direct new

Upload: tony-yusuef

Post on 08-Jan-2016

264 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kwu

TRANSCRIPT

BAB IR LANGSUNGGESER LANGSUNG

(DIRECT SHEAR)1.1 PENGUJIAN KADAR AIR

1.1.1 DASAR TEORI

Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam masa tanah terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan dinyatakan dalam prosen.

Kadar air tanah merupakan salah satu parameter tanah yang penting untuk menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat-sifat fisiknya. Oleh sebab itu, pengujian atas kadar air tanah ini merupakan salah satu pengujian yang selalu dilakukan setiap penyelidikan tanah.

Pengujian menggunakan metode kering oven (oven drying method), yaitu memanaskan benda uji pada suhu (110 5) C selama 16 s/d 24 jam.

Pada keadaan khusus apabila tanah yang diuji berupa jenis lempung dari mineral monmorolinote/holosite, gypsum atau bahan-bahan organik (misalnya tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum dibatasi sampai 60 C dengan waktu pengeringan yang lebih lama.

Penentuan kadar air tanah sedapat mungkin dilakukan segera setelah penyiapan benda uji, terutama bila cawan yang digunakan mudah berkarat.

1.1.2 PERALATAN1. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda uji sampai (110 5 )C

2. Cawan dengan penutup dan tak berkarat (terbuat dari gelas/alumunium).

3. Timbangan dengan ketelitian 0,01

4. Penjepit (Crubicle tongs)

1.1.3 prosedur pengujian

1. Menyiapkan benda uji yang mewakili sampel tanah untuk diperiksa

2. Menempatkan dalam cawan yang bersih dan kering, kemudian menimbang-nya (benda uji basah + cawan = W1)

3. Meletakkan cawan tersebut dalam oven dengan suhu (110 5) C minimum 16 jam (atau sampai beratnya konstan)

4. Mengambil cawan dan benda uji yang telah dikeringkan, kemudian menaruhnya dalam desikator yang berisi selica gel untuk didinginkan

5. Menimbang cawan beserta isinya (benda uji kering + cawan = W2)

6. Membersihkan dan mengeringkan serta menimbang cawan tersebut (W3)

1.1.4 PERHITUNGAN KADAR AIR

Kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(1.1)

dengan :

Berat cawan + tanah basah=W1gram

Berat cawan + tanah kering=W2gram

Berat cawan =W3gram

Berat air(Ww)=(W1 W2)gram

Berat tanah kering(Ws)=(W2 W3)gram1.1.5 Kesimpulan

Dari hasil pengujian kadar air, nilai kadar air yang didapat yaitu sebesar 40,93%Hasil Pengujian Kadar Air

1.2 PENGUJIAN BERAT ISI TANAH

1.2.1 DASAR TEORI

Berat isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah yang dinyatakan dalam notasi wet (gram/cm).

Seperti halnya kadar air tanah, berat isi tanah juga merupakan sifat fisik tanah yang penting sehingga pengujiannya dilakukan secara rutin bersama-sama dengan pengujian lainnya di laboratorium.

Pelaksanaan pengujian ini menggunakan metoda silinder tipis yang di-masukkan kedalam tanah (drive cylinder method) sehingga tidak dapat dilakukan pada jenis tanah berpasir lepas atau terdapat banyak kerikil.

Sementara itu dalam pengujian pemadatan tanah di laboratorium atau penentuan kepadatan tanah di lapangan, berat isi tanah dinyatakan dalam berat isi tanah kering dry, yaitu perbandingan antara berat butir tanah terhadap volume total tanah.

Jika tidak didapatkan benda uji yang asli, maka dapat diganti dengan benda uji buatan (remoulded samples)dengan mempertahankan berat isi dan kadar air yang sesuai dengan keadaan aslinya. 1.2.2 PERALATAN

1. Cincin (ring) besar/kecil

2. Jangka sorong

3. Pisau/spatula

4. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

1.2.3 PROSEDUR PENGUJIAN1. Membersihkan dan mengukur volume ring besar/kecil (V) serta menimbang beratnya (W1)

2. Meletakkan bagian ring yang tajam ke permukaan tanah dan menekannya dengan hati-hati sampai tanahnya masuk seluruhnya ke dalam cincin

3. Memotong dan meratakan kedua sisi ring dengan pisau dan mengusahakan agar tidak sampai berlubang pada kedua sisi ring tersebut

4. Bila ada sedikit lubang maka menambalnya dengan tanahyang sama

5. Membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel pada bagian luar ring kemudian menimbang ring yang berisi tanah (W2).

1.2.4 PERHITUNGAN BERAT ISI TANAH

Berat isi tanah dapat dihitung sebagai berikut :

...................(1.2)

gram/cm3

dengan :

Berat Ring

=W1gram

Berat Ring + Tanah =W2gram/cm

Volume Ring

=Vcm

Kadar air

=w%(Lihat persamaan 1.1)

1.2.5 Kesimpulan

Dari hasil pengujian berat isi tanah, nilai berat isi tanah yang didapat yaitu sebesar 1,86 gram/cm

Hasil Pengujian Berat Isi

1.3 PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

1.3.1 DASAR TEORI

Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah (Ws) dengan berat air (Ww) yang mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu.

Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitungindek propertis tanah (misalnya : angka pori (e), berat isi tanah (t), derajat kejenuhan (Sr) dan karakteristik pemampatan (Cc, Cr, Cv) serta sifat-sifat penting tanah lainnya. Selain itu dari nilai berat jenis dapat pula ditentukan sifat tanah secara umum misalnya : tanah organik mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi) ditunjukkan dari berat jenis tanah yang besar.

Pengujian berat jenis tanah ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah untuk ukuran butiran tanah yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm), dengan menggunakan piknometer. Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada pengujian hidrometer, maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan No. 10 (2,00 mm).1.3.2 PERALATAN 1. Piknometer dengan kapasitas 50 ml dan 100 ml2. Timbangan dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram3. Desikator4. Oven dengan pengatur suhu (110 ( 5) (C5. Thermometer ukuran 0 50 (C dengan ketelitian pembacaan 1 (C6. Ayakan nomor saringan #4, #10, 40# 7. Tungku listrik (hot plate)8. Bak rendaman dengan pengatur suhu (constant temperature bath)9. Air suling. 1.3.3 BENDA UJI1. Sampel tanah diambil antara 50 100 gram, kemudian dikeringkan dalam oven dengantemperatur (110 ( 5) (C2. Setelah kering, sampel tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam desikator

3. Sampel tanah diayak melalui ayakan No. 4 (4,75 mm) dan atau No. 10 (200 mm), kemudian menyiapkan benda uji sebanyak ( 10 gram apabila meng-gunakan piknometer 50 ml atau ( 25 gram apabila menggunakan piknometer 100 ml, masing-masing sebanyak 3 sampel.

