makalah lembaga wakaf dan pengembangan pendidikan islam

21
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, waqaf telah dikenal masyarakat sebagai suatu lembaga social yang mampu menyalurkan harta benda untuk kepentingan (kemashlahatan) umum. Wakaf merupakan salah satu ibadah sunah bagi umat Islam dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. Oleh karenanya, waqaf merupakan ibadah yang bercorak social ekonomi yang memiliki peran yang cukup penting dalam Islam. Menurut sejarah Islam klasik, waqaf telah memainkan peran yang sangat penting terkait tentang kesejahteraan masyarakat muslim, baik di bidang pendidikan, kegiatan keagamaan, pelayanan kesehatan dan pelayanan social lainnya. Misalkan pada aspek pendidikan yang sudah barang tentu membutuhkan dana yang banyak untuk membiayai kebutuhannya, seperti untuk membiayai gaji guru, menyediakan sarana dan prasarana, serta biaya para pelajar dalam masa pendidikan. Keterbatasan biaya pendidikan selalu menjadi sebab kegagalan dalam dunia pendidikan. Jadi sangat cocok jika wakaf menjadi salah satu sumber dana dalam memajukan pendidikan Islam, yang semakin tertinggal jika dibanding dengan pendidikan Barat. Pendidikan adalah suatu hal yang sangat fital peranannya dalam pembangunan suatu bangsa, pendidikan juga akan menjadi karakter suatu bangsa tersebut, suatu Negara dapat dikatakan maju dan berkembang pesat apabila pendidikan dalam negara tersebut maju juga berkembang, Negara yang pendidikannya

Upload: eko

Post on 17-Sep-2015

127 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

islam dan sosiologi pendidikan islam

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN.A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, waqaf telah dikenal masyarakat sebagai suatu lembaga social yang mampu menyalurkan harta benda untuk kepentingan (kemashlahatan) umum. Wakaf merupakan salah satu ibadah sunah bagi umat Islam dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. Oleh karenanya, waqaf merupakan ibadah yang bercorak social ekonomi yang memiliki peran yang cukup penting dalam Islam. Menurut sejarah Islam klasik, waqaf telah memainkan peran yang sangat penting terkait tentang kesejahteraan masyarakat muslim, baik di bidang pendidikan, kegiatan keagamaan, pelayanan kesehatan dan pelayanan social lainnya.

Misalkan pada aspek pendidikan yang sudah barang tentu membutuhkan dana yang banyak untuk membiayai kebutuhannya, seperti untuk membiayai gaji guru, menyediakan sarana dan prasarana, serta biaya para pelajar dalam masa pendidikan. Keterbatasan biaya pendidikan selalu menjadi sebab kegagalan dalam dunia pendidikan. Jadi sangat cocok jika wakaf menjadi salah satu sumber dana dalam memajukan pendidikan Islam, yang semakin tertinggal jika dibanding dengan pendidikan Barat.Pendidikan adalah suatu hal yang sangat fital peranannya dalam pembangunan suatu bangsa, pendidikan juga akan menjadi karakter suatu bangsa tersebut, suatu Negara dapat dikatakan maju dan berkembang pesat apabila pendidikan dalam negara tersebut maju juga berkembang, Negara yang pendidikannya tidak maju dan berkembang, maka Negara tersebut juga tidak akan maju dan berkembang, pendidikan juga menjadi sumber daya manusia yang lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan, maka tidak heran jika suatu Negara yang mempunyai penduduk yang tigkatpendidikannya tinggi, maka perkembangan pertumbuhan ekonominya akan berkembang sangat pesat, dan ini akan berbanding terbalik dengan Negara yang penduduk tingkat pendidikannya rendah maka Negara tersebut tingkat ekonominya akan tidak berkembang dan menjadikan Negara tersebut sebagai Negara miskin

Pemerintah adalah suatu istitusi yang sangat mempunyai peranan penting dalam pengembangan pendidikan, dasar pijakan majunya pendidikan di suatu Negara sangat dipengaruhi oleh pemerintahan di Negara tersebut, jika suatu Negara tidak seberapa mendukung terhadap pendidikan maka pendidikan tersebut mustahil untuk berkembang, maka dengan pertimbangan tersebut alangkah baiknya jika suatu Negara dapat memperhatikan dan mempertimbangkan terhadap pendidikan di Negara tersebut, tidak hanya itu, pendidikan juga menjadi suatu alat penghubung dan komunikasi antara kebudayaan, ekonomi, agama dan hukum, sehingga dengan adanya perhatian dari Negara terhadap pendidikan maka hubungan antara elemen-elemen tersebut akan sangat baik dan menciptakan keamanan dan kesejahteraan bagi Negara tersebut.

