nilai-nilai akhlak dalam rumah tangga nabi...

101
NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD SAW (STUDI PENAFSIRAN AL-QURUBDAN IBN KATSĪR TERHADAP QS. AL-TARĪM [66]: 1-5) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Muhammad Faqih 1113034000123 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/1441 H

Upload: others

Post on 18-Apr-2020

39 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI

MUHAMMAD SAW (STUDI PENAFSIRAN AL-QURṬUBῙ DAN

IBN KATSĪR TERHADAP QS. AL-TAḤRĪM [66]: 1-5)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Muhammad Faqih

1113034000123

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

Page 2: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Nilai-nilai Akhlak Dalam Rumah Tangga Nabi

Muhammad SAW (Studi Penafsiran Al-Qurṭubī Dan Ibn Katsīr

Terhadap QS. al-Taḥrīm 1-5). Telah diajukan dalam sidang Munaqasyah

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggal 21 Januari 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama Islam (S.Ag) pada

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 26 Januari 2020

Page 3: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA

NABI MUHAMMAD SAW (STUDI PENAFSIRAN AL-

QURTUBI DAN IBN KATSIR TERHADAP Q.S AL-

TAḤRĪM [66]: 1-5)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Muhammad Faqih

1113034000123

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H /2020

Page 4: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

LEHTBAR TEH]YYATAAN

Yang hertandatangen di bawah ini :

Nsme : Muhamm&d Faqih

NIM :1113034000123

Fakultas :Ushuluddin

Jurusan/ Prodi: Ilmu al-Qur'an dan Tafsir

Judul Skripsi : Nilai-nilai AkhlakDalam Rumdr TanggaNabi

Muhammad SAW (Studi Penafsiran al-Qurfubi dan Ibn

Katsir Terhadap QS. al-TahTm t-5).

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang ini merupakan hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumken sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

TGL 20 diffir

675AHF1 26506039

M.h+mad Ff,qih

NIM 11130340fi0123

Page 5: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

LEMBAR PERNYATAAF{

Yang bertandatangen di bawah ini :

Nsma :Muhamm&d Faqih

NIM :1113034000123

Fakultas :Ushuluddin

Jurusan/ Prodi: Ilmu al-Qur'an dan Tafsir

Judul Skripsi : Nilai-nilai AkhlakDalam Rumah TanggaNabi

Muhammad SAW (Studi Penafsiran al-Qurfubi dan Ibn

Katsir Terhadap QS. al-TahTm l-5).

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang ini merupakan hasil karya saya sendiri, yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil

karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatull*h

Jakarta"

TGL 20 laiidr

75AHF1 26506039

I.[IM 1113034000123

Page 6: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

i

ABSTRAK

Muhammad Faqih

Nilai-nilai Akhlak Dalam Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW

(Studi Penafsiran al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr Terhadap QS. al- Taḥrīm

1-5).

Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa, di dalam QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-

5 terdapat nilai akhlak yang dapat dipetik dalam sebuh konflik rumah

tangga Nabi, sehingga kita dapat mengambil contoh perilaku apa saja yang

dapat mengatasi rumah tangga. Disisi lain penulis juga, ingin menunjukan

sebuah pendapat yang berbeda dalam pengharam sesuatu bahwa dalam

penafsiran (al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr pada QS. al-Taḥrῑm[66]: 2) Allah

membebaskan Nabi untuk tidak menebus kaffarat dengan memberi makan

10 orang miskin atau yang paling besarnya adalah memerdekakan budak,

akan tetapi pada (QS. Yunus [10]: 59) Allah mengecam orang yang

mengharamkan sesuatu yang halal, namun Allah tidak mewajibkan kaffarat

terhadapnya.

Kepentingan akhlak adalah sebuah kehidupan sosial yang dikatakan

dengan jelas dalam al-Qur’an yang memakai pendekatan yang meletakan

al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan terkait nilai dan akhlak yang paling

terang dan jelas. Akhlak yang mulia dan buruk digambarkan dalam

perwatakan manusia, dalam sejarah dan realita kehidupan manusia semasa

al-Qur’an diturunkan.

Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengajarkan kepada kaum Adam dan

Hawa yang sudah berumah tangga atau ingin ber-rumah tangga agar

menjadikan keluarga Nabi sebagai contoh suritauladan yang baik dan benar

yang sesuai dalam al-Qur’an dan Sunnah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif

yang bersifat Deskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan

Mawdu’i

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam melakukan penafsiran,

terdapat kesamaan dalam penafsiran pada surat al-Taḥrῑmayat 1-5 bahwa

barangsiapa yang mengharamka sesuatu dari makanan dan atau pakaian,

maka menurut al- Qurṭubī dan Ibnu Katsir, makanan dan pakaian tidak

diharamkan baginya, melainkan mengganti sesuatu yang diharamkan

menjadi sebuah Kaffarat (tebusan), dan itu diperuntukan bagi sumpah dan

bukan diperuntukan bagi pengharaman.

Kata Kunci: Akhlak Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW, Akhlak

Rumah Tangga Menurut Tafsir al-Qurṭubī dan Tafsir Ibn Katsīr.

Page 7: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

ii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرهمحن الرهحيم

Tiada kata yang pantas untuk dihaturkan selain rasa syukur atas rahmat

dan hidayah-Nya yang senantiasa penulis rasakan setiap waktu. Hanya Dia

Tuhan Maha Kasih yang telah memberikan nikmat sehat dan iman, serta

petunjuk kepada penulis sehingga kata demi kata bisa penulis rangkum

menjadi sebuah karya tulis ilmiah (skripsi) yang akan penulis serahkan

sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan jenjang strata 1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dialah Tuhan Maha Sayang yang

senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis disaat penulis merasa lelah

untuk menyelesaikan penelitian ini.

Shalawat serta salam seiring kerinduan akan senantiasa tercurahkan

kepada baginda Rasul Muhammad saw. beserta keluarga dan para

sahabatnya yang telah memperjuangkan Kalamullah yang sempurna

sehingga dapat tersampaikan pula dengan begitu sempurna kepada kita

sebagai ummatnya sampai akhir zaman.

Dengan ini, penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul

“NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI

MUHAMMAD SAW (STUDI PENAFSIRAN AL-QURṬUBĪ DAN

IBN KATSĪR TERHADAP QS. AL-TAḤRῙM[66]: 1-5)” tidak akan

terselesaikan tanpa adanya banyak sosok yang senantiasa mendampingi

baik secara langsung maupun tidak langsung, memberikan semangat

dengan penuh cinta dan kasih sayang, memberikan sumbangsih moral

ataupun moril kepada penulis dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu,

dengan segenap kerendahan hati, penulis rasa wajib kiranya untuk

mengungkapkan rasa terimakasih itu kepada mereka:

Page 8: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

iii

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA., selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuludin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan

Tafsir, dan Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Al-

Quran dan Tafsir beserta segenap jajaran pengurus Fakultas Ushuluddin

yang telah banyak membantu mempermudah proses administrasi dalam

perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.

4. Muslih M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

membuka wawasan dan memberikan banyak masukan untuk skripsi ini,

ucapan terimakasih saja belum cukup untuk menggantikan jasa – jasa yang

diberikan, akan tetapi hanya doa terbaik yang bisa saya panjatkan,

terimakasih untuk semua yang telah bapak berikan kepada saya, semua jasa-

jasa bapak tidak akan saya lupakan.

5. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku penasihat akademik yang

telah membantu penulis selama dalam masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan kebaikan dan

kemurahan hatinya baik secara sadar dan tidak sadar telah mendorong

penulis untuk pantang menyerah sebelum menang dalam menggali

kedalaman dan keindahan kitab suci al-Qurān serta ke-Uswah-an Nabi

Muhammad saw.

7. Kedua orang tua tercinta, sepertinya ucapan terimakasih tidaklah

cukup atas semua yang telah diberikan, sejak lahir sampai beranjak dewasa,

anakmu ini terlalu sering mengecewakan mu, anakmu selalu berdoa akan

kesehatan mu dan segalanya yang terbaik untukmu, terimakasih Ayah dan

Ema sudah bersabar untuk mendidik dan membesarkan anakmu ini, skripsi

Page 9: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

iv

ini saya persembahkan untuk Ayah dan Ema, semoga kalian senantiasa

selalu dalam lindungan Allah SWT.

8. Kaka kandung, Wifa El Khairah Ramadhan, yang selalu

menyemangati agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini, terimakasih

karena sering menciptakan suasana dialektik dan supportmu yang tiada

banding, hingga adikmu ini dapat segera menyelesaikan skripsi.

9. Terimakasih pula penulis ucapkan, kepada keluarga besar KH. Moh

Musa dan keluarga besar Kong Robil bin Si’un yang telah kian lama

menunggu penulis agar dapat menyelesaikan studi strata S1 dan mencapai

gelar saja yang pantas.

10. Penulis juga, sampaikan terimakasih kepada sahabat dan teman

seperjuangan, Muhammad Fadel Eldrid, Abdurrahman Faris Rasyid, Much.

Hamiem, M. Solihin, Salman al-Farisi, Abdul Barry, Ubaidillah, Moh. Didi

Maldini, Sadam Husein, Rio Anjasmara, Nurul Hidayat, Saukatuddin, M

Idris, Munawar, Dkk Serta keluarga besar Tafsir Hadis angkatan 2013 dan

keluarga besar HMI Cabang Ciputat, HMB Jakarta, Permasi Jakarta yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.

Ciputat, 25 Desember 2019

Hormat Saya

Penulis

Page 10: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6

C. Batasan Masalah............................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7

F. Tinjauan Kajian Terdahulu .............................................................. 8

G. Metode Penelitian........................................................................... 11

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DALAM

RUMAH TANGGA ISLAM

A. Pengertian Akhlak .......................................................................... 14

B. Akhlak Dalam Islam ...................................................................... 17

a. Akhlak Terhadap Allah SWT .................................................... 20

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia ........................................... 20

c. Akhlak Terhadap Alam ............................................................. 21

C. Akhlak Dalam Rumah Tangga Islam ............................................. 22

BAB III BIOGRAFI IBN KATSĪR DAN AL-QURṬUBĪ

A. Ibn Katsīr ........................................................................................ 26

a. Biogrfi Ibn Katsīr ...................................................................... 26

b. Karya-karya Ibn Katsīr .............................................................. 29

Page 11: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

vi

c. Metode Penafsiran ..................................................................... 30

B. Al-Qurṭubī ...................................................................................... 33

a. Biografi al-Qurṭubī .................................................................... 33

b. Karya-karya al-Qurṭubī ............................................................. 35

c. Metode Penafsiran ..................................................................... 36

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN RUMAH TANGGA NABI

MUHAMMAD SAW DALAM QS. AL-TAḤRῙM[66] 1-5

A. Asbabun Nuzul ............................................................................... 41

B. Munasabah ..................................................................................... 43

C. Penafsiran al-Qurṭubī Terhadap QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-5 ............... 49

D. Penafsiran Ibn Katsīr Terhadap Q.S al-Taḥrῑm[66]: 1-5 ............... 61

1. Analisis Hubungan Penafsiran al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr .......... 75

E. Aplikasi Nilai Akhlak Rumah Tangga ........................................... 76

BAB V PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 79

Page 12: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987

1. Padana Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ṡ es dengan titik atas ث

J Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Ż zet dengan titik atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

Page 13: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

viii

ẓ zet dengan titik bawah ظ

ʻ Koma terbalik di atas hadap kanan ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em ـم

N En ن

W We و

H Ha ه

ʼ Apostrof ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap

atau diftong. Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah ـــ

I Kasrah ـــ

U Dammah ـــ

Adapun vokal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ـــ ي

Au a dan u ـــ و

Page 14: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

ix

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ᾱ a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf ال dialih aksarakan menjadi huruf ʻlʼ baik diikuti huruf syamsiyah

maupun huruf qamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

5. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu

terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Misalnya, kata ( ورةلضرا ) tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah,

demikian seterusnya.

6. Ta Marbûtah

No Kata Arab Alih Aksara

قةیرط 1 Tarîqah

ةیإلسالمالجامعة ا 2 al-jâmî’ah al-islâmiyyah

دلوجوة احدو 3 wahdat al-wujûd

Page 15: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

x

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama tersebut. Misalnya:

Imam al-Qurṭubī bukan Imam Al-Qurṭubī, ʻImad ad-Din Ibn Katsīr bukan

ʻImad Ad-Din Ibn Katsīr

Berkaitan dengan judul buku ditulis cetak miring, maka demikian halnya

dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait nama, untuk nama-

nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya

ditulis Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan

diatas:

Kata Arab Alih Aksara

تغي مرضات tabtaghī marḍāta ت ب

taḥillata aimānikum تلة ايانكم

حدي ثا ه ازواج azwājihi ḥadīṡā

wa ṣāliḥul-mu`minīn وصالح المؤمني

Page 16: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

xi

mingkunna muslimātin منكن مسلمت

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt, Subhᾱh wa taʻᾱlᾱ

Saw, Salla Allᾱh ʻalaih wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriyah

w. Wafat

Page 17: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis QS. al-Taḥrīm [66] 1-5 ........................................... 49

Page 18: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan adalah suatu yang sangat mulia, karena perkawinan

merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1

Dengan kata lain, pernikahan adalah aqad yang bersifat luhur dan suci

antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya hubungan

seksual dengan tujuan mencapai keluarga yang penuh kasih sayang,

kebajikan dan saling menyantuni, keluarga seperti ini adalah ideal yang

diidamkan oleh semua orang.2

Disisi lain, cemburu merupakan implikasi dari rasa cinta3 yang dimiliki

setiap insan. Dari ungkapan tersebut, penulis Prancis La Roschefoucauld

mengatakan bahwa cemburu lahir bersamaan dengan cinta, sedangkan

Buss (2000) mengungkapkan bahwa cemburu itu serupa dengan cinta.4

Karena begitu mulainya pernikahan ini, maka tidak sepatutnya dirusak

oleh hal-hal yang sepele, setiap hal yang mengarah pada kerusakan rumah

tangga adalah hal yang dibenci oleh Allah. Oleh karenanya, perceraian

menjadi suatu hal yang halal namun sangat dibenci oleh-Nya.

1 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama. Tentang Kompilasi Hukum Islam

di Indonesia. Instruksi Presiden RI Nomor I tahun 1991. (Jakarta, Direktorat Jendral

Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2000). 14. 2 Sudarsono, Hukum Perkawinan National (Jakarta: Renika Cipta, 1991), 2. 3 Muhammad Arifin Badri, “Hakikat Cemburu Dalam Rumah Tangga Studi

Deskriptif Tentang Kehidupan Nabi Dengan Istri-istrinya,” al-Majaalis, Vol. 2, no. 2.

(Juli 2015): 103. 4 Halimatussadiyah, “Cemburu, Agresi, dan Penanggulangannya; Studi Kasus

Pada 3 Pasangan Suami Istri,” (Skripsi Fakultas Psikologi, Universiatas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), 1.

Page 19: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

2

Sebagaimana Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud, sebagai

berikut:5

ث نا معر ف، عنم مارب، قال قال رسول الل صلى هللا عليه ث نا أحمد بمن يونس، حد حدن الطالق " وسلم ئا أب مغض إليمه م شي م ) رواه ابودا ود ( ما أحل الل

Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa talak adalah suatu hal yang

di benci Allah bila dilakukan dengan alasan yang tidak dibenarkan oleh

Agama. Namun terkadang banyak sekali suami istri yang terpancing

emosinya, kadang kala hanya hal yang sepele, sehingga dapat mengancam

keutuhan keluarganya, pada akhirnya perceraian dijadikan sebagai jalan

keluarnya. Seperti dinyatakan oleh Husayn Amin, keruntuhan sebuah

peradaban selalu dimulai oleh rusaknya hubungan rumah tangga.6

Tentu tidak berlebihan jika kesimpulan serupa itu mencuat karena

rumah tangga sebagai pertahanan pertama sudah rapuh. Sementara itu,

budaya di luar rumah tidak bisa lagi dijamin lebih baik dari dalam rumah.

Keluarga sakinah akan terwujud jika para anggota keluarga dapat

memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap Allah, terhadap diri sendiri,

terhadap keluarga, terhadap masyarakat, dan terhadap lingkungannya,

sesuai ajaran al-Qur’ân dan sunah Rasul.7 Oleh karna itu, setiap muslim

berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya,

berbagai hal berkenaan dengan hal-hal yang diwajibkan Allah kepada

mereka dan apa yang dilarang-Nya.8

Gambaran rumah tangga yang ideal bisa kita peroleh dari rumah tangga

Rasulullah SAW. Beliau adalah suami terbaik bagi istri- istrinya dan ayah

5 Al-Iman al-Hafiz Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’ats al-Sajistani, Sunan Abi

Dᾱud, juz II (Indonesia: Maktabah Dahlan), 154-155. 6 Husayn Amin, al-Mar`ah bayna al-Syâri’ wa al-Bayti (Bayrût: Dâr al-Syurûq,

1999), 83. 7 Ahmad Azhar Basyir dan Fauzi Rahma, Keluarga Sakinah Surgawi (Yogyakarta:

Titian Ilahi Press, 1994), 12. 8 Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibn Katsir, Jil. 10 (Jakarta: Pustaka

Imam Syafi’i, 2008),

Page 20: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

3

terbaik bagi anak-anaknya. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-

baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku

adalah orang terbaik di antara kamu, terhada keluargaku”. istri-istri beliau

adalah istri-istri terbaik, dan anak-anak beliau adalah anak-anak terbaik.9

Membaca sejarah perjalanan dan dinamika Rumah Tangga Nabi

dengan istri-istri beliau ibarat memetik buah-buah segar nan manis.

Banyak hal yang bisa diteladani. “Misalnya ketika Rasulullah SAW

hendak melaksanakan shalat malam, beliau dekati isterinya yaitu Sayyidah

Aisyah. (Aisyah meriwayatkan:) “ditengah malam beliau mendekatiku dan

ketika kulitnya bersentuhan dengan kulitku beliau berbisik, “Wahai

Aisyah, ijinkan aku untuk beribadah kepada Tuhanku”. Dalam peristiwa

ini, tergambar betapa Nabi Muhammad SAW sebagai seorang suami,

sangat besar penghormatan beliau terhadap isteri, sampai-sampai ketika

beliau ingin menghadap Tuhan, melakukan shalat malam, menghadap

Allah SWT, Beliau terlebih dahulu dengan penuh kasih sayang meminta

izin kepada Sang isteri, Sayyidah Aisyah as. Inilah gambaran komunikasi

suami isteri di tengah malam yang sangat luar biasa. Bagi seorang isteri,

mendapat penghormatan suami di tengah malam, tentu akan sangat

berkesan dan berpengaruh terhadap jiwa dan sikapnya dalam menjalani

hari-harinya. Betapa tidak, Rumah Tangga yang dibangun Rasulullah

SAW dirangkai dengan shalat malam, bermunajat kepada Allah SWT dan

dibingkai pula dengan suasana yang harmonis dan komunikatif.10

Bagaimana rumah tangga dibangun, kemana institusi keluarga akan

diorientasikan, formula apa yang dipakai untuk sukses hidup bersama

sebagai keluarga, lalu apa kiat dalam menghadapi tantangan dan badai

9 Muhammad Rusli Amin, Rasulullah Sang Pendidik (Jakarta: 2013, Amp Press),

216. 10 Mariatul Norhidayati Rohmah, “ Romantika Rumah tangga Rasulullah SAW”

dalam Jurnal Al-Hiwar, Vol. 03, No. 05-Januari-Juni-2015.

Page 21: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

4

dalam berumah tangga. Islam memiliki panduan melalui potret Rumah

Tangga Nabi Muhammad-Rasulullah SAW.

Bagaimana proses visi dan misi keluarga yang mulai buram, bagaimana

memperbaiki situasi Rumah Tangga, utamanya hubungan suami isteri,

sebagai central atau ujung tombak harmonisasi sebuah keluarga.

Bagaimana pula suami isteri seyogyanya bersikap, bagaimana komunikasi

yang sehat antara keduanya agar tetap terjalin, bagaimana benang-benang

kasih terajut dalam kemesraan. Untuk mewujudkan itu semua, tentu saja

Rumah Tangga Rasulullah SAW sebagai figur paripurna dan referensi

paling ideal umat manusia, menjadi potret utama yang diteladani.

Sehingga apa yang diikrarkan Nabi “Baiti Jannati”.11 Rumahku adalah

sorgaku bisa pula tercipta dalam setiap Rumah Tangga muslim.

Meskipun demikian, ternyata hubungan keluarga yang dibangun oleh

Nabi Muhammad, sebagimana keluarga umumnya juga terdapat konflik-

konflik internal keluarga. Hal ini salahsatunya tergambar pada QS. al-

Taḥrῑm [66]: 1-5.

يم ) غفور رح ك والل تغي مرمضاة أزمواج لك ت ب م تر م ما أحل الل ل (١ي أي ها النب“Wahai Nabi Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah

bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”.

كيم ) مومالكمم وهو المعليم الم انكمم والل لكمم تلة أيم (٢قدم ف رض الل“Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari

sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi

Mahabijaksanaan”.

ه حديثا ف لما ن بأتم به وأظمهره الل عليمه عرف إل ب عمض أزمواج ب عمضه وإذم أسر النببري ) المعليم الم (٣وأعمرض عنم ب عمض ف لما ن بأها به قالتم منم أن مبأك هذا قال ن بأن

“Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu peristiwa

kepada salah seorang istrinya (Hafsah). Lalu dia (Hafshah) menceritakan

11 Jaih Mubarok, Pembaruan Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2015), 18.

Page 22: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

5

peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan peristiwa itu

(pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepadanya (Nabi), lalu (Nabi)

memberitahukan (kepada Hafsah) sebagian dan menyembunyikan

sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan pembicaraan

itu kepadanya (Hafsah), dia bertanya, "Siapa yang telah memberitahukan

hal ini kepadamu?" Nabi menjawab, "Yang memberitahukan kepadaku

adalah Allah Yang Maha Mengetahui lagi Mahateliti.".

