modul sar ok

33
NASKAH MODUL Tentang TAHAP KEGIATAN SAR (SUSDOKBANG,SUSWATUD,SUSKESBANGAN) DISUSUN OLEH : LETKOL KES dr FAISAL SpPK MARET 2014

Upload: herdy-adriano

Post on 04-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SAR

TRANSCRIPT

BUKU NASKAH SARPUR

NASKAH MODULTentang

TAHAP KEGIATAN SAR(SUSDOKBANG,SUSWATUD,SUSKESBANGAN)

DISUSUN OLEH : LETKOL KES dr FAISAL SpPKMARET 2014DAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR ..i

DAFTAR ISIii

BAB I

PENDAHULUAN 1

1. Tujuan Kurikuler .1

2. Pokok Bahasan 1

BAB IITAHAP MENYADARI (AWARENESS STAGE)..

1.Tujuan Instruksional .32. Sub Pokok Bahasan .3

BAB IIITAHAP TINDAKAN AWAL (INITIAL ACTION STAGE)..................1. Tujuan Instruksional

92. Sub Pokok Bahasan

9

BAB IVTAHAP PERENCANAAN (PLANING STAGE)...............................1. Tujuan Instruksional 102. Sub Pokok Bahasan 10

BAB VTAHAP OPERASI (OPERATION STAGE).................................... 1. Tujuan Instruksional 11 2.Sub Pokok Bahasan 11 BAB VIPENUTUP..

BAB IPENDAHULUAN

1. Tujuan Kurikuler. Agar siswa memahami dan mampu mengerjakan tahap kegiatan search and rescue2. Pokok Bahasan.a. Tahap Menyadari.b. Tahap Tindakan Awal.c. Tahap Perencanaan (Pencarian Udara,Darat dan Air).

d. Tahap Operasi Search and Rescue.

e. Tahap Akhir Tugas.

2BAB IITAHAP MENYADARI

3.Tahap menyadari adalah tahap diketahuinya suatu keadaan darurat/ musibah yang mengancam keselamatan penumpang pesawat/ kapal melalui deteksi dini dari pos-pos siaga SAR atau disampaikannya berita-berita musibah oleh instansi/ organisasi atau masyarakat ke BASARNAS/ KKR/ SKR.

4.Informasi/ berita awal yang disampaikan dalam waktu yang tepat tentang situasi/ kesulitan yang dihadapi oleh pesawat/ kapal akan dapat mencegah terjadinya musibah/ keadaan darurat yang lebih lanjut.

5.Dalam setiap keadaan darurat tindakan dapat segera diambil setelah diketahui jenis musibah dan lokasi kejadiannya. Untuk itu setiap informasi/ berita yang diterima harus diarahkan untuk melengkapi data-data tentang kejadiannya dan penentuan lokasi musibah. Maka penggunaan sarana komunikasi berperan penting untuk meyakinkan informasi/ berita yang diterima.

6.Pencatatan data kejadian harus dilakukan dengan menggunakan format yang telah ditentukan secara sistematis. Setiap petugas pencatat data harus mendahulukan pengumpulan data-data utama (yang terpenting) sehingga bila karena sesuatu sebab komunikasi terputus, proses penanganan musibah tetap dapat berlangsung.

7.Pencatatan Data Kejadian Musibah.Pencatatan data kejadian pada pesawat/ kapal meliputi hal-hal sebagai berikut :

1)Nama pesawat/ kapal, nama panggilan dan tanda-tanda lain.

2)Posisi kejadian (Lintang U/S, Bujur B/T atau baringan, jarak dari lokasi yang dikenal atau posisi akhir diketahui/ posisi yang akan dituju berikutnya).3)Jenis musibah.

4)Waktu kejadian.

5)Keadaan cuaca dan keadaan alam di tempat kejadian.

6)Keterangan lain yang diperlukan.

3

BAB IV

BAB III TAHAP TINDAKAN AWAL

(INITIAL ACTION STAGE)

8.Tindakan awal adalah saat dilakukan sutu tindakan sebagai tanggapan atau respon terhadap musibah yang terjadi, hal-hal yang dilakukan pada tahap tindakan awal adalah :a.Evaluasi Informasi Kejadian.Evaluasi informasi kejadian/ musibah berupa penggolongan keadaan daruratnya, evaluasi kejadian/ musibah dilakukan dengan menentukan tingkat keadaan darurat suatu musibah berdasarkan penilaian terhadap informasi/ berita yang diterima serta pengalaman untuk dapat memberikan tanggapan/ respons yang tepat. Keraguan terhadap data yang diterima akan menyulitkan evaluasi dan memakan waktu dalam melakukan pertimbanganpertimbangan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi musibah meliputi :

1)Keadaan cuaca dan keadaan laut. Keadaan cuaca yang buruk dilokasi musibah merupakan pembatas waktu pelaksanaan operasi SAR. Keadaan tersebut menyulitkan pencarian dan dapat merupakan stress bagi petugas-petugas lapangan, sehingga kegiatan pencarian/ pertolongan kurang effisien, maka data ramalan cuaca harus didapat sesegera mungkin/ dalam waktu yang singkat untuk menentukan pola pencarian, jarak lintasan dalam penyapuan, lama waktu pencarian dan lain-lain. Faktor yang perlu dipertimbangkan pada keadaan cuaca/ keadaan laut yang buruk adalah :

(a)Perlu diketahui apakah pesawat/ kapal mengetahui ramalan cuaca sebelum mendapat musibah/ pada saat musibah terjadi.

