analisis semiotika nilai-nilai pluralitas dalam film...

81
ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM JERUSALEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Dityan Zahra Pranissa 1112051000149 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2017 M

Upload: ngocong

Post on 12-Mar-2019

260 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS

DALAM FILM JERUSALEM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Dityan Zahra Pranissa

1112051000149

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2017 M

Page 2: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM
Page 3: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM
Page 4: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memeroleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 29 Desember 2016

Dityan Zahra Pranissa

Page 5: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

i

ABSTRAK

Dityan Zahra Pranissa

Analisis Semiotika Nilai Pluralitas dalam Film Jerusalem

Pluralitas atau keberagaman merupakan gejala sosial yang sangat umum

ditemui dalam setiap kehidupan bermasyarakat. Masyarakat menempati satu

wilayah dengan beragam suku, ras, agama, budaya dan lainnya. Keberagaman

mengenai agama masih sangat sulit untuk diterima dalam bermasyarakat, terutama

saat ada yang memakai pakaian keagamaan sebagai identitas agama mereka. Film

merupakan media massa yang dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan

formal maupun non-formal dalam memengaruhi dan membentuk masyarakat

berdasarkan muatan pesan di dalam sebuah film. Film Jerusalem merupakan salah

satu film dokumenter yang menyajikan kisah kota Yerusalem yang dianggap

sebagai kota suci oleh tiga agama besar di dunia, di mana Yahudi, Kristen dan

Islam hidup berdampingan di kota Yerusalem. Film ini bertujuan agar kita bisa

saling menerima dan menghargai agama lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut: bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos

yang terdapat dalam film Jerusalem menurut teori semiotika model Roland

Barthes yang mempresentasikan nilai-nilai pluralisme?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika model

Roland Barthes dan konsep pluralitas. Dalam semiotika Roland Barthes, sistem

signifikansi terbagi ke dalam dua tingkatan, di mana denotasi merupakan sistem

signifikansi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.

Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟, yang

berfungsi guna mengungkapkan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang

berlaku dalam periode tertentu. Sedangkan pluralitas adalah adanya keadaan yang

berisi keberagaman, baik budaya, ras, suku, agama maupun lokalitas.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu

metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar

dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah paradigma

konstruktivis yang berdasar pada pemikiran umum tentang teori-teori yang

dihasilkan oleh peneliti dan teoritis aliran konstruktivis.

Hasil penelitian ini menampilkan beberapa scene yang mempresentasikan

nilai-nilai pluralitas, baik secara verbal maupun non-verbal, seperti adanya scene

saat bangunan suci ketiga agama ada di dalam satu frame, penerimaan publik

terhadap hak orang lain untuk mengenakan atribut keagamaan, penjelasan

mengenai perspektif Islam tentang pluralitas, seperti saling menghargai dan

menerima agama satu dengan lainnya dalam satu wilayah, adanya interaksi positif

secara duniawi, dan berbuat adil terhadap agama selain agama Islam.

Kata kunci: Semiotika, Pluralitas, Film, Jerusalem.

Page 6: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Nilai-

Nilai Pluralitas dalam Film Jerusalem”. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurah bagi junjungan besar Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat

manusia kepada jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi salah satu

persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu

(S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam hal ini,

penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu terselesaikan tanpa

bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan, nasihat, serta motivasi

baik secara moral maupun material. Oleh karenanya, penulis hendak

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Drs. Masran, MA, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

4. Drs. H. Arief Subhan, MA, dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya guna memberikan bimbingan, arahan, memberikan koreksi,

Page 7: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

iii

saran dan masukan kepada penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si, dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh

kegiatan akademik dan selalu memberikan masukan serta semangat

kepada peneliti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama dalam masa perkuliahan.

7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

melayani penulis dalam menggunakan buku-buku serta literatur yang

penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

8. Kepada orangtua ku tercinta, Budiman dan Titin Suhartini yang selalu

mendoakan, menjadi inspirasi serta memberikan dukungan baik secara

moral maupun material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik saya Widi Arya Pinandita, Viendra Zahryan Yugabuana, Taffyne

Alfidha Zatibayani, Adlina Kalya Ghaisani dan Alisha Azra Ameera

yang selalu menjadi motivasi dan sudah memberikan keceriaan disaat

penulis merasakan lelah.

10. Ka Rustanto Sudin dan Ka Abdullah Fajri, Pimpinan BTA8 Fatmawati,

tempat saya bekerja. Terima kasih atas saran dan wejangan yang selalu

diberikan kepada penulis agar tidak lupa dengan skripsi. Serta

dukungan, pengertian dan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan

Page 8: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

iv

skripsi.

11. Raihan Abel Farissi, S.E, yang selalu meluangkan waktu untuk

membantu, mendukung, mendoakan dan menyemangati penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

12. Annisa Febrina Syahrin, S.E dan Arif Maulana Ichram, sahabat semasa

putih abu-abu hingga sekarang, yang tidak pernah lelah mengingatkan

penulis untuk tidak lelah dalam mengerjakan skripsi.

13. Annisah Bilqis, sahabat seperjuangan semasa kuliah yang selalu siap

disaat suka dan duka dan siap menjadi apapun. Selalu mendukung tanpa

lelah dan terus memberikan arahan, saran dan masukan bagi penulis.

14. Sahabat perkuliahan yang asik diajak diskusi, Melqy Amirussoleh,

Ridho Falah Adli, Achmad Faizal Riwanto dan M. Arif Faturrahman

yang selalu bisa memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam

mengerjakan skripsi.

15. Kawan seperjuangan sejak semester awal KPI E, Mudillah, Aisyah,

Sarah, Tabitha, Fitri, Syifa, Nenden, Apik, Dewi, Novi, Nufus, Mia,

Nirma, Gio, Fahmi, Taufik, Arif Syahrizal, Hilman, Ahmad Fikry,

Trisaka, Aidillah. Tanpa kalian kuliah tidak akan semenyenangkan dan

seseru ini.

16. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-

adik junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.

17. Keluarga besar KKN SHARE 2015, Karina, Ithessa, Dwi, Novi, Annisa

F, Meydha, Nanda, Abdul, M.Agung, Deny, Enung, Gusti, Jae, Bang

Rosi, Bang Peni, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis tiada

Page 9: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

v

henti, yang sudah juga memberikan pengalaman berharga dan tak

terlupakan untuk penulis. Semoga silaturahmi kita dapat terjaga dengan

baik.

18. Keluarga besar LSO SKETSA yang telah memberikan pengalaman dan

keluarga baru kepada penulis.

19. Seluruh pihak yang selalu mengingatkan dan membantu peneliti dalam

penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti mengharapkan masukan, baik berupa saran maupun kritik yang

membangun yang diharapkan mampu memberikan pelajaran untuk ke depannya

agar bisa menjadi lebih baik lagi. Peneliti berharap semoga apa yang telah peneliti

tuliskan dalam skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti, juga bagi

pembaca pada umumnya.

Tangerang, Desember 2016

Penulis

Page 10: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 10

A. Latar Belakang............................................................................... 10

B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 14

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 14

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 15

F. Kerangka Konsep .......................................................................... 17

G. Metodologi Penelitian ................................................................... 20

H. Sistematika Penulisan .................................................................... 22

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 24

A. Ruang Lingkup Semiotika ............................................................. 24

1. Pengertian Semiotika ...................................................................... 24

2. Semiotika Roland Barthes .............................................................. 25

B. Kajian Mengenai Pluralitas ........................................................... 29

1. Sikap Pluralitas ................................................................................ 31

C. Tinjauan Tentang Film .................................................................. 32

1. Pengertian Film ................................................................................ 32

2. Film sebagai Media Komunikasi ................................................... 34

3. Film Dokumenter ............................................................................. 36

4. Unsur-unsur Pembentukan Film .................................................... 38

5. Struktur Film .................................................................................... 39

BAB III GAMBARAN UMUM FILM JERUSALEM .................................... 42

A. Sinopsis.......................................................................................... 42

B. Profil Film ..................................................................................... 43

Page 11: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

vii

C. Tim Produksi Film ......................................................................... 49

D. Profil Sutradara Film Jerusalem .................................................... 51

BAB IV TELAAH SEMIOTIKA TENTANG NILAI-NILAI

PLURALITAS DALAM FILM JERUSALEM...................................................... 52

A. Temuan Analisis Semiotika Roland Barthes ................................. 52

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 70

A. Kesimpulan .................................................................................... 70

B. Saran .............................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 72

LAMPIRAN................................................................................................................... 77

Page 12: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Tabel Tim Produksi Film ................................................................... 49

Tabel 2.4 Scene 1 (03:03 - 03:22) ...................................................................... 52

Tabel 3.4 Scene 2 (03:47 – 05:09) ..................................................................... 57

Tabel 4.4 Scene 3 (09:26)................................................................................... 62

Tabel 5.4 Scene 4 (40:31 - 40:38) ...................................................................... 65

Page 13: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Peta Tanda Roland Barthes ............................................................. 26

Gambar 2.3 Benedict Cumberbatch ..................................................................... 43

Gambar 3.3 Dr. Jodi Magness ............................................................................. 45

Gambar 4.3 Revital Zacharie ............................................................................... 47

Gambar 5.3 Nadia Tadros .................................................................................... 48

Gambar 6.3 Farah Ammouri ................................................................................ 48

Gambar 7.3 Daniel Ferguson ............................................................................... 51

Page 14: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran media massa seringkali menampilkan makna-makna terhadap

realitas yang terjadi di kehidupan sekitar kita.1 Salah satunya adalah film sebagai

salah satu media komunikasi massa, film dapat menjadi sebuah komunikator atau

perantara dalam berkomunikasi. Hal ini dikarenakan film seringkali

menggambarkan sesuatu yang dekat atau berhubungan langsung dengan

masyarakat atau penontonnya. Sebagai sarana komunikasi yang memiliki

kekuatan penyampaian melalui sifatnya yang audio visual, film mampu

memengaruhi nilai dan perilaku para penontonnya.Selain itu, film juga selalu

mampu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di

dalam atau dibalik film tersebut tanpa pernah berlaku sebaliknya.2 Kedudukan

media film juga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan non-formal dalam

memengaruhi dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui

kisah yang ditampilkan. Film dianggap sebagai medium sempurna untuk

mempresentasikan dan mengkontruksikan realitas kehidupan yang bebas dari

konflik-konflik ideologis serta berperan dalam pelestarian budaya bangsa.3

Terlepas dari jenisnya, film mampu memberikan informasi yang baru bagi

masyarakat dan selalu memberikan pesan-pesan moral di dalamnya.

1 Diakses melalui website

https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan_Representasi?auto=do

wnload, uploaded by Sigit Surahman, pada tanggal 14 April 2016, pukul 12:09 WIB. 2 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 127.

3 Diakses melalui website

https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan_Representasi?auto=do

wnload, uploaded by Sigit Surahman, pada tanggal 14 April 2016, pukul 12:21 WIB

Page 15: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

11

Selain itu, film juga merupakan dokumen sosial, masyarakat dapat melihat

gambaran secara nyata apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tertentu,

melalui gaya bahasa, mode pakaian, pola pikir dan tatanan sosial masyarakat yang

digambarkan pada film tersebut.4

Jerusalem merupakan film yang diproduksi oleh Cosmic Picture dan Arcane

Picture, dan didistribusikan oleh National Geographic Entertainment pada tahun

2013. Film dokumenter yang berdurasi selama 40 menit ini menyajikan dan

memberikan pengetahuan kepada para penontonnya mengenai keragaman budaya

agama di kota Yerusalem melalui mata tiga remaja dengan berbeda keyakinan;

Yahudi, Kristen dan Islam serta menceritakan sejarah Yerusalem yang dinarasikan

oleh Benedict Cumberbatch dan melalui seorang arkeolog, Dr. Jodi Magness.

Film ini berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Best Film Short Subject dan

Best Cinematography di Giant Screen Cinema Association pada tahun 2014.

Film Jerusalem menceritakan bagaimana arti kota Yerusalem bagi tiga remaja

yang berbeda agama; Yahudi, Kristen dan Islam. Mereka juga menceritakan

bagaimana budaya-budaya agama mereka dilaksanakan di kota Yerusalem.

Walaupun dalam penyajian ceritanya tidak ada komunikasi yang terjadi diantara

ketiga remaja ini, tetapi film ini menggambarkan bagaimana keberadaan tiga

agama tersebut di Yerusalem tidak saling bersinggungan dan dapat hidup secara

berdampingan. Keseluruhan dari film ini menceritakan bagaimana sebuah kota

kecil bisa menjadi pusat dunia dan menjadi tempat suci bagi tiga agama besar di

dunia; Yahudi, Kristen dan Islam.