بميل إنم ت توب إل الل ف قدم صغتم ق ل وبكما وإنم تظاهرا عليمه فإن الل هو موماله وجنني والممالئكة ب عمد ذلك ظهري ) (٤وصالح الممؤمم

“Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu

berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua

bantu-membantu menyusahkan Nabi, Maka sesungguhnya Allah menjadi

Pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan

selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya”.

نات قانتات تئبات عسى ربه إنم طلقكن أنم ي بمدله لمات مؤمم نمكن مسم ا م أزمواجا خريم سائحات ثي بات وأبمكارا عابدات

“Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhan akan memberi ganti

kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-

perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang

beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan”.

Semuanya bertujuan menjadi cermin agar manusia mengambil

pelajaran dari setiap masalah sebagai proses pendewasaan. Keutuhan

keluarga menjadi syarat utama ketenangan jiwa anggota keluarganya.

Keutuhan keluarga bukan datang sendiri, namun harus diupayakan dan

dipelihara. Rumah tangga yang harmonis bukan berarti rumah yang tidak

pernah ada konflik. Namun cara menghadapi dan menyelesaikan konflik

itu yang menjadi kunci keharmonisan sebuah keluarga.

Berangkat dari pemaparan tersebut proposal skripsi ini hadir sebagai

sebuah langkah ikhtiar untuk menguak akhlak Rasulullah dalam

menyelesaikan konflik keluarga, agar dapat memotret wajah islam, ajaran

islam yang penuh rahmat dan kasih sayang. Oleh karena itu, Penulis

memberi judul proposal ini: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM

RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD SAW (STUDI

Page 23: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

6

PENAFSIRAN AL-QURṬUBĪ DAN IBN KATSĪR TERHADAP QS.

AL-TAḤRῙM [66]: 1-5)

B. Identifikasi Masalah

1. Identifikasi

Dari latar belakang yang sudah disampaikan sebelumnya, terdapat

pembahasan yang menarik tentang hubungan keluarga nabi muhammad

terhadap istri-istrinya. Beliau adalah ikon umat Islam dalam menjalankan

kewajiban dan amalan- amalan terpuji, segala tindakannya akan dijadikan

rujukan sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari umat Islam, termasuk

dalam membangun rumah tangga. Namun bukan berarti, hubungan

keluarga nabi, tidak pernah ada permasalahan-permasalahan. Pada tema

ini terdapat beberapa poin yang perlu dikaji lebih dalam dan

diidentifikasikan pada beberapa pokok pembahasan seperti berikut:

a. Konflik hubungan keluarga Nabi Muhammad dalam surat al-Taḥrῑm

[66]: 1-5.

b. Cara Nabi Muhammad menyelesaikan suatu konflik terhadap istri-

istrinya.

C. Batasan Masalah

Dengan melihat identifikasi masalah di atas, penulis memilih untuk

memfokuskan pembahasan pada dua hal: Pembahasan tentang penafsiran

surah al-Taḥrῑm khusunya ayat-ayat yang berkaitan dengan rumah tangga

Rasulullah dan nilai-nilai akhlak apa saja yang dapat digali dari ayat-ayat

tersebut.

Page 24: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

7

D. Rumusan Masalah

Setelah melihat identifikasi masalah pada pembatasan masalah yang

telah disebutkan diatas, maka peneliti akan merumuskan lebih konkrit

permasalahan yang akan dianalisis, yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimana penafsiran al-Qurṭubῑ dan Ibn Katsir dalam QS. al-

Taḥrīm [66]: 1-5?

b. Apa saja nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam ayat-ayat QS. al-

[66]: 1-5?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berangkat dari rumusan tersebut,maka penelitian ini lebih difokuskan

pada tujuan- tujuan, sebagai berikut:

1. Mengetahui penafsiran al-Qurṭubi dan Ibnu Katsir dalam QS. al-

Taḥrῑm [66]: 1-5.

2. Mengungkap nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam ayat-ayat

tersebut.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi jalan keluar

atau sosuli seputar problem kehidupan rumah tangga.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan

terutama menyangkut tema spesifik tentang nilai-nilai akhlak rumah

tangga Rasulullah SAW.

3. Bagi peneliti ilmu tafsir, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

untuk penelitian selanjutnya ( Open Problem).

4. Diharapkan dapat memperluas wawasan peengetahuan umat islam

tentang rumah tangga ideal yang dicontohkan oleh Rasulullah agar

meningkatkan keimanan dan keikhlasan dalam beribadah sehingga

Page 25: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

8

dengan demikian membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih

baik lagi.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu

Nabi Muhammad adalah tokoh fenomenal yang dijadikan suri tauladan

oleh generasi setelahnya dalam perkara duniawi dan ukhrawi. Apapun

yang dilakukannya merupakan reaksi dari wahyu Allah yang turun

kepadanya, yang hampir seluruh jejak hidupnya tidak luput dari

pandangan generasi setelahnya untuk dijadikan sebuah karya. Sepanjang

pengamatan penulis terdapat banyak karya yang membahas tentang sisi

kehidupan Nabi Muhammad, dan beberapa di antaranya membahas

tentang Nilai akhlak rumah tangga Rasulullah SAW, di antaranya adalah:

Buku karya Taha Abdullah al-Afify dengan judul “Min Sifat al-Rasul

al-Khilqiȳah Wa al-Khuluqiȳah”.12 Buku ini membahas tentang etika dan

moral nabi Muhammad selama hidupnya yang berhubungan dengan

hukum syari’at dan kehidupan bermasyarakat. Buku ini juga membahas

tentang segala hal yang berhubungan dengan nabi Muhammad dalam

kehidupan sehari-hari.

Jurnal. 2014 Armansyah Matondang Ilmu Pemerintahan dan Politik,

yang membahas “Faktor-faktor yang mengakibatkan percerain dalam

perkawinan.” Setiap pasangan menginginkan keutuhan dalam

membangun rumah tangga. Namun realitas menunjukkan angka perceraian

kian meningkat. Adanya tekanan sosial di masyarakat (social pressure)

bahwa bercerai bukan merupakan hal yang tabu atau aib di masyarakat,

bercerai sudah menjadi hal yang biasa.13

12 Taha Abdullah al-Afify, Min Sifat al-Rasul al-Khilqiȳah Wa al-Khuluqiȳah

(Cairo: Dar alMisriyyah al-Lubnaniyyah, 1995), 17. 13 Armansyah Matondang, “Faktor-faktor yang Menyebabkan Perceraian Dalam

Perkawinan”.Vol. 02. No. 2 (2014): 141-150.

Page 26: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

9

Jurnal. 2017 Nur Rofiah “Kekerasan dalam rumah tangga dalam

perspektif Islam. DPK Institut PTIQ. Yang membahas tentang. Kekerasan

atas manusia berbasis apapun dan ruang domestik maupun publik pada

dasarnya bertentangan dengan misi utama ajaran Allah.14

Skripsi Universitas Islam Negri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, 2016.

Oleh Achmad Syauqi Alfanzari, jurusan Ilmu Tafsir dan Hadis, dengan

judul. “Mendidik diri dan keluarga (Kajian Tafsir Surat Al-Taḥrῑm,

Perspektif Quraish Shihab).” Fokus dari pembahasan skripsi ini adalah

mengenai penafsiran Quraish Shihab terhadap surat Al-Taḥrῑm terutama

pada ayat ke-6, beliau menafsirkan ayat tersebut tidak sama dengan kaidah

munasabah ayat dan asbab an-nuzulnya namun menggunakan kaidah

lain.15

Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Aceh, 2016,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang

ditulis oleh Siti Salmi dengan judul “Nilai edukasi kasih sayang

kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW. Penelitian ini mencoba

mengungkap pentingnya nilai edukasi kasih sayang dalam hubungan

rumah tangga dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan.16

Skripsi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

2017 Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur’ân dan Tafsir, yang

ditulis oleh Ali Akbar denganjudul “ Menejemen Konflik: Studi atas

Hadis-hadis tentang kecemburuan istri-istri Nabi SAW.” Peneliti ini

mengungkap Kecemburuan merupakan satu ketetapan Tuhan yang tidak

14 Nur Rofiah, “Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Islam”, no.1(

2017): 31-44. 15 Achmad Syauqi Alfanzari. : “Mendidik diri dan keluarga Kajian Tafsir Surat

Al-Taḥrῑm, Perspektif Quraish Shihab”. (Skripsi, UIN Surabaya, 2016) 16 Siti Salmi, ”Nilai edukasi kasih sayang kehidupan rumah tangga Rasulullah

SAW”. (Skripsi, UIN Aceh, 2016).

Page 27: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

10

mungkin dihindari dan tidak layak untuk dimusuhi. Rasa cemburu

merupakan bagian dari implikasi adanya rasa cinta dan kesetiaan.17

Skripsi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2018. Oleh Rika Nurlela. Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur’ân

dan Tafsir, dengan judul. “Hadis-hadis cinta dalam rumah tangga

Rasulullah SAW.” Dalam skripsi ini penulis dapat menyimpulkan

perlakuan yang dapat dipetik, mengapa keluarga Rasulullah di cap sebagai

keluarga yang harmonis, di antaranya Seseorang harus memperlakukan

istrinya dengan lembut dalam perkataan maupun perbuatannya dan

membahas hal-hal yang sekiranya dapat menimbulkan keharmonisan.18

Skripsi Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta,

2018. Oleh Andrian Saputra, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-

Qur’ân dan Tafsir, dengan judul. “Studi Hadis-hadis keromantisan

terhadap pasangan suami-istri dalam rumah tangga Rasulullah SAW

(Kajian Hadis Tematik).” Rumah tangga yang harmonis bukanlah rumah

tangga yang tidak memiliki masalah atau tidak pernah terjadi pertikaian di

dalamnya, melainkan hubungan yang dapat terjaga dan semakin kuat

dengan adanya masalah-masalah dan pertikaian-pertikaian tersebut19

Tesis Pasca Sarjana. Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatulah,

Jakarta, 2010. Studi Tafsir Hadis. Oleh Ery Khaeriyah, dengan judul.

”Studi tematik tentang istri-istri nabi Nabi SAW dalam Al-Qur’ân”.

Kewajiban mereka adalah memelihara kehormatan dan kesucian diri,

melaksanakan kewajiban agama, serta menyampaikan dan mengajarkan

17 Ali Akbar, “Menejemen Konflik: Studi atas Hadis-hadis tentang kecemburuan

istri-istri Nabi SAW”(Skripsi, UIN Jakarta, 2017). 18 Rika Nurlela, “Hadis-hadis cinta dalam rumah tangga Rasulullah SAW”.

(Skripsi, UIN Jakarta, 2018). 19 Andrian Saputra, “Studi Hadis-hadis keromantisan terhadap pasangan suami-

istri dalam rumah tangga Rasulullah SAW”. (Skripsi, UIN Jakarta, 2018).

Page 28: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

11

Al-Qur’ân dan Sunnah Nabi. Sedangkan hak-hak yang didapat mereka

adalah jaminan mendapatkan pemeliharaan kesucian diri.20

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam kategori penelitian Kualitatif yaitu

kepustakaan (library research), artinya penelitian dengan menggunakan

sumber-sumber dokumen yang berupa buku, majalah atau sumber tertulis

lainya baik berupa teori, laporan penelitian atau penemuan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif-analitik, yakni penelitian yang

berfungis untuk menyelesaikan masalah melalui pengumpulan,

penyusunan dan proses analisa mendalam terhadap data yang ada untuk

kemudian dijelaskan dan selanjutnya diberi penilaian. 21

3. Sumber data

Data yang dugunakan dalam penelitian ini diambil dengan menelusuri,

mengumpulkan dan meneliti berbagai referensi yang berkaitan dengan

tema yang diangkat. Sumber data dalam penelitian pustaka ini dibagi

menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang secara langsung

membahas tentang subjek penelitian.22 Penulis mengambil sumber dari al-

Qur’an dan kitab tafsir “Al Jami’ Liahkam Al-Qurân”. Karya al-Qurṭubi

Selanjutnya, dalam mengungkapkan Asbabun nuzul ayat tersebut

penulis akan mengambil referansi dari buku-buku tentang asbab al-nuzul

20 Ery Khaeriyah, ”Studi tematik tentang istri-istri nabi Nabi SAW dalam Al-

Qur’ân”. (Skripsi, UIN Jakarta, 2010). 21 Rianto Adi, Metodologi penelitian sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004),

128. 22 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 91.

Page 29: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

12

ayat, seperti buku asbab al-nuzul karangan al-Wahidi dan asbab al – nuzul

karangan al-Suyuti atau sejenisnya.

b. Data Sekunder

Yang dimaksud data skunder adalah data yang mempunyai hubungan

erat dengan data primer dan dapat digunakan untuk membantu

menganalisa dan memahami data primer. 23 Mengenai hal ini penulis

mengambil sumber data dari buku-buku sejarah yang menjelaskan tentang

biografi dan kehidupan nabi Muhammad, seperti Sejarah Hidup Nabi

Muhammad karya Husain Haekal, Fikih Sirah karangan Ramadan al-Buti

dan beberapa buku pendukung yang lain.

4. Pendekatan atau metode pembahasan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tematis (

mawdu’i), akan tetapi terdapat beberapa langkah dalam tafsir tematis yang

tidak diikuti. Definisi tafsir tematis adalah sebuah penafsiran dengan cara

mengumpulkan beberapa ayat yang mepunyai makna atau tema yang sama

dari keseluruhan mushaf al-Qur’ân atau dari beberapa surat, kemudian

dijadikan sebuah karya yang utuh dalam membahas suatu tema. 24

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan penelitian ini bisa mudah dipahami, maka penulis

memaparkan secara sistematis bab-bab yang menjadi fokus kajian dalam

penelitian ini. Penulis membaginya kedalam lima bab.

Bab satu: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian dan sistematika penelitian.

23 Roni Hanityo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1988), 53. 24 Abd al-Hayyi al-Farmawi, al - Bidayah Fi al - Tafsir al - Mauduii (Kairo: al-

Hadarah al-Arabiyyah, 1977), 62.

Page 30: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

13

Bab dua: Penulis menjelaskan beberapa tinjauan umum mengenai

akhlak-akhlak dalam rumah tangga serta menerangkan bagaiman rumah

tangga dalam pandangan Islam.

Bab tiga: menjelaskan riwayat hidup al-Qurṭubi dan juga Ibnu Katsir

serta karya-karyanya dalam dunia tafsir. Kemudian tak luput juga untuk

menjelaskan corak-corak maupun metode yang di gunakan oleh tokoh-

tokoh tersebut.

Bab empat: yaitu pembahasan utama mengenai Asbāb al-nuzūl,

munasabah serta pandangan mufasir, dan juga pengaplikasian nilai akhlak

dalam al-Qur’ân pada rumah tangga.

Bab lima: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran penulis.

Page 31: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKHLAK DALAM RUMAH

TANGGA ISLAM

A. Pengertian Akhlak

Kata ini diambil dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak dari

Pada mulanya ia bermakna ukuran, dan kebiasaan. Dari .(khuluq) خلق

makna pertama (ukuran) lahir kata makhluk, yaitu ciptaan yang mempunya

ukuran tertentu, sedangkan dari makna (latihan) dan (kebiasaan) lahir

suatu positif maupun negatif yang dapat dilakukan dengan mudah tanpa

merasa terpaksa akibat latihan dan pembasanan.1 Namun kata itu tidak

ditemukan dalam Al-Qura’an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal

kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Qur’ân surat Al-

Qolam Ayat 4.2 Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan

Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul.

وانك لعلى خلق عظيم “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.

Pengertian akhlak secara umum bisa diartikan sebagai etika. Hal ini

dapat dilihat dalam penjelasan yang disampaikan oleh K. Bertans, terkait

etika terdapat tiga bagian. Pertama ilmu yang membahas perbuatan baik

dan buruk juga terkait hak dan kewajiabn moral (akhlak). Kedua akhlak

adalah sekumpulan nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tiga suatu nilai

mengenai yang benar dan salah yang dianut oleh golongan masarakat.3

Kata akhlak sering diidentifikasikan kepada kata etika dan kata moral,

di mana kata etika memiliki pengertian secara bahasa sebagai kata yang

1M. Quraish Shihab, Islam yang Saya Anut (Ciputat: Lentera Hati, 2018), 311. 2M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’ân (Bandung: Mizan, 1996), 253. 3K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 5.

Page 32: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

15

diambil dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan. dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia kata etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik

dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan

moral diambil dari bahasa latin, yang memiliki arti tabiat atau kelakuan.

Sehingga dapat difahami bahwa etika, moral dan akhlak memiliki

penjelasan yang sama secara bahasa, yaitu kelakuan dan kebiasaan.4

Dalam keterangan lain, akhlak adalah ruhnya umat. Jika ruh itu sehat,

umat akan hidup dalam keadaan kuat, terhormat, dan disegani. Sebaliknya

jika ruh itu sakit, rapuhlah umat, kekuatanya pudar dan jadilah ia santapan

orang-orang yang “lapar” dan incaran musuh. Manusia yang menjadi

unsur bangunan umat tidak memiliki nilai secara materi jika ruhnya lepas

dari berbagai keutamaan akhlak dan prinsip nilai. Akhlak yang mulia dan

prinsip nilai itulah yang menjadikan umat memiliki nilai dan timbangan.

Dari sinilah, akhlak bagi umat merupakan senjata yang tak mungkin

terkalahkan.5

Definisi akhlak banyak disampaikan oleh berbagai kalangan intelektual

yang hampir kesemuanya memiliki keragaman definisi yang berbeda-beda

dengan yang lain nya.

Beberapa intelektual mengejawantahkan definisi akhlak sebagai

berikut:

1. Barmawy Umary mengatakan bahwa istilah kata akhlak sejalur

dengan istilah kata khaliq (Pencipta) dengan kata lain agar terjadi

hubungan baik antara manusia sebagai makhluk dan khaliq sebagai

penciptanya, dan antara makhluk dengan makhluk yang lainya.6

4Manan Idris, Dkk, Reorientasi Pendidikan Islam (Pasuruan: Hilal Pustaka 2006),

107. 5Ahmad Muhammad Assaf, Berkas-berkas Cahaya Kenabian (Laweyan: Era

Intermedia, 2001), 169. 6 Depag, Aqidah Akhlak, (Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama

Islam, Cetakan Pertama Jakarta, 1996), 58.

Page 33: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

16

2. Ahmad Amin mendefinisikan bahwa akhlak adalah kebiasaan baik

dan buruk. Dengan kata lain, apabila kebiasaan memberi sesuatu

yang baik, maka disebut akhlaqul karimah dan apabila perbuatun itu

buruk maka disebut aklaqul madzmumah.7

3. Ibn Maskawaih mendefinisikan bahwa akhlak adalah merupakan

suatu keadan jiwa seseorang yang terdorong untuk bertindak

melakukan perbuatan dengan mudah tanpa harus membutuhkan

suatu pertimbangan pikiran.8

4. Hamzah Ya’qub mendefinisika akhlak adalah ilmu yang membatasi

ucapan dan perbuatan manusia, baik dan buruk, terpuji dan tercela.

Serta ilmu yang mengajarkan pola kehidupan manusia

mengungkapkan tujuan mereka yang terakhir dari segala usaha dan

perilaku mereka.9

5. Soegarda Poerbakawatja mendefinisikan akhlak adalah tentang budi

pekerti, watak, kesusilaan dan perbuatan baik dari sikap jiwa yang

benar kepada khaliqnya dan kepada manusia.10

6. Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak adalah yang sejak lahir

sudah tertanam dalam jiwa dan memunculkan beberapa macam

tindakan dengan mudah tanpa harus mempertimbangkan dan

memikirkan terlebih dahulu.11

7 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’ân (Jakarta:

Amzah, 2007), 3. 8 Taufik Abdullah Dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru

Van Hoeve, Cetakan kedua , 2003), 326. 9 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), 12. 10 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, ( Jakarta: Gunung Agung,

1976), 9. 11 Iman Al-Ghazali, Ihyâ’Ulûm Ad-Din, (Kairo: Al-Masyhad Al-Husain, tt), 56.

Page 34: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

17

7. Ibrahim Anis mendefinisikan akhlak adalah ilmu yang memiliki

tujuan tentang nilai-nilai yang saling berkaitan dengan tingkah laku

manusia, sehingga dapat dikatagorikan dengan baik dan buruknya.12

Pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak adalah kondisi sifat

yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian manusia. Dari

sini muncullah berbagai macam perbuatan dengan cara sepontan tanpa

dibuat-buat dan tanpa memerlukan buah pikiran dan pertimbangan,

sehingga dapat dirumuskan bahwa akhlak adalah ilmu yang menjadikan

manusia bertingkah baik dan menjauhi perbuatan jahat dalam setiap

perbuatanya dengan tuhan, manusia dan makhluk yang ada di

sekelilingnya.13

B. Akhlak Dalam Islam

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini

dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera secara

lahir dan batin, didalamnya terdapat berbagi petunjuk tentang bagaimana

seharusnya manusia itu menyikapi kehidupan ini secara lebih bermakna

dalam arti yang seluas-luasnya.14

Petunjuk agama terkait kehidupan manusia yang berkaitan dengan

prilaku manusia, tampak amat ideal. Sebab Islam mengajarkan kehidupan

yang dinamis dan progresif, melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dapat menghargai pikiran terdapat sikap yang seimbang

dalam memenuhi kebutuhan sepiritual dan material. Islam juga

mengajarkan dan mengembangkan sikap kepedulian sosial, menghargai

12 Ibrahim Anis, Al-Mu’jam Al-Wasith, (Mesir: DarulMa’arif,1972), 202. 13Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 1. 14 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’ân (Jakarta:

Amzah, 2007), 19.

Page 35: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

18

waktu, terbuka, demokratis, egaliter, berakhlak mulia dan bersikap positif

lainya.15

Oleh sebab itu, sangat penting untuk memahami dan menyempurnakan

akhlak dalam Islam dengan cara mempelajari serta mengamalkan akhlak

dengan perbuatan yang baik dan benar serta amalan-amalan lainya.