(b)Perlu diketahui pula perubahan arah/ kecepatan angin/arus laut yang mengakibatkan kesalahan navigasi.

(c)Adanya awan-awan yang rendah dan jangkauan pandangan yang buruk menyebabkan adanya kemungkinan kapal/ pesawat itu berputar yang tak dapat diatasi.

(d)Adanya perubahan tekanan barometer yang besar dapat menimbulkan kesalahan altimeter yang digunakan.

2)Waktu Kejadian. Dari data statistik diketahui bahwa pada 24 jam pertama kemungkinan korban untuk tetap hidup adalah 80 % dan kemampuan untuk tetap hidup akan menurun dengan cepat setelah 3 hari pertama. Hal ini akan lebih cepat lagi bila korban dalam keadaan luka-luka atau musibah terjadi dalam masa perang (misalnya untuk korban luka parah hanya mampu bertahan 24 jam saja), dengan demikian tindakan yang cepat dan kecenderungan mengerahkan unsur lebih banyak merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

4

3)Kondisi Medan/ Lingkungan Pada Lokasi Musibah. Faktor lingkungan ini menentukan kemungkinan waktu agar korban tetap hidup yang berkaitan dengan batas waktu usaha pencarian/ pertolongan, sebagai berikut :

(a)Hypothermia.

Daya tahan yang menurun karena penurunan suhu tubuh, disebabkan oleh suhu udara/ suhu air dan adanya angin, penurunan suhu tubuh bila terendam dalam air adalah sebagai berikut :

(1)Suhu 21 C.Ketahanan tubuh tergantung dari faktor kelelahan (dapat 80 jam) dan masalah adanya ikan buas (hiu) yang harus dihadapi.

(2)Suhu 15 12 C.Ketahanan tubuh seseorang berkisar plus minus 12 jam, dalam waktu 10 menit suhu tubuh akan sama dengan suhu air 10 C maka korban hanya bertahan 6 jam.

(b)Dehidrasi.Pengaruh suhu udara yang sangat panas akan berkaitan dengan terjadinya kekurangan cairan dalam tubuh, sebagai berikut :

(1)Heat Cramps. Kejang akibat panas dan kelelahan.

(2)Bahaya dari binatang buas di darat terutama di daerah hutan yang belum terjamah manusia. Sedangkan di laut serangan ikan hiu dikhawatirkan terutama bila suhu air laut mencapai 18 C, selain itu terdapat juga ular-ular berbisa, serangga dan lain-lain.4)Fasilitas Yang Tersedia.Diarahkan kepada sasaran untuk mencapai hasil kerja yang efektif, dimulai dengan :

(a)Pemilihan unit SAR dengan memperhatikan kemampuan navigasi dan pengalaman dilapangan.

(b)Kemampuan alat komunikasi antara SMC/ OSC dengan unit SAR di lapangan.

(c)Jumlah dan jenis perlengkapan survival, peralatan untuk membuat isyarat darurat bagi unit-unit SAR.

(d)Setiap petugas SAR harus siap menghadapi resiko dan tetap memperhatikan keselamatan dirinya.

5)Keadaan Korban.Dari data statistik bahwa 60 % korban akan menderita luka-luka dan 25 % diantaranya berada dalam keadaan gawat darurat (kritis) dan hampir seluruhnya akan mengalami shock menghadapi situasi yang terjadi dalam waktu beberapa saat, bahkan panik, histeris atau terdiam. Pada 24 jam pertama korban ini dalam keadaan pasif dan pada saat 5inilah pertolongan harus segera dilakukan, karena kemudian korban akan aktif atau meninggal tanpa adanya pertolongan.

b.Penyiapan Fasilitas SAR. Penyiapan fasilitas SAR dilakukan setelah ada evaluasi berita musibah yang diterima. Pada tingkat keadaan darurat I (INCERFA) disebut pula tahap Siaga dimana unit SAR belum diperlukan untuk diberangkatkan.c.Pencarian Awal Dengan Komunikasi (Preliminary Communocation = PRECOM). Pencarian melalui Komunikasi, dilakukan bila posisi kapal/pesawat/orang yang mendapat musibah tidak diketahui dengan pasti, Precom/ Preliminary Communication atau pencarian awal melalui Komunikasi terdiri dari :

1)Usaha menghubungi lokasi lokasi dimana pesawat/kapal yang dinyatakan hilang kemungkinan singgah ditempat tersebut.

2)Kegunaan hal ini untuk mengetahui dengan cepat bahwa kapal/pesawat itu mungkin bukan hilang tetapi tidak melapor.

3)Mencari informasi melalui syahbandar, Bakorkamla (Badan Koordinasi Keamanan Laut ) yang terdiri dari : TNI AL, Sat Pol Air, KPLP dan Bea Cukai.

4)Menghubungi bandar udara tujuan/ cadangan untuk mendapat kepastian tidak datangnya pesawat tersebut, hal ini dilakukan oleh ATC.d.Pencarian Lanjutan Dengan Komunikasi (Extended Communication = EXCOM). Excom/ Extended Communication atau pencarian lanjutan melalui komunikasi bila pada Precom tidak dihasilkan sesuatu dan Excom dilakukan jika tugas pencarian ditingkatkan dimana keadaan darurat berada pada tingkat menghawatirkan keadaan korban dan pentingnya segera menyiagakan unit unit SAR sebagai berikut :

1)Menghubungi kembali instansi yang dapat memberikan informasi selama 24 jam.

