new graves

Upload: linda-fatrisia

Post on 14-Apr-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 New Graves

    1/48

    Penyakit Graves IPOSTING OLEH ADMIN KAMIS, 17 JULI 2008

    Penyakit Graves merupakan bentuk tiroktoksikosis (hipertiroid) yang paling sering dijumpai

    dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada wanita

    dari pada pria. Tanda dan gejala penyakit Graves yang paling mudah dikenali ialah adanya

    struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/

    hipertiroidisme) dan sering disertai oftalmopati, serta disertai dermopati, meskipun jarang.

    (1,2,3)

    Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti. Namun

    demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam mekanisme yang

    belum diketahui secara pasti meningkatnya risiko menderita penyakit Graves. Berdasarkan

    ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara

    lain dengan ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin Stimulating

    Hormone - Receptor Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi.(1,2)

    2.1 Definisi

    Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering hipertiroidisme adalah

    suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja

    mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari

    hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran kelenjar tiroid/struma difus,

    oftamopati (eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati.(1,4,5,6)

    2.2 Etiologi

    Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit otoimun, dimana penyebabnya sampai

    sekarang belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini mempunyai predisposisi genetik yang kuat,

    dimana 15% penderita mempunyai hubungan keluarga yang erat dengan penderita penyakit

    yang sama. Sekitar 50% dari keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan autoantibodi tiroid

    didalam darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria,

    dan dapat terjadi pada semua umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada usia antara 20 tahun

    sampai 40 tahun.(2,6)

    2.3 Patogenesis

    Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap antigen yang berada

    didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi

    http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penyakit-graves.htmlhttp://medlinux.blogspot.com/2008/07/penyakit-graves.html
  • 7/29/2019 New Graves

    2/48

    terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam

    membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal

    dengan TSH-R antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang

    erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme otoimunitas merupakan faktor

    penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada penyakit

    Graves.

    Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg),

    thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R). Disamping itu terdapat pula suatu

    protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang

    diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid

    penderita penyakit Graves.

    Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila terangsang oleh

    pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan mengekspresikan molekul-molekul

    permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan antigen pada

    limfosit T.

    Gambar 1 : Patogenesis Penyakit Graves

    http://1.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SH67zVIz_ZI/AAAAAAAAAIU/F-5q6SkClQI/s1600-h/New+Picture.png
  • 7/29/2019 New Graves

    3/48

    Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun, antara lain HLA-B8 dan HLA-DR3 pada

    ras Kaukasus, HLA-Bw46 dan HLA-B5 pada ras Cina dan HLA-B17 pada orang kulit hitam.

    Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis penyakit tiroid otoimun seperti penyakit

    Graves. Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid manusia akan merangsang ekspresi DR4 pada

    permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat pengaruh sitokin (terutama interferon

    alfa). Infeksi basil gram negatif Yersinia enterocolitica, yang menyebabkan enterocolitis kronis,

    diduga mempunyai reaksi silang dengan otoantigen kelenjar tiroid. Antibodi terhadap Yersinia

    enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang dengan TSH-R antibody pada membran sel tiroid

    yang dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves. Asupan yodium yang tinggi dapat

    meningkatkan kadar iodinated immunoglobulin yang bersifat lebih imunogenik sehingga

    meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya penyakit tiroid otoimun. Dosis terapeutik dari

    lithium yang sering digunakan dalam pengobatan psikosa manik depresif, dapat pula

    mempengaruhi fungsi sel limfosit T suppressor sehingga dapat menimbulkan penyakit tiroid

    otoimun. Faktor stres juga diduga dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves, namun

    sampai saat ini belum ada hipotesis yang memperkuat dugaan tersebut.

    Terjadinya oftalmopati Graves melibatkan limfosit sitotoksik (killer cells) dan antibodi sitotoksik

    lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan dengan tiroglobulin atau TSH-R

    pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan

    menyebabkan inflamasi fibroblast dan miositis orbita, sehingga menyebabkan pembengkakan

    otot-otot bola mata, proptosis dan diplopia.

    Dermopati Graves (miksedema pretibial) juga terjadi akibat stimulasi sitokin didalam jaringan

    fibroblast didaerah pretibial yang akan menyebabkan terjadinya akumulasi glikosaminoglikans .

    Berbagai gejala tirotoksikosis berhubungan dengan perangsangan katekolamin, seperti

    takhikardi, tremor, dan keringat banyak. Adanya hiperreaktivitas katekolamin, terutama epinefrin

    diduga disebabkan karena terjadinya peningkatan reseptor katekolamin didalam otot jantung.(2)

    2.4 Gambaran Klinis

    A. Gejala dan Tanda

    Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidalyang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar

    tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala

    hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan.

    Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit

    lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare dan

  • 7/29/2019 New Graves

    4/48

    kelemahan srta atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal

    yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai

    80% pasien ditandai dengan mata melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag

    (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. (3)

    Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah tri tunggal hipertitoidisme, goiter

    difus dan eksoftalmus. (5)

    Perubahan pada mata (oftalmopati Graves) , menurut the American Thyroid Association

    diklasifikasikan sebagai berikut (dikenal dengan singkatan NOSPECS) :

    Kelas Uraian

    0 Tidak ada gejala dan tanda

    1 Hanya ada tanda tanpa gejala (berupa upper lid retraction,stare,lid lag)

    2 Perubahan jaringan lunak orbita

    3 Proptosis (dapat dideteksi dengan Hertel exphthalmometer)

    4 Keterlibatan otot-otot ekstra ocular

    5 Perubahan pada kornea (keratitis)

    6 Kebutaan (kerusakan nervus opticus)

    Kelas 1, terjadinya spasme otot palpebra superior dapat menyertai keadaan awal tirotoksikosis

    Graves yang dapat sembuh spontan bila keadaan tirotoksikosisnya diobati secara adekuat.

    Pada Kelas 2-6 terjadi proses infiltratif pada otot-otot dan jaringan orbita.

    Kelas 2 ditandai dengan keradangan jaringan lunak orbita disertai edema periorbita, kongesti

    dan pembengkakan dari konjungtiva (khemosis).

    Kelas 3 ditandai dengan adanya proptosis yang dapat dideteksi dengan Hertel

    exophthalmometer.

    Pada kelas 4, terjadi perubahan otot-otot bola mata berupa proses infiltratif terutama padamusculus rectus inferior yang akan menyebabkan kesukaran menggerakkan bola mata keatas.

    Bila mengenai musculus rectus medialis, maka akan terjadi kesukaran dalam menggerakkan

    bola mata kesamping.

    Kelas 5 ditandai dengan perubahan pada kornea ( terjadi keratitis).

    Kelas 6 ditandai dengan kerusakan nervus opticus, yang akan menyebabkan kebutaan.

  • 7/29/2019 New Graves

    5/48

    Oftalmopati Graves terjadi akibat infiltrasi limfosit pada otot-otot ekstraokuler disertai dengan

    reaksi inflamasi akut. Rongga mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita sehingga pembengkakan

    otot-otot ekstraokuler akan menyebabkan proptosis (penonjolan) dari bola mata dan gangguan

    pergerakan otot-otot bola mata, sehingga dapat terjadi diplopia. Pembesaran otot-otot bola

    mata dapat diketahui dengan pemeriksaan CT scanning atau MRI. Bila pembengkakan otot

    terjadi dibagian posterior, akan terjadi penekanan nervus opticus yang akan menimbulkan

    kebutaan.

    Pada penderita yang berusia lebih muda, manifestasi klinis yang umum ditemukan antara lain

    palpitasi, nervous, mudah capek, hiperkinesia, diare, berkeringat banyak, tidak tahan panas dan

    lebih senang cuaca dingin. Pada wanita muda gejala utama penyakit graves dapat berupa

    amenore atau infertilitas.

    Pada anak-anak, terjadi peningkatan pertumbuhan dan percepatan proses pematangan tulang.

    Sedangkan pada penderita usia tua ( > 60 tahun ), manifestasi klinis yang lebih mencolok

    terutama adalah manifestasi kardiovaskuler dan miopati, ditandai dengan adanya palpitasi ,

    dyspnea deffort, tremor, nervous dan penurunan berat badan. (1,2)

    Pada neonatus, hipertiroidisme merupakan kelainan klinik yang relatif jarang ditemukan,

    diperkirakan angka kejadian hanya 1 dari 25.000 kehamilan. Kebanyakan pasien dilahirkan dari

    ibu yang menderita penyakit graves aktif tetapi dapat juga terjadi pada ibu dengan keadaan

    hipotiroid atau eutiroid karena tiroiditis autoimun, pengobatan ablasi iodine radioaktif atau

    karena pembedahan. (8)

    Gejala dan tanda apakah seseorang menderita hipertiroid atau tidak juga dapat dilihat atau

    ditentukan dengan indeks wayne atau indeks newcastle yaitu sebagai berikut :

  • 7/29/2019 New Graves

    6/48

    http://4.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SH68Y4dUmRI/AAAAAAAAAIc/rYfgg3xR9OA/s1600-h/New+Picture.bmp
  • 7/29/2019 New Graves

    7/48

    B. Pemeriksaan laboratorium

    Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema dibawah ini :

    http://3.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SH68_rAYoEI/AAAAAAAAAIk/W9WI-pNB-9k/s1600-h/New+Picture+(1).bmp
  • 7/29/2019 New Graves

    8/48

    Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves maupun

    tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves. Pemeriksaan

    ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic hyperthyroid atau pada eksoftamos unilateral

    tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas. (2)

    Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme

    umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar

    hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-

    tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin

    stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan

    meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.

    Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel tiroid,

    menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga kadar

    hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di

    kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak

    terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif

    terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat

    mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat

    diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4). (1,2,3)

    http://4.bp.blogspot.com/_I0UHlGxoP6A/SH69UZ0exII/AAAAAAAAAIs/1coi9-Cm1zc/s1600-h/New+Picture+(1).png
  • 7/29/2019 New Graves

    9/48

    C. Pemeriksaan penunjang lain

    Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk menegakkan

    diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi tiroksin. (1)

    D. Diagnosis Banding

    Penyakit Graves dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang khas sehingga diagnosis kadang-

    kadang sulit didiagnosis. Atrofi otot yang jelas dapat ditemukan pada miopati akibat penyakit

    Graves, namun harus dibedakan dengan kelainan neurologik primer.

    Pada sindrom yang dikenal dengan familial dysalbuminemic hyperthyroxinemia dapat

    ditemukan protein yang menyerupai albumin (albumin-like protein) didalam serum yang dapat

    berikatan dengan T4 tetapi tidak dengan T3. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan

    kadar T4 serum dan FT4I, tetapi free T4, T3 dan TSH normal. Disamping tidak ditemukan

    adanya gambaran klinis hipertiroidisme, kadar T3 dan TSH serum yang normal pada sindrom ini

    dapat membedakannya dengan penyakit Graves.

    Thyrotoxic periodic paralysis yang biasa ditemukan pada penderita laki-laki etnik Asia dapat

    terjadi secara tiba-tiba berupa paralysis flaksid disertai hipokalemi.

    Paralisis biasanya membaik secara spontan dan dapat dicegah dengan pemberian

    suplementasi kalium dan beta bloker. Keadaan ini dapat disembuhkan dengan pengobatan

    tirotoksikosis yang adekuat.

    Penderita dengan penyakit jantung tiroid terutama ditandai dengan gejala-gejala kelainan

    jantung, dapat berupa :

    - Atrial fibrilasi yang tidak sensitif dengan pemberian digoksin

    - High-output heart failure

    Sekitar 50% pasien tidak mempunyai latar belakang penyakit jantung sebelumnya, dan

    gangguan fungsi jantung ini dapat diperbaiki dengan pengobatan terhadap tirotoksikosisnya.

    Pada penderita usia tua dapat ditemukan gejala-gejala berupa penurunan berat badan, struma

    yang kecil, atrial fibrilaasi dan depresi yang berat, tanpa adanya gambaran klinis dari

    manifestasi peningkatan aktivitas katekolamin yang jelas. Keadaan ini dikenal dengan

    apathetic hyperthyroidism. (2)

    E. Komplikasi

    Krisis tiroid (Thyroid storm)

    Merupakan eksaserbasi akut dari semua gejala tirotoksikosis yang berat sehingga dapat

    mengancam kehidupan penderita.

  • 7/29/2019 New Graves

    10/48

    Faktor pencetus terjadinya krisis tiroid pada penderita tirotoksikosis antara lain :

    - Tindakan operatif, baik tiroidektomi maupun operasi pada organ lain

    - Terapi yodium radioaktif

    - Persalinan pada penderita hamil dengan tirotoksikosis yang tidak diobati secara adekuat.

    - Stress yang berat akibat penyakit-penyakit seperti diabetes, trauma, infeksi akut, alergi obat

    yang berat atau infark miokard.

    Manifestasi klinis dari krisis tiroid dapat berupa tanda-tanda hipermetabolisme berat dan

    respons adrenergik yang hebat, yaitu meliputi :

    - Demam tinggi, dimana suhu meningkat dari 38C sampai mencapai 41C disertai dengan

    flushing dan hiperhidrosis.

    - Takhikardi hebat , atrial fibrilasi sampai payah jantung.

    - Gejala-gejala neurologik seperti agitasi, gelisah, delirium sampai koma.

    - Gejala-gejala saluran cerna berupa mual, muntah,diare dan ikterus.

    Terjadinya krisis tiroid diduga akibat pelepasan yang akut dari simpanan hormon tiroid didalam

    kelenjar tiroid. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar T4 dan T3 didalam

    serum penderita dengan krisis tiroid tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kadarnya pada

    penderita tirotoksikosis tanpa krisis tiroid.

    Juga tidak ada bukti yang kuat bahwa krisis tiroid terjadi akibat peningkatan produksi

    triiodothyronine yang hebat. Dari beberapa studi terbukti bahwa pada krisis tiroid terjadi

    peningkatan jumlah reseptor terhadap katekolamin, sehingga jantung dan jaringan syaraf lebih

    sensitif terhadap katekolamin yang ada didalam sirkulasi. (2)

    Hipertiroidisme dapat mengakibatkan komplikasi mencapai 0,2% dari seluruh kehamilan dan

    jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya krisis tirotoksikosis, kelahiran

    prematur atau kematian intrauterin. Selain itu hipertiroidisme dapat juga menimbulkan

    preeklampsi pada kehamilan, gagal tumbuh janin, kegagalan jantung kongestif, tirotoksikosis

    pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir rendah serta peningkatan angka kematian

    perinatal. (8)

    PENGELOLAAN PENYAKIT GRAVES

    Walaupun mekanisme otoimun merupakan faktor utama yang berperan dalam patogenesis

    terjadinya sindrom penyakit Graves, namun penatalaksanaannya terutama ditujukan untuk

    mengontrol keadaan hipertiroidisme.

    Sampai saat ini dikenal ada tiga jenis pengobatan terhadap hipertiroidisme akibat penyakit

    Graves, yaitu : Obat anti tiroid, Pembedahan dan Terapi Yodium Radioaktif.

  • 7/29/2019 New Graves

    11/48

    Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat ringannya tirotoksikosis,

    usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan respon atau reaksi terhadapnya

    serta penyakit lain yang menyertainya. (1,2)

    3.1 Obat obatan

    a. Obat Antitiroid : Golongan Tionamid

    Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil dipasarkan

    dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan nama metimazol dan

    karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah tiamazol yang isinya sama

    dengan metimazol.

    Obat golongan tionamid mempunyai efek intra dan ekstratiroid. Mekanisme aksi intratiroid yang

    utama ialah mencegah/mengurangi biosintesis hormon tiroid T-3 dan T-4, dengan cara

    menghambat oksidasi dan organifikasi iodium, menghambat coupling iodotirosin, mengubah

    struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin. Sedangkan mekanisme aksi

    ekstratiroid yang utama ialah menghambat konversi T-4 menjadi T-3 di jaringan perifer (hanya

    PTU, tidak pada metimazol). Atas dasar kemampuan menghambat konversi T-4 ke T-3 ini, PTU

    lebih dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan penurunan segera hormon tiroid di

    perifer. Sedangkan kelebihan metimazol adalah efek penghambatan biosintesis hormon lebih

    panjang dibanding PTU, sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal.

    Belum ada kesesuaian pendapat diantara para ahli mengenai dosis dan jangka waktu

    pengobatan yang optimal dengan OAT. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa obat-obat

    anti tiroid (PTU dan methimazole) diberikan sampai terjadi remisi spontan, yang biasanya dapat

    berlangsung selama 6 bulan sampai 15 tahun setelah pengobatan.

    Untuk mencegah terjadinya kekambuhan maka pemberian obat-obat antitiroid biasanya diawali

    dengan dosis tinggi. Bila telah terjadi keadaan eutiroid secara klinis, diberikan dosis

    pemeliharaan (dosis kecil diberikan secara tunggal pagi hari).

    Regimen umum terdiri dari pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg setiap 6 jam.

    Setelah 4-8 minggu, dosis dikurangi menjadi 50-200 mg , 1 atau 2 kali sehari.Propylthiouracil mempunyai kelebihan dibandingkan methimazole karena dapat menghambat

    konversi T4 menjadi T3, sehingga efektif dalam penurunan kadar hormon secara cepat pada

    fase akut dari penyakit Graves.

    Methimazole mempunyai masa kerja yang lama sehingga dapat diberikan dosis tunggal sekali

    sehari. Terapi dimulai dengan dosis methimazole 40 mg setiap pagi selama 1-2 bulan,

  • 7/29/2019 New Graves

    12/48

    dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 5 20 mg perhari. (2)

    Ada juga pendapat ahli yang menyebutkan bahwa besarnya dosis tergantung pada beratnya

    tampilan klinis, tetapi umumnya dosis PTU dimulai dengan 3x100-200 mg/hari dan

    metimazol/tiamazol dimulai dengan 20-40 mg/hari dosis terbagi untuk 3-6 minggu pertama.

    Setelah periode ini dosis dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai respons klinis dan biokimia.

    Apabila respons pengobatan baik, dosis dapat diturunkan sampai dosis terkecil PTU 50mg/hari

    dan metimazol/ tiamazol 5-10 mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan klinis

    eutiroid dan kadar T-4 bebas dalam batas normal. Bila dengan dosis awal belum memberikan

    efek perbaikan klinis dan biokimia, dosis dapat di naikkan bertahap sampai dosis maksimal,

    tentu dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab lainnya seperti ketaatan pasien minum

    obat, aktivitas fisis dan psikis. (1)

    Meskipun jarang terjadi, harus diwaspadai kemungkinan timbulnya efek samping, yaitu

    agranulositosis (metimazol mempunyai efek samping agranulositosis yang lebih kecil),

    gangguan fungsi hati, lupus like syndrome, yang dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama

    pengobatan. Agranulositosis merupakan efek samping yang berat sehingga perlu penghentian

    terapi dengan Obat Anti Tiroid dan dipertimbangkan untuk terapi alternatif yaitu yodium

    radioaktif.. Agranulositosis biasanya ditandai dengan demam dan sariawan, dimana untuk

    mencegah infeksi perlu diberikan antibiotika.

