nabi Ibrahim tetap

menjalankan perintah itu dengan penuh kesabaran.

Selanjutnya, kesabaran yang agung juga dimiliki oleh istrinya,

Hajar. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim agar pindah bersama Hajar

dan Ismail ke kota suci Makkah, yang mana pada saat itu kondisi Makkah

masih gersang dan tandus, tidak ada pepohonan, tidak ada air, dan tidak

ada seorang pun di daerah itu. Lalu Ibrahim meninggalkan keduanya

(Hajar dan Ismail) dengan sedikit air dan kurma dari nabi Ibrahim. Hajar

tetap sabar, ia tidak menggerutu dan tidak pula sedikitpun marah kepada

suaminya yang meninggalkan dirinya dan putranya. Kesabaran Hajar

lanjut diuji, setelah berhari-hari tinggal dilembah yang tandus dan gersang

itu, Hajar yang tengah menyusui Ismail, ia merasa kerongkongannya

kering dan Ismail terus menangis karena kehausan. Lalu Hajar pun berlari-

lari untuk mencari air ke bukit Shafa, akan tetapi air yang dicari tidak

kunjung ada. Dibawah teriknya matahari, dengan sabar Hajar masih

berusaha mencari air di bukit Marwah. Hingga akhirnya buah kesabaran

itu berakhir, tiba-tiba ada air yang memancar dari bawah kaki Ismail yang

masih mungil.

Seperti halnya sebuah pepatah mengatakan “Buah jatuh tak jauh

dari pohonnya”, berkat kesabaran dari kedua orangtua (nabi Ibrahim dan

Sarah) sifat kesabaran ini diwarisi putranya, Ismail. Melalui cerita dari

orang-orang terdekatnya mengenai sosok ayahnya yang begitu penyabar

dalam mengahadapi berbagai macam cobaan dahulu, membuat Ismail

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

53

bersedia untuk dikurbankan dan membantu ayahnya untuk mentaati dan

menjalankan perintah dari Allah. Ini bisa kita lihat dalam firman-Nya:

ن ي ب الص ن م هللا اء ش ن إ ن د ج ت س ر م ؤ ات م ل ع اف ت ب أ ي ال ق …“Ia (Ismail) menjawab: ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang

diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk

orang-orang yang sabar.’ ” (QS. Ash-Shafat: 102)

Dari sinilah sudah semestinya kita senantiasa bersabar dalam

segala hal, baik sabar dalam menghadapi cobaan, sabar dalam

menjalankan ketaatan, dan tak kalah penting ialah sabar dalam mendidik

anak. Jika kita telusuri dalam al-Qur’an dan hadis, kita akan menemukan

sebuah ketetapan bahwa keberuntungan itu akan senantiasa menaungi

orang-orang yang bersabar. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

ق ل ب او اص و ت و حت والص ل ل م ع و او ن ام ن ي ذ ال ال ا ()ر س ي خ ف ل ان س ن اال ن ا ( ) ر ص ع ال و ()ب لص ب او اص و ت و

“Dan demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling

menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

(QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Dalam surat al-Baqarah ayat 155-157 pula Allah memberi kabar

gembira kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar dalam menghadapi

ujian, mereka akan mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah,

firman Allah yang artinya:

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar

gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang

apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘inna lillahi wa inna ilaihi

raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami

kembali). Merekalah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari

Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.

Al-Baqarah: 155-157)

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

54

2. Taat

Ketaatan dan kepatuhan nabi Ibrahim dan putranya kepada Allah

swt. terlihat saat Allah memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih

anaknya yang bernama Ismail, dengan penuh ketaatan beliau menjalankan

perintah tersebut, dengan segera ia membicarakan perihal perintah Allah

untuk menyembelih Ismail lewat mimpi itu, sebagaimana dalam petikan

ayat berikut:

ىر ات اذ م ر ظ ان ف ك ب ذ أ ن أ ام ن م ال ى ف ر أ ن إ ن ب ي ال ق “Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwasanya aku menyembelih

engkau. Maka fikirkanlah apa pendapatmu.”