2)Menghubungi pemilik pesawat/ kapal/ Polisi setempat/ keluarga korban dan lain-lain.

3)Dapat digunakan media massa (RRI/ TVRI, Surat Kabar) untuk membantu menyiarkan berita kapal/ pesawat yang hilang.

4)Untuk pesawat, menghubungi seluruh bandar udara dan jaring radar dalam radius 50 NM dari jalur/ lintasan penerbangan yang direncanakan.e.Pemilihan/ Penunjukan SMC (SAR Mission Coordinator). Penunjukan MC oleh KKR/ SKR untuk dimintakan persetujuan/ pengesahan dari BASARNAS.

5.Tahap Perencanaan (Planning Stage).

Tahap perencanaan adalah saat dilakukan pembuatan rencana operasi yang efektif setelah kegiatan precom dan excom serta dilakukan penyiagaan fasilitas SAR, pada tahap ini dilakukan evaluasi dengan mempelajari semua keterangan berupa rencana penerbangan/ pelayaran, keadaan cuac dan medan, kemungkinan gangguan komunikasi, berita dan posisi terakhir yang diketahui, kemampuan pesawat/ kapal untuk menhadapai keadaan-keadaan yang tidak menguntungkan terutama perhitungan kemungkinan habisnya bahan bakar yang tersedia serta fasilitas SAR yang telah disiagakan, rencana pencarian dibuat melalui tahapan :

aPenentuan Datum (Posisi Duga yang Paling Mungkin/ Most Probable Position). Dalam usaha menentukan datum dan luas area pencarian diperkan pengetahuan tentang vector (berbagai gaya yang bekerja/ mempengaruhi posisi korban), lokasi tersebut dapat berupa suatu tutik, suatu garis maupun suatu daerah 6

atau dengan titik datum, garis datum atau daerah datum, penghitungan datum dilakukan secara berkala dengan memperhatikan gaya-gaya drift yang mempengaruhi perubahan posisi sasaran pencarian, penentuan lokasi awal kejadian dapat berupa penentuan :1)Posisi di udara.

2)Posisi pembukaan payung udara (parachute).

3)Posisi di permukaan air.

b.Penentuan Luas Area Pencarian1)Dalam penentuan luas area pencarian pertama kali ditentukan datum, kemudian kita buat lingkaran di sekelilingnya dengan jari-jari yang dihitung berdasarkan nilai total kemungkinan kesalahan (Total Probable Error = E) dan memperhitungkan adanya faktor Safety (= f).

2)Dengan membuat lingkaran tersebut diharapkan bahwa sasaran yang kita cari, minimal 50 % kemungkinannya sasaran berada di dalam daerah tersebut, bila pada daerah yang ditentukan tidak diketemukan maka area ini dapat diperluas sampai dengan 5 kali pembesaran.

3)Setelah dilakukan perluasan area dan tidak ditemukan maka dapat dianggap sasaran yang kita cari tidak berada di daerah tersebut sehingga dapat ditentukan daerah baru bila didapat data-data baru yang 7

mendukungnya. Penentuan radius (jari-jari) lingkaran daerah pencarian ditentukan dengan adanya safety factor sebagai berikut :

AREA PENCARIANSAFETY FACTOR (f)JARI-JARI

DAERAH PENCARIAN (R)

Ke 1

Ke 2

Ke 3

Ke 4

Ke 51,1

1,6

2,0

2,3

2,51,1 E

1,6 E

2,0 E

2,3 E

2,5 E

c.Menentukan Pola Pencarian1)Penamaan Pola Pencarian.Cara penamaan pola pencarian mengikuti ketentuan sebagai berikut :

(a)Huruf ke 1 = Pola dasar pencarian yang digunakan.

(b)Huruf ke 2 = Unit yang terlibat.

(c)Huruf ke 3 = Tidak perlu kembali ke titik awal pemberangkatan (non return).

2)Kode huruf untuk penjelasan sebagi huruf ke 2 yaitu :

(a)S =Single unit.

(b)M =Multi unit.

3)Kode huruf untuk penjelasan huruf ke 3 yaitu :

(a)C =Coordinate (dengan koordinasi) atau circle (melingkar).

(b)R =Radar digunakan radar untuk pengendalian atau return to starting point (kembali ke titik awal)

(c)N =Non Return (tidak perlu kembali ke titik awal).

(d)L =Loran Line (sesuai dengan garis loran).

4)Macam-macam pola pencarian dengan pesawat ada 8 macam, sebagai berikut :

(a)Track Line (T).Track line digunakan apa bila suatu kapal/ pesawat/ orang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang direncanakan dan tidak diketahui data-data lain berarti jalur perjalanan merupakan satu-satunya data, terdapat 4 pola pada track line :8(1)TSR (Track Line, Single Unit, Return).

(2)TMR (Track Line, Multi Unit, Return).

(3)TMN (Track Line, Multi Unit, Non Return).

(4)TSN (Track Line, Single Unit, Non Return).

Gambar Pola Track Line(b)Paralel (P).Paralel digunakan apa bila daerah pencarian cukup luas dan medannya berbentuk datar dan hanya diketahui posisi duga dari sasaran yang dicari, terdapat 9 bentuk pola pencarian paralel, sebagai berikut :(1)PS (Paralel Track, Single Unit).

(2)PM (Paralel Track, Multi Unit).