4 Diakses melalui website http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/106 pada tanggal

02 Mei 2016, pukul 22:42 WIB.

Page 16: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

12

Produser dalam film Jerusalem mengatakan tujuan dibuatnya dan dipilihnya

Yerusalem sebagai objek film ini adalah untuk melihat alasan dari keterikatan

universal Yerusalem: Yahudi, Kristen dan Islam. Mereka berharap penjajaran

yang berbeda agama dan budaya - semua dengan koneksi spiritual dan sejarah

yang mendalam ke kota - akan mengungkapkan berapa banyak orang-orang

Yahudi, Kristen dan Islam memiliki kesamaan dan menginspirasi kita semua

untuk lebih memahami satu sama lain. Melalui situs resminya pula, para

produsernya ingin menceritakan kota Yerusalem dengan cara yang berbeda.

Apabila biasanya Yerusalem diceritakan identik dengan sejarah peperangan, maka

dalam film ini kita bisa mengetahui bagaimana budaya tiga agama monoteistik di

dunia dengan faktor sejarah dan arkeologinya di kota Yerusalem.5

Berbeda dengan film dokumenter biasanya, film ini tidak ada scene di mana

seseorang sumber seperti sedang memberitakan fakta atau seperti diwawancara.

Masing-masing narator menceritakan kota Yerusalem seperti bercerita.

Pengambilan gambar di film Jerusalem juga berbeda dengan film dokumenter

lainnya.6 Sinematografi yang baik dan menakjubkan membuat interaksi antara

penonton dan film menjadi lebih hidup. Walaupun cerita dari film Jerusalem sarat

akan agama, tetapi film ini sama sekali tidak menjurus pengaruh ke unsur agama

sedikit pun, karena di film ini membahas budaya dan tiga agama yang ada,

Yahudi, Kristen dan Islam, dengan faktor sejarah dan arkeologi.

Pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan dan kekhasan.

Konsep ini mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu (many), keragaman

5 Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/ pada tanggal 29 April

2016, pukul 23:14 WIB. 6 Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/ pada tanggal 29 April

2016, pukul 23:30 WIB.

Page 17: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

13

menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen

dan bahkan tak dapat disamakan.7 Keberagaman dalam pluralitas tidak hanya

digambarkan pada konteks budaya saja, tetapi dilihat dari segi agama, ras, strata

sosial dan sebagainya, yang mana di dalamnya masyarakat memiliki rasa

menerima dan menghargai atas adanya keberagaman tersebut. Seharusnya, rasa

menerima dan menghargai tidak hanya direalisasikan dengan bentuk komunikasi

antar orang yang berbeda agama atau suku saja, tapi juga disaat ada individu yang

menunjukkan identitas agamanya melalui bagaimana cara mereka berpakaian. Di

dalam film Jerusalem, digambarkan bahwa masyarakatnya saling menghargai dan

menerima satu sama lain ketika kaum Yahudi, Nasrani dan Muslim menunjukkan

identitas keagamaannya dengan mengenakan pakaian-pakaian keagamaannya

masing-masing.8

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu untuk meneliti dan

mengkaji film Jerusalem dalam rangka memperoleh informasi dan menggali nilai-

nilai pluralitas yang terkandung di dalamnya untuk acuan kehidupan pada

masyarakat agar lebih bisa menerima keberagaman dalam segi keagamaan.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini dengan terfokus pada adegan-adegan dalam

film Jerusalem yang memiliki nilai pluralitas, terutama agama. Berdasarkan

batasan masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai pluralitas dilihat dari makna denotasi yang terdapat

dalam film Jerusalem?

7 Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas: Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai

Persatuan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 9. 8 Berdasarkan pengamatan dalam film Jerusalem pada 10 November 2016

Page 18: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

14

2. Bagaimana nilai-nilai pluralitas dilihat dari makna konotasi yang terdapat

dalam film Jerusalem?

3. Bagaimana nilai-nilai pluralitas dilihat dari makna mitos yang terdapat

dalam film Jerusalem?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pluralitas berdasarkan makna denotasi yang

terdapat dalam film Jerusalem.

2. Untuk mengetahui nilai-nilai pluralitas berdasarkan makna konotasi yang

terdapat dalam film Jerusalem.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pluralitas berdasarkan makna konotasi dalam

film Jerusalem.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya dan

memperdalam ilmu dakwah dan ilmu komunikasi melalui metodologi

penelitian kualitatif pada model semiotika Roland Barthes serta

menambah dan memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai

pluralitas.

b) Memperdalam pemahaman tentang penelitian semiotika, khususnya

dalam ranah perfilman dan komunikasi pada umumnya.

Page 19: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

15

2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan dan

pemahaman bagi para pembaca dari makna-makna dalam film

Jerusalem.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran

kepada para kreator-kreator perfilman agar dapat menambah

kekreatifitasannya dalam membuat film.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti melakukan observasi terhadap

hasil penelitian lain yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, antara lain;

Aminah Tuzahra menemukan makna kasih sayang seorang wanita terhadap

anak yang menderita kelainan dalam film Biola Tak Berdawai (BTB) pada model

Roland Barthes. Pada makna denotasi, film BTB menggambarkan seorang anak

yang mempunyai kelainan sejak lahir, salah satunya adalah yang memiliki

jaringan otak yang rusak berat, pada makna konotasinya adalah anak yang

memiliki jaringan otak yang rusak berat, autisme dan juga tuna daksa sehingga

membuat dia kesulitan dalam berkomunikasi. Sedangkan pada makna mitos

adalah manusia memerlukan komunikasi dalam kehidupan karena manusia adalah

makhluk sosial.9

Pada skripsi ini memiliki kesamaan penelitian pada teori

semiotika dengan film sebagai objeknya, selain itu metodologi yang digunakan

sama, yaitu metode kualitatif dan model semiotika yang digunakan adalah

9 Aminah Tuzahra, Analisis Semiotika Film Biola Tak Berdawai, Konsentrasi Jurnalistik,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta,

2011.

Page 20: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

16

semiotika model Roland Barthes. Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah

pada penelitian Aminah, film yang diteliti merupakan film produksi Nasional,

Indonesia, dengan genre dan melihat makna kasih sayang dalam film tersebut,

sedangkan pada penelitian ini film yang diteliti merupakan film produksi

Internasional yang bergenre dokumenter dengan memperhatikan nilai-nilai

pluralitas yang disajikan dalam film tersebut.

Siti Mawarni Murdiati menemukan representasi simbol dalam film Mata

Tertutup karya Garin Nugroho, yaitu proses perekrutan oleh NII (bai’at), uang

yang dikumpulkan oleh NII (infaq), teknik persuasif yang dilakukan oleh Jamaah

Islamiyah (muqayadhah) dan proses menjadi seorang pengantin bom bunuh diri

(jihad).10

Pada skripsi ini memiliki kesamaan penelitian pada film sebagai

objeknya, selain itu metodologi yang digunakan sama, yaitu metode kualitatif.

Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian Siti Mawarni, film

yang diteliti merupakan film produksi Nasional, Indonesia, dengan genre drama

dan model semiotika yang digunakan adalah Charles S. Piere, sedangkan pada

penelitian ini film yang diteliti merupakan film produksi Internasional bergenre

dokumenter dengan model semiotika Roland Barthes untuk mencari nilai-nilai

pluralitas.

Ratih Gema Utami menemukan pesan pluralisme secara verbal dan non-

verbal yang dilihat dari makna denotasi, konotasi dan mitos pada setiap adegan

pada film Cin(T)a.11

Pada skripsi ini dengan film sebagai objeknya, selain itu

10

Siti Mawarni Murdiati, Representasi Simbol Keislaman Film Mata Tertutup Karya

Garin Nugroho, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta, 2015. 11

Ratih Gema Utami, Representasi Pesan Pluralisme dalam Film CIN(T)A (Analisis

Semiotika Roland Barthes mengenai Representasi Pesan Pluralisme Verbal dan Nonverbal dalam

Page 21: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

17

metodologi yang digunakan sama, yaitu metode kualitatif. Adapun perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada penelitian Ratih, film yang diteliti merupakan

film produksi Nasional, Indonesia, dengan genre drama untuk mencari nilai-nilai

pluralitas secara verbal dan nonverbal dengan menggunakan teori semiotika

model Charles S. Pierce, sedangkan pada penelitian ini film yang diteliti

merupakan film produksi Internasional bergenre dokumenter dengan model

semiotika Roland Barthes untuk mencari nilai-nilai pluralitas.

F. Kerangka Konsep

1. Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign), makna tanda dan

cara kerja tanda. Secara etimologis, kata semiotika berasal dari kata Semeion

dalam bahasa Yunani yang berarti tanda. Sedangkan secara terminologis,

semiotika diidentifikasikan sebagai ilmu yang memelajari sederetan luas

objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan dan tanda.12

Menurut

Littlejohn (1996: 64) tanda-tanda merupakan dasar atau basis dari seluruh

komunikasi, karena melalui tanda-tanda manusia mampu melakukan

komunikasi dengan sesamanya.13

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes mendefinisikan tanda (sign) sebagai sebuah system yang

terdiri dari ekspresi atau signifier dalam hubungannya dengan content.

Film CIN(T)A), Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, 2012. 12

Fachrial Daniel, Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild (Analisis Semiotika Tentang

Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Cowo Blur” Go Ahead 2011), Jurnal Ilmu

Komunikasi, Universitas Sumatera Utara, Vol. 1, No. 3, 2013, h.. 4. 13

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15.

Page 22: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

18

Barthes membagi sistem semiotika menjadi denotasi, konotasi dan mitos

sebagai kunci dari analisisnya.14

Denotasi adalah makna pada apa yang kita

lihat dan pada kenyataannya adalah sama, fenomena ini dapat dirasakan

melalui panca indera. Sedangkan konotasi adalah makna-makna yang bukan

sebenarnya, tidak langsung dan tidak pasti. Konotasi merupakan tingkatan

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda. Sementara

mitos merupakan pengkodean makna-makna dan nilai-nilai sosial yang

dianggap alamiah.15

Menurut Barthes mitos terletak pada tingkat dua tahap

penandaan, jadi setelah terbentuk sistem tanda-penanda-petanda, tanda

tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua

dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda memiliki makna konotasi

berkembang menjadi makna denotasi dan popular di masyarakat maka disebut

dengan mitos.

3. Pluralitas

Pluralitas merupakan gejala sosial yang sering ditemui dalam setiap

kehidupan bermasyarakat, yang di mana di dalamnya memiliki budaya, ras,

etnik dan agama yang beragam. Kemajemukan dalam suatu masyarakat

sering disebabkan oleh berbagai faktor perbedaan yang terdapat di kelompok-

kelompok, kesatuan sosial dalam masyarakat tersebut, seperti perbedaan suku

bangsa, agama dan perbedaan lainnya yang terdapat di dalam lapisan

masyarakat tersebut.16

Menerima kemajemukan berarti menerima adanya

14

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna,

(Bandung: Matahari, 2010), h.304. 15

Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna, h.305. 16

Wilodati, Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ikaa-an

Kebudayaan di Indonesia, Artikel dalam “Seabad Kebangkitan Nasional Revitalisasi dan

Page 23: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

19

perbedaan yang artinya mengakui bahwa ada hal atau ada hal-hal yang tidak

sama, bukan berarti harus menyamaratakan perbedaan menjadi sama.17

Kata “plural” berasal dari bahasa inggris yang berarti jamak. Jadi,

pluralitas memiliki arti kemajemukan. Menurut Muhammad Imarah pluralitas

adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan

kekhasan.18

Plural atau majemuk merupakan lawan kata dari singular atau

tunggal. Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu

(many), keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu

berbeda-beda, heterogen dan bahkan tidak dapat disamakan.

4. Film

Secara etimologi, film adalah gambar hidup dan cerita hidup.19

Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film merupakan selaput tipis yang

dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret)

atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).

Jenis film ada bermacam-macam, yaitu; Komedi, Petualangan, Laga, Drama,

Dokumenter dan lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film

dokumenter merupakan dokumentasi dalam bentuk film mengenai suatu film

bersejarah atau suatu aspek seni budaya yang mempunyai makna khusus agar

dapat menjadi alat penerangan dan alat pendidikan.20

Film merupakan potret

dari masyarakat di mana film tersebut dibuat, karena menurut Irawanto (1999:

Reaktualisasi Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera”, Pusat

Kajian Wawasan Kebangsaan UPI, CV Yasindo Multi Aspek, April 2008, h. 5 17

A. Shobiri Muslim, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Negara dan Islam”, (Jakarta:

Madania, 1998), h. 4. 18

Imarah, Islam dan Pluralitas: Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan,

h. 9 19

Gatot Prakoso, Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental dan Documenter,

FFTV-IKJ dengan YLP, (Jakarta: Fatma Press, 1977), h. 22. 20

Diakses melalui website http://kbbi.web.id/film, pada tanggal 22 April 2016, pukul

09:27 WIB.

