makalah novel 5

67
KATA PENGANTAR Puji serta syukur kita panjaktan kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT, yang dengan segala karuniaNya, makalah Tentang “Sepuluh Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengemban risalahnya. Terima kasih Penyusun sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian Makalah ini. Terutama kepada Bapak Dosen Pembimbing. Isi Makalah ini tentu masih banyak kelemahan, oleh karena itu diharapkan kepada para mahasiswa, dosen serta pihak-pihak yang berkepentingan dapat memberikan masukan dalam rangka perbaikan pedoman ini dikemudian hari. Mudah-mudahan sedikit yang kami bisa sumbangkan ini, akan dicatat oleh Allah SWT sebagai bagian dari amal sholeh Penyusun dan akan menjadi ilmu yang bermanfaat, yang senantiasa akan mengalirkan pahala bagi orang-orang yang mengajarkannya.

Upload: wahyudin

Post on 14-Jun-2015

1.601 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Novel 5

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjaktan kepada Tuhan semesta alam, Allah SWT,

yang dengan segala karuniaNya, makalah Tentang “Sepuluh Ringkasan dan

Ulasan Novel Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam

tak lupa kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, keluarga sahabat serta

para pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengemban risalahnya.

Terima kasih Penyusun sampaikan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan kontribusi dalam penyelesaian Makalah ini. Terutama kepada Bapak

Dosen Pembimbing.

Isi Makalah ini tentu masih banyak kelemahan, oleh karena itu diharapkan

kepada para mahasiswa, dosen serta pihak-pihak yang berkepentingan dapat

memberikan masukan dalam rangka perbaikan pedoman ini dikemudian hari.

Mudah-mudahan sedikit yang kami bisa sumbangkan ini, akan dicatat oleh

Allah SWT sebagai bagian dari amal sholeh Penyusun dan akan menjadi ilmu

yang bermanfaat, yang senantiasa akan mengalirkan pahala bagi orang-orang yang

mengajarkannya.

Garut, November 2009

Penyusun

Page 2: Makalah Novel 5

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................. ii

Pembahasan

1. Salah Asuhan ........................................................................................... 1

2. Katak Hendak Jadi Lembu ....................................................................... 6

3. Layar Terkembang ................................................................................... 11

4. Belenggu .................................................................................................. 16

5. Aki ............................................................................................................ 20

6. Pertemuan Jodoh ...................................................................................... 24

7. Di Atas Puing-Puing ................................................................................ 29

8. Pelabuhan Hati ......................................................................................... 32

9. Wanita Itu Adalah Ibu .............................................................................. 37

10. Telepon ................................................................................................... 41

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 44

Page 3: Makalah Novel 5

1. SALAH ASUHAN

anafi adalah pemuda pribumi asal Minangkabau. Sesungguhnya, ia

termasuk orang yang sangat beruntung dapat bersekolah di Betawi sampai

tamat HBS (Hoogere Burger School). Ibunya yang sudah janda, memang berusaha

agar anaknya kelak menjadi orang pandai, melebihi sanak keluarganya yang lain.

Oleh karena itu, ia tidak segan-scgan menitipkan Hanafi pada keluarga Belanda

walaupun untuk pembiayaannya ia harus meminta bantuan mamaknya, Sutan

Batuah. Setamat HBS, Hanafi kembali ke Solok dan bekerja sebagai klerek di

kantor Asisten Residen Solok. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi komis

(hlm. 27).

H

Pendidikan dan pergaulan yang serba Belanda, memungkinkan Hanafi

berhubungan erat dengan Corrie Du Busse, gadis Indo-Perancis. Hanafi kini

merasa telah bebas dari kungkungan tradisi dan adat istiadat negerinya. Sikan,

pemikiran, dan cara hidupnya, juga sudah kebarat-baratan. Tidaklah heran jika

hubungannya dengan Corri ditafsirkan lain oleh Hanafi karena ia kini sudah

bukan lagi sebagai orang "inlander". oleh arena itu, ketika Corrie datang ke Solok

dalam rangka mengisi liburan sekolahnya, bukan main senangnya hati Hanafi. Ia

dapat berjumpa kembali dengan sahabat dekatnya.

Hanafi mulai merasakan tumbuhnya perasaan asmara. Sikap Corrie

terhadapnya juga dianggap sebagai "gayung bersambut kata berjawab". Maka,

betapa terkejutnya Hanafi ketika ia membaca surat dari Corrie. Corrie

mengingatkan bahwa perkawinan campuran bukan hanya tidak lazim untuk

ukuran waktu itu, tetapi juga akan mendatangkan berbagai masalah. "...Timur

tinggal Timur, Barat tinggal Barat, tak akan dapat ditimbuni jurang yang

membatasi kedua bahagian itu" (hlm. 59). Perasaan Corrie sendiri sebenarnya

Pengarang : Abdul Muis (1886 - 17 Juli 1959)Penerbit : Balai PustakaTahun : 1928; Cetakan XIX, 1990

Page 4: Makalah Novel 5

mengatakan lain. Namun, mengingat dirinya yang Indo—dan dengan sendirinya

perilaku dan sikap hidupnya juga berpijak pada kebudayaan Barat— serta Hanafi

yang pribumi, yang tidak akan begitu saja dapat melepaskan akar budaya

leluhurnya.

Dalam surat Corrie selanjutnya, ia meminta agar Hanafi mau memutuskan

pertalian hubungannya itu (hlm. 61). Surat itu membuat Hanafi patah semangat. la

pun kemudian sakit. Ibunya berusaha menghibur agar anak satu-satunya itu, sehat

kembali. Di saat itu pula ibunya menyarankan agar Hanafi bersedia menikah

dengan Rapiah, anak mamaknya, Sutan Batuah. Ibunya menerangkan bahwa

segala biaya selama ia bersekolah di Betawi, tidak lain karena berkat uluran

tangan mamaknya, Sutan Batuah. Hanafi dapat mengerti dan ia menerima Rapiah

sebagai istrinya.

Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Rapiah, rupanya tak berjalan

lempang. Hanafi tidak merasa bahagia, sungguhpun dari hasil perkawinannya

dengan Rapiah, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, Syafei. Lagi pula,

semua teman-temannya menjauhi dirinya. Dalam anggapan Hanafi, penyebab

semua itu tak lain adalah Rapiah. Rapiah kemudian menjadi tempat segala

kemarahan Hanafi. Walaupun diperlakukan begitu oleh Hanafi, Rapiah tetap

bersabar.

Suatu ketika, setelah mendamprat Rapiah, ia duduk termenung seorang diri

di kebun. Ibunya menghampiri anaknya dan berusaha menyadarkan kembali

kelakuan anaknya yang sudah lewat batas itu. Nanrtun, Hanafi justru

menanggapinya dengan cara cemooh. Di saat yang sama, tiba-tiba seekor anjing

gila menggigit tangan Hanafi.

Dokter segera memeriksa gigitan anjing gila pada tangan Hanafi. Dokter

menyarankan agar Hanafi berobat ke Betawi. Anjuran dokter itu sangat

menyenangkan hatinya. Sebab, bagaimanapun, kepergiannya ke Betawi itu

sekaligus memberi kesempatan kepadanya untuk bertemu kembali dengan Corrie.

Page 5: Makalah Novel 5

Suatu peristiwa yang sangat kebetulan terjadi. Dalam suatu kecelakaan

yang dialami Corrie, Hanafi yang sedang berada di Betawi, justru menjadi

penolong Corrie. Pertemuan itu sangat menggembirakan keduanya. Corrie yang

sudah ditinggal ayahnya, mulai menyadari bahwa sebenarnya ia memerlukan

sahabat. Pertemuan itu telah membuat Hanafi mengambil suatu keputusan. Ia

bermaksud tetap tinggal di Betawi. Untuk itu, ia telah pula mengurus kepindahan

pekerjaannya. Setelah itu, ia mengurus surat persamaan hak sebagai bangsa Eropa.

Dengan demikian, terbukalah jalan untuk segera menceraikan Rapiah, sekaligus

meluruskan jalan baginya untuk mengawini Corrie.

Semua rencana Hanafi berjalar. lancar. Namun, kini justru Corrie yang

menghadapi berbagai persoalan. Tekadnya untuk menikah dengan Hanafi

mendapat antipati dari teman-teman sebangsanya. Akhirnya, dengan cara diam-

diam mereka melangsungkan pernikahan.

Sementara itu, Rapiah yang resmi dicerai lewat surat yang dikirim Hanafi,

tetap tinggal di Solok bersama anaknya, Syafei, dan ibu Hanafi.

Adapun kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidaklah seindah yang

mereka bayangkan. Teman-teman mereka yang mengetahui perkawinan itu, mulai

menjauhi. Di satu pihak menganggap Hanafi besar kepala dan angkuh; tidak

menghargai bangsanya sendiri. Di lain pihak, ia menganggap Corrie telah

menjauhkan diri dari pergaulan dan kehidupan Barat. Jadi, keduanya tidak lagi

mempunyai status yang jelas; tidak ke Barat, tidak juga ke Timur. Inilah awal

malapetaka dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Kehidupan rumah tangga mereka kini terasa bagai bara api neraka dunia.

Corrie yang semula supel dan lincah, kini menjadi nyonya yang pendiam.

Kemudian Hanafi, kembali menjadi suami yang kasar dan bengis. Bahkan, Hanafi

selalu diliputi perasaan syak wasangka dan curiga. Lebih-lebih lagi, Corrie sering

dikunjungi Tante Lien, seorang mucikari.

Puncak bara api itu pun terjadi. Tanpa diselidiki terlebih dahulu, Hanafi

telah menuduh istrinya berbuat serong. Tentu saja, Corrie tidak mau dituduh dan

Page 6: Makalah Novel 5

diperlakukan sekehendak hati suaminya. Maka, dengan ketetapan hati, Corrie

minta diceraikan. "Sekarang kita bercerai, buat seumur hidup.... Bagiku tidak

menjadi kependngan, karena aku tidak sudi menjadi istri lagi dan habis perkara"

(hlm. 183).

