modul 2 vomitus onkologi
DESCRIPTION
ONKOLOGITRANSCRIPT
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 1/33
LAPORAN PBL SISTEM ONKOLOGI
Tutor : dr. Prabowo,Sp.PA
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Badai Ardyana Arimbi Putri (2013730129)
Bayu Setyo nugroho (2013730130)
Deni nelissa (2013730133)
Dikara Novirman Prayuliana (2013730136)
Megi Annisa Rahmah (2013730152)
Putri Dina Indrisia (2013730165)
Putri noviarin irhamna (2013730166)
RR.Hestin DP (2013730172)
Shella Arditha (2013730178)
Shila Rubianti p (2013730179)
Virni tiana aprielia (2013730186)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016-2017
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 2/33
""
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho- Nya sehingga kelompok 2 bisa menyelesaikan laporan PBL pertama untuk modul pertama
pada sistem Onkologi.
Dalam penyusunan laporan ini, berdasarkan hasil brainstorming kelompok 2, dan mengacu
pada buku-buku serta website di internet. Masalah yang menyangkut pada skenario pada
modul ini , kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang telah disusun.
Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dr. Prabowo sebagai pembimbing
kelompok 2 atas tutorial kedua yang membantu pada saat diskusi kelompok kami, sehingga
dapat terselesaikannya laporan PBL kedua ini.
Akhir kata, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu harapan yang
tinggi, semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Wassalam.wr.wb
Jakarta, 5 Januari 2015
Kelompok 2
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 3/33
#
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..…………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….……… 3
Tujuan Pembelajaran………………………………………………………………..3
Sasaran Pembelajaran……………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………… 5
SKENARIO………………………………………………………………………. 5
Kata Sulit…………………………………………………………………………. 5
Kata/Kalimat Kunci……………………………………………………………… 5
Identifikasi Masalah Dengan Rumusan Pertanyaan……………………………….. 5
Definisi dan mekanisme vornitus…………………………………………. 6
Etiologi dan faktor resiko dari Vomitus…………………………………… 7
Klasifikasi penyakit dengan gejala muntah sesuai warna…………………. 10
mengapa pasien tidak bisa Flatus………………………………………….. 11
hubungan RPD dengan RPS……………………………………………….. 13
tindakan Preventif pada skenario………………………………………….. 14
alur diagnosis pada kasus di skenario …………………………………….. 14
mengenai Diferensial Diagnosis 1………………………………………… 15
mengenai Diferensial Diagnosis 2…………………………………………. 20
mengenai Diferensial Diagnosis 3………………………………………… 23
penatalaksanaan dari kasus pada skenario…………………………………. 29
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 33
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 4/33
$
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang
penyakit-penyakit yang memberikan gejala muntah atau vomitus,patogenesis terjadinya
penyakit tersebut, gejala dan tanda dari penyakit primer, kelainan organ yang ditimbulkan
dan penatalaksanaan penyakit-penyakit dengan gejala muntah/vomitus.
1.2
Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
A. Menjelaskan definisi dan mekanisme muntah atau vomitus.
B.
Menjelaskan pathogenesis terjadinya muntah atau vomitus.
C.
Menjelaskan cara melakukan anamnesis terhadap kasus dengan gejala muntah
atau vomitus.
D.
Menjelaskan pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan penyebab muntah
atau vomitus.
E.
Menjelaskan diagnosis banding apa saja dengan muntah hijau dan atau tanpa fekal
dan muntah tanpa hijau.
F.
Menjealskan cara penanganan tumor dengan muntah atau vomitus.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 5/33
%
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO 2Laki-laki 45 tahun datang ke UGD karena sakit perut melilit hilang timbul tetapi terus-menerus
dan dengan muntah-muntah. Mula-mula muntah berwarna hijau lama kelamaan hijau fekal.
Keluhan itu dialami sudah 5 hari ini. Tidak ada b.a.b dan flatus. Sebetulnya sudah beberapa
bulan ini B.A.B tidak pernah puas dan ditambah diare berlendir dan darah sedikit. B.A.K tidak
ada kelainan.
KATA SULIT :
( - )
KATA/KALIMAT KUNCI: Laki-laki 45 tahun;
Sakit perut melilit hilang timbul, terus menerus;
Mula-mula muntah berwarna hijau fekal;
Tidak B.A.B dan tidak flatus;
RPD : BAB tidak puas & Diare berlendir disertai sedikit darah.
IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN RUMUSAN PERTANYAAN
1. Jelaskan Definisi dan mekanisme vornitus!
2.
Jelaskan Etiologi dan faktor resiko dari Vomitus!3. Jelaskan Klasifikasi penyakit dengan gejala muntah sesuai warna!
4. Jelaskan mengapa pasien tidak bisa Flatus!
5. Jelaskan hubungan RPD dengan RPS!
6. Jelaskan tindakan Preventif pada skenario!
7. Jelaskan alur diagnosis pada kasus di skenario!
8. Jelaskan mengenai Diferensial Diagnosis 1!
9. Jelaskan mengenai Diferensial Diagnosis 2!
10. Jelaskan mengenai Diferensial Diagnosis 3!
11. Jelaskan penatalaksanaan dari kasus pada skenario!
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 6/33
&
RUMUSAN PERTANYAAN
A. Definisi dan mekanisme muntah
Muntah adalah suatu refleks yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi lambung atau
usus atau keduanya ke mulut. Pusat muntah menerima masukan dari korteks
serebral ,organ vestibular ,daerah pemacu kemoreseptor (chemoreseptor trigger
zone ,CTZ), dan serabut aferen ,termasuk dari sistem gastrointestinal. Muntah
terjadi akibat rangsangan pada pusat muntah ,yang terletak di daerah postrema
medula oblongata di dasar ventrikel keempat .Muntah dapat di rangsang melalui
jalur saraf aferen oleh rangsangan nervus vagus dan simpatis atau oleh rangsangan
emetik yang menimbulkan muntah dengan aktifasi CTZ .Jalur aferen menerima
sinyal yang menyebabkan terjadinya gerakan ekspulsi otot abdomen
,gastrointestinal ,dan pernafasan yang terkordinasi dengan epifenomena emetik
yang menyertai. Pusat muntah secara anatomis berada di dekat pusat salivasi dan
pernafasan ,sehingga pada waktu muntah sering terjadi hipersalivasi dan gerakan
pernafasan
Muntah atau emesis/vomitus, ekspulsi paksa isi lambung keluar melalui mulut,
tidak terjadi karena peristaltis terbalik lambung,seperti yang mungkin diperkirakan.
Sebenarnya lambung itu sendiri tidak secara aktif berperan dalam muntah.
Lambung, esofagus dan sfingter sfingter terkaitnya akan melemas sewaktu muntah.