Page 24: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

20

13) film selalu merekam atau menyajikan suatu gambar yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat yang kemudian diproyeksikan ke atas layar.21

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode

penelitian dengan kualitatif menekankan pada banyak aspek dari satu

variabel, yang mana permasalahan tersebut dapat diteliti lebih dalam. Data

yang didapat pun berupa kata-kata, kalimat, gambar, perilaku, replika, atau

manuskrip yang didapat dari objek yang diobservasi peneliti.22

Penelitian

dengan metode kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dalam setting

tertentu, yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan maksut

menginvestigasi dan memahami fenomena-fenomena yang terjadi.23

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penggambaran apa adanya yang

selanjutnya akan dianalisis, yang bertujuan membuat deskripsi secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu

populasi atau objek tertentu.24

2. Subjek dan Objek Penelitian

Film Jerusalem merupakan subjek dalam penelitian ini. Sedangkan, setiap

scene atau potongan gambar dalam film Jerusalem merupakan objeknya, di

mana tiap bagian tersebut berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

21

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127. 22

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif, Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga, 2009.), h. 23. 23

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), h. 83. 24

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktik Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007) , h.

69.

Page 25: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

21

3. Tahapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

1) Observasi

Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi,

menurut Arikunto (2002) dalam buku Imam Gunawan, observasi

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengamati secara teliti kemudian dilakukan pencatatan secara

sistematis.25

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan

menonton film dan mengamati dengan teliti adegan-adegan yang

berkaitan dengan penelitian yang kemudian di dipilih, dicatat dan

dianalisa.26

Adapun instrumen penelitiannya adalah;

(a) Data Primer: Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.

Pada penelitian ini, objeknya berupa satu softcopy film Jerusalem

dalam format mp4 dengan subtitle bahasa Indonesia.

(b) Data Sekunder: Data sekunder adalah data pendukung yang diambil

melalui sumber lain seperti buku, majalah, situs yang berhubungan

dengan penelitian. Penulis mengumpulkan data-data melalui

pustaka-pustaka dan literatur serta mengkajinya untuk kemudian

dijadikan argumentasi yang mendukung penelitian.

b. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, temuan-temuan data yang diperoleh akan

ditafsirkan menurut semiotika model Roland Barthes untuk melihat

makna-nilai-nilai pluralitas dalam film Jerusalem, indikatornya adalah;

25

Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 143 26

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Group, 2005), h. 126

Page 26: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

22

1.) Denotasi, makna yang paling nyata dari tanda, apa yang

digambarkan tanda terhadap sebuah objek.

2.) Konotasi, bagaimana menggambarkan objek, ia bermakna subjektif

dan intersubjektif, sehingga kehadirannya tidak disadari.

3.) Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai

dominasi. Dalam dunia modern, mitos dikenal dengan bentuk

feminism, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.

H. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Konsep,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Teori

Bab ini membahas tentang Ruang Lingkup Semiotika dan Teori Semiotika

Roland Barthes, Pengertian dan Sikap Pluralitas, Tinjauan tentang Pengertian

Film, Film sebagai Media Komunikasi Massa, Film Dokumenter, Unsur-

unsur Pembentuk Film dan Struktur Film.

BAB III Gambaran Umum Film Jerusalem

Bab ini membahas tentang Sinopsis Film Jerusalem, Profil Film dan Pemain

Film, Tim Produksi dan Profil Sutradara Film Jerusalem.

BAB IV Temuan dan Analisis Data

Page 27: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

23

Bab ini menjelaskan hasil temuan yang diperoleh dan mengidentifikasi serta

menganalisis hasil temuan tentang film Jerusalem melalui tanda-tanda verbal

dan non-verbal terkait dengan pandangan Roland Barthes.

BAB V Kesimpulan

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari

penulis.

Page 28: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

24

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup Semiotika

1. Pengertian Semiotika

Secara etimologis, kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion

yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Kurniawan (2009)

dalam Alex Sobur mengatakan bahwa semiotika berakar dari studi klasik dan

skolastik atas seni logika, retorika dan poetika. Pada masa itu, tanda masih

bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain, seperti asap yang

menandai adanya api.27

Sedangkan secara terminologis, semiotika merupakan

ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan

seluruh kebudayaan sebagai tanda.28

Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak

memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti

(significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang

menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan

ketentuan dalam sistem bahasa yang bersangkutan.29

Semiotika merupakan ilmu atau metode analisis yang digunakan untuk

mengkaji suatu tanda. Menurut Littlejohn (1996) dalam Alex Sobur, tanda-

tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Ketika berkomunikasi

27

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 17. 28

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian

dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), h. 8. 29

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 17.

Page 29: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

25

satu sama lain, manusia menggunakan tanda-tanda sebagai perantara.30

Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat

komunikatif. Dalam kehidupan manusia tanda dapat berupa gambar, kata atau

gerak tubuh, seperti menggelengkan kepala tanda tidak setuju atau rambu-

rambu lalu lintas.

Terdapat dua jenis kajian semiotika, semiotika komunikasi dan semiotika

signifikasi. Semiotika komunikasi lebih menekankan pada teori tentang

produksi tanda yang salah satunya mengasumsikan adanya enam faktor dalam

komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran

komunikasi dan acuan (hal yang dibicarakan). Tanda dalam semiotika

komunikasi ditempatkan dalam rantai komunikasi, sehingga tanda

mempunyai peranan yang penting dalam penyampaian pesan. Sedangkan

semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan

pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.31

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes lahir pada tahun 1915 dari keluarga kelas menengah

protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai

Atlanti di sebelah barat daya Prancis.32

Ia dikenal sebagai seorang pemikir

strukturalis yang giat mempraktikan model linguistik dan semiologi

Saussurean. Ia telah banyak menulis buku, yang beberapa diantaranya

menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia. Tak hanya

itu, Barthes juga merupakan seorang intelektual dan kritikus sastra Prancis

yang ternama; eksponen penerapan struktualisme dan semiotika pada studi

30

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. 31

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15. 32

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63

Page 30: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

26

sastra. Barthes berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang

mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam kurun

waktu tertentu.33

Konsep pemikiran Barthes merupakan terusan dari pemikiran Ferdinand

de Saussure. Jika pemikiran de Saussure hanya berbatas pada hubungan

antara penanda dengan petanda. Maka, Barthes meneruskannya dengan

menekankan bahwa adanya interaksi antar teks dengan pengalaman personal

dan kultur penggunanya.34

Barthes membuat peta bagaimana tanda bekerja:

Penanda (signifier) adalah objek atau benda yang dapat dirasakan oleh

panca indera manusia. Penanda merupakan level of expressions karena

mempunyai wujud atau bagian fisik seperti huruf, bunyi, gambar, kata dan

sebagainya. Sedangkan petanda (signified) adalah gagasan, konsep atau

makna yang terkandung di dalam hal-hal atau objek yang digambarkan oleh

33

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63 34

Rachmat Kriyanto, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 268.

Gambar 1.2 Peta Tanda Roland Barthes

Page 31: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

27

aspek pertama (signifier). Adanya hubungan antara penanda dan petanda akan

melahirkan sebuah makna bagi orang yang menerimanya.35

Dari peta tanda Roland Barthes dapat dijelaskan bahwa denotatif (3) terdiri

atas penanda (1) dan petanda (2). Tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif

juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur

material, hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti

harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Jadi, dalam konsep

Barthes, tanda konotatif mengandung kedua bagian tanda denotatif yang

melandasi keberadaannya.36

Pada dasarnya, terdapat perbedaan mengenai

pengertian denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes dengan

pengertian secara umum. Dalam pengertian umum, denotasi biasa dimengerti

sebagai makna harfiah atau makna yang sesungguhnya. Sedangkan dalam

pemahaman Barthes, denotasi merupakan first order of signification atau

sistem signifikansi tingkat pertama. Denotasi adalah makna apa yang terlihat

dan pada kenyataannya sama. Denotasi juga dapat dikatakan sebagai

fenomena yang tampak dengan panca indera.37

Berbeda dengan denotasi, pengertian konotasi secara umum biasa

dimengerti sebagai makna yang bukan sebenarnya, tidak pasti dan tidak

langsung. Dalam pemahaman Barthes konotasi merupakan second of

signification atau sistem signifikansi tingkat kedua. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di

dalamnya beroperasi makna yang tersembunyi, tidak langsung dan tidak

35

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: JALASUTRA, 2009),

h. 12. 36

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 69 37

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 70

Page 32: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

28

pasti. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika penanda

mengkaitkannya dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi,

keyakinan serta nilai-nilai dari kebudayaan pembacanya.38

Jadi dapat

dikatakan bahwa denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap

objek, sementara konotasi adalah bagaimana menggambarkan tanda

tersebut.39

Dalam studi Roland Barthes tentang tanda, area penting yang dirambah

Barthes adalah adanya peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat

asli tanda tetapi membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.40

Pada kerangka pemikiran Roland Barhes, konotasi identik dengan operasi

ideologi, yang biasa disebut dengan mitos. Tak hanya itu, pada signifikansi

tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos

(myth). Mitos lahir melalui sistem pemaknaan tataran kedua karena mitos

dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang sudah ada sebelumnya.41

Dalam

pemahaman Barthes, mitos merupakan pengkodean makna dan nilai-nilai

sosial yang dianggap alamiah. Selain itu, mitos adalah bagaimana

kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau

gejala alam.42

Mitos berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode

tertentu.43

Sebuah mitos dapat menjadi sebuah ideologi atau paradigma

38

Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bangsa Agama, (Malang:

UIN-Malang Press, 2007), h. 22 39

Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22. 40

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 68 41

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 71 42

Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22 43

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 71.

Page 33: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

29

apabila sudah berakar lama dan digunakan sebagai acuan hidup serta

menyentuh ranah norma sosial yang berlaku dimasyarakat.44

B. Kajian Mengenai Pluralitas

Kata “plural” berasal dari bahasa inggris yang berarti jamak. Jadi, pluralitas

memiliki arti kemajemukan. Menurut Muhammad Imarah pluralitas adalah

kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan.45

Plural

atau majemuk merupakan lawan kata dari singular atau tunggal. Konsep pluralitas

mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu (many), keragaman

menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen

dan bahkan tidak dapat disamakan.

Pluralitas merupakan suatu keadaan yang berkaitan dengan kehendak Tuhan

atas kekhususan dan karakteristik atas makhluk ciptaan-Nya, sehingga keragaman

tersebut tidak mungkin ditolak ataupun dihindari.46

Pluralitas tak hanya

menyangkut kebudayaan tapi juga agama. Menurut Salim Al-Awwa, pluralitas

yang menyangkut agama adalah pengakuan adanya kehadiran agama-agama yang

berbeda dan beragam dengan seluruh karakteristik dan kekhususannya dan

menerima perbedaannya beserta haknya untuk berbeda dalam beragam dan

berkeyakinan.47

Pluralitas merupakan gejala sosial yang sering ditemui dalam setiap

kehidupan bermasyarakat, yang di mana di dalamnya memiliki budaya, ras, etnik

44

Benny Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta: Komunitas Bambu,

2011), h. 59. 45

Imarah, Islam dan Pluralitas: Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan,

h. 9. 46

Anis Malika Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, (Jakarta: Perspektif,

2005), h. 207. 47

Anis Malika Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 207.

Page 34: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

30

dan agama yang beragam. Kemajemukan dalam suatu masyarakat sering

disebabkan oleh berbagai faktor perbedaan yang terdapat di kelompok-kelompok,

kesatuan sosial dalam masyarakat tersebut, seperti perbedaan suku bangsa, agama

dan perbedaan lainnya yang terdapat di dalam lapisan masyarakat tersebut.48

Menerima kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan yang artinya

mengakui bahwa ada hal atau ada hal-hal yang tidak sama, bukan berarti harus

menyamaratakan perbedaan menjadi sama.49

Menurut Budhy Munawar Rachman, pluralitas merupakan suatu kenyataan

dan untuk mengatur pluralitas diperlukan adanya pluralisme. Sebab, dalam

pluralitas terkandung bibit perpecahan, karena ancaman perpecahan inilah

diperlukan adanya sikap toleran, keterbukaan dan kesetaraan, menghilangkan

segala prasangka serta bijaksana dalam memaknai pluralitas yang ada.50

Toleransi

tanpa sikap pluralistik tidak akan menjamin tercapainya kerukunan antar umat

beragama. Dalam bukunya, Syamsul Ma‟arif (2005: 13) mendefinisikan toleransi

merupakan kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan dan perilaku

yang dimiliki orang lain. Sedangkan menurut agama Islam, toleransi disebut

sebagai tasamuh yang artinya sifat atau sikap menghargai, membiarkan,

membolehkan pendirian atau pandangan orang lain yang bertentangan dengan

pandangan kita. Iskandar (Syamsul Ma‟arif, 2005: 14)

48

Wilodati, Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ikaa-an

Kebudayaan di Indonesia, Artikel dalam “Seabad Kebangkitan Nasional Revitalisasi dan

Reaktualisasi Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera”, Pusat

Kajian Wawasan Kebangsaan UPI, CV Yasindo Multi Aspek, April 2008, h. 5 49

Muslim, “Pluralisme Agama dalam Perspektif Negara dan Islam”, h. 4. 50

Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam untuk Pluralisme, (Jakarta: Gramedia,

2010), h. 62.