    Efek samping lain yang jarang terjadi namun perlu penghentian terapi dengan Obat Anti Tiroid

    antara lain Ikterus Kholestatik, Angioneurotic edema, Hepatocellular toxicity dan Arthralgia Akut.

    Untuk mengantisipasi timbulnya efek samping tersebut, sebelum memulai terapi perlu

    pemeriksaan laboratorium dasar termasuk leukosit darah dan tes fungsi hati, dan diulang

    kembali pada bulan-bulan pertama setelah terapi. Bila ditemukan efek samping, penghentian

    penggunaan obat tersebut akan memperbaiki kembali fungsi yang terganggu, dan selanjutnya

    dipilih modalitas pengobatan yang lain seperti 131I atau operasi. (1,2)

    Bila timbul efek samping yang lebih ringan seperti pruritus, dapat dicoba ganti dengan obat jenis

    yang lain, misalnya dari PTU ke metimazol atau sebaliknya. (1)

    Evaluasi pengobatan perlu dilakukan secara teratur mengingat penyakit Graves adalah penyakit

    autoimun yang tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi remisi. Evaluasi pengobatan paling tidakdilakukan sekali/bulan untuk menilai perkembangan klinis dan biokimia guna menentukan dosis

    obat selanjutnya. Dosis dinaikkan dan diturunkan sesuai respons hingga dosis tertentu yang

    dapat mencapai keadaan eutiroid. Kemudian dosis diturunkan perlahan hingga dosis terkecil

    yang masih mampu mempertahankan keadaan eutiroid, dan kemudian evaluasi dilakukan tiap 3

    bulan hingga tercapai remisi. Remisi yang menetap dapat diprediksi pada hampir 80%

  • 7/29/2019 New Graves

    13/48

    penderita yang diobati dengan Obat Anti Tiroid bila ditemukan keadaan-keadaan sebagai

    berikut :

    1. Terjadi pengecilan kelenjar tiroid seperti keadaan normal.

    2. Bila keadaan hipertiroidisme dapat dikontrol dengan pemberian Obat Anti Tiroid dosis

    rendah.

    3. Bila TSH-R Ab tidak lagi ditemukan didalam serum.

    Parameter biokimia yang digunakan adalah FT-4 (atau FT-3 bila terdapat T-3 toksikosis),

    karena hormon-hormon itulah yang memberikan efek klinis, sementara kadar TSH akan tetap

    rendah, kadang tetap tak terdeteksi, sampai beberapa bulan setelah keadaan eutiroid tercapai.

    Sedangkan parameter klinis yang dievaluasi ialah berat badan, nadi, tekanan darah, kelenjar

    tiroid, dan mata.

    b. Obat Golongan Penyekat Beta

    Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat bermanfaat untuk

    mengendalikan manifestasi klinis tirotoksikosis (hyperadrenergic state) seperti palpitasi, tremor,

    cemas, dan intoleransi panas melalui blokadenya pada reseptor adrenergik. Di samping efek

    antiadrenergik, obat penyekat beta ini juga dapat -meskipun sedikit- menurunkan kadar T-3

    melalui penghambatannya terhadap konversi T-4 ke T-3. Dosis awal propranolol umumnya

    berkisar 80 mg/hari.3,4

    Di samping propranolol, terdapat obat baru golongan penyekat beta dengan durasi kerja lebih

    panjang, yaitu atenolol, metoprolol dan nadolol. Dosis awal atenolol dan metoprolol 50 mg/hari

    dan nadolol 40 mg/hari mempunyai efek serupa dengan propranolol.

    Pada umumnya obat penyekat beta ditoleransi dengan baik. Beberapa efek samping yang

    dapat terjadi antara lain nausea, sakit kepala, insomnia, fatigue, dan depresi, dan yang lebih

    jarang terjadi ialah kemerahan, demam, agranulositosis, dan trombositopenia. Obat golongan

    penyekat beta ini dikontraindikasikan pada pasien asma dan gagal jantung, kecuali gagal

    jantung yang jelas disebabkan oleh fibrilasi atrium. Obat ini juga dikontraindikasikan pada

    keadaan bradiaritmia, fenomena Raynaud dan pada pasien yang sedang dalam terapi

    penghambat monoamin oksidase.

    c. Obat-obatan LainObat-obat seperti iodida inorganik, preparat iodinated radiographic contrast, potassium perklorat

    dan litium karbonat, meskipun mempunyai efek menurunkan kadar hormon tiroid, tetapi jarang

    digunakan sebagai regimen standar pengelolaan penyakit Graves. Obat-obat tersebut sebagian

    digunakan pada keadaan krisis tiroid, untuk persiapan operasi tiroidektomi atau setelah terapi

    iodium radioaktif.

  • 7/29/2019 New Graves

    14/48

    Umumnya obat anti tiroid lebih bermanfaat pada penderita usia muda dengan ukuran kelenjar

    yang kecil dan tirotoksikosis yang ringan. Pengobatan dengan Obat Anti Tiroid (OAT) mudah

    dilakukan, aman dan relatif murah, namun jangka waktu pengobatan lama yaitu 6 bulan sampai

    2 tahun bahkan bisa lebih lama lagi. Kelemahan utama pengobatan dengan OAT adalah angka

    kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan dihentikan, yaitu berkisar antara 25% sampai

    90%. Kekambuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain dosis, lama pengobatan,

    kepatuhan pasien dan asupan yodium dalam makanan. Kadar yodium yang tinggi didalam

    makanan menyebabkan kelenjar tiroid kurang sensitif terhadap OAT.

    Pemeriksaan laboratorium perlu diulang setiap 3 - 6 bulan untuk memantau respons terapi,

    dimana yang paling bermakna adalah pemeriksaan kadar FT4 dan TSH.

    3.2 Pengobatan dengan cara kombinasi OAT-tiroksin

    Yang banyak diperdebatkan adalah pengobatan penyakit Graves dengan cara kombinasi OAT

    dan tiroksin eksogen. Hashizume dkk pada tahun 1991 melaporkan bahwa angka kekambuhan

    renddah yaitu hanya 1,7 % pada kelompok penderita yang mendapat terapi kombinasi

    methimazole dan tiroksin., dibandingkan dengan 34,7% pada kelompok kontrol yang hanya

    mendapatkan terapi methimazole.

    Protokol pengobatannya adalah sebagai berikut :

    Pertama kali penderita diberi methimazole 3 x 10 mg/hari selama 6 bulan, selanjutnya 10 mg

    perhari ditambah tiroksin 100 g perhari selama 1 tahun, dan kemudian hanya diberi tiroksin

    saja selama 3 tahun. Kelompok kontrol juga diberi methimazole dengan dosis dan cara yang

    sama namun tanpa tiroksin. Kadar TSH dan kadar TSH-R Ab ternyata lebih rendah pada

    kelompok yang mendapat terapi kombinasi dan sebaliknya pada kelompok kontrol. Hal ini

    mengisyaratkan bahwa TSH selama pengobatan dengan OAT akan merangsang pelepasan

    molekul antigen tiroid yang bersifat antigenic, yang pada gilirannya akan merangsang

    pembentukan antibody terhadap reseptor TSH. Dengan kata lain, dengan mengistirahatkan

    kelenjar tiroid melalui pemberian tiroksin eksogen eksogen (yang menekan produksi TSH),

    maka reaksi imun intratiroidal akan dapat ditekan, yaitu dengan mengurangi presentasi antigen.

    Pertimbangan lain untuk memberikan kombinasi OAT dan tiroksin adalah agar penyesuaiandosis OAT untuk menghindari hipotiroidisme tidak perlu dilakukan terlalu sering, terutama bila

    digunakan OAT dosis tinggi.

    3.3 Pembedahan

    Tiroidektomi subtotal merupakan terapi pilihan pada penderita dengan struma yang besar.

  • 7/29/2019 New Graves

    15/48

    Sebelum operasi, penderita dipersiapkan dalam keadaan eutiroid dengan pemberian OAT

    (biasanya selama 6 minggu). Disamping itu , selama 2 minggu pre operatif, diberikan larutan

    Lugol atau potassium iodida, 5 tetes 2 kali sehari, yang dimaksudkan untuk mengurangi

    vaskularisasi kelenjar dan mempermudah operasi. Sampai saat ini masih terdapat silang

    pendapat mengenai seberapa banyak jaringan tiroid yangn harus diangkat.

    Tiroidektomi total biasanya tidak dianjurkan, kecuali pada pasein dengan oftalmopati Graves

    yang progresif dan berat. Namun bila terlalu banyak jaringan tiroid yang ditinggalkan ,

    dikhawatirkan akan terjadi relaps. Kebanyakan ahli bedah menyisakan 2-3 gram jaringan tiroid.

    Walaupun demikan kebanyakan penderita masih memerlukan suplemen tiroid setelah

    mengalami tiroidektomi pada penyakit Graves.

    Hipoparatiroidisme dan kerusakan nervus laryngeus recurrens merupakan komplikasi

    pembedahan yang dapat terjadi pada sekitar 1% kasus.