Tindakan kompleks muntah dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula batang
otak. Muntah dimulai dengan inspirasi dalam dan penutupan glotis. Kontraksidiafragma menekan ke bawah ke lambung sementara secara bersamaan kontraksi
otot-otot perut menekan rongga abdomen, meningkatkan tekanan intraabdomen
dan memaksa visera abdomen bergerak ke atas. Sewaktu lambung yang terperas
antara diafragma di atas dan rongga abdomen yang mengecil di bawah, isi lambung
terdorong ke atas melalui sfingter sfingter yang melemas dan esofagus serta keluar
melalui mulut. Glotis tertutup sehingga bahan muntah tidak masuk ke saluran
napas. Uvula juga terangka untuk menutup saluran hidunhg. Siklus muntah dapat
berulang beberapa kali sampai lambung kosong. Muntah biasanya didahului oleh
pengeluaran liur yang berlebihan, berkeringat, peningkatan denyut jantung, dansensasi mual yang semuanya khas untuk lepas muatan generalisata sistem saraf
otonom.
1. implus muntah thdp stimulasi bhn kimiawi
Implus aferen dr lambung/ duodenum respon thdp distensi/iritasi
dikarenakan stimulasi kimiawi oleh emeti misalnya ipecac
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 7/33
'
2. Stimulasi taktil
Stimulasi sentuh di bagian belakang tenggorok yaitu salah satu rangsangan yang
paling kuat. Misal mencolokkan jari ke tenggorokan, menggunakan spatel lidah
yang terlalu dalam.
3. Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum
4. Peningkatan tekanan intra kranial misalnya akibat perdarahan intraserebrum.
Dengan demikian muntah dianggap tanda buruk yang menandakan adanya
pembengkkan atau perdarahan rongga tengkorak
5. Nyeri hebat yang berasal dari berbagai organ misalnya nyeri sewaktu batu ginjal
melewati saluran kemih
6. Muntah psikis yang di sebabkan oleh faktor emosi misal mencium atau
membaui.
7. Rotasi atau akselerasi kepala yang menimbulkanpusat bergoyang(dizzy)
misalnya sewaktu di mabuk di perjalanan
B. Etiologi dan faktor resiko dari Vomitus!
Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktivan pusat muntah di otak. Muntah
merupakan cara tubuh untuk mengeluarkan zat yang merugikan. Muntah dapat
disebabkan karena makan atau menelan zat iritatif atau zat beracun atau makanan
yang sudah rusak. Beberapa orang menjadi mual dan mungkin muntah karena
mengendarai perahu, mobil atau pesawat terbang. Muntah bisa terjadi selama
kehamilan, terutama pada minggu-minggu pertama dan pada pagi hari. Banyak
obat-obatan, termasuk obat anti kanker dan pereda nyeri golongan opiat seperti
morfin, dapat menyebabkan mual dan muntah. Penyumbatan mekanis pada usus
akan menyebabkan muntah karena makanan dan cairan berbalik arah dari sumbatan
tersebut. Iritasi atau peradangan lambung, usus atau kandung empedu, juga dapat
menyebabkan muntah. Masalah psikis juga dapat menyebabkan mual dan muntah
(muntah psikogenik). Ada muntah yang disengaja, yaitu pada penderita bulimia
untuk menurunkan berat badannya. Muntah yang disengaja, merupakan respon
keadaan untuk memperoleh keuntungan, seperti untuk menghindari pergi ke
sekolah. Muntah psikogenik juga dapat terjadi karena ancaman atau situasi yang
tidak disukai yang menyebabkan kecemasan. Muntah bisa merupakan ekspresi dari permusuhan, sebagai contoh ketika seorang anak muntah selama marah. Atau
muntah mungkin disebabkan oleh pertentangan psikologis yang kuat. Sebagai
contoh, seorang wanita yang ingin memiliki anak bisa muntah pada tanggal atau
mendekati tanggal dimana dulu dia mengalami operasi pengangkatan rahim.
FAKTOR RESIKO
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUAL MUNTAH
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 8/33
(
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan mual muntah adalah :
1. Faktor pasien :
a. Usia muda
b. Wanita
c. Obesitas
d. Adanya riwayat mual muntah paska operasi
e. Riwayat tidak merokok
f. Kecemasan
g. Penyakit saluran pencernaan
h. Terapi kombinasi (seperti kemoterapi, radioterapi)
i. Kelainan metabolik (seperti diabetes mellitus, uremia dll) j. Kehamilan
2. Faktor pembedahan :
a. Tipe operasi yang merupakan resiko tinggi untuk terjadinya mual
muntah seperti operasi mata, tht, gigi, payudara, ortopedi soulder,
laparoskopi, ginekologi, dan pada pasien-pasien anak seperti operasi
strabismus, adenotonsilektomi, orchidopexy
b. Lamanya waktu operasi dapat meningkatkan lamanya pemaparan
obat-obat anestesi
3. Faktor anestesi :
Faktor anestesi yang berpengaruh pada kejadian PONV termasuk
premedikasi, tehnik anestesi, pilihan obat anestesi (nitrous oksida,
volatile anestesi, obat induksi, opioid, dan Universitas Sumatera Utara
10 obat-obat reversal), status hidrasi, nyeri paska operasi, dan hipotensi
selama induksi dan operasi adalah resiko tinggi untuk terjadinya PONV
a.
Premedikasi
Opioid yang diberikan sebagai obat premedikasi pada pasien dapat
meningkatkan kejadian PONV karena opioid sendiri mempunyai
reseptor di CTZ, namun berbeda dengan efek obat golongan
benzodiazepine sebagai anti cemas, obat ini juga dapat
meningkatkan efek hambatan dari GABA dan menurunkan
aktifitas dari dopaminergik, dan pelepasan 5-HT3 di otak.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 9/33
)
b. Obat anestesi inhalasi
Anestesi general dengan obat inhalasi anestesi berhubungan erat
dengan muntah paska operasi. PONV yang berhubungan dengan
obat inhalasi anestesi muncul setelah beberapa jam setelah operasi,walaupun ini sesuai dengan lamanya pasien terpapar dengan obat
tersebut.36 Kejadian PONV paling sering terjadi setelah
pemakaian nitrous oksida. Nitrous oksida ini langsung
merangsang pusat muntah dan berinteraksio dengan reseptor
opioid. Nitrous oksida juga masuk ke rongga-rongga pada operasi
telinga dan saluran cerna, yang dapat mengaktifkan sistem
vestibular dan meningkatkan pemasukan ke pusat muntah.
c. Obat anestesi intra vena
Ada perbedaan antara obat anestesi inhalasi, obat anestesi intra
vena (TIVA) dengan propofol dapat menurunkan kejadian PONV.
Mekanisme kerjanya belum pasti, namun mungkin kerjanya
dengan antagonis dopamine D2 reseptor di area postrema.
d. Obat pelumpuh otot
Obat pelumpuh otot golongan non depolarizing biasa digunakan
pada prosedur anestesi general, dimana terdapat penggunaan obat
penghambat kolinesterase sebagai antagonis obat pelumpuh otot
tersebut. Obat penghambat kolinesterase ini dapat meningkatkan
PONV, namun etiologinya belum jelas.
e. Regional anestesi
Regional anestesi memiliki keuntungan dibanding dengan general
anestesi, karena tidak menggunakan nitrous oksida, obat anestesi
inhalasi, walaupun opioid dapat dihindarkan, namun resiko PONV
bias muncul pada regional anestesi bila menggunakan opioid
kedalam epidural ataupun intratekal. Penggunaan opioid yang
bersifat lipofilik seperti fentanil atau sufentanil penyebarannyaterbatas sebelum sefalad dan dapat menurunkan kejadian PONV.