Sementara, akhlak dalam Islam merupakan salah satu cabang ilmu

pengetahuan. Akan tetapi, ketika berbicara mengenai akhlak akan lebih

bertujuan pada wilayah pengaplikasian, sedengkan berbicara etika

bertujuan pada filosofi. Oleh karnanya, akhlak dan etika ilmu yang

mempelajari tentang perbuatan yang baik dan buruk.16

Dalam Islam, barometer yang menyebutkan baik buruknya sifat

seseorang itu adalah al-Qur,an dan Al-Sunnah Nabi SAW. Apa yang baik

menurut al-Qur,an dan Al-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan

sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya apa yang buruk

me nurut al-Qur’ân dan As-Sunnah itulah yang harus dijauhkan.17 Sebagai

contoh, ketika Aisyah ditanya tentang Akhlak Rasulullah SAW, ia

menjawab:

ن خلقه القرانكا“Akhlak Nabi adalah al-Qur’ân”

Maksud perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan

Nabi SAW, baik yang lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk

al-Qur’ân. Di mana al-Qur’ân selalu mengajarkan umat Islam untuk

berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Sebab ukuran

baik dan buruk ini ditentukan al-Qur’ân. Kepentingan akhlak dalah

kehidupan sosial dikatakan dengan jelas dalam al-Qur’ân yang

15 Fadhil Al-Jamil, menerobos Krisis Pendidikan Dunia Islam, terj. H.M. Arifin,

(Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), 11-12. 16 Suparman Syukur, Etika Religius (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 3. 17 M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 11.

Page 36: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

19

menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakan al-Qur’ân sebagai

sumber pengetahuan terkait nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas.

Akhlak yang mulia dan buruk digambarkan dalam perwatakan manusia,

dalam sejarah dan realita kehidupan manusia semasa al-Qur;an

diturunkan.18 Allah SWT berfirman:

تم تفون من الكتب وي عفوا عن هل الكتب قد جاءكم رسولنا ي لكم كثيا ما كن ي بي من ات بع رضوانه ي هدي به الل

سبل السلم كثيە قد جاءكم من الل ن ور وكتب مبي

وي هديهم ال صراط مستقيم ل الن ور بذنهويرجهم من الظلمت ا “Hai ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami,

menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan,

dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada

kamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab

itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke

jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan

orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang

dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka kejalan yang lurus.” (QS. al-

Maidah: 15-16)

Disisi lain, akhlak dalam islam terdapat sebuah istilah akhlaqul al-

karimah (akhlak terpuji) adalah akhlak yang senantiasa berada dalam

control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi

kemaslahatan umat seperti, sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu’

(rendah hati), husnu zan (berperasangka baik), optimis, menolong orang

lain, bekerja keras dan lain-lain.19

Akhlak karimah atau akhlak yang mulia memiliki jumlah yang banyak.

Tetapi, dilihat dari segi hubungannya manusia dengan Tuhan, dan manusia

dengan manusia, akhlak mulia dapat dibagi menjadi tiga bagian.

18 Rosid Anwar, Akidah Akhlak (Jakarta: Pustaka Setia, 2012), 208-210. 19 Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, cet. 1, 2002), 153.

Page 37: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

20

a. Akhlak Terhadap Allah SWT

Barometer akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran

bahwa tiada tuhan selain Allah SWT. Alam ini mempunyai pencipta dan

pemeliharaan yang diyakini ada-Nya, Yaitu Allah SWT. Ia lah yang

memberikan rahmat dan menurunkan azab kepada siapapun yang

diinginkan-Nya. Ialah yang wajib disembah dan ditaati oleh umat

manusia. Karena berkat Rahman dan Rahim-Nya manusia berhutang budi,

karena Allah telah menganugrahkan nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia diberikan oleh Allah SWT

kesempurnaan dalam ciptaanya yang mempunyai 20 kelebihan daripada

makhluk ciptaan-Nya sementara yang lain itu diberikan akal untuk

berfikir, perasaan dan nafsu.20

Akhlak kepada Tuhan (Allah SWT) dapat diartikan sebagai bentuk

sikap atau tingkah laku perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh

manusia sebagai makhluk Allah SWT. Terkait dengan Akhlak kepada

Allah dilakukan dengan cara memujinya, menyembahnya, yaitu

menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya petunjuk yang menguasi dirinya.21

Dengan sebab itu, manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah SWT) harus

bebuat dangan berbagai cara untuk dapat mendekatkan diri dan berpasrah

diri pada Allah SWT.

b. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Islam memperintahkan kepada pemeluknya untuk melaksanakan hak-

hak pribadinya, melaksanakan kewajibanya dan berlaku adil terhadap

dirinya. Dalam islam telah disebutkan, di dalam memenuhi hak-hak

20 Tiswarni, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta: Bina Permata, 2007), 28. 21 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI), 2000), 34.

Page 38: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

21

pribadinya tidak boleh merugikan orang lain.22 Ini menunjukan bahwa

Islam mengimbangi hal-hak pribadi dan hak orang lain agar tidak

menimbulkan pertentangan. Sebagai seorang muslim harus menjaga

perasaan orang lain dan tidak boleh membedakan sikap kepada setiap

orang. Akhlak terhadap antar sesama manusia merupaka perbuatan sikap

terhadap irang lain. seperti, menghormati dan menghargai orang lain,

berbuat adil, bersikap baik terhadap orang lain, memenuhi setiap janji dan

lain-lain.23

c. Akhlak Terhadap Alam

Alam adalah segala sesuatunya yang ada di langit maupun bumi dan

beserta isinya, selain Allah SWT, Manusia sebagai khalifah diberikan

kemampuan oleh Allah untuk mengelola alam semesta ini. Ini menunjukan

bahwa diturunkannya manusia ke muka bumi bukan hanya sekedar

menikmati karunia Tuhan (Allah SWT) saja, tanpa harus memelihara dan

melestarikannya. Melainkan manusia diturunkan dimuka bumi oleh Allah

SWT membawa rahmat dan cinta kasih sayang kepada alam dan seisinya.

Pencapaian yang hakiki adalah tujuan utama dari pendidikan akhlak.

Tujuan pendidikan akhlak adalah agar terbentuknya orang-orang yang

berakhlak baik atau bermoral baik, keras kemauan, sopan santun dalam

berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat

bijaksana, sempurna, ikhlas, jujur dan suci.24

Terdapat pendidikan akhlak yang memuat ikhtiar untuk mendapatkan

cara-cara yang bermanfaat dalam pembentukan adat istiadat, dan

kebiasaan baik yang mesti ditanam dalam hati nurani setiap manusia agar

22 David Trueblood, Penerjemah Prof. Dr. H. M. rasjidi, Philosophy of Religion,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1965), 3-7. 23 Muhammad Ibnu Abdul Hafidh, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta: Al-

I’tishom Cahaya Umat,2004), 365. 24 M. Athiya al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1970), 104.

Page 39: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

22

tercapainya pengukuhan kemauan dalam berdisiplin, mendidik panca

indranya dan membiasakan diri untuk selalu berbuat baik, serta

menghindari segala setiap perbuatan yang tidak baik. Karena kehidupan

manusia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur hewani (the animal nature

of man).25

Pendidikan akhlak sangat erat yang berkaita dengan tarbiyah,

sementara Tarbiyah ialah proses pengembangan dan bimbingan manusia

yang meliputi jasad, akal dan jiwa, terutama dalam menanamkan akhlak,

kemudian terdapat budi pekerti yang luhur serta didikan yang mulia dalam

jiwa anak, yang dilakukan secara konsisten, sejak ia kecil sampai ia

menjadi dewasa untuk hidup dengan kemampuan serta usahanya sendiri.26

Dari banyaknya uraian di atas, dapat dipetik pemahaman bahwa

pendidikan Akhlak ialah usaha sadar, teratur, dan sistematis di dalam

(budi pekerti), serta untuk mencapai akhlᾱk al-karῑmah. Akhlak hanya

untuk mengantarkan kebaikan sikap kepada sesama manusia, melainkan

juga kepada Tuhan, alam, dan diri sendiri.27

C. Akhlak Dalam Rumah Tangga Islam

Keluarga merupakan bagian terkecil dalam suatu masyarakat, yang

terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Meskipun demikian ada juga keluarga

yang hanya terdiri dari ayah dan ibu dalam sebuah rumah tangga.28

Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang merupakan

produk dari adanya ikatan-ikatan kekerabatan yang mengikat satu

25 Muhammad Ibnu Abdul Hafidh, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta: Al-

I’tishom Cahaya Umat,2004), 290. 26 Musthofa al-Ghayani, Bimbingan Menuju Ke Akhlak Yang Luhur, (Semarang:

Thaha Putra, 1976), 315. 27 Muhammad Ibnu Abdul Hafidh, Cara Nabi Mendidik Anak, (Jakarta: Al-

I’tishom Cahaya Umat,2004), 265. 28 Sofyan Wilis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: Alfabet,

2009), 23.

Page 40: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

23

individu dengan yang lainya. Dengan penegrtian ini keluarga berarti

merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga dapat

diklasifikasikan dalam dua kategori, antara lain adalah, keluarga keluarga

luas atau keluarga besar yang disebut dengan al-‘ailah. Dan keluarga inti

atau kecil yang disebut dengan istilah al-usrah yang dimaknai sebagai

lembaga tempat hidup bersama dengan situasi yang berbeda-beda, tetapi

didalamnya terdapat satu fomasi keluarga yang memiliki ikatan bersama.

Sedangkan al-usrah adalah kelompok sosial yang terdiri dari suami, istri

dan anak-anak yang belum dinikahkan.29

Dalam pembinaan keluarga tentu tidak lepas dari nilai-nilai akhlak

Islami sehingga kehidupan rumah tangga akan mendapatkan

keharmonisan dan kebahagiaan bersama. Melalui bimbingan dan

pengajaran agama Isalam dalam keluarga membuat ketentraman dan

ketenangan dalam hidup.30

Keluarga juga bisa didefinisakn sebagai suatu kekerabatan yang

merupakan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi,

dan mempunyai fungsi untuk berkembang biak, mensosialisasikan atau

mendidik anak dan menolong serta melindungi yang lemah dan merawat

orang tua yang sudah dibawa usia.31

Islam merupakan agama yang pertama kali memberikan perhatian

terhadap keluarga sebagai elemen sosial yang pertama, sementara orang

tua memberikan pendidikan, pemeliharaan dan pengawasan yang terus

menerus kepada anggota keluarga yang akan membawa pola kepribadian

sang anak dan keluarga.32

29 Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nnurcahaya, 1985), 87. 30 Lia Oktavia Sasmita, Peran Istri Dalam Rumah Tangga Perspektif Hadis,

(Skripsi: UIN Jakarta, 2017), 33-34. 31 Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 57. 32 Tito Adonis, Peranan Wanita Dalam Pembinaan Budaya, (Bandung: Cv.

Pioner, 1991), 65.

Page 41: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

24

Akhlak dalam rumah tangga terdapat sebuah rasa kasih sayang yang

mesra menyenangkan, yang merupakan dambaan setiap pasangan suami

istri. Namun dalam perjalananya tidak semudah yang dibayangkan,

diibaratkan seperti bahtera yang mengelilingi lautan luas nan lepas yang

jauh dari ancaman badai dan gelombang. Lautan mengalami sebuah

pasang surut maka tidak jauh berbeda dengan kehidupan rumah tangga.

Dicontohkan seperti hubungan suami dan istri tidak mesra, namun pada

saat tertentu terdapat panas dan mencemaskan. Tali pernikahan dalam

Islam adalah ikatan yang kokoh yang menjalin pasangan suami istri dalam

rangka menggapai jalinan rumah tangga yang penuh cinta dan kasih

sayang.33

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl Ayat 80 :

ن جعل لكم م ن لكم وجعل سكنا ب ي وتكم والل لود الن عام ب ي وت تستخفونا ي وم ج م حي ال ومتاعا اثث واشعارها واوبرها فهااصوا ومن ظعنكم وي وم اقامتكم

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal

dan dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (Kemah-kemah) dari kulit

binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawanya)nya di waktu

kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari

bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan

perhiasan (yang kamu pakai) sampai katu (tertentu).”

Adapun jalinan pelakat bagi bangunan keluarga adalah hak dan

kewajiban yang disyariatkan Allah terhadap ayahnya, ibu, suami dan istri,

serta anak-anak. Terlalu banyak peraturan dan tuntutan itu untuk di

singgung dalam kesempatan ini.34 Namun, yang jelas, bahwa hak,

kewajiban, serta peraturan yang ditetapkan itu tidak lain tujuan nya

kecuali untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga yang pada

33 Abdul Hakim, Keluarga sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), 37. 34 Dedy Ibmar, Tuhan dan Ruang, (Ciputat: Young Progressive Muslim, 2018), 20.

Page 42: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

25

akhirnya menciptakan suasan aman, bahagia dan sejahtera bagi seluruh

masyarakat bangsa.35

Peraturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh

ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak keturunan dan

tanggung jawab terhadap generasi. Demikianlah, terlihat betapa besar

peranan keluarga dan betapa keberhasilan kita secara perseorangan atau

kolektif, secara pribadi atau bangsa, di dunia dan akhirat kelak, banyak

sekali ditentukan oleh keberhasilan kita dalam keluarga masing-masing.36

Wajar jika Allah berpesan:

ها مل ي ها الذين امن وا ق و ا ان فسكم واهليكم نرا وق ودها الناس والجارة علي ك ي ة غلظ ى

ما امرهم وي فعلون ما ي ؤمرون شداد ل ي عصون الل“Wahai orang-orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

malikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah

terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan.”

Oleh karna itu, akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan rasa

kasih sayang di antara keluarga yang diungkapkan dalam bentuk

komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan

dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Dari komunikasi semacam itu

akan lahir saling keterikatan batin, keakraban dan keterbukan di antara

anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka.

Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi

betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan

menjadi surga bagi penghuninya.37 Itulah akhlak dalam rumah tangga

Islam.

35 M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’ân Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, Cet 1, 2014), 398. 36 M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’ân Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat, 402. 37 Zulkifli dkk, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: Kalimedia, Cet 1, 2018), 9-10.

Page 43: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

26

BAB III

BIOGRAFI IBN KATSĪR DAN AL-QURṬUBĪ

A. Biografi Ibn Katsīr

a. Biografi Ibn Katsīr

Nama lengkapnya adalah ‘Imad ad-Din Abu al-Fida’ Ismail ibn ‘Amr

ibn Zara’ al-Bushra al-Damasqi.1 Ia dilahirkan dari desa Mijdal yang

terletak dalam wilayah Busra (Basrah), tahun 700 H/1301 M. oleh karna

itu, ia mendapatkan gelar al-Bushrawi ( orang Bushra).2

Ibn Katsīr berasal dari kalangan keluarga yang terhormat. Ayahnya

adalah seorang ulama terkemuka pada masanya, Syihab ad-Din Abu

Hafsoh Amr Ibn Katsīr Ibn Dhaw Ibn Zara al-Quraisyi, yang pernah

mendalami madzhab Imam Hanafi, akan tetapi ia menganut madzhab

Syafi’i setelah menjadi seorang khatib di Bushra.3

Dalam usia kanak-kanak, setelah ayahnya meninggal, Ibn Katsīr di urus

oleh kakanya (Kamal ad-Din dan Abd al-Wahhab) pindah dari desa

kelahiranya ke Damaskus. Dan dikota inilah ia tinggal hingga akhir

hayatnya. Karena kepedihan ini, ia mendapatkan gelar ad-Damasqi (orang

Damaskus). Empat hal yang sangat menguntungkan bagi Ibn Katsīr dalam

mengembangkan keilmuanya, adalah kenyataan bahwa pada masa-masa

pemerintahan dinasti Mamluk, pusat-pusat studi Islam seperti madrasah-

madrasah dan masjid berkembang pesat. Sehingga perhatian para pengusa

pusat yang ada di Mesir maupun penguasa yang ada di daerah Damaskus

sangat besar pengarunya terhadap perkembangan studi Islam. Dan banyak

1 Ahmad Muhammad Syakir, umdat at-Tafsir an al-Hafizh Ibn Katsīr, jilid 1,

(Mesir: Dar al-Ma’arif, 1959), 22. 2 Umar Ridha Kahhalah menyebut desa kelahiran Ibn Katsīr dengan Jindal. Umar

Ridho Kahhalah, mu’jam al-Mualiffin: Tarajum mushannif al-Kutub al-Arabiyah, Jil. II,

(Beirut: Dar-Ihya al-Turats al-Arabi, t,t), 283. 3 Ibn Katsīr, al-Bidayah wa al-Nihayah, Jil. XI, (Beirut: Dar al Fikr, t,t), 32.

Page 44: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

27

ulama ternama di masa ini, yang akhirnya di jadikan tempat Ibn Katsīr

menimba ilmu.4

Selain fokus pada dunia ke ilmuan, Ibn Katsīr juga terlibat dalam

urusan-urusan kenegaraan. Yang tercatat aktivitasnya pada bidang ini

seperti, pada akhir tahun 741 H. Ia ikut penyelidikan yang akhirnya

menjatuhkan hukuman mati pada seorang sufi zindiq yang menyatakan

Tuhan terdapat pada dirinya. Pada tahun 752 H ia berhasil meninggalkan

pemberontakan Amir Baibughah Urus, masa khilafah al-Mutadid bersama

ulama lainya, pada tahun 759 H ia pernah diminta untuk mengesahkan

beberapa peristiwa kenegaraan lainya.

Para ahli meletakan beberapa gelar keilmuan pada Ibn Katsīr, sebagian

kesaksian atas kepiawianya dalam beberapa bidang ke ilmuan yang ia

pelajari, yaitu:

1. Al-Hafidz, orang yang mempunyai kapasitas hafalan 100.000

Hadits, matan maupun sanad, dan maupun dari beberapa jalan

mengetahui hadits sahih, serta tahu istilah ilmu ini.5

2. Al-muhaddis, orang yang ahli mengenai Hadits riwayat dan dirayah,

imamnya, serta dapat mensahihkan dalam mempelajari dan

mengambil faedahnya.6

4 Ulama-ulama besar yang hidup masa Dinasti Mamluk, karya dan wafatnya,

selanjutnya lihat: Ibn Katsīr, al-Bidayah, jl. XIII dan XIV. 5 Lihat Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, (Beirut: Dar al-Fikr, 1409 H),

448. Bandingkan dengan Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushtalah al-Hadits, (Bandung: PT.

al-Ma’arif. 1981), 22. 6 Fatchur Rahman, 23. Dalam beberapa kesempatan para ulama menyamakan atau

mensejajarkan pengertian antara al-muhaddis dengan al-Hafidz. Namun, jumhur ulama

muta’akhirin ahli hadits berpendapat antara keduanya berbeda dalam tingkatan dan

jengjang ke ahlianya. Hal ini sesuai tingkatan jenjang yang mereka buat. Dinyatakan,

gelar terendah ulama hadis adalah al-musnid, kemudian disusul peringkat di atasnya

secara berurut: al-muhaddis, al-hafizh, al-hakim, dan yang tertinggi: amr al-mu’minin fi

al-Hadis, Lihat: jalal ad-Din as-Suyuthi, Tartib ar-Rawi, (Kairo: dar al-Kutub al-hadisah,

1996), jilid 1, 43-52.

Page 45: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

28

3. Al-Faqih, gelar keilmuan bagi ulama yang ahli dalam ilmu hukum

Islam (fiqh), namun tidak sampai pada tingkat mujtahid, ia

menginduk pada suatu mazhab yang ada, tapi tidak taqlid.

4. Al-Muarrikh, seorang yang ahli dalam sejarah atau sejarawan.

5. Al-mufassir, seorang yang ahli dalam bidang tafsir, yang menguasai

perangkat-perangkatnya berupa ulum al-Qur’ân dan memenuhi

syarat-syarat mufassir.7

Di antara lima gelar tersebut, al-hafizh merupakan gelar yang paling

melakat pada Ibn Katsīr. Ini terlihat pada penyebutan nama pada karya-

karyanya atau ketika menyebutkan pemikiranya. Gelar-gelar tersebut

dalam keadaan tertentu saling menunjang misalnya, dalam tafsirnya Ibn

Katsīr seakan mendemonstrasikan keahlian-keahlianya untuk menganalisis

dan mengemukakan materi tafsir. Atau secara terpisah gelar keahlianya itu

nampak pada karya-karya yang dihasilkan. Kelima gelar yang berhak

disandang pada Ibn Katsīr merupakan suatu kelebihan dan karunia Allah

SWT.8

Bukti keahlian Ibn Katsīr dalam bidang tersebut dapat dilihat pada

karya-karya tulisnya. Dan tenyata popularitas karya-karya tulis tersebut,

Ibn Katsīr dalam bidang sejarah dan tafir yang memberikan andil besar

yang sangat berpengaruh pada duia keislaman dalam mengangkat

namanya menjadi tokoh ilmu yang masyhur dan terkenal.

Selama hidupnya Ibn Katsīr juga, didampingi salah seorang istri yang

sangat dicintainya yang bernama Zainab, putri al-Mizzi yang masih

sebagai gurunya. Dan setelah menjalani dinamika kehidupan yang rumit

dan panjang, penuh dedikasi pada tuhanya, agama, negara dan dunia

keilmuan, 26 sya’ban 774 H, yang bertepan pada bulan februari 1373 M,

7 Nur Faizin Maswan, 37. 8 Nur Faizin Maswan, 38.

Page 46: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

29

pada hari kamis, Ibn Katsīr dipanggil untuk menjemput rahmat Allah

SWT.9

b. Karya-karya Ibn Katsīr

Sejak kepindahanya Ibn Katsīr bersama kakeknya Kamal al-Din Abd

al-Wahâb ke Damaskus (707 H), atas anjuran kakanya, ia memulai

pencariannya dalam bidang keilmuan. Berbagai cabang ilmu keislaman

dipelajari secara mendalam oleh Ibn Katsīr, terutama hadîts, fikih, sejarah,

dan tafsir. Dalam keempat bidang ini dapat dilihat karya-karya tulisnya

sehingga wajar apabila gelar al-Hafiz, al-Muhaddîts, al-Faqih, al-

Mu’arrikh melekat di depan namanya.10 Namun popularitas karya-

karyanya di bidang sejarah dan tafsirlah yang memberikan andil terbesar

dan mengangkat namanya menjadi rokoh ilmu yang dikenal di dunia Islam

hingga saat ini.