(3)PMR (Paralel Track, Multi Unit, Return).

(4)PMN (Paralel Track, Multi Unit, Non Return).

(5)PSC (Paralel Track, Single Unit, Circle).

(6)PMC (Paralel Track, Multi Unit, Circle).

(7)PSS (Paralel Track, Singel Unit, Spiral).

(8)PSL (Paralel Track, Single Unit, Loran).

(9)PSA (Paralel Track, Singel Unit, Arc).

9

Gambar Pola Paralel(c)Creeping (C).

(1)Bentuk pola pencarian creeping ada 7 jenis, sebagai berikut :

(a)CS (Creeping Line, Single Unit).

(b)CM (Creeping Line, Multi Unit).

(c)CSC (Creeping Line, Single Unit, Coordinate).

(d)CMC (Creeping Line, Multi Unit, Coordinate).

(e)CMR (Creeping Line, Multi Unit, Radar).

(f)CSR (Creeping Line, Single Unit, Radar).

(g)CMCS (Creeping Line, Multi Unit, Coordinate, Radar).

(2)Creeping digunakan :

(a)Untuk daerah yang berbentuk segi empat maka jalur pencarian sejajar sumbu pendek (minor axis) sedangkan pada track line sejajar sumbu panjang (major axis).(b)Bila daerah pencarian sempit, memanjang dan cukup datar.

(c)Sasaran yang dicari kemungkinan berada di kedua sisi dari garis yang menghubungkan 2 titik duga.

(d)Diperlukan gerak maju yang cepat dan penutupan pencarian.

10

Gambar Pola Creeping(d)Square (S)(1)Bentuk pola pencarian square antara lain terdapat sebagai berikut :

(a)SS (Square, Single Unit).

(b)SM (Square, Multi Unit).

(2)Square digunakan :

(a)Untuk pencarian yang terpusat pada daerah yang sempit dimana posisi korban diketahui berada disekitar/ dekat daerah tersebut.

(b)Bila diperkirakan terdapat kesalahan posisi yang dilaporkan atau adanya perubahan posisi/ bergerak misalnya kapal dan orang hanyut.

11

Gambar Pola Square(e)Sector (S) atau Pola Menyudut.

(1)Bentuk pola pencarian creeping ada 4 jenis, sebagai berikut :

(a)VS (Sektor, Single Unit).

(b)VS (Sektor, Multi Unit).

(c)VSR (Sektor, Single Unit, Return).

(d)VMR (Sektor, Multo Unit, Return).

(2)Tanda datum yang digunakan pada pola sektor adalah :

(a)Bom asap yang mengapung.

(b)Radar beacon.

(c)Life jacket.

(3)Sector digunakan :

(a)Bila lokasi musibah diketahui dalam batas-batas cukup dekat dan daerah pencarian tidak luas.

12

(b)Untuk pesawat terbang diketahui radius/ jari-jari daerah pencarian kurang dari 20-30 Mil sedangkan untuk kapal kurang dari 5 Mil (sudut 60 derajat).

Gambar Pola Vector

(f)Contour (C).Contour digunakan :

(1)Untuk daerah bergunung/ berbukit biasanya untuk pesawat terbang.

(2)Syarat :

(a)Crew harus berpengalaman.

(b)Briefing harus baik dengan peta yang jelas.

(c)Keadaan cuaca harus baik termasuk visibility dan keadaan angin.

(d)Kemampuan pesawat cukup besar untuk laju mendaki dan radius putarnya kecil.

(e)Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi.

13

Gambar Pola Contour

(g)Flare (F).Flare merupakan pencarian dengan menggunakan flare/ cahaya/ gelombang darurat.

(1)Bentuk pola pencarian creeping ada 4 jenis, sebagai berikut :(a)FS (Flare, Single Unit).

(b)FM (Flare , Multi Unit).

(2)Digunakan pada pencarian malam hari khususnya dilaut. Dengan unit kapal pencari/ helikopter dan pesawat terbang bersayap tetap, dimana kapal-kapal yang lebih dari 1 akan membentuk formasi.

Gambar Pola Flare14

(h)Homing (H)

Gambar Pola Homingd.Menentukan Area Peliputan (Covered Aera). Covered area ditentukan dalam pencarian yang sistematis untuk memperoleh besarnya kemungkinan ditemukannya sasaran (Probability of Detection) yang optimal, faktor-faktor yang menentukan adalah sebagai berikut :1)Track Spacing (S) adalah jarak antara 2 jalur penyapuan.Bila jarak ini kecil maka kemungkinan temukan lebih besar (lebih teliti) tetapi akan memerlukan waktu lebih lama, sedangkan apabila jarak diperbesar maka kemungkinan ditemukannya akan sangat kecil.

2)Probability of Detection (POD) adalah kemungkinan ditemukannya sasaran. Merupakan nilai yang menggambarkan hasil-hasil pencarian yang dikehendaki atau merupakan nilai akhir dari beberapakali pencarian yang telah dilakukan. Nilai ini dinyatakan dalam % yang merupakan pernyataan perbandingan kemungkinan keberhasilan/ kegagalan dalam menemukan sasaran pencarian, pada saat dilakukan penyapuan dapat ditentukan kemungkinan penemuan saat itu (instantaneous POD) dimana nilainya tidaklah sama untuk sepanjang daerah penyapuan sebagai berikut :

a)Nilai terbesar pada daerah dimana sasaran dapat dilihat (pada tempat terdekat dengan pengamat/ observer/ scanner).

b)Nilai terkecil pada jarak paling jauh dimana kemungkinan sasaran terlihat sangat kurang.

c)Tempat yang berada di luar jangkauan pandang/ deteksi masimum berarti tidak memiliki nilai karena tidak ada sasaran yang dapat dilihat, seperti pada grafik berikut :

15

16

d)Di daerah yang terdekat dengan observer dalam gambar terdapat penurunan kurva sedikit, hal ini dikarenakan :(1)Terdapat bagian yang tertutup pada pesawat.