Setelah itu, Corrie meninggalkan Betawi dan berangkat ke Semarang. la

bekerja di sebuah panti asuhan.

Segala kejadian itu membuat Hanafi menyadari bahwa sebenarnya istrinya

tidak bersalah. la menyesal dan mencoba menyusul Corrie. Namun, sia-sia. Corrie

tetap pada pendiriannya.

Perasaan berdosa makin menambah beban penderitaan Hanafi. Di tambah

lagi, teman-temannya makin menjauhi. Hanafi dipandang sebagai seorang suami

yang kejam dan tidak bertanggung jawab. Dalam keadaan demikian, barulah ia

menyesal sejadi-jadinya. la juga ingat kepada ibu, istri, dan anaknya di Solok.

Akibat tekanan batin yang berkelanjutan, Hanafi jatuh sakit. Pada saat itu

datang seorang temannya yang mengatakan tentang pandangan orang

terhadapnya. Ia sadar dan menyesal., la kembali bermaksud minta maaf kepada

Corrie dan mengajaknya rujuk kembali. la pergi ke Semarang. Namun rupanya,

pertemuannya dengan Corrie di Semarang merupakan pertemuan terakhir. Corrie

terserang penyakit kolera yang kronis. Sebelum mengembuskan napasnya, Corrie

bersedia memaafkan kesalahan Hanafi. Perasaan sesal dan berdosa tetap membuat

Hanafi sangat menderita. Batinnya goncang. ia jatuh sakit kembali.

Setelah sembuh, Hanafi bermaksud pulang ke kampungnya. la ingin minta

maaf kepada ibunya dan Rapiah, istrinya. Di samping itu, ia juga ingin melihat

keadaan anaknya sekarang. la berharap agar anaknya kelak tidak mengikuti jejak

ayahnya yang sesat.

Dengan kebulatan hatinya, berangkatlah Hanafi kembali ke tanah

kelahirannya.

***

Page 7: Makalah Novel 5

ovel pertama Abdul Muis ini, secara tematik tidak lagi memasalahkan adat

kolct yang sering sudah tidak sejalan lagi dengan kemajuan zaman,

melainkan jelas hendak mempertanyakan kawin campur antarbangsa. Dilihac dari

perkembangannya sejak Sitti Nurbaya, tampak jelas adanya pergeseran tema;

persoalannya tidak lagi kawin adat (Marah Rusli), kawin antarsuku (Adinegoro),

tetapi kawin antarbangsa. Ternyata, persoalannya tidak sederhana; ia menyangkut

perbedaan adat-istiadat, tradisi, agama, budaya, serta sikap hidup yang tidak

gampang begitu saja ditinggalkan.

N

Pada tahun 1969, novel ini memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah,

bersama tiga novel lainnya, yaitu Sitti Nurbaya, Belenggu, dan Atheis. Tahun

1972, novel ini diangkat ke layar perak oleh Asrul Sani dengan Dicky Zulkarnaen

sebagai pemeran Hanafi.

Kajian dan penelitian terhadap novel ini pernah dilakukan oleh Djajanto

Supra (FS "JI, 1969), sedangkan Pamusuk Eneste (FS UI, 1977) meneliti dalam

kaitannya dengan ekranisasi (Karya Sastra dalam Film) yang secara mendalam

membandingkannya pula jengan novel Anak Perawan di Sarong Penyamun

(1941) karya Sutan Takdir Alisjahbana, dan novel Aiheis (1949) karya Achdiat

Karta Mihardja. Peneliti lain adalah Jamil Bakar, dan kawan-kawan (Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985) yang khusus membicarakan novel

ini. Adapun Sri H. Wijayanti (FS UI, 1989), membandingkan Salah Asuhan

dengan novel Malaysia, Mencari Istri.

Menurut Liang Liji (1988), Salah Asuhan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Cina, dan merupakan novel terjemahan Lris di Tiongkok. Adapun menurut

Morimura Shigeru (1988), mahaguru Osaka University of Foreign Studies,

Jepang, Salah Asuhan juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.

Page 8: Makalah Novel 5

2. KATAK HENDAK JADI LEMBU

akaria adalah seorang haji yang kaya-raya. Ia mempunyai anak tunggal

bernama Suria. Sejak kecil Suria hidup berkecukupan dan selalu

dimanjakan ayahnya. Dengan didikan yang seperti itu, ia justru menjadi seorang

anak yang pongah dan sombong. Bahkan, sifat dan tabiatnya yang buruk itu

terbawa sampai masa akhir hayatnya.

Z

Haji Hasbullah, teman karib Haji Zakaria, termasuk seorang haji yang

kaya-raya pula. la pun mempunyai seorang anak gadis satu-satunya, bernama

Zubaedah (Edah). Zubaedah berparas cantik dan berbudi baik. Ayah Zubaedah

telah memilihkan calon suaminya, Raden Prawira, yang berpangkat manteri polisi.

Akan tetapi, suatu ketika Haji Zakaria datang kepada Haji Hasbullah, memohon

agar Zubaedah dinikahkan dengan Suria. Haji Hasbullah tak dapat menolak

permintaan teman karibnya itu. Maka, pernikahan Suria dan Zubaedah

dilaksanakan.

Perkawinan yang tanpa didasari rasa cinta sama cinta itu justru membaua

petaka bagi Zubaedah. Kesempatan bagi Suria adalah setelah ayahnya meninggal

dunia. la berfoya-foya dengan harta peninggalan ayahnya itu. Selama tiga tahun,

ia pun meninggalkan Zubaedah yang baru melahirkan anaknya yang pertama,

Abdulhalim.

Ketika harta ayahnya telah ludes, Suria kembali pada Zubaedah. la

mengakui bahwa perbuatannya selama ini telah salah. Pada waktu itu Suria telah

bekerja sebagai juru tulis di kantor asisten di kabupaten. Penghasilannya yang

kecil selalu tak mencukupi kebutuhan keluarganya. Maka, Abdulhalim terpaksa

dibawa kakeknya dan disekolahkan di sekolah Belanda, lalu dilanjutkan ke

sekolah bergengsi di Bandung. Sementara itu, anak Suria terus bertambah. Kedua

adik Abdulhalim bernama Saleh dan Aminah. Oleh Suria, keduanya disekolahkan

Pengarang : Nur Sutan Iskandar Penerbit : Balai PustakaTahun : 1935; Cetakan V, 1978

Page 9: Makalah Novel 5

di HIS. Itu semua dilakukan Suria hanya karena ia ingin dipandang dan dihomati

masyarakat. Layaknya orang mengatakan "besar pasak daripada tiang". Utang

Suria semakin bertumpuk. Untuk menutupi utang-utang suami dan biaya sekolah

anak-anaknya, Zubaedah sering berkirim surat pada ayahnya, meminta agar

dikirimi uang.

Seringkali terjadi pertengkaran mulut antara Zubaedah dan Suria.

Zubaedah tak kuat lagi menahan malu kepada para penagih yang selalu datang ke

rumahnya. Namun, Suria sendiri bersikap tak acuh menghadapi kenyataan itu.

Bahkan, ia kini ingin naik pangkat ketika didengarnya ada lowongan klerek. Hal

itu ia ceritakan kepada istrinya bahwa beberapa hari yang lalu ia mengirim

permohonan untuk mengisi lowongan itu. Ia begitu yakin atasannya akan

berusaha menolongnya. "Tak usah mengeluh juga, Edah," ujarnya, "kalau sudah

keluar surat angkatan akang jadi klerk, tentu klerk kelas 1, tak perlu kita disokong

ayah dari Rasik lagi. Dengan sekejap saja kita sudah lebih dari pada manteri polisi

yang tertua dinasnya" (hlm. 89).

Utang Suria terus menggunung. Apalagi karena Suria berani mengambil

barang-barang lelangan atasannya. Maka, untuk melunasi utang-utang itu, Suria

jadi gelap mata. la "telan" uang kas di kantornya. Perbuatannya itu diketahui oleh

atasannya. Kemudian, ketika Suria dipanggil atasannya, ia bahkan mengajukan

permohonan berhenti bekerja.

Rupanya, Suria telah merencanakan sebelumnya. Dalam pikirannya,

setelah berhasil menggelapkan uang kas, ia akan membawa istri dan anak-anaknya

pindah ke rumah Abdulhalim yang kini telah bekerja dan telah pula berkeluarga.

Suria mengirim surat kepada anaknya dan mengutarakan maksudnya itu. Sebagai

seorang anak yang ingin membalas budi orang tua, Abdulhalim sama sekali tak

merasa berkeberatan dengan keinginan ayahnya. Mulai saat itu, Suria tinggal di

rumah anaknya.

Orang tua itu rupanya benar-benar tak tahu diri. la tetap bersikap seperti

tuan rumah layaknya. Adapun Abdulhalim dan menantunya dianggapnya sebagai

Page 10: Makalah Novel 5

anak yang harus patuh pada orang tua, sekalipun Abdulhalim sebagai kepala

rumah tangga. "...Patutkah seorang menantu menghinakan mertuanya, patutkah

seorang perempuan berkata sekasar itu terhadapku, bekas manteri kabupaten?

Sudah salah ayahmu mengawinkan Abdulhalim dengan anak jaksa kepala itu.

Mengharapkan gelar dan paras saja. Coba diturutkan nasihatku dahulu:

dikawinkan Abdulhalim dengan anak wedana, yang telah jadi guru di Tasik itu,

tentu takkan begini jadinya" (hlm. 164).

Tak kuasa Zubaedah melihat tingkah laku suaminya yang sering

mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Hal itu pula yang membuat kehidupan

rumah tangga anaknya mulai sering diwarnai percekcokan. Bagi Zubaedah,

keadaan demikian sungguh membuatnya tidak enak hati. Bagaimanapun, sebagai

seorang ibu, ia ingin melihat anaknya hidup bahagia. Kebahagiaan anaknya, justru

terganggu oleh ulah Suria yang merasa bebas berbuat sekehendak hati terhadap

anaknya. la menyesalkan sikap suaminya. "Sesal Zubaedah terhadap Suria

semata-mata, dan sesal tak putus itulah yang mendatangkan penyakit kepadanya"

(hlm. 166). Tekanan batin yang mendatangkan penyakit itu pula yang

mengantarkan Zubaedah mengembuskan napasnya yang penghabisan. la

meninggal di hadapan semua kaum keluarganya.