Karya tulis sejarah yang dimaksud adalah kitab al-Bidâyah wa al-

Nihâyah terdiri atas 14 jilid besar. Kitab memaparkan berbagai peristiwa

yang terjadi sejak awal penciptaan alam sampai dengan peristiwa-

peristiwa yang terjadi sejak awal penciptaan alam sampai dengan

peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 768 H atau enam tahun

sebelum wafatnya. Sedangkan karya tafsir yang dimaksud adalah Tafsîr

al-Qur’ân al-‘Azîm atau sering disebut dengan nama Tafsîr Ibn Katsîr.11

Begitu terkenalnya sosok Ibn Katsîr dalam perjalanan hidupnya, karena

karya ilmiah beliau dalam bidang keilmuan di dunia Islam yang sangat

populerkan namanya, sebelum atau sesudah wafatnya. Ibn Katsîr sangat

produktif dalam menghasilakan sebuah karya, sebagai wujud kedalaman

9 Syakir, 34: Al-Qaththan, 386. 10 Rosihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur isrᾰiliyyᾰt Dalam tafsof al-Thabari dan

tafsîr Ibn Katsîr, cet-1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 70. 11 Rosihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur isrᾰiliyyᾰt Dalam tafsof al-Thabari dan

tafsîr Ibn Katsîr, 70.

Page 47: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

30

dan penguasaan ilmunya dalam beberapa bidang kajian, di antara hasil

karyanya tulisnya adalah:

1. Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm (Bidang Tafsir)

2. Al-Bidâyah wa al-Nihâyah (Bidang Sejarah)

3. Syarh fi Kitâb al-Kabîr fi al-Ahkâm (Bidang Fikih)

4. Muktashâr ‘Ulûm al-Hadîts Li Ibni al-Shalâh (Bidang Hadits)

5. Al-Sirah al-Nabawiyah (perjalanan kenabian/sejarah)

6. Al-Takmil fi Ma’rifah al-Tsiqah wa al-Du’afa’ wa al-Majâhil

(bidang sejarah).12

c. Metode Penafsiran

Tentang penafsiran Ibn Katsīr ini, Muhammad Rasyîd Rida

menjelaskan: Tafsir ini merupakan Tafsir paling masyhûr yang

memberikan perhatian besar terhadap apa yang diriwayatkan dari para

mufassir salaf dan menjelaskan makna-makna ayat dan hukum-hukumnya

serta menjauhi pembahasan i’rab dan cabang-cabang balaghah yang pada

umumnya dibicarakan yang melebar pada ilmu-ilmu lain yang tidak

diperlukan dalam memahami al-Qur’ân secara umum atau memahami

hukum dan nasihat-nasihatnya secara khusus.13

Metode penafsiran Tafsir Ibn Katsîr bila diteliti termasuk dalam

katagori tafsir tuhlil yang bercorak bi al-ma’tsûr.14 Berikut ini dijelaskan

lebih terperinci sistematika tentang penafsiran Ibn Katsîr:

12 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’ân, cet. II, (Bogor: Litera

Antara Nusa, 2009), 528. 13 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’ân, 528. 14 Tahlîlî adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur’ân dengan memaparkan aspek yang

terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna

yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecendrungan mufassir yang

menafsirkan ayat-ayat tersebut. Sedangkan corak bi al-mu’tsîr yaitu menafsirkan al-

Qur’ân dengan al-Qur’ân, al-Qur’ân dengan al-Sunnah, al-Qur’ân dengan pendapat

sahabat, karena mereka yang paling mengetahui Kitabullah, atau dengan apa yang

Page 48: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

31

1. Penjelasan sekitar Surah dan ayat al-Qur’ân

Dalam mengemukakan tentang penjelasan sekitar Surah al-Qur’ân, Ibn

Katsîr mengawalinya dengan menyebutkan nama-nama Surah itu sendiri

disertai dengan hadits-hadits yang menerangkan kepada hal tersebut.

Selanjutnya untuk memulai penafsiran, sebelumnya beliau menyebutkan

satu ayat kemudian menafsirkan ayat tersebut dengan keterangan yang

mudah disertai dengan hadits-hadits yang menerangkan kepada hal

tersebut. Selanjutnya untuk memulaipenafsiran, dengan redaksi yang

mudah serta ringan. Serta menyertai dengan dalil dari ayat lain, lalu

membandingkan ayat-ayat tersebut sehingga maksud dan artinya jelas.15

2. Menyebutkan al-Qur’ân dengan Hadits

Kelebihan-kelebihan tertentu pada Tafsir Ibn Katsîr adalah bahwa Ibn

Katsîr menafsirkan al-Qur’ân dengan hadits. Penafsiran ini dilakukan

dengan cara menuliskan al-Quran dengan hadits. Penafsiran ini dilakukan

dengan cara menuliskan matan hadits tersebut dengan lengkap serta

merangkaikan urutan-urutan sanadnya sampai kepada rawi terakhir.

Kemudian menjelaskan jarh (cacat) dan ta’dil (adil) riwayatnya, dan

kemudian mengomentari hadits tersebut sahih atau tidak.

3. Menjelaskan munâsabah ayat

Metode ini menggunakan untuk memperjelas penafsiran ayat,

disamping mempermudag pembaca dalam mengumpulkan ayat-ayat

sejenis, sehingga masing-masing ayat bisa menafsirkan ayat-ayat sejenis

lainnya. Juga agar pengertian satu ayat dengan ayat yang lainya yang

mengandung tema serupa tidak terputus –putus, untuk hal ini Ibn Katsîr

dikatakan oleh tokoh-tokoh besar tabi’in, lihat manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu

al-Qur’ân, 482-483. 15 Muhammad Husain al-Dzahabî, al-Tafsîr wa al-Mufassirû, (Bairut: Dâr al-Fîkr,

1976), 254.

Page 49: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

32

meletakanya di tempat penafsiran perkalimat atau perkata sebagai penguat

penafsiran tersebut.16

4. Menerangkan sebab-sebab turunya ayat

Ibn Katsîr menjadikan hadits-hadits Rasulullah sebagai bahan rujukan

untuk menerangkan sebab turunya ayat. Pembahasan asbâb al-nuzûl untuk

masing-masing ayat biasanya dicantumkan di depan sebelum pembahasan

ayat di mulai. Begitu juga dengan asbâb al-nuzûl surat-surat dicantumkan

di depan sebelum pembahasan tafsir tersebut dilakukan.17

5. Memperluas masalah hukum dalam al-Qur’ân

Para ulama sepakat bahwa Ibn Katsîr adalah seorang ahli hadits yang

handaljuga seorang ulama fikih yang masyhur dan mahir dalam

mengutarakan permasalahan yang berkaitan dengan hukum. Kemahiran

berfatwanya turut mempengaruhi jalan pemikirannya bdalam menafsirkan

ayat-ayat hukum. Hal ini terbukti ketika beliau membahas satu masalah

ayat hukum ia buatkan suatu pembahasan khusus dengan menafsirkan

secara panjang lebar, dengan bersandarkan pada hadis Nabi dan pendapat

para ulama, untuk mengetahui isi kandungan ayat tersebut.18

Menurut Muqnî Hakim Mahnud: Tafsir Ibn Katsîr merupakan karya

tafsir terbaik, oleh karna itu, tafsir ini menjadi rujukan ulama tafsir

sesudahnya. Sedangkan menurut pandangan al-Suyûti, Tafsir Ibn Katsîr

merupakan tafsir yang tidak ada duanya. Belum pernah ditemukan kitab

tafsir yang sistematik dan karakteristiknya menyamai kitab tafsir ini.19

16 al-Dzahabî, al-Tafsir wa al-Mufassirûn, 254. 17 al-Dzahabî, al-Tafsir wa al-Mufassirûn, 255. 18 al-Dzahabî, al-Tafsir wa al-Mufassirûn, 256. 19 Rosihan Anwar, Melacak Unsur-Unsur Isrâiliyât dalam Tafsir al-Thabâri dan

Tafsir Ibn Katsîr, 74.

Page 50: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

33

B. Al-Qurṭubī

a. Biografi al-Qurṭubī

Imam al-Qurṭubī nama lengkapnya adalah Abū ‘Abdillah Muhammad

bin Ahmad bin Abi Bakar Farh al-Ansāri al-Khazraji al-Andalusi al-

Qurṭubī. Ia adalah seorang mufassir yang dilahirkan di Cordoba Andalusia

(Spanyol). Ia juga seorang Ulama yang bermazhab Maliki.20 Setelah

tinggal di Cardoba, yang kemudian ia berpindah ke mesir dan menetap

disana. Kemudian juga beliau meninggal dunia di kota mesir pada malam

senin tnggal 9 syawal tahun 671 H. Makam beliau berada di sebuah kota

bernama Elmaniya tepat disebalah timur sungai Nil, sampai sekarang

makam beliau sering dikunjungi (ziarah) oleh banyak orang.21 Sedangkan

pada sumber lain dikatakan bahwa beliau meninggal dunia di sebuah kota

bernama Manniyah Ibn hasib Andalusia.22

Imam al-Qurṭubī adalah salah seorang ulama saleh yang termashur dan

sangat Zuhud dalam urusan dunia, bahkan beliau sudah mencapai level

Ma’rifatullah yang beliau sendiri lebih banyak menyibukan diri dalam

urusan Akhirat dan keseharianya hanya disibukan dengan beribadah,

belajar dan berkarya. Beliau merantau keluar daerahnya demi belajar

ilmu-ilmu agama, sehingga menjadi sarjana yang teliti dan kehidupanya

cenderung asketisisme (paham yang mempraktekan kesederhanaan,

kejujuran, dan kerelaan berkorban), ia juga selalu meditasi terkait

kehidupan setelah mati. al-Qurṭubī telah belajar ilmu-ilmu agama pada

para ulama dimasanya, salah satu guru yang terkenal bernama Syaih Abu

Abbas Ahmad bin Umar al-Qurṭubī, al-Hafizh Abu Ali al-Hasan bin

20 Mannā Khalil al-Qattān, Mabāhit Fi ‘Ulūm al-Qurān (Mesir: Maktabah

Wahbah, tth), 368. 21 Al-Qurṭubī, al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qurān, Juz. 1 (Libanon : Muassasah al-

Risalah, 2006), 6. 22 Hamim Ilyas, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), 65.

Page 51: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

34

Muhammad bin Muhammad al-Bakary yang memiliki Shahih Muslim.

Tokoh ini yang merupakan salah seorang guru ulama salaf yang terkenal

sebagi pakar bahasa arab.23

Kemudian setelah al-Qurṭubī menuntut ilmu ke timur di dataran tinggi

Mesir yang dibimbing oleh banyak gurunya sehingga reputasinya menjadi

meningkat dan sempat juga beliau belajar ilmu hadis. Layaknya seperti

Imam Nawawi yang telah mengutip dari kitab mufhimnya di beberapa

tempat dari karya-karyanya yang mengatakan terdapat dua tokoh dari

siapa Imam al-Qurṭubī belajar ilmu hadis, disebutkan yaitu dari Al-Hafidz

Abu Ali Hasan bin Muhammad bin Ali Hafzi bin Yahsubi dan Abu Abbas

Ahmad bin Umar al-Qurṭubī.24 Dari beberapa ulama pada masanya beliau

belajar agama dan belajar bahasa serta belajar ilmu hadis dari tokoh ulama

yang berada di Mesir, yang kemudian beliau memahami agama juga

meneruskan cita-citanya untuk berkarya dan menulis kitab yang

bermanfaat pada masanya.

al-Qurṭubī memiliki karakter yang menjadikan dirinya disebut-sebut

keagungannya oleh para ulama. Al-Hafizh Abdul Karim berbica tentang

al-Qurṭubī “ Ia termasuk hamba Allah yang shalih, yang arif, yang zuhud

yang suka menyibukan diri dengan beribadah”. Dalam sejarah al-Kitaby

juga terdapat juga terdapat pujian baginya “Ia salah seorang syaikh yang

memiliki karya-karya yang berfaedah yang menunjukan pada ketinggian

ilmunya, di antaranya adalah tafsir Qur’an. Al-Zahabi menyampaikan

dalam sejarah Islam, “Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Farh al-

Imam al-Qurṭubī yang memiliki lautan Ilmu”. Dia mempunyai karangan-

23 Muhammad Husain Al-Zahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassiruun, (Mesir: Daar al-

Maktabah al-Harisah, 1976), 512. 24 Muhammad Husain Al-Zahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassiruun, 512.

Page 52: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

35

karangan yang bermanfaat yang mengarahkan pada ketinggian wawasan

ilmu kejeniusan otak dan keutamaanya.25

b. Karya-karya Al-Qurṭubī

Kecintaan al-Qurṭubī terhadap ilmu-ilmu agama membentuk karakter

yang sangat shalih, zuhud, ‘arif dan beliau sangat banyak menyibukan diri

untuk beberpa kepentingan-kepentingan akhirat dan waktu nya dihabiskan

unruk dua hal yaitu beribadah kepada Allah Swt dan menulis kitab. Para

ulama mengenal sosok seorang al-Qurṭubī sebagai seorang pakar imu

fikih, pakar ilmu hadits dan sebagainya. Ini karena beliau meninggalkan

banyak karya-karya yang bermanfaat. Sehingga bisa disebutkan beberapa

karya-karyanya yang meliputi bidang seperti kitab tafsir, hadits, qira’at

dan lain sebagainya, di antara kitab beliau yang terkenal sebagai berikut:

1. Al-Jāmi’ li Ahkam Al-Qur’ān wa al-Mubin lima Tadammanhu min al-

Sunnah wa ai al-Furqān. Merupakan kitab tafsir yang bercorak fikih.

Kitab ini dicetakb pertama kali di Kairo pada tahun 1933-1950 M.

Oleh percetakan Dar al-Kutub al-Misriah, ada 20 jilid. Setelah itu ada

pada tahun 2006 penerbit Mu’assisah al-Risalah, Beirut mencetak

kitab ini sebanyak 24 juz/jilid yang telah di-tahqiq oleh Abdullah bin

Muhsin al-Turki.

2. Al-Tadzkîrah fi Ahwal al-Mauti wa Umur al-Akhîrah, diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia sebagai "Buku Pintar Alam Akhirat" yang

diterbitkan di Jakarta tahun 2004. Cetakan terbaru tahun 2014 ada

kitab Mukhtashor-nya yang ditulis oleh Fathi bin Fathi al-Jundi.

3. Al-Tidzkar fi fadli al-Azkār. Berisi tentang penjelasan kemuliaan-

kemulian al-Quran. dicetak pada tahun 1355 M di Kairo.

25 Muhammad Husain Al-Zahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassiruun, 512.

Page 53: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

36

4. Qama’ al-Hars bi al-Zuhdi wa al-Qanā’ah wa Radd zil al-Sual bi al-

Katbi wa al-Syafā’ah. Pada tahun 1408 dicetak oleh Maktabah al-

Sahabah Bitanta.

5. Al-Intihaz fi Qirā’at Ahl al-Kuffah wa al-Basrah wa al-Syam wa Ahl

al-Jijaz, yang disebutkan dalam kitab al-Tidzka.

6. Al-I’lam Bimā Fi Din al-Nasara Min al-Mafasid Wa Awham Wa

Kazhar Mahasin al-Islam. Dicetak di Mesir oleh Dar al-Turats al-

‘Arabi.

7. Al-Asna fi Syarh Asma al-Husna wa Sifatuhu fi al-‘Ulya.

8. Al-I’lam fi Ma’rifati Maulid al-Mustafa ‘alaih al-Salat wa al-Salam,

terdapat di Maktabah Tub Qabi, Istanbul.

9. Urjuzah Fi Asma’ al-Nabi SAW. Kitab ini disebutkan dalam kitab al-

Dibaj al-Zahab karya Ibn Farh.

10. Syarh al-Taqssi.

11. Al-Taqrîb li Kitab al-Tamhid.

12. Risalah fi Alqab al-Hadits.

13. Al-Aqdiyah.

14. Al-Misbah fi al-Jam’i baina al-Af’al wa al-Shihah (fi ‘Ilmi Lugah)

15. Al-Muqbis fi Syarhi Muwatha’ Malik bin Anas.

16. Minhaj al-‘Ibad wa Mahajah al-Salikin wa al-Zihad.

17. Al-Luma’ al-Lu’lu’iyah fi al-‘Isyrinat al-Nabawiyah wa ghairiha.26

c. Metode Penafsiran

Menurut Amin al-Khuli dalam bukunya Manāhij Tajdid bahwa dalam

penulisan kitab tafsir dikenal beberapa sistematika, yaitu mushāfi, nuzūli,

26 Muhammad Husain al-Zahabi, Al-Tafsir Wal Mufassiruūn, Jilid 2, (Kairo: Darul

Hadis, 2005 ), 401.

Page 54: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

37

dan mawdhū’i.27 Tafsir al-Qurṭubī memakai sistematika mushāfi, ia

menafsirkan al-Qur’ān sesuai dengan urutan ayat dan surat yang terdapat

dalam mushaf al-Qur’ān, yaitu mulai dari ayat pertama surat al-Fātihah

sampai ayat terakhir surat al-Nās. Sementara penafsiran al-Qur’ān yang

mengikuti kronologis turunnya surat-surat al-Qur’ān atau sistematika

nuzuli dipakai oleh Muhammad ‘Izzah Darwazah dengan tafsirnya yang

berjudul al-Tafsir al-Hadits.

Al-Qurṭubī juga tidak memakai sistematika mawdlū’i, yaitu

menafsirkan al-Qur’ān berdasarkan topik-topik tertentu dengan

mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’ān yang ada hubungannya dengan topik

tersebut. Meskipun sistematika penafsiran al-Qurṭubī memakai mushāfi,

namun menurut Muhammad Quraish Shihab benih-benih penafsiran

model sistematika mawdlū’i dalam tafsir al-Qurṭubī sudah tumbuh, hal ini

melihat corak penafsiran dia yang memfokuskan pada penafsiran ayat-ayat

al-Qur’ān yang bertema hukum.28

Secara umum menurut al-Farmawi dalam bukunya al-Bidāyah fi al-

Tafsîr al-Mawdlū’i Dirāsah Manhājiyyah mawdlūiyyah, para mufassir

dalam mengungkapkan dan menjelaskan al-Qur’ān menggunakan metode

tahlili, ijmāli, muqarān, dan mawdlu’i. Metode tahlili merupakan metode

tafsir yang menggunakan sistematika mushāfi dengan cara menjelaskan

dan meneliti semua aspek dan menyingkap seluruh maksudnya secara

detail, dimulai dari uraian makna kosakata, makna kalimat, maksud setiap

ungkapan, munasabah ayat, dan keterangan asbāb al-nuzūl dan hadits.

Metode ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’ān dengan sistematika mushāfi

secara global hanya mengemukakan garis besarnya saja, yakni

27 Amin al-Khulli, Manāhij tajdid fi al-nahw wa-al-balaghah wa-al-tafsîr wa-al-

adāb, (Mesir: Dar al-Ma’rifah, 1961), 300. 28 M. Quraish Shihab, KAIDAH TAFSIR: Syarat, dan Ketentuan yang Patut Anda

Ketahui dalam Memahami Al-Qur’ân, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), 387.

Page 55: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

38

menguraikan makna dan bahasa secara singkat, menguraikan kosakata al-

Qur’ān dengan kosakata al-Qur’ān sendiri dan uraian tafsirnya tidak

keluar dari konteks al-Qur’ān, dengan bantuan sebab turun ayat, peristiwa

sejarah, hadis nabi, dan pendapat ulama. Kitab tafsir yang menggunakan

metode ijmali di antaranya seperti tafsir al-Qur’ān al-Karîm karya Ustad

Muhammad Farid Wajdi dan al-Tafsîr al-Wasith yang diterbitkan oleh

Majma al-Buhus al-Islamiyyah.29

Metode muqarran yaitu membandingkan perbedaan dan persamaan

penjelasan para mufassir sebelumnya dalam menafsirkan sebuah ayat al-

Qur’ān yang dikaji, menjelaskan kecenderungan ideologi, latar belakang

dan dominasi keilmuan mufassir masing-masing yang mempengaruhi

penafsiran suatu ayat atau tema yang sama. Metode tafsir muqaran juga

berarti membandingkan ayat-ayat al-Qur’ān yang berbicara tentang tema

tertentu, atau membandingkan ayat-ayat al-Qur’ān yang tampak

kontradiktif dengan hadits atau kajian-kajian lainnya. Adapun metode

mawdhū’i atau metode tematik yaitu menafsirkan al-Qur’ān dengan cara

mengumpulkan dan mengelompokkan ayat-ayatal-Qur’ān dalam tema atau

topik tertentu, baik yang menyangkut tema akidah, sejarah, kehidupan

sosial, sains, ekonomi, dan lain sebagainya. Cara lainnya juga dengan

mengkaji dan membahas satu surat tertentu secara utuh dan menyeluruh

tentang maksud dan kandungan ayat-ayat surat tersebut.30

Berdasarkan kategorisasi metode tafsir yang telah dijelaskan oleh al-

Farmawi di atas, maka dapat dikatakan bahwa tafsir al-Qurṭubī ini

memakai metode tahlili. Hal ini dapat dilihat dalam tafsirnya ketika secara

panjang lebar dan mendalam ia menjelaskan kandungan ayat-ayat dari

29 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudlu’i dan Cara Penerapannya,

Rosihon Anwar (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 23-38. 30 Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudlu’i dan Cara Penerapannya, 23-

38.

Page 56: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

39

berbagai aspek secara runtut dengan langkah-langkah penafsiran sesuai

dengan metode tafsir tahlili.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh al-Qurṭubī dalam menafsirkan

al-Qur’ān dapat dijelaskan dengan perincian sebagai berikut:

1. Menyebutkan ayat-ayat al-Qur’ān

2. Menyebutkan point-point masalah ayat-ayat al-Qur’ān yang dibahas

kedalam beberapa bagian

3. Memberikan kupasan dari segi bahasa

4. Menyebutkan ayat-ayat al-Qur’ān lain yang berkaitan dan hadits-

hadits dengan menyebut sumber dalilnya

5. Mengutip pendapat ulama dengan menyebut sumbernya sebagai alat

untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok

bahasan

6. Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam

7. Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing

dan mengambil pendapat yang paling benar.

