book of architecture good of book ok - ok

637

Click here to load reader

Upload: hamah-sagrim

Post on 28-Jun-2015

711 views

Category:

Documents


148 download

TRANSCRIPT

Page 1: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan didominasi

oleh perairan laut yang luasnya mencapai 62% dari luas Indonesia, dengan sepanjang 81.000 km,

serta terdapat sekitar 9261 desa pantai dengan jumlah penduduk 22 %. Di wilayah pantai dan 78

%. Pada banyak satuan permukaan, perairan laut dan daratan merupakan ruang yang relatif

dominan dengan berbagai pola permukiman. Dari sekian banyak permukiman perairan laut dan

daratan, salah satu diantaranya adalah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, di Kabupaten Sorong

Selatan dan Kabupaten Maybrat, Papua.

Secara geografis suku Maybrat mendiami di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat. Suku Imian

Sawiat hidup di distrik Sawiat dan Teminabuan, dengan tipe iklim tropis basah, dan didominasi

oleh penduduk dengan mata pencaharian Petani, Nelayan dan pemburu. Dari aktivitas yang

heterogen ini ditunjang oleh rumah panggung dan rumah gantung dengan material pendukung

umumnya berasal dari alam, dan berdiri diatas perairan bagi para nelayan, dan bagi para petani

struktur bangunan berdiri diatas permukaan tanah, sungai, pesisir pantai maupun di atas pohon.

Penghuni pemukiman ini adalah merupakan etnik , yaitu satu suku besar suku Maybrat, dan

dua anak suku Imian, Sawiat yang adalah suku besar dari Tehit. Mata pencaharian pokok

mereka adalah berkebun, menangkap ikan dengan perahu dan memburu binatan liar dengan

Tombak, Jubi, Panah, Parang dan Anjing. mereka dikenal dengan sebutan manusia nelayan,

petani dan pemburu. Sebagai manusia nelayan, petani dan pemburu, mereka melakukan segala

aktivitas dan menghabiskan hidupnya dengan mengail, bercocok tanam dan memburu. Kemudian

sejalan dengan bertambahnya waktu, mereka menetap dalam suatu hunian dan berkelompok

membentuk suatu permukiman (urban space), namun budaya mengail, bertani dan memburu

masih mempengaruhi kehidupan mereka sampai sekarang.

Keberhasilan dan kelanggengan rumah halit-mbol chalit dalam kehidupan orang Maybrat,

Imian, Sawiat, terlihat memberikan kenyamanan kepada penghuni dalam hal kenyamanan dari

Hamah Sagrim 1

Page 2: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Musu, Hewan atau binatan buas serta iklim sekitar, akan tetapi kelayakan daripada ruang thermal

sendiri belum memberikan kenyamanan yang sesuai, karena terlihat begitu tertutup dengan

ruangan yang multifungsi yang mana didalamnya seluruh aktifitas penghuni berlangsung. Dari

organisasi ruang yang multifungsi serta ruang thermal yang dipengaruhi oleh asap api akibat

pembakaran kayu bakar ketika masak, menimbulkan kepulan asap yang berpotensi

mengakibatkan ispa kepada penghuni dan kadangkala penghuni batuk-batuk dan sakit mata yang

mengakibatkan airmatanya bercucuran, bahkan berbahaya bagi bayi. Kadangkala ibu harus

menggendong bayi untuk duduk diluar teras (isit) guna menghindari pengaruh asap api terhadap

bayi. Dari bentuk dan tata ruang seperti demikian dengan kenyamanan thermal seperti demikian,

maka dirasa perlu untuk diteliti untuk mengetahuinya secara rinci.

Penelitian ini tidak serta merta karena dipengaruhi oleh situasi thermal saja, namun juga

bertujuan untuk meredesain bentuknya arsitektur halit-mbol chalit dari bentuk tradisional ke

bentuk moderen dengan pertimbangan kenyamanan thermal dan juga memasukkan unsur-unsur

estetika, yang dimaksud untuk membuat bangunan halit-mbol chalit menjadi estetis. Selain

pertimbangan kenyamanan thermal dan estetika, didalam ornament-ornament estetika,

merupakan filosofi orang Maybrat, Imian, Sawiat yang khas, yang diangkat dari kehidupan sosial

budaya mereka sehari-hari.

B. Permasalahan

Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh bentuknya arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat

Papua dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya?

2. Bagaimana pengaruh faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal (Halit-

mbol chalit) di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan.

3. Bagaimana Meredesain bentuk arsitektur halit-mbol chalit dengan pertimbangan

kenyamanan thermal serta memasukan unsur budaya sebagai estetika dari tradisional

kebentuk moderen dengan mempertahankan seluruh alirannya.

Hamah Sagrim 2

Page 3: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan pada uraian latar belakang, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua (halit-mbol chalit) dalam menciptakan kenyamanan thermal

bangunannya.

2. Untuk mengetahui faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal halit-

mbol chalit.

3. Untuk mengembangkannya menjadi bentuk moderen dengan pertimbangan

kenyamanan thermal serta memasukkan unsur estetika dari nilai-nilai filosofi sebagai

ornament yang estetis dengan mempertahankan gaya dan aliran arsitekturalnya.

D. Manfaat Penelitian

Seluruh hasil yang didapat dari studi penelitian ini baik berupa rumusan-rumusan,

pembuktian teori ataupun temuan-temuan tertentu diharapkan:

1. Dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat

dipergunakan untuk kemungkinan penelitian lebih lanjut tentang rumah tinggal suku

Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir dan pegunungan.

2. Dapat memberi masukan teknis dalam rancangan bangunan rumah tinggal suku Maybrat,

Imian, Sawiat, yang khas yaitu di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan dalam

merespons akan pengaruh iklim tropis lembab, Sehingga selain aspek teknis dan

kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan, dari aspek sosial budaya masyarakat

setempat yang dapat sesuai dan diterima.

3. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam setiap aktifitas

pembangunan. Memindahkan pengaruh iklim di daerah tropis lembab sehingga

pembangunan yang di laksanakan selalu mengacu pada faktor lingkungan.

Hamah Sagrim 3

Page 4: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Arsitektur dan Kebudayaan

1. Pengertian Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan

arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan

dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan

daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.

Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem

gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan

manusia adalah kebudayaan.

Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang

berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang

berjiwa perencana.

Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu

dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa

tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi

buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh

manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan

kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk

sosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat

digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk

mendorong dan menciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah

suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah

manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan – lingkungan tertentu (fisik, alam,

Hamah Sagrim 4

Page 5: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu

memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu

seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint” atau desain menyeluruh dalam

kehidupan.

2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat dan Kebudayaan

Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan pencerminan

kehidupan yang menggambarkan jati diri Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana ditampilkan

dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi

– spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,

Sawiat, merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat, Imian, Sawiat.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu ciri (idea), konsep,

kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam

mencipta dan berkarya.

Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan Arsitektur, yaitu :

Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia.

Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna

Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman

Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, juga memiliki lima jenjang kebutuhan

terpenting dalam hidup mereka yaitu :

a. Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat

atas yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan –

kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan alam dan

keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat

tinggal, dan teks.

b. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan

– kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung

dari setiap gangguan.

c. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya

Hamah Sagrim 5

Page 6: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interelasi

dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.

d. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang

didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya

ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian,

Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan “Bobot”.

e. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan

kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat

dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia

umumnya.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai peranan penting dalam

pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, bukan hanya menyangkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan

sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan

fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya

berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan,

akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil

– hasil karya arsitektur.

Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya menyangkut

aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam

kebutuhan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai –

nilai manusiawi.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan manifestasi dari nilai –nilai

budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat

hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan

hakekat mereka dengan sesamannya.

Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami

maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah

yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan

hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya

Hamah Sagrim 6

Page 7: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud

arsitekturalnya.

Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap alamnya,

mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :

Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tunduk kepada

Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan

kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta

segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi

mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah

terhadap kondisi alam.

Anthropocentries, merupakan fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan

kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka.

Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan – kerusakan lingkungan alam

disekitar permukiman mereka.

Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mampu

menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan

lingkungan alamnya, Orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga mampu memperhatikan daya

dukung alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung.

Pandangan – pandangan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alamnya

memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Orang

Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya

yang sangat tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya

Arsitektur Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan dari mereka Terhadap

alam dan kehidupan mereka yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan

– kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk

menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil

– hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi sangat jauh dari

lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan

lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang

Hamah Sagrim 7

Page 8: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor – faktor yang

dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.

B. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan.

Suku Maybrat, Imian, Sawiat, melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat

pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk

mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan

mereka berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan.

Kebudayaan mereka yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang dibawa bersama semenjak

kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari – hari mereka. Dalam pengertian

ini, kebudayaan adalah pengetahuan.

Secara sederhana, masyarakat pantai adalah merupakan sekelompok orang atau penduduk

yang kehidupannya tergantung pada laut baik sebagai sumber atau sarana. Menurut Mattuladan

dalam Sudharta P. Hadi, 1995, mengungkapkan bahwa masyarakat pantai berada dalam

kehidupan budaya laut atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh

dari suasana lautan, suasana maritim. Sebaliknya, secara sederhana, masyarakt

pegunungan/daratan merupakan kelompok atau penduduk yang hidupnya tergantung pada

perladangan dan hutan sebagai sumber. Masyarakat daratan/pegunungan berada pada kehidupan

yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh dari suasan alam hutan.

C. Makna Bangunan Rumah Sebagai Budaya

Hakekatnya bangunan rumah merupakan pencerminan berbagai aspek kehidupan

manusia, termasuk didalamnya antara lain kehidupan sosial, ekonomi, spiritual dan budaya.

Dengan demikian bangunan rumah merupakan hasil produk manusia itu sendiri. Disadari bahwa

manusia hidup dengan keinginan akan segala sesuatu baik tempat tinggal, makanan, pakaian dan

teks yang mana disadari merupakan kebutuhan pokok.

Pada dasarnya bangunan rumah diadakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjukkan

untuk :

1. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan.

2. Mengembangkan kehidupan untuk lebih bermakna.

3. Membuat kehidupan untuk lebih nyaman.

Hamah Sagrim 8

Page 9: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

1. Struktur Bangunan Rumah

Bangunan rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang, pangan

dan teks, papan juga dibutuhkan. Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehingga ia

mampu menciptakan segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu.

Berbicara mengenai suatu bangunan rumah, berarti berkaitan dengan struktur dan elemen –

elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap dan tidak jelas jika berbicara

suatu bangunan rumah tanpa berbicara strukturnya. Struktur bangunan rumah, terdiri dari tiga

elemen pokok yaitu; Koloum, Dinding dan Atap yang mana teruarai sebagai berikut:

a. Struktur Atap

Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen atau struktur kelengkapan

sebuah bangunan yang posisinya berada di bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari; rangka,

yaitu kuda-kuda, reng, nok/usuk dan atap.

Secara mayoritas Atap bangunan rumah suku Maybrat, Imian, Sawiat, membentuk atap

pelana.

Atap sebagaimana layaknya filosofi kepala atau rambut seorang manusia yang bisa

digunting dengan beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan gaya

tergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya tampilan atap perisai,

tampilan atap pelana, tampilan atap kubah, tampilan atap joglo, atau tampilan atap gabungan.

b. Struktur Dinding

Dinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah (badan). Dinding

terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls).

Pada umumnya bahan dinding yang di gunakan oleh suku Maybrat, Imian, Sawiat, dalam

membangun rumah tinggal mereka adalah;

Bahan Kulit Kayu

Bahan Gaba – gaba

Bahan bambu

Bahan kayu

Jika filosofi kepala manusia sebagai atap, maka filosifi badan manusia diibaratkan

sebagai dinding bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni.

Hamah Sagrim 9

Page 10: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

c. Struktur Koloum

Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang mana berdiri sebagai

ukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang – ruangnya. Koloum yang posisinya

berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan koloum Bantu.

d. Interior

Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptakan ruang beraktifitas

dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris dan (samu mato)

dalam bahasa Maybrat, adalah ruang dalam bangunan, oleh karena itu interior merupakan salah

satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh elemen vertikal (dinding-

dinding) dan elemen horizontal (lantai)

Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah satu organ

penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalam

pertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang mana mampu

menyimpan segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal yang baik dan

‘hal tidak baik’.

2. Fungsi Bangunan Rumah

Bangunan rumah merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar

dibutuhkan semata – mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi

diri atau suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat

menampung segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang

berkelanjutan. Khusus fungsi bangunan akan di ulas secara detil sebagai berikut :

a. Fungsi Atap

Atap yang secara univorum dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan

yang berfungsi sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada

penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim sekitarnya.

Atap (afi) dalam pengertian orang Maybrat Imian Sawiat, dibutuhkan sebagai penerus

aliran hujan dan penghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior).

b. Fungsi Dinding

Dinding (kriras) merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan.

Didinding bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, dan

melindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang.

Hamah Sagrim 10

Page 11: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

c. Fungsi Koloum

Koloum (hafot) sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membangun

sebuah bangunan, Karena selain kloum yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segala

isinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga merupakan

suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk suatu bidang dan

ruangan tertentu.

Bagi orang Maybrat Imian dan Sawiat, struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan

suatu bentuk bangunan dan menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan

dengan situasi mula – mula mereka yang hidupnya selalu berperang, sehingga dalam meramu

suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan dilapisi kayu, karena dapat

terhindar dari serangan musuh yang tiba – tiba di luar kemampuan dan kesiapsiagaan mereka.

d. Fungsi Ruang dalam Interior

Interior (samu mato) merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu

interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan.

Orang Maybrat Imian dan Sawiat pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk

kelangsungan akan aktifitas mereka, hunian dan kenyamanan keberlangsungan hidup dan

kehidupan mereka.

3. Makna Bangunan

Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi

kehidupan yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia,

yang terdiri dari kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum).

Ada ungkapan dimasyarakat yang berbunyi “rumah mu, wajahmu, dan jiwamu”. Dari

ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat Imian Sawiat

mempunyai arti dan makna yang dalam yaitu : kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban

manusia penghuninya (suatu masyarakat atau suatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat

sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupan semata – mata, tetapi lebih dari itu, perumahan

merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di

lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama,

dan untuk itu fungsi rumah tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebagai tempat tinggal

dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh mereka

untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana pengaman bagi diri manusia,

Hamah Sagrim 11

Page 12: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Didalam rumah dan

lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang berkepribadian.

Dilihat dari fungsinya rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki

fungsi lain yaitu; fungsi sosoial, fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial,

masyarakat Maybrat Imian Sawiat memandang rumah sebagai pemenuhan kehidupan sosial

budaya dalam masyarakat. Dalam fungsi ekonomi, rumah merupakan investasi jangka panjang

yang akan memperkokoh jaminan penghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik,

rumah berfungsi sebagai indikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya.

Perwujudan Arsitektur adalah BENTUK, yang mana lahir dari kebutuhan manusia akan

wadah untuk melakukan kegiatan. Karya Arsitektur biasanya merupakan suatu ungkapan bentuk,

yang mewadahi hal – hal sebagai berikut :

1. Guna dan Citra

Guna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah memiliki pemanfaatan,

keuntungan. Rumah memiliki kemampuan/daya/manfaat agar hidup menjadi lebih mengikat.

Sedangkan Citra, menunjukkan suatu gambaran, kesan penghayatan bagi seseorang

mengenai rumah tersebut. Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajat

dan martabat manusia yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah, reyot, dan

sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuan manusia itu.

2. Simbol Kosmologis

Arsitektur dimaksudkan sebagai simbol pandangan manusia terhadap dunianya.

Pandangan ini berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Pada tahap awal manusia merasakan

terkungkung oleh alam, sehingga bentukan arsitektur tampil sebagai suatu pelindung

terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang dengan pandangan bahwa manusia adalah

bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam. Dengan mulai dikenalnya agama

pada tahap berikutnya, bentuk tanpa menjadi simbol pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa

(Bait Suci). Namun hal ini masih belum terlepas dari budaya. Suatu masyarakat yang

mempunyai agama sama tetapi budaya mereka pasti berbeda yang mana bisa menghasilkan

bentuk yang berbeda.

3. Orientasi Diri

Orient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal ini

membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga dengan dua

Hamah Sagrim 12

Page 13: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai pusat kehidupan,

tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan menimbulkan nilai yang

berbeda. Perbedaan nilai – nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanya berupa suatu

bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal (tiga dimensi).

4. Cermin Sikap Hidup

Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam

kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti relegius, praktis dan sebagainya. Sikap yang

terbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesame maupun alam akan tampil berbeda

dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup)

Bangunan tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat memuat kaedah – kaedah sebagai

berikut :

a. Wujud

Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan perwujudan suatu

kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas – aktivitas penghuni yang akan terjadi

didalam.

b. Anatomi

Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat Sebagai salah satu

kreativitas. Bentuk rumah tradisional Masyarakat Maybrat Imian Sawiat yang

terpakai, dimana terdapat aturan/susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi.

c. Identitas

Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan

apa yang terwadahi.

4. Bentuk – Bentuk Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat.

Rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibedakan atas 2 (dua) jenis aliran

bangunan rumah yaitu rumah hunian dengan 8 (delapan) jenis bangunan dan 1 (satu) rumah

Suci/sekolah, sebagaimana diuraikan antara lain adalah :

Bhs. Maybrat ----------- Bhs. Imian Sawiat -------- Bhs. Indonesia

1. Halit myi ----------- mbol chalit -------- Rumah gantung

2. Halit Wyan ----------- mbol chalit tein -------- Rumah kebun

3. Samu Kre ----------- mbol chonon -------- Rumah bersalin

Hamah Sagrim 13

Page 14: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

4. Samu ----------- mbol -------- Rumah tinggal utama

5. Samu snek ----------- mbol -------- Benteng pertahanan

6. Smu mambo ----------- mbol se -------- Rumah nelayan

7. Samu ku sme ----------- mbol nandla -------- Rumah bujang (laki - laki)

8. Samu ku ano ----------- mbol nangli -------- Rumah bujang (perempuan)

8. Samu k’wiyon ___ mbol wofle _____ Rumah suci / rumah sekolah

Dengan data – data ini, maka tak bisa dipungkiri bahwa rumah tradisional suku Maybrat,

Imian, Sawiat, tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sebab rumah juga merupakan suatu

kebutuhan hidup umat manusia umumnya dan manusia Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya yang

mana sangat penting untuk dijadikan sebagai tempat berlindung, baik dari kehujanan, dan

kepanasan, setelah mereka mencukupi diri dengan kebutuhan makan (pangan) dan pakaian

(sandang). Mengapa bentuk rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak berkembang?

Ini disebabkan karena keinginan berkembangnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang cenderung

untuk menyamai gaya hidup mereka dengan gaya hidup asing, maka mereka mengalami

hubungan dengan gaya hidup orang asing sehingga disitulah terjadi saling tukar menukar

informasi yang besar pengaruhnya tentang bangunan rumah sehingga corak rumah tradisional

Maybrat, Imian, Sawiat, mengalami kemunduran atau cenderung tersembunyi, dimana

kebanyakan hanya dipertahankan diperkampungan. Selain itu, mungkin Ekonomi juga menjadi

ukuran dalam Bentuk bangunan rumah dan bahan bangunan. Perkembangan rumah tradisional

suku Maybrat Imian Sawiat sangat lamban dibanding perkembangan rumah tradisional di daerah

lain. Pengaruh alam dan lingkungan – lingkungan yang berbeda dimana tumbuh hutan – hutan

yang lebat, sungai-sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan

kecenderungan cepat terpengaruhnya orang Maybrat Imian Sawiat terhadap perkembangan

moderen dan gaya hidup orang asing sehingga terjadilah perubahan pola hidup mereka sehingga

terjadi akumulasi hingga Arsitektural ikut kena.

D. Spesifikasi Jenis – Jenis Bangunan Rumah Tinggal

a. Halit Myi – Mbol Chalit → Rumah Gantung

Halit myi – mbol chalit adalah rumah gantung, atau sejenis rumah hunian suku Maybrat,

Imian dan Sawiat mula – mula. Jenis rumah tersebut merupakan jenis bangunan yang

Hamah Sagrim 14

Page 15: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

monumental, karena ukuran bangunannya tinggi di banding bangunan lainnya. Jenis rumah

gantung di kategorikan atas dua jenis yaitu :

1. bentuk bangunan yang dibangun dari tanah (tanah sebagai tumpuan utama) yang mana

keseluruhan struktur koloum yang berukuran panjang ditancapkan pada tanah. Ukuran

struktur koloum (sur) yang digunakan dalam mendirikan bangunan (halit myio – mbol halit)

adalah ± 500cm – 700cm.

Suku Maybrat Imian dan Sawiat pada mula – mula tidak mengenal adanya jenis pondasi

plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun adalah rumah – rumah tergantung

yang mana secara otomatis pasti memakai ompak (termasuk pondasi setempat), seperti pada

contoh uraian bentuk-bentuk Rumah diatas. Suku ini mengenal adanya jenis pondasi plat

menerus pada zaman penjajahan Kolonial Belanda. Lihat beberapa lampiran gambar dibawah

ini:

Hamah Sagrim 15

Tungku api (ohat)

Koloum tungku api (aser)

Koloum induk (hafot)

Gambar:Denah

Gambar: halit myi-mbol chalit – rumah gantung(bentuk yang bertumpu diatas tanah )

Page 16: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Jenis-jenis rumah ini biasanya

dibangun oleh orang Maybrat,

Imian, Sawiat, di ladang atau

perkebunan mereka yang terletak

di hutan dan sangat jauh dengan

areal hunian penduduk

(perkampungan). Selain jenis

rumah ini dibangun di tengah-

tengah hutan, jenis bangunan

rumah ini merupakan aliran

rumah tertua yang pernah

dibangun sebagai tempat hunian.

pertama orang Maybrat, Imian,

Sawiat, zaman lampau. Jenis

bangunan rumah ini dengan menggunakan bahan konstruksi utama adalah kayu dan tali rotan.

Kayu merupakan bahan struktur rangka, sedangkan tali rotan digunakan sebagai bahan pengikat.

Sebagaimana filosofi Maybrat mengatakan bahwa “nbo ara msya too su oh mi kbe nsgi samu to”

bila diterjemahkan demikian “kalo ada kayu dan tali baru bisa mendirikan sebuah rumah”.

Pemahaman orang Maybrat, sedemikian mungkin merujuk pada pembentukan aliran bentuk

rumah dan struktur yang kaku, karena memang demikian bahwa suatu bentuk bangunan dibentuk

oleh struktur rangka yang kaku sehingga ruang-ruang dalam itu terlihat ada, ketika ditutup

dengan dinding-dinding bangunan. Berikut lihat gambar struktur rangka sebagai pola utama:

Hamah Sagrim 16

Gambar:Rumah gantung

(halit myi-mbol halit)

Gambar:Rumah gantung (halit myi-mbol halit)

Page 17: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Detail A-A Model Ikatan kupu-kupu zooming

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bubungan (ti manaf)

Gording (sof)

Teras (isit)

balok pemikul (katar)

A-A Tangga (Barit)tungku api (ohat)

balok sokong/pengikatangin (swir) B-B

koloum tungku (aser)

koloum utama (sur)

Jenis ikatan kupu – kupu adalah jenis ikatan yang baik dan daya tahannya lebih kuat. Orang yang

bisa mengikatnya sedemikian adalah orang yang rajin serta

termasuk dalam katergori

orang berpengalaman

dalam meramu rumah

menurut kepercayaan

mereka. Jenis ikatan

silang ‘x’, adalah salah

satu jenis ikatan yang baik,

daya tahannya juga kuat

dan jenis ikatan ini

Hamah Sagrim 17

Gambar:Struktur rangka sebagai konstruksi utama

Page 18: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar :halit myi – bol halit → rumah gantung

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kebanyakan diikat pada bagian-bagian rumah yang miring seperti reng dan gording (soof), dan

tangga (barit).

Bentuk ikatan lantai

gagar, dalam bentuk

ikatan lantai gagar, ada

tiga jenis yang di pakai

yaitu model silang “\\\”.

Bentuk berikut di samping ini adalah bangunan

yang dibangun diatas pohon-pohon besar yang mana

struktur koloumnya ditancapkan pada dahan – dahan

pohon yang ada dengan pilar-pilar yang terstrukturkan.

Jenis bangunan rumah gantung seperti ini merupakan

bangunan rumah mula – mula yang mana dibangun

sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan bagi

penghuninya adapun tujuan mengapa rumah ini

dibangun dengan struktur yang tinggi dan bukan

hanya strukturnya yang tinggi namun lebih dari

tinggi yang mana rumahnya dibangun diatas pohon-

pohon besar yang ukurannya sangat tinggi, agar

terhindar dari musuh.

Musuh dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah persoalan utama yang

sering dihadapi oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada waktu itu. Karena pada zaman mula-

mula, kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu berperang.

peperangan yang terjadi disana bukanlah hanya peperangan antara

suku namu peran antar setiap orang (person) dan peran antara

marga/family juga, yang mana sejak itu hidupnya saling

membunuh antara satu sama lain (massive man). Jenis banguan

rumah ini tidak memiliki ruangan sebagaimana rumah-rumah

tinggal manusia moderen sekarang ini, akan tetapi jenis bangunan

halit atau rumah gantung ini hanya terdiri atas satu buah ruangan

yang multi fungsi. Lihat gambar detail interior disamping:

Hamah Sagrim 18

Gambar: Detail C-C jenis ikatan lantai “\\\”

Gambar:Detai interior rumah gantung

(halit-bol halit)

Page 19: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan bangunan rumah halit atau rumah gantung

selalu hanya memiliki satu ruang kamar yang multi fungsi. Dikatakan multifungsi karena segala

aktifitas dilakukan didalam satu ruang tersebut. Selain multi fungsi, juga familiar atau memiliki

kesan keakraban dan kesamaan, karena setiap kegiatan yang dilakukan dalam ruang tersebut

tidak disembunyikan (tanpa ada halangan) bebas, serta transparan. Sebagaimana dengan

filosofi mereka yang kental bahwa “ohat sou su, samu sou su”artinya satu tungku api dan satu

rumah sebagai tempat tinggal bersama. Filosofi ini merujuk pada kesan kebersamaan dan

keakraban.

Jenis halit myi-mbol chalit – rumah gantung banyak dijumpai di hutan – hutan pada

zaman orang Maybrat, Imian, Sawiat masih hidup dalam zaman dahulu, namun setelah mereka

sudah moderen, jenis rumah ini jarang ditemukan karena kehidupan mereka sudah berkelompok

membentuk perkampungan masyarakat. Orang Maybrat, Imian dan Sawiat tidak secara gampang

melupakan jenis – jenis bangunan rumah tradisional mereka, akan tetapi masih sering juga

dibangun diperkampungan mereka. Pada tahun 2005, di Kota Sorong, Walikota

menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25, Desember, warga di Kota Sorong

dilombakan bangunan rumah tradisional yaitu rumah gantung halit – mbol chalit, yang mana

diberikan hadiah kepada masing-masing pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan

layak. Ya begitulah sampai kini Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terus membangunnya dan hal ini

patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman tersendiri kepada kaum muda

yang ada di sana.

Dari bentuk bangunan yang ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional orang Maybrat,

Imian, Sawiat, mula – mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, tetapi yang ada hanya satu

ruang yang multifungsi.

Dari kejelasan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga

memberi suatu kesan keakraban, demikianlah sebagaimana yang jumpai. Dikatakan bahwa

rumah orang Maybrat, Imian Sawiat memberi kesan keakraban, karena di dalam ruang tersebut

setiap anggota keluarga bilamana melaksanakan segala sesuatu tidak tersembunyi untuk dilihat

oleh sesama anggota keluarga lainnya. Apapun yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga

merupakan suatu kebersamaan, disinilah keluhuran keakraban yang sebenarnya.

Hamah Sagrim 19

Page 20: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Rumah kebun (halit wyan)

Gambar:Maket rumah kebun

(halit wyan)

Gambar:Rumah bersalin (samu kre - mbol

chonon

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Halit Wyan – Mbol Halit →Rumah Kebun

Halit wyan-mbol chalit tein merupakan rumah kebun, juga termasuk jenis rumah gantung

yang prototypenya tidak berbeda dengan bangunan rumah gantung lain. Rumah ini bertumpu

pada tanah dan pohon sebagai landasan terakhir yang mana berdirinya koloum – koloum sebagai

pilar utama.

Rumah kebun merupakan tempat hunian para petani yang mana difungsikan sebagai

rumah menjaga kebun, seperti kebun kacang tanah, kebun keladi-tala, ubi, dan lain sebagainya.

Karena jika tidak dijaga atau dirawat dengan baik maka pastisaja kebun – kebun tersebut dirusaki

atau dimakan oleh hewan-hewan liar seperti rusa, babi maupun tikus.

Tipologi rumah di kebun memiliki

beberapa prototype, yaitu tipe bangunan

monumental yang mana dibedakan atas

dua tipe yaitu tipe satu bangunannya

monumental dengan kedudukan diatas

pohon yang mana struktur

konstruksinya dibangun diatas pohon

besar, dan yang kedua dengan tumpuan

diatas tanah, yang mana struktur

konstruksinya dibangun dari tanah

sebagai tumpuannya. Ada pula yang bentuknya tidak tinggi. Lihat pada gambar maket disamping

kanan.

c. Samu Kre -- Mbol Chonon → Rumah Bersalin Samu

kre – mbol chonon adalah merupakan rumah bersalin yang

mana bukan merupakan rumah hunian sebagaimana lainnya,

namun jenis rumah tersebut akan dibangun ketika seorang ibu

hamil yang sedang melahirkan dan hanya di huni oleh ibu

yang telah bersalin itu. Jenis rumah bersalin ini sangat

sederhana baik dari ukurannya maupun panjang lebarnya.

Bentuk ukurannya sengaja dibangun demikian karena yang

Hamah Sagrim 20

Page 21: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Bentuk rumah tinggal utama semi moderen

dengan ukuran lebih besar dan memiliki kamar

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan dengan seorang bayi yang

dilahirkannya.

Adapun beberapa aturan yang dipakai dalam fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak-anak

kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu (risk)

baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut. Lihat gambar

jenis rumah bersalin.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan rumah bersalin bagi istri mereka yang

sedang melahirkan. Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja

tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau pada saat itu ada

seorang ibu hamil yang akan sedang melahirkan. Rumah bersalin biasanya berukuran kurang

lebih 3 x 3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan bayinya. Lama

waktu hunian, biasanya berkisar antara dua minggu dan sampai dengan tiga minggu, dan

sampai dengan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk rumah tersebut

karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam mitologi

mereka).

d. Samu - Amah – Mbol → Rumah Tinggal Utama

Samu/amah – mbol adalah rumah hunian atau rumah tinggal utama yang hingga sekarang

tetap di kembang moderenkan. Jenis rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk jenis rumah

semi moderen, karena bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang – ruangnya sudah dipetakkan

sebagaimana rumah moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya berbentuk rumah panggung

tetapi sudah dibangun dengan tembok yang mana

rumah-rumah tembok yg dibangun selalu merupakan

hasil kolaborasi antara bangunan moderen dan

bangunan tradisional. Pada mulanya rumah

tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian dan sawiat

merupakan turunan dari rumah gantung (halit

myio/mbol halit) yang mana mula-mula memiliki

ukuran struktur yang sangat tinggi namun ketika

mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga

dianggap bangunan yang monumental dirubah menjadi

rumah yang tampak semi moderen. Diantara itu adapun

Hamah Sagrim 21

Page 22: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

beberapa hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung dengan rumah tinggal utama

yang semi moderen adalah: sebagai berikut:

Ukuran.

Antara rumah gantung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah gantung berukuran

kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya besar.

Fungsi

Diliat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai satu ruangan saja yang

multifungsi, sedangkan rumah semi moderen memiliki tiga sampai empat ruang yang

mana memperkaya fungsi ruangnya sebagaimana kebutuhan pemilik.

Struktur

Struktur bangunan rumah gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar atau

struktur koloum yang sangat panjang mulai dari ± 500 cm – 700cm, ketimbang ukuran

rumah semi moderen yang mana ukurannya ± 300cm –500cm, terhitung dari tumpuan

koloum pada tanah hingga bubungan, dan ukuran 500cm kebanyakan pada rumah

panggung sedangkan untuk bangunan dinding tembok berukuran paling tinggi 400cm.

rumah gantung mudah tergerak oleh tiupan angin ketimbang rumah semi moderen.

Masa/Waktu

Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung mampu bertahan selama ± 3-4 tahun,

dibanding rumah semi moderen yang mana mampu bertahan hingga ± 4 – 8 tahun.

Tata

Dilihat dari struktur penataannya, rumah gantung tidak memiliki tata, seperti pekarangan

bunga, halaman rumah, tata ruang, dan tata wajah bangunan maupun penataan

kelengkapan dan finising bangunannya yang mana terlihat pada eksterior dan interior

bangunan.

Estetika

Pada uraian – uraian diatas maka otomatis disimpulkan bahwa bangunan yang

berestetika adalah rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan. Bentuk rumah

semi moderen ini dibangun dengan memiliki ruang atau kamar yang terdiri dari kamar tidur,

ruang tamu, ruang makan, dapur dan balkon atau teras. Berikut lihat denah:

Hamah Sagrim 22

Page 23: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Keterangan: 1. Tungku api2. Dapur3. K. Tidur4. K. Tidur5. R. Tamu6. Koloum (hafot)

Gambar:Denah pondasi

ompak

Gambar:Tampak depan rumah hunian

semi moderen

Berikut adalah jenis rumah moderen dengan

dinding beton dan menggunakan pondasi tipe plat

menerus. Aliran ini merupakan bentuk rutunan dari

aliran arsitektur semi moderen. Dikatakan demikian

karena gaya bangunannya diturunkan secara utuh

dengan sedikit perubahannya adalah menggunakan

bahan bangunan beton dan senk atau genteng. lihat

denah berikut disamping ini.

Gambar:Denah pondasi menerus

Turunan bentuk

Turunan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

e. Samu Snek – Mbol Snek → Benteng Pertahanan / Rumah Persembunyian

Jenis rumah persembunyian atau benteng

pertahanan biasanya dibangun dengan menggunakan

penutup dinding kulit kayu dan dilapisi oleh kayu-

kayu buah yang disusun sedemikian rapat dengan

tujuan sebagai penangkal tembusnya benda-benda

tajam yang digunakan oleh musuh dalam menyerang.

Selain itu rumah pertahanan kebanyakan dibangun di

puncak-puncak gunung besar yang sisi-sisi gunungnya dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang

Hamah Sagrim 23

Gambar:Rumah

persembunyian atau

benteng pertahanan

orang Maybrat,

Imian, Sawiat, yang disebut samu snek

Page 24: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sulit dijangkaui oleh para musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan

gampang melihat situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas ketinggian gunung.

Gua-gua atau lubang batu yang disebut (bomit) juga sebagai tempat persembunyian. Berikut lihat

gambar. Samu snek/mbol, adalah benteng pertahanan atau juga disebut-sebut sebagai rumah

persembunyian. Disebut benteng pertahanan atau rumah persembunyian karena rumah tersebut

biasanya tersembunyi dan sulit untuk dijangkaui orang lain dan juga biasanya banyak dipasang

jebakan ranjau untuk menghalangi para musuh, bahkan juga karena lokasi yang dibangun rumah

ini adalah lokasi yang sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa dijangkaui oleh orang –

orang tertentu saja seperti seorang Ayah, Ibu, Anak dan family terdekat karena suatu alasan,

bahwa jangan orang luar yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana

diketahui orang lain atau musuh, maka mereka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya kehidupan

pada zaman prasejarah itu, yang mana terikat dengan kehidupan balas - membalas atau saling

membunuh antar keluarga yang satu dengan yang lainnya (familiy war).

f. Samu Mambo –Mbol Se → Rumah Nelayan

Samu mambo - mbol se adalah merupakan rumah nelayan yang dibangun ditengah-

tengah danau, dan rumah tersebut kebanyakan dibangun oleh Suku Maybrat yang tinggalnya

disekitar danau Ayamaru yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain suku maybrat yang

membangun rumah nelayan mereka, suku Imian dan sawiat pun memiliki jenis rumah nelayan

yang tidak kalah menarik dengan rumah nelayan suku Maybrat, yaitu rumah kajang.

Rumah kajang adalah suatu jenis rumah nelayan orang Imian dan Sawiat yang hidupnya

di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Perbedaan antara rumah nelayan suku

Maybrat dan suku Imian, Sawiat adalah, rumah nelayan suku Maybrat dibangun sebagaimana

rumah inap biasanya yaitu dengan struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal dan kokoh,

namun untuk rumah nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah

yang dibangun diatas sebuah perahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat

tertentu namun ia selalu dibawa kemana-mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu

beristirahat.

Kelebihan rumah nelayan orang Maybrat adalah bentuknya yang besar, kuat dan nyaman,

sedangkan rumah nelayan orang Imian dan Sawiat adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan

tidak begitu nyaman. Berikut lihat gambar.

Hamah Sagrim 24

Page 25: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Rumah nelayan di sekitar danau

Ayamaru (samu mambo)

Gambar:Rumah nelayan orang

Tehit Sawiat

Gambar:Rumah kajang orang Tehit Sawiat di pesisir

laut.

Gambar:Rumah bujangan laki-laki (samu ku sme-bol nadla)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bentuk bangunan rumah nelayan di danau Ayamaru wilayah

Maybrat, kini menjadi kabupaten Maybrat. Bentuknya seperti

rumah-rumah mereka yang lainnya di daratan, namun

bangunannya terletak ditengah-tengah air Danau. Fungsi

rumah ini sebagai tempat hunian para nelayan ketika mencari

ikan bahkan ada pula yang didirikan untuk tempat hunian

untuk mereka yang berkebun di sekitar pulau-pulau seperti

sato musyoh, sato amin dan yang lain sebagainya.

Bentuk rumah nelayan dipesisir pantai wilayah Tehit,

Sawiat, memiliki sedikit

perbedaan yang tidak begitu

rumit. Perbedaan yang

menonjol adalah bentuk

rumah kajang yang mana di

bangun diatas perahu (kole-

kole) lihat gambar samping

kanan, sedangkan yang satunya mempunyai kesamaan aliran bentuk dan struktur yang sesuai

dengan rumah nelayan orang Maybrat di areal Danau Ayamaru.

g. Samu Kusme - Mbol Nandla → Rumah Bujang Laki – Laki (asrama Putra)

Samu kusme – mbol nandla adalah

rumah bujangan bagi laki – laki yang mana

dibangun dengan tujuan menampung segala

kegiatan anak – anak bujang, baik

menyangkut hasil buruan, tidur maupun

masak-memasak. Kebanyakan kegiatan –

kegiatan kepemudaan bermula dari rumah

ini yang mana sebagai wadah berkumpulnya

para pemuda, sehingga muncullah ide – ide

tertentu yang menyangkut kegiatan

kepemudaan.

Hamah Sagrim 25

Page 26: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Rumah bujangan perempuan atau asrama

perempuan (samu ku ano-mbol nangli)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Rumah bujangan laki – laki kebanyakan berbentuk rumah gantung, namun setelah terus

menerus mengikuti perubahan, ada juga yang dibangun semi moderen yang mana bangunannya

dibangun oleh sekelompok pemuda yang bisa dibilang geng pemuda. Dikatakan geng, karena

bukan hanya satu kelompok tertentu yang ada namun terlihat adanya persaingan misalnya antara

RT satu dengan RT yang berikutnya.

Rumah bujangan sering dibangun dengan beberapa tipe bangunan, dan khusus untuk rumah

bujang laki-laki, bentuknya seperti pada gambar disamping. Bentuk-bentuk ini disesuaikan

dengan keinginan para pemuda yang tergolong masih bujang.

Bentuk rumah bujang yang dibangun ini tidak juga memiliki kesamaan antara perkumpulan dari

satu RT atau kot, tetapi semuanya mengikuti perkembangan yang ada.

h. Samu Kuano – Mbol Nangli → Rumah Bujangan Perempuan (asrama putri)

Samu kuano – bol nangli merupakan rumah bujangan kaum perempuan yang masih

bujang (belum menikah). Rumah bujangan perempuan berukuran tidak terlalu tinggi dibanding

rumah bujangan laki – laki, hal itu sudah merupakan tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat

hingga sekarang. Rumah perempuan biasanya dibangun

oleh orang laki – laki yang terdiri dari bapa-bapa,

maupun laki - laki bujang. Untuk perempuan,

khususnya memasak makanan sebagai imbalan kepada

mereka yang membangun rumah mereka. Berikut lihat

gambar:

Bentuk aliran rumah bujangan perempuan ini tidak

begitu berbeda dengan aliran-aliran bangunan rumah

yang lain pada umumnya. Perbedaan bentuk rumah

hunian rumah bujangan perempuan dengan rumah yang lain adalah ukuran. Ukuran rumah

bujangan perempuan tidak begitu monumental, mengingat wanita atau perempuan tidak

diperbolehkan untuk menaiki rumah yang tinggi, karena ‘akan terlihat aibnya’. Demikian

sehingga bentuk rumah bujangan perempuan Maybrat, Imian, Sawiat selalu berukuran pendek.

i. Samu K’win – Mbol Wofle → Rumah Suci / Rumah Sekolah

Hamah Sagrim 26

Page 27: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Denab sekolah-kemah

suci (k’wiyon-bol wofle)

Gambar:Bentuk rumah suci – sekolah – tabernakel

Atau kemah suci (k’wiyon-bol wofle)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Samu k’wiyon – mbol wofle adalah merupakan bangunan rumah suci, yang mana

mempunyai fungsi ganda, yaitu digunakan sebagai rumah maha suci atau difungsikan sebagai

tempat pendidikan theology natural yang disebut wiyon-wofle. Theology ini bagi orang Maybrat,

Imian, Sawiat, sangat sakral dan magis.

Jenis bangunan rumah suci berbentuk segi empat dan memanjang serta memiliki tiga

fungsi ruang yang selalu dibagi dan juga memiliki aturan – aturan penggunaan ruangannya.

Rumah suci tidak dibangun oleh sembarang orang, tetapi harus dibangun oleh mereka atau orang

– orang tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran theology natural tersebut (raa win - na wofle),

dan yang berhak membangunnya terdiri dari dua orang.

Menurut cerita petuah – petuah yang kami Tanya, asal usul rumah suci tidak dibangun

oleh manusia siapa – siapa namun rumah tersebut dengan sendirinya keluar dari dalam sungai /

air. Bentuknya sangat unik / estetis dan sempurna serta menyimpan magis yang luarbiasa

sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama

sembilan bulan agar bisa sempurna. Selanjutnya aliran rumah suci ini kemudian diperintahkan

kepada Mbouk untuk didirikan sebagai bait suci/kemah/tabernakel.

K’wiyon – Mbol Wofle

merupakan tabernakel atau

kemah Wiyon-Wofle yang

diperintahkan kepada Mbouk

ketika menerima taurat dari

Wiyon-Wofle. Mbouk

diperintahkan oleh Wiyon-

Wofle (Allah) bahwa dia harus

mendirikan sebuah kemah

(k’wiyon – mbol wofle)

sebagai tempat meletakkan tabut perjanjian. Dalam mendirikan k’wiyon-mbol wofle, ada

beberapa aturan seperti perintah dan larangan. Perintah dan larangan itu tampak pada aturan

penggunaan ruang k’wiyon-mbol wofle sebagaimana pada bilik-bilik bangunan pada gambar

denah diatas.

Keterangan Gambar:  

Hamah Sagrim 27

Page 28: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Ruang biasa kre finya – Raa in

Gambar: Ruang luar

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

1. Bohra Mne/Safom – Ruang luar, areal bebas, hutan belantara.

Dalam aturan Ruang bilik tabernakel Wiyon-Wofle (k’wiyon-mbol

wofle), bagian luar yang berhubungan langsung dengan alam bebas atau

hutan belantara biasanya tidak sacral atau tertutup. Dibagian areal ini

hanya diberi tanda atau kode (morse) sebagai pemberitahuan kepada

orang luar yang tergolong awam atau disebut (finya) atau wanita, (raa in) orang awam yang

melintas disekitar areal kemah k’wiyon – mbol wofle.

Kode atau tanda pada areal ini tidak ada kekuatan ghaib apa-apa, hanya sebagai rambu

bahwa di areal tersebut ada kemah suci (k’wiyon-mbol wofle). Warna hijau menunjukkan hutan

belantara atau areal bebas. 

2. Kre finya & Raâ iin – Ruang Biasa.

Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang mempunyai anak sedang di

didik didalam Kemah. Wanita yang masuk dalam bilik tersebut

mengantarkan makanan dan tebu sebagai pengganti air minum dan

mereka yang boleh masuk adalah wanita yang tidak sedang

mengalami haid atau semalam melakukan hubungan intim. Ruang

ini juga dilewati oleh laki-laki biasa yang bukan Raâ Wiyon-Na

Wofle. Ruang ini juga bagi Raâ Wiyon-Na Wofle yang ketika

malam sedang intim atau tidur dengan isterinya (berintim) atau

dengan wanita lain melakukan hal perzinahan, ia diharuskan

hanya bisa sampai diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini merupakan suatu

larangan keras. Kre Finya & Raâ iin tidak memiliki suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apa-

apa sehingga bebas bagi Wanita dan Orang biasa, namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil

untuk memasukinya. Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan, ketidak kuatan,

ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau ukuran utama fungsi

ruang bilik sebelum memasuki ruang suci.

“kre finya, kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ wiyon-

na wofle ro mti mjien suu msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe m’twok mama

mhre sai mam kree ro finya to sei”.

Hamah Sagrim 28

Page 29: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Ruang Suci <kre raä sme>

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

“Ruang biasa boleh dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ

Wiyon-Na wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan

istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa masuk di

ruang biasa (kre finya) tersebut”.

3. Kre Raâ Sme – Ruang Suci.

Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa

(Raâ iin-Na iin) dan rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) yang melakukan

zinah atau yang mana sebelumnya sudah tidur dengan istrinya (intim).

Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon-Na Wofle

(Rasul) yang suci, Raâ Bam-Na Tmah (Imam) dan murid-murid

(Wiyon Tna). Warna abu-abu merupakan kemuliaan yang telah

dipancarkan kepada raâ wiyon-na wofle, kekuatan Wiyon-Wofle yang

memberi kekuatan kepada Raâ Wiyon-Na Wofle, Kedahsyatan

Wiyon-Wofle yang diberikan kepada Raä wiyon-Na wofle, kesucian Raâ Wiyon-Na Wofle,

Kekuatan Raâ Wiyon-Na Wofle, yang diterima dari Wiyon-Wofle (Allah) yang me-Wiyonkan

(Meng-Allah-kan) mereka dengan kekuasaannya. Ketika dalam perjalanan melalui ruang biasa

terasa biasa-biasa sebagaimana dalam situasi biasa, namun ketika memasuki zona Ruang suci

(Kre Raâ Sme) ada suatu perbedaan. Menurut ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle mengatakan

bahwa :

“soh nyio n’truk mam kre raâ sme, n’yio nfibo nhau mam oo roto, masuf reto

mti/mamur mase tna nyio nfibo njien smi feto, kbe nawe nros si to nmat komeyan teit

ysia raâ wait makah wyak-aken mama meti mam aya maam tna anu ro wiyon tna to

nsok aken ro anu nut, aken ro anu nuủt to kbe oron yabi teit Y’hre mam aken mana

tna komeyan teit yabo min aken. Kbe Raâ Wiyon-Na Wofle ysia wiyon tna rait to aro

yaut aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou suu fe, reto mbou toni ”.

“ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita seperti berada dalam alam

lain, sona atau ruang atau bilik tersebut gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat

terang sinar kemuliaan yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa

Hamah Sagrim 29

Page 30: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Ruang maha suci

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

seperti kita dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu)

Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut untuk

membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah masuk akan

dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita yang ada, dan setiap

orang menaiki satu bahtera (Perahu) dan didalam bahtera itu kita hanya duduk dan

didampingi oleh Raâ Wiyon-Na Wofle dan yang mendayung bahtera (Perahu) adalah

komeyan (Tuhan), dibagian kepala perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang putih

kemilau rambutnya dan telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah

Allah (Oron Yabi)”.

Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik atau ruang, bila kita kaji dengan ukuran

keseluruhan bangunan atau bait tersebut, merupakan sebuah bangunan yang dibangun  langsung

diatas tanah kering, akan tetapi bagi Raâ Wiyon-Na Wofle mereka harus berangkat atau

bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu jauh dan melalui

lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban dan pengalaman yang begitu

mengherangkan ketika kita mengkaji dari penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan luasan

bangunan yang mana tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang atau bilik yang

lainnya, akan tetapi karena kita sebagai manusia yang pada saat itu berada dalam hadirat Tuhan,

maka waktu itu akan menyeleksi kita. Menurut mereka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Wiyon tna,

mengatakan bahwa perjalanan mereka begitu  lama dan harus menempuh suatu samudera raya,

dan menurut mereka, lamanya mereka berpendidikan selama 3 bulan, akan tetapi bagi orang

biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan bahwa lama pendidikan yang ditempuh

dalam kemah k’wiyon-bol wofle adalah Enam bulan. Peristiwa-peristiwa ini yang terjadi dalam

perjalanan, ada yang boleh dibicarakan namun ada yang tidak boleh untuk diungkapkan (sakral).

4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) – Mato Ro Oron yabi Yhou  (Takhta Allah).

Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon – Na Wofle 

(Rasul), ruang ini sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang

Hamah Sagrim 30

Page 31: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berhak masuk kedalam ruang maha suci adalah Raâ Bam – Na Tmah (Imam). Isi dalam Ruang

Maha suci sangat rahasia, dan yang berhak mengetahuinya hanya  Raâ Bam – Na Tmah

(imam), tidak mungkin bagi Raâ Wiyon-Na Wofle untuk mengetahuinya.

Berikut adalah ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle dalam bahasa Maybrat:

“mato ro mbou toni reto kbe Raâ Bam-Na Tmah meseit truk, amu refo (Raâ Wiyon-Na

Wofle) truk fe, kta ro mhou kre mato reto mamo bo snyuk ka Raâ Bam-Na Tmah, soh fibo

bo snyuk reto Raâ Bam-Na tmah yawe ka’amu fo tabam refo masu marak, Raâ tabam

refo mhai beta, aro mhou fe, bo snyuk reto safo meto, tnafo komeyan makan meto”

“Ruang maha suci hanya boleh dimasuki oleh Imam (Raâ Bam-Na Tmah), bagi para

Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat

sakral, rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia khusus

bagi para Imam (Raâ Bam-Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci itu diberitahukan

kepada Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle), maka dunia ini akan hancur, semua manusia akan

mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan

inti dari Tuhan”.

Dari ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan tempat

takhta Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan rahasia kerohanian “inti

daripada kerohanian” dalam teologi wiyon-wofle.

            Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai (tamat), setiap Wiyon Tna

(Murid) dan Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimping) serta Raâ Bam-Na Tmah (Imam-

Guru Besar atau Kepala sekolah), tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus

keluar dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah keluar dari dalam

kemah tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah itu dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Guru

besar atau Kepala Sekolah) beserta Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimbing) membakar

Kemah (K’wiyon-Mbol Wofle) dan disaksikan oleh Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle,

Wiyon Tna. Setelah Kemah terbakar, Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna,

menyelidiki lagi dengan seksama isi abu tersebut dengan tujuan bahwa jangan ada sisa-sisa

perkakas yang belum terbakar, semuanya harus dibakar tanpa sisa.

Hamah Sagrim 31

Page 32: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

            Dalam proses membakar K’wiyon-Mbol wofle (Kemah - Sekolah), tidak dibiarkan

segelintir perkakas atau sepotong kayu dari kemah yang tersisa, semuanya harus dipastikan

terbakar lebur menjadi abu. Setelah semuanya itu selesai barulah Raâ Bam-Na Tmah, Raâ

Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna, boleh meninggalkan lokasi kemah untuk proses Ujian kepada

Murid (Wiyon Tna), setelah diuji (sana Wiyon) baru Murid-murid diteguhkan menjadi Raâ

Wiyon-Na Wofle. Dalam peneguhan wiyon tna (Murid), biasanya dilakukan dengan cara

menguji setiap Murid dengan menyuruhnya menyembuhkan orang sakit (tgif kiyam),

menyembuhkan orang yang kena pagut dari ular (tgif aban), melancarkan persalinan wanita

hamil yang terhambat (tgif finya mabe), dan lain sebagainya. Ujian ini merupakan suatu aktivitas

terakhir bagi wiyon tna (Murid) barulah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle. Ujian akhir

( sana Wiyon) yang dilakukan oleh Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru) dan Raâ Bam-Na Tmah

(Imam-Profesor) dan di ikuti oleh Wiyon tna (Murid) guna mencapai gelar sebagai seorang Raâ

Wiyon-Na Wofle. Setiap Murid yang tamat dalam pendidikan Wiyon-Wofle, memiliki dua

nama, yaitu nama duniawi dan nama yang diberikan dari sekolah atau kemah (sum kafir) (nama

suci).

Rincian keterangan warna:

1. Warna merah, menunjukkan kekuatan ghaib, sakral.

2. Warna hijau, menunjukkan areal bebas.

3. Warna hitam, menunjukkan kefanaan, keduniawian, ketidak sempurnaan.

4. Warna putih, menunjukkan kesucian, kemurnian, keAllahan, kesempurnaan.

Atas dasar pengakuan Wiyon tna itu sendiri, maka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na

Tmah akan meneguhkan mereka dan mereka akan diterima sebagai anggota yang diperbaharui di

dalam persekutuan wiyon-wofle (sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle) yang sungguh-sungguh percaya

kepada Wiyon-Wofle (Allah) mereka. Dengan demikian Wiyon Tna yang telah diteguhkan

sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle pun boleh duduk bersama-sama dengan Raâ Wiyon-Na Wofle

yang lain bersama-sama dimeja perjamuan kudus, turut bertanggung jawab dalam tugas Wiyon-

Wofle, memberitakan Allah yang dipercaya (Wiyon-Wofle) kepada dunia ini, dan turut

bertanggung jawab pula dalam pembangunan Wiyon-Wofle. Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ

Bam-Na Tmah, percaya dan mengaku bahwa dalam dalam Tuhan mereka (Wiyon-Wofle),

mereka dikumpulkan sebagai anak-anaknya dari segala bangsa dan mempersatukan mereka

Hamah Sagrim 32

Page 33: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

menjadi satu tubuh yang Wiyon-Wofle adalah kepalanya dan Raâ Wiyon-Na Wofle adalah

anggotanya. Dalam perjamuan suci didalam k’wiyon-bol wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle memberi

“Bofit” dan “Waif” sebagai tanda dan meterai dari tubuh dan darah, Wiyon-Wofle senangtiasa

menghubungkan Raâ Wiyon-Na Wofle kepada persekutuan dengan dia sendiri dan persekutuan

antara sesama Raâ Wiyon-Na Wofle sebagai anak-anaknya.

Dalam persekutuan dengan Wiyon-Wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle dipanggil untuk

mengaku dia sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka melalui kata-kata dan perbuatan mereka

setiap hari dan memberitahukan tentang dia keseluruh dunia. Jikalau dalam setiap ucapan dan

perbuatan mereka tidak sesuai dengan perintah yang telah mereka terima dari Wiyon-Wofle,

maka mereka akan menerima sangsi yang berat, yaitu mereka akan meninggal secara tiba-tiba

(komeyan biji), ditimpa kelaparan (haisre mama), ditimpa kesakitan yang parah (kiyam mama),

banyak persoalan yang menimpa (safo mai). Jenis bangunan rumah suci atau sekolah tradisional

semenjak masuknya injil kristiani di dataran papua, semua jenis pengajaran maupun kepercayaan

tradisional dilepaskan. Oleh karenanya kami sangat sulit untuk mendapatkan bangunannya

karena saat ini tidak dibangun bisa dibilang akan punah, dan hanya saja kami dijelaskan

bagaimana denah bangunannya saja sebagaimana pada gambar.

Aktivitas Wiyon-Wofle bisa dipersepsikan sebagai pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian Sawiat, dan bisa dipersepsikan sebagai teologi tradisional. Alasannya adalah karena aktivitas Wiyon-Wofle memiliki dua karakter dalam satu aktivitas, yaitu dari segi pendidikan, Raâ Wiyon-Na Wofle disebut  sebagai Guru, Guru Pembimbing, Dosen, Raâ Bam-Na Tmah disebut sebagai Guru  Besar , Guru kepala, Kepala sekolah, Profesor, Senator. Wiyon Tna disebut sebagai Murid . K’wiyon-Bol Wofle disebut sebagai Sekolah, dan Asrama, aktivitas utama adalah Mber Wiyon atau Mendidik (belajar mengajar), dalam proses ini mereka juga mengenal tulisan dan huruf.  Dari segi Teologi, Raâ Wiyon-Na Wofle disebut  sebagai Rasul,  Raâ Bam-Na Tmah disebut sebagai Imam, Rumah disebut sebagai Kemah-Tabernakel dengan ruang-ruang atau bilik yang sakral,  Wiyon Tna disebut sebagai Murid, aktivitas utama dalam K’wiyon-Bol Wofle adalah Mber Wiyon (Pendidikan Dogmatik) Pemuridan.2. Spesifikasi Bangunan

a. Spesifikasi Denah

Hamah Sagrim 33

Page 34: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Bentuk Denah rumah

gantung

Gambar:Bentuk denah semi moderen

Gambar:Bentuk denah moderen

Gambar:Denah Tabernakel

(k’wiyon-bol wofle)

Gambar:Koloum cabang

bentuk Y kayu (hafot ara so)

Gambar:Koloum cincang

bentuk U(hafot ra mate)

Gambar:Koloum cincang bentuk V

(hafot ra mate)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bangunan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibangun dengan denah segi

empat yang dilengkapi dengan banyak koloum sebagai pilar utama, yaitu mulai dari 4 koloum,

5,6,7,8 dan seterusnya bergantung ukuran besar kecilnya bangunan. Bila ditelaah secara jelas

dalam bentuk pondasi maka bangunan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat termasuk

dalam pondasi setempat. Karena pondasi setempat memiliki banyak koloum, sehingga arsitektur

Maybrat, Imian, Sawiat, bisa disebut dengan nama “bangunan seribu kaki”. Untuk rumah yang

dibangun diatas tanah tanpa koloum biasanya menggunakan batang pohon besar sebagai koloum

utama bagi bangunan yang dibangun di atas pohon (rumah gantung atau halit myio-mbol halit).

 

b. Spesifikasi Koloum (Hafot)

Ada beberapa jenis koloum

yang digunakan dalam

mendirikan suatu bangunan

sebagaimana berikut dibawah ini.

Lihat gambar:

Ada tiga jenis koloum

utama yang digunakan dalam membuat rumah bagi suku Maybrat Imian sawiat antara lain adalah

sebagai berikut:

Hamah Sagrim 34

Page 35: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

1. hafot ara soo, hafot ara soo merupakan koloum

yang terbentuk dari pohon secara alami yang

menyerupai huruf ‘Y’ sehingga dijadikan sebagai

koloum utama. Jenis koloum ini bisa disebut dengan

koloum cabang kayu. Jenis koloum ini tidak diambil

dari jenis kayu biasa, akan tetapi diambil dari jenis

kayu yang dianggap sangat kuat dan tahan terhadap

rayap serta cocok untuk wilayah tropis.

Gambar:Koloum dari cabang kayu yang diramu menjadi koloum rumah

Gambar: koloum cincangan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Ukuruan jenis koloum biasanya mempunyai ukuran yang sama namun bisa di potong

menjadi pendek, tergantung pada lokasi bangunan. Misal pada lokasi yang akan didirikan rumah

tidak berbatu maka ukuran koloum (hafot) yang sudah di buat tidak perlu untuk di rubah – rubah

atau di potong, namun bila pada lokasi persiapan memiliki bebatuan yang kuat dan susah digali,

maka koloum (hafot) yang ukurannya panjang akan di potong menjadi pendek sesuai dengan

kondisi tanah, kemiringan tanah juga mempengaruhi. Koloum – koloum yang digunakan

biasanya berbentuk huruf ‘Y’. dalam pemikiran masyarakat Maybrat Imian Sawiat dalam

memilih koloum raja atau koloum induk adalah koloum harus berbentuk huruf ‘Y’ dan ‘U’,

karena memiliki penyangga pada bagian luar, sehingga untuk meletakan pemikul yang mana

susah tergeser. Hal ini dapat diterima dengan tujuan menghindari efek – efek horizontal yang

juga bisa mengakibatkan kayu pemikul beban menjadi lepas dari tumpuannya.

Fungsi koloum utama (hafot) adalah sebagai penyalur beban bangunan ke tanah, yang

mana juga berfungsi sebagai koloum pemikul beban keseluruhan bangunan dan isi bangunan

Hamah Sagrim 35

2. Hafot raa mate, jenis koloum ini berbentuk huruf ‘Y’

tidak terbentuk secara alami seperti pada hafot ara soo,

namun dibentuk oleh manusia (dicincang). Koloum ini

juga terbuat dari jenis kayu yang dianggap mutunya kuat

dan mampu bertahan terhadap rayap di wilayah

setempat. Jenis-jenis kayu yang dipakai sebagai koloum

ompak ini sudah terus menerus dan secara temurun

dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat.

Page 36: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: dinding bambu - Bron

Gambar:Dinding

Kayu

Gambar: dinding kulit kayu – Hri – Ara Malak

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yang ada secara kokoh. Dalam pengertian masyarakat maybrat, imian dan sawiat bahwa “koloum

utama harus ditanam dan dipastikan sudah berdiri dengan kokoh karena bangunan tersebut bisa

berdiri tegak bertahun-tahun karena koloumnya kokoh.

c. Spesifikasi dinding

Orang maybrat imian sawiat membangun rumahnya dengan menggunakan bahan-bahan

alami seperti pohon, rotan dan dedaunan, demikian bahan penutup dinding pada bangunan rumah

juga menggunakan bahan-bahan alami seperti dinding kulit kayu, dinding gaba-gaba, dinding

bambu dan dinding papan.

d. Spesifikasi atap

Hamah Sagrim 36

Gambar : dinding gaba-gaba - Turaf

Page 37: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Ruang dalam – interior pada bangunan

arsitektur tradisional suku maybrat imian

sawiat kebanyakan menggunakan bahan

alami seperti gagar, palem hutan dan

kulit pohon sagu.

Gambar: Spesifik rangka

Gambar: Spesifikasi Interior/ruang dalam

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

bahwa rumah tradisional suku Maybrat,

Imian, Sawiat, menggunakan bahan utama

adalah kayu sebagai struktur rangkan dan tali

rotan sebagai bahan pengikatnya. Disamping

itu, rumah tradisional (halit-bol halit) juga

memiliki balok sokong dan balok pengikat

angin serta beberapa elemen pendukung

bangunan lainnya. Lihat gambar disamping

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bahan-bahan atap juga dari alam yang mana didarmu secara baik dan sempurna sehingga dapat

dijadikan sebagai penutup atap. Ada beberapa bahan atap yang dikenal serta difungsikan oleh orang

maybrat imian sawait dalam mendirikan rumah mereka adalah; atap sagu (afi) atap daun pandanus (kain)

atap kulit kayu (hri ara) dan atap sengk.

e. Spesifikasi ruang dalam-interior.

f. Spesifik Rangka

Hamah Sagrim 37

Gambar: Spesifikasi Atap sagu (afi) Gambar: atap sengk

Page 38: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Galian lubang koloum

(kayah hafot)

Gambar:Potongan pasang koloum

Gambar:Pasang koloum(hafot ra mati)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sepertinya mulai bersentuhan dengan rumah-rumah

dengan bahan moderen pada pertengahan abad ke-18. sebagaimana perkembangan teknologi

yang begitu cepat dan merasuk ke-perbagian penduduk manusia dibelahan dunia, termasuk

wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang dahulunya sangat kental dengan budaya tradisional

mereka yang dipengaruhin oleh kehidupan sehari-hari (appabolang). Demikian hingga saat ini,

di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, jika ditelusuri hingga ke daerah-daerah desa terpencil, kita

akan temukan jenis-jenis bangunan yang sangat tradisional, adajuga disisipi oleh bangunan semi

moderen dan juga bangunan moderen.

3. Skematik Membangun Rumah

a. Memasang Koloum (Mati Hafot)

Setiap bangunan rumah biasanya dilandasi dengan pondasi, yang berfungsi sebagai

pemikul dan penyalur terakhir bangunan ke permukaan tanah. Pada arsitektur mula-mula belum

dikenal dengan adanya pondasi, namun pada zaman dimana manusia mulai mengenal adanya

rumah, setelah berpindah-pindah dari tempat yang satu ketempat yang lain yang mana lubang-

lubang batu dan gua sebagai tempat perteduhan utama pada zaman sebelum mengenal bangunan.

Populernya dahulu tak ada pondasi namun dikenal dengan koloum yang mana terbuat dari kayu.

Menurut pandangan masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat, koloum merupakan pemikul beban

bangunan dengan isinya, hal ini dapat dibenarkan karena koloum merupakan pondasi setempat

yang fungsinya memikul beban bangunan secara keseluruhan. Dalam urutan bangunan

dimulai dari pondasi, demikian bagi masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat. Adapun tahapan –

tahapan dalam memasang koloum (mati hafot) adalah :

Hamah Sagrim 38

Page 39: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Atap sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah rumah,

karena merupakan pelindung atau penghalang pada bagian

atas bangunan baik dari terik matahari, hujan dan angin.

Masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat dalam meramu

sebuah bangunan biasanya yang terutama terpikirkan adalah

atap. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat

Maybrat, Imian dan Sawiat memiliki kemampuan

membangun rumah yang lengkap. Di sini kami katakan

lengkap karena sebuah bangunan rumah dikatakan

nyaman

Gambar : cara memasang atap

(mkes afi)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Memasang Dinding (Mafir Hri)

Dalam proses pembuatan rumah bahwasanya dimulai dari pondasi, tiang atau koloum,

dinding, rangka atap dan penutup atap. Demikianpula masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat

yang juga mengalami proses yang serupa, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia Maybrat

Imian Sawiat sudah memiliki pola pikir dalam membangun rumah yang terstrukturalnya sudah

tertanam atau diturun temurunkan semenjak permulaan membangun rumah oleh Too dan Sur.

Dalam tahapan pemasangan dinding adalah dimulai dengan proses pemasangan rangka

dinding, tahap penyiapan bahan penutup dinding, tahap penyiapan bahan pengikat (rotan) dan

waktu kerja. Mengapa dikatakan waktu kerja? Karena dalam proses mendirikan sebuah rumah,

orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu merencanakannya sehingga menjadi matang, dan

berikutnya dilakukan pekerjaan tersebut. Dalam mendirikan rumah, yang paling menghabiskan

waktu adalah ketika mengumpulkan bahan-bahan bangunan seperti kayu, atap, dan rotan. Hal ini

berkaitan dengan kondisi alam dengan persediaannya dan proses mencari jenis bahan yang

digunakan sehingga memerlukan ketabahan dan kejelian dalam memilih bahan bangunan,

terutama bahan rangka atau kayu.

c. Memasang Atap (Mkes Afi)

bilamana terdapat lantai, dinding, dan atap. Manusia Maybrat Imian Sawiat dengan sadar bahwa

mereka dapat membuat suatu tempat perteduhan yang mampu memberi kenyamanan dalam

hidup dan kehidupan mereka.

Berikut tahapan – tahapan dalam membangun rumah yaitu: persiapan bahan, pemasangan

koloum, pemasangan struktur dinding, pemasangan struktur atap, persiapan waktu kerja,

persiapan tenaga kerja. Lihat skematika kerja.

Hamah Sagrim 39

Page 40: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Skematika kerja persiapan bahan bangunan rumah dan pemasangannya.

persiapan waktu & tenaga kerja

Pemasangan struktur atap Pemasangan struktur dinding

Pemasangan koloum

Persiapan bahan

Mendirikan Rumah

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Skematika tahapan kerja.

Keterangan:

Arah panah searah jarum jam menunjukkan alur kerja yang selalu dilalui dalam

mendirikan bangunan rumah.

Arah panah tidak searah jarum jam menunjukkan waktu kerja yang mana tidak

hanya dibutuhkan seketika atau searah melainkan waktu dibutuhkan selalu dalam

membangun sebuah rumah sehingga tidak berjalan satu arah

Hamah Sagrim 40

Page 41: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Setelah memasang atap berikutnya membuat

tungku api, dalam pembuatan tungku api, adapun

tahapan – tahapan dalam pembuatannya adalah:

tahap pembuatan rangka tungku, tahapan

persiapan bahan (kayu, batu, rumput, tanah),

persiapan bahan pengikat (rotan) dan persiapan

waktu pelaksanaan.

Gambar:Tungku

api (ohat)

Biasanya masyarakat Maybrat Imian Sawiat

memasang lantai setelah seluruh struktur

bangunan sudah dilengkapi. Adapun tahapan –

tahapan dalam pemasangan lantai adalah :

pemasangan rangka lantai, penyiapan bahan

lantai, penyiapan bahan pengikat (rotan) dan

penyiapan waktu pelaksanaan.Gambar:Pemasangan lantai (rmah)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

d. Membuat Tungku Api (Mwohat Ohat)

e. Membuat Lantai (Msien Rmah)

4. Teknologi dan Teknik Membangun

a. Teknologi

Betapapun sederhananya sebuah bangunan, apalagi bangunan itu berupa rumah, teknologi

pasti dibutuhkan. Tidak ada satu sistem bangunanpun yang tidak memerlukan teknologi. Bahkan

kaum cerdik pandai mengatakan bahwa teknologi sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri.

Sejak permulaan manusia ada, sejak masyarakat yang paling primitifpun, teknologi sudah

merupakan bagian mutlak dari kehidupan manusia itu sendiri. Benyamin Franklin, salah seorang

pemikir masyur pernah mengatakan bahwa manusia adalah “binatang pembuat alat”. Untuk

keperluan hidupnya, manusia memang memerlukan alat. Untuk berburu diperlukan pana atau

jubi, tombak, untuk mancing diperlukan pancing untuk mencari ikan di laut, juga diperlukan

jaring, jala, sampan, dan seterusnya. Kecakapan untuk membuat peralatan itu juga penggunaanya

merupakan syarat bagi kehidupan manusia yaitu bagi kelanjutan eksistensi hidupnya. Kecakapan

Hamah Sagrim 41

Page 42: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang disebut teknologi. Secara kasar teknologi

adalah “perpanjangan tangan manusia”.

Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah, hal ini dapat dilihat pada

karya arsitektur tradisional di tanah air. Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak,

Minangkabau, Toraja ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang

cukup tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, walaupun berbentuk sangat

sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah tinggal tradisional Suku Maybrat Imian

Sawiat telah berabad – abad teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat

itu sendiri.

Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari waktu ke waktu. Teknologi

pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara kekuatan daya topang tiang – tiang gapik

dengan besarnya bangunan, sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan

sekitar.

b. Teknik Membangun

Membangun rumah bagi warga suku Maybrta Imian Sawiat tidak terlalu rumit seperti

terdahulu karena dilakukan secara gotong royong, walupun tukang yang khusus tidak ada.

Membangun atau mendirikan rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

karena erat hubungannya dengan kesibukan dan tenaga.

c. Utilitas dan Perlengkapan

Untuk keperluan air bersih atau air tawar, tidak begitu sulit bagi suku Maybrat Imian

Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang wilayah Hunian. Untuk pembuangan

limbah manusia, biasanya para warga ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga

yang mampu sudah memilikinya sendiri. Namun bagi warga yang tinggal di perairan laut

biasanya pembuangan limbah langsung ke laut.

Untuk keperluan penerangan, Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah

menggunakan listrik yang disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan

listrik tenaga suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah disediakan jaringan

telepon (Wartel) di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik Teminabuan, Sawiat,

menggunakan telepon dari PT. Telkom dan untuk Teminabuan sudah menggunakan HP.

Sehingga warga yang berperokonomian mampu sudah dapat menikmatinya.

Hamah Sagrim 42

Page 43: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

E. Mengenal Bahan – Bahan Bangunan

Berbicara mengenai rumah tradisional suku maybrat imian sawiat, ada 5 jenis bahan

bangunan utama yang perlu diketahui yaitu: bahan rangka, bahan atap, bahan dinding, bahan

lantai dan bahan pengikat.

Pada tahun 1981 kebawah, jenis – jenis kayu kuat sangat banyak di wilayah Maybrat

Imian Sawiat, namun pada tahun 1982 terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan hingga

mengakibatkan kebakaran hutan yang hampir keseluruhan hutan belantara di wilayah Maybrat

habis terbakar diantaranya dari kampung Soroan, Sauf, Ayamaru, Kambuaya, Jidmau, Susumuk

Aifat, Kambufatem hinngga Yaksoro Aitinyo, daerah ini mudah terbakar karena daerah kering

dibanding daerah Imian dan Sawiat.

Terjadinya kebakaran pada waktu itu mengakibatkan homogenitas hutan belantara

menjadi hutan terbuka, yang mana segala persediaan bahan – bahan bangunan yang tadinya

mudah ditemukan menjadi sulit ditemukan, seperti kayu, rotan dan kebutuhan bangunan lainnya.

Pada saat – saat sekarang, jenis – jenis kayu yang sangat kuat untuk di gunakan dalam

membuat rumah sudah langkah. Tadinya orang-orang membuat rumah tidak terlalu lama atau

tidak membutuhkan waktu yang lama, namun saat ini kebanyakan kalau membuat rumah, sangat

membutuhkan waktu yang relative lama karena orang Maybrat, Imian, Sawiat ketika berencana

untuk membangun sebuah rumah, yang pertama di persiapkan adalah kayu – kayu sebagai bahan

yang dianggap agak berat pekerjaannya dan cukup membutuhkan waktu untuk mengumpulkan

kayu-kayu bermutu dari satu tempat ke tempat yang lain. Tentu saja kesulitan mencari bahan

bangunan tersebut yang membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat sebaiknya mempersiapkan

waktu yang banyak dalam membangun sebuah rumah, perhitungan yang cemerlang dengan

kerajinan dalam melakukannya biasa dilakukan dengan cermat sehingga waktu lainnya dapat di

gunakan untuk pekerjaan-pekerjaan lain, terutama bertani karena orang-orang Maybrat, Imian,

Sawiat adalah mayoritas latarbelakangnya petani sehingga tiada hari tanpa bercocok tanam.

Meskipun banyak pepohonan kayu-kayu yang bertumbuh pada hamparan belantara

wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, seperti “sitam, rmo, ramboh dan lain sebagainya, namun Orang

Maybrat, Imian, Sawiat, secara turun - temurun telah di perkenalkan dengan jelas tentang jenis –

jenis kayu yang sudah dianggap terbaik, agak baik, yang mana dapat digunakan dan yang tidak

baik yang mana tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan.

Hamah Sagrim 43

Page 44: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Oleh pihak orang Maybrat, Imian, Sawiat jenis – jenis kayu yang dianggap mampu

bertahan selama puluhan tahun jika dipakai untuk mendirikan bangunan adalah sebagaimana

yang di bedakan atas nama dan Jenis – jenis warnanya, kayu tersebut disini kami hanya dapat

menyebutkannya dengan sebutan bahasa ilmiahnya adalah sebagai berikut:

1. Bahan Rangka

a) kayu ijie, kayunya keras dan lurus, jenis kayu ini biasanya digunakan sebagai struktur rangka

utama, baik rangka atap, lantai, tiang pancang (sur), koloum (hafot). Warnanya putih

kekuningan.

b) kayu mbala, kayu ini sangat keras, lurus tidak halus, isinya berserabut, berwarna merah

kecoklatan. Jenis kayu ini biasanya digunakan untuk koloum utama (hafot), selain batangnya

digunakan sebagai koloum utama, kulitnya juga berfungsi sebagai penutup dinding utama.

c) kayu hlangguf, warnanya putih membungkusi warna kemerahan, lurus dan tidak halus,

isinya berserabut, kulitnya agak bergetah, jenis kayu ini biasanya digunakan untuk rangka

lantai (biat) untuk ukuran kecil, tiang pancang (sur) untuk ukuran sedang dan koloum (hafot)

untuk ukuran besar. Jenis kayu ini sangat kuat apabila diawetkan pada tempat yang kering

dan mutunya baik.

d) kayu siah, jenis kayu ini tidak sekeras kayu yang lain namun bila dikeringkan pada tempat

kering maka akan keras, kayu ini kebanyakan di gunakan sebagai bahan struktur rangka atap

atau reng (ara soom) dan struktur lantai (biat). Warnanya putih dan banyak cabang.

e) kayu srah (gagar), kayu ini tidak digunakan untuk apa – apa tetapi hanya biasanya

digunakan sebagai bahan utama penyusunan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap,

jenis kayu ini sangat keras tidak mudah dipatahkan apalagi yang jenisnya lebih tua, yang

mana warnanya menjadi hitam, jenis kayu ini tidak utuh tetapi sumbunya sangat besar dan

yang biasanya di pergunakan adalah bagian pembungkusnya.

f) kayu bta-bta (palem hutan) warnanya merah dan mirib dengan gagar (srah) namun

bentuknya lebih besar. Pohon ini biasanya digunakan hanya untuk bahan lantai (msyien

rmah) dan pengait jahitan atap.

Hamah Sagrim 44

Page 45: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

1. Atap rumbino (kain) – pandanus family yaitu keluarga

pandanus atap rumbino adalah dedaunan yang di ambil dari

jenis tumbuhan pandanus yang daunnya lebar panjang dan

tebal. Atap rumbino kebanyakan di gunakan oleh masyarakat

suku Maybrat, karena untuk memperoleh atap sagu begitu

sangat sulit untuk diperoleh.Gambar:

Bangunan rumah bahan atap rumbino

Gambar: Rumah dengan bahan atap sagu (afi)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

2. Bahan Atap.

5. Atap sagu (afi), atap sagu

diambil dari daun sagu yang

diraut menjadi penutup atap

rumah Jenis atap ini sangat kuat

dan kebanyakan digunakan

oleh suku Imian dan Sawiat karena sangat gampang ditemukan di wilayah Imian

Sawiat yang merupakan pusat tumbuhan pohon sagu.

6. Atap kulit kayu (hri ara), atap kulit kayu sering digunakan bila mana atap rumbino dan atap

sagu sudah sangat sulit untuk diperoleh sehingga kebanyakan digunakan kulit kayu sebagai

atap. Kulit kayu yang sering digunakan adalah : seme, mbala, fait (cofasus familly), tiga jenis

kayu yang mutu kulitnya sangat baik untuk dijadikan sebagai penutup atap, baik sebagai

penutup atap maupun penutup dinding.

Hamah Sagrim 45

Page 46: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

4. Atap sengk, orang Maybrat, Imian dan

sawiat ketika membangun rumah dengan

bahan tradisional yang telah dikenal secara

alam (teknologi alamiah), mereka juga

menggunakan atap sengk sebagaimana

mengikuti perkembangan yang telah

merubahnya.

Gambar:Rumah dengan atap senk

3. Bahan Dinding.

1. Dinding kulit kayu (hry) dinding kulit kayu

pada umumnya digunakan oleh masyarakat

suku maybrat sebagai bahan utama penutup

dinding.

Gambar:Rumah dengan bahan Dinding

kulit kayu

Gambar:Rumah dinding gaba-

gaba (turaf)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

2. Dinding Gaba (Turaf), dinding

Gaba - gaba pada umunya di

gunakan oleh masyarakat Imian,

Sawiat, Tehit, dan kadang juga di

gunakan oleh orang Maybrat. Bah

an gaba - gaba diambil dari pelepah

atau tangkai sago yang dipotong dengan

ukuran yang sama dan diraut dengan baik

serta digunakan sebagai bahan utama penutup dinding rumah. Bahan gaba-gaba ini sempat

popular di kalangan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, semasa pemerintahan Kolonial Belanda

yang mana perkantorannya menggunakan dinding gaba-gaba sebagai penutup utama dinding

rumah yang diraut dan diawetkan dengan pengawet gaba-gaba (turaf).

Hamah Sagrim 46

Page 47: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

4. Dinding papan, setelah mengalami proses

perkembangan moderen, rumah tradisional

Maybrat, Imian, Sawiat dapat juga menggunakan

dinding papan yang mana tergolong sebagai

rumah – rumah semi moderen. Papan yang

diperoleh pada waktu itu dibelah dengan

menggunakan gergaji baja, yang mana biasanya

dipegang oleh dua orang penggergaji.Gambar:

Rumah dinding papan

1. lantai gagar (srah), gagar

merupakan bahan utama lantai

bagi masyarakat suku Maybrat

dan Sawiat, selain bahannya

yang kuat, lurus mudah di raut

juga mudah diperoleh di hutan

pada wilayah Maybrat.

Gambar:Lantai dengan bahan gagar (srah)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

3. Dinding kayu (ara kras), pada mulanya dinding bangunan rumah tradisional suku maybrat

imian sawiat bukan hanya ditutup dengan kulit kayu atau gaba – gaba namun dilapisi dengan

kayu, yang mana disusun sedemiakian rapat dengan tujuan sebagai penangkal senjata musuh

pada jaman perang keluarga, namun pada akhirnya hanya digunakan dinding satu lapis

seperti kulit kayu, gaba – gaba maupun dedaunan.

5. dinding daun, dinding daun biasanya jarang digunakan, mengingat untuk menghindari

kebakaran dan cepat keropos serta tidak tahan lama. Namun dedaunan dapat juga digunakan

apabila tak ada lagi bahan penutup dinding utama (kulit kayu), dan untuk bahan penutup

dinding dari dedaunan biasanya tidak digunakan sembarangan daun melainkan biasanya

menggunakan daun rumbino (kain) – pandanus family yaitu sejenis keluarga pandanus dan

daun sagu (afi).

4. Bahan Lantai

Hamah Sagrim 47

Page 48: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Kapak (bam-tmah)

Kampak (bam - tmah), merupakan salah satu alat

kerja yang difungsikan untuk memotong pohon

dan menebang pohon yang jenisnya berukuran

besar, dan tidak bisa ditebang atau dipotong

dengan menggunakan parang maupun pisau.

Gambar:Parang (sogi-minyan)

Parang (sogi – minyan), adalah suatu jenis

perlengkapan alat kerja dalam membangun

rumah. Paran biasanya mempunyai fungsi yang

banyak. Kapak sering digunakan sebagai alat

menebang pohon, terutama pohon-pohonyang

ukurann besar.

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

1. Lantai palem (bta - bta), palem kebanyakan digunakan sebagai bahan lantai bagi suku Imian,

selain karena mudah untuk diperoleh, juga kuat dan gampang di raut.

2. Lantai rotan (ses), lantai rotan tidak banyak digunakan oleh masyarakat luas, lantai rotan

hanya dijumpai di kampung - kampung tertentu yaitu kampung yang hutannya penuh atau

banyak rotan. Jenis lantai ini sangat baik selain mudah untuk di bawa juga nyaman

digunakan.

3. Lantai bambu (bron), lantai bambu jarang ditemukan, hanya digunakan oleh masyarakat di

wilayak Teminabuan (suku Sawiat dan Tehit)

5. Bahan Pengikat

1. Tali rotan (too atu), rotan ikat atau sebutan ilmiahnya adalah too atu adalah tali rotan yang

jenisnya kecil dan biasanya banyak dijumpai di gunung sehingga tali rotan tersebut dikenal

dengan sebutan too yang artinya tali dan atu artinya gunung atau “tali gunung” bila

diterjemahkan sesuai bahasanya. Selain yang tidak termasuk dari tali tersebut tidak digunakan

sebagai bahan pengikat utama.

F. Kelengkapan alat – alat kerja

Kelengkapan alat – alat kerja yang digunakan oleh orang – orang Maybrat, Imian dan Sawiat

dalam membangun rumah adalah sebagai berikut :

Hamah Sagrim 48

Page 49: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Pisau

(tfo-sah)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Parang juga digunakan sebagai alat memotong kayu guna membangun rumah, dan jenis kayu

yang bisa dipotong dengan parang adalah kayu – kayu yang berukuran kecil, selain memotong

kayu untuk bangunan rumah, parang juga difungsikan dalam membakar kebun dan meramu

ladang, memotong tali rotan, bahkan berburu.

Pisau (tfo - sah), merupakan salah

satu Kelengkapan alat kerja

yang fungsinya tidak hanya

digunakan oleh seorang ibu

dalam meracik sayur, member

sihkan keladi atau ketala, namun

dapat difungsikan oleh orang laki –

laki dalam meramu tali rotan sebagai bahan pengikat rumah.

BAB III

METODE PENELITIAN

Hamah Sagrim 49

Page 50: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Berdasarkan objek yang ditinjau yaitu suatu etnik (suku Maybrat, Imian, Sawiat) yang

mempunyai latar belakang budaya tersendiri, maka pada penelitian ini dipilih pendekatan

fenomenologik dengan metode diskriptif etnografik. Metode etnografik adalah suatu metode

yang mempelajari deskripsi kehidupan masyarakat dalam beragam situasinya. Metode untuk

memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup

mereka sendiri. Sehingga dengan metode ini bentuk arsitektur rumah tinggal Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, yang berdasarkan budaya appabolang dapat diuraikan.

Berdasarkan pada rumusan hipotesis yang akan dibuktikan, maka jenis penelitian ini

adalah merupakan penelitian kausal-komparatif (Causal-Comparative research) yang langkah-

langkahnya akan dibahas sebagai beriktu:

A. RENCANA PENELITIAN

1. Tahap Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dari survei dilapangan meliputi: Data fisik (temperatur udara

pada ruang dalam dan ruang luar, kelembaban udara pada ruang dalam dan ruang luar, kecepatan

angin pada ruang dalam dan ruang luar, dimensi ruang, dimensi bukaan, atap dan dinding,

overstek, material dan warna, orientasi/perletakan bangunan, tatanan lingkungan bangunan).

Data nirfisik (Sejarah, Budaya Appabolang yang mencakup Agama dan Kepercayaan, Hubungan

Sosial, Mata Pencaharian, Pengetahuan, Pola Hidup, dan Lingkungan Alam).

Teknik pengumpulan data dilapangan dilakukan melalui teknik Pengukuran, Perekam dan

Wawancara. Teknik pengukuran menggunakan alat ukur berupa Thermo Meter, Lux Meter dan

Meteran. Teknik perekaman dilakukan dengan teknik Pemotretan, Pencatatan dan Pengamatan,

untuk mendapatkan data fisik bangunan. Sedangkan data Sejarah dan data bentuk dari bentuk

pengaruh budaya Appabolang, diperoleh dengan teknik Wawancara langsung dengan Kepala

Kampung, Tokoh Adat dan Warga Setempat.

2. Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data

Data yang telah diperoleh telah disusun serta dikelompokkan agar mudah untuk

dipelajari. Dari pengukuran yang berupa data, baik kenyamanan dikomparasikan dengan teori

standart kenyamanan thermal, baik berdasarkan diagram olgyay mapun berdasarkan standart

Hamah Sagrim 50

Page 51: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kenyamanan dari penelitian santoso (1984), Mom dan Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan

suatu temuan indeks kenyamanan rumah Halit-mbol chalit. Data kualitatif dari hasil perekaman

dikuantitatifkan untuk memperoleh data pembayangan, perolehan panas (beatgain), dan

pergantian distabulasi kemudian diinterpretasikan hubungannya secara deskriptif.

3. Analisis

Data bentukan yang tercipta dari hasil Budaya Appabolang, dianalisis secara kualitatif

mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan thermal dalam ruang. Hasil tersebut ditunjang

dengan hasil perhitungan formulasi hasil pengukuran yang dianalisa secara kuantitatif. Hasil

perhitungan formulasi untuk mengetahui pemanfaatan cahaya matahari, pemanfaatan angin, dan

pengurangan panas, untuk mencapai suatu nilai kenyamanan thermal yang distandartkan. Hasil

pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan pengaruh angin, diperoleh suatu temuan

indeks kenyamanan thermal dari hasil penelitian Mom dan Weisenborm (1940), hasil penelitian

santoso (1989) dan diagram kenyamanan dari Olgyay.

B. PENENTUAN SAMPEL

1. Populasi

Yang menjadi populasi adalah seluruh jenis rumah tradisional suku Maybrat, Imian,

Sawiat yang diambil beberapa sebagai sampel. Berdasarkan data penelitian kami, total jenis

rumah tradisional ada delapan jenis yang diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya. Selain itu,

menurut data penelitian, peletakan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibagi dalam

tiga kelompok, yaitu:

a. Kelompok Hunian di daratan tinggi/pegunungan

b. Kelompok hunian di peralihan darat dan perairan laut

c. Kelompok hunian di perairan air laut

2. Sampel

Untuk penentuan sampel, digunakan metode stratified sampling, dengan pengelompokan

berdasarkan pola peletakan hunian. Orientasi bangunan digunakan sebagai dasar pertimbangan

untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif. Berdasarkan waktu, lokasi, tenaga dan

Hamah Sagrim 51

Page 52: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

biaya, maka dari pengelompokan berdasarkan pada orientasi bangunan diambil masing-masing 1

jenis sampel untuk setiap arah orientasi (utara – selatan dan timur-barat) untuk masing-masing

kelompok perletakan. Jadi jumlah sampel penelitian terdiri dari 8 jenis tipe perletakan rumah

tradisional.

C. VARIABEL YANG AKAN DIPELAJARI

Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Variabel yang akan dipelajari dan data yang digunakan sebagai tolok ukur dalam

penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:

1. Variabel bebas (variabel pengaruh) yaitu:

- Pengaruh bentuk arsitektur

Data yang termasuk dalam data variabel ini meliputi: lokasi, orientasi, bentuk dan denah,

bukaan-bukaan atap dan dinding, overstek/pelindung, material dan warna, serta pola

penataan hunian.

- Data yang termasuk dalam variabel adalah: Radiasi Matahari, temperatur udara,

kelembaban dan curah hujan, serta pergerakan udara.

2. Variabel terikat (Variabel terpengaruh) adalah variabel yang diamati atau variabel yang

terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabel terpengaruh ini adalah kenyamanan thermal

dalam bangunan.

D. JALANNYA PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal-komparatif (casual comparative) yang

mempunyai tujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat. Berdasarkan

pengamatan terhadap akibat yang ada, faktor yang mungkin menjadi penyebab dicari kembali

melalui data tertentu.

Metode deskriptif etnografik digunakan untuk meninjau bentuk arsitektur tradisional

suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang.

Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan, pencatatan dan pengukuran secara

sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diteliti. Metode observasi yang digunakan dalam

pengumpulan data ini menggunakan teknik: Pengukuran, Pengamatan dan pencatatan, serta cara

Hamah Sagrim 52

Page 53: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

perhitungan. Alat bantu yang digunakan berupa Tustel, Meteran, Thermometer, Hygrometer dan

Lux Meter. Metode observasi ini dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga

metode ini bisa lebih objektif.

Metode interview (wawancara) digunakan untuk penyadapan sejarah dan data budaya

appabolang yang merupakan bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai

objek penelitian. Wawancara merupakan salah satu bagian yang penting dari survei. Tanpa

wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh melalui proses

interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor-

faktor tersebut meliputi: Wawancara, Responden, Topik Penelitian yang tertuang dalam

pertanyaan, serta situasi kondisi pada waktu wawancara berlangsung. Yang menjadi responden

pada penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Petuah (Kepala Suku) dan Tokoh-tokoh Adat,

Pelaku Arsitek Maybrat, Imian, Sawiat, dan Masyarakat setempat.

2. Alat dan Materi Penelitian

a. Penelitian Daerah Pengukuran

Penentuan daerah pengukuran pada rumah halit dibagi atas dua titik ukur, yaitu; ruang

luar dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang ruang terlindung dari sinar

matahari langsung, namun masih berhubungan dengan ruang luar, dalam hal ini teras (isit).

Ruang dalam pengukuran dilakukan pada ruang berkumpul keluarga yang juga merupakan ruang

serba guna dan ruang utama. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pengukuran

dilapangan, maka perlu adanya penentuan titik ukur pada daerah pengukuran pada rumah halit

dan tabel pengukuran yang memuat daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur udara,

temperatur keccepatan angin, dan intensitas cahaya yang terjadi.

b. Perekam dan Pemotretan

Pemotretan dilakukan pada elemen-elemen bangunan seperti dinding, tangga, penyangga,

tiang, lantai, dan jendela, atap, jaringan pergerakan dan kondisi lingkungan.

Perekam dilakukan untuk mendapatkan data tentang: Dimensi Ruang, Dimensi Bukaan.

Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna, bahan dan dimensi dari elemen-

elemen tersebut. Disamping itu dibutuhkan juga data eksternal seperti: Data Klimatologi Daerah

Setempat, dan Pada Lokasi.

Hamah Sagrim 53

Page 54: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Untuk mempermudah survey dan akurasi data yang diperoleh dilapangan, maka dibuat

dalam bentuk tabel pengamatan berupa: Kolom-kolom berupa: jenis-jenis elemen bangunan,

bahan, ukuran dan warna.

c. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara yang digunakan untuk penyadapan Sejarah serta data budaya

appabolang yang menjadi faktor terbentuknya arsitektur tradisional objek penelitian. Responden

dalam penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Kepala Suku atau Petuah, Pelaku Arsitektur halit,

Masyarakat, Tokoh-tokoh Adat dan Warga Setempat.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak struktur. Suatu

pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas

pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak

bergantung pada pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

d. Alat Perekam dan Pengukur

Alat yang digunakan untuk mengukur dalam penelitian ini adalah untuk mengukur

temperatur udara dan kelembaban udara, digunakan alat thermometer buatan Perancis. Untuk

mengukur intensitas cahaya yang terjadi, digunakan alat lux meter AVO LM.4.2000 Lux buatan

Perancis. Kecepatan angin, diukur dengan Anemometer, disamping itu diadakan peninjauan

dengan menggunakan tanda-tanda klasifikasi angin skala beaufort. Sedangkan untuk mengetahui

ukuran-ukuran setiap elemen-elemen bangunan digunakan meteran berupa Rol meter. Alat

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Hamah Sagrim 54

Page 55: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Alat ukur kelembaban Alat ukur intensitas cahaya matahari Alat Ukur Kecepatan Angin

(thermometer) (lux meter AVO LM.4.2000) (Anemometer)

Gambar: Alat-alat Pengukuran

(sumber, Dokumentasi peneliti berdasar survey, 2007)

Diagram:

Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Perekaman

Diagram:

Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Wawancara

3. Tahap Kerja Lapangan

Tahap kerja lapangan merupakan tahap pokok dalam penelitian ini. Pekerjaan yang

dilakukan tahap ini meliputi pengukuran kondisi lokasi penelitian, pengamatan, pencatatan,

wawancara. Penelitian melakukan pengukuran sebanyak 13 kali untuk masing-masing daerah

Hamah Sagrim 55

T PE EK RN EI KK A M A N

Pemotretan Pencatatan pengamatan

KONDISI FISIK- Penyangga- Tiang- Tangga- Lantai- Dinding dan bukaan- Atap- Bahan/material- Orientasi bangunan- penghijauan

Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua .

Daftar garis besar pertanyaan

- Agama- Pola hidup- Hubungan sosial- Mata Pencaharian- Pengetahuan- Lingkungan Alam

Variabel yang mempengaruhi bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua

Page 56: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ukur, yaitu untuk ruang luar jam 1.00, 2.00, 4.00, 6.00, 8.00, 10.00, 12.00, 14.00, 16.00, 18.00,

20.00 dan 24.00. ruang dalam jam 1.10, 2.10, 4.10, 6.10, 8.10, 12.00, 14.10, 16.10, 18.10, 20.10,

22.10, dan 24.10.

4. Kompilasi Data dan Interpretasi Data

Observasi yang dilakukan menghasilkan data primer yang terdiri dari data hasil

pengukuran, pengamatan dan pencatatan. Semua data dikumpulkan dan disusun sesuai dengan

urutannya. Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk mengkoreksi ketepatan dan kebenaran

pengukuran dan pencatatan.

5. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk meninjau bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat,

Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang.

a. Untuk Membuktikan Hipotesis

Untuk membuktikan hipotesis, dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis bentuk rumah tradisional suku Maybrat,

Imian, Sawiat, beserta elemen-elemen pembentukannya untuk mengetahui pengaruh terhadap

kenyamanan thermal dalam ruang. Bentuk dan denah, bukaan-bukaan, atap dan dinding,

overstek, material dan warna, serta tatanan lingkungan bangunan.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis hasil observasi dilapangan, yaitu untuk

mendapatkan indeks kenyamanan didalam bangunan. Data hasil pengukuran yang berupa

data kuantitatif, baik pengukuran diluar maupun di dalam bangunan diperbandingkan dengan

standart kenyamanan thermal kemudian dilakukan analisis kuantitatif. Diagram yang

digunakan untuk menganalisis adalah sebagai berikut:

a) Untuk mendapatkan pembayangan digunakan diagram matahari

b) Untuk menentukan WET Bulb Temperatur (WBT) digunakan diagram psikometerik

c) Untuk menentukan temperatur Efektif, digunakan diagram temperatur efektif

d) Untuk mengetahui batas kenyamanan thermal, digunakan diagram kenyamanan Olgyay

Hamah Sagrim 56

Page 57: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

e) Untuk mengetahui kenyamanan thermal juga digunakan standart kenyamanan dari hasil

penelitian Santoso, 1984, dan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) yang pernah

dilakukan di Indonesia. Standart kenyamanan hasil penelitian Santoso (1984), yaitu:

- Temperatur udara 23-34,3°C

- Kelembaban relatif 45-95%

- Radiasi Matahari 1020 W/m²

- Kecepatan Angin 0-4,3 m/d

- Kenyamanan thermal 25,4-28,9°C

Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) dengan kecepatan udara

sekitar 0,1 m/s – 0,2 m/s yaitu:

- Ambang bawah untuk kondisi sejuk adalah pada temperatur 23°CRH = 50% atau

temperatur efektif 20,5°C.

- Ambang bawah untuk kondisi nyaman optimal adalah 24°C, RH = 80% atau temperatur

efektif 22,8°C yang juga merupakan ambang bawah untuk kondisi hangat.

- Ambang batas untuk kondisi hangat adalah pada 31°C,HR = 60% atau temperatur efektif

27,1°C.

3. Analisis terhadap aplikasi persamaan/formulasi

Untuk mengetahui tingkat perolehan panas didalam bangunan dilakukan analisis formulasi dari

SV Szokolay sebagai berikut:

Q =Qi + Qc + Qv............................................................................(1)

Qs = A x G x q

Qc = A x U x (t0 + t1)

Qv = (Qsv + Q1v) x kebutuhan pergantian udara/jam

Keterangan :

Q : Jumlah radiasi panas yang masuk ke dalam ruangan

Qi : Panas yang disebabkan karena orang dan peralatan yang tergantung dari aktifitas

yang dilakukan penghuni.

Qs : Radiasi panas yang masuk melalui kulit bangunan dan atap, nilainya tergantung

dari sudut datangnya sinar matahari langsung dan material yang digunakan.

Hamah Sagrim 57

Page 58: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Qc : Kondisi panas akibat perbedaan temperatur luar dan dalam, nilainya tergantung

dari materi yang digunakan dan perbedaan temperatur udara luar dan dalam yang

terjadi.

Qv : Panas yang ikut masuk kedalam ruang bersama aliran udara.