(2)Pencarian dengan radar terdapat pengaruh pantulan laut.

e)Contoh POD

Contoh :

POD = 67 % (67 % kemungkinan berhasil dan 33% kemungkinan kegagalan/ 2 : 1).

POD = 90 % (terdapat 1 kali kemungkinan kegagalan dalam 9 kali keberhasilan).

3)Sweep Width (W) = Lebar daerah peyapuan pada setiap jalur yang merupakan ukuran kemampuan untuk menentukan sasaran yang dicaria)Sweep width dipengaruhi oleh :(1)EE = Ukuran, jenis yang dicari.

(2)Keadaan cuaca dan lain-lain.

b)Penentuan lebar sapuan ditentukan pula oleh berbagai faktor, maka perlu dikenali istilah-istilah sebagai berikut :

(1)Wu = Lebar sapuan yang belum dikoreksi oleh faktor meteorologi (visibility), ukuran sasaran dan ketinggian pencarian.

(2)Fw = Suatu faktor koreksi berkenaan adanya buih di laut (white cap), dimana buih tersebut terjadi karena adanya pengaruh angin.

(3)Fc = Adalah faktor koreksi yang dipengaruhi oleh tebal/ tipisnya awan serta luasnya bagian yang diselubungi oleh awan.

17

(4)Maka Lebar Sapuan setelah mendapat berbagai koreksi adalah : Wc = Wu Fw Fc.c)Bila sasaran berupa manusia yang terapung-apung, maka lebar sapuan ditentuakan 1/10 kali lebar sapuan perahu karet.d)Penentuan Lebar Sapuan Secara Visual. Penentuan lebar sapuan secara visual dipengaruhi oleh faktor-faktor :

(1)Ukuran, bentuk, warna dan gerakan sasaran.

(2)Visibiliti maksimum.

(3)Keadaan medan dan keadaan arus.

(4)Keadaan awan.

(5)Ketinggian pencarian, untuk sasaran yang ukurannya kurang dari 30 Feet sebaiknya gunakan helokopter yang dapat terbang dengan ketinggian kurang dari 500 Feet.

(6)Posisi matahari, posisi terbaik adalah pertengahan pagi sampai dengan pertengahan petang.

(7)Keadaan pengamat antara lain keadaan fisik, kewaspadaan, pengalaman tugas pencarian secara visual.

e)Pedoman untuk penentuan ketinggian pencarian adalah sebagai berikut :

(1)Untuk sasaran yang kecil, maka ketinggian harus dikurangi.

(2)Bila ketinggian dikurangi maka track spacing juga harus dikurangi.

(3)Pencarian pada malam hari sebaiknya pada ketinggian 2.000. Feet.

(4)Ketinggian pencarian pada siang hari di darat dipilih antara 200 1.000. Feet.(5)Ketinggian pencarian pada siang hari di laut dipilih antara 500 1.500. Feet

(6)Bila sasaran berupa perahu motor, ketinggian dipilih 800 Feet.

(7)Bila sasaran berupa perahu karet atau manusia, ketinggian dipilih 200 400 Feet.

18

4)Coverage Factor (C)/ Faktor peliputan adalah suatu ukuran mengenai keefektifan dari suatu pencarian, penentuannya adalah sebagai berikut

W

C = SW = Lebar sapuan.

S = Track spacing.

19keduanya diukur dengan satuan yang sama yaitu dalam mil atau yard, sebagai contoh untuk C = 0,5 dan C = 1, semakin tinggi nilai C berarti semakin teliti untuk meliput seluruh daerah pencarian yang berarti nilai kemungkinan menemukan (P).e.Membuat Rencana Rencarian.Membuat rencana pencarian berdasarkan kesiapan dan kemampuan Unit SAR (SRU) yang tersedia, pada dasarnya terdapat 6 subyek yang spesifik pada pengisian formulir tersebut yaitu penjelasan tentang :1)Situasi.Situasi meliputi :a)Keadaan musibah.

b)Posisi akhir yang diketahui.

c)Data terperinci tentang sasaran yang dicari.

d)Alat bantu deteksi yang ada.

e)Peralatan survival yang dimiliki korban.

f)Cuaca saat ini dan perkiraan cuaca berikutnya.

g)Unit-unit SAR yang siap diberangkatkan.

h)Contoh penjelasan situasi :

(1)C-130 PK-ABC dilaporkan jatuh ke laut karena 3 mesin mati pada 16.23.00 Z posisi terakhir 38.40 U 65.10 B pada 16.22.00 Z.(2)80 POB.

(3)Sasaran pencarian :

(a)8 Perahu karet, kapasitas 20 orang dengan perlengkapan survival laut standard.

(b)Korban di air.

(c)Puing pesawat.

(d)Emergency locator beacon.

(4)Prakiraan cuaca 17.12.00 Z 17.24.00 Z Ceiling, 8000 Broken, Vis 16, Angin 190/ 130 Kts 12/ 2-3 Ft.