    3.4 Terapi Yodium Radioaktif

    Pengobatan dengan yodium radioaktif (I131) telah dikenal sejak lebih dari 50 tahun yang lalu.

    Radionuklida I131 akan mengablasi kelenjar tiroid melalui efek ionisasi partikel beta dengan

    penetrasi kurang dari 2 mm, menimbulkan iradiasi local pada sel-sel folikel tiroid tanpa efek

    yang berarti pada jaringan lain disekitarnya. Respons inflamasi akan diikuti dengan nekrosis

    seluler, dan dalam perjalanan waktu terjadi atrofi dan fibrosis disertai respons inflamasi kronik.

    Respons yang terjadi sangat tergantung pada jumlah I131 yang ditangkap dan tingkat

    radiosensitivitas kelenjar tiroid. Oleh karena itu mungkin dapat terjadi hipofungsi tiroid dini

    (dalam waktu 2-6 bulan) atau lebih lama yaitu setelah 1 tahun. Iodine131 dengan cepat dan

    sempurna diabsorpsi melalui saluran cerna untuk kemudian dengan cepat pula terakumulasi

    didalam kelenjar tiroid. Berdasarkan pengalaman para ahli ternyata cara pengobatan ini aman ,

    tidak mengganggu fertilitas, serta tidak bersifat karsinogenik ataupun teratogenik. Tidak

    ditemukan kelainan pada bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang pernah mendapat pengobatan

    yodium radioaktif.

    Yodium radioaktif tidak boleh diberikan pada pasien wanita hamil atau menyusui. Pada pasien

    wanita usia produktif, sebelum diberikan yodium radioaktif perlu dipastikan dulu bahwa yangbersangkutan tidak hamil. Selain kedua keadaan diatas, tidak ada kontraindikasi absolut

    pengobatan dengan yodium radioaktif. Pembatasan umur tidak lagi diberlalukan secara ketat,

    bahkan ada yang berpendapat bahwa pengobatan yodium radioaktif merupakan cara terpilih

    untuk pasien hipertiroidisme anak dan dewasa muda, karena pada kelompok ini seringkali

    kambuh dengan OAT.

  • 7/29/2019 New Graves

    16/48

    Cara pengobatan ini aman, mudah dan relatif murah serta sangat jarang kambuh. Reaksi alergi

    terhadap yodium radioaktif tidak pernah terjadi karena massa yodium dalam dosis I131 yang

    diberikan sangat kecil, hanya 1 mikrogram.

    Efek pengobatan baru terlihat setelah 8 12 minggu, dan bila perlu terapi dapat diulang.

    Selama menunggu efek yodium radioaktif dapat diberikan obat-obat penyekat beta dan / atau

    OAT.

    Respons terhadap pengobatan yodium radioaktif terutama dipengaruhi oleh besarnya dosis

    I131 dan beberapa faktor lain seperti faktor imun, jenis kelamin, ras dan asupan yodium dalam

    makanan sehari-hari.

    Efek samping yang menonjol dari pengobatan yodium radioaktif adalah hipotiroidisme. Kejadian

    hipotiroidisme sangat dipengaruhi oleh besarnya dosis; makin besar dosis yang diberikan makin

    cepat dan makin tinggi angka kejadian hipotiroidisme.

    Dengan dosis I131 yang moderat yaitu sekitar 100 Ci/g berat jaringan tiroid, didapatkan angka

    kejadian hipotiroidisme sekitar 10% dalam 2 tahun pertama dan sekitar 3% untuk tiap tahun

    berikutnya.

    Efek samping lain yang perlu diwaspadai adalah :

    - memburuknya oftalmopati yang masih aktif (mungkin karena lepasnya antigen tiroid dan

    peningkatan kadar antibody terhadap reseptor TSH), dapat dicegah dengan pemberian

    kortikosteroid sebelum pemberian I131

    - hipo atau hiperparatiroidisme dan kelumpuhan pita suara (ketiganya sangat jarang terjadi)

    - gastritis radiasi (jarang terjadi)

    - eksaserbasi tirotoksikosis akibat pelepasan hormon tiroid secara mendadak (leakage) pasca

    pengobatan yodium radioaktif; untuk mencegahnya maka sebelum minum yodium radioaktif

    diberikan OAT terutama pada pasien tua dengan kemungkinan gangguan fungsi jantung.

    Setelah pemberian yodium radioaktif, fungsi tiroid perlu dipantau selama 3 sampai 6 bulan

    pertama; setelah keadaan eutiroid tercapai fungsi tiroid cukup dipantau setiap 6 sampai 12

    bulan sekali, yaitu untuk mendeteksi adanya hipotiroidisme. (2)

    3.5 Pengobatan oftalmopati GravesDiperlukan kerjasama yang erat antara endokrinologis dan oftalmologis dalam menangani

    oftalmopati Graves. Keluhan fotofobia, iritasi dan rasa kesat pada mata dapat diatasi dengan

    larutan tetes mata atau lubricating ointments, untuk mencegah dan mengobati keratitis. Hal lain

    yang dapat dilakukan adalah dengan menghentikan merokok, menghindari cahaya yang sangat

    terang dan debu, penggunaan kacamata gelap dan tidur dengan posisi kepala ditinggikan untuk

  • 7/29/2019 New Graves

    17/48

    mengurangi edema periorbital. Hipertiroidisme sendiri harus diobati dengan adekuat. Obat-obat

    yang mempunyai khasiat imunosupresi dapat digunakan seperti kortikosteroid dan siklosporin,

    disamping OAT sendiri dan hormon tiroid. Tindakan lainnya adalah radioterapi dan

    pembedahan rehabilitatif seperti dekompresi orbita, operasi otot ekstraokuler dan operasi

    kelopak mata.

    Yang menjadi masalah di klinik adalah bila oftalmopati ditemukan pada pasien yang eutiroid;

    pada keadaan ini pemeriksaan antibody anti-TPO atau antibody antireseptor TSH dalam serum

    dapat membantu memastikan diagnosis. Pemeriksaan CT scan atau MRI digunakan untuk

    menyingkirkan kemungkinan penyebab kelainan orbita lainnya.

    3.6 Pengobatan krisis tiroid

    Pengobatan krisis tiroid meliputi pengobatan terhadap hipertiroidisme (menghambat produksi

    hormon, menghambat pelepasan hormon dan menghambat konversi T4 menjadi T3, pemberian

    kortikosteroid, penyekat beta dan plasmafaresis), normalisasi dekompensasi homeostatic

    (koreksi cairan, elektrolit dan kalori) dan mengatasi faktor pemicu.

    3.7 Penyakit Graves Dengan Kehamilan

    Wanita pasien penyakit Graves sebaiknya tidak hamil dahulu sampai keadaan hipertiroidisme-

    nya diobati dengan adekuat, karena angka kematian janin pada hipertiroidisme yang tidak

    diobati tinggi. Bila ternyata hamil juga dengan status eutiroidisme yang belum tercapai, perlu

    diberikan obat antitiroid dengan dosis terendah yang dapat mencapai kadar FT-4 pada kisaran

    angka normal tinggi atau tepat di atas normal tinggi. PTU lebih dipilih dibanding metimazol pada

    wanita hamil dengan hipertiroidisme, karena alirannya ke janin melalui plasenta lebih sedikit,

    dan tidak ada efek teratogenik. Kombinasi terapi dengan tiroksin tidak dianjurkan, karena akan

    memerlukan dosis obat antitiroid lebih tinggi, di samping karena sebagian tiroksin akan masuk

    ke janin, yang dapat menyebabkan hipotiroidisme.

    Evaluasi klinis dan biokimia perlu dilakukan lebih ketat, terutama pada trimester ketiga. Pada

    periode tersebut, kadang-kadang - dengan mekanisme yang belum diketahui- terdapat

    penurunan kadar TSHR-Ab dan peningkatan kadar thyrotropin receptor antibody, sehinggamenghasilkan keadaan remisi spontan, dan dengan demikian obat antirioid dapat dihentikan.

    Wanita melahirkan yang masih memerlukan obat antiroid, tetap dapat menyusui bayinya

    dengan aman. (1)

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/29/2019 New Graves

    18/48

    1. Subekti, I, Makalah Simposium Current Diagnostic and Treatment Pengelolaan Praktis

    Penyakit Graves, FKUI, Jakarta, 2001 : hal 1-5

    2. Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan

    Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli 2002, PIKKI,

    Jakarta, 2002 : hal 9-18

    3. Price A.S. & Wilson M.L., Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa Anugerah P.,

    Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995 : hal 1049 1058, 1070 1080

    4. Corwin. E J, Patofisiologi, Edisi 1, EGC, Jakarta, 2001 : hal 263 265

    5. Stein JH, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E, Edisi 3, EGC,

    Jakarta, 2000 : hal 606 630

    6. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Prof.Dr.Ahmad H. Asdie, Sp.PD-

    KE, Edisi 13, Vol.5, EGC, Jakarta, 2000 : hal 2144-2151

    7. Lembar S, Hipertiroidisme Pada Neonatus Dengan Ibu Penderita Graves Disease, Majalah

    Kedokteran Atma Jaya Jakarta, Vol 3, No.1, Jakarta, 2004 : hal 57 64

    8. Mansjoer A, et all, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3, Media Aesculapius, Fakultas

    Kedokteran UI, Jakarta, 1999 : hal 594-598

    9. Noer HMS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas

    Kedokteran UI, Jakarta, 1996 : hal 725 778

  • 7/29/2019 New Graves

    19/48

  • 7/29/2019 New Graves

    20/48

    Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 199051

    Pengelolaan dan Pengobatan

    Hipertiroidi

    A. Guntur

    Hermawan

    Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    PENDAHULUAN

    Hipertiroidi (penyakit Graves, PG) atau juga disebut tirotok-

    sikosis adalah suatu keadaan akibat peningkatan kadar hormon

    tiroid bebas dalam darah. PG pertama kali dilaporkan oleh Parry

    pada tahun 1825, kemudian Graves pada tahun 1835 dan di-

    susul oleh Basedow pada tahun 1840.