Namun bila terjadi hipotensi pada tehnik regional anestesi dapat
menyebabkan iskemia batang otak dan saluran cerna, dimana hal
ini dapat meningkatkan kejadian PONV (Post Operative Nausea
and Vomiting)
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 10/33
*+
f. Nyeri paska operasi
Nyeri paska operasi seperti nyeri visceral dan nyeri pelvis dapat
menyebabkan PONV. Nyeri dapat memperpanjang waktu
pengosongan lambung yang dapat menyebabkan mual setelah pembedahan.
C. Klasifikasi penyakit dengan gejala muntah sesuai warna
Mual adalah perasaan tidak menyenangkan di rongga perut yang satu adalah untuk
muntahMuntah adalah refleks mana pusat muntah di otak memberitahu usus untuk
membalikkan gerakan peristaltik mereka dalam rangka untuk memaksa isi perut
keluar melalui mulut. Mual dan muntah memiliki banyak kemungkinan penyebab,
dan tidak selalu berhubungan dengan penyakit pada saluran gastro-intestina.
Kadang-kadang tidak ada penyebab dapat ditemukan untuk muntah.. Muntah
diinduksi di otak di lokasi tertentu di hipotalamus, yang disebut pusat muntah.
Pusat muntah dapat dirangsang oleh:
Masalah psikologis, saat ini disebut sebagai mual psikogenik atau fungsional
dan muntah
Nyeri hebat atau shock
Bau yang tidak menyenangkan atau gambar
Gangguan pada telinga bagian dalam kondisi seperti penyakit ketinggian,
penyakit Meniere, mabuk perjalanan dan labyrinthitis. Kadang-kadang infeksi
telinga tengah pada anak dapat menyebabkan muntah, tapi kemudian hal itu
disebabkan oleh iritasi saraf yang berjalan melalui telinga tengah
Penyakit pada organ internal (organ):
!
Gastro-intestinal penyakit seperti gastritis, ulkus peptikum, kanker perut,
obstruksi usus, usus buntu dan adenitis mesenterika
!
Penyakit hati atau kandung empedu seperti kolesistitis, hepatitis dan
sirosis
!
Pankreatitis
!
Penyakit jantung seperti miokarditis, hipertensi berat, serangan jantung
(infark miokard) dan gagal jantung kongestif!
Penyakit otak seperti migrain, (kecelakaan serebrovaskular) stroke, tumor
otak, hipoksia serebral dan epilepsi
!
Penyakit saluran kencing seperti infeksi saluran kemih dan kolik ginjal
Kimia dan racun
!
Infeksi menyebabkan produksi bahan kimia tertentu yang dapat
menyebabkan demam (pirogen) dan juga merangsang pusat muntah,
misalnya:
Bakteri dan virus infeksi, seperti kolera dan salmonella, yang dapat
menyebabkan infeksi baik gastro-intestinal atau sistemik
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 11/33
**
Infeksi parasit, seperti malaria
Meningitis
Sinusitis
! Masalah endokrin tertentu, seperti hiperparatiroidisme mellitus,
hipertiroidisme dan diabetes, menghasilkan ketidakseimbangan kimia yang
merangsang pusat muntah
! Produk sampah yang menumpuk di dalam tubuh dengan gagal ginjal dan
gangguan elektrolit lainnya dapat merangsang pusat muntah di otak
! Obat-obatan tertentu dan hormon dapat merangsang pusat muntah,
menyebabkan mual dan muntah: digoksin, morfin, estrogen, persiapan besi
dan aminofilin
Kondisi lain, seperti morning sickness, anemia hemolitik, porfiria, alkoholisme
dan radioterapi
muntah dalam kondisi kejiwaan seperti bulimia nervosa
Malformasi kongenital saluran gastro-intestinal seperti stenosis pilorus dan
refluks gastro-esofagus
Warna muntah
Warna merah kehitaman. Bisa diduga muntah berasal dari lambung yang
mengalamim iritasi dan mengeluarkan darah. Darah yang bercampur dengan
asam lambung akan,membuat warna menjadi merah kehitaman.Contohya pada
penyakit ulkus peptikum.
Warna merah segar. Mengindikasikan adanya luka pada daerah lambung ke atas
misalnya esofagus, mulut atau hidung. Contohnya pada penyakit esofagitis atau
tukak esofagus, varises esofagus, Ca esophagus.
Warna hijau . adalah suatu tanda bahwa muntah tersebut diakibatkan oleh
adanya obstruksi (penyumbatan) di saluran pencernaan.
muntah kuning menunjukkan empedu dan merupakan indikasi bahwa katup
pylorus terbuka ke empedu mengalir ke perut (ini lebih umum pada orang tua)
D. Mengapa pasien tidak bisa Flatus
Sebelum makanan meninggalkan lambung ia diubah menjadi bahan yang semifluid
yagn disebut CHYME. Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya
berkurang. Kolon terdiri dari ascending, transverse, descending, & sigmoid.
Kolon mempunyai 4 fungsi : absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar air dan sejumlah natrium dan clorida diabsorpsi setiap hari. Ketika
makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi HAUSTRAL. Ini sama dengan
kontraksi segmental dari usus halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 12/33
*,
manit.kontraksi menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yagn merupakan
area untuk absorpsi.
Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24jam, rata-rata 55mEq dari natrium dan
23mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yang diabsorpsi dari chyme
tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut, berbentuk
massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada
kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses menjadi encer. Jika kontraksi
peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras
sehingga menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous.
Mucous biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucous
melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu
yagn penting di dekat distal dari kolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.
Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bicarbonat
disekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari
oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit.
Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus dihasilkan daritertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja bakteri pada
karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari karbohidrat (seperti kol dan
bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat merangsang peristaltik. Orang
dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari.
Pada rektum terdapat 3 lapisan jaringan yang bentuknya saling berseberangan
terhadap rektum dan beberapa lipatan letaknya vertikal. Setiap lipatan yang vertikal
terdiri dari sebuah vena dan arteri. Dipercaya bahwa lipatan-lipatan ini membantu
pergerakan feses pada rektum.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI
1.Umur 7. Obat-obatan (medikasi)
2.Diet 8. Prosedur diagnostik
3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan
4. Tonus otot 10. Nyeri
5. Faktor psikologi 11. Iritan
6. Gaya hidup 12. Gangguan syaraf sensorik dan motorik
Kejadian awal yang menyebabkan terjadinya konstipasi pada scenario adalah
terdapatnya obstruksi mekanis pada lumen saluran cerna yang menyumbat lumen
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 13/33
*#
usus secara total sehingga isi lumen usus tidak bisa melalui saluran yang
mengalami obstruksi tersebut dan terjebak di dalam usus sehingga tidak bisa
keluar. Akhirnya karena tidak bisa keluar atau pun mengalir maka pasien tidak bisa
melakukan BAB dan flatulence.