Kematian istrinya telah membuat Suria merasa sangat malu terhadap

kelakuannya sendiri. Ia telah mengganggu ketenteraman rumah tangga anaknya. la

pula yang menyebabkan istrinya menderita hingga maut menjemputnya. Perasaan

malu yang tak tertanggungkan itu, memaksa Suria mengambil keputusan; ia pergi

entah ke mana. Pergi bersama kesombongan dan keangkuhannya. Menggelandang

membawa sifatnya yang tak juga berubah.

***

ovel Katak Hendak jadi Lembu ini, termasuk salah satu novel terbaik yang

dihasilkan Nur Sutan Iskandar. Agak mengherankap bahwa pengarang

kelahiran Sumatra Barat ini, mampu menulis novel yang begitu kuat

menghadirkan latar tempat dan latar sosial masyarakat Pasundan. Latar tempatnya

N

Page 11: Makalah Novel 5

memang terjadi di daerah Jawa Barat. Hampir semua tempat di seputar jawa Barat

—Cirebon, Tasikmalaya, Sumedang, dan Bandung—berikut panorama alamnya

dilukiskan dengan amat meyakinkan. Begitu pula perilaku dan sikap para

bangsawan berikut sebutan-sebutan yang khas Sunda.

Dalam hal tersebut, tersirat pengarangnya hendak melakukan kritik

terhadap priayi atau bangsawan Sunda yang terlalu membanggakan

kebangsawanannya hingga tak mau bekerja keras dan lebih suka dilayani segala

sesuatunya. Hal tersebut tampak jelas dari gambaran sosok pribadi Suria. Jadi,

dalam hal ini, Nur Sutan Iskandar tidak lagi memasalahkan kawin adat, melainkan

sikap dan perilaku bangsawan Sunda yang hanyut oleh obsesi kebangsawanannya.

Studi mengenai karya Nur Sutan Iskandar, lihat ulasan pada ringkasan

Hulubalang Raja.

Page 12: Makalah Novel 5

3. LAYAR TERKEMBANG

uti adalah putri sulung Raden Wiriaatmadja. la dikenal sebagai seorang

gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi

wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda

dengan adiknya, Maria. la seorang gadis yang lincah dan periang.

T

Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika mereka sedang asyik

melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu

berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa

Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggal di

Martapura, Sumatra Selatan.

Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya

Tuti dan Maria pulang. Bagi Yusuf, pertemuan itu ternyata berkesan cukup

mendalam. la selalu teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada

gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya, wajah

Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu,

memancarkan semangat hidup yang dinamis.

Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia

bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun

kemudian dengan senang hati, menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat

mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.

Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap.

Sementara itu, Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak

sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.

Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam Kongres Putri

Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan

Pengarang : S. Takdir Alisjahbana Penerbit : Balai PustakaTahun : 1937; Cetakan XVIII, 1988

Page 13: Makalah Novel 5

emansipasi wanita; suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk

memajukan kaumnya.

Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura.

Sesungguhnya, ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan

alam tanah leluhurnya. Namun, ternyata, ia tak dapat meaghilangkan rasa

rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari

Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria

datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalanannya bersama Rukamah,

saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf

memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke

Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan

Martapura.

Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua

sejoli itu pun lalu melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar

air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada

Maria.

Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti

sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku.

Sungguhpun demikian, pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya

untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo.

Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.

Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan

sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta

jawaban Tuti perihal keinginannya untuk menjalin cinta dengannya. Sungguhpun

gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seseorang, Supomo

dipandangnya sebagai rukan lelaki idamannya. Maka, segera ia menulis surat

penolakannya.

Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian

diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata, menurut keterangan

Page 14: Makalah Novel 5

dokter, Maria mengidap renyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan

agar Maria dibawa ke rumah penyakit TBC di Facet, Sindanglaya, Jawa Barat.

Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun,

keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih dari pada itu, Maria mulai

merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya, ia sudah pasrah

menerima kenyataan.

Pada suatu kesempntan, di saat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna

dan Saleh di Sindanghya, di situlah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang

kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami-istri yang melewati hari-harinya dengan

bercocok tanam itu, ternyata juga telah mampu membimbing masyarakat

sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-

benar telah menggugah alam pikiran Tuti. la menyadari bahwa kehidupan mulia;

mengabdi kepada masyarakat, tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam

kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga

di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.

Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini

tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian

mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat

lebih banyak lagi. Kemudian, setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan

Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria

mengembuskan napasnya yang terakhir. "Alangkah bahagianya saya di akhirat

nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-

kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini... Inilah permintaan

saya yang penghabisan, dan saya, saya tidak rela selama-lamanya, kalau

kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain" (hlm. 209).

Demikianlah pesan terakhir almarhum, Maria. Lalu, sesuai dengan pesan tersebut,

Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melang-sungkan

perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.

***

Page 15: Makalah Novel 5

arya penting ketiga di antara roman-roman sebelum perang menurut

anggapan umum, ialah Layar Terkembang..." demikian tulis Teeuw (Sastra

Baru Indonesia I, 1980). Sebagian besar kritikus sastra, antara lain, Ajip Rosidi,

Zuber Usman, Amal Hamzah, H.B. Jassin, maupun Teeuw, menyebut novel Layar

Terkenibang sebagai novel bertendensi. Di antaranya juga ada yang berpendapat

bahwa sikap dan pemikiran tokoh Tuti lebih menyerupai sebagai sikap dan

pemikiran S. Takdir Alisjahbana, khususnya dalam usaha mengangkat harkat

kaum wanita (Indonesia). Tokoh Tuti yang digambarkan sebagai wanita modem

yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, memang tidak sedikit melontarkan

gagasan progresif. la juga selalu merasa terpanggil untuk ikut terjun memajukan

bangsanya sendiri, khususnya kaum wanita.

K

Mengenai tahun terbit novel ini, Pamusuk Eneste, Ajip Rosidi, H.B. Jassin,

dan Teeuw menyatakan bahwa novel ini terbit tahun 1936. Namun, pada cetakan

VII (1959) dan cetakan XVIII (1988) tertulis bahwa cetakan pertama tahun 1937.

Pada tahun 1963, novel ini terbit dalam edisi bahasa Melayu di Kuala

Lumpur dan hingga kini masih terus dicetak ulang.

Studi mengenai novel ini pernah dilakukan Mariam binti Hj. Ismail (1973) dan

Moh. Basir bin Haji Noor (1975) keduanya merupakan studi sarjana muda FS

Unas. Sebelum itu, Noer Islam Moenaf (FS UI, 1961) melakukan penelitian

terhadap novel itu sebagai bahan skripsi sarjananya. Adapun Somi Moh. Hatta

(FKIP UI, 1961) lebih banyak memaparkan kepujanggaan Alisjahbana secara

cukup lengkap. Hal yang juga pernah dilakukan A. H. Johns (1959), guru besar

yang kini mengajar di Australian National University.

Page 16: Makalah Novel 5

4. BELENGGU

okter Sukartono (Tono) adalah seorang dokter yang bijaksana. la tak

pernah meminta bayaran apabila mengetahui pasiennya adalah orang tidak

mampu hingga ia dikenal sebagai dnkter yang dermawan. Selain itu, ia

mempunyai sifat ramah : terhadap siapa saja yang dikenalnya.

D

Namun, karena kesibukannya sebagai dokter, Tono hampir tak mempunyai

waktu untuk memberi perhatian kepada Tini (Sumartini), istrinya. Tini yang

merasa tidak mendapat perhatian dari suaminya, mencari kesibukan di luar rumah.

Akibat kesibukan mereka, Tono dan Tini jarang mempunyai waktu bersama-

sama. Hal ini menimbulkan akibat lain, mereka tidak dapat mengkomunikasikan

pikiran masing-masing. Masalah-masalah yang timbul sering hanya dipikirkan

sendiri-sendiri sehingga timbul kesalahpahaman yang sering menimbulkan

pertengkaran yang mewarnai rumah tangga mereka.

Pandangan Tono dan Tini juga berbeda dalam hubungan suami-istri. Tono

berpendapat, tugas seorang wanita adalah mengurus anak, suami, dan segala hal

yang berhubungan dengan rumah tangga. Sebaliknya, Tini menginginkan adanya

persamaan hak antara pria dan wanita. Bahkan, ia menganggap pria sebagai

saingan, sekalipun terhadap suaminya. Akibat pandangannya itu, Tini melupakan

tugasnya sebagai seorang istri.

Sebenarnya, penyebab utama ketidak harmonisan hubungan suami-istri itu

terletak pada tidak adanya rasa saling mencintai di antara mereka. Tono

memperistri Tini karena kecantikan, kecerdasan, dan keceriaan wanita itu yang

dianggap pantas menjadi pendamping seorang dokter seperti dirinya. Bahkan,

Tono tidak mempedulikan keadaan Tini yang tidak perawan lagi ketika menikah.

Di lain pihak, Tini bersedia menjadi istri Tono karena ia ingin melupakan masa

lalunya yang kurang baik. Ia berharap, dengan menjadi istri yang baik, masa

Pengarang : Armijin Pane (18 agustus 1908-6 Februari 1970) Penerbit : Dian RakyatTahun : 1940; Cetakan XIII, 1988

Page 17: Makalah Novel 5

lalunya yang dianggap aib dapat terhapus. Akan tetapi, aib itu selalu membayangi

kehidupannya hingga menimbulkan rasa rendah diri dalam diri Tini.