    1

    Distribusi jenis kelamin

    dan umur pada penyakit hipertiroidi amat bervariasi dari ber-

    bagai klinik. Perbandingan wanita dan laki-laki yang didapat di

    RSUP Palembang adalah 3,1 : 1 di RSCM Jakarta adalah

    6 : 1, di RS. Dr. Soetomo 8 : 1 dan di RSHS Bandung 10 :1.

    1

    Sedangkan distribusi menumt umur di RSUP Palembang yang

    terbanyak adalah pada usia 21 - 30 tahuii (41,73%), tetapi

    menurut beberapa penulis lain puncaknya antara 30--40 tahun.

    3

    Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun

    1960 diperkirakan 200 juta, 12 juta di antaranya terdapat di Indo-

    nesia. Angka kejadian hipertiroidi yang didapat dari beberapa

    klinik di Indonsia berkisar antara 44,44% -- 48,93% dari seluruh

    penderita dengan penyakit kelenjar gondok.

    1Di AS diperkirakan

    0,4% populasi menderita PG, biasanya sering pada usia di bawah

    40 tahun.

    2

    Dikenal beberapa penyakit yang dapat menyebabkan hiper-

  • 7/29/2019 New Graves

    21/48

    tiroidi dengan penyebab tersering toxic diffuse goiterdan toxic

    nodular goiter, baik jenis multinoduler maupun soliter.

    1 4 5

    Beberapa penyebab hipertiroidi yang lain dapat ditemukan pada

    tiroiditis subakuta, chronic autoimmune thyroiditis, karsinoma

    tiroid, struma ovarii, exogenous hyperthyroidism, hipertiroidi

    karena pemakaian jodium.

    6

    ' Da berbagai penyebab hiper-

    tiroidi, penyakit Graves (PG) atau penyakit Basedow atau pe-

    nyakit Parry merupakan penyebab paling sering ditemukan.

    2

    8 9

    PG adalah suatu penyakit multisistemik yang karakteristik

    dengan adanya struma difusa, tirotoksikosis, oftalmopati infil-

    tratif dan kadang-kadang disgrtai dengan dermopati infiltratif.

    2

    PG dikatakan merupakan penyakit otoimun kelenjar tiroid, hal

    ini disokong dengan adanya laperan-laporan tentang terdapat-

    nya antibodi spesifik pada penderita PG.

    2 10 11

    Pengobatan penderita hipertiroidi sangat komplek, dan masih

    banyak perbedaan pendapat dari para ahli tentang cara terbaik

    dalam pengobatan.5

    10

    Faktor sex, umur, berat ringannya pe-

    nyakit, penyakit lain yang menyertainya, penerimaan penderita

    serta pengalaman dari pengelola hams dipertimbangkan.

    10Pada kesempatan ini akan dibahas cara penanganan pen-

    derita hipertiroidi dengan mengingat faktor-faktor yang dapat

    mempengaruhi pemilihan cara pengelolaan dan juga dapat

    mempengaruhi hasil pengobatan.

    PATOFISIOLOGI

  • 7/29/2019 New Graves

    22/48

    Hipertiroidi adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan

    oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4)

    dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan produksi

    triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi

    tiroksin (T4) di jaringan perifer.

    1 2

    Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap

    metabolisme jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertum-

    buhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini ber-

    pengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui meka-

    nisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstra-

    seluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan

    peningkatan proses-proses intraseluler.

    12

    Pada mamalia dewasa khasiat hormon tiroid terlihat antara

    lain :

    --

    aktivitas lipolitik yang meningkat pada jaringan lemak

    --

    modulasi sekresi gonadotropin

    --

    mempertahankan pertumbuhan proliferasi sel dan maturasi

    rambut

    -- merangsang pompa natrium dan jalur glikolitik, yang meng-

    hasilkan kalorigenesis dan fosforilasi oksidatif pada jaringan

    hati, ginjal dan otot.

    Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka metabolisme

    jaringan, sintesa protein dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan

    ini secara klinis akan terlihat dengan adanya palpitasi, taki-

  • 7/29/2019 New Graves

    23/48

  • 7/29/2019 New Graves

    24/48

    Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 1990

    52

    kardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu

    makan yang meningkat, berat badan yang menurun. Kadang-

    kadang gejala klinis yang ada hanya berupa penurunan berat

    badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air

    besar yang tidak diketahui sebabnya.

    2 7

    Patogenesis PG masih belum jelas diketahui. Diduga pe-

    ningkatan kadar hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu akti-

    vator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan kelenjar timid

    hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor

    TSH, sehingga disebut sebagai antibodi reseptor TSH. Anti-bodi

    ini sering juga disebut sebagai thyroid stimulating immuno-

    globulin (TSI)

    10 11

    Dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir

    semua penderita PG.

    Selain itu pada PG sering pula ditemukan antibodi terhadap

    tiroglobulin dan anti mikrosom.

    10

    11

    Penelitian lebih lanjut

    menunjukkan bahwa kedua antibodi ini mempunyai peranan

    dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom

    ini bisa ditemukan hampir pada 60 -70% penderita PG, bahkan

    dengan pemeriksaan radioassaybisa ditemukan pada hampir

    semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin bisa ditemukan

    pada 50% penderita.10

    Terbentuknya autoantibodi tersebut

    diduga karena adanya efek dari kontrol immunologik (immuno-

    regulation), defek ini dipengaruhi oleh faktor genetik seperti

    HLA

  • 7/29/2019 New Graves

    25/48

    2

    9 10 11

    dan faktor lingkungan seperti infeksi atau stress.

    9

    Pada toxic nodular goiterpeningkatan kadar hormon tiroid

    disebabkan oleh autonomisasi dari nodul yang bersangkutan

    dengan fungsi yang berlebihan sedangkan bagian kelenjar se-

    lebihnya fungsinya normal atau menurun.

    4 13

    DIAGNOSIS

    Gambaran klinik hipertiroidi dapat ringan dengan keluhan-

    keluhan yang sulit dibedakan dari reaksi kecemasan, tetapi dapat

    berat sampai mengancam jiwa penderita karena timbulnya hiper-

    pireksia, gangguan sirkulasi dan kolaps.

    3

    Keluhan utama biasa-

    nya berupa salah satu dari meningkatnya nervositas, berdebar-

    debar atau kelelahan. Dari penelitian pada sekelompok penderita

    didapatkan 10 geiala yang menonjol yaitu

    3 10 15 16

    -

    Nervositas

    -

    Kelelahan atau kelemahan otot-otot

    -

    Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik

    -

    Diare atau sering buang air besar

    -Intoleransi terhadap udara panas

    -

    Keringat berlebihan

    -

    Perubahan pola menstruasi

  • 7/29/2019 New Graves

    26/48

    -

    Tremor

    -

    Berdebar-debar

    -

    Penonjolan mata dan leher

    Gejala-gejala hipertiroidi ini dapat berlangsung dari beberapa

    hari sampai beberapa tahun sebelum penderita berobat ke

    dokter, bahkan sering seorang penderita tidak menyadari pe-

    nyakitnya.

    3

    Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambaran yang khas

    yaitu : seorang penderita tegang disertai cara bicara dan tingkah

    laku yang cepat, tanda-tanda pada mata, telapak tangan basah

    dan hangat, tremor, onchlisis, vitiligo, pembesaran leher, nadi

    yang cepat, aritmia, tekanan nadi yang tinggi dan pemendekan

    waktu refleks Achilles.

    3 17

    Atas dasar tanda-tanda klinis tersebut

    sebenarnya suatu diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan.'

    Untuk daerah di mana pemeriksaan laboratorik yang spesifik

    untuk hormon tiroid tak dapat dilakukan, penggunaan indeks

    Wayne dan New Castle sangat membantu menegakkan diagnosis

    hipertiroid. Pengukuran metabolisme basal (BMR), bila basil

    BMR > 30, sangat mungkin bahwa seseorang menderita

    hipertiroid.

    Untuk konfirmasi diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan

    hormon timid (thyroid function test), seperti kadar T4 dan T3,

    kadar T4 bebas atau free thyroxine index(FT41). Adapun pe-meriksaan lain yang dapat membantu menegakkan diagno-

    sis a.l.: pemeriksaan antibodi tiroid yang meliputi anti tiroglo-

    bulin dan antimikrosom, pengukuran kadar TSH serum, test

    penampungan yodium radioaktif(radioactive iodine uptake) dan

    pemeriksaan sidikan tiroid (thyroid scanning)

  • 7/29/2019 New Graves

    27/48

    18

    19

    Khir

    18

    me-

    ngemukakan pendapatnya untuk menegakkan diagnosis PG,

    yakni : adanya riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang

    sama atau mempunyai penyakit yang berhubungan dengan

    otoimun, di samping itu pada penderita didapatkan eksoftalmus

    atau miksedem pretibial; kemudian dikonfirmasi dengan pe-

    meriksaan antibodi tiroid.