A : Luas lubang cahaya

G : Radiasi matahari

q : Solar gain kaca

U : Elemen transmisi (w/m²°C)

t0 : Temperatur udara dalam

t1 : Temperatur udara luar

Untuk mengetahui pembayangan yang terjadi akibat orientasi bangunan, digunakan solar

chart dengan formula:

d = X (tang a/cos b).......................................................................................(2)

keterangan :

X : Lebar atap Bangunan

a : Sudut ketinggian/altitude

b : Sudut Azimuth

d : Kedalaman bayangan

Untuk mengetahui jumlah pergantian udara di dalam bangunan dengan menghitung luas lubang

bukaan dan sistem ventilasi, digunakan formula Terry S Bouttet, 1987, yaitu:

Q = A x V x Cf x CV....................................................................................................(3)

Keterangan :

Q : Pengertian udara yang dibutuhkan (m²/sk)

A : Luas Lubang inlet (m/sekon)

Cf : Faktor koefisien (besarnya 60)

Cv : Evektifitas bukaan (besarnya 0,5 – 0,6 untuk angin yang tegak lurus lubang, atau

0,25 – 0,35 untuk angin dengan konstanta efektifitas bukan dari perbandingan

inlet dan outlet) sbb:

Hamah Sagrim 58

Page 59: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tabel : Perbandingan inlet dan outlet dan nilai konstanta efektifitas bukaan

Inlet : Outlet Konst. Ef. bukaan Inlet : outlet Konst. Ef. bukaan

1 : 1 1.00 1 : 5 1.4

1 : 2 1.27 2 : 1 0.63

1 : 3 1.35 4 : 1 0.25

1: 4 1.38 4 : 3 0.63

Sumber, S. Bouttet, 1987

Untuk mengetahui pengurangan panas didalam bangunan, dapat digunakan dari Terry S. Bouttet,

1987, yaitu:

Q = D x Cp Qa x (To-Ti).......................................................................................(4)

Keterangan :

Q : Laju pengurangan Panas (w)

D : Masa Jenis udara kg/m³ 90,0013 kg/m³

Cp : Panas Jenis Udara, konstanta (1004,65J/kg°k)

Qa : Jumlah aliran udara m²/detik

To : Temperatur udara luar (°C)

Ti : Temperatur udara dalam (°C)

Untuk memudahkan analisis, maka pembayangan tiap fasade bangunan disusun ringkas dengan

keterangan sebagai berikut:

SV : Sudut vertikal

SH : Sudut Horizontal

Az : Sudut Azimuth

TM : Tinggi Matahari/altitude

P : Pembayangan

Hamah Sagrim 59

Page 60: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian Daerah Permukiman

Penelitian daerah permukiman dengan menentukan dua titik pengukuran, yaitu; ruang luar,

dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang yang terlindung dari sinar

matahari langsung, namun masih berhubungan dengan ruang luar.

2. Hasil Perekaman dan Pemotretan

Pemotretan wajah bangunan, elemen-elemen bangunan seperti; dinding, tangga,

penyangga, tiang, lantai, kisi-kisi, atap, jaringan pergerakan, dan kondisi lingkungan.

Perekaman dilakukan untuk mendapatkan data tentang; Dimensi Ruang, dimensi

bukaan/kisi-kisi. Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna, bahan, dan

dimensi dari elemen-elemen tersebut. Disamping juga data klimatologi daerah setempat dan

lokasi yang dibuat dalam tabel pengamatan berupa koloum, jenis-jenis elemen bangunan,

bahan, ukuran, dan warna.

3. Hasil Wawancara (interview)

Dalam kesempatan wawancara (interview) ini, yang diwawancarai adalah Kepala suku,

Petuah, Kepala kampung, Tokoh Masyarakat, dengan menyajikan 3 topik

a. Sejarah perkembangan rumah tinggal halit-mbol chalit

b. Proses mendirikan bangunan ruamah halit-mbol chalit

c. Waktu dan persiapan tahapan kerja dalam mendirikan bangunan.

4. Hasil Pengukuran dan Analisis Kenyamanan Thermal

Dalam kesempatan Pengukuran dan Analisis Kenyamanan Thermal ini didapati beberapa

faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam ruang, yaitu:

a. Faktor Iklim (eksternal)

b. Faktor Ruang dalam (Interior)

c. Faktor Bahan

d. Faktor Warna

Hamah Sagrim 60

Page 61: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar : Orang Papua dengan Busana dan kelengkapan

tarian tradisional

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

B. PEMBAHASAN

B.1. Pembahasan Umum Tentang Suku Bangsa di Papua - Studi Etnografis

Papua terdiri dari kurang lebih 251

suku bagsa atau etnis (termasuk

didalamnya suku Maybrat, Imian, Sawiat)

yang memiliki keanekaragaman

kebudayaan, dimana setiap suku bangsa

mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas

tersebut dapat membedakan kebudayaan

satu kelompok etnis yang satu dengan

etnis yang lain. Untuk membedakan ciri

khas budaya pada setiap etnis yang ada,

maka perlu kita mengetahui dan

memahami apa yang dimaksud dengan

kebudayaan.

• Kebudayaan menurut seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor mengatakan

kebudayaan adalah suatu keseluruhan komleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,

seni, kesusasteraan, hukum,adapt istiadat serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang

dipeljari oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.

• Selanjutnya juga menurut Ralp Linton bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari

pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang di miliki dan

diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Pada umumnya semua kebudayaan dari setiap suku bangsa diatas muka bumi ini terdapat 7

(tujuh) unsur universal yaitu :

1. Bahasa

2. Sistim pengetahuan

3. Organisasi sosial dan kekerabatan

4. Sistim Teknologi

5. Sistim mata pencaharian hidup

Hamah Sagrim 61

Page 62: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

6. Sistim Religi

7. Kesenian.

A. Pengertian Etnografi Papua

Etnografi papua yaitu suatu studi deskriptif mengenai masyarakat-masyarakat sederhana.

Atau suatu gambaran tentang kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang hidup serta Etnografi

adalah ilmu yang melukiskan tentang suku-suku bagsa yang tersebar di muka bumi ini dan secara

khusus di Papua.

B. Tujuan

Tujuan daripada Judul ini adalah Agar supaya pembaca dapat mendeskripsikan, melukiskan atau

mengambarkan kondisi sosial budaya dan juga kondisi alam di Papua.

C. Kondisi Lingkungan Alam

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah.

2. Pulau Papua yang tampak berbentuk seekor burung raksasa yang mirip seekor dinosaurus

yaitu binatang dari kala mezoikum yang kini telah punah.

3. Sekitar 47 % bagian dari wilayah pulau ini yang berada di sebelah barat dan merupakan

bagian kepala, tengkuk, punggung,leher, dada dan perut dinosaurus tadi adalah wilayah

4. Papua dan 53 % sisanya adalah wilayah Negara tetangga kita, Papua new Guinea.

- Pulau Papua memiliki luas wilayah sebesar kurang lebih 416.800 Km2 yang batas

wilayahnya sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan lautan teduh dan laut Halmahera

b. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Negara tetangga Papua New Guinea

c. Sebelah selatan berbatasan dengan laut Arafura dan benua Australia

d. Sebelah Barat berbatasan dengan laut Seram, laut Banda atau propinsi Maluku.

e. Bagian utara pulau Papua terdapat banyak pulau yaitu antara lain ; pulau Yapen, Pulau

Numfor,Supiori, Padaido, dan pulau Roon yang berada di teluk Cenderawasih.Selain itu

dibagian utara kepala burung terdapat pulau Batanta, Salawati, Doom Wigeo, dan pulau

Hamah Sagrim 62

Page 63: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Misol. Sedangkan dibagian Selatan terdapat pulau-pulau, seperti; pulau Adi, pulau

Aiduma, Naurio, Yosudarso(Kimam) dan pulau Komoran.

f. Selain Pulau-pulau di Papua juga terdapat beberapa teluk dan sungai yang cukup besar

dan mempunyai potensi sumber daya alam (SDA). Teluk-teluk tersebut terdapat di bagian

utara, diantaranya ; Teluk Yosudarso,teluk Cenderawasih,reluk Wandamen, teluk

Berau/Bintuni, dan di bagian selatan terdapat diantaranya teluk Arguni, teluk Triton dll.

Sedangkan sungai-sungai yang terdapat di Papua antara lain; Sungai Membramo,sungai

grime,sungai Tami, dan sungai-sungai di pantai selatan pulau papua antara lain; sungai

Kais, sungai Kamundan, sungai Balim, sungai Digul dan lain-lainnya yang bermuara ke

laut Arafura.

g. Sedangkan daerah pegunungan di Papua antara lain; pegunungan

Tamrau,Arfak,Sudirman,Nasauw, Jayawijaya dengan puncak-puncaknya yang tertinggi

yaitu; Puncak Jaya (5.030 m), puncak Trikora( 4.750 m), puncak Yamin. Puncak Jaya

memiliki keajaiban sendiri di dunia karena walaupun terletak di daerah tropis namun,

puncak tersebut diselimuti salju abadi sepanjang tahun.

h. Pulau Papua berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropic. Suhu udara pada

ketinggian permukaan air laut hamper seragam bagi seluruh propinsi yaitu rata-rata 26

derajat Celsius. Variasi suhu terjadi karena ketinggian daerah yang berbeda-beda. Setiap

ketinggian 100 meter terjadi penurunan suhu sebanyak kurang lebih 0.6 derajat Celsius.

Karena itu tanah pegunungan yang mencapai ketinggian lebih dari 4,400 meter senantiasa

tertutup salju abadi. Kecuali oleh ketinggian suatu daerah, suhu juga ditentukan oleh

factor-faktor lain, seperti banyak angina naik menyebabkan penurunan suhu dan banyak

angina turun menyebabkan kenaikan suhu.

i. Curah hujan bagi sebagian besar pulau Papua cukup tinggi rata-rata 2,000-3000 milimeter

tiap tahun, dibeberapa tempat di pegunungan tengah curah hujan kadang-kadang melebihi

4000 milimeter setahun.

j. Adapun perbedaan antara musim-musim pada umumnya tidak terlalu besar kecuali di

daerah dataran rendah utara, tempat hujan selama bulan juli hingga September mencapai

200 milimeter tiap bulan. Pada umumnya tidak terdapat musim-musim yang terlampau

kering.

Hamah Sagrim 63

Page 64: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

- Ada 4 (empat) zone ekologis utama, yaitu :

1. Zone rawa, pantai dan sepanjang aliran sungai, meliputi daerah Asmat, Jagai, Awyu,

Yagai Citak, Marind Anim,Mimika/Kamoro dan Waropen

2. Zone dataran tinggi, meliputi orang Dani, Yali, Ngalum, Amungme, Nduga, Damal,Moni

dan orang Ekari/ Mee

3. Zone Kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliputi daerah Sentani, Nimboran,

Ayamaru dan orang Muyu

4. Zone dataran rendah dan pesisir, meliputi Sorong samapai Nabire, Biak dan Yapen.

D. Menelusuri Asal Usul Nama Papua.

a. Orang Belanda meyebut pulau Irian atau Papua sekarang yaiti Niew Guinea oleh seorang

pelaut Spanyol yakni Ynigo Ortez de Retes (1545) yang menyebut “Neuva Guinea” ( Guinea

Baru).

b. Sebutan lain juga adalah “Papua” yang mula-mula dipakai oleh pelaut Portugis Antonio d’

Arbreu yang mengunjungi pantai Papua pada tahun 1551. Nama itu sebelumnya dipakai oleh

Antonio Pigafetta pada waktu berada dilaut Maluku pada tahun 1521. kata Papua berasal dari

kata “ Pua-pua” yang berarti keriting.( Stirling, 1943;4, dalam Koentjaraningrat, 1993).

c. Dalam konferensi Malino 1964 nama “Iryan” diusulkan oleh F. Kaisepo, Kata itu berasal dari

bahasa Biak yang artinya “ Sinar matahari yang menghalau kabut dilaut, sehingga ada

harapan bagi para nelayan biak untuk mencapai tanah daratan Irian”. Pengertian lain dari kata

ini juga pada orang Biak, bahwa Irian itu berasal dari dua kata yaitu “iri” dan Ryan” Iri

berarti “dia” ( dia yang dimaksud disini adalah Tanah) dan Ryan berarti “panas”.

d. Jadi arti dari kata Irian ini adalah Tanah yang Panas. Lain juga masyarakat Marind-anim di

pantai selatan mengatakan kata Irian berarti Iri berarti Tanah dan An berarti air jadi Irian

artinya “tanah air”.

e. Akhirnya Presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata yang pertama dari

singkatan Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.(Koentjaraningrat, 1993).

E. Pemetaan Suku-Suku Bangsa Di Papua

1. Dalam uraian ini akan membahas kategori-kategori kebudayaan papua yang pernah

dibuat oleh ahli-ahli Antropologi dan Linguistik. Manurut SIL ( Sumer Institute of

Hamah Sagrim 64

Page 65: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

language) bahwa kebudayaan Papua, jika dikategori berdasarkan bahasa maka di Papua

terdapat 251 bahasa (Peter J.Zilzer & H.H Clouse, 1991).

2. Menurut Koentjaraningrat (1994) kebudayaan di Papua menunjukkan corak yang

beraneka ragam yang disebut sebagai kebhinekaan masyarakat tradisional Papua.

3. Menurut Tim peneliti Uncen (1991) telah diidentifikasi adanya 44 suku bangsa yang

masing-masing merupakan satuan masyarakat, kebudayaan dan bahasa yang berdiri

sendiri. Sebagian besar dari 44 suku bangsa itu terpecah lagi menjadi 177 suku.

4. Menurut Held (1951,1953) dan Van Bal (1954), cirri-ciri yang mencolok dari Papua

adalah keanekaragaman kebudayaannya, namun dibalik keanekaragamn tersebut terdapat

kesamaan cirri-ciri kebudayaan mereka.

F. Ciri dan Identitas Orang Papua

Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa orang

dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan

indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Bahan-

bahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang ciri-ciri fisik

masyarakat di Papua. Menurut H.J.T. Bijlmer (1923: 335-488; 1926:2390-2396, dalam

Koentjaraningrat, 1993).

1. Ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya,

demikian pula bentuk tengkorak penduduk pantai umumnya lonjong dan makin kearah

pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa

penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang

bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannyapun sama (Bijlmer, 1956, lihat

Koentjaraningrat, 1993).

2. Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai penduduk asli Papua lebih jelas terlihat melalui ciri-

ciri ras fenotip mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam hal ini tidak ada

keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi tidak semuanya

keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo, rambutnya banyak yang

berombak dan bahkan ada pula yang lurus (Moszkowski, 1911: 317-318), sedang ada pula

yang lurus dan kejur (Neuhauss, 1911:280,dalam Koentjaraningrat, 1993).

Hamah Sagrim 65

Page 66: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

G. Persebaran Orang Papua

Uraian yang menggambarkanbagaimana sebaran dan komposisi penduduk Papua secara

umum, dimana termasuk didalamnya penduduk dari luar yang berada di Papua berdasarkan

sebaran suku bangsa melalui sensus belum dapat dilakukan secara terperinci, sehingga jumlah

yang pasti tentang berapa banyaknya orang Papua (penduduk asli) tidak dapat disajikan secara

lengkap.

Namun untuk dapat mengetahui sebaran orang Papua berdasarkan suku bangsa, di Papua

khususnya orang asli dapatlah disajikan berdasarkan Kabupaten dan sebaran kelompok suku

bangsanya. Untuk itu data sementara yang masih perlu dilengkapi lagi melalui suatu kajian

lapangan (penelitian) antropologi, sehingga dapat dijabarkan secara lengkap sebaran suku

bangsa- suku bangsa berdasarkan daerah kebudayaannya.

NO KABUPATEN/ KEC. SUKU BANGSA SUB SUKU BANGSA

01 - Jayapura

-J - Jayapura Selatan

-Jayapura Utara

-Abepura

-Arso

-Depapre

-Bonggo

-Nimboran

-Kemtuk Gresi

Teluk Humboldt/Teluk Imbi

(Yos Sudarso)

Teluk Imbi

Teluk Imbi

Taiget/Kerom

Tanah Merah

Pantai Timur

Nimboran/Nambling

Kemtuk Gresi

Enjros, Tobati, Injerau, Metu, Debi

Meterau, Kayu Injau, Kayu Batu

Nafri, Skou (Jambe, Sai, Mabo)

Abrab, Manem, Merep, Awi(Beibwo)

Ormu, Tabla/Tepra, Munggei

Bonggo,, Yarsum, Betaf, Bgu

(Bgufinti, Kaptiau, Tarfia), pulau-

pulau (Wakde, Masi-masi, Jamna,

Podena, Anus, Jarsum)

Namblong, Kwanzu

Hamah Sagrim 66

Page 67: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

-Demta

-Kaureh

-Tor Atas

-Sarmi

-Senggi

Demta

Lereh

Tor

Sarmi

Senggi

Kemtuk, Gresi

Sifari (Tarfia, Sou, Ambora, Muris

Kecil, Muris Besar, Yauhapsa);

Yakari (Bukisi, Meukisi,

Kamtumilena, Soroyena, Demoi)

Kaure, Sause, Kasu, Takana

Foya, Mandes, Subar, Bonerif, Biyu,

Daranto, Segar, Bora-bora, Waf,

Berik, Kwersupen

Airoran, Samarokena, Kwerba,

Sabori, Sobei

Find, Warlef, Waina, Molof

-Waris

-Web

-Unurum

-Mamberamo Hilir

-Mamberamo Tengah

-Mamberamo Hulu

-Pantai Barat

-Sentani

Walsa

Ubrub

Unurum Guay

Bauzi

Bauzi

Dabra

Pantai Barat

Sentani

Walsa, Mii (Fermanggam)

Dra, Dubu, Emum, Nemnenda,

Jibela-Yafanda

Unurum, Guay

Warembori, Pauwe, Warewek

Bauzi, Nopuk

Nisa, Karama

Kwesten (Keder, Dabe, Mengke,

Takar); Mawes (Maweswares,

Hamah Sagrim 67

Page 68: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Mawesdai)

Sentani (Timur, Barat, Tengah),

Dosai, Maribu

Foya

uta

Foya

uta

02 - Yapen Selatan/ Barat/

Timur

- Waropen atas/ Bawah

Yapen

Waropen

Kurudu

Woriasi, Ambai, Serui laut, Busamui,

Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau,

Pupui, Tamakuri, Kerema, Sarobi,

Siromi, Baudi, Kai, Taru, Demisa, Serui,

Kurudu.

03 - Biak Numfor Biak - Numfor Biak Numfor

04 Paniai

- Nabire, Napan, Yaur,

- Aradide, Homeyo,

Kamu,Mapia,Paniai

Barat/Timur, Tigu,

Uwapa, Sugapa, Beoga

Ekari (Mee)

Timorini

Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar,

Dou, Eguay, Mogopia, Iyatuma,

Wodatuma, Makituma, Moi, Kiri-kiri,

Turu, Taori-key, Fayu

05 Manokwari

- Warmare, Anggi, Orans

bari, Ransiki, Merdey,

- Manokwari, Kebar,

Amberbaken

- Babo, Windesi, Bintuni,

Wasior

Arfak,

Amberbaken/Mansubaber,

Wandamen, Bintuni/Wamesan

Mantion, Hatam, Meyah, Sough,

Amberbaken, Saukorem, Karon Pantai,

Tanah Merah, Babo, Arandai,

Kemberano, Meninggo, Kaburi, Roon,

Mioswar, Rumberpon, Wandamen, Kuri

Hamah Sagrim 68

Page 69: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

06 Sorong

- Sausapor

- Beraur,Seget, Makbon,

Morait, Salawati,

- Waigeo Utara/selatan,

- Misol

Moi

Raja Ampat (Biak)

Raja Ampat

Arfak, Moi-Dial (seget), Moi-Klasen,

Moi-kalabra, Moi, Morait, As maya,

Amber, Kawe, Batol, Fiawat, Mocu,

Suruan, Sautrop, Biser, Matbat, Gebe,

Sopen

07 Sorong Selatan - Teminabuan

- Inanwatan

Tehit, Matbat, Gemna, Ogit, Syaifi,

Sawiat, Bira, Metemani, Kokoda,

Ogit/Yahadian

08 Maybrat

- Aifat, Aitinyo, Ayamaru,

Ayamaru Utara

- Meybrat/Ayamaru, Karon,

Yeden,

Ayamaru (ra Maru), Aifat (rae brat),

Aitinyo (ra te) Mare (Ra mare), Sawiat

(ra sawiat), Sufari (Tarfia, Sou,

Amboras, Muris). Karon Pantai,

Karondori, Marei, Madik, Meyah,

Hatam, Arfak

09 Fakfak

- Fakfak, Kokas

- Teluk Arguni

- Kaimana

- Teluk Etna

Fakfak

Arguni

Kaimana

Kaimana

Onon, Iha, Karas, Baham, Buruwai,

Kamberau, Irarutu, Mairasi, Semini,

Koiwai, Panuku, Guenora

10 Mimika

- Mimika

- Agimuga

Kamoro

Amungme

Kamoro

Amungme

Hamah Sagrim 69

Page 70: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

11 Merauke

- Agats, Sawaermas,

Pantai Kasuari, Citak

Mitak, Asgon

- Edera, Nambiaomen

Bapai

- Kimaam

- Merauke, Okaba, Muting

- Jair, Mandobo, Kouh

- Waroko, Mindiptanah

Asmat

Awyu/yagi, Kimaam, Marind-

Anim,

Mandobo/Mandup/Wambon,

Muyu

Kayagar, Kaugat, Sawi, Airo,

Sumaghage, Bapian, Pisa, Tamnin

. Awyu, Yagai, Yah’ray (Kakero,

Wadaghang).

Riantama, Koneraw, Kimaghama,

Ndom, Moembun.

Yab-anim, Bian-Anim, Jee-Marind,

Maklew-anim, Kanum-anim, Wambon,

Anyum, Kaitumdik, Genemtak,

Lagailuk, Mandup (okpari), Kamindip,

Kakaip, Janggom, Are, Kataut, Kapom

(Okpari), Kamindip, Kakaip, Jonggom,

Are, Kataut, Kapom, Okpari

12 Jayawijaya

- Wamena, Aslogaima,

Bokondini, Karubaga,

Kelila, Kurulu, Makki,

Tiom, Kurima,

- Kiwirok, Okbibab

- Oksibil

Dani/Lani

Mek

Ngalum

Dani Induk, DaniWodo, Dani Kimim,

Dani Wosi, DaniBele, Dani Aikhe, Dani

Jurag

Kosarek, Bime, Epomek, Nalcan,

Endoman, Tanime, Una (Langda,

Bomela, Sontamon), Ketengban kupla,

Morop, Kusumkim, Walapkubun,

Oktawat, Oksibil, Dabolding,

(Mabilabon), Yapimakot, Bulangkop.

Sumber : Walker Malcon dkk 1987. Region development planing for irian jaya Anthropology sector report

H. Bahasa Dan Sistem Pengetahuan

Kebinekaan sukubangsa tercermin dalam berbagai unsur budaya seperti bahasa, struktur

organisasi sosial, sistem kepemimpinan, agama, dan sistem mata pencaharian hidup

berdasarakan ekologi daerah tersebut. Masyarakat yang bersifat plural societies yang multi etnik,

Hamah Sagrim 70

Page 71: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

multi kultural, multi kedaerahan, dan multi keagamaan itu membawa implikasi beragam dan

spesifiknya institusi menyebabkan hubungan dan jaringan sosial kelompok-kelompok

masyarakat lebih banyak bersifat homophily dibanding heterophily. Penduduknya diklasifikasi

sesuai spesifikasi geografis, ekologi, kewilayahan, sosial, budaya, dan ekonomi.

Apakah bahasa itu ? Bahasa adalah suatu sistem bunyi, yang kalau digabungkan menurut

aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam

bahasa itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk saling berkomunikasi

satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain itu

adalah para bahasa (para language) yaitu suatu sistem bunyi yang menyertai bahasa, dan kinesika

(kinesics) yaitu sistem gerakan tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan (Haviland,

1988: 359). Kalau dilihat dari konsep tersebut di atas, maka orang Papua juga mempunyai suatu

sistem bunyi yang dapat menimbulkan arti berdasarakan kebudayaan mereka masing-masing.

Orang Papua secara umum dibagi kedalam dua kelompok besar menurut pembagian bahasa

yang digunakan. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa Austronesia dan bahasa Non

Austronesia. Adapun bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok Austronesia disebut dengan

nama bahasa-bahasa Papua. Dua bahasa ini merupakan bahasa induk yang kedalamnya

tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang lebih 250 buah bahasa (Silzer, 1986; Penelitian

Program Bahasa, Uncen, 2001) Bahasa sebagai wahana berkomunikasi antara warga, maka tiap

kelompok etnik mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri mereka dari kelompok

pengujar bahasa lain. Ini berarti dari segi kebahasaan terdapat kurang lebih 250 kelompok etnik

yang masing-masing merasa dirinya berbeda dari kelompok-kelompok lainnya.

I. Sistem Pengetahuan

Nilai budaya yang bermanifestasi dalam bentuk etika, norma, peraturan, hukum dan aturan-

aturan khusus yang menjadi pedoman bagi manusia itu berbeda dari satu masyarakat

kebudayaan dengan masyarakat kebudayaan lainnya. Apa yang dianggap bernilai tinggi oleh

masyarakat kebudayaan A belum tentu dianggap baik oleh masyarakat kebudayaan B. Apa yang

dianggap patut dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan C belum tentu dianggap penting untuk

dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan D. Demikian seterusnya.

Hamah Sagrim 71

Page 72: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

a. Kluckhohn dan Stodbeck (1961), secara universal bersumber dari konsepsi yang berbeda

teradap lima hal atau prinsip dasar. Kelima prinsip dasar itu adalah:

- Konsepsi terhadap hakekat hidup (MH). Semua kebudayaan di dunia ini, niscaya memiliki

konsep tentang apa yang disebut hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuannya dan bagaimana

menjalankannya. Biasanya agama-agama memberikan tuntunan terhadap seseorang sehingga

terbentuk persepsinya terhadap hakekat hidup itu. Terhadap hakekat hidup terdapat

bermacam-macam tanggapan, ada yang memandang dan menanggapi hidup itu sebagai

kesengsaraan yang harus diterima sebagai ketentuan yang tak dapat dihindari: sebagai hidup

untuk menebus suatu dosa; sebagai kesempatan untuk menggembirakan diri; menerima

sebagaimana adanya; dan berbagai tanggapan lainnya.

- Konsepsi terhadap karya manusia (MK). Tanggapan tentang arti karya terdapat banyak

variasi yang ditampilkan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau

bekerja itu sebagai sesuatu yang memberikan suatu kedudukan yang terhormat dalam

masyarakat atau mempunyai arti bagi kehidupan; bekerja itu adalah pernyataan tentang

kehidupan; bekerja adalah intensifikasi dari kehidupan untuk menghasilkan lebih banyak

kerja lagi; dan berbagai macam konsepsi lainnya yang menunjukkan bagaimana manusia

hidup dalam kebudayaan tertentu memandang dan menghargai karya itu.

- Konsepsi terhadap alam (MA). Bagaimana manusia harus menghadapi alam, juga terdapat

persepsi yang berbeda-beda menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada yang memandang alam ini

sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi manusia

dengan mengolahnya; ada yang memandang alam ini sebagai suatu yang harus dipelihara

keseimbangannya sehingga harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang memandang alam

ini sebagai sesuatu yang sakral dan maha dahsyat sehingga manusia itu pada hakekatnya

hanya bisa bersifat menyerah saja dan orang harus menerima sebagaimana adanya tanpa

berbuat banyak untuk mengolah alam; dan berbagai tanggapan lainnya.

- Tanggapan terhadap waktu (MW). Ada berbagai tanggapan tentang soal waktu menurut

masing-masing kebudayaan. Ada tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya adalah masa lalu

yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam hidupnya; ada yang beranggapan bahwa

orientasi ke masa depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini. Dalam kebudayaan serupa

itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat penting. Sebaliknya ada pula

kebudayaan-kebudayaan yang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit,

Hamah Sagrim 72

Page 73: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mereka memandang waktu sekarang adalah waktu yang terpenting. Warga dari kebudayaan

serupa itu tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang lampau maupun

masa akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini.

- Tanggapan terhadap sesama manusia (MM). Ada kebudayaan-kebudayaan yang

menanamkan pada warga masyarakatnya pandangan-pandangan terhadap sesama manusia

bahwa hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya adalah amat penting. Dalam

pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam kebudayaan serupa itu akan berpedoman

kepada tokoh-tokoh pemimpin dan orang-orang senior, sehingga orang atasan selalu

dijadikan panutan bagi warganya. Ada yang menanamkan pandangan bahwa hubungan

horizontal antara manusia dengan sesamanya sebagai yang terbaik. Orang dalam suatu

kebudayaan serupa itu akan merasa amat tergantung kepada sesamanya, dan usaha untuk

memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesama kaum kerabat dianggap amat

penting dalam hidup. Sebaliknya ada kebudayaan yang berorientasi bahwa menggantungkan

diri pada orang lain adalah bukan hal yang baik. Dalam kebudayaan serupa itu

individualisme amat dipentingkan dan sangat menghargai orang yang mencapai banyak

tujuan dalam hidupnya dengan hanya sedikit bantuan dari orang lain.

Koentjaraningrat mencatat bahwa nilai budaya yang dianggap penting karena merupakan

asset baudaya yang dapat dipakai untuk menunjang pembangunan adalah: (1) nilai budaya yang

berorientasi ke masa depan; (2) nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan

alam; (3) nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia; (4) nilai budaya tentang

pandangan terhadap sesama manusia (Koentjaraningrat, 1974:38-42).

J. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Kepemimpinan Tradisional Papua

1. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Pulau Papua yang luasnya kurang lebih 3,5 kali pulau Jawa secara ekologis itu terdiri atas

empat zona yang masing-masing menunjukkan diversifikasi terhadap system mata

pencaharian mereka berdasarkan kebudayaan dan sebaran suku bangsa-suku bangsanya.

Menurut Malcoln dan Mansoben(1987; 1990), kelompok etnik yang beraneka ragam di

Papua tersebar pada empat zona ekologi yaitu: (1) Zona Ekologi Rawa atau Swampy Areas,

Daerah Pantai dan Muara Sungai atau Coastal & Riverine, (2) Zona Ekologi Daerah Pantai

Hamah Sagrim 73

Page 74: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

atau Coastal Lowland Areas, (3) Zona Ekologi Kaki-Kaki Gunung serta Lembah-Lembah

Kecil atau Foothills and Small Valleys, dan (4) Zona Ekologi Pegunungan Tinggi atau

Highlands. Orang-orang Papua yang hidup pada mitakat atau zona ekologi yang berbeda-

beda ini mewujudkan pola-pola kehidupan yang bervariasi sampai kepada berbeda satu sama

lainnya.

Penduduk yang hidup di wilayah zona ekologi rawa, daerah pantai dan muara sungai

sebagaimana terdapat di:

1. Jayapura ( teluk Humboldt: Skou, Yotefa, Imbi; Tanah Merah: Ormu, Tabla, Demta;

Pantai Utara: Bonggo, Podena, Yarsum, Betaf; Tor: Mander, Berik, Kwersupen;

Sarmi:Kwerba, Isirawa, Sobei, Samarokena, Masep; Mamberamo:Warembori, Pauwe,

Warewek, Bauzi, Nopuk; Sentani: Sentani, Dosai, Maribu), Kelompok suku bangsa-suku

bangsa ini semuanya mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu dan

sebagai pendamping kebun kecil, menangkap ikan (sungai dan laut).

2. Yapen Waropen (Mamberamo Barat: Karema, Nita; Waropen: Sauri, Waropen, Kofei,

Tefaro, Siromi, Baropasi, Bonefa; kelompok suku bangsa ini semua mempunyai mata

pencaharian sebagai peramu sagu, kebun kecil, menangkap ikan di sungai dan laut.

Krudu: Krudu; Yapen: Woriasi, Ambai, Serui Laut, Yawe, Busami, Ansus, Pom, Woi,

Munggui, Marau, Pupui; kelompok suku bangsa-suku bangsa ini mempunyai mata

pencaharian utama sebagai peramu sagu, ditambah dengan kebun kecil, menangkap ikan

di sungai dan laut sebagai pendamping.

3. Biak Numfor; dengan mata pencaharian sebagai peramu sagu, ladang berpindah dan

menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.

4. Paniai; Nabire: Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar, kelompok ini bermata pencaharian

utama ladang berpindah dengan pendamping meramu sagu, menangkap ikan di sungai

dan laut.

5. Manokwari; Wandamen: Roon, Mioswar, Rumberpon, Wandamen; Arfak: Mantion,

Hatam, Borai; Amberbaken, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang berpindah-

pindah, dan pendamping menangkap ikan di sungai dan laut. Sedangkan Bintuni: Tanah

Hamah Sagrim 74

Page 75: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Merah, Babo, Arandai, Kemberano, Meninggo, Kaburi, kelompok ini bermata

pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah, menangkap ikan di laut dan sungai

sebagai pendamping.

6. Sorong: Karon bermata pencaharian utama ladang berpindah, menangkap ikan di sungai

dan laut sebagai pendamping; Moi: bermata pencaharian utama ladang berpindah-

pindah, meramu sagu dan menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Raja Ampat:

Kawe, bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut dan sungai

serta kebun kecil sebagai pendamping. Sedangkan orang Maya, Beser/Biak, Matbat

bermata pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah-pindah serta menangkap

ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Seget; Teminabuan: Kalabra, Tehit, Kon,

Yahadian, Kais; Inanwatan: Suabau, Puragi, Kokoda, kelompok ini bermata pencaharian

utama meramu sagu, kebun kecil serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai

pendamping.

7. Fakfak: Onin, Iha, Karas, Baham, Buruwai; Kaimana: Mairasi, Semini, Koiwai bermata

pencaharian utama ladang berpindah-pindah, meramu sagu, menangkap ikan di sungai

dan laut sebagai pendamping; Arguni: Kamberau, Irarutu, Mairasi bermata pencaharian

utama meramu sagu, berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai

pendamping. Mimika: Kamoro bermata pencaharian utama, meramu sagu, berkebun

kecil, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.

8. Merauke; Asmat, Awyu, Yagai Citak bermata pencaharian utama meramu sagu dan

berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Kimaam:

Riantana, Kimaghama, Koneraw; Marind-anim: Yab-anim, Maklew-anim, Kanum-anim,

Bian-anim bermata pencaharian utama meramu sagu dan kebun kecil, serta menangkap

ikan di sungai dan laut sebagai pendamping.

9. Adapun wilayah yang masuk dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil di (1)

Jayapura, Nimboran: Genyem, Nimboran, Kemtuk Gresi; Arso; Waris,; Foya dan Uta

bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai

dan berburu sebagai pendamping. (2) Paniai dengan suku bangsa Timorini: Dou, Kiri-

kiri, Turu, Taori-Kei Fayu bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta

menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (3) Manokwari dengan suku

bangsanya Arfak: Hatam, Meyah, Mantion/Sough; Amberbaken bermata pencaharian

Hamah Sagrim 75

Page 76: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu serta

beternak babi sebagai pendamping. (4) Sorong dengan suku bangsa Karon, Madik,

Maibrat, Moraid bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta ternak babi,

menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (5) Fakfak dengan suku

bangsa Fakfak: Baham, Irarutu, Amungme, bermata pencaharian utama berladang

berpindah, beternak babi dan menangkap ikan di sungai serta berburu sebagai

pendamping. (6) Merauke dengan suku bangsa Muyu, Mandobo bermata pencaharian

utama berladang berpindah, beternak babi dan berburu serta menangkap ikan di sungai

sebagai pendamping. Adapun wilayah yang penduduknya berada pada zona daerah

pantai umumnya bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut

serta berkebun kecil dan berburu sebagai pendamping. Disamping itu pula ada upaya lain

berupa berdagang.

2. Sistem Politik Tradisional

Dalam setiap komunitas selalu dijumpai dengan berbagai proses “politik”, di mana ada

orang yang memimpin, menyusun organisasi, memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Dalam

masyarakat sebagai suatu sistem kita melihat adanya berbagai permasalahan tertentu yang harus

dipecahkan melalui organisasi politik formal tertentu, misalnya memelihara ketertiban intern,

mengalokasikan kekuasaan dalam membuat keputusan tentang kegiatan kelompok. Jadi dapatlah

dikatakan bahwa organisasi politik suatu masyarakat adalah peraturan-peraturan dan tugas-tugas

apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, tanpa memperhatikan

apakah ada organisasi pemerintahan yang formal atau tidak (Keesing, 1992:38-39).

Orang Papua mengenal sistem yang mengatur hubungan atau relasi antar warga dalam

berbagai aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing. Orang

Papua mengenal sistem politik atau sistem kepemimpinan politik tradisional,

Menurut Sahlins(1963) dan Mansoben(1995) terdapat empat sistem atau tipe politik di Papua

yaitu:

1. Sistem Big man atau pria wibawa: diperoleh melalui pencapaian. Sumber kekuasaan

terletak pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian berdiplomasi/pidato,

Hamah Sagrim 76

Page 77: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati (Sahlins, 1963;

Koentjaraningrat, 1970; Mansoben, 1995). Pelaksanaan kekuasaan biasanya dijalankan oleh

satu orang. Adapun etnik yang menganut sistem ini adalah orang Dani, Asmat, Mee,

Meibrat, Muyu. (Mansoben, 1995).

2. Sistem Politik Kerajaan: sistem ini adalah pewarisan berdasarkan senioritas kelahiran dan

klen. Weber (1972:126) mengatakan sebagai birokrasi patrimonial atau birokrasi tradisional

. Birokrasi tradisional terdapat pada cara merekrut orang untuk duduk dalam birokrasi.

Biasanya mereka yang direkrut mempunyai hubungan tertentu dengan penguasa, misalnya

hubungan keluarga atau hubungan pertemanan. Di sini terdapat pembagian kewenangan

tugas yang jelas, pusat orientasi adalah perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat,

Semenanjung Onin, Teluk MacCluer (teluk Beraur) dan Kaimana. (Mansoben, 1995: 48).

3. Sistem Politik Ondoafi: sistem ini merupakan pewarisan kedudukan dan birokrasi tradisional.

Wilayah/teritorial kekuasaan seseorang pemimpin hanya terbatas pada satu kampung dan

kesatuan sosialnya terdiri dari golongan atau sub golongan etnik saja dan pusat orientasi

adalah religi. Terdapat di bagian timur Papua; Nimboran, Teluk Humboldt, Tabla, Yaona,

Skou, Arso, Waris (Mansoben, 1995: 201-220).

4. Sistem Kepemimpinan Campuran. Menurut Mansoben (1985) terdapat juga sistem lain yang

menampakkan ciri pencapaian dan pewarisan yang disebut sistem campuran. Sedangkan

menurut Sahlins, sistem kepemimpinan yang berciri pewarisan (chief) dibedakan atas dua

tipe yaitu sistem kerajaan dan sistem ondoafi. Perbedaan pokok kedua sistem politik tersebut

terletak pada unsur luas jangkauan kekuasaan dan orientasi politiknya. Sistem

Kepemimpinan Campuran, kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan dan

pencapaian atau berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi dan keturunan). Tipe ini

terdapat pada penduduk teluk Cenderawasih, Biak, Wandamen, Waropen, Yawa, dan Maya

(Mansoben, 1995:263-307).

3. Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan di Papua

Bila berbicara tentang “struktur sosial” atau “organisasi sosial” suatu masyarakat ini berarti

bahwa kita menganggap suatu sistem sosial terdiri dari berbagai kelompok, memandang

hubungan sosial berdasarkan posisi dan peranan yang saling berkaitan.

Hamah Sagrim 77

Page 78: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Untuk memudahkan pemahaman struktur sosial, kita harus mulai dengan hubungan sosial,

yaitu cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka katakan dan lakukan dalam hubungan

mereka satu sama lain. Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang hubungan mereka, konsepsi

masing-masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan strategi serta pengharapan yang

menuntun perilaku mereka. Baik pola perilaku maupun sistem konseptual mempunyai struktur,

dalam arti tidak kacau balau atau sembarangan, tetapi kedua hal tersebut merupakan struktur

yang berbeda jenis (Keesing, 1989:208-209).

Pouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya, menunjukkan bahwa dalam

pengelompokan orang Papua paling sedikit dapat dibagi kedalam empat golongan berdasarkan

sistem kekerabatan:

a. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois. Sistem ini mengklasifikasikan anggota kerabat

saudara sepupu paralel dengan istilah yang sama dengan saudara kandung. Juga untuk

menyebut istilah yang sama untuk ayah maupun sesama saudara laki ayah dan saudara laki

ibu. Adapun kelompok etnik papua yang tergolong dalam tipe ini adalah: orang Biak, Iha,

Waropen, Senggi, Marind-anim, Teluk Humboldt, dan orang Mee.

b. Kelompok kekerabatan menurut tipe Hawaian. Sistem pengelompokkan yang menggunakan

istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung dan semua saudara-saudara

sepupu silang dan paralel. Adapun kelompok etnik yang tergolong tipe ini adalah: orang

Hatam-Manikion, Mairsai, Mimika, Asmat, dan Pantai Timur Sarmi.

c. Kelompok kekerabatan menurut tipe Omaha. Sistem ini mengklasifikasikan saudara-

saudara sepupu silang matrilateral dan patrilateral dengan istilah yang berbeda dan untuk

saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat generasi dan bersifat tidak simetris. Sebutan

untuk anak laki-laki saudara laki ibu (MBS) adalah sama dengan saudara laki-laki ibu (MB).

Istilah untuk anak laki-laki saudara perempuan ayah (FZS) adalah sama untuk anak laki-laki

saudara perempuan (ZS). Adapun etnik yang tergolong dalam kelompok ini adalah orang

Awyu, Dani, Meibrat, Mek dipegunungan Bintang, dan Muyu.

d. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe campuran.

Kelompok yang tergolong dalam tipe ini adalah orang Bintuni, Tor, dan Pantai Barat Sarmi.

Kecuali penggolongan berdasarkan istilah kekerabatan, orang Papua juga dibedakan

berdasarkan prisip pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan keturunan yaitu: (a) melalui garis

Hamah Sagrim 78

Page 79: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

keturunan ayah atau patrilineal, dan terdapat pada orang Meibrat, Mee, Dani, Biak,

Waropen, Wandamen, Sentani, Marind-anim dan Nimboran). (b) melalui prinsip bilateral

yaitu melalui garis keturunan ayah dan ibu, terdapat pada orang dipedalaman Sarmi. (c)

masyarakat berdasarkan struktur ambilateral atau ambilineal, dimana kadang-kadang diatur

menurut garis keturunan pihak ibu atau ayah. Terdapat pada orang Yagai, Manikion, Mimika

(De Brijn, 1959:11 of van der Leeden, 1954, Pouwer, 1966). Orang Papua juga mengenal

pembagian masyarakat kedalam phratry atau moiety yang terbagi atas dua paroh masyarakat.

Terdapat pada orang Asmat (aipmu-aipem), Dani (Waita-Waya), Waropen (buriworai-

buriferai) dalam (Mansoben, 1974, 1995; Held, 1947; Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider,

1979-1980).

e. Sistem Kekerabatan

Diagram Kekerabatan Tanda-Tanda yang digunakan untuk diagram kekerabatan:

Untuk Laki-laki

Untuk Perempuan

Untuk Individu yang jenis kelaminnya tidak ditentukan

/ Untuk Perkawinan

Untuk Perceraian

Untuk Meninggal

Untuk keturunan

Untuk Saudara Kembar

Hamah Sagrim 79

Page 80: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Untuk Garis Bersilangan

Untuk Garis Bersilangan

Untuk perkawinan diluar nikah

Contoh Menggunakan Tanda-tanda Dalam Diagram Kekerabatan :

Contoh 1

Dalam diagram 1, laki-laki A mengawini perempuan B yang tidak ada hubungan

kekerabatan denganya, sebagai istri ke2 ia mengawini perempuan C, yaitu janda saudara laki-laki

ibunya, sebagai istri ke3 ia kawin dengan perempuan D, yaitu anak saudara laki-laki isteri

pertamanya. Keturunan dari ketiga perkawinan ini yaitu saudara kandung tiri diletakkan pada

level yang sama. Hubungan saudara kandung dapat ditelusuri dengan mengikuti garis-garis

keturunan vertikal ke pasangan perkawinan dari orang tua mereka.

Akronim Kekerabatan

Dalam bahasa Inggris : Dalam bahasa Indonesia :

E = Ego E Ego

F = Father Ay Ayah

M = Mother Ib Ibu

Z = Zister Sdr.Pr. Saudara Perempuan

B = Brother Sdr.Lk. Saudara Laki-laki

Hamah Sagrim 80

Page 81: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

S = Son An.Lk Anak Laki-laki

D = Daughter An.Pr. Anak Perempuan

H = Husband Su. Suami

W = Wife Is. Isteri

P = Parent Or.Tu. Orang Tua

SI = Sibling Sdr.Kn. Saudara Kandung

C = Child An. Anak

Sp = Spouse Ps.Su.Is Pasangan Suami Isteri

La = In Laws Sn.Sdr.Is atau Su Sanak Saudara Isteri atau Suami

sF = step Father Ay.Tr Ayah Tiri

sM = step Mother Ib.Tr Ibu Tiri

eB = elder Brother Kk.Lk. Kakak Laki-laki

eZ = elder Sister Kk.Pr. Kakak Perampuan

yB = younger Brother Ad.Lk Adik Laki-laki

yZ = younger Sister Ad.Pr. Adik Perempuan

CC = Cross Cousin Sdr.Spp.Sil Saudara Sepupu Silang

PC = Parallel Cousin Sdr.Spp.Sej Saudara Sepupu Sejajar

Ne = Nephew Ke.Lk Kemenakan Laki-laki

Ni = Niece Ke.Pr Kemenakan Perempuan

Hamah Sagrim 81

Page 82: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

GP = Grand Parent Kek.Nek Kakek Nenek

GF = Grand Father Kek Kakek

GM = Grand Mother Nek Nenek

GS = Grand Son Cu.Lk. Cucu Laki-laki

GD = Grand Daughter Cu.Pr. Cucu Perempuan

PPC = Patrilateral Sdr.Spp.Sej.Ay Saudara Sepupu Parallel Cousin Sejajar dari

. pihak Ayah

PCC = Patrilateral Cross Sdr.Spp.Sej.Ib. Saudara Sepupu Cousin sejajar dari Pihak

Ibu

MPC = Matrilateral Sdr.Spp.Sil.Ay Saudara Sepupu Parallel Cousin Silang dari

. Pihak Ayah

MCC = Matrilateral Sdr.Spp.Sil.Ib Saudara Sepupu Cross Cousin Silang dari

. Pihak ibu

U = Unknown;individu T .D. Individu Tidak Diketahui Namanya

. yang tidak diketahui

Contoh Penggunaan Akronim Kekerabatan Dalam Diagram.

1. Keluarga inti. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan yang terkecil yang terdiri dari

orang tua (suami istri) dan anak-anak mereka yang belum kawin. Keluarga inti ada dua

macam, yaitu keluarga inti prokreasi dan orientasi. Dalam keluarga prokreasi, ego sebagai

orang tua yang menghasilkan anak, sedangkan dalam keluarga orientasi, Ego sebagai anak

yang beroreintasi kepada orang tua.

2. Keluarga Luas. Keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari lebih dari satu

keluarga inti, yang merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat biasanya hidup disuatu

tempat.

Hamah Sagrim 82

Page 83: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

3. Ada tiga macam keluarga luas, yaitu : Keluarga luas utrolokal terdiri dari keluarga inti

senior dan keluarga inti dari anak laki-laki dan anak perempuan, Keluarga luas virilokal,

terdiri dari keluarga senior dan keluarga inti dari anak-anak, Keluarga uxorilokal , terdiri

dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak perempuan.

Pedoman untuk pembuatan diagram kekerabatan.

Diagram kekerabatan dibuat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Generasi.

– Individu-individu yang segenerasi harus dicantumkan sejajar.

– Generasi ego adalah generasi nol, ditulis denganakronim G 0.

– Generasi F dan M adalah generasi plus 1, ditulis dengan akronim G+1.

– Generasi FF dan MM adalah generasi plus 2, ditulis dengan akronim G+2 dan seterusnya.

– Generasi S dan D adalah generasi minus 1, ditulis dengan akronim G-1.

– Generasi SS dan DD adalah generasi minus 2, ditulis dengan akronim G-2 dan

seterusnya.

2. Penomoran.

• Setiap individu dalam diagram harus di nomori. Penomoran dimaksudkan untuk

membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya. Penomoran dimulai dari

generasi tertua dan diakhiri pada generasi termuda. Dengan demikian penomoran dimulai

pada genrasi tertua pada individu yang terletak paling kiri dan diakhiri pada generasi termuda

yang terletak paling kanan.

3. Kerabat ayah dan kerabat ibu.

• Semua kerabat ayah diletakkan disebelah kiri ayah. Semua kerabat ibu diletakkan disebelah

kanan ibu. Dalam diagram ayah diletakkan disebelah kiri Ego dan ibu diletakkan disebelah

kanan ego.

4. Umur

Hamah Sagrim 83

Page 84: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Individu-individu yang bersaudara di deretkan dari individu tertua ke individu termuda.

Individu yang lebih tua diletakkan disebelah kiri dari individu yang lebih muda.

5. Ego

Huruf kapital E dicantumkan untuk menandai individu Ego Individu-individu dalam diagram

FZ-27 :

6. G+2 G+1 G 0 G-1 G-2

7. 1. FF 3. FZ 7. FZS 12. FZSS 20. FZSSS

8. 2. FM 4. FZH 8. FZSW 13. FZSSW 21. FZSSD

• 5. F 9. FZD 14. FZSD 22. FZSDS

• 6. M 10 .FZDH 15. FZSDH 23. FZSDD

• 11. E 16. FZDS 24. FZDSS

• 17. FZDSW 25. FZDSD

• 18. FZDD 26. FZDDS

• 19. FZDDH 27. FZDDD

f. Sistem Religi Dan kesenian

1. Sistem Religi

Kita harus memperhatikan sistem kepercayaan dari sudut pandang, mengapa manusia

mendiami alam semesta dengan keberadaan dan kekuatan yang terlihat, mendongeng tentang

kejadian-kejadian dahulu kala dan kejadian-kejadian menakjubkan, menciptakan ritus yang rinci

dan harus benar, agar kehidupan manusia itu berhasil baik.

Taylor, satu abad yang lalu telah mendefenisikan agama sebagai satu kepercayaan dalam

bentuk spiritual. Sejumlah ahli antropologi sosial moderen sudah kembali ke suatu perluasan

defenisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau

kekuatannya. Ahli lainnya mengakui Durkheim, telah berusaha menemukan beberapa nilai

khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi.

Hamah Sagrim 84

Page 85: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Agama sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara manusia

berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa terjadi kelompok-kelompok dewa-dewi,

satu dewa atau sama sekali tidak ada, roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan.

Kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlihat dan jauh.

Kelompok ini bersifat hukum atau bersifat positif. Berhubungan dengan ini maka manusia dapat

merasa kagum/hormat atau dapat merasa takut; tetapi juga mereka dapat membangkitkan

kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan juga dapat mengatur

moral manusia melakukan atau melanggar moral, jadi agama memberikan keterangan;

memberikan pengesahan; menambah kemampuan manusia untuk mengahadapi kelemahan

kehidupannya-kematian, penyakit kelaparan, banjir, dan kegagalan. (Keesing,1992:92-94)

Bagaimana sistem kepercayaan dan agama pada suku bangsa Papua? Sebelum agama-agama

besar Kristen, Islam masuk di Papua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan tradisi.

Masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan tradisi yang percaya akan adanya satu

dewa atau tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa. Misalnya pada orang Biak Numfor, dewa

tertingginya “Manseren Nanggi”; orang Moi menyebut “Fun Nah”; orang Seget menyebut

“Naninggi”; orang Wandamen menyebut “Syen Allah”. Orang Marind-anim menyebut “Dema”;

orang Asmat menyebut “Mbiwiripitsy” dan orang Mee menyebutnya “Ugatame”. Semua dewa

atau Tuhan diakui dan dihormati karena dianggap dewa pencipta yang mempunyai kekuasaan

mutlak atas nasib kehidupan manusia, mahluk yang tidak nampak, juga dalam unsur alam

tertentu (angin, hujan, petir, pohon besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu).

2. Kesenian

Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap suku bangsa yang

mendiami muka bumi ini memiliki unsur tersebut, namun unsur kesenian bagi setiap suku bangsa

tidak ( satu suku berbeda dengan lainnya). Haviland mengemukakan Seni adalah penggunaan

kreatif imajinasi manusia manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan.

Dalam beberapa kebudayaan suku bangsa Seni di gunakan untuk keperluan yang dianggap

penting dan praktis.

Hamah Sagrim 85

Page 86: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa sub, yaitu antara lain : seni rupa (seni lukis, seni

pahat, seni bangunan (artistektur), seni suara/seni musik, seni tari, seni sastra dan

darmatik. Semuanya ini selalu menonjolkan sifat dan ciri khas kebudayaan suatu etnik /suku

bangsa atau suatu negara.

Kesenian di Papua dapat itu dibedakan berdasarkan fungsi dan coraknya. Yang dimaksud

adala dipendensi (ketergantungan) dari fakta bahwa perwatakan atau karakter menampakkan

sebuah lingkungan (Guepin, 1973)

Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai media komunikasi dan media ekspresi

kehidupan yang dihayati dengan kolektif (sosialisasi) seperti nampak diwujudkan dalam upacara-

upacara magis, pemujaan, penciptaan, bahkan nampak pada kehidupan keseharian seperti makan,

minum, tidur, bernapas, bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam melahirkan produk estetis

melalui media dan dimensi sperti menggubah lagu, merancang tari, melukis, mengukir, membuat

serta memainkan alat musik, dan tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah intherentitas

(seniman) dalam kerja serta produk material yang dihasilkan melainkan kompleksitas

kesepakatan (konvensi) itulah.

Hamah Sagrim 86

Page 87: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

B.2. Tinjauan Historis

Dari asal – usulnya? Para tetuah suku Maybrat, Imian, Sawiat, turun temurun mempunyai

ceritera tentang rumah tradisional halit-mblo chalit. Riwayat menceriterakan bahwa arsitektur

halit-mbol halit, pertama kali dibangun oleh dua orang moyang pada beberapa abad tahun silam

yang tidak diketahui. Kedua orang tersebut adalah too dan sur. Too dikenal dengan sebutan

untuk tali dan sur dikenal dengan sebutan untuk kayu. Dari ceriteranya halit-bol chalit dibangun

dengan mengikuti cara burung membuat sarangnya (chlen-ru habe) yaitu ketika itu ‘sur’ duduk

mengamati burung tersebut dengan cekatan membawa dahan – dahan kayu untuk membuat

sarangnya diatas pohon yang rindang, lalu muncullah sebuah frasa bahwa ‘masa, burung saja

bisa membuat rumah untuk dia lalu kenapa saya tidak’? pertanyaan ini muncul karena kehidupan

awalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mereka menggunakan gua-gua sebagai tempat tinggal

utama. Ketika lama memperhatikan burung tersebut maka ia (sur) bertekad ingin membuat

rumah, lalu ia mulai menebang kayu untuk digunakan dalam membuat rumah, setelah menebang

kayu ia mencoba untuk membuatnya setelah ia (sur) meletakannya pada pohon yang digunakan

sebagai koloum dengan pemikiran bahwa akan kuat sehingga ia melepaskannya untuk

mengangkat sebelahnya lagi namun ketika dilepas ternyata jatuh, tetapi ia mencobanya berulang

kali sampai-sampai ia (sur) berusaha untuk memanjat pohon dengan tujuan untuk melihat secara

dekat dengan teliti bagaimana cara burung meletakan ranting kayu hingga menjadi kuat. Ketika

ia (sur) memanjati pohon itu dan mencobanya berulang kali namun hasilnya tidak sempurna

maka datanglah saudaranya yang bernama “too” dan memberi masukan bahwa anda tidak bisa

meletakkannya dengan begitu saja melainkan harus menggunakan tali yang saya bawa agar bisa

kuat, namun usulannya tidak diterima atau di abaikan oleh sur dengan keyakinan bahwa ia bisa

membangunnya tanpa tali (pengikat). Namun dengan segala macam cara yang digunakannya tak

ada satupun yang berhasil lalu ia memutuskan untuk menerima usulan saudaranya tadi, dan

Hamah Sagrim 87

Page 88: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ketika ia menggunakan talinya sebagai pengikat ternyata berhasil, lalu ia mengajak saudaranya

(too) bahwa saudara mari kita berdua harus buat suatu rumah bagi kita seperti burung itu, sur

menawarkan kepada too sambil menunjukkan sarang burung yang berada diatas dahan pohon,

dan too pun menerimanya lalu mereka berdua mulai membuat rumah bagi mereka untuk pertama

kalinya. Disinilah sejarah asal usul rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun.

Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tempat sebenarnya dimana pertamakali

kejadian itu (pertamakali membuat rumah), namun secara menyeluruh diungkapkan adalah

diantara wilayah Maybrat atau Imian atau Sawiat, namun disini kita bisa menebak wilayahnya

adalah diwilayah Maybrat, alasannya karena nama kedua orang pencetus atau pembuat rumah ini

menggunakan bahasa maybrat sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadiannya terjadi di wilayah

Maybrat. Menurut ungkapan para tetua bahwa rumah tradisional orang Maybrat Imian Sawiat

sudah ada berabad tahun yang lalu. Sebagaimana ceritera tentang rumah halit-mbol chalit bahwa

rumah tersebut yang biasa dibangun dengan bahan kayu dan rota dan telah dibangun pada

beberapa abad yang lalu sebelum masukknya injil Kristiani di Mansinam untuk mempersatukan

orang-orang yang hidupnya menyendiri dan bermusuhan. Sekitar beberapa abad sebelum

masuknya injil Kristiani di Mansinam, suku Maybrat Imian Sawiat belum mengenal adanya

suku, atau kampung namun dikenal dengan Margais-klen-keret yang masing-masing mendiami

wilayah atau tanah adatnya sendiri-sendiri. Kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada

waktu itu adalah kehidupan pribadi yang tak kenal kompromi, mereka hidup didasari ego, alam

pikiran mereka yang cenderung untuk berpikir bagaimana memiliki kekuasaan atas klen atau

keret lain di suatu wilayah, dengan berperang untuk memperolehnya, dan bagaimana sebagai

orang yang mampu menaklukan suatu marga atau keret-klen ke marga atau keret-klen yang

lainnya. Setelah masuknya injil Kristiani di pulau mansinam pada 1855 dengan penyebaran

agama yang semakin cepat hingga ke wilayah Maybrat Imian Sawiat yang dibawa oleh para

penginjil Tuhan, sebetulnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mengenal kehidupan

bersahabat. Kehidupan bersahabat ini dikatakan bahwa bermula dari perang itu sendiri, yang

mana ketika satu marga mampu mengalahkan marga yang satu maka istiri dari orang-orang yang

dibunuhnya menjadi istri baginya, begitupula untuk anak yang ditinggal terlantar oleh orang-

orang tua yang terbunuh di angkat sebagai anak asuh. Anak – anak yang di angkat sebagai anak

asuh dari marga/keret yang dibunuh tidak bisa di ubah marga/keretnya sehingga anak-anak atau

istri dari para korban peperangan sebagai orang yang bisa mampu dengan bahasa mereka untuk

Hamah Sagrim 88

Page 89: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

memanggil marga-marga/keret-keret mereka yang ditinggal untuk kumpul menjadi satu

kelompok yang terdiri dari dua marga, tiga marga dan seterusnya demikian banyak. Persatuan

dan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi lebih akrab ketika mereka mulai

mengenal Pendidikan Inisiasi atau teologi wiyon-wofle.

Pemikiran orang Maybrat Imian Sawiat menjadi lebih dewasa dengan sentuhan wawasan

literal moderen dengan masuknya Injil kristiani yang mengajarkan kasih sebagaimana

mengharuskan setiap manusia agar mau tidak mau harus mengasihi musuh-musuhnya,

sebagaimana yang telah mereka terima dari pendidikan wiyon-wofle, maka pada waktu itulah

terbentuklah suatu perkumpulan yang mana dikenal dengan nama dusun dimana dusun itu di

kepalai oleh seorang kepala dusun. Yang dipercayakan sebagai kepala dusun adalah seseorang

yang stratanya adalah orang terhormat atau yang disebut ‘bobot’, seseorang dikatakan bobot

karena memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut; Ia adalah keturunan bangsawan, memiliki hak

wilayah tanah yang luas, berkepribadian, memiliki kemampuan dalam dunia perang, berburu,

memiliki kekuatan alamiah, memiliki hubungan relasi dengan kepala dusun yang lain, berjiwa

besar, mampu melakukan pesta-pesta besar seperti inisiasi wiyon-wofle dan siap menanggung

segala persoalan yang dibuat rakyatnya.

1. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Suku Maybrat Imian Sawiat Papua.

Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur Suku Maybrat Imian Sawiat dibuat dari bahan

kayu dan rotan. Hal itu memang dibenarkan dengan suatu pembuktian adanya bukti – bukti

otentik serta dengan sebutan nama too (rotan) dan sur (kayu), dan bila dikaji secara jauh

kebelakang pada zaman sebelumnya orang-orang Maybrat Imian Sawiat membutuhkan tempat

tinggal untuk menanggulangi diri dan keluarga, baik dari hujan, binantan buas, maupun dari para

musuh. Mau tidak mau mereka harus berpikir secara praktis dengan berbagai cara telah dilalui

guna bertahan hidup, maka pada zaman kuno/prasejarah orang – orang maybrat imian sawiat

memanfaatkan gua – gua (isra) sebagai tempat tinggal dimana gua – gua itu membentuk ceruk –

ceruk didalam batu karang yang dapat dipakai untuk berteduh. Hingga saat ini belum adanya

penelitian tentang gua – gua yang dahulu digunakan sebagai tempat melindungi diri tersebut.

Disamping gua – gua, ada pula benda-benda pusaka lainnya yang diwariskan nenekmoyang

mereka yang hingga kini masih disimpan.

Hamah Sagrim 89

Page 90: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Barang – barang warisan tersebut

adalah : parang ‘hlambra’, parang ini menurut

ceritera tetuah

Ceritera tetuah bahwa merupakan pemberian

dari alam ‘tagi’ dan hingga

kini tidak diketahui siapa

pembuat parang tersebut. Berikut taring naga ‘safah’, taring naga yang di jumpai membentuk

lingkaran cyrus, dan taring babi ‘way’, taring babi membentuk huruf C. Peninggalan –

peninggalan tersebut dipercaya mempunyai nilai-nilai yang sangat tinggi menurut pandangan

tradisi.

Farokh, merupakan sejenis selokhy yang

fungsinya sebagai tempayang atau cangkir

minuman saguer Selokhy ini terbuat dari

bahan kayu serta diwarnai dengan tanah,

arang dan air yang mana setelah di warnai, seloki yang sudah diwarnai lalu dikeringkan pada api

yang biasanya diletakan diatas bubungan yangberhubungan langsung dengan udara dan

panas dari tungku api melalui asap. Setelah di keringkan selama dua sampai tiga bulan,

selokhy tersebut bisa diambil selanjutnya dicuci dengan air yang bersih untuk dipakai sebagai

alat penuangan minuman. Berikut beberapa peninggalan yang dianggap sebagai harta karun yang

begitu berharga oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua adalah: Bagi suku Maybrat, Imian dan

Sawiat, peninggalan – peninggalan ini merupakan harta karun turun – temurun yang dipercaya

memiliki nilai – nilai tersendiri. Dianggap sebagai barang – barang antik dan merupakan harta

karun karena barang – barang tersebut tidak pernah dijual dan hanya diperoleh dari hasil

peninggalan.

Hamah Sagrim 90

Gambar:Hlambra (Parang)

Gambar:Wai (Taring Naga)

Gambar: Farok/Hawereh (seloki)

Page 91: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tin (Antin)

Gambar:Haban (Manik)

Gambar:Haban (Manik)

Gambar:Heger dan Timponan

Gambar:Beberapa

peninggalan lainnya

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Peninggalan – peninggalan tersebut merupakan bahan

– bahan kelengkapan busana dalam menghiasi tubuh

ketika menghadiri upacara – upacara terhormat. Pada

waktu – waktu terdahulu, bagi Suku Maybrat, Imian

dan Sawiat, orang – orang yang berhak masuk dalam

Rumah suci atau sekolah tradisional wiyon-wofle pada zaman itu, baik seorang Guru besar

(kepala sekolah -pendeta) “raa bam – na tmah”, guru bantu “Raa Wyion - Na wofle” maupun

seorang murid yang baru menamatkan belajarnya “wyion tna - na wofle”, diharuskan untuk

mengenakan pusaka – pusaka tersebut sebagai busana atau pakaian. Untuk seorang murid yang

telah berhasil dari pendidikan tradisional tersebut, sebelum meninggalkan ruang sekolah, ia

dipakaikan pakaian – pakaian khusus yang menandakan bahwa ia telah lulus atau dalam

kepercayaan orang Maybrat, Imian dan Sawiat ia adalah orang suci (Raa Wiyon-Na wofle),

karena ketika seorang anak yang disekolahkan disana, ia diharuskan untuk berpuasa dan

makanannya hanyalah sebongkahan keladi (ketala) dan minumannya adalah pucuk tebu yang

paling muda. Aturan makannya adalah sehari sekali dan itupun bilamana diperbolehkan oleh

seorang guru besar. Selain murid berpuasa, dari seorang keluarganya harus berpuasa juga,

misalnya seorang ayah, ibu, atau keluarga dekat yang diutus untuk berpuasa selama demu

keselamatan anak mereka selama mengikuti pendidikan. Kadang dibagi untuk seorang laki-laki

atau perempuan berpuasa makan dan seorang laki-laki atau perempuan lagi berpuasa air minum.

Kepercayaan akan pendidikan tradisional itu tidak lain adalah didikan tentang theology natural

yang disebut wiyon-wofle, yang mana didalamnya diajarkan suatu kepercayaan tradisional yang

penuh dengan kekuatan ghaib, dan untuk memperoleh kekuatan – kekuatan tersebut, seorang

murid diharuskan untuk meninggalkan dan melepaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemikiran – pemikiran yang jahat, pemikiran akan hal – hal lampau yang pernah ia laluinya,

melepaskan diri dari kedagingan (keduniawian) fana dan sepenuhnya bersedia untuk

menyerahkan dirinya secar bersih untuk dididik. Dengan demikian, maka murid tersebut

Hamah Sagrim 91

Page 92: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Manusia dan shelter

Radiasi matahari+hujan dengan alang-alang/dedaunan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

menjadi murid yang suci dan yang paling termulia kelak. Begitulah perkenalan singkat tentang

sejarah perkembangan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat yang disebut ‘Halit-mbol’.

2. Perkembangan Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat

Perubahan dalam bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, terjadi

karena perkembangan, bentuk arsitektur ini tidak ditemukan seketika, namun terbentuk melalui

suatu proses. Yaitu ; proses mencoba (trial and error) yang mana merupakan bentuk intervensi

manusia dalam suatu waktu yang cukup panjang. Oleh karena kompleksitas linear dengan waktu,

maka dalam perkembangannya terjadi interaksi yang berkelanjutan antara rancangan yang

tumbuh (growing design) dan lingkungan. Adapun analisa perkembangan rumah tinggal suku

Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai berikut :

1. Tempat pertama orang Maybrat Imian Sawiat dan manusia umumnya berlindung dari kondisi

iklim dan gangguan binatang buas yaitu pohon.

2. Sama dengan diatas, Gua digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari gangguan alam

luar.

3. Perkembangan selanjutnya adalah mulai dikenalnya suatu konstruksi kaku dari ranting –

ranting kayu yang membentuk suatu rumah atau shelter/tenda.

4. Perkembangan berikutnya dengan meninggalkan bangunan rumah panggung untuk keamanan

diri dari binatan dan juga dari musuh serta kenyamanan kelembaban.

5. Bentuk berikutnya masih menyerupai bentuk sebelumnya, namun ditambah dengan

peningkatan kualitas dan variasi elemen bangunan.

6. Bentuk yang mengikuti perkembangan dan kecanggihan.

Skematik Perkembangan Bentuk Rumah

Hamah Sagrim 92

Gambar:Manusia dan Pohon

Gambar:Manusia dan Gua

Page 93: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Faktor – faktor yang mempengaruhi rumah tinggal Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat

(halit-mbol khalit) yaitu :

1. Pengaruh iklim terhadap ciptaan bangunan.

2. Pengruh situasi lingkungan berkaitan dengan ancaman baik hewan dan manusia.

3. Larangan religi yang ditemukan pada elemen – elemen dan ruang-ruang tertentu.

4. Simbolisasi kegunaannya, bahan : konstruksi dan teknologi sebagai faktor pengubah, tidak

menentukan bentuk arsitektur tradisional mula-mula.

5. Perekonomian tidak mempunyai dampak yang menentukan bentuk rumah

6. Pengaruh agama terhadap bentuk, rancangan, tujuan dan orientasi, khususnya rumah suci

atau rumah sekolah tradisional k’wiyon-mbol wofle - tabernakel.

Wujud dan struktur rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan

tradisional yang mana dapat dipakai sebagai cermin akan tingkat teknologi, cermin akan gaya

hidup (wav of life) serta nilai – nilai Masyarakat Maybrat Imian Sawiat.

Rumah tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat baik struktur maupun bahan lainya

menunjukkan kondisi lingkungan serta bahan seperti bangunan rumah dari kayu, bambu, dan

gaba – gaba. Bahan – bahan ini membatasi fariasi bentuk atau struktur bangunan, terutama bila

dikerjakan dengan teknologi sederhana. Orang – orang di wilayah Maybrat Imian Sawiat

Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat yang juga termasuk dalam hutan tropis,

hanya berpikir membuat atap rumah agar memperlancar jatuhnya air hujan dan sebagai

penghambat sinar matahari. Demikian juga ditemukan di daerah rawa – rawa atau perairan

(pesisir) yang juga mendirikan rumah dengan kecenderungan menggunakan tiang pancang yang

tinggi agar menghindar dari pasang surutnya air payau (air laut).

Hamah Sagrim 93

Gambar:Hunian panggung dengan

pembayangan tanpa dinding

Gambar:Penghambatan panas dengan ruang

udara dan pembayangan

Gambar:Penghambatan panas tanpa

bayangan

Page 94: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Arsitektur Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat

Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan salah satu Rumah Tinggal tradisional

yang ada di Indonesia. Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebuah bangunan

rumah panggung dari tiang – tiang kayu yang ukurannya panjang. Tiang yang dipergunakan

adalah kayu yang dikategorikan sebagai jenis kayu yang kuat pada daerah tropis, yang mana

disambung dari satu struktur ke struktur yang lain dengan saling berkaitan serta berpegangan

kuat sehingga membentuk rumah.

Dari segi organisasi ruang, rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat dibagi dalam dua

bagian utama yaitu : Isit (teras) dan Samu Mato (ruang dalam/interior). Sedangkan untuk

K’wiyon-bol wofle (Rumah Suci/Sekolah/kemah) memiliki : Bohra mne atau disebut kre finya

(Halaman Luar), kre ra sme (Ruang Suci), dan samu mato ro mbaouw toni (Ruang Maha Suci).

Bentuk asli rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Terdiri dari tiga bagian struktur yaitu :

bagian kaki, bagian badan dan bagian kepala. Bagian kaki adalah Hafot – Sur (Koloum - Tiang)

dan Barit (tangga). Bagian badan adalah samu mato (ruang dalam/interior) sebagai ruang

aktifitas, kriras (dinding). Bagian kepala adalah afi (Atap). Koloum berbentuk segi empat dan

ada pula yang berbentuk bulat. Tiang berbentuk bulat. Koloum dan tiang bertumpu langsung

pada tanah untuk rumah gantung yang dibangun pada permukaan tanah, sedangkan tiang

bertumpu pada badan pohon, bagi rumah gantung atau rumah pohon yang di bangun diatas

pohon rindang. Bagian kepala atau atap umumnya berbentuk pelana, dengan kemiringan 45°

dengan sudut jatuh atap menutup dinding bangunan. Pada ujung atapnya dibiarkan ukuran kayu

yang kelebihan sebagai penggantungan rahang Babi atau rusa, yang mana rahang-rahang ini

sebagai sebuah simbol yang menunjukkan kemampuan berburu seorang laki – laki. Dalam aliran

membangun rumah, bentuk bangunan dalam strata/kasta tidak ditonjolkan. Rumah tradisional

Maybrat Imian Sawiat tidak memiliki jendela, namun untuk penghawaan dalam ruang, Orang –

Orang Maybrat Imian Sawiat cenderung membuat ukuran ventilase/kisi – kisi sangat besar tanpa

ditutup sehingga udara yang masuk mampu memberi hawa kenyamanan udara yang baik.

Masyarakat Maybrat Imian Sawiat mendirikan rumah dengan tidak adanya ukuran namun

dengan metode memperkirakan yang mana disesuaikan dengan ukuran bahan – bahan bangunan

seperti kayu. Baik dinding, tangga, bahkan ukuran tinggi bangunan sedangkan atap diukur

dengan bentuk pola Daun dan Swastika. Ukuran daun dan swastika ini dikenal oleh penduduk di

tionghoa yang dalam bahasa Tionghoa dikenal dengan Banji. Pada jaman perunggu Eropa Barat

Hamah Sagrim 94

Page 95: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Gua sebagai tempat

hunian mula-mula orang maybrat, imian, sawiat,

Papua

Gambar:Rumah pertama orang Maybrat,

imian, sawiat yang dibangun dengan tumpuan diatas pohon

(halit myi-mbol ara)

Gambar:Bentuk rumah pertama orang Maybrat,

Imian, Sawiat, Papua yang dibangun dengan tumpuan diatas permukaan tana

(halit myi-mbol halit)

Gambar:Bandar pohon sebagai

tempat hunian mula-mula

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

juga dikenal Swastika sebagai lambang peredaran bintang utamanya matahari dan digambarkan

sebagai lambang pembawa tuan. Perkembangan bentuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian

Sawiat mengalami empat tingkatan / fase yaitu :

1. Fase Pertama, mereka hanya

bertempat tinggal di Bandar pohon (ara mair)

dan gua – gua (isra). Adakalanya gua – gua

tersebut sebagai tempat tinggal dalam waktu

yang begitu lama dan adakalanya hanya

sebagai tempat persinggahan dalam

perjalanan jauh maupun dalam

menyelesaikan pekerjaan seperti berkebun,

dan berburu. Hingga abad ke-19 tempat-

tempat ini sangat berguna, kadang sampai pada waktu saat ini

gua - gua dan bandar - bandar kayu atau pohon - pohon masih sering digunakan sebagai

tempat persinggahan sementara orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam perjalanan jauh mereka.

Misalnya dalam perjalanan jarak tempuh dengan waktu 2 hari berjalan, maka mereka harus

bermalam di perjalanan.

2. Fase Kedua, mereka

mulai mendirikan

rumah tempat tinggal

yang berukuran tinggi

maupun diatas pohon

– pohon besar guna

menghindari bahaya

Hamah Sagrim 95

Page 96: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dari binatang buas, dan musuh. Pada fase ini mereka sudah memikirkan tentang keselamatan dan

kenyamanan diri.

3. 3. Fase Ketiga,

fase pendekatan kearah semi moderen. Bentuk rumahnya ada

yang menyamai rumah moderen yang ada, bila dilihat dari

segi modelnya, namun masih dengan bahan – bahan alami.

4. 4. Fase Keempat, pada fase ini merupakan fase yang

sudah dipengaruhi oleh moderenisasi dan teknologi .

Perabot sudah serba moderen, dan perdagangan sudah sangat meluas

menelusuri dan menyusup masuk ke seluruh perkampungan Maybrat Imian Sawiat di wilayah

Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat Province Papua, dan manusianya

sudah menjadi orang-orang yang berhasil. Bagi masyarakat Maybrat Imian Sawiat, pendidikan

sangat penting bagi mereka, karena pendidikan menandakan bahwa masa depan itu ada.

Pembangunan rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat ini tidak lepas dari budaya yang

berkembang di Masyarakatnya. Sebagai Masyarakat yang asal usulnya dikenal dengan manusia

Nelayan, Petani dan Pemburu, maka tak herang kalau mereka mengenal budaya Appabolang.

Appabolang itu sendiri adalah faktor – faktor yang menjadi pertimbangan Masyarakat Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, untuk mendirikan rumah. Faktor – faktor tersebut adalah Pola hidup,

mata pencaharian, pengetahuan akan lingkungan alam, Agama dan kepercayaan. Sampai

sekarang pola rumah ini cenderung tetap bertahan, namun adanya keraguan akan

keeksistensiannya hingga tahun 2025, karena suku Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung

mengembangkan arsitektur barat ketimbang arsitektur tradisional mereka, walau sebagai

masyarakat petani dan pemburu yang masih lekat dengan kebudayaan mereka yang pasti dalam

mempertahankan nilai – nilai dan bentuk – bentuk tradisionalnya, karena secara keseluruhan

masyarakat, alam dan bangunan telah menyatu dalam nilai budaya yang utuh namun hanya

sebatas mengetahui, karena hingga kini kecenderungan orang Maybrat Imian Sawiat dalam

mengembang moderenkan arsitektur tradisional mereka tidak terlihat (kurang adanya

Hamah Sagrim 96

Gambar:Rumah tinggal semi moderen

Page 97: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pengeksplorasian). Perlu diketahui bahwa perumahan suku Maybrat Imian Sawit ini berada di

wilayah alam hutan dengan kondisi alam yang sangat keras. Dalam hal ini dapat digambarkan

bahwa alam Papua umumnya dan alam sekitar perumahan suku Maybrat Imian Sawiat dikenal

dengan alam yang penuh dengan gunung - gunung, lembah, tebing terjal, hutan, semak belukar

dan lereng perbukitan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi rumah yang berhubungan langsung

dengan alam homogen untuk tetap bertahan, karena disamping menyesuaikan diri dengan

pengaruh alam sekitar, juga masalah kelembaban yang ditimbulkan dari alam. Kencangnya angin

yang bertiup dari daratan pada malam hari dapat merubah suhu udara menjadi sangat dingin dan

curah hujan didaerah ini terjadi sepanjang tahun. Hal ini tentunya mendatangkan masalah

tersendiri yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para petani yang berkebun dan pemburu.

Keberhasilan atau kelanggengan perumahan ini untuk tetap bertahan hingga kini, berarti

membuktikan bahwa keterujiannya untuk mengantisipasi kondisi iklim lingkungannya.

Ketangguhan rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat beserta nilai – nilai budaya

masyarakatnya terhadap pengaruh iklim lingkungannya hingga kenyamanan thermal dalam

ruang dan keselamatan dari serangan – serangan dapat tercapai, hingga terasa perlu untuk

dipertahankan dan menarik untuk ditulis.

B.3. Pola Hunian

Ada tiga macam pola hunian yang popular di gunakan dalam penataan suatu hunian kota

(urban space) yaitu; pola linear, grid dan polar. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung

mengembangkan pola hunian memanjang (polar) yang mana cenderung mengikuti jalan, aliran

sungai, pesisir pantai dan lereng perbukitan.

1. Pola Hunian Wilayah Pesisir

Pola hunian di lingkungan pesisir ini berada pada pantai yang cukup terlindungi dari

gelombang, Karena daerah hunian terlindungi dari teluk – teluk dan kepulauan sebagai penahan

gelombang laut. Tata letak bangunan di daerah pesisir ini, umumnya memanjang sejajar dengan

garis pantai, dan terdiri atas beberapa lapisan, baik ke arah darat maupun kearah perairan sesuai

dengan jumlah penduduk dan ruang yang tersedia. Pola jejer berlapis disertai jejeran jaringan

jalan darat untuk tiap rumah yang berada di jalan itu. Tipologi hunian seperti begini termasuk

kategori tipe : the line village.

Hamah Sagrim 97

Page 98: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: Lay Out zonasi dan Visualisasi hunian penduduk daerah pesisir pantai. (Rivers Line Village Communiti). Sumber Hasil Survey Peneliti

Gambar:Over Vew Zonasi dan Vissualisasi Pertapakan hunian wilayah pesisir

pantai (Rivers Line Village community ). Sumber hasil survey Peneliti.

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam dua tapakan, yaitu :

a. Peralihan tanah darat dan perairan, yaitu:

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut (payau) dan situasi

lingkungan sekitarnya. “sea Set and withdraw line”.

b. Di hamparan tepi pantai, yaitu:

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya

disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk

ke dalam rumah.

2. Pengamatan Pengembangan Ruang Publik Ditepi Danau Ayamaru Dari Beberapa

Kampung disekitar Danau Melalui Aspek “Tropis Lembab”.

Kata Kunci: Tropis Lembab, Kota Pantai, Kearifan Lokal.

Sebagai danau yang di sepanjang sisinya terdapat beberapa perkampungan bahkan 3

distrik yang juga terletak sepanjang terpi danau Ayamaru, yaitu Distrik, Ayamaru, Distrik

Aitinyo, dan distrik Ayamaru utara . dengan keberadaan kampung dan distrik-distrik sekitarnya,

diharapkan agar mencoba secara kreatif mengekplorasi dan mengekspresikan, potensi, keunikan

kawasan danau dalam perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik yang sesuai dengan

karakteristik iklim tropis lembab.

Hamah Sagrim 98

Page 99: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Usaha tersebut, bisa ditiru/dilihat beberapa kawasan pinggiran danau sebagai contoh

seperti antara lain di kawasan pesisir Kamali kota Bau Bau Sulawesi Tenggara, pesisir Losari

Makassar, pessir di kota Palu dsb. Sehingga kawasan tersebut merupakan magnet yang dapat

menarik perhatian masyarakat untuk datang dan melaksanakan berbagai aktivitas rekreasi.

Kawasan pesisir Danau Ayamaru tersebut bisa di ciplak sekaligus menjadi Landmark

kota. karena pada Dana Ayamaru, potensi kawasan pesisir belum di ekplorasi dengan maksimal.

Sehingga perlu adanya pengungkapan strategi khusus untuk mengembangkan kawasan pesisir

Danau Ayamaru, sebagai ruang terbuka publik sesuai dengan potensi fisik, sosial, ekonomi serta

kondisi iklim tropis lembab.

Usaha yang dapat dilakukan antara lain melaksanakan analisis sekitar kawasan Danau

Ayamaru secara komprehensif, mengembangkan infrastructur yang memadai, mensinergikan

elemen landskap baik soft maupun hard material, mengangkat nilai nilai kearifan lokal yang ada.

Nilai nilai kearifan lokal dapat berupa karakteristik arsitektur setempat, tradisi masyarakat

dalam mengantisipasi permasalahan dan memanfaatkan potensi iklim tropis lembab. yang dapat

di ekspresikan sebagai citra kawasan.

Realisasi perencanaan dan perancangan ruang publik secara ekspresif dan kreatif di sekitar

pesisir Danau Ayamaru, dapat memberikan kontribusi yang sangat positif bagi perwujudan

Distrik Ayamaru yang tergolongkan sebagai kota tropis yang asri.

Pada dasarnya semua kota, Distrik, atau Kampung, yang bagian tepinya berbatasan

langsung dengan perairan seperti; sungai danau dan laut memiliki potensi menjadi waterfront

city. Namun predikat ini secara faktual tidak begitu saja dapat diberikan. Beberapa kota di

Indonesia saat ini belum maksimal mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya sebagai

waterfront city.

Bahkan ada lahan pada kawasan tepian yang berbatasan dengan wilayah air diberikan hak

pengelolaannya pada hotel atau perorangan sehingga wilayah antara daratan dan perairan

tersebut tidak bersifat publik melainkan eksklusif untuk masyarakat tertentu.

Sebagai negara bahari beberapa kota pantai di Indonesia menyadari pentingnya untuk

memperhatikan perencanaan sebagai waterfront city. Apalagi mengingat wajah Distrik Ayamaru

acapkali justru terlihat dari wilayah Danau saat pengunjung datang melalui Darat dan Udara.

Hamah Sagrim 99

Page 100: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Elemen untuk kesuksesan “project waterfront city “menurut Torre.1989. adalah: Thema,

image, Authenticity, Function, Publicperception of need, Financial feasibility, environmental

approvals, construction technology, Effective management. Disamping elemen tersebut dalam

pembahasan ini pengamatan diutamakan pada penyesuaian dengan iklim Lokasi (iklim di

Wilayah Distik Ayamaru) yang merupakan iklim tropis lembab.

a) Karakteristik Kota Pesisir Ditinjau Dari Aspek Iklim Tropis Lembab.

Daerah dengan iklim tropis dibentuk oleh garis isotherm berdasarkan kondisi

temperatur udara rata rata tahunan 200 C. Sedangkan wilayah khusus ”tropis lembab” secara

kasar terbentuk antara garis lintang utara 150 dan garis lintang selatan 150.

Kekayaan vegetasi di daerah tropis lembab merupakan fenomena alam yang luar

biasa. didaerah tropis lembab, kondisi vegetasi konstan sepanjang masa dan dapat tumbuh

dimana - mana. Di tepi pantai bahkan di tepi lautpun dapat tumbuh tanaman; antara lain:

Bakau (Rhizopora apiculata; Bruguiera sp). Api-api (Avicennia lanata), atau bermacam-

macam variasi vegetasi pepohonan yang banyak tumbuh di pesisir Danau Ayamaru

merupakan kekayaan alam tersedia.

Fungsi tanaman di daerah pesisir Danau Ayamaru lain untuk perlindungan terhadap

panas terik matahari. Selain itu untuk memproduksi O2, mengurangi debu yang meliputi kota

(urban dust dome), mengurangi panas lingkungan (untuk foto sintesa menyerap panas

matahari 1%, pohon berdaun lebat dapat merefleksikan panas matahari sampai 75%) Dalam

kaitannya dengan ruang publik vegetasi memiliki berbagai fungsi antara lain untuk

keindahan dan kenyamanan.

b) Kearifan Lokal

Karakteristik arsitektur yang berakar dari budaya setempat dapat diangkat

eksistensinya pada perencanaan ruang terbuka publik di pesisir Danau Ayamaru. Terutama

yang berkaitan dengan antisipasi terhadap permasalahan iklim tropis lembab. Misal bentuk

dan bahan bangunan arsitektur tradisional Halit-mbol chalit yang secara evolusi sudah

merespon permasalahan seperti menahan panas terik matahari, perlindungan air hujan,

optimalisasi penghawaan alami, pemanfaatan sumber daya alam dari lingkungan sekitar

obyek. Simbol karakter yang termasuk dalam arsitektur semiotik serta legenda yang ada pada

lingkungan setempat dapat pula diangkat dan divisualisasikan pada ruang terbuka publik.

Hamah Sagrim 100

Page 101: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kearifan lokal dapat menciptakan citra, ciri khas, keaslian, kesesuaian dengan lingkungan

fisik dan sosial.

Kearifan lokal dapat pula berupa kebiasaan masyarakat Maybrat dalam kehidupan

sehari hari antara lain sebagai masyarakat nelayan dengan sistem penataan lingkungan pantai

yang dilaksanakan berdasarkan kearifan yang diturunkan dari leluhur mereka. Acapkali

perpaduan antara tradisi sebagai kearifan lokal dengan sistem perencanaan lingkungan

berdasarkan keperluan masyarakat modern dapat dipadukan dengan harmonis.

c) Ruang Publik Pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru

Kondisi pesisir danau di distirik Ayamaru dengan danau yang jernih dan memiliki

tempat-tempat rekreasi merupakan kondisi geologis daratan pantai yang relatif stabil,

merupakan potensi alam yang sangat menunjang untuk dikembangkan. Demikian pula Pesisir

Danau Ayamaru di sekitar beberapa kampung dan dua distrik lainnya. Saat ini kawasan

pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru merupakan bagian wilayah Ayamaru yang bisa

dijadikan berfungsi sebagai magnet untuk menarik pengunjung dari dalam dan luar kota.

Pesisir Danau di kota kota tersebut bisa berfungsi sebagai ruang terbuka publik. Hanya saja

kondisi dan situasi sarana dan prasarananya dan respon terhadap kondisi tropis lembab sangat

beragam masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengadaan ruang terbuka

publik merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan

pada masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Penanganan Pesisir

kota yang berbatasan Danau itu rata - rata belum menonjol dibandingkan dengan kota kota di

pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa.

d) Kesimpulan.

Citra kota Pesisir sangat ditentukan oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan daerah

daratan Distrik Ayamaru yang berbatasan dengan Danau Ayamaru. Dipandang dari arah

Danau, Udara dan bagian-bag tertentu daratan Ayamaru, maka bagian kota Ayamaru yang

berbatasan dengan pesisir Danau Ayamaru diibaratkan sebagai wajah kota atau etalase kota.

Perpaduan antara Danau dan daratan merupakan potensi alam yang harus diperhatikan dan

diutamakan dalam penataan dan pengembangannya baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi.

Berdasarkan pengamatan dan analisis dari berbagai kota pesisir Danau seperti Tangkubang

Perahu, dan Sungai Musi di pontianak Kalimantan yang di sebut juga dengan nama lain

Hamah Sagrim 101

Page 102: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Seribu Satu Sungai, ditarik kesimpulan bahwa berbagai aktifitas dapat dilaksanakan pada

kawasan pesisir Danau Ayamaru, antara lain: Aktifitas masyarakat Nelayan dalam

bermukim, mencari ikan dan menjual hasil tangkapan ikan, membuat perahu dsb. Dermaga,

penumpang, rekreasi. Kendaraan yang berjalan melalui jalan dipinggir pantai akan

mendapatkan pemandangan yang indah “scenic beauty”. Konservasi tanaman Danau yang

dapat mendukung karakteristik Pesisir Danau antara lain Pepohonan. Berbagai macam

macam aktifitas yang berlangsung di pesisir Danau harus dikaitkan dengan kondisi

lingkungan alam di sekitar Danau Ayamaru dan iklim tropis lembab, kebutuhan masyarakat

serta kemampuan pemerintah daerah setempat.

Beberapa pengelola Kabupaten Sorong Selatan masih belum mengutamakan

pembangunan di kawasan Pesisir Danau Ayamaru, sehingga wilayah pesisir danau di distrik

Ayamaru masih dimanfaatkan untuk keperluan permukiman nelayan . Kondisi Pesisir Danau

Ayamaru, masih didominir pohon liar dengan varietas jenis yang bermacam-macam sehingga

sebagian masih nampak alami dan pemanfaatan Pesisir Danau dalam kota untuk permukiman

nelayan, belum ada pengembangan yang memadai untuk rekreasi, namun kondisi tersebut

ternyata masih dapat menarik minat warga untuk datang ke pesisir Danau Ayamaru seperti

Framu, Korom, Ela, Semtu, dll. daya tarik tersebut akan semakin kuat apabila ada

pengembangan dengan perencanaan dan perancangan yang khusus.

Pesisir Danau Di distrik Ayamaru memiliki landskap alam yang sangat mempesona

sehingga kondisi alam tersebut sudah bisa merupakan daya tarik yang luar biasa, apabila

diadakan peningkatan kualitas lingkungan dengan sarana dan prasarana yang memadai maka

kondisi lingkungan akan semakin menarik.

Bila ditata dengan baik, pesisir Danau Ayamaru dimalam hari akan sangat indah

karena bentuk pantai seperti huruf O dengan teluk yang luas terlebih bila dengan adanya

jembatan dari kampung yang satu menuju kampung lain yang berdekatan di sekitar pesisir

Danau. Yang dapat dilihat dari segala penjuru pesisir. Telah terdapat sarana dan prasarana

berupa kios di Setiap Kampung-kampung dan Distrik-distrik.

Kelebihan dan kekurangan dari masing - masing pesisir Danau pada beberapa kota

seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di Kalimantan, dapat menjadi masukan bagi

Distrik Ayamaru. Mengutamakan perencanaan berdasarkan aspek iklim tropis lembab antara

Hamah Sagrim 102

Page 103: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

lain memperhatikan vegetasi di daratan maupun ditepi danau pepohonan memperhatikan

fasilitas peneduh dan kearifan lokal yang sesuai untuk mengantisipasi permasalahan iklim

tropis lembab seperti intensitas matahari, curah hujan yang tinggi dsb. Memanfatkan

semaksimal mungkin potensi di daerah tropis lembab antara lain aneka flora dan fauna.

Sehingga perencanaan waterfront city harus memperhatikan pula konsep bio climatic design.

Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam yaitu :

c. Peralihan tanah darat dan perairan

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan situasi lingkungan

sekitarnya.

d. Di hamparan tepi pantai,

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya

disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk

ke dalam rumah.

3. Pola Hunian Wilayah Daratan

Pusat permukiman di daratan wilayah Maybrat Imian Sawiat ini berada pada lereng

perbukitan yang cenderung menjulang dengan hamparan bangunan yang cenderung mengikuti

jalan.

Tata letak perkampungan di wilayah daratan ini, umumnya mengikuti jalanan dan lereng

perbukitan yang mana terlihat layak untuk didirikan bangunan dan perhunian.

Pertapakan bangunan rumah masyarakat Maybrat Imian Sawiat wilayah daratan ini

dikelompokan dalam tiga kategori yaitu :

a. Di tanah darat

Bangunan rumahnya tidak dipengaruhi, atau merupakan pola hunian yang sudah

berkembang moderen.

b. Peralihan tanah darat

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh lereng perbukitan yang menjulang

c. Di hamparan Jalan

Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh alur jalan dan bentuk bangunannya disesuaikan

dengan perkembangan tata ruang.

Hamah Sagrim 103

Page 104: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: jenis perahu sampan dengan seman, dan perahu kajang sebagai transportasi daerah pesisir. Sumber dokumentasi peneliti

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

4. Jaringan Pergerakan

Prasarana perhubungan utama Warga Maybrat Imian Sawiat adalah Jalan setapak,

Kendaraan roda empat (angkutan pedesaan), kendaraan roda dua (ojek), Pesawat, Kapal Laut,

dan perahu sampang. Lihat gambar jenis-jenis perahu yang digunakan sebagai transportasi

diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:

Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan

perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi.

Hamah Sagrim 104

Gambar: Lay Out zonasi pertapakan Pola Hunian wilayah Pegunungan dengan mengikuti lereng gunung (lay out valley line village community). Sumber hasil analisis Peneliti

Gambar:Over Vew Pertapakan pola hunian penduduk wilayah pegunungan dengan megikuti lereng gunung (over vew line valley village community). Sumber hasil analisis Peneliti

Page 105: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

B.4. Kondisi Hunian

1. Kondisi Fisik Lahan

Secara umum, struktur tanah di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Kabupaten Maybrat,

Sawiat dan Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, terdiri dari beberapa jenis antara lain; jenis

alluvial, mediterania, padzoik, latosol, organosol, litosol dan gambut. Sedangkan jenis tanah

yang ada secara umum antara lain tanah kemerahan, tanah endapan alluvial, dan tanah alluvial

muda.

2. Kondisi Permukiman

Pusat permukiman di wilayah Maybrat Imian Sawiat berada pada lingkungan dataran

rendah (Pesisir pantai), dataran datar (daratan datar), dataran Tinggi (pegunungan) yang disebut

Plato Ayamaru. Tata letak perkampungan di Wilayah, Maybrat, Imian Sawiat, umumnya

memanjang sejajar (polar) ada yang mengikuti Jalan, sungai, dan alur perbukitan dan gunung.

Bentuk permukiman Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dikenal dengan permukiman

Marga atau Keret – klen dan berkembang menjadi komplek. Yang mana bila disatu marga

keluarga yang tinggal di salah satu sudut kampung disana akan berkumpul keluarga dan marga

atau keret yang sama.

Permukaan perkampungan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa banguan panggung

dengan bahan konstruksi utama kayu sebagai struktur utama dan rotan sebagai pengikat.

Umumnya masyarakat di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal jenis kayu yang daya

tahannya cukup besar baik terhadap pengaruh air laut dan daratan.

Biasanya untuk kayu yang mempunyai kualitas terbaik, digunakan pada bangunan yang

sering terrendam air, khusus untuk bangunan pada areal pesisir dan untuk jenis kayu pada daerah

daratan adalah kayu yang daya tahannya kuat terhadap rayap (fom). Orang Maybrat, Imian,

Sawiat, sangat jeli dalam memilih bahan-bahan karena kekuatan suatu bangunan dipengaruhi

oleh jenis – jenis kayu yang digunakan dalam mendirikan suatu bangunan rumah hunian tersebut.

Untuk matahari, dinding umumnya menggunakan kayu, gaba – gaba, dan kulit kayu. Untuk

lantai umumnya memakai gagar dan palem. Sedangkan untuk material atap rumah, sesuai dengan

sumber daya alam setempat adalah dedaunan yang dianyam/diraut atau diramu menjadi atap,

yaitu seperti daun sagu, daun tikar (pandanus), dan daun nipa. Selain mudah didapat, lebih tahan

terhadap pengaruh iklim sekitar dan dapat meredam panas matahari sehingga ruang dalam rumah

tetap sejuk. Sebaliknya atap seng menurut pengalaman mereka, selain mahal juga mudah

Hamah Sagrim 105

Page 106: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berkarat dan ruang dalam rumah lebih panas pada siang hari. Sungguhpun demikian, cukup

banyak rumah telah beratap seng. Tampaknya penggunaan bahan ini lebih mencerminkan

kemampuan ekonomi pemilik rumah bersangkutan.

Secara sederhana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah merupakan masyarakat yang

mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan

mereka tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada

pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan

yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.

Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan daratan dan

perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi, yang

keduanya akan diuraikan sebagai berikut :

a. Peranan Laut sebagai Prasarana Perhubungan Pesisir

Hubungan antar tempat dipantai lebih lancar daripada hubungan antar pantai dengan

pedalaman darat di zaman kuno, bahkan bagi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, masih nampak

yang mana permukiman penduduk mereka pada mulanya berada di pantai, dan perairan laut

yang telah memperoleh peran sebagai prasarana perhubungan, sebagai gerak - gerik laut telah

menjadi pengetahuan warga yang menggunakannya. Pengetahuan diturunkan dari generasi ke

generasi baik melalui ajaran maupun melalui semacam permagangan. Contoh pemagangan

adalah orang tua mengajak anaknya untuk melaut atau orang tua mengajak anaknya untuk

berkebun dan berburu.

Pengetahuan Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tersebut diatas ada yang langsung dan ada

yang tidak langsung mengenai perairan laut. Pengetahuan langsung, antara lain berkenaan

dengan pasang surut, arus, gelombang, dan kedalaman. Pengetahuan tidak langsung adalah

gejala diluar perairan laut, tetapi diketahui dan disadari dapat mempengaruhi gerak - gerik

laut, seperti per-awanan, angin, kedudukan bulan dan bintang.

Pengetahuan itu mereka gunakan benar – benar dengan maksud menyelesaikan pelayaran

dengan selamat dan cepat. Mereka mampu antara lain mengubah arah dalam penggalan –

penggalan pelayaran mereka sesuai dengan jenis alat angkut yang mereka gunakan dengan

kondisi perairan.

b. Peranan Daratan Sebagai Areal Kehidupan

Hamah Sagrim 106

Page 107: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Walau diketahui peran laut sebagai prasarana daerah pesisir yang lebih lancar, namun

orang – orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga membutuhkan daratan sebagai areal kehidupan.

Daratan sebagai areal kehidupan yang mana menyediakan bahan hasil perkebunan. Karena

walaupun mereka yang hidupnya di daerah pesisir yang mata pencahariannya adalah nelayan

namun membutuhkan makanan berat seperti keladi, petatas, sagu dll.

Daratan merupakan tempat bercocok tanam bagi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, walau ia

seorang nelayan sekalipun.

c. Daratan dan Laut Sebagai Ruang Produksi

Penggunaan daratan dan laut sebagai ruang produksi sudah sejak zaman kuno dikenal

oleh Suku Maybrat, Imian, Sawiat, baik yang sebagai petani bahkan nelayan. Bagi para

nelayan sering mengembara jauh dari permukimannya. Jangkauan jauh seperti ini antara lain

dituntun oleh pengalaman para pelaut berpengalaman tentang musim – musim penangkapan

ikan tertentu dikawasan tertentu.

Bagi para petani, untuk mencapai suatu lahan terluas dalam berkebun, membutuhkan

tenaga dan energi yang semangat, petani sering bekerja dengan kerajinan dan tenaga yang ia

miliki. Bagi seorang calon petani hendaknya diajari tentang bagaimana memegang alat – alat

kerja, karena jika sudah berpengalaman, maka ia akan sebagai orang yang berhasil dalam

memprodusksikan hasil pertanian yang berlimpah.

Kehidupan Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berprofesi sebagai nelayan umumnya

terisolasi dari kehidupan masyarakat didaratan. Namun demikian masyarakat Maybrat,

Imian, Sawiat, pada umumnya antara nelayan dan non nelayan hidup dalam satu wilayah

kampung, namun ada kecenderungan pengelompokan permukiman menurut marga atau

keret-klen (familly) dan jenis pekerjaan mereka. Pergaulan para nelayan penangkap ikan

cenderung terbatas dengan persediaan logistik. Pola makan para nelayan biasanya sangat

sederhana, karena mereka terbiasa dengan persediaan logistik terbatas ketika mereka berlayar

bila dibanding dengan pola makan para petani yang biasanya sangat banyak akan

makanannya.

d. Mata Pencaharian

Salah satu sistem budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, adalah mata pencaharian dan situasi lingkungan.