Page 35: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

31

1. Sikap Pluralitas

Sikap pluralis adalah sikap mengakui adanya hak orang lain untuk

menganut agama lain yang berbeda dengan agama dirinya.51

Menurut Ali

Maschan Moesa sikap yang sehat dalam menghadapi pluralitas adalah sebagai

berikut;

1) Akomodatif, yang artinya memiliki kesediaan menampung berbagai

aspirasi dari berbagai pihak.

2) Selektif, artinya dapat memilih kepentingan yang paling bermanfaat.

3) Integratif, mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan tersebut

secara proposional.

4) Kooperatif, memiliki kesediaan untuk hidup bersama dengan siapapun

dan mau bekerja sama yang bersifat keduniaan, bukan bersifat ritual.52

Berikut adalah ciri-ciri sikap pluralitas;53

1) Pluralistik mengandung pengertian bahwa dalam kehidupan bersama

dilandasi sikap inklusif.

2) Sikap pluralistik tidak bersifat sektarian dan eksklusif yang terlalu

membanggakan kelompoknya sendiri dan tidak memperhitungkan

kelompok lain.

3) Sikap pluralistik mengarah pada tindakan konvergen. Sikap ini

mencari common denominator dari keanekaragaman sebagai common

platform dalam bersikap dan bertingkah laku bersama.

4) Sikap pluralistik tidak bersifat formalitas belak.

51

Momon Sudarma, Sosiologi Untuk Kesehatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 44 52

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama,

(Yogyakarta: LKIS, 2007), h. 11 53

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama, h. 14

Page 36: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

32

5) Tidak bersifat ekspansif, sehingga lebih mementingkan kualitas

dibandingkan dengan kuantitas.

6) Bersikap toleran, memahami pihak lain serta menghormati dan

menghargai pandangan pihak lain.

7) Sikap pluralistik tidak menyentuh hal-hal yang bersifat sensitif pada

pihak lain.

8) Bersifat akomodatif, sportif, dilandasi kedewasaan dan pengendalian

diri.

9) Berusaha menghindari sikap ekskrimitas, mengembangkan sikap

moderat, berimbang dan proposional

10) Sikap pluralistik berusaha menghindari diskriminasi, mengutamakan

musyawarah untuk mufakat dan mengakui keunggulan serta

kelemahan sendiri maupun orang lain.

C. Tinjauan Tentang Film

1. Pengertian Film

Secara etimologi, film adalah gambar hidup dan cerita hidup.54

Film

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah selaput tipis yang dibuat dari

bahan tipis berbentuk selluloid untuk tempat menyimpan gambar negatif dan

positif dari sebuah objek (yang akan dimainkan di bioskop).55

Pada UU

Perfilman, pengertian film adalah;

54

Gatot Prakosa, Film Pinggiran-Antologi Film Pendek, Eksperimental dan Dokumenter,

h.22. 55

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.316.

Page 37: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

33

“Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media

komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau

tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.”56

Pendefinisian film pun berbeda-beda, menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.

A., film merupakan kumpulan gambar dalam frame, yang nantinya frame

demi frame akan diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis

sehingga saat diproyeksikan di atas layar gambar itu terlihat hidup. Sebuah

film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya tarik

tersendiri.57

Irawanto (1999) dalam Alex Sobur mengatakan film selalu

merekam cerita berdasarkan realitas yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat yang kemudian diproyeksikan ke atas layar.58

Film memiliki karakteristik tersendiri, yaitu menggunakan layar lebar,

pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot,

konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi, yang mana ketika penonton

fokus untuk menyaksikan film, maka pikiran dan perasaannya akan larut

dalam alur cerita yang disuguhkan.59

Di samping fungsinya yang dianggap

sebagai media hiburan, film lebih dianggap sebagai media pembujuk atau

memiliki kekuatan persuasif yang besar.60

Seperti halnya drama, film juga

56

UU Republik Indonesia No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Bab I, Pasal 1, ayat 1.

Departemen Penerangan RI. 57

Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-5, h.

48. 58

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127. 59

Elvinaro Ardianto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung, Simbiosa

Rekatama Media, 2007), h. 145-147. 60

William L. Rivers, et al, Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua, Terj.

Haris Munandar dan Dudy Priatna, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 252.

Page 38: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

34

melakukan komunikasi verbal berupa dialog antar pemain, selain itu juga film

menggunakan bahasa gambar untuk membahasakan sebuah cerita.61

Cerita yang disuguhkan di atas layar tidak hanya berdasarkan realitas

kehidupan sehari-hari yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tetapi

juga bisa berasal dari imajinasi para pembuat cerita.62

Tak hanya itu, dimensi

waktu dalam film pun tidak terbatas, cerita yang disampaikan bisa berasal

dari kisah masa lalu, masa sekarang atau gambaran mengenai masa depan.

Film juga dapat menyatukan spektrum kepekaan manusia, mulai dari yang

paling lembut, kejam hingga memuakkan. Selain itu, film yang baik

senantiasa dapat menimbulkan ilusi kejadian filemis yang berlangsung dalam

batas waktu lebih lama dari waktu menonton film tersebut. Bahwa dalam

kejadian itu ada permulaan, pengembangan dan akhir, serta mempunyai

jangka waktu tertentu.63

2. Film sebagai Media Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi satu sama

lain baik melalui kata-kata, bahasa tubuh, simbol-simbol maupun tanda-

tanda. Menurut Suprapto, komunikasi adalah suatu proses interaksi yang

mempunyai arti antara sesama manusia.64

Film merupakan salah satu bentuk

media komunikasi yang menggunakan saluran atau media untuk komunikator

menyampaikan informasi kepada komunikan secara serentak, berjumlah

61

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 128. 62

Budi Irawanto, Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia,

(Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h.13 63

D.A, Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ PRESS, 2005), h. 5. 64

Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam

Komunikasi, (Jakarta: Buku Seru, 2011), h. 6.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

35

banyak, berdemografis luas dan meninggalkan efek tertentu.65

Sebagai media

komunikasi, film digunakan sebagai bentuk penyampaian pesan moral

maupun kritik sosial melalui visualisasi gambar ataupun cerita yang

dinarasikan narator. Cerita yang dibuat pun bisa berdasarkan pada masa lalu,

kejadian pada masa sekarang atau pun penggambaran masa depan, dengan

kata lain film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas atau

bahkan membentuk sebuah realitas.

Menurut Oey Hong Lee, film sebagai alat komunikasi massa yang kedua

muncul di dunia dan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati

karena tidak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi

yang mana saat itu menjadi hambatan dalam perkembangan kemajuan surat

kabar di abad ke 18.66

Sebagai media komunikasi massa yang bersifat audio-visual, film

memiliki kekuatan dan kemampuan yang mampu menjangkau banyak

segmen sosial, yang mana menjadikan film sebagai alat komunikasi yang

lebih berpotensi untuk memengaruhi khalayaknya dibandingkan dengan

media massa lainnya.67

Dalam UU Perfilman, fungsi film tidak hanya untuk

hiburan dan pendidikan, tetapi juga untuk pelestarian atau pengenalan

budaya, penyebaran informasi, pendorong karya kreatif dan menumbuhkan

serta meningkatkan ekonomi.68

Karakteristik film sebagai media massa juga mampu membentuk semacam

kesepakatan publik secara visual, hal ini dikarenakan film selalu bertautan

65

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, h. 3. 66

Sobur, Semiotik Komunikasi, h. 126. 67

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127. 68

UU Republik Indonesia No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman. Bab II, Bagian ketiga,

Pasal 4.

Page 40: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

36

dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera publik, dengan

kata lain film merangkum pluralitas nilai yang ada dalam masyarakatnya.69

3. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah karya ciptaan mengenai kenyataan (creative

treatment of actuality).70

Jenis film ini menyajikan cerita yang berasal dari

realita kehidupan sekitar yang benar-benar terjadi yang dibuat untuk berbagai

macam tujuan, seperti penyebaran informasi atau berita, pengetahuan,

pendidikan, sosial, politik, dan propaganda bagi orang atau kelompok

tertentu.71

Jenis ini termasuk ke dalam non-fiksi, karena alur cerita dalam film

dokumenter menggambarkan situasi kehidupan nyata, di mana setiap individu

menggambarkan perasaan dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya,

tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter dapat

diambil pada lokasi pengambilan yang apa adanya atau disusun secara

sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.72

Pada umumnya, pengertian dokumenter ialah rekaman audio visual suatu

kejadian yang faktual dan aktual tanpa adanya unsur rekayasa. Biasanya,

sebuah film dokumenter diangkat dari sebuah isu yang menarik atau dari

peristiwa yang bersejarah pada masanya. Pembuatan film dokumenter dibuat

apa adanya sesuai dengan kejadian nyata tanpa harus dilebih-lebihkan, sang

pembuat film harus mampu merangkai potongan cerita dari isu atau peristiwa

69

Budi Irawanto, Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia,

h.13 70

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 214 71

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 4-5. 72

Marcel Danesi, Understanding Media Semiotics, terj. A. Gunawan Admiranto,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134

Page 41: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

37

tersebut menjadi cerita audio visual yang menarik dan istimewa secara

keseluruhan.

Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang

pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flaherty pada 8 Februari

1926, di New York. Nanook of The Earth merupakan salah satu film yang

dikritik oleh Grierson karena film yang berdurasi kurang lebih 1,5 jam tidak

lagi sekedar bercerita seperti layaknya film Hollywood. Grierson

menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan Flaherty merupakan

sebuah perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada.73

Definisi ini cukup bertahan lama hingga akhirnya orang-orang mencoba

mendefinisikan dengan caranya masing-masing. Seperti Paul Wells yang

berpendapat bahwa film dokumenter adalah film non-fiksi yang

menggunakan rekam jejak yang aktual, yang didalamnya termasuk

perekaman langsung dari peristiwa yang disajikan dan materi riset yang

berhubungan dengan peristiwa itu, seperti hasil wawancara, statistik dan

sebagainya. Film seperti ini biasanya disuguhkan dari sudut pandang tertentu

dan memusatkan perhatian pada sebuah isu-isu sosial tertentu yang sangat

memungkinkan untuk dapat menarik perhatian penontonnya.74

Ada tiga tahapan proses dalam membuat film dokumenter. Pertama adalah

pra produksi, pada tahap ini pembuat film diharuskan untuk melakukan riset

yang menyangkut dengan tema atau topik yang akan diangkat. Kedua adalah

produksi dan yang terakhir adalah pasca produksi.

73

Fajar Nugroho, Cara Pintar Bikin Film Dokumenter, (Yogyakarta: Penerbit Indonesia

Cerdas, 2007), h. 34. 74

Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan

Investigasi, Dokumenter dan Teknik Editing, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 316.

Page 42: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

38

4. Unsur-unsur Pembentukan Film

Unsur pembentuk film dapat dibagi menjadi dua, unsur naratif dan unsur

sinematik. Dalam pembentukan film, kedua unsur ini saling berkaitan. Unsur

naratif merupakan materi atau bahan cerita yang akan diolah, sedangkan

unsur sinematik merupakan cara-cara yang dilakukan untuk mengolah materi

cerita atau teknis pembentuk film. Unsur sinematik ini terbagi menjadi empat

elemen pokok, yaitu mise-en-scene, sinematogfrafi, editing dan suara.75

1. Unsur Naratif

Dalam pembentukan film, unsur naratif merupakan unsur dasar yang

harus dibutuhkan. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau

tema film. Di dalam cerita pasti memiliki elemen-elemen seperti

tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu ataupun lainnya. Elemen

tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk membentuk sebuah

jalinan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh jalinan

perisitiwa tersebut terikat oleh sebuah aturan yakni hukum kausalitas

(logika sebab-akibat). Bersamaan dengan unsur ruang dan aspek,

aspek kausalitas adalah elemen pokok pembentuk naratif.

2. Unsur Sinematik

Unsur ini merupakan unsur pembentuk film yang menentukan

bagaimana materi akan diolah menjadi sebuah cerita. Dengan kata

lain, unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis produksi dalam

membuat sebuah film. Aspek teknis dalam produksi memiliki empat

elemen pokok, pertama Mise-en-scene, elemen ini memuat segala hal

75

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 1-2.