Mengenai corak penafsiran, terdapat banyak model corak tafsir yang

berkembang saat ini yang dipakai mufassir dalam menerangkan suatu ayat.

Tentunya corak tafsir yang digunakan itu lahir sesuai dengan kompetensi

latar belakang bidang keilmuan mufassir itu sendiri. Kalau melihat

klasifikasi corak tafsir yang dibagi al-Farmawi menjadi tujuh yaitu, al-

ma’tsur, al-ra’yu, sufi, fiqh, falsafi, ilmi dan adab al-ijtima’i maka dapat

disimpulkan bahwa corak penafsiran yang dilakukan oleh al-Qurtūbî

adalah bercorak fiqhi yang sama dengan aliran tafsir Ahkam al-Qur’ān li

al-Jashash, Tafsîr Ayat al-Ahkām li al-Syaikh Muhammad al-Sayas, Tafsir

Ayat al-Ahkām li al-Syaikh Manna’ al-Qathān, Adwa’u al-Bayān li al-

Syaikh Muhammad al-Syanqithi, dan Ahkam al-Qur’ān karya ibn al-

Arabi. Hal ini berdasarkan pada judul tafsir yang mengisayaratkan adanya

Page 57: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

40

pembahasan ayat-ayat hukum dalam al-Qur’ān (al-Jāmi’ li Ahkām al-

Qur’ān), selain itu juga karena hampir setiap ayat yang dijelaskan selalu

dihiasi dengan penjelasan hukum-hukum yang ada dalam ayat tersebut.31

Al-Qurṭubī memang terkenal beraliran fikih bermazhab al-Maliki,

namun kalau melihat tafsirnya, sifat fanatisme terhadap fikih maliki sama

sekali tidak ditemui, bahkan sebenarnya ketika memaparkan atau

menjelaskan hukum itu banyak menyertakan dalil-dalil, analisis bahasa

pun sering menjadi point penting pembahasan ayat tersebut. Sehingga apa

yang temukan berdasar dari dalil-dalil itulah yang menurutnya benar,

Seperti contoh dalam menafsirkan ayat al-Qur’ān dalam surat al-Baqarah

ayat 187.32

كم لة الص يام الرفث الى نساى .احل لكم لي “Di halalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan

istri-istri kamu.”

Di dalam tafsirnya disebutkan 12 masalah yang dikandung ayat-ayat

ini, di antaranya adalah mengenai perselisihan ulama tentang hukum orang

yang makan pada siang hari di bulan ramdhan karena ia lupa, ia

menyebutkan bahwa menurut Imam Malik orang tersebut telah iftar maka

ada kewajiban qadla’ meski hukum qadla’ itu tidak diridoi. Ulama selain

Imam Malik berpendapat bahwa orang yang lupa tidak berarti sudah iftar

maka ia tetap harus melanjutkan puasanya, inilah yang benar kata al-

Qurṭubī seperti yang telah dikatakan oleh jumhur bahwa jika seseorang

makan atau minum karena lupa maka tidak ada qada bahkan puasanya

sempurna.

31 Manna Khalil al-Qattan Mabāhits fi ‘Ulūm Al-Qur’ān (Riyadl: Mansyūrat al-

‘Ashar al-Hadits, 1990), 376-377.

32 Departemen Agama, al-Qur’ân dan Terjemah, 45.

Page 58: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

41

BAB IV

ANALISIS HUBUNGAN RUMAH TANGGA NABI MUHAMMAD

SAW DALAM QS. AL-TAḤRῙM[66] 1-5.

A. Asbabun Nuzul

Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala:

تحر يمح ماأ أحل ٱللح لي ي ها ٱلنبي ك وٱللح لك تبتغيي مرضات أز يأ ي ر غفحو وجي م رحي“Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah

bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah maha

Pengampun, maha Penyayang.” (al-Taḥrῑm[66]:1)

Sebab turun ayat:

Imam al-Hakim dan an-Nasa’i meriwayatkan dengan sanad yang

shahih dari Anas bahwa suatu hari Rasulullah menggauli seorang budak

wanita miliknya. Aisyah dan Hafsha lantas terus menerus

memperbincangkan kejadian tersebut sampai akhirnya Rasulullah

menjadikan budaknya itu haram bagi diri beliau (tidak akan digauli lagi).

Allah lalu menurunkan ayat ini.1

Ayat 2, yaitu firman Allah ta’ala:

ا تيلة لكحم ٱللح ف رض د ق كييمح ال علييمح ال وهحو مو لىكحم وٱللح كحم ني أي “Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari

sumpahmu; dan Allah adalah pelindungmu dan dia maha Mengetahui,

maha Bijaksana.” (al-Taḥrīm: 2).

Sebab turunnya ayat:

Dalam kitab al-Mukhtamah, adh-Dhiyaa’ meriwayatkan sebuah riwayat

dari Ibn Umar dari Umar Ibn-Khatab yang berkata, “ Rasulullah berkata

kepada Hafshah, “jangan beritahu kepada siapapun bahwa Ummu

Ibrahim haram bagi saya untuk menyentuhnya kembali.” Rasulullah

kemudian memang tidak lagi menggauli hingga Hafshah membocorkan

1 Jalaluddin as-Suyuthi. Lubᾱbun Nuqul fi Asbᾱbin Nuzul, Cet I (Jakarta: Gema

Insani, 2008), 585.

Page 59: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

42

ucapan Rasulullah tersebut kepada Aisyah. Allah lalu menurunkan ayat,

“Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari

sumpahmu.”

Imam al-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibn

Abbas yang berkata, “suatu ketika, Rasulullah meminum madu di rumah

Sa’udah. Ketika beliau pergi ke rumah Aisyah, Aisyah berkata, ‘Saya

mencium bau yang (kurang sedap) dari mulut engkau.’ Ucapan yang sama

juga disampaikan Hafshah ketika Rasulullah pergi ke rumahnya.

Rasulullah lalu berkata, “saya kira, bau tersebut berasal dari minuman

yang saya minum di rumah Sa’udah. Demi Allah, saya tidak akan

meminumnya lagi.’ Setelah itu, turun ayat 1, ‘Wahai Nabi! Mengapa

engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin

menyenangkan hati istri-istrimu.?2

Riwayat terakhir ini memiliki penguat, yaitu riwayat yang terdapat di

Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Mengomentari hal tersebut, Ibn

Hajjar berkata, “Ada kemungkinan ayat ini turun berkenaan dengan kedua

hal tersebut.”

Harits bin Usamah juga meriwayatkan dalam Musnadnya dari Aisyah

yang berkata, “Tetkala Abu Bakar bersumpah tidak akan memberi nafkah

lagi pada Misthah, Allah lalu menurunkan ayat 2, ‘sungguh, Allah telah

mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari sumpahmu.’ Setelah itu,

Abu Bakar kembali menafkahiny.” Riwayat ini sebab turunya sangat aneh.

Ibn Abi Hatim meriwayatkan dai Abu Abbas yang berkata, “Turunya

ayat 1, ‘Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang

dihalalkan Allah bagimu?.’ Berkenaan dengan seorang wanita yang

menghibahkan dirinya kepada Rasaulullah.

Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala

2 Jalaluddin as-Suyuthi. Lubaabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul, 586.

Page 60: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

43

تي م ينكحن اخي جاأز وا ي حب ديله أن طلقكحن إين عسى ربه ليم ت تأئيبت قنيتت مينتي مؤ محس بيد عت اكار وأب ث ي يبت سأئيح

“Jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan akan memberi ganti

kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu, perempuan-

perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang

beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (al-Taḥrῑm[66]:

5).

Sebab turunya ayat:

Terkait sebab turunya ayat ini telah dikemukakan yaitu ucapan Umar

Ibn-Khaththab dalam surat al-Baqarah, al-Nisa dan beberapa surat yang

ada di dalam buku Asbaabin Nuzul.3

B. Munasabah

1. Munasabah surah al-Taḥrῑmdengan surat sebelumnya (QS. at-

Thalᾱq)

Di dalam surat al-Thalᾱq terdapat pembicaraan terkait dengan tindakan

sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT menjadi haram, yaitu talak

(perceraian), juga disebutkan bagaimana seharusnya prilaku bergaul dan

bertindak terhadap istri. Sedangkan dalam surat al-Taḥrῑmterdapat

pembicaraan terkait tindakan yang mengharamkan apa yang dihalalkan

oleh Allah SWT, yaitu sumpah iilaa’, mengakhiri permasalahan yang

terjadi antara Nabi Muhammad SAW dengan istri-istrinya dan prilaku apa

saja, Nabi dalam menghadapi persoalan rumah tangga agar menjadi

pelajaran bagi umatnya, sebagaimana Nabi memperlakukan mereka

dengan lembut dan menasehati mereka dengan nasehat-nasehat yang

mengesankan. Selain itu, juga, terdapat persamaan dalam kedua surat ini

3 Jalaluddin as-Suyuthi. Lubaabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul, 587.

Page 61: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

44

yaitu sama-sama dimulai dengan seruan Allah kepada Nabi Muhammad

tentang hal- hal yang berhubungan dengan kehidupan keluarga.4

2. Munasabah surah al-Taḥrῑmdengan surat sesudahnya (QS. al-Mulk)

Dalam surat al-Taḥrῑmdibuat perumpamaan bagi orang-orang kafir

dengan dua orang perempuan yang ditakdirkan celaka yaitu istri Nabi Nuh

dan istri Nabi Luth, meski keduanya itu berada di bawah naungan dua

orang hamba yang shaleh. Dan dibuat perumpamaan bagi orang-orang

yang beriman dengan Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam

binti Imran (Ibu Nabi Isa) yang telah ditakdirkan berbahagia meskipun

kaum keduanya itu di dominasi orang-orang kafir. Maka dalam surat

selanjutnya (QS. al-Mulk) menjelaskan bahwa kerajaan, langit, bumi dan

makhluk yang ada di dalamnya ada dalam kekuasaan-Nya.5

Di dalam kedua ayat ini Allah menunjukkan kuasa-Nya dalam

mengatur alam dan isi-isinya, termasuk dalam masalah rumah tangga yang

dihadapi Nabi Muhammad saw. Surat al-Taḥrῑmini, menjelaskan sejauh

kekuasaan Allah, pengaruhnya dan dukungannya kepada Rasulnya dalam

menghadapi kemungkinan adanya konspirasi dari dua istri beliau. Allah

pun mengancam akan menggantikan mereka dengan istri-istri yang lebih

baik dari sebelumnya.

3. Munasabah surat al-Taḥrῑmayat 6 dengan ayat sebelumnya (QS. al-

Taḥrῑm[66]: 5)

Ayat 6 surat al-Taḥrῑmini terdapat hubungan yang erat dengan ayat

sebelumnya yaitu, setelah Allah memerintahkan sebagian istri Rasulullah

SAW untuk bertaubat dari segala kesalahan dan menjelaskan kepadanya

bahwa Allah-lah yang memelihara dan menolong utusannya, sehingga

4 Departemen Agama RI, Al-Qur’ân dan Tafsirnya, (Edisi Yang Disempurnakan),

jilid X (Jakarta : Lentera Abadi, 2010), 196. 5 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir jil. 14, terj: Abdul Hayyie,dkk, (Jakarta :

Gema Insani, 2014), 31.

Page 62: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

45

kerja sama mereka tidak akan membahayakan Nabi.6 Kemudian Allah

mengingatkan agar perbuatan mereka yang menyusahkan Nabi jangan

sampai berlama-lama, sehingga dapat mengakibatkan mereka hukuman

(ditalak) dan dicabut dari kedudukannya yang mulia sebagai para ibu

kaum mukminin, karena digantikan dengan istri-istri yang lebih baik,

patuh, tekun beribadah, dan lainnya. Pada ayat ini, Allah memerintahkan

kaum mukmin pada umumnya agar menjaga dirinya dan keluarganya dari

api neraka yang kayu bakarnya adalah manusia dan berhala-berhala pada

hari kiamat.7 Hal ini berkaitan agar kita harus menjaga hubungan

harmonis dalam berumah tangga, dan segera mungkin untuk

menyelesaikan yang masalah yang dihadapi.

4. Munasabah surat al-Taḥrῑmayat 6 dengan ayat sesudahnya (QS. al-

Taḥrῑm[66]: 7)

Setelah Allah memperingatkan kaum mukmin untuk menjaga diri dan

keluarga mereka dari siksa neraka yang bahan bakarnya adalah batu dan

manusia. Di ayat selanjutnya dijelaskan tidak dapat beruzur atau beralasan

jika telah datang hari kiamat. Yaitu pada hari di mana dikatakan kepada

orang- orang kafir, “Janganlah kamu beruzur karena waktunya sudah

terlambat. Kamu itu menerima balasan dari apa yang kamu lakukan

selama di dunia.8

Hal ini menunjukkan bahwa pada hari kiamat, keinginan untuk

bertaubat dari orang-orang kafir tidak akan diterima, begitu juga dalih,

alasan, penyesalan dan permintaan maaf mereka. Walaupun tidak ada

6 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi jil. X, Terjemah Tafsir Al-

Maraghi Juz XXVIII (Kairo : Dar al-Fikr, tt.), 260. 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’ân dan Tafsirnya, Jil. X, (Edisi Yang

Disempurnakan), 204. 8 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al- Maraghi, Juz XXVIII, 260.

Page 63: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

46

gunaya, larangan tentang mengemukakan uzur tetap dikatakan dengan

maksud untuk benar- benar menciptakan keputus asaan dan frustasi.9

Tabel 4.1: Analisis QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-5

NO. Ayat Tafsir al-Qurṭubī Tafsir Ibn

Katsīr

Metode

al-Qurṭubī

Metode

Ibn

Katsīr

يا أيها .1النبي لم م ما تحر أحل للالك تبتغي مرضات أزواجك

غفور وللاحيم ر

Dalam ayat ini

Nabi

mengharamkan

atas makanan

dan minuman

yang digantikan

menjadi sebuah

tebusan

(kaffarat)

dengan memberi

makan 10 orang

miskin atau

sebesar-

besarnya adalah

memerdekakan

seorang hamba

sahaya.

Maksudnya

bahwa

Rasulullah

SAW telah

mengharamkan

budak

perempuan

beliau hingga

Allah SWT

berfirman,

“Wahai Nabi

mengapa

engaku

mengharamkan

apa yang

dihalalkan

Allah bagimu

Tahlili

dengan

memakai

sitematika

Mushafi

Tahlili

dengan

corak

bi al-

ma’tsûr

قد ف رض .2اللح لكحم

تيلة انيكحم أ ي

واللح مو لكحم

وهحو ال علييمح كييمح ال

haram ini

menjadi hak

prerogratif

Allah. Meskipun

terdapat banyak

riwayat yang

meneyebutkan

namun al-

Qurṭubī

berpegang teguh

pada pendapat

Ad-Darquni

Pada ayat ini

Nabi

membayar

Kaffarat

sumpahnya,

dan

menjadikan

kata

pengharaman

menjadi suatu

tebusan atas

apa yang Nabi

haramkan

sehingga pada

sampai.

Firman Allah:

Tahlili

dengan

memakai

sitematika

Mushafi

Tahlili

dengan

corak

bi al-

ma’tsûr

9 Wahbah, Tafsir al-Munir jil. 14, 696

Page 64: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

47

Sesungguhnya

Allah

mewajibkan

kepada kamu

sekalian

membebaskan

diri dari

sumpahmu.

وإذ أسر .3النبي إلى بعض أزواجه

ا حديثا فلمنبأت به وأظهره عليه للاف عربعضه

وأعرض عن بعض ا نبأها فلمبه قالت من أنبأك هذا قال نبأني العليم الخبير

Nabi SAW

memberikan

sebuah balasan

kepada istrinya

(Hafshah dan

Aisyah) dengan

menceraikannya,

namun

perceraian

tersebut masuk

pada katagori

talak satu

(mendiamkan

selama 30 hari)

kemudian

malaikat Jibril

datang dan

menegur nabi

untuk tidak

mentalaknya.

Ayat ini

mengatakan,

yang berkaitan

dengan

peristiwa istri

Nabi (Hafshah

dan Aisyah)

yang saling

berkompromi

untuk

menyusahkan

Nabi dalam

membocorkan

sebuah rahasia

berita dari

Nabi.

Tahlili

dengan

memakai

sitematika

Mushafi

Tahlili

dengan

corak

bi al-

ma’tsûr

إن تتوبا .4 فقد إلى للا

صغت قلوبكما وإن

تظاهرا عليه فإن هو للاموله

وجبريل وصالح المؤمنين والملئكة بعد ذلك ظهير

Firman Allah:

Jika kamu

berdua

bertaubat

kepada Allah,

maka

sesungguhnya

hati kamu telah

condong.

Dengan kata lain

mereka telah

cenderung untuk

berpaling dari

kebenaran. Hal

Dalam sebuah

riwat Umar Ibn

Al-Khathab,

sesungguhnya

telah rugi

orang yang

melakukan hal

itu

(menyusahkan)

dan akan

kecewa, sebab

apakah

seseorang dari

kalian merasa

Tahlili

dengan

memakai

sitematika

Mushafi

Tahlili

dengan

corak

bi al-

ma’tsûr

Page 65: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

48

itu karena

keduanya

menyukai hal

yang tidak

disukai oleh

Rasullulah, yaitu

menjauhi budak

perempuan dan

menjauhi madu.

Padahal beliau

sangat menyukai

madu dan

perempuan.

aman dari

murka Allah

atasnya karena

kemarahan

Rasulnya

hingga

akhirnya ia

binasa.

Janganlah

engkau

mendebat

Rasulullah dan

jagan pula

meminta

sesuatu apapun

darinya,

mintalah harta

kepadaku yang

engkau

inginkan.

عسى ربه .5إن طلقكن أن يبدله أزواجا خيرا نكن م

مسلمات ؤمنات مقانتات تائبات عابدات سائحات ثي بات وأبكارا

Firman Allah:

Jika Nabi

menceraikan

kamu, boleh jadi

tuhanya. Telah

dikelaskan

dalam hadis

shahih bahwa

ayat ini karna

ucapan umar.

Selanjutnya

menurut satu

pendapat semua

lafadz ‘Asᾱ

“boleh jadi,

didalam al-

Qur’an

mengandung

makna pasti

(harus) kecuali

‘Asᾱ dalam ayat

ini. Firman

Firman Allah:

Perempuan-

perempuan

yang patuh,

yang beriman,

yang ta’at,

yang

bertaubat,

yang

beribadah.”

Pada ayat ini

maknya telah

jelas.

Sedangkan,

makna kata

Sᾱ’ihat dalam

ayat tersebut

adalah

perempuan-

perempuan

yang berpuasa.

Demikian yang

Tahlili

dengan

memakai

sitematika

Mushafi

Tahlili

dengan

corak

bi al-

ma’tsûr

Page 66: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

49

Allah

selanjutnya:

Akan

memberiganti

kepadanya

dengan istri-istri

yang lebih baik

dari pada

sebelumnya.

Jika kamu lebih

baik daripada

mereka

(perempuan-

perempuan yang

akan

menggantikan),

niscaya Rasul

tidak akan

menceraikanmu.

dikatakan Abu

Hurairah,

Aisyah, Ibn

Abbas,

Ikrimah,

Mujahid dan

Said bin

Jubair.

C. Penafsiran al-Qurṭubī Terhadap QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-5

تحر يمح ماأ احل الل ح لك لي ي ها النبي تغيي يأ ك مر ضات ت ب ي م غفحو ر والل ح از واجي .رحي“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan

bagi mu; kamu mencari kesenangan istri-istri mu? Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Taḥrῑm[66]: 1)10

Firman Allah Ta’ala,

تحر يمح ماأ احل الل ح لك لي ي ها النبي يأ“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan

bagi mu.”

Dalam Shahih Muslim terdapat hadits yang diriwayatkan dari Aisyah,

bahwa Nabi SAW berada di (rumah) Zainab binti Jahsy kemudian beliau

meminum madu di tempat tersebut. Aisyah berkata, “Aku kemudian

bersepakat dengan Hafshah bahwa siapapun di antara kami di temui

Rasulullah, maka hendaklah dia mengatakan: ‘Sesungguhnya aku

10 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân, jilid 18, cet I, terj (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), 702.

Page 67: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

50

mencium bau Maghfuur (tumbuhan bergetah yang manis rasanya namu

tidak sedap buahnya). Engkau memakan maghfuur’. Beliau kemudian

salah seorang di antara Aisyah dan Hafshah, lalu mengatan itu kepada

beliau. Beliau menjawab, ‘Melainkan aku meminum madu di tempat

Zainab binti Jahsy, dan aku tidak pernah mengulanginya’. Maka turunlah:

لي تحر يمح ماأ احل الل ح لك ي ها النبي تغيي يأ ك مر ضات ت ب ي م غفحو ر والل ح از واجي قد رحيانيكحم تيلة لكحم الل ح ف رض لىكحم والل ح اي ايل ا وهحو مو كيي مح وايذ اسر النبي ل عليي مح ال

ه عن واع رض ب ع ضه عرف علي هي الل ح واظ هرهح بيهي ن بات ف لما حديي ثاب ع ضي از واجي قال هذا بك ان من قالت بيهي ن باها ف لما ب ع ض بيي ح اين ت ت حو بأ ايل ن باني ال عليي مح ال

لىهح هحو الل فاين علي هي تظهرا واين الل ي ف قد صغت ق حلحو بحكحما ب يي لح مو وصاليحح وجي كةح ال محؤ مينيي ى

ظهيي ذليك ب ع د وال مل

“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkan

bagi mu; kamu mencari kesenangan istri-istri mu. Dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan

kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah

pelindungmu dan dia maha mengetahui lagi maha Bijaksana. Dan ingatlah

ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang istrinya

(Hafshah) suatu peristiwa. Maka tetkala (Hafshah) menceritakan peristiwa

itu kepada (Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan

Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad

memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan

menyembunyikan sebagian yang lainya (kepada Hafshah). Maka tetkala

(Muhammad) memberitahukan pembicaraan antara Hafshah dan Aisyah)

lalu (Hafshah) bertanya: ‘Siapakah yang telah memberithukan hal ini

kepadamu?.’ Nabi menjawab: ‘Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah

yang maha mengetahui lagi Maha mengenal, ‘Jika kamu berdua bertaubat

kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk

menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu

menyusahkan nabi, maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan

(begitu pul) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu

malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.’ (QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-4),

(kepada Aisyah dan Hafshah).11

11 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’â, 704.