    DASAR PENGOBATAN

    Beberapa faktor hams dipertimbangkan, ialah :

    1.

    Faktor penyebab hipertiroidi

    2.

    Umur penderita

    3.

    Berat ringannya penyakit

    4.

    Ada tidaknya penyakit lain yang menyertai

    5.

    Tanggapan penderita terhadap pengobatannya

    6.

    Sarana diagnostik dan pengobatan serta pengalaman dokter

    dan klinik yang bersangkutan.

    Pada dasarnya pengobatan penderita hipertiroidi meliputi :

    A.

    Pengobatan UmumB.

    Pengobatan Khusus

    C.

    Pengobatan dengan Penyulit

    Pengobatan Umum

  • 7/29/2019 New Graves

    28/48

    2 20

    :

    1)

    Istirahat.

    Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita

    tidak makin meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan

    pekerjaan yang melelahkan/mengganggu pikiran balk di rmah

    atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest

    total di Rumah Sakit.

    2)

    Diet.

    Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral.

    Hal ini antara lain karena : terjadinya peningkatan metabolisme,

    keseimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium

    yang negatif.

    3)

    Obat penenang.

    Mengingat pada PG sering terjadi kegelisahan, maka obat

    penenang dapat diberikan. Di samping itu perlu juga pemberian

    psikoterapi.

    Pengobatan Khusus.

    1) Obat antitiroid.

    Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide,

    yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat.

    Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide adalah

    propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole

    (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja

  • 7/29/2019 New Graves

    29/48

  • 7/29/2019 New Graves

    30/48

    Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 199053

    menghambat sintesis hormon tetapi tidak menghambat sekresi-

    nya, yaitu dengan menghambat terbentuknya monoiodotyrosine

    (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling

    diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga

    menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta

    harganya lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap

    sebagai obat pilihan.

    2 21 22

    Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar

    gondok sehingga pengaruh pengobatan lebih tergantung pada

    konsentrasi obat dalam kelenjar dari pada di plasma. MMI dan

    carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU sehingga

    dosis yang diperlukan hanya satu persepuluhnya.

    Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari

    untuk PTU atau 30 - 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole,

    terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis tunggal setiap

    24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU

    atau carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih

    besar.

    23

    Secara farmakologi terdapat perbedaan antara PTU dengan

    MMI/CBZ, antara lain adalah :

    1.

    MMI mempunyai waktu paruh dan akumulasi obat yang lebih

    lama dibanding PTU di clalam kelenjar tiroid. Waktu paruh MMI

    6 jam sedangkan PTU + 1

    1

    /2

    jam.

    13

    2.

    Penelitian lain menunjukkan MMI lebih efektif dan kurang

  • 7/29/2019 New Graves

    31/48

    toksik dibanding PTU (dikutip dari 13).

    3.

    MMI tidak terikat albumin serum sedangkan PTU hampir

    80% terikat pada albumin serum, sehingga MMI lebih bebas

    menembus barier plasenta dan air susu,

    13

    sehingga untuk ibu

    hamil dan menyusui PTU lebih dianjurkan.

    Jangka waktu pemberian tergantung masing-masing pen-

    derita (6 - 24 bulan) dan dikatakan sepertiga sampai setengahnya

    (50 - 70%) akan mengalami perbaikan yang bertahan cukup

    lama. Apabila dalam waktu 3 bulan tidak atau hanya sedikit

    memberikan perbaikan, maka harus dipikirkan beberapa ke-

    mungkinan yang dapat menggagalkan pengobatan (tidak teratur

    minum obat, struma yang besar, pernah mendapat pengobatan

    yodium sebelumnya atau dosis kurang)

    2 521 23

    Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya

    gatal-gatal, skin rash dapat ditanggulangi dengan pemberian anti

    histamin tanpa perlu penghentian pengobatan. Dosis yang

    sangat tinggi dapat menyebabkan hilangnya indera pengecap,

    cholestatic jaundice dan kadang-kadang agranulositosis (0,2 -

    0,7%), kemungkinan ini lebih besar pada penderita umur di

    atas 40 tahun yang menggunakan dosis besar

    .13 20 21 22 23

    Efek

    samping lain yang jarang terjadi. a.l. berupa : arthralgia, demam

    rhinitis, conjunctivitis, alopecia, sakit kepala, edema, limfadeno-

    pati, hipoprotombinemia, trombositopenia, gangguan gastro-intestinal.

    9 13

    2) Yodium.

    Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara

    akut tetapi dalam masa 3 minggu efeknya akan menghilang

  • 7/29/2019 New Graves

    32/48

    karena adanya escape mechanism dari kelenjar yang bersangkut-

    an, sehingga meski sekresi terhambat sintesa tetap ada. Akibat-

    nya terjadi penimbunan hormon dan pada saat yodium dihenti-

    kan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi meng-

    hebat.

    Pengobatan dengan yodium (MJ) digunakan untuk mem-

    peroleh efek yang cepat seperti pada krisis tiroid atau untuk

    persiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya diguna-

    kan dalam bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya

    15 mg per hari dengan dosis terbagi yang diberikan 2 minggu

    sebelum dilakukan pembedahan.

    9

    Marigold dalam penelitian-

    nya menggunakan cairan Lugol dengan dosis 1/2 ml (10 tetes)

    3 kali perhari yang diberikan '10 hari sebelum dan sesudah

    operasi.

    17

    3) Penyekat Beta (Beta Blocker).

    Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroidi diakibatkan oleh

    adanya hipersensitivitas pada sistim simpatis.

    16

    Meningkatnya

    rangsangan sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya ke-

    pekaan reseptor terhadap katekolamin.

    13

    16 19

    Penggunaan obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan

    akan menghambat pengaruh hati.Reserpin, guanetidin dan pe-

    nyekat beta (propranolol) merupakan obat yang masih diguna-kan.

    16

    Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih

    efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat.

    24

  • 7/29/2019 New Graves

    33/48

    Biasanya dalam

    24 - 36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala.

    Khasiat propranolol

    14 17

    :

    -

    penurunan denyut jantung permenit

    -

    penurunan cardiac output

    -

    perpanjangan waktu refleks Achilles

    -

    pengurangan nervositas

    -

    pengurangan produksi keringat

    -

    pengurangan tremor

    Di samping pengaruh pada reseptor beta, propranolol dapat

    menghambat konversi T4 ke T3 di perifer. Bila obat tersebut

    dihentikan, maka dalam waktu 4 - 6 jam hipertiroid dapat

    kembali lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan

    dosis tunggal propranolol sebagai persiapan operasi dapat me-

    nimbulkan krisis tiroid sewaktu operasi.

    8

    24

    Penggunaan pro-

    pranolol a.l. sebagai : persiapan tindakan pembedahan atau

    pemberian yodium radioaktif, mengatasi kasus yang berat dan

    krisis tiroid.4) Ablasi kelenjar gondok.

    Pelaksanaan ablasi dengan pembedahan atau pemberian I

    131

    .

    a) Tindakan pembedahan

  • 7/29/2019 New Graves

    34/48

    Indikasi utaina untuk melakukan tindakan pembedahan

    adalah mereka yang berusia muda dan gagal atau alergi terhadap

    obat-obat antitiroid. Tindakan pembedahan berupa tiroidektomi

    subtotal juga dianjurkan pada penderita dengan keadaan yang

    tidak mungkin diberi pengobatan dengan I

    131

    (wanita hamil atau

    yang merencanakan kehamilan dalam waktu dekat).

    Indikasi lain adalah mereka yang sulit dievaluasi pengobatan-

    nya, penderita yang keteraturannya minum obat tidak teijamin

    atau mereka dengan struma yang sangat besar dan mereka

    yang ingin cepat eutiroid atau bila strumanya diduga mengalami

    keganasan, dan alasan kosmetik.

    21 22 23

    Untuk persiapan pembedahan dapat diberikan kombinasi

    antara thionamid, yodium atau propanolol guna mencapai ke-

    adaan eutiroid.

    9

    13

    Thionamid biasanya diberikan 6 - 8 minggu

    sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian larut-

    an Lugol selama 10 - 14 hari sebelum operasi. Propranolol

    dapat diberikan beberapa minggu sebelum operasi, kombinasi

    obat ini dengan Yodium dapat diberikan 10 hari sebelum ope-

    rasi.

    13

    Tujuan pembedahan yaitu untuk mencapai keadaan eutiroid

    yang permanen.

    19Dengan penanganan yang baik, maka angka

  • 7/29/2019 New Graves

    35/48

  • 7/29/2019 New Graves

    36/48

    Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 1990

    54

    kematian dapat diturunkan sampai 0.

    13

    b) Ablasi dengan I

    131

    .

    Sejak ditemukannya I

    131

    terjadi perubahan dalam bidang

    pengobatan hipertiroidi. Walaupun dijumpai banyak komplikasi

    yang timbul setelah pengobatan, namun karena harganya murah

    dan pemberiannya mudah, cara ini banyak digunakan.

    22

    Tujuan pemberian I

    131

    adalah untuk merusak sel-sel kelenjar

    yang hiperfungsi. Sayangnya I

    131

    ini temyata menaikan angka

    kejadian hipofungsi kelenjar gondok (30 -- 70% dalamjollow up

    10 -- 20 tahun) tanpa ada kaitannya dengan besarnya dosis

    obat yang diberikan. Di samping itu terdapat pula peningkatan

    gejala pada mata sebanyak 1 -- 5% dan menimbulkan kekhawatir-

    an akan terjadinya perubahan gen dan keganasan akibat peng-

    obatan cara ini, walaupun belum terbukti.