Kekacauan rumah tangga Tono dan Tini diperburuk dengan hadirnya

orang ketiga, yang memperkenalkan diri sebagai Nyonya Eni. Nyonya Eni

sebenarnya bernama Yah (Siti Rohayah alias Siti Hayati). la seorang penyanyi

keroncong dan juga seorang wanita panggilan. Dahulu, Yah adalah tetangga dan

teman sekolah Tono. Diam-diam, ia mencintai Tono dan mendambakannya

menjadi suaminya. Namun, kemudian, ia menjadi korban kawin paksa dan

akhirnya ia melarikan diri hingga terjerumus dalam lembah kenistaan.

Ketika Yah mengetahui alamat Tono, ia berpura-pura sakit dan memanggil

dokter itu. Berkat pengalamannya bertemu dan bergaul dengan banyak laki-laki,

Yah dapat memikat Tono dalam pelukannya. la mengetahui kelemahan Tini yang

membutakan pikiran dan perasaan terhadap keinginan laki-laki. Kemudian Yah

melimpahkan kasih sayangnya. Bagi Tono, curahan kasih sayang Yah itu tak ia

rasakan dari istrinya sendiri.

Kehadiran Yah bagi dokter itu, justru seolah-olah menemukan kembali

kehangatan cinta yang selama ini ia dambakan. Yah menjadi curahan perasaan

dan keluh-kesahnya. la mulai merasakan, sebuah cinta mulai bersemi di hatinya.

Akhirnya, tempat tinggal perempuan itu menjadi rumah kedua Tono.

Lambat-laun, hubungan gelap mereka diketahui juga oleh Tini. Lalu, tanpa

sepengetahuan suaminya, ia mendatangi wanita yang telah merebut suaminya. Ia

penasaran, macam apakah sosok perempuan itu. "Tini mulai tertarik hatinya. Patut

Tono tertarik. Tidak benar ia penyanyi keroncong, tingkah lakunya tertib. Sambil

merasa heran demikian diikutinya Yah naik tangga, diturutnya ajakan Yah supaya

duduk" (him. 142).

Menghadapi perilaku dan sikap Yah yang begitu santun dan tertib itu, Tini

merasa malu sendiri. Perasaan marah dan cemburu yang dibawanya dari rumah,

luluh sudah, dan berbalik mengagumi perempuan itu. Ia menyadari kelebihan

Yah. la juga menyadari kekurangannya selama ini, telah menyia-nyiakan Tono,

Page 18: Makalah Novel 5

suaminya. Dengan ikhlas Tini menyatakan kerelaannya menerima kenyataan itu;

rela Yah merebut suaminya.

Apa yang ia ketahui tentang Yah dan kenyataan yang ia hadapi dalam

hubungan suami-istri, Tini kemudian membicarakan persoalan itu dengan

suaminya. Betapa terkejut Tono melihat sikap istrinya yang demikian. la berusaha

untuk menahan istrinya agar tetap mau bersamanya. Namun, sikap Tini tetap tak

berubah. Perpisahan suami-istri itu rupanya tak terelakkan lagi. Sungguhpun berat

bagi Tono untuk bercerai dari istrinya, ia sendiri tak dapat memaksakan

kehendaknya. la terpaksa merelakan kepergian istrinya walaupun Tono masih

tetap berharap agar hubungan mereka baik kembali. Kapan pun Tono akan tetap

bersedia menerima Tini kembali.

Sekepergian sang istri, Tono bermaksud mengunjungi Yah di rumahnya.

Namun, betapa terkejutnya Tono, wanita yang selalu menjadi curahan hatinya itu,

kini tak ada lagi. Yah pergi ke New Caledonia. Pergi meninggalkan cinta sang

dokter yang selalu mendambakan kehangatan hidup berumah tangga.

Di sana, di sebuah kapal yang membawanya ke negeri baru, Yah tercenung

sendiri. "Rohayah berbalik ... di sana gelap juga, tapi semangatnya tahu, di

sanalah, lautan lepas, di sana dunia Iain, memang dunia baru, tapi sunyi ... Tono

tidak ada di sana, di New CaIedonia ..." (him. 162).

Tono kini sendiri. Yah telah pergi ke dunia yang baru. Tini juga pergi ke

Surabaya mengabdikan dirinya menjadi pengurus panti yatim piatu di kota itu.

Sungguhpun kini Tono sendiri, ia tidak hanyut dalam kesedihan yang

berlarut-larut. la menekuni bidangnya; mengabdikan diri dalam penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat.

***

ejauh ini, para pengamat sastra Indonesia selalu menempatkan novel ini

sebagai novel terpenting yang terbit sebelum perang. Sejak kemunculan

yang pertama, 1940, novel ini banyak memperoleh berbagai tanggapan dan pujian.

S

Page 19: Makalah Novel 5

Semula novel ini ditolak oleh Penerbit Balai Pustaka karena isinya dianggap tidak

sesuai dengan kebijaksanaan Balai Pustaka. Baru pada tahun 1940, penerbit Dian

Rakyat—milik Sutan Takdir Alisjahbana—menerbitkan novel ini yang ternyata

mendapat sambutan luas berbagai kalangan. Novel ini juga dipandang sebagai

novel pertama Indonesia yang menampilkan gaya arus kesadaran (stream of

consciousness).

Pada tahun 1969, novel ini memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah

Indonesia. Menurut Prof. Liang Liji, dalam makalahnya "Pengajaran dan

Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia di Tiongkok" yang dibawakan dalam

Kongres Bahasa Indonesia V, 28 Oktober 1988, Belenggu, bersama Bila Malam

Bsrtambah Malam dan Jalan Tak Ada Ujung sudah diterjemahkan ke dalam

bahasa Cina. Pada tahun 1989, John H. McGlynn, juga menerjemahkan Belenggu

ke dalam bahasa Inggris dengan judul Shackles yang diterbitkan Yayasan Lontar,

Jakarta.

Studi mengenai novel ini pernah dilakukan Ign. Sumarno (FS UGM, 1971)

sebagai bahan penelitian sarjana mudanya. Penelitian yang lebih mendalam

dilakukan M. Saleh Saad (FS UI, 1963), Robert A. Crawford (University of

Melbourne, 1971), The Shackles of Doubt: Armijn Pane and His Art, serta J

Angles (Australian National University, Canberra, 1988) berjudul "The Fiction of

Armijn Pane." Pada tahun 1982, R. Carle (RFJ, Berlin) membuat tafsiran atas

novel Belenggu dalam penelitiannya yang berjudul "Die Gedankkliche Exposition

des Romans Belenggu von Armijn Pane." Pada tahun 1988, J. Djoko S.

Passandaran (FKIP, Universitas Palangkaraya) meneliti novel Belenggu sebagai

novel eksistensial.

Hingga kini, berbagai ulasan dan tanggapan, baik berupa makalah ilmiah

maupun artikel, masih banyak yang membahas novel ini, dengan berbagai tafsiran

dan sudut pandang.

Novel Belenggu yang pertama kali muncul di majalah Pujangga Baru, No.

7, 1940 ini sebenarnya ditulis Armijn Pane, tahun 1938. Pada tahun 1965, novel

Page 20: Makalah Novel 5

ini terbit dalam edisi bahasa Melayu di Kuala Lumpur dan hingga kini terus

mengalami cetak ulang.

Page 21: Makalah Novel 5

5. AKI

enyakit TBC yang diidap Aki menyebabkannya seperti orang yang sudah

tua. Dalam usia yang baru berumur 29 tahun, lelaki kurus kering ini tampak

seperti berumur 42 tahun. Biasanya, keadaan orang seperti itu disebabkan masa

mudanya yang habis dengan main perempuan jahat. Selain itu, bentuk tubuhnya

yang bongkok membuat Aki menjadi bahan tertawaan yang mengasyikkan. Akan

tetapi, ternyata hal itu tak dilakukan teman-temannya di kantor. Bahkan, mereka

sangat hormat kepada orang yang di mata mereka adalah orang yang berhati lurus

dan bertingkah wajar.

P

Penyakit TBC yang diderita Aki itu suatu ketika mencapai titik kritis.

Puncaknya adalah ketidak bernafasan Aki untuk beberapa saat. Sebagai istri setia,

Sulasmi terkejut melihat kenyataan yang menimpa suaminya. la kalap. Akan

tetapi, tak lama kemudian suaminya siuman, bahkan sebuah senyum tersungging

di bibirnya. Di antara senyuman itu, Aki mengatakan dengan pasti bahwa ia akan

mati pada tanggal 16 Agustus tahun depan. la berharap Sulasmi mau menyediakan

segala perlengkapan yang diperlukan untuk menghadapi hari kematiannya itu.

Rekan-rekan Aki di kantor menganggap lelaki itu sudah gila. Tidak

terkecuali anggapan kepala kantornya. la yang sudah merencanakan kenaikan

pangkat dan gaji Aki, tidak percaya kepada omongan pegawai kesayangannya itu.

Diselidikinya tingkah laku lelaki itu, tetapi Aki memang tidak gila. "Di sini

didapatinya Aki sedang bercakap-cakap dengan seorang bawahannya tentang

pekerjaan. Sep itu seketika lamanya memperhatikan cakap Aki, tapi satu kata pun

tiada menandakan bahwa Aki telah gila. la pergi ke meja Aki, diperhatikannya

pekerjaan Aki yang sedang terbentang di atas meja. Pekerjaan itu tiada cacatnya"

(him. 17).

Pengarang : Idrus (21 September 1921-18 Mei 1979) Penerbit : Balai PustakaTahun : 1949

Page 22: Makalah Novel 5

Hari kematian yang dikatakan Aki telah tiba. Semua orang bersiap-siap.

Akbar dan Lastri, anak-anak Aki, meminta izin tidak bersekolah. Pegawai-

pegawai kantor menghiasi mobil kantor dengan bunga-bungaan. Kepala kantor

berlatih menghapalkan pidato yang kelak akan dibacakan di kubur Aki. Lelaki itu

sendiri memakai pakaian terbagus yang dimilikinya untuk menyambut Malaikatul

maut yang akan menjumpainya pukul tiga sore nanti.

Ketika pukul tiga telah lewat, Sulasmi memberanikan diri untuk melihat

suaminya. Dilihatnya mata suaminya yang tertutup rapat. Lalu, dipanggilnya

nama Aki berulang-ulang, tetapi tak ada jawaban. Dengan diiringi tangis, Sulasmi

berlari ke luar kamar untuk menemui orang-orang yang menungguinya. Tahulah

para penunggu itu bahwa Aki telah meninggal. Saling berebut mereka masuk ke

kamar Aki. Akan tetapi, mereka terkejut dan berlarian dari kamar ketika melihat

Aki sedang merokok. "Tiada seorang pun yang berani mengatakan, apa yang

dilihat mereka dalam kamar itu. Mereka puntang-panting lari meninggalkan

rumah Aki. Dan yang belum masuk kamar, karena keinginan hendak tahu yang

amat besar, menjulurkan kepalanya juga, tapi segera pun mereka lari puntang-

panting keluar. Sehingga akhirnya semua pegawai itupun meninggalkan rumah

Aki secepat datangnya" (him. 36).

Sulasmi bersyukur bahwa Aki tidak mati. Ternyata, Aki hanya tertidur dan

tebangun karena keributan pegawai-pegawai teman sekantornya.

Entah mengapa, sejak peristiwa itu Aki selalu terlihat sehat. la tampak lebih

muda dari usia yang 42 tahun. Lalu, sebagai pengganti kepala kantor yang telah

meninggal tiga tahun yang lalu, ia terlihat atraktif. Bahkan, Aki kembali

bersekolah di fakultas lukum, bergabung dengan mahasiswa-mahasiswa yang

usianya jauh di bawah Aki. Tentang hidup? Lelaki yang telah sembuh dari TBC

ini ingin hidup lebih lama lagi. la mgin hidup seratus tahun lagi. Separuh

hidupnya akan diabdikan sebagai pegawai dan separuh hidupnya lagi akan

dipergunakan sebagai akademikus.

***

Page 23: Makalah Novel 5

alam sejarah kesusastraan Indonesia, Idrus dikenal sebagai pengarang yang

menampilkan gaya penulisan yang menurut H.B. Jassin sebagai

kesederhanaan baru (nieuwc zakcUjheid)—Ajip Rosidi menyebut gaya ini dengan

istilah gaya-menyoal-baru (nieuwe zakelijkhcids stijl) yang serba sederhana.

Gaya penulisan demikian itu, umumnya tampak kuat dalam cerpen-cerpen Idrus

yang paling awal.

D

"Yang paling baik ialah roman pendeknya yang berjudul Aki, 1950 (sic/)".

Demikian Teeuw (1980: 221) mengomentari novel Idrus ini. Selanjutnya Teeuw

mengatakan, "buku kecil ini menarik terutama karena leluconnya yang ringan,

yang dibiarkan berkembang sepenuhnya karena temanya yang tidak bersifat real

itu."

Dalam perjalanan novel Indonesia, tema yang ditampilkan Idrus dalam Aki

memang dapat dikatakan baru. Seseorang dapat menentukan saat

kematiannya yang dipercayai oleh orang-orang di sekelilingnya, adalah

hal yang aneh dan lucu. jadi, ada kesan bahwa Idrus ingin mengejek orang-

orang yang sangat ketakutan menghadapi kematian. Padahal, maut pasti

datang tanpa seorang pun tahu kapan waktunya.

Page 24: Makalah Novel 5

6. PERTEMUAN JODOH

atna, seorang murid Frobelkweeschool, secara tak sengaja berkenalan

dengan pemuda Suparta dalam kereta yang membawanya dari Jakarta ke

Bandung. Suparta berusaha mencarikan tempat duduk buat gadis itu, yang semula

dipenuhi barang-barang milik sepasang suami-istri Tionghoa. Di Stasiun Cimahi,

suami-istri Tionghoa itu ditahan polisi karena ditemukan membawa candu.

R

Perkenalan tersebut rupanya berkesan cukup dalam bagi sepasang anak

muda itu. Suparta pun berkesempatan untuk mengantarkan gadis itu sampai ke

halaman sekolahnya. Selanjutnya, mereka sepakat untuk meneruskan hubungan

lewat surat.

Beberapa bulan kemudian, Suparta yang murid Stovia itu, melalui sepucuk

surat, mengutarakan niatnya untuk memperistri Ratna. Meskipun tidak secara

tegas, Ratna menyambut baik niat Suparta. la bersedia juga menghabiskan masa

liburannya di Surnedang untuk sekaligus berkenalan secara baik-baik dengan

keJuarga pemuda itu. "Ibu Suparta termasuk golongan 'menak baheula', yaitu

orang tua turunan bangsawan yang masih berpegang teguh alam keadaan dan adat

lembaga zaman dahulu" (hlm. 29).

Sambutan ibu Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa pada sikap

Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan cemooh setelah tahu

bahwa Ratna turunan orang kebanyakan saja. Ibu Suparta juga bahkan sengaja

menyinggung-nyinggung nama gadis lain yang dianggapnya lebih pantas untuk

anaknya, yang tak lain adalah teman sekelas Ratna di Frobelkweeschool.

Ratna kemudian bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan

Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah alias "Dewi Dekok" tidak membuatnya

Pengarang : Abdul Muis

Penerbit : Balai Pustaka

Page 25: Makalah Novel 5

putus asa. Namun, kemalangan lain terpaksa pula harus ia terima. Usaha

pembakaran kapur ayahnya, Tuan Atmadja, bangkrut. Akibatnya, Ratna terpaksa

memutuskan keluar dari sekolahnya.

Cobaan-cobaan itu tidak membuat Ratna patah semangat. la pun kemudian

berusaha mencari pekerjaan. Gaji yang ia terirna sebagai pelayan toko,

digunakannya untuk membiayai sekolah adiknya, Sudarma. Namun, baru empat

bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Ratna kembali

melamar pekerjaan di kantor advokat. Namun, ia terpaksa mengurungkan niatnya

karena si advokat itu berusaha menggodanya. Dalam kebingungan, ia lewat di

depan sebuah rumah besar. Pikirannya kemudian muncul, untuk menjadi

pembantu rumah tangga. la pun menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.

Sementara itu, Suparta yang sudah menjadi dokter berusaha mcnjumpai

Ratna kembali. la kehilangan jejak kekasihnya itu. la juga menyesalkan

ketidaksetujuan ibunya terhadap keinginannya untuk memperistri Ratna. Namun,

ketika sikap keras hati ibunya itu melunak, Suparta justru kehilangan jejak Ratna.

Berkat pertolongan direktris Frobelkweeschool, dokter muda itu memperoieh

alamat orang tua Ratna di Tagogapu. Ternyata, di rumah orang tua Ratna, Suparta

juga tak menjumpai gadis itu. Orang tua Ratna yang melihat kesungguhan Suparta

merasa tersentuh hatinya sehingga mereka rriemberitahukan alamat Ratna di

Kebon Sirih. Alangkah terkejutnya Suparta ketika mendengar bahwa Ratna sudah

berangkat ke Jakarta bersama adiknya pagi itu, sedangkan pemilik rumah tempat

Ratna menumpang tidak mengetahui tujuan kakak beradik itu ke Jakarta.

Dalam pada itu, selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai

cobaan harus diterimanya dengan tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak

luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Hingga

pada suatu ketika, Ratna dituduh mencuri perhiasan Nyonya Kornel atas fitnah

Jene. Ratna kemudian dibawa ke kantor polisi. Ketika para polisi yang

menjaganya lengah, Ratna melarikan diri, kemudian terjun ke sungai di sekitar

Page 26: Makalah Novel 5

jembatan Kwitang. Beruntung, nyawanya masih dapat diselamatkan. Dalam

keadaan sekarat, ia dibawa ke rumah sakit.

Sangat kebetulan bahwa dokter yang merawat Ratna adalah Suparta.

Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati kedua belah pihak. Keyakinan Suparta

bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu.

Untuk rnemulihkan nama baik Ratna, dokter muda itu menyiapkan seorang

pengacara terkenal untuk mendam-pingi gadis pujaannya di pengadilan. Sebab,

bagaimanapun, Ratna masih harus ber-urusan dengan penegak hukum.

Di pengadilan terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan

Nyonya Kornel ternyata adalah A mat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel

yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga

memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar lima tahun penjara. Sementara

itu, Jene tidak dikenakan hukum-an walaupun sebenarnya harus dituntut.

Sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma,

adiknya, schattcr pegadaian Purwakarto yang bertindak sebagai saksi pertama.

Lalu, atas ke-sepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah

paviliun "Bidara Cina". Gadis itu tidak dii/inkan bertemu dengan sembarang

orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat-

laun kesehatan Ratna mulai puiih. la juga mulai dapat mengingat-ingat segala

sesuatunya, termasuk hubungannya dengan Suparta.

Begitu Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta melamarnya.

"Dokter Suparta sendiri yang berkehendak, supaya nikah dilangsungkan hari

ini, ..." (hlm. 155). Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma

menyelenggarakan pesta perkawinan Ratna dengan Dokter Suparta.

Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke

Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Keadaan Tuan Atmadja sekarang sudah lebih baik lagi berkat bantuan kedua

anaknya. Kini, pengantin baru itu menempati sebuah rurnah besar, bersebelahan

Page 27: Makalah Novel 5

dengan rurnah orang tua Ratna. Rumah itu sengaja dibangun Suparta sebagai

hadiah perkawinan bagi istrinya.

***

ovel kedua Abdul Muis, Pertemuan Jodoh ini menurut Teeuw merupakan

roman peralihan. Bukan saja karena pengarangnya merupakan hasil

perkawinan antar-pulau, tetapi karena hampir seluruh hayatnya ia tinggal di Jawa

(Sastra Baru Indonesia 1, 1980). Pertemuan Jcdoh tidak lagi berccrita tentang

pemuda-pemudi Minangkabau, tetapi tentang pemuda bangsawan Sunda dengan

gadis Sunda keturunan orang kebanyakan, Ibu Suparta yang "menak baheula"

akhirnya kalah oleh keinginan anaknya yang tidak lagi kukuh mempertahankan

adat tradisi kemenakannya atau kebangsa-wanannya.