Ketaatan dan kepatuhan ini dijelaskan pula dalam surat al-Baqarah

ayat 131:

ي م عل ال ب ر ل ت م ل س أ ال ق م ل س ه أ ب ه ر ل ال ق ذ إ “Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim

menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam’.” (QS. Al-

Baqarah: 131)

Selanjutnya pada ayat 132, Allah menjelaskan bahwa ketaatan nabi

Ibrahim juga ia wasiatkan kepada anak cucunya. Kepatuhan nabi Ibrahim

tidak ia miliki sendiri, tapi beliau sebarkan kepada keturunan-

keturunannya. Berkat ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah,

sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsir al-Maraghi, Allah swt

menganugerahkan kepada nabi Ibrahim empat karunia, yaitu:

a. Nabi Ibrahim mendapatkan karunia berupa anak yang sangat sabar

b. Allah kekalkan untuk Ibrahim pujian yang baik di kalangan manusia di

dunia, sehingga ia menjadi orang yang dicintai dikalangan semua

orang dari agama (Yahudi, Nasrani, Islam dan orang-orang musyrik)

dan aliran mana pun.

c. Allah mengatakan kepada Ibrahim, “salam sejahtera kepadamu

dikalangan para ,malaikat, manusia, dan jin.”

d. Allah memberikan kepada Ibrahim, Ishaq, dan mengkaruniakan

padanya nikmat kenabian kepada Ishaq dan kepada sekian banyak

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

55

diantara cucunya. Allah perbanyak anak cucunya dan dijadikan

diantara mereka nabi-nabi dan rasul-rasul, sebagai balasan atas

kepatuhannya kepada perintah Allah dan kesabarannya dalam

menghadapi berbagai macam cobaan.66

3. Istiqamah (Teguh Pendirian)

Kata istiqamah berasal dari kata yang tersusun dari huruf qaf, waw,

dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna pertama adalah kumpulan

manusia (kaum) dan makna kedua adalah berdiri atau tekad yang kuat.

Dari makna yang kedua, istiqamah diartikan dengan I’tidal (tegak atau

lurus).

Sedangkan menurut istilah, istiqamah adalah menempuh jalan yang

lurus yang tidak bengkok ke kanan dan tidak pula bengkok ke kiri. Hal itu

mencakup semua bentuk ketaatan, baik lahir maupun batin, dan

meninggalkan semua larangan.

Adapun menurut Ibnu Hajar, istiqamah adalah kiasan dari

mematuhi perintah-perintah Allah swt, baik dalam bentuk perbuatan

mengerjakan sesuatu maupun meninggalkannya.67

Ketika nabi Ibrahim dan Ismail hendak melaksanakan perintah

Allah yaitu menyembelih putranya, setan dan iblis datang dan mengusik

keyakinan Ibrahim dalam menjalankan perintah tersebut. Setan dan iblis

terus-menerus menggoda, merayu, mengelabui agar rencana nabi Ibrahim

untuk menyembelih putranya dibatalkan. Akan tetapi, dengan keteguhan

hati dan niat untuk membenarkan bahwa itu adalah benar-benar perintah

dari Allah, Ibrahim pun tetap melaksanakan penyembelihan itu.

Terlepasnya nabi Ibrahim dari godaan dan rayuan setan itu tidak

lain karena keimanan yang begitu sempurna yang melekat pada diri nabi

Ibrahim, hal ini dapat kita lihat bahwasanya terdapat beberapa ayat yang

menyebutkan secara tidak langsung bahwa nabi Ibrahim dijuluki sebagai

66Ahmad Musthafa al-MAraghi, op. cit. hal. 132-133 67Mahmud Al-Mishri, Op.cit. hal. 763-764

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

56

bapak agama. Selain itu, nabi Ibrahim di juluki sebagai khalila,

sebagaimana dalam firman-Nya yang berbunyi:

م ي اه ر ب ا هللا ذ ات و اف ي ن ح م ي اه ر ب ا ة ل م ع ب ات و ن س م و ه و ه لل ه ج و م ل س ا ن م ان ي د ن س ح ا ن م و ل ي ل خ