1.3.4 PROSEDUR PENGUJIAN1. Mengambil 3 piknometer kapasitas 50 ml atau 100 ml, mencucinya dengan air bersih kemudian mengeringkannya dalam oven. Mengeluarkan dan men-dinginkannya dalam desikator, kemudian menimbangnya beserta tutupnya (W1)

2. Memasukkan sampel tanah yang sudah disiapkan ( 10 gram atau ( 25 gram untuk tiap-tiap piknometer. Kemudian menimbangnya beserta tutupnya (W2) dengan ketelitian 0,001 dan 0,01gram

3. Menambahkan air suling pada piknometer sampai sampel tanah terendam, kemudian memanaskannya di atas tungku pemanas (hot plate), agar udara yang terkandung dalam tanah bisa keluar diselingi menkocok piknometer dengan hati-hati supaya mempercepat proses pengeluaran udara tersebut. Mengambil piknometer bila gelembung udara sudah tidak tampak lagi, kemudian medinginkannya di dalam desikator

4. Mengambil piknometer dari desikator dan tambahkan dengan air suling sampai penuh kemudian menempatkannya pada bak pengatur suhu (constant temperature bath), sehingga isi piknometer mempunyai suhu yang sama (constant). Setelah suhu konstan, menambahkan air suling lagi sampai penuh dan menutup piknometer tersebut. Mengeringkan bagian luar dan menimbang beratnya (W3)

5. Membersihkan piknometer, kemudian mengisinya dengan air suling sampai penuh dan memasukannya pada bak pengatur suhu. Setelah suhu konstan, mengeringkan bagian luar piknometer dan menimbangnya beserta tutupnya (W4)

1.3.5 PERHITUNGAN BERAT JENIS TANAH

dengan :

Gs = Berat jenis tanahW1 = Berat piknometer + tutup

W2 = Berat piknometer + sampel tanah + tutup

W3 = Berat piknometer + sampel tanah + air + tutup

W5 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi1.3.6 Kesimpulan

Dari hasil pengujian berat jenis tanah, nilai berat jenis tanah yang didapat yaitu sebesar 2,16 Hasil Pengujian Berat Jenis

1.4 PENGUJIAN DIRECT SHEAR1.4.1 DASAR TEORI

Pengujian Geser Langsung merupakan salah satu jenis pengujian tertua dan sangat sederhana untuk menentukan parameter kuat geser tanah (shear strength parameter) c dan (. Dalam pengujian ini dapat dilakukan pengukuran secara langsung dan cepat nilai kekuatan geser tanah dengan kondisi tanpa pengaliran (undrained) atau dalam konsep tegangan total (total stress). Pengujian ini pada awalnya diperuntukkan bagi jenis tanah nonkohesif, namun dalam perkembangan-nya dapat pula diterapkan pada jenis tanah kohesif. Pengujian lain dengan tujuan yang sama, yaitu : Kuat Tekan Bebas dan Triaksial serta pengujian Geser Baling (Vane test) yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.

Bidang keruntuhan geser yang terjadi dalam pengujian geser langsung adalah bidang yang dipaksakan. Dengan demikian selama proses pembebanan horisontal, tegangan yang timbul dalam bidang geser sangat komplek. Ini sekaligus merupakan salah satu kelemahan utama dalam pengujian geser langsung.

Nilaikekuatangesertanah antaralain digunakan dalam merencanakan kestabilan lereng serta daya dukung tanah pondasi dan lain sebagainya.

Nilai kekuatan geser ini dirumuskan oleh Coulomb dan Mohr dalam persamaan berikut ini :

=c + n.tan (

(1.3)dengan :

=kekuatan geser maksimum [kg/cm]

c=kohesi [kg/cm]

n=tegangan normal [kg/cm]

(=sudut geser dalam [(]Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban secara horisontal terhadap benda uji melalui cincin/kotak geser yang terdiri dari dua bagian dan dibebani vertikal dipertengahan tingginya, dimana kuat geser tanah adalah tegangan geser maksimun yang menyebabkan terjadinya keruntuhan.

Selama pengujian pembacaan beban horisontal dilakukan pada interval regangan tetap tertentu (Strain controlled).

Umumnya diperlukan minimal 3 (tiga) benda uji yang identik, untuk melengkapi satu seri pengujian geser langsung. Prosedur pembebanan vertikal dan kecepatan regangan geser akibat pembebanan horisontal sangat menentukan parameter-parameter kuat geser yang diperoleh.

Dalam pelaksanaannya, pengujian geser langsung dapat dilaksanakan dengan cara Unconsolidated Undrained Test, yaitu pembebanan horisontal dalam pengujian ini dilakukan dengan cepat, sesaat setelah beban vertikal dikenakan pada benda uji. Melalui pengujian ini diperoleh parameter-parameter geser cu dan (u.1.4.2 PERALATAN

1. Mesin geser langsung yang terdiri dari:

- Alat penggeser horisontal, dilengkapi dengan bola beban, arloji regangan horisontal dan arloji deformasi vertikal

- Kotak uji yang terbagi atas dua bagian dilengkapi baut pengunci.

- Pelat berpori 2 (dua) buah.

- Sistem pembebanan vertikal, terdiri dari penggantung dan keping beban

2. Cetakan untuk membuat benda uji

3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

4. Peralatan untuk penentuan kadar air

5. Spatula

Gambar 1.1 Alat direct shear Gambar 1.2 Kotak geser1.4.3 BENDA UJI

1. Menyiapkan tanah asli berbentuk kubus ukuran 20 x 20 x 20

2. Memasukkan 3 (tiga) buah cetakan berbentuk kubus ukura 6 x 6 x 3 ke dalam tanah

3. Meratakan kedu sisi masing-masing cetakan menggunakan sepatula

1.4.4 PROSEDUR PENGUJIAN

1. Menimbang berat cetakan 1, 2, dan 3 (W1)

2. Mencetak tanah pada cetakan bujur sangkar (tanah berbentuk kubus ukuran 20 x 20 x 20)

3. Menimbang berat tanah + cetakan (W2)

4. Memasukkan plat berpori pada kotak geser

5. Benda uji diletakkan di atas kotak geser, taruh plat di atas benda uji lalu tekan plat hingga tanah masuk kedalam kotak geser