N

Seperti juga pada.Salah Asuhan, jalinan peristiwanya disajikan secara

meyakinkan. Perwatakan tokoh-tokoh ceritanya juga tampil meyakinkan. Tokoh-

tokoh yang tidak terpelajar, misalnya, dalam dialognya menggunakan kata-kata

bahasa Betawi. Dengan demikian, Pertemuan Jodoh boleh dikatakan merupakan

pengamatan pengarangnya terhadap lingkungan sekitarnya setelah ia lama berada

di Jawa, terutama di Bandung (Abdul Muis pernah bekerja sebagai klerek di

Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan di Bandung).

Studi mengenai novel ini pernah dilakukan oleh Jalal Ahmad bin Abdullah

(FS UI, 1962) dan Shaaban bin Abu (FS Unas, 1974). Menurut Shaaban novel ini

merupakan lanjutan dari Salah Asuhan. Kajian lebih mendalam dilakukan oleh K.

Karmana Mah-mud (FS UGM, 1984) dalam tesis S2-nya yang berjudul "Tinjauan

Roman Pertemuan Jodoh atau Dasar Pendekatan Strukturalisme dan Semiotik".

Page 28: Makalah Novel 5

7. DI ATAS PUING-PUING

ayuk bertemu dengan teman semasa kecilnya, Arini. Kemudian Arini

menyerahkan catatan hariannya kepada Yayuk yang berisi tragedi

kehidupannya.

YCatatan harian itu dimulai dengan kegalauan Arini karena kegoncangan

dalam rumah tangganya. Kebahagiaannya bersama suami dan tiga anaknya

terganggu dengan hadirnya Retno, muhd suarninya.

Sang suami, Hardi, akhirnya memutuskan untuk memperistri Rctno dan

memohon kepada Arini agar bersedia dimadu. "Terimalah ia sebagai adikmu"

(hlm. 41), kata Hardi suatu ketika. Kedua orang tua dan bibi Arini menolak dan

berontak. la tak mau dimadu, meskipun sesungguhnya ia masih mencintai Hardi.

Pertemuan kembali Arini dengan Hendra, bekas pacarnya, yang masih

mencintainya, tetapi tidak dicintainya itu, menggodanya untuk lari dari rumah.

Mereka pun meninggalkan Yogya dengan membawa serta Neni, anak bungsu

Arini. Arini dan Hendra hidup bersama tanpa nikah di Jakarta dalam sebuah

kamar sewaan sederhana berdin-ding bambu.

Hendra tidak berhasil mendapat pekerjaan di Jakarta, sehingga Arini harus

mencari nafkah sebagai karyawan perusahaan menjahit. la sempat lupa pada

kepahitan hidup yang baru dilaluinya, sampai datang berita dari Yogya yang

memintanya agar pulang karena Iwan, anak keduanya yang dititipkan pada orang

tuanya, menderita sakit keras.

Di Yogya Arini dan Hendra bertemu kembali dengan suami, orang tua, dan

anak-anak Arini. Terjadi pembicaraan singkat. Akhirnya diputuskan agar Arini

Pengarang : Th. Sri Rahayu Prihatmi (7 Mei 1944)

Penerbit : Pustaka Jaya

Page 29: Makalah Novel 5

boleh hidup bersama Hendra beserta Iwan dan Neni, sementara Ita, anak

sulungnya, tinggal bersama Hardi dan Retno.

Hendra kembali lebih dahulu untuk mencari pekerjaan. Arini menunggu

sampai Iwan seuibuh dari sakitnya. Selama penantian itu, ternyata Hardi masih

membujuk Arini agar kembaii padanya, namun Arini tetap menolak untuk

dimadu, Bahkan rayuan Hardi membuat Arini semakin membencinya.

"Kukira aku telah berhasil mematikan segala pertalianku dengannya lewat

jalan menyuburkan perasaan benciku padanya. Dan semakin benci pula aku..."

tulis Arini dalam catatan hariannya (hlm. 74).

Nasihat dari Pastor Paroki agar Arini bersabar dan meninggalkan "jalan

sesat"-nya pun tidak bisa mengubah keputusannya. Undangan pertemuan dari

mertuanya juga ditolak. la tetap pada keputusannya untuk meninggalkan Yogya

dan menempuh hidup baru di Jakarta. Hal itu dilaksanakannya segera setelah Iwan

sembuh dan Hendra berhasil memperoleh pekerjaan.

Di Jakarta "keluarga baru" Arini tidak lagi menempati kamar sempit karena

Hendra telah sanggup mengontrak rumah sederhana yang masih berdinding

bambu. Meskipun mereka hidup kekurangan, Arini merasa lebih tentram.

Perhatian-perhatian kecil dari Hendra, seperti pemberian kado ulang tahun, mulai

menumbuhkan rasa cintanya lagi. Arini mengungkapkan dalam catatan hariannya:

"Dan aku merasakan ketentraman rumah tangga yang sempurna ketika

duduk bersama 'suami'-ku dikelilingi anak-anak. Kupeiuki anakku sementara

'suami'-ku meletakkan tangannya di bahuku. Rambutku pun mesra menyentuh

dadanya" (hlm. 82).

Pada suatu ketika Hendra mengajak Arini mengunjungi orang tua Hendra di

Semarang. Arini yang semula menolak karena merasa malu sebagai orang yang

"penuh dengan dosa", akhirnya bersedia ikut. Ternyata orang tua Hendra merestui

hubungan mereka meskipun hanya berlandaskan surat kawin catatan sipil tanpa

persetujuan gereja.

Page 30: Makalah Novel 5

Arini kemudian hamil dan melahirkan bayi perempuan. Meskipun ayahnya

masih tampak belum memberi maaf, Arini cukup senang ketika kedua orang

tuanya datang menjenguk.

Setelah dua tahun hidup bersama, Arini dan Hendra bisa membangun rumah

sendiri. Mereka sekeluarga mulai mengecap kebahagiaan.

Sampai di sini catatan harian Arini selesai dibaca Yayuk, namun cerita

belum berakhir. Sebuah telegram sampai ke tangan Yayuk yang berisi berita

kematian Hendra karena kecelakaan pesawat. Karena kesibukan keluarganya, baru

setengah tahun kemudian Yayuk bisa mengunjungi Arini. Pertemuan antara

mereka membangkitkan keharuan.

Yayuk membuka kembali catatan harian Arini. Setelah kematian Hendra,

ternyata Hardi masih juga mencoba membujuk Arini agar kembali kepadanya.

Sekali lagi Arini menolak. Nasihat bibinya juga tidak menggoyahkan

keputusannya; tidak bisa me-nerima poligami.

Dua tahun kemudian Arini mengunjungi Yayuk. la bercerita bahwa anak-

anaknya tinggal bersama nenek mereka, sedangkan ia sendiri melanjutkan usaha

menjahitnya. Kisah cerita Arini pun kembali berulang. la menjalin cinta dengan

seorang duda beranak dua. Namun, karena duda itu juga beragama Katolik,

mereka tidak mungkin menikah di gereja. Keluarga Arini juga tidak ada yang

menyetujuinya untuk menikah lagi. Akhirnya Arini harus menerima nasib hidup

"di atas puing-puing" sebagai janda dengan anak-anak yang harus tetap menjadi

tanggung jawabnya.

***

ovel ini mendapat rekomendasi dari Dewan Juri Sayembara Mengarang

Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1976 sebagai karangan yang layak

diterbitkan untuk bacaan biasa. Bentuk novel ini sebenarnya cukup rumit,

mengingat adanya catatan harian yang justru merupakan salah satu bagian penting

dalam keseluruhan cerita berbingkai itu, temanya juga sebenarnya cukup

N

Page 31: Makalah Novel 5

problematik; perkawinan yang dilihat dari kaca mata agama Katolik. Walaupun

pengarangnya sendiri tampak tidak hendak melakukan kritik atas aturan

perkawinan menurut ajaran agama Katolik, terkesan pula hendak

mempertanyakannya kapan sebuah perkawinan mulai menghadapi keretakan.

Ternyata pilihan "hidup bersama" tanpa ikatan perkawinan, juga dapat

menimbulkan masalah, apalagi jika dilihat dari norma-norma kemasyarakatan.

Dalam hal inilah Teeuw (1989: 194—195) mengomentarinya sebagai tema yang

patut mendapat perhatian.

Page 32: Makalah Novel 5

8. PELABUHAN HATI

inta Rani yang begitu besar kepada Ramelan, seorang mahasiswa fakultas

teknik, telah membuat gadis itu rela berkorban demi mewujudkan harapan

cintanya itu. la rela membiayai kuliah kekasihnya sampai Ramelan menyelesaikan

studihya dan menjadi insinyur, la juga nekat lari dari orang tuanya, kemudian

kawin dengan Ramelan secara sederhana. Dari upahnya menerima jahitan,

semuanya dapat berjalan sesuai dengan rencana,

C

Masa-masa bahagia pun mereka rasakan. Ramelan kemudian bekerja di

berbagai proyek, di sarnping mengajar di beberapa perguruan -tinggi. Satu per

satu anaknya lahir; "Dua anak laki-laki yang beringas dan dua gadis manis yang

cerdik" (hlm. 8). Mereka hidup dalam curahan kebahagiaan di sebuah rumah

sederhana.

Lambat-laun penghasilan Ramelan makin meningkat. Secara pasti

kehidupan mereka tak lagi kekurangan. Bahkan sebuah rumah gedung sedang

dipersiapkan secara diam-diam, walaupun Rani sendiri mengetahui rencana itu.