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan

ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan dan

mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim

menjadi kesayangannya.” (QS. An-Nisa: 125)

Dalam buku yang berjudul Al-Bayan Tafsir Penjelas Al-Qur’anul

Karim karya Teungku Muhammad Hasbi ash-Shidieqy, kata خليل merujuk

pada kedudukan yang tinggi yang diperoleh oleh nabi Ibrahim dan nabi

Muhammad saw.68

Ayat yang senada juga dengan ayat diatas terdapat dalam surat an-

Nahl ayat 120, yang berbunyi:

ي ك ر ش م ال ن م ك ي ل و اف ي ن ح لل ات ان ق ة م ا ان ك م ي اه ر ب ا ن ا “Sungguh Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan),

patuh kepada Allah dan ‘hanif’. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik

(yang mempersekutukan Allah).” (QS. An-Nahl: 120)

4. Tawakal

Secara harfiah, tawakal berasal dari kata wakala yang artinya

menyerahkan, mempercayakan, atau mewaikili urusan kepada orang lain.

Tawakal adalah menyerahkan segala perkara dan usaha yang dilakukan

kepada Allah swt, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk

mendapatkan kemaslahatan atau menolak kemudharatan.

Tawakal merupakan salah satu ciri orang yang beriman, bahkan

Muhammad bin Abdul Wahab, seorang ulama Arab Saudi menyatakan

68Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Al-Bayan Tafsir Penjelas Al-Qur’anul Karimi,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 223

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

57

seperti yang dikutip dalam Ensiklopedi Hukum Islam bahwa tawakal

merupakan pekerjaan hati manusia dan puncak tertinggi keimanan.69

Menurut Abu Bakar al-Jazairi, tawakal adalah perbuatan dan

harapan dengan disertai hati yang tenang, jiwa yang tentram, dan

keyakinan yan kuat bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, atau

apa yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi. Allah ta’ala tidak menyia-

nyiakan pahala orang yang berbuat baik.70

Keimanan yang terpatri dalam diri nabi Ibrahim, membuat nabi

Ibrahim senantiasa menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah.

Karena ia yakin hanya Allah lah sebaik-baik pelindung. Seperti pada saat

nabi Ibrahim dalam keadaan terbelenggu dengan tangan dibelakang

hendak dibakar, yang kemudian kaumnya melemparkan nabi Ibrahim ke

dalam api, namun iman nabi Ibrahim tidak sedikitpun goyah, malahan

perkataan dan cobaan itu menambah ketaatan dan keimananya. Allah

berfirman:

م ع ن و اهللا ن ب س ح او ال ق و ان ي ا م اه ز ف م ه و ش اخ ف م ك ل ع ج د ق اس الن ن ا اس الن م ل ال ق ن ي ذ ل ا ل ي ك و ال

“(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan rasul-Nya yang

kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan; ‘sesungguhnnya

manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu

takutlah kepada mereka.’ Maka perkataan itu menambah keimanan

mereka dan mereka menjawab, ‘cukuplah Allah menjadi penolong kami

dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.’” (QS. Ali-Imran: 173)

Ketika hari penyembelihan telah sampai pun, keduanya (nabi

Ibrahim dan Ismail) nampak begitu pasrah, dan menyerahkan segala

urusan kepada Allah swt. tentang qada dan qadarnya. Hingga pada

akhirnya pengurbanan itu berakhir, tanpa melukai putranya itu.

69Ahmad Yani, Ibid. hal. 52 70Ahmad Yani, Ibid. hal. 53

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

58

5. Ikhlas

Secara etimologi ikhlas berasal dari kata ikhlas yang merupakan

bentuk mashdar dari akhlasa-yukhlisu. Jadi ia terangkai dari huruf dasar

kha-la-sha yang menunjukan makna penyucian. Sedangkan secara

terminologi, menurut pendapat beberapa ahli yaitu:

Kafawi berpendapat bahwa ikhlas adalah beribadah dengan

meniatkan penyembahan terhadap sesuatu yang disembah. Menurutnya,

kata ini dapat juga diartikan sebagai penyucian rahasia, perkataan dan

amal.