(5)KRI X, KRI Y melaksanakan pencarian malam dilokasi. Pesawat pencari akan dikirim ke lokasi menjelang 17.10.00 Z.

202)Area Operasi/ Pencarian.Area operasi/ pencarian antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :a)Penentuan datum dan luas area pencarian/ operasi.

b)Pembagian area pencarian/ operasi untuk masing-masing Unit SAR dan waktu yang dibutuhkan.

c)Penggunaan IFF/ SIF mode/ code air to air TACAN.

d)Contoh penjelasan tentang daerah pencarian/ operasi titik sudut/ koordinat :

(1)B107.30 U 95.10 T.

07.50 U 95.45 T.

06.40 U 95.30 T.

07.15 U 94.50 T.

(2)B207.15 U 94.50 T.

07.40 U 95.30 T.

06.00 U 95.05 T.

07.45 U 94.10 T.

(3)B206.45 U 95.10 T.

05.00 U 95.45 T.

05.15 U 95.40 T.

06.10 U 93.40 T.e)Pada perencanaan pencarian dimana daerah pencarian dibagi-bagi, maka SRU dibagi secara vertikal dan horizontal dengan cara menentukan :

(1)CSP (Commence Search Point) = Titik awal pencarian.

(2)Arah yang berbeda.

(3)Ketinggian yang berbeda.

3)Pelaksanaan Operasi Pencarian. Pelaksanaan operasi pencarian meliputi :21

a)Pembagian area dan unit-unit yang ditugaskan.

b)Pola yang akan digunakan pada area tersebut.

c)Ketinggian pesawat pencari yang direncanakan/ selama pencarian.

d)Penentuan titik awal pencarian.e)Waktu yang diperkirakan.

f)OSC yang ditunjuk.

g)Contoh pelaksanaan pencarian :

DAERAHSRUSATUANPOLA PENCARIANKETINGGIAN

B1

B2

B3P.904

KRI X

T-1370

KRI YTNI AL

TNI AL

TNI AU

TNI ALPS

PS

CSR

CSRMAKSIMUM

-

1000 Ft

-

4)Koordinasia)Koordinasi di lapangan/ pada aera pencarian meliputi :(1)Penentuan OSC.

(2)Pengawasan penggantian operasi selama SRU dalam perjalanan ke area pencarian (CHOP = Change of Operation Control).

(3)Koordinasi dengan induk instansi dari SRU yang terlibat dalam operasi tersebut.

(4)Perubahan track spacing dan POD karena adanya perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan yang diramalkan.

(5)Koordinasi untuk meminta Air Space Reservation yang meliputi :(a)Nama dan organisasi yang diminta.

(b)Data tentang kejadian/ musibah.

22

(c)Perkiraan dan panjangnya area yang akan dituju (untuk meminta Air Space Reservation).

(d)Nama, nomor telepon dan nama komunikasi lain dari SMC.

(e)Penjelasan tentang area yang akan digunakan disesuaikan dengan peta penerbangan atau penjelasan tentang koordinat geografinya.

(6)Koordinasi dengan ATC (untuk NOTAM).(7)Contoh koordinasi :

(a)KKR-IV tetap sebagai SMC.

(b)KRI X sebagai OSC.

(c)Semua SRU tiba di lokasi 17.11.00 Z.

(d)Track spacing 2 Mil.

(e)OSC dapat merubah rencana pencarian (bila perlu).

b)Koordinasi Dalam Kegiatan Pencarian. Koordinasi dalam kegiatan pencarian meliputi :1)Koordinasi di lokasi dilakukan oleh SMC, bila SMC tidak mungkin mengendalikan dari Posko, maka ditunjuk OSC dari Unit SAR yang mempunyai kemampuan sebagaimana yang ditentukan (bukan berdasarkan senioritas).

2)Bila diperlukan penggantian pengendalian dan penggantian unsur operasi (CHOP) pada perjalanan menuju lokasi musibah maupun pada perjalanan pulang, harus dilakukan dengan Satuan induknya, hal ini harus tercantum dalam rencana pencarian oleh seorang SMC.

3)Bila cuaca yang diperkirakan tidak sama dengan yang diharapkan, maka rencana yang dibuat mungkin tidak efektif untuk dilaksanakan, dalam hal ini SMC harus membekali OSC dengan pengarahan kapan rencana pencarian harus dilakukan dan kapan dapat dilakukan perubahan.5)Komunikasi.

Komunikasi yang terpenting dalam perencanaan adalah penentuan jalur (channels) primer dan sekunder untuk monitor, pemberitaan, kegiatan di area pencarian dan pengawasan serta adanya penjadwalan hubungan (komunikasi) yang ditentukan selama operasi berlangsung, komunikasi dalam operasi pecarian meliputi :23

a)On Scene Channel (salauran di lokasi musibah) antara OSC dan SRU diusakan tidak menggunakan frequensi darurat.

b)Monitor Channel (saluran monitor) untuk memonitor bila pesawat/ kapal yang dicari memancarkan signal panggilan.

c)Enroute Channel (saluran yang digunakan pada pengantar ke lokasi), ditentukan oleh Satuan Induk dengan catatan 10 menit sebelum sampai di lokasi melaporkan pada OSC dan kemudian pindak ke On Scene Channel.

d)Homing Channel (saluran untuk mengarahkan ke sasaran) dapat digunakan frequensi darurat atau On Scene Channel.

e)Contoh pejelasan tentang frequensi :

(1)Saluran kendali PRI 5,696 KHz USB SEC 6,964 KHz USB.