Hamah Sagrim 107

Page 108: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Umumnya mata pencaharian yang mendominasi penduduk Maybrat, Imian, Sawiat,

adalah Bertani dan Memburu, sedangkan berikutnya adalah nelayan, yang setiap hari

waktunya di kebun, hutan dan laut. Untuk petani berkebun, untuk pemburu di hutan untuk

memburu Babi, Rusa, Kanguru dan Tikus sedangkan untuk nelayan berada di laut untuk

mencari ikan dan hasil perikanan lainnya. Sebagai petani, pemburu dan nelayan, hidup

merekapun tidak jauh dari hutan dan laut bahkan huniannya berhubungan langsung dengan

hutan bagi mereka yang matapencahariannya pemburu dan petani, dan bagi para nelayan

huniannya berhubungan dengan laut. Hal ini tercermin pada bentuk tatanan huniannya ke

arah laut bagi para nelayan yang berbaris disepanjang garis pantai, begitupun mereka yang

di daratan yang mana bangunannya berorientasi pada arah jalan dan berhubungan langsung

dengan alam bebas.

Bentuk tampilan seperti rumah gantung atau rumah panggung, juga mempunyai

hubungan erat dengan mata pencaharian mereka sebagai petani, pemburu dan nelayan. Dapat

dilihat pada kolong rumah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat – alat

perburuan bagi para petani dan pemburu sedangkan bagi para nelayan dapat dilihat bahwa

kolong rumahnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat – alat perikanan seperti

pukat, jaring dan lain – lain. Sedangkan bagian hunian yang berada di hamparan air, kolong

rumahnya difungsikan sebagai sandaran atau parkiran perahu yang mereka gunakan sebagai

alat transportasi.

e. Pola Hidup

Salah satu sistem budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, adalah pola hidup. Pola hidup di ekspresikan melalui tingkah laku

manusia. Bahwa membangun sebuah rumah merupakan gejala budaya, maka bentuk

pengaturan ini dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan itu berada

dan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor atau faktor tunggal lainnya, tetapi

merupakan konsekwensi dan cakupan faktor – faktor budaya dalam pengertian yang luas.

Budaya yang menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan keseharian yang mewarnai

kehidupan masyarakat Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah kebiasan masyarakat dalam

menampung kayu bakar untuk keperluan masak dan penghangat tubuh. Keperluan akan suhu

penghangat tubuh mempengaruhi bentuk dan kemiringan atap rumah tinggal yang cenderung

sangat miring hingga bisa menutup dinding.

Hamah Sagrim 108

Page 109: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kebiasaan masyarakat untuk mencuci, mandi, dan buang air didaratan hutan sehingga

pada huniannya tidak tersedia KM/WC. Sertamerta perilaku anak- anak dalam bermain

seperti kebiasaan bermain di hutan (memburu burung, tikus, babi, rusa dan telor maleo) yang

mana dijumpai pada anak – anak yang hidup di daerah pegunungan sedangkan bagi anak –

anak di daerah pesisir pantai dalam bermain kebiasaannya bermain di laut (berenang,

menyelam, memancing, mencari kerang dan lain - lain), sehingga mengakibatkan tidak

tersediannya open space di darat. Kebiasaan dan perilaku masyarakat tersebut secara tidak

langsung akan mempengaruhi bentuk arsitektur di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat.

f. Lingkungan Alam

Kerasnya lingkungan alam dan situasi kehidupan yang serba saling membunuh (perang-

perangan), dapat menjadi tantangan utama yang menantang suku Maybra,t Imian, Sawiat,

untuk bertahan hidup. Sebagai masyarakat petani di daerah pegunungan yang seluruh

hidupnya dihabiskan di kebun dan hutan, dan untuk masyarakt pantai yang menghabiskan

hidupnya di laut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, mampu mengatasi dan beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya.

Untuk merespon keadaan alam dan situasi lingkungannya seperti terpaan gelombang,

angin kencang, kelembaban yang tinggi, dan tekanan musuh, masyarakat suku Maybrat,

Imian, Sawiat, mengatasi dengan cara dan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka.

Untuk mengatasi terpaan angin kencang sudah menjadi gejala alam di wilayah Maybrat,

Imian, Sawiat. Untuk mengatasi hal tersebut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, membangun

rumah dengan konstruksi dari kayu dan antara elemen satu dengan lainnya dikaitkan

membentuk suatu struktur yang kaku, namun cukup elastis dan fleksibel, Sehingga apabila

terjadi terpaan angin kencang, rumah dengan konstruksi kayu ini tidak akan roboh tapi hanya

melenggang saja.

Angin kencang yang bertiup dari arah laut pada dini hari dan pagi hari, memaksa warga

suku Maybrat, Imian, Sawiat, khusunya dalam peralihan bentuk dan tampilan bangunan

yang relatif tertutup. Bukaan – bukaan dibuat relatif kecil, dan jendela (bukaan) diganti

dengan kisi – kisi untuk penghawaan dalam ruang.

Untuk mengatasi kelembaban yang cukup tinggi, berdasarkan pengalaman para warga,

membuat tungku api dalam ruang tidur, karena dengan membuat tungku api didalam

ruangan tidur maka adanya transformasi panas perapian yang dapat menghangatkan.

Hamah Sagrim 109

Page 110: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

B.5. Geofisik Wilayah

a) Aspek geofisik wilayah.

1. Geofisik wilayah pesisir

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut, dengan batas kearah darat

meliputi bagian daratan baik yang kering bahkan yang terendam air, yang masih mendapat

pengaruh sifat – sifat laut dan pegunungan seperti angin, pasang surut laut, perembesan air laut,

kekeringan, dan hutan belantara yang mana ciri – ciri heterogenitas alam masih dipengaruhi oleh

alam seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan

manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Dinamika wilayah pesisir secara

fisik depengaruhi oleh parameter lingkungan – lingkungan fisik yang menyebabkan wilayah

pesisir terutama berbentuk pantai yang selalu berubah – ubah sepanjang waktu. Karakteristik

wilayah pesisir ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik seperti pasang surut, arus laut,

gelombang, angin,salinitasi, suhu dan perubahan muka air. Fenomena ini memberi kekhasan

karakteristik pada kawasan pesisir dan laut sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik

perairan yang berbeda – beda sebagaimana berikut :

a. Pasang Surut air laut

pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara hampir periodik karena

gaya tarik benda – benda angkasa terutama bulan dan matahari. Naik turunya air laut dapat

terjadi sekali sehari (pasang – surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda),

sedangkan pasang surut yang berperilaku diantara keduanya disebut sebagai pasang surut

campuran. Para nelayan Suku Maybrat Imian Sawiat Pada wilayah pesisir Teminabuan

mengenal adanya pasang surut campuran, condong ke harian ganda (mixed diuarnal tide)

terjadi duakali pasang dan duakali surut dalam sehari.

Catatan arus pasang surut terkuat pada daerah air laut Kabupaten Sorong Selatan dapat

mencapai 1,5 - 2,5 m/detik, pada saat pasang purnama dan dilaut terbuka kekuatan pasang

surut kurang dari 1,5 m/detik.

b. Gelombang Laut

Hamah Sagrim 110

Page 111: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gelombang ditemukan dipermukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses

alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat – saat tertentu disebabkan oleh

gempa dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang

kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini

dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai satu pantai akan mengalami satu

pembiasan (refraction), dan akan memusat (comvergence) jika mendekati semenanjung,

akan menyebar (divergence) jika menemui cekungan. Disamping itu gelombang yang

menuju ke perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging.

Semua fenomena yang dialami gelombang tersebut pada hakekatnya desebabkan oleh

keadaan topografi dasar lautannya (see bottom topography).

c. Suhu Air

Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis,

musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara, seperti alih panas (hot),

penguapan dan hembusan angin. Suhu air laut di Indonesia secara umum berkisar antara 26 -

19°c karena perairan Indonesia dipengaruhi angina musim, maka sebaran permukaan lautnya

pun mengikuti perubahan musim. Di kawasan pesisir Kabupaten Sorong Selatan, suhu

berkisar 28 - 29°c, musim timur berkisar antara 26 - 28°c.

d. Angin

Angin merupakan parameter lingkungan terpenting sebagai gaya penggerak dari aliran

skala besar yang terdapat baik di atmosfer maupun lautan. Gelombang merupakan produk

penting yang dihasilkan oleh angin. Demikian juga deretan bukit pasir (sand dones) yang

ditemui dipantai – pantai yang penting bagi perlindungan pantai.

Angin merupakan gerakan udara dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang

bertekanan udara rendah. Di wilayah pesisir pantai, angin lokal yang dikenal dengan angin

darat dan angin laut kadang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk melaut untuk menangkap

ikan dan ke darat. Berhembusan angin darat, (dari darat ke laut) pada malam hari dan angin

laut (dari laut ke darat) pada siang hari disebabkan oleh perbedaan panas antara daratan dan

laut. Pada siang hari permukaan daratan lebih cepat panas akibat udara diatas permukaan

daratan menjadi panas dan memuai serta mudah naik keatas. Kekosongan udara didekat

daratan akan diisi oleh udara dari laut yang suhunya lebih rendah. Angin laut pada jam 9.00 –

Hamah Sagrim 111

Page 112: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Pergerakan angin pada

malam hari bertiup dari

daratan ke laut, atau juga

disebut angin gunung

yang bertiup pada malam

hari, liaht pada gambar

disamping kanan

sedangkan angin laut

bertiup pada siang hari

Gambar:Angin laut terjadi pada malam

hari

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

1.0 pagi, sedangkan angin barat terjadi sekitar jam 17.00 – 19.00 sore, dengan

kekuatan rata – rata 2,5 – 3,5 m/detik. Lihat gambar tiupan angin berikut ini:

dari laut ke daratan atau disebut angin laut yang bertiup lihat gambar di sebelah kiri.

2. Geofisik wilayah pegunungan

Wilayah daratan adalah daerah yang meliputi daratan kering bahkan yang terrendam air

sungai, yang mana mendapat pengaruh sifat – sifat dataran tinggi seperti angin, curah hujan,

panas matahari dan kemiringan lereng perbukitan.

Dinamika wilayah pegunungan Maybrat Imian Sawiat dipengaruhi oleh parameter manusia

yang menyebabkan wilayah pegunungan yang dengan heterogenitas hutannya yang utuh

menjadi rusak (gundul) dan tercemar karena ulah manusia. Karakteristik wilayah pegunungan ini

dibentuk oleh parameter lingkungan fisik dan makhluk yang ada, seperti burung dan hewan

lainnya yang setelah memakan buah pohon setelah melewati daerah pegunungan yang begitu

terbakar dan gundul tanpa pohon, ia meninggalkan kortoran biji pohon yang mana bertumbuh

kembali, angin, tanah yang menyimpang akar sehingga bertumbuh kembali suatu saat.

3. Geografi Dan Fisik Wilayah

3.a. Letak geografi

Hamah Sagrim 112

Gambar:Angin darat terjadi pada siang hari

Page 113: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Suku Maybrat Imian Sawiat adalah suku yang berada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan

Papua. Kabupaten Sorong Selatan terletak dibagian barat pulau papua. Secara geografis,

Kabupaten Sorong Selatan terletak pada posisi 131° 42¹ 0”BT - 132° 58¹ 12”BT dan 0° 55¹ 22”

LS - 2° 17¹ 24” LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39 ha

(berdasarkan peta), berbatasan dengan wilayah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Moraid dan Distrik Fef (Kabupaten Sorong)

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kebar (Kabupaten Manokwari), Distrik Moskona

Utara, Distrik Moskona Selatan dan Distrik Aranday (Kabupaten Teluk Bintuni)

c. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Teluk Bintuni dan Laut Sram

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Distrik Beraur dan Diastrik Makbon

Kabupaten Sorong.

3.b. Administrasi Wilayah

Luas kabupaten Sorong Selatan tercatat 29.810 km², saat ini terbagi menjadi 14 distrik yang

sebelumnya 10 distrik. Wilayah distrik terluas adalah distrik Inanwatan, yaitu seluas 4.234 km²

(14,2%), sedangkan wilayah terkecil adalah distrik Ayamaru utara, yaitu seluas 1.071 km² atau

3,59% dari luas kabupaten Sorong Selatan. Luas masing – masing distrik di Kabupaten Sorong

Selatan termuat dalam table berikut:

Tabel Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik tahun 2004

No Distrik Luas Area (km²) Persentase (%)

1 Inanwatan 82.986,56 6,282 Kokoda 115.534,54 8,743 Aifat Timur 193.930,38 14,604 Aifat 262.499,01 19,875 Aitinyo 71.768,71 5,436 Moswaren 88.438,76 6,697 Teminabuan 90.604,40 6,868 Ayamaru 58.549,30 4,439 Sawiat 102.688,53 7,7710 Mare 51.133,00 3,8711 Matemani Kais 94.889,92 7,1812 Wayer 29.121,30 2,2013 Seremuk 48.737,14 3,6914 Ayamaru Utara 31.307,85 2,37

Kabupaten Sorong Selatan 1.321189,39 100,00

Hamah Sagrim 113

Page 114: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sumber data : Laporan Fakta Tata ruang Kabupaten Sorong Selatan 2008 – 2007

Kabupaten sorong selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat dengan

ibukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil

pemekaran kabupaten Sorong berdasarkan UU No 26 tahun 2002. secara administrative,

pemerintahan Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3 Kelurahan dan 210

kampung atau desa.

Distrik Aitinyo mempunyai jumlah Desa atau Kampung yang paling banyak, yaitu 26 desa

atau kampong. Sedangkan distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah

kampung paling sedikit, yaitu sebanyak 6 Kampung. Berikut lihat tabel pembagian administrasi

dan ibukota serta banyaknya kampong dalam distrik masing – masing :

Hamah Sagrim 114

Page 115: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tabel pembagian wilayah administrasikabuaten Sorong Selatan tahun 2006

No

Distrik IbukotaBanyaknyaDesa/Kelurahan Ju

mlah

Nama kampung

Desa kelurahan

1 Inanwatan Inanwatan

13

- 13

Mate, Saga, Mugim, Nogibi, Wadoi, Solta baru, Isogo, Sibae, Serkos, Nusa, Puragi, Tawanggire, Bedare

2 Kokoda Kokoda 20

- 20

Migori, Siwatori, Tarof, Tambani, NegeriBesar, Kasuweri, Udagaga, Benawa II, Atori/Kambur, Korewatara, Daubak, Topdan, Arbasina, Kayubiro, Adona, Migirito, Totona, Birawaku, Nayakore, Tapas

3 Aifat timur

Aisa 13

- 13

Aisa, Ayata, Kamat, Aikrer, Aitrem, Sawin, Ainesra, Sabah, Warmu, Fuog, Womba, Aifam, Tahsimara

4 Aifat Kumurkek

23

- 23

Kumurkek, Kisor, Susmuk, Kokas, Ayawasi, Konja, Sori, Kocuwer, Bori, Mosum, Yarat, Ayawasi Selatan, Wer jaya, Aisyo, Fonatu, Maan, Waine, Tahahite, Ayawasi timur, Imsun, Fatmayap, Faton, Susai

Aitinyo, Korom, Soraya, Tehak kecil, Sris, Karsu, Irohe, Sumanis, Kamro, Asmuruf, Yaksoro, Sira, Awit, Kambufatem, Kambufatem utara, Fetase, Jitmau, Ikuf, Isir, Fategomi, Faan, Tehak besar,

Hamah Sagrim 115

Page 116: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

5 Aitinyo Aitinyo 26-

26 Gohsames, Mirafan, Ewai, Jitmau timur

6 Moswaren Moswaren 6 - 6Moswaren, Johsiro, Hararo, Bumiajo, Hasik Jaya, Kamisabe

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007

Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006

No

Distrik Ibukota BanyaknyaDesa/Kelurahan Jumlah Nama kampung

Desa kelurahan

7 Teminabuan Teminabuan

18

2 20

Konda, Wersar, Wehali, Aibobor, Wamargege, Bariat, Manelek, Magis, Seribau, Tegirolo, Seyolo, Nakna, Gorolo, Namro, Tapiri, Keyen, Wermith, Wernas, Kohoin, Kaibus

8 Ayamaru Ayamaru 24

1

25

Sauf, Kanisabar, Koma-koma, Soroan, Sembaro, Kartapura, Arus, Kambuaya, Kambuskato, Fiane, Men, Kofait, Huberita, Kambuwifa, Faitmajin, Framu, Mefkajim II, Sosian, Temel, Adoh, Isnum, Chaliat, Fanse, Fraharoh

9 Sawiat Wenslolo 16-

16

Klamit, Tapuri, Safkyo, Eles, Sodrofoyo, Sasnek, Wendi, Sawiat, Wen, Wenslolo, Kafalit, Wensoug, Pasir putih, Wandum, Welek, Bemus

10 Mare Suswa 7 - 7Suswa, Seya, Seni, Sire, Wabam, Kombif, Renis

11MatemaniKais Kais

12 - 12

Kais, Tapuri, Yahadian, Benawa I, Sumamo, Makaroro, Siranggo, Haimaran, Mukamat, Ikana, Onimsefa, Mogotemin

Sungguer, Boldon,

Hamah Sagrim 116

Page 117: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

12 Wayer Sungguer 8 - 8 Sesor, Waigo, Bagoraga, Wardik, Unggi, Wayer

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007

Lanjutan Tabel

pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006

N

o

Distrik Ibukota Banyaknya

Desa/Kelurahan Jumlah Nama kampung

Desa Kelurahan

13 Seremuk Haha

1

6

- 16

Klaogin, Knaya,

Komonggaret, Sisir, Kayabo,

Seremuk, Sayal, Sira,

Mlaswat, Srer, Sbir, Tofot,

Haha, Manggroholo, Woloin,

Kamaro

14

Ayamaru

Utara Yukase

8

- 8

Karetubun, Yubiah, Mapura,

Suwiam, Setta, Hohoyar,

Segiyor

Kab.

Sorong

Selatan

210 213

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007

3.c. Potensi dan Daya Dukung Lingkungan

a. Topografi

Topografi Kabupaten Sorong Selatan cukup bervariasi, terdiri dari dataran tinggi yang

merupakan daerah pegunungan dan lereng – lereng (pedalaman ± 65%), dataran rendah, air

payau dan pantai (35%). Secara garis besar, penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut :

Hamah Sagrim 117

Page 118: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

1. dataran tinggi (Plato) meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat Timmur,

Sawiat dan sebagian Aitinyo

2. dataran rendah (rendah) meliputi Distrik Teminabuan, Seremuk, Wayer, Moswaren dan

sebagian Aitinyo

3. Dataran payau meliputi Distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian seremuk.

Sebagian besar daerah Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan

kemiringan lereng berkisar dari 0 – 8%. Daerah dataran rendah ini membujur dari arah barat laut

ke selatan yang berbatasan langsung dengan laut banda. Daerah dataran rendah tersebut meliputi

Distrik Seremuk, Distrik Teminabuan, Distrik Kais, Distrik Inanwatan dan Distrik Kokoda.

Keunggulan dari factor fisik ini menyebabkan sebagian besar kegiatan penduduk berkembang di

dataran rendah ini.

Luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dengan topografi

pegunungan (kemiringan lereng >40%) adalah seluas 84.624,72 ha. Sedangkan luas wilayah

kabupaten tersebut yang merupakan daerah perbukitan adalah seluas 19.916,05 ha.

Sebelah utara kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah pegunungan karst yang dikenal

dengan nama pegunungan Bukamadah. Distrik di Kabupaten sorong selatan yang mempunyai

topografi dominan pegunungan adalah Distrik Sawiat, Distrik Mare, Distrik Wayer, Distrik

Ayamaru, dan Distrik Moswaren.

Karakteristik topografi kabupaten Sorong selatan yang sebaian besar merupakandaerah

dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun perkotaan berkembang

di dataran rendah tersebut. Hal tersebut akan sedikit banyak mempengaruhi tingkat

perkembangan distrik – distrik yang ada di kabupaten Sorong Selatan. Topografi wilayah sorong

selatan berkisar antara 0 – 1668 m dpal (di atas permukaan air laut). Puncak tertinggi yaitu

daerah faumai, dengan ketinggian 1668 m dpal, terletak di bagian barat laut teminabuan. Untuk

lebih jelasnya, topografis seluruh Kabupaten Sorong Selatan dan perdistrik di Kabupaten Sorong

Selatan dapat di lihat pada tabel berikut :

Hamah Sagrim 118

Page 119: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kemiringan Lereng Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik

No

Distrik 0 – 3 % 3 – 8% 8 – 15 % 15 – 25 %

25 – 40 %

40 – 60 %

> 60 %

1 Inanwatan 79.623,88 2.779,08 - - - - -2 Kokoda 105.746,6

29.196,48 8,49 - - - -

3 Aifat timur 57.024,09 51.653,98 21.190,03 20.241,47

26.366,94

15.318,47

855,87

4 Aifat 69.456,16 109.399,92

25.055,58 21.354,45

25.691,78

11.144,80

246,98

5 Aitimyo 36.631,88 28.841,25 5.399,23 860,30 36,32 - -6 Moswaren 55.387,09 27.593,18 4.696,48 705,00 57,16 - -7 Teminabua

n69.374,75 17.381,04 2.687,43 323,76 15,33 - -

8 Ayamaru 9418,73 - - 2.642,13 - - -9 Sawiat 12.963,43 49.423,28 29.012,31 8.615,28 2.082,88 216,96 -10 Mare 8.211,35 49.423,28 29.012,31 8.615,28 2.082,88 216,96 -11 Matemani

kais83.958,23 9.808,71 5,95 - - - -

12 Wayer - 16.345,22 3.664,84 - - - -13 Seremuk 36.313,91 10.407,52 908,33 420,54 221,38 - -14 Ayamaru

utara4.777,58 17.963,27 7.343,26 1.153,60 65,76 4,25 -

jumlah 628.887,70

400.216,21

128.984,24

64.931,81

56.620,43

26.901,44

1.102,85

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007

b. Morfologi

Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupten Sorong Selatan terbagi menjadi 3 jenis

satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Berdasarkan buku

geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuari, dataran

alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium, pegunungan pantai dan swell. Estuari atau

muara yang lebar selama proses pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh

pantai di barat daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan sawel hanya ada di dua

Hamah Sagrim 119

Page 120: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

daerah yaitu di tanjung Semeboy (distrik Seremuk) dan tanjung Saibabu (distrik Teminabuan).

Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di dataran rendah adalah Distrik Seremuk,

Teminabuan, Kais, Inanwatan dan Kokoda.

Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato Ayamaru, sisa kipas alluvium

dan sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik

Moswaren, Distrik Aifat, dan Distrik Aifat timur. Distrik Mare, Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru,

Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat dan Distrik Aifat timur berada disatuan morfologi

pegunungan. Pegunungan tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk ‘V’

yang mempunyai ciri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk ‘V’,

lereng yang tajam (20 - 30°) dan timbulan melebihi 300 m. di pegunungan dengan ciri tersebut

banyak ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok – belok tajam. Sedangkan pegunungan

homoklin yang ada di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum

atas sampai Eosen.

Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten Sorong Selatan diantaranya adalah

Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung Fomaya, Tanjakan Fansaraf, Tanjakan Dkun Taftik,

Gunung kemar, dan tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan buku geologi lembar Teminabuan, Irian

Jaya (1989 : 5), sebagian besar wilayah Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Wayer, Distrik

Mare dan Distrik Aifat berada pada Plato Ayamaru. Sedangkan distrik – distrik lainnya berada

didaerah pegunungan, kars dan dataran.

Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan kabupaten Sorong Selatan terdiri dari

blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar

perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering karst,

pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan karst dengan

puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng

miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis berat, perbukitan karst

dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya morfologi berdasarkan analisis dari

Bakosurtanal, 2007 terdapat dalam peta berikut.

Hamah Sagrim 120

Page 121: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Peta morfologi

c. Hidrologi dan Sumberdaya Air

1. Curah hujan

Berdasarkan tabel di bawah ini, rata – rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm

per bulan pada tahun 2003. sedangkan rata – rata hari hujan tertinggi dalam setahun adalah

19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim Schimidt dan Fergusson, tipe iklim di

wilayah Kabupaten Sorong Selatan termasuk tipe iklim A yaitu daerah beriklim tropis basah.

Untuk lebih jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Sorong Selatan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Hamah Sagrim 121

Page 122: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hujan, Kelembaban udara, dan Penyinaran matahari Kabupaten

Sorong Selaran Curah hujan, Rata – rata hari

Bulan

Curah hujan (mm) Hari hujan

2001 2002 2003 2004 2005 2006 200

1

200

2

200

3

200

4

200

5

2006

Januari 305 248,2 77,2 201 55 213,91 21 15 7 24 17 14,91

Februari 216 70,6 107,4 157 75 287,18 15 6 14 18 15 15,36

Maret 157 156,8 294,3 149 132 283,27 17 18 24 14 15 18,36

April 111 220,3 29,9 272 266 268,65 15 17 17 20 23 15,82

Mei 325 336,4 163,6 142 239 197,73 16 10 12 16 21 13

Juni 418 304,4 431,3 93 395 157,27 22 18 18 19 25 12,45

Juli 343 14,4 510,8 189 228 122,18 14 4 27 29 20 11,18

Agustus 26 29 313,6 24 136 153,09 9 6 16 8 14 10,82

September 476 18 182,9 339 113 127,36 27 3 18 24 15 10,09

Oktober 134 44,7 236,6 64 370 122,7 13 3 16 9 22 11,8

Nopember 289 126,2 74,9 161 186 182,3 16 12 9 15 20 13,3

Desember 111 186,2 223,9 257 342 330,5 16 12 14 24 23 19,1

Jumlah 2.911 1.755,2 2.836,

4

2.04

8

2.53

7

2.446,1

4

201 124 192 220 230 166,2

Rata – rata 243 146 236 171 211 204 17 10 16 18 19 14

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007

2. Air permukaan

Potensi hidrologi di kabupaten Sorong Selatan terdiri dari potensi air permukaan tanah (fresh

water) dan air tanah (ground water). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau

dan air sungai yang mengalir.

Hamah Sagrim 122

Page 123: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sungai

Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS

Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing – masing DAS mempunyai banyak

anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kearah Barat daya hingga Barat Laut

dan bermuara di sungai utama yaitu sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai

Waromge.

Berdasarkan peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang

teridengtifikasi yaitu DAS Aninmaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani,

Sajem, Sebar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromage. Untuk lebih

jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing – masing terlihat dalam peta berikut.

DAS kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit, dan Sungai Sayal. Sungai

sayal memiliki anak sungai yang relative sedikit, umumnya merupakan sungai – sungai

kecil di daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir

ke Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari sungai Keyen, Sungai Sungguer, sungai

Waigo dan sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge,

misalnya sungai keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai – sungai utama dan anak

– anak sungai yang cukup besar sebagian aliran dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Sungai – sungai yang berada di kabupaten Sorong Selatan berfungsi sebagai sumber

air sehari – hari bagi penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana

transportasi. Contoh sungai di Kabupaten Sorong Selatan yang berfungsi sebagai tempat

wisata adalah sungai Sembra, sungai Kohoin, kali Korom, sungai Wermit, dan kali

Framu. Selain itu sungai yang ada di Kabupaten Sorong Selatan juga merupakan sumber

air PAM. Sebagai contoh air PAM di distrik Ayamaru bersumber dari sungai Mos dan

distrik Ayamaru utara menggunakan sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan

lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di Kabupaten Sorong Selatan. Salah satunya

adalah sedimentasi yang terjadi di sungai Hilang di distrik Sawiat. Pendangkalan sungai

tersebut menyebabkan air menggerus badan jalan di sisi sungai dan juga menyebabkan

banjir yang dapat memutus jalur transportasi.

Danau

Danau merupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di

kabupaten Sorong Selatan. Setidaknya ada 5 danau terdapat di Kabupaten Sorong Selatan

Hamah Sagrim 123

Page 124: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yaitu : Danau Uter di Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau

Sembra di Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (makiri) dan Nawewafom di

Distrik Aifat timur.

Danau – danau tersebut merupakan sumber air sehari – hari bagi penduduk yang

bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau – danau tersebut menyimpan

potensi sebagai obyek wisata di kabupaten sorong selatan seperti Danau Ayamaru di

Distrik Ayamaru, dan danau Uter di Distrik Aitinyo.

Danau Aayamaru merupakan salah satu danau yang ada di Kabupaten Sorong Selatan

yang terletak di distrik Ayamaru. Luas danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe

seri oligotropik-eutropik yang produktifitasnya tergantung nutrisi yang diterimanya dan

pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan plankton kurang karena

laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru

juga merupakan salah satu danau yang dijadikan sebagai obyek wisata, oleh sebab itu, di

sekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas – fasilitas pendukung tempat wisata

seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek wisata, danau

Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan

sehingga danau tersebut banyak ditemukan keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini,

danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan diperbukitan sekitar

danau.

Danau Uter di distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di Kabupaten Sorong

Selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga sebagai sumber air sehari –

hari bagi penduduk setempat.

d. Klimatologi

Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak

langsung mendapat pengaruh udara kering dari Australia ataupun sebaliknya mendapat

pengaruh udara basah dari daratan Benua Asia.

Iklim wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong iklim tropis monsoon. Musim hujan

terjadi saat berlaku monsoon tenggara, yaitu pada bulan mei – oktober. Daerah dataran

rendah di Kabupaten Sorong Selatan mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena

adanya proses hujan orografis dimana angin yang membawa uap air laut terhambat

Hamah Sagrim 124

Page 125: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pegunungan yang berada diebelah utara Kabupaten Sorong Selatan sehingga terjadilah hujan

lokal di daerah yang terletak dibawah pegunungan tersebut (dataran rendah).

Suhu udara rata – rata berkisar antara 20°C – 38°C dengan fluktuasi suhu rata – rata pertahun

tidak lebih dari 2°C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang mencapai (8 m/dt),

dengan frekuensi kejadian kurang dari 2%. Kecepatan angin umumnya bertiup dari arah barat

daya (>15 m/dt). Tekanan udara barometric berkisar dari 998,6 mb – 1113 mb dengan

tekanan udara rata – rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata – rata 84,7% dan intensitas

penyinaran matahari sekitar 54,3%.

e. Kendala Fisik dan Potensi Bencana

1. Kendala Fisik

a. Topografi

Wilayah Kabupaten Sorong Selatan adalah Wilayah dengan topografi yang cukup

berfariasi. Wilayah sebelah utara merupakan daerah pegunungan, sedangkan sebelah selatan

merupakan daerah datar dan bagian - bagian di bagian tengah merupakan dataran luas yang

berada diketinggian yang biasa disebut dengan Plato Ayamaru. Berdasarkan hasil

perhitungan kemiringan lereng, lebih dari 30% dari luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan

merupakan pegunungan. Kondisi alami tersebut merupakan salah satu kendala fisik yang

menghambat perkembangan Kabupaten Sorong Selatan khususnya menghambat

perkembangan fisik perkotaan maupun aksesibilitas antar Kabupaten dan distrik, bahkan

sampai ke perkampungan.

Ibukota Kabupaten Sorong Selatan yaitu Kota Teminabuan, berada di bagian selatan

Kabupaten tersebut atau tepatnya di tepi sungai Seremuk. Secara fisik, letak kota teminabuan

mudah untuk diakses bagi distrik – distrik disekitarnya yang relatif mempunyai topografi

datar. Sedangkan untuk distrik yang berada di bagian utara yang merupakan daerah

pegunungan aksesibiliti untuk menuju ibukota kabupaten sangat sulit karena adanya

pegunungan sehingga untuk menuju ibukota kabupaten harus memakai jalan laut yang

kadang memakan waktu sangat lama. Saat ini arah perkembangan permukiman maupun

sarana – prasarananya lebih dominan berkembang di bagian selatan Kabupaten Sorong

Selatan yang merupakan daerah dataran rendah dan di bagian tengah Kabupaten Sorong

Selatan yang merupakan Plato.

Hamah Sagrim 125

Page 126: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Cuaca

Cuaca merupakan salah satu kendala fisik yang dihadapi Kabupaten Sorong Selatan.

Kabupaten Sorong Selatan terletak di pesisir pantai sehingga kemungkinan terjadinya hujan

orografis lebih sering dibandigkan wilayah lainnya. Hujan tersebut di satu pihak membawa

keuntungan tapi di pihak lain membawa kerugian. Apabila terjadi hujan maka akan terjadi

banjir di jalan yang menghubungkan antar kota Sorong dengan Kabupten Sorong Selatan.

Peristiwa tersebut akan menghambat aksesibilitas antara kedua Kabupaten tersebut.

Selain itu kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat menghambat aksesibilitas laut.

Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan seperti ombak besar, angin besar, hujan deras,

maka perjalanan kapal dari kota Teminabuan ke Kota Sorong atau wilayah lain yang hanya

dapat ditempuh degan perjalanan laut akan mengalami kendala.

c. Potensi Bencana

Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sorong Selatan, peta seisomotektonik Indonesia dan

peta wilayah bencana gempa bumi Indonesia, maka di Kabupaten Sorong Selatan tepat

potensi bencana alam yang berupa gempa tektonik, gerakan tanah/batu – tanah longsor, dan

amblesan.

B.6. Kependudukan Dan Sosial Budaya Masyarakat Maybrat Imian Sawiat Zaman

Prasejarah – Zaman Sejarah

a. Kependudukan

1. Jumlah dan Sebaran Penduduk

Penduduk sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem wilayah memiliki peranan yang

penting sebagai subyek pelaku perubahan pemanfaatan ruang melalui berbagai kegiatan dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain sebagai pelaku perubahan ruang, penduduk juga

merupakan pihak yang akan memperoleh manfaat dari upaya – upaya penataan ruang. Dengan

demikian dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting sebagai obyek maupun dalam

dinamika perkembangan suatu wilayah.

Sebagai subyek pembangunan, potensi sumberdaya manusia di Suku Maybrat Imian Sawiat

digunakan sebagai ujung tombak untuk mempercepat peningkatan ke arah kehidupan yang lebih

baik. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia yang ada di wilayah Maybrat Imian Sawiat,

yang mana sebagai motor penggerak yang mampu dengan cepat dalam proses peningkatan

Hamah Sagrim 126

Page 127: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pengembangan pembangunan. Penduduk asli Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 3 (tiga) suku

besar dengan beberapa anak Suku, yaitu Suku Maybrat, beranak suku; May brat, May Ithe,

meyah, dan May Maka . Suku Tehit, dengan anak suku; Imian, Sawiat, Saifi, Gemna, Nakna,

Afsya dan Ogin. Suku Imeko, dengan anak suku; Inanwatan, Matemani, Kokoda.

Sampai dengan tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah 51.514 jiwa

yang tersebar di 14 distrik. Sebanyak 90% dari total jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan

adalah penduduk asli orang Papua, sedangakan sisanya 10% adalah penduduk non papua, antara

lain etnis yang berasal dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Distrik – distrik yang memiliki penduduk paling banyak adalah distrik Kokoda yang merupakan

daerah pantai dengan jumlah penduduk 8.158 jiwa yang merupakan 15,84%, dari total penduduk

Kabupaten Sorong Selatan, kemudian distrik Teminabuan yang merupakan dataran rendah

dengan jumlah penduduk 7.660 jiwa yang merupakan 14,87% dan distrik Ayamaru yang

merupakan daerah dataran tinggi dengan jumlah penduduk 6.356 jiwa yang merupakan 12,34%.

Sedangkan distrik yang memiliki penduduk paling sedikit adalah distrik Wayer dengan jumlah

penduduk sebanyak 1.237 jiwa yang merupakan 2,40% dari total jumlah penduduk Kabupatn

Sorong Selatan. Distrik Wayer merupakan pemekaran wilayah dari Distrik Teminabuan.

Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2004 – 2006

No Distrik2004 2005 2006Jiwa % Jiwa % Jiwa %

1 Inanwatan 3.858 7,86 3.970 7,85 4.030 7,822 Kokoda 7.036 14,3

37.242 24,33 8.158 15,84

3 Aifat Timur 1.896 3,86 1.952 3,86 1.562 3,033 Aifat 2.808 5,72 2.890 5,72 4.392 8,534 Aitinyo 3.976 8,10 4.092 8,10 3.404 6,615 Moswaren 1.703 3,47 1.752 3,47 1.683 3,276 Teminabuan 7.742 15,7

67.969 15,77 7.660 14,87

7 Ayamaru 6.214 12,65

6.394 12,65 6.356 12,34

8 Sawiat 2.962 6,03 3.048 6,03 2.593 5,0310 Mare 1.712 3,49 1.761 3,48 1.859 3,6111 Matemani Kais 1.845 3,76 1.899 3,76 2.523 4,9012 Wayer 1.582 3,22 1.629 3,22 1.237 2,4013 Seremuk 2.718 5,53 2.798 5,54 3.048 5,92

Hamah Sagrim 127

Page 128: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Peta sebaran penduduk kabupaten Sorong Selatan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

14 Ayamaru Utara 3.059 6,23 3.148 6,23 3.009 5,84Kabupaten Sorong Selatan 100

Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 – 2007

2. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah

Kabupaten Sorong Selatan yang meliputi area daratan seluas 29.910 km², sampai dengan tahun

2006, memiliki kepadatan penduduk rata – rata sebesar 1,73 jiwa/km² yang artinya setiap

kilometer persegi rata – rata dihuni 1,73 atau 2 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh Distrik

Teminabuan sebesar 4,18 jiwa/km², sedangakan kepadatan terendah dimiliki oleh Distrik Wayer

sebesar 0,88 jiwa/km². Dengan demikian secara keseluruhan kepadatan penduduk diwilayah ini

dapat dikatakan masih sangat rendah. Untuk lebih jelas mengenai sebaran penduduk dapat dilihat

pada peta berikut.

Gambar : Peta Kepadatan Penduduk

Hamah Sagrim 128

Page 129: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(Sumber: Laporan Fakta Tata Ruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007)

b. Sistem Sosial Zaman Prasejarah – Zaman Sejarah.

1. Karakteristik Sosial Budaya

Awal perkembangan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dimulai dari Teminabuan, yaitu Kota

yang terletak di tepi sungai Kaibus, yang mana sudah berkembang sebagai salah satu pusat

perdagangan sejak zaman kesultanan Ternate – Tidore yang mana menelusuri daerah tersebut

melalui wilayah Fak-Fak dengan mencari barang-barang komoditi. Komoditi yang

diperdagangkan adalah hasil alam dari Papua seperti hasil hutan, sagu dan bulu burung. Sebelum

kedatangan Belanda, perdagangan dengan sistem barter telah terjadi antara pedagang dari

kerajaan ternate – Tidore tersebut menukarkan kain dan porselen untuk mendapatkan kayu, bulu

burung dan sagu. Kerajaan Ternate dan Tidore selain berdagang juga mendapatkan hasil hutan

dan budak dari daerah muara sungai Kaibus dan Waromge. Kerajaan Ternate dan Tidore

menyisiri Wilayah Sorong Selatan dengan orang – orang VOC yang berpusat di Fak – fak, dan

selanjutnya ke Teminabuan-Tehit dengan menggunakan jalur tradisional yang awalnya

digunakan oleh orang Teminabuan dan Fak – fak dalam perdagangan anak. Ketika tiba di

Teminabuan, mereka selanjutnya ke Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat, disitulah awal orang

Maybrat Imian Sawiat mengenal barang – barang pecah – belah (barang industri). Pada saat

pencarian kayu, bulu burung dan sagu, VOC mempercayakan dua orang utusan yang

pertamakali ke Teminabuan-Tehit, mereka adalah : Taman Kiri dan Waranewi, mereka disebut

sebagai orang Patipi. Catatan ini membuktikan bahwa Orang Patipi yang pertamakali membawa

team ekspedisi ke Teminabuan, Ayamaru, Aitinyo dan Aifat.

Penyisiran dari daerah Teminabuan ke Ayamaru, Aitinyo dan Aifat menggunakan dua jalan

yang berbeda yang mana Taman Kiri menyisiri lewat Sungai Kaibus Teminabuan-Tehit dan

Waranewi menyisiri lewat Sungai Waranggei (sekarang disebut Sungai Waigo).

Setelah tiba di Teminabuan-Tehit, Taman Kiri mengangkat Frans Bessy sebagai Raja

Teminabuan, Taman Kiri selanjutnya dari Teminabuan ke Ayamaru melalui jalan Mbolmalit dan

tiba di kampung wehali bertemu dengan Srarar sesa, yang mana di beri pangkat Kapitan Wehali

(Kaptein Wehali), dan selanjutnya ke Kampung Sere bertemu dengan Hayafi Sagrim, yang

mana diberi pangkat Kapitan Hamah (Kaptain Hamah), selanjutnya ke kampung Semogum

bertemu dengan Bleskadit, yang diberi pangkat Kapitan simnyah (kaptain Siminyah) yang

Hamah Sagrim 129

Page 130: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

selanjutnya diserahkan kepada Lama Safkaur sebagai Kapitan Sauf (Kaptain Sauf), selanjutnya

ke kampung Semasim bertemu dengan Wohreh Lemauk, yang diberi pangkat Kapitan Koma -

Koma (Kaptain Koma - koma). Selanjutnya ke kampung Ayamaru bertemu dengan marga

solossa yang diberi pangkat Raja Framu.

Sedangkan satu jalur dilalui oleh Waranewi, yang mana Warenewi ke Ayamaru melalui jalan

Waigo dan ia pertamakali bertemu dengan marga Smur yang mana orang dari marga itu yang

pertamakali diberi pangkat raja, yaitu kepada Usiah Tuan, karena ia sebagai orang pertama yang

berjasa bertemu dan mampu berkomunikasi dengan Warenewi serta menuntun Waranewi dalam

perjalanannya. Selanjutnya kepada Nati siri diberi pangkat raja waigo, selanjutnya ke kampung

Arus bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Arus (Mayor Arus), selanjutnya

ke kampung kambuskato bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Kambu

(Mayor Kambu) selanjutnya ke kampung Kambuaya bertemu dengan marga Kambuaya yang

diberi pangkat Raja Kambuaya dan selanjutnya ke Ayamaru bertemu dengan temannya Taman

Kiri.

Masyarakat asli Papua pada waktu itu menganggap kerajaan Ternate – Tidore sebagai pusat

kekayaan, sehingga kain dan porselen yang mereka peroleh dianggap sebagai lambang kekayaan,

sebagai tanda status sosial yang tinggi bagi suku Maybrat Imian Sawiat yang di sebut (bobot).

Bahkan sampai saat ini masih dapat ditemui dibebrapa wilayah.

Pemerintah Hindia belanda masuk ke Teminabuan pada tahun 1917, hingga 1920. pada

tanggal; 27 Januari 1927, Agama Kristen Masuk ke Teminabuan-Tehit, yang mana Kristen

dibawa oleh dua orang penginjil dari Kepulauan Maluku yaitu : Matatula dan Yotlely,

didampingi oleh pendeta J. Wetstein. Pemerintah Hindia Belanda membangun lembaga

pendidikan tingkat SD pada tahun 1930. Pada tahun inilah berakhirnya zaman prasejarah orang

Maybrat, Imian, Sawiat, dengan memasuki babak baru zaman sejarah, dimana mereka mulai

mengenal baca dan tulis. pada massa Kependudukkan Jepang, Jepang mengambil alih sekolah –

sekolah tersebut. Ketika Pemerintah Belanda merebutnya kembali pada tahun; 1950, berturut –

turut didirikan sekolah YVVS pada tahun 1950, dan sekolah gadis MVVS pada tahun 1956 –

1957. sekitar tahun 1954 – 1955, Belanda Memindahkan pusat pemerintahan untuk wilayah

kepala burung bagian selatan dari Ayamaru ke Teminabuan yang mana hingga saat ini masih

dapt ditemui sisa – sisa bangunan Arsitektur Kolonial yang digunakan oleh pemerintahan

Belanda di wilayah Ayamaru dan Teminabuan.

Hamah Sagrim 130

Page 131: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

2. Etnis

Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong Selatan termasuk rumpun atau ras melanesoit

yang sub bangsanya adalah Bonberai yang terbagi menjadi 3 (tiga) suku yang juga terdiri dari

beberapa anak suku. Pertama, suku Maybrat, dengan anak suku May Yah, May Ithe, dan May

Maka, yang mendiami daerah bagian tengah, utara, timur yaitu Mare, Ayamaru Utara, Ayamaru,

Aifat, Aifat Timur, Moswaren dan Aitinyo.

Kedua, Suku Tehit, dengan anak suku Sawiat, Imian, Saifi, Gemna, Nagna, Afsya dan Ogin,

yang mendiami daerah tengah dan barat yaitu; Sawiat, Seremuk, Teminabuan, dan Wayer.

Ketiga, suku Imekko, dengan anak suku Inanwatan, Matemani, Kokoda dan Ras yang

mendiami daerah selatan yaitu; Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dari ketiga suku berikut, suku

Maybrat adalah Suku terbesar dengan Sebaran paling luas di Kabupaten Sorong Selatan.

Keragaman suku di Kabupaten Sorong Selatan mengakibatkan banyak ragam budaya dan

kesenian seperti seni dan bahasa, yang dalam langgam, sebutan, dan arti yang berbeda – beda

menjadi khasanah citra masing-masing.

Masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengenai stratifikasi strukturnya dapat diidentifikasi

dengan stratifikasi sosial secara tradisional semenjak zaman prasejarah hingga zaman sejarah

masih tetap digunakan, yaitu :

Bobot adalah orang terhormat ditengah masyarakat, sekaligus merupakan strata sosial

teratas. Mereka inilah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.

Raja adalah pimpinan tertinggi masyarakat sekaligus merupakan strata sosial teratas,

bersamaan dengan Bobot. Mereka ini diangkat dari keturunan Bobot dan mereka ini juga

adalah bangsawan – bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat.

Raa win - Na wofle, adalah Guru – Guru atau Penginjil Theolog tradisional. Mereka

yang dianggap sebagai penyelamat atau tabib, mereka dianggap sebagai orang terhormat

dan suci yang termasuk dalam stratifikasi dibawah Bobot dan Raja.

Raa kinyah, adalah golongan rayat biasa.

Dewasa ini suku Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berasimilasi melalui perkawinan antara

suku Maybrat dengan Suku Imian dan Suku Sawiat bahkan Sebaliknya dan juga dengan Suku

dan Bangsa lain di luar Suku mereka seperti : Manado, Jawa, Jayapura, Merauke, Serui, Batak,

Kupang, Flores, Manokwari, Biak dll.

Hamah Sagrim 131

Page 132: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Peta sebaran etnis kabupaten Sorong Selatan

Laporan fakta: tataruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kebudayaan lahir dan berkembang sebagai hasil proses adaptasi manusia terhadap linkungan,

baik sekitarnya, baik dalam arti biologi maupun bentang alam dan kondisi sosial tertentu. Ini

berarti kebudayaan manusia dapat berbeda – beda sesuai dengan perbedaan lingkungan sekitar

dimana manusia itu sendiri turut berperan.

Dalam ratusan tahun, Suku Maybrat Imian Sawiat mendiami daerah pegunungan dan pesisir

pantai Kabupaten Sorong Selatan. Kemudia berkembang serta menyebar hampir keseluruhan

Papua dan Nusantara bahkan keluar negeri.

Dalam hubungan dengan kapitan – kapitan atau raja dan bobot serta kepala suku pada masa

lampau, mereka sangat mengagumi, patuh dan taat kepada pemimpin mereka. Oleh karena itulah

Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki Sosial Budaya Masyarakat yang kelihatan semakin ramah,

aman dan serasi dengan persebaran mereka ketimbang kehidupan mula – mula mereka. Untuk

lebih jelasnya mengenai persebaran etnis, berikut dapat lihat pada peta sebaran etnis berikut :

c. Sistem Religi/Kepercayaan.

Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu Etnik (ras) yang penduduknya

mayoritas beragama Kristen Protestan yang berkisar antara 81,95%, kemudian agama Muslim

Hamah Sagrim 132

Page 133: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berkisar antara 12,04% sedangkan agama Kristen Katolik berkisar 5,97%. Proporsi tersebut

terkait dengan penyediaan fasilitas peribadatan yang ada. Berikut lihat tabel persentase penduduk

menurut agama tahun 2006.

Porsentase Penduduk Menurut Agama tahun 2006

No Agama Jumlah

1 Islam 12,04

2 Kristen Protestan 81,95

3 Kristen Katolik 5,97

4 Hindu 0,02

5 Budha 0,01

6 Konghucu 0,01

7 Lainnya 0

Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya memiliki kepercayaan akan Allah Injili

Moderen, namun dalam pra-kehidupan moderen pada zaman prasejrah mereka masih

menyimpan adanya kepercayaan akan Allah ilmiah, dimana proses pendidikannya diterapkan

dalam sekolah theologia natural yang disebut Wyion – Wofle . Suku Bangsa Maybrat, Imian,

Sawiat, umumnya percaya bahwa Wyion – Wofle adalah Allah mereka, yang mempunyai

kemampuan supranatural atas alam semesta. Mereka percaya bahwa Allah ilmiah mereka

memiliki rahasia – rahasia dan dalam berhubungan ataupun mengetahui serta memanfaatkan

rahasia – rahasia atau lebih tepat dikatakan seperti syariat. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat

harus menyerahkan dirinya untuk dididik dalam ajaran theology natural mereka yang disebut

wiyon-wofle, sehingga mereka mampu mengetahui bahasa – bahasa atau etik – etik tertentu

dalam berhubungan langsung dengan Allah ilmiah mereka. Bagi mereka yang telah menyerahkan

diri untuk diajar akan dipanggil dengan nama Raa wyion – Na Wofle yang berarti Guru theology

Natural, sedangkan seorang guru besar atau guru kepala adalah Raa bam – na tmah.

Hamah Sagrim 133

Page 134: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pada zaman prasejarah, kehidupan suku Maybrat, Imian, dan Sawiat masih cenderung

dengan kepercayaan tradisional dan pendidikan tradisional. Dalam agama tradisional (Natural

theology) atau sekolah tradisional (traditional study). Apabila seorang murid yang dibawa ke

rumah sekolah (k’wiyon-mbol wofla), maka sebagaimana telah menjadi tradisi bagi keluarganya

bahwa mereka harus membawa persembahan berupa : makanan Keladi, pisang, tebu dan harta

benda yang lain sebagainya untuk dipersembahkan kepada guru didiknya sebagai imbalan dan

makanan selama proses pendidikan berjalan.

Dalam proses pendidikan, para guru dan seorang murid dilarang untuk melakukan hal – hal

najis seperti membicarakan hal – hal kotor, mengomel, ribut serta tidak taat terhadap aturan –

aturan yang ada. Dalam proses berpendidikan, semuanya berpuasa dalam suasana belajar hingga

waktu yang sudah ditentukan. Setelah selesai menjalani pendidikan selama 3 bulan, murid –

murid tersebut akan di bawa ke lingkungan mereka untuk di uji (sana win) oleh guru mereka,

jika murid yang mampu menyelesaikan ujian-ujian yang diberikan dengan baik, maka mereka

sah sebagai murid yang lulus ( disebut “wyion tna”). Jika semua aturan yang diterapkan tidak di

jalankan maka murid tersebut tidak lulus bahkan dianggap tidak berguna lagi (ytah kỏn). Setelah

itu murid – murid tersebut akan dijemput oleh keluarga mereka masing – masing dengan upacara

dan arak – arakan dalam merayakan kesuksesan anak mereka.

1. Teologi Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Wiyon-Wofle antara fakta dan mitos

yang dilupakan.

Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, cukup kental dengan nuansa spiritualitas yang

berhubungan dengan leluhur. Tidak salah memang, walaupun di dalam masyarakat Maybrat,

Imian, Sawiat, sendiri sudah banyak menganut agama-agama yang diakui oleh pemerintah.

Melihat kembali beberapa ratus tahun yang lalu, bahwa kehidupan masyarakat tidak lepas dari

kepercayaan kepada leluhur. Dari kepercayaan leluhur ini, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,

khususnya secara gamblang membangun kehidupan keagamaan mereka. Leluhur, bagi

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai yang bercikal bakal. Artinya leluhur

dipercayai sebagai wujud dari sebuah komunitas masyarakat yang sedang berkembang sampai

terbentuknya sistem di dalamnya. Proses berkembangnya komunitas sampai pada kehidupan

masyarakat yang paling mendasar, yaitu kepercayaan. Masyarakat membutuhkan sarana untuk

sampai pada yang memberikan hidup dan segala alamnya (sumber realitas tertinggi).

Hamah Sagrim 134

Page 135: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Terbangunnya kepercayaan ini, tidak lepas dari peran leluhur yang dipercayai memberikan

kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik. Agama apapun yang dianut, termasuk yang dianut

oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua sekarang ini, tidak akan pernah lepas dari unsur

kepercayaan terhadap leluhur. Kemudian apa hubungannya dengan judul di atas? Di kawasan

Maybrat, Imian, Sawiat, kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, ada sebuah

kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar. Di wilayah ini, ada kepercayaan yang di

anut oleh penduduk setempat sebagai Religi, dan juga terdapat lokasi-lokasi tertentu dimana

Wiyon-Wofle berdiam diri. Di tempat ini pula para Theolog tradisional suku Maybrat, Imian,

Sawiat, menjadikannya sebagai sarana pemusatan pemujaan atau disebut maut hdan, mber

wiyon, maut shafla. Aktifitas ini berkembang selama bertahun-tahun tanpa terganggu. Setelah

memasuki abad ke-18 dan ke-19 yang mana bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap

sebagai abad transisi iman dan kepercayaan.

Dari ceritera atau mitologi ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa, sejarah theologi

tradisional wiyon-wofle (agama suku) di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bisa dipercaya, dan

merupakan suatu kepercayaan tradisional. Berkembang pula sebuah keyakinan mengenai cikal

bakal dari masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Memang untuk membuktikan mitos atau

ceritera yang berkembang di masyarakat ini tidak begitu sulit karena masih bisa dilakukan suatu

saat bila diminta (dilakukan secara tersembunyi di perkampungan terpencil), dan masyarakat

setempat sangat percaya dengan teologi Wiyon-Wofle secara turun temurun. Mereka mendengar

dari para leluhur dahulu. Sebuah ceritera yang berkembang di masyarakat bisa dipercaya sebagai

fakta ataupun hanya mitos, tergantung dari sudut pandang kita menganalisa. Sebagai contoh ,

faktanya bahwa ceritera ini berkembang dengan sangat kuat dan terpendam cukup lama di tengah

masyarakat. Terlepas dari ditambah ataupun dikuranginya ceritera mengenai kehadiran agama

suku di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Wiyon-Wofle. Kedua ceritera ini bisa saling dikaitkan

dari latar belakang Agama Kristen moderen dan Tuhan sebagai realitas tertinggi. Pertama, bisa

saja sebagai sebuah ceritera bahwa masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, adalah Umat Tuhan

yang mana Tuhan datang kepada mereka sebagai Wiyon-Wofle. Kedua, cukup banyak

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang beragama Wiyon-Wofle. Masyarakat Wiyon-Wofle ini

disebut Raa wiyon-Na wofle, kebanyakan mereka ditemukan di daerah perkampungan-

perkampungan terpencil Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (kebanyakan terdapat di pedalaman

Hamah Sagrim 135

Page 136: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Desa/Kampung). Dengan bukti kongkret, masyarakat secara luas kiranya bisa memberi persepsi

yang berbeda. Dengan adanya bangunan keagamaan seperti k'wiyon-mbol wofle dan

kepercayaan di Wilayah-Wilayah ini, bolehlah kita memberi penghargaan yang luar biasa. Sebab

ada hal yang bisa dipelajari dari sebuah multikulturalisme. Yaitu keterbukaan akan sebuah

perbedaan serta menghormati. Namun apapun itu, kiranya kita harus menghargai ceritera yang

berkembang sebagai wujud penghormatan akan nilai-nilai religiusitas di tengah suku bangsa

Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat ini.

2. Antara teologi wiyon-wofle dan pendidikan inisiasi orang Maybrat, Imian, Sawiat

Teologi wiyon-wofle ini bisa disebut teologi dan pendidikan inisiasi orang Maybrat,

Imian, Sawiat, sesuai dengan aktifitas, sifat dan tujuannya. Pendidikan inisiasi dalam ilmu

teologi natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disebut sebagai pendidikan inisiasi obyektif

dan subyektif, yaitu:

Ilmu teologi obyektif ____________ Teologi yang historis

Ilmu teologi subyektif ____________ Teologi yang dogmatis dan praktis.

Teologi wiyon-wofle juga dibagi sebagai berikut :

1. Teologi historis ____ Mengungkapkan sejarah kebesaran wiyon-wofle

2. Teologi sistematis ____ Semua yang dijalankan dalam aktifitas wiyon-wofle bersifat

sistematis, tidak terubahkan.

3. Teologi Praktis ____ Teologi wiyon-wofle dilakukan dengan metode yang praktis.

Dalam pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle, terdapat bagian teologi yang lain yaitu;

sistematika dan praktika yang masing-masing bagian mempunyai butir-butir pokok teologia yang

sesuai dengan pembidangannya yang diajarkan. Adapun pembagian itu dapat dibuat sebagai

berikut:

SISTEMATIKA /DOGMA

WIYON-WOFLE

PRAKTIKA

WIYON-WOFLE

1. Dogmatic wiyon-wofle – bo snyuk

2. Etika wiyon-wofle – safo wiyon-wofle

3. Apologi (pengampunan) – maut wlah

4. Missiologi wiyon-wofle (pengutusan)

– raa bis

5. Kateketik (pelajaran) – watum, vito,

botgif, bo snyuk

6. Homiletik (pengasramaan) –

Hamah Sagrim 136

Page 137: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

k’wiyon-bol wofle

7. Pastoral (kependetaan) – raa wiyon-

na wofle

8. Inisiasi Wiyon-Wofle – mber wiyon

Dengan demikian maka pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle termasuk dalam kelompok

teologi praktis.

1) Teologi Wiyon-Wofle dan Inisiasi

Sesuai dengan tugasnya, maka pendidikan inisiasi adalah aliran pendidikan tradisional

orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang disebut wiyon-wofle yang menghantarkan dan

mempersiapkan orang-orang yang bertanggungjawab serta berwawasan inisiasi wiyon-wofle,

dan guna mencapai tujuan itu, maka dilaksanakanlah kegiatan belajar mengajar inisiasi sistem

asrama dan tertutup sebagai bentuk pelayanannya. Kesungguhan dan kerja keras sangat

diperlukan agar tujuan inisiasi wiyon-wofle tercapai dan panggilan suci dapat terpenuhi. Oleh

karena itulah penyelenggaraan dan penataan kemah-gedung sekolah - tabernakel didukung oleh

perangkat-perangkat - perkakas-perkakas yang komplit. Tatalaksana pendidikan inisiasi teologi

wiyon-wofle biasanya berjalan dengan waktu maksimal 12 bulan dan minimal 9 bulan.

Perangkat yang mendukung pelaksanaan pendidikan inisiasi wiyon-wofle adalah :

Metode kuliah/sekolah

Metode penasehatan

Metode gabungan kuliah/sekolah dan penasehatan

Metode pengujian

Metode Penyempurnaan

Metode Puasa

Metode penyendirian sebagai peningkatan spiritualitas.

Materi pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle meliputi pokok-pokok bo tgif-firman, wiyon-

wofle, penjadian, manusia, dan pokok-pokok ajaran agama wiyon-wofle. Lihat skema berikut:

Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle

Hamah Sagrim 137

Page 138: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bo tgif -Bo

snyuk

Watum-

firman

Wiyon-wofle Allah

Penjadian ManusiaPoko-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle

Pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle diperinci pada bagian dan butir-butirnya sebagai

beriikut:

1. Tentang wiyon-wofle

Siapa yang dimaksud dengan wiyon-wofle dari segi tata bahasa Maybrat, Imian,

Sawiat.

Penyataan dan penyataannya seperti kesaksian Raa wiyon-Na wofle

Pengakuan percaya kepada wiyon-wofle

Tanggungjawab berdasarkan pengakuan kepada wiyon-wofle

2. Tentang Penjadian

Ungkapan botgif-bo snyuk-watum (firman) tentang penjadian

Berita inti tentang penjadian

Arti kekhalikan wiyon-wofle

3. Tentang bo tgif – bo snyuk – watum (firman)

Etimologi bo tgif – bo snyuk – watum (firman)

Isi bo tgif – bo snyuk – watum (firman)

Kononisasi

Cara yang tepat dalam menggunakan bo tgif – bo snyuk – watum (firman)

K’wiyon-mbol wofle – Tabernakel – kemah – sekolah – gereja.

4. Tentang manusia

1. Perbedaannya manusia dengan ciptaan lain

2. Manusia sebagai Raa wiyon-Na wofle

3. Amanat dan tugas dari wiyon-wofle kepada Raa wiyon-Na wofle

5. Pokok-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle

1. Hal dosa – iro

- Manusia Berdosa – fana Raa iin – Na iin

Hamah Sagrim 138

Page 139: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

- Hukuman atas dosa iro

2. Pengampunan dosa miyon iro – tgif iro – maut wlah

- Pengantara sejati

- Hidup baik

3. Hal tolong – menolong

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai makhluk sosial yang dalam tindakan-tindakannya

melangsungkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle merupakan suatu penjurusan pada

kepentingan tentang spiritualitas mereka.

Konsep hubungan sosial dan agama orang Maybrat, Imian, Sawiat

A

B

C D

E F

G H I J

Keterangan gambar:

A. Wadah seluruh hubungan sosial dan agama masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Seluruh

jaringannya dalam arti umum/luas tanpa memperlihatkan batas-batas hubungan tertentu

antara sosial bebas dan beragama.

B. Suatu jaringan hubungan sosial dan agama yang memperlihatkan corak dan sikap yang

berbeda dari kelompok sosial bebas dan agama.

C. Group; kelompok sosial bebas dan agama yang memiliki hubungan sosial yang nyata dengan

struktur yang begitu menonjol nyata.

D. Quasi group sosial bebas dan agama

Hamah Sagrim 139

Page 140: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

E. Kelompok dengan antar hubungan langsung

F. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas

G. Kelompok dengan antar hubungan langsung terbatas

H. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung terbatas

I. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas.

2) Ciri-ciri Raa Wiyon-Na Wofle

Raa wiyon-na wofle adalah kelompok dan perkumpulan yang menamakan diri mereka

sebagai abdi wiyon-wofle (Allah). Perkumpulan atau group Raa wiyon-Na wofle juga

merupakan masyarakat yang mana mereka juga memiliki ciri-ciri syarat sebagai masyarakat.

Ciri-ciri masyarakat yang tergolong dalam perkumpulan Raa wiyon-Na wofle adalah:

a. Ada interaksi antara Raa wiyon-Na wofle dengan para warga.

b. Memiliki tata, aturan, adat, dan norma yang mengatur interaksi

c. Adanya kontinuitas antara sesama Raa wiyon-Na wofle dan dengan warga

d. Adanya identitas yang mempusatkan Raa wiyon-Na wofle dan warga.

Selain itu ada dua ciri tambahan yaitu;

4. Memiliki organisasi dan sistem pimpinan

5. Anggota kelompok suatu saat berkumpul kemudian bubar lagi

Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, kedua ciri ini dimiliki oleh kesatuan warga masyarakat

sebagai ciri kesatuan sosial dan kesatuan jemaat (Raa wiyon – Na wofle) disebutjuga kesatuan

religi. Kedua kelompok kesatuan ini mempunyai unsur lokasi tertentu yang jelas dan walaupun

kelompok Raa wiyon-Na wofle memiliki kelompok yang sakral, namun mereka tidak langsung

melepaskan diri dari kelompok warga, karena Raa wiyon-Na wofle adalah bagian kelompok

kekerabatan yang bertalian klen di tengah warga.

Dari sifat organisasi dan sistem pimpinannya masing-masing dengan perbedaan ikatan,

yaitu berisikan adat istiadat dan sistem norma yang sudah ada sejak dulu dan bisa disebut

kekerabatan untuk sistem kelompok warga.

3) Adakah Masadepan Bagi Wiyon-Wofle?

Menjelang akhir millenium kedua, orang Maybrat, Imian, Sawiat, bahkan kita semua

menlihat dengan jelas bahwa dunia yang kita kenal sedang sekarat. Selama beberapa dekade, kita

hidup dengan pengetahuan bahwa kita telah sukses menciptakan segala sesuatu yang brilian.

Perang dingin dan wabah kelaparan serta penyebaran virus AIDS mengancam menyebabkan

Hamah Sagrim 140

Page 141: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

proporsi penyakit yang tidak dapat dikendalikan. Dalam dua atau tiga generasi mendatang,

jumlah penduduk akan menjadi terlalu besar bagi planet bumi. Ribuan orang berada diambang

ajal karena kelaparan dan kekeringan. Generasi-generasi sebelum kita telah merasakan bahwa

akhir dunia sudah dekat, tetapi kita tampaknya sedang menghadapi masa depan yang tak

terbayangkan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, apakah gagasan tentang wiyon-wofle akan

muncul dalam tahun-tahun mendatang? Selama abad kedelapanbelas hingga ketujuhbelas

kebawah, gagasan – gagasan itu telah mampu menjawab pada tuntutan zaman tersebut, tetapi

pada abad kesembilanbelas hingga abad saat ini, semakin banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat

merasakannya tak lagi ada (hilang - lose), dan ketika sebuah gagasan keagamaan kehilangan

fungsi, iapun akan terlupakan, demikian yang terjadi pada wiyon-wofle. Wiyon-wofle memang

merupakan gagasan masa silam orang Maybrat, Imian, Sawiat. Para penulis kitab perjanjian baru

menganggap terjangkiti kesadaran keliru yang berakar pada masa mereka, tetapi para analis

menganggap kesadaran masanya sebagai karunia intelektual yang murni. Orang Maybrat, Imian,

Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai kondisi ketuhanan yang tidak dapat dihapus begitusaja

pada era apapun.

Sebenarnya setiap suku bangsa mempertahankan agama dan Tuhan mereka tanpa harus

dipengaruhi oleh agama lain, karena ketika ia beribadah menurut agamanya, ia akan merasakan

sesuatu yang luarbiasa tentang Tuhan dan nilai keilahiannya lebih tinggi atau boleh dikatakan

sangat sempurna. Akan tetapi, seseorang melepaskan agamanya yang telah ia sembah dan ia

lebih mengerti, ia telah mencapai nilai tidak sempurna, karena dia tidak begitu mengerti tentang

agama baru dengan Tuhan yang disembahnya itu. Karena dalam kitab perjanjian baru telah

mengatakan demikian; ambillah bagianmu dan jangan mengambil bagian orang, karena bagimu

akan dikurangi. Allah sudah memberi kepada setiap suku bangsa bagian-bagiannya, baik itu

budaya, bahasa, laut, tanah, agama dan sebagainya bagi mereka masing-masing dan Ia berdiam

didalamnya secara rahasia melalui perbagian keilahianNya yang berbeda itu.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kehilangan bagian mereka, karena mereka

memaksakan untuk mengambil bagian daripada milik Israel dengan berkeinginan sebagai umat

Kristus, padahal telah jelas-jelas dalam kitab injil menyebutkan bahwa kaum Yahudi adalah

zaitun asli sedangkan yang lainnya adalah zaitun liar. Pengajaran Kristen mengharuskan setiap

umat yang bukan orang Israel bertekuk lutut dan mendoakan orang Israel agar mereka juga

diberkati dan Allah Abraham, Ihak, dan Yakub mau menerima orang bukan keturunan Israel

Hamah Sagrim 141

Page 142: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sebagai anakNya. Bagian milik orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah terbuang jauh, ibarat

seseorang yang menjual seluruh pakaiannya yang telah dipakainya dan ia berjalan dengan

telanjang untuk meminta pakaian milik saudaranya yang lain dengan memohon; padahal

keduanya mempunyai bagian yang sama. Sebenarnya yang dipersoalkan disini adalah

keberadaan Tuhan itu, dan sebenarnya gagasan tentang Tuhan wiyon-wofle mempunyai makna

yang koheren. Pernyataan tentang Tuhan wiyon-wofle begitu bermakna karena penyataan

tentang Allah yang bisa diferifikasi atau dibuktikan kekeliruan tentangNya dalam k’wiyon-bol

wofle. Raa wiyon-Na wofle berkata bahwa ALLAH bapa, atau ORON yabi bertahta didalam

k’wiyon-bol wofle, merupakan pernyataan bermakna karena suatu interaksi yang transendensial

antara manusia awam dan Raa wiyon-Na wofle dan ORON YABI atau ALLAH. Demikianpula

pernyataan lain yang dikatakan oleh Raa wiyon-Na wofle dalam keimanan mereka membuat

pernyataan yang bermakna taatkala berkata : aku percaya kepada wiyon-wofle (Tuhan), sebab

setelah mati, kita tentu bisa melihat kebenaran tersebut. Bagi Raa wiyon-Na wofle berpengertian

yang lebih luas lagi bahwa, wiyon-wofle (TUHAN) selalu berada dalam pengertian apapun yang

bisa kita pahami (Ait yhar bonout wanu beta). Pernyataan ini begitu fantasi; karena teologi

wiyon-wofle sangat sakral dan kata-kata firman (bo tgif) yang diterima oleh Raa wiyon-Na wofle

mengandung isi yang bermakna kesucian, dan kalimat-kalimat yang mengandung Tuhan wiyon-

wofle begitu sangat koheren, dan memiliki ferifikasi – pembuktian kekeliruan sehingga berbicara

tentang wiyon-wofle mempunyai makna yang logis, karena bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat,

tak ada sesuatupun didalam konsep tentang wiyon-wofle yang ditolak atau diragukan. Akantetapi

dapat kita saksikan pula bahwa tidak semua orang beragama berpaling kepada Tuhan, untuk

memperoleh penjelasan tentang alam. Banyak yang memandang dalil-dalil itu sebagai pengalih

perhatian. Kini orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan kebiasaan baru dengan

membaca kitab suci secara harafiah dan menafsirkannya secara spesifik tentang doktrin yang

seakan-akan doktrin itu merupakan fakta objektif. Kebanyakan orang Maybrat, Imian, Sawiat,

menganggapnya sebagai sebuah fakta objektif karena doktrin dalam kitab suci selalu

diparalelkan atau diaplikasikan dengan doktrin dalam wiyon-wofle. Bagi orang Maybrat, Imian,

Sawiat, Tuhan yang subyektif tidak mungkin dibuktikan dan seakan-akan Dia merupakan fakta

obyektif sebagaimana yang mereka temui didalam k’wiyon-bol wofle. Raa wiyon-Na wofle telah

meninggalkan kesendirian mereka dan berangkat menuju dunia. Dengan cara yang sama, Raa

wiyon-Na wofle dan Kristen adalah manusia secular yang teguh. Mereka telah meninggalkan

Hamah Sagrim 142

Page 143: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tempat suci “k’wiyon-mbol wofle” yang biasa ditempati wiyon-wofle “Tuhan” untuk bertemu

dengan Raa wiyon-Na wofle dilingkungan sekitar k’wiyon-bol wofle dalam dunia baru atau alam

Tuhan. Saya setuju dengan kata-kata seorang teolog kulit hitam semacam James H. Cone, yang

bertanya “bagaimana mungkin orang kulit putih merasa berhak untuk menegakkan kebebasan

manusia melalui kematian Tuhan? Sementara mereka memperbudak manusia atas nama Tuhan”.

Para teolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merasa mustahil jika seorang manusia hidup

tanpa wiyon-wofle (Tuhan). Mereka sendiri juga telah menyadari bahwa wiyon-wofle (Tuhan)

telah dimatikan oleh Kristen. Teologi wiyon-wofle mampu membuat orang Maybrat, Imian,

Sawiat, menemukan ketenteraman baru didalam k’wiyon-mbol wofle. Semua orang Maybrat,

Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle (Tuhan) sebagai yang besar, yang darinya manusia

berasal dan kepadanya manusia akan kembali, dan wiyon-wofle (Tuhan) dianggap lebih agung

bagi manusia, ia lebih suci dari manusia, Ia maha tau daripada manusia, Ia maha ada (omni

present) daripada manusia, Ia tidak terbatasi oleh apapun. Sebagai gantinya, kita mesti

menemukan “Tuhan” diatas Tuhan personal ini. Tak ada yang baru dalam hal ini, semenjak abad

kesembilanbelas orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai beradabtasi dengan kitab suci. Zaman ini

boleh dikatakan sebagai zaman new biblikal bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Raa Wiyon-Na

wofle telah menyadari watak paradoks Tuhan yang mereka sembah, menyadari bahwa Tuhan

dipersonalisasikan dalam wiyon-wofle, ini diseimbangkan oleh keilahian yang transpersonali.

Bagi kaum Kristen, setiap pendoa merupakan kontradiksi, karena Allah berbicara dengan

seseorang yang sedang berbincang denganNya justru mustahil bertatap langsung secara nyata

dan mustahil suaraNya mustahil frontal terdengar. Selama berabad-abad, symbol-simbol wiyon-

wofle pelindung dan keabadian telah membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat, bersabar

menanggung nestapa kehidupan dan horror kematian, namun ketika muncul ketakutan dan

keraguan, simbol-sibol ini kehilangan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mengalami

ketakutan dan kecemasan in, biasanya mereka harus mencari Raa wiyon-Na wofle untuk terapi

dengan pergi kepada wiyon-wofle (Tuhan). Pengalaman orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa

wiyon-Na wofle mempercayai Tuhan yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle diatas Tuhan, ini

bukanlah keadaan yang ganjil yang dapat dibedakan dari pengalaman emosional atau intelektual

lain. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, boleh berkata bahwa “mereka memiliki pengalaman khusus

dalam teologi wiyon-wofle, sebab wiyon-wofle (Tuhan) dalam k’wiyon-mbol wofle yang

berwujud itu mendahului dan fundamental bagi semua emosi, semangat, harapan dan

Hamah Sagrim 143

Page 144: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

keputusasaan manusia”. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, ini merupakan pengalaman

tersendiri mereka, akan tetapi pengalaman-pengalaman semacam ini sering dialami oleh setiap

penganut agama yang mempercayai Tuhan diatas Tuhan. Oleh karena itu, keadaan semacam ini

bukanlah suatu keadaan yang dinamakan tersendiri, namun meliputi setiap pengalaman

kemanusiaan yang normal. Tuhan yang diimani telah beringkarnasi didunia yang telah menjadi

sakramen kehadiranNya, baik ia hadir didalam kabbalah, gereja, k’wiyon-bol wolfe dan diri

pribadi setiap orang. Alih-alih berkonsentrasi pada Yesus kristus, orang Kristen mesti

menumbuhkan potret klimaksn proses evaluasi ketika Tuhan menjadi segala didalam segala.

Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah cinta, dan sains menunjukkan bahwa

dunia alamiah berkembang menjadi kompleksitas yang lebih tinggi dan kesatuan yang lebih

besar dalam keragaman ini. Kesatuan – dalam perbedaan ini merupakan cara Tuhan

mengungkapkan cintaNya yang menggerakkan seluruh ciptaanNya. Tuhan tidakboleh disamakan

dengan dunia ini, karena akan menghilangkan transendensialNya, tetapi teologi wiyon-wofle

merupakan pemberi perubahan bagus terhadap orang Maybrat, Imian, Sawiat Papua, yang

mencirikan spiritualitas wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, melukiskan Tuhan wiyon-

wofle sebagai Allah, Dia tidak digambarkan sebagai sahabat dunia, atau Dia tidak digambarkan

sebagai teman sependerita yang mengerti manusia. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak begitu

keliru dalam menempatkan Tuhan wiyon-wofle sebagai tatanan adialami. Dalam konsepsi orang

Maybrat, Imian, Sawiat, tentang Tuhan wiyon-wofle yang alamiah ini, mereka memasukkan

semua aspirasi, dan potensi yang dipandang mukjizat (bo tohõ). Hal ini mencakup pula

“pengalaman keagamaan” orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang wiyon-wofle. Raa wiyon-Na

wofle bilamana ditanya “apakah anda pikir wiyon-wofle terpisahkan dari alam?” mereka pasti

menjawab bahwa wiyon-wofle itu maha berada (omni present). Dalam teologi wiyon-wofle,

manusia diarahkan oleh dorongan yang sama; menjadi cerdas, bertanggungjawab, bernalar,

mencintai dan harus berubah sebagai anak Tuhan Raa wiyon-Na wofle. Olehkarena itu, watak

dasar manusia menuntut Raa wiyon-Na wofle untuk mentransendensikan dirinya dan persepsi

mereka pada saat berada didalam k’wiyon-bil wofle yang kealahan, dan prinsip ini

mengindikasikan apa yang disebut sebagai wiyon-wofle (Tuhan) didalam hakikat dasar seluruh

persoalan kemanusiaan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terutama Raa wiyon-Na wofle telah

“melihat” Tuhan yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle didalam k’wiyon-bol wofle, ia dilihat

dalam bentuk yang penuh bersinar kealahan dan wajahnya begitu sulit untuk terlihat. Penekanan

Hamah Sagrim 144

Page 145: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Raa wiyon-Na wofle terhadap keberadaan wiyon-wofle menunjukkan bahwa wiyon-wofle

ditemukan melalui indera dan tidak hanya melalui nakal dan bagian diri manusia yang lebih

abstraksi. Kesemuanya ini hanya akan berlangsung didalam k’wiyon-mbol wofle. Bagi Raa

wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakbisa diperbandingkan dengan hal-hal lain. Mereka

juga menekankan bahwa wiyon-wofle sebagai satu-satunya realitas, aka yang ada hanyalah Dia

dan dunia itu pada dasarnya ilahiah. Hal ini merupakan suatu kebenaran esoterik yang hanya bisa

dipahami dalam konteks disiplin teologi wiyon-wofle. Dalam pengalaman-pengalaman Raa

wiyon-Na wofle yang mengungkapkan tentang wiyon-wofle lebih terjangkau oleh manusia

melalui k’wiyon-bol wofle sebagai tahta. Disimpulkan bahwa agama wiyon-wofle dan k’wiyon-

mbol wofle merupakan tempat perjumpaan dengan wiyon-wofle (Tuhan). Dalam k’wiyon-mbol

wofle, ada tiga wilayah ruang; pertama; wilayah ruang luar, sebagai tempat dimana Raa wiyon-

Na wofle bisa bertemu dengan orang awam (Raa iin-Na iin), kedua; wilayah ruang suci, sebagai

ruang wilayah dengan ruang dan waktu tempat Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan wujud

lain sebagai subjek dan objek, sebagai Aku – Dia “manusia Raa wiyon-Na wofle – Tuhan wiyon-

wofle”. Ketiga, wilayah ruang maha suci, dimana Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan

yang lain sebagai sumber realitas tertinggi sebagaimana adanya, memandangnya sebagai tujuan

pokok. Inilah wilayah atau ruang Aku – Engkau, yang mengungkapkan keberadaan wiyon-wofle

(Tuhan) yaitu tahta Allah. Dalam teologi wiyon-wofle “mber wiyon” adalah berdialog dengan

wiyon-wofle yang tidak membinasakan kebebasan atau kreativitas Raa wiyon-Na wofle, karena

bagi Raa wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakpernah menyatakan kepada mereka apa

yang ditentukannya atas diri mereka. Mereka mengalaminya hanya sebagai kehadiran dan

dorongan. Raa wiyon-Na wofle selalu mengetahui dan mengerti akan makna-maknanya. Perlu

disadari bahwa bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, k’wiyon-mbol wofle merupakan bait suci

bagi mereka yang mana didalamnya berdiam wiyon-wofle (Tuhan) pada tahtanya. K’wiyon-

mbol wofle melukiskan realitas keberadaan wiyon-wofle, k’wiyon-mbol wofle memikul makna

yang terlalu agung dan kompleks, dan mempunyai asosiasi sakral yang begitu suci. Dalam

pendidikan inisiasi wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle diharuskan melawan kedagingan dan

dehumanisasi moderenis. Bagi Raa wiyon-Na wofle, menganggap tindakan ini lebih memenuhi

kebutuhan wiyon-wofle daripada kebutuhan mereka sendiri sebagai manusia. Raa wiyon-Na

wofle menganggap bahwa kehidupan moderen ditandai oleh depersonalisasi dan eksploitasi;

bahkan wiyon-wofle akan direduksi menjadi sesuatu untuk dimanipulasi dan melayani tujuan-

Hamah Sagrim 145

Page 146: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tujuan manusia. Akibatnya, agama wiyon-wofle akan menjadi suram dan membosankan; kita

membutuhkan teologi kedalaman tentang wiyon-wofle ini, untuk masuk kebawah struktur-

struktur dan memulihkan kekaguman, misteri, dan ketakjuban semula. Suatu nilai tersendiri

dalam membuktikan keeksistensian wiyon-wofle secara logis dan realistis. Iman orang Maybrat,

Imian, Sawiat, kepada wiyon-wofle memancar dari pemahaman langsung yang tidak ada

kaitannya dengan konsep-konsep kemanusiawian dan rasionalitas. Wiyon-wofle harus

ditafsirkan dengan baik agar melahirkan kepekaan tentang yang maha kuasa. K’wiyon-bol wofle

juga mesti dipandang sebagai gerak simbolik yang melatih Raa wiyon-Na wofle atau manusia

untuk hidup dalam kehadiran wiyon-wofle (Tuhan). Setiap bilik dalam k’wiyon-bol wofle,

memiliki daya keilahian, dan alam dalam ruang bilik k’wiyon-mbol wofle memiliki daya

keilahian kuasa wiyon-wofle yang mana memiliki ritem dan logikanya sendiri. Diatas segalanya,

orang Maybrat, Imian, Sawiat, menyadari bahwa wiyon-wofle membutuhkan manusia. Wiyon-

wofle bukanlah Tuhan yang jauh sebagaimana yang dikonsepsikan oleh para filosof, namun yang

peduli terhadap penderitaan manusia sebagaimana digambarkan oleh Raa wiyon-Na wofle.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai cita-cita penting dengan cara

yang mengatakan kepada Raa wiyon-Na wofle. Mereka memandangnya sebagai Tuhan yang ada,

walaupun hanya bisa dilihat dengan mata yang sudah dicelikkan (Raa mber), bagi orang

Maybrat, Imian, Sawiat, itu bukanlah merupakan persoalan. Bila orang Maybrat, Imian, Sawiat,

hidup tanpa ide tentang wiyon-wofle, makan tak ada makna hidup tentang kebenaran, atau

moralitas mutlak; etika, mungkin hanya soal selera, rasa atau perilaku. Kita tarik kesimpulan

persepsi ini pada dunia moderen, bahwa tanpa ide tentang “Tuhan”, politik dan moralitas akan

menjadi pragmatic dan licik, tidak bijak. Jika tidak ada yang mutlak, tak ada alas an untuk tidak

bermusuhan atau bahwa perang lebih buruk daripada damai. Agama pada dasarnya merupakan

perasaan batin bahwa ada Tuhan. Salahsatu impian kita yang palling awal adalah kerinduan akan

keadilan (betapa sering kita mendengar seseorang memprotes; “itu tidak adil!!”). agama

merekam aspirasi dan gugatan manusia dihadapan penderitaan dan kekeliruan. Agama membuat

kita sadar akan keterbatasan kita; kita semua berharap ketidak adilan didunia segera berakhir.

Orang yang tidak memiliki kepercayaan keagamaan, dia akan berjalan menurut egonya sendiri.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan Tuhan sebagai wiyon-wofle, kedengarannya asing,

tetapi tidaklah seasing yang kita bayangkan, karena semuanya berfokus kepada Tuhan, dan

Tuhan bukanlah sesuatu yang baru. Sebagimana yang telah kita saksikan, kitabsuci Yahudi yang

Hamah Sagrim 146

Page 147: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

oleh orang Kristen disebut perjanjian “lama” mereka, memperlihatkan proses yang serupa; al-

Quran sejak awal menyebut Allah dalam istilah yang kurang personal dibandingkan tradisi

Yudeo Kristen. Doktrin semacam trinitas dan mitologi serta simbolisme system istikal semuanya

berupaya menunjukkan bahwa Tuhan melebihi personalitas. Namun ini tidak menjadi jelas

dengan sendirinya bagi kebanyakkan orang beriman.

Ketika orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon-Na wofle dikecewakan awalnya

oleh Kristen, yang tidak memberi ruang untuk wiyon-wofle didalam kosmologinya, mereka

masih berpikir tentang Tuhan dalam terma wiyon-wofle, sebagai wujud yang telah menciptakan

alam sebagaimana layaknya kita, manusia membuatu sesuatu. Namun kisah penciptaan sejak

awal tidak begitu diungkapkan secara rinci oleh Raa wiyon-Na wofle untuk dipahami secara

harafiah. Seperti pengertian tentang Yahweh sebagai pencipta belum masuk kedalam Yudaime

hingga pengusiran kebabilonia. Ini adalah sebuah konsepsi yang asing bagi alam pikiran Yunani:

penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo) dianggap bukanlah doktrin resmi Kristen sebelum Konsil

Nicaea pada tahun 341. penciptaan merupakan ajaran inti Al-Quran, namun sebagaimana seua

ungkapan Al-Quran tentang Tuhan, ini juga merupakan “kiasan” atau “tanda” (ayat - verse) dari

suatu kebenaran yang tak tercampakan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan kaum rasionalis

uslim dan Yahudi merasakannya sebagai sebuah doktrin sulit dan problematika dan sulit

diungkapkan secara rinci. Pendek kata, kosmologi bukanlah penjelasan ilmiah tentang asal usul

alam, namun pada dasarnya merupakan ungkapan simbolik tentang kebenaran spiritual dan

psikologis. Sebagaimana telah kita saksikan bahwa peristiwa-peristiwa baru yang mensabotase

wilayah agama-agama lain tanpa menyisakan ruang bagi mereka sebagaimana agama wiyon-

wofle diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Peristiwa historis terbaru seperti Kristen diwilayah

Maybrat, Imian, Sawiat, dirasakan sebagai ancaman terhadap konsepsi ketuhanan tradisional

wiyon-wofle disbanding penemuan sains. Akan tetapi di Barat, pemahaman harafiah tentang

kitabsuci telah tertanam sejak lama. Ketika beberapa orang Kristen barat merasa keimanan

mereka kepada Tuhan digoyahkan oleh sains baru, mereka mungkin membayangkan Tuhan

sebagai mekanik agung yang dikonsepsikan Newton, sebuah pandangan ketuhanan personalistik

yang harus di tolak atas dasar alas an-alasan keagamaan maupun ilmiah. Tantangan sains

mungkin akan membawa gereja kepada apresiasi baru terhadap watak simbolik narasi kitab suci.

Wiyon-wofle tampaknya menampilkan sebuah alternatif yang mungkin lebih dapat diterima. Raa

wiyon-Na wofle telah sejak lama menegaskan bahwa wiyon-wofle bukanlah wujud lain; mereka

Hamah Sagrim 147

Page 148: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mengklaim bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh-sungguh bereksistensi dan lebih baik

menyebutnya ada. Tuhan ini cocok dengan selera Raa wiyon-Na wofle yang menolak pemberian

gambaran yang tidak layak tentang yang mutlak terhadap wiyon-wofle (Tuhan). Alih-alih

memandang Tuhan sebagai fakta objektif dalam k’wiyon-mbol wofle yang dapat

didemonstrasikan melalui dalil-dalil teologi wiyon-wofle yang dianggap ilmiah, Raa wiyon-Na

Wofle justru mengklaim bahwa Tuhan wiyon-wofle merupakan pengalaman objektif yang secara

misterius didekati melalui inisiasi (mber wiyon-wofle) dan dapat dilihat sebagai aktivitas

gerejani yang tradisional untuk mengungkapkan realitas Tuhan. Raa wiyon-Na wofle

membutuhkan kecerdasan, disiplin dan swakritik sebagai benteng terhadap emosionalisme dan

proyeksi yang etis. Wiyon-wofle tidak memuaskan kaum feminisme, karena Raa wiyon-Na

wofle semenjaknya tidakpernah memasukkan unsur-unsur kewanitaan kedalam k’wiyon-mbol

wofle yang dianggap sakral dan ilahiah itu. Demikian beberapa sikap Raa wiyon-Na wofle

mungkin dapat diraih. Sekalipun kita takmampu mencapai derajat kesadaran lebih tertinggi yang

telah dicapai oleh Raa wiyon-Na wofle, kita bisa belajar bahwa wiyon-wofle tidak mengada

dalam pengertian yang sederhana, misalnya atau bahwa kata “wiyon-wofle” itu sendiri

merupakan symbol suatu realitas yang terucap dengan berbagaimacam nama yang dikonsepsikan

setiap agama suku kepada Tuhan. Teologi wiyon-wofle tidak mengekangkan umatnya untuk

mendesakkan persoalan rumit tentang realitas wiyon-wofle kedalam dogma yang kaku. Namun,

jika pemahaman ini tidak dapat dirasakan denyutnya di nadi dan diartikan secara personal,

semuanya akan tampak sebagai abstraksi takbermakna. Telah kita saksikan bahwa wiyon-wofle

sering dianggap sebagai sebuah disiplin esoteric, bukan karena Raa wiyon-Na wofle ingin

membuang yang fulgar, tetapi karena kebenaran-kebenaran ini hanya bisa dipersepsi oleh akal

intuitif setelah Raa wiyon-Na wofle melakukan latihan keimanan khusus didalam k’wiyon-bol

wofle. Artinya menjadi berbeda setelah didekati melalui jalan ini – mber wiyon-wofle adalah

suatu aktivitas keagamaan yang sangat sacral ketika didekati melalui jalan ini, jalan yang tidak

dapat terjangkau oleh daya nalar kemanusiaan logis.

Semenjak Raa wiyon-Na wofle, mereka mulai menisbahkan perasaan dan pengalaman

ereka sendiri kepada wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah mengenal Tuhan yang

mereka kenal sebagai Wiyon-Wofle. Wiyon-wofle dipandang sebagai sebuah fakta nyata yang

bisa dijumpai sebagai eksistensi objektif. Pada masa sekarang, orang Maybrat, Imian, Sawiat,

telah kehilangan wiyon-wofle dan mereka ingin kembali menempuh upaya inisiasi wiyon-wofle

Hamah Sagrim 148

Page 149: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ini. Hal ini tidak perlu menjadi sebuah bencana, tetapi ketika ide-ide agama wiyon-wofle

kehilangan validasinya, ide-ide itu biasanya memudar tanpa terasa. Jika pemikiran orang

Maybrat, Imian, Sawiat, tentang wiyon-wofle begitu sesuai bagi mereka di zaman empiric ini,

maka wiyon-wofle harus dihidupkan kembali sebagai fokus spiritualitas yang mutlak. Orang

Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan keyakinan untuk diri mereka, untuk rasa kagum dan

meraih makna kehidupan didalam wiyon-wofle yang terkatakan.

Seratus persen orang di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat, mengaku beriman

kepada Tuhan dalam injil bibel, namun didalam hati dan pikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat,

tertidur wiyon-wofle (Tuhan) yang selalu terdengar gemanya mendenting dikedalaman hati

nurani. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak bisa menanggung beban penyesalan akan

kehilangan wiyon-wofle yang merupakan beban kehampaan dan kesepian; kini orang Maybrat,

Imian, Sawiat, harus mengisi kekosongan itu dengan menghidupkan kembali wiyon-wofle yang

sebagai fokus untuk meraih hidup yang bermakna. Kristen tang telah gemilang di wilayah

Maybrat, Imian, Sawiat, bukanlah pengganti, akan tetapi yang disembah oleh Kristen adalah

Tuhan – yang dalam konsepsi orang Maybrat, Imian, Sawiat, disebut wiyon-wofle, atau juga

dikatakan dengan pengertian bahwa Tuhan adalah wiyon-wofle dan wiyon-wofle adalah Tuhan.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus mengangkat kembali wiyon-wofle dari

keterbuangannya dan menghidupkannya kembali. Karena menyembah wiyon-wofle samasaja

dengan menyembah kepada Tuhan.

Bangkitlah Raa wiyon-Na wofle

Bangkitlah orang Maybrat, Imian, Sawiat

Dirikanlah bait suci – tabernakel (k’wiyon-mbol wofle) bagi wiyon-wofle ALLAH yang

telah engkau kenal itu, karena Dia Allah. Wiyon-wofle yang memerintahkanya

kepadamu melalui MBOUK.

Pergilah kepadanya, segala kekayaan yang berupakan bagianmu ada bersamanya,

bawakanlah sesukahatimu karena itu adalah milikmu.

Hamah Sagrim 149

Page 150: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

A. Strategi dan Metode Pembinaan Kepada Raa Wiyon –Na Wofle Dalam K’wiyon –

Mbol Wofle.

1. Pengertian Kata Wiyon-Wofle

Istilah kata yang dipergunakan dalam teologi wiyon-wofle, menjelaskan bahwa kata “wiyon-

wofle” adalah “suatu perjanjian abadi dan kekal antara Raa wiyon-Na wofle dengan Wiyon-

Wofle (Tuhan) yang mana terjalin dalam k’wiyon-mbol wofle”.

Kata “wiyon” berasal dari bahasa Maybrat yang berarti “Allah” dan “Wofle” berasal dari

bahasa Imian dan Sawiat, yang juga berarti “Allah”. Dari kata “wiyon” dapat dirincikan

maknanya menjadi tiga makna kata dengan makna yang berbeda tetapi memiliki satu inti

pengertian yang suci, sebagai berikut:

WIYON

ALLAH

WI, WAIN, RIWAIN

Tadi, beberapa menit atau

beberapa jam yang lalu

(berkaitan dengan penjadian)

YON – ON

Janjian, jadwal pertemuan yang berdasarkan janji suci

antara yang kekal dan manusia

(kultus rohania)

WI = WIYO

Sebagai Kata Panggilan

Bahwa segera datang karena

ada sesuatu yang sangat

penting

(Penyataan Allah)

YRON

Kekal, abadi, selamanya, aam, keilahian, keabadian, kesucian, kebesaran,

kekuasaan, kekudusan. (keAllahan)

Hamah Sagrim 150

Page 151: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Dari uraian makna kata diatas, maka ditemukan bahwa makna kata wiyon-wofle atau mber

wiyon-wofle adalah “suatu perjanjian abadi antara Raa wiyon-Na wofle dengan wiyon-wofle

yang terjalin dalam k’wiyon-bol wofle untuk melakukan sesuatu yang kultus”.

Aktivitas teologi wiyon-wofle yang mana menghimpun orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam

jumlah yang lebih dari tiga orang dan banyak sehingga disebut “Jemaat – sidang” atau dalam

bahasa Maybrat, “Raa wiyon-Na wofle – mber wiyon”. Istilah Jemaat dan Sidang, diambil dari

bahasa Yunani “Eklesia” yang berarti perkumpulan. Tetapi Eklesia bukan mempunyai arti sakral

seperti dalam istilah wiyon-wofle atau istilah keagamaan (Religi), Eklesia mempunyai arti

Perkumpulan biasa dan bukan perkumpulan kultus. Agaknya istilah Eklesia mempunyai

latarbelakang pengertian yang sama dengan istilah mber wiyon-wofle yang merupakan suatu

aktivitas yang berarti “Pendidikan inisiasi – bersama”, maka istilah ini kemudian kita hubungkan

dengan masalah mber wiyon-wofle dalam lingkungan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat.

Maksudnya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, berkumpul untuk mendengar didikan “watum”

atau “Firman-bo tgif” dan berinteraksi dengan wiyon-wofle – Tuhan dalam k’wiyon-bol wofle –

Tabernakel. Oleh karena itu, dalam mber wiyon-wofle atau perkumpulan Raa wiyon-Na wofle,

kita bisa gunakan kata “Eklesia wiyon-wofle”, dan kita bisa menyebutnya “Raa wiyon-Na

wofle” yang berhimpun dan bersatu dalam k’wiyon-bol wofle yang dihimpun oleh wiyon-wofle

serta dipersatukannya pula.

b. Pembentukan Raa wiyon-Na wofle Menjadi Sebuah Jemat

Jemat wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle, secara resmi dibentuk pada waktu

pewahyuan wiyon-wofle kepada Mbouk. Pada saat itu, Mbouk dianggap sebagai seorang Nabi,

akan tetapi ia menjalankan tugas sebagai Raa bam-Na tmah (Imam) karena dia secara langsung

melakukan perintah dari wiyon-wofle dan para Rasul – adalah Raa wiyon-Na wofle yang mana

mendapat tugas untuk menyampaikan berita tentang wiyon-wofle “ber wiyon-wofle”, kepada

suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, dan dan keseluruh dunia. Hasilnya, jemaat wiyon-wofle

atau Raa wiyon-Na wofle dibentuk dan dibangun pada pelosok Maybrat, Imian, Sawiat.

Melalui uraian diatas, jelaslah bahwa jemaat itu bukan didirikan atas inisiatif MBOUK

sebagai manusia yang juga dipandang sebagai Nabi Wiyon-Wofle sendiri, tetapi jemaat itu ada

karena dibentuk oleh Tuhan yang disebut sebagai wiyon-wofle oleh orang Maybrat, Imian,

Sawiat, sebagai Allah mereka. Wiyon-wofle adalah sang ilahi yang menjadi dasar serta kepala

Hamah Sagrim 151

Page 152: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dari jemaat Raa wiyon-Na wofle, karena itu setiap jemaatnya disebut Jemaat wiyon-wofle –

Allah atau Raa wiyon-Na wofle yang disucikan oleh waif sebagai cawannya. Diwilayah Maybrat,

Imian, Sawiat, hanya ada satu eklesia wiyoh-wofle saja tetapi memiliki beberapa aliran seperti;

wiyon-wofle U, wiyon-wofle TOHMI, wiyon-wofle SOHORO, wiyon-wofle BRAT. Dikatakan

demikian karena jemaat atau Raa wiyon-Na wofle bersumber dari wiyon-wofle dan kita dapat

mengatakan bahwa Raa wiyon-Na wofle jemaat itu adalah tubuh wiyon-wofle. Ungkapan tubuh

“wiyon-wofle” hendak ditegas bahwa wiyon-wofle sendiri adalah kepalanya. Dengan katalain,

jemaat wiyon-wofle – Raa wiyon-Na wofle tetap ditempatkan dibawah wiyon-wofle sebagai

kepalanya. Karena itu, jemaat-jemaat wiyon-wofle yang berada diwilayah Maybrat, Imian,

Sawiat, yang banyak itu diikat menjadi satu dalam pelayanan “mber wiyon”.

c. Ciri-Ciri Ilmu Didikan Pada Teologia Wiyon-Wofle.

Dalam ilmu didikan pada teologi wiyon-wofle, ilmu didikannya merupakan kumpulan

pengetahuan-pengetahuan tentang wiyon-wofle dengan metode yang begitu ilmiah dan disusun

dalam suatu sistem pendidikan inisiasi wiyon-wofle. Pengetahuan-pengetahuan dari ilmu

teologia wiyon-wofle itu terdiri dari perumusan-perumusan umum dan khusus tentang kausalitas

yang menyatakan atau merujuk pada hubungan-hubungan kausal antara spiritualitas manusia

dengan sang realitas tertinggi yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle atau Tuhan. Perumusan

ilmu teologi wiyon-wofle itu, menghasilkan generalisasi dalam genggaman teologisnya yang

khusus dan sacral itu. Dalam ilmu teologi wiyon-wofle yang dipelajari dalam inisiasi wiyon-

wofle yang merupakan pusat perhatian penganut wiyon-wofle adalah merupakan kekhususan

atau sebagaimana dikatakan bahwa kekhususan itu disebut dengan bo snyuk, atau hukum kausal

yang memiliki keunikan tersendiri dan kudus. Kultus semacam ini berkaitan dengan focus

pendidikan yang begitu khusus, tertutup dan transenden.

Kekhususan ilmu wiyon-wofle yang diterima secara tertutup itu sebagai bekal utama

yang memberikan kesanggupan kepada penganut Raa wiyon-Na wofle untuk mengendalikan

situasi dan kejadian-kejadian dalam kehidupan bahkan dengan ilmu itu mereka mampu membuat

semacam prakiraan yang tepat mengenai apa yang terjadi. Oleh karena dalam ilmu wiyon-wofle

itu menyelidiki kejadian-kejadian yang terlihat meiliki kaitan-kaitannya atau dengan pengertian

lain tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hubungan timbalbalik dari ilmu ilmu

wiyon-wofle itu sendiri sebagai rujukan menuju hal-hal dari suatu corak atau kategori tertentu

Hamah Sagrim 152

Page 153: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yang mana Raa wiyon-Na wofle terbawa oleh ilmu-ilmu itu yang mana wawasan dan pikiran

mereka juga terhisap dan tenggelam kedalamnya, sebagaimana ilmu itu mampu melampaui

batas-batas pengalaman pikiran dan ide-ide manusia yang langsung dan abstrak sehingga Raa

wiyon-Na wofle dapat mengetahui hal-hal yang akan terjadi bahkan juga hal-hal yang sedang

berlangsung, bahkan dengan demikian pula Raa wiyon-Na wolfe dapat mengendalikan fenomena

kejadian yang dianggap berhubungan pada kausal, bahkan mungkinjuga mereka dapat

mengawasi hal-hal yang akan terjadi. Ilmu khusus atau hal-hal yang non generalisasi yang mana

telah dilakukan dalam teologi wiyon-wofle itu, memungkinkan Raa wiyon-Na wofle sehingga

dapat membuat prakiraan-prakiraan (prediction), seperti misalnya; akan terjadi banjir, atau akan

terjadi kelaparan dan lain sebagainya. Prakiraan yang diperkirakan ini didasarkan atas gejala-

gejala alam yang selanjutnya diamati dengan predikat tertentu sehingga terjadilah prakiraan-

prakiraan itu. Sebenarnya prakiraan-prakiraan itu selalu akan terjadi dan semua itu menyangkut

sesuatu yang faktuil.