6. Meletakkan plat berpori yang kedua diatas tanah, jika permukaan kotak geser belum terisi penuh tambahkan plat besi kemudian tutup kotak geser

7. Meletakkan kotak geser pada mesin geser

8. Melepaskan dua buah baut pengunci

9. Memasang batang penggeser horisontal untuk memberi beban mendatar pada kotak penguji10. Memasang bola beban di atas tutup kotak geser11. Memasang pengait beban di atas bola beban12. Memasang beban seberat 7 Kg di pengait beban13. Memutar tuas mesin hingga jarum pada arloji regangan horisontal bergerak14. Menyeting arloji regangan horisontal dan arloji deformasi vertikal ketitik nol15. Memutar tuas mesin searah jarum jam dengan kecepatan konstan16. Mencatat bacaan defomasi vertikal setiap kelipatan 20 div, sampai pada arloji beban pada 3 (tiga) pem-bacaan terakhir berturut-turut menunjukkan nilai konstan.

17. Melepaskan kotak geser dari mesin dan mengeluarkan benda uji dari kotak geser.18. Memasukkan benda uji ke dua ke dalam kotak geser dengan memberi beban normal 2 (dua)kalibeban normal yang pertama pada benda uji kedua kemudian mengulangi langkah-langkah pada pengujian pertama19. Memasukkan benda uji ke tiga ke dalam kotak geser dengan memberi beban normal 3 (tiga)kalibeban normal yang pertama pada benda uji ketiga kemudian mengulangi langkah-langkah pada pengujian pertama

1.4.5 PERHITUNGAN DIRECT SHEER

1. Menghitung berat beban vertikal, dengan rumus:

Beban awal = A x h x = (6 cm x 6 cm) x 100 cm x 1,86 Kg/cm3

= 6,696 7 KgBeban ke-2 = 2 x beban awal = 2 x 7 = 14 KgBeban ke-3 = 3 x beban awal = 3 x 7 = 21 Kgdengan :

A = Luas bidang geser (cm2)

h = kedalaman penggalian sampel tanah (cm)

= berat isi tanah basah (Lihat persamaan 1.2)2. Menghitung tegangan normal ((n) yang dikenakan pada masing-masing benda uji, dengan rumus :

(1.4)

(n2 kg/cm2dengan :

(ni =tegangan normal dari benda uji ke-i

Wi =beban vertikal pada benda uji ke-i (termasuk berat penggantung)

A=luas permukaan bidang geser3. Menghitung gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg], dengan rumus:Pi= bacaan beban (div) x kalibrasi alat directsheer x konfersi ke kg

Pi= 24 x 0,0015 x 101,971621297793

= 3,67 kg ............................................................................(1.5)4. Menghitung tegangan geser (terkalibrasi), (i untuk setiap pergeseran horisontal ke-i dari ketiga benda uji, dengan rumus :

(1.6)

(1

Kg/cm2dengan :

(i= tegangan geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg/cm]

Pi = gaya geser untuk pergeseran horisontal ke-i [kg] (Lihat pers 1.2)

A =luas bidang geser [cm]5. Menggambarkan grafik hubungan antara tegangan geser terhadap pergeseran horisontal untuk masing-masing tegangan normal (lihat Grafik 1.1)Menentukan tegangan geser maksimum ((maks) dari grafik yang diperoleh 6. Membuat grafik hubungan antara tegangan normal dengan tegangan geser maksimum. Menhubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga mem-bentuk garislurusyang memotong sumbu vertikal. Nilai kohesi (c) adalah jarak yang dihitung dari titik potong tersebut sampai sumbu mendatardan sudut geser dalam (() adalah sudut kemiringan garis tersebut terhadap sumbu horisontal, yang memenuhi persamaan (1.8), (lihat Grafik 1.2)

Grafik 1.1 Grafik hubungan antara tegangan geser () dengan pergeseran horisontal

Grafik 1.2 Grafik hubungan antara tegangan normal ((n) dengan tegangan geser maksimum ((1maks)

1.4.6 Kesimpulan

Dari pengujian directsheer yang kami lakukan kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: Benda uji 1 tanah runtuh pada tegangan geser sebesar 0,612 kg/cm2 dengan deformasi lateral sebesar 2,20 mm Benda uji 2 tanah runtuh pada tegangan geser sebesar 0,727 kg/cm2 dengan deformasi lateral sebesar 3,40 mm

Benda uji 3 tanah runtuh pada tegangan geser sebesar 0,714 kg/cm2 dengan deformasi lateral sebesar 2,80 mm

Nilai kohesi yang didapat sebesar 0,582 kg/cm2 Nilai sudut geser dalam sebesar 14,68

Hasil Pengujian Direct Sheer

Grafik Direct Sheer

BAB IIBEBASKUAT TEKAN BEBAS

(Unconfined Compressive Strength)2.1 DASAR TEORI

Prinsip dasar dari pengujian ini adalah pemberian beban vertikal yang dinaikkan secara bertahap terhadap benda uji berbentuk silinder yang didirikan bebas, sampai terjadi keruntuhan. Pembacaan beban dilakukan pada interval regangan aksial tetap tertentu yang dapat dicapai dengan cara mempertahankan kecepatan pembebanan dengan besaran tertentu pula selama pengujian ber-langsung (strain control).

Oleh karena beban yang diberikan hanya dalam arah vertikal saja, maka pengujian ini dikenal pula sebagai pengujian tekan satu arah (uniaxial test).

Metoda pengujian ini meliputi penentuan nilai kuat tekan bebas (unconfined compressive strength) - qu untuk tanah kohesif dari benda uji asli (undisturbed) maupun buatan (remoulded or recompacted samples).

Yangdimaksuddengankuattekan bebas(qu) adalah besarnyabebanaksial persatuan luaspada saat benda ujimengalami keruntuhan (beban maksimum), atau bila regangan aksial telah mencapai 15%.

Nilai qu yang diperoleh dari pengujian ini dapat digunakan untuk menentu-kan konsistensi dari tanah lempung, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Selain itu, melalui pengujian ini dapat ditentukan nilai kepekaan (sensitivity) dari tanah kohesif, yaitu perbandingan antara nilai qu tanah asli terhadap qu tanah buatan.

Pengujian Kuat Tekan Bebas pada dasarnya merupakan keadaan yang khusus pada pengujian Triaksial, dimana tegangan sel (confining pressure) - (3, besarnya sama dengan nol. Dengan demikian dapat pula ditentukan nilai kohesi (c) dalam konsep tegangan total (total pressure), yaitu sebesar dari nilai qu.