E. Hubungan RPD dengan RPS
Mekanisme mengapa BAB selalu merasa tidak puas :
Karena ada tumor atau benjolan dalam usus → Ileus Obstruksi → Penyempitan
atau Penyumbatan lumen usus → Pasase (perjalanan makanan) di lumen usus
terganggu → Sebagian makanan msh tertinggal di dalam usus → BAB hanya
sediki-sedikit → Rasa tidak puas
Mekanisme BAB berlendir disertai darah :
Ileus Obstruksi → Penyempitan atau Penyumbatan lumen usus → Penggumpalan
isi lumen usus (peningkatan gas & air) → Distensi & penyumbatan → Hipersekresi
kelenjar pencernaann → Akumulasi cairan & gas semakin bertambah & bakteri
jahat masuk → Feses menjadi lendir → Karena ada jaringan yang rapuh →
Menyebabkan jaringan menjadi rusak dan berdarah → Feses berlendir dan
berdarah
Mekanisme sakit perut melilit
Sakit perut melilit dari skenario kemungkinan terjadi akibat adanya suatu etiologi
dari ileus obstruksi misalnya karena parasit, benda asing, stenosis (radang kronik)
keganasan dan tumor intra abdomen yang menyebabkan terjadinya ileus obstruksi
artinya terjadi kerusakan atau kehilangan pasase usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik yang akan menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen
usus sehingga proses perjalanan makanan dilumen usus terganggu yang akan
menyebabkan penggumpalan isi lumen usus yang tersusun atas gas dan cair, jikan
terjadi penggumpalan isi lumen usus maka akan terjadi kesulitan untuk buang air
besar dan flatus, pasien akan mengalami obstruksi. Jika terjadi penggumpalan isi
lumen usus tersebut suatu makanan gas dan cair akan terjadi suatu pelebaran didingusus (distensi), distensi dan penyumbatan tersebut akan membuat cairan kelenjar
pencernaan mengalami kelebihan dalam sekresi atau hipersekresi kelenjar
pencernaan sehingga akan terjadi akumulasi antara cairan dan gas tersebut beserta
kelenjar pencernaan yang akan mennyebabkan hiperperistaltik usus sehingga akan
mengakibatkan pasien mengeluh kolik abdomen (nyeri abdomen)
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 14/33
*$
F. Tindakan Preventif pada skenario "#$%&' ()'*+&,*-. /* 01&'1 01 02$234
Melakukan promosi kesehatan atau memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menjaga
kesehatan.
Perhatikan mengenai sanitasi lingkungan
Membiasakan hidup sehat dan bersih
Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung bahan pengawet,
bahan kimia, pewarna makanan.
Menghindari masakan atau makanan yang setengah matang atau tidak
matang.
Konsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah untuk memperlancar
saluran pencernaan.
Konsumsi susu yang mengandung Lactobacillus acidophilus. Hindari merokok.
Hindari minuman beralkohol.
Berolahraga minimal 2-3 kali dalam seminggu minimal 30 menit per session.
Jangan melakukan diet ketat yang dapat menurunkan daya imunitas tubuh.
Hidup rileks dan kurangi stres
G. Alur diagnosis pada kasus di skenario
Anamnesis pada vomitus attau muntaha.
Muntah terutama terjadi saat kapan? apabila pagi pada kehamilan dan
pada keadaan uremia.
b. Muntah yang dikeluarkan konsistensi atau bentuknya seperti apa? Apa
berbentuk makanan yang sebelumnya dimakan atau kosong hanya air saja?
apabila air saja maka kemungkinan gastritis alkoholik dan apabila
muntah setelah 4-6 jam setelah makan dan mengelurakan sebagian
makanan yang dimakan maka menunjukan retensi lambung (obstruksi
pilorus, gastroparesis) atau gangguan esophagus (akhalasia)
c.
Apakah sebelum muntah ada rasa mual atau tidak? Kalo tanpa mualterlebih dahulu menunjukan kemungkinan lesi pada sistem saraf pusat.
d.
Setelah dan sebelum muntah ada keluhan vertigo dan tinitus atau tidak?
Apabila ada menunjukan kemugkinan penyakit meneire
e.
Riwayat penyakit dahulu dengan keluhan muntah dan ada tidaknya
perubahan dalam berat badan? Apabila terjadi penurunan dan pernah
muntah dengan jangka waktu yang lama menunjukan vomitus psikogenik
f. Bagimana perasaan setelah muntah? Semakin mual atau nyeri atau nyeri yg
dirasakan sebelumnya hilang? Apabila nyeri yang dirasakan setelah muntah
hilang makan menunjukan ciri khas pada ulkus peptikum
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 15/33
*%
g. Selama mengalami keluhan muntah ini apakah memilki rasa perut begah
dan kembung atau merasa kenyang terus menerus atau tidak? Apabila iya,
makaciri khas gastroparesis
h. Bab nya seperti apa? Apakah aroma, warna dan konsistensinya?--> apabila
baik warna dan kosistensi baik namun aromanya busuk maka menunjukan
terjadiya obstruksi intestinal distal, peritonitis, fistula gastrokolik
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Pemeriksaan Radiologi
- Dengan kontras Barium Enema lalu foto konvensional
-
USG
- CT-Scan
- MRI
H.
Mengenai Diferensial Diagnosis 1
Definisi Ileus Obstruktif
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik).Suatu penyebab fisik
menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian maupun
total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibatkarsinoma yang melingkari.
Epidemiologi
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver mencatat
44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi. Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta
melaporkan 58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia.
Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan indikasi relaparatomi karena
obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang
seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi
usus. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM,
adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi
usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 16/33
*&
abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi
usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju,
adhesi intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus.
Pada pasien digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan
obstruksi usus akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat
hingga 65-75%.
Etiologi
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh :
– Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit
usus.
– Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdhulu atau penyakit Crohn.
– Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia – Neoplasma
– Intususepsi
– Volvulus
– Benda asing, kumpulan cacing askaris
– Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik.
– Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik dan hematoma.
Obstruksi Usus Besar
Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di setiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid.
Penyebabnya adalah :
– Karsinoma.
– Volvulus.
– Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel), Penyakit Hirschsprung
– Inflamasi.
– Tumor jinak.
– Impaksi fekal.
Klasifikasi Ileus Obstruktif
A.Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan:
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus
dan neoplasma
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 17/33
*'
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus.
B.Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar
C.Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis),
neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu.
Patofisiologi Ileus Obstruktif
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada Lumen usus
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas
yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran
air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan
ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok — hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam
usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam
rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Segera
setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul
tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah mereda, peristaltik
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 18/33
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 19/33
*)
sindroma yang berhubungan dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak
karena obstruksi itu karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon
terdistensi dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten,
maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu
menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal
didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding
organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter
tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini
yang biasanya pecah pertama.
Gejala klinis
Gejala obstruksi usus bervariasi penampilan dan keparahannya, bergantung atas
tingkat obstruksi maupun kapan pasien diperiksa. Gejala mencakup nyeri abdomen
kram, perut kembung, muntah, konstipasi atau gas dan distensi. Gejala umum berupa
syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Nyeri abdomen biasanya tetap seperti pada
awalnya dan kemudian menjadi bersifat kolik.
Nyeri abdomen sekunder terhadap kontraksi-kontraksi peristaltik kuat pada dinding
usus melawan obstruksi. Nyeri dari obstruksi proximal biasanya terlokalisasi
supraumbilicus di dalam abdomen, sedangkan yang dari obstruksi ileum rendah
biasanya tampil dengan nyeri intra umbilicus. Dengan berlalunya waktu, usus
berdilatasi, mofilitas menurun sehingga gelombang peristaltik menjadi semakin
jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegalgeneralisata menetap di keseluruhan abdomen.