Page 43: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

39

yang berada di depan kamera, seperti latar (setting), tata cahaya,

kostum, make up, serta pergerakan pemain. Elemen kedua adalah

sinematografi, elemen ini merupakan bagaimana perlakuan terhadap

kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang di

ambil. Ketiga adalah editing, elemen ini adalah transisi sebuah gambar

ke gambar lainnya. Dan elemen yang terakhir adalah suara, elemen ini

memuat segala hal dalam film yang mampu kita tangkap dengan

indera pendengaran kita. Sama seperti halnya dengan unsur naratif,

seluruh elemen pokok dalam unsur sinematik ini saling berkaitan dan

berkesinambungan untuk membentuk unsur sinematik secara

keseluruhan.76

5. Struktur Film

Film berjenis apapun maupun yang berdurasi panjang atau pendek, pasti

memiliki struktur fisik yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:77

1. Shot

Shot memiliki arti satu rangkaian gambar utuh yang tidak terinterupsi

oleh potongan gambar (editing). Sekumpulan shot biasanya dapat

dikelompokkan menjadi sebuah adegan, sedangkan satu adegan bisa

berjumlah belasan hingga puluhan shot. Satu shot dapat berdurasi

kurang dari satu detik, beberapa menit bahkan jam.

2. Scene (Adegan)

Scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,

76

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 1-2. 77

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 107

Page 44: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

40

waktu, isi (cerita), tema, karakter atau motif. Umumnya, satu adegan

terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan. Biasanya film

cerita terdiri dari 30-35 adegan.

3. Sequence (Sekuen)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian

peristiwa yang utuh atau sebuah rangkaian adegan. Satu sekuen

umumnya terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.

Dalam film biasanya berisi 8-15 sekuen.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk tampilan yang terdapat dalam

sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot),

yaitu;78

1. Extreme Long Shot (ELS) merupakan jarak kamera yang paling

jauh dari objeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak.

Umumnya, teknik ini menggambarkan sebuah objek yang sangat

jauh.

2. Long Shot (LS), pada bentuk ini tubuh fisik manusia sudah tampak

jelas namun latar belakang masih menjadi dominan. Long shot

sering digunakan sebagai establising shot, yaitu gambar pembuka

sebelum ditampilkannya shot-shot yang berjarak lebih dekat.

3. Medium Long Shot (MLS), pada jarak ini tubuh manusia terlihat

dari bawah lutut sampai ke atas kepala. Tubuh fisik manusia

dengan lingkungan sekitar relatif seimbang.

78

Himawan Pratista, Memahami Film, h. 104-106

Page 45: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

41

4. Medium Shot (MS), pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia

dari pinggang hingga ke atas kepala. Gerak tubuh serta ekspresi

wajah mulai terlihat. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

5. Medium Close Up (MCU), pada jarak ini memperlihatkan tubuh

manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi

frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan

normal biasanya menggunakan jarak medium close up.

6. Close Up, umumnya pada jarak ini memperlihatkan wajah, tangan,

kaki atau sebuah objek kecil lainnya. Teknik ini mampu

memperlihatkan ekspresi wajah dengan jelas serta gerak tubuh

yang mendetail. Biasanya teknik close up digunakan untuk adegan

dialog yang lebih intim. Close up juga memperlihatkan detail

sebuah objek atau benda.

7. Extreme Close Up (ECU), pada jarak ini, gambar mampu

memperlihatkan lebih mendetail bagian-bagian dari wajah, seperti

telinga, mata, hidung dan lainnya atau bagian dari sebuah objek.

Page 46: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

42

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM JERUSALEM

A. Sinopsis

Film Jerusalem mencoba menggambarkan potret sejarah dan kehidupan

kebudayaan tiga agama besar di dunia yang berada di kota Yerusalem dari sudut

pandang tiga wanita yang berbeda agama; Revital seorang perempuan yang

beragama Yahudi, Nadia seorang perempuan yang beragama Kristen dan Farah

seorang perempuan yang beragama Islam.

Film ini diawali dengan kisah sejarah penamaan kota Yerusalem yang

dinarasikan oleh Benedict Cumberbatch, yang kemudian dilanjutkan dengan

sedikit cerita mengenai sejarah kota Yerusalem. Film ini berlanjut menceritakan

kebudayaan dan tradisi yang dilakukan oleh masing-masing tiga agama besar

yang ada di Yerusalem serta bagaimana arti kota Yerusalem bagi mereka. Diawali

dengan cerita mengenai kebudayaan dan tradisi yang dijalankan umat Islam di

Yerusalem melalui pandangan dan juga dinarasikan oleh seorang Muslim, Farah

Ammouri. Selanjutnya, kita akan disuguhkan cerita mengenai kebudayaan dan

tradisi yang dijalankan umat Yahudi yang diceritakan melalui perspektif seorang

umat Yahudi, Revital Zacharie dan terakhir cerita mengenai kebudayaan dan

tradisi umat Kristiani yang diceritakan melalui perspektif Nadia Tadros, seorang

umat Kristiani. Selain kebudayaan dan tradisi keagamaan yang ada di Yerusalem,

film ini juga menceritakan tempat-tempat penting dan bersejarah bagi masing-

masing agama.79

79

Berdasarkan pengamatan dalam film Jerusalem pada tanggal 21 Agustus 2016.

Page 47: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

43

Film ini tak hanya bercerita mengenai kebudayaan dan sejarah agama yang

ada di kota Yerusalem, tetapi juga menceritakan bagaimana sejarah kota

Yerusalem. Dalam film ini, Dr Jodi Magness, seorang arkeolog, memberikan

pengetahuan untuk memahami masa lalu di kota Yerusalem menggunakan ilmu

arkeolognya, membimbing penonton mengenai sejarah kota Yerusalem melalui

sisa-sisa masa lalu kuno yang dilihat dari struktur bangunan.80

B. Profil Film

1. Tema

Tema adalah ide pokok yang menjadi pokok utama dari sebuah cerita.

Pada film Jerusalem, tema yang diangkat mengenai bagaimana kota

Yerusalem menjadi kota suci bagi pusat dunia.81

Hal ini ditunjukkan melalui

cerita-cerita bagaimana kehidupan dan kebudayaan yang ada di Jerusalem

dari tiga perspektif remaja perempuan yang berbeda agama; Yahudi, Kristen

dan Islam serta sejarah masa lampau kota Yerusalem.

2. Tokoh dan Profil Pemain Film

a. Benedict Cumberbatch

80

Berdasarkan pengamatan dalam film Jerusalem pada tanggal 21 Agustus 2016. 81

Diakses melalui http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=faq pada tanggal 01

September 2016, pukul 20:30 WIB.

Gambar 2.3 Benedict Cumberbatch

Page 48: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

44

Benedict Timothy Carlton Cumberbatch atau yang lebih dikenal dengan

Benedict Cumberbatch merupakan produser film dan aktor Inggris yang

tampil di radio, teater, televisi dan film. Lahir pada tanggal 19 Juli 1976 di

London, Inggris. Ia lulusan dari University of Manchester, tempat di mana

Benedict belajar mengenai drama. Setelah itu, Ia melanjutkan pelatihannya

sebagai seorang aktor di London Academy of Music and Dramatic Art dan

lulus dengan gelar Master of Art di Akting Klasik.82

Sejak di sekolah, Benedict aktif terlibat dalam kegiatan drama teater

dan juga terlibat dalam berbagai karya Shakespeare. Ia memulai debut

akting teaternya pada usia 12 tahun. Berawal daru dunia teater, Benedict

juga mulai menjajal dunia perfilman, radio dan televisi. Pada tahun 2010,

Ia pernah memerankan sosok Sherlock Holmes dalam serial TV Sherlock

Homes. Ia juga pernah ikut beradu peran dalam film Star Trek Into

Darkness, The Hobbit, The Penguins of Madagascar dan banyak lagi.

Selain ikut terlibat sebagai aktor, Benedict juga menarasikan cerita dari

sebuah film, beberapa film yang ia naratorkan seperti; Jerusalem, Did God

Create the Universe, The Dreams of William Golding dan South Pacific.83

Berbagai penghargaan telah diraih oleh Benedict, diantaranya, pada

tahun 2011 dan 2012 dia memenangkan penghargaan sebagai Best Actor

untuk perannya di film Frankenstein. Ia juga mendapatkan penghargaan

sebagai Best Actor in A Miniseries or Movie dan Best Detective pada tahun

82

Diakses melalui website https://en.wikipedia.org/wiki/Benedict_Cumberbatch pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 20:09 WIB. 83

Diakses melalui website http://www.benedictcumberbatch.co.uk/biography/ pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 21:57 WIB.

Page 49: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

45

2014 untuk perannya sebagai Sherlock Holmes.84

Selain itu, Ia juga

menerima enam nominasi pada British Academy of Film and Television

Arts, lima nominasi pada Screen Actors Guild Award dan dua nominasi

pada Golden Globe Award. Pada tahun 2014, majalah Time memasukkan

Benedict Cumberbatch sebagai salah satu orang yang berpengaruh di

dunia.85

b. Dr. Jodi Magness

Jodi Magness lahir pada tanggal 19 September, 1956. Ia merupakan

dosen senior di Department of Religious Studies di University of North

California, Chapel Hill. Ia menyelesaikan pendidikannya the Hebrew

University of Jerusalem dan mendapatkan gelar B.A untuk ilmu Arkeologi

dan Sejarah, Ia juta mendapatkan gelar Ph.D untuk ilmu Classical

Archaelogy dari University of Pennsylvania. Dia seorang arkeolog dan

Wakil Presiden pertama dari Archaeological Institute of America.86

Jodi Magness telah berpartisipasi di dalam 20 penggalian yang berbeda

di Israel dan Yunani. Dia ikut memimpin 1.995 penggalian pengepungan

84

Diakses melalui website http://www.benedictcumberbatch.co.uk/biography/ pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 22:08 WIB. 85

Diakses melalui website https://en.wikipedia.org/wiki/Benedict_Cumberbatch pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 22:37 WIB. 86

Diakses melalui website http://jodimagness.org/ pada tanggal 14 Juli 2016, pukul 23:03

WIB.

Gambar 3.3 Dr. Jodi Magness

Page 50: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

46

Romawi bekerja di Masada. Sejak tahun 2003, Magness telah ikut menjadi

pemimpin penggalian di benteng Romawi lama, di Yotvata, Israel,87

dan

sejak tahun 2011, Dr. Jodi Magness telah mengarahkan proyek penggalian

di Huqoq, di Galilea.88

Dr. Jodi Magness merupakan seorang ahli dalam

arkeologi Palestine kuno, di Romawi, Bizantium dan Islam pada periode

awal.89

Jodi Magness juga menulis puluhan artikel dan telah menerbitkan 10

buku, diantaranya adalah The Archaeology of Qumran and the Dead Sea

Scrolls yang memenangkan penghargaan sebagai Best Popular Book in

Archeology in 2001-2002 dalam Biblical Archaeology Society’s Award di

tahun 2003, buku ini juga terpilih sebagai Outstanding Academic Book for

2003 oleh Choice Magazine. Buku lain yang telah diterbitkan berjudul The

Archaeology of the Holy Land, Jerusalem Ceramic Chronology circa 200-

800 C.E dan The Archaeology of the Early Islamic Settlement in

Palestine.90

87

Diakses melalui website https://en.wikipedia.org/wiki/Jodi_Magness pada tanggal 14

Juli 2016, pukul 23:01 WIB. 88

Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=cast-crew pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 22:41 WIB. 89

Diakses melalui website http://jodimagness.org/ pada tanggal 14 Juli 2016, pukul 23:10

WIB. 90

Diakses melalui website https://en.wikipedia.org/wiki/Jodi_Magness pada tanggal 14

Juli 2016, pukul 23:15 WIB.

Page 51: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

47

c. Revital Zacharie

Revital Zacharie seorang Yahudi, ia lulusan dari Sekolah Menengah

Atas Pelech di Yerusalem. Ia seorang penari berbakat yang telah

mempelajari balet dan tari kontemporer sejak usia 7 tahun.91

Sebelumnya,

Revital tidak pernah memerankan suatu tokoh di dalam film, Jerusalem

merupakan film pertama yang di mana ia ikut terlibat di dalamnya. Untuk

menjadi orang yang menceritakan kehidupan budaya Yahudi di Yerusalem

di dalam film Jerusalem, Revital mengikuti audisi yang diselenggarakan

oleh para pembuat film Jerusalem yang Ia ketahui melalui Facebook.