Pendidikan adalah alat yang dapat menjadikan suatu pedoman hidup bagi manusia dan dapat menjadi pandangan hidup bagi penerus keturunannya, hal ini bagaikan suatu tali yang tidak akan pernah putus, selain itu pendidikan juga dapat menjadi media penyiapan genarasi muda agar mampu melakukan peran-peran tertentu dimasa depan seperti yang nantinya diharapkan oleh orang tua dan masyarakat, sehingga dengan demikian pendidikan mempunyai fungsi rekayasa social. Dan pada ahkirnya pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat akan menjadi suatu karakter pada masyarakat yang akan datang.

Salah satu hal yang dapat menjadikan pendidikan yang berkreteria maju seperti diatas adalah dengan adanya dana yang memadai, disinilah pentingnya waqaf sebagai penyalur harta kekayaan (dana) yang akan kita bahas, dimana waqaf menjadi urgen bagi keberlangsungan sebuah lembaga pendidikan, sebab suatu lembaga pendidikan akan berkembang apabila dana yang tersedia memadai. Sebab dengan adanya dana, lembaga pendidikan tersebut akan dapat menjalankan setiap kegiatan yang ada, dan diharapkan dengan berjalannya setiap kegiatan yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut akan dapat menghasilkan siswa yang mempunyai kualitas baik yang dapat berguna untuk agama,masyarakat dan Negara.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf.

Kata wakaf diambil dari bahasa Arab waqafa ( ) yang menurut bahasa berarti menahan atau berhenti. Kata waqafa memiliki makna ( ) yang berarti terhalang untuk menggunakan. Menurut Abu Hanifah wakaf adalah harta benda orang yang diwakafkan (wakif), yang kemudian ia menghasilkan manfaat. Abu Yusuf dan Muhammad mengartikan wakaf adalah menahan kepemilikan wakif , kemudian harta milik itu menjadi milik Allah. Sedangkan Imam Malik mengartikan wakaf adalah harta benda yang diserahkan kepadawakif tetapi hak miliknya masih tetap , namun tidak boleh dijual belikan, dihibahkan dan diwariskan. Para Ulama Mazhab sepakat terkecuali imam Maliki, bahwa wakaf terwujud bila orang yang mewakafkan harta/barangnya untuk selama-lamanya, terus menerus. Jadi wakaf merupakan milik ummat yang dapat dipergunakan secara bersama demi untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam yang dikelola oleh orang yang ditunjuk atau lembaga yang berwenang untuk mengelolanya.Yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

B. Hukum wakaf

Dalam sejarah, yang pertama kali berwakaf adalah Rasulullah dengan mewakafkan tujuh kebun di Madinah setelah pulang dari perang Uhud kepada fakir miskin dan ibnu sabil serta para kerabat. Kemudian Umar bin Khatab mewakafkan hartanya yang biasa disebut dengan (tamgh) yaitu kurma, dan Abu Bakar mewakafkan sebidang tanah yang berada di Makah.Jadi jelaslah bahwa wakaf adalah perbuatan yang disunahkan oleh Rasulullah karena sesuai dengan sabdanya;Artinya Rasulullah bersabda jika kau mau, sebaiknya kau pertahankan harta yang pokok (tanah tersebut) lalu di sedekahkan hasilnya.Sedangkan dasar hukum waqaf dari Al-Quran dengan mengambil Qs. Al-Imran 92, ((( (((((((((( (((((((( (((((( (((((((((( ((((( ((((((((( ( ((((( (((((((((( ((( (((((( (((((( (((( ((((( ((((((( (((( Artinya:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

C. Macam-macam wakaf

Wakaf berdasarkan tujuannya ada 3, yaitu:

1. Wakaf sosial (khairy), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum (kemashlahatan masyarakat).

2. Wakaf keluarga (dzurri), yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat kepada wakif, keluarganya dan keturunannya.3. Wakaf gabungan (musytarak), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan keluarga secara bersamaan. Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi 2 macam:

1. Wakaf abadi, yaitu wakaf berbentuk barang yang bersifat abadi seperti tanah dan bangunan atau barang bergerak yang ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi.2. Wakaf sementara, yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi syarat untuk mengganti bagian yang rusak.Berdasarkan penggunaannya, wakaf terbagi menjadi dua macam:

1. Wakaf langsung, yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya seperti masjid untuk shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar dan sebagainya.2. Wakaf produktif, yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.

D. Rukun dan Syarat WakafRukun dan Syarat Wakaf Para mujtahid memang berbeda pendapat mengenai wakaf, dan perbedaan pendapat itu tercermin dalam perumusan mereka, namun semuanya sependapat bahwa untuk pembentukan lembaga wakaf diperlukan beberapa rukun. Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu tidak akan tegak berdiri. Wakaf, sebagai suatu lembaga mempunyai unsur-unsur pembentuknya. Tanpa unsur itu wakaf tidak dapat berdiri. Unsur-unsur pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf itu adalah:1. Al- wakif atau orang yang melakukan perbuatan wakaf, hendaklah dalam keadaan sehat rohaninya dan tidak dalam keadaan terpaksa atau dalam keadaan dimana jiwanya tertekan.

2. Al-mauquf atau harta benda yang akan diwakafkan, harus jelas wujudnya atau zatnya dan bersifat abadi. Artinya, bahwa harta itu tidak habis sekali pakai dan dapat diambil manfaatnya untuk jangka waktu yang lama.

3. Al-mauquf alaih atau sasaran yang berhak menerima hasil atau manfaat wakaf, dapat dibagi menjadi dua macam: wakaf khairy dan wakaf dzurry. Wakaf khairy adalah wakaf dimana wakifnya tidak membatasi sasaran wakafnya untuk pihak tertentu tetapi untuk kepentingan umum. Sedangkan wakaf dzurry adalah wakaf dimana wakifnya membatasi sasaran wakafnya untuk pihak tertentu yaitu keluarga keturunannya.4. Sighah atau pernyataan pemberian wakaf, baik dengan lafadz, tulisan maupun isyarat. Redaksi wakaf adalah ucapan penyerahan benda wakaf kepada orang menerima wakaf baik dengan ucapan maupun dengan sikap yang ditunjukan oleh pewakaf. Redaksi wakaf dengan ucapan yang disepakati oleh ulama mazhab adalah saya mewakafkan Sedangkan penyerahan wakaf dengan sikap menurut Hanafi,Maliki, dan Hambali menganggab sah dengan sikap tanpa ucapan, sedangkan menurut Safii tidak menerima penyerahan wakaf tanpa ucapan wakaf. E. Pengelolah wakaf

Pengelolaan wakaf untuk pembiayaan pendidikan dapat dilihat seperti yang dilakukan oleh Putri Agung Ishmatullah Sittusy Syam Ummu Hisanuddinbinti Ayyub Ibnu Syadi, menentukan penggunaan dana wakaf yang diberikannya sebagai berikut:

1. Dana wakaf diperuntukan pembangunan gedung, minyak, lampu-lampu, tikar, permadani, lampu-lampu gantung, lilin dan keperluan lainnya.2. Untuk guru-guru diberikan sekarung gandung hitam, uang perak Nasyiriyyah sebanyak 130 dirham.3. Sepersepuluhnya dari harta wakaf dialokasikan untuk pengelola wakaf yang telah bersusah paya menjaga aset yang diwakafkan.4. Untuk makanan ringan seperti kue-kue, semangka dan misy-misy sebanyak 300 dirham.5. Sisanya diberikan kepada fuqaha, pelajar-pelajar, muazin, penyapu, pembentang tikar, membersihkan sekolah, dan menyalakan lampu, semua gajinya ditentukan oleh kepala sekolah sesuai dengan beban dan tanggung jawab. Kepala sekolah diberi hak dan wewenang untuk memotong, menaikan gaji para pegawai serta hak untuk mendapat pinjaman diserahkan sepenuhnya kepada kepala sekolah.