Adapaun Jurjani berpendapat, ikhlas adalah tidak meminta orang

lain sebagai saksi dalam beramal, tetapi hanya Allah swt. sematalah yang

menjadi saksi.

Sedangakan menurut Abu Utsman al-Magribi, ikhlas adalah sikap

seseorang yang melupakan pandangan seluruh makhluk Allah terhadap

amal yang dilakukan lantaran selalu dilihat dan diawasi oleh Tuhannya.71

Sikap keikhlasan dan keridhaan itu terlihat jelas setelah nabi

Ibrahim menerima mimpi itu, dan Ismail memberikan jawaban atas

kesediaan dirinya untuk dikurbankan. Keduanya menerima keputusan

Allah yang telah ditetapkan. Keikhlasan itu terbukti tatkala datang godaan

setan yang bertubi-tubi, agar nabi Ibrahim membatalkan niatnya untuk

menyembelih Ismail, bujukan itu tidak dihiraukan. Yang ada setan itu ia

terus lempari dengan batu hingga setan itu berlari terbirit-birit. Inilah bukti

ketulusan dan keikhlasan seorang hamba dalam menjalankan perintah

Allah. Karena sejatinya, setan sendiri telah membuka tabir dihadapan

Allah, ia tidak akan pernah mampu menggelincirkan seorang hamba dari

ketaatan yang didasari oleh keikhlasan. Sebagaimana firman Allah:

()ي ص ل خ م ال ك اد ب ع ال ا () ي ع ج ا م ه ن ي و غ ال و ض ر اال ف م ل ن ن ي ز أل ن ت ي و غ ا ا ب ب ر ال ق “Ia (iblis) berkata: ‘Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan

bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi

mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali

71Mahmud Al-Mishri, Op.cit. hal. 36

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

59

hamba-hamba-Mu yang mukhlis (ikhlas) diantara mereka’” (QS. Al-Hijr:

39-40)

D. Relevansi Kisah Nabi Ibrahim dengan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

Sebagai seorang Muslim yang beriman kepada Allah, tentu kita

wajib mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, kita

juga di anjurkan untuk berkelakuan dengan hal-hal yang disukai oleh

Allah diantaranya yaitu berakhlak mahmudah.72

Dalam kisah nabi Ibrahim dalam surat ash-Shafat ayat 100-111

merupakan kisah yang sarat akan nilai-nilai pendidikan akhlak, yang

dimaksudkan disini adalah akhlak mahmudah. Diantaranya sabar, tawakal,

ikhlas, taat, dan istiqamah. Yang tentu dari nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya akan dapat membentuk karakter seorang muslim menjadi

pribadi yang lebih baik, serta menjadikannya manusia yang sempurna.

Selain itu sifat-sifat atau nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam surat

tersebut merupakan suatu prinsip-prinsip dalam pendidikan, bukan hanya

untuk peserta didik akantetapi lebih-lebih kepada pendidik.

Seperti yang dijelaskan dalam buku yang berjudul Ensiklopedia

Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak Menurut Metode Islam

karangan Abdullah Nasih Ulwan, bahwasanya sifat-sifat asasi yang harus

dimiliki pendidik adalah sebagai berikut:

1. Ikhlas

Pendidik hendaknya meluruskan niatnya semata-mata untuk Allah

swt dalam seluruh aktivitas mengajar, baik melakukan perintah,

larangan, nasihat, pengawasan, maupun hukuman. Ia senantiasa

mengharapkan pahala dan keridhaan Allah swt, termasuk dalam

menerapkan sebuah metode Pendidikan dan pengawasan terhadap

anak-anak didiknya secara berkesinambungan. Ikhlas dalam perkataan

dan perbuatan adalah termasuk fondasi keimanan dan merupakan

keharusan dalam Islam.