Walaupun pada awalnya Ia tidak yakin untuk ikut terlibat di dalam film

Jerusalem, akhirnya Ia sadar dan mengerti bahwa film ini menceritakan

kota Yerusalem dari tiga perspektif dan Ia mendapatkan hak istimewa

untuk menjadi gadis yang mewakili agama dan saudara-saudaranya.92

91

Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=cast-crew pada

tanggal 24 Juli 2014, pukul 20:45 WIB. 92

Diakses melalui website http://nationalgeographic.org/news/jerusalem-girls/ pada

tanggal 24 Juli 2014, pukul 21:12 WIB

Gambar 4.3 Revital Zacharie

Page 52: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

48

d. Nadia Tadros

Nadia Tadros merupakan penduduk asli kota Yerusalem yang beragama

Kristen. Sebelum memerankan perannya sebagai seorang yang

menceritakan kehidupan budaya agama Kristen di Yerusalem, Nadia

mengikuti audisi yang diselenggarakan oleh para pembuat film Jerusalem.

Nadia seorang penyanyi dan juga penulis lagu yang sebagian lagunya ia

ciptakan sendiri,93

Ia menempuh pendidikan vokalnya di Magnificat

Institute di Jerusalem.

e. Farah Ammouri

Farah Ammouri merupakan lulusan dari Rosary Sisters High School di

Yerusalem dan Collin County College di Amerika untuk ilmu sains.94

93

Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=cast-crew pada

tanggal 24 Juli 2014, pukul 20:30 WIB. 94

Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=cast-crew pada

tanggal 16 Juli 2014, pukul 16:19 WIB.

Gambar 5.3 Nadia Tadros

Gambar 6.3 Farah Ammouri

Page 53: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

49

Sebelumnya Farah tidak pernah berperan dalam suatu film, Jerusalem

merupakan film pertama yang dia perankan. Farah sendiri merupakan

penduduk asli kota Yerusalem, dia mengikuti audisi untuk berperan di film

ini setelah mengetahui ada audisi di sekolahnya.95

Di film Jerusalem,

Farah berperan sebagai seorang perempuan Muslim yang memperkenalkan

dan menceritakan kebudayaan agamanya di kota Yerusalem serta

menceritakan dari sudut pandangnya mengapa kota Yerusalem begitu

penting baginya.

C. Tim Produksi Film

Berikut adalah tim produksi Film Jerusalem. 96

Tabel 1.3 Tabel Tim Produksi Film

Director Daniel Ferguson

Producer Taran Davies

George Duffield

Daniel Ferguson

Jake Eberts

Executive Producer Jake Eberts

Dominic Cunningham-Reid

1st Assistant Director Shabtai Itzhak

Israa Salhab

2nd Assistant Director Ruba Mimi

95

Diakses melalui website http://nationalgeographic.org/news/jerusalem-girls/ pada

tanggal 24 Juli 2016, pukul 20:02 WIB 96

Diakses melalui website http://www.jerusalemthemovie.com/#/?page=cast-crew pada

tanggal 14 Juli 2016, pukul 23:35 WIB.

Page 54: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

50

Writer Daniel Ferguson

Director of Photography Reed Smoot, ASC

Aerial Director Duby Tal

Composer Michael Brook

Sound Recordist Thierry Morlaas-Lurbe

Line Producer Noam Shalev

International Line Producer Michael Chauvin

Production Coordinator Jill Kasian

Production Supervisor Elisabeth-Ann Gimber

Picture Editor Jean-Marie Drot

Bob Eisenhardt

Doug O‟Connor

VFX Supervisor Robert Bock

Alan Markowitz

Time-lapse Cinematographer Dustin Farrell

Peter Chang

Post Production Supervisor Alexis Cadorette Vigneau

Lion of Jerusalem Garo Nalbandian

Associate Producer Hammoudie Boqaie

Associate Producer and Consultant Mike Slee

Aerial Director of Photography Ron Goodman

Page 55: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

51

D. Profil Sutradara Film Jerusalem

Daniel Ferguson merupakan pembuat film, produser dan juga seorang penulis

naskah. Dia menjadi seorang penulis naskah untuk beberapa film dokumenter,

seperti Journey to Mecca: In Footsteps of Ibn Battuta, Jerusalem dan menjadi

seorang pendamping penulis naskah untuk film Wired to Win: Surviving the Tour

de France. Dia juga pernah memproduseri film Jerusalem, Roads to Mecca and

Lost Worlds: Life in the Balanc dan Journey to Mecca: In Footsteps of Ibn

Battuta. Beberapa film garapannya berhasil memenangkan penghargaan, seperti

film Journey to Mecca: In Footsteps of Ibn Battuta sebagai Best Short

Documentary in 2010 di The Houston International Film Festival Award, film ini

juga berhasil memenangkan penghargaan Tribeca Film Festival di New York.

Selain itu Jerusalem juga merupakan film hasil garapannya yang berhasil

memenangkan penghargaan Giant Screen Cinema Association sebagai Best Film

Short Subject dan Best Cinematography pada tahun 2014.97

97

Diakses melalui website https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Ferguson pada tanggal

12 Juli 2016 , pukul 01:38 AM

Gambar 7.3 Daniel Ferguson

Page 56: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

52

BAB IV

TELAAH SEMIOTIKA TENTANG NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM

FILM JERUSALEM

A. Temuan Analisis Semiotika Roland Barthes

Pada bab ini, peneliti menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah

dirumuskan pada bab sebelumnya. Melalui film Jerusalem, film bergenre

dokumenter yang sarat akan sejarah kota Yerusalem dan sejarah kebudayaan tiga

agama yang ada di sana; Yahudi, Nasrani dan Islam, penonton dapat mengambil

pelajaran tentang nilai-nilai pluralitas yang ditemui oleh peneliti pada scene-scene

berikut;

Tabel 2.4: Scene 1 (03:03 - 03:22)

Visual Dialog Type of Shot

Narator : Kini kota

yang dikelilingi

dinding di Pusat

Yerusalem

Extreme Long Shot,

memperlihatkan kota

Yerusalem dari atas,

dalam scene ini

wujud fisik manusia

tidak nampak.

Page 57: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

53

Narator : Menjadi

mosaik budaya dan

keyakinan

Extreme Long Shot,

scene ini masih

memerlihatkan

keadaan kota

Yerusalem nampak

dari atas dan wujud

fisik manusia masih

tidak tampak dalam

scene ini.

Narator : Di mana

Yahudi, Kristen dan

Muslim hidup

berdampingan

Extreme Long Shot,

masih

memerlihatkan

keadaan kota

Yerusalem nampak

dari atas.

Narator : Namun

dalam wilayah

terpisah

Extreme Long Shot,

scene ini masih

memerlihatkan kota

Yerusalem namun

nampak dari sisi

samping.

Page 58: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

54

Narator : Mereka

saling memiliki

Yerusalem

Extreme Long Shot,

scene ini masih

memerlihatkan kota

Yerusalem namun

nampak dari sisi

samping.

1. Denotasi

Gambar pertama, kedua dan ketiga menampilkan keadaan keseluruhan kota

Yerusalem dari atas langit. Gambar keempat dan kelima menampilkan kota

Yerusalem dari samping dengan adanya objek kubah emas yang terlihat.

2. Konotasi

Yerusalem merupakan sebuah kota di Timur Tengah yang disebut sebagai

kota suci bagi tiga agama besar di dunia, Yahudi, Kristen dan Islam. Kota

Yerusalem dibagi menjadi dua kota. Kota Lama dan Kota Baru. Di Kota Lama,

Yerusalem dibagi menjadi empat wilayah; Wilayah Yahudi, Wilayah Kristen,

Wilayah Armenia dan Wilayah Muslim. Wilayah tersebut diberi nama sesuai

dengan komunitas yang mendiami wilayah tersebut.98

Meskipun Yerusalem sering

menjadi fokus cerita perpecahan dan konflik antara orang-orang dari agama yang

berbeda, namun di sisi lain, umat dari ketiga agama ini bersatu dalam

penghormatan mereka untuk tanah suci ini. Ketiga agama yang sama-sama

mencintai Tuhan dapat menunjukkannya melalui caranya masing-masing di kota

98

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, (Jakarta:

Kompas, 2008), h. 180.

Page 59: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

55

Yerusalem. Tak hanya itu, ketiga agama tersebut juga dapat menjalankan

kebudayaan keagamaannya meskipun terkadang pergelaran kebudayaannya

melalui wilayah agama lain.99

Pada gambar keempat dan kelima terdapat gambar

Kubah Emas, bangunan itu merupakan salah satu bangunan suci bagi umat Islam

dan Kristen. Kubah Emas atau yang lebih dikenal dengan Dome of The Rock

merupakan ikon dari kota Yerusalem.

3. Mitos

Yerusalem merupakan kota yang sarat beban sejarah. Berbagai kekuatan

besar masa lalu seperti Mesopotemia, Assyria, Romawi (Kristen), Arab, Turki

(Daulah „Utsmaniyah) dan Inggris, telah hadir dan meninggalkan bekas tersendiri

yang cukup dalam.100

Sejatinya, Yerusalem adalah kota yang sudah berusia lbih

dari 50.000 tahun. Sejak “ditemukan” oleh Canaaties pada 2000 M, tanah ini

menjadi rebutan berbagai bangsa. Mulai bangsa Babilonia hingga bangsa Romawi,

mulai bangsa Arab hingga bangsa Israel. Karena tiap zaman kota ini selalu

mengalami pergantian kekuasaan, tak heran jika Yerusalem memiliki ciri khas sisi

keanekaragaman budaya dan agama. Itu membuat Karen Amstrong menyebut

kota Yerusalem sebagai “Kota 3 Agama; Yahudi, Kristen dan Islam”.101

Kota ini

mendapatkan julukan kota Tuhan karena hampir seluruh penganut besar agama

dunia (Yahudi, Kristen dan Islam) berkiblat ke Yerusalem. Hampir setiap hari

kota ini dikunjungi para penziarah dari seluruh dunia untuk datang lebih dekat

kepada Tuhannya. Di Kota Lama, terdapat banyak bangunan suci bagi tiap-tiap

99

Pengamatan melalui film Jerusalem pada tanggal 28 Januari 2017, pukul 09.45 WIB. 100

T. Taufiqulhadi, Satu Kota Tiga Tuhan: Deskripsi Jurnalistik di Yerusalem, (Jakarta:

PARAMADINA, 2000), h. xvii. 101

Diakses melalui website http://www.atjehcyber.net/2012/05/yerusalem-kota-satu-

tuhan-tiga-agama.html

Page 60: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

56

agama, seperti Tembok Ratapan, Gereja Makam Kristus, Masjid Al-Aqsha dan di

Dome of The Rock atau Kubah Batu.

Orang-orang Yahudi selama bertahun-tahun meyakini bahwa menyentuh

Tembok Ratapan seperti menyentuh Tuhan, mereka juga meyakini bahwa

Tembok Ratapan merupakan perantara mereka berkirim surat kepada Sang Maha

Kudus, maka tak heran apabila begitu banyak pesan doa yang diselipkan dicelah-

celah batu tembok. Bagi orang Kristen, Gereja Makam Kristus dianggap penting

karena di sanalah Yesus bangkit dari kematiannya. Sedangkan bagi orang Islam,

kota Yerusalem dianggap penting karena mereka meyakini Nabi Muhammad

melakukan perjalanan malam dari Mekkah ke Yerusalem yang disebut Isra Mi‟raj,

mereka meyakini pula di Masjid Al-Aqsa, Nabi Muhammad sholat bersama

dengan seluruh Nabi. Dan dekat dengan Dome of The Rock, terdapat batu yang

merupakan tempat yang dipijak Nabi Muhammad sebelum melakukan perjalanan

ke surga.102

Dome of The Rock sendiri dibangun antara tahun 687 hingga tahun

691 oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, Khalifah Ummayah. Bangunan ini

tak hanya dianggap penting oleh umat Islam, tetapi juga dianggap penting oleh

umat Yahudi karena mereka meyakini bahwa dibangunan ini Nabi Ibrahin

mengorbankan anaknya, Ismail.103

102

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 45. 103

Diakses melalui website http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/mengapa-

yerusalem-penting-bagi-kristen-islam-dan-yahudi pada tanggal 30 Januari 2017, pukul 23.11 WIB.

Page 61: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

57

Tabel 3.4: Scene 2 (03:47 – 05:09)

Visual Dialog Type of Shot

Narator Muslim,

Farah : Saat kau

memasuki Gerbang

Damascus

Long Shot, wujud

fisik manusia

sudah terlihat

namun latar

belakang dalam

scene ini masih

menjadi dominan.

Narator Muslim,

Farah : kalian berada

di Wilayah Muslim

tempatku tinggal

Long Shot, wujud

fisik manusia

sudah terlihat

namun latar

belakang dalam

scene ini masih

menjadi dominan.