Ilmu teilogi wiyon-wofle merupakan ilmu yang objektif, karena kebenarannya telah

mendapat pengakuan secara umum oleh masyarakat setempat. Pembuktian-pembuktian tentang

sesuatu telah diterima secara universal, karena menyatakan bukti-bukti yang factual yang selalu

dibenarkan, walaupun hal ini begitu mistik bagi pandangan orang awam. Ilmu wiyon-wofle

menuntut seorang Raa wiyon-Na wofle dengan prisnsip ketiadaan sifat perseorangan yang

impersonal itu. Subjek pribadinya diubah. Pengetahuan dari syarat-syarat tersebut memampukan

dan mepersatukan Raa wiyon-Na wofle menjadi berkompeten sehingga dapt memperoleh bekal

yang sama dalam transformasi wiyon-wofle itu. Kebenaran-kebenaran yang selalu ditampilkan

itu bersifat kebenaran-kebenaran yang apriori, yang mana keraguan-keraguan manusia dapat

dibuktikan dengan objektifitas yang mana kebenaran-kebenarannya begitu faktuil. Kebenaran

faktuil itu sebagai alat untuki mengukur kebenarannya, sehingga ilmu wiyon-wofle ini tetap

diperlakukan dalam kehidupan.

Ilmu wiyon-wofle berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu Raa wiyon-Na wofle

dalam mencapai tujuan yang berfokus pada spiritualitas manusia dan Tuhan semesta alam, atau

dengan pengertian lain disebut (Roh dan Jiwa). Karakteristik ilmu teologia wiyon-wofle

memiliki sifat-sifat yang suci dan murni.

Penjelasan tentang pengetahuan atau konsep ilmu teologia wiyon-wofle pada umumnya

tentu berkaitan dengan pendekatan atau cara pandang wiyon-wofle yang diterapkan. Sesuai

Hamah Sagrim 153

Page 154: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

AKTIVITAS TEOLOGIA WIYON-WOFLE

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

cakupannya, ilmu teologia wiyon-wofle merupakan sesuatu yang mempelajari dan membimbing

serta menghantarkan jiwa seorang Raa wiyon-Na wofle untuk mengenal dan menyebut

pengetahuan tentang wiyon-wofle atau Tuhan dengan manusia dengan pendekatan positifis yang

dipandang sebagai satu kebulatan unsur rasionalitas.

Ilmu teologia wiyon-wofle juga merujuk pada masing-masing permasalahan tertentu,

yaitu seperti; permasalahan kesehatan, ilmu teologia wiyon-wofle memiliki suatu rujukannya

yang dipelajari. Jadi ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya terdiri dari ilmu kesehatan, ilmu

alamiah atau supranatural dan ilmu nujum, bahkan masih banyak lagi. Dalam ilmu teologia

wiyon-wofle tidak pernah menyebutkan sains science, karena merupakan istilah yang dipakai

dalam arti pengetahuan sistematis tentang dunia fisikal atau material. Sains menunjukkan pada

gugusan ilmu-ilmu kealaman material (natural science of material).

Dari segi maknanya, ilmu teologi wiyon-wofle merujuk pada dua hal, yaitu; Pertama,

dengan proses inisiasi atau aktivitas belajar dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

Raa wiyon-Na wofle sebagai penganutnya (science of theology wiyon-wofle is the process which

makes cnowledge), yang kedua adalah; ilmu teologi wiyon-wofle sebagai suatu metode guna

memperoleh pengetahuan objektif dan dapat menyatakan kebenarannya (science of theology

wiyon-wofle is a method of obtaining cnowledge). Ilmu wiyon-wofle dipandang sebagai suatu

sistem dan cara yang teratur (dicipline cnowledge) yang digunakan sebagai suatu perolehan

pengetahuan (an organized way of obtaining cnowledge). Berikut lihat pengertiannya dalam

bagang beriktu dibawah:

Hamah Sagrim 154

ILMU TEOLOGIA WIYON-WOFLE

METODE PENGETAHUAN

Gambar:Interelasi Aktivitas Teologia Wiyon-Wofle dan Pengetahuan wiyon-wofle

Page 155: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pemahaman yang tertib tentang ilmu teologia wiyon-wofle ini mungkin lebih jelas

dengan pemaparan dua ciri pokok sebagai rangkaian kegiatan inisiasi wiyon-wofle atau proses

belajar mengajar (mber wiyon-wofle) sebagai keharusan dan tata cara pengarahan pikiran, dan

jiwa Raa wiyon-na wofle sebagai suatu kultus yang mengisyaratkan prosedur dalam tindakan

pikiran dan akan menuju pada penciptaan yang baik. Ilmu teologia wiyon-wofle bersifat dinamis

karena dipahami sebagai aktivitas belajar, memiliki metode kerja, dan juga manyatakan hasil

yang faktuil. Jadi ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya aktivitas, metode wiyon-wofle, dan

pengetahuan sistematis wiyon-wofle.

Inherensi pada ilmu wiyon-wofle adalah adanya benda atau kejadian atau perbuatan

tertentu sebagai objek formal dan juga sebagai objek yang materiil inisiasi, ilmu wiyon-wofle

memiliki batasannya dalam wilayah aktivitasnya, memiliki metode kerja atau dogmatika dengan

proses pemikiran yang sistematis, kritis, suci, sacral dan kreatif dalam kajian yang bersangkutan

atau disebut dengan (disciplined inquiry of teology wiyon-wofle). Ilmu wiyon-wofle telah

berhasil menciptakan istilah-istilahnya dengan pengertian suci dan khusus yang mana mampu

menemukan bentuk-bentuk konsepsi, dalil, paradigma dan hukum serta dogmatika yang berlaku

secara intersubjektif yang khusus dan akur atau tidak ada kontradiksi.

Gambaran batang tubuh ilmu teologia wiyon-wofle didapati bahwa memiliki adanya

objektivitas dan dengan pembuktian atau dengan falsifikasi yang logis serta konsep ilmu teologi

wiyon-wofle itu mempunyai kekuatan supranatural sebagai dasar dan alat pegangan oleh Raa

wiyon-na wofle dalam pijakkan bernubuat atau bernuju (berfirman) dan mengidentifikasikan

persoalan atau kejadian dengan spesifikasi yang tepat dan nyata. Ilmu pengetahuan teologia

wiyon-wofle yang nongeneralisasi itu telah mempunyai kekuatan sebagai dasar atau alat pijakan

bagi teologi dan pelaksanaan ekaristinya yang mana mampu menjelaskan tentang adanya

hubungan-hubungan kausalitas itu dengan baik dan bermakna serta konsep dalilnya telah

mempunyai kekuatan yang terdoktrin kepada Raa wiyon-na wofle untuk dipakai dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bahkan diterapkan sebagai pengendali alam semesta

dan sebagai pengelolaan spiritualitas yang efektif.

Hamah Sagrim 155

Page 156: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

SecaraInduktif(khusus

dan kongkrit)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar

Struktur Batang Tubuh Ilmu Pengetahuan Teologia Wiyon-Wofle

(a Body of Teology Wiyon-Wofle cnowledge )

d. Menggali Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Teologia Wiyon-Wofle

Ditengah kondisi dan situasi dunia pendidikan keagamaan yang cenderung liberal dan

terasing dari lingkungan masyarakatnya, nilai-nilai yang bersumber dari kebudayaan lokal bisa

menjadi acuan. Salah satunya adalah inisiasi teologia wiyon-wofle yang berkembang dari

kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle

sebagai kebudayaan Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, merupakan wujud harmoni kebudayaan

daripada wiyon-wofle yang berorientasi pada spiritualitas dan merupakan kebudayaan orang

Maybrat, Imian, Sawiat, yang hormat kepada teologia dan dogmatika. Kebudayaan wiyon-wofle

adalah kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua berdasarkan roh Maybrat, Imian,

Hamah Sagrim 156

Ilmu teologia wiyon-wofleA cnowledge of teology wiyon-wofle

“Watum & Bo tgif”

Non Generalisasi – KekhususanBasic Concept

“Bo tgif, Watum, Bo Snyuk”

KonsepConcept

“Watum, Bo tgif dan Bo snyuk”

Fakta - faktuil Fact

“Bo Snyuk, dan Makaän”

Bukti – AprioriAppriory“Tgif bo”

Secara deduktifUmum dan Abstrak

Page 157: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sawiat, yang diimani sebagai suatu sarana yang menghubungkan mereka dengan Tuhan sebagai

sang realitas tertinggi yang singular.

Kitapun bisa menggali dan mengembangkan nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle dari

metode-metode yang dikembangkan dalam pengembangan pendidikan inisiasi teologia wiyon-

wofle. Nilai-nilai wiyon-wofle ini, terdiri dari nilai-nilai yang bersumber pada peradaban “asli”.

Sebagai suatu hasil dari konvergensi peradaban akan keimanan yang telah berlangsung

dikembangkan pada berabad-abad tahun ditengah perjalanan hidup suku Maybra, Imian, Sawiat

Papua, yang mana dipertahankan sebagai suatu aktivitas kerohanian dan spiritualitas bahkan

sebagai suatu aktivitas pendidikan inisiasi tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang

dikembangkan kian lama dan terlihat melembaga pada zamannya.

Pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle ini, kini disubtitusikan dengan pendidikan

nasional dan teologi Kristen yang mana berhasil menyusup kedalam jantung kehidupan orang

Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai suatu pendidikan moderen yang monopolis bahkan Kristen

juga sebagai teologia yang dianggap monopoli dengan cara pemaksaan sebagaimana mereka

melakukan pembongkaran serta membakar sekolah-sekolah inisiasi wiyon-wofle pada tahun

1982 secara brutal dan adanya ancaman terhadap kaum teolog wiyon-wofle. Pendidikan modern

dan teologia Kristen merupakan sesuatu yang memiliki nilai-nilai kontemporer yang mana

bertumbuh dan bersumber dari peradaban yang kebudayaannya asing bagi kebudayaan maybrat,

imian, sawiat, Papua dan bertumbuh sebagai suatu hasil objektif dalam proses assosiasi, asimilasi

dan akulturasi dalam lokalitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dan nilai-nilai kekristenan

sebagai suatu nilai kontemporer yang telah mampu bertumbuh secara gemilang diwilayah

Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, berkat pergaulan yang intensif dalam mengubah pola hidup

orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua serta menyusup secara global dengan pola ilmu

pengetahuan moderen, teknologi dan seni, juga sebagai bagian perubahan objektif dalam

lokalitas Maybrat, Imian, Sawiat Papua.

Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle begitu mengalami suatu kemunduran yang

drastis dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pasca penerimaan injil Kristen sebagai

teologia baru dari waktu - kewaktu. Kemunduran pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle ini

diakibatkan oleh dogmatika Kristen, yang mana mendoktrin atau menghipnotiskan para abdi

wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle) sehingga pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dianggap

sebagai sesuatu yang nilai-nilainya tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan Kristen dari masa

Hamah Sagrim 157

Page 158: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kemasa yang mana tidak diberikan suatu pilihan yang tepat kepada kaum wiyon-wofle untuk

melestarikan nilai-niali yang baik dan melepaskan yang kurang baik atau memberikan suatu

kesempatan agar supaya nilai-nilainya diperbaiki. Inilah suatu sifat monopoli dan diskriminasi

budaya yang telah diperlihatkan yang mengakibatkan pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle

menjadi stagnan.

1) Kontinuum Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle.

Pendidikan inisiasi teologi tradisional woyon-wofle jika dimapankan dengan baik, maka akan

menentukan warna dan corak peradaban orang maybrat,imian,sawiat. Namun,dengan dogmatika

Kristen yang canggih, pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle dapat disingkirkan sehingga orang

Maybrat, Imian, Sawiat,dapat meninggalkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle sarana

imanen mereka semenjak Allah menghendakinya untuk Ia melakukan hubungan yang intim

dengan mereka.

Dalam hal ini,pendidikan inisiasi teologi woyon-wofle mampu menjamin keberlanjutan iman

orang maybrat, imian,sawiat,pada zaman wiyon-wofle.sedangkan pendidikan inisiasi teologi

wiyon-wofle pada zamannya terus menjaga agar pengajaran dan dogmanya tidak menghasilkan

para teologi(Raa wiyon- Na wofle) yang tercerabut dari kehidupan sucinya sendiri (ytah kỏn).

Secara objektif, pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle merupakan pendidikan inisiasi

teologi tradisionalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, yang beridentiti. Namun dalam

kondisi yang direncanakan secara artificial, continuum pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle

tidak berlaku pada makna yang terselubung dalam gemanya yang sesungguhnya yang mana tidur

diam didalam perubahan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai penganut dan ahli waris

yang telah dipercayai oleh Tuhan dalam mewariskan wiyon-wofle kepada mereka. Mungkin

karena nilai-nilai kekristenan yang begitu member suatu nuansa yang baru sehingga menjadi

faktor pengubah iman kepercayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai kaum yang beriman

kepada wiyon-wofle yang mereka konsepsikan sebagai Tuhan yang singular.

Hal ini berhubungan erat dari suatu sistem dan ideologi teologia Kristen dan pendidikan

inisiasi teologia wiyon-wofle yang begitu berseberangan. Antara sistem dan ideologi biasanya

sangat erat kaitannya. Ideologi tanpa nilai akan menjadi ideologi yang “liar” dan tidak meiliki

orientasi pada tempat berpijak. Sebaliknya sistem nilai yang steril akan menjadi staknan dan

tidak memiliki perspektif pengembangannya.

Hamah Sagrim 158

Page 159: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Ideologi berbasis sistem nilai yang hidup dimasyarakat, merupakan ideologi yang sangat

dekat dengan peradaban dan kebudayaan para masyarakat itu sendiri. Ideologi pendidikan

inisiasi teologia wiyon-wofle, merupakan ideologi yang digali dari khasanah-khasanah

peradaban dan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang dikembangkan sebagai

ruh dalam kehidupan akan keimanan mereka.

Ideologi pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dan sistem politik tradisional orang

Maybrat, Imian, Sawiat, yang merupakan dasar dan praktik pendidikan inisiasi teologia wiyon-

wofle dimaybrat, imian, sawiat, yang telah berkembang selaras dengan nafas penghidupan dan

kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua karena masih melekat dengan pendidikan

inisiasi teologia wiyon-wofle. Penyimpangan yang telah dilakukan oleh orang Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua, ini membuat mereka keluar dari kadah pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle

yang mana menghasilkan mereka sebagai orang yang terasing (tercerabut dari aktor budaya

mereka), dan menjadi aktor perusak budaya mereka sendiri.

Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle semulanya dijadikan tuntunan bagi berbagai

kebijakan dan praktik ditengah kehidupan faktuil dan alam kausalitas. Tentu didasari atas

ideologi pendidikan inisiasi wiyon-wofle itu sendiri yang mengandung fleksibilitas yang sesuai

dengan pluralitas orang Maybrat, Imian, Sawiat. Semua itu merupakan sumber kekuatan dan

manifestasi dalam pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle.

2) Menggali Nilai-Nilai Wiyon-Wofle yang Koheren Dalam Pendidikan Inisiasi

Koherensi nilai dan sistem nilai wiyon-wofle lahir dari rahim peradaban dan aktivitas

wiyon-wofle sebagai suatu aksiomatika yang tidak mengandung dalih-dalih dalam premis-

premis kemanusiaan yang fana atau transiensi.

Koherensi nilai dan sistem nilai wiyon-wofle, bersumber dari wiyon-wofle dan

dikembangkan dalam pewahyuannya dan berkembang ditengah-tengah kehidupan suku bangsa

Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang telah dipersatukan sebagai para penganutnya “ Raa wiyon-

Na wofle” yang tersebar diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua.

Eksistensi wiyon-wofle telah ada sebelum Kristen yang mana menyusup kewilayah

kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, pada abad ke-18 dan telah menjadi faktor

penting sebagai subjek agama moderen. Ia adalah pengisi dan pengganti serta pendukung

perubahan akan iman dari tradisi menuju moderen bagi terbentuknya kekristenan di Maybrat,

Hamah Sagrim 159

Page 160: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Imian, Sawiat. Teologia wiyon-wofle adalah aktivitas keagamaan yang memiliki asal- usul

leluhur yang jelas dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat Papua, secara turun temurun

diwilayah geografis mereka, serta memiliki sistem nilai, ideology/dogmatika, ekonomi, politik,

budaya, sosial, dan teritorianya sendiri.

Akibat dari wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua yang begitu membuka diri secara

terbuka sehingga nilai-nilai kehidupan mereka bertemu dengan proses yang menyatukan diri

mereka (konvergensi) dengan berbagai nilai kontemporer, baik yang datang dari luar, maupun

yang bertumbuh dari dalam diri mereka, karena disebabkan atas inisiatif perorangan dan

kelompok masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat itu sendiri. Tentu ini dengan berbagai cara dan

proses yang berbeda. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang merupakan suatu sumber peradaban

dan kebudayaan serta agamanya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang telah mantap

(estabilished) ini mejadi tergantikan dengan nilai-nilai baru dengan pola pensubstitusian melalui

dogmatika Kristen yang terdengar asing pada telinga orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman

itu.

Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang sama kuatnya dengan nilai-nilai teologia Kristen ini

telah tergantikan dengan Kristen sebagai suatu nilai yang pada akhirnya mempressingdownkan

gema daripada wiyon-wofle yang mana melalui proses mula-mula yang disebut polis assimilasi.

Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang begitu tertutup dan penuh dengan rahasia kausalitasnya,

kini ditinggalkan begitu saja oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Kaum wiyon-wofle yang begitu

terbuka, telah menerima nilai-nilai kristiani sebagai suatu nilai yang baru dengan pola assosiasi

yang begitu signifikan tanpa suatu pemberian akan pemahaman yang mempertimbangkan

keberadaan teologia wiyon-wofle sebagai suatu sarana spiritualitas orang Maybrat, Imian,

Sawiat, dalam melakukan hubungan mereka dengan Tuhan sang realitas tertinggi yang aam.

Nilai daripada teologia wiyon-wofle dalam tafsiran para teolog wiyon-wofle dan para penginjil

lokal selalu mengatakan bahwa memiliki nilai-nilai yang sama kuatnya dengan nilai-nilai

kristiani yang mana bila ditelaah kembali pada zaman Kristen mula-mula memiliki kemiriban

yang begitu signifikan dengan Kristen pada mula-mula YHWH dalam sejarah perjalanan bangsa

Yahudi melalui Nabi Musa.

3) Menggali Inkusivitas Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle

Pada prinsipnya, nilai-nilai kausalitas yang bersumber dari wiyon-wofle, mempunyai

pokok yang merujuk pada Allah sebagai sang realitas tertinggi. Alkisah wiyon-wofle dalam

Hamah Sagrim 160

Page 161: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

aktiviats teologianya, dikonsepsikan sebagai sosok Tuhan, Ia seorang pribadi yang singular.

Wiyon-wofle dikonsepsikan sebagai sosok yang esa, ia memiliki sifat-sifat keallahan, yaitu ia

maha berada (omni pressent), maha kuasa (omni potence), maha tahu (omni science), ia kekal

dan abadi (aam dan imortaly). Teologi wiyon-wofle telah melahirkan nilai-nilai yang begitu aam

dan sangat prinsipil dalam keimanan. Paling tidak teologia wiyon-wofle sebagai suatu agama

suku yang mempunyai nilai-nilai lokal dan begitu arif (local indegeneus) untuk melindungi suku

bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak zaman keberadaan mereka. Dalam aksiomatika teologi

wiyon-wofle ini, mempunyai suatu doktrin bahwa wiyon-wofle telah berada semenjak zaman

keabadiannya dan segala sesuatu itu bersumber darinya.

Proses pensubtitusian wiyon-wofle dengan Kristen pada abad ke-18 ini, menyisakan

sebuah bara panas yang begitu mengekang dalam hati dan pemikiran orang Maybrat, Imian,

Sawiat, terutama para teolog wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Dalil-dalil sekitar singularitas

antara Tuhan dalam bibel dan wiyon-wofle, sama-sama memiliki suatu konsepsi dengan

artikulasi yang koheren dan merujuk kepada sang abadi (Tuhan) sebagai sosok yang esa.

Sebagian pada nilai-nilai tersebut terdapat ungkapan-ungkapan yang padat dan sarat makna

kausalitasnya dalam isi firman masing-masing yang begitu terkafer dalam pesan-pesan suci dan

begitu memutih serta tidur dengan penuh kekuatan manivestasinya.

Pernilaian yang telah dilakukan oleh kalangan Kristen terhadap teologia wiyon-wofle

pada abad ke-18 dan 19 in, dianggap sebagai sesuatu pernilaian yang cenderung mengabaikan

nilai-nilai wiyon-wofle. Umumnya terjadi karena tidak cukup pemahaman yang baik tentang sisi

koherensi daripada teologia wiyon-wofle secara tersistem. Sebenarnya dibutuhkan kajian

mendalam untuk menggali dan memanfaatkan nilai-nilai teologia wiyon-wofle sebagai sesuatu

yang bukan sekedar abstraktif, akan tetapi ada. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang bersumber

dari teologianya yang begitu sacral, lebih banyak mengandung nilai-nilai kausalitas yang mampu

menolong manusia sebagai sesuatu yang diimani. Sebagai nilai-nilai wiyon-wofle ini bisa diurai

menjadi elaborasi yang rasional, yang mudah dimengerti dan dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari dalam kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, sezaman, sedangkan sebagian

lainnya telah diformulasikan menjadi ajaran atau dogmatika yang mendogmatikan penganutnya

serta dapat dijadikan pesan pengajaran atau (watum, bo tgif, bo snyuk dan vito).

Nilai-nilai teologi wiyon-wofle dikatakan sebagai humaniora kerohanian dan orang

maybrat, imian, sawiat(yang berorientasi pada spiritualitas dan keimanan) dan teologi yang

Hamah Sagrim 161

Page 162: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

menyatu dan hormat kepada kehidupan orang maybrat, imian, sawiat. Teologi wiyon-wofle

dianggap sebagai agama dan merupakan agamanya suku bangsa Maybrat, imian, sawiat, papua.

Nilai-nilai yang tergali dari khasanah witon-wofle ini telah menjadi bukti empirik bahwa

sesungguhnya teologi wiyon-wofle bukan suatu ilusi atau imajinasi, tetapi memang sesuatu yang

terdiri atas proposisi dan aksiomatika yang koheren tentang singularity pada citra sang realitas

tertinggi(Tuhan) itu sendiri.

Dengan analogi pemikiran yang sama,perlu dikembangkan penafsiran dan pengkajian

terhadap nilai-nilai wiyon-wofle. Diperkirakan tidak akan jauh dari kenyataan-kenyataan tersebut

diatas, walaupun dalam kadar kenyataan yang berbeda(karena ekaristi yang berbeda).

4) Praktik Pendidikan Berbasis Wiyon-Wofle.

Keistimewaan-keistimewaan pendidikan berbasis wiyon-wofle di wilayah Maybrat,

Imian, Sawiat Papua, ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu meliputi; raa wiyon-nawofle (guru),

bobot (raja), raa kinyah (rayat), dan yang memiliki potensi terbesar dalam melakukan praktik

pendidikan berbasis wiyon-wofle adalah “Raa wiyon-Na wofle” sebagai guru.

Para pendidik “Raa wiyon-Na wofle” secara resmi melakukan aktivitas Pendidikan

berbasis wiyon-wofle sebagai dasar pembentukan dan pemuridan. Dalam praktik pendidian

wiyon-wofle (mber wiyon) dituntut oleh tujuh (7) azaz keberpijakan praktika, yaitu; 1) Tertib

dan Damai, 2) Nasehat, Firman, dan Petunjuk khusus (watum, vito, dan bo’snyuk), 3)

Kemanusiaan dan Kemasyarakatan, 4) Non Diskriminatif, 5) Tidak ada bantuan yang

mengikat, 6) Beriman dan Lembut, 7) berorientasi kepada ajaran dan pemuridan.

Raa wiyon-na wofle atau pendidik dalam sistem pendidikan wiyon-wofle (mber wiyon),

adalah guru yang memberikan bimbingan selalu dalam proses pendidikan berbasis wiyon-wofle

dengan kepemimpinan yang spiritual dan terfokus kepada wiyon-wofle. Dalam pola pengajaran,

adanya pola kerjasama dan garis komando serta batas-batas kerja dan batas-batas pergerakan

akan ekaristi didalam ruang kemah atau sekolah (k’wiyon-bol wofle) antara guru bantu (raa

wiyon-na wofle) dan guru kepala (raa bam-na tmah) yang selaras dan harmonis dalam

penyelenggaraan pendidikan inisiasi. Dalam penyelengaraannya, biasanya dilakukan dengan tiga

(3) elemen utama sebagai pusat pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini, yakni;

1. Lingkungan keluarga (raa mabi); keluarga memiliki peranan utama dalam

pembentukan karakter seorang anak (raa iin-na iin) sebelum akan menjadi murid (wiyon

Hamah Sagrim 162

Page 163: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tna). Keluarga sebagaimana layaknya, bahwa seorang anak sebagai murid, sedangkan

ayah dan ibu adalah guru.

2. Lingkungan Perguruan (k’wiyon-mbol wofle); perguruan memiliki peranan kedua

dalam membentuk seorang anak (wiyon tna) menjadi orang yang arif, penuh tanggung

jawab, beriman, takut akan kefanaan. Dipersiapkan sebagai orang-orang yang akan

bertumbuh sebagai seorang pemimpin besar, penolong dan utusan Tuhan ditengah-

tengah masyarakat.

3. Lingkungan Masyarakat (rayat); lingkungan masyarakat memiliki peranan ketiga

dalam membentuk seorang anak (wiyon tna), lingkungan masyarakat sebagai lingkungan

dimana semua pengajaran yang diterima akan diterapkan atau tersalurkan.

Ketiga pusat ini dilakukan berdasarkan azaz, ciri, dan dasar pendidikan inisiasi wiyon-wofle

yang begitu prinsipil.

Praktik pendidikan inisiasi berbasis wiyon-wofle ini sebagai suatu praktik pendidikan

yang membentuk karakter dasar serta memerdekakan batin ini lebih banyak dilakukan dalam

keluarga (raa mabi), sedangkan pengajaran yang memerdekakan pikiran, lebih banyak terjadi

dalam perguruan/sekolah (k’wiyon-mbol wofle), dan budi pekerti atau budi pekerja sebagai suatu

target tujuan pendidikan yang dominan dalam inisiasi wiyon-wofle. Untuk lingkungan

masyarakat, sebagai pusat penyaluran semua yang diterimanya.

Penyelenggaraan pendidikan berbasis inisiasi wiyon-wofle ini berpola pengasramaan. Hal

ini dimaksudkan untuk mendekatkan fungsi keluarga dengan perguruan tinggi/sekolah (k’wiyon-

mbol wofle) walau didalamnya terdapat aturan-aturan yang dianggap sakral dan begitu memiliki

sifat-sifat yang sangat inheren dan tidak boleh dilanggar, baik oleh keluarga maupun seorang

murid dari keluarga tersebut. Dengan menempatkan para guru (raa wiyon-na wofle) sebagai guru

bantu dan guru kepala (raa bam-na tmah) sebagai guru kepala bersama siswa didalam asrama

(k’wiyon-mbol wofle).

Tak ada pilar “keistimewaan” pendidikan lain pada saat ini yang berpotensi

menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pendidikan pola inisiasi wiyon-wofle pada

perkembangan saat ini. Misalnya seperti pendidikan nasional yang mana menggelar pendidikan

yang cenderung menggunakan ideologe liberalisme, yang menyebabkan diskriminasi terhadap

nilai-nilai pendidikan lokal yang ada.

Hamah Sagrim 163

Page 164: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

5) Inisiasi Wiyon-Wofle Sebagai Pendidikan Karakter dan Kepribadian

Seorang Murid (Wiyon Tna).

Inisiasi wiyon-wofle sebagai salah satu aktivitas pendidikan tradisional orang Maybrat,

Imian, Sawiat, Papua, yang berguna untuk membangun sumberdaya manusia diwilayah Maybrat,

Imian, Sawiat, yang mana dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini mampu membentuk

manusia sehingga menjadi orang yang berwawasan luas. Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini

menyangkut seluruh aspek kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, baik dalam pemikiran,

pengalaman, maupun perilaku serta iman percaya.

Pendidikan inisiasi wiyon-wofke ini secara kuantitatif bertujuan mendidik, mencerdaskan

dan mendogmatikkan setiap murid (wiyon tna). Sedangkan secara kualitatif bertujuan

membangun jemaat atau pengikut wiyon-wofle seutuhnya, yaitu membangun keimanan,

kepribadian, budipekerti, pengetahuan, keterampilan, dan membangun suatu tanggungjawab

yang besar serta kekudusan kaum wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Tujuan utama pendidikan

inisiasi wiyon-wofle ini adalah untuk pemuridan, demi keberlanjutan akan pekabaran tentang

wiyon-wofle, serta membentuk seorang murid (wiyon tna) sebagai anak didik yang dibentuk

menjadi para abdi atau teolog (raa wiyon-na wofle) yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya,

serta merdeka dalam kesuciannya.

Pendidikan inisiasi wiyon-wofle, merupakan pendidikan yang berhasil member kemajuan

akan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, dan karakter), pikiran (intelektualitas) dan iman

serta tubuh, baik secara jasmaniah maupun sekular. Dalam pengertian pendidikan inisiasi

pendidikan wiyon-wofle, aspek-aspek tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagiannya,

agar seorang murid (wiyon tna) dapat memajukan kesemurnaan hidupnya, yakni kehidupan dan

penghidupan mereka yang selaras dengan dogmatika dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle.

Pendidikan inisiasi wiyon-wofle menurut fahamnya adalah pendidikan yang berdasarkan

garis hidup dari teologianya dan ditunjukkan untuk keperluan perikehidupan manusia yang

mana setiap mata akan tertuju kepada wiyon-wofle sebagai Tuhan yang singular, sehingga

dapat menerima berkah dengan kemuliaan. Pendidikan karakter dan kepribadian ini

mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle untuk

menuju kepada kesucian, serta ketertiban dan kedamaian secara jasmaniah dan rohaniah.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebtu, maka pendidikan karakter dan

kepribadian seorang murid (wiyon tna) dilaksanakan dari lingkungan keluarga (raa mabi),

Hamah Sagrim 164

Page 165: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sebagai intervensi dan pembentukan karakter awal, sekolah/perguruan (k’wiyon-mbol wofle),

sebagai pendidik, dan masyarakat (rayat) sebagai pusat pertunjukkan akhir (sana wiyon).

Pendidikan karakter dan budi pekerti oleh orang melalui pembiasan-pembiasan dalam kehidupan

sehari-hari, sedangkan disekolah (k’wiyon-bol wofle) dilakukan oleh guru (raa wiyon-na wofle)

sebagai pendidik melalui budipekerti (watum), dengan focus utamanya pada metode mendidik

karakteristik.

“Watum” sebagai suatu penasehatan itu sendiri yang bertujuan untuk membentuk

karakteristik seorang murid (wiyon tna) secara terintegrasi dalam setiap pertemuan (maut aken).

Pada saat subu sebelum menerima sarapan, otomatis seorang raa wiyon-na wofle atau guru

terlebih dahulu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan

kepribadian melalui penasehatan dan rahasia (watum dan bo’snyuk). Tujuannya agar supaya

seorang murid (wiyon tna) tidak hanya pintar, akan tetapi juga berkarakter dan mempunyai

kepribadian yang baik sehingga ia tidak gagal dalam pendidikannya (ytah kỏn). “watum” ini

bertujuan untuk mengarahkan seorang murid sehingga terbentuk sebagai manusia yang

berpengertian tinggi, pintar, sopan, santun, hormat kepada orang tua, berdisiplin, dan yang

terutama adalah menjaga kesucian dan tidak akan keluar dari jajnji-janji khususnya (bo’snyuk)

dengan Tuhan (wiyon-wofle). Sedangkan ditengah kehidupan bermasyarakat, seorang murid

(wiyon tna) diajarkan untuk dapat memberikan pertolongan, mengusir roh jahat, menyembuhkan

orang sakit, menangkal racun dari pagutan ular dan lain sebagainya.

6) Karakter dan Identitas

Pendidikan inisiasi wiyon-wofle, merupakan manifestasi dari falsafah atau kepercayaan suku

bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang mengandung sistem nilai, dan norma-norma atau

dogmatika dalam teologia yang berwujud kepercayaan, imanen, dogmatika dan ekaristi. Tujuan

pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini adalah untuk memberikan nilai-nilai outonomia, equity, dan

survival.

Outonomia; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini memberikan suatu kesadaran akan

pengetahuan dan kemampuan kepada para murid (wiyon tna) secara individu untuk dapat

mandiri dan hidup dalam suatu kehidupan yang lebih baik.

Equity; artinya: tujuan Pendidikan inisiasi wiyon-wofle emberikan suatu kesempatan kepada

suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, untuk dapat menjada serta melanjutkan pendidikan inisiasi

wiyon-wofle sebagai sebuah sarana yang memberikan kebahagiaan dan ketenangan.

Hamah Sagrim 165

Page 166: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Survival; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini akan menjamin pewarisan wiyon-

wofle dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Berdasarkan ketiga nilai tersebut, pendidikan inisiasi wiyon-wofle mengembangkan tugas

untuk menghasilkan seorang anusia yang lebih baik, yaitu manusia (raa wiyon-na wofle) yang

beriman, hidup dalam kekudusan, berkebudayaan, berperadaban mandiri, bertanggung jawab,

dan mampu memahami serta bertanggung jawab serta memberikan pertolongan kepada orang

lain, memelihara anak-anak terlantar (ytos gu awe) serta yang terutama memberikan noma moral

dalam kehidupan. Wiyon-wofle sebagai pokok teofani Raa wiyon-na wofle, yang mana

merupakan dasar sekaligus jalan menuju keselamatan sebagai tujuan utama dalam perjalanan

pengajaran dan dogmatika wiyon-wofle yang dikerjakan dalam hidup seorang abdi wiyon-wofle

(raa wiyon-na wofle). Merujuk kepada tujuan pendidikan inisiasi wiyon-wofle, aktivitas ini telah

mampu membentuk seorang manusia fana menjadi manusia sekular, menjadikannya berkarakter

sekular, cinta dan berbakti kepada ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle sebagai dasar pijakan

iman mereka. Mempunyai kemampuan, kesucian dan beriman teguh sehingga sanggup bekerja

keras untuk membangun kejayaan wiyon-wofle demi keberlanjutnannya.

Peran pendidikan inisiasi wiyon-wofle, khususnya melalui metode didikan karakter dan

kepribadian ini, sangat diperlukan dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, saat ini untuk

mengembalikan jatidiri suku bangsa mereka, sehingga rasa percaya diri serta rasa takut terhadap

kejahatan yang dilakukan oleh mereka akan adanya suatu kesadaran tinggi serta mau bekerja

keras dan mengenal akan jatidiri mereka serta mengenali bangsanya demi kejayaan dan masa

depan wiyon-wofle sebagai bentuk warisan dari Tuhan sebagai sarana yang menghubungkan

mereka dengan Tuhan.

7) Implementasi Inisiasi Wiyon-Wofle Sebagai Pendidikan Karakter dan Kepribadian

Dalam pendidikan diruah sebagai intervensi awal pembentukkan karakter yang berlangsung

sehari-hari, orang tua hendaknya selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang diperlukan

kepada anak-anaknya, terutama kepada seorang anak laki-laki. Pendidikan jenis ini menyangkut

nilai-nilai moral, sosial, budaya, ekonomi dan etika/etiket. Karena criteria seorang anak yang

dapat lolos sebagai murid (wiyon tna) adalah yang telah diseleksi dan memiliki criteria-kriteria

tersebut diatas, dan terutama menyangkut kedewasaan berpikirnya dalam kehidupan

dikeluarganya bahkan dikalangan masyarakat sekitar, sehingga karakter anak sudah terbentuk

sejak awal. Bahkan pendidikan dalam keluarga dapat dimulai semenjak anak ada dalam

Hamah Sagrim 166

Page 167: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kandungan ibu. Melalui pembiasan-pembiasan kehidupan ibu yang teratur dan baik pada saat

mengandung akan mempengaruhi karakter seorang bayi juga, karena demikian akan berpengaruh

pada janin yang sedang dikandung (psikologi pertumbuhan).

Pendidikan disekolah (mber wiyon) dapat dilaksanakan dengan salah satu pola pendidikan

yaitu pendidikan budipekerti (watum) atau nasehat, yang terintegrasi langsung dalam setiap

prosesi pengajarannya (raa mber). Saat guru (raa wiyon-na wofle) mengajarkan materi pelajaran,

otomatis para guru “raa wiyon-na wofle” menamkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata

pelajaran (bo tgif, dan vito) tersebut, sehingga murid (wiyon tna) dapat menguasai materi

pelajaran sekaligus menghayati serta menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

mata pelajaran sebagai sesuatu yang rahasia (bo snyuk) yang mana menjadikan seorang murid

(wiyon tna) mampu mengamalkannya didalam kehidupannya sehari-hari sepanjang alhayatnya.

B. Keprcayaan Tradisional Wiyon-Wofle VS Kepercayaan Injili Prologue

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman lampau telah menjalankan suatu aktivitas

kepercayaan mereka yang disebut wiyon-wofle. Ketika pada abad pertengahan ke-18, mereka

akan memasuki abad perkenalan yang mana merupakan masa transisi kepercayaan bagi mereka

yang mana Kristen telah merasuki wilayah mereka sehingga kebanyakan pemimpin-pemimpin

agama suku ini menjadi sasaran terror pembawa injil yang cenderung dengan mendeskritkan

mereka dengan kata (kafir), penyembah berhala, penyembah setan. Pertanyaan Raa wiyon-Na

wofle bahwa “dapatkah Tuhan diberikan definisinya?” hendaknya dijawab secara positif bahwa

semua hal didunia ini dapat diberikan suatu definisi. Demikian juga kepada wiyon-wofle

(Tuhan). Bahkan definisi tentang Tuhan, sebagaimana yang diberikan kepada Tuhan injili yang

banyak diberikan oleh para ahli teologia kristiani. Makna dari definisi Tuhan, sebagai

pengungkapan iman percaya setiap umat manusia dalam kepercayaan mereka kepadaNya.

Iman percaya tradisional atau imanen adalah suatu makna yang luas, dan adalah

merupakan suatu penggunaan budipikiran dan keyakinan untuk menghasilkan suatu keteguhan

bagi Roh manusia. Ini meliputi pengungkapan harapan yang jelas mengenai keteguhan iman

percaya manusia mengenai Tuhan, sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, seperti keimanan

mereka kepada wiyon-wofle (Tuhan). Tetapi keteguhan iman percaya orang Maybrat, Imian,

Sawiat, juga menerima Tuhan injil Kristen sebagai sosok yang diimani; daftar iman ini dapat

diperpanjang. Karena keimanan terhadap Tuhan yang abstrak terlihat dalam setiap aktivitas

gerejani, baik gereja-gereja injili Kristen dan gereja-gereja natural. Dalam melaksanakan

Hamah Sagrim 167

Page 168: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

peribadatan, teologi Kristen mengharuskan adanya suatu ruang atau gedung gereja sebagai

tempat peribadatan yang formal bagi umat Kristen di seluruh dunia. Dalam teologi wiyon-wofle

juga mengharuskan adanya suatu bait suci (gereja atau k’wiyon-bol wofle) yang berdiri sebagai

tempat atau ruang peribadatan dan pengajaran Raa wiyon-Na wofle (mber wiyon-wofle).

Peribadatan atau kegiatan penyembahan yang dilakukan setiap umat manusia adalah

sebuah kegiatan yang menjelajahi dan menciptakan pertumbuhan rohani yang baru dalam cara

mendengar akan pengajaran tentang firman Tuhan dan merupakan suatu cara pengetahuan baru

yang melebihi akal pikiran yang disajikan secara perlambangan kepada Tuhan yang dipercaya

sebagai suatu kebulatan iman yang mencerminkan keteguhan iman itu. Ketegasan Raa wiyon-Na

wofle dalam teologia wiyon-wofle’ disini disebut kepercayaan tradisional sebagai Tuhan mereka

(wiyon-wofle) yang maha suci dan maha kuasa. Wiyon-wofle sebagaimana yang dikatakan oleh

para teolog wiyon-wofle – Raa wiyon-Na wofle – adalah Tuhan yang tidak bisa dibatasi, Ia

memiliki cakupan ruang yang tanpa batasannya dan wiyon-wofle mampu menjelma dan

merasuki alam pikiran manusia sampai pada bagian-bagian tertentu. Ferifikasi dalam keimanan

itu tidak mudah untuk di eareserkan begitu saja oleh kalangan tertentu manapun, karena suatu

alasan bahwa Tuhan tradisional atau Tuhan moderen adalah Tuhan yang benar-benar ada

bersama-sama manusia, dan kedua Tuhan dalam persepsi tradisional dan moderen sama-sama

dipertahankan sebagai sang maha suci oleh masing-masing penganutnya. Ia tumbuh dan

berkembang bersama setiap suku bangsa pada wilayah mereka masing-masing tanpa mengalami

kekurangan apapun Ia sebagai Tuhan yang utuh, dan Ia lebih dahulu mengenal setiap suku

bangsa dibumi dan suku bangsa telah mengenal Dia sebelum Nama Tuhan dari bahasa lain

memasuki wilayah mereka. Suatu Entitas yang tampak bahwa Tuhan tradisional dapat mampu

dipercaya dan selalu dipertahankan oleh setiap suku, walaupun cara yang mereka gunakan dalam

mengetahui Tuhan tidak melalui suatu catatan kitab suci yang dituliskan, namun Tuhan telah

mengunjungi semua suku bangsa di dunia dengan meninggalkan pesan-pesan singkat dan suci

melalui manusia pilihanNya bahkan juga melalui tulisan pada benda yang selanjutnya sebagai

pegangan dan dogmatika teologi. Teologi wiyon-wofle adalah suatu teologia yang penerapannya

menyangkut aktivitas gerejani tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang menjelajahi setiap

penganut dan selanjutnya menciptakan suatu kenyataan iman yang baru dalam keteguhan iman

mereka yang mungkinsaja melebihi akal dan menyajikannya secara perlambangan dalam suatu

kebulatan iman yang mencerminkan keyakinan kepada Tuhan mereka (wiyon-wofle). Teologi

Hamah Sagrim 168

Page 169: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

wiyon-wofle merupakan suatu pengajaran yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,

sebagai suatu manifesto kekuasaan daripada wiyon-wofle (Tuhan) yang mana bukan merupakan

suatu teologi yang dianggap sederhana atau gampang atau tidak rumit, namun teologi wiyon-

wofle adalah suatu aktivitas yang melibatkan manusia dan unsur ilahiah dan kemanusiaan untuk

tenggelam kedalam alur dan pengajaran teologia wiyon-wofle itu. Aktivitas keimanan suku

bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, ini menunjukkan bahwa para teolog wiyon-wofle secara sadar

dengan perantara para imam besar mereka dibimbing dan diajarkan tentang dogmatika-

dogmatika yang dilekatkan dalam teologi wiyon-wofle tentang wiyon-wofle (Tuhan) yang

mereka sembah. Mungkinsaja iman percaya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, memberikan

suatu harapan yang signifikan tentang jalan keselamatan dalam perjalanan melalui kepercayaan

mereka. Kali ini merupakan suatu pengungkapan alasan iman percaya orang Maybrat, Imian,

Sawiat, terhadap wiyon-wofle yang mungkin memberikan harapan abadi yang begitu mandiri

dan berdiri sendiri. Gagasan serupa akan di akui oleh umat Kristen tentang kepercayaan mereka

kepada Tuhan injili. Merupakan suatu gagasan iman kristiani yang mengharukan.

Iman percaya merupakan suatu kebulatan hati yang secara relatif terpisah dan saling

berkaitan sendiri, yang dihasilkan oleh keteguhan dan penyerahan diri yang diharuskan

mengikuti firman-firman terhadap Tuhan tunggal. Hal ini merupakan suatu kebulatan iman yang

terkafer dalam kepercayaan itu. Iman itu tersusun dari pengharapan akan Tuhan yang disembah.

Mengenai keimanan bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, hal keimanan telah ada semenjak

kepercayaan mereka akan wiyon-wofle dan mungkinsaja memiliki artikulasi sebutan kata iman

yang berbeda, namun memiliki suatu kesamaan. Secara logis, hal iman mempunyai suatu arti

yang sama dengan kepercayaan dan keimanan seseorang akan semakin sungguh-sungguh karena

benar-benar ia mempercayai akan Tuhan.

Bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawait, iman percaya mereka kepada Dia yang maha

kuasa, telah ada dan berkembangnya iman percaya mereka berkaitan dengan hubungan antara

wiyon-wofle. Karena segala sesuatu dalam iman, adalah ekspresif dari kepercayaan dan

pengimanan akan Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman adalah suatu jawaban

terakhir dari orang percaya. Demikian sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam

ungkapan mereka bahwa mereka percaya kepada wiyon-wofle, berarti dapat disimpulkan bahwa

orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah orang yang beriman atau orang-orang yang sudah

mempunyai iman.

Hamah Sagrim 169

Page 170: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Menurut kami, bahwa iman setiap orang memiliki kekuatan yang luarbiasa dan hal itu

perlu dihargai. Bentuk ini bukan suatu cirri objektif iman akan tetapi merupakan sesuatu hal

yang melibatkan hari, jiwa, raga dan roh, seseorang, Secara terus menerus dalam

mengekspresikan keimanannya. Suatu contoh, misalnyasaja seorang teisme kuno yang

ditanyakan dengan pertanyaan “apakah anda percaya Tuhan?” bisa saja ia menjawab “Ya!, saya

percaya”, dan jawabannya belum tentu mengarah kepada Tuhan injili atau Tuhan dalam agama

moderen lainnya, akan tetapi mungkin jawaban kepada Tuhan tradisionalnya. Karena sebutan

Tuhan bukan saja digunakan khusus oleh satu agama tertentu, namun ia dikenal dan dipercaya

serta disebut-sebut oleh berbagai agama yang ada, baik agama moderen bahkan agama suku,

karena yang dipercayai itu dianggap sebagai Tuhan mereka.

C. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen dalam Sejarah Kristiani di Maybrat Imian

Sawiat-Tehit Papua.

Bagian ini mendiskusikan sejarah fusi antara ajaran injil kristen dengan nila-inilai

lokal di Maybrat Imian Sawiat-Tehit dan peran agamawan dalam menciptakannya. Melalui

telaah histories, penulis mengungkapkan bahwa di awal sejarah kristen dan kurun moderen

terbagi dalam sikap mereka terhadap tradisi lokal menjadi dua kelompok: konservatif dan

inklusif. Kelompok konservatif berupaya mengkristenkan tradisitradisi lokal, sementara

kelompok inklusif mengharmonikan ajaran Kirsten dengan nilai-nilai lokal. Gagasan seperti ini

sering dibicarakan di ruang publki seperti Gereja. Disamping itu, issu tentang modernisasi sistem

pengajaran Kristen juga menjadi topik bahasan dalam paper ini. Kesemuanya memainkan peran

signifikan dalam penyebaran kristen di wilayah Maybrat Imian Sawiat-Tehit Papua.

Kata Kunci : difusi, ajaran Kristen, nilai-nilai lokal, agamawan, konservatif, inklusif.

Maybrat, Imian, Sawiat merupakan tiga sub suku bangsa dari suku bangsa bonberai, yaitu

suku bangsa yang memiliki sistem kekerabatan patrilineal.1) Suku bangsa ini, mempunyai alur

sejarah penyebaran penduduk yang unik dan “agak” mistik atau penuh dengan cerita dan

mitologi tua. 2) Wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit Papua awalnya merupakan daerah yang

homogen eksklusif, dengan daerah yang sangat kecil, namun karena proses alamiah yang

ditandai dengan sistem kekerabatan dan perkawinan serta sistem bermain kain timur, maka

terbentuklah wilayah yang luas seperti sekarang ini, dengan wilayah kekuasaan atau jajahan yang

dibedakan berdasarkan jejak penggunaan bahasa. Misalnya daerah Maybrat merupakan daerah

Hamah Sagrim 170

Page 171: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

jajakan atau jajahan bahasa Maybrat, daerah Imian merupakan daerah jajakan atau jajahan

bahasa Imaian, dan daerah Sawiat-Tehit merupakan daerah jajakan atau jajahan bahsa Sawiat-

Tehit .

Berikut dibawah ini adalah sistemm kekerabatan tradisional yang dianut oleh orang Maybrat,

Imian, Sawiat:

1. Sistem kekerabatan Patrilineal masuk ke dalam kekerabatan Maybrat Imian Sawiat tidak

dapat dilepaskan dari faktor sejarah Patrilineal Portugis yang masuk ke wilayah ini. Sistem

ini dibawa oleh Pencari rempah-rempah pada masa Penjelajahan Bangsa Portugis, kemudian

para pedagang ini menggunakan orang Papua sebagai opas suruhan mereka yaitu orang Fak-

Fak.

2. Ada bomna adat dan ada bomna sejarah, bomna adat menceritakan seputar masalah adat

Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, sedangkan bomna sejarah menceritakan masalah sejarah yang

berkaitan dengan ke-Maybratan, Ke-Imianan dan Ke-Sawiatan-Tehit. Hunian yang pertama

di huni oleh klen atau keret adalah dusun, dan sampai saat ini diakui sebagai hak ulayat

budaya mereka. Pada awalnya kekerabatan klen menjalankan kehidupan secara alamiah,

kemudian akibat perkembangan jumlah individu dan terbentuknya daerah-daerah kampong

yang baru, maka dideklarasikan kampung sebagai sistem pemerintahan. Menurut penelusuran

sejarah yang telah kami lakukan, pada awalnya kampung terbentuk akibat akumulasi dari

tiga proses pemukiman yang dibentuk dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit,

yakni keret, dusun, dan kampong. Dalam pemukiman keret, orang Maybrat, Imian, Sawiat-

Tehit hidup secara sederhana dan belum hidup berkelompok dengan kelen lain sebagai

kerabat klen atau kerabat keret, yang mana baru setelah pada masyarakat dusun terbentuklah

kelompok kecil yang terdiri dari kerabat klen dekat. Masyarakat dusun yang terdiri sekurang-

kurangnya dari tiga kelompok klen dinamakan dengan pemukiman dusun kerabat klen

dengan kepemimpinan dipimpin oleh seorang tuan tanah (ra tabam-bobot) yang adalah

pemilik hak ulayat tersebut yang pemimpinnya adalah bobot-kapitan, dan setelah itu barulah

Kampung. Kampong merupakan kelompok sosial terkecil masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat-Tehit, yang mempunyai sistem dan struktur kepemimpinan tersendiri, yaitu kepala

kampong. Seseorang yang sebagai kepala kampong pada waktu itu adalah orang yang

mengerti akan beberapa bahasa, dan cerdik pandai, di mana kekuasaan yang satu sama lain

terintegrasi dalam musyawarah dan mufakat.

Hamah Sagrim 171

Page 172: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Eksistensi pemerintahan kampung ini tidak berfungsi akibat digantikan oleh sistem

pemerintahan desa melalui UU no 5 tahun 1979. Sistem otonomi daerah di era reformasi

meenghidupkan kembali konsep berkampong melalui Perda No 9 tahun 2000. Akan tetapi,

berbagai hambatan dan masalah muncul ke permukaan disebabkan oleh ketidakjelasan konsep

dalam menghidupkan kampong itu.

Ditinjau dari aspek adat istiadat, orang Maybrat, Imian, Sawiat dipisahkan oleh dua

kubu, yaitu kubu yang satu di bawah kekuasaan bobot (Raja) dan kubu yang satu di bawah

kekuasaan Tuan. Bobot (raja) cenderung menjalankan sistem adat agak konservatif, sementara

itu Tuan lebih demokratis. Kedua adat ini lahir akibat konflik dalam dinamika keadatan,

Pemerintah dan agama dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Walaupun demikian, kedua

kubu ini tetap dalam satu kesatuan Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagai formulasi Maybrat,

Imian, Sawiat pluralitas dalam praktik sosio kultural.

1. Sejarah Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat.

Maybrat, Imian, Sawiat, berdasarkan sosiografis terdiri dari dua wilayah yakni, Tehit dan

Sfa, masing-masing mempunyai tipologi dan struktur bahasa yang berbeda-beda tetapi agama

yang sama. Wilayah Tehit merupakan wilayah geologis yang terletak di pesisir pantai dengan

matapencaharian penduduk adalah nelayan, sedangkan Sfa terletak di pegunungan dan

merupakan wilayah pertanian yang subur dengan penduduk bermata pencahariannya sebagai

petani.

2. Tehit dalam Konstelasi Agama di Maybrat, Imian, Sawiat.

Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah Pantai mempunyai arti

penting untuk dikaji dan dijadikan pijakan sejarah, karena datangnya Kristen di Maybrat, Imian,

Sawiat, tidak lepas dari proses interaksi ekonomi antara pedagang Portugis yang datang melalui

Fak-Fak dengan mencari rempah-rempah dan burung cenderawasih sehingga memperkenalkan

beberapa bahan pecah belah sebagai peningkatan terhadap ekonom pribumi (Tehit 1958) Selain

itu, wilayah pesisir termasuk daerah metropolis karena menjadi jalur perlintasan transportasi dan

persinggahan para ekonom asing. Kontak budaya dan agama lebih cepat diakses dan diakumulasi

oleh masyarakat Tehit. Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir

atau Tehit menjadi wilayah sentral perkembangan Kristen. Informasi sejarah tentang ini dapat

dilacak melalui pembawa agama yang datang melalui sungai kaibus Tehit oleh penginjil yang

bernama Yotley, Matatula dan didampingi oleh Pdt. J. Wetstein, yang mana mereka menyisiri

Hamah Sagrim 172

Page 173: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, melalui sungai kaibus di pesisir pantai Tehit, mereka

menyebarkan Kristen dengan tradisi Maybrat, Imian, Sawiat -Tehit, yakni sebuah tradisi yang

mana membutuhkan waktu untuk mempelajarinya dengan baik. Yang terutama dipelajari adalah

bahasa daerah, yaitu dipelajari dengan cara dua arah yakni pribumi dididik untuki mengerti

bahasa Belanda, dan disamping itu mereka juga mempelajari bahasa asli pribumi setempat.

Penyebaran Kristen dengan metode langsung berhadapan dengan pribumi. Ev. Yotley, Matatula

dan Pdt.Wetstein melakukan pendekatan persuasif dan dengan hati-hati mencoba menerapkan

Kristen dalam kehidupan pribumi di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Misalnya-Tehit,

Ev.Yotley, Matatula dan Pdt.Wetstein pernah mengajar injil kepada Silla Safkaur yang tidak

pernah mendengarkan injil, yang mana didogmatisasi dengan teologi Kristen bahwa manusia

berkewajiban mengawali pekerjaan dengan mengucapkan nama Tuhan Yesus Kristus sebagai

penuntun demikian seorang awam dalam kekristenan ini terus menang, kemudian Yesus Kristus

dijelaskan sebagai Sang Penyelamat dan Bapa segala berkat dan rahmat yang dari padanya

segala kegiatan harus memohon tuntunan dan restu dariNya dalam mengerjakan sesuatu.

Pendekatan persuasif ini berkembang dan direspon oleh masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat-Tehit, menjadikan Ev.Yotley, Matatula dan Pdt. Wetstein lebih leluasa menyebarkan

agama Kristen dengan ditandai mendirikan gereja untuk menyebarkan ilmu keagamaannya lebih

lanjut. Inilah pada awalnya agama Kristen mulai mendirikan lebaga pendidikan formal seperti

SD YPK, sebagai media transformasi pendidikan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Di antara

SD YPK, banyak mengubah orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi orang yang terpelajar, yang

mana dari berbagai kalangan masyarakat yang menuntut ilmu pendidikan formal. Kristen telah

membuat sebuah perubahan yang mempunyai pengaruh besar di wilayah Maybrat, Imian,

Sawiat Papua, walaupun lembaga pendidikan didirikan oleh Kristen dengan berdiri pada visi

misi Kristen yang mana diikuti oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap kekristenan di

wilayah mereka.

Jejak dan kiprah Kristen masih dapat dilihat di wilayah setempat seperti SD YPK Bethel

Sauf yang mana sampai sekarang tetap digunakan sebagai lembaga pendidikan formil.

Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berjejer sekolah-sekolah dasar yang diberi nama YPK

plus nama yang sesuai dengan asal daerah yang membangunnya. Dalam praktek keseharian,

Sekolah-sekolah dan gereja-gereja tesebut diisi dengan kegiatan sembahyang (ibadah ekaristi)

oleh penginil dan guru sekolah minggu. Setiap bulan Desember, perkampungan ini terlihat begitu

Hamah Sagrim 173

Page 174: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ramai dikunjungi oleh penduduk setempat yang merantau jauh untuk melakukan ritual atau

natalan bersama yang mana telah mentradisi.

3. Peran Penginjil Dalam Penyebaran Kristen.

a. Tahap Awal Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua

Kami mengamati bahwa penyebaran Kristen di dalam masyarakat manapun,

termasuk di Maybrat, Imian, Sawiat, melalui tiga tahap penyebaran, yaitu; melalui

perdagangan sebagai tahap pertama, dan sending, (Katolik) sebagai tahapan kedua dan

Penyebaran Murni oleh utusan penginjil (tahapan ketiga).

Tahap pertama adalah, melalui para pedagang. Tahapan ini, injil Kristen tidak

begitu diperkenalkan secara terbuka kepada orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang dasar-

dasar Kristen sebagai agama yang dianut. Karena pada waktu itu, para pencari rempah-

rempah dan pedagang VOC melakukan doa-doa yang sifatnya tertutup antara pribadi

mereka dan melibatkan tuan rumah yang mempunyai rumah yang telah mereka nginap

sementara. Walaupun tahapan ini sangat tertutup dan pribadi, namun setidaknya telah

melibatkan keluarga dalam rumah sehingga dianggap bahwa Kristen sudah terdengar

diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Pada abad itu.

Tahapan kedua adalah tahap dimana Katolik mulai pengutus misionaris-

misionarisnya untuk menjangkaui wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Tahapan ini telah

berhasil menyusup dengan terbuka bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dengan

ekaristi dan peribadatan yang jelas. Tahapan kedua ini merupakan tahapan pertama

dimana Katolik berhasil menjangkaui wilayah Maybrat, walaupun kini yang menganut

agama Katolik hanyalah beberapa orang saja yaitu yang berasal dari daerah Aifat, Mare,

Karon, Snopi dan sekitarnya. Mereka ini dari suku Meyah dan Meymaka. Suku ini adalah

anak suku dari suku bangsa Maybrat.

Tahap ketiga adalah tahap dimana GKI mulai memetakan wilayah jangkauan

untuk pewartaan injil Kristen. Tahapan ini dilakukan dengan baik dan berhasil hingga

saat ini. GKI begitu mampu menyusup ke-pedalaman wilayah Maybrat, Imian, Sawiat.

Pada tahapan inilah Kristen dikenal secara umum oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,

yaitu pada abad pertengahan ke-18. penginjil yang telah berhasil menyebarkan ajaran

Kristen ini adalah Ev.Yotlei, Ev. Matatula dan Pdt. J. Wetstein. Pada akhir abad ke-18

orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai rukun dalam iman dan rukun Kristen.Dalam tahap

Hamah Sagrim 174

Page 175: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ini, dominasi perkenalan ajaran Kristen mulai merasuki pikiran orang Maybrat, Imian,

Sawiat, seperti gempuran bombaridir yang menghantam suatu benteng pertahanan yang

rapuh yang mana Kristen dengan tegas mengatakan bahwa perbuatan jahat adalah dosa

hal itu merupakan larangan yang adalah masalah hukuman dan balasan Tuhan terhadap

perbuatan yang dilakukan manusia. Pendeta atau penginjil memperkenalkan hukum

ibadah terhadap pengikutnya. Pada tahap ini, proses ekaristi gereja mulai berkembang

dan menjadi trend eksklusif bagi penganutnya. Sementara itu, kajian terhadap penyebaran

Kristen sebagai ajaran yang holistik dan sudah begitu menjadi perhatian, termasuk dalam

pengembangan pendidikan. sebelum terjadi pembaruan di wilayah Maybrat, Imian,

Sawiat, banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat, terfokus pada tradisi teologi tradisional

mereka yaitu wiyon-wofle yang dianggap oleh Kristen sebagai hal klasik dan berhala,

yang mana fokus pengajarannya seperti menghafal sifat ajaran-ajaran dan berpuasa serta

tertutup dan sacral dalam pendidikannya. praktik Kristen dan adat kebiasaan pada

wiyon-wofle abad itu sangat kuat pengaruh wiyon-wofle yang begitu secara tegas

sehingga masih terjadi sinkretisme dan pengejaran serta Kristen mulai mendogmatik

penganutnya dengan strategi mempengaruhi para bobot yang ada guna melepaskan

wiyon-wofle. Kondisi ini terjadi karena kristen datang dengan lunak. Di samping itu,

literasi Kristen lebih banyak dipergunakan oleh penginjil, sedangkan wiyon-wofle

menggunakan literasinya sebagai magis yang mana juga digunakan oleh pemimpin-

pemimpinnya, (raa wiyon-na wofle). Memang demikian bahwa dalam dokrin wiyon-

wofle ditekankan pentingnya literasi dalam botgif wiyon-wofle dipergunakan untuk

kepentingan-kepentingan magis ketimbang kepentingan ke ilmuan moderen pada waktu

itu. Singkatnya bo tgif wiyon-wofle lebih menekankan magis dari pada Ilmu; ekstasi

daripada pengalaman ketentuan-ketentuan hukum wiyon-wofle. Institusi terpenting

wiyon-wofle adalah perikatan-perikatan longgar, tetapi eksklusif yang berpusat dari

seorang individu yang nyaris dipandang suci, sehingga sering menciptakan kultus

indvidu. Kondisi hukum wiyon-wofle ini menyebabkan Ra wiyon-Na wofle atau Raa

bam-Na tmah sering memainkan multi peran. Disamping sebagai tokoh agama (tradisi),

ra wiyon-na wofle juga diyakini sebagai tabib, peramal dan seterusnya. Para pengikut

meyakini bahwa literasi yang dikuasai oleh Raa wiyon-Na wofle dapat digunakan sebagai

kekuatan magis. Raa wiyon-Na wofle sering didatangi pengikutnya tidak hanya berkaitan

Hamah Sagrim 175

Page 176: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dengan masalah keagamaan saja, melainkan juga menyangkut masalah kemagisan.

Dengan peran tersebut Raa wiyon-Na wofle itu dikultuskan, sebagaimana yang terjadi

pada saat itu dan hingga sekarang hal ini masih tersimpan dan walaupun masih dilakukan

secara tertutup. Seorang Raa wiyon-Na wofle mempunyai otoritas dalam suatu upacara

inisiasi dan biasanya dikultuskan sebagai orang “suci” dalam wiyon-wofle tersebut.

Berhubungan dengan masuknya Krisren. Pada akhir abad ke-18 ini bisa disebut dengan

gerakan penjangkauan jiwa-jiwa Kristen di kalangan Maybrat, Imian, Sawiat. Kelompok

penjangkau jiwa yang disebut penginjil dikenal dengan misionaris, atau lebih baik disebut

sebagai missionaris konservatif. Kelompok konservatif melihat bahwa kristen di kalangan

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, masih bercampur antara adat kebiasaan yang

sinkretis dengan ajaran Kristen. Untuk itu diperlukan pemurnian ajaran Kristen yang

disebut dengan puritan. Gerakan puritan secara langsung atau tidak langsung menjadi

cikal bakal pergerakan nasionalis Kristen, yang mana hingga abad 19 terjadi aliran-aliran

Kristen pertobatan yang menyebutkan dirinya orang-orang bertobat. Orang- orang

bertobat ini mungkin mereka yang telah melepaskan segala ekaristi tradisional mereka

dan memfokuskan pikiran hati jiwa mereka pada injil Kristen.

b. Puritanisasi

Digerakkan oleh GKI dan Kristen pertobatan ini dalam catatan pengamatan

sejarah kami tentang Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi embrio gerakan

nasionalisme yang tergabung dalam gerakan Penginjilan. Kelompok puritan GKI pada

abad ke-18 mulai menjadi trend akan ekaristi gerejani sebelum Papua bergabung dengan

NKRI. Peran missionaris mempunyai double legal, yakni sebagai penginjil yang

menyempurnakan pemahaman dan penyebaran ajaran Kristen di tengah umatnya ketika

hendak melakukan puritanisasi di Maybrat, Imian, Sawiat. Gereja juga mempunyai

peranan besar dalam ikut menentukan nasip rakyat Papua dalam PEPERA 1969.

c. Tahap Modernisasi

Modern bukan diartikan sebagai “komponen Barat” tetapi lebih dimaknai sebagai

seting keilmuan dan kemajuan sains yang berakar dari nilai-nilai agama. Max Weber,

Robert N. Bellah dan Clifford Geertz, melihat agama sebagai inspirator dari sebuah

gerakan humanisasi, sain, budaya dan seterusnya. Durkheim juga mengungkapkan agama

Hamah Sagrim 176

Page 177: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

itu sui generis, oleh Richardson disebutnya sebagai felt whole “perasaan menyeluruh”

yang dibangun oleh agama, sehingga agama hadir dalam konteks apa pun, dan dijadikan

sebagai inspirator oleh manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal untuk mencerahkan

peradaban. (Richardson 1967) Weber melihat modernisasi ekonomi lahir dari etika

Protestan. Bellah juga menemukan bahwa kemajuan politik dan budaya di Jepang tidak

dapat dilepaskan dari sprit Tokugawa. Di Nusantara, kata Geertz, agama telah

memberikan move perjuangan menuju kemerdekaan.

Proses modernisasi dilakukan melalui dua cara; Pertama, melalui injection

motivation, dan kedua melalui revolusi think tank. Cara pertama lebih dimotivasi oleh

kemajuan dunia luar. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dalam institusi pendidikan

sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan diluar pada abad itu, yaitu terutama sistem

pendidikan Kolonial Belanda. Sistem ini dibawa oleh Pemerintah Belanda dan diterapkan

dalam sistem pendidikan formal orang Maybrat, Imian, Sawiat. Akhirnya, terjadi

pembaruan dalam isntitusi pendidikan Kristen menjadi Yayasan Pendidikan Kristen

(YPK dan YPPK), yang klasikal, namun selalu mengikuti perubahan sistem pendidikan,

walaupun terjadi perombakan-perombakan kurikulum pendidikan dari Kolonial menjadi

keindonesiaan. Cara kedua adalah mengilhami modernisasi melalui revolusi think tank,

yakni gagasan pembaruan Gereja yang datang dari pemikir-pemikir Gereja yang tidak

siap menerima ketertinggalan dalam percaturan dunia. Menurut kelompok ini,

ketertinggalan itu bisa diatasi melalui pengoptimalan pemahaman ajaran Kristen dan

Pengoptimalan Pendidikan Manusia. Dalam pandangan kalangan modernisasi Kristen ini,

ketertinggalan umat Kristen di Papua merupakan kesalahan Kristen juga, itu karena

memahami agama tidak secara rohaniah saja tetapi jasmaniah harus diperhatikan juga.

Disamping itu, keengganan menerima pluralitas sebagai khazanah dan fitrah budaya, dan

menjadikan perbedaan sebagai metode konfrontatif yang melelahkan. Akibatnya adalah

terjadi pembongkaran terhadap bangunan inisiasi tradisional wiyon-wofle. Setting

kelompok modernis ini tidak terjebak dalam pemikiran wiyon-wofle yang sempit,

biasanya lebih mementingkan keseimbangan pemahaman wiyon-wofle dengan bo snyuk.

Wiyon-wofle merupakan pemahan keagaman tradisional yang menuju kekayaan

tradisional, sedangkan Kristen adalah hukum yang didekonstruksi oleh Kristen dalam

kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat. kedua ini tidak memiliki keseimbangan yang

Hamah Sagrim 177

Page 178: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ditemukan baik secara eksotorik dengan esotorik. Dalam hal ini, yang lebih tegas

dilakukan oleh kelompok modernis Kristen adalah meletakkan Kristen sebagai ideologi

atau paradigma dalam transformasi social ditengah masyarakat. Tugas inilah yang

akhirnya dilakukan oleh agamawan atau penginjil, tetapi tidak semua Penginjil dapat

menjalankan missi tersebut, sehingga tugas tersebut banyak diambil alih oleh kelompok

akademisi yang terdidik dan menaruh perhatian terhadap Kristen. Era ini di Maybrat,

Imian, Sawiat terlihat pada Modernisasi Kristen yang dipahami sebagai perubahan

paradigma pemikiran umat Kristen, bukan membangun definisi Kristen yang baru

melainkan dianggap sebagai suatu penginjilan. Dilihat dari alur pemikiran, lahirnya

paradigma ini disebabkan “ketidakrelaan” kelompok pemikir Kristen terhadap

ketertinggalan umat Kristen dalam “merancah” dunia sosialnya, serta pandangan sempit

penginjil tentang Kristen yang hanya ditarik dari satu sisi yaitu iman dan roh sehingga

pemikiran umat Kristen dalam mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata cenderung

terhambat. Di Maybrat, Imian, Sawiat, paradigma pemikiran modernisasi Kristen ini

sebenarnya sudah muncul semenjak lahirnya puritanisasi sebagai pendobrak pemurnian

pemahaman Ktisten orang Maybrat, Imian, Sawiat yang masih kental dengan budaya

inisiasi. Namun, modernisasi Kristen lebih berkembang ketika akhir abad ke-18 seiring

dengan bergeraknya kaum agama mendirikan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK, YPPK)

membangun sekolah-sekolah agama modern di Maybrat, Imian, Sawiat. Modernisasi

Kristen lebih menekankan pada pembentukan karakteristik umat Kristen untuk

memanifestasikan hidup dalam konteks keberagamaan yang sesungguhnya. Oleh sebab

itu, diperlukan pengajaran dan sisitem pendidikan agama yang signifikan terhadap tujuan

tersebut. Maka dalam modernisasi awal ini, sangat kentara terjadinya pembaharuan-

pembaharuan institusi dan organisasi keKristenan, seperti lahirnya SD YPK, YPPK, SMP

YPK,YPPK, SMA YPK, YPPK, dengan pola moderen dan munculnya organisasi

platform Kristen.

Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dimulai dengan mengubah sistem

Pendidikan yang tradisional dengan sistem pendidikan modern yang klasikal, berijazah

dan memiliki kurikulum. Di Teminabuan misalnya, Sekolah Rakyat dengan tenaga

pengajar yakni Guru-Guru didikan Belanda yang menjadi cikal bakal sekolah dasar (SD).

Sekolah ini sangat berpengaruh di Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa ini, ada dua

Hamah Sagrim 178

Page 179: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pendekatan yang dilakukan Penginjil untuk membangun umat kristen, yakni pendekatan

pendidikan dan pendekatan pergerakan. Pendekatan pendidikan lebih tertuju pada

perubahan ideational dalam generasi muda, sedangkan pendekatan pergerakan mencakup

pembentukan Jemaat dan institusi Kristen yang progresif.

Pendidikan yang dikelola oleh Penginjil atau missionaris konservatif setidaknya

telah melahirkan peta pemikiran ke-Kristenan di Maybrat, Imian, Sawiat sekaligus

terjadinya pergeseran pemikiran Kristen dari wiyon-wofle ke modernisasi Kristen.

Lahirnya sekolah-sekolah moderen ini secara langsung mampu menjadikan Maybrat,

Imian, Sawiat, eksellent, dan tidak mengalami kekosongan sistem pemikiran inisiasi

wiyon-wofle. Sementara itu, Penginjil pada masa modernisasi Kristen ini terbagi menjadi

dua kutub, yakni Penginjil kaum muda dan kaum tua. Penginjil kaum muda yakni

Penginil-penginjil moderen dan konservatif, biasanya Penginjil-Penginjil punya view

oriented, dan mereka terpengaruh oleh konsep-konsep pembaruan dari luar. Sementara

kaum tua adalah Penginjil-Penginil yang masih bertahan dengan konsep-konsep

Penginjilan masa lalu dan mereka juga masih sering mengkaitkan ideology inisiasi

wiyon-wofle dengan ideology injil, serta masih mempertahankan tradisi ritualisasi-

ritualisasi dan ritus keguruan tradisional wiyon-wofle. Penginjil muda adalah; mereka

yang berbicara dengan runtutan terhadap penggunaan literasi kitab suci pada konteks

kehididupan yang lebih luas, dimana ayat-ayat Alkitab tidak “dikurung dalam

pemahaman” yang picik dan sempit. Bagi kelompok penginjil moderen kristen, agama

diaplikasikan secara realistis.

Agama ditujukan untuk pemberdayaan umat secara keseluruhan. Harus diakui

bahwa dalam tahap awal, konsep modernisasi pendidikan belum sepenuhnya

terkembangkan, karena masih terkendala oleh sistem penjajahan yang hanya memberikan

kesempatan kepada keturunan-keturunan bobot saja yang mengenyamnya. Sekolah-

sekolah pada pemerintahan Kolonial Belanda yang dikembangkan baru bergerak dengan

sistem pendidikan yang teoritik dan belum dilengkapi dengan skill education. Akibatnya,

ketika terjadi perubahan terutama berkembangnya pasar dalam sistem ekonomi,

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, para alumni SR sulit mengikut perkembangan ini.

d. Tahap Perubahan

Hamah Sagrim 179

Page 180: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sekolah-sekolah yang didirikan oleh kristen konservatif secara langsung atau tidak

memiliki pengaruh terhadap mentalitas masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pertama,

pengaruh terhadap pendidikan keagamaan yang melahirkan kaum Penginjil dan Pendeta.

Kedua, pengaruh terhadap mentalitas yang berimplikasi terhadap gaya hidup (life style)

dan cara berfikir. Pengaruh tersebut menjiwai lahirnya sebuah pergerakan yang kemudian

menjadi cikal bakal lahirnya kaum terpelajar. Di Maybrat, Imian, Sawat, banyak kaum

terpelajar yang lahir dari sekolah-sekolah yang ada. Pergerakannya tidak saja beraikatan

dengan keagamaan saja atau disebut dengan ortodoksi skriptual penginjilan. Ortodoksi

skriptual ini, berlangsung sekitar akhir abad ke-18 diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat.

Pada masa pergerakan inilah muncul kegamangan dari kaum Terdidik dalam

melilihat perubahan sosial, ekonomi, dan politik, terlebih lagi semakin diterimanya

sekolah-sekolah modern dengan kurikulum Indonesia oleh masyarakat. Kondisi ini

semakin meminggirkan pendidikan Kristen mula-mula. Kristen turut ambil bagian dalam

kancah sosial dan politik, pada saat sekarang ini. Setelah itu, kaum Kristen banyak

mengenal organsisasi-organisasi sosial nasional lainnya, dan melibatkan diri lebih jauh.

Ada yang tidak puas dengan keilmuannya, maka kaum Pendeta mencari jalan untuk

berorganisasi agar ilmunya dapat dikembangkan lebih luas. Maka terlibatlah kaum

Pendeta dalam organisasi-orgnisasi yang tidak lagi platform-nya Kristen, tetapi sudah

nasionalis. YPK dengan semakin banyaknya menamatkan para murid dengan sistem

sekolah modern mendapatkan kerja yang mapan. Di sisi lain, sistem pendidikan YPK

masih bertahan dengan sistem yang ada, masih terpaut dengan kajian-kajian tekstualitas

(skriptualisme) dan belum menjauh ke arah pengembangan-penjabaran tekstualitas

menuju kontekstual. Sistem pendidikan seperti ini sebenarnya cukup lama berlangsung

dalam peradaban Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dan Papua pada umumnya,

bahkan pada masa peradaban konsevatif Papua-pun tidak terjadi perubahan dalam sistem

pendidikan Kristen.Kecenderungan konservatif (ortodoksi spiritual) dalam sistem

pendidikan menekankan pada moralitas dan literasi dan kurang menerima pemikiran yang

radikal. Hal ini terjadi karena pada kurikulum Penjajahan Kolonial Belanda Kebanyak

pendidikan saat itu hanya berupa hafalan, sehingga tidak mendorong orisinalitas. Para

siswa tidak diajarkan untuk memahami gagasan baru secara radikal, karena masyarakat

Hamah Sagrim 180

Page 181: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

luas tidak dapat menerimanya. Gagasan baru dianggap mengganggu tatanan sosial dan

membahayakan masyarakat. Pada masyarakat konservatif stabilitas dan keteraturan sosial

dianggap lebih penting dari kebebasan berekspresi.

Pergeseran cara pandang ini terus berlanjut. YPK dengan sistem kurikulum

pendidikan keindonesiaan melakukan terobosan baru yang berbeda dari sistem

pendidikan Kristen Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah yang didirikan dengan nama YPK

atau YPPK mampu membaharui pemikiran masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pada

masa ini, kaum Penginjil atau misionaris mendapat tantangan yang signifikan dari

Pendeta-pendeta modern. Pemikiran-pemikiran kekristenan mulai bergeser dari

pemikiran klasik kepada kontemporer, karena perubahan sosial telah melahirkan

fenomena-realita yang baru.

Untuk menjelaskan fenomena baru tersebut dibutuhkan keterpaduan antara ilmu

reliji dengan Semangat kekristenan yang kuat. Perubahan-perubahan yang begitu cepat

kurang terakses oleh wilayah agama, dan kontrol masyarakat pun tidak banyak

memainkan peranan. Kondisi ini tidak saja dirasakan dalam masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat, tetapi seluruh Papua pun mengalami kondisi yang sama:

Keunggulan Penginjil dan Missionaris adalah kemampuan untuk hadir di tengah-

tengah masyarakat luas, mampu mengkombinasikan pikiran keilmuwannya dalam bahasa

jelata, serta sanggup membangun kekuatan jemaat yang real dan kohesif. Tapi sayang

belum diperlengkapi dengan perangkat teologis yang lebih transformatif. Kondisi tersebut

menyebabkan eksisitensi gerejani kurang diminati masyarakat, karena keilmuwan

kekristenannya belum transformatif. Akibatnya, Sekolah-Sekolah YPK,YPPK lebih

banyak bertahan di kalangan masyarakat pedesaan. Sementara itu di perkotaan, sekolah-

sekolah moderen diakses dengan cepat oleh masyarakat, seiring dengan bergulirnya

sistem ekonomi pasar yang menghendaki manusia sebagai “mesin” pencetak uang, dan

keterampilan untuk mencetak uang itu lebih terkonsentrasi pada sekolah moderen.

Wibawa YPK,YPPK mulai terpinggirkan. Kebanggaan terhadap generasi yang

mempunyai ilmu agama yang tinggi mulai dikalahkan oleh kalangan terdidik dan

mempunyai penghasilan-jabatan yang memadai. Inilah fenomena traumatik sosial yang

terlihat pada masa-masa perubahan di Maybrat, Imian, Sawiat dan Papua umumnya.

Hamah Sagrim 181

Page 182: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Seiring dengan fenomena tersebut, tradisi pemikiran kekristenan terpecah menjadi

dua kubu, yakni tradisi pemahaman keagamaan kaum pertobatan dan GKI – Katolik.

Pertobatan dan GKI – Katolik lebih banyak berkembang di pedesaan Maybrat, Imian,

Sawiat dengan mempertahankan sistem pendidikan kristen, sementara pemahaman

modern kekristenan berkembang di perkotaan, dijabarkan oleh Pendeta yang mampu

mengakses pembaharuan dan perubahan. Dalam perpektif sosiologi, menjelaskan

perubahan itu harus tahu dengan konteks perubahan, sebab perubahan dan kondisi

sebelum terjadinya perubahan. Mau tidak mau, aktor transformatif harus memiliki

pengetahuan yang holistik dalam permasalahan itu. Pada tahap ini, perubahan pemikiran

pun tidak bisa dipisahkan dari proses modernisasi. Pemikiran ke-Kristenan tidak lagi

berada dalam otoritas Penginjil klasik, tetapi mulai berpindah pada intelektual akademisi.

Transformasi pemikiran ini telah membangun dua komunitas pemikiran keagamaan,

yakni komunitas pemikiran klasik dan modern. Komunitas pemikiran klasik lebih

berkembang dan diterapkan oleh penginjil klasik, di gereja pada pedesaan oleh penginjil

klasik. Semenatara kelompok intelektual, lebih berkembang di perkotaan.

e. Teologi Transformatif

Teologi transformatif menyatakan bahwa realita tidak hanya dibaca dengan kacamata

Kristen, tetapi juga dilihat dari sisi praksisnya. Esensinya, ada hubungan dialektis antara

Kristen ideal dengan realita. Tujuannya untuk merubah fakta sesuai dengan cita-cita

Kristen. Teologi transformatif mencoba memahami ortodoksi secara holistik. Realita,

fenomena dan fakta harus diselesaikan atau dibawa pada kancah ide-ide Kristen. Dalam

konteks yang sama. Namun, ketidakmampuan menjabarkan ortodoksi tersebut telah

membuat Kristen terpetiemaskan dalam hingar bingar realita sosial, sehingga Kristen

hadir ke hadapan kita bagaikan “monumen batu” yang sudah selesai dipahat, hanya

sebagai fakta sejarah yang sangat menumental.

Kecenderungan tersebut hendaknya dipahami dan dihayati oleh umat Kristen,

sehingga umat Kristen tidak terkungkung dalam kepicikan dan kesempitan dalam

memahami Kristen itu sendiri. Literasi Kristen harus dijabarkan ke dalam realita, tidak

disimpan dalam “rumah kaca” pemahaman yang sempit itu. Ketika umat Kristen

mengapung literasi dalam pemahaman yang sempit, Kristen akan terlihat dalam

Hamah Sagrim 182

Page 183: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kepercayaan dan pemahaman yang ekslusif, yang kemudian rentan diterjemahkan oleh

dunia luar sebagai kelompok fundamentalisme.

Dalam teologi transformatif, umat Kristen diharapkan mampu mendialogkan

teologis ke dalam realita. Hal ini sangat membutuhkan rasionalisasi pemahaman terhadap

ajaran Kristen. Menurut kami, rasionalisasi mungkin sangat erat kaitannya dengan

modernisasi, oleh sebab itu modernisasi itu merupakan keharusan bagi umat Kristen,

karena modern sangat erat dengan ilmu pengetahuan. Mugkin Injil sebagai paradigma,

dengan maksud mode of thought, mode of inquiry yang diharapkan bisa menghasilkan

mode of knowing, di mana alkitab sebagai konstruksi dari pengetahuan. Berdasarkan

paradigma tersebut, keterbelakangan dan ketertinggalan umat Kristen dari segi peradaban

disebabkan oleh kesalahan umat Kristen dalam meletakan Injil sebagai sumber paradigma

yang luas. Cara pandang di atas telah melahirkan dua pemikiran keKristenan, yakni;

Mereka yang berlatar belakang tradisi ilmu keKristenan konvensional dan mereka

yang terlatih dalam tradisi Barat (modernis). Keduanya tidak berbeda dalam mengupas

teologi. Bagi kalangan keKristenan konvensional, teologi sebagai ilmu kalam dengan

artian suatu disiplin ilmu yang mempelajari ilmu ketuhanan, bersifat abstrak, normatif,

dan skolastik. Sedangkan bagi aliran kedua lebih melihat teologi sebagai penafsiran

terhadap realita dalam perspektif ketuhanan, lebih berupa refleksi empiris. Berdasarkan

konstelasi paradigma ini, pemikiran teologi transformatif umat Kristen terpecah menjadi

dua pula, pertama pemikiran yang tidak menerima kenyataan luar, moderenisasi selalu

diidentikan dengan Barat, sehingga menahan diri dari mainstream moderen tersebut.

Kedua, intelektual yang dapat menerima moderenisasi sebagai suatu realita yang harus

dicerahkan dengan teologi transformatif, yang dibangun melalui pengokohan paradigma

Kristen. Untuk memahami injil; pertama, mengkaji dan memahami seting situasi atau

problem historis, baik yang spesifik maunpun yang makro. Kedua, menjeneralisasi

jawaban-jawaban yang ditemukan, sehingga menjadi paradigma yang sering dinyatakan.

Di sinilah letaknya, keterujian intelektualitas Kristen dalam menjabarkan Kristen

sebagai agama peradaban. Sayangnya, keterujian itu belum banyak dibuktikan, sehingga

umat Kristen masih saja berada dalam warna yang redup dari kemajuan.

Perbenturan-perbenturan pun tidak dapat dielakan, karena antara yang satu

dengan yang lainnya saling menganggap pemikirannya yang benar. Aliran - aliran

Hamah Sagrim 183

Page 184: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

teologis yang dipahami oleh umat Kristen sangat rentan dengan konflik pembenaran.

Inilah agaknya menjadi penyebab lambannya teologis transformatif untuk diadopsi. Umat

Kristen di Papua masih terseret dalam pertentangan klaim-klaim aliran pembenaran. Hal

ini, sangat “melelahkan” umat Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua itu

sendiri dalam menatap masa depannya. Perbedaan aliran dan organisasi misalnya,

menyebabkan mereka terpecah dalam membangun peradaban sistemp ekaristi

peribadatan. Sementara perubahan begitu cepat menawarkan beragam realita dan

fenomena.

Di Nusantara, keterlambatan mengartikulasikan teologis transformatif ini

disamping dipengaruhi oleh faktor di atas juga sangat dipengaruhi oleh orientasi dominan

hukum yang dibangun dan saingan akan tetangga agama yang lain. Hukum yang

dibangun kadang belum seimbang antara pemberdayaan akal pikiran dengan batiniah,

lebih banyak mengambil kapling dalam rutinitas ibadah mingguan, sementara ibadah

sosial secara luas terkesampingkan, sehingga umat Kristen tertinggal dalam ekonomi,

politik, pendidikan dan budaya. Di saat yang sama, terjadi pemisahan antara ibadah

dengan realita kehidupan. Ibadah dipahami penyembahan, puasa, pujian dan syukur,

sementara menata ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan seterusnya agak dipisahkan

dari arti ibadah yang lebih luas.

f. Revivalisme Pemikiran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat.

1. Tradisi lokal

Tradisi lokal sering dijadikan media dalam peribadatan Kristen, seperti Tifa,

Suling bamboo yang mana sebagai media yang dijadikan alat penyembahan di Papua dan

Maybrat, Imian, Sawiat oleh Penginjil klasik lokal.

2. Bahasa dan Seni

Sejarah perkembangan bahasa Maybrat, bahasa Sawiat, bahasa Imian, tidak begitu

diketahui keberadaannya semenjak kapan, akan tetapi untuk bahasa tubuh, sudah ada atau

telah digunakan oleh manusia Maybrat, Imian, Sawiat, pada Zaman primitif ketika jumlah

keanggotaan mereka lebih dari satu orang. Bahasa tubuh merupakan bahasa komunikasi

pertama yang telah dipakai oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Bahasa (lisan) yang

dipergunakan tampaknya mempunyai gaya tersendiri karena tidak memadukan sistem tata

bahasa dari etnis lain. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat suku Maybrat Imian

Hamah Sagrim 184

Page 185: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sawiat merupakan suku bangsa yang bukan pengembara jarak jauh (long leave), namun

pengembaraan mereka hanya merupakan pengembaraan jarak pendek (short leave).

Pengembaraan jarak pendek yang dimaksud adalah pengembaraan dalam mengejar nafkah,

sehingga segala sesuatu yang dimiliki termasuk bahasa mereka tidak berupa bahasa

campuran yang tercipta secara efohesi. Dari segi aksara, tetap mengikuti aksara bahasa

masing – masing, yaitu Bahasa Maybrat, tetap mengikuti aksara Suku Maybrat, Suku

Sawiat, tetap mengikuti aksara Suku Sawiat, Suku Imian, tetap mengikuti aksara Suku

Imian. Namun dalam bahasa Maybrat memiliki tiga langgam bahasa yang masing – masing

memiliki dialek yang berbeda, yaitu untuk sub suku Maybrat seperti May Yah, langgam

bahasanya terdengar halus dan lambat, dan untuk sub suku Maybrat seperti may Ithe,

langgam bahasanya terdengar agak setengah tegas, sedangkan untuk suku May brat (May

uu), langgam bahasanya terdengar sangat tegas. Namun untuk bahasa Imian dan bahasa

Sawiat, masing – masing dengan langgam bahasa dan sebutan serta arti yang berbeda –

beda baik antara suku Imian dan suku Sawiat bahkan dengan suku Maybrat.

Tidak disangkal bahwa manusia ikut dibentuk oleh situasi sekelilingnya.

Demikian unsur seni Suku Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya terbentuk seirama

dengan lingkungannya sebagai kelompok yang hidup didaratan dan pesisir. Nada suara

umumnya tegas dan tinggi, mengingat keengganan mereka yang selalu dalam mejelajahi

hutan dan laut yang homogen dan sangat luas sehingga sering memisahkan jarak antara

anggota yang satu dengan anggota lainnya menjadi berjauhan, kadang juga bisa hilang

karena kurang menguasai lokasi perburuan mereka.

Kesenian yang ditonjolkan adalah :

Hamah Sagrim 185

Page 186: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Biola tradisional (krombi) dan alat gesek (tref)

- Seni musik, diantaranya adalah Biola

(krombi), tebuat dari bahan Bambu yang

kulitnya di gunakan sebagai String atau snar

dan sumpit yang dililitkan dengan kain

sebagai alat gesek atau dawai (tref). Alat

musik ini telah dikenal oleh orang Maybrat,

Imian, Sawiat pada abad yang tidak diketahui.

Gambar:Suling atau seruling

Gambar:Tifa besar (ain) dan tifa

kecil (toke)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

- Element teater, juga sekaligus dapat menjadi tempat pertunjukkan adalah panggung hiburan

(Taro). Bentuk Panggung hiburan atau Taro yang dimiliki oleh Suku Maybrat Imian Sawiat

biasanya dibangun dengan kemiriban stadion, yang mana pada bagian- bagian sisinya lebih

tinggi sebagai tempat duduk para pengunjung dan penonton daripada areal melakukan

pertunjukkan. Bangunan theater atau arena pertunjukkan ini biasanya tidak dibangun

menetap namun biasanya dibangun bilamana adanya kegiatan – kegiatan tertentu yang

berkaitan dengan seni tari seperti : Berdansa (B’sioh), Serar, yosim dan menari (mwi bowi).

Kesemuanya disertai dengan pertunjukkan gerakan tubuh serta berbusana tarian sesuai

dengan sifat tarian tersebut. Berikut lihat gambar :

Hamah Sagrim 186

- Suling atau seruling , terbuat dari

bamboo orang Maybrat, Imian, Sawiat

berkenalan dengan suling pada abad ke-

delapanbelas. Tifa, (ain dan toke)

terbuat dari bahan Kayu dan kulit Rusa.

Tifa dikenal pada tahun yang tidak

diketahui.

Page 187: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak atas Teater atau panggung

hiburan (taro)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

- Seni suara, umumnya disertai dengan suara. Seni suara dikenal secara moderen oleh orang

Maybrat, Imian, Sawiat pada akhir abad ke-delapan belas yang mana diperkenalkan oleh

penginjil Kristen, setelah masukknya injil Kristen di wilayah Maybrat. Imian, Sawiat.

Populernya seni suara pada waktu itu ketika ekaristi dalam peribadatan Kristen yang

menggunakan nyanian dan pujian sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, terinspirasi dan

membentuk kelompok-kelompok menyanyi atau group seni suara yang terdiri dari satu orang

(solo), dua orang (duet) tiga orang (trio) dan lebih dari tiga orang (group). Pada abad inipula

awal mula Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai bersentuhan dengan alat musik aliran

moderen seperti harmonika, guitar string, seruling dan vokal group yang mana selalu

dilakukan dengan cara berlatih atau olah vokal.

4. Kelengkapan Hidup

Sejarah kehidupan manusia telah mencatat bahwa, manusia pertama, nenek moyang kita;

hidup sebagai pengembara atau manusia yang hanya mencari nafkah secara terus-menerus dan

berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Pada zaman ini, manusia tidak memiliki

kelengkapan hidupnya seperti; api, kapak, dan busana. Hal ini diakibatkan karena mereka belum

memiliki kemampuan mencipta (non Undagi).

Sejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat telah memuat catatan perjalanan hidup mereka

semenjak nenek moyang. Catatan ini juga sama dengan catatan sejarah perjalanan nenekmoyang

manusia dari herbagai belahan dunia lainnya. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula juga

Hamah Sagrim 187

Gambar:Vew teater atau panggung

hiburan (taro)

Page 188: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tidak memiliki kelengkapan hidup pada zaman ini, dan mereka sebagai manusia pengembara

atau pencari nafkah dengan berpindah-pindah tempat.

Dalam penelusuran sejarah dan penelitian kami dibeberapa kampong pada tahun 2000 –

2001, yaitu dikampong; Udagaga, Makaroro, Mogatemin, Mugim, Keyen, Sengguer, Moswaren,

dan selanjutnya pada tahun 2004 dan 2007 dari wilayah; Ayamaru, Sosian, Temel, Mapura,

Suwiam, Yukase, Segior, Kartapura, Sauf, Sembaro, Soroan, Koma-koma, Kanisabar, Welek,

Pasir putih, Mlabolo, Klamit, Kladut, Kambuaya, Jitmau, Kartapura, Arus, Kambufatem,

Susmuk, Aifat, Mare, Karon, dan menyusuri sungai Kamundan, Mukamat, Ayata, Kamro, Tehit-

Teminabuan, Wehali, Serbau, Serer, Tofot, Haha, Woloin, Imian, dan Wainslolo, ditemukan

beberapa laporan tentang kelengkapan hidup manusia Maybrat Imian Sawiat yaitu;

a. Kapak Batu.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula atau disebut manusia primitif, dalam

kehidupan mereka, kelengkapan hidup yang pertamakali dikenal oleh orang Maybrat, Imian,

Sawiat adalah kapak batu (stone axe) “fra maãn” dalam sebutan bahasa Maybrat. Data yang

diambil tentang kapak batu (stone axe) sebagai kelengkapan hidup manusia primitif

Maybrat, Imian, Sawiat ini telah dikenal pada zaman batu. Sayangnya kapak batu (stone axe)

ini tidak ditemukan wujudnya, karena telah dibuang dan dimusnahakan oleh pemerintahan

Hindia Belanda pada tahun 1950 yang lalu dan lokasi atau kampong-kampong yang dihuni

juga dibubarkan untuk digabungkan kekampong-kampong sekitarnya guna perluasan

kampong. Mungkin sebaiknya kita kembali untuk membongkar lokasi-lokasi bekas kampong

yang dibubarkan untuk pencarian benda-benda prasejarah yang dibuang.

Manusia primitif Maybrat, Imian, Sawiat, pertama yang membawa kapak batu

(stone axe) adalah Tit Srowy di Tehit-Teminabuan, kemudian diambil oleh seorang manusia

primitif yang bernama Woroh Simian, dan membawanya ke daerah Fayoh. Ketika itu woroh

simian bertemu dengan seorang manusia primitif yang bernama Fhour Dyaman yang mana

selanjutnya menggunakan kapak ini bersama-sama. Disinilah awal mula nenekmoyang orang

maybrat imian sawiat mengenal kapak batu (stone axe). Dari uraian ini, jelaslah bahwa

manusia maybrat imian sawiat pertama yang mengenal dan memperkenalkan kapak batu

Hamah Sagrim 188

Page 189: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(stone axe) adalah Tiĩt Srowy yang adalah manusia primitive/nenekmoyang yang hidup

didaerah tehit (kini Teminabuan).

b. Api – Tafoh – Sala (flame)

Orang maybrat imian sawait primitive kemudian mengenal api ‘tafoh-sala’ (flame), yang

mana diperkirakan pada zaman batu. Api, pertamakali dikenal didaerah maybrat, api yang

mana dikenal melalui fenomena alam, yaitu ketika terjadi gesekan antara pepohonan yang

satu dengan pohon yang lainnya, dan menimbulkan percikan api sehingga menjadi bara api.

Nama api (flame) yang pertama dikenal dalam bahasa primitive orang maybrat adalah; SSS,

dan FUF. Ini adalah nama api yang dikenal pertama kali di zaman itu, karena ketika

penemunya yang bernama tafoh yang kini namanya digunakan dalam sebutan api, (dalam

bhs. maybrat). Ketika itu dia (tafoh) melihat percikan api yang timbul ketika gesekan pohon

lalu menjadi bara api, dia (tafoh) lalu mendekatinya dan menyentuhnya dengan tangan, tetapi

karena tangannya terbakar sehingga ia meringis kesakitan dengan mengeluarkan kata SSS,

setelah itu, tafoh mendekatinya untuk keduakalinya dengan keinginan memadamkannya

dengn cara meniupnya. Ketika ia mencoba untuk meniupnya dan bunyi nafas tiupannya yang

terdengar FUF, oleh kerabat-kerabatnya yang bersama dengan dia, sehingga mereka

menyebut api dengan nama FUF dengan menggunakan bahasa tubuh untuk mengatakan

kepada kerabat yang lain tentang api. Dari penemuan ini, dipertahankan dan berkembang

hingga zaman megalitik, yang mana manusia maybrat imian sawiat primitive mulai

mengembangkan teknologi sederhana penghasil api (flame tecnology). Pada zaman ini,

manusia maybrat imian sawiat yang begitu primitive, sedikit demi sedikit mulai mengalami

perubahan. Pada zaman ini pula mereka mulai mencoba untuk meramu bahan-bahan untuk

menciptakan api.

Bahan-bahan yang digunakan pertamakali untuk pembuatan api adalah:

a. Rotan (toŏ atu)

b. Kayu (ara)

c. Ampas dedaunan kering (hita gat)

Hamah Sagrim 189

Page 190: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Bamboo sebagai bahan penghasil api tradisional

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

d. Cara kerjanya adalah; Rotan dililitkan pada batan kayu dan ampas dedaunan kering diletakan

dibawah dan selanjutnya tali rotan ditarik kekiri dan kekanan dengan bergesekan pada

dinding kayu secara bergantian selama beberapa menit dan ketika kayunya panas, maka

menimbulkan percikan api yang jatuh pada ampas dedaunan kering sehingga menjadi bara

api.

Bahan yang digunakan kedua atau model kedua:

a. Bambu (tbil/bron)

b. Pecahan batu (fra habah)

c. Ampas dedaunan kering (hita gat)

Cara kerjanya adalah: pecahan batu

digesekan pada dinding bamboo kering

secara teratur berulang kali pada lokasi

gesekan yang sama, sedangkan dibagian bawah disiapkan ampas dedaunan kering, setelah

gesekan tersebut menghasilkan percikan api, yang jatuh pada ampas dedaunan kering itu

sehingga menghasilkan bara api dalam beberapa menit.

Bahan yang digunakan ketiga, atau model ketiga:

a. Pecahan kaca/beling botol (kusia habah)

b. Bamboo (tbil/bron)

c. Ampas kayu/dedaunan kering (ara magi/hita gaat)

Cara kerjanya adalah: pecahan kaca/beling digesekan pada kulit bamboo kering secara teratur

berulang kali kepada tempat gesekan yang sama dan beling dilapisi dengan ampas kayu,

sehingga ketika percikan api keluar langsung pada ampas kayu yang ada dan menghasilkan bara

api. Model teknologi pembuatan api yang ketiga dengan bahan kaca/beling, semenjak abad 16,

ketika VOC masuk ke wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Pada abad ini pula orang Maybrat,

Imian, Sawiat, mengenal barang-barang pecah belah dan korek api.

Hamah Sagrim 190

Page 191: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Skematika perkembangan Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, Papua dan Api

c. Busana

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam proses hidupnya, ia baru mengenal busana

kemudian setelah kelengkapan yang lain seperti kapak batu (stone axe), dan api (flame)

dikenal. Sejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengungkapkan bahwa nenekmoyang

mereka pada mulanya hidup dalam ketelanjangan tanpa busana. Akantetapi sedikit demi

sedikit waktu memproses mereka dengan diimbangi otak dan nalar yang kian mulai berpikir

untuk berkembang menjadi manusia moderen, sehingga mereka mencoba untuk meramu

segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan hidup mereka yang mana ikut merubah

hidup mereka dari kehidupan primitive hingga menjadi manusia moderen sekarang ini.