Tabel 2.1 Kosistensi tanah berdasarkan nilai kuat geser undrained (qu)

Konsistensi TanahKuat Geser Undrained (qu) (kg/cm)

Sangat lunak

Lunak

Lunak s/d kenyal

Kenyal

Sangat kenyal

Kaku

Sangat kaku s/d keras< 2,0

2,0 4,0

4,0 5,0

5,0 7,5

7,5 10,0

10,0 15,0

>15,0

2.2 PERALATAN dan gambar

1. Mesin beban (load frame), dengan ketelitian bacaan sampai 0,01 kg/cm2. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter3. Alat untuk mengeluarkan sampel tanah (extruder).4. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram5. Pisau tipis, spatula6. Jangka Sorong

2.3 BENDA UJI

1. Tanah asli dari cetakan tabung (Undisturbed soil)2. Benda uji buatan (Remoulded)

2.4 LANGKAH KERJA

Dalam pengujian Unconfined diperlukan dua buah benda uji yang harus disiapkan. Berikut ini adalah langkah pembuatannya :

2.4.1Pembuatan Benda Uji Asli (Undisturbed)1. Benda uji asli dari tabung sampel tanah2. Mengeluarkan sampel tanah dari tabung dengan alat pengeluar sampel (extruder).3. Memasangcetakanbenda ujidi atas tabung sampel, mengeluarkan sampel dengan alat pengeluar sampel sepanjang cetakan dan potong dengan pisau.4. Meratakan kedua sisi benda uji dengan pisau tipisdan mengeluarkannya dari cetakan.2.4.2Pembuatan Benda Uji Buatan (Remoulded)

1. Menyiapkan sampel tanah dari benda uji asli bekas pengujian atau sisa-sisa sampel tanah yang sejenis.2. Menyiapkandata berat isi dan volume cetakan.3. Timbang tanah buatan sesuai dengan berat isi tanah asli.4. Masukkan tanah buatan ke dalam cetakan tabung, lalu padatkan.5. Mencetak benda uji kedalam tabung sampel yang telah diketahui volume-nya, sehingga mempunyai berat isi sama atau mendekati berat isi tanah asli.

2.5 PROSEDUR PENGUJIAN

1. Ukur tinggi dan diameter dengan jangka sorong.2. Menimbang benda uji, kemudian meletakan pada mesin tekan bebas secara sentris sampai permukaan piston bagian bawah menyentuh permukaan benda uji bagian atas.3. Mengatur arloji beban dan arloji regangan pada angka nol4. Menjalankan mesin beban, membaca dan mencatat beban pada regangan 20 divisi dan seterusnya.5. Kecepatan regangannya konstan.6. Menghentikan pengujian apabila telah tercapai salah satu dari keadaan berikut ini :

Pembacaan beban relatif tetap untuk 3 (tiga) pembacaan terakhir berturut-turut. Pembacaan mengalami penurunan sebanyak 3 (tiga) kali7. Setelah itu ambil benda uji, kemudian ukur tinggi dan diameternya dengan Jangka sorong, dan menghitung bebannya dengan timbangan.

2.6 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

1. Nilai Deformasi :

(L ................................................................................ (2.1)

(L(L = perubahan panjang benda uji [cm]2.Besar regangan aksial dihitung dengan rumus :

............................................................................. (2.2)

(

dengan :

(= regangan aksial [%]

(L = perubahan panjang benda uji [cm]

Lo = panjang benda uji semula [cm]3.Luas penampang benda uji rata-rata pada regangan tertentu :

.......................................................................... (2.3)

dengan :

Ao = luas penampang benda uji mula-mula [cm]

4. Nilai Beban :

Pi = bacaan beban (div) x kalibrasi alat directsheer x konfersi ke kg ... (2.4) Pi = 26 x 0,0015 x 101,971621297793

= 3,71 kg

5.Nilai tegangan deviator :

.............................................................................. (2.5)

(n kg/cm dengan :

P = n x ( [kg]

(n= tegangan normal [kg/cm]

P = gaya aksial [kg]

A = luas penampang rata-rata pada regangan tertentu [cm]

n = bacaan arloji beban [div]

( = kalibrasi dari ring beban [kg/div]

6. Gambar grafik hubungan regangan dengan tegangan :

Gambar 2.1 Grafik hubungan antara regangan dan tegangan2.7 Kesimpulan

Dari pengujian unconfined yang kami lakukan kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :1. Benda uji tanah asli : tanah mengalami keruntuhan pada regangan tanah sebesar 27,68 % dengan tegangan deviator sebesar 2,14 kg/cm2 nilai kohesi tanah sebesar 1,07 kg/cm2 nilai sudut geser tidak didapatkan karena tegangan keliling yang diberikan = 0 kg/cm22. Benda uji tanah buatan : tanah mengalami keruntuhan pada regangan tanah sebesar 39,22 % dengan tegangan deviator sebesar 0,77 kg/cm2 nilai kohesi tanah sebesar 0,39 kg/cm2 nilai sudut geser tidak didapatkan karena tegangan keliling yang diberikan = 0 kg/cm2Hasil Pengujan Kuat Tekan Bebas Benda Uji Tanah Asli

Grafik Kuat Tekan Bebas Benda Uji Tana Asli

Hasil Pengujan Kuat Tekan Bebas Benda Uji Remouded

Grafik Kuat Tekan Bebas Benda Uji Remulded

BAB III : TRIAKSIALTRIAKSIAL (TRIAXIAL)3.1 DASAR TEORIDibanding pengujian Geser Langsung maupun Kuat Tekan Bebas, pelaksanaan pengujian Triaksial diketahuilebih rumit, namun diakui sebagai cara yang paling baik untuk mendapatkan parameter-parameter geser tanah c dan (, oleh karena kondisi tegangan-tegangan dilapangan dapat ditirukan dengan cara pemberian tegangan sel ((3) pada benda uji. Selain itu pada percobaan Triaksial tersedia pula fasilitas untuk mengukur tekanan air pori dan perubahan volume selama pelaksanaan pengujian.

Beberapa jenis pengujian yang dapat dilakukan pada pengujian Triaksial antara lain:

1. Unconsolidated Undrained Test, adalah pengujian tanpa konsolidasi dan tanpa pengaliran, disebut sebagai pengujian cepat atau U-test. Pada semua tahapan pengujian, keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan tertutup. Cara pengujian ini tidak dapat diterapkan pada jenis tanah nonkohesif jenuh (S = 100%). Parameter geser yang didapatkan dari cara pengujian ini berdasarkan konsep tegangan total (total pressure). Pengujian ini memberikan parameter geser cu dan (u.