(2)On Scene Channel PRI 282,6 MHz SEC 123,1 MHz.

(3)Monitor 243,0 MHz.

(4)Beacon KRI X 522 KHz.

(PRI = Primery, SEC = Secundery)

6)Pelaporan.a)OSC mengirim laporan situasi/ lapsit cuaca setiap 4 jam.

b)Satuan induk melapor ETD dan ETA pesawat dan kapalnya.

c)Laporan selesai pencarian.

6.Tahap Operasi Search and Rescuea.Operasi Pencarian

1)Pada pelaksanaan operasi SAR dapat berupa :

a) Operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak ditemukan).

b)Operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (karena lokasi musibah ditemukan/ dilaporkan dengan tepat).

c)Operasi pencarian dilanjutkan dengan operasi pertolongan.

24

2)Dalam pelaksanaan Operasi SAR akan terdapat tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan, untuk operasi pencarian dikenal 8 tahap, yaitu :

a)Briefing Pencarian. Briefing pencarian dilakukan oleh SMC/ Pejabat/ Perwira yang ditunjuk dengan check list sebagai berikut :(1)Situasi.

(2)Cuaca.

(3)Area pencarian.

(4)Pola pencarian.

(5)Penunjukan tugas.

(6)Tehnik scanning.

b)Pemberangkatan SRU.Khususnya untuk SRU Udara diperlukan kerja sama dengan ATC, pada saat ini diberikan keterangan tambahan berupa :

(1)Perkembangan terakhir.

(2)Sasaran pencarian.

(3)Penambahan/ perluasan area pencarian.

(4)Pola pencarian.

(5)Sumbu utama daerah pencarian.

(6)Ketinggian pencarian.

(7)Informasi lalu lintas udara di area pencarian.

(8)Data cuaca.

(9)Titik awal pencarian.

(10)Informasi khusus pada operasi terpadu.

c)Perjalanan SRU Menuju Area Pencarian.Pengendalian akan dilakukan oleh OSC pada :

(1)SRU Udara : Beberapa saat sebelum memasuki area pencarian.

(2)SRU Laut : Pada saat berada pada titik awal pencarian (CSP).

25d)Pelaksanaan Pencarian.Dilakukan segera setelah SRU tiba di CSP sesuai dengan pola yang ditentukan.e)Tindakan Menemukan Sasaran.Sering terjadi SRU yang berhasil melihat sasaran/ korban kemudian kehilangan sasarannya, pada saat SRU akan mengenalinya. Hal ini dapat terjadi pada crew/ scanner yang tak menguasai prosedur yang benar untuk dikerjakan saat pertama melihat korban. Prosedur yang harus dilakukan bila melihat korban masih hidup antara lain :

(1)Jaga jangan sampai korban hilang dari pandangan.(2)Beri tanda posisi itu secepatnya.(3)Drop peralatan darurat dengan segera.(4)Lapor pada OSC.(5)Arahkan SRU yang lain khususnya unit penolong ke lokasi.(6)Lakukan pertolongan yang mungkin dapat dilakukan.(7)Tetap berada di sekitar korban.(8)Usahakan agar korban mengetahui bahwa dirinya sudah ditemukan.(9)Tentukan posisi korban.(10)Lakukan pendaratan bila memungkinkan.(11)Pada saat menemukan korban, segera buat laporan pada OSC dan teruskan ke SMC yang meliputi :

(a)Posisi korban.(b)Identitas korban.(c)Keadaan fisik.(d)Cuaca ,angin dan keadaan laut.(e)Sisa bahan bakar yang dimiliki.(f)Jenis peralatan darurat yang digunakan korban.(g)Jenis peralatan darurat yang di-drop.26

f)Penggantian SRU. Penggantian SRU di daerah pencarian harus didahului briefing terhadap SRU tersebut.g)Penarikan SRU ke Pangkalan/ Posko.

h)Debriefing SRU.

3)Pencarian dengan pesawat terbang (SRU Udara) dianggap terbaik bila cuaca memungkinkan. Tetapi akan menjadi kurang baik bila awak pesawat tidak dapat berfungsi dengan baik, awak pesawat dituntut untuk dapat melaksanakan pola pencarian dan melakukan pencarian itu sendiri, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencarian dengan pesawat adalah :

a)Bila di sekitar korban terdapat genangan bahan bakar jangan gunakan peralatan pyrotehnik untuk memberi tanda lokasi korban.

b)Gunakan auto pilot pada keadaan memungkinkan agar perhatian dapat dicurahkan pada pencarian.