Nenekmoyang orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang pertama memakai busana

cawat/cedaku (gitaut) adalah Hafra Hafuk. Kemudian diperkenalkan kepada anaknya yaitu

Hefy Hafuk, dan selanjutnya Hefy Hafuk, memperkenalkannya kepada anaknya Saf Haafuk,

(kini sesa dumufle). Bahan yang digunakan sebgai busana adalah kulit kayu (fijoh malak),

yang berwarna Putih. Akan tetapi busana dari kulit kayu tersebut kemudian digantikan

dengan bahan kain, pada abad ke-16, dimana orang Maybrat imian sawiat mengenalnya

Hamah Sagrim 191

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tanpa api

Orang Maybrat, Imian, Sawiat mengenal api dari fenomena alam

Orang Maybrt, Imian, Sawiat, menciptakan bahan api dari bahan kayu dan api

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menciptakan api dari bamboo dan beling / pecahan batu dan kaca

Orangg Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal korek api / matches

Page 192: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

melalui para pedagang VOC. Sejarah orang maybrat imian sawiat dalam mengenal busana ini

pada zaman dan tahun yang tidak diketahui.

5. Pengaruh Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungannya

a. Wanita Maybrat Imian Sawiat (bakit, ku ano, nangli)

Seperti halnya wanita –wanita lain, wanita Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki sifat-sifat

kejiwaan wanita. Ciri khas kewanitaan yang banyak disoroti orang adalah sifat memelihara. Ini

disebabkan karena kodarat wanita secara fisik bertugas mengandung, memelihara, dan menyusui.

Namun sayangnya, sifat memlihara ini dalam perkembangannya lalu menjadi tuntutan ethis.

Tuntutan ini yang mendorong wanita maybrat imian sawiat untuk memberikan cinta kasih

mereka tanpa pamrih, disertai dengan pengorbanan diri dan penyerahan diri. Maka tepatlah jika

kita menamakan: wanita itu merupakan asas dari cinta kasih. Dengan sifatnya yang bersifat

memelihara itu, wanita menjadi lebih bersifat heterosentris, mengarahkan aku-nya kepada aku

yang lain lebih-lebih mepada yang dicintainya. Sifat ini akan terungkap pada sikap memelihara,

melindungi, bersahabat, mengalah, menetap dain sebangsanya. Sifat kewanitaan seperti terurai

diatas juga dimiliki oleh wanita maybrat imian sawiat, bedanya terletak pada adat dan

kebudayaan yang membentuk setiap wanita dari suku bangsa sendiri-sendiri.

- Wanita Maybrat Imian Sawiat Dapat Kita Golongkan Menjadi :

1. Wanita kampong, yang berasal dari keluarga petani dan nelayan, atau wanita yang belum

menikmati pendidikan yang cukup.

2. Wanita kampong dan kota, yang berasal dari keluarga ekonomi menengah atau wanita yang

juga menikmati pendidikan yang cukup

3. Wanita kota, yang berasal dari kalangan keluarga atas atau wanita yang telah menikmati

pendidikan cukup dan menikmati pendidikan cukup dan lebih

Tipe dari 3 golongan wanita tersebut juga tidak sama kadarnya. Untuk tipe golongan wanita

kota atau yang sudah berpendidikan tinggi, penampilan dan pengaruhnya dalam masyarakat

sengat berfariasi, namun ada anggapan orang mengenai wanita Maybrat, Imian, Sawiat yang

mana anggapan ini merupakan stereotip wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Stereotif ini lalu

menjadi suatu ideal bagi wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam hal ini, yang membuat wanita

maybrat imian sawiat begitu ideal pada masanya. Walaupun sebenarnya kalau kita mendalami

kepribadian dari wanita maybrat imian sawiat akan kita temui tipe-tipe yang telah berontak

Hamah Sagrim 192

Page 193: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

terhadap adat, seperti dalam adat maybrat imian sawait sekarang ini. Menurut budaya merek,

mengatakan bahwa seorang wanita harus ; tenang, penurut, tunduk dan yang lebih lagi adalah

menjaga virginelitasnya hingga pinangan. Jadi pemberontakan yang melawan etika adat, tersebut

hingga kini telah banyak dilakukan oleh wanita maybrat imian sawiat yang telah terbawa

pengaruh new zaman. Stereotif bahwa wanita maybrt imian sawiat itu bersifat; narimo, pasrah,

sabar, halus, bakti dan sedikit tegas, akan tetapi sifat-sifat tersebut yang merupakan stereotif

wanita maybrat imian sawiat yang ideal tidak terbina dengan baik dan wanita maybrat imian

sawiat new zaman cenderung bergaya hidup dengan mengadopsi sifat-sifat baru seperti; ingin

bergerak bebas, tidak begitu penurut, dan tidak sabar. Akan tetapi tidak semua sifat nampak

dalam setiap pribadi wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini juga disebabkan karena wanita

maybrat imian sawiat mendapat pengaruh dari pendidikan dan perkembangan zaman yang baru

new zaman.

Pendidikan, baik formal maupun informal sangat berperan penting dalam membina

pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat. Wanita maybrat imian sawiat banyak

mendapat pengaruh pendidikan yang mana membentuk cirri-ciri kepribadian seperti; cerdas,

paham/tahu mengenai bakatnya, bersikap kritis terhadap masalah-masalah social disekitar

lingkungannya, berani menyimpang dari kebiaan yang berlaku, menunjukkan sikap independent,

berperasaan halus serta tidak menyerah dalam menghadapi rintangan, namun didalam

mengambil keputusan-keputusan, tetap mendahulukan keharmonisan dengan orang-orang

sekelilingnya. Walau cirri tersebut bagi wanita maybrat imian sawit juga relatif baik, namun

pendidikan keluarga maybrat imian sawiat sangat besar andilnya dalam pembentukan cirri-ciri

wanita tersebut guna menghindari broken house, atau adanya kecolongan keluarga dalam

membentuk karakter anak. Tugas membina anak dominan bagi seorang ibu (ibuism), merupakan

Suatu pernyataan yang dating dari orang maybrat imian sawiat, sebab mereka mempunyai suatu

keyakinan bahwa kekuatan seorang ibu (mama) sangat besar dalam keluarga, seorang ayah

(bapa) kerapkali tidak begitu memperhatikan anak-anak pada umur tertentu, disinilah peran ibu

(mama) sangat dibutuhkan. Ibu (mama), sebagai tabir kedewasaan seseorang anak, ibu (ibu)

sebagai manager bagi keluarga, sebagai penggerak dalam kelompoknya tanpa meminta

kekuasaan atau pujian. Itu adalah paham kaum ibuism yang memang sifat kodratnya sebgai

pemelihara.

Hamah Sagrim 193

Page 194: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Paham ibu, (ibuism) seolah-olah memberi kekuasaan dan prestige tetap yang kepada

bapak/pria. Dari segi kebudayaan orang maybrat imian sawait, wanita (finya) memperoleh

kesempatan untuk aktif mengatur dan membagi pekerjaan kepada anggota keluarganya atau

kelompoknya. Pria/bapak, berada – ditempatkan di depan, dan di luar, sedangkan wanita/ibu

melaksanakannya didalam dan di belakang, hasil yang di olah atau dikerjakan oleh wanita/ibu,

dikomunikasikan, dipromosikan keluar oleh pria/bapak. Maka dengan sendirinya pria/bapak-lah

yang mendapatkan prestige, mendapatkan pujian. Wanita maybrat imian sawiat dengan rela

membiarkan situasi ini terjadi secara sinergis dengan aman.

Bagi wanita maybrat imian sawiat, paham ibuism ini merasuk sekali kedalam batinnya

sehingga setiap wanita maybrat imian sawiat seperti sudah miliknya. Tetapi justrus hal inilah

yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat mendapatkan perlakuan yang kurang adil dari

pria. Paham inilah yang justru menjadi faktor kelestarian ketidak adilan di kalangan wanita

maybrat imian sawiat, yang mana akibatnya mereka berontak terhadap pria/bapak, menimbulkan

persoalan dan timbullah smasalah yang mana melibatkan kerabat klen dari kaum wanita dengan

tuntutan-tuntutan yang harus disepakati oleh kepala klen (bapak). Hal ini membuat wanita

maybrat imian sawiat sangat sadar dan makin tahu akan kekuatan yang ada padanya.

Kebudayaan atau adat orang maybrat imain sawiat yang memberi kesempatan kepada

wanita untuk aktif dalam keluarga, merupakan suatu pelatihan yang mana membina wanita

maybrat imian sawiat untuk mampu aktif juga diluar keluarga. Aktifitas ini merupakan proses

permagangan keluarga. Walaupun situasi ini banyak nampak pada wanita maybrat imian sawiat

golongan bawah dan menengah. Bagi golongan elit, lebih banyak menunjukkan sifat feodalisme

yaitu memperbudak orang lain.

Bagaimanapun juga, aktifitas wanita maybrat imian sawiat di dalam masyarakat sangat

besar dipengaruhi oleh kekuatan wanita, yang sumbernya dari dalam keluarganya. Dalam

kebudayaan maybrat imian sawiat, kita kenal konsep “kekuatan”. Menurut pandangan orang

Belanda, “kekuatan ” ini besar pengaruhnya dibidang sosial dan juga berpengaruh dalam budaya

orang maybrat imian sawiat. Analisis kami dalam penelitian terhadap hal ini, kekuatan wanita

maybrat imian sawiat, juga sudah diperhitungkan dalam fenomena sosial dan budaya. Hal ini

dapat dibuktikan dalam sejarah dimana peranan kekuatan wanita sangat menentukan dalam

penyelesaian fenomena sosial dan budaya (“mban ra sme” - dalam bahasa maybrat). Menurut

hemat kami, kekuatan wanita maybrt imian sawiat sangat konkrit dan menggema dalam pribadi

Hamah Sagrim 194

Page 195: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yang mempunyainya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah sumber yang berasal dari pribadi

wanita maybrat imian sawiat. Kekuatan diekspresikan dalam tindakan pesan, kedamaian,

keikutsertaan dalam menopang seorang laki-laki dalam menyelesaikan masalah, perkembangan,

dan kebahagiaan. Walaupun kekuatan ini berasal dari kaum wanita yang seringpula terasa halus,

sebab bersumber dari konsentrasi batin wanita, namun kekuatannya luarbiasa. Wanita maybrat

imian sawiat akan kekuarangan kekuatannya kalau kebanyakan pamrih, ini merupakan

keyakinan yang terbangun oleh wanita maybrat imian sawiat. Oleh karena ibu/isteri ditugaskan

melaksanakan apasaja yang penting untuk kelangsungan hidup keluarga di dapur, maka wanita

maybrt imian sawiat dipersiapkan untuk mempunyai kekuatan batin serta dikombinasikan

dengan fisik fisik dan dihindarkan dari pamrih (mengalah). Wanita maybrat imian sawiat yang

fisik dan batinnya kuat serta beretika, dipercaya sebagai penakluk dan pembawa pesan tentang

hal-hal yang baik, pembawa perdamaian dan pembawa kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

b. Wanita Maybrat Imian Sawiat dan Maskawin (boyi)

Dalam sejarah perkembangan hidup orang Maybrat Imian Sawiat mencatat kenyataan bahwa

wanita Maybrat (finya-gu ano), wanitia Imian Sawiat (nangli) adalah wanita dengan nilai

maskawin paling termahal, mungkin termahal di dunia. Wanita Maybrat Imian Sawiat

mempunyai harga harga tersendiri dalam maskawin, bila dibandingkan dengan wanita dari suku

bangsa lainnya dibelahan dunia. Harga wanita Maybrat Imian Sawiat menjadi suatu penekanan

nilai tersendiri karena dalam budaya Maybrat Imian Sawiat mempunyai catatan nilai-nilai khusus

yang terkafer dalam penentuan harga maskawin. Beberapa hal mendasar yang mempengaruhi

besar kecilnya penentuan harga maskawin adalah ;

1. Tinggi rendahnya maskawin awal yang telah dibayar oleh kerabat

klen laki-laki (suami) kepada kerabat klen perempuan (istri).

2. Berdasarkan jenjang pendidikan

3. Berdasarkan kelas atau kasta keluarga

Adapun nilai budaya yang juga ikut mempengaruhi besr kecilnya maskawin adalah;

a. Pembayaran pusat (gu mbit), dilaksanakan pada waktu anak berumur 2 minggu.

b. Pembayaran rumah bersalin (samu kre), dilaksanakan ketika ibu dan bayi diperbolehkan

untuk keluar. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan keluarga kerabat

perempuan

c. Pembayaran ketika memberi nama (bofan), dilaksanakan dengan cara upacara dan doa.

Hamah Sagrim 195

Page 196: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

d. Pembayaran ketika di caci-maki (bohlat). Dilakukan oleh keluarga pelaku yang mencaci

maki kepada keluarga korban.

e. Pembayaran ketika kena musibah kecelakaan atas dasar ajakan teman (isti). Dilakukan

oleh keluarga klen dari yang mengajak korban dan menyerahkan kepada keluarga klen

korban

f. Pembayaran ketika pelecehan seksual muda-mudi, (boke). Dilakukan oleh keluarga klen

laki-laki dan menyerahkan kepada keluarga klen perempuan

g. Pembayaran ketika meninggal dunia – bayar tulang (mfou yu taa). Dilakukan oleh

keluarga dan kerabat keluarga kepada kerabat klen ibu yangmelahirkandia yang

meninggal tersebut.

h. Pembayaran minang (finya migiar – mfot bofot). Dilakukan oleh keluarga kelen laki –

laki kepada – mempelai pria kepada kerabat klen perempuan – mempelai wanita.

Dalam penentuan nilai maskawin wanita Maybrat Imian Sawiat yang sering dilakukan paling

rendah dengan nilai uang Rp. 50juta+kain ternama (wansafe, bokek, sarim, toba) yang nilainya

bila diuangkan Rp.100 – 200juta maksimal 2potong atau minimal 1potong+kain biasa lainnya 25

potong.

Karena tingginya nilai maskawin wanita Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagaimana

kenyataan yang terjadi bahwa kebanyakan kaum pemuda dari Suku Maybrat Imian Sawiat

terpaksa menikahi gadis-gadis dari suku bangsa yang dari luar wanita Maybrat Imian Sawiat.

Alasannya karena ketidakmampuan keluarganya untuk menyelesaikan beban maskawin yang

ditangguhkan oleh kerabat klen wanita kepada keluarganya. Kadang terdengar nada-nada

sumbang oleh orang Maybrat Imian Sawiat yang mengatakan bahwa laki – laki Maybrat Imian

Sawiat yang menikah dengn wanita bukan dari Maybrat Imian Sawiat adalah laki – laki yang

tidak mampu, dia dianggap orang murahan, tidak ternilai, berbicarapun tidak dihargai dalam

kelas budaya, dan mereka dianggap sebagai pria yang memberontak terhadap budaya atau

tergolong pria yang tidak berwibawa.

c. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola Pengembangan Pribadi Wanita Maybrat Imian

Sawiat.

Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, sesuai dengan adat dan harapan terhadap dirinya,

dipersiapkan sebagai pribadi yang memiliki kekuatan batin (invisible power). Berdasarkan

pengalaman pengamatan kami dan hasil diskusi/tukar pengalaman terhadap wanita Maybrat,

Hamah Sagrim 196

Page 197: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Imian, Sawiat, bahwa pola perkembangan wanita maybrat imian sawiat tumbuh dalam

berbagaimacam variasi. Variasi ini disebabkan karena pola pengembangan pribadi wanita

maybrat imian sawiat itu sendiri, tidak hanya dipengaruhi oleh adat atau tradisi saja, tetapi juga

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti misalnya; latar belakang pendidikan orangtua, pendidikan

sekolah, pendidikan agama, dan pendidikan lingkungan atau kelas dalam strata ditengah

kehidupan mereka dalam masyarakat. Sebagai contoh, teman saya; ia dilahirkan dari kedua orang

tua maybrat imian sawiat yang asalnya dari golongan berbeda. Ibunya dari golongan bobot dan

bapaknya dari golongan biasa. Latar belakang keluarga mereka berbeda, tetapi kedua-duanya

mendapatkan pendidikan sekolah Belanda dan pendidikan agama Kristen. Didalam keluarga,

mereka merasakan proses pencampuran dari factor-faktor pengaruh tersebut, sehingga pola

perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat seperti dia dapat digambarkan sebagai

berikut;

1. perkembangan yang asalnya dari diri pribadi sendiri, atau kita pinjam kata yang tepat dari

Sahlins, yang mengatakan bahwa kepemimpinan pribadi (big woman). Faktor ini

merupakan faktor dasar, sebab “warna” sifat manusia yang sebenarnya ada disini. Dalam

diri pribadi ini pulalah manusia akan menggambarkan perkembangan pribadinya secara

tidak sama.

2. perkembangan yang sumbernya dari luar pribadi (external), pengaruh luar ini dapat

diperinci lagi :

a. pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ayah

b. pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ibu

c. pengaruh dari ajaran agama yang dianut

d. Pengaruh dari pendidikan sekolah yang diperoleh

e. Pengaruh dari pergaulan dengan teman-teman didekatnya

f. Pengaruh dari pendidikan atau pengalamannya bermasyarakat

g. Pengaruh dari lingkungan/daerah asal seperti daerah gunung dan daerah pesisir

pantai.

Apabila sumber internal (yang dapat juga bersumber dari turunan dan bakat manusiawinya)

dari wanita maybrat imian sawiat itu menjadi kuat, maka ia akan mudah, “mengunyah” sumber –

sember pengembangan pribadi wanita itu, makin suburlah perkembangan pribadinya. Lebih-

lebih sebagai wanita yang siftnya lebih hetero-wentris, maka proses sosialisasi pada wanita lebih

Hamah Sagrim 197

Page 198: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

menonjol. Wanita juga (Wanita Maybrat, Imian, Sawiat) akan subur perkembangan pribadinya

apabila mau membuka diri bagi yang lain dan dapat membahagiakan orang lain. Sikap membuka

diri ini bagi wanita Maybrat, Imian, Sawiat adalah merupakan suatu budaya yang didasarkan atas

kasih secara temurun, sebab adat mengnggap hal itu sangat baik, tetapi pada umumnya orang tua

Maybrat, Imian, Sawiat, lebihn keras menuntut dari anak-anak gadisnya agar mau bersikap dan

mau berbuat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang gadis, yaitu; diam, mengalah,

narimo, pasrah dan penurut. Nasehat-nasehat semacam ini biasanya diberikan kepada seorang

Gadis Maybrat, Imian, Sawiat, yang memasuki masa-masa yang siap untuk kawing melalui

pendidikan wanita yang disebut dengan (finya mgiar). Inilah yang menyebabkan wanita

maybrat imian sawiat menjadi tertutup pribadinya, namun jika ditemukan bahwa wanita

Maybrat, Imian, Sawiat, ada yang dirinya tida narimo, suka mengomel, tidak menjaga citranya,

dan terutama keperawannannya maka mereka itu tergolong sebagai wanita yang memberontak

terhadap budayanya. Karena budaya Maybrat, Imian, Sawiat, mengajarkan bahwa, seorang

wanita Maybrat, Imian, Sawiat, dipandang terhormat jika melakukan proses perkawinan sesuai

dengan adat mereka, yaitu seorang wanita sudah seharusnya diminang oleh laki-laki baru sah

menikah dan berhak memiliki keturunan, jika memiliki keturunan diluar daripada aturan ini,

maka sudah pasti dibilang sebagai wanita yang tidak layang dipandang sebagai wanita terhormat

(keir). Ungkapan perasaan atau pendapatnya kurang bahkan tidak jelas juga tidak boleh

dilakukan oleh seorang wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini disebabkan karena adat menilai

wanita Maybrat, Imian, Sawiat, yang baik itu; Halus, Harus Tegas dan Aktif. Wanita Maybrat,

Imian, Sawiat, yang terhormat dan utuh adalah wanita yang menjaga dirinya hingga diminang

oleh laki-laki secara adat dan dididik dalam didikan tradisional yang disebut dengan (finya

mgiar), harga diri wanita Maybrat, Imian, Sawiat, diukur melalui pembayaran maskawin,

keturunan keluarga bobot, dan kedudukan status dalam pemerintahan. Wanita Maybrat Imian

Sawiat adalah wanita yang aktif dan tegas, namun semakin meluasnya kesempatan pendidikan

bagi wanita maybrat imian sawiat, maka penampilan diri dan sifat-sifat khas mereka makin

bervariasi.

d. Peranan Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungan

Dalam perkembangan dari tiap-tiap pribadi wanita maybrat imian sawiat, kedewasaan sangat

menggambarkan kekuatan batin yang ada dalam diri mereka. Seterti sudah diuraikan dimuka

bahwa, kekuatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia maybrat imian sawiat, asalnya

Hamah Sagrim 198

Page 199: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dari kekuatan batin yang ada dalam diri ibunya. Peranan ibu sangat besar dalam mempengaruhi

perkembangan jiwa anak-anaknya.

Sifat-sifat khas wanita maybrat imian sawiat; narimo, pasrah, penurut, sabar dan tegas,

ternyata apabila berkembang konstruktif dalam dirinya dapat merupakan kekuatan yang

luarbiasa. Sifat-sifat tersebut dapat memperkuat iman wanita maybrat imian sawiat, dalam

beriman kepada Tuhan. Iman ini mengalahkan segalanya, dengan iman yang kuat inilah wanita

maybrt imian sawiat, dapat menjadi lebih berani.

Sifat-sifat sabar, setia, tegas dan bakti pada suami dan orang tua, ternyata terwujud menkadi

kekuatan besar yang dapat mempengaruhi orang lain. Perkembangan sifat-sifat wanita maybrat

imian sawiat masa kini membuat mereka menjadi ingin, bersedia, boleh, dan malahan diharapkan

dapat mengisi dua peranan ganda dalam masyarakat.

Peranan ganda ini, oleh wanita maybrat imian sawiat, dialami membawa kewajiban dan

tanggungjawab ganda pula. Factor ini dalam wanita maybrat imian sawiat menimbulkan suatu

loyalitas ganda. Maka jelaslah bahwa wanita maybrat imian sawiat, disatu pihak loyal dan

tanggungjawab kepada suami dan anak-anaknya, dan dilain pihak loyal terhadap tugas dan

pekerjaannya dalam masyarakat. Wanita maybrat imian sawiat akan merasa damai kalau kedua

loyalitas tersebut saling menyambung atau saling mendukung. Faktor loyalitas inipula yang juga

dapat menjadikan sebab konflik pribadi atau konflik social bagi wanita maybrat imian sawiat.

Seperti juga wanita yang lain, perkembangan wanita maybrat imian sawiat juga membutuhkan

kontak dengan manusia (aku) yang lain, sebagai makhluk sosial, mereka akan bisa menikmati

kesempurnaannya atau kelengkapannya apabila berada bersama subyek lain. Padahal makin

subur perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat, yang pribadinya matang, mempunyai

kekuatan kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah pribadinya dan masalah sosial.

Peranan kekuatan batin (invisible) dari wanita maybrat imian sawiat, sungguh-sungguh akan

mempunyai akibat perdamaian dan kesejahteraan wanita maybrat imian sawiat, yang matang

kekuatan batinnya, teguh imannya, percaya diri, pasti akan disebut wanita perkasa. Tetapi

apabila wanita maybrat imian sawiat itu terikat oleh material dan sosialn, maka konsekwensinya

dalam diri manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri manusia. Maka

dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri pribadi, pribadi, kekuatan batin akan dapat

berkurang, bahkan dapat musnah. Itulah sebabnya wanita maybrat imian sawiat, selalu

melaksanakan “perilaku prihatin” apabila menginginkan kekuatan batinnya bekerja. Perilaku

Hamah Sagrim 199

Page 200: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

prihatin, atau doa ini adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat diri sendiri atau

mendukung orang lain supaya kuat. Misalnya seorang ibu turut mendoakan suaminya jika

suaminya memerlukan dukungan kekuatan batin untuk permasalahan yang dihadapi. Kerelaan

ibu yang bersedia dengan kekuatan inilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan.

e. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat

Sebagaimana yang Telah Diuraikan, Mereka Juga Memiliki 3 Proto Tipe Pola Hidup

yaitu;

1. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Tempo Dulu.

Wanita maybrat imian sawiat yang disebut wanita tempo dulu adalah wanita yang hidup

pada tahun 1947 kebawah. Wanita maybrat imian sawiat tempo dulu adalah wanita yang

hidupnya masih terikat dengan budaya maybrat imian sawiat yang kental dan mereka

termasuk pelaku budaya, dan tidak mengenal pendidikan.

2. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Berpendidikan.

Wanita maybrat imian sawiat berpendidikan adalah mereka yang sudah merasakan

pendidikan. Mereka adalah wanita-wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun

1950 keatas. Wanita yang hidup pada masa ini adalah wanita yang bertumbuh besar serta

dibentuk oleh budaya maybrat imian sawiat dan merekalah wanita –wanita pertama yang

mengenal dan mengenyam pendidikan pada sekolah rakyat (SR), sekolah guru belanda

(SGB). Pada zaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, wanita maybrat imian sawiat

secara berkelanjutan mengalami suatu perubahan di dunia dengan masuknya pemerintah

Indonesia yang mana membangun sekolah-sekolah seperti; SD, SMP, SLTA, dan

perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Wanita maybrat imian sawiat massa

pendidikan masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya mereka secara baik dan mereka

mampu mengenal dan menguasai budaya-budaya mereka secara mendalam seperti

budaya bahasa, tarian, busana dan lainnya. Budaya – budaya ini sangat mereka hargai

sebagai jatidiri mereka yang begitu sederhana dan mulia.

3. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Massa Reformer.

Wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1998 keatas, tergolong sebagai

wanita reformer. Mereka yang hidup pada massa reformer adalah mereka yang begitu

mengenyam pendidikannya hingga tahapan akademik. Mereka yang hidup pada masa

reformer selain wanita yang merasakan pendidikan cukup, tetapi juga mereka adalah

Hamah Sagrim 200

Page 201: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

wanita yang sudah tidak begitu mengenal dan menghargai budayanya. Misalnya

kebanyakan wanita maybrat, imian, sawiat, yang hidup pada massa reformer ini dijumpai

tidak begitu mengetahui bahasa ibu (bahasa daerahnya) secara fasih. Kadan ada yang

sedikit bisa mengucapnya sepotong-sepotong, ada yang hanya mendengar dan mengerti,

tetapi tidak bisa mengucapkannya, dan ada yang samasekali tidak mengenal dan mengerti

bahasa serta budayanya. Wanita maybrat imian sawiat massa ini adalah mereka yang

tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budaya dan kecenderungan ingin

menyamai hidup mereka dengan gaya hidup wanita-wanita moderen lain dengan

melepaskan khasanah budayanya sebagai miliknya yang original. Wanita – wanita

maybrat imian sawiat reformer yang tidak mengenal budaya mereka adalah terutama

mereka yang hidup diperkotaan semenjak lahir hingga dewasa, adapula terjadi karena

perkawinan silang antara klen laki-laki maybrat dengan wanita diluar suku maybrat imian

sawiat (outrolokal). Sebab-sebab ini yang membuat keturunan orang maybrat imian

sawiat semakin menjauh dari adat dan budaya mereka secara langsung.

f. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dan Kepemimpinannya Pada Birokrasi

Pemerintahan Saat ini

Telah kita uraikan bersama bahwa wanita maybrat imian sawiat di bedakan atas tiga

prototipe, yaitu proto tipe wanita maybrat imian sawiat tempo dulu, yang mana belum mengenal

pendidikan, sedangkan proto tipe kedua adalah wanita maybrat imian sawiat masa berpendidikan

atau mengenal pendidikan tetapi belum mampu sebagai pemimpin karena pendidikannya masih

sangat minim atau belum mendapat pendidikan secara baik. Sedangkan prototipe ketiga adalah

wanita maybrat imian sawiat zaman reformer, atau wanita yang memperoleh pendidikan yang

cukup atau mencapai gelar Dr, Ir, Master.

Berkaitan dengan program pemerintah indonesia dengan Pembangunan yang menyeluruh

telah, Dewasa ini sudah banyak perempuan maybrat imian sawiat yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan diberbagai bidang, walau Pada umumnya perempuan

maybrat imian sawiat belum diikutsertakan secara menyeluruh dalam perumusan, perencanaan

dan pengambilan keputusan kebijaksanaan pembangunan. Sering terjadi aspirasi kaum

perempuan maybrat imian sawiat kurang mendapat perhatian.

Walaupun banyak perempuan maybrat imian sawiat yang sudah mampu memegang jabatan

Hamah Sagrim 201

Page 202: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pimpinan, tetapi data statistik belum menunjukkan hal-hal yang di harapkan.

Contoh :

Pendidikan Perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, dalam Persentase Penduduk Berumur 10

Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, 1999

Perkotaan Pedesaan. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perempuan dibawah Laki-laki

dengan pencapain tertinggi di bandingkan perempuan. Data pendidikan 1999 juga menyebutkan

bahwa perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, yang mampu menyelesaikan jenjang studi dari

perguruan tinggi pada tahun tersebut bukannya meningkat, akan tetapi semakin menurun secara

drastis.

g. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dalam Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara

(DPA, DPR-MPR).

Dari contoh diatas jelas bahwa makin tinggi jenjang pendidikan, makin sedikit jumlah

perempuan maybrat imian sawiat yang menamatkan nya, makin tinggi jabatan, makin sedikit

perempuan yang menjabatnya. Untuk memegang suatu jabatan di pendidikannya di perguruan

tinggi walupun dalam pemerintahan ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi. Persyaratan secara

formal dari tingkat Presiden RI sampai Kepala Desa tidak membedakan antara laki-laki dan

perempuan. Meskipun demikian, pada kenyataannya hanya sedikit jumlah perempuan maybrat

imian sawiat yang memegang jabatan dalam pemerintahan dan badan tertinggi maupun tinggi

negara kalau dibandingkan dengan laki-laki.

Hal yang demikian itu disebabkan karena berbagai hal seperti berikut :

1. Tingkat pendidikan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya lebih rendah dari

laki-laki.

2. Masih ada peraturan perundang-undangan nilai sosial budaya sekitar serta pengaruh

lingkungan sekitar mensyaratkan dan belum sepenuhnya mendukung peningkatan

kedudukan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya dan penempatannya mereka

pada khususnya.

3. Perempuan maybrat imian sawiat sendiri sering belum siap secara mental psikologis

walaupun mereka kadang-kadang sudah memenuhi persyaratan kemampuan profesional.

Disamping itu, masih tampak jelas kecenderungan bahwa laki-laki dianggap sebagai

pencari nafkah keluarganya, padahal dewasa ini sudah banyak perempuan yang bekerja sebagai

Hamah Sagrim 202

Page 203: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pencari nafkah utama maupun tambahan. Adapula pertimbangan lain yang seorang perempuan

secara biologis lebih banyak memerlukan cuti daripada laki-laki, yang akan mengurangi

produktivitas pekerjaannya sehingga dianggap kurang menguntungkan. Seorang perempuan

harus memperlihatkan kemampuan yang jauh lebih tinggi dari laki-laki, untuk dapat memperoleh

kesempatan tumbuh kembang dan menduduki jabatan pimpinan dalam pemerintahan. Dengan

mengajukan kemampuan sesuai dengan tujuan GBHN. Dengan kemampuan profesional dan

manajemen kepemimpinan yang mencukupi serta ketahanan mental spiritual yang tinggi,

perempuan akan dapat lebih berperan sebagai pemimpin yang mempunyai kemampuan

menggerakkan orang lain, serta memprakarsai kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat

banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, baik organisasi maupun orang-orang yang dipimpinnya

memperoleh manfaat akan kehadirannya. Dengan kemampuan kepemimpinannya perempuan

dapat pula berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijaksanaan

pembangunan.

Pengembangan diri sebagai pemimpin merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus,

sesuai perkembangan nilai-nilai dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perempuan

maybrat imian sawiat sendiri sering merasa terpanggil dan bertekad untuk mengembangkan

dirinya. Pengembangan diri tersebut selalu mereka gali dan memulai dari diri mereka sendiri dan

lingkungan mereka.

Pada hakekatnya pengembangan kepemimpinan perempuan maybrat imian sawiat dewasa ini

merupakan pengembangan diri pribadi mereka untuk membentuk kepercayaan pada diri sendiri

dan memupuk harga diri mereka. Perempuan maybrat imian sawiat telah menjadi dewasa dalam

dunia pendidikan mereka sehingga mereka menganggap bahwa pemimpin harus sanggup

mengembangkan diri setiap orang yang dipimpinnya. Perasaan bahwa ia mempunyai

kemampuan tersebut dengan nilai pribadinya dapat mengatasi hambatan yang dihadapinya.

Bukan sebaliknya, dengan menakut-nakuti atau mendramatisasi keadaan, orang merasa dirinya

kecil dan tidak berani melakukan sesuatu.

Adakalanya perempuan tidak tahu bersikap dan berprilkau dalam menjalankan fungsi

kepemimpinan, mungkinjuga sebagian perempuan maybrat imian sawiat memiliki karakter ini.

Hal ini disebabkan karena ia khawatir dianggap "tidak feminim" bila melakukan fungsi

kepemimpinan (ketegasan, disiplin dan sebagainya), juga karena ia belum berlatih untuk menjadi

pemimpin. Oleh karena itu, perempuan maybrat imian sawiat yang menjadi pemimpin, sering

Hamah Sagrim 203

Page 204: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berkewajiban membagi dan meneruskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada

perempuan lain, sebagaimana halnya seperti perempuan di dunia lainnya. sejarah telah

membuktikan bahwa perempuan mampu menduduki jabatan-jabatan pengambil keputusan/

pimpinan seperti Ratu Sima, Ratu Elisabeth, Laddy Diana, Bundo Kandung, Mega wati,

Margareth Thatcher, Indira Gandhi dan lain-lain.

Sesungguhnya perempuan tidak perlu ragu-ragu menjalankan kepemimpinannya. Fakta

membuktikan bahwa banyak perempuan menjadi pemimpin yang baik dan disegani. Perempuan

tidak perlu bertingkah laku seperti laki-laki untuk menjadipemimpin yang baik, sebaliknya juga

tidak usah ragu-ragu menggunakan pandangan dan pertimbangannya sendiri dalam menjalankan

kepemimpinannya.

Ciri-ciri pemimpin dalam teori-teori organisasi sebagian besar dihubungkan dengan sifat

kejantanan : tegas, keras, tidak kenal kompromi, rasional, mandiri dan sebagainya. Sifat – sifat

tersebut juga dimiliki oleh perempuan maybrat imian sawiat secara heterogen, sehingga tampak

dari perempuan maybrat imian sawit yang memiliki kewibawaan dalam kepemimpinan. Akan

tetapi kebanyakan wanita tidak memiliki sifat – sifat yang dimiliki oleh laki – laki, Hal ini

disebabkan karena yang mengembangkan ilmu manajemen umumnya adalah laki-laki, sehingga

hanya ciri-ciri prialah yang dikenal sebagai ciri-ciri pimpinan yang baik.

6. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Keindahan (bo mof)

1. Pengertian Keindahan (Bo Mof)

Keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya.

Benda yang mempunyai sifat indah, bisa dari hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah,

sara, warna dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas dan sesuai dengan

perkembangan teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu dapat dikatakan bahwa keindahan

merupakan bagian dari kehidupan manusia dan merupakan dambaan manusia, karena dengan

keindahan itu, manusia merasa nyaman hudupnya, dan perasaan kemanusiaannya tidak

terganggu.

Orang maybrat imian sawiat secara turun temurun mengenal keindahan – keindahan yang

dapat menyenangkan atau memuaskan indera mereka yaitu baik secara indera pendengaran

(mari) maupun indera penglihatan (m’mat). Orang maybrat imian sawiat juga mengenal adanya

keindahan yang bersifat rohani (har), sebagaimana tampak pada sistem kepercayaan tradisional

Hamah Sagrim 204

Page 205: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(wiyon-wofle) yang mana keindahan rihani ini di maksudkan oleh orang maybrat imian sawiat,

sebagai keindahan yang dapat menyenangkan atau meuaskan batin mereka. Walaupun keindahan

itu secara materiil dibedakan, namun secara esensial keindahan jasmani dan keindahan rohani

tidak di pisakan karena pada akhirnya unsur kemanusiaan yang menjadikan penentunya. Kodrat

orang maybrat imian sawiat, selalu mendambakan sesuatu yang baik yang dapat

menyempurnakan kemanusiaan mereka, karena itu, keindahan bagi orang maybrat, imian,

sawiat, sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang menjadi harapan mereka, melainkan merupakan

sesuatu yang harus mereka usahakan.

Persepsi orang maybrat imian sawiat terhadapa keindahan antara yang satu dengan yang lain

juga tidak sama, karena ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnnya

kehendak atau keindahan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari

akal budi orang maybrat imian sawiat, dapat kita sebut sebagai keindahan dalam arti sebenarnya,

dan keindahan yang muncul dari dorongan nafsu bagi orang maybrat imian sawiat merupakan

keindahan semu.

Selain itu, bagi orang maybrat imian sawit, keindahan tidak lepas dari pengertian objektif,

maupun subjektif, artinya orang maybrat imian sawiat mengenal adanya keindahan objektif dan

keindahan subjektif. Keindahan objektif sendiri sebenarnya ada pada suatu benda atau barang

yang sifatnya abadi dan universal. Sedangkan orang maybrat imian sawiat juga mengenal adanya

suatu keindahan abadi (har ro mron), yang mana tidak terikat oleh waktu dan perkembangan,

disenangi atau tidak, ia tetap ada dan tidak tergantung pada asas kegunaan (manfaat) lahiriah

atay yang bersifat material. Sedangkan bagi orang maybrat, imian, sawiat, keindahan subyektif

bergantung pada selera perorangan dan bersifat relatif dan bersumber dari asas kegunaan.

Menurut John Kets, keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah

kebenaran dan kebenaran adalah keindahan, sebab, keduanya memiliki nilai yang sama yaitu

universal dan abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Jelasnya, tidak ada

keindahan jika tidak mengandung kebenaran dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.

Dalam pemikiran orang maybrat imian sawiat, keindahan sering menghasilkan suatu seni

melalui proses perenungan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau

penciptaan keindahan. Keindahan sering juga identik dengan keserasian karena sesuatu yang

serasi tampak indah dan nampak dalam kehalusan.

Hamah Sagrim 205

Page 206: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

2. Renungan (Bonout)

Menurut orang maybrat imian sawiat, renungan (Bonout), merupakan hasil perenung yaitu

dengan memikirkan sesuatu secara mendalam dan dalam keadaan diam. Yang terlintas dalam

pemikiran orang maybrat imian sawiat, merenung merupakan peroses berfikir manusia yang

terjasi dalam otak dan dalam merenung, bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, memerlukan suatu

objek yang dipikirkan (bo ro n’nout), yang kemudian di olah dalam otak mereka dan akhirnya di

peroleh hasil emikiran yang diperoleh yang di sebut renungan (bo n’nout).

Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa setiap orang dalam hidupnya

pasti pernah merenung (m’nout) dan hanya kadar renungannya yang berbeda – beda (bonot aro

hahayah), meskipun objek yang direncanakan sama. Jadi apa yang direnungkan dan hasil

renungan dalam diri seseorang tergantung kepada subjek dan objek yang di renungkan. Setiap

kegiatan untuk merenungkan (m’nout) atau mengevaluasi (misioh) segenap pengetahuan yang

dimiliki dapat disebut berfilsafat, atau yang menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, (flet bo). Bo

flet, atau filosofi-filosofinya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai 3 ciri yaitu:

1. Filsafat yang menyeluruh, artinya memiliki pemikiran yang luas (bo nout ro myi)

2. Filosofi yang mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang

fundamental (bo nout ro mof).

3. Filosofi yang spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar pemikiran –

pemikiran selanjutnya (bo nout ro Kaket)

Renungan (bo nout), yang dimaksudkan oleh orang maybrat imian sawit di sini adalah

renungan atau pemikiran (bo nout) yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan

keindahan yang di dasarkan pada 3 teori, yaitu; teori pengungkapan, teori metafisik dan teori

psikologis, yang masing – masing teori itu ada tokohnya.

Teori pengungkapan menurut Bendetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan –

kesan dalam teori metafisika, plato mendalilkan dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai

realitas ilahi itu. Karya seni yang di buat manusia hanyalah merupakan minemia (tiruan) dari

realita dunia. Sedangkan teori psikologi dinyatakan bahwa proses penciptaan merupakan

pemenuhan keinginan bawah sadar seorang seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk

terselubung yang diwujudkan keluar dari keinginan – keinginan itu.

Bila kita lihat dari orang maybrat imian sawiat, sebagaimana tampak dalam proses jiwa seni

mereka, pada waktu mereka merenung dalam rangka menciptakan seni mereka, seiring diliputi

Hamah Sagrim 206

Page 207: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

perasaan rasa ragu – ragu, takut, gugup, ketidak tentuan, dan misterius, tetapi justru karena

mereka memiliki kemapuan yang negatif, sehingga mereka mampu mencipta keindahan, yang

mana keindahan yang diciptakan ini akan membuat suatu perubahan, maupun keindahan itu akan

membawa mereka berdiri sebagai pemimpin dan pelaku – pelaku yang berwibawa sehingga

kemampuan negatif itu mempu membawa mereka menduduki peringkat-peringkat keberhasilan

di berbagai bidang. Kemampuan negatif yang dimiliki oleh orang maybrat imian sawiat, ini,

merupakan suatu kemampuan genoid, yang dari keturunan, yang mana identik membawa mereka

dengan proses mencari atau berusaha. Mencari atau berusaha disini salah satunya adalah mencari

atau berusaha disini salah sarunya adalah mencari atau berusaha menemukan atau membuat

suatu keindahan karena sebagai orang maybrat imian sawiat, suatu keindahanatau hasil, belum

bisa di katakan baik sebelum orang lain yang harus mengatakan baik atau indah, terutama bagi

mereka juga tidak akan merasa puas jikalau hasil yang mereka peroleh belum di akui orang lain,

oleh karena kecenderungan ini membuat orang maybrat, imian, sawiat, selalu berusaha sebaik

mungkin untuk mencapai sesuatu yang ia impikan atau ia harus berusaha

mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada orang yang mempercayakan dia secara baik.

Ideologi orang maybrat, imian, sawiat, yang membuat mereka selalu berpikir positif adalah

memikirkan ”Nama Besar” dalam filosofi maybrat (n’nout nasum), atau mereka yang berjiwa

seperti ini, di sebut sebagai ”Big Name”.

3. Keserasian (Riof Kanya)

Prinsip orang maybrat imian sawiat yang tampak dalam kinerja mereka, baik di dalam

keluarga klen, bahkan kerabat klen, mereka selalu mengutamakan keserasian, hal ini sangat

tampak jelas terlihat dari ciri mereka mengambil suatu peutusan yang bijaksana, yang mana tidak

memojokkan atau mendeskritkan satu sama yang lain. Karena peikiran positif yang merupakan

sesuatu yang genoit, sehingga tidak begitu udah bagi orang maybrat imian sawiat untuk di

interfensi atau di goyahkan. Orang maybrat imian sawit juga memiliki sistem kekompakan yang

mana terbangun dari klen, kerabat, dan jalur keturunan dari klen kerabat dan jalur keturunan

yang selalu di jaga kekerabatannya.

Dalam keserasian orang maybrat imian sawiat, biasanya ditemukan adanya kecocokan,

kesesuaian, dan keharmonisan. Kecocokan yang tampak dalam kehidupan orang maybrat imian

sawiat yang realistik baik di wilayah mereka bahkan ke wilayah mana saja mereka berada,

mereka selalu bersatu padu, dan saling mendukung sehingga terlihat seimbang.

Hamah Sagrim 207

Page 208: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sebuah contoh kesatu paduan yang terbangun oleh orang maybrat imian sawiat, adalah

kekompakan yang saling mendukung dalam menyelesaikan suatu persoalan yang mana terllihat

dalam semboyang mereka ”anu beta tubat” yang di terjemahkan menjadi ”kita angkat bersama”.

Bagi orang maybrat imian sawiat, yang terungkap dala filosofi (n’nout nasum) atau nama besar –

Big Name, bukan hanya merujuk kepada person manusia atau klen tertentu, tetapi bisa membawa

nama besar klen, kampong, istrik, kabupaten, propinsi, Negara dan bisa menebus dunia.

4. Kehalusan (Sneh)

Kehalusan mengandung arti sebagai sesuatu yang tidak kasar, lembut, sopan, baik budi

bahasanya atau beradab. Uraian tersebut bukan berarti orang maybrat imian sawiat, tidak keras

atau tegas akan tetapi orang maybrat imian sawiat, memiliki sifat tegas dan keras yang mana

tidur diam dalam pribadi mereka masing- masing. Sebagai mana dalam filosofi mereka,

terungkap dalam bahasa maybrat (N’awe N’ait to, N’ait N’warah ma, kbe Raa M’ikabuk fooh,

N’ait bnee sei afo N’hou keit) yang di terjemahkan (kalo menyala, jangan terlalu membara,

karena api yang membara akan cepat di padamkan, tetapi menyala seperti pelita/lilin biasa, maka

orang tidak cepat memadamkan). Filosofi api, di filsafatkan oleh orang maybrat imian sawiat,

sebagai lambang kekerasan, ketegasan, kekuatan bahkan kejahatan. Isi pengertian dari filosofi

ini, menggariskan tentang ambisi seseorang, yang mana bagi orang maybrat imian sawiat

mengatakan bahwa yang baik adalah bukan kemarahan yang di tunjukkan secara brutal,

melainkan yang di lakukan sesuai dengan aturan. Orang maybrat imian sawiat berpendapat

bahwa, kekuatan yang terbesar bukan di lihat dari besar kecilnya tubuh seseorang, bukan di lihat

dari suara seseorang, atau kekekaran, atau kasta, melainkan siapa yang besar dari dalam dirinya,

sehingga mereka selalu mengatakan bahwa segala sesuatu yang di lakukan atau menyangkut

ambisi, jangan di perlihatkan dari luar melainkan di tanamkan diam di dalam hati sehingga tidak

di halangi oleh pengaruh – pengaruh dari luar.

Bagi orang maybrat imian sawiat, mereka memiliki sifat – sifat keras dan tegas, akan tetapi

sifat – sifat tersebut harus ditunjukkan pada waktu dan tempat yang tepat, dan kalau saja sifat –

sifat ini muncul, berarti karena mereka terpaksa. Sifat – sifat orang maybrat imian sawiat yang

berpegang pada filosofi mereka, membuat tatanan hidup mereka tertata menjadi orang – orang

yang memiliki nama besar ”Big Name”. Filosofi mereka yang lain juga mengatakan bahwa ”ro

sie to yros yari”, yang di terjemahkan ”siapa yang memulai suatu persoalan, dia harus

bertanggung jawab menyelesaikannya”.

Hamah Sagrim 208

Page 209: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Adapun sifat – sifat orang maybrat imian sawiat, yang mana tampak bahwa siapa yang baik

kepada mereka, mereka lebih menunjukkan kebaikan mereka 2X lebih baik kepada orang itu

sebagai balas kebaikan, tetapi siapa yang menunjukkan ketidak baikan kepada mereka, maka

mereka akan membalasnya lebih tidak baik daripada yang dilakukan kepada mereka. Dua sifat

ini selalu melibatkan klen, keluarga klen, kerabat klen, kampong, dan juga terbawa ke tingkatan

tertentu dimana saja mereka tersebar.

Orang maybrat imian sawiat, adalah orang yang memiliki etos hidup, dan etos kerja (mes

bobot) yang di terjemahkan (berdarah biru). Etos hidup dan etos kerja mereka bukanlah suatu

pengetahuan polesan yang di peroleh setelah berpendidikan, tetapi merupakan budaya mereka

yang terbawa dalam kelahiran mereka (genoit) keturunan, sehingga ketika mereka berkembang,

tampaklah kepemimpinan yang berwibawa. Etos ini di lengkapi dengan filosofi mereka yang

begitu arif dalam memacu semangat hidup mereka.

5. Kehidupan Sosial Budaya Zaman Prasejarah – Zaman Sejarah.

a. Budaya Berbahasa.

1) Untuk Suku Maybrat berbahasa Maybrat

Suku ini Mendiami Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Teminabuan dan sebagian

Sawiat. Berikut kita akan berkenalan dengan tata bahasa Maybrat yang mana disusun

dalam tiga bahasa yaitu bahasa Maybrat, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Lihat

dihalaman Lampiran.

2) Untuk Suku Imian berbahasa Imian

Suku Ini mendiami distrik Imian Sawiat, Teminabuan. Untuk bahasa Imian memiliki

perbedaan yang signifikan baik pelafalan, ucapan dan makna dengan bahasa Maybrat,

dan Sawiat, walaupun ada beberapa kata yang sama yang mana diadopsi dari bahasa

Maybrat dan Sawiat sebagai pelengkap, demikian sebaliknya bagi pengguna bahasa

Sawiat dan Maybrat.

3) Untuk Suku Sawiat berbahasa Sawiat

Suku Ini Mendiami Distrik Imian Sawiat, Teminabuan dan sebagian Maybrat.

Untuk budaya penggunaan bahasa, bagi masing – masing suku tersebut memiliki

perbedaan bahasa begitu mencolok, misalnya dari sebutannya, dialeknya dan artinya. Bagi

kehidupan sosial dalam berhubungan inter-relasi antar mereka, yang bisa secara gamblang

Hamah Sagrim 209

Page 210: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mampu menggunakan dua bahasa adalah mereka yang hidupnya tepat pada perkampungan yang

letaknya berbatasan antara satu distrik dengan bahasa berbeda dengan distrik yang lain. Seperti

kampung Sauf, Soroan, Mahajan, Segior, Sengguer, Keyen, Moswaren dan boldon yang mana

letak kampungnya berbatasan langsung antara Suku Maybrat yang menggunakan bahasa

Maybrat dan Suku Sawiat yang menggunakan Bahasa Sawiat. Penduduk kampong inilah yang

bisa menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Kampung Wehali, Tehit, Imian, Sawiat

berbatasan langsung dengan Suku Maybrat yang berbahasa Maybrat dan Suku Imian yang

menggunakan bahasa Imian dan Suku Sawiat yang menggunakan bahasa Sawiat.

Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami

daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka

tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada

pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku

Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang

mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan.

Selain kehidupan yang sederhana, masyarakat maybrat imian sawiat mampu menciptakan

berbagai macam kelengkapan kebutuhan hidupnya antara lain adalah :

b. Buday Berbusana

Kehidupan mula – mula orang maybrat imian sawiat, sudah mengenal adanya busana, yang

mana busana – busana tersebut memiliki perbedaan – perbedaan antara busana kaum laki – laki

dan busana kaum perempuan. Bagi kaum perempuan, busananya terbuat dari bahan rerumputan

(biyait) + kain selendang (boyan). Sedangkan untuk kaum laki – laki, busananya terbuat dari

kulit kayu yang di gunakan sebagai cawat/cedaku (git mboh) + kain/selendsng yang juga sebagai

cawat atau cedaku (git boyan). Lihat lampiran gambar orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan

berpakaian busana tradisional mereka berikut:

Hamah Sagrim 210

Page 211: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Bentuk busana orang

Maybrat, Imian, Sawiat

lengkap dengan cara

pemakaiannya.

Sebagaimana untuk

wanita lihat pada

gambar disamping kiri

dan untuk kau laki-laki.

Lihat pada gambar.Gambar: laki-laki dengan busana

tradisionalGambar: perempuan dengan

busana tradisional

Gambar:Sero (wata), alat penangkap ikan, udang dll di air tawar. Hasil

ciptaan teknologi sederhana orang Maybrat, Imian, Sawiat.

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Khusus kaum pria atau laki-laki, biasanya hanya mengenakan pakaian atau kain atau cawat-

cedaku dibagian bawah saja tanpa tutup bagian atas atau baju, selanutnya tubuh mereka

dilengkapi dengan manik-manik atau haban dan bulu burung, dan perhiasan lainnya.

c. Budaya Mencipta

1) Sero - (wata)

Sero atau wata adalah salah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam menangkap

ikan, udang serta hewan – hewan yang hidup di sungai. Sero (wata) terbuat dari bahan gagar /

palem hutan yang mana diramu sedemikian hingga menjadi sebuah alat penangkapan yang

cukup sederhana dan memuaskan dalam kehidupan mereka.

Hamah Sagrim 211

Page 212: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Ukiran kuno pada kayu oleh orang

Maybrat, Imian, Sawiat, Papua

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

d. Ukiran

Dalam perkembangan sejarah manusia, bahwa kehidupan manusia pertama itu berkembang

dengan menggunakan naluri masing – masing yang tidak jauh dari lingkungan kehidupannya.

Mungkinsaja pikiran pokok mereka pada waktu itu adalah “bagaimana ia mendapat makanan dan

bertahan hidup”. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, berkembang dalam pola demikian, bagi orang

maybrat imian sawiat tidak hanya ia berpikir dinamis tetapi statis, pemikiran mereka selalu

mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan akan waktu dan tempat.

Pemikiran dan daya pikat manusia pertama yang berkembang dari nol hingga menjadi

pemikiran akan kemenangan yang menjadikannya menjadi kuat dan menang terhadap alamnya

yang buas. Bagaimanapun perkembangan akal pikiran manusia pertama bisa dibilang terbentuk

oleh situasi sekitarnya, misalnya seperti : ketika manusia itu menemukan alat pemotong seperti

kapak batu, mungkin saja kita berpikir itu mrupakan cara kebetulan dimana dengan secara tidak

sengaja ia memecahkan batu yang menjadi tajam yang selanjutnya ia jadikan sebagai kapak.

Namun bila ditelaah seksama, manusia pertama itu terpaksa menciptakan kapak dari batu agar

difungsikan sebagai alat yang mampu memotong pohon, kayu dan tumbuh – tumbuhan yang

tidak mungkin bisa dipatahkan dengan menggunakan tangan biasa. Atau juga pentungan dan

tombak, merupakan hasil karya manusia itu sendiri karena ia diperhadapkan dengan hewan –

hewan buruan yang mana tidak mungking dihadapai dengan menggunakan tangan kosong.

s

Hamah Sagrim 212

Mau atau tidakmau mereka harus mampu berpikir

bagaimana harus mampu mnciptakan sesuatu yang bisa

membantu dalam menghadapi kesulitan – kesulitan yang

ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia itu

berkembang dari yang tidak memiliki apa – apa menjadi

manusia yang kuat dan menang (from sero to herro).

Page 213: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Ukiran kuno pada kayu yang diukir orang

Maybrat, Imian,Sawiat, Papua

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

e. Payung Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Koba – Koba - (A’am - Hatik)

Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (A’am - Hatik), adalah salah satu alat

kelengkapan hidup yang dimiliki oleh orang – orang Maybrat Imian Sawiat. Payung tradisional

ini terbuat dari bahan alami yaitu ; Daun koba – koba (a’am) sejenis tumbuhan pandanus, yang

mana disulam menjadi koba - koba – payung.

Dari ceritera para tetuah, ibu – ibu dan nenek, mengatakan bahwa payung tradisional

orang maybrat imian sawiat (aam - hatik) atau lazimnya disebut koba – koba terbuat dari daun

koba – koba atau sejenis pandanus yang berbentuk buah merah dan bertumbuh di hutan

belantara. Payung tradisional atau koba – koba merupakan hasil ramuan dari beberapa daun

pandanus / koba –koba yang dijahit dengan menggunakan tali yang mana tali tersebut diambil

dari serat kulit kayu tertentu yang dala bahasa tradisional disebut dengan halelem, yang dikupas

dan diawetkan sehingga menjadi tali (Bo kaín) dan digunakan untuk menjahit koba-koba

sehingga akhirnya menjadi payung / koba – koba (aam / hatik). Bentuk ukuran koba – koba tidak

selalu pada satu ukuran saja, melainkan berfariasi tergantung pada sipemakainya. Ada yang

ukuran besar bilamana orang yang memakainnya berukuran badan besar, namun koba – koba itu

akan berukuran sedang dan kecil bilamana pemakainya orang yang sedang dan kecil. Bila koba –

kobanya besar, maka dedaunan yang dibutuhkan sangat banyak, namun kalau ukuran koba –

kobanya kecil dan sedang, maka dedaunan yang dibutuhkan sedikit. Dalam meramu koba – koba,

biasanya merupakan pekerjaan ibu dan anak perempuan. Setiap ruas koba – koba biasanya

dilapisi dua daun yang dijahit bersesuaian yang mana masing – masing dibagian dalam dan

bagian luar. Dalam proses pembuatan payung tradisional / koba – koba ini pertama – tama

seorang ibu atau seorang permpuan ke hutan belantara untuk mencari pohon pandanus, (aam –

Hamah Sagrim 213

Orang Maybrat Imian Sawiat tidak hanya

memikirkan bagaimana ia bisa makan dan bertahan

untuk hibup, tetapi mereka juga mampu

menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan

kehidupan mereka seperti: busana, Bahasa, rumah,

ukiran dan lain sebagainya. Berikut sebagai hasil

seni manusia Maybrat Iman Sawiat itu sendiri

berikut pada gambar yang terlampir.

Page 214: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

hatik mara), setelah di temukan, pandanus tersebut dipotong dedaunannya yang di anggap bagus

dan pantas untuk di pake sebagai koba – koba. Setelah proses pengambilan dedaunan,

selanjutnya daun tersebut dibersihkan (m’bon aam), setelah dibersihkan duri – durinya,

selanjutnya daun – daun tersebut dijemur (koti) dalam waktu 2 – 3 jam, sesudah di jemur,

selanjutnya daun koba – koba dipanaskan dalam bara api dalam 100 C° (miwiyah aam). Tujuan

daripada proses pemanasan daun koba – koba adalah agar mudah dibentuk – dilipat – dan

digulung, kuat dan tidak mudah sobek karena adanya suatu bentuk kekebalan kulit yang

terbentuk ketika dipanaskan. Setelah proses pemanasan, dedaunan tersebut selanjutnya dibuat

ukiran dengan menggunakan keterampilan jari (m’biji aam), proses pembauatan ukiran ini

melibatkan ayah, ibu, anak laki – laki, anak perempuan, nenek, tete. Setelah proses pembentukan

ukiran, selanjutnya dijahit (sbis aam) , dalam proses menjahit koba – koba ini, biasanya

membutuhkan ekstra konsentrasi, karena jika ada terjadi kesalahan, maka hasil yang diperoleh

adalah kurang baik (sre sbis). Contoh dari hasil yang tidak baik tersebut biasanya terihat pada

penyusunan bagis jahitan yang tidak lurus dan berkelok dan tidak bersesuaian (sahrorot). Setelah

proses menjahit pertama atau bisa juga dibilang desain awal atau proses pembentukkan,

selanjutnya proses terakhir, yaitu proses jahit bervariasi (mame aam). Tujuan proses ini adalah

untuk membuat estetika, karena bahan benang yang diambil dari kain kasuban yang berwarna

merah, dan han yang berwarna hitam dan biru. Ketiga warna kain tersebut merupakan bahan

utama yang dibunakan dalam membentuk estetika pada koba – koba.

Fungsi koba – koba adalah sebagai paying, ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar pada

waktu tidur, sebagai tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergiam, sebagai

pengalas gendongan anak kecil balita/bay pada waktu anak digendong di belakang punggung

(mbin gu mam yu taa.). lihat gambar berkut:

Hamah Sagrim 214

Page 215: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Dari sejarah, para tetuah

dan ibu – ibu

menceriterakan bahwa

pada jaman dahulu ibu –

ibu menjahit koba – koba

dengan menggunakan

tulang sayap kelelawar

(calon) yanhg berukuran

kecil (wafu maim). tulang

sayap kelelawar ini yang

mula – mula sebagai

jarum jahit sebelum

orang – orang maybrat

imian sawiat mengenal

adanya jarum besi yang

moderen. Demikian

proses pembuatan koba. –

koba.

Gambar: koba-koba, bentuk ketika sedang tidak dipakai

Gambar: bentuk ketika dipakai sebagai pengganti tas atau noken dengan tali pegangannya

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Fungsi koba – koba adalah sebagai payung, ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar

pada waktu tidur, sebagai tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergia,

sebagai pengalas gendongan anak kecil balita/bayi pada waktu anak digendong di belakang

punggung (mbin gu mam yu taa.). lihat gambar yang terlampir diatas dan berkut:

Hamah Sagrim 215

Gambar: koba-koba dengan bentuk ketika dipakai pada waktu hujan

Page 216: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

6. Kebudayaan Zaman Prasejarah Orang Maybrat, Imian Sawiat.

             Kebudayaan-kebudayaan prasejarah yang dibedakan menurut bahan alat-alatnya dapat

dibagi dalam dua bagian, yaitu zaman batu dan zaman logam.   Zaman logam bukan berarti

berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu terus berkembang

bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa

pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman

logam disebut juga dengan zaman perundagian. Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara

umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi.

Kepandaian mempergunakan bahan baru tentu saja disertai dengan cara kerja yang baru. Sehinga

muncul orang-orang terampil (undagi). Selain itu perkembangan orang Maybrat, Imian, Sawiat

yang mengarah pada kemajuan di alami dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Bagi orang

Maybrat, Imian, Sawiat, alat-alat dari logam tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari,

akan tetapi alat-alat yang terbuat dari logampun dilibatkan dalam upacara-upacara tertentu

misalnya maut hdan, mber wiyon dll. Untuk itu perlu adanya pembahasan lebih lanjut khususnya

mengenai masa perundagian di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat secara jelas.

Hamah Sagrim 216

Gambar: bentuk yang dipakai ketika bepergian(krek aam)

Gambar: bentuk ketika dipakai oleh ibu untuk menggendong bayi (mbin gu)

Gambar: bentuk ketika dipakai pada waktu tidur sebagai alas/tikar (tom am)

Page 217: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

a. Orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Pembabakan Zaman Logam

  Pada zaman Logam orang-orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping

alat-alat dari batu. Logam tidak dapat dipukul atau di pecah seperti batu yang dapat dibentuk

sesuai dengan apa yang diharapkan, selain itu logam tidak dapat dengan mudah diperoleh

seperti batu yang banyak terdapat di berbagai tempat. Semakin berkembangnya pengetahuan

sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal bahan dari logam dan mengenal teknik

melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang dihendaki sesuai dengan keperluan.

Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut

bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga

disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil

melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi menjadi tiga zaman diantaranya :

1) Zaman Tembaga

Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya

dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Maybrat, Imian, Sawiat,

Papua Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.

2) Zaman Perunggu

Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan

perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Orang Maybrat, Imian,

Sawiat, mungkin sampai saat ini belum mampu mengolahnya.

3) Zaman Besi

Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-

alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga

maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu

±3500°C. Zaman logam di wilah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia di dominasi oleh

alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi

yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat

Hamah Sagrim 217

Page 218: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman

neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithicum, yaitu kebudayaan

yang mengunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan

megalitikum justru pada zaman logam.

b. Corak Kehidupan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat Pada Zaman Perundagian.

Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada

karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan

masyarakat dapat diketahui. Kebudayaan perungggu Asia Tenggara bisa dinamakan

kebudayaan Dongson menurut nama tempat penyelidikan pertama di daerah Tonkin. Disana

ditemukan segala macam alat-alat dari perunggu dan nekara, alat-alat dari besi dan kuburan-

kuburan zaman itu.

1) Sistem Kepercayaan Orang Maybrat, Imian, Sawiat Zaman Prasejarah.

Sistem kepercayaan prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, diperkirakan mulai tumbuh

pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa

bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolitikum. Mengenai bukti adanya

kepercayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman Mesolitikum dan beberapa bukti lain

yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan mereka pada zaman prasejarah adalah

ditemukannya bekas kaki pada batu prasasti di sungai Weremayis Kampong Sauf, Kbupaten

Maybrat. Bekas kaki tersebut menggambarkan langkah perjalanan yang akan mengantarkan

roh seseorang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut orang Maybrat, Imian, Sawiat,

sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada

zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan,

penguburan dan pemberian upeti atau sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal

dengan istilah Aninisme yang disebut dengan wiyon-wofle. Aninisme berasal dari kata Anima

artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya

kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan dinamisme. Dinamisme adalah

kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Hamah Sagrim 218

Page 219: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Contohnya yaitu pohon-pohon besar atau bukit dan pegunungan serta sungai tertentu yang

dianggap memiliki kekuatan diwilayah Mereka. Dengan demikian kepercayaan masyarakat

Maybrat, Imian, Sawiat, zaman prasejarah adalah animisme dan dinamisme

c. Kemasyarakatan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejaarah.

Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang Maybrat, Imian, Sawiat, hidup

berkelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antar kelompok sudah mulai erat

karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang kejam dan berat,

sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana. Tetapi

pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami

perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan

hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang

mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih

dengan sembarangan, seseorang yang dipilih sebagai pemimpin adalah seseorang yang

memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan roh-roh atau arwah nenek moyang

demi keselamatan desa setempat, serta keahlian-keahlian yang lebih. Selanjutnya sistem

kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena

pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi

kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok memiliki

aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin

keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar

kesepakatan bersama atau musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian

sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan

musyawarah dan gotong royong.

d. Pola Pertanian Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejarah.

Sistem pertanian yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawat, prasejarah pada

awalnya adalah perladangan, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk

pertanian ini wujudnya berpindah tempat sesuai dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila

mereka menilai tanah sudah tidak lagi subur atau tidak ada humus, maka mereka akan

Hamah Sagrim 219

Page 220: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berpindah atau mencari tempat yang dianggap subur atau dapat di tanami tanam-tanaman.

Selanjutnya mereka mulai mengembangkan sistem mencari makanan dan menyimpannya

(food and carering), sehingga tidak lagi berpindah-pindah dengan cepat, dan berusaha

mengatasi pola makanannya dengan baik. Sistem ini dikenal oleh orang Maybrat, Imian,

Sawiat, prasejarah pada masa neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan mereka

sudah menetap dan teratur. Pada masa perundagian sistem pertanian mengalami

perkembangan mengingat adanya spesialisasi atau pembagian tugas antara laki-laki dan

perempuan, Sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, saman prasejarah semakin mahir dalam

persaudaraan.

e. Sosial – Ekonomi Orang Maybrat, Imian, Sawiat Zaman Prasejarah.

Perkembangan kondisi sosial ekonomi orang Maybrat, Imian, Sawiat, masa Prasejarah

sebenarnya mulai terlihat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

atau  zaman Mesolitik. Pada masa ini orang Maybrat, Imian, Sawiat mulai menyadari

pentingnya pola kehidupan menetap pada suatu tempat. Hal ini disebabkan adanya kemajuan

dan perkembangan pengetahuan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa itu dalam

berusaha mengolah alam lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pada kehidupan

menetap ini kemudian memunculkan bentuk-bentuk rumah yang sangat sederhana sebagai

tempat tinggal, tempat berlindung terhadap iklim dan cuaca, serta terhadap gangguan

binatang buas. Berdasarkan penelitian kami tentang rumah hunian pertama orang Maybrat,

Imian, Sawiat, bisa diperkirakan bahwa bentuk rumah tinggal awal sekali adalah berukuran

kecil, berbentuk segi panjang dan kebulat-bulatan mengikuti saran burun dengan atap yang

dibuat dari daun-daunan. Bentuk rumah semacam ini merupakan bentuk awal rumah wilayah

Maybrat, Imian Sawiat, dan sampai saat ini masih dijumpai di daerah-daerah perkampungan

terpencil di kebun. Berawal dari adanya kelompok-kelompok masyarakat dalam suatu daerah

tertentu, dan mengalami perubahan yang mengarah kepada sistem komunual. Di samping itu

teknologi pembuatan perkakas juga semakin maju. Hal ini terbukti dengan mulai

ditemukannya alat-alat batu yang diasah secara halus, yaitu yang dikenal dengan beliung

persegi. Kemajuan pada aspek teknologi ini selanjutnya memunculkan adanya stratifikasi

sosial tertentu dalam komunitas mereka. misalnya muncul golongan-golongan yang pandai

dalam membuat beliung persegi, mulai dari pembuatan bentuk dasar (plank) hingga menjadi

Hamah Sagrim 220

Page 221: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

beliung persegi yang siap pakai. Selanjutnya dikenal pula teknologi pembuatan tastangan

sebagi salah satu sarana kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat penting. Di sinipun akan

memunculkan golongan-golongan tertentu dalam komunitas mereka yang memiliki

kepandaian dalam pembuatan tastangan. Perkembangan lainnya yang sangat mendasar pada

masa ini adalah mulai dikenalnya bercocok tanam sederhana, yaitu dengan Sistem Tebas-

Bakar. Pada masa perundagian ini pola kehidupan perkampungan mengalami perkembangan

dan semakin besar, hal ini disebabkan dengan mulai bersatunya kampung- kampung, atau

terjadinya sebuah desa yang besar. Munculnya desa-desa besar ini salah satunya disebabkan

semakin tinggi frekuensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk tukar menukar

barang (barter) dan juga salah satu pengaruh utamanya adalah perdagangan atau bermain

kain timur. Perpindahan penduduk melalui jalur perkawinan juga menjadi penyebab semakin

padatnya populasi penduduk dalam suatu perkampungan.

Dengan semakin luasnya hubungan antar wilayah maka kegiatan perdagangan pada masa

perundagianpun menjadi semakin berkembang. Jenis-jenis barang daganganpun semakin

kompleks karena hubungan-hubungan tersebut telah mencakup wilayah yang sangat luas. Hal

ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan benda-benda perunggu yang tersebar  hampir di

seluruh wilayah Papua khususnya wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang berasal dari

kebudayaan Dong Son di Vietnam Utara.

Dalam kehidupan perkampungan ini mata pencaharian pokok orang Maybrat, Imian,

Sawiat, adalah pertanian yang mulai dilakukan secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan

sistem tebas bakar. Hal ini juga didukung dengan semakin majunya sistem teknologi cetak

peralatan dari logam (khususnya perunggu) untuk keperluan mengolah kebun. Usaha-usaha

domestikasi hewanpun semakin memperlihatkan kemajuannya. Hal ini dibuktikan dengan

banyaknya temuan-temuan tulang-tulang hewan seperti anjing, dan beberapa jenis unggas

pemukiman. Kemungkinan dilakukan untuk persediaan bahan makanan hewani, meskipun

kegiatan perburuan masih dilakukan walau dengan jumlah yang lebih berkurang.

Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan

ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara tersebut

merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir

Hamah Sagrim 221

Page 222: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kewilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua. Hal ini

sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara sosial-ekonomis antara wilayah

Maybrat, Imian, Sawiat, melalui kesultanan Ternate-Tidore dengan wilayah Asia Tenggara

lainnya cukup lancar pada zaman itu.

Kegiatan ekonomis dalam bentuk perdagangan didorong oleh adanya temuan alat-alat

transportasi air, yaitu perahu sampan. Bentuk-bentuk perdagangan pada umumnya dilakukan

dengan sistem tukar barang dengan barang. Kelangsungan hubungan perdagangan yang

secara terus menerus dan cenderung semakin kompleks tersebut pada akhirnya memunculkan

apa yang disebut dengan pasar dalam cakupan arti yang sederhana.

F Sosial – Budaya Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejarah.

Seni ukir yang diterapkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada benda-benda masa

megalitikum dan seni hias pada benda-benda perunggu menggunakan pola-pola geometrik

sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan pada ukiran cangkir minuman (hawereh)

di kampung Sauf yang menggambarkan bintang, perahu dan melukis unsur-unsur dalam

kehidupan yang dianggap penting.

Gambar: ukiran pada tempayang minuman pada zaman megalitikum.

Pahatan-pahatan pada kayu untuk menggambarkan orang atau binatang menghasilkan

bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Terdapat pula kecenderungan

untuk melukiskan hal-hal yang bersifat simbolis dan abstrak-stelistis, seperti yang tampak

pada gambar-gambar manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran pada hulu

kampak, seloki minuman (hawereh), dan bambu yang dipakai sebagai minuman (tbil).

Hamah Sagrim 222

Page 223: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Berbagai benda diciptakan guna keperluan religius.pola mata kalung yang dipakai dan

pada beberapa jenis heger berfungsi magis sebagai penolak bahaya. Yang sangat menonjol

pada masa perundagian ini adalah segi kepercayaan kepada pengaruh arwah (roh) nenek

moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian pula

kepada orang-orang yang meninggal diberikan penghormatan dan persajian selengkap

mungkin dengan maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ketempat tujuanya, yaitu

dunia arwah.

Kehidupan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa perundagian

memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanan dalam hati setiap

orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang. Adat kebiasaan dan

kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya,

kebebasan individu  agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila dilanggar akan

membahayakan masyarakat. Pada masa ini sudah ada kalkus kepemimpinan dan pemujaan

kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi  serta berada diluar

batas kemampuan manusia yang disebut wiyon-wofle.

Dalam masyarakat ini mulai jelas mulai tampak perbedaan golongan-golongan tertentu

seperti golongan big man - bobot, pengatur upacara-upacara (raa wiyon-na wofle) yang

berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang dan pembuat benda-benda dari kayu

(pemahat).

9.    Kemajuan Teknologi

Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari-

hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda yang tidak saja

bernilai profan tetapi yang bernilai estetika dan ekonomis. Pada teknologi pembuatan tastangan

misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga

pembuatan tastangan yang bernilai seni dan ekonomis. Hal ini dapat dilihat bahwa selain

membuat benda-benda berupa cawan, seloki, juga mulai dibuat bentuk-bentuk tastangan dengan

aneka motif hiasan. Keragaman bentuk dan motif hias cawan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,

Hamah Sagrim 223

Page 224: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan barang-barang lain yang sangat

menonjol, antara lain kompleks tas tangan (yu kom).

Pada teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian juga mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari

(misalnya kapak, corong, tajak dan sebagainya) mulai dikembangkan pula pembuatan benda-

benda yang memiliki nilai estetika dan ekonomis, misalnya nekara, gelang, cincin, bandul

kalung, dan sebagainya. Benda-benda tersebut ternyata menjadi salah satu komoditi dalam

hubungan perdagangan antara Indonesia dengan wilayah Asia Tenggara lainnya.

10. Kemahiran Membuat Alat

Dalam masa perundagian ini, teknologi berkembang dengan pesat. Di pihak lain, terjadi

peningkatan usaha perdaganganyang mengalami kemajuan. Teknologi pelayaran juga

menentukan perkembangan teknologi secara umum. Hal tersebut berpengaruh pula pada sistem

sosial yang telah mengklasifikasikan dari dalam segmen-segmen sosial-ekonomi karena pola-

polanya telah terbentuk.

Pada masa ini merupakan awal dari kemajuan, karena di zaman perundagian ini sudah

mulai menganal teknik peleburan, percampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam

seperti tembaga, perunggu dan besi.

Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kia-kira 3000-2000 S.M. Di Indonesia penggunaan

logam diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan-temuan

arkeologis. Indonesia hanya menganal alat-alat yang dibuat dari perunggu dan besi, sedangkan

perhiasan telah mengenal emas.

Penggunaan logam tidak seketika menyeluruh di Indonesia, tetapi berjalan setahap demi

setahap. Sedangkan beliung dan kampak batu masih digunakan. Benda-benda perunggu yang

ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan-temuan di Deng Son (Vietnam)

diperkirakan adanya hubungan budaya.

Hamah Sagrim 224

Page 225: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat terdapat Jenis-jenis perhiasan yang beraneka ragam

berupa gelang, cincin, bandul, kalung dan sebagainya yang terbuat dari perunggu, kulit kerang,

tulang, batu dan kaca. 

a. Benda – Benda Perunggu

Jenis benda perunggu yang dikenal di Indonesia ialah nekara, kapak, bejana, boneka

atau patung, perhiasan dan senjata. Namaun yang menarikperhatian adalah nekara. Benda-

benda lain sebenarnya telah mendapatkan perhatian sejak abad ke-19, misalnya kapak

corong, cincin, mata tombak, kapak upacara (candrasa).

Dari penyelidikan dalam zaman perundagian pula orang-orang telah pandai membuat

dan menuang kaca. Hanya saja tekniknya masih sederhana kadang masih tercampur pasir.

b. Kapak Perunggu

Secara tipologi, kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kapak

corong dan kapak upacara. Kapak corong disebut juga kapak sepatu, maksudnya kapak yang

bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan dalam corong itulah

dimasukan tangkai kayunya yang menyiku kepada bidang kapak. Jadi seolah-olah kapak

disamakan dengan sepatu dan tangkainya diibaratkan sebagai kaki orang.

 Van Heekeren mengklasifikasikan menjadi kapak corong, kapak upacara dan kalak

tembilang (tajak). Soejono membagi kapak perunggu menjadi delapan yaitu :

1. Tipe I (tipe umum). Bentuknya lebar dengan panjang yang lonjong, garis puncak

(pangka), tangkainya cekung dan bagian tajam cembung.

2.   Tipe II (tipe ekor burung seriti). Bentuk tangkai dengan ujung yang membelah seperti

ekor burung seriti, ujung tajam cembung, belahan pada ujung ada yang dalam dan ada

yang dangkal.

Hamah Sagrim 225

Page 226: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

3. Tipe III (tipe pahat). Bentuk tangkai menyempit dan lurus ada yang pendek dan lebar.

Bentuk tajam cembung dan lurus, kapak terbesar berukuran 12,2 x 5,8 x 1,7 cm dan

terkecil 5,4 x 3,6 x 1,3 cm.

4.  Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus

kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 cm.

5.  Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus

kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 x 1,6 cm.

6.  Tipe V (tipe bulan sabit). Mata kapak berbentuk bulan sabit. Bagian tengah lebar dan

menyempit, tangkai lebar dan bagian tajamnya menyempit. Jenis terbesar berukuran 16,5

x 15,6 x 3,4 cm dan terkecil 7,2 x 5,2 x 4,5 cm.

7.  Tipe VI (tipe jantung). Bentuk tangkai panjang dengan pangkal cekung, bagian bahu

melengkung. Ukuran terbesar 39,7 x 16,2 x 1,5 cm dan terkecil 13 x 7,2 x 0,6 cm.

8. Tipe VII (candrasa). Tangkai pendek dan melebar pada pangkalnya, mata kapak tipis

dengan kedua ujungnya lebar. Kapak ini sangat besar dan pipih yang terbesar 133,7 cm

dan terkecil 37 cm.

9.  Tipe VIII (tipe kapak roti). Keseluruhannya gepeng berukuran 90 cm. pangkal tangkai

cakram. Cakram ini dihiasi dengan pola roda atau pusaran (whirl).

Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan,

Pulau Selayar dan di Papua dekat danau Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai

kapak. Yang kecil umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa

dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung ditemukan cetakan-

cetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong.

Hamah Sagrim 226

Page 227: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Orang Maybrat, Imian, Sawiat,

Biasanya membuat perhiasan yang

mana berupa gelang, cincin, kalung

dan hiasan lainnya. Gelang yang

berhias pada umumnya besar dan

tebal. Pola hias pada gelang-gelang

berupa pola tumpal, garis tangga,

mata burung dan duri ikan. Lihat

contoh bebrapa gambar disamping:Gambar:

Pola aliran ukiran pada hiasan orang Maybrat, Imian Sawiat

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

c. Perhiasan

d. Benda – Benda Besi di Wilayah Maybrat, Imian, Sawit

Jenis-jenis benda besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari dan senjata.

Benda-benda besi yang banyak ditemukan di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa :

- Mata kapak atau sejenis beliung yang diikat secara melintang pada tangkai kayu

- Alat bermata panjang dan gepeng dan mungkin digunakan untuk merapatkan benang-banang

kain tenun

- Mata pisau

- Parang

- Mata tombak

Dalam masa bercocok tanam, orang Maybrat, Imian, Sawiat sudah mulai bertempat

tinggal secara menetap dan berkelompok. Berbagai upaya dilakukan oleh mereka untuk menuju

penyempurnaan, misalnya dalam bidang pertanian, peternakan, pembuatan alat-alat kebutuhan

dan lain-lain.

            Hal-hal barupun telah ditemukan diantaranya pembuatan alat-alat dari biji besi. Sejalan

dengan kemajuan yang dicapai, sehingga taraf penghidupannya dan tata-susunan orang Maybrat,

Imian, Sawiat, menjadi makin kompleks. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai hidup secara

teratur, sehingga muncul golongan undagi (golongan orang-orang terampil).

Hamah Sagrim 227

Page 228: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

            Di zaman perundagian ini banyak kemajuan-kemajuaan dalam berbagai bidang

kehidupan mereka seperti; kepercayaan, sosial, ekonomi dan sebagainya. Sehingga diketahui

bahwa sejak masa ini sudah adanya jalur hubungan dengan daerah-daerah yang ada di Asia

Tenggara melalui kesultanan ternate tidore. Hal ini di perkuat dengan ditemukannya kesamaan

benda-benda yang ditemukan di Maybrat, Imian, Sawiat dengan benda yang berada si Asia

Tenggara yang lain seperti Vietnam.

B.7. Arsitektur dan budaya adat istiadat zaman prasejarah – zaman sejarah.

1. Pengertian Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan

arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan

dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan

daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.

Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem

gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan

manusia adalah kebudayaan.

Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang

berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang

berjiwa perencana.

Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu

dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa

tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi

buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh

manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan

kebudayaan.

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk

sosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang secara efektif dapat

digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk

mendorong dan menciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah

suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah

Hamah Sagrim 228

Page 229: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan – lingkungan tertentu (fisik, alam,

sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu

memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu

seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint” atau desain menyeluruh dan

kehidupan.

2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, dan Kebudayaan.

Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan pencerminan

kehidupan yang mana menggambarkan jati diri manusia Maybrat Imian Sawiat yang ditampilkan

dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya antara lain : kehidupannya, sosialnya,

ekonomi – spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat

Imian Sawiat merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat Imian

Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan suatu ciri (idea), konsep,

kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam

mencipta dan berkarya.

Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat sudah mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan akan Arsitektur yaitu :

Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia.

Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna

Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman

Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki lima jenjang kebutuhan

terpenting dalam hidup mereka yaitu :

f. Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat

terbawah yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan alam dan

keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat

tinggal, dan teks.

g. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan

– kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung

dari setiap gangguan.

Hamah Sagrim 229

Page 230: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

h. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya

sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interelasi

dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.

i. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang

didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya

ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian,

Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan “Bobot”.

j. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan

kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga menreka dapat mengembangkan

bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki

manusia umumnya.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat mempunyai peranan penting dalam

pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat

Imian Sawiat bukan hanya menyngkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan

sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan

fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya

berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan,

akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil

– hasil karya arsitektur.

Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya menyangkut

aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam

kebutuhan Manusia Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai – nilai

manusiawi.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan manifestasi dari nilai –nilai

budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat

hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan

hakekat mereka dengan sesamannya.

Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami

maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah

Hamah Sagrim 230

Page 231: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan

hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya

mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud

arsitekturalnya.

Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap alamnya, mereka

telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :

Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk kepada Alam

dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan

kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta

segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi

mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah

terhadap kondisi alam.

Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan

kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka.

Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan – kerusakan lingkungan alam

disekitar permukiman mereka.

Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu

menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan

lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan daya

dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap

berlangsung.

Pandangan – pandangan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki

pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Suku Maybrat

Imian Sawiat terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat

tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur

Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan

mereka dan terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan

– kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk

menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil

– hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh dari

lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat

Hamah Sagrim 231

Page 232: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Imian Sawiat cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan

lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang

dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor – faktor yang

dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.

3. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Pesisir dan Pegunungan.

Suku Maybrat Imian Sawiat melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat

pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk

mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan

mereka berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan.

Kebudayaan Suku Maybrat Imian Sawiat yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang

dibawah bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari –

hari mereka. Berikut beberapa aspek budaya yang sangat kental dimiliki Suku Maybrat Imian

Sawiat adalah :

1. Budaya Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat.

a) Pembayaran Maskawin “Boyi”

Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dikenal sebagai masyarakat yang berpegang erat

pada pusat keluarga inti (marga-fam-keret) dan juga berpegang pada silsiah keturunan antara

marga yang satu dengan marga yang lain sehingga membentuk rumah tangga yang luas

utrolokal. Selanjutnya dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat ada pula kesatuan keluarga

kindred, ada larangan yang terlalu ketat terhadap perbuatan sumbang, yaitu hubungan

kelamin antara dua saudara sepupu silang maupun saudara satu marga sejajar berjarak 2

derajat. Untuk perkawinan orang Maybrat, Imian, Sawiat diperlukan maskawin yang besar

(boyi) atau diadakan pertukaran pengantin wanita (finya migiar) secara langsung. Walaupun

ada kasus-kasus poligini, perkawinan monogami adalah yang paling umum. Poligini “migi”

sering juga terjadi dalam genealogi yang terhimpun, dan hubunga levirat juga ada. Pola

tunggal bagi pasangan suami-istri yang baru kawin adalah utrolokal dan juga avunkolokal.

b) Istilah Kekerabatan dan Hubungan Kekerabatan – Mafoh

Orang Maybrat, Imian, Sawiat sangat peduli dan memegang erat kaum kerabatnya

(mafoh) yang telah lama saling kenal walaupun berbeda marga/karet/fam. Selain itu, mereka

juga sangat peduli dan memegang erat kekerabatan berdasarkan perkawinan antara keturunan

Hamah Sagrim 232

Page 233: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

perketurunan dan silsilah sampai kakek-nenek dan lebih dari dua angkatan di atasnya dan

lebih dari dua derajat ke samping. Untuk silsilah tersebut, bagi orang Maybrat, Imian,

Ssawiat selalu mengenal semua kekerabatan orang tua sebelumnya dan silsilah keturunan

perorang tua akan tetapi setelah pada tahun 1980an garis keturunan ini semakin berkurang

untuk dipertahankan karena pengaruh perkawinan silang atau perkawinan keluar. Sehingga

mereka sudah tidak lagi mengena semua kaum kerabatnya yang seangkatan dengan kakek-

nenek mereka.

Istilah-istilahnya adalah :

a. Kerabat dari kakek-nenek → Tatat ana mafoh

b. Kerabat dari ibu → Tme mafoh

c. Kerabat dari ayah → Taja yafoh

d. Kerabat dari kita → Anu b’foh

Sedangkan istilah dalam silsilah keturunan adalah :

A. Ayahnya kakek-nenek → Hohos

B. Kakek-nenek → Tatat sme – tatat ano

C. Saudara dari ayahnya kakek-nenek → Hohos mao – hohos mano – hohos mamu –

hohos mati – hohos matat – hohos anya

D. Saudaranya kakek-nenek → Tatat mao – Tatat mano –Tatat matat – Tatat mati –

Tatat m’hohos-Tatat Mati-Tatat Mamu-Tatat m’tmo.

E. Ayah-ibu → Taja – tme

F. Saudaranya ayah → Tati – taja yabi – taja yaku – taja tmo –taja yamu.

G. Saudara dari Ibu → Tme mabi – tme magu – tamu

Istilah-istilah dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat selalu dipakai dan bagi orang

Maybrat, Imian, Sawiat istilah kekerabatan ini sangat penting.

Ciri-ciri khas dari sistem peristilahan orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah sifatnya

yang klasifikatoris, penekanan terhadap prinsip generasi dan langkahnya istilah-istilah

yang jelas. Maka adanya suatu istilah yang khusus bagi saudara/saudari se-marga/famili

yang sangat mencolok dan lebih akrab.

2. Maskawin – Boyi

Maskawin (Boyi) yang mempunyai nilai kekayaan yang sangat besar, sangat penting

dalam hubungan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat untuk mengumpulkan unsur-

Hamah Sagrim 233

Page 234: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

unsur maskawin (Boyi) biasanya diperlukan waktu yang sangat lama. Menurut adat istiadat

orang Maybrat, Imian, Sawiat, maskawin terdiri dari: Kain timur (Boo) barang-barang persen

(bain) kain timur (Boo) yang dipakai sebagai alat pertukaran resmi orang Maybrat, Imian,

Sawiat, memiliki beberapa bobot nilai, untuk wan safe, merupakan kain berkelas satu dengan

bobot nilai bila di uangkan mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini demikian karena menurut

mitologi orang Maybrat, Imian, Sawit. Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, wan safe

bukanlah benda biasa yang diperoleh melalui produksi manusia, namun diperoleh dari

pemberian alam (Tagio) “Bokek”, termasuk kain yang berkelas satu namun memiliki nilai

bobot di bawah ratusan juta, Bokek juga merupakan kain pusaka dan pemberian alam. Sarim

merupakan kain berkelas satu namun memiliki bobot dibawa Bokek dan Waan harganya bisa

mencapai puluhan juta dan yang lainnya adalah kasuban, Han, Bainoke, Boirim, Serenta,

harga-harga masing-masing Boo tersebut tercatat pada 1999, dan bukan merupakan harga

resmi. Seorang biasanya bersama-sama keluarganya menghimpun keluarga-keluarga mereka

sesuai dengan garis kekerabatan dan silsilah keturunan untuk bersatu membayar maskawin,

dan hal ini terjadi secra terus-menerus antara kekerabatan yang satu dengan kekerabatan yang

lain dengan kompak. Karena kebersamaan, kekompakan dalam membayar maskawin inilah

yang membuat waktu penyelesaian lazim ditunda beberapa bulan bahkan sampai lebih dari

setahun. Sementara itu ayah pengantin pria, dibantu para kerabatnya dari pihak ibunya,

neneknya, iparnya, tantenya dan terutama saudara-saudara kandung pria yang lebih berupaya

mengumpulkan maskawin itu. Paling sedikit satu unsur barang seperti kain Waan dan kain

Bokek diupayakan untuk melengkapi maskawin itu, karena hal itu makin menaikkan gengsi

kaum pengantin laki-laki.

Penyerahan maskawin dilakukan dengan suatu upacara di kompleks/koot kerabat

pengantin pria. Maksud utama dari upacara ini adalah untuk memperlihatkan benda-benda

yang diserahkan kepada keluarga pengantin perempuan dan tamu yang diundang.

Selanjutnya di sertai dengan pesta-pesta. Pesta yang berlangsung sesudah upacara

penyerahan maskawin mulai sekitar jam 3,4,5 sore. Tamu-tamu yang datang, duduk di dalam

maupun di luar rumah, mereka biasanya di jamu oleh kerabat dari keluarga pengantin

perempuan. Jamuan ini disebut (bain). Kalau maskawin tidak di bayar, maka pengantin laki-

laki harus tinggal dengan keluarga kerabat pengatin perempuan dan selalu bekerja kepada

Hamah Sagrim 234

Page 235: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mereka sebagai ganti dari pembayaran maskawin, ini sering di sebut “kro finya”, karena

tidak mampu membayar maskawin.

3. Bohlat – Boke - Denda

Boke – Bohlat – Denda, merupakan salah satu cara yang lazim dipakai oleh orang

Maybrat, Imian, Sawiat dalam menyelesaikan masalah muda mudi (seksual), dan zinah,

pemukulan terhadap orang hingga babak belur, fitnahan atau caci-maki yang menjatuhkan pamor

orang lain tanpa adanya suatu bukti masalah yang benar, pembunuhan dan pemerkosaan.

Dalam persoalan Bohlat – Boke – Denda, biasanya diberikan beban sesuai dengan

perbuatan, yaitu tentang muda-mudi (seksual) jika hal ini terjadi atas dasar suka sama suka

antara pria dan wanita maka beban yang diberikan tidak begitu besar, namun biayanya berkisar ±

50.000.000,- ke bawah. Biaya 50.000.00,-berlaku untuk seorang wanita yang statusnya sarjana,

sedangkan di bawah harga dari itu berlaku untuk wanita yang statusnya mahasiswa, dan yang

berikut di bawah lagiberlaku bagi wanita status siswi atau tamatan SMA, SMP, SD dan yang

tidak sekolah, akan tetapi untuk persoalan selingkuhan zinah terhadap istri orang (safo finya

mabi) lebih tinggi biayanya dan persoalan ini tergolong krusial, bisa mengakibatkan korban jiwa

terutama pria yang berhubungan dengan istri orang.

Bohlat – Boke – Denda untuk persoalan pemukulan, akan dilihat bilamana korban

mengalami cedera fatal, maka besar harga yang diberikan akan tinggi dan biayanya bisa

mencapai Rp. 70.000.000,- ke bawah jikalau korbannya tidak fatal, maka biayanya kurang dari

70 juta. Sedangkan untuk kasus fitnahan atau caci maki, akan diberi beban setimpal dengan kata-

kata fitnahan, bilamana kata-katanya cukup memalukan atau menjatuhkan harga diri, citra, rasa

dan karsa maka beban yang diberikan mencapai Rp. 30.000.000,- ke bawah

.

lihat Disertasi Mansoben, Leden University 1982, tentang sistem kepemimpinan tradisional dan sistem

perkawinan orang Maybrat, Imian, Sawiat. Lihat juga tulisan ‘Hamah Sagrim’ sistem sosial budaya suku

Maybrat, Imian, Sawiat, Papua................................

Hamah Sagrim 235

Page 236: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

jikalau Fitnahan dan caci maki itu mengakibatkan korban jiwa, maka persoalannya

semakin parah dan dendanya bisa mencapai miliaran rupiah. Seperti halnya pembunuhan, dan

inijuga bisa mengakibatkan korban nyawa ganti nyawa. Besar beban yang dibebani akan

mencapai miliaran rupiah. Untuk kasus pemerkosaan, biaya yang dibebani ± Rp. 100.000.000,-

seratus juta ke bawah.

4. Sistem Perdagangan tradisional “Sistem bermain kain timur/sistem ekonomi

tradisional – feah boo – m’fou gu ano.

Perdagangan tradisional antara klen, gabungan klen, atau suku bangsa merupakan

aktivias yang umum dalam hampir semua masyarakat suku bangsa papua, bakan di Papua

Newguinea, dalam masyarakat di kedua daerah tersebut, berdagang hanya berarti tukar-

menukar barang yang kurang diperlukan dengan benda-benda kain yang sangat diperlukan,

atau kemudian pertukaran barang yang sangat diperlukan dengan benda-benda yang

melambangkan ukuran nilai tertentu, seperti kerang-kerang yang indah, batu-batuan yang

berwarna atu diasah indah, perhiasan yang terbuat dari tulang, manik-manik dan lain-lain,

tetapi di dorong oleh keinginan untuk memperoleh rasa solidaritas antara orang-orang yang

saling bertukar-tukaran, atau karena keinginan kedua belah pihak untuk menaikkan gengsi

dengan memberikan benda yang lebih berharga dari pada yang diterimanya. Gejala

pertukaran barnag atau perdagangan tradisional seperti itu diketahui para ahli sudah

berlangsung sekitar 100 tahun yang lalu.

Perdagangan kain tmur yang merupakan aktivitas orang Maybrat, (meibrat, mejbrat),

orang Imian, orang Sawiat, orang Tehit, orang Madik dan orang Karon dengan materi

perdagangan kain timur sebagai jenis barang yang dipertukarkan dalam aktivitas sehari-hari

orang Maybrat, Imian, Sawiat, pria maupun wanita suka dan memang pandai berdagang,

seperti juga halnya orang Karon. Pada tahun 1950an, mereka biasanya mengambil hasil hutan

seperti rotan dan damar yang mereka jual kepada tengkulak China atau Bugis yang datang

dari Sorong atau Bintuni. Selain menanam tumbuh-tumbuhan yang hanya menghasilkan

makanan saja, orang maybrat dan Karon pada umumnya menanam tumbuh-tumbuhan yang

dapat merek ajual di pasar, seperti bawang, cengkeh dan berbagai macam buah-buahan.

Karena tanah di sekitar danau Ayamaru rupa-rupanya kurang subur maka penduduk

biasanya hanya dapat memungut hasil dari ladang mereka satu kali saja, dan kemudian

Hamah Sagrim 236

Page 237: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

meninggalkan ladang tersebut. Mereka lalu membuka sebuah ladang baru, sehingga dalam

waktu satu tahun saja mereka seringkali harus berpindah tempat 2 – 3 kali. Oleh karena itu,

rumah orang Maibrat (secefra – halit) sangat sederhana dan mudah dibongkar untuk

dipindahkan ke lokasi yang baru. Kadang-kdang mereka membangun rumah ladang di atas

sebuah beranda yang mereka biat diatas pohon dan ada yang langsung dari bawah tanah

(halit) untuk mengawasi binatang-binatang perusak kebun atau melindungi diri dari

gangguan akan sekitar serta serangan musuh.

Di samping rumah sederhana di ladang, orang Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki

rumah tetap di desa induk. Setiap kali mereka kembali ke desa induk setelah selesai musim

panen, untuk melaksanakan berbagai macam upacra dan pesta yang berkenaan dengan daur

hidup, seperti misalnya pesta perkawinan, bersama warga-warga keluarga patrilineal mereka

yang lain. Rumah di desa induk yang juga mereka sebut samu yang mana lebih besar dari

pada rumah di ladang halit, dibangun lebih kokoh dan diatas tiang-tiang, dengan bahan

bangunan yang lebih kuat.

Pesta-pesta dan upacara-upacara adat yang keramat, yang dilaksanakan dalam rangka

solidaritas klen, seperti misalnya upacara inisiasi (m’ber wiyon) dan dulu pertemuan untuk

merencanakan serangan pengayauan (mhoh bioh). Di waktu yang lampau, pertemuan

semacam ini diselenggarakan dalam balai pertemuan umum (samu siret) yang

dianggapkeramat. Namun menjelang zaman perang pasifik, ketika pemerintah Hindia-

Belanda berusaha memantapkan administrasi pemerintahannya di daerah Maybrat, Imian,

Sawiat bersama dengan upaya penyiaran Agama Kristen, banyak upacara adat terutama yang

berkaitan dengan cara membongkar dan membakar balai (samu siret) dan klwiyon-bol watle

yang nama digantikan dengan balai desa atau gereja, yang dibangun sesuai dengan contoh

yang diberikan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Orang Karon juga tetap mengalami perubahan sosial yang sama, walaupun

perkampungan tempat tinggal mereka kecil-kecil dan saling berjauhan letaknya ditengah atau

dekat ladang mereka masing-masing, lebih mantap sifatnya, dan tidak hanya merka gunakan

untuk berkemas saja, kecuali itu upaya untuk menggabungkan perkampungan kecil menjadi

desa yang lebih besar, dan mantap guna memudahkan urusan administrasi, sudah dimulai

sebelum hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda, dikalangan orang

Hamah Sagrim 237

Page 238: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Maybrat, Imian, Sawiat upaya yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia,

berhasil membentuk 7 desa pada tahun 1969.

Adat pertukaran kain timur ini juga menonjol dalam pesta dan upacara perkawinan,

perlu suatu uraian mengenai adat-istiadat perkawinan dan sistem kekerabatan orang maybrat,

Imian, Swiat dan Karon yang melatar belakangi adat-adat itu.

Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, keluarga Karon seperti

pada banyak masyarakat manusia di dunia, keluarga inti juga merupakan kesatuan

kekerabatan yang paling dasar. Namun walaupun pola perkampungan orang Maybrat, Imian,

Sawiat dan karon tidak kompak pada tahun 1950an, tetapi keluarga inti orang Maybrat,

Imian, Sawiat dan Karon tidak lepas dari jaringan. Kekerabatan yang lebih luas, yang

mengikat para anggotanya, melalui hubungan keturunan yang mengacu ke para warga pria

(patrilineal). Istilah antorpologi sosial untuk kesatuan sosial semacam itu adalah “klen

patrilineal”. Dalam bahasa Maybrat, istilah asli bagi kesatuan sosial semacam itu sudah tidak

dikenal lagi, tetapi diganti dengan istilah perkenalan fam/marga yang berasal dari Maluku,

yang masuk kedaerah kepala burung bersama-sama dengan para penginjil yang menyebarkan

Agama Kristen.

Dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon, sistem perkawinan didasarkan

pada exogami klen kecil patrilineal (ra kinyah dalam bahasa Maybrat atau rae sawan dalam

bahasa Karon). Karena dalam kedua masyarakat itu merupakan klen-klen kecil

mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai

exogami, kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat atau Karon kawin dengan gadis dari

klen kecil yang tinggal mengelompok di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia

kawin dengan garis dari klen kecil lain tetapi tetap tinggal mengelompok didesa yang sama.