72 Mukni’ah, Ibid. hal. 121

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

60

Allah swt tidak akan menerima suatu perbuatan tanpa didasari dengan

niat yang ikhlas. Adapun perintah untuk bersikap ikhlas telah

dijelaskan dalam al-Qur’an:

ين حن فاء ويقيمو الصلوة وي ؤ ت و الزكاة وذلك دين القي مة وما امروا اال لي عبدوا هللا ملصي له الد “Padahal mereka tidak diperintah, kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan (dengan ikhlas) kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan

shalat dan menunaikan zakat; yang demikian itulah agama yang

lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)73

2. Bertakwa

Sifat terpenting lainnya yang mesti dimiliki pendidik adalah takwa.

Pengertian takwa, seperti yang di artikan oleh sebagian ulama adalah

mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-

larangan-Nya.

Sebagian ulama lainnya mengartikan takwa, yaitu menjaga diri dari

azab Allah dengan senantiasa merasa takut kepada-Nya baik secara

sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Pengertian takwa

tersebut pada prinsipnya sama, yaitu menjaga dari azab Allah dengan

senantiasa merasa berada di bawah pengawasan-Nya. Juga senantiasa

berjalan pada aturan yang telah ditentukan oleh Allah, baik disaat

sendirian maupun dalam keramaian, dan selalu berusaha semaksimal

mungkin untuk meraih yang halal dan menjauhi yang haram.74

3. Bersabar

Diantara sifat utama yang dapat membantu keberhasilan pendidik

dalam merealisasikan tanggung jawab profesinya, adalah sifat sabar.

Dengan sifat yang sungguh mulia ini, anak akan merasa simpati

kepada pendidiknya. Dengan kesabaran pendidik, anak akan

meneladaninya sebagai akhlak yang terpuji (akhlakul karimah), dan

73 Abdullah Nasikh Ulwan, Terjemah Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia Panduan Mendidik Anak Menurut Metode Islam, (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 2006), hal. 69-70 74Abdullah Nasikh Ulwan, Ibid. hal. 70

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

61

menjauhi segala sifat yang tercela. Ia akan menjadi sosok malaikat

dalam wujud manusia.

Oleh sebab itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada

sifat sabar ini. Islam memberi petunjuk kepada umatny untuk

mengaplikasikan sifat ini, berdasarkan sumber otentik dari ayat-ayat

al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi.

Kaum muslimin pada umumnya para pendidik dan juru dakwah, pada

khususnya dapat memahami bahwa kesabaran merupakan esensi

spiritual dan moral yang sungguh besar maknanya. Sifat sabar dapat

menghantarkan seseorang mencapai puncak keluhuran akhlak

sebagaimana firman Allah swt dalam potongan ayat berikut:

و الكاظمي الغيظ و العافي عن الناس و هللا يب المحسني “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan

(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)75

Oleh sebab itu, pendidik mesti menghiasi dirinya dengan

kesabaran, kelemahlembutan, dan ketabahan dalam menjalani

profesinya, jika ia mengharapkan dirinya dapat mendidik umat dengan

sebaik-baiknya, menginginkan kebaikan dan perbaikan, memberi

petunjuk bagi generasi Muslim, dan memperbaiki karakter serta tabiat

mereka.76

75Abdullah Nasikh Ulwan, Ibid. hal. 75 76 Abdullah Nasikh Ulwan , Ibid. hal. 76

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam surat ash-Shafat ayat 100-111 pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan bahwa terdapat 5 point nilai-nilai pendidikan

akhlak yang terkandung dalam surat ash-Shafat ayat 100-111, diantaranya:

1. Sabar

Sabar dalah menahan diri dari bersikap, berbicara, dan bertingkah

laku yang tidak dibenarkan oleh Allah swt. dalam berbagai keadaan yang

sulit, berat, dan mencemaskan. Sabar juga bermakna ketabahan dalam

menerima suatu kesulitan dan kepahitan, baik secara jasmani seperti

menanggung beban dengan badan berupa beratnya suatu pekerjaan, sakit,

dan sebagainya, juga sabar secara rohani seperti menahan keinginan tidak

benar.