Ijma Ulama menetapkan pengelola wakaf ditunjuk oleh pewakaf atau hakim. Pewakaf atau hakim boleh mengangkat siapa saja yang dikehendaki demi kemaslahatan dari harta yang diwakafkan. Setelah pengangkatannya tidak boleh didelegasikan kepada pihak lain tanpa izin dari pewakaf hal ini sesuai pendapat Imamiyah, Hambali, Syafii, dan maliki. Sedangkan Hanafi membenarkan untuk didelegasikan kepada yang lain tanpa seizin pewakaf. Jadi pemakalah lebih cenderung mendukung pendapat Hanafi karena setelah harta diwakafkan maka terputus atau terhenti hak kepemilikan dan telah menjadi hak Allah atau hak masyarakat umum.

Diperbolehkan orang yang mengurusi harta wakaf untuk mengambil sebagian hasil wakaf secara wajar, seperti yang di ungkapkan al Qurtubi telah terbiasa pengurus wakaf memakan sebagian hasil wakaf.

F. Wakaf Sebagai Pendukung Finansial Pendidikan Islam Klasik

Dalam sistem pendidikan Islam di masa klasik tanpaknya antara pendidikan Islam dan wakaf mempunyai hubungan yang erat. Lembaga wakaf menjadi sumber keuangan bagi kegiatan pendidikan Islam sehingga pendidikan Islam dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Menurut Ahmad Syalabi, bahwa Khalifah al Mamun adalah orang pertama kali mengemukakan pendapat tentang pembentukan bandan wakaf . Ia berpendapat kelangsungan kegiatan tidak tergantung kepada subsidi negara dan kedermawanan penguasa-penguasa, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menanggung biaya pelaksanaan pendidikan.

Sudah tak bisa dibantahkanlagi, bahwa bukti-bukti sejarah yang menjelaskan peranan wakaf dalam mendukung pelaksanaan pendidikan dalam Islam terutama pada masa klasik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan madrasah atau al-Jamiah yang didirikan dan dipertahankan dengan dana wakaf baik dari dermawan kaya atau penguasa politik muslim. Sekolah-sekolah tinggi tersebut diantaranya seperti pada tabel dibawah ini.

NoNama lembaga pendidikanTempatTahun berdiriPendiriDinasti Aliran

1.Madrasah Al-Baihaqiyyah dan Madrasah As-SadiyyahBaghdad Abad ke- 9 MAmir Nasr bin SubuktakinDinasti AbbasiyahSyiah

2.Madrasah Al-AzharKairo 361 H/ 971 M.Khalifah al-Mu`iz LidinillahDinasti FatimiyahSyiah

3.Madrasah An-An-Nizamiyah

Baghdad459 H/ 1067 MNidham Al-MulkDinasti SaljukSunni

4.Madrasah Al-MuntasiriyahBaghdad 1227 MAl-Muntansir Billah Dinasti abbasiyahSunni

Sejarah mencatat, bahwa institusi madrasah yang pertama kali didirikan dalam sejarah Islam ialah madrasah al Baihaqiyyah dan madrasah al Saidiyyah di Nisyapur yang didirikan oleh Sabaktikin saudara dari raja Mahmud pada abad ke-9 M. Keduanya berhaluan syiah dan lebih banyak meniru model pendidikan Persia bernama Miyan Dahiyyah, yang mengajarkan pendidikan agama, filsafat dan pengetahuan lainnya yang berkembang di Baghdad waktu itu.Madrasah Al-Azhar yang kemudian fenomenal dengan sebutan universitas Al-Azhar ini awalnya adalah sebuah bangunan masjid yang dibangun oleh khalifah Mauizuddin li Dinillah pada tanggal 24 Jumadil Ula 359 H/390 M dan selesai pembangunannya pada bulan Ramadhan 361 H. penamaan al-azhar ini dinisbatkan kepada putri Nabi Muhammad saw. Fatimah Al-Zahra dan dikaitkan dengan Al-Qohiroh, nama sebelumnya yang berarti sama dengan nama kota tersebut, yaitu Cairo. Disamping menyelenggarakan pendidikan, masjid Al-Azhar juga befungsi sebagai tempat ibadah, masjid ini sebenarnya dipuruntukkan dinasti Fatimiyah yang sedang bersaing dengan kekhalifahan di Baghdad dengan mengajarkan doktrin ajaran mazhab Syiah. Setelah pemerintahan di pegang oleh Al-Aziz Billah, beliau mengubah fungsi masjid Al-Azhar menjadi universitas dan dibuka untuk umum pada bulan Ramadhan 361 H dengan diawali kuliah agama perdana oleh Al-Qodi Abu Hasan Al-Qoirowani pada masa pemerintah Malik Al-Nasir.