Perkawinan dalam kedua masyarakat itu masih banyak diatur dan ditentukan oleh

orang tua dan keluarga kedua belah pihak, terutama dalam penentuan maskawin. Hal itu

bahkan juga masih terjadi hingga sekarang ini, yang tampaknya merupakan suatu pandangan

dinamikal orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon karena orang tua atau keluarga yang

dituakan adalah mereka yang lebih dahulu dan lebih banyak berpengalaman salah satu akibat

dari perkawinan yang diatur orang tua, peristiwa kawin lari (betak finya), bila dibandingkan

dengan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang umumnya masih menerima penentuan jodoh

antar seorang pemuda dan pemudi serta yang dijodohkan oleh orang tua.

Hamah Sagrim 238

Page 239: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Adat orang Maybrat, Imian, Sawiat, maupun orang Karon, adalah bahwa sesuadah

menikah, istri turut tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada dasarnya

virilokal ini jarang diganti menjadi uxorilokal (suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya).

Apabila si isteri berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak

ada persoalan, tetapi apabila dia berasal dari desa lain maka ia harus tinggal terpisah jauh dari

keluarganya. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari tak mampunya kaum kerabat

pria untuk menyelesaikan harta maskawin (Mayi Boyi). Yang tidak terdiri dari barang yang

ber nilai tinggi, tetapi yang juga langka dan juga sulit untuk diperoleh. Selain itu, suami

wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya (kro finya), seperti membantu bercocok tanam di

ladang (ykah wora) atau melakukan hal-hal dalam bidang-bidang lain bagi keluarga isterinya

yang sesuai dengan kemampuannya.

Apabila suatu perkawinan disetujui oleh kerabat pria dan wanita, maka pihak kerabat

pria harus membayar maskawin sesuai dengan nilai yang telah disepakati oleh kerabat orang

tua pria dan wanita. Dulu, inti dari maskawin adalah kain-kain pusaka yang disebut “wan

safe”, namun sekarang karena benda atau wan safe sudah sulit didapat, maka nilainya

menjadi sangat tinggi. Pembayaran maskawin kini dengan kain timur dan uang, karena pada

saat ini konsumsi uang semakin tinggi, maka maskawinpun semakin tinggi harganya. Di saat

sebelum zaman perang pasifik, orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Karon baru mengenal

suatu benda baru yang kemudian sebagai salah satu unsur baru dalam maskawin setelah

sebelumnya hanya menggunakan kerang laut, heger, timponan dan perhiasan manik, unsur

bahan yang baru tersebut adalah tekstil kain timur (Boo dalam bahasa Maybrat) untuk

menggantikan benda-benda perhiasan tradisional yang waktu itupun sudah hampir hilang

serta di anggap sebagai benda yang menyimpan majik. Sampai sekarang tekstil tersebut

(Boo) masih tetap menajdi unsur pokok dalam pembayaran maskawin yang mana dilakukan

oleh kerabat pria kepada kerabat wanita sebagai tanda bahwa kerabat wanita telah resmi

menjadi isteri seorang pria yang telah dibayar lunas.

5. Sistem Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat

Dalam masyarakat orang Maybrat, Imian, Sawiat, sistem perkawinan didasarkan

pada exogami klen kecil patrilineal (raa kinyah atau raa sou su dalam bahasa Maybrat) atau

(rae sawan dalam bahasa Karon). Karena kedua masyarakat itu warga klen-klen kecil

Hamah Sagrim 239

Page 240: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai

exogami desa, tetapi dapat pula endogami desa. Dianggap sebagai exogami kalau seorang

pria Maybrat, Imian, Sawiat kawin dengan gadis dari klen kecil lain yang tinggal

mengelompk di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen

kecil lain tetapi tinggal mengelompok di desa yang sama.

Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat seperti banyak masyarakat

di dunia, keluarga inti merupakan kesatuan kekerabatan yang paling mendasar (margais).

Walaupun keberadaan keluarga inti (margais) yang berbeda-beda dan tersebar di mana-mana

tetapi tetap memegang kekompakan ini. Misalnya saja seorang yang bermarga Sagrim

tinggal di Sauf, bertemu dengan klen satu marga Sagrim di Jayapura, atau di Jawa, atau di

Amerika ataupun di negara mana saja, maka keutuhan klen Sagrim akan di eratkan walau

sudah berjauhan dari asal desa mereka. Pola perkampungan orang Maybrat, Imian, Sawiat

pada tahun 1940 belum padat, namun kelaurga inti orang Maybrat, Imian, Sawiat tidak

melepaskan jaringan kekerabatan mereka dan hingga sekarang ini, jaringan kekerabatan

tersebut menjadi luas, dan mengikat pada anggotanya melalui hubungan keturunan yang

mengacu ke marga pria (patrilineal). Istilah antorpologi – sosial utnuk kesatuan sosial

semacam itu adalah “klen patrilineal”. Dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat istilah asli

kesatuan sosial semacam itu adalah “keret”, yang kemudian berkembang menjadi “fam”

dan selanjutnya “marga”.

Sistem perkawinan dalam kedua mempelai dalam masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat itu masih banyak diatur dan ditentuakan oleh orang tua dan keluarga kedua belah

pihak (raa mabi). Hal itu bahkan sampai sekarang kadang masih tetap dipertahankan oleh

beberapa orang tanpa melibatkan satu keret tetap tergantung pada keluarga inti tertentu dan

juga masih tampak sekarang ini hal itu terjadi pad orang Maybrat, Imian, Sawiat hingga

sekarang, yang tampaknya mempunyai pandangan yang lebih dinamikal karena mereka

sudah lebih dahulu dan lebih banyak memiliki pengalaman.

Adat pada orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah bahwa sesudah menikah istri turut

tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada dasarnya virilokal ini tak jarang

digantikan menjadi uxorilokal (suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya) apabila si istri

berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak ada persoalan,

tetapi apabila ia berasal dari desa lain, maka adat virilokal mengalami persoalan karena

Hamah Sagrim 240

Page 241: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tinggalnya berjauhan. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari takmampunya kaum

kerabat pria untuk mengumpulkan harta maskawin (Boyi) pada sebutan orang maybrat, yang

tidak hanya terdiri dari barang yang bernilai tinggi tetapi yang juga langka dan sulit

diperoleh. Selain itu si suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya, seperti membantu

bercocok tanam di ladang, atau melakukan hal-hal dalam bidang-bidang lain bagi keluarga

iterinya yang sesuai dengan kemampuannya.

Apabila suatu perkawinan di setujui oleh kerabat pria dan kerabat wanita, maka

pihak kearbat pria harus membayar maskawin (Mayi Boyi). Dulu inti dari maskawin adalah

benda-benda tradisional yang terbuat dari kain (boo) akan tetapi sekarang sistem

pembayarannya dengan menggunakan kain timur (boo) sebagai benda pusaka dan uang

(pitis). Namun karena benda-benda pusaka itu sekarang sudah sukar di dapat, sehingga

nilainya menjadi sangat tinggi. Disamping benda-benda tradisional itu, maskawin juga

terdiri dari uang. Uang yang dibayarkan seringkali di beri dalam jumlah banyak.

6. Kain Timur – Boo – Dalam Perkawinan

Dalam maskawin orang Maybrat, Imian, Sawiat sejumlah kain timur yang ternama dan

berbobot nilai tinggi (wansafe, bokek, sarim) menjadi unsur yang pokok di samping

sejumlah benda yang bernilai seperti uang.

Sewaktu berkunjung ke rumah calon pengantin (samu finya mgiar) untuk melamar,

keluarga pihak wanita biasanya menentukan jumlah serta ragam benda maskawin yang harus

di serahkan oleh keluarga pihak pria, yang antara lain terdiri dari kain timur (boo) dari

golongan yang mereka kehendaki dan uang (pitis) sebagai bagian penting dari pembayaran

maskawin wanita, keluarga wanita biasanya meminta jenis kain yang bergengsi seperti

wansafe, bokek, sarim, pihak keluarga calon pengantin pria jarang dapat menolak

permintaan tersebut untuk menghindari malu karena kehilangan martabat (bobot).

Apabila maskawin yang diminta tidak dapat di sediakan oleh pihak keluarga inti pria,

maka keluarga inti pria, mereka akan segera meminta bantuan dari semua kerabat untuk

mendapatkannya. Seorang kerabat yang berkuasa dan mempunyai hubungan yang luas tentu

mudah mendapatkan benda-benda langka. Dengan demikian pihak keluarga calon pengantin

pria sekaligus betapa tinggi dan luasnya kekuasaan kerabat mereka. Sebaliknya, pihak

keluarga calon pengantin wanita juga tidak tinggal diam, karena mereka juga akan

Hamah Sagrim 241

Page 242: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mengusahakan barang-barang bernilai seperti makanan, babi, minuman enao (saguer)

sebagai persen (mbar) kepada keluarga mempelai laki-laki atas porsen terhadap pembayaran

maskawin. Kalau pemberian mereka tidak seimbang merekapun akan mendapat malu besar.

Pertukaran kain timur bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat memang mengandung unsur

martabat dan gengsi, walaupun disamping itu adat pertukaran kain timur juga memperdalam

rasa solidaritas antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Kegagalan untuk membayar maskawin, seperti yang telah dijanjikan tidak hanya

menimbulkan rasa malu yang mendalam pada pihak keluarga mempelai pria tetapi mereka

juga akan memberikan anak yang kelak lahir dari perkawinan itu kepada keluarga mempelai

wanita untuk diadopsi, kalau pasangan itu tidak mempunyai anak, maka si suami harus

bekerja untuk keluarga isterinya sampai hutangnya lunas.

Di samping itu, pada pesta perkawinan diundang juga warga klen-klen lain yang

biasanya datang ke pesta yang merupakan kesempatan untuk memamerkan kain timur (matir

boo) dan saling menukarkannya. Pihak-pihak yang kalah tidak jarang menderita hutang

besar dan kalau ia tidak membayarnya, ia wajib bekerja sebagai budak pada pihak yang

menang.

7. Kain Timur – Boo – Untuk Membayar Denda

Pelanggaran janji yang dianggap paling serius dalam masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat dan yang karena itu menurut adat harus dihukum dengan denda-denda adalah

perzinahan. Denda yang dituntut dapat dilakukan oleh isteri mapun oleh suami, apabila zinah

itu dilakukan oleh isteri maka suami biasanya menceraikan isterinya, yangh berakibat bahwa

keluarga isteri harus mengembalikan maskawin, termasuk kain timur yang telah mereka

terima sebagai (Boyi), serta beberapa ekor babi semua pasangan itu diambil oleh suami.

Sebaliknya apabila zinah dilakukan oleh suami, kadang-kadang juga bisa terjadi perceraian,

tetapi kadang-kadang juga tidak. Walaupun demikian karena perbuatan itu dianggap sebagai

suatu pelanggaran janji, kerabat suami dikenakan denda dengan mengembalikan kain timur

(boyi) yang telah mereka terima dari kerabat isteri, ditambah dengan sejumlah kain timur

yang golongannya di tentukan oleh kerabat isteri juga, disertai dengan beberapa ekor babi.

Apa bila si suami ingin menikah dengan wanita yang digaulinya itu, maka kerabatnya tentau

juga harus membayar boyi kepada kaum kerabat isteri yang baru.

Hamah Sagrim 242

Page 243: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

8. Kain Timur – Boo – Dalam Upacara Kematian

Orang Maybrat, Imian, Sawiat membedakan antara orang mati karena umur tua,

karena sakit, karena kecelakaan dan karena guna-guna. Dalam semua upacara diperlukan

kain timur sebagai salah satu unsur. Apabila harta orang yang meninggal itu banyak dan

kekuasaannya besar, maka kain-kain yang dipakai untuk menutup jenazah, atau yang

diikatkan pada pohon-pohon dengan jumlah yang lebih banyak plus yang di sobek-sobek

dengan kualitas kainnya pun terbaik, tetapi apabila orang meninggal itu miskin, maka sudah

cukup sehelai kain yang tidak sangat mahal ditutupi jenazahnya, atau dipotong-potong atau

di sobek untuk diikatkan pada beberapa pohon sekitar halaman. Kekayaan dan kekuasaan

orang meninggal itupun tampak dari jenis makanan yang tersedia.

Apabila kematian seseorang oleh kerabatnya di duga akibat guna-guna, maka para

kerabat itu akan meneliti serta melacak orang yang melakukan atau menyuruh melakukan

guna-guna tersebut. Apabila orang-orang tersebut telah ditemukan, dan dakwaan terhadap

mereka dibenarkan oleh orang-orang terdakwa dengan menggunakan alat uji (fnor) oleh para

ahli di bidang itu dan disaksikan oleh para keluarga korban dengan menghadirkan pemimpin

masyarakat, maka biasanya orang-orang terdakwa tersebut sulit untuk ingkar. Sebagaimana

halnya orang yang melanggar adat, mereka di tuntut bayar denda kepada kerabat orang yang

meninggal, yang selalu beruapa sejumlah kain timur. Hingga sekarang ini pembayaran atas

kematian ini terus dipertahankan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat.

Karena mencari, mengumpulkan dan membeli kain timur memerlukan banyak biaya,

dan waktu, hal itu seringkali dapt menggangu konsentrasi orang pada pekerjaan mereka yang

lebih produktif dan berguna, sehingga upaya berkembang baikpun terganggu.

9. Kain Timur – boo – Dalam Transaksi Perdagangan

Fungsi kain timur – boo – sebagai alat pembayaran dalam perdagangan sebenarnya

sudah ada sejak dahulu, ketika para pemburu burung cenderawasih membawa kain-kain

tekstil sebagai pengganti peralatan untuk berburu, jasa pemandu, serta bahan makanan

selama berburu, dari produk asli. Samapai sekarang pun penggunaan kain timur – boo –

sebagai alat pembayaran dalam perdagangan masih terlihat, walaupun alat pembayaran

perdagangan modern seperti uang telah berhasil mendominasi dunia, walaupun orang

Maybrat, Imian, Sawiat sudah sejak 5 – 6 dasa warsa yang lalu (yaitu masih dalam zaman

Hamah Sagrim 243

Page 244: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pemerintahan Hindia – Belanda) mengenal uang. Banyak hal, seperti berbagai peralatan masa

kini, makanan dan minuman dalam kaleng, dan tembakau, telah merka beli dengan uang.

Namun daging yang mereka beli dari produk (jadi tidak di toko atau kedai) seringkali

masing-masing dibayar denagn kain timur, dan upah pun kadang-kadang dibayar dengan

uang, walau sebelumnya selalu dibayar upah dengan kain timur – boo.

Dalam pertemuan-pertemuan antar pedagang di pasar, di tempat-tempat lain di Indonesia,

kita sering melihat kegiatan bermain judi. Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, berjudi dengan

kain timur – boo – sebagai taruhannya, tak jarang menimbulkan akibat-akibat yang negatif

seperti yang terurai diatas.

10. Larangan dan Munculnya Kembali Pertukaran Kain Timur – samiya boo – di Daerah

Maybrat, Imian, Sawiat.

Ketika pemerintah Hindia – Belanda kembali ke Manokwari seusai perang pasifik,

dan menguasai penduduk daerah kepala burung, muncul gagasan pada penguasa untuk

menghapuskan aktivitas pertukaran kain timur – semya boo – yang dalam zaman jepang

meningkat secra ekstrem dan mengganggu keamanan serta menghambat laju pembangunan

di daerah kepala burung, terutama daerah Maybrat, Imian, Sawiat. Setelah pemerintah

Hindia-Belanda menelitinya dengan seksama, dan laporan-laporan mengenai aktivitas

tersebut di laporkan (Galis 1955 – 56; Bruyn 1957; Dubois 1960), suatu kampanye

penerangan yang menggunakan seuab ceritera keramat dalam mitologi penduduk asli yang

mengisahkan bahwa zaman bahagia yang sesungguhnya bagi umat manusia akan segera tiba,

apabila mereka dapat mengundang kembali nenek moyang itu kembali apabila manusia

sanggup menahan diri, terhadap keserakahan serta godaan nafsu, mau menang sendiri dan

merugikan orang lain. Maka untuk memudahkan kembalinya nenek moyang segala benda

dan harta kekayaan sebaiknya dibuang. Sambutan penduduk asli, terutama golongan kaum

muda, di daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Tehit, dan Sedorfayo terhadap anjuran pemerintah

itu sangat baik sehingga ketika pemerintah Hindi – Belanda dalam tahun 1957 memberi

perintah untuk mengumpulkan semua kain timur – boo – yang ada untuk didaftar atau disita,

banyak orang Maybrat, aktif turut mencari dan membujuk dan bahkan memaksa golongan

tua serta orang-orang yang kaya untuk menyerahkan kain timur – boo – mereka. Sebenarnya

ini merupakan suatu pelanggaran besar yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda

Hamah Sagrim 244

Page 245: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pada waktu itu, karena mereka berusaha menghapuskan warisan budaya orang Maybrat,

Imian, Sawiat, dengan cara memusnahkan atau membakar semua kain timur – boo- yang

merupakan nilai adat tertinggi bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini merupakan

penjajahan yang memilukan serta sangat mematikan karakter budaya orang lain. Sebenarnya

saat ini orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus menuntut kompensasi sebagai ganti rugi kepada

pemerintah Hindia Belanda atas pemusnahan budaya mereka pada waktu itu.

Walaupun dengan ceritera itu, beribu lembar kain timur – boo - berhasil disita, dan

kemudian dibakar, masih banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat yang masih

menyembunyikannya. Setelah peristiwa itu, selama beberapa waktu, yaitu sampai akhir

pemerintah Hindia – Belanda dalam tahun 1962, aktivitas pertukaran kain timur – boo – yang

mana tidak hanya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang dimusnahkan habis, melainkan

juga diseluruh daerah kepala burung seakan-akan semuanya menjadi hilang hampir musnah

seluruhnya, akan tetapi secara terbatas masih ada pada upacara-upacara tertentu, seperti

perkawinan dan kematian, karena benda-benda itu dianggap sebagai benda-benda keramat

yang mengandung kekuatan sakti yang berfungsi dalam upacara-upacara keagamaan. Dalam

hubungan itu pemerintah Belanda mengizinkan penggunaan kain timur – boo – yang telah

didaftar dan dicap terlebih dahulu, setelah pihak-pihak yang bersangkutan mengajukan

permohonan khusus.

Sayangnya setelah pemerintahan di Papua yang sebelumnya Irian Jaya di ambil alih

oleh pemerintah Indonesia, aktivitas-aktivitas sosial budaya penduduk pada umumnya dan

penduduk Maybrat, Imian, Sawiat pada khususnya tidak difahami, dan didorong keinginan

untuk mengeruk untung dengan cara yang mudah, beberapa pedangang yang berasal dari

Makasar, Bugis, dan Jawa mengimpor kain timur – boo – kelas “C” seperti boerim, bain,

kasuban, han dan lain-lain ke daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang mereka jual dengan harga

yang cukup tinggi. Dengan demikian kain timur – boo – mulai beredar lagi di daerah

Maybrat, Imian, Sawait dan beberapa perdagangan kain timur – boo – yang bernilai tinggi.

Sebenarnya upaya pemberantasa peredaran kain timur – boo – bila dipandang dari

ilmu psikologi, merupakan penurunan harkat martabat orang Maybrat, Imian, Sawiat, karena

motivasi orang turut dalam perdagangan dan peredaran kain timur – boo – dalam kebudayaan

penduduk daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang merupakan suatu hasrat manusia untuk

menaikkan martabat dan gengsi atau motivasi manusia untuk berspekulasi untuk menjadi

Hamah Sagrim 245

Page 246: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: jenis kain timur kelas 2 (boo toba)

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kaya dengan berjudi kain menjadi runtut dengan merujuk pada orang kecil (raa kinyah), yang

mana hal itu terjadi karena seorang bobot adalah orang yang memiliki banyak kain timur

(boo) akan tetapi seorang bobot itu akan menjadi rakyat kecil (raa kinyah) karena sudah tidak

memiliki kain (boo) yang berkelas. Hal semacam ini dapat disamakan dengan istilah

ekonomi dengan meminjamkan istilah kata dalam ilmu ekonomi yang disebut (bangkrut),

yaitu seseorang yang tadinya dianggap kaya dengan harta sebagai tolok ukur atau

barometernya akan dipandang sebagai orang jelata atau orang kecil ketika ia jatuh bangkrut.

Demikian seorang bobot akan menjadi seperti seorang kaya yang bangkrut. Walaupun hingga

kini banyaknya kain timur – boo – tenunan, orang Maybrat, Imian, Sawiat menganggapnya

sebagai bahan yang nilainya kecil (bo ro tna sei), dan mereka lebih menerima kain timur –

boo – yang semenjak dulu sudah di pakai yaitu dengan pengertian mereka bahwa kain timur

–boo- yang umurnya tua mempunyai nilai lebih tinggi ketimbang yang berumur muda,

karena untuk boo yang walaupun sudah berabat tahun, tetapi umurnya itulah yang

memberikan suatu nilai tertinggi dan semakin menjadi tolok ukur utama nilainya. Berikut

lihat gambar jenis kain timur:

Hamah Sagrim 246

Page 247: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

11. Perdaganagan Kain Timur – feyah boo – rura – m’fou gu ano

1. Perdagangan tradisional di daerah maybrat imian sawiat.

Perdagangan tradisional antar klen orang Maybrat, Imian, Sawiat (Feah Boo, Rura,

Mfou Guano) merupakan aktivitas yang umum dalam kehidupan mereka. Dalam

masyarakat-masyarakat di daerah maybrat, Imian, Sawiat, berdagang tidak hanya berarti

tukar menukar barang yang kurang diperlukan dengan benda-benda lain yang tidak

diperlukan (Guwiat) atau kemudian pertukaran barang yang sangat diperlukan dengan

benda-benda yang melambangkan ukuran nilai tertentu, tetapi didorong oleh keinginan

untuk memperbesar rasa solidaritas antara orang-orang yang saling bertukar-tukaran kain

timur (feah Boo) atau karena keinginan kedua belah pihak untuk menaikkan gengsi

dengan memberikan kain timur yang lebih berharga daripada yang diterimanya. Gejala

pertukaran kain timur seperti itu dibedakan atas 3 bagian besar sebagaimana yang lazim

dilakukan, yaitu :

2. Feah Boo

Feah boo adalah pemberian kain timur kepada saudara atau saudari untuk

menyelesaikan persoalan seperti denda masalah (Bo hlat, Boke) atau membayar

maskawing (Boyi). Pemberian atau pertukaran kain timur seperti ini feah boo selalu

diadakan suatu kesepakatan bahwa yang dibantu akan bertanggung jawab untuk

mengembalikan kain timur (Boo) yang serupa plus ditambahkan dengan beberapa kain

timur (Boo) sebagai bunga. Pengembalian ini biasa disebut Tho Boo atau masi bah, atau

juga Me Fe Too, bergantung besar kecilnya keterlibatan klen yang ikut merasakan

pertukaran kain timur itu.

3. mfou gu ano

Mfou gu ano merupakan aktivitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana mfou gu

ano berarti kerabat dari mempelai perempuan memberi bantuan kain timur kepada

kerabat mempelai laki-laki melalui isteri mempelai laki-laki dengan perjanian tertentu

atau sebagai suatu pinjaman yang mana suatu saat nanti akan dikembalikan dengan

porsen beberapa kain sebagai imbalan dan ucapan terima kasih. Model ini sangat lazim

dilakukan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak dulu hingga saat ini.

Tho Boo → pengembalian kain dalam jumlah klen kecil sebagai penghargaan.

Hamah Sagrim 247

Page 248: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Masibah → pengembalian kain timur dalam jumlah klen yang besar

Me fe too → pengembalian kain timur dalam jumlah klen yang lebih dari besar

(melibatkan semua klen).

B.8. Pemimpin Tradisional Pria Berwibawa Bobot – Big Man

1. Konsep Besar Pria Berwibawa - bobot

a. Asal-usul Perkembangan Konsep

Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk

menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah – daerah kebudayaan Oseania,

khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah

lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam

masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis

oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man

dari vokabuleri sehari-hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama

abad ke-19 dan sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia

selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin

pada masyarakat yang mereka deskripsikan.

Konsep chief itu kemudian tidak digunakan lagi oleh karena makna yang terkandung di

dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam system kepemimpinan banyak masyarakat di

Melanesia dan di gantikan dengan berbagai konsep lain, misalnya influential man

(Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62;

Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt

1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975; Scheffler 1965:22), magnate

(Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau executive (Salisbury 1964:236), dan

tentusaja big man. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, terjadi persaingan antara istilah-istilah

tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam situasi

persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai konsep tipikal antropologi yang

diterima secara luas untuk menandakan suatu tipe atau sistem kepemimpinan yang ciri-ciri

dasarnya berlawanan dengan ciri-ciri dasar pada sistem kepemimpinan chief.

Hamah Sagrim 248

Page 249: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M.

Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun

peralihannya dari bahasa umum (common parlance) menjadi bahasa antropologi sangat lamban.

Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya

M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, “Por Man, Rich Man, Big Man, Chief” (1963)

dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, “The Melanesian Manager”, yang

dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard

(1975:86-104).

b. Sistem Kepemimpinan Tradisional Orang Maybrat Imian Sawiat Dengan Tipologi 2

Tipe Sistem Kepemimpinan.

Dalam kebinekaan kebudayaan di Maybrat, Imian, Sawiat terdapat pula kebinekaan

dalam organisasi sosial dan khususnya dalam sistem-sistem kepemimpinannya. Dari karangan-

karangan etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Maybrat, Imian, Sawiat dapat

disusun suatu tipologi mengenai sistem kepemimpinan tradisional yang dapat dibagi kedalam 2

tipe, yaitu 1) tipe pria berwibawa dan 2) tipe raja.

Untuk menyusun suatu tipologi, penulis meminjam model tipologi yang dikembangkan

oleh M.D. Saklins dalam karangannya big man, chief man (1963). Dalam karangan itu, Saklins

mengajukan suatu model analisis politik tradisional di daerah kepulauan Oseania, yang

berbentuk suatu kontinuum dengan dua kutub, pada satu kutub terdapat sistem kepemimpinan

yang disebut big man, yang dalam bahasan Indonesia sebainya kita terjemahkan dengan pria

berwibawa, dan pada ujung kutub yang lain, terdapat sistem kepemimpinan yang disebut chief

atau “raja”.

Menurut Saklins perbedaan pokok dari kedua sistem, kepemimpinan tersebut terletak

pada cara memperoleh kekuasaan. Jika pada sistem kepemimpinan pria berwibawa posisi atau

kedudukan pemimpin diperoleh melalui achievement, atau upaya pencapaian maka penduduk

pemimpin pada sistem kepemimpinan raja diperoleh melalui aseribement, atau pewarisan.

Selanjutnya, dalam karangan yang sama, Saklins berpendapat bahwa penduduk daerah

kebudayaan Melanesia hanya mempunyai satu sistem kepemimpinan tradisional saja, yaitu tipe

kepemimpinan pria berwibawa. Sebaliknya, penduduk daerah polinesia hanya mengenal tipe

kepemimpinan raja. Pernyataan Saklins ini tentu saja tidak benar, karena dari hasil-hasil studi

para ahli antorpologi lain di daerah Oseania, terbukti di daerah kebudayaan Melanesia

Hamah Sagrim 249

Page 250: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kepemimpinan raja seperti (orang Brokol, orang Mekeo, orang Buin, dan orang Trobriand di

Papua Newguini) ada juga sementaradi Papua barat, yaitu orang Kaimana, orang Fak-fak,

penduduk kepulauan Raja ampat dan orang Ayamaru.

Apabila kita menerapkan model kontinuum yang diajukan oleh Saklins, terdapat data

etnografi tentang penduduk Papua barat, khususnya data tentang sistem kepemimpinan

tradisionalnya, maka penduduk Papua barat khususnya orang Maybrat, orang Imian, orang

Sawiat, dapat kita golongkan kedalam 2 tipe masyarakat seperti yang tersebut di atas. Di bawah

ini akan dibuat suatu deskripsi umum tentang 2 tipe kepemimpinan tersebut dan masyarakat

penduduknya.

c. Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa – bobot

Ciri umum dari tipe masyarakat dengan sistem kepemimpinan pria berwibawa seperti

telah disebutkan di atas adalah kedudukan pemimpin yang diperoleh melalui upaya pencapaian.

Sumber kekuasaan dalam tipe kepemimpinan ini adalah kepemimpinan pribadi seseorang yang

berwujud nyata dalam keberhasilan ekonomi (kaya-bobot). Kepandaian berdiplomasi, dan

berpidato, keberanian memimpin perang, memiliki tubuh yang cukup dan tegap, serta memiliki

sifat murah hati. Ciri lain tipe kepemimpinan ini ialah bahwa seluruh kekuasaan dijalankan oleh

pemimpin sejati itu secara otonomi tunggal yesait kar dalam bahasa Maybrat. Orang-orang yang

termasuk dalam tipe ini adalah orang Maybrat, rang Imian, orang Sawiat, orang Muyu, orang

Naglum, orang Dani, orang Asmat, orang Mek.

d. Sistem Kepemimpinan Raja

Tipe masyarakat yang kedua, yaitu yang termasuk mendukung sistem kepemimpinan

raja, bercirikan pewarisan kedudukan pemimpin dari orang tua pada anak pria yang sulung, akan

tetapi bila anak sulung itu tidak mampu mewarisinya karena ia tidak memenuhi syarat-syarat

yang ditunjuk untuk jabatan tersebut, maka salah seorang adiknya atau seorang saudara ayahnya

yang memenuhi syarat-syarat kepemimpinannya dapat memperoleh kedudukan tersebut. Dengan

demikian hak kekuasaan selalu dipertahankan dan diwariska di dalam rangka kelompok

kekerabatan besar, seperti klen, melalui sistem pewarisan.

Ciri lain yang sangat penting dalam sistem kepemimpinan raja adalah adanya birokrasi.

Bentuk dari birokrasi ini adalah seperti yang oleh Max Weber disebut birokrasi tradisional, yang

berperan sebagai mesin politik, di dalamnya terdapat pegawai tiap pegawai mempunyai tugas

Hamah Sagrim 250

Page 251: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tertentu, seperti mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan upacara ritual, atau yang

mengurus masalah keamanan.

Masyarakat tipe kepemimpinan raja di Papua terdapat di Ayamaru, Tehit, kepulauan Raja

Amapat, daerah semenanjung Onim (Fak-fak) dan di daerah Kaimana. Kalau kita perhatikan

letak daerah-daerah itu, merupakan daerah lintas budaya antara kebudayaan Maluku di satu

pihak dan kebudayaan-kebudayaan Papua di pihak lain.

Penduduk di daerah lintas budaya tersebut dalam sejarah, telah lama mempunyai

hubungan perdagangan dengan penduduk di kepulauan Maluku, yang terletak di sebelah

baratnya. Melalui hubungan itu, terjadilah proses pengambil alihan unsur-unsur kebudayaan

tertentu, termasuk unsur sistem kepemimpinan oleh penduduk lintas budaya itu dari penduduk

kepulauan Maluku.

Unsur-unsur kebudayaan yang diambil alih itu kemudian diolah sesuai dengan

kebudayaan setempat, dan dibudayakan menjadi pranata sendiri, seperti yang diuraikan dalam

karangan-karangan etnografi (Pouwer 1955; Lochem 1963; Cator 1942; Mansoben 1982). Itulah

sebabnya kerajaan-kerajaan di Papua mirip benar dengan bentuk susunan dari beberapa

kesultanan di kepulauan Maluku, terutama di Ternate dan Tidore (Fraassen 1980; Mansoben

1982).

e. Konsep Pria Berwibawa – bobot

Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk

menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah – daerah kebudayaan Oseania,

khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah

lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam

masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis

oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man

dari vokabuleri sehari-hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama

abad ke-19 dan sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia

selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin

pada masyarakat yang mereka deskripsikan. Kemudian kita akan menggunakannya untuk

mendeskripsikan pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang disebut bobot.

Hamah Sagrim 251

Page 252: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Konsep chief tidak digunakan dalam konsepe pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian,

Sawiat, oleh karena makna yang terkandung di dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam

system kepemimpinan banyak masyarakat di Maybrat, Imian, Sawiat dan di gantikan dengan

konsep bobota atau big man, seperti konsep lain yang digunakan untuk penamaan diwilayah

Melanesia misalnya influential man (Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236;

Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin

1939:62), strong Man (Bendt 1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975;

Scheffler 1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau executive

(Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, terjadi

persaingan antara istilah-istilah tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli

antropologi dan dalam situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai

konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan suatu tipe atau system

kepemimpinan yang cirri-ciri dasarnya berlawanan dengan cirri-ciri dasar pada system

kepemimpinan chief.

Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M.

Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun

peralihannya dari bahasa umum (common parlance) menjadi bahasa antropologi sangat lamban.

Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya

M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, “Por Man, Rich Man, Big Man, Chief” (1963)

dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, “The Melanesian Manager”, yang

dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard

(1975:86-104).

f. Ciri-ciri Pria Berwibawa – bobot

Konsep Big Man atau pria berwibawa - bobot, digunakan untuk satu bentuk tipe

kepemimpinan politik yang diciri oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi

seseorang untuk mengalokasi dan merealokasi sumber – sumber daya yang penting untuk umum

(Sahlins 1963; Claessen 1984 dalam Van Bakel et al; 1986:1). Sifat pencapaian demikian

menyebabkan adanya pendapat bahwa ciri terpenting dari seseorang yang menjadi Big Man

adalah seseorang yang dengan kecakapannya memanipulasi orang-orang dengan sifat pencapaian

Hamah Sagrim 252

Page 253: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(achievement) system ini merupakan ciri ketidak stabilannya, seperti yang selalu dikhawatirkan

apakah berasal dari dalam atau luar (Van Bakel et al. 1986:3). Implikasi ketidak stabilan system

yang didasarkan pada prinsip pencapaian ini yang dikemukakan oleh Van Bakel et al. ialah

terbukanya kesempatan yang samabagi setiap anggota masyarakat, terutama kaum pria yang

sudah dewasa menurut ukuran masyarakat yang bersangkutan, untuk bersaing merebut

kedudukan pemimpin. Pria berwibawa merupakan mikrokosmos dari masyarakatnya dan oleh

karena itu status pria berwibawa menjadi pokok perhatian dari setiap orang dalam masyarakat.

Menurut A. stratheren (1979:214) ada dua arena yang digunakan untuk merebut kedudukan

pria berwibawa. Dua arena itu adalah hubungan intern dan hubungan eksteren. Hal yang

dimaksudkan dengan hubungan interen adalah usaha seseorang untuk memperoleh dan

meningkatkan pengaruh serta keunggulannya di dalam klen sendiri. Sedangkan hubungan

eksteren diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menjalani hubungan dengan pihak-pihak

luar yang terdiri dari sekutu,bekas musuh dan hubungan antara pria berwibawa. Pada umumnya

individu – individu yang berhasil di dua arena tersebut diakui sebagai pria berwibawa utama dan

yang dapt menduduki posisi superior untuk bertahun-tahun lamanya.

Ciri umum lain yang biasanya digunakan untuk membedakan system politik pria berwibawa

dari system-sistem politik yang lain adalah bahwa pada system pria berwibawa tidak terdapat

organisasi kerja dengan pembagian tugas di antara para pembantu pemimpin. Bahwa penduduk

di Melanesia terbentuk dari kesatuan-kesatuan social itu secara politik maupun ekonomi berdiri

sendiri-sendiri. Kondisi semacam itu, menurut K.E. Read (1959:425), rupanya tidak memberikan

peluang bagi tumbuhnya prinsip birokrasi pada system pria berwibawa di Melanesia.

Ciri – ciri kepemimpinan pada system pria berwibawa seperti tersebut diatas menyebabkan S.

Epstein, menamakan orang yang berhasil untuk masuk dan berperan sebagai pemimpin dalam

arena kepemimpinan pria berwibawa, “a well-rounded political expertise man” atau ahli politik

sejati (1972:42) dan D. Riesman, (1950) serta K.E. Read (1959:425), menamakan orang

demikian autonomous leader atau pemimpin tunggal.

Telah dikemukakan di atas bahwa prinsip dasar dari system pria berwibawa adalah

achievement berdasarkan kwalitas kemampuan perorangan. Studi – studi etnografi tentang pria

berwibawa menunjukkan bahwa atribut-atribut yang digunakan sebagai tolok ukur untuk

Hamah Sagrim 253

Page 254: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mengukur kemampuan seseorang agar menjadi pemimpin, menurut kebanyakan penulis dan

seperti yang disimpulkan oleh A. Chowing (1979:71), adalah kekayaan, suatu wujud nyata

kemampuan di bidang ekonomi. Sungguhpun kekayaan merupakan atribut yang sangat penting,

namun kedudukan pemimpin tidak dapat dicapai melalui kekayaan saja. Atribut lain yang harus

dimiliki pula ialah sikap bermurah hati. Sikap tersebut harus dinyatakan melalui tindakan nyata,

seperti misalnya membagi-bagi kekayaan kepada orang lain (redisitribusi), lewat sumbangan-

sumbangan dan hadiah-hadiah pada saat adanya pesta perkawinan, upacara ritual atau pesta adat

lainnya. Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terkenal dengan istilah bobot-big man-

seoragn bobot memiliki atribut-atribut yang telah diuraikan sebelumnya diatas.

Perbuatan memberikan sumbangan atau hadiah kepada orang lain disebut oleh M. Mauss,

adalah gift. Gift atau pemberian itu secara tidak langsung membentuk suatu ikatan antara dua

pihak, ialah pihak pemberi dan pihak penerima. Mauss, selanjutnya berpendapat bahwa

pemberian itu mengandung apa yang disebut olehnya sendiri total presentation (1924:227),

bahkan menurut kami perbuatan memberi ini adalah suatau metode yang digunakan oleh

seseorang dengan tujuan mengangkat gengsi atau dengan melakukannya demikian maka ia akan

dihormati, orang seperti ini bagi kami disebut dengan respect man. Seorang respect man

memiliki latar belakang yang sama dengan seorang bobot atau big man. Seorang respect man

adalah seseorang yang pada awalnya menjual diri melalui cara memberi, melayani dan menolong

sesamanya hingga semakin lama ia semakin dihargai sebagai orang yang berwibawa. Respect

man tidak diperoleh melalui cara pemberian materiil, tetapi ia secara baik memberikan kesan

hidup, sifat, berdiri sebagai seorang figure, atau dikenal sebagai pemimpin terhormat

diwilayahnya dengan ekonomi atau kekayaannya yang begitu besar. Hal ini serupa dengan yang

dimaksud Mauss, dengan total ptestation, adalah bahwa selain bentuk nyata dari benda (objek)

yang diberikan, terkandung pula di dalamnya unsure-unsur lain berupa unsur ekonomi, unsur

religi, unsur hokum, unsur keindahan dan unsur politik. Secara keseluruhan semuanya itu

membentuk kekuatan pengikat dan sekaligus merupakan kekuatan pendorong bagi pihak

penerima untuk melakukan sesuatu kembali secara langsing atau tidak langsung dalam bentuk

benda atau jasa kepada pihak pemberi.

Dilihat dari segi politik, pemberian dalam bentuk apapun merupakan modal bagi pihak

pemberi untuk meningkatkan pendukung, supporters, guna mencapai tujuan politiknya. Makin

Hamah Sagrim 254

Page 255: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

banyak orang yang diberikan hadiah dan makin banyak yang mendapat bantuan, semakin kuat

pula kedudukan politik pihak pemberi. Pemberian yang digunakan untuk kepentingan politik

tertentu itulah yang menyebabkan F.G. Bailey (1971) menamakan pemberian sebagai “racun”

bagi pihak penerima dan J. Van Baal, mengkontatir pemberian sebagai sesuatu yang kadang-

kadang berbahaya bagi masyarakat (1975:23).

Perbuatan memberikan terus menerus hadiah atau sumbangan secara sepihak dapat

menyebabkan terbentuknya suatu hubungan ketergantungan yang bersifat asymetrik, menyerupai

hubungan patron-klien, dimana pihak pemberi berperan sebagai patron, sedangkan pihak

penerima adalah kliennya.

Dalam system kepemimpinan pria berwibawa, hubungan semacam ini sangat penting, sebab

seorang pria berwibawa dapat memanipulai kekayaan dan keunggulan-keunggulan lain yang

dimilikinya untuk memperoleh dukungan dan simpati dari para peneima bantuan. Kekayaan

dalam system kepemimpinan pria berwibawa sekaligus mempunyai nilai simbolik dan nilai

nyata. Nilai simbolik melambangkan kekuasaan yang terkandung di dalamnya dan nilai nyata

mengacu pada benda atau harta itu sendiri. Itulah sebabnya kekayaan digunakan sebagai alat

pengabsahan kekuasaan (Cohrance 1970:5).

Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin pria berwibawa agar para

pendukung setia kepadanya menurut Sahlins (1968:164), ialah bahwa ia harus menunjukkan

kecakapan-kecakapan tertentu, misalnya pandai bertani, panda berburu, pandai berdiplomasi dan

panda berpidato, memiliki kekuatan magis, panda memimpin upacara-upacara ritual dan berani

memimpin perang.

Berbagai atribut yang diberikan kepada seorang pria berwibawa seperti tersebut diatas

seringkali menyebabkan adanya kesamaan umum, seolah-oalah seorang big man harus memiliki

semua atribut tersebut. Banyak contoh etnografi menunjukkan pula bahwa tidak mutlak semua

atribut tersebut harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi pemimpin di dalam system pria

berwibawa. Di samping itu, data etnografi menunjukkan pula bahwa ada perbedaan penekanan

pada atribut-atribut tertentu yang dianggap penting antara masyarakat satu dan masyarakat yang

lain. Dengan perkataan lain ada perbedaan dalam tata urut hierarkis dari atribut-atribut tersebut,

Hamah Sagrim 255

Page 256: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

misalnya dalam masyarakat A atribut X menduduki tempat pertama dalam urutan hierarkis

sedangkan dalam masyarakat B bukan atribut X tetapi atribut Y yang paling penting.

Demikian secara empiris, unsur-unsur yang merupakan atribut bagi pemimpin pria

berwibawa itu berkaitan sangat erat satu sama lain sehingga sulit untuk dipisah-pisahkan, namun

secara analisis pembagian berdasarkan urutan pentingnya atribut-atribut itu dapat dilakukan.

Menurut hemat kami, pembagian tersebut penting, sebab memberikan pengertian yang lebih

tajan tentang corak-corak khas dalam system kepemimpinan pria berwibawa. Sepanjang

pengetahuan penulis, hal ini belum perna dilakukan oleh para ahli antropologi sehingga timbul

pendapat bahwa tipe kepemimpinan pria berwibawa itu sama dalam masyarakat yang berbeda-

beda. Pendapat demikian tentu saja selain mengaburkan pengetahuan kita tentang system

kepemimpinan tersebut, juga menyebabkan tumbuhnya sikap “sudah tahu” pada diri kita dan

menyebabkan kita tidak berminat untuk mencari lebih jauh tentang mekanisme-mekanisme yang

mendasarinya. Sebaliknya jika kita membuat suatu para digma tentang sifat-sifat yang

merupakan sifat pokok pada masyarakat-masyarakat yang berbeda, maka akan terbukalah

perspektif baru bagi kita untuk bertanya apa yang menjadi dasar persamaan atau perbedaan itu

dan sekaligus kita berusaha untuk mncari jawabannya.

g. Tipe-tipe Pemimpin Pria Berwibawa – bobot .

Betolak dari dasar pemikiran tersebut diatas dan atas dasar pengamatan penulis sendri di

lapangan maupun kajian-kajian sendii mengena studi tentang kerangan-karangan etnografi yang

membicarakan sistem kepemimpinan pria berwibawa di Wes Papua, maka sistem kepemimpinan

ini dapat dibagi menurut dua bentuk. Bentuk pertama adalah pemimpin yang di dasarkan atas

kekayaan harta, pemimpinnya disebut pemimpin pandai berwiraswasta, dan bentuk kedua adalah

kepemimpinan yang didasarkan atas keberanian memimpin perang, pemimpinnya disebut

pemimpin perang.

h. Pemimpin Pria Berwibawa Berdasarkan Kemampuan Berwiraswasta.

Sub-bab ini diberi judul demikian berdasarkan dua alasan. Alasan pertama ialah alasan

yang didasarkan atas pendapat sejumlah ahli antropologi, sedangkan alasan kedua didasarkan

atas pendangan pendukung sistem kepemimpinan tersebut itu sendiri.

Hamah Sagrim 256

Page 257: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Alasan pertama, pendapat dari pihak ahli antropologi, contohnya, berasal dari F. Barth

(1963:6) yang berpendapat, bahwa tindakan-tindakan seorang pemimpin pria berwibawa dapat

disamakan dengan seorang enterpreneur atau sorang wiraswasta. Seorang pria berwibawa dapat

mengakumulasi sumber-sumber daya tertentu dan memanipulasi orang-orang utnuk mencapai

tujuannya. Menurut Barth, tujuan di sini dapat berupa kekayaan, kedudukan, dan prestise.

Pendapat lain berasal dari Thoden Van Velsen. Menurut ahli ini, sifat interaksi antara para

pemimpin pria berwibawa adalah sama dengan interaksi antara para pengusaha, sebab sering

terjadi tawar-menawar antara mereka bahkan kadang-kadang mereka sengaja untuk saling

mengalahkan atau menghancurkan midal pihak lawannya. Interaksi tersebut menentukan struktur

dari pollitical field (Thoden van Velsen 1973:597). Pollitical field di sini adalah para pemeran

yang secara langsung terlibat di dalam proses politik.

Kecuali dua pendapat tersebut, terdapat pula beberapa pendapat lain yang berasal dari

ahli-ahli antropologi yang secara langsung melakukan penelitian di derah kebudayaan Melanesia.

Tempat terdapatnya sistem pemimpin pria berwibawa. Pada umumnya para peneliti itu

menyamakan seorang pria berwibawa dengan seorang pengusaha wiraswasta (lihatlah misalnya

karangan-karangan dari strathern 1974:255; Burrigde, 1975:86; Sheffler 1965:22; Elmberg 1968;

Pouwer 1957).

Selanjutnya dibawah ini saya muat dua buah contoh alasan berdasarkan pendapat

masyarakat pendukung sistem itu sendiri. Contoh pertama berasal dari orang Me (Kapauku).¹

dalam studinya tentang orang Me (Kapauku), L. Pospisil mencatat kata-kata yang diucapkan oleh

para informannya terhadap seorang warganya yang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin

pria berwibawa, tetapi tidak berhasil, sebagai berikut: ”dia adalah salah satu dari orang-orang

bodoh yang tidak mengerti urusan dagang, sebab ia dapat menjadi tonowoi, pemimpin, tetapi

karena ketolololannya ia tidak meningkatkan kekayaannya melainkan ia memboroskannya”

(1958:79).

Contoh kedua berasal dari orang Maybrat. Seorang informan dari J. Pouwer mengatakan

bahwa seorang yang dapat menjadi pemimpin politik pada orang maybrat adalah orang yang

pandai berdagang. Ucapan di atas ini kemudian dilukiskan dengan contoh berikut: ”dia menjual

sauger (tuak)-nya dengan harga setalen, uang setalen itu diberikan kepada ipar-ipar-nya. Ia

Hamah Sagrim 257

Page 258: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

menerima kembali dari ipar-nya dua talen (50 sen). Uang 50 sen itu diberikan kepada ipar-nya

yang lain. Darinya ia menerima ” Kembali satu rupiah. Demikian uang setalen itu berdar terus

sampai mencapai 25 rupiah. Jika ada orang yang berhasil seperti ini, maka ia dapat di sebut

bobot, ”pemimpin” (Pouwer 1957:312).

Lebih lanjut sikap mencari keuntungan yang biasanya terdapat pada seorang pengusaha

pada umumnya, dikenal juga oleh orang maybrat seperti yang terungkap di dalam kata-kata

berikut: ”seorang pemimpin adalah orang yang pandai memperlakukan barang dagangan, dalam

hal ini kain timur jenis ru-ra, seperti burung yang terbang dai dahan ke dahan untuk membawa

keuntungan” (Elmberg 1968; Kamma 1970; Schoorl 1979:178, 208; Miedema 1986:31). Contoh-

contoh diatas kiranya cukup memberikan penjelasan mengapa saya menyamakan seorang

pemimpin politik pria berwibawa ata big man dengan seorang yang mempunyai keterampilan

berwiraswasta.

Deskripsi-deskripsi tentang orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu di bawah

memberikan penjelasan yang lebih terinci tentang seorang pemimpin yang menggunakan

kekayaan sebagai sumber kekuasaannya.

i. Pemimpin Pria Berwibawa Berdasarkan Kemampuan Memimpin Perang

Sub-sub ini diberi judul demikian karena pada kelompok-kelompok etnik tertentu di west

Papua yang mendukung sistem politik pria berwibawa aktivitas perang³ meupakan fokus

kebudayaannya sehingga selalu dibutuhkan orang-orang tertentu yang memiliki keberanian

untuk menjadi pemimpin masyarakat.

Sifat berani ini mengandung dua unsur agresif dan unsur orator. Kedua unsur tersebut

berkaitan erat satu dengan yang lain. Unsur agresif terwujud dalam bentuk pernah membunuh

orang lain, biasanya dari pihak musuh pada waktu perang, atau pada waktu ekspedisi

pengayauan kepala manusia. Kadang-kadang terjadi juga bahwa tindakan membunuh . Kecuali

unsur agresif, unsur itu terjadi di dalam kelompok sendirirator atau pandai berpidato adalah juga

merupakan syarat penting.

Seorang pemimpin pada masyarakat yang berkebudayaan perang, harus memiliki pengetahuan dalam berbagai hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk disampaikan dalam

Hamah Sagrim 258

Page 259: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pidato- Politik serta kadang-kadang sebagai pemimpin upacara-upacara keagamaan dibahas

secara lebih luas pada sub-sub bab dibawah yang berjudul ”sistem kepemimpinan bobot”. Orang-

orang Eropa pertama mengunjungi daerah Maybrat, terdiri dari suatu tim ekspedisi pemetaan

Belanda pada tahun 1908. walaupun sudah ada kontak pada waktu itu, namun Pemerintahan

Belanda baru melaksanakan pemerintahan administratifnya atas daerah itu pada tahun 1924.

sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1934, terbentuklah kampong-kampung yang pertama

yang secara permanent didiami oleh orang Maybrat ataas usaha pemerintahan Hindia Belanda.

Sebelumnya itu, orang Maybrat hidup secara terpencar dalam kelompok-kelompok

kekerabatan kecil dan sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya mengikuti pola

perladangan mereka yang berpindah-pindah.

Pada tahun 1935, dibuka pusat pemerintahan Belanda yang pertama di Aitinyo dan di

sekitar pusat pemerintahan tersebut, dibentuk beberapa kampung. Pembentukkan kampung-

kampung di sekitar danau, terjadi pada tahun 1950, dan tiga tahun kemudian (1953) kampung-

kampung terbesar diantara kampung-kampung yang telah dibentuk itu mendapat guru dan

sekolah.

__________________________________________

¹Nama Me adalah nama yang sekarang di pakai untuk menggantikan nama kapauku yang digunakan oleh Leopold Pospisil, untuk menamakan golongan etnik yang mendiami di sekitar danau Paniai. Nama kapauku yang telah di kenal secara luas di kalangan ilmuwan lewat karangan Pospisil itu tidak di sukai oleh penduduk Me sendiri. Perasaan tidak suka pada nama Kapauku dinyatakan secara langsung dan tidak langsung melalui berbagai media dan kesempatan antara lain dalam seminar pemerintahan Desa di West Papua, yang diselenggarakan pada tahun 1986 di holandia (sekarang Jayapura). Penduduk sekitar danau paniai lebih senang menggunakan nama Me yang berarti manusia sejati untuk menamakan golongan etnik mereka. Itulah sebabnya dalam karangan ini penulis menggunakan nama Me sebagai pengganti nama Kapauku (lihat makalah sdr. R. Gobay, 1986). Penjelasan lebih lanjut lihat butir 3 bab III di bawah. ²istilah ipar adalah sebutan saudara laki2 isteri. Pemakaian istilah tersebut kadang digunakan juga untuk semua kerabat dari pihak isteri pada generasi Ego.

Hamah Sagrim 259

Page 260: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

j. Sistem Politik – bobot

Sebelum nama bobot muncul sebagai orang berwibawa di tengah-tengah kehidupan orang

Maybrat, walaupun sudah ada semenjak keberadaan mereka, dikonstatir bahwa orang Maybrat

mengenal sistem politik yang didasarkan pada gerontocrocy atau kepemimpinan orang tua, dan

merupakan sistem politik yang didasarkan atas kekuasaan satu orang. Sistem kekuasaan yang

bersifat gerontocracy itu hanya terbatas di dalam lineage atau cabang klen sendiri, kadang-

kadang dapat meluas sampai ke klen. Sistem kepemimpinan gerontocracy tersebut kemudian

menjadi hilang ketika meunculnya nama bobot yang mana diberikan kepada para gerontocracy.

Menurut Kamma (1970:138), mengatakan bahwa kelompok sosial baru yang disebut

bobot itu mucul sebagai akibat makin pentingnya peranan kain timur dalam kebudayaan orang

Maybrat. Pada mulanya kain timur hanya mempunyai fungsi sosial, yaitu untuk mempertahankan

kelompok dan interes kelompok. Fungsi tersebut kemudian secara lambat laun berubah menjadi

kepentingan individu sebgai akibat faktor-faktor sosial ekonomi. Denikinlah muncul suatu

sebutan baru (bobot) di dalam masyarakat yang lebih bersifat kelompok ekonomi, yang walaupun

ikatan klen dan king group-nya masih terjalin, namun lebih mendasarkan diri pada perjuangan

yang bersifat individu untuk memperoleh kekuasaan dan prestise pribadi.

Apabila seseorang melalui kemampuan pribadinya berhasil mengumpulkan banyak boõ

atau kain timur, maka ia mendapat pengikut dan disebut bobot, berarti sangat kuat, atau arti

harafiahnya adalah perebut kain timur (Kamma 1970:134). Disamping itu, istilah bobot

mengandung pula tiga arti yang lain, seperti yang terdapat di bagian barat Maybrat, ialah pertama

bobot, berarti pemimpin, khususnya seorang pemimpin dari serangkaian upacara ritual yang

disebut orang asing (pendatang) pesta bobot. Arti kedua adalah seorang yang mempunyai banyak

pengikut atau anak buah, yang disebut kusme; orang yang mempunyai kekuasaan dan

kemampuan dalam melaksanakan upacara tukar-menukar kain dan memberikan banyak

”pemberian kain” kepada orang lain. Arti ketiga adalah seseorang yang berhasil

menyelenggarakan pesta-pesta penukaran kain yang diadakan dalam rangka upacara-upacara

sekitar lingkungan hidup orang Maybrat (Elmberg 1955:34).

Pada waktu lampau dalam zaman prasejarah, nama tersebut juga diberikan kepada

seseorang yang pernah membunuh orang lain, (musuh) (Elmberg, 1955:34). Penjelasan-

Hamah Sagrim 260

Page 261: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

penjelasan diatas ini menunjukkan kepada kita bahwa nama atau gelar bobot terutama diberikan

kepadan dan dipakai oleh orang yang mampu menyelenggarakan upacara tukar-menukar kain

yang disebut pesta bobot, (masi bah), karena memiliki kain timur. Sebaliknya penggunaan gelar

bobot karena alasan pernah membunuh orang lain, tetapi konsep semacam ini kurang penting.

Seperti terlihat nanti dalam uraian-uraian selanjutnya di bawah ini, bahwa alasan pertama

merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai posisi bobot, sedangkan alasan kedua

merupakan faktor pelengkap saja. Secara teori, setiap pria dewasa dapat menjadi bobot, jika

syarat-syarat tertentu dipenuhi. Menurut orang Maybrat, orang yang ideal untuk disebut bobot

adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang bisnis, disamping itu telah

bersedia untuk membantu orang lain dalam masalah-masalah ekonomi (berjiwa loyal, berjiwa

besar), memiliki kepribadian etos kerja yang baik, berjiwa pelayan, memperhatikan anak yatim,

janda dan duda. Atau dengan kata lain seorang bobot adalah orang kaya yang bermurah hati.

(data kajian dan penelitian pribadi, Hamah Sagrim, 2006-2007). Tentang syaraat pertama,

pengetahuan bisnis menurut ukuran dan pengertian orang Maybrat, dapat kita lihat pada

penjelasan-penjelasan berikut.

Ukuran yang digunakan oleh orang Maybrat untuk menentukan apakah seseorang itu

mempunyai kemampuan bisnis atau tidak terlihat pada pengetahuan memanipulasi sirkulai kain

timur. Orang Maybrat berpendapat bahwa kain timur harus selalu bergerak, artinya harus secara

ters menerus beredar dari satu orang kepada orang lain dan dalam peredaran itu harus membawa

keuntungan. Keuntungan di sini mengandung dua makna, ialah makna materi dan makna prestise

(non-materi). Prinsip keuntungan yang mengandung dua makna tersebut diatas ditegaskan oleh

orang Maubrat dalam ungkapan berikut ; to boõ sou, tesia m’beri tefo ”artinya, saya ambil satu,

akan saya kembalikan lagi dengan yang sayapunya menjadi banyak”.

______________________________________

³. Istilah perang disini diartikan menurut definisi yang dikemukakan oleh R. Berndt (1962:232), yang berarti

tindakan kekerasan berencana yang dilakukan oleh anggota-anggota dari suatu kelompok sosial tertentu atas

nama kelompok sosialnya terhadap anggota-anggota dari kelompok sosial yang lain. Fokus kebudayaan

adalah aspek tertentu di dalam suatu kebudayaan yang lebih jauh berkembang dari aspek-aspek lainnya dan

yang banyak mempengaruhi . Pola kebudayaan atau struktur kebudayaan itu (Herskovits, 1948:542) Sifat

agresif dapat ditunjukkan juga pada tindakan membunuh isteri atau saudara kandung sendiri seperti yang

pernah terjadi pada orang Asmat (Mansoben, 1974:32).

Hamah Sagrim 261

Page 262: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Untuk memahami prinsip keuntungan yang terkandung di dalam ungkapan di atas, maka

sebaiknya saya jelaskan lebih dahulu secara singkat bahwa ini sistem tukar-menukar kain timur

pada orang Maybrat.

Dalam sistem tukar-menukar kain timur orang Maybrat, para bobot merupakan titik pusat

dari segala aktivitas transaksi. Setiap bobot mempunyai jumlah partner dagang yang bervariasi

antara 8 samapi 60 orang. Pandangan orang Maybrat untuk selalu memberikan lebih banyak

kepada pihak kreditor atau pemberi seperti terurai diatas menimbulkan semacam persaingan

yang terus menerus berlangsung antara para bobot. Persaingan tersebut menyebabkan sistem

tukar-menukar kain timur bersifat ekonomi prestise. Jadi tujuan tukar menukar kain timur pada

orang Maybrat adalah ”bukan untuk mencapai kesejahteraan sosial, melainkan untuk

mendapatkan prestise”, atau dengan kata lain tujuan tukar menukar kain timur pada orang

Maybrat adalah untuk menciptakan kedudukan terpandang dalam masyarakat.

Menjadi orang terpandang di dalam masyarakat oleh karena kekayaan – memiliki banyak

kain timur – menyebabkan seseorang mempunyai pengikut dan berhak untuk membuat

keputusan. Disinilah letak hubungan antara aspek ekonomi dengan aspek Politik . Melalui

kemampuan dalam bidang ekonomi prestise, seorang bobot dapat menciptakan hubungan-

hubungan sosial tertentu dengan warga masyarakat yang lain, hubungan-hubungan yang

terwujud itu dapat bersifat hubungan simertis maupun hubungan asimetris. Hubungan simetris

adalah hubungan yang terjadi antara para bobot yang mempunyai kedudukan dan peran yang

relatif sama. Sebaliknya hubungan asimetris adalah hubungan yang terjadi antara seorang bobot

dengan anggota-anggota masyarakat lainnya yang tidak berstatus bobot. Hubungan ini

menyerupai hubungan patron-klien. Seorang bobot, berperan sebagai klien. Disini peran dan

kedudukan kedua belah pihak tidak sama. Pada hakekatnya seorang bobot yang mempunyai

kedudukan dan peran yang lebih penting dalam hubungannya dengan seorang warga biasa, dapat

menggunakan wewenang yang diperoleh melalui kedudukannya untuk ”memaksakan”

kehendaknya pada orang lain.

Walaupun secata teori, setiap pria dewasa mempunyai hak yang sama untuk saling

menjadi bobot, namun hanya sedikit yang dapat berhasil mencapai kedudukan tersebut. Mereka

yang berhasil menduduki status tersebut adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk

berdagang. Suatu contoh yang amat bagus yang dapat digunakan untuk melukiskan hal tersebut

Hamah Sagrim 262

Page 263: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

adalah seperti yang dilaporkan oleh Power tentang bagaimana menjadikan duapuluh lima rupiah

dari duapuluhlima sen.

Orang-orang yang mempunyai kemampuan (pengetahuan) seperti yang dilukiskan pada

contoh tersebut diatas sajalah yang mampu untuk menyelenggarakan transaksi-transaksi kain

timur. Biasanya transaksi-transaksi itu diadakan pada tempat-tempat khusus dan pada

kesempatan-kesempatan tertentu, bukan pada sembarangan tempat dan waktu. Tempat-tempat

transaksi berclangsung berupa bangunan-bangunan rumah yang disiapkan khusus untuk maksud

tersebut dinamakan sachefra - sehafla, atau rumah pesta pesta tengkorak (schedelfeesthuizen).

Dan juga sabiach bach atau sebiah atau rumah pesta pertandingan (spelhuis). Waktu-waktu yang

biasanya ditetapkan untuk melasanakan transaksi itu biasanya terjadi pada saat adanya suatu

upacara atau pesta tertentu, misalnya pada upacara pembayaran tulang orang yang telah

meninggal dunia, pada upacara inisiasi atau pada pesta pernikahan.

Dua rumah tempat berlangsungnya upacara transaksi seperti tersebut diatas merupakan

dua kutub, dan diantara kedua kutub tersebut terjadilah sirkulasi kain timur. Rumah pesta

sachefra, dibangun di atas bukit sedangkan rumah pesta sebiach bach- sbiah yang berbentuk

rumah panjang polos, dibangun di kaki bukit. Rumah pertama bersifat sakral sedangkan rumah

kedua bersifat profan. Kedua rumah tersebut sagat penting karena di dalamnya terjadi transaksi

kain timur. Menurut orang Maybrat, kehebatan seseorang dapat dilihat pada kemampuannya

untuk mengatur pembangunan rumah-rumah upacara tersebut serta pengaturan upacara-upacara

ritus dan pesta yang dilanjutkan dengan transaksi kain timur di dalamnya. Oeleh karena tempat

upacara ini merupakan arena perebutan kekuasaan, maka sebaiknya saya uraikan di bawah ini

garis besar dari proses berjalannya upacara-upacara tersebut.

Tentang munculnya nama pemimpin bobot tidak berkaitan dengan masuknya kain timur di daerah Maybrat,

tetapi sudah ada dan sangat berkaitan dengan kemampuan dan keuletan serta kecakapan seseorang yang

mana bila dilihat dari finansial ok, kepribadian ok, sifat ok, dan berjiwa besar serta mampu menghidupkan

anak-anak yatim, janda, duda serta menyelamatkan nyawa orang yang rencana dibunuh oleh musuh,

bahkan mengambil alih masalah orang lain untuk diselesaikannya. (data kajian dan penelitian pribadi

Hamah Sagrim 2006-2007).

Hamah Sagrim 263

Page 264: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tipe rumah pertama yang bersifat sakral itu disebut tengkorak sachefra-sehafla.

Penamaan demikian disebabkan oleh karena rumah tersebut memang dibangun untuk kegunaan

upacara pembagian dan pembayaran tengkorank dari seseorang yang telah meninggal dunia.

Alasan lain untuk membangun rumah upacara guna terselenggaranya transaksi

kain timur, ialah karena salah seorang kerabat sakit, mati atau karena terjadi kegagalan panen.

Peristiwa-peristiwa ”buruk” seperti tersebut diatas dianggap oleh orang Maybrat sebagai

tindakan penghukuman atau tindakan pembalasan dendam dari kerabat yang meninggal dunia

sebab ketidak pedulian terhadap dirinya oleh kerabat-kerabat yang masih hidup. Anggapan

demikian biasanya diperkuat oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh orang dukun atau shaman

atau raã wiyon. Di samping kedua alasan tersebut, alasan lain lagi adalah karena adanya

kewajiban dari seorang suami terhadap pihak isterinya untuk menbangun sebuah rumah upacara

sechafra-sehafla, guna kepentingan transaksi kain timur.

Tiga alasan tersebut dapat disifatkan kedalam dua sifat, ialah sifat sakral dan sifat profan.

Kedalam sifat sakral termasuk dua alasan pertama, sedangkan alasan terakhir bersifat profan.

Rumah upacara sechafra-sehafla, biasanya dibangun diatas prakarsa seorang bobot atau

raã wiyon, dan dibantu oleh kerabat-kerabatnya. Apabila rumah tersebut sudah selesai dibangun,

maka sekali lagi atas prakarsa bobot dan raã wiyon dikumpulkan makanan dan kain timur

bersama kaum kerabat dekat lalu disimpan di dalam rumah upacara itu. Jika semua persiapan

yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan upacara sudah siap, maka pemermarsa mengundang

semua kerabat yang dekat dan jauh, juga kerabat-kerabat dari pihak isterinya, untuk menghadiri

upacara pembayaran tulang.

Apabila pemerkarsa adalah anak laki-laki dari orang yang telah meninggal dunia, maka

pembayaran tulang dilakukan orang yang bersangkutan kepada saudara laki-laki ibu ayahnya

(yatat) (FaMoBr ) atau kepada anak-anak dari saudara ibu ayahnya (yaja yamu ana-yatat)

(FaMoBrSo).

Secara prinsip, kedudukan bobot merupakan kedudukan pencapaian, namun demikian status tersebut dapat

diwariskan juga oleh ayah kepada anak. Hal ini terjadi jika ayah meninggalkan banyak kain timur kepada

anaknya; di samping itu anak harus memiliki kwalitas-kwalitas yang dituntut dari seorang bobot, seperti

misalnya panda dalam usaha bisnis dan bermurah hati.

Hamah Sagrim 264

Page 265: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pembayaran tersebut didasarkan atas pandangan di bawah ibu ayahlah yang membesarkan ayah

yang telah banyak berjasa kepada ego, sedangkan saudara laki-laki ibunya atau anak-anaknya

adalah wakil dari ibu ayahnya.

Upacara pembayaran tulang berupa pemberian sejumlah kain timur oleh pemerkarsa

(ego) kepada pihak ibunya yang disaksikan oleh kaum kerabat dari pihak ayah dan pihak ibu itu

dilanjutkan dengan penyerahan pemberian dari pihak isteri kepada ego. Pemberian itu di dalam

bahasa Maybrat disebut ru-ra berupa kain timur, diserahkan oleh ayah ibu isteri (yatat)

(FaMoBr), saudara laki-laki isteri (yaja yamu-yatat) (FaMoBr) kepada ego.

Tahap pertama dari upacara ini yang terdiri dari dua mata acara, yaitu pembayaran tulang

kepada pihak ibu oleh ego yang bertindak sebagai pemerkarsa dan penyerahan ri-ra dari pihak

isteri kepada ego. Sebelum tahap pertama yang bersifat sakral dari upacara ini ditutup dengan

acara makan bersama, pemerkarsa memanggil orang yang telah meninggal dunia itu untuk

menyaksikan pemberian kain timur yang sakral yang diserakan olehnya kepada ibu atau saudara

laki-laki ibu dari orang yang meninggal.

Apabila tahap pertama upacara sudah selesai, maka tahapan kedua dari upacara itu yang

bersifat profan dimulai. Acaranya ialah membagian ru-ra atau pemberian yang diterima dari

pihak isteri oleh pemrkarsa kepada hadirin yang terdiri dari kerabat-kerabat ayah, kerabat ibu,

suami-suami dari saudara-saudara perempuan, kerabat-kerabat dari klen sendiri serta teman-

teman dari klen-klen lain, tidak termasuk disini kerabat-kerabat atau anggota-anggota dari kelen

pihak isteri. Dengan demikian ru-ra masuk dalam sirkulasi.

Setiap penerima ru-ra, berhak penuh atas penggunaannya, misalnya digunakan sebagai

alat bayar maskawin, untuk membayar denda atau untuk membeli makanan. Setelah beberapa

waktu berselang, satu sampai dua tahun, pemerkarsa upacara mengundang para debitor-nya

untuk mengembalikan utang-utangnya. Pembayaran kembali itu biasanya disertai dengan suatu

tgief bo, suatu pemberian tambahan, yang disebut dalam bahasa Maybrat boõ-war. Pemberian

tambahan itu kadangkadang dua kali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah diterima.

Pelaksanaan pembayaran kembali utang basanya dilakukan di rumah upacara lain yang

sementara itu dibangun oleh pemerkarsa, disebut sabiach bach-sbiah, atau rumah pesta

pertandingan, spelhuis.

Situasi pada saat pelaksanaan pengembalian utang sebagai saat yang menegangkan, sebab

terjadi tawar menawar antara pemberi dan penerima. Semua barang (dalam hal ini kain timur

Hamah Sagrim 265

Page 266: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

jenis ru-ra) yang digunakan sebagai tegenggift atau alat pembayaran utang yang di sebut boõru-

maru boõ, dan yang diberikan sebagai pemberian tambahan diperiksa penerima dengan amat

teliti. Jika penerima tidak puas dengan nilai atau kwalitas dari benda yang digunakan untuk

membayar utang, maka kepada debitornya diberikan lagi makanan dan minuman. Tindakan

seperti ini segera dimengerti oleh pihak debitor sehingga kembalisekali atau beberapa kali ke

tempat menyimpan barang untuk mengambil tambahan barang atau pengganti guna melengkapi

dan atau mengganti yang sudah ada. Apabila pemerkarsa sudah puas dengan pembayaran

kembali, maka dipotonglah seekor babilalu dibagikan dagingnya kepada para debitornya

(tamunya) sebelum mereka ini kembali ke tempatnya masing-masing.

Semua kaintimur yang diterima oleh pemerkarsa dari para debitornya seperti yang telah

dijelaskan diatas, kemudian disimpan oleh isterinya di rumah upacara pesta tengkorak, sachefra-

sehafla. Sesudah itu, pemerkarsa mengirim berita kepada kerabat-kerabatnya dari pihak isterinya

tentang telah terjadinya pembayaran utang. Mereka ini segera membangun sebuah rumah

pertandingan baru, sebiach bach-sbiah. Apabila rumah itu sudah siap dibangun, maka

ditentukannlah suatu hari tertentu untuk berkumpul disana dalam rangka pengembalian ru-ra

yang diterima oleh pemerkarsa pada waktu pembayaran tengkorak kepada pihak isterinya.

Upacara pengembalian ru-ra ini dihadiri oleh semua pihak, baik dari pihak pria (suami) maupun

dari pihak wanita (isteri).

Kain timur jenis ru-ra yang dibawa oleh pihak pria itu dijejerkan berbentuk garis panjang

di atas tanah. Barang-barang tersebut kemudian diperiksa secara seksama oleh pihak wanita.

Barang yang kurang baik diantara barang-barang itu segera dipisahkan dan harus diganti dengan

yang lebih baik. Situasi pada saat ini tegang, sebab pihak pria seringkali menyembunyikan ru-ra

yang berkwalitas lebih baik di belakang tangannya. Barang yang berkwalitas baik ini, diberikan

setelah terjadi pemeriksaan, boo-woar. Pemberian tambahan itu biasanya selain terdiri dari kain

timur jenis ru-ra juga berupa kain toko dan kain sarung.

Ongkos makan dan minum untuk semua peserta ditanggung oeleh pihak isteri. Pertemuan

tukar menukar ini kemudian diakhiri dengan pemotongan seekor babi yang di sembunyikan oleh

pihak wanita.

Gambaran peristiwa tukar menukar kain timur berupacara pada uraian diatas

menunjukkan bahwa perkarsa berperan sebagai titik sentral, titik pertemuan, antara golongan-

golongan yang berbeda asalnya. Mereka itu sendiri dari kaum kerabat pihak pria (suami), kaum

Hamah Sagrim 266

Page 267: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kerabat dari pihak wanita (isteri), dan teman-teman yang berasal dari cabang-cabang klen dan

klen-klen kecil. Juga dari uraian diatas kita melihat bahwa pertemuan antara golongan-golongan

yang berbeda dapat terjadi atas perantaraan di sini sebagai media pertemuan untuk kepentingan

ekonomi prestise (tukar menukar kain tumur) dalam rangka mencapai prestise sosial yang

menunjukkan dengan jelas, bahwa religi orang Maybrat adalah sesuatu yang konkrit, nyata dan

bukan transendent.

Secara sosiologis upacara tukar-menukar yang dilakukan oleh orang Maybrat

mangandung tida dimensi: dimensi religi, dimensi ekonomi dan dimensi politik. Tida dimensi

tersebut terjalin erat satu sama lain dalam suatu bentuk hubungan sibernetrik. Bagan III.1, di

bawah ini menunjukkan hubungan tersebut. Hubungan sibernetik dalam tata urut hierarkis pada

bigian tersebut dibuat demikian bedasarkan asumsi bahwa aspek religi merupakan mekanisme

pendorong untuk orang berprestasi dalam bidang ekonomi. Selanjutnya keberhasilan ekonomi

mendatangkan prestise atau kekuasaan politik bagi seseorang. Kekuasaan tersebut menjadi

mantap karena mendapat pengabsahan religi. Sebaliknya kekuasaan politik yang mantap

memungkinkan bertambah banyaknya keberhasilan dalam bidan ekonomi yang merupakan

syarat mutlak bagi intensifikasi upacara-upacara keagamaan.

Perlu ditegaskan pula disini bahwa upacara transaksi kain timur tidak hanya terjadi pada

kesempatan adanya upacara ritual yang diadakan berhubungan dengan pembayaran tengkorak

seperti yang sudah disebutkan di atas, tetapi juga terdjadi pada upacara inisiasi, pesta perkawinan

dan pesta-pesta lainnya. Itulah sebabnya ditegaskan bahwa pada umumnya upacara-upacara

pesta lebih diarahkan pada tujuan tukar menukar dari pada tujuan umumnya:

Sering terjadi bahwa mereka tidak membangun rumah pertandingan yang baru, sebab boleh menggunakan

yang sudah ada dari iparnya. Pelaksanaan upacar-upacara ini, minuman saguer (tuak), merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam upacara-upacara pemgayaran, memiliki nilai tersendiri. Ada ungkapan dari

orang Maybrat bahwa, tuak merupakan penggerak, artinya ketika seorang perserta yang terlibat minum,

maka ia akan mengaku bahwa dia siap membantu kerabatnya menyelesaikan persoalan yang dihadapinya,

ada juga yang mengatakan dia siap memberikan kain timur jenis yang dibutuhkan oleh kerabatnya. Dan

masih banyak lagi kelebihan daripada tuak ketika diminum. Tuak bagi orang Maybrat, merupakan sesuatu

yang membudaya, dimana di jadikan sebagai minuman permersatu, pembuka tabir, dan.y.l.

Hamah Sagrim 267

Page 268: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Banyak menyelenggarakan pesta (ritual) adalah pertanda penghormatan terhadap

orang-orang yang telah meninggal dunia. Penghormatan denikian menyebabkan orang mati

menjadi senang sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi kaum kerabatnya yang masih hidup.

Gambar: bagan III.1. Hubungan sibernetik antara Religi, Ekonomi dan Politik

Selain syarat-syarat yang sudah dibicarakan di atas memiliki pengetahuan bisnis dan

pandai mengatur penyelenggaraan upacara-upacara ritual serta transaksi kain timur, syarat-syarat

lain yang harus dipenuhi oleh seseorang agar ia menjadi bobot atau pemimpin, ialah sifat

bermurah hati dan pandai berdiplomasi.

Elmberg, melaporkan bahwa syarat ideal bagi seorang bobot ialah kesediaannya untuk

membantu orang lain, terutama kerabat-kerabatnya yang mengalami kesulitan ekonomi.

Ditegaskan lagi bahwa, seorang bobot adalah orang yang berbudi baik, selalu membantu para

pengikutnya dengan banyak barang. Lebih lanjut Elmberg berpendapat bahwa para bobot atau

bangkir-bangkir orang Maybrat tidak selalu menggunakan posisinya untuk menekan orang lain

Hamah Sagrim 268

Hubungan sibernitas antara Religi, Ekonomi, dan Politik

Page 269: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

secara semena-mena. Sebaliknya kekuasaannya itu dibatasi pada sifat realistik seperti pada orang

biasa Raa kinyah.

Sifat bermurah hati seorang bobot yang terwujud dalam bentuk nyata adalah pemberian

bantuan kepada orang lain. Orang yang menerima bantuan, secara otomatis menjadi pengikut

atau anakbuah bobot, mereka itu disebut ra kinyah yang berarti orang kecil atau pengikut atau

rakyat. Elmberg menamakan pengikut seorang bobot, partner bebas, atau menurut saya mereka

adalah rayat atau rakyat. Sebab walaupun mereka bekerja untuk bobot tetapi mereka masih

memiliki kebebasan untuk meningkatkan kedudukan sendiri menjadi bobot dikemudian hari.

Hanya sedikit saja yang biasanya mencapai kedudukan tersebut.

Sifat lain yang menjadi syarat bagi seorang bobot adalah kepandaian berdiplomasi. Sifat

tersebut dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk menawarkan maksudnya dengan kata-

kata yang menarik agar tawarannya dapat diterima di depan umum secara konsensus. Elmberg

menemukan prinsip tersebut pada orang Maybrat sehingga menyamakan para bobot di Maybrat

dengan pemimpin big man pada orang Gahuku Gama (Papua New Gunea). Seperti yang

dilaporkan oleh Read (Elmberg 1968: 199-200).

Pengaruh kekuasaan seorang bobot biasanya terbatas pada lingkungan tempat tinggalnya

sendiri. Agar pengaruhnya dapat meluas sampai di batas-batas wilayah kekuasaannya, maka

seorang bobot harus memperkokoh hubungannya dengan pihak luar. Salah satu cara yang

biasanya dipakai untuk memperkokoh hubungan dengan pihak luar adalah melalui perkawinan.

Oleh karena itu seorang bobot sering melakukan perkawinan-perkawinan dengan pihak luar.

Dengan demikian seorang bobot yang besar pengaruhnya, kawing lebih dari satu perempuan,

atau dengan kata lain berpoligami. Poligami sering dilakukan oleh orang Maybrat pada

umumnya dan bobot pada khususnya adalah simbol kekayaan dan kekuasaan.

Disatu pihak, poligami adalah simbol kekayaan, sebab orang kaya saja yang mampu

membayar maskawin untuk banyak isteri. Banyak isteri berarti banyak tenaga kerja yang dapat

menghasilkan makanan yang dibutuhkan sebagai konsumsi pesta-pesta atau upacara-upacara

ritual. Poligami dipihak yang lain mempunyai arti politik atau kekuasaan, sebab melalui isteri-

isteri terjalin hubungan dengan pihak luar (pihak isteri) atau dengan perkataan lain banyak isteri

berarti banyak pula relasi. Relasi amat penting bagi seorang bobot karena para relasi adalah

pendukung dan juga partner atau rekanan dagang potensial dalam transaksi tukar menukar kain

timur.

Hamah Sagrim 269

Page 270: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Beberapa implikasi sosial sistem politik bobot yang berlandaskan kompleks kain timur

pada orang Maybrat, adalah kecenderungan untuk kawin diantara anak-anak bobot, atau dengan

kata lain terjadinya endogami golongan dan timbulnya kerenggangan kohesi sosial antara

seorang bobot dengan anggota-anggota klennya sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena seorang

bobot lebih banyak memberikan perhatian kepada rekanan dagangnya daripada warga klennya

sendiri. Sebaliknya, kompleks kain timur yang melibatkan kelompok-kelompok kerabat

consaguineal atau yang seketurunan, mengakibatkan tumbuhnya solidaritas yang kuat baik

diantara kelompok-kelompok kekerabatan itu sendiri maupun diantara mereka dengan

kelompok-kelompok kekerabatan lain yang merupakan partner dagangnya. Disamping itu

kompleks kain timur yang diintensifisasikan oleh sistem politik bobot merupakan tempat

konsumsi bagi barang-barang yang tidak bertahan lama, seperti makanan dan minuman.

k. Analisa Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, Orang Me dan Orang Muyu

Analisa komparatif diadakan dalam rangka memperoleh suatu pengertian yang bersifat

komperehensif, tepat dan jelas tentang sistem politik pria berwibawa di Maybrat west Papua.

Ada dua alasan pokok untuk melakukan hal tersebut, pertama, bahwa unsur kebudayaan, dalam

hal ini sistem politik pria berwibawa yang nampak secara lahiriah sama dan terdapat pada

golongan-golongan suku-bangsa yang berbeda itu belum tentu disebabkan oleh mekanisme atau

daya-daya penggerak yang sama. Kedua, apabila memang ada daya penggeraknya yang sama, itu

belum berarti bahwa proses yang dilalui untuk mencapai wujud yang nampak dan sama itu sama

pula, mengingat latar belakang kebudayaan dan meningkatnya ekologi yang berbeda-beda dari

suku-suku bangsa penduduk dalam sistem tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, ditempuh dua tahap analisis. Analisis pertama

(butir 3.1 di bawah), membandingkan apa yang menjadi public goals atau cita-cita umum pada

masing-masing suku bangsa yang menjadi objek penelitian dan penulisan buku ini. Tahap

analisis kedua di bawah, mencari dan membandingkan mekanisme-mekanisme atau daya-daya

penggerak yang mendasari cita-cita umum itu. Cita-cita umum (public goals) dipilih sebagai

tolok ukur perbandingan atas dasar pertimbangan bahwa pada masyarakat manapun tolok ukur

inilah yang menjadi dasar pranata politik, sungguhpun bentuk dan cara untuk mencapainya

berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Selanjutnya perlu diingatkan di sini

Hamah Sagrim 270

Page 271: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

bahwa pada tingkat analisis pertama akan diperhatikan variabel-variabel ekonomi dan variabel

religi.

Prosedur analisis komperehensif yang ditempuh dalam kajian ini, ialah pertama-tama

membandingkan cita-cita umum yang menjadi tujuan tindakan politik dan cara-cara yang

digunakan untuk mencapai cita-cita tersebut pada lima suku bangsa yang akan dibicarakan pada

kajian ini. Untuk itu pertama akan dilakukan suatu analisis perbandingan antara suku-suku

bangsa yang mempunyai cita-cita umum yang sama, kemudian langkah berikut ialah

membandingkan suku-suku bangsa dengan cita-cita umum yang berbeda. Demikianlah pada

bagian sub dibawah ini akan dilakukan perbandingan secara berturut-turut, mulai dengan sistem

kepemimpinan pria berwibawa yang terdapat pada masyarakat Maybrat, masyarakat Me,

masyarakat Muyu (saya sebut mereka ini golongan pertama). Yang menurut data etnografi

seperti yang dimuat dalam bagian buku ini mempunyai cita-cita umum yang sama ialah

kekayaan. Perbandingan berikut adalah tentang sistem kepemimpinan pria berwibawa yang ada

pada masyarakat Asmat, dan masyarakat Dani seperti pada masyarakat Maybrat (saya sebut

mereka ini golongan kedua) yang mempunyai cita-cita umum yang sama, ilah keberanian

memimpin perang. Perbandingan pada tingkat berikut adalah membandingkan golongan pertama

dengan golongan kedua.

Apabila tahap analisis pertama telah dilakukan, maka pada tahap analisis kedua

perbandingan akan dilakukan terhadap mekanisme-mekanisme atau daya-daya penggerak yang

mendasari cita-cita umum pada kelima suku bangsa secara keseluruhan.

l. Realistis dan Analisis Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, orang Me dan orang

Muyu.

Lingkungan ekologi pada ketiga suku-bangsa yang dibahas pada bagian ini pada satu pihak

memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu dan pada pihak yang lain menampakan pula

perbedaan-perbedaan. Kesamaan yang ada adalah bahwa ketiga lingkungan ekologi yang didiami

oleh tiga suku-bangsa tersebut di atas terletak di daerah pedalaman bagian barat West Papua.

Perbedaannya ialah, bahwa orang Maybrat mendiami daerah pedalaman bagian barat West Papua

(kepala burung), orang Me mendiami daerah pedalaman yang merupakan daerah peralihan antara

pegunungan tengah dengan daerah dataran rendah di bagian selatan dan orang Muyu, terletak

pada perbatasan west Papua dan negara Papua New Guinea.

Hamah Sagrim 271

Page 272: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Ciri ekologi lain yang menunjukkan persamaan tetapi juga perbedaan antara keiga

wilayah yang didiami oleh tiga suku-bangsa tersebut ialah bahwa orang Maybrat dan orang Me

mendiami daerh-daerah yang merupakan daerah interlaukstrin atau daerah berdanau-danau,

sedangkan orang Muyu mendiami daerah yang tidak berdanau.

Dari segi sistem mata pencaharian hidup, ketiga suku-bangsa itu dapat digolongkan pada

tingkat ekonomi yang sama, ialah subsistensi; mereka sama-sama hidup sebagai petani ladang

berpindah-pindah, walaupun perladangan pada orang Me bersifat pertanian yang kompleks

intensif (Pospisil, 1978:8), bila dibandingkan dengan dua suku-bangsa lainnya. Di samping itu,

orang Muyu kecuali hidup sebagai petani berladang, juga hidup dari meramu sagu, hal yang

disebut akhir ini tidak dikenal orang Maybrat maupun orang Me, kecuali hidup sebagai petani

ladang berpindah-pindah, orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu juga mengenal mata

pencaharian lain; yaitu perdagangan. Perbedaan yang terdapat pada sistem perdagangan antara

mereka, pertama terletak pada benda yang digunakan sebagai alat ukur (bojek dagang –

remarcable objec). Orang Me dan orang Muyu menggunakan kulit kerang, cyprae maneta,

sebagai alat tukar, jadi kulit kerang pada dua suku-bangsa ini berfungsi sebagai uang (orang Me

menyebutnya mege dan orang Muyu menyebutnya ot), sedangkan orang Maybrat menggunakan

kain timur, sebagai alat tukar maupun sebagai benda yang diperdagangkan dalam sistem

perdagangannya.

Membandingkan ketiga suku-bangsa itu dalam hal aktivitas perdagangan, maka orang

Maybrat memperlihakan suatu sistem yang amat kompleks, melibatkan klen-klen lain yang

tersebar luas di seluruh wilayah yang menjadi tempat tinggal orang Maybrat. Juga sifat

kompleksitas perdagangan seperti yang terdapat pada orang Maybrat, merupakan suatu siklus

perdagangan yang melalui tiga tahap dimana tidak terdapat pada orang Me maupun orang suku

Muyu.

Sungguhpun tingkat kompleksitas berbeda, namun orang-orang yang berhasil sebagai

pedagang dalam tiga suku bangsa itu mendapat status sosial tinggi dalam masing-masing

masyarakatnya. Dengan pengertian lain, mereka yang berhasil sebagai pedagang sejati sajalah

yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakatnya.

Kesamaan lain antara mereka ialah, penggunaan suatu upacara ritual sebagai arena

perdagangan dan sekaligus arena perebutan gengsi atau status sosial. Baik pada orang Maybrat,

orang Me maupun orang Muyu, puncak transaksi perdagangan terjadi pada kesempatan adanya

Hamah Sagrim 272

Page 273: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

suatu upacara pesta ritual. Bedanya adalah bahwa bagi orang Maybrat perdagangan merupakan

tujuan pokok tetapi selalu terselubung dalam suatu pesta perkawinan, upacara inisiasi atau ritual

pembayaran tulang orang yang telah meninggal dunia. Sebaliknya pada orang Muyu, tujuan

pokok yang terselubung dalam transaksi perdagangan yang terjadi pada suatu pesta babi adalah

penguburan kedua dari seseorang terhormat yang telah meninggal dunia. Bagi orang Me,

transaksi perdagangan yang terjadi pada satu pesta babi terutama bertujuan untuk memperkokoh

solidaritas kelompok (kampung atau konfederasi).

Peranan babi dalam kehidupan ketiga suku-bangsa tersebut diatas amat penting, namun

pada orang Muyu dan orang Me, peranan babi jauh lebih penting bila dibandingkan dengan

orang Maybrat. Sebab pada dua suku-bangsa yang disebut pertama disamping babi merupakan

komoditi perdagangan umum, juga karena mereka hanya dapat menyelenggarakan suatu upacara

pesta babi yang menjadi arena transaksi perdagangan jikalau tersedia cukup banyak babi,

sedangkan orang Maybrat dapat menyelenggarakan suatu upacara atau ritual yang menjadi arena

transaksi perdagangan tanpa banyak babi.

Dilihat dari segi struktur sosial, maka orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, bukan

saja memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu, tetapi juga perbedaan-perbedaan diantara

mereka. Persamaannya ialah bahwa ketiga-tiganya menganut prinsip eksogami patrilineal.

Sebaliknya perbedaannya ialah bahwa kesatuan sosial orang Maybrat dan orang Muyu

berdasarkan lokalitas, sedangkan kesatuan sosial orang Me, berdasarkan klen. Kecuali orang Me

mengenal kesatuan sosial yang jauh lebih besar dari klen, yang mana ialah konfederasi. Orang

Muyu dan orang Maybrat tidak mengenal konfederasi dalam sisitem sosialnya, walaupun orang

Maybrat juga mengenal konfederasi dalam kelompok kecil yang berdasar atas asas klen dan

kerabat klen yang tergabung didalam konfederasi itu. Bagi suku Maybrat, pemimpin konfederasi

ini dipanggil dengan nama Ra sien, atau panglima perang yang memiliki kemahiran dalam

berperang atau dalam mengayau musuh.

Berlatar belakang persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan seperti yang

digambarkan diatas maka, dibawah ini dibandingkan sistem politik pria berwibawa pada tiga

suku-bangsa tersebut.

Di dalam analisis perbandingan itu tidak dibandingkan struktur organisasi politik sebab

hal tersebut tidak terdapat pada tiga suku-bangsa ini, mereka hanya mengenal kepemimpinan

yang bersifat autonomous dan kedudukan pemimpin diperoleh melalui pencapaian. Jadi tolok

Hamah Sagrim 273

Page 274: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ukur yang digunakan dalam analisis ini, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya pada

awal sub-sub ini, ialah public goals atau cita-cita umum. Hal ini penting sebab berkaitan erat

dengan komponen kekuasaan. Perhatian dalam perbandingan tidak diberikan hanya pada apa

yang menjadi cita-cita umum dalam tiga suku-bangsa itu saja, tetapi lebih penting dari itu

penekanan akan diberikan terutama kepada proses pencapaian cita-cita umum itu. Apa yang

dimaksud dengan proses mencapai cita-cita umum disini adalah bentuk-bentuk tindakan yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bentuk-bentuk tindakan bermanifestasi dalam

tindakan-tindakan nyata seperti misalnya sifat bermurah hati (sifat ini bermanifestasi dalam

tindakan memberikan bantuan kepada orang lain) dan sifat rajin (bermanifestasi dalam

keberhasilan bertani, beternak dll).

Perlu diperhatikan bahwa analisis perbandingan yang dilakukan disini adalah

perbandingan antar suku-bangsa yang berbeda, sehingga dalam perbandingan selalu akan dicari

untuk disampaikan tindakan apa yang lebih menonjol pada satu suku-bangsa dan tidak pada

suku-bangsa lain. Hal ini lain daripada jika kita mempelajari proses penguasaan cita-cita umum

oleh para pemeran politik pada masyarakat yang sama. Jika hal tersebut terakhir ini yang

dilakukan maka tentu perhatian harus diberikan kepada upaya-upaya para pemeran politik untuk

saling berkompetisi dalam merebut penguasaan terhadap cita-cita umum. Perhatian dalam

analisis perbandingan ini adalah usaha mencari unsur-unsur yang sama dan yang tidak sama

antara tiga suku-bangsa itu dan selanjutnya berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan,

faktor-faktor apakah yang mendasari persamaan atau perbedaan itu. Jadi kompetisi antar

individu-individu pada suku-bangsa yang sama untuk merebut kekuasaan secara eksplesit tidak

akan di kemukakan dalam analisis perbandingan ini.

Data etnografi tentang tiga suku-bangsa itu, seperti yang termuat dalam kajian ini,

menunjukkan bahwa cita-cita umum yang dikejar oleh pria dewasa dan yang menjadi idaman

warga masyarakat adalah kekayaan. Bagi ketiga suku-bangsa itu, gagasan atau ide kekayaan

memang sangat dinilai tinggi sebab melalui kekayaan seorang dapat membangun kekuasaannya.

Atau dengan pengertian lain kekayaan mendatangkan kekuasaan. Jadi bagi mereka, konsep

kekayaan adalah identik dengan konsep kekuasaan.

Jika kita membandingkan wujud kekayaan yang menjadi landasan kekuasaan dalam tiga

suku-bangsa itu, maka akan nampak hal-hal sebagai berikut; seorang kaya pada orang Maybrat

adalah orang yang memiliki banyak kain timur, sedangkan orang Me dan orang Muyu yang

Hamah Sagrim 274

Page 275: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

disebut orang kaya adalah orang yang memiiki banyak kulit kerang. Walaupun wujud benda

yang mempunyai nilai tinggi itu berbeda antara orang Maybrat di satu pihak dengan orang Me

dan orang Muyu di pihak yang lain, namun gagasan atau ide pokok tentang nilai yang

terkandung dalam benda-benda yang berbeda itu sama. Persamaan lain yang terdapat pada dua

benda yang berbeda wujud tetapi mempunyai kedudukan nilai yang sama adalah bahwa

keduanya berasal dari luar, bukan hasil produksi lokal. Kulit kerang yang bernilai sangat tinggi

bagi orang Me dan orang Muyu berasal dari daerah pantai dan melalui rute pedagangan (yang

belum banyak kita ketahui) dapat sampai kepada orang Me dan orang Muyu. Demikian pula

halnya dengan kain timur yang bernilai sangat tinggi bagi orang Maybrat berasal dari alam dan

daerah kepulauan Nusa Tenggara Timur dan dari kepulauan Maluku, melalui rute perdagangan

yang berliku-liku akhirnya sampai ke daerah Maybrat.

Orang-orang kaya itu di daerah Maybrat disebut bobot, di Me disebut tonowi dan di

Muyu disebut kayepak. Pada umumnya selain memiliki banyak kain timur (untuk orang

Maybrat) atau kulit kerang (untuk orang Me dan Muyu), atribut lain yang memperlihatkan

kekayaan seseorang adalah mempunyai banyak isteri, maka semakin banyak pula partner dagang

yang akan terlibat dalam transaksi penukaran kain timur. Keterlibatan banyak orang sebagai

rekanan dagang dalam transaksi kain timur yang berkesinambungan sangat berpengaruh terhadap

gengsi seorang bobot. Jadi melalui poligami terbentuklah partner-partner dagang yang pada

gilirannya menyebabkan gengsi seorang bobot menjadi lebih tinggi.

Dilihat dari segi produktivitas ekonomi, isteri adalah tenaga kerja yang amat produktif,

sebab isteri turut aktif dalam pekerjaan perladangan dan peternakan babi. Hal itu berarti makin

banyak isteri, semakin banyak pula ladang yang dapat digarap dan banyak babi yang dapat

dipelihara. Dengan perkataan lain banyak isteri berarti banyak hasil kebun yang dapat diproduksi

dan banyak babi yang dapat dipelihara. Dua produk ini – babi dan hasil kebun – adalah sangat

penting sebab memudahkan terselenggaranya suatu upacara pesta atau ritual yang sering

dijadikan arena perdagangan yang memang sangat membutuhkan konsumsi hasil kebun dan babi

yang banyak.

Jika kita membandingkan prisip poligami yang berimplikasikan jaringan partner dagang

seperti yang terdapat pada orang Maybrat dengan orang Me dan orang Muyu, maka data

etnografi menunjukkan bahwa walaupun implikasi tersebut penting juga dalam dua suku-bangsa

yang disebut akhir, namun peranannya pada orang Maybrat jauh lebih penting.

Hamah Sagrim 275

Page 276: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sebaliknya peranan poligami sebagai alat penada produktif dalam perladangan dan

khususnya peternakan babi, sangat memainkan peranan penting pada orang Me dan orang Muyu

bila dibandingkan dengan orang Maybrat.

Selanjutnya dibawah ini akan diperbandingkan beberapa hal yang dijadikan sebagai

syarat bagi seorang pemimpin pria berwibawa pada ketiga suku-bangsa tersebut. Tata urut syarat

seperti yang dimuat di bawah ini tidak didasarkan atas pertimbangan prioritas, sebab hal itu

sangat sulit untuk menentukan syarat mana yang menduduki urutan pertama dan yang mana

kemudian. Semua syarat itu berkaitan erat satu sama lain.

Walaupun seorang itu kaya-memiliki banyak kain timur atau kulit kerang, banyak babi

dan banyak isteri, namun ia belum dapat menjadi pemimpin jika tidah memenuhi syarat

bermurah hati. Sikap bermurah hati selanjutnya bermanifestasi dalam kehidupan orang Maybrat

saat ini. Sikap bermurah hati disini mengandung dua makna; pada satu pihak mengandung

makna politik, dan pada pihak yang lain mengandung makna moral. Sikap bermurah hati dalam

bentuk memberikan bantuan secara material maupun imaterial bermakna politik, sebab melalui

pemberian atau bantuan terciptalah suatu kesepakatan secara nyata atau tidak nyata antara pihak

pemberi dengan pihak penerima, dimana pihak penerima secata moral tunduk dan taat kepada

pihak pemberi. Atau dengan perkataan lain, melalui pemberian seseorang itu terikat untuk

menjadi pendukung bagi pihak pemberi.

Kedua, sikap bermurah hati bermakna moral, sebab dalam banyak masyarakat di dunia

ini, seperti misalnya orang Me, seorang kaya berkewajiban untuk memberi bantuan kepada orang

lain yang membutuhkan bantuan. Kekayaan tidak boleh digunakan untuk memperkaya diri

sendiri. Penilaian terhadap kewajiban moral tersebut begitu tinggi dijunjung sehingga orang kaya

yang bermurah hati sajalah yang dapat diakui sebagai pemimpin.

Jika kita membandingkan syarat bermurah hati yang bermakna politik antara tiga suku-

bangsa yang dibandingkan dalam bagian penulisan buku ini, maka nampak bahwa makna

tersebut hadir secara positif pada ketiga-tiganya. Sebaliknya makna moral dari syarat tersebut

jauh lebih berperan pada orang Maybrat dan Orang Me, bila dibandingkan dengan orang Muyu.

Secara keseluruhan, syarat bermurah hati dalam pengertian berganda diatas digunakan

baik oleh orang Maybrat, orang Me maupun orang Muyu, sebagai alat untuk merekrut pengikut

(pendukung). Bedanya ialah, bahwa pengikut seorang bobot di orang Maybrat dan seorang

tonowi di orang Me, melembaga, masing-masing disebut kesema-raã bobot (untuk orang

Hamah Sagrim 276

Page 277: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Maybrat), dan ani yokaani (untuk orang Me), sedangkan para pengikut seorang kayepak pada

orang Muyu tidak melembaga. Kedudukan serta prestise seorang bobot atau tonowi menjadi

mantap karena dukungan dari sistem pendukung yang melembaga, sebaliknya kedudukan dan

prestise seorang kayepak menjadi mantap terutama bukan karena dukungan dari suatu sistem

pendukung yang melembaga melainkan oleh dukungan dari kaum kerabat. Itulah sebabnya faktor

demografi dalam pengertian banyak atau sedikit jumlah warga kerabat turut menentukan besar

kecilnya kekuasaan dan pengaruh seorang kayepak.

Selain syarat bermurah hati yang telah dibicarakan diatas, syarat-syarat lain yang harus

dipenuhi pula oleh seseorang agar menjadi pemimpin adalah memiliki kecakapan-kecakapan

tertentu seperti kepandaian bertani, kepandaian berburu, kemahiran berpidato dan berdiplomasi,

kepandaian berdagang dan kesanggupan menyelenggarakan upacara intensifikasi.