Suatu hari, teman Rani, Sofia, mengundang Rani untuk datang ke

rumahnya. Tanpa sepengetahuan suaminya, Rani memenuhi undangan itu. Sofia

kemudian mengajaknya ke tingkat atas. Dari Sana, tampak ada sebuah rumah

yang sedang dibangun. Letaknya persis bersebelahan-Saat itu, tampak jelas di

hadapan mata Rani; suaminya sedang bergandengan tangan dengan seorang

wanita muda. Sebuah pcmandangan yang mem-buat Rani percaya dan tidak

percaya. Ramelan yang dahulu ditolongnya hingga menjadi insinyur, suaminya

yang sedang mempersiapkan rumah impian untuk dirinya dan keempat anaknya,

di hadapannya kini sedang bermesraan dengan perempuan lain, Inilah awal

keretakan rumah tangga mereka.

Pengarang : Titis Basino P.I. (17 Januari 1939)

Penerbit : Pustaka Jaya

Page 33: Makalah Novel 5

Sejak kejadian itu, Rani memutuskan untuk tinggal bersama keempat

anaknya. la tak ingin lagi bertemu dengan laki-laki yang telah mengkhianati

cintanya. Sungguhpun begitu, Ramelan sendiri masih tetap berusaha untuk

membiayai sekolah anak-anaknya.

Untuk mengisi kekosongan dan menambah biaya hidupnya sehari-hari, Rani

kembali membuka usaha jahitan. la mulai terbiasa dengan keadaannya sekarang.

Para pe-langgannya pun dari hari. ke hari makin bertambah. Salah seorang

pelanggannya adalah Laksmi. Wanita cantik itu mulai akrab dengan Rani.

Namun, .rupanya kedukaan Rani harus kembali terulang. Ketika hendak

berbelanja keperluan jahitannya di Blok M, ia melihat Laksmi, pelanggannya itu,

sedang asyik bergandengan tangan dengan Ramelan. Maka, kesimpulan pun jatuh

sudah; Ramelan adalah laki-laki jalang yang selalu berganti-ganti wanita.

Belakangan diketahui bahwa sesungguhnya Ramelan sudah resmi menjadi suami

Laksmi. Namun, bagi Rani sendiri, peristiwa itu makin membuatnya tak lagi perlu

percaya kepada laki-laki.

Dari hasil jerih payahnya selama itu, Rani kemudian merombak rumahnya

dan menambah beberapa kamar untuk disewakan. Dari hasil menyewakan kamar-

kamar itu, kehidupan Rani mulai membaik walaupun bekas suaminya tak pernah

lagi me-ngirimkan uang untuk biaya anak-anaknya sekoiah. Anak-anaknya pun

mulai akrab dengan para penyewa kamar-kamar itu. Namun, rupanya keakraban

itu justru dilihat lain oleh para tetangganya. Gosip buruk pun berkembang hingga

sampai pula ke telinga bekas suaminya.

Rani sendiri tidak mau mempedulikan semua kabar busuk itu. Ramelan

yang mencoba menyuruh Rani untuk tidak lagi menyewakan kamar-kamarnya,

juga tidak digubris. la yakin pada jalannya sendiri yang memang tidak hendak ia

nodai.

Lebih dari dua tahun Rani menjalani kehidupan seperti itu. Sampai

akhirnya, Wastu dan Pragantha, dua mahasiswa fakultas teknik yang sudah sejak

lama tinggal di pondokan Rani, meminta Rani agar menghadiri ujian skripsi

Page 34: Makalah Novel 5

mereka. Tentu saja Rani tidak berkeberatan. Pada hari yang ditentukan, ia datang

ke tempat kedua mahasiswa itu melangsungkan ujian akhirnya. Hasilnya adalah

mereka lulus dan berhak menyan-dang gelar insinyur.

Peristiwa itu bagi Rani, barangkali tidak lebih sebagai peristiwa biasa,

sungguhpun sebelum pulang, ia sempat berjumpa lagi dengan bekas kekasihnya

dahuiu sewaktu ia belum berhubungan dengan Ramelan. Namun, seperti juga

kejadian sehari-hari, ia kembali kepada kesibukannya mengurusi anak-anaknya.

Sore harinya, datang telepon dari Laksmi yang mengabarkan bahwa

Ramelan sakit keras dan kini sedang dirawat di rumah sakit Petamburan. Dalam

keadaan seperti itu, bagaimanapun, hati nurani Rani tak tega melihat bekas

suaminya dalam keadaan demikian. la pun memutuskan untuk menjenguk

bekas suaminya. Saat itu juga ia berangkat bersama keempat anaknya.

Laksmi rupanya sudah menunggu di sana. Kini Rani melihat, betapa orang

yang pernah ia cintai, ayah anak-anaknya itu, hanya terbaring tak berdaya. "Aku

membaca surat Yasin yang ada di tangan kiri dan tangan kananku menggenggam

erat tangan Ramelan. Tanpa kusadari, selama ayat-ayat suci itu kubaca dengan

khusyuk, Ramelan telah berhenti bernapas" (hlm. 129).

Ramelan telah mengakhiri hidupnya di hadapan Rani, bekas istrinya yang

tabah; Laksmi, istri mudanya yang masih menangis, dan keempat anaknya yang

memandang kosong ke arah kegelapan malam. Rani menyongsong keempat

anaknya; melangkah ke masa depan.

***

ovel karya Titis Basino ini, tampak jelas hendak mengangkat ketabahan

seorang wanita, seorang ibu dengan keempat anaknya. Dengan ketabahan

itu, ia berhasil tidak hanya menjadi kepala keluarga bagi anak-anaknya, tetapi juga

berhasil menjadi induk semang yang baik bagi mereka yang tinggal di

pondokannya. Lebih dari itu, ia juga berhasil membangun citra dirinya sebagai

wanita yang tak mudah goyah oleh cobaan apa pun. Penderitaan yang dialaminya,

N

Page 35: Makalah Novel 5

telah membuatnya menjadi wanita yang matang, sekaligus menjadi ibu yang

bijaksana.

Sebaliknya, Ramelan yang lupa pada perjuangan istrinya dan gampang

terbawa arus oleh Hmpahan kesuksesannya, akhirnya harus menghadapi

kehidupan yang pendek. Laksmi yang jauh lebih muda daripada Rani, rupanya

tidak sepenuhnya dapat memberi kebahagiaan pada diri Ramelan.

Secara keseluruhan novel ini dibangun oleh jalinan peristiwa yang lancar

dan tidak terlalu rumit. Pesan pengarangnya untuk menampilkan citra wanita

sejati, boleh dikatakan berhasil lewat penokohan yang tidak terlalu kompleks.

Page 36: Makalah Novel 5

9. WANITA ITU ADALAH IBU

eninggalnya Laura membuat Hezan merasa begitu sangat kehilangan

seseorang yang dicintainya. Cinta Hezan yang mendalam terhadap

istrinya itu menyebabkan ia bertekad untuk tidak mempunyai istri lagi. Dengan

hidup tetap menduda, ia merasa tidak mengkhianati cintanya kepada almarhumah.

Begitu pula ia merasa sanggup membesarkan putri tunggalnya, Prapti, tanpa perlu

mengakhiri status dudanya. Yang penting baginya, ia dapat menumpahkan kasih

sayangnya kepada putrinya seorang.

M

Sungguhpun demikian, Hezan juga tidak dapat membohongi dirinya

sendiri bahwa sesungguhnya ia begitu kesepian. Bertahun-tahun sejak istrinya

meninggal, ia merasakan kesepian itu. Namun, ia juga tidak ingin Prapti

mengetahui apa yang selama ini ia pendam dengan penuh kegelisahan.

Kesepian yang dirasakan Hezan makin terasa mengganggunya setelah

Prapti menikah dengan Tonton. Mitos untuk mempertahankan diri sebagai suami

yang setia, justru makin menggelisahkannya, apabila ia ingat kemunafikannya

selama ini. Di depan anaknya,Hezan berperan sebagai ayah yang taat beragama

dan setia mencintai almarhumah. Namun, di balik itu, Hezan mencari kepuasan

lewat perempuan-perempuan lain. Jadilah duda itu hidup seolah-olah dalam dua

dunia; sebagai ayah yang ideal di mata putrinya, dan sebagai lelaki yang butuh

kehangatan tubuh perempuan, di hadapan hati nuraninya sendiri.

Sebelum itu, Prapti sendiri pernah mengusulkan agar ayahnya menikah

lagi. Namun ternyata, Hezan sendiri menanggapinya secara lain; dengan kawin

lagi, ia khawatir hal itu justru merupakan pengkhianatan terhadap cintanya kepada

istrinya, almarhumah. "Aku sebenarnya tidak tahu, gagasan yang dikemukakan

Prapti kepadaku... Yang jelas aku terkejut dengan saran yang diajukan Prapti.

Pengarang : Sori Siregar (12 November 1939)

Penerbit : Balai Pustaka

Page 37: Makalah Novel 5

Betapa tidak. Setelah lima belas tahun mendampinginya dan membesarkannya

setelah kepergianmu, Prapti menyarankan kepadaku agar aku mencari

penggantimu" (hlm.21). Begitulah, Hezan seolah-olah hendak mengadukan

persoalannya kepada Laura, almarhumah.

Apa yang dirasakan Hezan, dirasakan pula oleh Prapti berkenaan dengan

usul agar ayahnya mencari pengganti ibunya. "Aku malah telah berbuat lebih

jauh. Meminta ayah untuk mencari pengganti Ibu. Sampai di mana sebenarnya

cintaku pada Ibu? Mungkin cintaku terlalu besar kepada ayah, yang membuatku

melupakan Ibu" (hlm. 34).

Bagi Hezan, dalam perkembangannya kemudian, persoalannya bukan lagi

pada kekhawatirannya mengkhianati cinta kepada istrinya, melainkan

kemunafikannya sendiri. Pada mulanya Hezan beranggapan bahwa tak ada artinya

perkawinannya nanti jika hanya karena hendak menghindari dosa. Karena

bagaimanapun juga, perkawinannya itu mesti dilandasi oleh perasaan cinta.