2. Consolidated Undrained Test, adalah pengujian dengan konsolidasi tanpa pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi-cepat atau CU-test. Pada tahap pemberian tegangan sel ((3) keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan terbuka, dan ditunggu hingga proses konsolidasi berakhir yang dapat diamati melalui tabung perubahan volume. Untuk mempercepat proses konsolidasi pada tanah kohesif, biasanya digunakan cara-cara khusus,antara lain dengan memasang kolom pasir ditengah-tengah benda uji atau membungkus benda uji dengan lembaran tipis kertas saring. Sesudah konsolidasi selesai, keran pengaliran dibuka, kemudian diberikan tegangan deviator sampai terjadi keruntuhan. Parameter geser yang diperoleh dari pengujian ini berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress), yang dinyatakan dalam notasi c' dan ('.

3. ConsolidatedDrained Test, adalah pengujian dengan konsolidasi dan pengaliran, disebut juga pengujian konsolidasi-lambat atau CD-test. Pada semua tahapan pengujian keran pengaliran (sistem tekanan air pori) dalam keadaan terbuka. Seperti halnya pada CU-test, beban deviator diberikan setelah proses konsolidasi selesai. Pembebanan dilakukan dengan lambat, dimana tegangan air pori yang timbul cukup kecil, sehingga tidak mempeng-aruhi parameter geser yang diperoleh. Seperti halnya pada CU-test parameter geser yang diperoleh berdasarkan konsep tegangan efektif (effective stress) yang dinyatakan dalam notasi c' dan ('.

Untuk satu seri pengujian Triaksial, diperlukan minimal 2 (dua) buah benda uji dengan kadar air dan berat isi yang kurang lebih sama (identik).

Prinsip dasar dari pelaksanaan pengujian yaitu : mula-mula terhadap masing-masing benda uji diberikan tegangan sel dan ditunggu sampai stabil, selanjutnya berikan tegangan deviator dimana beban dibaca pada regangan tetap tertentu (strain controlled), hingga tercapai keruntuhan. Tergantung pada jenis pengujian, selama pemberian tegangan sel, keran pengaliran dapat dalam keadaan tertutup (unconsolidated) atau terbuka (consolidated).

Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian, dapat di-gambarkan grafik lingkaran Mohr untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser dalam (() tanah yang diperlukan untuk berbagai perhitungan stabilitas.

3.2 PERALATAN

1. Mesin tekan yang dilengkapi dengan cincin beban dan arloji regangan dengan ketelitian 0,01 mm2. Sel Triaksial,extruder3. Tabung belah pencetak benda uji4. Alat KB (kondom), karet seal5. Dua buah besi penjepit berdiameter sama dengan benda uji6. Pompa vakum dan tabung isap7. Timbangan dengan ketelitian 0,1gram, jangka sorong, pisau tipis, dll.8. Tabung air bertekanan, dilengkapi manometer pengukur tegangan

Gambar 3.1 Alat Uji Triaxial

3.3 BENDA UJI

Benda uji triaksial didapat dari benda uji yang sudah didapat ketika proses pengambilan tanah, Dimana tanah dikeluarkan dari tabung melalu extruber dan dipotong lalu ditempatkan sesuai ukuran tabung benda uji triaksial.

3.4PROSEDUR PENGUJIAN

1. Meletakkan benda uji pada pusat alas mesin tekan secara vertikal2. Memasang sel Triaksial serta kencangkan keduamur, agar pada saat pem-berian tegangan sel dan air tidak keluar (undrained) 3. Lalu lepas mur bagian atas untuk mengeluarkan seluruh angin dalam tabung sampai air melebihi volume tabung4. Memberi tegangan sel/keliling ((3) pada benda uji pertama dan kedua ( sebesar 100 Kpa dan 200 Kpa5. Menjalankan mesin sampai batang tekan menyentuh cincin bebandan pelat penutup bagian atas benda uji (ditandai dengan bergeraknya jarum arloji pada cincin beban)6. Mengatur arloji regangan dan arloji cincin beban pada posisi nol pembacaan7. Menjalankan mesin searah jarum jam dengan kecepatan konstan8. Mencatat bacaan arloji setiap kelipatan dua puluh9. Melanjutkan pengamatan hingga tercapai keruntuhan, dengan ketentuan:

-Pembacaan arloji beban telah menunjukkan nilai tetap pada 3 (tiga) pembacaan terakhir berturut-turut-pembacaan arloji beban menunjukkan nilai selalu turun selama 3 (tiga) kali pembacaan

10. Setelah selesai, Mengurangi tegangan keliling secara bertahap sampai nol11. Melepaskan sel Triaksial, mengambil benda uji,mengamati dan mengukur ketinggian benda uji dengan jangka sorong12. Menimbang benda uji, selesai3.5PERHITUNGAN DAN PELAPORAN1. Nilai Deformasi :

(L = .......................................................................................... (3.1)

= (L = perubahan panjang benda uji [cm]

2. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus:

......................................(3.2)

=

= 2,350 %

dengan :

(= regangan aksial [%]

(L = perubahan panjang benda uji [cm]

Lo = panjang benda uji semula [cm]

3. Luas penampang benda uji rata-rata:

.....................................(3.3)

A = = 10,602 cmdengan :

Ao= luas penampang benda uji semula [cm]4. Nilai Beban :Pi = bacaan beban (div) x kalibrasi alat directsheer x konfersi ke kg ...(3.4)Pi = 9,0 x 0,0015 x 101,971621297793 = 1,28 Kg5. Tegangan deviator:

....................................................................... (3.5)

=

= 0,12 kg/cm

dengan :

((i= tegangan deviator untuk regangan ke-i [kg/cm]

Pi= beban aksial (terkalibrasi) untuk regangan ke-i dari masing-masing benda uji [kg]

A = luas penampang rata-rata [cm]6. Tegangan utama terbesar (major principle stress):

(1i = (3i + ((i .. (3.6)dengan :

(1i= tegangan aksial runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm]

(3i= tegangan keliling dari benda uji ke-i [kg/cm]

((i= tegangan devitor runtuh dari benda uji ke-i [kg/cm]7. Menggambarkan lingkaran Mohr (Lihat Gambar 3.1) untuk masing-masing benda uji:

Jarak pusat lingkaran (OC) diukur pusat sumbu dapat ditentukan dengan rumus:

.........