    21 22 23

    Penetapan dosis

    1131didasarkan atas derajat hiperfungsi serta

    besar dan beratnya kelenjar gondok. Dosis yang dianjurkan

    140 -- 160 micro Ci/gram atau dengan dosis rendah 80

    micro Ci/gram.

    2

  • 7/29/2019 New Graves

    37/48

    Dalam pelaksanaannya perlu dipertimbangkan antara lain :

    dosis optimum yang diperlukan kelenjar tiroid, besar/ukuran

    dari kelenjar yang akan diradiasi, efektivitas I

    131

    di dalam jaring-

    an dan sensitivitas jaringan tiroid terhadap I

    131, 10

    PENGOBATAN PG DENGAN PENYULIT

    PG dan Kehamilan

    Angka kejadian PG dengan kehamilan 0,2%. Selama ke-

    hamilan biasanya PG mengalami remisi, dan eksaserbasi setelah

    melahirkan.

    23

    Dalam pengobatan, yodium radioaktif merupakan kontra-

    indikasi karena pada bayi dapat terjadi hipotiroidi yang irever-

    sibel.

    2

    Penggunaan propranolol masih kontroversiil. Beberapa

    peneliti memberikan propranolol pada kehamilan, dengan dosis

    40 mg 4 kali sehari tanpa menimbulkan gangguan pada proses

    kelahiran, tanda-tanda teratogenesis dan gangguan fungsi tiroid

    dari bayi yang baru dilahirkan.

    14

    Tetapi beberapa peneliti lain

    mendapatkan gejala-gejala proses kelahiran yang terlambat, ter-

    ganggunya pertumbuhan bayi intra uterin, plasenta yang kecil,

    hipoglikemi dan bradikardi pada bayi yang baru lahir.

    Umumnya propranolol diberikan pada wanita hamil dengan

    hipertiroidi dalam waktu kurang dari 2 minggu bilamana diper-siapkan untuk tindakan operatif.

    7

    Pengobatan yang dianjurkan hanya pemberian obat antitiroid

    dan pembedahan. Untuk menentukan pilihan tergantung faktor

    pengelola maupun kondisi penderita.

  • 7/29/2019 New Graves

    38/48

    23

    PTU merupakan obat

    antitiroid yang digunakan, pemberian dosis sebaiknya serendah

    mungkin.

    13

    Bila terjadi efek hipotiroidi pada bayi, pemberian

    hormon tiroid tambahan pada ibu tidak bermanfaat mengingat

    hormon tiroid kurang menembus plasenta.

    13

    Pembedahan dilakukan bila dengan pemberian obat antitiroid

    tidak mungkin. Sebaiknya pembedahan ditunda sampai tri-

    mester I kehamilan untuk mencegah terjadinya abortus

    spontan.

    14

    Eksoftalmus

    Pengobatan hipertiroidi diduga mempengaruhi derajat pe-

    ngembangan eksoflmus.

    2

    Selain itu pada eksoftalmus dapat di-

    berikan terapi a.l. : istirahat dengan berbaring terlentang, kepala

    lebih tinggi; mencegah mata tidak kering dengan salep mata

    atau larutan metil selulose 5%; menghindari iritasi mata dengan

    kacamata hitam; dan tindakan operasi; dalam keadaan yang

    berat bisa diberikan prednison peroral tiap hari.2 23

    Krisis tiroid

    Krisis tiroid merupakan suatu keadaan tirotoksikosis yang se-

    konyong-konyong menjadi hebat dan disertai a.l. adanya panas

    badan, delirium, takikardi, dehidrasi berat dan dapat dicetuskan

    oleh antara lain : infeksi dan tindakan pembedahan.13

    Prinsip pengelolaan hampir sama, yakni mengendalikan tiro-

    toksikosis dan mengatasi komplikasi yang teijadi. Untuk me-

    ngendalikan tirotoksikosis dapat digunakan terapi kombinasi

    dengan dosis tinggi misalnya PTU 300 mg tiap 6 jam, KJ 10

  • 7/29/2019 New Graves

    39/48

    tetes tiap 6 jam, propranolol 80 mg tiap 6 jam (IV 2 -- 4 mg tiap

    4 jam) dan dapat diberikan glukokortikoid (hidrokortison

    300 mg).

    13

    Sedangkan untuk mengatasi komplikasinya ter-

    gantung kondisi penderita dan gejala yang ada. Tindakan hams

    secepatnya karena angka kematian penderita ini cukup besar.

    13

    KEPUSTAKAAN

    1.

    Sumanggar Ps. Thyrotoxicosis di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP

    Palembang. Dalam : Naskah Lengkap KOPAPDI V, Jilid I. Bagian Ilmu

    Penyakit Dalam FK UNDIP -- RS Kariadi, Semarang 1981, hal. 53.

    2.

    Ingbar SH Woeber KA. Disease of the Thyroid. In : Harrison's Principles

    of Internal Medicine.IsselbacherKJ et.al. (eds) 9th ed. Tokyo : McGraw --

    Hill Hogakusha Ltd. 1980. p. 1694.

    3.

    Werner SC. Hyperthyroidism : Introduction. In : The Thyroid, a funda-

    mental and clinical text. Werner SC, Ingbar SH Eds. 4th Ed. Maryland;

    Harper and Row. 1978, p. 591.

    4.

    Permono, Sri Walijoeni.Pola hipertiroidi di Poliklinik Tiroid. Karya Akhir.

    Penelitian Retrospektif di Polildinik Tiroid BagianPenyakit Dalam Fak.

    Kedokteran Universitas Airlangga R.S. Dr. Soetomo Surabaya, 1980;

    hal. 31.

    5.

    Adimasta JH, Hassan A. Hyperthyroidi di Rumah Sakit Dr. Soetomo

    Surabaya. Dalam : Saleh M dick. (eds) : Naskah lengkap Kopapdi IISurabaya. Libra Jaya Press. 1973; hal 450.

    6.

    Ober KF, Hennesy JF. Jodbasedow and Thyrotoxic Period Paralysis. Arch

    Intern Med 1981; 141.

    7.

  • 7/29/2019 New Graves

    40/48

    Kaplan MM, Utiger PD. Diagnosis of Hyperthyroidism. In : Clinics in

    Endocrinology and Metabolism; Thyrotoxicosis. Volpe R (ed) Vol. 7/No. 1

    London, Philadelphia, Toronto. WB Saunders Co Ltd. March 1978; p. 197.

    8.

    Hoffenberg R. The Aetiology of Hyperthyroidism. Br Med J. 1974; 3 : 452.

    9.

    Yeo PPB. Hyperthyroidism Treatment and Prediction of Relapse. Med.

    Progr 1984; 11 : 16.

    10.

    Gossage AAR, Munro DS. The Pathogenesis of Graves Disease. Clinics In

    Endocrinology And Metabolism 1985; 14 : 299.

    11.

    Wall JR, Kuraki T. Immunologic Factors in Thyroid Disease. Med Clin

    N Am 1985; 69 : 913.

    12.

    Shambaugh GE. Chemistry and actions of thyroid hormone : Biologic and

    cellular effects. In : The Thyroid, a fundamental and clinical text. Werner

    SC, Ingbar SH (Eds) 4 th ed. Maryland. Harper and Row,1978; p. 115.

    13.

    Cooper DS, Ridgway EC. Clinical Management of Patients with Hyper-

    thyroidism. Med Clin N Am 1986; 69 : 953.

    14.

    Langer A, Hung CT, McA'Nulty JA, Harringan JT, Washington E. Adre-

    nergic blockade. A new approach to hyperthyroidism during pregnancy.

    Obstet Gynecol 1974; 44 : 181.

    15.

    Mc Larty DG, Brownlie BEW, Alexander WD, Papapetrou PD, Horton P.

    Remission of thyrotoxicosis during treatment with propranolol. Br Med J

    1973; 2 : 332.16.

    Riddle MC, Schwartz TB. New tactics for hyperthyroidism : Sympathetic

    blockade. Ann Inter Med 1970; 72 : 749.

    17.

    Mc Devitt DG, Shanks RG. Beta adrenoceptor blocking drugs in Hyper-

  • 7/29/2019 New Graves

    41/48

    thyroidism. In : Avery GS (ed.) : Cardiovascular drugs. Vol 2. Adis Press.

    Sydney, 1977. p. 161.

    18.

    Khir ASM. Suspected Thyrotoxicosis. Br Med J. 1985; 290 : 916.

    19.

    Spaulding SW, Lippes H. Hyperthyroidism. Med Clin North Am. 1985;

    69 : 937.

  • 7/29/2019 New Graves

    42/48

  • 7/29/2019 New Graves

    43/48

    Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 199055

    20.

    Carmago CA, Kolb FO. Endocrine Disorders. In : Current Medical Diag-

    nosis and Treatment 1984. Krupp MA, Chatton MJ. (eds) Lange Medical

    Publ. Los Altos, California, 1984; p. 679.

    21.

    Robbins J, Rall JE, Gordon P. The Thyroid and Iodine Metabolism, In :

    Duncan's Diseases of Metabolism. Bondy PK, Rosenberg LE. Eds. 7th. Ed.

    Philadelphia, London, Toronto. WB Saunders Co. Tokyo : Igaku Shoin Ltd

    1974; p. 1009.

    22.

    Solomon D. Treatment : Antithyroid Drugs, Surgery, Radioiodine; Selec-

    tion of Therapy. In : The Thyroid, A fundamental and clinical test.