Kata sabar mengandung makna yang luas dalam berbagai keadaan,

sehingga istilahnya berbeda-beda. Ketika seseorang mendapatkan musibah

musibah, dia harus bersabar. Ketika seseorang hidup berkecukupan atau

berlebihan, dia harus mengendalikan hawa nafsu yang disebut dengan

zuhud. Jika seseorang menghadapi peperangan, kesabarannya disebut

syaja’ah (berani). Jika seseorang marah kesabarannya adalah lemah

lembut (al-Hilmu). Jika seseorang menghadapi bencana, sabarnya adalah

lapang dada, jika menyimpan perkataan (rahasia), sabarnya adalah

kitmaanus-sirri, jika memperoleh sesuatu yang tidak banyak, sabarnya

adalah qana’ah (menerima).

2. Taat

Menurut bahasa, taat artinya mau menerima, mengikuti atau

melaksanakan. Adapun menurut istilah, taat adalah menerima dan

melaksanakan semua perintah Allah swt. dan meninggalkan semua

larangan-Nya. Pentingnya sikap perilaku taat kepada Allah antara lain agar

terhindar dari murka Allah yang mengakibatkan azab dan malapetaka,

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

63

tidak akan nikmat Allah swt yang harus disyukuri sehingga nikmat

tersebut semakin bertambah, dan agar tercapai hidup bahgia di dunia dan

di akhirat.

3. Istiqamah (Teguh Pendirian)

Kata istiqamah berasal dari kata yang tersusun dari huruf qaf, waw,

dan mim yang menunjukkan dua makna. Makna pertama adalah kumpulan

manusia (kaum) dan makna kedua adalah berdiri atau tekad yang kuat.

Dari makna yang kedua, istiqamah diartikan dengan I’tidal (tegak atau

lurus).

Sedangkan menurut istilah, istiqamah adalah menempuh jalan yang

lurus yang tidak bengkok ke kanan dan tidak pula bengkok ke kiri. Hal itu

mencakup semua bentuk ketaatan, baik lahir maupun batin, dan

meninggalkan semua larangan.

4. Tawakal

Tawakal adalah menyerahkan segala perkara dan usaha yang

dilakukan kepada Allah swt, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya

untuk mendapatkan kemaslahatan atau menolak kemudharatan. Tawakal

merupakan salah satu ciri orang yang beriman, bahkan Muhammad bin

Abdul Wahab, seorang ulama Arab Saudi menyatakan seperti yang dikutip

dalam Ensiklopedi Hukum Islam bahwa tawakal merupakan pekerjaan hati

manusia dan puncak tertinggi keimanan.

Menurut Abu Bakar al-Jazairi, tawakal adalah perbuatan dan

harapan dengan disertai hati yang tenang, jiwa yang tentram, dan

keyakinan yan kuat bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, atau

apa yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi. Allah ta’ala tidak menyia-

nyiakan pahala orang yang berbuat baik.

5. Ikhlas

Secara etimologi ikhlas berasal dari kata ikhlas yang merupakan

bentuk mashdar dari akhlasa-yukhlisu. Jadi ia terangkai dari huruf dasar

kha-la-sha yang menunjukan makna penyucian. Sedangkan secara

terminologi, menurut pendapat beberapa ahli yaitu:

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

64

Kafawi berpendapat bahwa ikhlas adalah beribadah dengan

meniatkan penyembahan terhadap sesuatu yang disembah. Menurutnya,

kata ini dapat juga diartikan sebagai penyucian rahasia, perkataan dan

amal.

Adapaun Jurjani berpendapat, ikhlas adalah tidak meminta orang

lain sebagai saksi dalam beramal, tetapi hanya Allah swt. sematalah yang

menjadi saksi.

Sedangakan menurut Abu Utsman al-Magribi, ikhlas adalah sikap

seseorang yang melupakan pandangan seluruh makhluk Allah terhadap

amal yang dilakukan lantaran selalu dilihat dan diawasi oleh Tuhannya.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat. Yangmana

dalam al-Qur’an berisi petunjuk, ilmu pengetahuan, hukum-hukum yang

mengatur bagaimana berhubungan baik dengan sesama makhluk-Nya,

maupun bagaimana berhubungan baik dengan Tuhannya, serta dalam al-

Qur’an pula terdapat kisah-kisah orang-orang terdahulu, yang dapat

dijadikan pelajaran dikehidupan sekarang maupun yang akan datang. Oleh

karena itu, kita sebagai seorang muslim hendaknya tidak terlepas dari al-

Qur’an.