Madrasah An-Nizamiyah mulai dibangun pada tahun 457H/1065M dan selesai pada tahun 459H oleh Nizam Al-Mulk seorang Wazir dari Bani saljuk. Madrasah An-Nizamiyah ini berbasis paham Islam sunni berusaha mencetak kader ulama sunni untuk menghilangkan pemikiran syiah pada saat itu, serta membuat komunitas sunni dalam menjalankan roda pemerintahan; khususnya dibidang peradilan dan manajemen. Metodologi yang diterapkan Madrasah An-Nizamiyah adalah dengan ceramah/talqin, kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi(munaqasyah)antara guru dan para siswa mengenai materi yang disajikan. Adapun kurikulum yang digunakan tidak diketahui secara jelas, namun jelas mendukung tujuan utama dari didirikannya madrasah ini.Madrasah Mustansiriyah merupakan perguruan tinggi perintis di Baghdad, irak. Dalam perjalannya madrasah ini mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat dan berhasil menyatukan empat madhab fikih Sunni yakni, Hambali, Syafi'i, Maliki dan Hanafi. Guna menunjang aktivitas perkuliahan, Khalifah Al-Mustansir Billah mendirikan sebuah perpustakaan yang luar biasa besarnya dengan dilengkapi fasilitas rumah sakit di dalamnya. Namun madrasah ini menjadi salah satu korban keganasan invasi bangsa Mongol yang dipimpin Khulagu Khan. Metodologi yang digunakan adalah menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat, menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu antara lain; ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.G. Wakaf dan Kebebasan Akademik

Wakaf yang dikenal dan dilindungi oleh Syariah untuk kesejahteraan ummat.Wakaf diberikan kepada setiap madrasah yang membuatnya bersifat otonom dimasa lalu dan dengan demikian membuat para guru dan murid sanggup menuntut pengetahuan demi Allah Taala semata-mata. Institusi wakaf inilah yang memberikan kepada madrasah presonalitas legal yang pertama sekali dalam sejarah. Madrasah yang berlandaskan wakaf inilah yang ditiru oleh universitas-universitas yang paling awal di Barat ketika universitas-universitas itu berdiri delapan abat yang lalu.

Kebebasan akademik dalam pendidikan Islam dapat diterapkan dengan dukungan finansial dari wakaf. Wakaf merupakan ibadah sunah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt. serta untuk memperoleh pahala yang mengalir terus menerus selama harta wakaf masih dimanfaatkan, walaupun orang yang mewakafkan telah tiada. Secara praktis pewakaf telah berhenti dalam kepemilikan hartanya, sehingga pewakaf sebenarnya tidak bisa menginterfensi segala kebijakan terhadap harta wakaf yang telah diserahkan kepadawakif.Seluruh harta wakaf akan menjadi milik ummat Islam dan akan dipergunakan dengan seutuhnya untuk kemaslahatan ummat. Perguruan tinggi yang dulunya menyatu dengan surau setelah dilembagakan sebagai wakaf terbebas dari kontrol pendirinya atau yang mewakafkan.

Adalah sebuah tanda tirani apabila sebuah negara tidak mempercayai tokoh-tokoh pendidikan untuk melakukan tugas mereka tanpa memata-matai lembaga pendidikan. Dan benar-benar merupakan tanda-tanda kehancuran bila tokoh-tokoh pendidkan harus didekte oleh penguasa-penguasa politik, terhadap apa-apa yang harus diajarkan kepada murid dan bagaimana caranya menyelenggarakan urusan-urusan akademik.