Muntah reflex ditemukan segera setelah mulainya obstruksi. Jika obstruksi di
proksimal, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih
hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi sehingga tidak terlihat
distensi. Jika obstruksi di distal usus halus atau kolon, maka muntah timbul lambat
dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk, sebagai hasil
pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Kegagalan pengeluaran gas dan feses per rectum juga suatu gambaran khas obstruksi
usus.
Dalam obstruksi usus sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti
obstipasi.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 20/33
,+
I. Mengenai Diferensial Diagnosis 2
Ca Kolon atau kanker usus besar
Fungsi utama kolon paruh kanan adalah menyerap air, glukosa, garam anorganikdan sebagian asam empedu, sedangkan kolon paruh kiri terutama adalah storasi dan
eksresi feses. Selain itu kolon dapat mensekresikan mucus alkalis untuk melicinkan
mukosa, juga mensekresikan beberapa hormone seri gastrointestinal.
Epidemiologi
Diseluruh dunia insiden rata-rata kanker kolon pria adalah 16,6/ 100.000 pada
wanita 14,7/100.000; insiden kanker rectum rata-rata pria adalah 11,9/100.000.
wanita 7,7/100.000. didunia, insiden kanker kolon tertinggi di Selandia Baru,
mencapai 30,46/100.000. diseluruh dunia insiden kanker rectum pria tertinggiadalah Hongaria mencapai 20,46/100.000; wanita di Selandi Baru tertinggi ,
mencapai 12,31/100.000. Diketahui lebih banyak yang menderita kanker usus ini
adalah pria, usia kejadian jelas menjadi lebih dini, usia median timbulnya kanker
usus di china adalah 50-55 thn, dibandingkan negara Eropa dan Amerika lebih awal
yaitu 12-18 thn. Karsinoma rectal lebih sering ditemukan daripada karsinoma
kolon, kejadian ini banyak disertai dengan skistosomiasis.
Etiologi
Pada dasarnya belum jelas disebabkan oleh apa, namun ada keterkaitan dari
beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Hereditas dan kanker usus besar.
Resiko terkena pada masyrakat umum adalah 1/50, resiko terkena kanker bagi
generasi pertama pasien meningkat 3 kali menjadi 1/17, jika dalam keluarga
generasi pertama terdapat 2 orang penderita, resikonya naik menjadi 1/6. Sifat
herediter familial ini pada kanker kolon lebih sering ditemukan dibandingkan
dengan kanker rectum.
2. Faktor diet
Umumnya dianggap tingginya masukan protein hewani, lemak dan rendahnyaserta makanan merupakan faktor insiden tinggi kanker usus besar. Masukan
tinggi lemak, sekresi empedu juga banyak, hasil uraian asam empedu juga
banyak, aktivitas enzim bakteri anaerob dalam usus juga meningkat, sehingga
karsinogen, pemacu karsinogenesis dalam usus juga bertambah mengarah ke
timbulnya kanker usus bsar.
3. Kelainan usus besar nonkarsinoma
Seperti colitis ulseratif kronis, poliposis, adenoma, dll. Diperkirakan sekitar 3-
5% kolotis ulseratif timbul kanker usus besar. Adenoma dapat berubah ganas,
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 21/33
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 22/33
,,
metastasis ke paru menimbulkan batuk, nafas memburu, hemoptosis; metastasis ke
otak menyebabkan koma; metastasis tulang menimbulkan nyeri tulang, pincang dll.
Akhirnya dapat timbul kakeksia, dan kegagalan sistemik.
Pencegahan
Memahami faktor penyebab penyakit diatas membantu dalam tindakan pencegahan
timbulnya kanker usus besar.
a. Pengaturan diet yang rasional
b. Aktif mencegah mengobati skistosomiasis
c. Aktif engobati colitis ulseratif, poliposis dan adenoma
d. Penapisan umum; dilakukan pemeriksaan dalam masyrakat, terhadap lesis
usus besar ditemukan dan diterapi dini.
Langkah-langkah diagnosis
Setelah melakukan anamnesis pasien dan pemeriksaan fisik, pasien dapat kita
periksa menggunakan beberapa metode pemeriksaan penunjang, meliputi:
a.
Pemeriksaan sinar X
Dimana diperlukan untuk kanker diatas segmen tengah kolon sigmoid, dapat
menemukan di lokasi tumor terdapat defek pengisisan menetap, detruksi
mukosa, kekakuan dinding usus, konstriksi lumen usus dan perubahan
launnya; juga dapat menemukan karsinomatosis kolon.
b.
Pencitraan USG
Lesi metastatic hati diaatas 1 cm dapat ditemukan lewat pemeriksaan USG, hal
ini harus dijadikan satu pemeriksaan rutin dalam tindak lanjut sebelum dan
pasca operasi.
c. CT-scan, MRI dan kolonoskopi virtual CT (CTVC)
Dimana pada hal nya ini dapat membedakan lesi jinak dan ganas, kelebihan
utamanya dapat menunjukkan situasi terkenanya jaringan sekitar, ada tidaknya
metastasis kelenjar limfe atau organ jauh, sehingga membantu dalam
penentuan stadium klinis dan memperkirakan tindakan operasi atau tidaknya.
d.
PET (tomografi emisi positron) PET/CT
Mendeteksi lesi primer kanker usus besar dengan kepekaan tinggi, tapi
pencitraan seluruh tubuh terutama vertujuan mendeteksi lesi metastasis,
mengetahui luas terkena lesi secara menyeluruh, menetapkan stadium klinis,
menjadi dasar ilmiah bagi seleksi pola terapi yang rasional.
e.
Tes darah samar feses
metode imunologi memiliki sensitivitas dan spesifitas lebih tinggi dari metode
kimiawi memiliki kelebihan cepat, simple, ekonomis. Ada laporan mencampur
reagen dnegan supernatant fesen kanin dapat menghilangkan fenomena pita
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 23/33
,#
(reaksi palsu) pada uji darah samar fese imunologi, sehingga meningkatkan
angka hasil uji positif sejati dari kanker usus besar.
f. Pemeriksaan sitologi
Umumnya menggunakan penyikatan dibawah pengamatan langsung
endoskopi dan sediaan apus langsung dari apusan colok dubur terhadap tumor
anorektal, bila perlu hasil penyikatan dan sarung tangan jari dicuci larutan
garam faal lalu disentrifugasi diperoleh sedimen untuk sediaan apus.
Diagnosis banding
Apendiksitis, tukak saluran cerna, kolesistesis, TB kolon, disentri, hemoroid, fisten
anal.
Terapi
1. Kontraindikasi operasi
2.
Penanganan preoperative
3.
Seleksi teknik operasi : operasi radikal, paliatif, mengurangi gejala,efektivitas
terapi operasi
4.
Kempoterapi
5.
Radioterapi
6.
Terapi biologis
7.
Pengobatan china
8.
Teapi kombinasi
Prognosis
Bila dibandingkan dengan karsinoma gaster, hati, esophagus, pangkreas dan tumor
ganas lain prognosisnya relative lebih baik.