4)Pencarian dengan SRU Darat. Dilakukan jika pada area tersebut tidak mungkin dilakukan pencarian melalui udara, misalnya di daerah pegunungan dan hutan, dalam hal ini yang penting dapat dipilih SRU yang mempunyai kemampuan dapat di-drop dengan helikopter yang hovering atau dropping dengan parachute, penyiapan SRU Darat meliputi :

a)Jadwal pencarian.b)Peralatan yang dibutuhkan.c)Transpotasi ke lokasi.d)Makanan, air dan kebutuhan pendukung lainnya.e)Peasawat yang akan memberi dukungan.f)Base camp kegiatan (dekat lokasi).g)Jumlah Tim pencari yang dibutuhkan.h)Ukuran area pencarian.i)Penghitungan waktu dan personel yang dibutuhkan untuk penyapuan.j)Arah lintasan pencarian.k)Track spacing.l)Titik awal/ akhir pencarian.27

m)Tugas-tugas yang diberikan kepada Tim Pencari selama jangka waktu tertentu.n)Personel pencari di darat harus dipilih dengan seksama untuk memenuhi syarat :(1)Stamina fisik.(2)Pengetahuan kegiatan di alam bebas.(3)Pengalaman dalam pencarian.o)Komposisi yang disarankan adalah terdiri dari :

(1)Pimpinan Regu / Team Leader.(2)Penunjuk jalan / Guide.(3)Pemberi tanda sisi / Flankers.(4)Pembuka jalan / Lineman.b.Operasi Pertolongan/ Penyelamatan

1)Hal-hal yang terjadi pada operasi pertolongan/ penyelamatan terdiri dari :

a)Briefing bagi Rescue Team/ Rescue Crew. Briefing meliputi :

(1)Situasi.

(2)Cuaca.

(3)Lintasan yang akan dilalui.

(4)Usaha kegiatan yang akan dilakukan oleh unit tersebut.

(5)Metode/ cara yang disarankan.

b)Pemberangkatan/ pengiriman rescue unit.

c)Selama perjalanan menuju lokasi.

d)Rescue unit di lokasi musibah.

e)Dukungan yang diperlukan oleh rescue unit.

f)Rescue unit kembali ke Posko.

g)Debriefing dari rescue team/ rescue crew.

282)Jenis Operasi Pertolongan/ Penyelamatan :a)Rescue dengan rotary wing (dengan cara landing atau hoist).

b)Rescue dengan fix wing (dropping peralatan survival bagi korban).c)Rescue dengan kapal laut.

d)Koordinasi rotary wing dengan kapal.

e)Pertolongan bawah air.

f)Pertolongan oleh unit SAR Darat.

3)Emergency Care.Emergency care adalah pelayanan/ perawatan darurat diperlukan sejak survivor ditemukan di lokasi musibah sampai ke tempat penampungan yang memadai, ada 7 hal yang terdapat pada pelaksanaan emergency care yaitu :

a)Triage.Triage merupakan proses dari suatu sistem seleksi korban berdasarkan tingkat kegawatan untuk memberikan prioritas pelayanan dari perawatan darurat, pengobatan maupun evakuasinya, golongan korban yang diberi tanda label adalah sebagai berikut :(1)Golongan I Label Hijau, diberikan bagi korban yang memerlukan pertolongan minimal dan sederhana atau tidak luka sama sekali (tidak gawat tidak darurat).

(2)Golongan II Label Kuning, diberikan bagi korban yang memerlukan pertolongan dari orang-orang yang terampil/ terlatih pada pertolongan pertama, biasanya mengalami luka-luka yang tidak menkhawatirkan (luka ringan) tetapi harus segera ditangani (darurat tidak gawat).

(3)Golonagan III Label Merah, diberikan bagi korban yang memerlukan bantuan medis segera, karena luka-luak yang cukup berat agar tetap hidup dan terhindar dari cacat (gawat darurat).(4)Golongan IV Label Putih, korban yang dalam keadaan sangat kritis dan kecil harapan untuk hidupnya.

(5)Golongan V Label Hitam, korban yang sudah meninggal.

b)Pertolongan pertama dan menstabilkan keadaan korban.c)Survivor debriefing.d)Pemindahan korban ke tempat penampungan.295)Dukungan medis (life support) selama transportasi.6)Penyerahan korban di tempat penampungan/ fasilitas medis.7)Briefing/ penjelasan kepada pihak yang menerima korban.7.Tahap Akhir Tugas.Tahap akhir tugas adalah saat Operasi SAR dinyatakan selasai dan seluruh Unsur dikembalikan ke Satuan Induk.a.Pengembalian Unsur. Pada kegiatan akhir penugasan akan dilakukan pengembalian unsur dan penyiapan kembali, debriefing serta evaluasi operasi dan adanya proses pemindahan korban/ evakuasi.

b.Debriefing Survivor.Debriefing akan diberikan kepada korban/ survivor, adapun debriefing untuk survivor meliputi :

1)Perolongan medis yang dilakukan oleh korban sendiri.

2)Informasi kegiatan yang dilakukan oleh korban saat menunggu pertolongan.

3)Pengalaman korban untuk bertahan hidup.

4)Mencari sebab dan usaha pencegahan pada saat kejadian tersebut.

c.Debriefing Tim SAR.Debriefing untuk Tim SAR meliputi pengecekan kembali semua yang telah diberikan pada saat briefing, sehingga semua hasilnya dapat dianalisa dan dievaluasi untuk membuat laporan akhir tugas.

d.Laporan dan Pembubaran.Setelah semua laporan disusun, maka organisasi operasi dibubarkan dan dibuat/ dikeluarkan Penghentian Operasi SAR oleh Kepala BASARNAS.30PENUTUP

8.Demikian Naskah Tahap Kegiatan SAR ini disusun untuk dipakai sebagai acuan dan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan maupun latihan khususnya dalam pendidikan Susdokbang,Suswatud maupun Suskesbangan, untuk menghindari dan mengantisipasi kejadian yang akan timbul dengan tetap melaksanakan semua prosedur atau ketentuan sebelum selama dan setelah melaksanakan kegiatan tersebut.