Membandingkan kecakapan-kecakapan yang merupakan syarat tersebut di atas antara

tiga suku-bangsa itu, maka nampak hal-hal berikut; pertama, bahwa seluruh kecakapan itu tidak

merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Data etnografi

menunjukkan bahwa pengutamaan kecakapan-kecakapan tertentu bebeda dari satu masyarakat

dengan masyarakat lainnya. Demikianlah dapat dilihat misalnya, kecakapan berdagang dan

berdiplomasi merupakan syarat utama yang dituntut dari seorang bobot atau pemimpin pada

orang Maybrat, sedangkan kecakapan bertani dan berburu hanya merupakan syarat pelengkap

saja. Bagi orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi merupakan syarat utama, sebab

suatu pesta babi yang merupakan arena perdagangan atau pasar tempat jual beli daging babi

dengan kulit kerang, hanya dapat dilakukan apabila tersedia banyak babi. Memelihara banyak

babi membutuhkan banyak makanan yang terdiri dari hasil kebun (ubi manis). Oleh karena itu,

mereka yang berhasil dalam kebun sajalah yang dapat memelihara banyak babi.

Seperti halnya orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi, bagi orang Muyu

adalah syarat yang penting untuk seorang pemimpin. Sebabnya ialah bahwa keberhasilan

memelihara babi sangat penting bagi terselenggaranya suatu pesta babi yang merupakan hasil

penting dalam kehidupan orng Muyu. Untuk kepentingan penyelenggaraan pesta babi pada orang

Muyu selalu dipotong sejumlah besar ekor babi. Kecakapan lain yang dituntut dari seorang

pemimpin adalah kemampuannya menyelenggarakan suatu upacara intensifikasi. Kemampuan

tersebut meliputi keberhasilan ekonomi, banyak babi dan banyak hasil kebun, juga meliputi

pengetahuan seseorang dalam hal mengatur pelaksanaan upacara intesifikasi.

Hamah Sagrim 277

Page 278: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bagi orang Muyu, kecakapan penyelenggaraan pesta babi atau atatbon, bukan suatu hal

yang gampang, sebab menuntut pengetahuan berorganisasi dan pengetahuan religius.

Pengetahuan berorganisasi dalam pesta babi penting sebab menyangkut pengaturan macam-

macam aktivitas menjelang pada waktu berlangsungnya dan pada waktu penutupan pesta babi.

Pada waktu menjelang pesta babi, harus ditentukan tempat (lokasi) dan menyiapkan bangunan-

bangunan (pondok-pondok) bagi para peserta pesta, membangun rumah pesta (atatbon), dan

mengumpulkan makanan dan minuman yang cukup serta menyiapkan babi yang cukup banyak

untuk dipotong dalam pesta. Selain itu, harus disiapkan juga sejumlah babi suci yang

diperuntukkan bagi kekuatan-kekuatan alam agar pesta yang akan diselenggarakan dapat berjalan

dengan baik dan membawa hasil yang banyak bagi pemerkarsa pesta. Demikian pula pada waktu

pesta sedang berlangsung diperlukan pengetahuan untuk mengatur konsumsi bagi para peserta

pesta yang terdiri dari dua sampai tiga ribu orang. Selain itu, diperlukan pula pengetahuan untuk

mengatur keamanan antara peserta yang berasal dari kelompok-kelompok yang biasanya

bermusuhan. Juga pengetahuan tentang aturan-aturan yang menyangkut cara pemotongan babi

dan penjualan daging babi yang merupakan acara puncak pesta tersebut harus dikuasai oleh

pemerkarsa upacara. Pengetahuan religius juga sangat diperlukan oleh seorang pemimpin,

terutama pengetahuan tentang penyelenggaraan suatu pesta babi. Berbagai upacara religius harus

dilakukan demi suksesnya pesta, misalnya upacara yawarawon yang dilaksanakan pada waktu

persiapan pesta. Pada upacara ini, ditanami pohon sakral yang merupakan pusat dari tempat pesta

babi; juga upacara yawarawon menyangkut pembuatan kandang-kandang untuk menampung

babi-babi yang akan dipotong dalam pesta. Pantangan-pantangan tertentu seperti misalnya,

seorang yang berperan sebagai orang yang memotong babi pertama pada waktu pesta, selama

masa persiapan tidak boleh makan makanan yang di masak oleh perempuan. Tujuan utama dari

upacara-upacara religius dan pantangan-pantang itu adalah agar penyelenggaraan pesta mendapat

bantuan dari kekuatan-kekuatan alam atas untuk memperoleh banyak kulit kerang, ot, dalam

pesta babi yang memang berfungsi sebagai tempat jual beli daging babi dengan kulit kerang.

Seperti halnya orang Muyu, orang Maybrat juga menuntut kepandaian berorganisasi dari

seorang pemimpin atau bobot. Kepandaian atau kemampuan berorganisasi itu dapat dilihat

terutama pada penyelenggaraan suatu pesta bobot. Kepandaian berorganisasi pada seorang

pemimpin Maybrat bukan saja menuntut pengetahuan yang bersifat profan saja tetapi juga

pengetahuan religius (sakral). Pengetahuan profan terwujud dalam keberhasilan seorang bobot

Hamah Sagrim 278

Page 279: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

untuk mengatur pelaksanaan pesta bobot, meliputi pengorganisasian membangun rumah-rumah

pesta, pengumpulan bahan konsumsi yang dibutuhkan selama upacara pesta berlangsung dan

pengumpulan kain timur serta pengaturan kelompok-kelompok yang terlibat dalam pertukaran

kain timur pada waktu pesta. Orang Maybrat telah mengembangkan inisisasi (pendidikan

tradisional yang disebut wiyon), setiap anak muda yang dianggap memiliki sifat berwibawa

bobot di bawa untuk di didik dalam pendidikan tradisional wiyon. Dalam melakukan pendidikan

inisiasi itu, semua murid tidak diperbolehkan keluar dari rumah sekolah (k’wiyon) yang mana

sangat tertutup dan sakral, bilaman merasa buang air, mereka digendong oleh guru

pembimbingnya menuju tempat yang sudah di siapkan (wc). Setiap murid memiliki seorang

pembimbing yang disebut raa wiyon dan seorang guru besar yang disebut raa bam. Dalam

perencanaan penyelenggaraan inisiasi, seorang guru pembimbing bahkan guru besr harus

menjaga kesucian mereka yaitu tidak mendekati isteri, atau wanita, tidak diperbolehkan

memakan daging, dalam waktu 2 minggu menjelang pelaksanaan inisiasi. Bangunan sekolah atau

juga dibilang tabernakel mempunyai aturan dan kegunaan fungsi ruang, dimana ruang luar

biasanya di perbolehkan kepada semua orang baik wanita dan pria, dewasa bahkan anak-anak

untuk melewatinya, sedangkan runga suci, tidak diperbolehkan untuk wanita, anak-anak, bahkan

seorang guru raa wiyon yang melakukan pelanggaran aturan dilarang masuk, ruang maha suci,

merupakan ruang yang sakaral dan mereka yang pantas memasukinya adalah seorang guru besar

raa bam-imam untuk membawa korban persembaha. Dalam melaksanakan inisiasi tersebut,

biasanya sudah ditentukan waktu, yaitu 6-9 bulan untuk yang bersedia dididik sebagai raa wiyon

atau guru biasa atau rasul, sedangkan 9-12 bulan untuk murid yang dipersiapkan sebagai buru

besar raa bam atau imam. Setelah dididikan dalam waktu yang sudah ditentukan, maka yang

terakhir di lakukan untuk mengetahui keberhasilan setiap murid adalah menguji mereka atau

disebut sana wiyon, dalam pelaksanaan sana wiyon disini akan dilihat, diantara murid kalo yang

berhasil dan mampu mampu misalnya menyembuhkan orang, atau menghentikan hujan, maka ia

lolos dan dikatakan sebagai wiyon tna sebaliknya untuk murid yang tidak berhasil dalam semua

perintah tersebut, ia di nyatakan gugur atau jatuh ujian atau yatah koõn.

Selain itu, pengetahuan religius penting juga sebab segala aktivitas sekitar pesta bobot

selalu disertai dengan tindakan-tindakan religius yang harus dipatuhi. Disampingnya kepandaian

berorganisasi seorang bobot dapat dilihat pada keberhasilannya untuk memimpin kelompoknya

(in-group) – terdiri dari bobot sendiri dan anak-anak buahnya, raa kinyah- untuk melakukan

Hamah Sagrim 279

Page 280: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ekspedisi-ekspedisi penukaran kain timur dengan rekanan dagangannya yang tersebar hampir

diseluruh daerah pedalaman kepala burung.

Bagi orang Me, kepandaian berorganisasi seperti yang tereapat pada orang Muyu dan

orang Maybrat, juga penting, sebab penyelenggaraan suatu pesta babi yang biasanya menelan

biaya konsumsi yang besar dan yang melibatkan banyak pihak, tentu menuntut pengetahuan

berorganisasi dari seorang guna mengatur terselenggaranya pesta babi. Perbedaan antara orang

Me di satu pihak dengan orang Maybrat dan orang Muyu pada pihak yang lain dalam hal

pengetahuan berorganisasi ialah bahwa orang Me tidak menggunakan kekuatan magis dalam

acara-acara sekitar suatu pesta babi utnk mencapai keberhasilannya seperti halnya orang Maybrat

dan orang Muyu. Orang Me percaya bahwa keberhasilan untuk menyelenggarakan suatu pesta

babi semata-mata tergantung dari kemampuan berorganisasi penyelenggara, bukan campur

tangan alam gaib (pospisil 1978:92). Nuansa dapat ditangkap dari penjelasan diatas ialah bahwa

pada orang Muyu dan orang Maybrat syarat memiliki kekuatan magis bagi seorang pemimpin

dianggap penting, sedangkan bagi orang Me kurang penting.

Syarat-syarat lain yang dituntut pula dari seorang pemimpin pada tiga suku-bangsa

tersebut adalah kemahiran berpidato dan kepandaian berdiplomasi. Data etnografi menunjukkan

bahwa syarat-syarat tersebut secara positif terdapat pada tiga suku-bangsa tersebut, namun bukan

merupakan syarat mutlak melainkan syarat pelengkap.

Dengan demikian disimpulkan bahwa kekuasaan konsensus merupakan unsur paling

penting yang digunakan dalam sistem politik pria berwibawa pada orang Maybrat, orang Me dan

orang Muyu, sedangkan kekuasaan coesif atau koersif hanya merupakan unsur pelengkap saja.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Mengatakan Inisiasi selain mendidik dan membentuk seseorang

sebagai pria berwibawa, juga merupakan tempat berinteraksi antara manusia dan Allah dalam kemuliannya

di dalam tabernakel (K’wiyon-mblo wofle). Baca dalam HISTORI OF GOD IN TRIBAL RELIGIONS

“TEOLOGI TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT YANG DIPARALELKAN DENGAN

ALKITAB” (karya Hamah Sagrim, 2008). Bandingkanlah antara k’wiyon dengan tabernakel musa.

Bentuk babi suci adalah babi yang berasal dari keturunan babi pertama yang merupakan hasil

perkawinan antar bagian tubuh tokoh mite kamberap yang di sembelih (Den Haan, 1955:163) tradisi orang

Muyu.

Hamah Sagrim 280

Page 281: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Persamaan serta perbedaan dari hasil analisis komparatif terhadap syarat-syarat kepemimpinan

pada tiga suku-bangsa diatas dapat ditunjukkan secara sederhana dalam paradigma dibawah ini.

Hasil perbandingan dari sistem politik pria berwibawa dengan keterampilan berwira

swasta antara ketiga suku-bangsa seperti yang dimuat dalam penjelasan-penjelasan diatas

menunjukkan bahwa walaupun orientasi hidup mereka sama, yakni mencari kekayaan, namun

cara yang ditempuh masing-masing tipe pemimpin untuk mncapai dan mengalokasi cita-cita

umum tersebut demi kepentingan politiknya menampakan ciri-ciri khas tertentu yang dapat

membedakan mereka antara satu sama lain.

Hamah Sagrim 281

Page 282: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Paradigma Kepemimpinan pria berwibawa Orang Maybrat

TUJUAN/CIRI ORANG ORANG ORANG

MAYBRAT ME MUYU

I. ORIENTASI HIDUP

Kekayaan +++ +++ +++

I. CIRI-CIRI

I. Brmurah hati

I.1. Implikasi Politik +++ +++ +++

I.2 Implikasi Moral +++ +++ ++

2. Kemampuan berusaha

2.1. Bertani +++ +++ +++

2.2. Beternak Babi ++ +++ +++

2.3. Berdagang +++ ++ ++

3. Kepandaian berorganisasi

3.1. Pengetahuan Praktis +++ +++ +++

3.2. Pengetahuan Magis +++ + +++

3.3. Kemahiran berpidato/

berdiplomasi +++ +++ +++

3.4. Pengikut melembaga +++ +++ +

4. Kemampuan melaksanakan

ritual dan berdagang +++ + +++

5. Kemampuan melaksanakan

syamanisme +++ ++ +++

6. Kemampuan memimpin perang ++ ++ ++

7. Berpoligini

7.1. Keluarga isteri sebagai

partner dagang +++ + +++

7.2. Isteri sebagai tenaga produktif +++ +++ +++

Keterangan: +++ = sangat penting; ++ = penting; + = kurang penting

Hamah Sagrim 282

Page 283: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

m. Wajah Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, dari

Zaman Prasejarah - Kepemimpinan – Kepemimpinan Mereka Sekarang, (big man

leadership – bobot)

Telah diuraikan bahwa sistem kepemimpinan tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang

termasuk dalam sistem kepemimpinan pria berwibawa memiliki kaitan-kaitan dengan tipe-tipe

kepemimpinan sebagai mana yang di lakukan oleh pemimpin-pemimpin moderen saat ini.

1. Sistem Kepemimpinan big man Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Sebagai Leadership

Sistem kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, Big Man yang mana

cenderung menampilkan kemampuan atau pengaruh interpersonal seorang bobot yang

mampu menyebabkan seseorang atau kelompok untuk melakukan apa yang seorang bobot

inginkan, atau juga kita bisa menyebut para bobot sebagai Leadership.

2. Operational Type Big Man Leadership

Tipe kerja kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah mereka

sangat antusias dan serius dalam melaksanakan segala sesuatu yang mereka kerjakan. Nilai-

nilai yang terbangun dalam sistem kepemimpinan operational bobot – Big Man Leadership

orang Maybrat adalah sebagai berikut :

Rajin - samioh

Produktif – mes bobot

Orientasi kerja yang jelas (Action Oriented) – krek aam ase

Transparansi (tidak melakukan sesuatu dibelakang-belakang) -

Berani dan Aktif berdiplomasi

Fleksibel

Realistik

Ekspresif

Inisiatif Tinggi

Tegas

Cepat

Spontan

3. Promotion Type big man Leadership

Hamah Sagrim 283

Page 284: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tipe kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, dengan menggunakan

metode kepemimpinan yang suka mempromosikan kemampuannya dalam meraih banyak

kain timur. Nilai-nilai yang menonjol dalam promotion type bobot-big Man leadership

adalah:

Pemimpin bobot yang Lincah

Pemimpin bobot yang berjiwa Periang

Pemimpin bobot yang romantis

Pemimpin bobot yang penhibur

Pemimpin bobot yang promotional, memiliki relasi aktivitas bermain kain timur –

Team Worker

Pemimpin bobot yang terbuka

Pemimpin bobot yang Polos

Pemimpin bobot yang Antusias

Pemimpin bobot yang Fleksibel

Pemimpin bobot yang Luwes

Pemimpin bobot yang Introvert

Pemimpin bobot yang penuh Perhatian

Pemimpin bobot yang komunikatif dan hangat

4. Negosiator Type big man Leadership

Tipe kepemimpinan bobot – big Man Leadership dengan menggunakan kecenderungan

Negosiasi, yang mana memiliki beberapa nilai baik dalam kepemimpinannya adalah:

Sebagai pemimpin bobot yang sabar

Negosiator

Kepemimpinan yang sangat efisien dan efektif

Bertoleransi

Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan tertib.

Memiliki kemampuan strategis

Analistis

Sebagai pemimpin yang berwibawa dan taat pada setiap kegiatan

Sebagai pemimpin bobot yang Disiplin

5. Conceptual Type big man Leadership

Hamah Sagrim 284

Page 285: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:tipe kepemimpinan yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tipe kepemimpinan bobot – big Man leadership yang memiliki kemampuan konseptual.

Kepemimpinannya memiliki beberapa kelebihan tertentu yang membawanya sukses adalah:

Pemimpin bobot yang seleranya tinggi (perfectionist)

Sebagai pemimpin bobot yang teliti dan juga sebagai pengamat jitu

Sebagai pemimpin bobot yang Konseptual, analitis dan Mandiri serta serius

Pemimpin bobot yang tertib

Orientasi pada Tugas dan sebagai pemimpin bobot yang responsif terhadap feeling

rendah

Sebagai pemimpin bobot yang ramah, pendengar, menyimak.

Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan terukur

Sebagai pemimpin bobot yang suka berdiplomatis, pemikir dan selalu hati-hati.

6. Grid Type big man Leadership

Tipe kepemimpinan bobot yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan, lebih

cenderung pada pola manajemen kepemimpinan. Type ini memiliki beberapa faktor

pendukung antara lain sebagai mana berikut adalah:

Klen management – klen manajemen. (kelompok yang terdiri dari keluarga-keret atau

marga, mereka memiliki manajemen baik tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik

“hura-hura”) perbandingan poin 9:1

Team management – team manajemen. (kelompok yang terdiri dari Team, mereka

cenderung memanfaatkan peluang dengan memanajemnnya secara efektif sehingga

mereka berhasil), perbandingan pon 9:9.

Midle of the road management – kelompok manajemen sedang. (kelompok ini

cenderung berada di tengah antara klen management, team manajemen dan improve

manajemen serta task manajemen).

Kepemimpinan Big Man – Bobot Leadership Grid orang ayamaru dapat di ukur dari dua

variabel, yaitu orientasi pada kerabat atau orang (concern for people) dan orientasi pada hasil

kain Timur (concern for production). Kemudian hasilnya disusun dalam 9 poin/kriteria. Dari dua

variabel kepemimpinan big man – bobot ini maka, akan ada 5 kategori kepemimpinan, yaitu:

Hamah Sagrim 285

Page 286: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tipe kepemimpinan bobot pada grid 1.1. adalah kepemimpinan bobot yang sangat buruk,

tidak memiliki kepedulian kepada produktifitas/hasil permainan kain timur dan juga tidak

berorientasi pada rakyatnya (raã kinyah). Pada pemimpin bobot dengan grid 9.1 adalah tipe

pemimpin big Man – bobot “country – club” yang berorientasi/mementingkan rakyatnya lebih

daripada memperhatikan hasil bisnis kain timur. Sebaliknya pemimpin Big Man - Bobot pada

grid 1.9 adalah pemimpin bobot – Big Man yang terlalu berorientasi pada hasil permainan kain

timur tetapi melanggar prinsip-pronsip kekerabatan klen (human relation). Orientasi pada sistem

permainan kain timur dan hasil permainan kain timur yang tinggi, tetapi keprihatinan pada rakyat

rendah. Sedangkan yang ideal, dimana pemimpin Big man – bobot dapat memobilisasi

pengikutnya dengan hasil yang optimal adalah 9.9 yaitu organisasi sangat produktif dan relasi

interpersonal pemimpin dengan yang dipimpin sangat solid.

7. Gaya Kepemimpinan big man – Bobot yang Situasional

Hamah Sagrim 286

Page 287: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gaya kepemimpinan big man – bobot ini cenderung berdasarkan pada tingkat kedewasaan

(maturity) dan kesiapan (readynes) orang yang dipimpinnya/rakyatnya. Kedewasaan dan

kesiapan adalah tingkat kemampuan (willingnes) rakyat yang dipimpinnya dalam

menjalankan tugas tersebut. Lihat diagram berikut;

Gambar : Diagram gaya kepemimpinan Big Man – Bobot situasional

Hamah Sagrim 287

Page 288: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Tabel kesiapan orang Maybrat yang dipimpin oleh Bobot

8. Transactional Leadership – Gaya Kepemimpinan Bobot yang Transaksional.

Gaya kepemimpinan pria berwibawa bobot dimana selalu melakukan

pertukaran-pertukaran/transaksi-transaksi dengan rakyat yang dipimpinnya utnuk mencapai

sesuatu yang diinginkannya (transactional leadership). Selain itu, bobot juga memberikan

hadiah-hadiah secara timbal balik dengan kesepakatan untuk mencapai tujuan tertentu dalam

bermain kain timur(contingen rewards). Bobot juga selalu melakukan pengawasan atas

penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kerabat-kerabatnya dari peraturan atau

standard serta mengambil tindakan-tindakan korektif (active management by exception).

Seorang bobot akan melakukan intervensi terhadap kerabat-kerabat/rakyat yang dipimpinnya

jika peraturan/standard yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan, dalam proses ini

hanya sebatas intervensi dan seorang bobot tidak melakukan penekanan (massive

management by exception).

9. Transformational Leadership – Gaya Kepemimpinan Bobot yang Bertransformasi.

Gaya kepemimpinan bobot yang bertransformasi merupakan gaya kepemimpinan bobot

dimana target atau tujuan-tujuan para klen atau pengikut-pengikutnya diperluas

kekerabatannya atau ditingkatkan/ditransformasikan sehingga pada akhirnya tumbuhlah rasa

percaya diri untuk mencapai yang lebih dari apa yang ditargetkan.

10. Charisma Leadership – Pemimpin Bobot yang Berkarisma

Hamah Sagrim 288

Page 289: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bobot adalah seorang pemimpin atau seorang pria berwibawa yang sangat dihormati di suku

Maybrat yang mana bobot merupakan pemimpin yang selain memiliki banyak harta

kekayaan kain timur juga ada bobot yang memiliki karisma, mereka adalah pemimpin-

pemimpin berkarisma. Bobot yang berkarisma memiliki dimensi-dimensi kepemimpinan

yang memberikan visi dan misi serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan

dalam diri kerabat klen yang mengikutinya. Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan

menginspirasikan kerabat-kerabat klen pengikutnya, yaitu ia berkemampuan

mengkomunikasikan harapan-harapan yang agung, penggunaan simbol-simbol,

mengekspresikan tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan untuk mencapai

tujuan (inspirationalized). Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan yang mana mampu

memimpin dan mengembangkan rasionalitas, intelegensi, maupun pemecahan masalah secara

kreatif (intelectual stimulation). Bobot memiliki kemampuan tersendiri dalam memberikan

perhatian dan perlakuan personal kepada setiap kerabat klen pengikutnya secara pribadi

sehingga mereka juga mampu bertumbuh untuk menjadi orang-orang yang berwibawa.

Berikut ini adalah tabel penilaian diri bobot-big man yang diklasifikasikan menurut

karakteristik yang paling sesuai menyatakan diri seorang bobot. Poin 1 menyatakan pribadi

seorang bobot yang paling tidak sesuai dan 5 menyatakan pribadi seorang bobot yang paling

sesuai.

Gambar: Tabel penilaian Bobot

Hamah Sagrim 289

Page 290: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Tabel Penilaian Bobot

Hamah Sagrim 290

Page 291: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Skor O P N C

100

Hamah Sagrim 291

Page 292: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: skors keterangan diagram penilaian

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

90

80

70

60 54 59

50 49 45

40

30

20

10

TYPE OPERATIONAL O

Orientasi pada hasil

Irama cepat, aktif berbicara,

fleksibel, realistik, langsung,

inisiatif tinggi, tegas, terbuka,

cepat, spontan

TYPE CONCEPTIONAL C

Orientasi pada ketepatan, irama

rendah menjaga jarak, komunikasi

faktual, analistis, terukur, pandai

menahan diri, berwibawa, disiplin,

taat pada agenda

Hamah Sagrim 292

KE

TE

RA

NG

AN

TIP

E P

EM

IMP

IN

BO

BO

TTYPE PROMOTIONAL P

Orientasi pada orang, respon

terhadap feellng tinggi, cepat akrab,

komunikasi pribadi hangat, intuitif,

ekspresif, terbuka, polos, antusias,

fleksibel, luwes, team worker

TYPE NEGOSIATION N

Orientasi pada tugas, respon

terhadap feeling rendah, mendengar,

menyimak, taat terhadap peraturan,

tenang, terukur, tak langsung

mendahulukan orang lain tenggang

rasa, halus diplomaatis, hati-hati,

senag berpikir

Page 293: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

11. House’s Path – Goal Big Man Leadership

Penekanan pada motivasi seorang pemimpin suku maybrat bobot - Big Man yang

mampu mempengaruhi persepsi – persepsi orang – orangnya, baik tujuan pribadi dan

pekerjaannya, serta jalan yang mempertemukan kedua tujuan tersebut.

n. Dalam Kepemimpinan Bobot – Big Man, Memiliki 4 Kecenderungan Gaya Pokok

Dalam Kepemimpinan Mereka :

1. Big Man Directve Leadership

Kecenderungan ini merupakan gaya kepemimpinan politik bobot – big man yang

mengarahkan tentang apa dan bagaimana melaksanakan tugas atau sistem bermain kain timur

itu berjalan dengan lancar.

2. Big man Supportive Leadership

Merupakan gaya kepemimpinan politik bobot – big man yang berfokus pada kebutuhan

dan kenyamanan rakyatnya dan menciptakan sistem kekerabatan ya ng nyaman.

3. Big Man Achievement and Oriented Leadership

Kecenderungan kepemimpinan politik bobot-big man dengan gaya kepemimpinan yang

menekankan pada target – target keberhasilan dan meyakinkan keluarga kerabat tentang

kemampuannya.

4. Participative Big Man Leadership

Gaya kepemimpinan politik bobot – big man yang suka mengkonsultasikan,

menunjukkan sarang atau ide – ide pada keluarga klen sebelum mengambil keputusan.

Hamah Sagrim 293

Page 294: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Piramida Keseimbangan hidup Bobot – Big Man

Gambar: Piramida Kepemimpinan seorang Bobot – Big Man

Hamah Sagrim 294

Page 295: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Piramida makna pekerjaan dan sistem politik seorang Bobot – Big man

7. Pola dan Sistem Penerapan Politik Kekuasaan Terbatas Seorang Bobot (Big Man)

Melalu Perdagangan Kain Timur dan Perkawinan Keluar.

Inti pola penerapan kekuasaan terbatas oleh seorang bobot (big man) adalah sebagai

berikut:

a. Orang Maybrat, Imian, sawiat, hidup pada awalnya adalah dalam kondisi alamiah (state

of nature), yaitu kondisi hidup merka mulai dari system klen, atau marga, atau keret, dan

setelah itu melalui perkawinan keluar sehingga terbentuklah kekerabatan patrilineal yang

mana pada akhirnya mereka menjadi hidup bersama. Dalam kondisi alamiah mereka,

Hamah Sagrim 295

Page 296: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yaitu kondisi hidup mereka di bawah bimbingan akal tanpa ada kekuasaan tertinggi

dalam kehidupan mereka yang menghakimi mereka untuk berada dalam keadaan

alamiah. Ini disebut sebagai kehidupan pada masa prapolitik, yang mana orang Maybrat,

Imian, Sawiat, merasa bebas, sederajat, dan merdeka.

b. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula merasa bahwa mereka memiliki

kemerdekaan alamiah untuk bebas dari setiap kekuasaan superior di dalam kehidupan

mereka dan tidak berada di bawah kehendak atau otoritas legislatif tertentu.

c. Meskipun keadaan alamiah adalah keadaan kemerdekaan, orang Maybrat, Imian, Sawiat,

namun mereka bukan berada pada keadaan kebebasan penuh. Merekka pun juga bukan

masyarakat yang tidak beradab, tetapi mereka adalah masyarakat anarki yang beradab

dan rasional. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak memiliki kemerdekaan untuk

menghancurkan diri mereka atau apa yang menjadi milik mereka. Tetapi pada akhirnya

prinsip ego yang membuatnya merasa dirinya gengsi sehingga mengakibatkan pemikiran

bersaing yang pada akhirnya menjadikannya timbul konflik.

d. Untuk menanggulangi kelemahan dalam hukum alam, terdapat kebutuhan hukum yang

mapan yang diketahui, diterima, dan disetujui oleh kesepakatan bersama untuk menjadi

standar benar dan salah. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menetapkan aturan-aturan

pada Teologia Wiyon-wofle sebagai penyeleksi dosa (iro) yang biasanya akan diadakan

setiap saat untuk pengakuan dosa. Ini disebut dengan (tgif iro) atau upacara pengakuan

dosa. Dan salah satu aturan lainnya adalah hokum isti, yang sangat begitu keras dengan

aturan-aturannya.

e. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak menyerahkan kepada komunitas lain tentang

hak-hak alamiahnya yang substansial, tetapi mereka akan tetap dengan menjalankan hak-

hak untuk melaksanakan hukum alam.

f. Hak yang diserahkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara individu kadang kala

diberikan kepada orang sebagai individu, adajuga yang diberikan kepada kelompok

tertentu, bahkan kepada seluruh komunitas.

g. Perdagangan kain timur dan Perkawinan keluar adalah jalinan untuk membentuk suatu

masyarakat politik. Ketika masyarakat itu telah terbentuk, kemudian harus membentuk

system kekerabatan patrilineal yang dilanjutkan dengan membentuk suatu sistem strata

sosial yang tepercaya sehingga sosok yang begitu terlihat berwibawa dan terkaya

Hamah Sagrim 296

Page 297: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

diantara mereka akan diangkat secara otomatis sebagai seorang bobot (big man) sesuai

dengan criteria yang telah dilihat untuk memimpin kelompok sosial masyarakat tertentu

guna mencapai sasaran tertentu.

h. Seorang bobot (bigman) adalah pemimpin tertinggi dilingkungan masyarakat Maybrat,

Imian, Sawiat, mula-mula. Seorang bobot ini kemudian bermain kain timur dan

melakukan perkawinan keluar yang mana didalamnya terselubung maksud dan tujuan

tertentu yang akan dicapai kemudian. Ini merupakan awalan orang Maybrat, Imian,

Sawiat, mengenal bermain politik. Permainan politik melalui bermain kain timur dan

perkawinan keluar sebagai suatu strategi menghimpun kekerabatan yang banyak dan

kerabat-kerabat tersebut dijadikan sebagai pengikut sehingga dengan sendirinya pelaku

akan dikatakan sebagai seorang pemimpin atau bobot. Sistem ini dalam kehidupan

tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana seorang bobot (big man) adalah

pembuat sekaligus pewaris keputusan tersebut. Sebagai pembuat ia menetapkan batas-

batas kekuasaan, sedangkan sebagai pewaris ia adalah penerima manfaat yang berasal

dari pelaksanaan kekuasaan tersebut. Inilah pola dan sistem kekuasaan terbatas yang

dilakukan oleh seorang bobot (big man).

o. Terjadinya Stratifikasi Sosial Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.

Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat, tidak ada yang lebih tinggi antara satu

dengan yang lainnya. Akan tetapi dalam kehidupan dan kenyataannya sehari-hari kita sering

menjumpai adanya ketidak samaan. Selalu adanya pembedaan status masyarakat berdasarkan

status yang di miliki oleh setiap orang, atau pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam

kelas-kelas secara bertingkat (strata).

1) Terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat

Stratifikasi yang terjadi didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dapat

terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan mereka, dan selanjutnya disusun

secara sistem kekerabatan keluarga untuk mengejar prestise tertinggi dalam tujuan

mereka. Stratifikasi yang muncul dengan sendirinya pada orang Maybrat, Imian, Sawiat,

adalah pada tingkat kepandaian, kewibawaan, keturunan, kepandaian memimpin,

kepandaian berdiplomasi, kepandaian bermain kain timur dan ukuran harta benda

Hamah Sagrim 297

Page 298: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(ekonomi). Sedangkan stratifikasi yang disusun secara sistem kekerabatan keluarga

sebagai stratifikasi yang disusun berdasarkan garis struktur keturunan dalam sistem

perkawinan yang mana sengaja dimunculkan untuk tujuan bersama oleh kerabat, dan

sistem ini biasanya terjadi dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat,

secara formal dan menyeluruh pada setiap keluarga yang telah kawin mengawin.

Pembentukan stratifikasi ini akan muncul didalamnya sosok penggerak utama yang mulai

melakukan peminjaman kain (feah bo) kepada kerabatnya yang lain. Proses ini serta

merta dengan sendirinya membuat adanya stratifikasi dalam sistem kekerabatan mereka,

dimana pemberi akan dianggap sebagai orang yang terhormat (bobot- big man) oleh

kerabat penerima. Selanjutnya kerabat penerima akan dipandang sebagai orang terhormat

(bobot – big man) juga oleh sesama kerabatnya yang lain ketika ia memberikan

peminjaman kain (feah bo) kepada mereka, walaupun dia juga telah meminjam kain dari

kerabatnya yang lain. Sistem ini saya sebut sebagai sistem “pembaharuan”. Karena

melalui orang yang punya, sehingga membaharui mereka yang tidak punya, dan

seterusnya.

2) Sifat stratifikasi Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.

Sifat stratifikasi masyarakt Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terdiri atas dua sifat

stratifikasi, yaitu; pertama; sifat yang tertutup, dan kedua; sifat yang terbuka.

Pertama; stratifikasi yang tertutup, tidak memungkinkan berpindahnya seseorang dari

satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun gerak ke

bawah. Yang tergolong dalam stratifikasi ini adalah keturunan Raja dan bobot, namun

bobot tidak begitu bertahan lama jika tidak ada usaha untuk mempertahankannya. Satu-

satunya jalan untuk menjadi anggota pada stratifikasi tertentu dalam kehidupan

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, menurut sifat ini adalah ditentukan oleh garis

keturunan keluarga, yaitu keturunannya akan berada pada stratifikasi atas jikalau berasal

dari garis keturunan Bobot atau Raja, namun sebaliknya keturunannya akan berada pada

stratifikasi bawah jikalau berasal dari garis keturunan rayat biasa. Berbeda dengan Sifat

bobot, yang mana bisa berubah atau sebut saja bahwa stratifikasi ini tidak selamanya

baku seperti sifat keturunan dari Raja, karena jikalau tidak ada usaha yang dilakukan oleh

seorang individu untuk mempertahankannya maka akan mengubah stratifikasinya. Bisa

saja yang teratas bisa turun ke bawah jika tidak adanya usaha untuk mempertahankannya,

Hamah Sagrim 298

Page 299: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

begitupula yang terbawah akan menjadi teratas jikalau ia selalu berusaha untuk berubah

menjadi seorang bobot.

Sistem stratifikasi kasta yang tertutup di dalam Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,

Papua, ini dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai beriktu;

1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau keturunan (bobot dan raja).

2. Keanggotaan yang diwariskan tersebut berlaku untuk seumur hidup (khusus untuk

bobot jikalau tetap dipertahankan).

3. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama

klen/keret/marga/famili, dan identifikasi anggota kerabat, bahkan adanya penyesuaian

diri yang terlihat ketat terhadap norma-norma kastanya yang mana selalu dijaga oleh

masyarakat sekitar.

4. Kasta bobot terkait oleh kedudukan yang secara tradisional dan kewibawaan seorang

individu yang ditetapkan sebagai tolok ukur.

5. Sangat memperhatikan prestise.

Kedua; sifat yang terbuka. Sifat ini memungkinkan setiap anggota masyarakat memiliki

kesempatan yang sama untuk pindah ke lapisan teratas. Misalnya karena kecakapan, prestasi,

kemampuan dan kepandaian yang diperoleh sehingga setiap individu yang selalu berusaha akan

memiliki kesempatan untuk beralih ke lapisan atas. Dalam kehidupan masyarakat Maybrat,

Imian, Sawiat, dengan sifat yang terbuka ini, terlihat dengan jelas pula dengan konsep mobilitas

pendidikan sebagai pengubah utama yang begitu vertikal sehingga membawa suatu perpindahan

status, baik ke atas maupun ke bawah melalui stratifikasi pendidikan dan pencapaian dunia

kerjanya.

Dalam stratifikasi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, kedua sistem stratifikasi ini

terlihat begitu menonjol. Akan tetapi menurut analisa kami, bahwa kecenderungan masyarakat

Maybrat, Imian, Sawiat, mulai dari abad ke-20 ― abad ke-21 dan seterusnya, cenderung

menggunakan sifat kedua. Walaupun kelihatannya sifat pertama masih digunakan sebagai resep

pencapaian prestise.

Sistem stratifikasi tertutup pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, telah terlihat jelas

karena masih adanya setiap anggota masyarakat yang tetap berada pada status yang sama dari

orang tuanya, yaitu status dari keturunan bobot dan raja dan sistem stratifikasi terbuka juga

terdapat pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, karena adanya mobilitas persaingan yang

Hamah Sagrim 299

Page 300: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

diperlihatkan oleh setiap individu dalam mengejar prestise tertentu untuk mencapai stratifikasi

teratas. Hal ini terlihat melalui status masyarakatnya yang berbeda latarbelakang dari status

orang tuanya (mereka dapat lebih tinggi maupun lebih rendah karena ditentukan dari garis

keturunan orang tuanya). Namun dalam kenyataannya sekarang bahwa, masih adanya kolaborasi

antara sifat tertutup dan sifat terbuka. Sifat tertutup sangat jelas terlihat melalui tatapan budaya

lokal (seperti ketika membicarakan kain timur – bo bahkan perkawinan pun selalu dipertanyakan

tentang garis keturunan oleh klen wanita). Sedangkan sifat terbuka, akan terlihat jelas melalui

sistem pemerintahan. Kedua sifat ini selalu digunakan sebagai suatu pola kolaborasi dalam

pencapaian prestise.

3) Dasar-dasar stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.

Ukuran atau kriteria yang kami pakai untuk menggolongkan anggota-anggota

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, kedalam lapisan-lapisan stratifikasi adalah:

a. Ukuran kekayaan (Ekonomi)

Di tengah masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang memiliki kekayaan

(ekonomi) paling banyak, akan masuk pada stratifikasi atau lapisan atas (bobot)

b. Ukuran kekuasaan

Ditengah masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang memiliki kekuasaan

atau wewenang terbesar, maka dia akan menempati posisi yang atas (terhormat)

didalam masyarakat.

c. Ukuran kehormatan atau kewibawaan, dan kepandaian.

Ukuran kehormatan, kewibawaan dan kepandaian ini mungkin sekali dapat terlepas

dari ukuran-ukuran kekayaan maupun ukuran kekuasaan. Disini orang yang paling

disegani atau dihormati karena berwibawa, dan pandai maka dia akan mendapat

tempat yang teratas dalam masyarakat. Ukuran semacam ini ditemui pada

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang tradisional.

d. Ukuran ilmu pengetahuan.

Ukuran ilmu pengetahuan didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dipakai

karena kecenderungan mobilitas pengubah stratifikasi mereka saat ini juga ditentukan

oleh ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan yang tradisional (inisiasi wiyon-wofle)

dan pendidikan moderen (pendidikan sekolah).

4) Unsur-unsur stratifikasi di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.

Hamah Sagrim 300

Page 301: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hal-hal yang menjadi unsur-unsur stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian,

Sawiat, adalah: kedudukan (status) dan peranan (role).

1. Status

Status atau kedudukan bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, merujuk pada tempat

seseorang dalam pola tertentu. Dengan demikian bahwa seorang bobot atau raja dapat

menduduki beberapa kedudukan sekaligus, dikarenakan seorang bobot atau raja biasanya ikut

serta dalam berbagai pola kehidupan. Pada umumnya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,

mengembangkan tiga macam status, yaitu; Big Man status (bobot), Ascribe Man status (Raja)

dan Achieved status. Big man status adalah kedudukan dalam masyarakat yang diperoleh karena;

keturunan, kewibawaan, dan kepandaian, yang mana suatu waktu bisa hilang ketika tidak bisa

dipertahankan. Sebaliknya status big man juga bisa diperoleh oleh individu yang bukan berasal

dari keturunan orang tua yang memiliki status big man, karena atas usaha dan kerja kerasnya

dengan didukung oleh kemampuan dan kewibawaannya. Sedangkan acribe man status adalah

kedudukan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang diperoleh melalui keturunan (raja).

Sedangkan Achieved status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh dengan usaha-usaha

yang dilakukannya. Melalui achieved status inilah status bigman (bobot) dapat tercapai. Ketiga

status tersebut masih begitu menonjol dan memiliki peranan penting, serta masih digunakan oleh

masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, walaupun terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara

ketiga status ini dalam pola stratifikasi di dalam masyarakat mereka. Terlihat bahwa masing-

masing penganut ketiga status ini selalu mengembangkannya sendiri-sendiri pada status yang

ada, sesuai dengan kedudukan yang dikenal dengan assingned status, yang merupakan

kedudukan yang diberikan. Dalam ketiga status ini, yang merupakan status yang tidak

terubahkan adalah ascribe man status (status raja).

2. Peranan (role)

Peranan pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki makna sebagai aspek dinamis

dari status atau kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban

sesuai dengan kedudukannya, maka dia selalu menjalankan suatu peranan yang tujuannya untuk

memperoleh prestise. Suatu peranan ini terdiri atas tiga hal, yaitu;

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seorang bobot atau raja di dalam masyarakat.

Hamah Sagrim 301

Page 302: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Peranan adalah suatu konsep tentang perihal apa yang dapat dengan mampu

dilakukan oleh seorang bobot atau raja ditengah masyarakat.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan seorang bobot atau raja yang

sangat penting bagi struktur sosial guna mempertahankan prestisenya.

C. ANALISIS

C.1. Analisa Fungsi Dan Konsep Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Dengan

Pertimbangan Iklim Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal

a. Analisa Bentuk Yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal Rumah Halit-Mbol Chalit

Pada bagian ini, akan dicoba untuk menganalisis bentuk arsitektur rumah halit-mbol chalit

yang tercipta dari hasil Appabolang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan

thermal yang terjadi.

1. Lokasi

Penetapan lokasi bangunan adalah salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian. Lokasi

bangunan adalah salah satu faktor yang turut berperan dalam pencapaian kenyamanan thermal

bangunan. Misalnya lokasi didataran rendah khususnya di daerah pantai kelembaban cukup

mendatangkan masalah, disamping dampak-dampak negatif yang disebabkan tingginya kadar

garam.

Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, lokasi bangunan cenderung

mengikuti garis pantai dan terpencar ke laut, sebagai konsekwensi dari mata pencaharian mereka

sebagai nelayan. Lagi pula ini telah menjadi aturan dan sudah membudaya bahwa suku Maybrat,

Imian, Sawiat, jauh dari laut karena merupakan tempat penyelamatan mereka. Disamping itu,

basis hunian suku Maybrat, dan Imian, Sawiat, berada di daratan. Suku Maybrat, Imian, Sawiat,

mengenal pola perletakan hunian dalam tiga kelompok. Di darat, kelompok hunian diperalihan

darat dan perairan laut, di kelompok hunian diperairan laut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam

gambar fisual berikut:

Hamah Sagrim 302

Page 303: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Lokasi perletakan tiap rumah halit-mbol chalit

(sumber, analisis peneliti. hasil survey, 2004)

Hamah Sagrim 303

Page 304: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Dari lokasi perletakan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas, maka dapat dikatakan

bahwa rumah dengan garis gelombang merupakan rumah yang berada diatas perairan air laut,

sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan angin kencang. Air laut merupakan

penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi. Disamping itu, angin yang bertiup dari

arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi, sehingga bahan-bahan dari logam mudah

berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan garis datar yang menunjukkan bahwa

perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air laut, juga masih dipengaruhi oleh

pasang-surut air laut dan angin kencang. Kelembaban dan korosi/kerusakan bahan logam akibat

tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yang harus diperhatikan untuk mendirikan

bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara daratan dan perairan laut.

Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman dari pengaruh pasang

surut air laut. Namun kondisi kelembaban masih tinggi sekitar 61% - 95%. Begitu pula dengan

kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika lokasinya masih berada di

wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut. Sedangkan yang berada di wilayah

pegunungan dan jauh dari air laut dan angin laut telah diubahkan. Korosi akibat kadar garam di

abaikan.

2. Orientasi

Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan

kenyamanan thermal dalam bangunan. Pengaruh sinar matahari dan angin merupakan dua hal

yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan orientasi bangunan yang akan direncanakan.

Namun untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, orientasi bangun huniannya

tidak merupakan pengejawantahan dari hal-hal yang cenderung bersifat mistis. Namun secara

etika sosial yang terjadi, bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa secara

terhormat bangunan harus menghadap ke jalan. Dilarang atau tidak terhormat membelakangi

jalan karena dianggap sombong dan kurang ajar. Untuk itu, jalan yang berfungsi sebagai sarana

penghubung (kontak sosial) secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap orientasi bangunan.

Begitu pula dengan bangunan yang berhubungan langsung dengan air laut, memiliki larangan

mistis, bahwa bangunan harus menghadap ke laut, karena laut dipercaya sebagai tempat yang

memberi penyelamatan. Sebagaimana kepercayaan mereka bahwa daratan keras/jahat, dan laut

lembut/baik.

Hamah Sagrim 304

Page 305: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Dari uraian diatas bahwa ternyata unsur iklim tidak menjadi pertimbangan dalam

penentuan orientasi arah angin dan posisi lintasan matahari bukan merupakan hal yang penting.

Jadi rumah-rumah yang sisi panjang bangunannya tegak lurus dengan arah angin, dan sisi pendek

ditempatkan pada arah timur dan barat yang diketahui sebagai sisi yang secara tidak disadari

turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan.

Lintasan matahari

Rumah Menghadap

ke jalan sebagai tanda penghormatan

dan kesopanan

Arah Angin

Gambar: Posisi Pertapakan Rumah terhadap Orientasi Matahari dan arah angin

(sumber, hasil analisis peneliti)

3. Bentuk dan Denah

Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai ukuran-ukuran tersendiri dalam menentukan

bentuk bangunan. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam menempatkan tinggi, lebar, panjang,

dipakai dasar ukuran jengkalan jari disesuaikan dengan panjang kayu yang digunakan untuk

memperoleh ukuran yang serasi, yaitu berupa depan, hasta, siku dan jengkal. Depan adalah

Hamah Sagrim 305

Page 306: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

panjang ujung tangan kiri ke ujung tangan kanan jika direntangkan. Hasta adalah panjang dari

unutng tangan ke ujung pangkal bahu atau sebaliknya. Siku adalah panjang dari ujung tangan ke

siku. Jengkal adalah panjang dari ujung jari ke ujung tengah ujung ibu jari jika tangan

dilebarkan.

Ukuran-ukuran tiap rumah halit-mbol chalit adalah sebagai berikut:

a. Jumlah tiang ke arah memanjang 6 buah, ke arah lebar 4 buah pada bagian teras dan

badan rumah. Jarak antara tiang-tiang menurut pengukuran 2,6 m ke arah memanjang dan

2 m ke arah melebar. Sulit menentukan berapa ukuran depan, hasta, siku atau jengkalnya

secara pasti setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda sesuai jengkalan jari

tangannya, lagipula tukan yang membangunnya sudah tidak ada lagi. Untuk ukuran arah

vertikal, tinggi kaki 5-6 m untuk tupuan kolom pada tanah, sedangkan 9-10 m untuk

tumpuan di atas pohon, tinggi badan rumah berfariasi dari 1,70 m, 3,50 m, 2 m, tinggi

kepala 1,90 m.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa bentuk denah yang tercipta dari hasil ukuran-

ukuran tersebut adalah suatu bentuk denah yang pipih, sehingga memungkinkan untuk

diterapkan sistem cross ventilation dan pemanfaatan cahaya matahari kedalam bangunan. Bentuk

seperti ini sangat cocok diterapkan pada daerah tropis lembab, khususnya di wilayah pesisir

pantai sekitar teminabuan, inanwatan, werisar dan sekitar perkampungan dipesisir pantai lainnya

yang kondisi kelembabannya sangat tinggi, seperti di perairan pantai sekitar Sorong Selatan.

Bentuk rumah bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, harus memiliki tiga syarat, baik bentuk ke

arah vertikal maupun bentuk ke arah horizontal sesuai dengan aturan budaya appabolang. Arah

vertikal ditandai dengan hafot/sur (kaki), kriras (badan), dan timanaf (kepala). Arah horizontal

ditandai dengan isit (teras), samu tkah (badan rumah), dan ohat (tungku api/dapur). Syarat ini

masing-masing mempunyai arti dan fungsi tersendiri, yaitu hafot/sur (kaki) merupakan bagian

kotor yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk jahat sehingga harus di tinggikan. Hal ini tentunya

bermanfaat untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah kolong rumah dan juga

bermanfaat untuk mengantisipasi luapan pasang surut air laut. Sumanaf (kepala) yang

dilambangkan sebagai yang maha tinggi, suci, serta dipercaya sebagai tempat makhluk halus.

Tentunya keadaan seperti ini sangat baik untuk mengusir panas yang ada didalam ruang. Samu

tkah tkah (badan rumah) yang posisinya ditengah diapit oleh isit (teras), dari arah horizontal,

hafot/sur (kaki) dan timanaf (atap) dari arah vertikal. Hal ini tentunya baik untuk melindungi

Hamah Sagrim 306

Page 307: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ruang aktivitas keluarga dari sinar matahari langsung, hujan, dan pasang surut air laut.

Disamping inti pengetahuan tentang kisaran pasang surut tercermin dari ketinggian lantai dengan

menentukan sekisar 1,5 – 2 m. Lantai yang ditinggikan dapat memberikan jalan untuk

pergerakan udara bahwa lantai hal ini merupakan solusi yang baik untuk mengatasi kelembaban.

Bentuk rumah halit-mbol chalit dan kaitannya dengan kenyamanan thermal, dapat diuraikan

sebagai berikut:

Rumah halit-mbol chalit merupakan rumah yang berbentuk panggung yang memiliki kaki,

badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolong. Tinggi kaki/kolong

berukuran tinggi sekitar 1,70 m keatas dari permukaan tanah. Kondisi ini memungkinkan untuk

mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah lantai. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada

gambar berikut:

Dapur Kepala

Badan

Badan

Rumah Kaki

Teras

Tangga

Gambar: Rumah halit-mbol chalit berdasarkan budaya appabolang

(Sumber, hasil analisis peneliti)

Hamah Sagrim 307

Page 308: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

4. Bukaan-Bukaan (sistem Penghawaan)

Bukaan-bukaan sangat penting peranannya untuk mendapat penghawaan dalam bangunan.

Sistem penghawaan perlu diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan,

terutama pada bangunan rumah tinggal yang menggunakan sistem pendinginan pasif.

Sistem penghawaan untuk pendingin positif perlu diperhatikan: orientasi jendela, dimensi

jendela, disain sistem daun jendela, dan waktu pembukaan jendela. Untuk kasus penghawaan

rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dilihat contoh rumah halit-mbol chalit berikut:

a. Sistem penghawaan pada rumah halit-mbol chalit yang berada di sisi timur dan barat, terdiri

dari jendela, bukaan keluar yang terbuat dari krepyak kayu dan kaca bening, ventilasi dan

kisi-kisi kayu, bukaan pintu dan kisi-kisi kayu pada batasan atas kearah atap dan kebawah.

Ini tidak searah dengan jalur angin, padahal arah angin dari utara. Jadi posisi bukaan sejajar

arah angin. Hal ini tentunya kurang menguntungkan apabila tidak ditangani dengan

sempurna. Pengontrolan dan pembelokan arah angin ke bangunan sangat diperlukan supaya

ventilasi silang atap tetap terjadi. Yang menguntungkan pada rumah ini adalah ventilasi atap,

yaitu kisi-kisi sisa kayu diantara dinding dan atap yang tidak ditutup dan bukaan sekitar

50,20% dari luas dinding pada sisi utara atau tegak lurus arah datangnya angin. Namun

kondisi ini belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam, khususnya

sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore, sehingga kondisi dalam ruang masih berada

dalam kondisi hangat yaitu sekitar 28°C – 30,2°C.

b. Sistem penghawaan pada rumah yang berdiri pada sisi utara dan selatan terdiri dari jendela,

ventilasi dari kisi-kisi kayu. Orientasi bukaan terbesar berada disisi utara dan selatan. Hal ini

tentunya sangat menguntungkan karena arah angin terbesar pada daerah ini adalah dari utara,

jadi memungkinkan adanya ventilasi silang. Disamping itu, didukung dengan bukaan sekitar

40,80% dari luas dinding. Namun kondisinya seperti halnya dengan rumah yang posisi timur

dan barat, belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam kasusnya

sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore. Sehingga kondisi dalam ruang masih berada

dalam kondisi hangat, yaitu sekitar 28°C – 29,5°C.

5. Atap dan Dinding

Hamah Sagrim 308

Page 309: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Atap dan dinding adalah unsur yang harus diperhatikan untuk melindungi bangunan dari

alam luar. Atap merupakan elemen yang paling banyak menerima radiasi matahari secara

langsung. Untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari

terhadap ruang bawanya. Atap bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap

kebasahan/kelembaban dan hempasan.

Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap selain berfungsi untuk

melindungi bangunan dan panas matahari dan kebasahan hujan, atap juga berpengaruh terhadap

kebiasaan mereka, terutama bagi yang berada disekitar laut selalu memanfaatkan atap untuk

menampung air hujan untuk keperluan minum sehari-hari. Untuk itu kemiringan atap pada

rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, rata-rata 30° - 45°. Kemiringan ini tentu saja dapat

merupakan solusi yang baik untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap, sehingga dapat

mengurangi kebocoran dan pembusukan pada bahan atap, disamping dapat mengurangi

kelembaban yang datang dari atap. Kemiringan atap juga berpengaruh terhadap besarnya panas

yang diterima. Sebagaimana yang dikatakan Zokolay (1981) bahwa atap dasar lebih besar 50%

menerima panas matahari daripada atap miring.

Disamping atap bangunan, dinding juga perlu mendapat perhatian untuk menciptakan kondisi

nyaman dalam bangunan. Dinding yang baik harus senantiasa menjadi pelindung terhadap

radiasi matahari, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dan pelindung terhadap

arus angin luar, serta harus senantiasa memelihara suhu yang diminta di dalam ruang.

Untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi pada bangunan maka dinding harus dibayangi

dan dihindari dari sinar matahari dan dihindari dari sinar matahari langsung. Disamping itu,

bahan dinding sebaiknya mempunyai time lag yang besar namun kerapatan dinding harus diatur

agar tetap memiliki bagian-bagian yang berlubang sebagai ventilasi alami.

Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, bahan dinding terdiri atas

beberapa bahan utama, yaitu Kulit kayu, Papan kayu, gaba-gaba/pelepah sago, dedaunan. Namun

yang masih digunakan hingga sekarang adalah papan kayu yang mempunyai time lag yang kecil,

sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan.

Temperatur ruang luar dan ruang dalam tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk

itu, dinding dan bukaan-bukaan baru senantiasa dilindungi dari sinar matahari.

6. Overstek

Hamah Sagrim 309

Page 310: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Overstek atau pelindung seperti yang diuraikan didepan sangat besar peranannya untuk

menciptakan kenyamanan dalam bangunan. Overstek-overstek yang lebar dan sudut jatur atap

yang begitu memanjang hingga badan bangunan sangat dibutuhkan untuk menghambat sinar

matahari yang masuk kedalam ruang secara langsung, memberi bayangan peneduh dan

melindungi hujan.

Untuk kasus rumah tingga Maybrat, Imian, Sawiat, overstek atau pelindung sangat

dibutuhkan seperti sisi bangunan. Hal ini tentunya untuk melindungai dinding terutama dari sinar

matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan dan kayu dengan time

lag yang kecil. Namun kenyataan penggunaan overstek/pelindung pada rumah halit-mbol chalit

yang diteliti hanya bagian depan dan belakang yang mendapat perlindungan overstek, sedangkan

bagian sisi kiri dan kanan tidak, atau hanya menggunakan panjangnya ukuran jatuh atap yang

hingga menutup paruh dinding bagian atas. Ukurannya sekitar 80-100 cm.

7. Material dan Warna

Material dan warna yang digunakan pada bangunan juga perlu mendapat perhatian, karena

kedua unsur ini sangat berpengaruh terhadap penambahan panas di dalam bangunan. Color can

influence of heat absorbed by the building surface that affect internal temperature. Jika

pendinginan fakor utama pada perencanaan bangunan, maka kombinasi bidang dengan warna-

warna muda dan dinding yang mampu melawan panas perlu diperhatikan.

Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, penggunaan material dan warna

pada atap, dinding dan lantanya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Atap

Roof design id the result of geographical condition, climate is the reason for the “slope”,

while the local soil conditions explain the choise of certain “materials”. Pengertian ini

sangat relevan bila melihat kondisi tanah yang sangat lemah daya dukungnya, berupa

tanah lempung dan tanah lumpur sehingga pemilihan material atap bangunan sangat

dipengaruhi oleh daya dukung tanah. Penggunaan material atap dipermukiman kampung

Maybrat, Imian, Sawiat, hanya dijumpai dua jenis, yaitu atap daun dan atap seng.

Penggunaan atap daun bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada faktor

ekonomi dalam ukuran sekarang ini, namun merupakan bahan utama pada zaman lampau

(prasejarah). Namun perlu diketahui bahwa penggunaan atap daun sangat baik untuk

meredam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, pengudaraan baik, dan

Hamah Sagrim 310

Page 311: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

warnanyapun merupakan warna alami. Atap daun ini dapat merefleksi panas antara 20% -

23%. Kekurangan/kendala penggunaan atap daun yaitu, atap ini berongga sehingga

mudah mengundang cendawan, lumut, serangga, dan hama lain yang tidak menyedapkan,

bahkan sering berbahaya. Atap ini juga mudah untuk terbakar. Namun untuk pencegahan

terhadap hama dan lain-lain dapat diatasi dengan pengawetan atau difusi dengan cara

mengawetkannya dibawah sinar matahari selama 1-2 bulan tergantung kekuatan bahan

yang diawetkan, yang mana jika terlihat pada bentuknya jika sudah awet baru

difungsikan. Namun untuk penduduk yang berada di pesisir air laut, biasanya

mengawetkan dengan menggunakan air garam, dan sinar matahari, hal ini tentunya

menguntungkan untuk penggunaan atap daun. Tapi disisi lain penggunaan atap seng tentu

saja air garam menjadi musuh dan sangat bertolak belakang, karena dapat menyebabkan

korosi sehingga mudah bocor. Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat,

disamping karena pertimbangan konstruksi yang ringan juga terhadap kebiasaan

menampung air hujan, terutama mereka yang berada di air laut. Air hujan dari cucuran

atap seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi

panas 90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tingga suku Maybrat, Imian,

Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Warna ini dapat merefleksi panas sekitar

40% - 35% walaupun demikian penggunaan material ini cepat menjadi panas, sehingga

berpengaruh pada kondisi comfort di dalam ruangan. Untuk itu, guna dapat

mengantisipasinya dengan pasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping

itu, diisi bawah atap seng mudah menjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu,

konstruksi kayu yang berada dibawahnya harus terlindungi benar dari kelembaban. Hal

ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan harus bisa bernafas, artinya hawa

udara senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat,

Imian, Sawiat, dapat dikatakan telah merespon terhadap kondisi ini, dapat dilihat pada

pemasangan kisi-kisi kayu yang memungkinkan terjadinya pengalihan udara.

b. Dinding

Material dinding yang digunakan pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat,

umumnya dari Papan Kayu, dan ada yang diberi cat/warna, ada yang memanfaatkan

warna alami kayu, sehingga permukiman kampung nampak ramai dengan warna-warni.

Pemilihan material kayu untuk bahan dinding didasarkan pada pengetahuan warga

Hamah Sagrim 311

Page 312: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tentang lingkungan alamnya, yaitu mereka cenderung memilih kayu yang permukaannya

kasar dengan jenis-jenis kayu tertentu yang sudah dikenal semenjak temurun yang

digolongkan sebagai kayu yang kuat. Dari rumah yang diteliti, hampir keseluruhan rumah

hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, hampir menggunakan jenis kayu yang sama, yaitu

kayu besi (ataf), Matoa, dan kayu ulin yang dianggap berkualitas baik. Materi kayu

mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40% tahan terhadap angin, hujan dan

mempunyai kemampuan pengisolasian panas sedang, serta tingkat penyerapan sekitar

40% - 60% apabila dengan perawatan yang baik dan konstruksi yang tepat.

Penggunaan warna bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada

pengetahuan tentang tingginya kelembaban dilingkungan dengan mengikuti pola yang

dilakukan oleh orang Hindia Belanda terdahulu dan juga tentunya untuk memberi nilai

estetika. Menurut pengalaman mereka bahwa dengan memberi warna atau cat pada

dinding, lebih dapat bertahan terhadap basah/lembab daripada tidak sama sekali.

Pemakaian cat pada dinding tiap rumah halit-mbol chalit, semuanya memakai warna yang

memiliki daya serap sekitar 20% - 60% atau daya daya pantul 80% - 35%. Hal ini

tentunya dapat membantu untuk mengurangi perolehan panas dalam bangunan.

c. Lantai

Penggunaan material lantai sama dengan dinding, yaitu yang memilih material kayu yang

permukaannya licin. Terhadap pertimbangan pengaruh iklim, pemakaian lantai kayu

sangat mereduksi panas, lagi pula lantai kayu hangat untuk malam hari yang begitu

dingin. Sedangkan kelembaban yang timbul akibat penguapan air dikolong lantai disiasati

dengan konstruksi penggung tampa penutup kolong, sehingga dapat mengalir dengan

baik.

8. Pola Penataan Hunian

Pola penataan Hunian permukiman ini bileh dikatakan masih serawut dan tidak teratur.

Hanya barisan depan menghadap jalan yang berbaris rapi, sedangkan hunian lainnya bersebaran

ke arah laut dan hutan tanpa keteraturan. Pola penataan hunian dikampung agaknya menyimpang

dari teori bahwa untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan yang teratur dalam bentuk

grid dan dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus dengan bangunan sebagai pebatas

tepi akan sangat sesuai, dengan pola yang dimanfaatkan untuk ventilasi dalam bangunan dan

diharapkan menjadi lancar (Gideon S Golony, 1995).

Hamah Sagrim 312

Page 313: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Faktor – faktor iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam ruang.

Penelitian mengenai kenyamanan thermal baik dari Szokolay (1980), Egan (1975), maupun

dari Santoso (1986), tidak disepakati suatu besaran kenyamanan yang sama. Kenyamanan

thermal tidak dapat diartikan sebagai suatu besaran tetap, tetapi merupakan ambang batas relativ

yang menunjukkan bahwa kondisi iklim tertentu, lingkungan sekitar, jenis kelamin, kelompok

usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor – faktor yang

mendukung kenyamanan thermal adalah sebagaimana pada tabel berikut :

Faktor – Faktor Kenyamanan thermal

FAKTOR FISIOLOGI

FAKTOR PERANTARA

FAKTOR FISIK

Makanan Pakaian Temperature UdaraRas Bangsa Aktivitas Temperature dindingUmur Penyesuaian KelembabanJenis Kelamin Musim Gerakan udaraKondisi Tubuh Jumlah penghuni Tekanan UdaraSituasi lingkungan Psiko factor Komposisi Udara

Listrik UdaraPengaruh AkustikPengaruh Mata

Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi kondisi, evaporasi dan radiasi.

Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya

memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon

seseorang terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga ia akan mampu merasakan kenyamanan

thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan

kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor – faktor ini akan menghasilkan suatu nilai

kenyamanan thermal tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Hamah Sagrim 313

Page 314: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Diagram faktor – faktor Kenyamanan Thermal.

KEHILANGAN PANAS PADA MANUSIA

Konveksi (40 %) Evaporasi (20 %) Radiasi (40 %)

Konduksi (Sangat Kecil)

Temperatur Udara Radiasi PergerakanUdara Kelembaban Relatif

Elemen – Elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan thermal adalah :

a. Radiasi (radiation)

Kenyamanan radiasi (thermal comfort) merupakan hal penting dalam menciptakan suatu

kenyamanan dalam ruang. Walau hal ini tergantung pada Radiasi matahari (sun rise).

b. Temperatur udara (air temperature)

kenyamanan temperatur (thermal comfortable) juga merupakan suatu hal penting dalam

menciptakan suatu kenyamanan di dalam ruang, walau hal ini tergantung dari perasaan pada

bagian subjektiv (subjective veeling state) dan perasaan kenyamanan (convortable veeling)

namun ini harus tetap diusahakan agar dapat tercipta, karena walaupun bagaimana manusia

mempunyai kemampuan adaptasi yang terbatas, dan bila hal ini terlampaui maka bisa

mengakibatkan gangguan. Penyelesaian dari masalah ini adalah berkaitan sangat erat dengan

faktor – faktor kenyamanan lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan.

Hamah Sagrim 314

Page 315: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sesungguhnya sangat sukar sekali dalam menentukan ukuran – ukuran kenikmatan secara

tepat oleh karena kombinasi dan pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m -7,63m /menit,

suhu udara 20,4°C dan kelembaban 20% - 70%, dan kecepatan pergerakan udara sama

seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperature udara, kelembaban, dan kecepatan angin

yang membentuk temperature nyaman pada saat tersebut di katakan sebagai temperatur

efektif. Lihat tabel beikut:

Gambar : Diagram kenyamanan, menurut Olgyay (Sumber, Lippsmeier, 1994

c. Kelembaban dan Curah Hujan (evaporate and rain)

Kelembaban udara dapat mengalami fluktuasi yang tinggi, sangat tergantung terutama

pada perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula

kemampuan udara menyerap air. Kelembaban relativ menunjukkan perbandingan antara

tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air maksimum yang mungkin dalam kondisi

temperatur udara tertentu yang di nyatakan dalam porsen. Udara yang telah jenuh tidak dapat

menyerap air lagi karena tekanan air maksimum telah tercapai. Sedangkan kelembaban

absolut adalah kadar air dari udara yang dinyatakan dalam garam perkilogram udara kering,

Hamah Sagrim 315

Page 316: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dengan cara mengukur tekanan yang ada pada udara dalam kilo pascal (Kpa) atau disebut

juga tekanan uap air.

Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40 – 70%. Padahal tempat – tempat

seperti ditepi pantai, berkisar 80%-98%. Untuk itu diperlukan pengembangan lain demi rasa

comfort tubuh. Dengan kata lain proses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara

sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi. Khusus yang tinggal di

daerah pantai harus diingat bahwa angin laut selain membawa kelembaban, jug membawa

kadar garam yang tinggi, yang menyusup dan merusak bahan – bahan logam di mana –

mana.

Pengaturan kelembaban dalam ruang juga sangat penting karena kelembaban ruangan

yang tinggi dapat menyebabkan penggemburan permukaan kaca pada musim dingin dan

kelembaban rendah dapat mengakibatkan masalah listrik statis. Di daerah iklim tropis yang

bercurah hujan tinggi, faktor kelembaban harus mendapat perhatian. Kelembaban dapat

membawa bahaya dan kerugian – kerugian. Mengakibatkan dinding – dinding menjadi basah

yang mana bisa mengurangi daya isolasi kalor, sedangkan penguapan kebasahan dinding juga

membuat ruang menjadi dingin, menambah kadar uap air didalamnya. Itu semua mendorong

uap air dalam ruangan untuk berkondensasi. Kelembaban yang tidak ditiup pergi oleh angin

dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan di dalam ruang.

Pada kenyataannya orang dipantai tidak terlalu merasa kesal terhadap suhu. Yang paling

dirasakan sebagai penyebab ketidak enakan bukan pertama suhu udara, melainkan

kelembaban. Selain itu kelembaban dapat menimbulkan pembusukan pada kayu, pengkaratan

logam – logam.

Hamah Sagrim 316

Page 317: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gambar: Diagram Psikometerik (sumber, Lippsmeier, 1994 )

d. Penggerakan Udara (air wave)

Penggerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan – lapisan yang berbeda –

beda. Angin yang diinginkan, angin lokal, sepoi – sepoi yang memperbaiki iklim makro,

angin yang memiliki gerakan kuat tidak diharapkan sehingga pemecahan harus diberikan.

Gerakan udara didekat permukaan tanah dapat bersifat sangat berbahaya dengan gerakan di

tempat yang tinggi. Semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara.

Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Di daerah lembab diperlukan sirkulasi

udara yang terus – menerus. Di daerah tropika basah, dainding – dinding luas sebuah

bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk

pencahayaan. Sedangkan perbandingan untuk kecepatan angin, dan akibat serta pengaruh

yang ditimbulkan pada manusia di lingkungannya. Lihat tabl :

Hamah Sagrim 317

Page 318: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tabel: Perbandingan untuk Kecepatan Angin, dan Akibat serta Pengaruh yang

ditimbulkan pada Manusia di Lingkungannya

Beufort

No

Indikasi / Gejala Kecepatan (kmph)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Asap berhembus vertical

Arah angin tampak dari serabut lepas dari asap,

belum dari kepulan

Asap yang condong menuju arah angin.

Angin terasa diwajah, menimbulkan desiran, kepulan

asap condong

Menuju arah angin.

Ranting – ranting kecil dan dedaunan bergerak terus,

angin bisa meningkatkan kibaran bendera

Angin menghamburkan debu dab kertas,

menggerakkan gerakan dahan- dahan kecil

Angin menggoyangkan pepohonan kecil, terjadi riak

– riak kecil ombak / gelombang

Bergoyangnya dahan besar, timbulnya bunyi kabel

telegraph bersinggungan akibat tertiup angin, paying

terbuka sulit dikuasai

Seluruh pepohonan bergoyang, gangguan melawan

angin dirasakan oleh pejalan kaki

Ranting pohon patah, kepayahan pejalan kaki di jalan

Pepohonan bertumbangan, timbulnya kerusakan kecil

pada bangunan, genteng – genteng bangunan mulai

beterbangan.

Terjadinya kerusakan lebih parah pada konstruksi

bangunan, pohon – pohon ambruk

Terjadinya kerusakan/malapetaka yang lebih luas

Kurang dari 1.5

Hamah Sagrim 318

Page 319: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Angin ribut / badai tofan

Untuk bangunan di daratan yang berdataran tinggi, harus memperhatikan sifat angin yang

kadang – kadang kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan

lembabnya gerakan angin di suatu daerah, dan sangat perlu juga diketahui arah angin

setempat.

Untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid dengan

pola jalan yang saling memotong tegak lurus, namun di wilayah Maybrat Imian Sawiat

menggunakan pola linear, yang mana penataan bangunan mengikuti alor gunung, sungai dan

pantai.

e. Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis di Indonesia

Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim

tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas

manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula.

Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual

yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu

udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi

rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan.

Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat

ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan,

diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah

menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.

Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim

dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus,

manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam

bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan

udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilihberada di luar bangunan.

Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam

bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk

memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas

manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang

kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau

Hamah Sagrim 319

Page 320: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

tidakatau karena aturan membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya

arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan

permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap

yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga

panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.

Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis

setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan

sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain

diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern

(post-modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur

teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekon.

Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim

setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik

iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di

manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap

ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi

warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-

embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut

arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentuyang antara lain

menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke

dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern baru dan dekonstruksi.

Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun

karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah iklim

tersebut.

Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini

sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang

disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki

ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur

yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat.

Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan

arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur

Hamah Sagrim 320

Page 321: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi ataupun High-

Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun

berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup

mengatasi problematik iklim tropishujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif

tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif

rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman

ketika berada di dalam bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya

mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu

menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain

yang tepat.

Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana

arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja

sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi

kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman

semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk'

atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang

yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi,

pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan

terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur

tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam

unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit

lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk

bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam

bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan

kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.

Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di

Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan,

didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam

bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'.

Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan

berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka

Hamah Sagrim 321

Page 322: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yang mendalami persoalan iklim dalam arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh

disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan jawaban yang lebih

tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur

tropisKoenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Bakermemiliki

spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori

arsitektur.

Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat

dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian

'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara

tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan

dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut.

Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional

Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya

tidak seluruhnya benarpembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini

pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni

kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori

arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan

arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di

seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga

pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.

Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur

tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa

sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di

wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan

persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan

kelembapan tinggi.

c. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Halit-Mbol Chalit

Bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta berdasarkan

budaya appabolang ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan – pertimbangan kondisi iklim

lingkungannya. Untuk itu pada bab analisisi ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal

Hamah Sagrim 322

Page 323: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang mampu mengantisipasi

iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya, sebagai berikut:

1. Pengaruh Sinar Matahari

Secara umum, sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya matahari

dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun, sinar matahari terutama sinar matahari

langsung, mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas

kedalam bangunan perlu dihindari.

Letak georafis Kabupaten Sorong Selatan pada daerah khatulistiwa berada pada posisi 131°

42¹ 0”BT - 132° 58¹ 12”BT dan 0° 55¹ 22” LS - 2° 17¹ 24” LS. Kabupaten Sorong Selatan yang

luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta). Berdasarkan diagram posisi matahari (sun-

path diagram), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah

pukul 12.6. jadi jumlah panas maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik

kulminasi yaitu pukul 12.6 siang.

Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul

10.00 – 15.00. berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah sampel

dapat ditentukan. Berdasarkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi penelitian ini dipilih 6°

selatan. Kedalaman pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 13.00 dan jam

15.00 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel sudut jatuh matahari pada fasade bangunan rumah halit – mbol chalit

Tgl/bln

Tampak

Bangunan

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

SV AH AZ T

M

SV SH AZ TM SV SH AZ TM

22 Juni

Utara 59¹

49¹ 49¹

62¹ 24¹

338

¹

60¹

55¹ 56¹

316¹ 40¹

Selatan - - - - -

Timur 58¹ - - - -

Barat - 78¹ 67¹ 45¹ 34¹

22 Des

Utara -

119¹ 56¹

- -

217

¹

70¹

- -

245¹ 46¹

Selatan 72¹ 75¹ 37¹ 70¹ 56¹

Timur 60¹ - - - -

Barat - 78¹ 53¹ 48¹ 25¹

Sumber: Hasil analisis Peneliti

Hamah Sagrim 323

Page 324: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Berdasarkan sudut matahari pada tabel diatas, maka kedalaman pembayangan matahari pada

fasade dapat diketahui dengan menggunakan formula dari persamaan (1) seperti terlihat dalam

tabel berikut:

Tabel: Kedalaman Pembayangan Matahari Pada Fasade Bangunan rumah Halit - mbol Chalit

Tgl/

bln

Tpk Bgn

PEMBAYANGAN MATAHARI (M)

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

22

Juni

Ut 7.2 1.6 1.4 1.8 5.2 1.8 6.3 1.4 1.2 1.5 4.9 1.5 7.3 1.6 1.4 1.8 5.3 1.8

Sel Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Tim 0.78 6.3 1.3 6.4 1.48 6.27 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Bar Max Max Max Max Max Max 5.6 5 4.48 5.6 0.99 0.89 0.79 0.99 0.79 0.99 0.89 0.99

22

Des

Ut Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Sel 3.69 3.3 13.7 3.69 3.3 3.69 2.88 2.59 10.7 2.88 2.59 2.88 3.85 3.47 14.2 3.85 3.47 3.85

Tim 1.51 5.78 1.2 5.9 1.37 5.78 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Bar Max Max Max Max Max Max 4 3.7 3.3 4 3.7 4 1 0.9 0.8 1 0.9 1

Sumber: Hasil analisis Peneliti

Dari Tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk rumah halit-mbol chalit

pada bulan Juni dan desember Jam 10.00, dinding dengan bukaan kaca disisi timur masih terkena

sianr matahari langsung. Untuk itu masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,4 –

1,7 m. Begitu pula pada sisi barat Jam 13.00 dan 15.00 masih membutuhkan pematah sinar

matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m. Sedangkan yang lainnya pada bulan Desember disisi timur jam

10.00, sisi barat Jam 13.00 dan jam 15.00, serta sisi selatan pada bulan Desember Jam 13.00 dan

jam 15.00 masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang masing-masing 1,4 – 1,8 m,

1,5 -2 m dan 1,2 – 1,5 m. Sedangkan pada bagian rumah yang lain, pada bulan Juni jam 15.00

sisi utara dan pada bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00 dan 15.00, masing-masing

membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,3 – 1,5 m dan 1,5 – 2 m. Bagian rumah yang

lain, pada bulan Juni dan Desember sisi selatan jam 10.00, 13.00, dan 15.00 masing-masing

membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,5 – 1,7 m, 1,5 – 1,8 m, dan 1,3 – 1,5 m.

Hamah Sagrim 324

Page 325: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sedangkan untuk sisi rumah yang lain, pada bulan Desember sisi selatan jam 10.00, bulan Juni

sisi utara jam 10.00 dan bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00, jam 15.00, masing-

masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m, 1,2 – 1,4 m, dan 1,5 – 1,7

m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Kebutuhan Panjang Pematah Sinar Matahari

(sumber, data anlisis peneliti)

Rumah Fasade

bangunan

Jam Bulan

Pnjng pemathn

Sinar matahari

Yg dibutuhkan

Bpk,

Moses

Timur 10.00

Juni & Des

1.4m – 1.7m

Barat 13.00 , 15.00 1.4m – 1.8m

St.

Bilbroun

Utara 10.00 , 13.00

15.00

Juni 1.2m – 1.5m

Selatan Des 1.2m – 1.3m

Ibu

Balandina

Timur 10.00 Juni & Des 1.4m – 1.8m

Barat 13.00 , 15.00 1.5m – 2m

Utara Des 1.2m – 1.5m

Bpk,

Harun

Utara 15.00 Juni 1.3m – 1.5m

Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m – 2m

Timur 10.00 1.5m – 1.7m

1.5m – 1.8m

Bpk,

Yafet

Barat 13.00 , 15.00 Des 1.3m – 1.5m

Selatan 10.00 , 13.00, 15.00 1.2m – 1.5m

Selatan 10.00 Juni 1.2m – 1.4m

Bpk,

Yefta

Utara

Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m – 1.7m

Sumber: Hasil Analisisi Peneliti

Hamah Sagrim 325

Page 326: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

d. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal dengan Kenyamanan Thermal.

Iklim tropis lembab adalah jenis iklim yang sangat sulit ditangani untuk mendapatkan

tingkat rsponsibilitas yang maksimal. Tanpa pengkondisian udara buatan, jelas sulit untuk

mencapai kondisi internal yang nyaman untuk dihuni (Szokoli 1981).

Segala bentuk pendinginan pasif sulit untuk dirancang secara arsitektur, hal ini disebabkan

kondisi iklim yang unik. Kelembaban radiasi inframerah. Demikian pula suhu udara malam hari

yang tidak terlalu rendah tidak mungkin untuk memanfaatkan pendinginan secara konveksi.

Kenyamanan hanya dapat dicapai apabila pada suatu kondisi udara tertentu, hanya dapat

dicapai apabila terdapat suatu kecepatan angin tertentu yang mampu menghasilkan proses

evaporasi tubuh yang seimbang, dengan kata lain eksistensi angin dalam hal ini diperlukan

terutamauntuk perancangan ruang luar. Dalam rangkaian tatanan ruang berhubungan erat dengan

elemen rumah seperti: atap, dinding, lantai dan sebagainya. Dari uraian ini maka dapat dikatakan

bahwa rumah tinggal (bangunan) beserta elemen – elemen pembentukan dan tatanan

lingkungannya memberikan sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan. Berikut

uraiannya :

a. Faktor Pembentukan dan Elemen Bangunan

Bentuk dan elemen bangunan merupakan factor penting yang perlu dipertimbangkan

untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunan. Bentuk bangunan yang tepat adalah

bentuk yang mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk pencahayaan alam dan

menghindari panas yang timbul. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada jalannya angin

untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan. Bentuk dan elemen – elemen

bangunan yang dimaksudkan meliputi : Bentuk dan denah, atap dan dinding, overstek, serta

material dan warna.

1) Bentuk dan Denah

bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk bangunan yang mampu mendapatkan matahari

pagi dengan menghindari panas pada siang hari. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada

jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan. Sehubungan dengan

pergantian udara didalam ruang, maka didalam ruang tersebut harus diperbarui, misalnya

untuk ruang yang bervolume 5 m³/orang, bahwa udara dapat diganti sebanyak 15

m³/orang/jam. Bila volume kurang dari itu, maka pergantian udara harus lebih cepat lagi

Hamah Sagrim 326

Page 327: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

yaitu 25 m³/orang/jam. Pada dasarnya bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian

Sawiat berdenah membentuk Empat Persegi.

2) Bukaan

Tidak dapat disangkal lagi didalam usaha untuk menghasilkan suatu perencanaan yang

baik, bukan saja luas dan sisi dari ruangan yang harus mendapat perhatian, tetapi juga

penempatan serta ukuran yang tepat dari bukaan – bukaan (Pintu, Jendela dan lubang

ventilasi) perlu mendapat kajian yang teliti, demi tercapainya kenyamanan.

Ukuran dari bukaan lebih tergantung pada pertimbangan keampuan menerima sinar

matahari, dan kemudian memeriksa daripada pertimbangan temperature. Dari sisi menerima

sinar matahari paling sedikitnya bukaan. Penempatan bukaan juga dibuat pada sisi paling

mudah untuk memeriksa. Untuk ventilasi dari penerangan alami, dalam banyak kasus, suatu

jendela berupa 20% luasan dinding telah mencukupi.

Jika kelebihan panas terjadi, ventilasi silang perlu diberikan, tetapi pada beberapa

bagian waktu, hal itu turut menyumbang pada perasaan dinding yang tak nyaman sehingga

perlu disiapkan penutup bukaan – bukaan, jendela dan pintu. Disisi lain, jika tida ada angin

yang kuat yang perlu dihindari, maka orientasi bukaan tidak memperhatikan perlunya angin

langsung, sehingga perolehan panas matahari menjadi satu – satunya factor dalam pengaturan

orientasi jendela.

3) Atap dan Dinding

Atap dan dinding pada bangunan adalah bagian – bagian yang paling banyak menerima

radiasi matahari secara langsung. Radiasi tersebut melalui proses refleksi dan atau transmisi

yang dihantarkan masuk kedalam ruangan. Atap sampai sejauh ini merupakan elemen yang

sangat penting, karena menerima tadiasi terbesar. Hal ini disebabkan kedudukannya yang

langsung menghadap matahari, untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi

pengaruh matahari terhadap ruang dibawahnya.

Bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap panas dan sinar matahari, juga

terhadap hujan yaitu terhadap kebasahan / kelembabannya dan hempasannya. Atap berfungsi

sama dengan dinding. Dinding bangunan harus menghadapi alam luar dan ruang dalam.

Untuk menghadapi alam luar, dinding harus menjadi pelindung terhadap radiasi matahari,

isolasi/penghalang kalor dari luar, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari

Hamah Sagrim 327

Page 328: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

luar, serta pelindung terhadap arus angin luar. Terhadap ruang dalam, dinding harus

senangtiasa memelihara suhu yang diminta dalam ruang, pengatur derajat kelembaban dalam

ruangan, dan mengatur ventilasi didalam ruangan.

Terhadap kenyamanan bangunan yang berkesinambungan/menerus ada beberapa cara

yang dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi terhadap bangunan, yaitu

dengan cara pembayangan atap dan didalam ruangan, kerapatan dinding harus diatur agar

tetap memiliki bagian – bagian yang berhubungan sebagai ventilasi alami.

4) Overstek / Pelindung

Pada daerah dengan iklim panas – lembab, overstek – overstek yang lebar dan serambi

yang luas sangat dibutuhkan untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan dan juga

memberi bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi – kisi digunakan untuk melindungi

bukan – bukan selama periode kemarau, dan juga memberi keuntungan pada musim hujan,

yaitu dapat melindungi dari hempasan air hujan.

System pemayungan atau penyaringan merupakan cara yang cukup bermanfaat untuk

mencapai kenikmatan terhadap sengatan dan silau matahari. Pemayungan atau penyaringan

sinar matahari selain bermaksud mengurangi atau memperlunak sengatan dan silau, sekaligus

juga mengurangi kalor yang terpantul dari benda atau bidang – bidang halaman.

Penggunaan overstek atau elemen – elemen pematah sinar matahari harus deperhitungkan

terhadap arus ventilasi. Jika sesuatu bangunan akan memanfaatkan semaksimal mungkin

maka potensi alami elemen fisiknya harus dipilih sedemikian rupa sehingga cocok sebagai

alat pelindung matahari tetapi sekaligus tetap untuk system ventilasinya.

5) Material dan Warna

Material dan warna juga merupakan salah satu unsure yang mempengaruhi panas dalam

bangunan. Warna dapat mempengaruhi terhadap jumlah panas yang berpengaruh terhadap

suhu udara dalam bangunan. Pemilihan warna, struktur dan material/bahan bangunan harus

benar – benar dikombinasikan dengan cermat.

Permukaan air / kulit bangunan yang reflektif dapat digunakan sepenuhnya untuk

mengurangi beban panas. Warna putih atau permukaan terang sangat menguntungkan untuk

bangunan yang dihuni sepanjang siang hari. Dalam kasus bangunan digunakan sepanjang

Hamah Sagrim 328

Page 329: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

hari, akan lebih baik kalau panas matahari bisa disimpang untuk malam hari. Namun hal ini

kurang tepat untuk daerah tropis di dataran rendah. Pada malam hari temperature menjadi

rendah tetapi kelembabannya tinggi. Karena itu bahan terang yang lebih memantulkan panas

bisa lebih cocok.

Nilai – nilai pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis

permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga merupakan data –

data yang sangat penting untuk penggunaan bahan bangunan yang tepat. Berikut lihat tabl

nilai – nilai pemantulan dan penyerapan berbagai bahan jenis permukaan sebagai berikut :

Hamah Sagrim 329

Page 330: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Tabel Nilai – nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan Jenis Permukaan

Bahan Kondisi Permukaan % Penyerapan % Pemantulan

Aluminium

Cat

Semen Asbes

Aspal / bitmen leftBetonGenteng MerahTanah ladingRumputKayu

KalengTembaga

MarmerPasir putih

Slate abu – abuBatu–batu karangPudarAirBata merah

DipolesFoilDioksidaPerungguAluminiumKuningAbu – abu mudaHijau mudaMerah mudaHitamPutih, berkilatPutih kapasBaru putihSlateLama

Pinus atau baru Kayu keras

BaruPudarPutih

Perak

Danau atau Laut

10 – 3035 – 4040 – 65 50 – 55 25 – 55 5070 – 8050 – 6065 – 7585 – 9520 – 3010 – 20 40 – 6060 – 95 70 – 85 85 – 9560 - 7060 – 7570 – 8580 40 – 6085

25 – 306540 – 50 4070 – 90 75 – 90 80 – 8590 – 9590 – 95 60 – 75

90 – 7065 – 6060 – 36 50 – 4575 – 455030 – 20 50 – 40 35 – 25 15 – 580 – 70 90 – 80 60 – 40 20 – 530 – 1515 – 5 40 – 3040 – 3530 -152060 – 4015

73 – 703560 – 506030 – 1025 – 1020 – 1510 – 510 – 540 – 25

Sumber: Hasil Analisa Bahan Teknik Arsitektur

Hamah Sagrim 330

Page 331: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal Bangunan

Dalam bangunan rumah tinggal, yang dikehendaki adalah pendayagunaan alam natural untuk

proses pendinginan, maka salah satu cara mengurangi dampak panas ini adalah dengan cara

memberikan system control pada bangunan. System kontrol dengan pendekatan semacam ini

disebut sebagai system pendinginan pasif. Pada dasarnya control thermal di dalam bangunan

dilakukan dengan pendekatan perancangan arsitektur yang beradaptasi optimal terhadap kondisi

alam.

Penempatan bangunan dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur

ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperature yang

kecil saja terhadap temperature luar atau gerakan udara labatpun suda dapat menciptakan

perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di dalam ruang.

Telaah kenyamanan thermal bangunan tidak bisa berdiri sendiri pada suhu udara, namun

harus bersama dengan aspek iklim yang lain, yaitu kelembaban relative, radiasi, matahari dan

kecepatan angin yang ada. Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior adalah :

Orientasi bangunan

Ventilasi

Pelindung matahari

Pelembaban udara (tindakan pengurangan)

Pengisolasian panas

Vegetasi

Hal ini memang bahwa perancangan dengan tujuan mencapai tingkat kenyamanan thermal

optimal dalam ruang bisa ditinjau dengan memperhatikan variabel – variabel rancangan :

Orientasi bangunan

Luas ruang / kebutuhan ruang

Tinggi laingit – langit / system penghawaan

Luas bukaan / system penghawaan

Tipe insulasi pada atap dan dinding

Kemampuan isulasi atap dan dinding (material dan faktor refleksi)

System pembayangan radiasi matahari

Kemampuan serap panas atap dan dinding

Hamah Sagrim 331

Page 332: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang menjadi inti permasalahan yaitu :

Iklim, (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan angin dan aspek

curah hujan)

Kondisi dalam ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai.

Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modife.

Dalam skala lingkungan yang lebih besar, lingkungan luar membentuk kondisi makro yang bisa

berupa kondisi geometi, kepadatan bangunan, serta kondisi permukaan pada lokasi bersangkutan.

Gambar: diagram pembetukan kondisi makro pada permukaan lokasi

Kondisi alam/makro

Kontrol iklim mikro/lingkungan

Kontrol structural bangunan

Variabel Kontrol mekanis

iklim

Sumber: Hasil analisis Peneliti

Akhir dalam perancangan thermal ini adalah kondisi dalam ruang yang langsung

berhubungan dengan manusia. Akhirnya bahwa bangunan harus berubah, sistem lingkungan

diluar menjadi suatu lingkungn didalam yang sesuai untuk habitasi manusia.

e. Analisis Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan.

1. Lokasi

Lokasi adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendirikan bangunan,

khususnya bila ditinjau dari sisi kelembaban. Misalnya, daeraj lembah pada pagi hari penuh

dengan kabut yang mengandung kelembaban dan begitu pula pada pembangunan rumah diatas

sungai atau rawa – rawa. Khususnya yang tinggal didaerah pantai harus diingat, bahwa angin laut

selain membawa kelembaban, juga mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat

merusak bahan dari logam dan besi.

Hamah Sagrim 332

Page 333: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Dari sisi temperature, bidang daratan menjadi panas duakali lebih cepat daripada bidang air

dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagaian energi panasnya karena penguapan,

temperature udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka

temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan permukaan tanah, maka temperature yang

tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperature yang sedang

dengan kelembaban yang tinggi. Akhirnya menjadi suatu gejala bahwa pada garislintang yang

sama dan waktu musim panas yang sama, temperature terrendah terjadi diatas permukaan air dan

temperature tertinggi diatas bentuk didalam musim dingin terjadi kebalikan.

2. Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu area yang akan membentuk

temperature lingkungan. Area dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur

lebih tinggi daripada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus memperhatikan

kondisi lainnya seperti ; kecepatan angin, jenis dan kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta

posisinya terhadap garis edar matahari.

3. Geometri Tatanan

Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak berpengaruh pada kecepatan angin.

Dengan semakin banyak belokan – belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan apakah

angin diperlukan untuk menghembus lebih kuat ataukah sebaliknya angina harus dikurangi

kecepatannya.

f. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah hunian halit - Mbol

chalit

Bentuk Arsitektur tradisional suku Maybrat Imian Sawiat yang tercipta berdasarkan

budaya appabolang ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan – pertimbangan kondisi iklim

lingkungannya. Untuk itu pada bait analisa ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal

suku Maybrat Imian sawiat yang tercipta dari hasil budaya appabolang, mampu mengantispasi

iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya.

Hamah Sagrim 333

Page 334: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

a. Pengaruh Sinar Matahari

Secara umum sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya dapat

digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun sinar matahari terutama sinar matahari langsung

mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam

bangunan perlu dihindari.

Letak geografis wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan pada daerah

Khatulistiwa berada pada pisisi 131° 42¹ 0” BT - 132° 58¹ 12” BT dan 0° 55¹ 12” LS - 2° 17¹ 24”

LS. Berdasarkan posisi matahari (sun-path diagram), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan Pada

pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 13.14. jadi jumlah panas maksimum yang diterima

apabila matahari mencapai titik Kulminasi yaitu pukul 13.14. siang.

Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul

10.00 – 15.00. berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah di wilayah

Maybrat, Imian, Sawiat, dapat ditemukan. Berdasrkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi

ini dipilih dari 6° selatan. Kedalam pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam

13.00 dan jam 15.00 dapat dilihat pada table:

Tabel : Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat

(sumber, data analisis peneliti)

Tgl/bln

TampakBangunan

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

SV SH AZ TM

SV SH AZ TM

SV SH AZ TM

22 Jan

Utara 59¹ 47¹

46¹ 49¹

62¹ 24¹

338¹ 60¹

55¹ 56¹

316¹ 40¹Selatan - - - - - -

Timur 58¹ 43¹ - - - -

Barat - - 78¹ 67¹ 45¹ 34¹

22 Des

Utara - -

119¹ 56¹

- -

217¹ 70¹

- -

217¹ 46¹Selatan 72¹ 61¹ 75¹ 37¹ 70¹ 66¹

Timur 60¹ 28¹ - - - -

Barat - - 78¹ 53¹ 48¹ 25¹

b. Pemanfaatan Cahaya Matahari

Hamah Sagrim 334

Page 335: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah tradisional

Maybrat, dapat dikatakan hamper seluruhnya berfungsi dengan baik karena ruang yang memiliki

kedalaman dalam ukuran tertentu. Dari lubang bukaan dan lubang kisi – kisi yang mana memberi

celah pada pemasangan didnding.

c. Pengaruh temperatur Udara

Temperature udara pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat erat hubungannya

dengan pengaruh radiasi panas matahari dan asap api yang menimpa dalam rumah. Pada

permukaan hunian Suku Maybrat Imian Sawiat umumnya merupakan bidang air dan daratan

sehingga pada bidang air temperaturnya berkisar dari temperatur sedang ke temperature rendah

dan dengan kelembaban yang tinggi. Hal ini berbeda dengan di daratan, yang mana temperature

dari tinggi dan kelembaban udara rendah. Hal ini disebabkan karena bidang daratan lebih panas

duakali lebih cepat daripada bidang air pada luas yang sama. Dan bidang air kehilagan sebagai

energi panasnya karena penguapan. Temperatur udara dalam sehari rumah Maybrat Imian Sawiat

juga dipengaruhi oleh kepulan asap hasil pembakaran api dalam rumah. Namun dalam

pengukuran kenyamanan kepulan asap yang keluar merupakan salah satu hasil energi panas yang

menetralisir temperatur udara dalam rumah yang sangat lembab di banding kalau tanpa

membakar api, yang mana kenyamanan dalam rumah sangat terasa lembab (dingin) terhitung

pada waktu jam 19.00 – 07.00 pagi.

Pada analisa ini menunjukan temperatur ruang luar (Isit--teras) pada siang hari rara – rata

lebih rendah daripada temperatur ruang dalam (samu mato), namun perbedaan rentang

temperaturenya kecil. Hal ini disebabkan karena material didnding yang digunakan adalah Kulit

kayu, papan Kayu, Gaba – gaba yang dipasang secara porus (bercekah), sehingga suhu dingin

atau panas serta kepulan asap akibat pembuangan dapat dengan mudah masuk keluar dalam

rumah. Dari nilai rentang temperature sepanjang hari, hanya pada jam 8.00 pagi dan 16.00 sore

yang menunjukkan keadaan sebaliknya. Karena pada jam – jam ini sudut matahari mengecil

(Ayio Hawer) sehingga bayangan yang terjadi merupakan bayangan pendek yang

mengakibatkan ruang dalam menerima sinar matahari langsung.

d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban

Curah hujan di kabupaten Sorong Selatan relative terjadi tiap tahun dan hujan yang

terjadi di kabupaten sorong selatan adalah jenis hujan orograsif.

Hamah Sagrim 335

Page 336: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pengaruh hujan sangat berkaitan dengan elemen atap pada bangunan, atap merupakan

bagian penting suatu bangunan People have lived without walls but never without roofs,

manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang memerlukan perlindungan dan bentuk perlindungan

awal adalah atap. Atap merupakan elemen bangunan yang paling banyak menerima radiasi

matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa iklim merupakan factor yang mempengaruhi sudut

kemiringan atap dalam perancangan tipe arsitekturnya.

Untuk mengurangi kondisi yang tidak nyaman akibat kelembaban yang terlalu tinggi,

dapat diatasi dengan adanya pembuatan tungku api dalam ruang dan memberi gerakan udara

melalui cros ventilasi dan tatanan massa yang membantu mengarahkan jalannya angin, yang

mana sebagai pengarah keluarnya kepulan asap melalui cros ventilation dan lubang – lubang

dalam tatanan massa bangunan.

Usaha yang dilakukan oleh Suku Maybrat Imian Sawiat untuk mengurangi kelebaban dan

mencegah kepulan asap yang mana merupakan sat yang mempengaruhi paru – paru pernapasan,

maka yang pertama diperhatikan adalah ventilasi yang berfungsi mengarahkan angin kedalam

ruang dan tungku api, yang berfungsi sebagaui tempat pembakaran kayu yang bisa memberi

kehangatan pada malam hari yang terasa dingin akibat kelembaban. Walau tidak disadari akan

adanya tungku api pada mulanya, yang mana mungkin dipikir hanya sebagai tempat memasak,

namun bermanfaat untuk mengusir kedinginan dan kelembaban yaitu dengan membakar api.

e. Kenyamanan Thermal Rumah Hunian Suku Maybrat Imian Sawiat.

Kenyamanan thermal yang dirasakan oleh penghuni rumah tradisional Maybrat Imian

Sawiat, dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : temperature Udara, Kelembaban Udara,

kecepatan aliran udara, pengapan asap api, dan radiasi panas. Disamping itu aktivitas yang

dilakukan, segala jenis simpanan dan pakain yang dikenakan juga akan berpengaruh. Kondisi

udara didalam bangunan dikatakan nyaman (thermal), jika penghuni merasa tidak panas dan

tidak dingin, kondisi udara yang dirasakan nyaman mempunyai kombinasi harga – harga tertentu

dari temperature, kelembaban dan kecepatan aliran udara.

C.2. Nilai Bangunan Arsitektur Nmaybrat Imian Sawiat

Nilai – nilai yang termuat dalam bangunan rumah tradisional suku Maybrat, Imian,

Sawiat, sangat berfariasi, yang mana di bedakan atas dua jenis utama yaitu nilai – nilai yang

Hamah Sagrim 336

Page 337: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

terkandung dalam bangunan rumah hunian prolog dan nilai – nilai sakral yang termuat dalam

bangunan sekolah tradisional / bangunan gereja tradisional (k’win – mbol wofle) sebagai

pembanding.

1. Nilai Rumah Hunian

Telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa bentuk bangunan rumah hunian Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki satu ruang serbaguna dan teras, maka dapat disimpulkan

bahwa rumah hunian Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan bangunan rumah hunian

yang sederhana, namun memuat beberapa nilai tertentu sebagai mana terurai brikut:

a. Keakraban

Dilihat dari pembagian fungsi ruangnya maka dapat dikatakan bahwa manusia Maybrat

Imian dan Sawiat memiliki ikatan emosional keluarga yang sangat akrab, yang mana

menonjol dalam fungsi ruang.

Dikatakan rumah hunian tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat terlihat sangat akrab

karena segala sesuatu yang dilakukan dalam rumah hunian tidak tersembunyi / terpisahkan,

seperti untuk salah satu keluarga melakukan aktifitas yang menyangkut kekeluargaan pribadi

harus dalam ruang keluarga yang tidak boleh diketahui orang lain, atau makan di ruang

makan, tidur di ruang tidur, masak di ruang dapur, menerima tamu di ruang tamu. Rumah

hunian tradisional suku Maybrat Imian Sawiat memiliki teras dan satu ruang yang multi

fungsi, yang mana difungsikan sebagai ruang untuk menerima tamu, ruang makan, ruang

bermain anak, ruang keluarga, ruang masak, ruang tidur bahkan ruang yang digunakan untuk

melakukan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan kebutuhan penghuni.

Pembinaan akan keakraban yang diikatkan pada rumah hunian tradisional tersebut tidak

hanya terbatas dalam ruangan rumah belaka, namun kebiasaan tersebut dapat terbawa dalam

tali pergaulan hari-hari mereka. Yang mana seperti seseorang yang pernah datang baik itu

sekedar berkunjung sebagai sahabat ataupun sebagai seorang famili/ikatan keluarga dekat,

akan tetap dianggap sebagai saudara/i. hal itu akan terasa dan tetap terbawa dalam

keberlangsungan pergaulan mereka, karena misalnya ketika seorang sahabat yang dikenal

dalam kesulitan dan hendak meminta pertolongan ataupun perlindungan pasti akan diberi

perlindungan dan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka.