Page 68: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

51

Menurut penafsiran mufassir Quraish Shihab Surah al-Taḥrῑm ayat 1-2

ini menyinggung kasus yang terjadi antara Nabi Muhammad saw. dan

beberapa istri beliau, sebagaimana tergambar dalam sabab nuzul dan

uraian ayat-ayat surat ini.

Ayat ini meyeru Nabi Muhammad Saw terhadap tindakan sumpah

pengharaman yang dilakukan beliau atas sesuatu yang sudah dihalalkan

oleh Allah untuknya, yakni berjanji tidak akan meneguk atau Menggauli

Mariyah Al-Qibthiyyah untuk memenuhi kerelaan hati istri- istri beliau

yang lain, Hafsah dan ‘Aisyah. 12

Kata ترم (Tuharrim) diambil dari kata حرم haram yang dari segi bahasa

pada mulanya berarti “mulia/terhormat” seperti Masjid al-Haram. sesuatu

yang mulia atau terhormat melahirkan aneka ketentuan yang menghalangi

dan melarang pihak lain melanggarnya. Dari sini kata haram diartikan

“melarang mencegah, menghalangi, dan menghindari”. Maka kebahasaan

inilah yang dimaksud di atas, bukan maknanya dalam istilah hukum

syari’at, karena tidak mungkin Rasul saw. Mengaharamkan sesuatu yang

dihalalkan Allah yakni dalam pengertian syari’at. Pertanyaan ayat di atas

tentu saja bukan bertujuan bertanya, tetapi ia sebagai (lima tuharim) تحرم لم

teguran sekaligus bermakna: “tidak ada alasan bagimu untuk melakukan

hal tersebut dan karena itu jangan mengulanginya dan tidak perlu juga

engkau memenuhi ucapanmu itu. Bukan demikian itu cara menyenangkan

istri dan mengorbankan pasanganmu yang lain”.

Firman-Nya: ما أحل هللا لك (ma ahalla Allahu laka( “apa yang telah Allah

halalkan bagimu” mengandung petunjuk bahwa apa yang dihalalkan Allah

tidak wajar untuk tidak dimanfaatkan atau ditolak kecuali jika ada alasan

12 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, cet-1 (Jakarta: Lentera hati 2003), 167.

Page 69: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

52

yang mengantar kesana, misalnya karena sakit. Menerima apa yang

dihalalkan Allah merupakan salah satu bentuk kesyukuran kepada-Nya.

Beberapa pendapat ulama’menyangkut ucapan Nabi yang dikemukakan

dalam sebab turun surah ini. Ada yang menilainya sebagai sumpah karena

komitmen Nabi kepada Hafshah itu dinilai serupa dengan sumpah. Yang

menilainya sumpah berbeda pendapat apakah beliau membatalkan

sumpahnya atau tidak. Alasan yang berpendapat bahwa beliau tidak

membatalkannya adalah ayat diatas menyatakan bahwa Allah Maha

Pengampun, yakni Allah telah mengampuni beliau sehingga tidak perlu

membatalkannya dengan kafarat. Ada juga yang berpendapat bahwa

beliau menebus sumpah itu dengan memerdekakan hamba berdasar surah

al-maidah 5:89 yaitu dengan memberi makan sepuluh orang miskin.13

Firman Allah,

ايل ب ع ضي از واجي وايذ اسر ال ثاحديي هي نبي“Dan ingatlah ketika nabi menceritakan rahasia kepada salah seorang

istrinya (Hafshah) suatu peristiwa.” (QS. al-Taḥrῑm [66]: 3), Hal ini

berdasarkan kepada ucapan Rasulullah, “Melainkan aku meminum

madu.”14

Dari Aisyah juga diriwayatkan, dia berkata, Rasulullah SAW menyukai

manisan dan madu. Jika beliau telah menunaikan sholat Ashar, maka

beliau berkeliling (ke tempat) istri-istrinya lalu beliau pun mendekati

mereka. (Suatu ketika) beliau menemui Hafshah dan beliau tertahan di

tempatnya lebih dari biasanya. Aku kemudian menanyakan hal itu, lalu

dikatakan kepadaku: ‘Seorang wanita dari kaum Hafshah menghadiahkan

se-ukkah15 madu padanya, lalu dia menuangkanya untuk Rasulullah

sebagai minuman.’

13 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, cet-1 (Jakarta: Lentera hati 2003), 167 14 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’â, 705. 15 Ukkah adalah wadah yang terbuat dari kulit bundar, yang khusus digunakan

untuk menyimpan mentega atau madu. Namun biasanya ia lebih khusus digunakan untuk

menyimpan madu.

Page 70: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

53

Aku berkata,’ Demi Allah, sesungguhnya kami akan benar-benar

mengelabui beliau.’ Aku kemudian menceritakan hal itu kepada Sa’udah,

dan aku pun berkata, ‘Jika beliau menemui mu, sesungguhnya beliau akan

mendekatimu. Maka katakanlah oleh mu kepada beliau, “Wahai

Rasulullah, apakah engkau memakan maghfuur?. Beliau akan menjawab

‘Tidak.’ Katakanlah kepada beliau: Lalu bau apa ini. Beliau akan sangat

keberatan bila di temukan bau yang sangat tidak sedap bersumber dari

beliau. Beliau kemudian akan berkata kepadamu: ‘Hafshah memberiku

minuman madu.’ Katakanlah kepada beliau, ‘lebahnya mungkin telah

memkan pohor urfuth (pohon yang mengeluarkan getah dan mempunyai

bau yang tidak sedap). ‘Aku juga akan mengatakan itu kepada beliau.

Katakan juga perkataan itu olehmu wahai Shafiyah..16

Pada riwayat ini dinyatakan bahwa wanita yang menghidangkan madu

kepada Rasulullah adalah Hafshah, sedangkan pada riwayat yang pertama

dinyatakan bahwa wanita itu adalah Zainab. Sementara itu Ibn Abi

Mulaikah meriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa beliau meminum madu itu

ditempat Sa’udah.

Menurut satu pendapat, wanita yang menghidangkan madu tersebut

adalah Ummu Salamah. Inilah yang diriwayatkan oleh Asbath dari As-

Suddi. Ini pula yang dikemukakan oleh Atha’ bin Abi Muslim.

Ibn al-Arabi17 berkata, “semua ini merupakan kebodohan atau analisa

yang tidak ditopang oleh pengetahuan, sehingga istri-istri beliau yang lain

berkata. Karena perasan dengki dan cemburu. Kepada orang yang

meminum madu itu di tempat wanita tersebut: ‘Sesungguhnya kami benar-

benar menemukan bau maghaafir darimu.

16 Hadits ini dicantumkan oleh al-Wahidi dalam Asbāb an-Nuzūl, 325. 17 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’â, 706.

Page 71: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

54

Maghᾱfir adalah bawang atau tumbuhan bergetah yang tidak sedap

baunya, namun tumbuhan ini mengandung rasa manis. Bentuk tunggalnya

adalah maghfῡr. Adapun makna jarasat adalah akalat (makan). Sedangkan

urfῡth adalah tumbuhan yang baunya seperti bau khamer. Dalam hal ini

perlu diketahui bahwa Rasulullah amat senang bila beliau wangi atau

menghirup aroma yang wangi .Namun beliau tidak menyukai bau yang

tidak sedap, karena beliau sering berdialog dengan malaikat. Ini menurut

satu pendapat.

Adapun menurut pendapat yang lain, bahwa yang beliau maksud

dengan pengharaman itu adalah wanita yang menghibahkan dirinya

kepada Rasulullah, namun beliau tidak menerimanya karena istri-istn'nya.

Demikianlah yang dikatakan oleh Ibn Abbas dan Ikrimah. Wanita tersebut

adalah Ummu Syarik.

Pendapat yang ketiga adalah, bahwa wanita yang beliau haramkan

adalah Mariyah al-Qibthiyah. Mariyah dihadiahkan oleh al-Muqawqis,

raja lskandariyah, kepada beliau. lbn Ishak berkata, ‘Mariyah berasal dari

wilayah Anshina,18 tepatnya dari daerah yang disebut Hafin. Beliau

kemudian menempatkan Mariyah di rumah Hafshah.

Pendapat keempat, menurut Quraish Shihab yaitu, bahwa, ayat ini

menjelaskan asal mula peristiwa yang mengundang turunnya teguran itu.

Allah berfirman “Dan ingatlah wahai kaum muslimin, dan sebutlah akhlak

–akhlak dan perlakuan baik Nabi Muhammad kepada istri-istrinya yaitu

saat beliau menyampaikan sebuah rahasia kepada salah seorang istrinya

yaitu Hafsah tentang masalah pribadi beliau untuk tidak meneguk mau di

rumah zainab dan berpesan kepada hafsah untuk merahasiakannya kepada

siapapun. Namun kemudian Hafsah menceritakan rahasia tersebut kepada

18 Anshina adalah sebuah kota kuno yang terletak di sekitar wilayah Sha’iid di

sebelah timur Nil.

Page 72: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

55

Aisyah, istri nabi yang lainnya. Dan hal tersebut akhirnya diketahui oleh

Nabi Muhammad Saw. 19

Kata أظهر (azhhara) pada firman-Nya: وأظهره هللا عليه (wa azhharuhu

Allahu ‘alaihi) walau dipahami oleh Ibn ‘Asyur dalam arti Allah

menyampaikan berita yang dirahasiakan itu kepada Nabi-Nya, menurutnya

kata azhhara di sini pada mulanya berarti “memenangkan” bukan

“menampakkan”. Ini karena adanya Nya (عليه) ‘alaihi sesudah kata

tersebut. Bahasa arab tidak menggunakan kata ‘alaihi sesudah kata

azhhara jika yang dimaksud dengannya bermakna “menampakkan”. Ibn

‘Asyur mengilustrasikan rahasia antara Hafshah dan ‘Aisyah seperti

halnya upaya mengalahkan Nabi dengan menyembunyikan sesuatu

terhadap beliau. Penampakan rahasia itu, oleh Allah swt bagaikan

keberhasilan mengalahkan upaya kedua istri Nabi itu.

Kata نبأ (naba’a( atau (أنبأ) anba’a terambil dari kata نبأ (naba’) yakni

berita penting. Pertanyaan Hafshah itu menunjukkan betapa akrabnya

hubungannya adengan ‘Aisyah sehingga dia tidak menduga bahwa Rasul

saw. akan mengetahuinya kecuali melalui wahyu atau kemungkinan

‘Aisyah ra yang secara tanpa sadar menyampaikannya. Pertanyaannya itu

juga dapat dinilai sebagai salah satu bentuk penyesalan atas ulahnya

membuka rahasia Nabi saw. Sebagaimana pemberitannya kepada ’Aisyah

itu menunjukkan juga betapa hati Hafshah dan ‘Aisyah demikikan juga

istri-istri Nabi yang lain sangat cinta kepada nabi dan cemburu kepada

istri-istri beliau yang lain yang merupakan madu-madu mereka

Adapun pendapat yang shahih adalah bahwa pengharaman itu tentang

madu, dan bahwa beliau meminum madu itu di rumah Zainab. Aisyah dan

19 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 169.

Page 73: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

56

Zainab kemudian berdemo tentang hal itu, sehingga terjadilah apa yang

terjadi, lalu beliau bersumpah untuk tidak meminum madu namun beliau

merahasiakan itu. Setelah itu turunlah ayat tentang semuanya."

قد ف رض الل ح لكحم تيلة “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan

diri dari sumpahmu." (QS. al-Taḥrῑm [66]: 2). Allah menyebut

pengharaman itu sebagai sumpah.

Adapun dalil kami Firman Allah Ta’ala:

ي ها الذيي ن امن حو ا ل تحر يمحو ا طي يبتي ماأ احل الل ح لكحم ول ت ع تدحو ا يحيب ل الل اين يأ ال محع تديي ن

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang

baik yang telah Allah halalkan bagi kamu.” (QS. al-Mā'idah [5]: 87).

Juga firman Allah Ta’la:

الل ح اذين لكحم ام ء قحل وحلل قحل ارءي تحم ماأ ان زل الل ح لكحم م ين ري ز ق فجعل تحم مي ن هح حراما على الل ي ت ف تحو ن

“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan

Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya)

halal. ”Katakanlah: 'Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu

(tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah.” (QS. Yunus

[10]: 59).

Dalam ayat ini, Allah mengecam orang yang mengharamkan sesuatu

yang halal, namun Allah tidak mewajibkan kaffarat terhadapnya.20

Jika seseorang menunjukkan ucapan ini kepada sekelompok istri dan

budak perempuannya, maka dia hanya wajib membayar satu kaffarat saja.

Jika dia mengharamkan makanan atau sesuatu yang lain atas dirinya, maka

menurut Asy-Syafi’i dan Imam Malik, dia tidak wajib membayar kaffarat

karena hal itu, sedangkan menurut lbnu Mas'ud, Ats-Tsauri dan Abu

Hanifah, dia wajib membayar kaffarat karena hal itu..

20 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân, 707.

Page 74: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

57

Al-Qurṭubī dalam hal ini sepakat bahwa pengharaman yang dilakukan

atas sesuatu harus membayar kuffarat yang paling berat yaitu

memerdekakan hamba sahaya.21

1. Dia menduga bahwa Allah telah mewajibkan kaffarat untuk ucapan

tersebut, meskipun ucapan itu bukanlah sebuah sumpah.

2. makna sumpah menurut orang yang mengemukakan pendapat ini

adalah pengharaman, sehingga kaffarat pun wajib dibayarkan karna

mempertimbangkan makna sumpah ini.

Firman Allah :

انيكحم لىكحم والل ح قد ف رض الل ح لكحم تيلة اي كيي مح ال عليي مح وهحو مو ال “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan

diri dari sumpahmu dan Allah adalah pelindungmu dan dia maha

mengetahui lagi maha Bijaksana.”(QS. al-Taḥrῑm [66]: 2)

Membebaskan diri dari sumpah adalah menebusnya. Yakni, jika kamu

menginginkan agar sesuatu yang telah kamu jadikan sumpah diperboleh

lagi. Inilah yang dimaksud oleh firman Allah Ta’ala dalam surah Al-

Mᾱ’idah:

فكفارتحه ايط عامح عشرةي مسكيي “Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh

orang miskin.”

Dengan kata lain barangsiapa yang mengharamkan sesuatu dari

makanan dan atau pakaian, maka menurut kami makanan dan atau pakaian

itu tidak diharamkan baginya, sebab kuffarat (tebusan) itu diperuntukkan

bagi sumpah dan bukan diperuntukkan bagi pengharamman. Hal ini

sebagaiman yang telah di jelaskan.22

Namun diriwayatkan dari al-Hasan bahwa beliau tidak membayar

kaffarat, sebab beliau itu telah diampuni dari dosa-dosanya, baik yang

terdahulu maupun yang terkemudian. Yang dimaksud dengan kaffarat

21 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân, 708. 22 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân,709.

Page 75: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

58

sumpah pada surah ini hanyalah sebuah perintah untuk melaksanakannya

oleh ummat Islam. Namun pendapat yang pertama merupakan pendapat

yang lebih shahih, dan bahwa yang dimaksud dari perintah tersebut adalah

Nabi SAW, kemudian ummat Islam mengikuti beliau dalam hal itu.23

Firman Allah:

ه ايل ب ع ضي از واجي ب ع ضه عرف علي هي الل ح واظ هرهح بيه ن بات ف لما حديي ثاوايذ اسر النبي قال هذا ان باك من قالت بيه ن باها ف لما ب ع ض عن واع رض بيي ح ال عليي مح ن باني ال

“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah

seorang istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tetkala (Hafshah)

menceritakan peristiwa itu kepada (Aisyah) dan Allah memberitahukan

hal itu (pembicaraan Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu

Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah

kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lainya (kepada Hafshah).

Maka tetkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan antara Hafshah

dan Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya: ‘Siapakah yang telah memberithukan

hal ini kepadamu?.’ Nabi menjawab: ‘Telah diberitahukan kepadaku oleh

Allah yang maha mengetahui lagi Maha mengenal’,” (QS. al-Taḥrῑm[66]:

3).

Dalam hal ini, Nabi memberikan balasan kepada Hafshah dengan

menceraikannya dengan talak satu. Umar kemudian berkata, “Seandainya

pada keluarga Al-Khaththab itu ada kebaikan, niscaya Rasulullah tidak

akan menceraikanmu. Jibril kemudian memerintahkan Nabi SAW untuk

merujuk Hafshah dan memberikan pertolongan kepadanya. Setelah itu,

Nabi meninggalkan istri-istrinya selama satu bulan. Beliau kemudian

menetap di tempat Mariyah, ibu Ibrahim, hingga turunlah ayat al-

Taḥrῑmseperti yang telah dijelaskan di atas.

Firman Allah:

لىهح هحو الل فاين علي هي تظهرا واين اين ت ت حو بأ ايل الل ي ف قد صغت ق حلحو بحكحما ب يي لح مو وجي كةح وصاليحح ال محؤ مينيي ى

ظهيي ذليك ب ع د وال مل

23 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân,710.

Page 76: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

59

“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu

berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua

bantu-membantu menyusahkan nabi, maka sesungguhnya Allah adalah

pelindungnya dan (begitu pul) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik;

dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.”(QS. al-

Taḥrῑm[66]: 4)

Firman Allah Ta’ala, الل ي اين ت ت حو بأ ايل “Jika kamu berdua bertaubat

kepada Allah.” Maksudnya , Hafshah dan Aisyah. Allah mendorong

keduanya untuk bertaubat dari kesalahan mereka, yaitu condong untuk

menentang perasaan suka yang ada pada diri Rasulullah, ف قد صغت ق حلحو بحكحما

”maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong.” Maksudnya

condong dan cenderung untuk berpaling dari kebenaran. Hal itu karena

keduanya menyukai hal yang tidak disukai oleh Rasulullah, yaitu

menjauhi budak perempuanya dan menjauhi madu. Padahal beliau sangat

menyukai madu dan perempuan.24

Ibn Zaid berkata, “Hati keduanya telah condong, karena keduanya

merasa senang bila beliau bertahan dari ibu putranya (Mariyah). Dengan

demikian, sesuatu yang tidak disukai Rasulullah itu justru membuat

keduanya senang.”

Akan tetapi menurut Quraish Shihab menjelaskan pasa ayat ini bahwa,

Allah membuka pintu taubat kepada kedua istri Nabi itu dengan

menyatakan; “jika kamu berdua” wahai ‘Aisyah dan Hafshah, “bertaubat

kepada Allah” yakni menyesali perbuatan kamu itu dan bertekad tidak

akan mengulanginya lagi sambil memohon ampun kepada Allah dan

meminta maaf kepada Nabi, “maka sungguh telah cenderung” kepada

kebaikan “hati kamu berdua” dan telah sesuai ia dengan kewajiban bergaul

secara baik dengan pasangan hidup kamu yang merupakan Rasulullah itu

“dan” sebaliknya “jika kamu berdua bantu-membantu atasnya”, yakni

24 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân, 711.

Page 77: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

60

bersekongkol untuk melakukan sesuatu yang berakibat menyusahkan

Nabi, “maka” Dia lah yang akan membelanya dan menjatuhkan sanksi

atas kamu.25

Kata صغت (shagat) berarti “cenderung” atau “melenceng”. Ayat di atas

tidak menjelaskan kecenderungan itu ke arah mana. Ada yang

memahaminya ke arah kebaikan ada juga yang memahaminya ke arah

keburukan atau ketidakwajaran. Jika anda memahaminya dalam arti

ketidakwajaran seperti antara lain dalam tafsir al-Jalalain dan al-Mizan

karya Thaba’thaba’i maka ayat di atas bagikan menyatakan: “jika kamu

berdua bertaubat” dan ini sangat wajar kamu berdua lakukan, “maka

sungguh hati kamu berdua telah cenderung” dan melenceng dari

kewajaran akibat menyukai apa yang sebenarnya tidak disukai Nabi, yakni

menjaga rahasianya, menghindari madu atau mariyah ra., jika kamu

bertaubat dari kesalahan kamu berdua itu, maka allah akan menerima

taubat kamu berdua. Apapun makna yang anda pilih, ayat di atas

mengisyaratkan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua istri nabi itu adalah

sesuatu yang menyimpang dari kewajaran dan kebenaran, walau kita

semua mengetahui penyebabnya yaiu kecemburuan. Tidak seorangpun

diantara mereka yang bermaksud menyakiti Nabi saw. Pernyataan bahwa

malaikat jibril yang jug akan membantu Nabi mengisyaratkan kecintaan

dan kedekatan malaikat pembawa wahyu itu kepada Nabi Muhammad

saw. Apalagi, seperti ditulis al-Biqa’i, istri-istri Nabi saw. Sangat

mengetahui siapa malaikat Jibril yang sering kali datang membawa

wahyu. Penyebutan bahwa malaikat lainnya pun menolongn beliau untuk

menggambarkan kecintaan dan kedekatan “penghuni langit” kepada

beliau.

25 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 172.