J. Mengenai Diferensial Diagnosis 3
Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus besar atau kolon mengalami
inflamasi dan ulserasi menghasilkan keadaan diare berdarah, nyeri perut, dan
demam. Kolitis ulseratif di karakteristikkan dengan eksaserbasi dan remisi yang
intermiten dari gejala. Serangan pertama dari penyakit ini masih mempunyai
diagnosis banding yang luas (sehingga untuk menegakkan diagnosisnya dilakukan
dengan penapisan berbagai penyebab lain (terutama penyebab infeksi) dan dengan
pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolonoskopi dengan biopsi. Serangan pertama
kolitis ulseratif mempunyai gejala prodromal yang lebih lama daripada penyakit
infeksi akut. Bukti pendukung diagnosis kolitis ulseratif adalah ketidak terlibatan
usus kecil.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 24/33
,$
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi kolon yang terkena penyakit ini diklasifikasikan sebagai:
Proktitis dan proktosigmoiditis (50%), mengenai lokasi rectum dan sigmoid
left-sided colitis (30%), mengenai lokasi kolon desenden (fleksura splenika)
extensive colitis (20%), mengenai lokasi kolon keseluruhan Berdasarkan derajat
keparahannya penyakit ini diklasifikasikan sebagai colitis ulseratif ringan, sedang,
dan berat, dengan menggunakan parameter frekuensi defekasi (per hari), pulsus
(denyut/menit), hematokrit (%), penurunan berat badan (%), temperature (°C/°F),
LED (mm/h), dan albumin (g/dl).
Etiologi
Penyebab pasti dari penyakit ini masih belum juga diketahui. Teori tentang apa
penyebab kolitis ulseratif sangat banyak, tetapi tidak satupun dapat membuktikan
secara pas. Penelitian-penelitian telah dilakukan dan membuktikan adanya
kemungkinan lebih dari satu penyebab dan efek kumulasi dari penyebab tersebut
adalah akar dari keadaan patologis. Penyebabnya meliputi herediter, faktor genetik,
faktor lingkungan, atau gangguan sistem imun. Secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic. .
Faktor ekstrinsik .
1.Diet: asupan makanan cepat saji dan gula telah dihubungkan pada banyak penelitian dengan kemungkinan menderita kolitis ulseratif. 2.Infeksi: beberapa
peneliti menyatakan bahwa kolitis ulseratif dapat berhubungan dengan beberapa
infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E. Coli. Satu teori
menjelaskan bahwa virus measles yang belum dibersihkan dari tubuh dengan tuntas
dapat menyebabkan inflamasi kronik ringan dari mukosa usus. 3.Obat-obatan:
penelitian juga menunjukkan hubungan antara asupan oral pil kontrasepsi dan
kolitis ulseratif dapat menyebabkan pasien menderita serangan apalagi jika
mengkonsumsi antibiotik danNSAIDs.
Hal yang terpenting adalah meskipun banyak dari orang yang memakan diet buruk
atau mempunyai infeksi E. Coli belum pasti akan menderita kolitis Ulseratif
sehinga dapat disimpulkan bahwa masih ada sesuatu yang membuat seseorang
menjadi lebih rentan
Faktor intrinsic .
1.Gangguan sistem imun: beberapa ahli percaya bahwa adanya defek pada sistem
imun seseorang berperan dalam terjadinya inflamasi dinding usus. Gangguan ini
ada 2 jenis:
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 25/33
,%
a.Alergi: beberapa penelitian menunjukan bahwa kolitis ulseratif adalah bentuk
respon alergi terhadap makanan atau adanya mikroorganisme di usus.
b.Autoimun: penelitian terbaru menunjukkan bahwa kolitis ulseatif dapat
merupakan suatu bentuk penyakit autoimun dimana sistem pertahanan tubuh
menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri. Diantaranya adalah usus besar.
2.Genetik: penelitian terbaru menujukkan bahwa faktor genetik dapat
meningkatkan kecenderungan untuk menderita kolitis ulseratif. .
3.Faktor herediter: adanya anggota keluarga yang menderita kolitis ulseratif akan
meningkatkan resiko anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
.
4.Psikosomatik: pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat atau sakit
dari tubuh. Setiap stres emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun
sehingga dapat menyebabkan penyakit kronik seperti kolitis ulseratif. Terdapat
fakta bahwa banyak pasien kolitis ulseratif mengalami situasi stres berat
dikehidupannya. .
Patofisiologi
Kolitis ulseratif merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang
merupakan perluasan dari rektum. Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian
kolon yang lain dengan gambaran mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan
ini akan berhenti pada daerah ileosekal, namun pada keadaan yang berat kelainan
dapat tejadi pada ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah ileosekal akan
terjadi kerusakan sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi2/3 normal, pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada
kolon distal dan rektum. Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit
ini, melainkan dapat terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat
stenosis yang reversibel. Lesi patologik awal hanya terbatas pada lapisan mukosa,
berupa pembentukan abses pada kriptus, yang jelas berbeda dengan lesi pada
penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan
penyakit, timbul edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan
kerapuhan hebat sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan,
seperti gesekan ringan pada permukaan. Pada stadium penyakit yang lebih lanjut,
abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan menyear dalam lapisan
submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terlepas
menyisakan daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar dan
dangkal, tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang
menjadi lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan,
protein dan darah. .
Manifestasi Klinis ..
Tanda utama ialah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah, nanah, dan
lendir. Biasanya disertai tenesmus dan kadang inkontinensia alvi. Biasanya
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 26/33
,&
penderita mengalami demam, mual, muntah, dan penurunan berat badan. Terdapat
tiga tipe klinis kolitis ulseratif yang sering terjadi, yang dikaitkan dengan seringnya
gejala. Kolitis ulseratif akut fulminan ditandai dengan awitan mendadak dan
disertai pembentukan terowongan dan pengelupasan mukosa, menyebabkan
kehilangan banyak darah dan mukus. Jenis kolitis ini terjadi pada sekitar 10%
penderita. Prognosisnya jelek dan sering terjadi komplikasi megakolon toksik.
Sebagian besar penderita kolitis ulseratif merupakan jenis yang intermiten
(rekuren). Timbulnya kecenderungan selama- berbulan- bulan sampai bertahun-
tahun. Bentuk ringan penyakit ditandai oleh serangan singkat yang terjadi dengan
interval berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan berlangsung selama 1-3 bulan.
Mungkin hanya terdapat sedikit atau tidak ada demam atau gejala- gejala
konstitusional, dan biasanya hanya kolon bagian distal yang terkena. Demam atau
gejala sistemik dapat timbul pada bentuk yang lebih berat dan serangan dapat
berlangsung selama 3-4 bulan, kadang- kadang digolongkan sebagai tipe kronik
kontinyu, penderita dibandingan dengan tipe intermiten, kolon yang terkena
cenderung lebih luas dan lebih sering terjadi komplikasi terus menerus diare setelah
serangan permulaan. Pada kolitis ulseratif ringan, diare mungkin ringan dengan
perdarahan ringan dan intermitten. Pada penyakit yang berat defekasi dapat lebih
dari 6 kali sehari disertai banyak darah dan mukus. Kehilangan banyak darah dan
mukus yang kronik dapat mengakibatkan anemia dan hipoproteinemia. Nyeri kolik
hebat ditemukan pada abdomen bagian bawah dan sedikit mereda setelah defekasi.