Hingga kini masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat sangat menjujung tinggi

persaudaraan tersebut, baik yang di bangun dari turun temurun (old familiars) bahkan

Hamah Sagrim 337

Page 338: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pergaulan baru (new familiars). Untuk ikatan turun temurun old familiars diperhitungkan

dari keturunan keluarga, yaitu diperhitungkan dari keturunan ayah kandung dan ibu kandung,

misalkan keturunan dari ayah: Ibu dari ayah (marga karet) mempunyai berapa saudara/i,

berapa anak yang di lahirkan oleh masing – masing saudara/I ibu dari ayah tersebut, siapa

saja suami/istri mereka dan apa marga dari masing – masing suami/istri mereka, berapa

saudara/I mereka, dan marga apa, siapa nama ayah dan ibu dari suami/istri mereka, apa

marga mereka dan seterusnya, begitupula dari silsilah seorang ibu kandung.

Bukan hanya ikatan tersebut sebatas mengenal sebagai saudara atau family, namun

sebagai ikatan emosional yang mana mampu menghimpun pergaulan mereka dalam

menanggulangi segala persoalan yang dihadapi dalam ikatan keluarga mereka. Misalkan

anak dari marga Sagrim bertunangan dengan anak dari Marga Nauw, maka mereka yang ikut

serta dalam pembayaran harta adalah mereka yang memiliki struktur keturunan dari ayah ibu

dari anak laki – laki (Sagrim) yang diperhitungkan mulai dari turun temurun seorang ayah

dan ibu kandung hingga moyang mereka akan ikut serta mengambil bagian dalam

pembayaran harta/minang tersebut. Begitupula dari pihak perempuan yang dipinangi.

Tidak hanya sebatas pergaulan familiar internal di wilayah maybrat imian sawiat saja,

namun pergaulan tersebut dijadikan sebagai salah satu system pergaulan moderen yang mana

kini diterapkan dalam system birokrasi dan relasi kerja mereka. Hal tersebut terlihat begitu

kental dalam system birokrasi dan relasi kerja, bisa dikatakan system keluarga, kerabat dan

teman.

b. Sederhana

Dilihat dari bentuknya, maka arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat

merupakan bangunan arsitektur hunian yang sederhana, namun memiliki nilai dan norma

yang sangat tinggi.

Arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan sederhana yang

mana terlihat tidak begitu rumit dalam proses membangun. Suatu bangunan dikatakan rumit

karena memiliki ukiran dan motif yang berfariatif, yang mana menjadi sorotan dalam

pembentukkan estetika bangunan.

Disadari bahwa arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian sawiat tidak begitu memuat

ukiran atau ornament – ornament tertentu, namun memiliki fungsi dan nilai tersendiri. Hal

Hamah Sagrim 338

Page 339: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

inilah yang membedakan antara arsitektur hunian maybrat imian sawiat dengan arsitektur

lainnya.

Kesederhanaan arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya dilihat

pada wajahnya saja, namun dari pembagian ruangnya yang mana terdiri dari teras dan ruang

serbaguna, tidak seperti bangunan hunian moderen yang memiliki ruang tamu, ruang tidur,

dapur serta teras. Walau begitu sederhana, namun dalam ungkapan pemiliknya bahwa rumah

hinian tersebut memberikan kenyamanan kepada mereka dalam mempertahankan hidup

mereka hingga turun – temurun saat ini.

Disimpulkan bahwa arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat dibangun hanya

memperhatikan fungsinya tanpa memperhatikan ke-Estetikaan, sehingga terlihat begitu

sederhana dalam meramu nilai – nilai arsitektural yang dikandungnya.

c. Terbuka

Untuk bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat umumnya tidak tersembunyi

seperti rumah persembunyian (benteng pertahanan-- snek) dan rumah sekolah/rumah gereja

(kwin – bol wofle). Secara dekat, bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat

memberikan kesan akrab dan terbuka. Hal ini terlihat pada penataan bentuk bangunan yang

terlihat polos dengan pembagian ruang yang multifungsi sehingga terkesan akan segala

sesuatu yang dilakukan tidak tersembunyi (transparan) atau terbuka untuk dilihat orang

sekitar dalam rumah.

2. Nilai Rumah Suci / Rumah Sekolah k’wiyon-mbol wofle

Pada umumnya bangunan rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tampak sederhana,

terbuka, dan memiliki satu ruang yang multi fungsi serta teras, namun untuk bangunan sekolah

tradisional/bangunan rumah suci atau gereja tradisional (k’wiyonn – mbol wofle), memiliki

perbedaan yang sangat mencolok yaitu :

a. Sakral

Bangunan rumah suci / rumah sekolah, merupakan salah satu bangunan khas orang

Maybrat Imian Sawiat yang mana dipercaya sebagai bangunan suci (rumah pamali), yang

mana hanya diperbolehkan bagi orang – orang tertentu (raa wiyon-na woflw) yang dapat

menapakan kakinya didalam ruangan– ruanganya.

Rumah suci dianggap sebagai bangunan yang sakral, karena didalamnya memuat

berbagai macam makna, merupakan areal pendidikan atau tempat pelatihan dan tempat

Hamah Sagrim 339

Page 340: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dimana Allah bertahta serta tempat pertemuan antara manusia dan Allah. Tidak

diperkenangkan kepada orang – orang yang belum dibaptis atau tidak pernah disekolahkan

untuk masuk dan kaum perempuan dilarang melintas disekitarnya.

b. Tersembunyi

Untuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat berada pada areal terbuka, namun

untuk bangunan rumah suci/rumah sekolah sangat bertentangan. Dalam mendirikan

bangunan rumah sekolah ada beberapa aturan – aturan tertentu yang harus diikuti dalam

membangun rumah suci / rumah sekolah antara lain adalah; waktu pelaksanaan, jumlah orang

dengan criteria – criteria yang dapat mendukung agar boleh untuk membangunnya, bahan –

bahan yang digunakan dalam membangun, jenis kayu yang dipakai dalam membangunnya,

jenis rotan yang digunakan, upacara dan persembahan – persemabahan.

c. Tertutup dan Khusus

Rumah suci / rumah sekolah selain dianggap sebagai bangunan yang sakral, tersembunyi,

juga tertutup atau merupakan bangunan yang dipagari sedemikian rapih hingga tak bercela,

dengan tujuan agar tidak kelihatan aktifitas pendidikan dan pengajaran dalam rumah suci

tersebut.

Dalam pembagian ruang dan fungsinya, rumah suci / rumah sekolah memiliki aturan –

aturan yang sangat mengikat dan sangat tegas, yaitu antara lain : ruang luar merupakan ruang

dimana bisa dilintasi oleh orang awam (raa iin), untuk ruang suci tidak bisa di lintasi oleh

orang awam (raa iin), yang berhak masuk adalah mereka yang sudah terdidik dalam

pendidikan itu (raa win), namun untuk ruang maha suci, tidak diperbolehkan kepada seorang

guru biasa dan murid untuk memasukinya namun yang berhak memasuki ruang tersebut

adalah guru besar (raa bam), karena pada ruang tersebut dianggap sebagai tempat bertahtanya

Allah yang maha kuasa yang mana dianggap sebagai ruang maha suci dan sangat sacral.

Utnuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tidak begitu rumit untuk dibangun,

namun bila dibandingkan dengan rumah suci / rumah sekolah, sangat rumit dan memakan

waktu yang begitu lama dengan tukang yang membangunnya adalah orang – orang khusus

yang sudah diajarkan khusus untuk membangun rumah tersebut.

Hamah Sagrim 340

Page 341: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Denah bangunan bentuk moderenDengan konsep dasar tradisional

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

D. KONSEP RE-DESAIN DARI BENTUK TRADISIONAL KE BENTUK MODEREN

Dari analisis tersebut maka diperoleh suatu model konsep arsitektur tradisional Suku Maybrat

Imian Sawiat Papua yang diredesain dengan didasarkan pada budaya Appabolang sebagai

berikut.

1. Tradisional to Moderen

Hamah Sagrim 341

Page 342: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambra:Tampak depan bentuk Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait

dengan konsep dasar dari Rumah tradisional rumah gantung “Halit-bol halit”

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 342

Page 343: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak Samping Kiri Rumah Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian,

Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung “Halit-bol halit”

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 343

Page 344: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 344

Gambar:Tampak Samping Kiri redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan

konsep dasar dari rumah gantung “Halit-bol halit”

Page 345: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA

Hamah Sagrim 345

Gambar:Tampak Belakang redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan

konsep dasar dari rumah gantung “Halit-bol halit”

TRADISIONAL MODEREN

Page 346: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak Depan bentuk tradisional

Gambar:Redesign Tampak Depan dari bentuk

tradisional ke- bentuk moderen

Gambar:Denah Tradisional

Gambar:Redesign Denah Dari bentuk Tradisional ke-

bentuk moderen

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 346

Page 347: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 347

Gambar:Tampak samping kiri bentuk

tradisional

Gambar:Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk moderen

Gambar:Tampak samping kiri bentuk

Tradisional

Gambar:Redesign Tampak samping kiri dari

tradisional ke- bentuk Moderen

Page 348: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak Belakang bentuk

Tradisional

Gambar:Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Struktur bentuk redesain kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk moderen. Jenis

ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa, yang selanjutnya dikembangkan

menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk

moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai estetika, dan karena

Hamah Sagrim 348

Page 349: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pertimbangan estetika maka dibentukkannya sedemikian rupa. Nilai yang terkandung pada

ornament ini adalah kebesaran seseorang. Lebih jelas lihat uraian ornament.

Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan

menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.

Hamah Sagrim 349

Page 350: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar listplank yang

diadopsikan dari bekas

kaki kepiting yang

dikembangkan menjadi

aliran arsitektur Maybrat,

Imian, Sawiat.

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen

menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign menjadi bentuk moderen

dengan gayanya yang tetap khas.

Hamah Sagrim 350

Page 351: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Denah

Gambar:Tampak Depan

Part 02

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

J.2.

Hamah Sagrim 351

Page 352: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 352

Page 353: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak Belakang

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 353

Page 354: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 354

Gambar:Detail Koloum

Skala 1:30

Page 355: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 355

Gambar: Detail kolum

Skala 1:20

Gambar:Detail Koloum

Skala 1:30

Page 356: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 356

Gambar:Detail Kepala Koloum

Skala 1:10

Gambar:Detail Kepala koloum

Skala 1:10

Page 357: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Keterangan gambar

1. Kepala yang di adopsi dari perahu nelayan tradisional

2. Bagian sayap yang diadopsi dari kulit keong/kulit bia

3. Relief berbentuk gelombang yang diadopsi dari gelombang laut

4. Relief bentuk Rautan yang di adopsi dari bentuk rautan gelang pegangan tombak,

parang, dan pisau (botah)

5. Arist yang di adopsi dari potongan koba – koba.

6. Relief berbentuk gergaji yang diadopsi dari kepala koba – koba

7. Dinding koloum

8. Relief bentuk jahitan tali pegangan pada noken (yu masir)

9. Badan Koloum

a. Bentuk Konsep Redesain Denah Dari Tradisional ke Moderen

Pada Bab awal telah kita ketahui bersama bahwa arsitektur tradisional suku maybrat

imian sawiat memiliki denah yang tidak membentuk ruang – ruang, namun pada saat ini dengan

mempertimbangkan nilai – nilai suatu bangunan rumah yang layak dan memenuhi syarat adalah :

Rumah yang memiliki ruang, seperti rumah hunian memiliki ruang tamu, ruang tidur,

ruang makan, kamar mandi dan ruang cuci, yang merupakan pembagian ruang dasar.

Demikian pada bangunan resmi lainnya yang memiliki banyak ruang dengan

penamaannya masing – masing sesuai dengan kebutuhan. Lihat gambar – gambar

yang terlampir pada halaman berikut:

Hamah Sagrim 357

Konsep redesign denah dari bentuk

tradisional yang hanya terdiri dari

satu ruang serbaguna dan

dikembangkan menjadi beberapa

ruang sesuai kebutuhan. Walau ada

perubahan ruang, denahnya masih

tetap dengan konsep awal persegi

empat.Gambar:

Denah rumah tradisional

Gambar:Konsep redesign ke bentuk moderen

Page 358: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

b. Pondasi /Koloum

Pada bangunan tradisional maybrat imian sawiat dikenal dengan rumah gantung, dengan

demikian jenis pondasi yang telah di pakai adalah pondasi setempat. Karena kebanyakan orang

maybrat imian sawiat mendirikan bangunannya dengan menggunakan kayu buah yang

merupakan hasil kumpulan dari alam. Bentuk suatu bangunan tradisional maybrat imian sawiat

tidak dibangun dengan menggunakan sautu rancangan moderen namun dengan cara

memperkirakan.

Dari bentuk panah A – A yang menunjukkan pada koloum dari rumah tradisional (harit)

ke brntuk moderen dan panah B-B juga merupakan suatu pengadopsian koloum dari tradisional

menjadi moderen. Yaitu walau dalam bentuk moderen adanya pondasi menerus, namun di setiap

ujung teras dibuat semacam bentuk tiang/koloum kecil sehingga terlihat pilar dari koloum

tradisional.

Hamah Sagrim 358

Gambar: konsep redesign dari bentuk tradisional ke bentuk moderen

Page 359: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar: Rumah gantung (halit-bol halit)

Gambar:Konstruksi sof dan afi

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

c. Ciri umum arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat.

Perkembangan arsitektur tradisional suku maybrat imian

sawiat yang telah di uraikan sebelumnya sangat dikenal

dengan bentuk rumh gantung. Bahan konstruksi utama

adalah kayu, tali, kulit kayu dan daunan, dibentuk menjadi

sebuah bangunan rumah dengan pilar utamanya dari kayu.

Oleh karena bentuknya yang tinggi, dan menggunakan

kayu sebagai bahan ranggka, maka bentangan – bentangan

terbentuk oleh kayu. Bagian depan terdiri dari tangga naik

yang langsung pada deret melintang atau teras (isit) Pilar

pada bagian koloum, menyangga ujung terdepan dari atap

yang mencuram ke bagian kiri dan kanan yang disebut sof.

Sof terdiri dari semacam nok yang dipasang serta diikat untuk memikul atap dan reng yang

mana disebut afi. Poros tengah, membagi antara bagian atap samping kiri dan kanan yang disebut

timanaf – sumanaf – bubungan. Pada bagian bubungan atau yang disebut timanaf, di ikat dengan

dua buah kayu yang membentanginya yang mana juga berfungsi memikul atap bubungan dan

pada ujung kayu, selalu di panjangkan atau dibiarkan panjang dan menonjol keluar dengan

tujuan sebagai tempat untuk menggantungkan rahang babi atau rusa sebagai hasil buruan. Sof

bertumpu di atas koloum yang disebut sur yang vertical. Lihat gambar berikut:

Hamah Sagrim 359

Konstruksi sof dan afi disangga oleh koloum sebagai

pilar Utama bangunan dalam arsitektur tradisional

suku maybrat Imian sawiat yang juga dibagi sebagai

berikut bagian atas Timanaf, bagian tengah masuf, dan

ujung magit.

Susunan atau konstruksi koloum, disebtu sur, dalam

arsitek tur tradisional maybrat imian sawiat yang

kemudian di kembangkan menjadi bentuk yang moderen

dengan mempertahankan aliran yang khas.

Page 360: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Dalam bentuk moderen

selanjutnya digabungkan

dengan pondasi menerus pada

bangunan moderen. Sur yang

digabungkan tersebut

berbentuk bulatan dengan

bahan speci, dimana terletak

pada bagian bawah teras atau

teras bertumpu di atasnya.

Gambar:Detail pndasi dengan tampilan pengadopsiann

koloum dari tradisional ke moderen

Dalam pengembangan redesign koloum, telah diadopsi

beberapa ukiran dan bentuk aliran dalam anyaman noken

atau tas tangan yang membentuk cekokan dan gaya kraft

yang begitu indah. Lihat gambar disamping.

Makna yang tersirat pada bentuk anyaman tersebut adalah,

keindahan, keuletan/kepandaian, dan kebaikan. Bila

ditinjau dari keindahan, maka setiap segala sesuatu yang di

buat sedemikian rupa dengan nilai – nilai estetik adalah

indah. Dikatakan indah karena menghibur, enak

dipandang, bermakna, bernilai, dan menarik.

A

B

C

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Keterangan :

A. Sur yang di adopsikan sebagai koloum teras.

B. Teras

C. Pondasi

Arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat tidak mempunyai koloum yang gemuk,

namun ukuran koloumnya kecil, memanjang dan vertical (sur). Untuk ukuran ini biasanya

dibangun pada rumah gantung dengan ketinggian 9m – 12m, dengan jumlah koloum sur, 16, 17,

18, 19 dan seterusnya bergantung besar kecilnya bangunan. sedangkan untuk rumah dengan

ketinggian 2m, mempunyai koloum berjumlah 4, 6, 8 dengan bentuk koloum gemuk (hafot) dan

di kombinasikan dengan beberapa koloum kurus (sur).

A. Estetika dan dekorasi

Hamah Sagrim 360

A

B

C

Gambar :Detail ukiran dan ornament pada koloum yang

di adopsi dari aliran anyaman noken.

Page 361: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Keterangan detil aliran pada gambar disertai gambar aliran yang diadopsikan: A. Panah ‘A’

tersebut diatas menunjukkan ukiran yang membentuk

relief yang tapak pada bagian bawah koloum

merupakan hasil pengadopsian dari bentuk anyaman

noken yang disebut yu kom. Bila mana itu dipandang

dari segi keuletan dan Kepandaian, maka ada kaitannya

dengan kehidupan Sehari – hari orang maybrat imian

sawiat yang mana Mengatakan bahwa, dalam

menganyam sebuah noke n yang bentuknya

sedemikian mernarik yang disebut yu kom, sangat

sulit dan tidak semua orang bisa mem buatnya.

Oleh karena itu, mereka yang biasanya dapat menganyam jenis noken yu kom, seringkali dikata

kan sebagai orang yang ulet dan pandai. Namun bila dipandang dari segi kebaikan, ada ungkapan

orang maybrat imian sawiat mengatakan bahwa dilihat dari bentuk noken tersebut,

menggambarkan betapa baiknya orang yang membuat noken tersebut, sebagaimana dalam

ungkapan tradisional lingusitnya ‘’oo, finya ro m’ste yu refo fo kbor sneh bau oh’’. Dari

ungkapan yang dikatakan tersebut mengandung sebuah pengertian dan makna yang luar biasa

bahwa adanya suatu kehormatan atau suatu penghargaan yang diungkapkan oleh setiap orang

ketika melihat akan bentuk estetikanya dan langsung mengatakan bahwa “memang ibu yang

membuat noken ini dia sangat hebat”. Pekerjaan membuat noken adalah pekerjaan seorang ibu

dan anak perempuan, sedangkan ayah dan anak laki – laki berburu dan berkebun. Bila dipandang

dari segi kekompakan, bahwa noken yang terbuat dari bahan kulit kayu yang selanjutnya di olah

menjadi bahan yang halus dan membentuk tali atau benang yang mana kira – kira lebarnya 2 – 3

mili dan tebalnya 0.02 mili, mampu dibentuk menjadi satu keutuhan dari sebuah noken yang

sangat kuat, hal ini menggambarkan sifat hidup orang – orang maybrat imian sawiat yang selalu

kompak dalam menjalankan kehidupan mereka, yaitu kompak dalam menyelesaikan suatu

persoalan, kompak dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan kompak dalam menyelesaikan

persoalan – persoalan secara bersama – sama. Bila ditinjau dari segi kekuatannya, dari jenis

ukuran bahan yang dipakai dalam meramu sebuah noken terlihat kecil dan lucu, namun tali – tali

kecil itu mampu memberikan suatu kekuatan tersendiri dimana noken tersebut digunakan dalam

Hamah Sagrim 361

Gambar: jenis aliran anyaman noken

Page 362: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

memikul beban yang beratnya 5kg, 25kg, 50kg hingga 100kg, namun tidak terputus antara satu

urat dengan urat yang lainnya.

a. Bentuk relief yang merupakan

pengadopsian dari jahitan tali pegangan

yu maser pada noken. Bentuk tersebut

merupakan tanda bahwa adanya sesuatu

yang sangat luar biasa, dan sesuatu yang

luar biasa itu tidak diperoleh atau

dialami secara gampang tetapi

merupakan sesuatu yang sangat rumit.

Disisilain, bentuk tali pegangan tersebut

sengaja di jahit dengan membentuknya

sedemikian agar suatu waktu ketiak

salah satu batian jahitan terputus,

namaun tidak secara mudah untuk

semuanya terlepas dari pegangannya

karena bentuk jahitannya bekelok –

kelok, dibandingkan jikalau bentuk

jahitannya lurus, maka ketika salah satu

dari jahitan tersebut putus, maka

semuannya akan terlepas.

b. Bagian kaki berbentuk kapak bam –

tmah. Bentuk pengadopsian ini

enggambarkan suatu kebesaran dan

kehebatan. Orang – orang maybrat imian

sawiat mempunyai suatu pemikiran yang

filosofis bahwa, barang siapa diantara

merekayang hidupnya tidak memiliki

Hamah Sagrim 362

Gambar:Detail koloum

zoom

Page 363: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Kepala koloum dengan bentuk

pengadopsian dari perahu

Keterangan gambar:

Menunjukkan perahu

Menunjukkan gelombang air

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kapak, berarti orang tersebut atau keluarga tersebut adalah orang yang

malas (haweboh). Kapak bam menunjukkan suatu kebesaran, kerajinan, dan keuletan. Seringkali

juga kapak digariskan sebagai nafkah seperti diungkapkan ‘’bam marak tanik hasri mait?’’

artinya wah, kalau anda adalah orang yang tidak memiliki kapak berarti anda akan kelaparan!.

Kapak identik dengan nafkah karena dalam budaya bertani, orang maybrat imian sawiat biasanya

menebang pohon – pohon rindang besar dengan menggunakan kapak.

Bentuk tersebut merupakan pengadopsian dari

perahu tradisional para nelayan lokal yang di gunakan

guna menangkap ikan, udang dan juga sebagai dasar perletakan rumah perahu yang disebut

kajang.

orang – orang di bagian pesisir pantai

membuat rumah diatas perahu mereka yang

disebut perahu kajang. Perahu kajang

biasanya di pake untuk bepergian ke daerah

yang bejauhan namun bisa dijangkaui

Hamah Sagrim 363

Pada bagian kepala koloum yang merupakan

tumpuan berbentuk perahu nelayan dan gelombang

laut yang dipadukan dalam bentuk dekorasi kepala

koloum.

Gambar: jenis Perahu para nelayan didanau

ayamaru dan aitinyo

Gambar: Pengadopsian ornament pada kepala koloum dari aliran

bentuk dasar perahu

Gambar: Perahu Kajang

Page 364: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dengan perahu kajang. Daerah pesisir pantai yang menggunakan perahu kajang adalah seperti

Teminabuan, Konda, Wersar, Udagaga, makaroro, makotemin, matemani, inanwatan, kokoda.

Sedangkan nelayan – nelayan di daerah danau ayamaru, uter menggunakan perahu kole – kole

wyak. Jenis perahu ini hanya dipergunakan sewaktu mencari ikan di danau, melakukan

perjalanan dari Ayamaru ke Segior, ke Adoh, ke Yukase, ke Karetubun, ke Mapura, ke

Fategomi, ke Kambuaya, ke Jitmau, ke Suwiam, ke Fiane, ke Kartapura, ke Men dan ke Yohwer,

serta sebaliknya dan juga berhubungan antara satu kampong dengan yang lainnya.

Pada bagian ini merupakan

pengadopsian dari keong atau kulit

bia. Kulitbia dalam kehidupan

masyarakat suku maybrat imian

sawiat merupakan alat panggil utama

dalam melakukan upacara – upacara

formal atau kegiatan resmi.

Kulit bia biasanya digunakan sebagai alat Bantu untuk memanggil masyarakat dalam

melaksanakan sesuatu yang dianggap sangat penting dan terhormat. Misalnya seperti upacara

penjemputan, kegiatan ceramah atau kegiatan kampong, memanggil orang ketika ada persoalan

yang mendadak. Digunakan untuk memanggil dan memberitahukan orang keluar dari kampong

berjauhan, kulit bia dapat menjangkaui jarak panggil 50 km – 70 k. ada beberapa cara kode

tiupan yang dipake dalam meniup kulit bia, yaitu pertama bila ada kunjungan resmi atau upacara

resmi dan kegiatan resmi, biasanya menggunakan satu kulit bia saja yang di tiup untuk

memanggil masyarakat. Dalam peniupan acara – acara seperti ini, biasa tiupannya teratur,

lambat, dan panjang. Namun berbeda dengan jenis tiupan berikut ini, bilamana ada sesuatu yang

terdesaki seperti adanya serangan musuh dari kampong lain atau ada kematian, biasanya kulit bia

yang ditiup berjumlah lebih dari satu bergantung banyaknya kulit bia dan orang yang meniupnya.

Hamah Sagrim 364

Page 365: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Situasi seperti ini cenderung ditiup dengan cara cepat atau tergesa – gesa dengan tujuan

memanggil dengan segera setiap penduduk kampong yang telah keluar ke kebun meninggalkan

kampong bahwa ada sesuatu yang berbagaya telah terjadi di kampong. Dalam bentuk tiupan dan

panggilan ini, cenderung membuat orang tergesa – gesa dan bisa meninggalkan kerjanya dengan

keadaan terpaksa.

d. kepala ornament

Bentuk ornament yang berupa ukiran tersebut diukir sedemikian rupa dengan rahang babi

atau rusa yang merupakan hasil buruan sehingga tidak meninggalkan nilai – nilainya. Dalam

kehidupan sehari – hari orang maybrat imian sawiat, siapa yang memiliki banyak gantungan

rahang babi dan rusa yang merupakan hasil buruannya, menunjukkan suatu kehebatan tersendiri

bagi keluarga tersebut. Keluarga atau kepala rumah tangga tersebut selalu merupakan orang yang

terpandang sebaga pemburu terhebat diantara orang – orang sekitar, dan orang tersebut

dikategorikan sebagai orang yang sangat mampu dalam menghidupkan keluarganya. Rahang

babi dikonsepsikan sebagai lambang kebesaran.

Pada

bagian

terakhir

merupakan

bentuk

kelipatan

yang

menyerupai

Hamah Sagrim 365

Bentuk kepala ornament terdiri dari dua

bagian, yang mana rahang babi atau rahang

rusa di bagian tengah, dan kepala kakatua

putih – yakop di bagian luar ujung. Bentuk

pertama pada gambar di samping adalah

rahang Babi atau rusa pada rumah tradsional

yang merupakan hasil buruan yang

selanjutnya dikembangkan pada bentuk

moderen sebagai ornament.

Gambar:Rahang babi yag diadopsi menjadi ornament pada bagian kepala bangunan. Sebagai simbol kebesaran orang Maybrat, Imian, Sawiat

Page 366: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kepala kakatua putih / yakop (awet). Kakatua putih-yakop

(awet), dalam kehidupan mula – mula merupakan burung

yang memberikan kabar.

Hal ini berkaitan dengan kehidupan orang maybrat imian sawiat yang berperang.

J.2. Bentuk pengadopsian dari model jahitan koba – koba (payung tradisional) Dan noken

(tas) yang diadopsi kedalam estetika

Dalam membentuk estetika pada aliran arsitektur tradisional suku maybrat, suku imian, suku

sawiat ini, banyak merupakan hasil pengadopsian dari estetika dari hasil ciptaan orang maybrat,

orang imian, orang sawiat, yang mana banyak tersirat makna yang luarbiasa. Berikut jenis atau

permodelan aliran yang diadopsi sebagaimana berikut:

1. Figiom Aya - Sehat masru – Gelombang Air

Gelombang air memberi sebuah makna

adanya suatu kehidupan. Air merupakan

sumber kehidupan bagi setiap makhluk dan

tumbuhan yang ada di permukaan bumi.

Dalam kehidupan orang maybrat, orang imian, orang sawiat, air diabadikan sebagai pemberi

kehidupan dan berkah. Air juga dipercaya sebagai tempat atau ritus – ritus yang keramat yang

Hamah Sagrim 366

Biasanya seorang yang menyendiri di hutan

dengan tujuan penyelamatan diri, ia selalu

menggunakan cara ini, dan biasanya jikalau ada

musuh yang datang burung kakatua putih

mengeluarkan suara yang takut (awet m’waa)

ketika memberikan suara, orang tersebut bergegas

mempersiapkan dirinya guna melawan, atau ia

bersembunyi atau juga ia mengintai.Gambar:

Mata kakatua diperbesar

Page 367: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mana ketika setiap orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yang mengenalnya selalu akan

membawa upeti – upeti sebagai korban persembahan kepada penghuni air (tagio). Ada beberapa

sebutan penghuni air dalam ritus – ritus orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yaitu; tago,

aban raa, mos makan, dan fre. Ritus atau air yang dikategorikan sebagai tempat keramatbukan

sebuah ritus yang dibuat – buat atau suatu ilusi, tetapi benar – benar ada, namun hanya bisa

didengar dan dilihat oleh mereka yang sudah terdidik dalam pendidikan inisiasi (raa wiyon – na

wofle). Bentuk atau warna daripada mata air/sumur/sungai yang biasanya melambangkan adanya

penghuni, adalah warna biru, cokelat, hijau, merah, kuning, hitam, dan bentuk – bentuk hewan

/plankton juga memiliki jenis yang berbeda dan menakutkan, batu – batua dalam sungai juga

menunjukkan wajah yang menseramkan dan suasana sekitar sungai begitu hening dengan gejala

yang berdengting menyeramkan, di sebagian sungai kadang memberi perlawanan kepada setiap

orang yang ketika pada saat itu datang dengan membawa sesuatu/magic yang mana

menimbulkan adanya perlawanan antara alam sekitar dengan alam ghaib/magic tersebut, atau air

akan menunjukan murkanya kepada orang yang sebentarlagi akan meninggal, atau orang yang

telah diracun atau di santet oleh suanggi. Kejadian tersebut dapat dilihat dapat dilihat dengan

kasat mata normal oleh setiap orang dan kejadian semacam ini bukan suatu kejadian yang biasa –

biasa saja untuk disaksikan, tetapi bagi orang maybrat, orang imian, orang sawiat, menyaksikan

kejadian semacam itu sebagai sesuatu yang mistik dan merupakan kejadian yang melampaui akal

pikiran sehat.

2. Ru Mayir – Chlen Ryene – bekas kaki burung

Bekas kaki burung seperti ini, memberi

suatu makna tersendiri. Bagi orang maybrat,

imian, sawiat, cakar burung menunjukkan

suatu esensi dalam fenomena alam yang

baru.

Hal ini berkaitan dengan kepuasan manusia dan alam. Dikatakan sebagai kepuasan manusia

karena burung yang umumnya memberi bekas seperti ini (ru kawya, ru houf, dalam bhs.

Maybrat), selalu dijadikan sebagai patokan bahwa mereka bisa memperoleh telur yang disebut

telur maleo dan induknyapun bisa diburu. Selain burung maleo dianggap sebai pelengkap

pangan, orang maybrat, imian, sawiat, mempercayai akan adanya suatu esensi yang menurut

Hamah Sagrim 367

Page 368: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

mereka telah menuntun burung tersebut. Dalam mitos orang maybrat, imian, sawiat,

menceriterakan bahwa burung- burung jenis tertentu seperti kawya, houf (burung maleo), wer

(burung nuri), kekaya (burung setan), tam (kampret), tekum (burung walet), mbas dan swet

(burung cuit), merupakan jenis – jenis burung yang mempunyai penuntun atau burung yang

dianggap sangat memberikan berbagai makna yang berkaitan dengan esensi hidup antara

manusia dan alam. Alih – alih daripada kekhususan burung – burung ini bagi kehidupan sehari –

hari orang maybrat, imian, sawiat, memiliki predikat masing – masing yang tak kalah

menariknya yaitu:

a. burung houf, dan kawya (burung maleo), bagi orang maybrat imian sawiat, burung maleo

yang telurnya berwarna merah dan putih dengan ukuran telur yang besar ukuran 3x ayam,

dan jenis burung yang besar melebihi ukuran tubuh ayam. Telur maleo biasanya bagi

orang maybrat imian sawiat dihargai sebagai suatu nilai tersendiri. Nilai yang ada pada

telur maleo ini terlihat ketika diberikan sebagai persentase atau rasa terimakasih yang

ditunjukan oleh seorang pemberi kepada penerima atas budi baiknya mungkin karena

penerima membantunya dalam berladang, atau membantu mendirikan sebuat rumah, atau

menolong pemberi dari kecaman musuh. Bentuk daripada rasa syukur ini sering terjadi

hingga saat ini terlihat di perkampungan maybrat imian sawiat, dan kejadian ini dalam

bahasa maybrat disebut boren.

b. Wer (burung nuri), sebagai burung yang dianggap magic oleh orang maybrat, imian,

sawiat, terutama kepada mereka yang bermarg/keret klen Safkaur. Dalam ceritera

legenda marga Safkaur, mengatakan bahwa burung nuri – wer- merupakan burung

penyelamat, dan lambang kekuatan mereka. Hal ini berkaitan dengan kehidupan mula –

mula orang maybrat imian sawiat terutama dikhususkan kepada marga Safkaur, bahwa

burung ini ketika zaman perang suku, seseorang yang bernama Fneen Safkaur yang mana

adalah ahli perang khususnya dalam maraga Safkaur, ia sedang bersiap – siap

menghadapi musuh – musuhnya yang berdatangn, ketika pada saat itu juga burung nuri –

wer – yang berjumlah 3 ekor beterbangan mendahului musuh – musuh tersebut menuju

kepada Fneen Safkaur dengan mengeluarkan suara aneh merupakan ekspresi yang

mengatakan bahwa ia (fneen) sedang didatangi oleh musuh. Ketika fneen mendengar

suara aneh yang diekspresikan oleh burng nuri, ia langsung menebak berapa jumlah

musuh yang datang, ketika itu ia lalu berkata “wah, banyak sekali musuh yang datang,

Hamah Sagrim 368

Page 369: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

melawan saya seorang diri” atau dalam ucapan bahasa asli maybratnya “wo, bioh fo

magin mama oh mefo, refo jyio tesait oh mefo”. Pemikiran tersebut tidak lalu serta merta

menutupi akal daripada seorang Fneen, tetapi ketika itu juga, Fneen lalu mengangkat

tombaknya dan menombaki ketiga burung tersebut dengan satu tombak, dan ketika itu

juga ketiga burung tersebut tertikam sekaligus oleh tombak tersebut. Ketika Fneen

berhasil menikam ketiga burung tersebut, ia lalua mengirimnya bersama dengan tombak

kepada para musuh yang berdatangan, ketika musuh – musuh itu melihat apa yang

dilakukan oleh Fneen, maka timbullah pemikiran oleh ketua perang dan ia berkata “wah,

ini burung yang kecil dengan kecepatan terban diudara saja dia sudah membidiknya dan

hanya dengan satu tombak dia membidik ketiga burung ini bersamaan? Berarti jikalau

kita kesana kita pasti terbunuh semua” dalam bahasa asli maybrat “wo, wer ro m'fru foh

mam ayoh u refo ait yame tuuf yie mkah sawia sou a? Tanike anu wefo bmo kbe yame

anu skak”. Analisa ini kemudian menjadi pertimbangan yang harus diputuskan pada saat

itu, dan akhirnya pemimpin perang memutuskan untuk mereka pulang, karena mereka

tidak mungkin mengalahkan Fneen yang menurut mereka dia seorang ahli perang tanpa

tandingan.

c. Kekaya (burung suanggi), merupakan burung yang dalam legenda orang maybrat, imian,

sawiat, sebagai burung yang menyampaikan pesan atau informasi atau kode kepada

manusia bahwa mereka harus berhati – hati, karena disekelilingnya ada setan/suanggi

(kabes).

d. Tam (burung kampret), biasanya mengeluarkan suara di rumah oknum atau orang yang

menjadi target untuk diserang oleh setan/suanggi (kabesfane), sehingga orang tersebut

menjadi was – was dan berjaga – jaga dalam melakukan segala aktivitas atau berhati –

hati mengawasi keluarga yang pada saat itu sedang mengalami kesakitan atau menderita

penyakit yang berat.

e. Tekum (burung walet). Dalam mitologi kepercayaan orang maybrat imian sawiat, tekum

merupakan burung sorga atau burung yang membawa berkat. Misalnya ketika petani

sedang berkebun dan ketika itu juga tekum beterbangan dan mengeluarkan suaranya,

maka ketika itu juga petani tersebut berkata “berkat besar telah datang dan ladang ini

akan berlimpahruah hasilnya” dalam bahasa maybrat “hanyah mase mefo”.

Hamah Sagrim 369

Page 370: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Mbas dan Swet (burung cuit). Keseharian orang maybrat imian sawiat, ketika di tengah

semak belukar yang dikelilingi oleh pepohonan besar jika terdengar suara burung cuit

(mbas) yang serempak dalam jumlah perkumpulan yang banyak, berarti pada tempat

tersebut ada seekor kusu pohon, atau ular yang besar, atau burung yang besar atau

kanguru atau hewan – hewan besar lainnya. Yang mana bisa kita temui serta ditangkap.

Sedangkan Swet (burung cuit) jenis ini, biasanya membawa pesan atau berita, yaitu dia

selalu mendahului orang yang sedang mendekati kita dan mengeluarkan suaranya dengan

berlompat – lompat menunjukan atraksi aneh kepada kita (swet mafa dalam bahasa

maybrat). Jenis ini diadopsi dalam bentuk jahitan tas dan koba.

3. Kbai mayir – choin ryene – bekas kaki kepiting

Bekas kaki kepiting menunjukkan suatu

perjalanan horizontal dan gelombang, yang

mana dimaknai sebagai kekuatan.

Salah satu Filosofi orang tehit yang terkenal

mengatakan bahwa, “kepiting kalau gepe

siapa yang mampu menahan ringis

kesakitan?”. Kepiting dianggap sebagai kekuatan, sehingga ia diunggulkan dalam filosofi orang

tehit, kekuatan orang tehit diibaratkan sepeti kepiting. Bentuk ini kemudian dipakai dalam

bentuk jahitan tas dan koba – koba/payung tradisional.

4. Ara Ra Tebok – Chadach – Bekas kulit kayu yang dikupas dengan parang atau

pisau sebagai kode/morse penyelamatan dan kemenangan.

Kode/morse ini telah lama di kembangkan oleh

orang maybrat imian sawiat, sebagai tanda tertentu

untuk diketahui oleh setiap sanak saudara atau klen.

Kode ini dibuat ketika seseorang yang diserang oleh musuh atau racun, baik yang sudah

berlangsung atau sedang dalam rencana, namun ada seseorang saudara kerabatnya yang

mengatasi atau mengalahkan musuh – musuh itu. Kerabat – kerabat yang melakukan ini biasanya

tidak sekampung dengan yang diserang (outrolokal). kode/morse yang dibuat, biasanya tidak

Hamah Sagrim 370

Page 371: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

berjarak dari orang yang diburu, biasanya kurang lebih jaraknya 3-4 meter. Dalam memberikan

kode/morse, ada dua bentuk kode yang dipakai yaitu, bentuk pengupasan kulit kayu dan bentuk

bunyi. Untuk membentuk kode/morse pada kayu, biasanya membentuk segi empat, ada yang

membentuk kerucut, dan adajuga yang membentuk ketupat, sedangkan untuk kide/morse dalam

bunyi, biasanya nyaring dan lembut, cepat dan lambat.bentuk ini selanjutnya dipakai sebagai

bentuk estetika dalam jahitan tas atau koba – koba /payung tradisional yang dipakai oleh orang

maybrat, imian, sawiat.

5. Ii Safe – Larfu Durmus – Barisan Semut Hitam

Dalam filosofi hidup sehari – hari orang maybrat

imian sawiat, semut dianggap sebagai hewan yang

rajin, cekatan, setia, sabar, dan teratur tanpa diatur

oleh siapapun.

Kerajinan, kecekatan, kesetiaan, kesabaran, dan keteraturan ini biasanya merupakan simbol

filosofis orang maybrat, imian, sawiat, yang dijadikan tolok ukur mereka berkaitan dengan

kehidupan dalam keseharian mereka.

6. Friro – Chatohon – Bunga Rekat

Bunga rekat dalam kehidupan tradisional orang

maybrat imian sawiat, mempunyai suatu

keistimewaan tersendiri dibanding tumbuhan atau

rumput yang lain.

Bunga rekat atau friro-chatohon, sering digunakan untuk menggosok nelon matakail yang

dipakai dalam memancing ikan sehingga kuat walaupun tersangkut pada benda – benda keras.

7. Afan Masu – Afan Sikalioh – Pintu Ulat Pohon

Afan masu – afan sikalioh adalah bentuk pintu ulat pohon

yang dibentuk oleh ulat pohon itu sendiri. Afan masu –

afan sikalioh difilosofikan sebagai gambaran persoalan.

Hamah Sagrim 371

Page 372: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Misalnya filosofi maybrat “afan masu ro mbrah ma mne mi raa mmat to, soh afan masu ro mbrah

mhou mam safom to awiya ymat?” artunya, “pohon apatar yang ada pintunya kalu di pinggir

jalanan pasti terlihat, tapi kalau yang tersembunyi di hutan belantara siapa yang bisa lihat?”.

Yang berarti “suatu masalah yang kelihatan atau ada jejaknya pasti diketahui atau ditemui, kalau

tidak ada jejak/bukti atau tersembunyi, siapa yang mampu ketemu.”

J.3. Arsitektur tradisional dalam perkembangan pembangunan

Dinegara berkembang, sejak dahulu masyarakatnya mempunyai apresiasi tinggi terhadap

arsitektur. herbage tulisan, biku hasil kajian ilmiah, penelitian tentang arsitektur banyak sekali

ditulis, diterbitkan, dibaca, dan aliran-alirannya diwujudkan dalam gaya bangunan sebagai

kebesaran identitas mereka, tidak hanya oleh para arsitek, tetapi oleh kalangan luas dan herbage

lapisan masyarakat. Disbanding dengan daerah lain, propinsi papua yang juga memiliki gaya

arsitektur cukup khas yang mana bisa diangkat sebagai kebesaran dan kejayaan bagi orang papua

sangat dilupakan.

Pada bagian ini saya coba mengkaji keberhasilan, kesalahan dan kekurangan yang

dilakukan guna mengangkat arsitektur tradisional papua dalam perkembangan pembangunan.

Menjadi pelajaran saat ini dan waktu akan dating bahwa pembangunan yang telah dikembangkan

sekarnag tidak mengerti kebudayaan dan tidak mencerminkan kepribadian budaya setempat serta

tidak begitu mempertahankan identitas arsitektur setiap daerah di papua. Salah satu tolok ukur

kemajuan budaya sebuah daerah dilihat dari aliran aristektur yang mana tampil dalam wajah dan

fisik bangunan. Kecenderungan masyarakat dan pemerintah dalam mengadopsi gaya – gaya

arsitektur luar seperti gaya arsitektur colonial, gaya arsitektur romawi, gaya arsitektur joglo, gaya

arsitektur minang, dan.y.l. hal ini membuat arsitektur tradisional setiap suku bangsa di papua

terlupakan. Ini merupakan suatu penjajahan kultur yang menindas budaya papua. Dengan

semakin dilupakannya aliran – aliran arsitektur tradisional papua, maka ikut pula menghilang

kebesaran citra, karsa, dan karya orang papua, karena sebagaimana dalam ungkapan bahasa

semboyang arsitektur mengatakan bahwa; “arsitektur adalah gambaran jiwa raga dan roh

seseorang”, inilah kebesaran yang terlupakan.

Hamah Sagrim 372

Page 373: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Dengan demikian, ditekankan bahwa dalam mendisain pembangunan papua yang hormat

budaya, maka diharuskan untuk mengangkat dan mengikutsertakan aliran arsitektur tradisional

dalam mendirikan sebuah bangunan, kalaupun masyarakat tidak mengembangkannya,

sebisamungkin gedung-gedung pemerintah tiap daerah wajib mengambil gaya dan corak

arsitektur tradisional daerah setempat.

Beberapa bentuk arsitektur tradisional papua yang cukup unik dan menggambarkan

kebesaran orang papua seperti; bentuk bangunan rumah Honai, rumah tradisional Enjros tobati,

rumah tradisional arfak, dan rumah tradisional harit di maybrat imian sawiat kabupaten sorong

selatan. Suatu ungkapan kekesalan kini adalah bahwa daerah-daerah propinsi papua yang

memiliki gaya arsitekturnya sendiri ini begitu didominasi oleh bangunan – bangunan dari daerah

lain. Hal ini disebabkan karena pemerintah Hindia Belanda lebih awal membangun papua

dengan menerapkan aliran arsitektur colonial, sebagaimana hingga saat ini difungsikan sebagai

gedung atau perkantoran-perkantoran pemerintah daerah bahkan ada yang dijadikan sebagai

rumah hunian masyarakat. Suatu pembunuhan karakter budaya arsitektur papua yang telah

dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda di daerah propinsi papua. Dikabupaten Sorong

Selatan, pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1950, secara brutal membongkar rumah-rumah

tradisional yang dibangun oleh orang maybrt imian sawiat sebagai bangunan terhormat seperti

rumah sekolah dan gereja (samu k’wiyon-bol wofle), dengan menerapkan larangan-larangan

untuk tidak mengembangkan atau membangu bangunan-banguan tersebut kembali. Hal ini

membuat orang maybrat imian sawiat kini kehilangan gaya dan aliran arsitektural mereka.

Disisilain, pada tahun 1962, pemerintahan indoneisa telah masuk kewilayah papua, yang mana

pada waktu itu disebut Irian Jaya dan menetap hingga sekarang dengan penerapan bangunan

yang juga tidak mempedulikan aliran arsitektur lokal. Kini aliran arsitektur dari daerah lain yang

mendominasi wajah perkotaan di seluruh papua. Persoalannya bukanlah terletak pada kurangnya

tenaga-tenaga arsitektur papua, tetapi keinginan daripada pemilik yang mana cenderung

menginginkan gaya arsitektur lain ketimbang tidak menyadari akan gaya arsitekturnya yang

tampak sederhana, berbobot, bergaya sendiri, dengan segala macam nilai yang terkandung

didalamnya.

Tampak jelas ketika kita berada diberbagai daerah; kabupaten sorong contohnya, gaya

arsitektur yang mendominasi diwilayah pesisir sungai remu adalah gaya arsitektur bajo suku

Hamah Sagrim 373

Page 374: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

bugis, begitupun yang terdapat di pesisir pantai tehit, gaya arsitektur yang tampak mendominasi

adalah arsitektur tradisional Bajo, orang bugis. Di jayapura, kini didominasi oleh arsitektur Asia,

colonial, dan disisipi dengan gaya arsitektur minang. Dimanokwari, arsitektur arfak juga

terlupakan dan kini wajah kota manokwari didominasi oleh aliran arsitektur colonial, asia dan

disisipi oleh aliran arsitektur minang. Didaerah wamena yang gaya arsitektur tradisionalnya

yang begitu terkenal di dunia (honai), masih juga tidak begitu diperhatikan, wajah kotanyapu

masih terlihat hamparan wajah arsitektur pendatang semua. Merupakan salah satu pengikisan

budaya bangsa.

Arsitektur tradisional setiap daerah di propinsi papua merupakan kebesaran setiap suku

bangsa tersebut, karena merupakan hasil ciptaan mereka yang sebenarnya. Proses akulturasi

terhadap gaya arsitektur ini membuat orang papua semakin ditelanjangi dengan cara yang

dipergunakan oleh penjajah. Dalam refleksi arsitektur tradisional papua yang telah kami analisis,

merupakan suatu cara penjajahan terhadap budaya. Selain budaya-budaya lain dibuang, disisi

yang lain kekayaan budaya dicuri serta diperdagangkan seperti ukiran, tarian dan corank budaya

unik lainnya. Suatu kesimpulan daripada refleksi budaya papua “bahwa orang papua dulu

sebelum penjajahan, disini diibaratkan seperti seorang gadis manis yang sedang direbut oleh

beberapa orang, setelah ia berhasil direbut, bukan karena cantiknya saja yang menjadi rebutan,

tetapi segala perhiasan yang dikenakan disekujur tubuhnya diambil oleh orang yang merebutnya

setelah itu itu busana yang dikenakannyapun dilepaskan satupersatu dan dibuang, kini seorang

nona cantik menjadi kehilangan harga dirinya karena semua yang ada padanya sebagai kebesaran

telah hilang dan kini dia telanjang sampai-sampai mahkotanya turut diambil, tetapi bersyukur

karena ia masih hidup. Walaupun ia masih hidup, dan ia mampu menciptakan busana yang baru,

tetapi tidak semuanya dari bahan yang ia miliki tetapi dari bahan-bahan punya orang yang

diambil dalam membuat busananya, karena semuanya serba palsu maka nilai dirinya kini

berkurang”.

Suatu penjajahan terhadap arsitektur-arsitektur papua yang sedang berlangsung.

Semangat pembangunan yang ditunjukkan adalah semangat yang kami sebut egoisme

membangun. Kata egoisme membangun disini saya gunakan karena konsep pembangunannya

tidak menghargai apa yang disebut dengan potensi lokal (local potences), konsep

pembangunannya begitu tertutup (closely building concept), memikirkan dirinya sendiri

Hamah Sagrim 374

Page 375: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

(egoism), walaupun ia berada di wilayah kekuasaan budaya lain, akan tetapi tetap menggunakan

konsep budaya asing untuk diterapkan. Inilah sesuatu penjajahan budaya yang sedang diterapkan

di propinsi papua, yang mana secara sinergis sedang mengikis selain arsitektur, budaya-budaya

lainpun ikut terkikis. Arsitektur bagi sejarah manusia merupakan sebuah karya besar dan

termasyhur yang pernah dibuat oleh nenekmoyang setiap sukubangsa didunia. Sedangkan bumi

sendiri merupakan rumah yang dirancang dan dibangun oleh Tuhan, dan tak ada seorangpun

yang mampu menciptakan planet bumi yang lain menyaingi atau melampaui yang diciptakan

oleh Tuhan, begitupun ciptaan setiap suku bangsa tidak mungkin sama dan tidak seorang

sukubangsapun yang berhak untuk menghilangkanm ciptaan orang lain. Sejarah perkembangan

arsitektur suku bangsa di propinsi papua mencakup dimensi ruang dan waktu yang tidak dapat

ditentukan batasnya. Olehkarena itu dalam konsep pembangunan di propinsi papua, seharusnya

dikonsepsikan sesuai dengan aliran arsitektur lokal yang ada disetiap daerah yang mendasar pada

jenis bangunan dan terkait dengan fungsinya. Dikatakan demikian karena daerah-daerah di

propinsi papua dengan konsep dan gaya aliran arsitekturnya selalu mempunyai aturan, makna

dan fungsi yaitu; rumah suci, Rumah berkumpul, Rumah hunian, Rumah pendidikan. Sebenarnya

Tidak begitu sulit dalam mengembangkan konsep pembangunan sekarang dengan menggunakan

aliran arsitektur lokal.

J.4. Keberhasilan Penerapan Konsep Arsitektur Tradisional Dalam Pembangunan Papua

Suatu keberhasilan konsep arsitektur tradisional papua yang menonjol kerapkali hanya terlihat

pada Gapura, ukiran-ukiran dan lukisan dinding. Untuk konsep arsitektur dalam gaya bangunan

tidak begitu ditonjolkan atau samasekali tidak dipake dalam konsep pembangunan, walaupun

beberapa daerah mampu manampilkan gaya arsitektur mereka seperti gaya arsitektur Enjros

sentani yang dikembangkan di kota jayapura, dan honai wamena yang juga dikembangkan di

kabupaten wamena, namun tetapi belum sepenuhnya mencapai 100%. Sedangkan didaerah

kabupaten lain seperti kabupaten sorong selatan tidak pernah menampilkan gaya arsitektur harit,

dan kabupaten manokwari dengan gaya arsitektur arfaknya tidak terlihat wajahnya di dalam

konsep pembangunan.

Di Wamena dan Jayapura telah berhasil dengan menampilkan wujud arsitektur

tradisionalnya Karena ada kesadaran akan nilai-nilai yang terkandung. Sedang didaerah lainnya,

Hamah Sagrim 375

Page 376: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

kecenderungan dengan prinsip egoisme pembangunan dengan gaya moderen sangat

mendominasi, akhirnya nilai-nilai yang ada didaerah setempat terlupakan dan hilang dengan

sendirinya.

Bila dipandang dari konsep arsitekturnya, papua akan dikatakan sebagai daerah dengan

keberhasilan membangun sendiri jikalau konsep aliran arsitektur yang dipakai dalam

pembangunan dengan menggunakan konsep arsitektur tradisional. Karena disinilah papua akan

terkenal dengan kebhinekaan gaya arsitektur tradisionalnya, papua akan disebut sebgai sebuah

bangsa yang berjaya yang mana kejayaannya ditunjukkan melalui aliran-aliran arsitekturalnya.

J.5. Ketidak berhasilan Konsep Pembangunan Tanpa Arsitektur Tradisional

Bilamana kita berbicara mengenai konsep, maka kita berbicara tentang arah, kebijakan, cara,

metode, yang ditampilkan dalam mengembangkan sesuatu ide yang dikonsepsikan. Berkaitan

dengan konsep pembangunan, setiap manusia atau kelompok dan sukubangsa mempunyai

metode atau konsepnya masing-masing dan berbeda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunan yang ada. Suatu kesalahan dalam konsepsi pembangunan yang seringkali

ditemukan saat ini adalah, konsep pembangunan tanpa arsitektur lokal. Setiap suku bangsa di

Papua mempunyai aliran atau gaya bangunan arsitekturalnya yang unik, akan tetapi seringkali

ketika dalam konsep pembangunan, aliran arsitektur tradisional ini tidak diingat (terlupakan) atau

tidak dimunculkan dalam proses pembangunan. Padahal ketika kita berbicara mengenai

arsitektur tradisional, kita telah berbicara tentang suatu jatidiri, idealisme, citra, rasa, karya, karsa

suatu bangsa karena arsitektur tradisional adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan

dengan berbagai segi kehidupan seperti; seni, teknik, ruang/tata ruang, religi.

Perkembangan konsep pembangunan daerah saat ini cenderung mengesampingkan gaya

arsitektur lokal (setempat) yang bila dikembangkan, mampu mengangkat kebesaran nama suatu

daerah yang akan dikenal dan berjaya. Misalnya arsitektur Joglo, arsitektur Honai, arsitektur

colonial, arsitektur bizantum, arsitektur minang, arsitketur fengsui, arsitektur halit-mbol chalit,

sudah ada di wilayahnya masing-masing sejak zaman keberadaan nenek moyangnya, dan

berkembang bersama-sama dalam kehidupan mereka.

Hamah Sagrim 376

Page 377: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga arsitektur tradiaionl menjadi terlupakan

adalah:

1. pengaruh aliran arsitektur luar dengan gaya, estetika dan bentuk yang moderen.

2. keinginan pemilik bangunan rumah yang cenderung menginginkan bentuk arsitektur

model aliran lain.

3. Pemerintah setempat tidak fasih dalam mengembangkan suatu konsep pembangunan

dengan menggali kearifan lokal, sehingga arsitektur tradisional tidak dapat diperhatikan.

4. Tenaga perancang dan ahli-ahli arsitektur yang tidak jeli dalam mengangkat aliran

arsitektur tradisional untuk menterjemahkannya dalam bentuk moderen, sehingga

arsitektur lokal tetap tersembunyi/hanya dalam bayang-bayang tradisional saja.

Hamah Sagrim 377

Page 378: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

A.1. Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat yang mempengaruhi

kenyamanan thermal dalam bangunan

Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat pada dasarnya adalah merupakan bangunan

tradisional dan sistem bentuk / tampilannya telah diatur dalam suatu kaidah yang dikenal dengan

budaya Appabolang.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada enam rumah tradisional maybrat imian

sawiat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk arsitektur rumah Maybrat Imian Sawiat turut

mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan, walupun sebenarnya pemikiran mengenai

kenyamanan lebih banyak merupakan suatu unsur sampingan yang timbul secara tidak sengaja

dari konsep penyesuaian diri terhadap kerasnya suhu di wilayah Maybrat Imian Sawiat dalam

menciptakan kenyamanan thermal pada ruang dalam bangunan. Selanjutnya dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Lokasi

Hamah Sagrim 378

Page 379: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Lokasi yang diperoleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam mendirikan rumahnya adalah

mengikuti alur perbukitan, jalur jalan dan aliran sungai bagi yang di dataran gunung,

sedangkan daerah pesisir memilih mengikuti garis pantai dan terpancar dengan pola

perletakan di darat, diperalihan darat dan perairan serta diperariran laut.

Ketiga lokasi pengelompokan hunian tersebut masih berada diwilayah yang berhubungan

langsung dengan hutan dan pesisir pantai, sehingga masih sangat dipengaruhi oleh angin

kencang, kelembaban yang tinggi, korosi, dan pasang surut laut khususnya untuk rumah yang

berdiri diatas perairan laut dan peralihan darat serta perairan.

b. Orientasi

Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku Maybrat Imian Sawiat

merupakan penjewantahan dan hal – hal yang mendorong bersifat ancaman dan mistis.

Fasade rumah harus menghadap jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda

kehormatan dan kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade

harus menghadap ke laut sebagai keselamatan.

Unsur iklim seperti arah angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan.

Dari hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada orientasi

timur – barat, sangat menguntungkan karena sisi yang paling banyak kena sinar matahari

adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

karena sisi tinggi bangunan tegak lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari

turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah tinggal

Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara – selatan, sisi yang paling banyak

terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal ini tentunya kurang menguntungkan karena

dapat menjadi sumbangan panas dalam bangunan.

c. Bentuk dan Denah

Suku Maybrat Imian Sawiat dalam menentukan ukuran / dimensi bangunan,

menggunakan teori kira – kira, kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal),

namun untuk ukuran tinggi bangunan biasanya disesuaikan dengan ukuran panjang

pendeknya bahan konstruksi.

Bentuk denah yang tercipta dari ukuran – ukuran tersebut adalah suatu bentuk dengan

yang bersegi empat pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase

Hamah Sagrim 379

Page 380: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

dan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan

asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang beriklim lembab.

Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah panggung yang memiliki

kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolang. Kaki harus

ditinggikan dari permukaan tanah karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi

pengaruh eksternal yang terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga (katar)

supaya tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila bersentuhan dengan tanah. Badan rumah sebagai

penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar yang jahat, sehingga ditempatkan di

posisi tengah. Hal ini tentu saja untuk melindungi ruang – ruang aktivitas keluarga dari

radiasi matahari, angin kencang, hujan dan pasang surut air laut. Kepala / atap, harus

ditinggikan yaitu tidak boleh kurang dari manusia. Kondisi ini tentu bermanfaat untuk

menetralisir suhu panas yang ada didalam ruang.

d. Atap dan Dinding

Atap bagi suku Maybrat Imian Sawiat berfungsi untuk melindungi bangunan dari panas

matahari dan kebasahan hujan.

Dinding sebagai kulit bangunan yang senagtiasa harus manjadi pelindung terhadap

radiasi matahari, hempasan air hujan, kelembaban dan angina kencang dari luar. Pada rumah

tinggal suku Maybrat Imian Sawiat dengan penggunaan dinding bangunan dari kulit kayu,

gaba – gaba, papan kayu, diketahui mempunyai time lag kecil, sehingga panas yang ada

langsung diterima dan dipancarkan untuk itu dinding banguan harus senangtiasa

terbayangi/terlindungi dari sinar matahari langsung.

e. Overstek / Pelindung

Rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata tidak menggunakan overstek,

padahal untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, overstek atau pelindung sangat

dibutuhkan setiap sisi bangunan untuk melindungi dinding terutama dari sinar matahari

langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan kayu, kulit kayu, dan gaba –

gaba dengan time lag yang kecil.

f. Material dan Warna

Pemilihan material atap pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata – rata

menggunakan atap daun sagu, daun rumbino dan seng. Penggunaan daun sangat baik untuk

merendam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, bahkan mempunyai

Hamah Sagrim 380

Page 381: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

pengudaraan yang baik. Atap daun dapat merefleksikan panas antara 20% - 23% sedangkan

kekurangan penggunaan atap daun mengakibatkan kemudahan untuk terserang hama dan

serangga. Namun pada daerah pesisir pantai Tehit, Sorong Selatan, yang memiliki kadar

garam tinggi, hama atau serangga perusak tidak dapat berkembang sehingga atap daun sangat

menguntungkan terutama untuk mengusir kelembaban dan mengurangi panas yang ada

dalam ruang.

Disisi lain, pengguna atap seng di daerah pantai kurang tepat karena kadar garam yang

tinggi dapat menyebabkan korosi, sehingga atap seng mudah rusak. Penggunaan atap seng

bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena pertimbangan konstruksi yang ringan,

juga terhadap kebiasaan menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari. Air hujan dari

cucuran atap seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat

merefleksi 90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian,

Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Dengan demikian maka atap seng cepat

merefleksi panas sekitar 45% - 25% sehingga terasa cepat panas, yang mengakibatkan

pengaruh pada kondisi konfort di dalam ruangan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan

pemasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, bahwa atap seng mudah

terjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang ada dibawah harus

terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan

harus bisa bernafas artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada

rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikataka telah merespons terhadap kondisi

ini.

Sedangkan untuk elemen bangunan lain umumnya menggunakan material dari Kayu

sebagai struktur dan tali sebagai pengikat. Material kayu diketahui mempunyai kemampuan

pemantulan sekitar 60% - 40%.

g. Pola Penataan Hunian.

Pola penataan hunian dipermukaan wilayah hunian Maybrat, Imian, Sawiat, ini mengikuti

lereng perbukitan bagi wilayah perbukitan, dan mengikuti pesisir pantai bagi wilayah pesisir

atau ini bisa dikatakan bahwa masih semrawut dan tidak teratur. Tentusaja kondisi ini dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur lingkungannya.

Pada rumah halit yang diteliti, setiap rumah di wilayah pegunungan lereng, tidak

memperhatikan jarak ruamah antara satu dengan yang lain tetapi bergantung pada pemilihan

Hamah Sagrim 381

Page 382: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

lokasi, karena dipengaruhi oleh lereng, bukit dan tebing sehingga lokasi sebagai ukuran

utama penempatan bangunan. Sedangkan di wilayah pesisir pantai, memperhatikan

perbandingan yang seimbang antara luas lahan dan luas bangunan. Hal ini tentunya dapat

menjadi pendukung yang baik untuk mengontrol arah angin dan memanfaatkannya untuk

mengusir kelembaban dan panas dalam ruang.

A.2. Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Tinggal Suku Maybrat,

Imian, Sawiat.

Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan

hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta lingkungan dan budayanya telah dapat merespon

terhadap pengaruh iklim tropis untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya

sebagai berikut:

b. Pengaruh Sinar Matahari

Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan, maka dianjurkan

untuk memakai pelindung dari atap dan dinding. Namun dari hasil analisis dengan

menggunakan susunan path diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit

bangunan dari sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar

matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari untuk

pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya berfungsi dengan ketentuan

bahwa setiap ruang yang ada harus diberi lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela.

Sementara dindingnya dari bahan kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari

hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang

sisi bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya

memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan rumah yang

sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam 12.00 dan jam 14.00 nilai

intensitas cahayanya berada diatas ambang persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini

terjadi discomfort.

c. Pengaruh Temperatur Udara.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rentang

temperatur yang terjadi pada rumah di daratan dan di peralihan, rata-rata tinggi.

Sedangkan rumah perairan laut menunjukkan kondisi temperatur yang berkisar sedang ke

Hamah Sagrim 382

Page 383: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

rendah. Hal ini disebabkan karena dibidang daratan lebih panas dua kali lebih cepat dari

pada bidang air pada luas yang sama, dan bidang air kehilangan sebagian energi panasnya

karena penguapan. Disamping itu pola peletakan hunian diperalihan yang cenderung

padat tidak teratur menjadi penghambat aliran angin untuk mencapai jendela/bukaan,

sehingga perannya untuk menurunkan temperatur udara sangat kecil.

d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban

Terhadap pengaruh hujan diatasi dengan pembentukan atap yang memadai. Hal ini

tentunya untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap supaya tidak merembes masuk

kedalam rumah, disampin untuk ditampung sebagai persediaan air bersih sehari-hari

(khsus wilayah pesisir laut). Namun pada hunian perkampungan di Maybrat, Imian,

Sawiat, umumnya dibangun dengan bentuk atap pelana dengan sudut jatuh suram

menutupi sebagian badan/dinding rumah sehingga pengaruh hempasan hujan untuk

menembus dinding dapat terlindungi.

e. Pengaruh Pergerakan Udara

Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha menciptakan suatu nilai kenyamanan.

Bila dilihat dari bentuknya maka perlu ditambahkan bukaan/jendela disetiap rumah

hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga cukup memenuhi kriteria kenyamanan,

karena dengan bukaan yang ada bisa memanfaatkan udara sebagai penghawaan alami.

Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi yang tepat,

belum seluruhnya tercapai pada setiap rumah pesisir untuk kecepatan angin 0,1m/det

dengan arah angin miring terhadap lubang, bila bukaannya miring maka belum

memenuhi persyaratan, untuk kegiatan keluarga. Hal ini disebabkan karena perletakannya

berada pada daerah peralihan daratan dan perairan. Pergerakan udara didaerah peralihan

daratan dan perairan ini diketahui rata-rata 2-3, 1 km/jam. Sedangkan untuk

didaratan/pegunungan, pergerakan udara rata-rata 3,1 km/jam dan untuk diperairan laut

rata-rata 5.3 km/jam. Kecepatan udara diperalihan relatif kecil karena pola perletakan

huniannya cenderung pada dan tidak teratur, sehingga pergerakan udara terhalang ke

bangunan.

Hamah Sagrim 383

Page 384: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

f. Kenyamanan Thermal Rumah Halit

Kondisi udara yang dirasakan nyaan mempunyai kombinasi dan temperatur kelembaban,

dan kecepatan angin. Kondisi tiap rumah Halit dalam sehari berada pada kondisi nyaman

optimal menurut kekondisian hangat kondisi nyaman optimal pada rumah tinggal suku

Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disimpulkan berdasarkan pola perletakan hunian sebagai

berikut.

Untuk perletakan hunian di daratan gunung. Kondisi kenyamanan optimal rata-rata

terjadi pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 – 16.00 sore

beradadalam kondisi hangat.

Untuk perletakan hunian di peralihan darat dan perairan laut. Kondisi nyaman optimal

rata-rata hanya terjadi pada jam 01.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.

Untuk perletakan hunian di perairan laut pada jam 18.00 – 08.00 pagi. Sedangkan

pada jam 10.00 – 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.

Kondisi kenyaanan didarat dan diperairan laut sebenarnya kurang lebih hampir sama. Hal ini

disebabkan karena kelembaban di perairan laut lebih tinggi daripada didarat. Sedangkan rentang

temperatur berlaku sebaliknya, sehingga kondisi yang ditunjukkan dalam diagram olgyay berada

dalam kondisi tidak nyaman dan masih perlu ditoeransi dengan tambahan angin sekitar 0,5 – 1,5

m/det. Sedangkan untuk hunian yang berada di peralihan darat dan perairan laut masih

membutuhkan tambahan angin sekitar 1,5-1,3 m/det.

B. REKOMENDASI

1. Budaya Appabolang sebagai pedoman untuk medirikan rumah halit-mbol chalit, bukan

suatu aturan yang kaku, tetapi tetap berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Untuk itu, bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian,

Sawiat, sebagai hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan

aspek-aspek perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis. Dengan

demikian, selain aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan dan

aspek sosial budaya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dapat sesuai dan diterima.

2. Terhadap iklim, disarankan:

a. Untuk mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek

silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna kemerahan (dapat

Hamah Sagrim 384

Page 385: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng asbes untuk

manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah berkarat, konstruksinya

ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak perlu khawatir terhadap proses

pembusukan seperti atap daun. Untuk mengurangi silau akibat pantulan air laut dan

terang langit, dapat diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan

untuk perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari disarankan

adalah sepanjang 1,2 m – 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela dan

kemiringan atap.

b. Perlu ada pemberian jarak pada bangunan untuk mendapatkan keteraturan tata letak

bangunan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek pengaliran udara yang baik

pada lorong-lorong antar rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang

sangat tinggi. Pola tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk

grid, supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup

sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha untuk

mengendalikannya. Misalnya dengan penahan-penahan angin seperti defletor-defletor

yang membelokkan arah angin menurut yang kita kehendaki dan bahkan dapat

dimanfaatkan terutama untuk mengusir kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat

untuk menjembatani antara tiupan angin kencang yang sering terjadi di pantai dan di

lain pihak kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang

sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi yang dapat

tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon palm, dan lain-lain

sebagai klimatologi kontrol, juga dapat memberi nilai estetika.

c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang (rumah panggung) adalah

suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi bila bediri diwilayah pesisir pantai

dengan kondisi alam yang sangat keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini

telah terbukti dapat mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila

ditangani dengan cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu

aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai dengan

perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tentunya untuk mendapatkan manfaat

semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek

Hamah Sagrim 385

Page 386: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

moyang kita tidak punah, bahkan akan menampilkan jati diri bagi perkembangan

arsitektur di Indonesia.

d. Selain itu, untuk menghindari kelembaban dan memberikan kehangatan dalam ruang,

dianjurkan untuk setiap bukaan-bukaan, overstek, ventilasi perlu dilapisi dengan senat

(semacam anyaman dari kulit pelepah sagu). Karena menurut penelitian kami, senat

mampu mengembalikan suhu yang hangat pada ruang thermal yang dingin dalam

waktu ± 2 jam untuk ukuran bangunan 7-10 meter persegi.

USULAN KONSEP REDESAIN/REKOMENDASI

Hamah Sagrim 386

Gam

bar:

Tam

pak

Dep

an b

entu

k red

esain/ R

ekom

end

asi

Page 387: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 387

Gam

bar:

Tam

pak

samp

ing k

iri ben

tuk

redesain

/rekom

end

asi

Page 388: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 388

Gam

bar:

Tam

pak

samp

ing k

anan

ben

tuk

redesain

/rekom

end

asi

Page 389: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 389

Gam

bar:

Tam

pak

belak

ang b

entu

k red

esain/rek

omen

dasi

Page 390: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Denah Tradisional

Gambar:Redesign Denah Dari bentuk Tradisional ke-

bentuk moderen

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA/REKOMENDASI

Hamah Sagrim 390

TRADISIONAL MODEREN

Page 391: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Tampak Depan bentuk tradisional

Gambar:Redesign Tampak Depandar bentuk

tradisional ke- bentuk moderen

Gambar:Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk moderen

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 391

Gambar:Tampak samping kiri bentuk

tradisional

Page 392: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar:Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Hamah Sagrim 392

Gambar:Tampak samping kiri bentuk

Tradisional

Gambar:Redesign Tampak samping kiri dari

tradisional ke- bentuk Moderen

Gambar:Tampak Belakang bentuk

Tradisional

Page 393: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Struktur bentuk redesign kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk moderen. Jenis

ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa, yang selanjutnya dikembangkan

menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk

moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai estetika, dan karena

pertimbangan estetika maka dibentukkan sedemikian. Nilai yang terkandung pada ornament ini

adalah kebesaran seseorang.

Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan

menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.

Hamah Sagrim 393

Page 394: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Gambar listplank yang

diadopsikan dari bekas

kaki kepiting yang

dikembangkan menjadi

aliran arsitektur Maybrat,

Imian, Sawiat.

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bentuk dan redesain tidak harus kaku dengan menggunakan bahan kayu, tetapi dapat di kembangkan

menjadi rumah moderen dengan bahan konstruksi beton tanpa meninggalkan gaya dan bentuk serta nilai-

nilai aslinya.

Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen

menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign menjadi bentuk moderen

dengan gayanya yang tetap khas.

Hamah Sagrim 394

Page 395: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

Kisi-kisi kayu pengontrol

angin

Jendela dengan defektor-defektor yang dapat

mengontrol angin kencang

Lantai Papan

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

ALTERNATIF PEMECAH ANGIN/REKOMENDASI

Hamah Sagrim 395

Page 396: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

LAMPIRAN GAMBAR

GAMBAR RUMAH TRADISIONAL DARI ZAMAN PRASEJARAH

HALIT – MBOL CHALIT/LAMPIRAN

Hamah Sagrim 396

Page 397: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

GAMBAR

RUMAH BERSALIN DAN RUMAH SEMI MODEREN/LAMPIRAN

GAMBAR

RUMAH NELAYAN/LAMPIRAN

Hamah Sagrim 397

Page 398: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

GAMBAR

BENTENG PERTAHANAN SNEK DAN ASRAMA WANITA/LAMPIRAN

GAMBAR

KEMAH TABERNAKEL K’WIYON-MBOL WOFLE/LAMPIRAN

Hamah Sagrim 398

Page 399: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

GAMBAR

KOLOUM OMPAK HAFOT/LAMPIRAN

GAMBAR

PERAHU NELAYAN/LAMPIRAN

Hamah Sagrim 399

Page 400: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

GAMBAR

PERLENGKAPAN BUSANA DAN PERLENGKAPAN UPACARA ADAT/LAMPIRAN

Hamah Sagrim 400

Page 401: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

A

Aám : Koba-Koba, Payung tradisional hasil Teknologi Sederhana Orang Maybrat, Imian,

Sawiat, yang dibuat dari bahan Daun Pandanus dan tali. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Aban : Ular. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Afỉ : Atap, Penutup rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ain : Tifa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Aken : Perahu, Kole-kole, Sampang. Dalam sebutan bahasa lokal suku May ithe – Maybrat.

Anu : Kamu, Kalian. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Appabolang : Budaya yang lahir berdasarkan kebutuhan, adat istiadat dan pengaruh lingkungan.

Istilah antropologi.

Ara : Kayu, Pohon, Pepohonan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ayamaru : Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku yang

mendiami Distrik ini adalah Maybrat dan May Ithe, Letaknya di bagian kepala burung Pulau

Papua, dan termasuk kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku Bangsa ini

merupakan Sub Suku dari Suku bangsa Bonberai.

Aitinyo : Nama sebuah Distrik yang didiami oleh sub suku bangsa Maybrat. Anak suku yang

mendiami Distrik ini adalah May Ithe dan May Maka. Letaknya di bagian kepala burung pulau

Papua, termasuk Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan

anak suku dari Sub Suku bangsa Maybrat, Suku Bangsa Bonberai.

Hamah Sagrim 401

Page 402: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Aifat : Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku yang

mendiami Distrik ini adalah May Maka dan Meyah. Letaknya di bagian kepala burung pulau

Papua, termasuk Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan

anak suku dari sub suku Bangsa Maybrat, Suku Bangsa Bonberai.

Ait : Dia Laki-laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Al-Quran : Kitab Suci Umat Muslim.

Apologi : Pengampunan. Dalam istilah Teologia Kristen.

Ara : Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ara magỉ : Ampas Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ara Mair : Bandar Pohon. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ara Malák : Kulit Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ara So : Cabang Kayu yang berbentuk Y biasa digunakan untuk Kolum Rumah. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Asẽr : Tiang utama Penyangga Tungku api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ayá : Air, Sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Aya Maám : Tepian Sungai, Pesisir Sungai/Laut, Pinggiran sungai/laut. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

B

Bakit : Sebutan Kepada Wanita Muda. Dalam bahasa lokal suku Maybrat.

Bám : Kapak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Barit : Tangga. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Beta : Semua, Keseluruhan, Tak satupun. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Biblikal : Berkaitan dengan Alkitab.

Bofan : Upacara Penamaan, Tata cara pemberian nama dalam tradisi orang Maybrat, Imian,

Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bo tohỏ : Hal yang Baru, Mujizat, Kejadian Baru, Sesuatu yang baru, Pengalaman baru. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bobot : Bangsawan, Kaum borjuis, Keturunan Berdarah biru, Keturunan Ningrat. Dalam bahasa

lokal suku Maybrat.

Bogonjong do : Arsitektur tradisional Sumatera Barat Indonesia

Hamah Sagrim 402

Page 403: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Bohrá : Halaman Rumah, Kintal disekeliling Rumah, Pekarangan Rumah. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Bohlát : Pembayaran Denda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bohra Mnẽ : Halaman Luar, Kintal diluar rumah, Pekarangan diluar rumah. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Bomit : Tempat Persembunyian berupa bangunan rumah, maupun Gua-gua. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Bomná : Ceritera Rakyat, Sejarah, Kisah ceritera. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bonberai : Sebutan Nama Suku Besar utama yang mendiami Pulau Papua. Suku Bangsa ini

mendiami bagian kepala burung hingga leher pulau Papua. Menurut klasifikasi filum bahasa

yang diklasifikasikan oleh ahli antropologi dan ahli linguistik 1982.

Bonout : Pemikiran, isi hati, Perasaan, Rencana, Tujuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Bo kaỉn : Tali yang digunakan untuk menjahit dari bahan serat Kulit kayu. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Botgif : Firman, Kata-kata Nujum, Kata-kata santet, Kata-kata Mantra. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Bonout aro hahayah : Pemikiran yang berbeda, Ide lain, Pemikiran lain, Rencana lain. Dalam

Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat.

Bo Ro Nnoủt : Barang yang diingat, Hal-hal yang diingat, Pemikiran, Daya Khayal, Imajinasi,

Rencana. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bo snyuk : Hal khusus, Rahasia, Berkaitan dengan Kausal, Sumpah Pribadi, Janji Khusus.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Boyi : Pembayaran Maskawin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Brỏn : Bambu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

B’sioh : Tarian Tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, Tari Ular, Tumbu Tanah. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Bta-Btá : Palem Hutan yang membentuk pohon Pinang. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

C

Cekokan : Tekanan atau ide – ide dari pihak lain

Hamah Sagrim 403

Page 404: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Chlen : Burung. Dalam sebutan bahasa lokal Suku Sawiat, Imian.

Comvergence : Satuan Gelombang yang berpusat pada satu titik. Dalam istilah Ilmu Geografi.

D

DAS : Daerah Aliran Sungai. Dalam istilah Ilmu Geografi.

Divergence : Penyebaran Gelombang ketika mendekati semenanjung. Dalam istilah Ilmu

Geografi.

Dogmatic : Semacam Doktrin Iman.

E

Ex Nihilo : Berkaitan dengan Kekosongan, Ketiadaan, Penjadian.

F

Farokh : Selokhi, Mangkuk, Tempayan Minuman yang diraut dari kayu. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Mfẽ : tidak, belum, tidak ada, belum ada. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Fetỏ : Begitu, sedemikian, seperti begitulah. Dalam sebutan bahasa lokal Maybrat.

Fijoh Malák : Kulit kayu dari Pohon dalam bahasa lokal disebut Fijoh atau termasuk keluarga

“Cofasuss SP”

Finyá : Perempuan, Wanita, (kata ini bisa sebagai kata ganti menunjukkan orang tunggal dan

jamak). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Finya Mabe : Ibu Melahirkan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Finya Mgiár : Pendidikan Tradisional Orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman Prasejarah

yang Khusus untuk Wanita.

Flet bo : Berfilsafat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Fra Habáh : Pecahan Batu, Bagian Lain dari Batu yang dipecahkan. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Fra Mán : Batu Tajam, Bagian Batu yang Tajam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

G

Ginyáh : Kecil, bayi, anak-anak, masih muda, belum cukup umur. Dalam sebutan bahasa lokal

suku Maybrat.

Hamah Sagrim 404

Page 405: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Gitaut : Cawat, Cedaku, Busana Tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula yang

terbuat dari kulit kayu kemudian digantikan dengan Kain. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Gu ano : Sebutan Kepada Wanita bujang. Dalam sebutan bahasa Maybrat fersi May Maka.

Gu mbỉt : Pusat/Pusar Bayi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

H

Habán : Kalung, Manik. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hafot : Tiang Pancang, Tiang dengan Ompak, Koloum Induk, dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Halelem : Pohon/Kayu yang serat kulitnya digunakan sebagai tali/benang dalam meramu noken

dan payung tradisional. Dalam sebutan bahasa tradisional suku Maybrat.

Halit Myi : Rumah gantung atau Rumah yang dibangun dengan ukuran tinggi bahkan ada yang

dibangun diatas pohon yang rindang dan tinggi. Sebutan dalam bahasa lokal suku Maybrat.

Halit Wyán : Rumah Kebun. Atau bangunan rumah yang khusus dibangun hanya di kebun yang

fungsinya sebagai tempat menginap pemilik kebun. Dalam sebutan bahasa suku Maybrat.

Hafot : Kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hafot Ra Matẽ : Kolum Cincang. Kayu yang dicincang oleh para tukang bangunan sebagai

kolum bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hafot Ra Matỉ : Kolum yang ditanam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hatik : Koba-koba, Payung tradisional hasil teknologi sederhana Orang Maybrat, Imian, Sawiat,

yang dibuat dari bahan daun Pandanus dan Tali. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian,

Tehit.

Hita gát : Daun Kering. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hlambra : Parang Kuno yang dibuat dari bahan logam yang didagangkan dari daerah dongsong

Vietnam Utara, dianggap sebagai Parang Pusaka dan digunakan sebagai perlengkapan upacara

ritual/adat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Homiletik : Pola Pendidikan Berasrama, Tertutup. Dalam istilah Teologia Kristen.

Honai : Arsitektur Tradisional suku Dani Papua Indonesia

Hrỉ : Dinding Bangunan dari Kulit Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

I

Hamah Sagrim 405

Page 406: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Imian : Nama sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini

mendiami daerah Imian. Kabupaten Sorong Selatan. Letaknya dibagian Selatan Kabupaten

Sorong dan dibagian Barat kabupaten Sorong Selatan.

irỏ : Dosa. Dalam Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat.

Isỉt : Teras Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Isrá : Gua, Lubang batu, Tempat yang Berbentuk ceruk-ceruk oleh batu. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Istỉ : Hukum adat/komunual orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

J

Joglo : Arsitektur Rumah tradisional jawa indonesia

K

Kaỉn : Penutup Atap yang diambil dari sejenis Tumbuhan Pandanus SP. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Kajang : Rumah diatas Perahu. Istilah yang diberikan oleh ahli antropologi asal Belanda dan

Swedia 1950-an, yang menyebutkan bahwa perahu nelayan di pulau New Guinea yang dibagian

atasnya dibangun rumah disebut perahu kajang/khanjang.

Katár : Balok Pemikul. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Katektik : Pelajaran, Ajaran Injil, Firman. Dalam istilah Teologi Kristen.

Kayah Hafỏt : Lubang yang digali untuk mendirikan kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Kbe : nanti akan terjadi/tidak terjadi, nanti akan datang/tidak datang dll. Menunjukkan hal yang

akan dan tidak akan terjadi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Krẽ : Palang, Batasan, Tutupan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Kre Finyẽ : Palang/Batas Wanita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Kre Ra Smẽ : Palang/Batas Pria. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Krirás : Didinding Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Krombỉ : Sejenis Musik tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang bentuknya seperti Biola

dengan alat gesek/dawai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Koti : Menjemur, Mengeringkan, Mengawetkan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hamah Sagrim 406

Page 407: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Kukek : Anak-anak, orang muda, bayi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Kusia Habáh : Pecahan Botol, Beling, Pecahan Kaca. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

M

Mafir Hrỉ : Membuat dinding, Memasang dinding dengan bahan kulit kayu. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Makah : Membawa, Mengantarkan Sesuatu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mama : Mereka sedang Datang/Menuju kita, Dia Perempuan Datang/menuju kita. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mamủr : Gelap Gulita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Maná : Kepala Wanita, Kepala Hewan, Bagian depan (Kendaraan, Perahu, Kapal). Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mato/ỏ : Ruang Dalam, Pintu, bolong, lubang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Masủf : Tengah, Pertengahan, Ditengah-tengah, Sentral, Pusat. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Mase/ẽ : Besar, Banyak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Massive Man : Orang yang hidupnya suka berperang. Orang yang masinh hidup pada zaman

batu. Lihat kamus ilmiah populer fersi inggris.

Mati hafỏt : Menanam Tiang Kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Maut Hdán : Upacara Ritual dalam tradisi Orang Maybrat, Imian, Sawiat.

Maut Shaflá : Upacara Ritual dalam tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat.

Maut wláh : Upacara Ritual Untuk Pengakuan Dosa. Dalam tradisi orang Maybrat, Imian,

Sawiat.

Maybrat : Nama sebuah Sub Suku Bangsa dari Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami

wilayah Maybrat. Anak suku dari suku ini adalah Maybrat, May ithe, May maka, meyah. Suku

ini mendiami wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua.

May Ithẽ : Nama Sebuah Anak Suku dari Sub suku Maybrat, Suku bangsa Bonberai. Suku ini

mendiami wilayah Maybrat, wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua.

Mbiji aám : Proses Membuat ukiran/aliran bentuk sebagai Estetika pada Payung. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Hamah Sagrim 407

Page 408: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Mban Ra sme : Memberikan dukungan kepada laki-laki, Sebagai wanita yang menunjang

suami. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mber wiyỏn : Aktivitas Pendidikan Insisasi wiyon-wofle, Mendidik, Menasehati, Membimbing.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Mbol : Perumahan, Gedung, Apartemen, Hotel, Bangunan Moderen, Mall, Benteng Pertahanan,

Bangunan Utama rumah hunian moderen. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Mbol Chalit : Rumah Gantung, Rumah yang ukuran struktur Kolumnya tinggi, rumah yang

dibangun diatas pohon tinggi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Mbol Chalit Tein : Rumah Kebun, bangunan yang dibangun khusus dekat kebut untuk dihuni

atau sebagai tempat peristirahatan sementara oleh petani. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Sawiat, Imian.

Mbol Chonon : Rumah Bersalin, Rumah khusus ibu dan anak. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Sawiat, Imian.

Mbol Se : Rumah Nelayan, bangunan yang berdiri disepanjang pesisir sungai. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Mbol Nandla : Asrama Putra, Rumah bujang Laki-laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Sawiat, Imian.

Mbol Nangli : Asrama Putri, Rumah bujang perempuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Sawiat, Imian.

Mbol Wofle : Gereja, Masjid, Vihara, Kemah Suci, Bait Allah, Sekolah, Kampus, Universitas.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Mbou : Keramat, Mistik, Ghaib, Tidak tertandingi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Meti : Melabuhkan Kapal di dermaga atau laut, Menemukan orang yang dikejar. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Meru : Arsitektur Tradisional Bali Indonesia

Meyáh : Nama Sebuah Anak Suku dari sub suku Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini

mendiami wilayah Maybrat, wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua.

Mhre : Duduk. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mhoh Biaỏh : Mengejar Penjahat, Memburu Musuh. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Minyan : Parang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Hamah Sagrim 408

Page 409: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Misioh : Memperbaiki, Menservice yang rusak menjadi baru, Meluruskan, Memperjelas. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Misiologi : Misi/Perjalanan/Sasaran/Program Gereja/Penginjilan. Istilah Teologi.

Miwyah aám : Proses Pengawetan daun Pandanus untuk selanjutnya diramu menjadi Payung.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mjiẽn : Tidur, berbaring. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mkeỉr : Tidak bagus, Tidak estetis, Tidak Indah, Tidak Menarik, Tidak Baik, dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Mkes Afỉ : Memasang Atap. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mof : Baik, bagus, indah, menarik, estetis, dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mnout : Dia Perempuan Mengingat, Mereka Mengingat. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Morse : kode, tanda. Istilah dalam ilmu perang. Lihat pula istilah-istilah Pramuka.

M’syá : Dengan, Bersamaan, Terbalik ke bawah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

M’syien Rmah : Membuat/Memasang Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Mti : Malam, Petang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

M’twỏk : Memasuki, Mendekati. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mwi bowỉ : Sejenis Tarian Tradisional Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Bernyanyi, Pujian. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Mwohat Ohát : Membuat Tungku Api. Dalam sebutan Bahasa Lokal suku Maybrat.

N

Nangli : Sebutan kepada Wanita Muda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit.

Na : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia (kata ganti tunggal, menunjukkan orang

banyak atau sebagai kata jamak) dalam bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Na Wofle : Pendeta, Pator, Kiai, Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil. Dalam sebutan bahasa lokal

suku Sawiat, Imian.

Nawe : Bilang, Mau, Kepingin, Bertekad. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’bỏ : Engkau Pegang (Kata ganti orang tunggal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’fibo : Engkau/Anda Seperti/Bagaikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’mát : Engkau/Anda Melihat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’rỏs : Berdiri. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hamah Sagrim 409

Page 410: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

N’sgi : Engkau Mendirikan Rumah, Engkau Membangun Rumah (Kata ganti orang Tunggal).

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’sỏk : Memilih, Memilah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

N’truk : Engkau/Anda Masuk/Memasuki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Nuủt : Kamu Naik, Kamu Memanjat, Kamu Mendaki, Kamu Tutupi/menutup. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

N’yiỏ : Engkau, Anda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

O

Ohát : Tungku Api, Tempat untuk memasak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Oỏ : Tempat, Daerah, Wilayah, Areal. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Omni science : Maha Mengetahui.

Omni Present : Maha Berada.

Orỏn : Sebutan Kepada Tuhan Allah Bapa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

P

Pastoral : Kependetaan, Berkaitan dengan Pelayanan Keluarga. Istilah dalam Teologia Kristen

Plural : Multi Dimensi, Berfariasi, Multi etnic, Multi cultural.

R

Raá : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia, (kata ganti tunggal menunjukkan orang

banyak atau sebagai kata jamak) dalam bahasa lokal sub suku Maybrat. Kabupaten Maybrat.

Raá ỉn : Orang tidak berpendidikan, Buta Aksara, Manusia Fana, Orang yang penuh dengan

Dosa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Raá Kinyáh : Rakyat, Masyarakat biasa, bukan bangsawan. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat, Imian, Sawiat, Tehit.

Raá Mabỉ : Orang Tua, Petuah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Raá Mbẽr : Pelajar, Orang terdidik, Kaum Berpendidikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Raá Waỉt : Orang Kepunyaannya, Rakyatnya, Pengikutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Hamah Sagrim 410

Page 411: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Raá Wiyỏn : Pendeta, Pastor, Ustat, Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil, Guru Jemat. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Rae Sawán : rakyat kecil, masyarakat, orang bukan bangsawan. Dalam Bahasa lokal anak suku

May Maka (daerah Karon, Mare).

Refraction : Pembiasan Gelombang. Dalam istilah Geografi.

Reto : Yang itu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Riof kanyá : Keserasian, Kebahagiaan bersama, berkaitan dengan kebahagiaan orang banyak.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Rmáh : Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ro : Yang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Rotỏ : Lain, Tidak Sama, Tidak sesuai, Berbeda.

Rủ : Sebutan Burung dalam bahasa lokal Suku Maybrat. Kabupaten Maybrat.

S

Safáh : Taring Dari Ular Naga yang dijadikan sebagai bahan perhiasan/manik/kalung. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Safỏm : Hutan Belantara, berkaitan dengan alam hutan. Sebutan dalam bahasa lokal suku

Maybrat.

Sah : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Sala : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit.

Samủ : Perumahan, Gedung, Hotel, Bangunan Megah, Rumah Moderen.

Samu Krẽ : Rumah Bersalin atau rumah untuk Ibu yang melahirkan. Dalam sebutan bahasa

suku Maybrat.

Samu Matỏ : Ruang Dalam (interior) dalam sebutan bahasa lokal Suku Maybrat.

Samu Sirẽt : Gedung Pertemuan, Gedung Upacara, Rumah Berkumpul. Dalam sebutan bahasa

lokal suku Maybrat.

Samu Snẽk : Benteng Pertahanan, Rumah Persembunyian. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Samu Mambỏ : Rumah Nelayan, Rumah Pesisir, Bangunan yang berdiri di pesisir sungai.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Samu Kusmẽ : Asrama Putra, Rumah khusus laki-laki bujangan. Dalam sebutan bahasa lokal

suku Maybrat.

Hamah Sagrim 411

Page 412: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Samu Kuanỏ : Asrama Putri, Rumah khusus wanita Bujangan. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Samu K’wiyon : Rumah Suci, Gereja, Masjid, Vihara, Tabernakel, Kemah, bait Allah, Sekolah,

Kampus, Universitas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sana Wiyỏn : Menguji Murid, Memberi Ujian, Memberi Ulangan Kepada Murid. Dalam

sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sawiat : Nama sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini

mendiami daerah Sawiat. Kabupaten Sorong Selatan. Letaknya dibagian Selatan Kabupaten

Sorong dan dibagian Barat kabupaten Sorong Selatan.

Sbỉs : Menjahit. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

seỉ : Biasa, Saja, Cuma. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ses : Rotan Jenis Besar, sering disebut rotan Jawa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sfa : Gunung, Orang yang hidup dibagian Pegunungan, Orang Gunung. Istilah dalam sebutan

bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit.

Singular : Tunggal, Satu, Perorangan.

Smẽ : laki-laki. Ra sme: Dia laki-laki, orang Laki-Laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Smỉ : Bermimpi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Snẽh : Kalem, Lembah lembut, Halus, Tidak Kasar. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Snyủk : Khusus, Pribadi, rahasia. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sỏf : Gording. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sogỉ : Parang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Soh : Bila Mana, Apabila, Jikalau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Soủ : satu, tunggal, bersama, tidak terpisah-pisah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Srah : Palem Hutan yang jenis pohonnya kecil biasanya digunakan sebagai bahan lantai rumah.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Srẽ : Salah, Meleset, Tidak Tepat, Keluar dari aturan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Sủ : Bersama-sama. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Sui generis : Generasi, Perasaan Menyeluruh

Sum Kafir : Nama Kafir, Nama yang tidak dibabtis. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Hamah Sagrim 412

Page 413: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Sủr : Sebutan Umum untuk Kayu (Tiang, Balok, Nok, Reng, Usuk, Gording dll). Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Swỉr : Balok Sokong, Balok Pengikat angin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

T

Tabám : Tanah, Negeri, Lembah, Negara, Benua, Daerah. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Tafỏh : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tagi : Penguasa Alam Air, Roh Halus yang Berada di Air/Sungai sehingga sungai tersebut

dianggap keramat/mistik. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tarỏ : Stadion, Arena Pertunjukkan, Gedung Olahraga, Gelanggang Olahraga. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Tbỉl : Bambu yang berwarna Kuning/Bambu Cina. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tfỏ : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tgif : Membaca Firman, Membaca Mantera, Membaca Nujum. Dalam sebutan bahasa lokal

suku Maybrat.

Ti Manáf : Bubungan Atap, Bagian Kepala Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tin : Antin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Tmáh : Kapak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Tná : hal/sesuatu/kejadian baru, lalu, terus, selanjutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku

Maybrat.

Tongkonan : Arsitektur tradisional Toraja Indonesia

Toỏ : Rotan, Tali, Ikatan, Pengikat. Sebutan dalam bahasa lokal Suku Maybrat.

Tokẽ : Tifa yang ukurannya kecil. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Trẽf : Alat Gesek/Dawai Biola. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Truk : Masuk, Kedalam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Turáf : Gaba-gaba. Tangkai dari sagu yang difungsikan sebagai bahan penutup dinding

Bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Twỏk : Masuk, Memasuki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

U

Undagi : Manusia terampil. Dalam istilah ilmu Antropologi

Hamah Sagrim 413

Page 414: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

W

Waná : Punya Mereka, Kepunyaan Mereka. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Wanủ : Kita, Kitorang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat

Watá : Sero, Bubu, Alat penangkap ikan, udang, hasil teknologi sederhana orang Maybrat,

Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Watủm : Nasehat, Firman, Kata bijak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Waỹ : Taring Babi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Wiyỏn : Sebutan Kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku Maybrat.

Wiyon Tná : Murid, Pelajar, Mahasiswa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Wofle : Sebutan kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku Sawiat, Imian.

Wyák : Perahu, Kole-Kole, Perahu Sampang. Dalam sebutan Bahasa lokal suku Maybrat

Y

Yhár : Dia (laki-laki) mengetahui, mengenal, menguasai, menjiwai. Dalam sebutan bahasa lokal

suku Maybrat.

Yhoủ : Dia Laki-laki berada, Dia Laki-laki Bertahta, Dia Laki-laki Berdiam, Alamat orang Laki-

laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Yhrẽ : Dia Laki-Laki Duduk, Dia Laki-Laki Menjabat pada Jabatan, Dia laki-laki Menempati.

Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.

Ytah kỏn : Tidak lulus, Gugur dalam Ujian, Tidak berhasil dalam pendidikan. Dalam sebutan

bahasa lokal suku Maybrat.

Ytos guawẽ : Memelihara anak terlantar, Mengasuh anak terlantar. Dalam bahasa lokal suku

Maybrat.

Hamah Sagrim 414

Page 415: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

DAFTAR PUSTAKA

“Juhana” Arsitektur dalam kehidupan Masyarakat → Bendera 2001

”Mansoben”sistem kepemimpinan pria berwibawa di Irian Jaya→ www. leden . edu.id

Breen, Ann. & Rigby, Dick. (1994): Waterfront- Cities reclaim their edge. New York: Mc. Graw

hill.

Campel, Craig,S. (1982): Water in landscape Architecture. New York: Van Nostrad Reinhold

Company.

Hardiman, Gagoek (2000) Peranan ruang terbuka hijau dalam peningkatan kualitas udara di

perkotaan pada daerah tropis. Semarang. JAFT .

Lippsmeier, Georg (1994); Tropenbau Building in the Tropics. Muenchen: Verlag Georg. D.W.

Callwey.

Pomanto, Danny. (2004) Bahan presentasi RTRW Kota Makassar 2005-2015. Makassar:

PT.Dann Bintang GR.

Susilo, Hendropranoto. Pryanto, Totok. (1993): Perkembangan Waterfront di Perkotaan. Majalah

Sketsa 9 Mei 1993. Universitas tarumanegara, hal;13.

Takeo, Kondo .(1991): Perspektif- Waterfront. Tokyo: Chiyodaku.

Torre, L, Azeo. (1989). Waterfront Development. New York: Van Nostrand Reinhohld.

DR-.Ing.Ir.Gagoek Hardiman. Sekretaris Progam Doktor Arsitektur dan Perkotaan. Program

Hamah Sagrim 415

Page 416: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Pasca Sarjana. Undip. Jl.Imam Bardjo SH. No 3. Telp: (024)8412261, 8412262 FAX:

(024)8412259: Email: [email protected].

Tentang PenulisHamah sagrim, lahir di lembah perbukitan Hamah

Yasib, di daerah perkampungan Sauf-Kanisabar

wilayah Maybrat, West Papua, Indonesia. Anak

kedua dari empat bersaudara, Jeri, Itas, dan Desi.

Orang tua ayah Nixon Sagrim dan ibu Marlina

Sesa. Hamah dikenal sebagai seorang pendiam

sabar dalam segala kekurangan dan kelebihannya

dengan prinsip hidupnya “uang dan harta duniawi

tidak aku punya, tetapi aku memiliki Talenta

luarbiasa dari Tuhan”.

Catatan prestasi :

Juara II Sayembara Arsitektur, tingkat Mahasiswa arsitektur Asia – Pasifik,

2003. menerima penghargaan dan sertifikat internasional oleh Evangelis

Eksplotion internasional Malang Indonesia, 2004. Menjabat sebagai

Koordinator Pelajar Arsitektur Asia-Pasifik Region II Indonesia tengah DIY,

2006. Menerima Penghargaan sebagai salah satu Mahasiswa berprestasi

dalam penilaian Tahunan Mahasiswa Kristen DIY, 2007. Menjabat sebagai

Hamah Sagrim 416

Page 417: BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OK

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT

Direktur Program LSP DIY, 2007. Menerima Penghargaan dan sertivikat

dalam Konferensi Asia Afrika di Mindanao Philipines, dalam karya

penelitiannya yang mengungkapkan Umur Penghuni di pulau Papua, 2009.

Member of International Working Group for Asia Afrika to Globalized

(IWG) sekarang. Menjabat sebagai sekretaris IKMAPAS Surabaya, rangkap

ketua, 2005. sebagai anggota GMNI 2005, dan GMKI 2007. Menjabat

sebagai pendiri dan Sekretaris Umum LIP, DIY 2009. peneliti tamu di YPR

DIY. Sebagai Anggota Team Perumusan Metode Belajar Nusantara pada

2006, bersama DIKTI. Seorang Penulis dan Peneliti Lepas yang fokus

meneliti dan menulis tentang budaya Papua. Sebagai pembicara pada

seminar – seminar nasional dan internasional baik didalam Negeri dan

diluar Negeri, dan masih banyak prestasi yang diperolehnya. Saat ini

masih aktif sebagai mahasiswa Teknik Arsitektur di Universitas Widya

Mataram Yogyakarta.

Hamah Sagrim 417