Long Shot, wujud

fisik manusia

sudah terlihat

namun latar

belakang dalam

scene ini masih

menjadi dominan.

Page 62: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

58

Fahrah, Narator

Muslim : Kecuali saat

aku pergi ke Masjid

dan mengenakan

jilbab mereka akan

kaget

Medium Close

Up, pada jarak ini

memperlihatkan

tubuh manusia

dari dada ke atas.

Sosok tubuh

manusia

mendominasi

frame dan latar

belakang tidak

lagi dominan.

1. Denotasi

Gambar pertama menampilkan dua orang lelaki yang menggunakan busana

muslim berjalan masuk dengan latar sekelilingnya beberapa tenda-tenda dagangan,

satu gerobak yang berisi jeruk, dua orang yang membawa nampan berisi kayu-

kayu dan sedikit menampilkan kepala bapak-bapak. Gambar kedua menampilkan

Farah berjalan masuk dari gerbang Damascus dengan latar sekelilingnya terdapat

tenda-tenda dagangan, seorang wanita yang memakai pakaian biasa dan seorang

bapak yang memakai peci dikepalanya. Gambar ketiga menampilkan keadaan

pasar di mana terdapat seorang wanita yang memakai pakaian biasa, seorang

wanita yang mengenakan pakaian muslim dan dua orang yang memakai baju

formal dengan topi hitam. Gambar keempat memperlihatkan Fahrah sedang

dipakaikan jilbab oleh ibunya disebuah lorong jalan, lalu dibelakangnya terdapat

Page 63: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

59

seorang laki-laki yang mengenakan baju formal hitam dengan topi diatas

kepalanya, tiga orang mengenakan pakaian biasa, satu orang laki-laki yang

mengenakan pakaian muslim berwarna putih serta dua orang laki-laki yang

sedang duduk.

2. Konotasi

Latar scene ini diambil di dalam gerbang Damascus, hal ini digambarkan

melalui sinematografi dan latar belakang di mana banyak sekali kios-kios

pedagang dan orang yang berjualan. Pada scene ini, Farah, sebagai narator yang

menceritakan dari sisi umat muslim mengatakan apabila kita memasuki gerbang

Damascus, kita sedang berada di wilayah Muslim tempatnya tinggal. Gerbang

Damascus merupakan salah satu gerbang utama untuk menuju ke Kota Lama

Yerusalem.104

Daerah sekitar gerbang Damascus adalah kawasan yang paling

ramai karena terdapat pasar yang menjual berbagai cinderamata yang dicari para

wisatawan dan peziarah. Mulai dari menjual makanan, baju, yarmulke atau kippa

(topi yang biasa dikenakan kaum lelaki Yahudi), menorah (tempat lilin bercabang

tujuh yang terbuat dari aluminium atau tembaga, benda keagamaan milik orang

Yahudi), tasbih atau benda keagamaan umat Muslim lainnya hingga gambar-

gambar Yesus atau Keluarga Kudus.105

3. Mitos

Kota Yerusalem terbagi menjadi tiga kota, Kota Baru, Yerusalem Timur dan

Kota Lama Yerusalem. Kota Lama Yerusalem ini dikelilingi tembok sepanjang

104

T. Taufiqulhadi, Satu Kota Tiga Tuhan: Deskripsi Jurnalistik di Yerusalem, h. 7. 105

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 170.

Page 64: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

60

empat kilometer dan tinggi 12 meter, dengan delapan pintu gerbang yang

dibangun pada abad kedua dan dibangun lagi pada abad keenam belas karena

pernah dirobohkan.106

Salah satu gerbang adalah gerbang Damascus, gerbang ini

merupakan salah satu gerbang utama menuju ke Kota Lama Yerusalem. Tak heran,

meskipun berada di Wilayah Islam, banyak Orang Yahudi maupun Orang Kristen

dengan mengenakan atribut keagamaannya berada di gerbang Damascus baik

hanya untuk sekedar lewat ataupun berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya.

Meski jarang terlihat adanya hubungan langsung dalam interaksi keseharian

mereka, tetapi ketiga agama ini mampu hidup saling berdampingan.107

Kemajemukan atau pluralitas merupakan suatu gejala sosial yang umum

ditemui disetiap kehidupan bermasyarakat. Al-Qur‟an membahas tentang

pluralitas masyarakat dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

بكن شعىثب وقجبئل لتعبسفىا بكن هي ركش وأثى وجعل يب أيهب البس إب خلق

إى أكشهكن عذ الله أتقبكن إى الله علين خجيش﴿٣١﴾

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal.” (QS. Al-Hujurat ayat 13)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan makhluknya, laki-

laki dan perempuan, dan menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin

hubungan yang baik. Ayat tersebut mengajarkan manusia untuk berinteraksi

positif dengan maksud untuk menciptakan kedamaian di dunia. Namun, yang

106

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 174. 107

T. Taufiqulhadi, Satu Kota Tiga Tuhan: Deskripsi Jurnalistik di Yerusalem, h. 3.

Page 65: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

61

dinilai terbaik di sisi Tuhan adalah mereka yang betul-betul dekat dengan Allah.

Jadi, jelas bahwa yang dikehendaki Tuhan adalah pluralitas interaksi positif dan

saling menghormati.108

Dalam pandangan Kristen, sikap keberagaman mulai

berkembang setelah adanya pendekatan mutakhir yang berkembang dalam tradisi

Kristen era modern. Salah satunya adalah pendekatan dialogis yang merupakan

suatu pandangan dan gagasan bahwa agama Kristen harus mengakui agama-

agama lain karena perkembangan Kristiani merupakan hasil dialog dan

“persentuhan” langsung dengan agama-agama lain.109

Sedangkan dalam

perspektif Yahudi, pluralisme terjadi apabila terdapat interaksi dalam suasana

saling menghargai yang dilandasi dengan kesatuan rohani meskipun mereka

berbeda.110

108

Alwi Shihab, ed., Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang

Berserak, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), h. 16. 109

Diakses melalui website http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-

fakultas/entry/sikap-keberagamaan-dalam-tradisi-agama-agama-ibrahim#_ftn28 pada tanggal 31

Januari 2017, pukul 00:44 WIB. 110

Harold Coward, Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama , (Jakarta: Kanisius,

1989), h. 23.

Page 66: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

62

Tabel 4.4: Scene 3 (09:26)

Visual Dialog Type of Shot

Extreme Long

Shot,

memerlihatkan

objek dari jauh

dan hampir tidak

nampak wujud

fisik manusia

1. Denotasi

Gambar ini menampilkan gereja, kubah Yahudi dan masjid dalam satu frame

dengan berlatar langit yang berwarna jingga dan beberapa atap pemukiman

penduduk.

2. Konotasi

Di Kota Lama Yerusalem, terdapat bangunan suci tiga agama besar di dunia,

salah satunya adalah yang diperlihatkan di dalam scene di atas, terdapat gambar

gereja, sinagog dan masjid. Di kota ini, setiap umat beragama beribadah sesuai

dengan keyakinannya masing-masing tanpa ada kecurigaan dan kebencian. Di

dalam buku Trias Kuncahyono dijelaskan bagaimana keadaan Kota Lama pada

saat menjelang senja, Azan magrib mengumandang, yang kemudian berdentang

lonceng gereja serta sementara sejumlah umat Yahudi yang masih khusyuk berdoa

Page 67: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

63

di depan Tembok Ratapan. Di kota inilah, kehidupan agama-agama samawi dapat

hidup berbarengan.111

3. Mitos

Kota Yerusalem terbagi menjadi dua kota, Kota Baru dan Kota Lama

Yerusalem. Di Kota Lama Yerusalem, sebagian besar bangunan suci dan tempat

suci bagi ketiga agama monoteistik ini berada di sana. Bagi orang Kristen, Gereja

Makam Kristus diyakini sebagai tempat yang paling suci. Pembangunan Gereja

Makam Kristus ini dibangun oleh Santa Helena, ibunda Kaisar Konstantinus I

dengan tujuan untuk mengenang awal kehidupan Yesus Kristus.112

Sementara itu,

bagi orang Yahudi, tempat paling suci mereka di Yerusalem adalah Tembok

Ratapan, tembok ini dipuja-puja karena letaknya sangat dekat dengan Tempat

Kudus di Temple Mount yang merupakan tempat Maha Kudus dalam

Yudaisme.113

Dome of The Rock atau yang biasa disebut Masjid Umar merupakan

salah satu landmark kota Yerusalem yang sangat terkenal. Bangunan tersebut

merupakan monumen Islam tertua. Di sebelahnya terdapat batu yang diyakini

sebagai tempat berpihak Nabi Muhammad untuk berjalan naik ke surga114

Di kota

kecil ini, tempat suci atau bangunan suci tiap-tiap agama tidak selalu bertempat di

Wilayah agama masing-masing. Seperti Gereja St. Anna yang dianggap suci oleh

orang Kristen yang berada di Wilayah Muslim.

Agama Islam mengajarkan kita untuk berbuat adil, menempatkan sesuatu

sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya. Agama Islam

111

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. xxxvi. 112

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 198 113

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 207 114

Trias Kuncahyono, Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir, h. 214

Page 68: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

64

melarang keras berbuat zalim dengan agama selain Islam dengan merampas hak-

hak mereka. Seperti yang tertulis dalam Al-Qur‟an Surat Al-Mumtahah ayat ke 8.

هبكن الله عي الزيي لن يقبتلىكن في الذيي ولن يخشجىكن هي ديبسكن أى لب ي

تجشوهن وتقضطىا إليهن إى الله يحت الوقضطيي

Artinya : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak

(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahah: 8)

Islam menjelaskan prinsip yang sangat mendasar bagi kehidupan masyarakat,

yaitu toleransi. Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada

budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik.115

Keragaman masyarakat

dan budaya manusia hendaklah menagrahkan manusia untuk mengakui

keberadaan yang saling mengetahui secara baik satu sama lain, dalam rangka

saling berhubungan dan bekerjasama untuk kesejahteraan umum.116

Umat

Kristiani juga diajarkan untuk saling menghargai, mengasihi sesama dan berbuat

baik pada mereka serta menolong mereka ketika kesusahan, hidup bertoleransi

dengan orang berbeda keyakinan / agama.117

Dalam perspektif Islam, pluralitas agama adalah pengakuan akan realitas

agama yang beranekaragam dan mengakui hak untuk berbeda agama. Untuk

mengatur dan mengelola pluralitas agama dibutuhkan rujukan sebagai sebuah

sistem. Islam memberikan kebebasan pada agama lain untuk mengekspresikan jati

115

Nurcholis Madjid, dkk., Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-

Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 180. 116

Nurcholis Madjid, dkk., Fiqh Lintas Agama: Membangun Masyarakat Inklusif-

Pluralis, h. 20. 117

Diakses melalui website http://scdc.binus.ac.id/po/2016/05/toleransi-beragama-dalam-

pandangan-kristen/ pada tanggal 30 Januari 2017, pukul 22.34 WIB.

Page 69: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

65

dirinya secara utuh tanpa mengurangi perbedaannya dengan Islam.118

Sedangkan

dalam perspektif Kristen mengasihi sesama lain tidak hanya berbuat baik, tetapi

juga menyetujui apa yang mereka pahami dan anut.119

Tabel 5.4: Scene 4 (40:31 - 40:38)

Visual Dialog Type of Shot

Fahrah, Narator

Muslim : Setiap

agama memiliki

asumsi satu sama lain

Long Shot, pada

tipe shot ini tubuh

fisik manusia

sudah tampak

jelas namun latar

belakang masih

menjadi dominan.

Fahrah, Narator

Muslim : Kami pikir

kita sangatlah berbeda

Long Shot, pada

tipe shot ini tubuh

fisik manusia

sudah tampak

jelas namun latar

belakang masih

menjadi dominan.

118

Anis Malika Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 217-218. 119

Diakses melalui website http://scdc.binus.ac.id/po/2016/05/toleransi-beragama-dalam-

pandangan-kristen/ pada tanggal 30 Januari 2017 pukul 21.00 WIB

Page 70: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

66

Fahrah, Narator

Muslim : namun kami

memiliki kesamaan

daripada yang kita

sadari

Long Shot, pada

tipe shot ini tubuh

fisik manusia

sudah tampak

jelas namun latar

belakang masih

menjadi dominan.

1. Denotasi

Gambar pertama menampilkan Fahrah sedang berjalan menuruni tangga,

dengan berlatar sebuah jalan yang bertangga, pada sisi kanan dan kirinya terdapat

tembok-tembok rumah, di belakang Fahrah terdapat dua anak-anak yang sedang

berjalan menaiki tangga. Pada gambar kedua terlihat Fahrah masih berjalan

menuruni tangga dengan latar yang sama pada gambar pertama, namun

pengambilan gambar ini diambil dari samping. Sementara pada gambar ketiga,

berlatar sebuah jalan kecil yang terdapat sebuah toko dan beberapa hiasan kertas

yang menggantung diatas jalan, selain itu juga ada empat orang laki-laki, terlihat

saling bertegur sapa.