Sangat sedikit kematian yang disebabkan penyakit ini tapi dapat menimbulkan
cacat ringan atau berat. Komplikasi sistemik antara lain berupa pyoderma danarthropaty. Pada kolitis ulseratif juga terdapat berbagai manifestasi diluar kolon.
.
Pemeriksaan Penunjang. .
Tidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak
gambaran radang, dan pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia,
leukositosis, dan peninggian laju endap darah. Pemeriksaan pencitraan kolon dapat
terlihat kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan radiologi dengan
barium pada kolon membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih
proksimal, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena
dapat mempercepat terjadinya megakolontoksik dan perforasi. Kolonoskopi dan
biopsi dapat seringkali membantu membedakan kolitis ulseratif dan kolitis
granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat berat ringannya kelainan,
menyingkirkan adnya lesi lain dan deteksi terhadap karsinoma, menilai hasil
pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap penyakit ini. Kolonoskopi
dilakukan dengan hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.
Tata Laksananya. .
Ada dua tujuan dari terapi yaitu: (1) menghentikan serangan akut dan simptomatik
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 27/33
,'
dan (2) mencegah serangan kambuhan.Menghentikan serangan akut dan
simptomatik
1.Asam5-aminosalisilat
Asam 5- minosalisilat atau yang dikenal sebagai sulfasalazine menjadi obat pilihan
utama dalam pengobatan kolitis ulseratif yang ringan sampai sedang. Sedikit
penelitian yang menerangkan adanya obat baru yang lebih baik dari sulfasalazine
dalam mengontrol inflamasi. 20 dari 30% pasien mengalami intoleansi terhadap
sulafasalazine atau dapat dikatakan alergi terhadap obat ini.
2.Kortikosteroid
Prednison dengan dosis 40- 60 mg/ hari secara oral terbukti dapat menyembuhkan
75- 90% pasien dengan kolitis ulseratif. Seperti pada penyakit crohn, pengunaan
kortikosteroid jangka panjang tidak dianjurkan. Pasien yang diterapi dengan
kortikosteroid harus diterapi berbarengan dengan asam 5-aminosalisilat untuk
mendapatkan keuntungan obat tersebut yaitu ”steroid sparing effect”. Setelah
terlihat adanya perbaikan, maka kortikosteroid di turunkan dngan cara ”tappering
off” dalam jangka waktu 6-8 minggu. Pasien yang tidak responsif terhadap asam
5-aminosalisilat, kemudan diterapi dengan hidrocortisone enema (100mg) satu
sampai dua kali sehari. Kortikosteroid foam dan suppositoria dapat digunakan
untuk pengobatan ulseratif proktitis. Tetapi absorbsi sistemik yang signifikan
preparat tersebut dapat menyebabkan Cushing’s sindrome yang cepat.
.
3.Obat imunosupresan.
Ada bukti yang mendukung keuntungan penggunaan analog purin, 6-
mercaptopurine dan azathioprine untuk terapi kolitis ulseratif. Penggunaan
imunosupresan diindikasikan jika pasien tidak respon atau ketergantungan
terhadap kortikosteroid. Masih dimungkinkan untuk penggunaan 6-mercaptopurin
dalam tahap awal penyakit pada beberapa pasien, tetapi penggunaannya jangan
menunda untuk operasi pada kolitis yang ekstensif yang juga beresiko untuk
menderita kanker. Penggunaan cyclosporin pada terapi kolitis ulseratif yang
refrakter terhadap kortikosteroid intravena dapat dicoba. Pada kelompok pasien ini
cyclosporin intravena tampaknya menginduksi remisi cepat pada lebih 80% pasien.
Toksisitas berkaitan dengan cyclosporin berupa kejang, hipertensi, nefrotoksik,
dan juga resiko infeksi. Adanya efek samping tersebut harus dipertimbangkan
untuk penggunaan jangka lama pada pasien yang gagal dengan terapi 6-
mercaptopurin. Penggunaan methotrexate pada terapi kolitis ulseratif yang
refrakter juga dapat dicoba. Hal yang terpenting adalah penggunaan obat
imunosupresant harus dipikirkan kemanjuran dan toksisitasnya dibandingkan
dengan outcome operasi.
.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 28/33
,(
4.Pembedahan
Secara umum indikasi terapi pembedahan adalah klitis ulseratif disertai perforasi,
perdarahan hebat, displasia atau kanker, dan tidak respon terhadap 7-10 hari terapi
kortikosteroid ataupun cyclosporin. Peran proktokolektomi pada pasien dengan
penakit ekstensif yang lama masih kontroversial. Di masa lalu operasi standar
untuk kolitis ulseratif adalah proctokolectomy baik disertai dengan ileostomy
(Brooke) atau teknik yang lebih sulit continent ileostomy (Koch). Pada 15 tahun
terakhir ilmu pembedahan modern telah menggantikan prosedur proctokolectomy
sebelumnya. Prosedur ini adalah abdominal colectomi yang dilakukan dengan
membuat anastomosis antara kantong (pouch) distal ileum dengan rektum distal
(cuff). Biasanya diverting ileostomy dilakukan juga untuk memungkinkan pouch
dan anastomosis menyembuh dalam beberapa bulan. Operasi ini disebut ileoanal
pullthrough atau ileal pouch-anal anastomosis. Modifikasi terbaru dari operasi ini
dilakukan dengan rectal mucosectomy dimana anastomosis dari ileal pouch ke
rectum distal mendekati bagian atas linea dentate (1-4 cm). anastomosis ileal
pouch-distal rectum ini lebih mudah dikerjakan terkadang tanpa harus dilakukan
lagi diverting ileostomy. Komplikai yang sering terjadi pasca operasi adalah
pouchitis yang ditandai dengan frekuensi defekasi yang meningkat, urgensi, kram,
dan malaise. Hal tersebut berhubungan dengan adanya stasis dalam puoch. Gejala
berespon baik terhadap metronidazol.
Mencegah kekambuhan i0-9op;
Pasien yang gagal mencapai remisi harus diprogramkan untuk terapi rumatandengan 5-asam aminosalisilat (Asacol, 800 mg-2.4 g/hari). Untuk penyakit yang
ekstensif, sulfasalazine (1 g oral 2x1) atau olsalazine (500 mg atau 1 g 2x1) dapat
digunakan. Pasien dengan lesi terbatas dapat diterapi dengan preparat rektal setiap
3 hari sekali. Dosis optimal untuk semua pasien harus diindividualisasikan.