(3.7)

Jari-jari dari masing-masing lingkaran, ditentukan dengan rumus:

(3.8)

Grafik 3.1 Grafik lingkaran Mohr

8. Menentukan nilai parameter-parameter geser tanah berdasarkan Grafik 3.1 diatas dengan cara sebagai berikut:

Nilai kohesi (c) adalah jarak vertikal dari pusat sumbu ke titik potong garis singgung kedua lingkaran dengan sumbu vertikal Sudut geser dalam (() adalah sudut kemiringan garis singgung kedua lingkaran terhadap sumbu horisontal

9. Menggambarkan sketsa benda uji pada saat runtuh, untuk menentukan jenis keruntuhannya

10. Mencantumkan dalam laporan jenis pengujian yang dilakukan.11. Perhitungan sudut geser dalam () :

Benda Uji I : Tekanan penyekap sel ((3-1) = 1,00 kg/cm2

Tegangangan Deviator (d)f1 = 2,16 kg/cm2 Benda Uji II : Tekanan penyekap sel ((3-2) = 2,00 kg/cm2

Tegangangan Deviator (d)f2 = 2,30 kg/cm2 Untuk benda uji I, tegangan-tegangan utama saat runtuh :

(3-1 = (3-1 = 1,00 kg/cm2

(1-1 = (1-1 = (3-1 + (d)f1 = 1,00 + 2,16 = 3,16 kg/cm2 Untuk benda uji II, tegangan-tegangan utama saat runtuh :

(3-2 = (3-2 = 2,00 kg/cm2

(1-2 = (1-2 = (3-2 + (d)f2 = 2,00 + 2,30 = 4,30 kg/cm2 Kedua benda uji ini terkonsolidasi lebih, jadi menggunakan persamaan :

(1-1 = (3-1 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + )

Jadi untuk benda Uji I :

3,16 = 1,00 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + ) untuk benda Uji II :

4,30 = 2,00 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + ) Bila persamaan I dikurangi persamaan II didapat :

3,16 = 1,00 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + )

4,30 = 2,00 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + )

-1,14 = -1,00 tan2 (45 + )

Untuk menentukan parameter sudut dalam () :

(45 + ) = tan-1

(45 + ) = 46,88

= 46,88 - 45 = 3,76

dengan memasukkan nilai kepersamaan I didapat :

3,16= 1,00 tan2 (45 + ) + 2c tan (45 + )

3,16= 1,14 2,14C

2,14C= 3,16 1,14 = 2,02

C = = 0,94

3.6 Kesimpulan

Dari pengujian triaksial yang kami lakukan kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Benda uji tanah 1dengan tegangan keliling 1 kg/cm2 :

tanah mengalami keruntuhan pada regangan tanah sebesar 40,00 % dengan tegangan deviator sebesar 2,16 kg/cm2 nilai kohesi tanah sebesar 1,07 kg/cm22. Benda uji tanah buatan : tanah mengalami keruntuhan pada regangan tanah sebesar 41,40 % dengan tegangan deviator sebesar 2,30 kg/cm2 nilai kohesi tanah sebesar 0,39 kg/cm23. Nilai kohesi tanah sebesar 0,95 kg/cm24. Nilai sudut geser dalam tanah sebesar 3,67Hasil Pengujian Triaxial

Grafik Pengujian Triaxial

BAB IV : KONSOLIDASIKONSOLIDASI

(CONSOLIDATION)4.1dasar teori

Peristiwa konsolidasi dapat didefenisikan sebagai proses mengalirnya air keluar dari ruang pori tanah jenuh dengan kemampuan lolos air (permeabilitas) rendah, yang menyebabkan terjadinya perubahan volume, sebagai akibat adanya tegangan vertikal tambahan yang disebabkan oleh beban luar.

Bila tanah jenuh dibebani, maka seluruh beban/tegangan tersebut mula-mula akan ditahan oleh masa air yang terperangkap dalam ruang pori tanah. Hal ini terjadi karena air bersifat tidak mudah dimampatkan (incompressible), sebaliknya struktur butiran tanah bersifat dapat dimampatkan (compressible). Tegangan air yang timbul akibat pembebanan disebut tegangan air pori lebih (excess pore pressure) dan jika tegangan ini lebih besar dari tegangan hidrostatik, maka air akan mengalir keluar secara perlahan-lahan dari ruang pori tanah. Seiring dengan keluarnya air, tegangan akibat pembebanan secara berangsur-angsur dialihkan dan pada akhirnya akan ditahan seluruhnya oleh kerangka butiran tanah. Kejadian di atas diikuti dengan proses merapatnya butiran-butiran tanah tersebut satu sama lain yang mengakibatkan terjadinya perubahan volume (deformasi), yang besar-nya kurang lebih sama dengan volume air yang keluar.

Kecepatan perubahan volume pada proses konsolidasi selain bergantung pada besar tegangan vertikal tambahan, juga sangat ditentukan oleh kemampuan lolos air (permeabilitas) tanah. Pada tanah pasir/berpasir yang biasanya mem-punyai koefisien permeabilitas tinggi, waktu yang diperlukan untuk proses konsolidasi terjadi relatif cepat, sehingga pada umumnya tidak perlu diperhatikan.

Sebaliknya pada tanah-tanah lempung, terutama yang nilai permeabilitasnya sangat rendah, proses konsolidasi akan berlangsung dalam selang waktu yang lebih lama, sehingga sangat perlu untuk diperhatikan.

Tujuan pengujian ini meliputi penentuan kecepatan dan besarnya penurunan konsolidasi tanah (rate and magnitude of settlement consolidation) yang ditahan secara lateral akibat pembebanan dan pengaliran air secara vertikal.

Kecepatan penurunan dinyatakan dalam Koefisien Konsolidasi (Consolidation Coefficient) Cv sedangkan untuk menggambarkan besarnya penurunan, digunakan Indek Pemampatan (Compression index) Cc.

Kegunaan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai besaran kecepatan dan penurunan pondasi bangunan yang didirikan di atas tanah lempung jenuh.