Hukum Islam melarang pemanfaatan yayasan-yayasan wakaf untuk keuntungan suatu kelompok profesi (atau aliran pemikiran). Yayasan-yayasan ini, ketika dilembagakan, masih mungkin dibisniskan asalkan keuntungannya diperuntukkan bagi orang-orang miskin. Meskipun dibolehkan, hal semacam itu jarang dipraktikkan. Dengan demikian, wakaf dalam bentuk masjid, madrasah, rumah sakit, atau lembaga publik lainnya dapat dimanfaatkan untuk keuntungan para profesional yang terlibat di dalamnya, bukan untuk kepentingan suatu mazhab.

Harta wakaf sangat potensial mendukung kebebasan akademik, sehingga terhindar dari kepentingan penguasa, golongan mazhab, ataupun para pemberi wakaf, karena memberikan wakaf semata mengharapkan pahala serta mendekatkan diri kepada Allah swt. Kita tidak bisa menutup mata walaupun ada sebahagian pewakaf tidak mengharapkan pahala namun ingin kepentingan dunia atau suatu misi golongan serta kepentingan pribadi.

H. Prospek Wakaf Dalam Pendidikan Islam Moderen

Peranan wakaf sangat besar dalam menunjang pelaksanaan pendidikan. Dengan wakaf ummat Islam mendapatkan kemudahan dalam menuntut ilmu. Karena wakaf pendidikan Islam tidak terlalu menuntut banyak banyak biaya bagi pelajar-pelajar sehingga bagi mereka baik miskin atau kaya mendapat kesempatan yang sama, bahkan mereka, khususnya yang miskin, akan mendapatkan fasilitas-fasilitas yang luar biasa dan tidak putus-putusnya.Potensi wakaf tunai di Indonesia diperkirakan cukup besar. Musthafa Edwin Nasution mengatakan bahwa potensi wakaf tunai yang bisa dihimpun dari 10 juta penduduk muslim adalah sekitar Rp 3 triliun per tahun. Hal yang senada disampaikan pula oleh Dian Masyita Telaga. Potensi wakaf tunai yang bisa dihimpun di Indonesia mencapai Rp 7,2 triliun dalam setahun dengan asumsi jumlah penduduk muslim 20 juta dan menyisihkan Rp 1.000 per hari atau Rp 30.000 tiap bulannya. Sedemikian besarnya potensi yang dikandung, maka pengelolaan secara tekun, amanah, profesional dan penuh komitmen tentu akan mampu melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap utang luar negeri yang telah menggunung hingga kini. Dengan pengelolaan wakaf tunai, Indonesia tidak perlu lagi berutang kepada lembaga-lembaga kreditor multilateral sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunannya, karena dana wakaf tunai sendiri telah mampu melengkapi penerimaan negara di samping pajak, zakat dan pendapatan lainnya. Melalui berbagai pemikiran dan kajian, peran wakaf tunai tidak dalam pelepasan ketergantungan ekonomi dari lembaga-lembaga kreditor multilateral semata, instrumen ini juga mampu menjadi komponen pertumbuhan ekonomi.

Menurut data yang dihimpun Departemen Agama RI, jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai 2.686.536.656, 68 meter persegi (dua milyar enam ratus delapan puluh enam juta lima ratus tiga puluh enam ribu enam ratus lima puluh enam koma enam puluh delapan meter persegi) atau 268.653,67 hektar (dua ratus enam puluh delapan ribu enam ratus lima puluh tiga koma enam tujuh hektar) yang tersebar di 366.595 lokasi di seluruh Indonesia. Dilihat dari sumber daya alam atau tanahnya (resources capital) jumlah harta wakaf di Indonesia merupakan jumlah harta wakaf terbesar di seluruh dunia. Dan ini merupakan tantangan bagi kita untuk memfungsikan harta wakaf tersebut secara maksimal sehingga tanah-tanah tersebut mampu mensejahterakan umat Islam di Indonesia sesuai dengan fungsi dan tujuhan ajaran wakaf yang sebenarnya. Jumlah tanah wakaf di Indonesia yang begitu besar juga dilengkapi dengan sumber daya manusia (human capital) yang sangat besar pula. Hal ini karena, Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Oleh karena itu, dua modal utama yang telah dimiliki bangsa Indonesia tersebut semestinya mampu memfungsikan wakaf secara maksimal, sehingga perwakafan di Indonesia menajadi wakaf produktif dan tidak lagi bersifat konsumtif.