    Werner SC, Ingbar SH. (Eds.) 4th Ed. Hagertown, Maryland, New York,

    San Fransisco, London. Harper and Row. 1978; p. 814.

    23.

    Romaldini JH et al. Management of Hyperthyroidism with High Dosage of

    Antithyroid Drugs (ATD) associated with Triiodothyronine (T3). In :

    A. Tjokroprawiro, ED : VII International Thyroid. Sydned Australia,

    February 3 8 1980. Selected Abstracts, 1980.

    24.

    Braverman LE. Therapeutic Considerations. In : Clinics in Endocrinology

    and Metabolism; Thyrotoxicosis. Volpe R. (Ed) Vol. 7/No. 1 London,

    Philadelphia, Toronto. WB Saunders Co Ltd. March 1978, p. 221.

    25.

    Camargo CA, Kolb FO, Endocrine Disorders. In : Current Medical Diag-

    nosis and Treatment 1982. Krupp MA, Chatton MJ. (eds) Lange Medical

    Publ. Maruzen Asia (Ptc) Ltd. 1982; p.662.

    26.Hoffenberg R. The Thyroid. Medicine 1973; 3 : 224.

    Nuclear Medicine

    Nuclear medicine exams image body function rather than anatomy. This is done with the

    use of small amounts of radioactive materials, also know as tracers, each of which is

  • 7/29/2019 New Graves

    44/48

    designed to be attracted to specific organs or types of body tissue. Special cameras that

    can map the distribution of the radioactive tracer create images which are studied by

    radiologists.

    Invision Sally Jobe radiologists read nearly 70 types of nuclear medicine exam results forboth diagnostic and therapeutic purposes. Nuclear medicine exams are among the

    safest available in diagnostic imaging. An estimated 10 to 12 million nuclear medicine

    exams are performed annually in the United States. Only small amounts of radioactive

    tracer are used. The tracer loses most of its radioactivity in hours or days and is quickly

    eliminated from the body.

    This page contains the following information about nuclear medicine exams:

    Reasons for Having a Nuclear Medicine Exam

    Risks Involved in This Exam

    Conditions to Let Your Doctor Know About

    Insurance Coverage

    Exam Locations

    Preparation Guidelines

    What to Expect During Your Exam

    Recovering from Your Imaging Exam

    Getting Your Exam Results

    Additional Information

    Reasons for Having a Nuclear Medicine Exam

    Your physician may order a nuclear medicine exam to help detect a disorder or to treat a

    particular condition.

    Since nuclear medicine evaluates the functioning of an organ orgland, it can help identify

    disease or abnormalities that cant be definitively diagnosed by looking only at the organ or

    glands anatomy. Instead of just seeing if an organ looks right, the radiologist can find out

    if the organ is working properly.

    Therapeutic nuclear medicine is used to treat various conditions, including hyperthyroidism

    and some types of cancer. This type of nuclear medicine works as a treatment by

    http://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#reasonshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#riskshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#conditionshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#insurancehttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#locationshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#preparehttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#expecthttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#recoverhttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#resultshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#addinfohttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#reasonshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#riskshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#conditionshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#insurancehttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#locationshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#preparehttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#expecthttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#recoverhttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#resultshttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#addinfohttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp
  • 7/29/2019 New Graves

    45/48

    destroying tissue. The radioactive tracer is designed to be attracted to the specific cells that

    are causing the disease or condition. The radioactivity destroys those cells and

    consequently causes the gland or tumor to shrink. This shrinkage can alleviate the

    condition and/or its symptoms.

    Risks Involved in This Exam

    There is the risk of radiation exposure; however, it is generally less than the radiation

    received during an x-ray and is generally well below the level that causes adverse affects.

    Conditions to Let Our Doctor Know About

    In advance of your exam, let your Invision Sally Jobe radiologist or technologist know if any

    of the following circumstances apply to you:

    Currently pregnant or breastfeeding

    Claustrophobic

    Iodine allergy

    Insurance Coverage

    Nuclear medicine exams are usually covered by insurance when ordered by a physician.

    Check with your insurance carrier to be sure. Please bring your insurance card with you to

    your exam.

    Exam Locations

    Nuclear medicine procedures are performed at the following Invision Sally Jobe partner

    hospitals in the Denver, Colorado area:

    Medical Center of Aurora

    Littleton Adventist Hospital

    Porter Adventist Hospital

    Sky Ridge Medical Center

    Swedish Medical Center

    Preparation Guidelines

    http://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asphttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp#tophttp://www.riainvision.com/invision/patientinfo/diagnostic/patinfo_diag_nucmed.asp
  • 7/29/2019 New Graves

    46/48

    Different nuclear medicine exams have different preparations. Below are the preparations

    for three of the more common ones. You may receive additional or differing guidelines

    based on your specific situation. Please contact the hospital at which you will have the

    exam if you have any questions or need information pertaining to a different nuclear

    medicine exam.

    Bone Scans Bring most current x-ray, MRI, or CT images and reports

    of area being scanned, if they werent done at Invision Sally

    Jobe.

    Bring any previous bone scans, if they werent done at

    Invision Sally Jobe.

    Hepatobiliary (HIDA)

    Scan

    Do not eat or drink 4 hours prior to the exam.

    Do not take prescription pain medicine 12 hours prior to

    the exam.

    Eat a fatty meal (i.e. slice of cheese pizza or a burger)

    the night before the exam.

    Thyroid Uptake &

    Thyroid Scan (RIAU)

    Do not eat or drink after midnight, the day of the exam.

    Stop taking thyroid hormones for at least 14 days prior to

    the exam. (Check with your physician to ensure its safe.)

    Stop taking kelp supplements for 4 weeks prior to the

    exam.

    Stop taking anti-thyroid medications 3 days prior to the

    exam. (Check with your physician to ensure its safe.)

    Do not schedule this exam within 3 weeks after receiving

    an iodinated contrast study (such as CT or IVP).

    What to Expect During Your Exam

    The nuclear medicine technologist will explain the procedure, answer any questions youmight have, and then give you a small amount of radioactive tracer, which is injected,

    swallowed, or inhaled. The imaging portion of your exam may begin immediately, or up to

    several hours later, depending on the kind of study you are having. If your exam is

    scheduled for later, you may leave the facility. Please find out when you should return and

    if you can eat and drink while you are gone.

  • 7/29/2019 New Graves

    47/48

    When it is time for your images to be taken, the technologist will help position you on the

    exam table. A special camera will be positioned over the part of your body being studied to

    create a series of images. It is important to hold as still as possible while the images are

    being taken. The camera is open on both sides. For some exams the camera will be close

    to your face.

    Below are a few specific procedures and what to expect if you are having one of them

    done. If you have questions regarding other procedures, please call the hospital at which

    you are having the procedure.

    Bone Scans

    Bone scans require two visits to complete. Your first visit is for an injection and possibly a

    set of images. You will be asked to return for your second visit 2-3 hours later, depending

    on the type of bone scan you will be having. While you are gone, you will need to drink

    plenty of water or juice. When you return, you will lie on the imaging table while images are

    being taken. For limited and three phase bone scans, several different pictures are taken,

    each lasting 3-4 minutes. For whole body bone scans, images last about 15 minutes each.

    Your second visit will take 45 minutes for a limited or three phase scan, or 60 minutes for

    whole body bone scan.

    Hepatobiliary (HIDA) Scan With and Without Ejection Fraction

    When your exam starts, an IV will be placed in your arm.

    If you are having a HIDA only, radioactive tracer will be injected into your IV and images

    will be taken every 5 minutes for an hour. After an hour, if needed, the images will be

    shown to the radiologist to see if additional images are necessary.

    If you are having a HIDA with an ejection fraction, two substances will be injected into your

    IV line. The first is the radioactive tracer, which is followed by images every 15 minutes for

    75 minutes. The second is an enzyme that will send a signal to your gallbladder to contract.

    Imaging will be continuous for 40 minutes during this part.

    Your exam will take approximately two hours. Sometimes the radiologist will ask for

    delayed pictures, in which case you will have to return later for additional images. You may

    bring music and head phones to listen to during this exam if you would like.

  • 7/29/2019 New Graves

    48/48

    Thyroid Uptake and Scan

    Thyroid uptake and scan exams require two visits to complete. During your first visit, you

    will take radioactive iodine capsules by mouth. You will then have to wait 1 hour before you

    eat or drink, but will be able to leave the facility immediately after the capsules are taken.

    You will return for your second visit six hours after ingestion of the capsules for images to

    be taken. The second visit will take about 45 minutes. You will lie on your back with the

    camera above you while your uptake (this checks the activity of your thyroid) and images

    are taken. Some patients will need to return the following morning for an additional uptake,

    which will take about 5 minutes.

    Recovering from Your Exam

    You can return to your normal activities immediately after your nuclear medicine exam.

    Getting Your Exam Results

    Trained radiologists interpret all exams, and then report the specific results to the physician

    who ordered your exam. In turn, your physician will pass the results onto you. Our

    radiologists and technologists will be happy to answer questions about the exam procedure

    itself; however, you will not receive your results from the technologist who performs your

    exam.

    Additional Information

    The information on this page was taken in part from some of the following web site. Visit

    this site for additional information on nuclear medicine.

    Sources

    Nuclear Medicine Research Council

    Additional Sites

    http://www.cbvcp.com/nmrc/http://www.cbvcp.com/nmrc/