4.2PERALATAN

1. 1 (satu) unit alat konsolidasi yang terdiri dari :

Sistem pembebanan (loading device), yang dapat menimbulkan beban vertikal pada benda uji secara konstan dalam waktu yang relatif lama, dengan ketelitian 1% dari beban total serta peningkatan beban dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 2 (dua) menit tanpa menimbulkan efek tumbukan Sel konsolidasi (consolidometer), terdiri dari cincin konsolidasi yang cukup kaku dan terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, serta permukaan dinding bagian dalamnya harus licin untuk menghindari efek gesekan Batu berpori dengan diameter yang lebih kecil 0,20 mm dari diameter dalam cincin, serta ukuran bukaan ruang pori yang cukup halus untuk menjamin agar tanah tidak tertekan masuk kedalam ruang pori pada saat pembebanan.

2. Peralatan untuk membuat benda uji, termasuk cincin untuk mengambil sampel tanah, pisau/spatula,

3. Arloji pengukur deformasi (extensiometer), ketelitian minimal 0,002 mm4. Pengukur waktu (stopwatch).

Gambar 4.1 Satu set Gambar 4.2 Peralatan untuk membuat benda uji

alat konsolidasi

4.3BENDA UJI

1. tanah asli berbentuk kubus ukuran 20 x 20

4.4PROSEDUR PENGUJIAN

1. Mencetak tanah asli kedalam cetakan berbentuk cincin

2. Membasahi sel konsolidasi, cincin konsolidasi, batu berpori, dan kertas filter

3. Meletakkan tanah yang sudah dicetak di atas cincin konsolidasi ( permukaan yang tajam berada diposisi bawah)

4. Menekan tanah dengan plat besi hingga tanah masuk kedalam cincin konslidasi

5. Memasukkan batu pori kedalam sel konsolidasi

6. Memasang kertas filter diatas batu pori

7. Memasang cincin sel diatas kertas filter

8. Memasang kertas filter diatas sempel tanah

9. Menekan tanah hingga tanah turun menyentuh batu pori

10. Memasang batu pori diatas sampel tanah

11. Menutup cincin konsolidasi

12. Mengisi air pada sel konsolidasi setinggi lubang pada tutup

13. Meletakkan sel konsolidasi pada mesin konsolidasi

14. Diamkan selama 24 jam

15. Menyetel jarum arloji dengan menggerakkan bagian belekang penyangga arloji kearah atas atau bawah hingga jarum kecil di dalam arloji menunjukkan angka nol, kemudian menguncinya

16. Mengunci bagian depan alat konsolidasi lalu beri beban 500 gr, 1000 gr, 2000 gr , 4000 gr, 8000 gr, 16000 gr kembali ke 8000 gr, 2000 gr , secara bergantian,dimana saat pergantian beban alat dikunci sampai angka menunjukkan naik 2 dijit.

17. Mencatat angka pada bacaan arloji pada 15 detik , 1 menit , 2 menit , 4 menit , 6 menit 15 detik , 9 menit , 12 menit 15 detik , 16 menit, 25 menit , 36 menit.4.5 PERHITUNGAN DAN PELAPORAN1. Menggambarkan kurva hubungan antara penurunan kumulatif terhadap waktu berdasarkan cara Casagrande atau cara Taylor. Cara Casagrande (Log-Time Methode, 1940) :

Grafik 4.1 Menentukan t50 dengan Metode Casagrande-Setiap beban yang diberikan pada saat tes konsolidasi dihasilkan 1 (satu) kurva H vs log t (Lihat Grafik 4.1)-Menentukan R0, R50, R100, t50, t100 dengan cara sebagai berikut :

Memperpanjang 2 (dua) bagian kurva yang lurus (pada pemampatan konsolidasi primer dan sekunder) hingga berpotongan di titik A Ordinat dari titik A = R100, R100 adalah pemampatan di akhir konsolidasi primer (U = 100%)

Absis dari titik A = t100, t100 adalah waktu berakhirnya konsolidasi primer

Pada bagian awal dari kurva yang berbentuk parabola, menentukan 1 (satu) titik (misalnya : Titik B) yang mempunyai absis t1 Melalui titik B, membuat garis datar I1 Menentukan satu titik lagi pada kurva (misalnya : Titik C) yang mempunyai absis t2 = 4t1 Melalui titik C, membuat garis datar I2 Mengukur jarak vertikal antara garis I1 dan I2, misalnya : a, terdapat jarak a dari garis I1, buat garis datar hingga memotong sumbu ordinat di titik D Ordinat dari titik D adalah Ro, Ro = kondisi pada saat derajat konsolidasi U = 0%

Untuk menentukan t50 dengan cara menentukan titik tengah antara R0 dan R100 (misalnya : titik E) dan membuat garis datar melalui titik E hingga memotong kurva di titik F

Absis dari titik F adalah t50.

Cara Taylor (Square Root-Time Methode, 1942) :

Grafik 4.2 Menentukan t90 dengan Metode Taylor

-Setiap beban yang diberikan pada saat tes konsolidasi menghasilkan 1 (satu) kurva h vs t (Lihat Grafik 4.2)-Menentukan R0 dan t90 dengan cara sebagai berikut : Bagian yang lurus dari kurva diperpanjang sampai memotong sumbu ordinat di titik A

Perpotongan di titik A adalah R0, R0 = derajat konsolidasi U = 0%

Buat garis datar BC (atau 0C) dan tentukan panjangnya

Perpanjang garis BC dan tentukan titik D, sedemikian rupa sehingga panjang CD = 0,15 x panjang BC, [BD = 1,15 x BC] atau panjang 0D = 1,15 x panjang 0C Mengbungkan titik A dan D hingga memotong kurva di titik E

Absis dari titik E = t90 dan harga t90 = (t90) Letak teoritis derajat konsolidasi U = 100% pada R100 dapat dicari dengan cara interpolasi jarak d0 dan d90.2. Hubungan Derajat Konsolidasi (U%) dengan Faktor Waktu (Tv)

Tabel hubungan derajat konsolidasi (U%) dengan faktor waktu (Tv)

U (%)TvU (%)TvU (%)TvU (%)Tv

00------

10,00008260,0531510,204760,493

20,00030270,0572520,212770,511

30,00071280,0615530,221780,529

40,00126290,0660540,230790,547

50,00196300,0707550,239800,567

60,00283310,0754560,248810,588

70,00385320,0803570,257820,610

80,00502330,0855580,267830,633

90,00636340,0907590,276840,658

100,00785350,0962600,286850,684

110,0095360,102610,297860,712

120,0113370,107620,307870,742

130,0133380,113630,318880,774

140,0154390,119640,329890,809

150,0177400,126650,304900,848

160,0201410,132660,352910,891

170,0227420,138670,364920,938

180,0254430,145680,377930,993

190,0283440,152690,390941,055

200,0314450,159700,403951,129

210,0346460,166710,417961,219

220,0380470,173720,431971,336

230,0415480,181730,446981,500

240,0452490,188740,461991,781

250,0491500,197750,477100

3. Menghitung koefisien konsolidasi (Cv)

Cara Casagrande :