2. Diantara kewajiban anak adalah mematuhi segala apa yang diperintahkan

oleh orangtua, selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syar’at

3. Hendaknya manusia mau berkorban untuk kepentingan agamanya demi

mencapai derajat yang lebih tinggi disisi Allah swt.

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.

2007

Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai-Karakter Konstruksivisme dan VCT

Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta:

Rajawali Pers, 2012

Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik. Jakarta: al-Huda. 2006

Anshori. Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan.Jakarta: PT

Raja Grafindo. 2013

Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. Tafsir Al-Azhar Juz 23. Jakarta: Pustaka

Panjimas. 1994

Baidan, Nashrudin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Pustaka Pelajar. 1998

Ghazali, Muhammad. Terjemah Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman.

Jakarta: Lentera Hati. 2011

Hamid, Abdul. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media Group. 2013

Herimanto dan Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,

2010

Irwanda. Siswi SMP di Padang Nekat Sayat Tangan karena Dianggap Tren.

https://kumparan.com/langkanid/dianggap-tren-siswi-smp-di-padang-

nekad- sayat-tangan-1539772201616155527: 17 Oktober 2018

Ilahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Jogjakarta:

Ar- Ruz Media. 2016

Khalidy, Shalah. Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang Dahulu.

Jakarta: Gema Insani. 1999

Mahalli, Imam Jalaludin dan As-Suyuti, Imam Jalaludin. Tafsir Jalalain Berikut

Asbaabun Nuzul Ayat. Jakarta: Sinar BAru Algensindo. 1987

Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi 23. Semarang: Toha Putra

Semarang. 1989)

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

66

Mishri, Mahmud. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW. Jakarta: Pena Pundi

Aksara. 2011

Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-

dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

PT. Raja grafindo Persada. 2012

Munawar, Said Agil Husin. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki.

Jakarta: Ciputat Pers. 2002

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers. 2014

Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung:

Darul Fikri. 1999

PT. Duta Prokal Multimedia. Begitu Tega, R Cabuli Anak Kandungnya Sendiri

Selama 14 Tahun, http://kalsel.prokal.co/read/news/19004-begitu-tega-r-

cabuli-anak-kandungnya-sendiri-selama-14-tahun : 27 Novemebr 2018

Qalyubi, Syihabuddin. Stalistika Al-Qur’an Makna di Balik Kisah Ibrahim.

Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. 2009

Ridjaluddin. Sabar Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali. Jakarta: Lembaga

Kajian Islam Nugraha Ciputat. 2009

Soffandi, Wawan Djunaedi. Renungan Suci Bekal Menuju Takwa. Jakarta:

Pustaka Azzam. 2001

Silaen, Sofar dan Widiyono. Metodologi Penelitian Sosial Untuk Penulisan

Skripsi dan Tesis. Jakarta: In Media, 2013

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan keserasian Al-Qur’an.

.Jakarta: Lentera Hati. 2002

Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Al-Bayan Tafsir Penjelas Al-Qur’anul

Karimi. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2002

Syadali, Ahmad dkk. Ulumul Qur’an II Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen

MkDK. Bandung: Pustaka Setia. 2000

Tarigan, Mitra. 19 Persen Remaja di Negara Berkembang Hamil Sebelum 18

Tahun. https://gaya.tempo.co/read/1131078/19-persen-remaja-di-negara-

berkembang-hamil-sebelum-18-tahun/full&view=ok: 28 September 2018

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

67

Ulwan, Abdullah Nasikh. Terjemah Ensiklopedia Pendidikan Akhlak Mulia

Panduan Mendidik Anak Menurut Metode Islam. Jakarta: PT Ikrar

Mandiriabadi. 2006

Yani, Ahmad. Be Excellent Menjadi Pribadi Terpuji. Jakarta: Al-Qalam. 2007

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2012

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa

68

LAMPIRAN

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa
Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KISAH NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44526/2/IMALATUN... · Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa