makalah psi islami

Upload: rilamaulida04

Post on 14-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah Remaja galau dalam pandangan islam. dua perspektif untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang galau dari sudut pandang islam dan psikologi.

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini, shalawat serta salam tetap terurah pada tokoh besar dunia, nabi besar: Muhammad SAW.Ucapan terima kasih untuk bapa Johan Satria Putra, S.Psi., M.A. yang telah memberikan tugas makalah sehingga kami belajar kembali untuk membagi waktu dan belajar lebih awal. Dan kepada segenap pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan distribusi dalam lancarnya perampungan makalah ini.Karya tulis yang disusun ini, memilih opsi tugas mengenai Remaja galau dalam pandangan islam, dalam penyusunannya, kami tidak memasukan metodologi dibab pertama dan sebagai gantinya, kami sedikit menambah bagian format penyusunan dalam bab metodologi yang kami sisipkan di bab 3. Kami mengerjakan ini sebaik-baiknya dan keterbatasan pengetahuan menjadi kekurangan dalam makalah yang dirampungkan. Maka dari itu, kritik dan saran yang sekiranya membangun sangat kami harapkan demi kemajuan tulisan kedepan.

Bekasi, Mei 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1BAB I PENDAHULUAN21.1.Latar Belakang21.2.Identifikasi Permasalahan31.3.Batasan Permasalahan31.4.Rumusan Masalah41.5.Tujuan Penulisan41.6.Manfaat Penulisan4BAB II LANDASAN TEORI52.1. Tugas Perkembangan Remaja Erik Erikson dan Havigurst52.2. Teori Kecemasan Freud (*)62.3. Teori Konflik Kurt Lewin (*)62.4. Pengkondisian operan skinner72.5. Social Learning Klasik Bandura72.6. Ayat-ayat mengenai permasalahan hidup (*)82.7. Kajian terkait galau yang pernah dilakukan (*)9BAB III METODE PENULISAN10BAB IV PEMBAHASAN114.1. Sebab Remaja Galau114.1.1. sebab galau dari pandangan Psikologi114.1.2. Sebab Galau dari Pandangan Islam124.2. karakteristik Galau-ers144.3. Ruang Lingkup Kegalauan Remaja144.4. Jenis-Jenis Galau154.5. Mengatasi Galau164.5.1. Menurut pandangan Islam164.5.2. Menurut Pandangan Psikologi17BAB V SIMPULAN19DAFTAR PUSTAKA20

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangAkhir-akhir ini, sering kita dengar kata yang mengganggu eksistensi kalangan para remaja. kata ini sedemikian populernya hingga banyak kaum muda yang menggunakannnya dalam status atau bahkan nama akun di jejaring sosial. Galau, kata yang sering kita temui hampir tiap hari di dunia nyata maupun maya (seperti twitter, facebook, blogger,dll) sering diungkapkan.Kata galau sendiri kian merebak dari situs jejaring sosial, kata ini menurut salah satu sumber (Voice), tercetus dari akun twitter @poconggg yang sering membuat status dengan hastag #galau, yang akhirnya ditiru oleh remaja-remaja. kata ini sering mereka ungkapkan ketika dalam kekacauan dan kemuraman hidup yang dialami para remaja, secara sederhana, sekarang kata galau sendiri telah menjadi bagian dari ekspressi permasalahan para remaja.Sebagai mahasiswa psikologi, yang kedepannya akan berperan sebagai helping profession, tentu apa yang menjadi permasalahan remaja ini adalah permasalahan yang akan di hadapi kedepannya, (atau bahkan kita sedang mengalami dan menghadapinya sekarang). Maka dari itu, pembelajaran dan pembahasan mengenai ke-galau-an dikalangan remaja perlu dibahas dan perlu menjadi bahan diskusi, sebagai bekal pengetahuan dan pemahaman ketika kami terjun kemasyarakat, atau sebagai pemahaman mengenai permasalahan diri yang dihadapi saat ini.Di lain sisi, Terkait dengan galau itu sendiri, tentu ada pandangan agama sendiri mengenai suatu permasalahan, atau suatu pandangan dan panduan mengenai apa yang seharusnya dilakukan seorang hamba yang berada dalam sukar, karena agama sendirilah, yang mengatur perilaku manusia dan menatanya kedalam lapak yang indah. apa yang sebenarnya dikatakan agama (dalam hal ini islam) mengenai permasalahan umat-umatnya ini? maka dari itu, berangkat dari hal-hal diatas, kami menyusun karya ini dengan judul: Remaja Galau dalam Psikologi dan Pandangan Islam1.2. Identifikasi Permasalahanpermasalahan yang terjadi adalah, merujuk hal apakah ketika remaja mengatakan dirinya galau, atau ketika mereka mengatakan remaja lain galau? Masalah apa yang mereka maksud? Atau tepatnya, kondisi apa yang sebenarnya mereka nyatakan? Dalam kamus besar bahasa indonesia (2013), galau atau bergalau, diartikan sebagai gelisah, sibuk beramai-ramai, ramai sekali, kacau, tidak karuan (pikiran). Dan jika kita mencoba mengartikannya dengan google translate, hasilnya lebih mengacu pada confusion (bingung). Namun, kepopuleran nama galau itu sendiri mengalami pergeseran makna dan paradigma dikalangan remaja. Contoh dari pergeseran itu sendiri dapat dilihat dari beragamnya definis galau menurut para remaja, Beberapa definisi galau yang kami temukan di internet diantaranya: Galau adalah suatu perasaan dilema Galau adalah suatu keputusan yang tidak pernah final Galau adalah suatu pikiran yang tidak dapat dicerna otak, karena sifatnya yang berubah-ubah dan membuat otak yang lebih lelah bertambah lelah. Galau adalah keadaan dimana seseorang menjadi murung secara mendadak.Maka dari itu, penggunaan kata galau sendiri beragam, seseorang yang sedang ada masalah dengan pasangan, berkata galau. Seseorang yang sedang merindukan kekasih juga berkata galau, bahkan ketika tidak ada nafsu makan pun dikatakan galau dan lain-lain. Jadi tentu, jika makalah ini menggunakan definisi galau sesuai pergeseran makna yang beragam, pembahasan yang terbentuk akan sedemikian luasnya. 1.3. Batasan PermasalahanSalah seorang pengguna media sosial pernah menulis sebuah alasan yang cukup beralasan, mengapa galau memiliki makna baru yang di kenal sekarang. Alasannya adalah, karena makna kata dalam sebuah kamus, dapat usang dan tertinggal oleh zaman. Sebuah kata juga dapat bergeser maknanya dan mungkin bahkan bisa hilang makna aslinya sama sekali. Tidak bermaksud menyimpang, atau membuat definisi baru atas landasan pemikiran bahwa definisi kamus dapat ditinggalkan, Dalam hal ini, sebagai pembatasan masalah dari beragamnya makna, makalah galau yang kami susun dimaksudkan pada keadaan psikologis dimana seorang individu mengalami kekacauan pikiran atau kegelisahan dalam memutuskan sesuatu. 1.4. Rumusan MasalahTerkait permasalahan dan pembatasannya yang dipaparkan diatas, maka kami membentuk rumusan masalah sebagai berikut:(1) Apa yang menyebabkan remaja mengalami galau baik dalam pandangan psikologi maupun islam?(2) Sampai sejauhmanakah (karakteristik apa sajakah), yang bisa membuat seseorang bisa dikatakan remaja galau?(3) Dalam hal apa saja remaja dihinggapi galau?(4) Dengan beragamnya konteks galau yang saat ini ada, bagaimanakah penggolongan galau itu sendiri secara sederhana?(5) Dan bagaimana solusi yang diajukan oleh pandangan islam dan psikologi?1.5. Tujuan PenulisanSelaras dengan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penulisan karya ini adalah untuk:(1) Memahami, apa yang menyebabkan remaja galau, baik dalam pandangan islam maupun psikologi(2) Mengetahui karakteristik remaja galau(3) Menganalisis dalam hal apa saja remaja bisa dihinggapi galau(4) Memformulasikan jenis-jenis galau secara sederhana(5) Dan mengetahui bagaimana cara menangani galau itu sendiri menurut pandangan islam dan psikologi.1.6. Manfaat PenulisanSecara teoritis, karya tulis ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam permasalahan remaja mengenai galau. Secara praktis, diharapakan mahasiswa atau pun pembaca dapat memahami permasalahan diri dan dapat menyiasati diri agar tidak terjebak galau secara berkepanjangan.

BAB IILANDASAN TEORI2.1. Tugas Perkembangan Remaja Erik Erikson dan HavigurstErickson menerangkan bahwa, remaja terganggu dan kacau karena konflik dan tuntutan sosial yang baru. Tugas utama remaja, adalah membangun pemahaman baru mengenai identitas ego sebuah perasaan tentang siapa dirinya dan apa tempatnya ditatanan sosial yang lebih besar. Krisis ini merupakan salah satu dari krisis identity vs role confusion (identitas vs kebingunan peran)Masa identitas yang dihadapi remaja sama banyaknya dengan masalah sosialnya, bahkan mungkin lebih banyak lagi. Tapi bukan pertumbuhan fisik atau impuls seksual yang mengganggu mereka, melainkan ketakutan tidak terlihat baik atau tidak memenuhi harapan orang lain. selain itu, anak muda mulai khawatir akan tempat mereka di masa depan, didunia sosial yang lebih besar. Para remaja, yang disatu sisi merasa kekuatan mentalnya berkembang cepat, namun disisi lain merasa takluk oleh tawaran dan alternatif yang tak terhitung dihadapan mereka. Kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas adalah kebingungan peran yang sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keraguan. Terkait peran remaja tersendiri, Havigurst menyebutkan indikator (yang merupakan suatu tugas) dimana seorang remaja telah memenuhi perkembangannya diantaranya:(1) Membina hubungan baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan(2) Pencapaian peran sosial maskulinitas atau feminitas(3) Pencapaian kemandirian dalam mengatur keuangan(4) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif(5) Memilih dan mempersiapkan pekerjaan(6) Membangun keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang perlu bagi warga negara(7) Pencapaian tanggung jawab sosial(8) Memperoleh nilai-nilai dan sistem etik sebagai penuntun dalam perilaku. (papalia et al, 2009)

2.2. Teori Kecemasan Freud (*)Menurut Freud kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Menurut Freud, ada tiga jenis kecemasan yang sering dialami manusia. Kecemasan itulah adalahkecemasan realistic, kecemasan moral,dankecemasan neurotic.1. Kecemasan realistikyaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.2. Kecemasan neurotikadalah rasa takut jangan-jangan insting-insting (doronganId) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan impulsif.3. Kecemasan moralyaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma2.3. Teori Konflik Kurt Lewin (*)Menurut Kurt lewin, terkadang individu menghadapi beberapa macam faktor-faktor yang saling bertentangan dan tarik menarik. Individu berada dalam keadaan konflik (pertentangan batin), yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, yang bila tidak segera diselesaikan, mengakibatkan frustasi dan ketidak seimbangan kejiwaan. Konflik dapat dibedakan menjadi empat yaitu:1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat. Motif positif maksudnya adalah motif yang disenangi atau yang diinginkan individu.2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif negatif yang sama kuat. Motif negatif itu adalah motif yang tidak disenangi individu.3. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi satu situasi mengandung motif positif dan negatif sama kuat.4. Konflik ganda (double approach-avoidance conflict), yaitu konflik psikis yang dialami individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat.Dalam rangka individu mencapai tujuan justru sering individu menghadapi kendala, sehingga ada kemungkinan tujuan tersebut tidak dapat tercapai. Apabila individu tidak mencapai tujuan dan individu tidak dapat mengerti secara baik mengapa tujuan itu tidak dapat dicapai, maka individu akan mengalami frustasi atau kecewa. Ini berarti bahwa frustasi timbul karena adanyablockingdari prilaku yang disebabkan adanya kendala yang menghadapinya. Individu yang mengalami frustasi dapat mengalami depresi, merasa bersalah, rasa takut dan sebagainya.Para psikoanalisis berpendapat bahwa frustasi merupakan suatu kondisi yang bisa mengancam eksistensi ego seseorang. Oleh karena itu , dalam menghadapi frustasi tidak mengherankan kalau seseorang memperlihatkan pola perilaku untuk mempertahankan egonya. (Irwanto, 2002)2.4. Pengkondisian operan skinnerPerilaku manusia tidak akan lepas dari sifat manusia itu sendiri, teori pengkondisian operan skinner menegaskan bahwa setiap umpan balik yang diterma oleh manusia akan dipelajari. Dua konsekuensi atau umpan balik yang dijelaskan Skinner dalam teorinya adalah mengenai reinforcement dan punsihment (hukuman). Reinfocement adalah suatu konsekuensi yang menimbulkan frekuensi tingkah laku bertambah sedangkan hukuman adalah suatu konsekuensi dimana hal itu menimbulkan pengurangan tingkah laku. (Skinner dalam Santrock, 2003)2.5. Social Learning Klasik BanduraSalah satu konsep yang diajukan bandura dalam teorinya adalah mengenai determinisme resiprokal, dimana lingkungan dan individu akan saling mempengaruhi. Modeling adalah teori yang diajukannya untuk menjelaskan bahwa, seorang individu belajar sikap sosial yang pantas dengan cara mengamati dan mengimitasi, tahapan dari modeling bandura ini terdiri dari 4 bagian yakni: proses memperhatikan, retensi (pengendapan), reproduksi motorik (coba-coba), dan terakhir penguatan dan motivasi. (Baraon, 2002)2.6. Ayat-ayat mengenai permasalahan hidup (*)Surah al Ma`aarij ayat 19-21"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.Surah al-ankabut ayat 2-3Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dustaSurah al-baqarah ayat 216Boleh jadi kamu membenci sesuati, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuiSurah al-baqarah ayat 286Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannyaSurah al-baqarah ayat 45Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuSurah al-imran ayat 200Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada allah supaya kamu beruntungSurah al-imran ayat 139Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang berimanSurah at-taubah ayat 111Sesungguhnya allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk merekaSurah at-taubah ayat 129Cukuplah allah bagiku; tidak ada ilah selain dia. hanya kepada-Nya aku bertawakal.Surah yusuf ayat 87Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah, melainkan kaum yang kafir2.7. Kajian terkait galau yang pernah dilakukan (*)Penelitian terbaru menunjukkan bahwa depresi dan kondisi emosi bisa menular antara satu sama lain. Para peneliti mengatakan bahwa mengubah lingkungan adalah cara yang dapat digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk depresi karena kerentanan seseorang terhadap depresi dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.Sebagaimana dilansir Daily Mail (19/4), penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Clinical Psychological Science. Untuk itu, dokter Gerald Haeffel dan Jennifer Hames dari University of Notre Dame di Indiana, Amerika, pun memutuskan untuk menyelidiki apakah mungkin depresi bisa menular selama transisi kehidupan seperti di masa perkuliahan awal di universitas.Peneliti kemudian mengamati 206 mahasiswa yang dipasangkan secara acak sebagai teman sekamar, semuanya baru saja memulai tahun pertama mereka di universitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal dengan teman sekamar yang rentan depresi, mulai mengikuti cara berpikir dan mengembangkan tanda-tanda depresi. Sebaliknya, mereka yang ditempatkan sekamar dengan orang yang tidak rentan depresi mengalami penurunan risiko depresi. Dr Haeffel mengatakan temuan ini memberikan bukti untuk teori penularan antar emosi manusia. Inilah alasan mengapa seseorang bisa tertular virus galau jika berada di dekat orang yang galau. (Ayyass, 2013)BAB IIIMETODE PENULISAN

Karya tulis ini, terkategori dalam tipe penelitian studi kasus. Hasan (2005) menyebutkan bahwa yang didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Disini penyusun mengambil fenomena galau dikalangan remaja yang dalam konteks khusus dikaji dengan pandangan islam dan psikologi dalam sebab terjadinya.Pengkajian secara paradigma islami, karya ini menggunakan orientasi ayat qawliyyah,dengan metode tematik (maudhui), yakni dengan memilih topik tertentu yang berkaitan dengan psikologi (Dalam hal ini topik yang dipilih adalah topik remaja galau), lalu menginventarisasi ayat-ayat atau hadits-hadis yang berkaitan dengan topik tersebut. Dan menggunakan pendekatan skriptualis, yaitu pendekatan teks-teks Al-Quran atau hadits secara literal.Pengkajian dalam paradigma Psikologi, digunakan metode pengumpulan data dengan kajian pustaka/studi dokumen dimana penyusun mengambil berbagai referensi mengenai masalah yang dikaji, berupa teori-teori yang berkaitan dengan tema ke-remaja-an, dan materi yang terkait dengan masalah galau.Penulis menjawab permasalahan dengan mendefinisikan topik permasalahan dan menspesifikasi (membatasi definisi) yang dikaji, lalu mencari teori dan ayat yang terkait dengan topik yang dianalisis. Kemudian setelah teori dan ayat terkumpul, penyusun mengkategorikannya dalam sebab-sebab yang bisa dikaitkan secara operasional dengan perilaku konkret dilapangan. Dari sebab-sebab yang teridentifikasi inilah, penyusun mengambil dasar tindakan bagaimana memecahkan persoalan galau pada remaja.

BAB IVPEMBAHASAN4.1. Sebab Remaja Galau 4.1.1. sebab galau dari pandangan PsikologiBerdasarkan teori, Erikson, Lewin, Skinner, dan Bandura, sebab kegalauan remaja bisa dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni: karena faktor dari remaja itu sendiri, kedua, faktor permasalahan yang dihadapinya, dan ketiga faktor lingkungan yang mendukungnya.A. Faktor Karakteristik RemajaDidasarkan pada teori Erik Erikson, remaja merupakan tahapan dimana ia memiliki tahap Psikosoial identitas vs kebingungan peran (dari nama ini pun, sudah tampak bahwa, masa remaja identik dengan kegalauan). Ia memiliki tugas perkembangan untuk membangun pemahaman identitas egonya, mengenai siapa dia dan dimana tempatnya. Dalam tahap pencarian identitas ini, remaja mengalami banyak benturan karena berada ditahap perkembangan yang sama sekali berbeda dengan tahap perkembangan yang lain, selain itu juga, tahapan ini merupakan tahapan yang masih dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya yang terkait pembantukan harga diri dimasa kanak-kanak, dimana penerimaan dan harapan sosial berpengaruh, jadi dalam tahap ini remaja memiliki ketakutan tidak terlihat baik, atau tidak memenuhi harapan orang lain. situasi inilah yang menyebabkan remaja galau atau mengalami kekacauan pikiran dan gelisah untuk memutuskan sesuatu.

B. Faktor Karakteristik Permasalahandari pandangan Kurt Lewit mengenai konflik, bisa ditarik kesimpulan bahwa kegalauan bisa terjadi karena faktor permasalahan yang terjadi. Kekacauan pikiran seseorang untuk memutuskan sesuatu lebih cenderung diakibatkan oleh karakteristik konflik atau permasalahan yang dihadapinya. Jadi, jika diadopsi dari teori konflik Lewin, ada 4 karakteristik permasalahan yang bisa menyebabkan seorang individu dihinggapi kegalauan. 1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif positif yang sama kuat. Misal kegalauan remaja untuk menentukan pilihan ajakan pacar untuk makan bersama dengan pilihan menonton permainan bola yang digemarinya. Kedua-duanya ingin diikuti, tetapi ia harus memilih salah satunya.2. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi dua motif negatif yang sama kuat. Misal, kegalauan remaja ketika harus memilih antara putus dengan pacar atau di usir dari rumah. Kedua-duanya tidak ingin dialami remaja, tetapi ia harus memilih salah satunya.3. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu kondisi psikis yang dialami individu karena menghadapi satu situasi mengandung motif positif dan negatif sama kuat. Misal, kegalauan remaja ketika ia ingin cepat-cepat lulus namun tidak ingin belajar untuk ujian nasionalnya. Atau kegalauan remaja ketika ia ingin bertemu pacar, namun harus bertemu dengan orang tua kekasihnya yang galak.4. Konflik ganda (double approach-avoidance conflict), yaitu konflik psikis yang dialami individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat. Misal, kegalauan remaja, ketika memilih universitas yang sama dengan pacarnya namun ia harus membiayai kuliahnya sendiri, atau memilih universitas yang berbeda dengan pacarnya namun ia diberi beasiswa.C. Faktor Karakteristik LingkunganMengacu pada teori Skinner dan Bandura, kegalauan itu sendiri (lebih tepatnya pengekspressian seseorang bahwa dia galau) meruapakan salah satu bentuk dari pengaruh lingkungan atau pembelajaran. Hal ini bisa terjadi karena faktor modeling, dimana seseorang mengimitasi perilaku galau itu sendiri dari lingkungannya. Perilaku imitasi ini diperkuat melalui (misal: perhatian dari orang terdekat, penerimaan dan penghargaan dari orang yang mendengar atau lingkungan ketika ia mengekspresikan kegalauannya), dan dalam proses yang beruntun menyebabkan determinisme resiprokal, dimana seorang individu mempengaruhi lingkungan untuk mengekspresikan kondisi dengan cara yang sama.4.1.2. Sebab Galau dari Pandangan IslamSecara sederhana, dalam Al-Quran tersendiri, galau disebutkan sebagai bagian dari (1) karakteristik manusia itu sendiri, (2) ujian bagi orang-orang yang beriman, dan (3) bagian dari pembelian surga.A. Bagian dari Karakteristik Manusia.Ayat yang terkait mengenai hal ini ada dalam Surah al Ma`aarij ayat 19-21"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa, manusia itu sendiri begitu mencintai hal-hal yang dimilikinya hingga ia enggan untuk memberi, dan bersifat keluh kesah ketika menghadapi hal sulit, hal ini bisa menjelaskan, mengapa banyak manusia yang takut kehilangan, dan kacau secara pikiran (galau) ketika apa yang sebelumnya dimiliki, tidak ada ditangannya lagi (kehilangan pacar, kehilangan uang, keluarga dsb). dan mengapa ada banyak manusia yang mengeluh atas apa yang menimpanya.B. Ujian Bagi siapa pun termasuk yang BerimanAyat mengenai hal ini tercermin dari surah al-baqarah ayat 155 dan surah al-ankabut ayat 2-3 berikut:Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS Al-Ankabut: 2-3) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS Al-Baqarah: 155)Dalam surah al-ankabut, tercermin bahwa, beriman atau pun tidak beriman seseorang, ia akan tetap menerima ujian (permasalahan), kafir atau muslim kegalauan atau permasalahan tetap ada. Ujian ini terus ada dari pendahulu hingga saat ini. cobaan akan diberikan dengan ketakutan, tidak adanya makanan, tidak ada harta, tiadanya (hilangnya) orang-orang disekitar, atau sulitnya mendapatkan buah-buahan,

C. Bagian dari Pembelian SurgaAyat yang dijanjikan allah ini terdapat dalam Surah at-taubah ayat 111 yang berbunyi:Sesungguhnya allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk merekaDari ayat diatas, terpantul bahwa orang-orang yang mengorbankan diri (baik secara pikiran maupun perasaan) karena beban yang berat misal, dan mengorbankan hartanya akan mendapatkan surga dari Allah SWT. Pengorbanan diri baik itu kegalauan dan rasa berat untuk meninggalkan maksiat akan menjadi pahala, dan bekal untuk menuju surga.4.2. karakteristik Galau-ersjika dikaitkan dengan tugas perkembangan Erik Erikson mengenai perkembangan Psikososial, maka seorang remaja yang galau adalah remaja yang tidak memenuhi tugas perkembangannya, yakni ketika ia mengalami kebingungan peran (role confusion). Maka dari itu, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas tahap perkembangan psikososial erikson, bisa menjadi karakteristik remaja galau itu sendiri diantaranya:(1) kebingunan peran : mengacu pada situasi dimana individu sulit mempersepsikan dirinya secara efektif, apa kemampuan dirinya, apa kelemahan dirinya, dan apa yang bisa dia lakukan(2) rasa tidak adekuat : terkait perasaan tidak sesuai dengan keadaan sekarang, merasa ada yang salah, kurang, dan lain sebagainya.(3) Isolasi : keadaan dimana seorang individu miskin secara hubungan sosial, terasing, sendiri, atau kesulitan dalam bergaul dan kurangnya penerimaan sosial.(4) Keraguan : hal ini terkait dengan situasi dimana seorang remaja kesulitan untuk menentukan keputusan apa yang terbaik untuk dirinya, seperti keraguan untuk memilih suatu jurusan kuliah, atau pekerjaan dan sebagainya.

4.3. Ruang Lingkup Kegalauan RemajaKetika menyinggung persoalan ruang lingkup kegalauan, hal ini tentu merujuk dalam hal apa saja remaja dihinggapi kegalauan. Sederhananya, Konteks galau lebih dikenakan pada sejumlah permasalahan yang dihadapi, dan hal ini tentu akan berkaitan erat dengan tugas perkembangan remaja itu sendiri, maka dari itu, lingkup kegalauan remaja dapat diformulasikan kedalam bentuk tugas perkembangannya. Mengacu pada teori Tugas perkembangan robert Havigurst, lingkup kegalauan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:(1) Kegalauan dalam Membina hubungan baru yang lebih dewasa (untuk saat ini pacaran, atau membuat hubungan persahabaatan)(2) Kegalauan pencapaian peran sosial maskulinitas atau feminitas, (hal ini terkait dengan kebingungan identitas gender ketika memasuki tahap perkembangan identitas)(3) Kegalauan dalam pencapaian kemandirian dalam mengatur keuangan(4) Kegalauan menerima keadaan fisik, contoh sederhananya seperti kacaunya pikiran remaja hanya karena jerawat, merasa terlalu gemuk, terlalu kurus dan sebagainya.(5) Kegalauan memilih dan mempersiapkan pekerjaan. Untuk di indonesia sendiri bisa berupa kebingungan dalam memimilih jurusan kuliah, atau memilih pekerjaan itu sendiri.(6) Kegalauan membangun keterampilan dan konsep-konsep intelektual (7) Kegalauan dalam tanggung jawab sosial dan Memperoleh nilai-nilai serta sistem sistem etik sebagai penuntun dalam perilaku.4.4. Jenis-Jenis GalauDidasarkan pada pandangan Freud mengenai kecemasan dan pembagiannya, maka jika kerangka ini diambil unuk konsep galau itu sendiri yang secara definitif lebih luas dari kecemasan, galau terbagi menjadi 3 bagian yakni:kegalauan realistic, kegalauan moral,dankegalauan neurotic.1. Kegalauan realistikyaitu kekacauan pikiran karena rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya. Misal kekacauan pikiran seorang remaja ketika dirinya terancam putus sekolah karena biaya.2. Kegalauan neurotikadalah kekacauan pikiran karena rasa takut, jangan-jangan insting-insting (doronganId) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Hal ini bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. ini berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan impulsif. Misal, kegalauan seorang remaja yang bertambah jerawatnya, dan merasa pacarnya akan melihat dirinya jelek.3. Kegalauan moralyaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kegalauan neurotik, hal ini juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma. Misalnya, kegalauan seorang remaja yang merasa kacau pikirannya karena merasa bersalah telah memutuskan kekasihnya didepan umum.4.5. Mengatasi Galau4.5.1. Menurut pandangan IslamA. berhusnudzan (positive thinking)Kegagalan tidak berarti kehancuran, dan tidak mendapatkan apa yang diidam-idamkan bukan berarti keburukan. Allah SWT berpesan dalam Surah al-baqarah ayat 216, agar kita tetap berpikir positif ketika menghadapi ujiannya:Boleh jadi kamu membenci sesuati, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.B. selalu optimisBerpikir, bahwa kita bisa menyelesaikan suatu persoalan pelik adalah hal yang memang sesuai dengan realitas diri kita. Dalam Surah al-baqarah ayat 286 Allah berfirman:Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.Hal ini juga disinggung dalam Surah yusuf ayat 87, yang berbunyi:Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat allah, melainkan kaum yang kafir.

C. Sabar dan ShalatBertahan, dan senantiasa beribadah merupakan hal yang menolong individu dalam menangan permasalahan peliknya. Sabar dan shalat, ditekankan Allah dalam firmannya di Surah al-baqarah ayat 45Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuDalam surah lain, kesabaranpun disinggung dalam Surah al-imran ayat 200Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada allah supaya kamu beruntung.D. Mengingat kesempurnaan diri dibanding makhluk lain.Ketika segalanya menghimpit dada, dan seorang hamba kebingungan bagaiman harus melewati semuanya, maka hal yang bisa dilakukan adalah mengingat kesempurnaan diri dibanding makhluk lain, kemampuan berpikir, bersosialisasi dan gotong royong. Hal ini dinyatakan Allah dalam Surah al-imran ayat 139Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.E. Tawakal Berserah diri setelah segala upaya dilakukan, adalah langkah terakhir ketika menghadapi ujian, hal ini difirmankan Allah dalam Surah at-taubah ayat 129 yang berbunyi:Cukuplah allah bagiku; tidak ada ilah selain dia. hanya kepada-Nya aku bertawakal.4.5.2. Menurut Pandangan PsikologiA. Tenangkatn diri dan tidak perlu terkejut serta melebihkannyaKita tahu, bahwa galau merupakan satu bagian dari realitas hidup, dimana galau inilah yang menjadi bagian dan pemacu perkembangan. Hal ini merupakan peningkatan kesadaran kita terhadap permasalahan yang mengarahkan kita menuju pertumubuhan yang lebih positif.B. Tentukan tujuan hidupMengetahuai apa yang paling berarti dan apa yang kita hargai dalam hidup, akan memungkinkan kita lebih mudah untuk memutuskan sesuatu dan menerima risikonya karena kita mengetahui apa yang kita pilih, merupakan sesuatu yang berharga dan kita siap menanggung apa pun untuk memperjuangkannya.C. Mengecilkan diriIni dimaksudkan dengan mencari atau datang pada orang-orang yang lebih berat beban hidupnya daripada kita dan tetap berjuang untuk hidup. Mengecilkan diri merupakan cara yang efektif untuk mendapatkan kembali sudut pandang terhdap masalah-masalah dan keluar dari dalam pikiran kita. Dengan menyadari bahwa diluar sana ada duni yang entah bagaimana terus berjalan meskipun terjadi malapetaka seperti yang dialami.D. bergaul dengan orang yang bukan galauersSesuai dengan penelitian yang telah dipaparkan dilandasan teori, bergaul dengan orang-orang yang selalu berpikir positif akan mempengaruhi kecenderungan kita, dan lebih mengarahkan kita untuk berpikir jernih dan efektif menghadapi permasalahan.

BAB VSIMPULAN

Berdasarkan teori, Erikson, Lewin, Skinner, dan Bandura, sebab kegalauan remaja bisa dikategorikan menjadi tiga bagian, yakni: karena faktor dari remaja itu sendiri, kedua, faktor permasalahan yang dihadapinya, dan ketiga faktor lingkungan yang mendukungnya. jika dikaitkan dengan tugas perkembangan Erik Erikson mengenai perkembangan Psikososial, maka seorang remaja yang galau adalah remaja yang tidak memenuhi tugas perkembangannya, yakni ketika ia mengalami kebingungan peran (role confusion). Maka dari itu, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas tahap perkembangan psikososial erikson, bisa menjadi karakteristik remaja galau itu sendiri diantaranya: kebingungan peran, rasa tidak adekuat, isolasi dan keraguan.lingkup kegalauan remaja dapat diformulasikan kedalam bentuk tugas perkembangannya. Mengacu pada teori Tugas perkembangan robert Havigurst, dan Didasarkan pada pandangan Freud mengenai kecemasan dan pembagiannya, maka jika kerangka ini diambil unuk konsep galau itu sendiri yang secara definitif lebih luas dari kecemasan, galau terbagi menjadi 3 bagian yakni:kegalauan realistic, kegalauan moral,dankegalauan neurotic.Dalam mengatasi galau itu sendiri, menurut islam beberapa hal yang bisa dilakukan adalah, tetap berhusnudzan, optimis, sabar dan shalat, mengingat kesempurnaan diri dibanding makhluk lain dan tawakal. Sedangkan dari pandangan psikologi, hal-hal yang bisa dilakukan diantaranya: menenagkan diri dan tidak perlu melebihkannya, membuat tujuan hidup, mengecilkan diri dan bergaul dengan orang-orang yang berpikir positif.

DAFTAR PUSTAKA

Baron,.R., & Byrne, D. 2002. Psikologi sosial. Edisi 10. Jakarta: Erlangga

Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: Prenhallindo

Papalia DE. SW Olds, RD Feldman, 2009. Perkembangan Manusia. Edisi 10, marswendy B, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Humanika, Terjemahan dari: Human Development, ed 10th

Phoenix, tim Pustaka. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Baru. Jakarta: PT Media Pustaka PhoenixShalam, shoutus. 2013. Penelitian tentang galau diperoleh pada 19 mei 2014, dari http://www.shoutussalam.com/2013/04/penelitian-galau-dapat-menular-awas-jangan-share-status.Voice, The Crowd. 2012. asal-usul kata galau. Diperoleh pada 19 mei 2014 dari http://www.thecrowdvoice.com/post/asal-usul-dan-pencetus-kata-galau.html

1