2. Konotasi

Fahrah, sebagai narator muslim mengatakan bahwa di kota Yerusalem yang

terdapat masyarakat yang memiliki keberagamaan budaya dan agama menjelaskan

bahwa setiap agama memiliki asumsinya satu sama lain, yang mana mereka

berfikir bahwa mereka berbeda karena pelaksanaan kebudayaan-kebudayaan

Page 71: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

67

agama, tempat yang dianggap suci hingga lainnya. Walaupun begitu, mereka

memiliki kesamaan yang mereka tidak mereka sadari, seperti kesamaan bahwa

mereka sama-sama mencintai-Nya, hak untuk dihargai dan dihormati serta hak

dalam memakai atribut atau pakaian keagamaan.

3. Mitos

Islam mengajarkan kita untuk bersikap toleran, mampu memahami pihak lain

serta menghormati dan menghargai pandangan pihak lain.120

Al-Qur‟an juga

menegaskan adanya pluralitas, termasuk keragaman agama, seperti yang

dijelaskan dalam surat Al-Baqarah:

ه ولكل وجهة هى هىليهب فبصتجقىا الخيشات أيي هب تكىىا يأت ثكن الله جويعب إى الل

على كل شيء قذيش

Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (wikhah) sendiri yang ia

menghadap kepadanya; maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.

Di mana saja kamu berada, niscaya Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada

hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-

Baqarah: 148)

Isi kandungan dari surat ini adalah bahwa setiap umat mempunyai kiblat.

Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke Ka‟bah, Bani Israil dan orang-

orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan

supaya kaum muslimin menghadap Ka‟bah dalam shalat. Allah Maha Kuasa atas

segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkan-Nya untuk mengumpulkan

seluruh manusia pada hari pembalasan. Hanya Allah yang mampu menilai tiap-

tiap manusia, maka dari itu Allah memerintahkan umatnya untuk berlomba dalam

kebaikan.

120

Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama, h, 11.

Page 72: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

68

Adian Husaini menjelaskan bahwa pluralitas agama merupakan keadaan di

mana terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan dalam

suatu wilayah tertentu. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk

agama lain dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan akidah dan ibadah,

umat Islam tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain

sepanjang tidak saling merugikan.121

Adanya pengakuan kita terhadap adanya agama-agama lain selain agama kita

dengan segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya serta memberikan

kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing .122

Di dalam salah satu hadist Rasulullah SAW bersabda:

أحت الذيي إلى اهلل الحيفية الضوحة

Artinya : “Agama yang paling dicintai disisi Allah adalah agama yang lurus

dan toleran."123

Islam lebih mengedepankan sikap keterbukaan (inklusif) dari pada kebencian

dan permusuhan. Ajaran Islam secara jelas melarang sikap menghujat dan

mendiskreditkan agama atau kelompok lain, sebagaimana firma-Nya dalam QS.

Al – Hujurat ayat 11:

هن يب أيهب الزيي آهىا لب يضخش قىم هي قىم عضى أى يكىىا خيشا ه

فضكن ولب هي ولب تلوزوا أ ولب ضبء هي ضبء عضى أى يكي خيشا ه

121

Adian Husaini, Pluralisme Agama: Haram, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 3-

6. 122

H. M. Daud Ali, dkk., Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1989), h. 83 123

Hadist ini diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, al-Jami’

al-Shahih, Kitab; Iman, Bab Agama itu Mudah, (Cet. I; Kairo: Maktah as-Salafiyah, 1400 H), Jld.

I, h. 29.

Page 73: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

69

بثزوا ثبلألقبة ثئش البصن الفضىق ثعذ الإيوبى وهي لن يتت فأولئك ت

هن الظبلوىى﴿٣٣﴾

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-

laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih

baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil gelaran yang

mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah Iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah

orang-orang dzalim.” (QS. Al-Hujurat ayat 11)

Ayat ini menjelaskan larangan untuk memperolok-olokkan suatu kaum, sebab

belum tentu mereka yang mengolok-olok lebih baik dari pada yang diolok-olok.

Maka tidak etis bagi seorang muslim mengenal Allah dan mengharapkan

kehidupan bahagia di akhirat nanti. Perbuatan memperolok-olok mengandung

unsur kesombongan dan penghinaan yang tersembunyi di baliknya. Karna pada

hakikatnya memperolok-olokkan itu merupakan bentuk penghinaan, perendahan,

penyebutan aib dan kekurangan dengan cara melecehkan. Perbuatan mengitu

dapat di lakukan dengan berbagai ekspresi seperti menirukan, isyarat dan

semacamnya.

Page 74: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil temuan penelitian dan pembahasan pada

bab sebelumnya mengacu kepada rumusan masalah yang ada, terdapat 7 scene

yang diperoleh dalam film Jerusalem yang menunjukkan adanya nilai-nilai

pluralitas, baik secara visual maupun dialog. Maka kesimpulan peneliti terhadap

hasil analisa yang menggunakan analisa semiotika Roland Barthes adalah sebagai

berikut:

1. Makna Denotasi

Makna-makna denotasi yang ditemukan pada kelima scene film tersebut

adalah penjelasan mengenai gambar-gambar pada kelima scene yang

berkaitan dengan nila-nilai pluralitas yang ada di kota Yerusalem.

2. Makna Konotasi

Makna konotasi yang ditemukan pada kelima scene dalam film Jerusalem

menjelaskan bagaimana gambaran saling menghargai dan menghormati

antar umat yang berbeda agama terhadap keberagaman yang ada di kota

Yerusalem, diantaranya seperti memberikan ruang kepada umat agama

lain untuk mengenakan atribut atau pakaian keagamaannya, menghargai

dan menghormati adanya perbedaan dan saling menerima adanya

bangunan suci agama lain.

Page 75: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

71

3. Mitos

Dari hasil analisis data, mitos penelitian dalam kelima scene film

Jerusalem yaitu menjelaskan bagaimana gambaran Wilayah Kota Lama

Yerusalem, tempat dan bangunan suci tiap-tiap agama dan gambaran

keadaan di Yerusalem. Selain itu, penjelasan mengenai perspektif Islam,

Yahudi dan Kristen tentang pluralisme, menerima adanya keberagaman,

terutama agama, saling menghargai, dan perspektif Islam tentang melarang

mengolok-olok suatu kaum yang lain dari kaum kita dan berbuat adil

termasuk kepada kaum musyrik.

B. Saran

Saran peneliti untuk film ini adalah agar film ini disosialisasikan lagi ke

masyarakat karena kurangnya promosi dan penyebarluasan mengenai film

Jerusalem, sehingga banyak masyarakat yang kurang tau tentang film ini. Film

dokumenter ini sangat bagus untuk ditonton oleh masyarakat, mulai dari

senimatografi hingga pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, yaitu

menceritakan bagaimana masyarakat di sana dapat menerima, menghargai dan

menghormati mengenai keberagaman (terutama agama) yang terjadi di kota

Yerusalem melalui tiga perspektif gadis yang masing-masing berbeda agama,

mengingat bahwa masih perlu adanya pembelajaran dan contoh untuk menerima

nilai-nilai pluralitas, terutama agama, kepada masyarakat agar lebih bisa saling

menghormati, saling menghargai dan menerima adanya kehadiran agama lain.

.

Page 76: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

72

72

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. M. Daud, dkk. Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik.

Jakarta: Bulan Bintang. 1989.

Ardianto, Elvinaro. et al. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung,

Simbiosa Rekatama Media. 2007.

Arsyad, Azhar. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2003.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Group. 2005.

Danesi, Marcel. Understanding Media Semiotics. Terj. A. Gunawan Admiranto.

Yogyakarta: Jalasutra. 2010.

Coward, Harold. Pluralisme Tantangan Bagi Agama-agama. Jakarta: Kanisius.

1989.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti. 2003.

Fachruddin, Andi. Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,

Laporan Investigasi, Dokumenter dan Teknik Ediing. Jakarta: Kencana.

2012.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara. 2013.

Hoed, Benny. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas

Bambu. 2011.

Husaini, Adian. Pluralisme Agama: Haram. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2005.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 2009.

Page 77: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

73

73

Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas: Perbedaan dan Kemajemukan dalam

Bingkai Persatuan. Jakarta: Gema Insani Press. 1999.

Irawanto, Budi. Film, Ideologi dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema

Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo. 1999.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2007.

Kuncahyono, Trias. Jerusalem: Kesucian, Konflik dan Pengadilan Akhir. Jakarta:

Kompas. 2008.

Moesa, Ali Maschan. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama.

Yogyakarta: LKIS. 2007.

Muslim, A. Shobiri. Pluralisme Agama dalam Perspektif Negara dan Islam.

Jakarta: Madania. 1998.

Muzakki, Akhmad. Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bangsa Agama.

Malang: UIN-Malang Press. 2007.

Nugroho, Fajar. Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta: Penerbit

Indonesia Cerdas. 2007.

Peransi, D.A. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ PRESS. 2005.

Piliang, Yasraf Amir. Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya

Makna. Bandung: Matahari. 2010.

Prakoso, Gatot. Film Pinggiran-Antalogi Film Pendek, Eksperimental dan

Documenter. FFTV-IKJ dengan YLP. Jakarta: Fatma Press. 1977.

Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. 2002.

Page 78: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

74

74

Rachman, Budhy Munawar. Argumen Islam untuk Pluralisme. Jakarta: Gramedia.

2010

Rivers, William L. et al. Media Massa dan Masyarakat Modern Edisi Kedua.

Terj. Haris Munandar dan Dudy Priatna. Jakarta: Kencana. 2003.

Shihab, Alwi, ed. Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang

Berserak. Bandung: Penerbit Nuansa. 2005.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.

__________. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2006.

Sudarma, Momon. Sosiologi Untuk Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Suprapto, Tommy. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam

Komunikasi. Jakarta: Buku Seru. 2011.

Taufiqulhadi, T. Satu Kota Tiga Tuhan: Deskripsi Jurnalistik di Yerusalem.

Jakarta: PARAMADINA. 2000.

Thoha, Anis Malika. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta: Perspektif.

2005.

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: JALASUTRA.

2009.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014.

Page 79: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

75

75

Karya Ilmiah

Aminah Tuzahra. Analisis Semiotika Film Biola Tak Berdawai, Konsentrasi

Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarifhidayatullah Jakarta. 2011.

Siti Mawarni Murdiati. Representasi Simbol Keislaman Film Mata Tertutup

Karya Garin Nugroho, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarifhidayatullah Jakarta. 2015.

Ratih Gema Utami. Representasi Pesan Pluralisme dalam Film CIN(T)A (Analisis

Semiotika Roland Barthes mengenai Representasi Pesan Pluralisme Verbal

dan Nonverbal dalam Film CIN(T)A), Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Komputer Indonesia. 2012.

Fachrial Daniel, Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild (Analisis Semiotika

Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Cowo Blur” Go

Ahead 2011), Jurnal Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara, Vol. 1,

No. 3, 2013.

Wilodati, Kesadaran Masyarakat Majemuk dan Kebhineka Tunggal Ikaa-an

Kebudayaan di Indonesia, Artikel dalam “Seabad Kebangkitan Nasional

Revitalisasi dan Reaktualisasi Kebangkitan Nasional Menuju Indonesia

Baru yang Adil dan Sejahtera”, Pusat Kajian Wawasan Kebangsaan UPI,

CV Yasindo Multi Aspek, April 2008.

Page 80: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

76

76

Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-undang Perfilman Indonesia. Jakarta: Departemen

Penerangan RI. 2009

Website

Website

https://www.academia.edu/9613958/Media_Film_Sebagai_Konstruksi_dan_

Representasi?auto=download, diunggah oleh Sigit Surahman.

Website http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/106

Website http://www.jerusalemthemovie.com/

Website http://kbbi.web.id/film

Website https://en.wikipedia.org/wiki/Benedict_Cumberbatch

Website http://www.benedictcumberbatch.co.uk/biography/

Website http://jodimagness.org/

Website https://en.wikipedia.org/wiki/Jodi_Magness

Website http://nationalgeographic.org/news/jerusalem-girls/

Website https://en.wikipedia.org/wiki/Daniel_Ferguson

Website http://rayhanmogerz.blogspot.co.id/2012/03/benda-benda-alat-alat-

ibadah.html

Page 81: ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS DALAM FILM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35911/1/DITYAN... · ANALISIS SEMIOTIKA NILAI-NILAI PLURALITAS . DALAM FILM

77

LAMPIRAN

Cover Film Jerusalem