(4.1)

dari Tabel 4.1, T50 = 0,197, sehingga menjadi :

(4.2)

(13.8)

Cara Taylor :

(4.3)

dari Tabel 4.1, T90 = 0,848, sehingga menjadi :

(4.4)

dengan :

H = panjang pengaliran (ketebalan benda uji rata-rata untuk pengalir-an tunggal/ganda) pada tahap pembebanan tertentu [mm]Hdr = H ( single drainageHdr = .H ( double drainaget50 =waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 50% [menit]

t90 =waktu yang diperlukan untuk derajat konsolidasi 90% [menit]

4. Menggambarkan kurva hubungan antara perubahan angka pori (e) terhadap pembebanan/tegangan efektif (P0') menggunakan skala semi-log.

Menghitung tinggi butir tanah awal, 2H0 :

(4.5)Dengan :

2H0=tinggi butir tanah awal [cm]

Ws=berat tanah kering [gram]

Gs=berat jenis tanah; w = berat isi air [= 1 gram/cm]

A=luas permukaan benda uji [cm]Menghitung Angka Pori Awal (e0) :

(4.6)

dengan :

2H=tinggi benda uji awal [cm]

2H0=tinggi butir tanah awal [cm]

5. Evaluasi terhadap riwayat pembebanan (sifat konsolidasi)

Menghitung geostatik efektif (Insitu Effective Stress/tegangan overburden) Po':

P0'=((' . d)

(4.7)P0'=((wet . d) ((w . dw)

(4.8)dengan :

(' = berat isi tanah efektif [gram/cm]

(wet = berat isi tanah basah [gram/cm]

(w =berat isi air[gram/cm]

d=kedalaman lokasi pengambilan benda uji [cm]

dw=ketinggian muka air [cm]

Menghitung tegangan prakonsolidasi (Precompression pressure) Pc':

Grafik 4.3 Grafik mencari tegangan prakonsolidasi (Pc')

Membandingkan P0' dengan Pc' : Jika P0' Pc' ( (Normally Consolidated Clay, NC-Soil)

termasuk tanah lempung berkonsolidasi normal

Jika P0' < Pc' ( (Over Consolidated Clay, OC-Soil)

termasuk tanah lempung berkonsolidasi berlebih.

Grafik 4.4 Menentukan indek pemampatan lapangan (Cc-lap) NC-Soil)

Grafik 4.5 Cara menentukan indek pemampatan lapangan (Cc-lap) OC-Soil

6. Menghitungan Indek Pemampatan, Cc dan Indek Pengembangan, Cs :

Grafik 4.6 Menentukan indek pemampatan, Cc dan indek pengembangan Cs

Menghitung indek pemampatan tanah (Cc):

(4.9)

dengan :

e1, e2=angka pori pada titik ke-1 dan ke-2

P1, P2=tegangan pada titik ke-1 dan ke-2 [kg/cm]4.6 Kesimpulan

Dari hasil pengujian directsheer di dapat nilai e1 sebesar 0,522 dan e2 sebesar 0,42. Serta nilai pemampatan tanah (Cc) sebesar 0,339 Data Pembacaan Konsolidasi

Tabel Hasil Pengujian Konsolidasi

Grafik Pra-Konsolidasi

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

Gambar 2.2 Timbangan

Gambar 2.1 Alat Unconfined

Gambar 2.4 Cetakan Benda Uji

Gambar 2.3 Extruder

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

Regangan aksial [%]

Tegangan aksial [kg/cm2]

qu

Benda uji buatan

Benda uji asli

Su = c

c

O

qu = (1

Tegangan aksial [kg/cm]

(3 = 0

Tegangan geser [kg/cm]

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.DSMT4

Tegangan geser [kg/cm]

C1

O

Tegangan aksial [kg/cm]

(3-1

(1-2

(1-1

(3-2

C2

(

c

(

r1

r2

(

Garis keruntuhan

R1

I1

D

I2

B

C

Derajat konsolidasi U [%]

Penurunan kumulatif [mm], H

E

F

A

Waktu t [menit] - skala semi-log

Derajat konsolidasi U [%]

A

Penurunan kumulatif [mm]

D

B

C

E

R100

Waktu - (t [menit]

C

D

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.DSMT4

EMBED Equation.3

e0

Angka pori (e)

Garis bagi

Jari-jari

minimum

Penambahan

beban

Garis konsolidasi

laboratorium

Pengurangan beban

Pc'

0

0,42.e0

Log - Tegangan (kg/cm)

Log - Tegangan (kg/cm)

Angka pori (e)

Pc'

0

Pengurangan beban

Penambahan

beban

Garis bagi

0,42.e0

Garis konsolidasi

lapangan (Cclap.)

Garis konsolidasi

laboratorium (Cclab.)

Jari-jari

minimum

e0

e0

Angka pori (e)

Garis bagi

Jari-jari

minimum

Garis konsolidasi

lapangan (Cclap.)

Garis konsolidasi

Pengembangan (Cs Cr)

Garis konsolidasi

Laboratorium(Cclab.)

Penambahan

beban

Pengurangan beban

0,42.e0

Log - Tegangan (kg/cm)

Pc'

0

P0'

Log Tegangan (kg/cm)

Angka pori (e)

O

e2

Garis konsolidasi

lapangan (Cclap.), atau

Garis pengembangan konsolidasi (Cs)

e1

e

titik ke-1

titik ke-2

P2

P1

EMBED Equation.DSMT4

56

_1479758409.unknown

_1479807191.unknown

_1480141415.unknown

_1481369622.unknown

_1481371726.unknown

_1481372566.unknown

_1480142178.unknown

_1479807193.unknown

_1479807195.unknown

_1480141298.unknown

_1479807196.unknown

_1479807194.unknown

_1479807192.unknown

_1479804171.unknown

_1479806645.unknown

_1479807190.unknown

_1479806449.unknown

_1479806082.unknown

_1479759430.unknown

_1479804141.unknown

_1479759045.unknown

_1479633915.unknown

_1479752105.unknown

_1479754776.unknown

_1479752104.unknown

_1479552758.unknown

_1479552760.unknown

_1479552762.unknown

_1479633914.unknown

_1479552761.unknown

_1479552759.unknown

_1479236240.unknown

_1479236241.unknown

_1479236239.unknown