Komplikasi
Komplikasi kolitis ulseratif dapat bersifat lokal ataupun sistemik. Fistula, fisura
dan abses rektal tidak sering seperti pada colitis granulomatosa. Kadang- kadang
terbentuk fistula rektovagina, dan beberapa penderita dapat mengalami
penyempitan lumen usus akibat fibrosis yang umumnya lebih ringan. Salah satukomplikai yang lebih berat adalah dilatasi toksik atau megakolon, dimana terjadi
paralisis fungsi motorik kolon tranversum disertai dilatasi cepat segmen usus
tersebut. Megakolon toksik paling sering menyertai pankolitis, mortalitas sekitar
30% dan perforasi usus sering terjadi. Pengobatan untuk komplikasi ini adalah
kolektomi darurat. Komplikasi lain yang cukup bermakna adalah karsinoma kolon,
dimana frekuensinya semakin meningkat pada penderita yang telah menderita lebih
dari 10 tahun pertama penyakit, mungkin hal ini mencerminkan tingginya angka
pankolitik pada anak. Perkembangan karsinoma kolon yang terdapat dala pola
penyakit radang usus menunjukkan perbedaan penting jika dibandinkan dengan
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 29/33
,)
karsinoma yang berkembang pada populasi nonkolitik. Secara klinis banyak tanda
peringatan dini dari neoplasma yaitu perdarahan rektum, perubahan pola buang air
besar) akan menyulitkan interpretasi pola kolitis. Pada pasien kolitis distribusi pada
kolon lebih besar dari pada pasien nonkolitis. Pada pasien non kolitis sebagian esar
karsinoma pada bagian rekosigmoid, yang dapat dicapai dengan sigmoidoskopi.
Pada pasien kolitis, tumor seringkali multiple, datar dan menginfiltrasi dan
tampaknya memilki tingkat keganasan yang lebih tinggi. Komplikasi sistemik yang
terjadi sangat beragam, dan sukar dihubungkan secara kausal terhadap penyakit
kolon. Komplikasi ini berupa pioderma gangrenosa, episkleritis, uveitis, skleritis,
dan spondilitis anilosa. Gangguan fungsi hati sering terjadi pada kolitis ulseratif
dan sirosis hati merupakan komplikasi yang sudah dapat diterima. Adanya
komplikasi sistemik berat dapat menjadi indikasi pembedahan pada kolitis
ulseratif, bahkan bila gejala- gejala kolon adalah ringan sekalipun.
Prognosis
Kolitis ulceratif adalah penyakit seumur hidup dikarakteristikkan dengan
eksaserbasi dan remisi. Untuk sebagian besar pasien penyakit dapat dikontrol
dengan terapi obat-obatan tanpa operasi. Sebagian besar tidak memerlukan rawat
inap. Manajemen yang tepat, pada sebagian besar pasien dapat membuat hidup
lebih produktif. .
K. Penatalaksanaan dari kasus pada skenario!
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
rumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,
kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :Strangulasi,
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 30/33
#+
Obstruksi lengkap, Hernia inkarserata, Tidak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan
kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam
keadaan paralitik.
PENATALAKSANAAN GIZI
Beberapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker
adalah:
1.
Kurang nafsu makan.
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena:
a. Gangguan pada saluran cerna, dapat berupa kesulitan mengunyah,
menelan, dan penyumbatan.
b. Gangguan absorpsi zat gizi.
c. Kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah-muntah dan diare.
3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, lemak.
4.
Peningkatan pengeluaran energy.
Tujuan diet penyakit kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan statusnormal gizi dengan cara:
1.
Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.
2.
Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.
3.
Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare.
4.
Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh
pasien dan keluarganya.
Syarat-syarat diet penyakit kanker:
1. Energi tinggi yaitu pada laki-laki 36kkal/kgBB dan perempuan 32kkal/kgBB.
Apabila pasien berada dalam keadaan gizi kurang maka kebutuhan energi
menjadi 40 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 36 kkal/kg BB untuk perempuan.
2.
Protein tinggi yaitu 1-1,5g/kgBB.
3.
Lemak sedang yaitu 15-20% dari Kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral cukup (Vit A, B kompleks, C dan E).
6. Porsi makan kecil dan sering .
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 31/33
#*
Pedoman untuk mengatasi masalah makan:
Bila mual dan muntah:
Beri makanan kering.Hindari makanan yang berbau merangsang.
Hindari makanan lemak tinggi.
Makan dan minum perlahan.
Batasi cairan pada saat makan.
Tidak tiduran setelah makan.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 32/33
#,
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Kelompok kami memberi kesimpulan Etiologi dan patogenesisnya usus normal
selalu berada dalam keadaan peradangan “fisiologik” yang mencerminkan
keseimbanagnan dinamik antara faktor yang mengaktifkan sel imun penjamu,
seperti mikroba dilumen,antigen dan ransangan inflamasi endogen dan
pertahanan penjamu yang menekan peradangan dan mempertahankan integritas
mukosa.
Ketika penjamu telah berkembang maka akanterjadi peradangan usus yang
berbatas tegas dan biasanya transmural dan menyebabkan kerusakan mukosa,
ini mengakibatkan manifestasi diare berlendir dan ada sedikit darah, namun
pasien tidak begitu menghiraukan karena gejalanya sangat ringan. Pasien tidak
mengobati luka pada ususnya kemudian hal ini dapat mengakibatkan adanya
glanuloma non perkijuan pada 40%-60% kasus , fisura disertai fistula. Dinding
usus sepertikaret dan tebal, akibat edema, peradangan, fibrosa, dan hipertrofi
muskularis propria. Kerusakan mukosa kronis dalam bentuk distorsi arsitektur,
atrofi, dan metaplasia,yang terutama penting pada pasien dengan penyakit
kronis adalah kelainan displastik yang muncul disel epitel mukosa . kelainan ini
dapat fokal atau meluas, cenderung bertambah seiring waktu, dan diperkirakan
5 sampai 6 kali karsinoma di terutama kolon. Karsinoma ini mungkin menjadi
penctus BAB pasien tidak pernah puas bahkan karena terlalu besar obstruksikankernya mengakibatkan pasien tidak bisa BAB dan Flatus. Obstruksi ini juga
berdampak akan menyebabkan penggumpalan isi lumen usus yang tersusun atas
gas dan cair, jikan terjadi penggumpalan isi lumen usus maka akan terjadi
kesulitan untuk buang air besar dan flatus, pasien akan mengalami obstruksi.
Jika terjadi penggumpalan isi lumen usus tersebut suatu makanan gas dan cair
akan terjadi suatu pelebaran diding usus (distensi), distensi dan penyumbatan
tersebut akan membuat cairan kelenjar pencernaan mengalami kelebihan dalam
sekresi atau hipersekresi kelenjar pencernaan sehingga akan terjadi akumulasi
antara cairan dan gas tersebut beserta kelenjar pencernaan yang akanmennyebabkan hiperperistaltik usus sehingga akan mengakibatkan pasien
mengeluh kolik abdomen (nyeri abdomen) dan muntah-muntah. Akan tetapi,
kesimpulan dari kelompok kami ini harus di tunjang dengan Anamnesis
tambahan, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan penunjang.
2.
Saran
Saran kelompok kami pada pasien dalam skenario harus segera dilakukan biopsi
atau pemeriksaan penunjang lainnya agar lebih memastikan penyakitnya dan
jika terjadi karsinoma ataupun tumor harus segera dideteksi stadiumnya dan
dilakukan terapi sesuai etiologi, jenis tumor atau kanker, dan stadiumnya.
7/21/2019 Modul 2 Vomitus Onkologi
http://slidepdf.com/reader/full/modul-2-vomitus-onkologi 33/33
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2 . Jakarta : EGC.
Wan desen. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI
Tambayong,jan dr.2000.Patofisiologi.Jakarta:EGC