Padahal cintanya sudah tumpah pada Laura. "Yang jelas aku tidak akan bisa

menganggap istri baru seperti Laura. Cintaku kepada Laura tidak akan dapat

kualihkan kepadanya. Lalu, apa artinya perkawinan tanpa cinta?" (hlm. 49). Itulah

yang membuat Hezan lebih suka melakukan hubungan gelap—tanpa nikah—

daripada harus kawin, yang berarti mengalihkan cintanya dari Laura kepada

wanita yang dinikahinya.

Belakangan, munculnya Nuning, sosok wanita yang sedikit banyak

mengingatkannya kepada Laura, mulai mencairkan sikap Hezan dalam hal

keengganannya untuk menikah lagi. la mulai merasakan sesuatu yang lain, dan ia

merasa cintanya tumbuh kembali. "Cinta kita adalah cinta tua.... Aku akan

melupakan semua perasaan yang terpendam ini. Kalau kau memang telah

ditakdirkan untuk menjadi milikku, kau tidak akan pernah bisa dirampas oleh

siapa saja" (hlm. 121). Nuning pula yang kemudian ia tetapkan sebagai calon

istrinya yang baru. Sementara Prapti sendiri telah menemukan sosok ibunya pada

diri Nuning Maka, tidak ada alasan baginya untuk menolak Nuning sebagai ibu

Page 38: Makalah Novel 5

tirinya. Apalagi, perempuan yang sudah mulai berumur itu pur. merasakan hal

yang sama: "Datanglah, datanglah sekali lagi. Aku akan membukakan pintu ini

lebar-lebar untukmu" (hlm, 123).

***

Novel ini sebenarnya lebih banyak mengungkapkan konflik batin seorang

ayah yang merasa kesepian setelah istri tercintanya meriinggal dunia. Bertahun-

tahun ia menduda, hanya karena ingin mcncurahkan perhatian dan kasih sayang

kepada putri tunggalnya. Namun, di balik itu semua, sesungguhnya ia telah

membangun topeng kemunafikan. Di luar, duda itu mencari kchangatan kepada

perempuan lain, tanpa diketahui sedikit pun oleh putrinya. Jadi, seputar itulah

persoalan yang dikembangkan dalam novel ini.

Yang menarik dalam novel ini adalah adanya usaha pengarang untuk

mengangkat konflik psikologis yang terjadi pada diri para tokohnya. Pertentangan

batin pada diri sang ayah atau anak (Prapti) cukup menarik karena persoalannya

memang tidaklah sesederhana yang diduga.

Novel ini meraih Hadiah Perangsang Kreasi Sayembara Mengarang

Roman Devvan Kesenian Jakarta pada tahun 1978.

Page 39: Makalah Novel 5

Daftar Pustaka

Mahayana M.S, Sofyan O., Dian A. (2000). Ringkasan dan Ulasan Novel

Indonesia Modern. Jakarta : PT Gramedia.

Page 40: Makalah Novel 5

Telepon

aud bekerja pada sebuah toko di Jakarta. Sebetulnya ia sudah sangat bosan

dengan pekerjaannya. Namun, karena tak ada pekerjaan lain, ia terpaksa

melakukannya juga. Daud mempunyai hobi yang tak biasa, ia gemar sekali

menelepon. Kegemaran yang dimulai dari iseng-iseng itu lama-kelamaan menjadi

semacam kebutuhan. Ia tak peduli kapan, di mana, dan kepada siapa ia

menelepon. Yang penting, apabila hasrat hatinya untuk menelepon sudah

terpenuhi, ia akan segera senang. la seakan terbebas dari beban yang

mengimpitnya.

D

Demikianlah, telepon yang seharusnya dipergunakan untuk hal-hal yang

baik, berubah fungsinya di tangan Daud. Ia menggunakan telepon untuk

mengancam, menakut-nakuti orang yang diteleponnya walaupun dalam hatinya

tak ada niat jahat. la hanya ingin melampiaskan keinginan—yang tak dapat

dihindarinya—yang timbul sesaat.

Orang yang pertama kali ditakut-takutinya adalah Tajudin, direktur

perusahaan yang telah memecat Burhan, teman Daud. Lalu Ibu Suroso, pelanggan

tetap toko buku tempat Daud bekerja. Daud sangat puas setelah menakut-nakuti

mereka dengan ancaman atau omongan yang sama sekali tak ada faktanya. Pada

malam hari setelah Daud menakut-nakuti mangsanya, ia akan membayangkan

keadaan orang yang menjadi korbannya itu. Kadang-kadang terbersit rasa sesal di

hatinya, apalagi bila yang ditakut-takutinya itu adalah orang yang baik, seperti Ibu

Suroso.

Pengarang : Sori Siregar

Penerbit : Balai Pustaka

Page 41: Makalah Novel 5

Demikianlah, perbuatan itu dilakukan berulang-ulang, sampai pada suatu

ketika, Lisa—kekasihnya—memergokinya. Daud terpaksa mengakui perbuatan

yang telah dilarang pacarnya itu. Akibatnya, Lisa mengancam akan memutuskan

hubungan mereka. Ancaman Lisa membuat Daud takut dan berjanji sekali lagi

untuk tidak mengulangi perbuatan yang merugikan orang lain itu. Namun, untuk

menghentikan kegemarannya itu, ternyata tidaklah semudah seperti waktu

mengucapkannya; ia tetap menelepon orang-orang yang menurutnya harus

diancam.

Rupanya perasaan Daud tidak selamanya tenang. Hal itu terjadi ketika ia

iseng-iseng menelepon seseorang. Orang yang menerima telepon itu mengaku

sebagai orang yang dimaksud Daud, padahal ia menyebutkan sekadar nama yang

tiba-tiba terlintas begitu saja di kepalanya.

Sejak peristiwa itu Daud mulai dihinggapi rasa gelisah; dan kegelisahan itu

memuncak ketika tanpa diduga ia menerima telepon dari sekretaris Tajudin yang

memberitahukan bahwa Tajudin telah mengetahui siapa yang mengancamnya,

yaitu Daud. Lebih jauh bahkan telah meminta polisi untuk rnenangkap Daud

dengan alasan melakukan ancaman pembunuhan disertai bukti-bukti berupa

rekaman pembicaraan telepon.

Daud mulai menduga-duga bahwa telah terjadi pengkhianatan terhadap

dirinya. la menduga Lisa dan Burhanlah yang melakukannya, karena hanya kedua

orang tersebut yang mengetahui kegemaran Daud. Namun, ternyata bukan

mereka. Lalu siapa?

Dalam kegelisahan itu, Daud mulai menimbang-nimbang untuk

menghentikan ancaman-ancaman lewat telepon, seperti yang disarankan Lisa dan

Situmeang, teman seperantauan Daud. Usaha yang dilakukannya adalah tidak

melakukan kontak telepon dengan siapa pun. Di dalam dirinya telah timbul rasa

ngeri jika melihat telepon. la juga sudah berpikir untuk meminta maaf kepada

orang-orang yang telah menjadi korbannya.

Page 42: Makalah Novel 5

Hal yang tak diduga sama sekali oleh Daud adalah ketika Simangunsong

datang ke rumah kontrakannya di Kebon Kacang. Yang lebih mengejutkan lagi

ketika tiba-tiba ia dipukuli sahabat seperantauannya itu. Simangunsong berang

karena perayaan pernikahan adik sepupunya berantakan akibat ulah seorang

penelepon gelap yang me-ngatakan bahwa di tempat pesta itu terdapat bom yang

sewaktu-waktu dapat meledak. Para undangan tentu saja bubar begitu mendengar

berita yang kemudian terbukti hanya omong kosong itu. Simangunsong

berkesimpulan bahwa penelepon gelap itu tak lain adalah Daud. Padahal bukan.

Kalau bukan Daud, lalu siapa?

Simangunsong lalu mencari informasi siapa pengacau itu. Terungkaplah

bahwa pelakunya seorang wanita yang kehilangan anak yang sedang

dikandungnya. la kesepian di rumahnya yang besar, dan untuk membunuh rasa

sepinya, setiap hari ia menelepon siapa saja. Kegemaran yang sudah menjadi

semacam penyakit itu, kabarnya akan hilang jika wanita itu dikaruniai seorang

anak lagi.

Akan halnya Daud, ia terpaku mendengar cerita Simangunsong itu. Di

dalam benaknya terlintas telepon dari seorang wanita yang nada suaranya begitu

kesepian. Timbul rasa takutnya: apakah dirinya seperti wanita itu? Daud

membayangkan, jangan-jangan dia tidak waras seperti wanita itu. "Daud

merangkul Simangunsong, membenamkan wajahnya ke dada sahabatnya itu dan

tersedu di sana.

... Di tengah-tengah keheningan ruangan itu, suara Simangunsong

terdengar jelas. Tidak. Kau tidak sakit, Daud. Kau tidak sakit'" (him. 96).

***

udul novel ini, Telepon, mengisyaratkan bahwa akan terjadi komunikasi

antaranggota 1 masyarakat lewat hasil peradaban manusia. Kenyataannya

memang demikian. Namun, berbagai masalah yang mendera manusia; depresi,

kesepian, atau keputusasaan yang banyak melanda masyarakat perkotaan telah

mengubah fungsi telepon sebagai alat pelarian mereka. Kenyataan, dewasa ini

J

Page 43: Makalah Novel 5

yang terjadi di masyarakat memang demikian. Oleh Sori Siregar sisi negatif

telepon diangkat dalam novelnya ini. Rasa keterasingan dan keterpencilan,

ternyata dapat menjerumuskan seseorang ke dalam lingkaran masalah yang tak

berkesudahan jika ia mencoba menyelesaikan tidak pada tempatnya. Dengan kata

lain, pelarian yang salah sesungguhnya bukanlah usaha penyelesaian, melainkan

justru menambah masalah baru. Atau, bahwa berbagai masalah—sebagai dampak

kemajuan teknologi—sebetulnya pertama-tama ditimbulkan oleh ulah manusia

sendiri.

Novel ini adalah pemenang harapan Sayembara Mengarang Roman yang

diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1979.

Page 44: Makalah Novel 5