Page 78: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

61

Dalam Shahih Muslim terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ibn

Abbas, dia berkata, “Aku berdiam diri selama setahun, padahal aku

hendak bertanya kepada Umar bin Al-Khaththab tentang sebuah ayat,

namun aku tidak sanggup untuk menanyakannya karena rasa segan

terhadapnya, hingga dia berangkat haji dan aku pun berangkat

bersamanya. Ketika dia kembali dan kami berada di tengah pejalanan, dia

menghampiri pohon Arak26 karena hendak buang hajat. Aku berdiri

hingga dia selesai. Setelah itu aku berjalan bersamanya, lalu aku berkata,

'Wahai Amirul Mukminin, siapakah dua orang perempuan dari istri

Rasulullah yang bekerja sama untuk menyusahkan beliau?.' Dia

menjawab, ‘Itu adalah Hafshah dan Aisyah.” Aku berkata kepadanya,

'Demi Allah, sesungguhnya aku sangat ingin menanyakan ini padamu

sejak setahun yang lalu, namun aku tidak sanggup (menanyakannya)

karena segan padamu.’ Dia berkata, ‘Jangan lakukan itu. Apa yang engkau

kira bahwa aku mempunyai pengetahuan tentangnya, tanyakanlah ia

padaku. Jika ia mengetahuinya, niscaya akan kuberitahukan padamu.27

ا مي ن كحن عسى ربه اين طلقكحن ان ي ب ديله از واجا خ ي “Jika Nabi menceraikan kamu, bolehjadi Tuhannya akan memberi” ganti

kepadanya dengan istriyang lebih baik daripada kamu. "(QS. al-

Taḥrῑm[66]: 5)

ب يي لح وصاليحح لىهح وجي واين تظهرا علي هي فاين الل هحو مو كةح ال محؤ مينيي ى ظهيي ذليك ب ع د وال مل

“dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan nabi, maka

sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitu pul) Jibril dan

orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat

adalah penolongnya pula.”(QS. al-Taḥrῑm [66]: 4)

Saat itu Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah bekerja sama untuk

menyusahkan semua istri Rasulullah (lainnya). Aku kemudian bertanya,

26 Arak adalah pohon yang tinggi, hijau, lembut, daun dan rantingnya lebat,

dahannya landai, dan ujung-ujungnya digunakan untuk bersiwak. Lihat. Syarah Shahih

Muslim (2/1108). 27 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân,7011

Page 79: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

62

“Wahai Rasulullah, apakah engkau akan menceraikan mereka?.” Beliau

menjawab, “Tidak.”Aku berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saat

aku masuk ke dalam masjid (tadi), kaum muslim sedang memukul-mukul

tanah dengan kerikil. Mereka berkata, “Rasulullah SAW telah

menceraikan istri-istrinya.’ Bolehkah aku turun untuk memberitahukan

mereka bahwa engkau tidak menceraikan istri-istrimu?.” Beliau

menjawab, “Ya (boleh), jika engkau ingin.”28

Dalam Shahih Malim terdapat hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin

Abdillah, dia berkata, “Abu Bakar meminta izin mtuk bertemu dengan

Rasulullah SAW, lalu dia menemukan orang-orang sedang duduk di pintu

(rumah) beliau, dimana tak seorang pun dari mereka yang diberikan izin

(untuk bertemu), Abu Bakar kemudian diberikan izin sehingga diapun

masuk. Setelah itu datanglah Umar dan dia diizinkan (untuk bertemu), lalu

dia diizinkan. Saat itu dia menemukan Nabi SAW sedang duduk,

sementara di sekelilingnya terdapat istri-istrinya yang diam

membisu.’Umar berata, “Aku akan mengatakan sesuatu yang dapat

membuat Nabi SAW tertawa. ’Umar berkata,“Wahai Rasulullah, jika

engkau melihat binti Kharijah meminta nafkah padaku, niscaya aku akan

bangun menghampirinya, lalu akan kupatahkan lehernya. ’Rasulullah

SAW tertawa dan betkata. “Sebagaimana yang engkau lihat, mereka

berada di sekelilingku. Mareka meminta nafkah kepadaku.” Abu Bakar

kemudian berdiri menghampiri Aisyah untuk mematahkan lehernya,

sementara Umar berdiri menghampiri Hafshah untuk mematahkan

lehernya. Keduanya berkata, “Engkau maminta kepada Rasulullah sesuatu

yang tidak beliau miliki?.' Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak

pernah meminta kepada Rasulullah sesuatu yang tidak beliau miliki.”

28 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân,712.

Page 80: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

63

Beliau kemudian mengasingkan mereka selama satu bulan atau dua puluh

sembilan hari. Setelah itu turunlah kepada beliau ayat ini:

ك ز واجي قحل ل ي ي ها النبي كحن يأ احمت يع كحن واحسر يح ن يا وزيي ن ت ها ف ت عالي يوة الد تحريد ن ال اين كحن تحله تحريد ن الل ورسحو ي ل واين كحن تح ار سراحا جي رة والد خي نتي مين كحن ا الل فاين ال سي عد ليل محح

را ع ظيي مااج “Hai nabi, Katakanlah kepada istri-istrimu: 'Jika kamu: sekalian

mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, Maka marilah upaya

kuberikan kepadamu mut’ah29 dan Aku ceraikan kamu dengan cara yang

baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan ) Allah dan

Rasulnya serta (kesenangan) di negri akhirat, maka sesungguhnya Allah

menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang

besar’.” (QS. al-Ahzāb [33]: 28-29).30

Firman Allah:

ا از واجا عسى ربه اين طلقكحن ان ي ب ديله ليمت مي ن كحن خي بت قنيتت مؤ مينت محس ى ت

حت عبيدت ى واب كارا ث ي يبت س“Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi tuhannya akan memberi ganti

kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patut,

yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang mengerjakan ibadah, yang

berpuasa, yang janda dan yang perawan.”

Firman Allah Ta’ala, عسى ربه اين طلقكحن ”Jika Nabi menceraikan kamu,

boleh jadi Tuhanya. “Telah dikelaskan dalam hadits Shahih bahwa ayat ini

turun karena ucapan umar.

Firman Allah Ta’ala, ا مي ن كحن خي از واجاان ي ب ديله “akan memberi ganti

kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari pada kamu.” Jika kamu

lebih baik daripada mereka (perempuan-perempuan yang akan

29 Mut’ah yaitu: suatu pemberian yang diberikan kepada perempuan yang telah

diceraikan menurut kesanggupan suami. 30 Tafsir al-Qurṭubī. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân,713.

Page 81: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

64

menggantikan), niscaya Rasulullah tidak akan menceraikanmu. Pengertian

inilah yang dikemukakan oleh As-Suddi.

Menurut satu pendapat, ini merupakan janji Allah kepada Rasul-Nya:

Jika beliau menceraikan mereka didunia, niscaya Allah akan

mengawinkan beliau kepada perempuan-perempuan yang lebih baik

daripada mereka.

Firman Allah boleh dibaca dengan tasydid (ان ي ب ديله)31 atau tanpa tasydid

Sebab at-tabdiil dan al ibdaal itu mengandung makna yang .(ان ي ب ديلهح )

sama, seperti at-tanziil dan al inzaal.

Pendapat yang lain juga, seperti yang dikatan oleh Quraish Shihab

bahwa ayat ini menjelaskan, menjelaskan bahwa Setelah ayat lalu

memberi peringatan keras, di sini peringatan tersebut ditingkatkan karena

sesuatu yang sangat menyakitkan perempuan adalah dicerai. Kemudian,

yang lebih baik sakit lagi bila bekas suaminya kawin, apalagi dengan

seorang wanita yang lebih baik daripada yang dicerai itu, sebagaimana

yang diperingatkan oleh ayat datas. Demikian al-Biqa’i menghubungkan

ayat di atas dengan ayat sebelumnya.

Kata عسى’ (asa) bisa digunakan dalam arti “boleh jadi” atau “mudah-

mudahan”. Tetapi, bila dinisbahkan kepada Allah, ia mengandung makna

kepastian (rujuklah antara lain surah almumtahanah 60:7). Memang apa

yang dijanjikan di sini, yaitu mengganti istri-istri Nabi yang ada ketika itu

dengan istri-istri yang lain, tidak terjadi karena syaratnya, yaitu “jika

mereka ditalak” tidak terjadi.32

31 Qira’ah dengan tasydid ini merupakan qira’ah yang mutawatir. Hal ini

sebagaimana yang dijelaskan dalam kitabTaqrib An-Nasyr, 138. 32 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 174.

Page 82: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

65

Sifat-sifat terpuji di atas kecuali kata وأبكارا ثيبات (tsayyibatin wa

abkaran) janda-janda dan gadis-gadis, disebutkan tanpa menggunakan kata

penghubung و (wa). Hal tersebut untuk mengisyaratkan bahwa setiap yang

disebut itu sangat mantap dan kesemuanya menghiasi masing-masing istri-

istri yang akan beliau kawini itu, jika istri-istri yang sekarang masih yang

juga menyakiti hati Nabi saw. Seandainya sifat-sifat tersebut dikemukakan

dengan menggunakan kata penghubung “dan” boleh jadi ada yang

menduga bahwa ada di antara mereka menyandang sifat A dan B saja

sdang sebagian lainnya hanya menyandang sifat B dan C saja, demikian

seterusnya33

Kata سائحات (saihat) terambil dari kata ساح (saha) yang maknanya

antara lain “berlalu di suatu tempat”. Dari sini, kata tersebut digunakan

dalam arti “melakukan perjalanan” atau “berwisata”. Sementara ulama’

memahaminya pada ayat di atas dalam arti “berhijrah”. Ada juga yang

memahaminya dalam arti “berpuasa” karena seorang yang berpuasa tidak

makan dan tidak minum bagaikan seorang dalam perjalanan tanpa bekal.

al-Ashfahani membedakan penggunaan kata ini dengan kata sha’im

dengan menyatakan bahwa yang sha’im hanya menahan diri dari lapar,

dahaga, dan hubungan seks sedang sha’ih yang memelihara anggota

tubuhnya dari segala macam pelanggaran34

Allah mengetahui bahwa beliau tidak akan menceraikan mereka, tetapi

Allah memberitahukan akan kekuasaannya, yakni jika beliau menceraikan

mereka amaka Allah akan memberi ganti kepada beliau yang lebih baik

33 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 174 34 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 174.

Page 83: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

66

dari mereka. Firman Allah ini merupakan sebuah ancaman bagi mereka.

Firman Allah ini adalah seperti firman-Nya:

ت ب ديل ق و ما غي كحم واين ت ت ولو ا يس “Dan jika kamu berpaling niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan

kaum yang lain.” (Qs. Muhammad: 38).

Menurut al-Qurṭubī, ini sesuai dengan pendapat para ulama yang

mengatakan bahwa pemberian ganti itu merupakan janji dari Allah kepada

Nabi. Jika belia menceraikan istri-istrinya di dunia, maka Allah akan

mengawinkannya di akhirat kepada wanita yang lebih baik dari istri-

istrinya itu. Wallahu a’lam.

D. Penafsiran Ibn Katsīr Terhadap QS. al-Taḥrῑm[66]: 1-5

1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan

bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

2. Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari

sumpahmu: dan Allah adalah pelindungmu dan Dia Maha

Mengetahui, Mahabijaksana.

3. Dan ingatlah ketika secara rahasia Nabi membicarakan suatu

peristiwa kepada salah seorang istrinya (Hafsah). Lalu dia

menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah

memberitahukan peristiwa itu kepadanya (Nabi), lalu (Nabi)

memberitahukan (kepada Hafsah) sebagian dan menyembunyikan

sebagian yang lain. Maka ketika dia (Nabi) memberitahukan

pembicaraan itu kepadanya (Hafsah), dia bertanya, “Siapa yang

telah memberitahukan hal ini kepadamu? ”Nabi menjawab, “Yang

memberitahukan kepada aku adalah Allah Yang Maha Mengetahui,

Mahateliti.”

Page 84: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

67

4. jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu

berdua telah condong (untuk menerima kebenaran); dan jika kamu

berdua saling bantu membantu menyusahkan Nabi, maka sungguh,

Allah menjadi pelindungnya dan (juga) Jibril dan orang-orang

mukmin yang baik dan selain itu malaikat-malaikat adalah

penolongnya.

5. jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan akan memberi

ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu,

perempuan-perempuan yang patuh, yang beriman, yang taat, yang

bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang

perawan.”

(QS. al-Taḥrīm: 1-5)

Sebab turunnya awal surat ini dipersoalkan; ada sebagian ulama yang

mengatakan, “Turun berkenaan dengan perkara Mariyah, bahwa

Rasulullah SAW mengharamkannya, lalu turun ayat. 'Wahai Nabi!

Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu?

Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? dan seterusnya.35

An-Nasa‘i meriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Bahwa Rasulullah

SAW sempat memiliki budak perempuan yang bernama (Mariyah) yang

sempat digaulinya, dan senantiasa juga berlangsung pada Aisyah dan

Hafshah hingga beliau mengharamkannya (Mariyah). Maka Allah Azza wa

Jalla menurunkan ayat, “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharampak

apa yang dihalalkan Allah bagimu sampai? akhir ayat.36

Dan lbnu Jarir meriwayatkan dari Ibn Abbas. ia berkata, “Aku bertanya

kepada Umar bin al-Khaththab, “Siapakah dua wanita (yang disebutkan

dalam ayat) itu?” Ia menjawab, “Aisyah dan Hafshah."

35 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, jil 10, cet 1. (Muassasah: Dâr al-Hilâl

Kairo, 1414 M/1994 M.), 39. 36 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 40.

Page 85: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

68

Awal hadits ini berkenaan dengan perkara Ummu Ibrahim al-

Qibthiyyah (Mariyah), bahwa Nabi SAW menggaulinya di rumah Hafshah

pada saat jatah bermalam di rumahnya, lalu Hafshah mendapati itu dan

berkata, “Wahai Nabi Allah! Engkau telah berbuat di tempatku sesuatu

yang tidak pernah engkau perbuat di tempat seorang pun dari istri-istrimu,

pada hari jatahku, tepat di giliranku, bahkan di tempat tidurku?!” Beliau

pun berkata, “Apakah engkau ridha jika aku mengharamkannya, sehingga

aku tidak akan mendekatinya lagi” Hafshah menjawab, “Tentu. "Lantas

beliau mengharamkannya dan beliau berkata, “janganlah engkau

mengatakan hal ini kepada siapa pun." Namun Hafshah menceritakannya

kepada Aisyah, hingga Allah memberitahukan rahasia mereka berdua

kepada Nabi, lantas turunlah ayat, 'Wahai Nabi! Mengapa engkau

mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin

menyenangkan hati istri-istrimu” dan seterusnya. Kemudian kami

mendengar berita bahwa Rasulullah SAW mengeluarkan kaffarat untuk

sumpahnya, dan kembali mendekati budak perempuannya.37

Dan Ibn Jarir meriwayatkan dari Said bin Jubair, ia berkata, bahwa Ibn

Abbas pernah mengatakan tentang hal yang haram, berupa sumpah yang

dikeluarkan kafaratnya. Ia berkata,

وة حسنة لقد كان لكحم في رسحو لي الل ي احس “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu." (QS. al-Ahzāb: 21).

Maksudnya, bahwa Rasulullah SAW telah mengharamkan budak

perempuan beliau hingga Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai Nabi! Mengapa

engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu?” Ayat l.

sampai pada firman-Nya, “Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu

membebaskan diri dari sumpahmu.” Ayat 2. Lalu beliau mengeluarkan

37 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-

Qur’an, jilid 21, (Bairut: Dar al-Fiqr, t,t), 102.

Page 86: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

69

kafarat untuk sumpah beliau, dan menjadikan perkara yang haram sebagai

sumpah38

Kemudian al-Bukhari juga meriwayatkannya dari Ibn Abbas, tentang

keharaman, sumpah yang dikeluarkan kafaratnya. Ibn Abbas berkata,

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu." (QS. al-Ahzāb: 21) Diriwayatkan pula oleh Muslim dari hadits

riwayat Hisyam Ad-Dastuwa‘i.39

An-Nasa‘i meriwayatkan dari Ibn Abbas, ia berkata, “Bahwasanya ia

pemah didatangi seseorang yang mengatakan, “Sesungguhnya aku telah

mengharamkan istriku atas diriku." Ibn Abbas menimpali, “Engkau dusta,

tidak ada keharaman pada istrimu atasmu,” lantas ia (Ibn Abbas)

membacakan ayat ini, 'Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa

yang dihalalkan Allah bagimu?" Jadi, engkau harus mengeluarkan kafarat

yang besar, yaitu membebaskan budak.” Ditakhrij hanya oleh An-Nasa‘i,

dengan lafazh ini.40

Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, “Nabi SAW meminum madu saat

berada di rumah Zainab binti Jahsy, dan beliau tinggal bersamanya. Maka

aku (Aisyah) dan Hafshah bersepakat, bahwa siapa pun di antara kami

berdua yang akan ditemui oleh Nabi, ia harus menanyakan kepada beliau,

“Apakah engkau telah makan Maghafir. Sungguh, aku mendapati bau

Maghafir darimu.” Beliau pun menjawab, “Tidak, tetapi aku telah minum

madu ketika bersama Zainab binti Jahsy. Kalau begitu aku tidak akan

mengulanginya lagi, sungguh aku telah bersumpah (untuk tidak minum

madu lagi), maka janganlah engkau mengabarkan tentang hal ini kepada

siapa pun. Firman-Nya. “Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?"

38 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-

Qur’an, 103. 39 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 41 40 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 42.

Page 87: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

70

Al-Bukhari mengatakan, “al-Maghafir mirip dengan getah (karet) nya, ada

di Rimts (suatu pohon) dan memiliki rasa yang manis. Mughfur ar-Rimts,

artinya nampak padanya. Bentuk tunggalnya adalah Mughfur, ada juga

yang mengatakan Maghafir.” Dan demikianlah yang dikatakat Al-Iauhari.

Ia berkata, “Kadang-kadang Mughfur juga digunakan untuk al-Usyar, ats-

Tsumam, as-Salam dan ath-Thalh. ar-Rimts, yaitu Salah satu tempat unta

menggembala.” Ia mengatakan, “Sedangkan al-Urfurh adalah pohon

sejenis Idhah (pohon yang memiliki duri) yang meneteskan Mughfur."

Diriwayatkan pula oleh Muslim.41

Kemudian Al-Bukhari juga meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata

“Rasulullah SAW menyukai yang manis dan juga madu, beliau biasanya

apabila telah selesai Ashar maka beranjak menggilir istri-istrinya, lalu

mendekat ke salah satunya. Sore itu beliau menemui Hafshah binti Umar

dan berada bersamanya dalam waktu yang lebih lama dari biasanya, aku

(Aisyah) pun merasa cemburu dan menanyakan hal itu, lalu ada yang

memberitahukan kepadaku, “Ada seorang wanita dari kaumnya

menghadiahkan Ukkah madu kepada Hafshah, lantas ia menyediakan

untuk Nabi SAW darinya sebagai minuman.”

Aku (Aisyah) berkata, “Demi Allah, aku akan membuat tipu daya,

lantas aku berkata kepada Saudah binti Zam'ah, “Beliau akan datang

kepadamu, nah, jika telah berada dekat denganmu maka katakanlah,

“Apakah engkau makan Maghafir” Maka ia akan mengatakan kepadamu,

“Tidak, "setelah itu engkau katakan padanya, “Terus bau apakah yang aku

cium ini?” Ia akan menjawab, "Hafshah memberiku minuman madu.

”Maka engkau katakan, “Lebahnya telah terkontaminasi dengan Urfuth

(pohon yang mengeluarkan Maghafir)." Nanti aku juga akan mengatakan

hal itu, dan engkau juga katakan seperti itu, wahai Sha-Fiyyah!"

41 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 44

Page 88: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

71

Ia melanjutkan, Saudah pun berkata, “Demi Allah, tidaklah beliau di

depan pintu melainkan aku hendak menyeru beliau sesuai dengan apa

yang diperintahkan kepadaku karena takut darimu. Ketika beliau telah

mendekat kepadanya, maka Saudah berkata, “Wahai Rasulullah! apa kah

engkau telah makan Maghajir? Beliau menjawab, “Tidak." Saudah

melanjutkan, “Lalu bau apakah yang aku cium darimu ini.” Beliau

menjawab, “Hafshah telah memberiku minuman madu.” Ia pun berkata,

“Lebahnya telah terkontaminasi dengan Urfuth.”

Ketika beliau menggilirku (Aisyah) maka aku juga mengatakan seperti

itu, kemudian ketika menggilir Shafiyyah, maka Shafiyyah juga

mengatakan seperti itu. Selanjutnya ketika beliau menemui Hafshah, maka

Hafshah berkata, “Wahai Rasulullah, maukah aku tuangkan minuman

itu?" Beliau menjawab, “Aku sudah tidak butuh lagi dengannya.”Aisyah

menceritakan. Saudah berkata,“Demi Allah, kitalah yang membuat Nabi

mengharamkannya (madu)." Aku (Aisyah) berkata padanya, “Diam

sajalah engkau." Ini adalah lafazh Al-Bukhari dan Muslim juga telah

meriwayatkannya.42

Nash ini menyebutkan bahwa Hafshah-lah yang telah memberikan

minuman madu kepada beliau. Sedangkan hadits dari Aisyah

menyebutkan bahwa Zainab binti Jahsy yang memberikan minuman

madu, lalu Aisyah dan Hafshah saling berpesan serta memprotes beliau,

Wallahu A'lam.43

Di antara riwayat yang menunjukkan bahwa, Aisyah dan Hafshahlah

yang saling bantu membantu menyusahkan Nabi, adalah hadits yang

diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibn Abbas, ia berkata, “Aku masih terus

bersemangat untuk bertanya kepada Umar tentang dua wanita dari istri-

42 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 44 43 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 46

Page 89: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

72

istri Nabi SAW yang diharamkan Allah dalam ayat, “Jika kamu berdua

bertaubat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah condong

(untuk menerima kebenaran)." Ayat 4. Sampai akhirnya Umar

mengerjakan haji dan aku juga melaksanakan haji bersamanya. Ketika

berada di suatu jalan, maka Umar menyingkir dan aku pun menyingkir

bersamanya dengan mcmbawa tempat air. Ia lantas buang air kemudian

mendatangiku, lalu aku menuangkan air ke tangannya untuk berwudhu,

pada saat itu aku bertanya, “Wahai Amirul Mukminin! Siapakah dua

wanita dari istri Nabi SAW yang dikatakan Allah dalam flrman-Nya, “jika

kamu berdua bertaubat kepada Allah. maka sungguh, hati kamu berdua

telah condong (untuk menerima kebenaran). Maka Umar berkata,

“Engkau ini sungguh mengherankan wahai Ibn Abbas. Az-Zuhri berkata.