Belum lagi, potensi wakaf yang bersumber dari donasi masyarakat, atau yang biasa disebut wakaf uang (cash waqf). Jenis wakaf ini membuka peluang besar bagi penciptaan bisnis investasi, yang hasilnya dapat dimanfaatkan pada bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Wakaf jenis ini lebih bernilai benefit daripada wakaf benda tak bergerak, seperti tanah. Jika bangsa ini mampu mengoptimalkan potensi wakaf yang begitu besar itu, tentu kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat lebih terjamin.

Tim Penyusun buku Strategi Pengembangan Wakaf Indonesia (2004) mencatat telah ada usaha-usaha untuk membuat pembangunan wakaf secara produktif, meski belum maksimal. Dicontohkan, masjid-masjid dikawasan strategis dibangun di atasnya bangunan untuk aktivitas pertemuan, seminar, perkawinan, dan lain-lain. Misalnya saja Masjid Sunda Kelapa, Masjid Pondok Indah, Masjid At-Taqwa Pasar Minggu, di Jakarta. Selain itu tanah-tanah wakaf digunakan untuk aktivitas pertanian, kedai-kedai, bengkel. Kemudian, hasil kegiatan ini disalurkan untuk mengembangkan aktivitas pendidikan.

Menurut Ghaniem A. Alshaheen gerakan wakaf telah memberi manfaat bagi masyarakat. Banyak pembangunan dijalankan dengan cara memberi bantuan keuangan kepada pelajar miskin. Sesungguhnya masih banyak contoh lain, yang menunjukkan amalan wakaf dapat berhasil guna, manakala dilakoni dan dikelola dengan baik. Ketimpangan pendidikan, dengan alasan anggaran minim harus ditanggalkan dan ditinggalkan.

Aset yang dimaksudkan di sini mencakup berbagai jenis harta yang dapat menjadi objek wakaf seperti tanah, gedung, kebun, tanaman, maupun uang tunai. Dengan pengertian lain, wakaf dapat dikatakan sebagai pengalihan manfaat aset kekayaan atau harta dari hanya sebagai bahan konsumsi menjadi bahan produksi. Hasil produksi itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk kebutuhan-kebutuhan konsumtif umat.

Dengan demikian, wakaf dalam syariah Islam sebenarnya mirip dengan sebuah economic corporation di mana terdapat modal untuk dikembangkan yang keuntungannya digunakan bagi kepentingan umat. Yang lebih menjamin keabadian wakaf itu adalah adanya ketentuan tidak boleh menjual atau mengubah aset itu menjadi barang konsumtif, tetapi tetap terus menjadikannya sebagai aset produktif. Dengan kata lain, paling tidak secara teoritis, wakaf harus selalu berkembang dan bahkan bertambah menjadi wakaf-wakaf baru.

Maka tak heran kalau pemerintah Arab Saudi, misalnya, belakangan mulai menerapkan pengelolaan harta wakaf melalui sistem perusahaan atau corporation. Setelah berhasil dengan investasi harta wakaf dalam bentuk saham pada sebuah perusahaan pemborong dan bangunan yang menghasilkan keuntungan jauh berlipat ganda, Kementerian Wakaf Arab Saudi berencana akan mengembangkan pengelolaan wakaf dengan sistem perusahaan secara lebih luas.

Investasi harta melalui wakaf dalam tatanan Islam sebenarnya merupakan sesuatu yang sangat unik yang berbeda dengan investasi di sektor pemerintah (public sector) maupun sektor swasta (private sector). Begitu uniknya, sektor wakaf ini bahkan kadang-kadang disebut sebagai sektor ketiga (third sector) yang berbeda dengan sektor pemeritah dan sektor swasta.