"la merasa benci, demi Allah tidaklah ia menanyakan tentangnya dan tidak

pula menyembunyikannya,”. Umar menjawab, “Mereka adalah Hafshah

dan Aisyah." Kemudian perawi menyebutkan haditsnya.44

Ia (Umar) berkata, “Dahulu kami orang-orang Quraisy adalah suatu

kaum yang mengalahkan (berkuasa atas) para wanita, ketika kami

mendatangi Madinah temyata kami dapati suatu kaum yang mana para

wanita mereka bisa mengalahkan laki-laki, lalu perempuan-perempuan

kami mulai belajar dari mereka. Saat itu aku bertempat tinggal di rumah

bani Umayyah bin Zaid di Awali. Suatu hari aku marah pada istriku, dan

ternyata dia pun mendebatku (melawan), hingga aku mengingkari hal

tersebut. Lantas istriku berkata, “Mengapa engkau mengingkari protesku?

Demi Allah, sungguh istri-istri Rasulullah juga memprotes beliau, bahkan

ada seorang dari istri beliau yang meng-Hajr (memboikot) beliau

seharian." Mendengar itu Umar pergi dan menemui Hafshah lalu berkata,

“Apakah engkau yang memprotes Rasulullah SAW"

44 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 47

Page 90: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

73

Hafshah menjawab, “Ya. "

Aku (Umar) melanjutkan, “Dan salah seorang dari kalian

memboikotnya dari siang hingga malam?"

Ia menjawab, “Ya."

Aku berujar, “Sungguh telah rugi orang yang melakukan hal itu dan

akan kecewa, apakah seorang dari kalian merasa aman dari murka Allah

atasnya karena kemarahan Rasul-Nya hingga akhirnya ia binasa.

Janganlah engkau mendebat Rasulullah dan jangan pula meminta

sesuatu apa pun darinya, mintalah harta kepadaku yang engkau inginkan.

janganlah engkau tertipu apabila tetanggamu lebih bagus dan lebih dicintai

Rasulullah SAW daripada dirimu, yang ia maksudkan tetangga adalah

Aisyah." Maka beliau meluruskan duduknya dan bersabda, “Apakah

engkau merasa ragu wahai Ibn Al-Khaththab? Mereka adalah kaum yang

di percepat kesenangannya di kehidupan dunia saja. "Aku berkata,

“Mohonkanlah ampunan untukku, wahai Rasulullah!” Waktu itu beliau

telah bersumpah untuk tidak menemui istri-istrinya selama sebulan, karen

begitu marahnya beliau kepada mereka hingga Allah Azza wa Jalla

menegur beliau.” (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan An-Nasa’i).45

“jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan akan memberi

ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu," Ayat 5.

“Dan jika kamu berdua saling bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka

sungguh, Allah menjadi Pelindungnya dan (juga) jibril dan orang-orang

mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah

penolongnya." Ayat 4. Aku bertanya, “Apakah engkau mentalak mereka?”

Beliau menjawab, “Tidak.” Maka aku berdiri di pintu masjid dan berseru

dengan suara paling tinggi yang aku miliki, “Nabi tidak mentalak istri-

istrinya.” Dan turunlah ayat:

45 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 48.

Page 91: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

74

و في اذاعحو ا بيه م ني اوي ال ءهحم ام ر مي ن ال ري احولي وايلأ الرسحو لي ايل ردو هح ولو وايذا جا م ال ن هحم نه الذيي ن لعليمهح مي ت ن بيطحو ن هحم يس مي

“Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan

ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila

mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka,

tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)

mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). (QS.

An-Nisa: 83).

Maka aku mengambil kesimpulan perkara itu.46 Dan demikian yang

dikatakan oleh Said bin Jubair, Ikrimah, Mu’qatil bin Hayyan. Adh-

Dhahak dan selain mereka. Firman-Nya, “Dan orang-orang mukmin yang

baik.”[4] Yang dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar. Al-Hasan Al-

Bashri menambahkan, Utsman juga. Dan Laits bin Abu Sulaim berkata

dari Mujahid, firman-Nya, “Dan orang-orang mukmin yang baik." Ayat 4.

Maksudnya yaitu Ali bin Abi Thalib.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Umar mengatakan,

“Para istri Nabi SAW bersepakat mencemburui beliau, maka aku katakan

kepada mereka, “jika dia (Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan

akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari

kamu." Ayat 5. Lalu turunlah ayat ini."47

Telah berlalu penyebutan bahwa pendapat Umar sering kali

berkesesuaian dengan al-Qur’ân dalam beberapa perkara, di antaranya,

ayat yang diturunkan dalam masalah hijab, para tawanan dalam perang

Badar, juga ucapannya, “Seandainya engkau (Nabi) boleh menjadikan

sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat” Lantas turunlah:

واتيذحو ا مين مقامي ايب رهم محصلى“Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat.” (QS. al-Baqarah:

125).

46 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 49. 47 Ibn Katsīr, lubâbut Tafsir Min Ibn Katsīr, 50.

Page 92: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

75

Semua ayat-ayat yang mulia tersebut telah kita kemukakan tafsirnya

dengan jelas.

Firman Allah Ta'ala, “Perempuan-perempuan yang patuh, yang

beriman, yang taat, yang bertaubat, yang beribadah." Ayat 5 Maknanya

telah jelas. Sedangkan makna kata Sa‘ihat dalam ayat tersebut adalah

perempuan-perempuan yang berpuasa. Demikian yang dikatakan oleh Abu

Hurairah, Aisyah, Ibn Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Said bin Jubair.

1. Analisis Hubungan Penafsiran al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr

Terdapat sebuah persamaan pendapat menurut penulis dalam

membandingkan penafsiran al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr Yaitu:

Ayat-ayat di atas yang demikian tegas bunyinya, mengisyaratkan

betapa dalam bekas yang ditimbulkan oleh peristiwa yang diuraikan surah

ini dalam hati Nabi saw. Sampai-sampai dibutuhkan untuk menyampaikan

pengumuman tentang pembelaan Allah, Jibril, orang saleh dari kaum

mukminin serta malaikat-malaikat kepada Nabi Muhammad saw. Itu

bertujuan menghibur hati Nabi saw. Dan agar beliau merasakan

kemenangan. Hal serupa terbaca dari ayat 5 di atas yang memperingatkan

istri-istri jangan sampai dicerai dan Nabi dikawinkan oleh Allah dengan

wanita-wanita lain yang lebih baik daripada mereka. Demikian lebih

kurang Sayyid Quthub.48

Setelah turunnya ayat-ayat di atas, hati Nabi saw. Kembali tenang.

Maka, demikianlah ayat-ayat di atas menggambarkan satu sisi dari

kehidupan Nabi suci Muhammad saw. Nabi yang menyampaikan tugas

suci, risalah Ilahi, yang dalam saat yang sama tidak keluar dari sifat

kemanusiaannya. Di sana ada upaya merayu dan membujuk pasangan, ada

rahasia pribadi yang dibisikkan dan diminta untuk dirahasiakan, ada

dorongan seksual, ada marah, ada cemburu, dan bersamaan itu semua ada

48 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 176.

Page 93: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

76

bimbingan dan pengarahan Allah karena tuntutan risalah Islamiah

bukannya mencabut potensi dan bawaan manusia tetapi ia adalah ajaran

yang sesuai dengan fitrah manusia sehingga ia mengukuhkan

mengembangkan dan mengarahkannya ke arah yang benar49

E. Aplikasi Nilai Akhlak Rumah Tangga

Setelah penulis mengamati penafsiran yang dilakukan al-Qurṭubī dan

Ibn Katsī terhadap QS. al-Taḥrῑm pada ayat 1-5 setidaknya terdapat

beberapa poit Akhlak yang harus dimiliki dalam rumah tangga yang bisa

penulis petik dalam QS. al-Taḥrῑm yaitu:

1. Dalam ayat 1-2 akhlak yang penulis dapat sampaikan yaitu:

berkoroban (bersedia) Nabi bersedia mengharamkan apa yang Allah

halalkan hanya demi menyenangkan istinya meskipun Nabi

mendapat teguran langsung dari Allah. Dengan kata lain, suami

mesti bersedia mengorbankan apaun demi keluarganya terutama

untuk istrinya.

2. Kemudian pada ayat ketiga Akhlak yang dapat penulis sampaikan

yaitu: (memafkan dan menjaga komunikasi) Nabi memberitahukan

rahasia besar (pergantian pemimpin), dan meskipun para istri Nabi

membocorkan rahasia tersebut, Nabi tetap memafkan apa yang

menjadi tanggung jawabnya sebagai suami. Dengan kata lain, suami

harus tetap memberitahukan kabar apapun kepada istrinya meskipun

terkadang terdapat kekhilafan pada seorang istri suami harus tetap

memaafkan.

3. Pada ayat ke empat ini Akhlak yang dapat penulis sampaikan adalah

bertaubat (tidak mengulangi) apa yang sudah terjadi. Karna

Dinamika rumah tangga adalah sifat manusiawi sangat wajar terjadi

49 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, 176.

Page 94: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

77

dalam kehidupan. Oleh karna itu kembalikan masalah kepada hukum

Allah dan bukan mengikuti hawa nafsu. Jika saja Rasulullah

mengikuti hawa nafsu maka terjadilah sebuah pengharaman sesuatu

yang sudah Allah halalkan, akan tetapi Allah sangat tidak berkenan

sehingga meluruskannya.

4. Pada ayat ini, penulis berpendapat (Sabar) adalah balasan dari Allah

karna Nabi begtu bersabar merendahkan diri kepada istri-istrinya

sampai sesuatu yang dihalalkan kemudian diharamkan. Inilah solusi

rumah tangga bila menghadapi masalah, dan Allah berjanji akan

menggantikan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Page 95: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

78

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam penulisan skripsi ini, maka

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Menurut tafsir al-Qurṭubī dan Ibn Katsīr penulis berpendapat terdapat

kesamaan dalam penafsiran pada surat al-Taḥrīm ayat 1-5, bahwa

diceritakan pendapat tersebut dituturkan oleh Ibn Abbas kepada al-Qurṭubī

dan Ibn Katsīr: bahwa, Ibn Abbas pernah didatangi salah seorang lelaki,

lalu ia menceritakan “sesungguhnya aku telah menjadikan istriku haram

bagi diriku”. Ibn Abbas berkata, “engkau telah berdusta, dia tidak haram

bagimu dan mayoritas Ulama berpendapat bahwa ayat ini turun pada

Hafshah saat dia membiarkan Nabi bersama budak perempuanya berada di

dalam rumahnya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa barangsiapa yang mengharamka

sesuatu dari makanan dan atau pakaian, maka menurut al-Qurṭubī dan Ibn

Katsīr, makanan dan pakaian tidak diharamkan baginya, sebab Kuffarat

(tebusan) itu diperuntukan bagi sumpah dan bukan diperuntukan bagi

pengharaman. Sebab didalam ayat tersebut “apa yang telah engkau

haramkan itu tidak haram bagimu, melainkan menggabungkan sebuah

sumpah pada pengharaman, maka tebuslah sumpah itu”.

Meskipun Nabi memberikan balasan kepada Hafshah untuk

diceraikannya pada talak satu, yang telah memberitahukan sebuah rahasia

kepada Aisyah: yaitu, sebuah pergantian kepemimpinan (Kholifah) dan

pengharaman Mariyah untuk diri Nabi, atas dasar kecemburuan yang

menyelimuti Aisyah dan Hafshah dalam menyusahkan Nabi, Nabi tetap

tegar dan setia untuk memberikan permintaan maaf. Meskipun Allah SWT

berjanji akan menggantikan isti-istrinya yang lebih baik (yang patut, yang

Page 96: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

79

beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang

berpuasa, yang janda dan yang perawan). Akan tetapi Allah SWT meminta

melalui Malaikat Jibril untuk menegur kepada Nabi agar jangan

menceraikan Hafshah karena gemar berpuasa, gemar beribadah dan

Hafshah adalah termasuk istri-istri kelak disurga nanti. Oleh karna itu

beliau tidak jadi menceraikannya.

Terdapat nilai-nilai akhlak yang bisa diungkapkan bahwa, keutuhan

keluarga menjadi syarat terpenting untuk ketenangan jiwa anggota

keluarganya, keutuhan keluarga bukan datang begitu saja dengan

sendirinya, melainkan keutuhan itu harus di ciptakan dan dirawat sebaik

mungkin, sebab didalam rumah tangga yang harmonis bukan berarti tidak

memiliki konflik, melainkan konflik itulah yang menjadikan rumah tangga

harmonis yang dapat dipelajari untuk kedepanya. Juga, rumah tangga yang

kokoh akan terciptanya para penghuni yang terlepas dari godaan-godaan

maksiat dan keluaga yang kokoh akan menjadi sumber daya kekuatan

yang besar yang masuk ke dalam anggota keluarga, sehingga hal itu bisa

menciptkan potensi-potensi yang besar serta amalan-amalan untuk umat.

Juga sebaliknya, bahwa rumah tangga yang rapuh akan mejadi sumber

permasalahan yang akut dan berpotensi runtuh, yang menguras seluruh

kekuatan yang ada dalam rumah tangga sehingga dapat menimbulkan

kerusakan yang besar dan berdampak pada sistem sosial. Karna sebuah

keluarga adalah intisari dari terciptanya masyarakat dan Negara. Oleh

karna itu peran yang sangat penting dalam rumah tangga adalah ikatan

kerjasama yang menjadi tulang punggung keluarga agar terciptanya

keharmonisan nan koko. Maka peran suami harus menjadi contoh panutan

dalam memimpin keluarganya untuk mengelilingi bahtera kehidupan

dunia dan akhirat.

Page 97: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

79

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Artikel Jurnal

Abdullah, M. Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’ân. Jakarta:

Amzah, 2007.

Abdullah, Taufik Dkk. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, cet ke 2. Jakarta:

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003.

Al-Abrasyi, M. Athiya. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang, 1970.

Adi, Rianto. Metodologi penelitian sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,

2004.

Adonis, Tito. Peranan Wanita Dalam Pembinaan Budaya. Bandung: Cv.

Pioner, 1991.

Al-Afify, Taha Abdullah. Min Sifat al - Rasul al-Khilqiyyah Wa al–

Khuluqiyyah. Cairo: Dar al-Misriyyah al-Lubnaniyyah, 1995.

Akbar, Ali. (2017). “Menejemen Konflik: Studi atas Hadis-hadis tentang

kecemburuan istri-istri Nabi SAW” (Skripsi, UIN Jakarta).

Alfanzari, Achmad Syauqi. (2016). “Mendidik diri dan keluarga Kajian

Tafsir Surat Al-Tahrim, Perspektif Quraish Shihab.” (Skripsi, UIN

Surabaya).

Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir, Jil. 10. Jakarta:

Pustaka Imam Syafi’i, 2008.

Amin, Husayn. al-Mar`ah bayna al-Syâri’ wa al-Bayti. Bayrût: Dâr al-

Syurûq, 1999.

Amin, Muhammad Rusli. Rasulullah Sang Pendidik. Jakarta: 2013, Amp

Press, 2016.

Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, cet 1.

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Page 98: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

80

Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam Al-Wasith. Mesir: Darul Ma’arif, 1972.

Anwar, Rosid. Akidah Akhlak. Jakarta: Pustaka Setia, 2012.

Anwar, Rosihan. Melacak Unsur-Unsur isrᾰiliyyᾰt Dalam tafsof al-Thabari

dan tafsîr Ibn Katsîr, cet 1. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Matondang, Armansyah. “Faktor-faktor yang Menyebabkan Perceraian

Dalam Perkawinan.” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial. Vol. 02.

No. 2 (2014): 141-150.

AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002.

Assaf, Ahmad Muhammad. Berkas-berkas Cahaya Kenabian. Laweyan: Era

Intermedia, 2001.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Badri, Muhammad Arifin. “Hakikat Cemburu Dalam Rumah Tangga Studi

Deskriptif Tentang Kehidupan Nabi Dengan Istri-istrinya.” al-

Majaalis: Jurnal Dirasat Islamiyah. Vol 2, no. 2. 2015: 103.

Basyir, Ahmad Azhar dan Fauzi Rahma, Keluarga Sakinah Surgawi.

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1994, 12.

Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, 2005.

Depag, Aqidah Akhlak. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam, Cetakan Pertama Jakarta, (1996).

_______. Al-Qur’ân dan Tafsirnya, (Edisi Yang Disempurnakan), jilid X.

Jakarta: Lentera Abadi, (2010).

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama. Tentang Kompilasi Hukum

Islam di Indonesia. Instruksi Presiden RI Nomor I tahun 1991. Jakarta,

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Departemen Agama RI, 2000. 14.

Al-Dzahabî, Muhammad Husain. al-Tafsîr wa al-Mufassirû. Bairut: Dâr al-

Fîkr, 1976.

Page 99: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

81

Al-Farmawi, Abd al-Hayyi. al-Bidayah Fi al-Tafsir al–Mauduii. Kairo: al-

Hadarah al-Arabiyyah, 1977.

_______. Metode Tafsir Maudlu’i dan Cara Penerapannya. Bandung:

Pustaka Setia, 2002.

Al-Ghayani, Musthofa. Bimbingan Menuju Ke Akhlak Yang Luhur.

Semarang: Thaha Putra, 1976.

Al-Ghazali, Iman. Ihyâ’Ulûm Ad-Din. Kairo: Al-Masyhad Al-Husain, tt.

Hafidh, Muhammad Ibnu Abdul. Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta: Al-

I’tishom Cahaya Umat,2004.

Hakim, Abdul. Keluarga sakinah. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004.

Halimatussadiyah, “Cemburu, Agresi, dan Penanggulangannya; Studi

Kasus Pada 3 Pasangan Suami Istri.” Skripsi Fakultas Psikologi,

Universiatas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, 1.

Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Idris, Manan. Reorientasi Pendidikan Islam. Pasuruan: Hilal Pustaka 2006.

Ilyas, Hamim. Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2004

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI), 2000.

Ibmar Dedy, Tuhan dan Ruang. Ciputat: Young Progressive Muslim, 2018.

Al-Jamil, Fadhil. menerobos Krisis Pendidikan Dunia Islam. Jakarta:

Golden Terayon Press, 1992.

Kahhalah, Umar Ridho. Mu’jam al-Mualiffin: Tarajum mushannif al-Kutub

al-Arabiyah, Jil. II. Beirut: Dar-Ihya al-Turats al-Arabi, t,t.

Katsir, Ibnu. al-Bidayah wa al-Nihayah, Jil. XI. Beirut: Dar al Fikr, t,t.

Khaeriyah, Ery. (2010).”Studi tematik tentang istri-istri nabi Nabi SAW

dalam Al-Qur’ân”. (Skripsi, UIN Jakarta).

Khairuddin, Sosiologi Keluarga. Jakarta: Nnurcahaya, 1985.

Al-Khulli, Amin. Manāhij tajdid fi al-nahw wa-al-balaghah wa-al-tafsîr wa-

al-adāb. Mesir: Dar al-Ma’rifah, 1961.

Page 100: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

82

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi jil. X, Terj Tafsir Al-

Maraghi Juz XXVIII. Kairo: Dar al-Fikr, tt.

Mariatul Norhidayati Rohmah, “Romantika Rumah tangga Rasulullah

SAW” dalam Jurnal Al-Hiwar, Vol. 03, No. 05 (Januari-Juni-2015).

Maswan, Nur Faizin. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir, cet 1.

Yogyakarta: Menara Kudus, 2002.

Mubarok, Jaih. Pembaruan Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2015, 18.

Nur Rofiah, “Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Islam.”

Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya no.1 (Jini 2017): 31-44.

Nurlela, Rika. (2018). “Hadis-hadis cinta dalam rumah tangga Rasulullah

SAW”. (Skripsi, UIN Jakarta).

Poerbakawatja, Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung

Agung, 1976.

Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’ân, cet. II. Bogor: Litera

Antara Nusa, 2009.

Qurtubi. Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’ân, jilid 18, cet I. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009.

Al-Sajistani, Abi Daud Sulaiman Ibn al-Asy’ats. Sunan Abi Daud, juz II.

Indonesia: Maktabah Dahlan, 154-155.

Salmi, Siti. (2016). “Nilai edukasi kasih sayang kehidupan rumah tangga

Rasulullah SAW”. (Skripsi, UIN Aceh).

Saputra, Andrian. (2018) “Studi Hadis-hadis keromantisan terhadap

pasangan suami-istri dalam rumah tangga Rasulullah SAW”. (Skripsi,

UIN Jakarta).

Sasmita, Lia Oktavia. (2017). Peran Istri Dalam Rumah Tangga Perspektif

Hadis, (Skripsi: UIN Jakarta), 33-34.

Page 101: NILAI-NILAI AKHLAK DALAM RUMAH TANGGA NABI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, dan

83

Shihab, M. Quraish. “Membumikan” Al-Qur’ân Fungsi dan Peran Wahyu

Dalam Kehidupan Masyarakat, cet 1. Bandung: Mizan, 2014.

Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Misbah, cet 1. Jakarta: Lentera hati 2003,

167.

_______. Islam yang Saya Anut. Ciputat: Lentera Hati, 2018.

_______. Quraish. KAIDAH TAFSIR: Syarat, dan Ketentuan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami Al-Qur’ân. Tangerang: Lentera Hati,

2013.

_______. Wawasan Al-Qur’ân. Bandung: Mizan, 1996.

Sudarsono, Hukum Perkawinan National. Jakarta: Renika Cipta, 1991, 2.

Sumitro, Roni Hanityo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta:

Ghalia Indonesia, 1988.

As-Suyuthi, Jalaluddin. Lubaabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul, cet I. Jakarta:

Gema Insani, 2008.

Syakir, Ahmad Muhammad. Umdat at-Tafsir an al-Hafizh Ibn Katsir, jilid

1. Mesir: Dar al-Ma’arif, 1959.

Syukur, Suparman. Etika Religius. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Tiswarni, Akhlak Tasawuf. Jakarta: Bina Permata, 2007.

Trueblood, David. Terj Prof. Dr. H. M. rasjidi, Philosophy of Religion.

Jakarta: Bulan Bintang, 1965.

Wahyu, Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Wilis, Sofyan. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabet, 2009.

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: Diponegoro, 1993.

Az-Zuhail, Wahbah. Tafsir al-Munir jil. 14, terj: Abdul Hayyie, dkk.

Jakarta: Gema Insani, 2014.

Zulkifli dkk, Akhlak Tasawuf, cet 1. Yogyakarta: Kalimedia, 2018.