Pengembangan harta melalui wakaf tidak didasarkan pada target pencapaian keuntungan bagi pemodal baik pemerintah maupun swasta tetapi lebih didasarkan pada unsur kebajikan (birr), kebaikan (ihsan) dan kerja sama. Oleh karenanya, agama menjanjikan pahala yang abadi bagi pewakaf (waqif) selama aset yang diwakafkannya masih bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Aset yang diwakafkan semestinya harus terus terpelihara dan berkembang. Hal itu terlihat dari adanya larangan untuk mengurangi aset yang telah diwakafkan (al-mal al-mawqif), atau membiarkannya tanpa diolah atau dimanfaatkan, apalagi untuk menjualnya. Artinya, harus ada upaya pemeliharaan, paling tidak terhadap pokok atau substansi wakaf dan terhadap daya produksinya, dan pengembangan yang terus menerus.

Menarik sekali kasus investasi wakaf mesjid yang dikembangkan di beberapa kota di Timur Tengah seperti Mekkah, Kairo dan Damaskus. Kemajuan di bidang teknologi bangunan yang memungkinkan perluasan gedung secara vertikal semakin menambah nilai tukar tanah wakaf. Akhirnya muncul pemikiran untuk meninjau ulang sejumlah wakaf tetap seperti mesjid yang pada waktu diwakafkan hanya terdiri dari satu lantai.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan.

Dari urai diatas dapat disimpulkan menjadi beberapa kesimpulan diantaranya adalah:

1. Imam Malik mengartikan wakaf sebagai harta benda yang diserahkan kepadawakif tetapi hak miliknya masih tetap , namun tidak boleh dijual belikan, dihibahkan dan diwariskan.

2. Dalam Islam hukum Wakaf adalah sunnah, karena pernah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Dan merupakan ibadah yang bercorak social ekonomi.3. Secara umum waqaf dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Wakaf sosial (khairy), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk kepentingan umum (kemashlahatan masyarakat).b. Wakaf keluarga (dzurri), yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberi manfaat kepada wakif, keluarganya dan keturunannya4. Waqaf merupakan salah satu sumber keuangan ummat Islam yang sangat potensial.5. Pada masa Islam klasik, banyak lembaga pendidikan yang jaya pada masanya dan dan bahkan hingga sekarang serta sukses dalam menjalankan kegiatan pembelajarannya sebab dana wakaf dari kaum muslimin.

6. Waqaf yang merupakan harta ummat dapat dipergunakan oleh semuanya dan sepanjang masa dan bertujuan untuk melindungi atau menjaga harta itu sendiri.

7. Jika dalam masa sekarang wakaf dapat lebih dimaksimalkan dan dioptimalkan, maka lewaat waqaf dapat menanggulangi biaya pendidikan dimasa yang akan dating dan bahkan mampu untuk membesarkan lembaga pendidikan Islam.8. Dengan adanya suntikan dana yang besar, maka segala kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan berjalan dengan sangat baik.

Nanang Fattah,Ekonomi dan Biaya Pendidikan,(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 77

Hasan Langgulung,Asas-Asas Pendidikan Islam,(Jakarta : Pustaka Al Husana, 1992), hal.138-139.

Said Sabiq, Fiqh Sunah, terj. Mudzakir (Bandung: Penerbit Almarif, 1986), jilid XIV, hal.148.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006Tentang Peradilan Agama

Said Sabiq, Fiqh Sunah, hal.148.

Mundzir Qahaaf, Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Penerbit Khalifa, 2005), hal. 161

Said Sabiq, Fiqh Sunah, hal. 156

Said Sabiq, Fiqh Sunah, hal. 646

Ahmad Syalaby,Sejarah Pendidikan Islam, terj. Mukhtar Yahya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), cet.1 hal. 382-383

Said Sabiq,Fikih Sunah hal.161-162

Ahmad Syalaby, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 374

M .Athiyah Al Abrasyi,Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 80

Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2007) , hal.93

Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia yang juga anggota Komisi Ekonomi Majlis Ulama Indonesia, terhitung dari tahun 2005-sekarang

Dosen aktif Departemen Manajemen dan Bisnis di Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

HYPERLINK "http://psmktsukabumi.blogspot.com/2010/07/potensi-wakaf-tunai-di-indonesia.html" http://psmktsukabumi.blogspot.com/2010/07/potensi-wakaf-tunai-di-indonesia.html. Diunduh pada sabtu 23 mei 2015, pukul 04:26

HYPERLINK "http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid" http://www.bwi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=80&Itemid. Diunduh pada sabtu 23 mei 2015, pukul 04:28