makalah zakat haji wakaf

52
MAKALAH AGAMA ISLAM ZAKAT, HAJI DAN WAKAF KELAS : X C OLEH KELOMPOK 5 : DIAH ANNISA APRILIA INDAH MIFTAHUL HUDA SYADILA SYAHRUL AXL MEVIA ABD MUH. CHANDRA SYAHPUTRA SITI HUTAMI TRI OKTAVIANTI 1

Upload: siti-hutami

Post on 13-Apr-2016

1.639 views

Category:

Documents


351 download

DESCRIPTION

makalah agama islam kelas 10 semester 2 bab 11

TRANSCRIPT

MAKALAH AGAMA ISLAM

ZAKAT, HAJI DAN WAKAF

KELAS :

X C

OLEH KELOMPOK 5 :

DIAH ANNISA APRILIA

INDAH MIFTAHUL HUDA

SYADILA SYAHRUL

AXL MEVIA ABD

MUH. CHANDRA SYAHPUTRA

SITI HUTAMI TRI OKTAVIANTI

1

Kata Pengantar :

Alhamdulilahi Rabbil Alamin, banyak rizki yang Allah telah berikan, namun hanya

sedikit yang kita ingat. Segala puji atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kami

kenikmatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah agama

Islam ini yang berjudul “Zakat, Haji dan Wakaf”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada sang mahkota alam Nabi

Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan beliaulah kita bisa mengetahui betapa

pentingnya ilmu pengetahuan sebagai bekal kita hidup di dunia dalam mencapai kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk

menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan

makalah selanjutnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada :

1. Pak Agus Salim, guru yang telah memberikan kami tugas dan juga kepada,

2. Anggota kelompok, yaitu : Diah Annisa, Siti Hutami T.O, Indah Miftahul, Syadila

Syahrul, Axl Mevia, Muh. Chandra S. Dan semua teman-teman yang telah

membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Palu, Februari 2016

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I LATAR BELAKANG.......................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. ZAKAT

B. HAJI

C. WAKAF

BAB III KESIMPULAN ................................................................................

KAMUS ISTILAH KATA PENTING...........................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

3

BAB I : LATAR BELAKANG

Memahami Islam tidak akan lengkap bila kita tidak mengetahui hukum-hukumnya.

Melalui hukumlah aturan yang berasal dari nilai-nilai Islam dapat dilaksanakan. Allah SWT

menerapkan syari’at bukan untuk memberatkan manusia , akan tetapi dibalik itu, orang-orang

yang mampu melaksanakan syariat dengan baik pasti akan mendapatkan kebahagiaan dan

kemulyaan hidup.

Dalam bab ini akan dibahas ibadah-ibadah yang menggunakan unsur harta yaitu :

zakat, haji dan wakaf. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menjamin keterlaksanaan

ibadah zakat, haji dan wakaf. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan undang-undang yang

mengatur zakat, haji dam wakaf dengan tujuan agar ibadah tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik, mensejahterkan masyarakat dan dapat memberdayakan potensi umat Islam

untuk kemaslahatan umat. 

BAB II : PEMBAHASAN

Memahami Islam tidak akan lengkap bila kita tidak mengetahui hukum-hukumnya.

Melalui hukumlah aturan yang berasal dari nilai-nilai Islam dapat dilaksanakan. Allah SWT

menerapkan syari’at bukan untuk memberatkan manusia , akan tetapi dibalik itu, orang-orang

yang mampu melaksanakan syariat dengan baik pasti akan mendapatkan kebahagiaan dan

kemulyaan hidup.

Dalam bab ini akan dibahas ibadah-ibadah yang menggunakan unsur harta yaitu :

zakat, haji dan wakaf. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk menjamin keterlaksanaan

ibadah zakat, haji dan wakaf. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan undang-undang yang

mengatur zakat, haji dam wakaf dengan tujuan agar ibadah tersebut dapat dilaksanakan

dengan baik, mensejahterkan masyarakat dan dapat memberdayakan potensi umat Islam

untuk kemaslahatan umat. 

A.    ZAKAT

Pengertian Zakat

Zakat adalah rukun ketiga dari rukun Islam. Secara  syari'ah, zakat merujuk pada

aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-

orang tertentu menurut ketentuan-ketentuan Al-Qur’an.

4

Zakat secara bahasa dapat berarti ”kesucian”, ”tumbuh atau berkembang”,dan dapat

berarti ”keberkatan”. Menurut istilah zakat ialah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan

oleh seseorang kepada yang berhak menerima (mustahik) dengan ketentuan dan syarat syarat

tertentu. Zakat mengandung arti kesucian, maksudnya jika harta itu dikeluarkan zakatnya,

maka harta yang dimiliki orang tersebut menjadi suci. Begitu pula orangnya juga menjadi

suci atau lepas dari dosa. Zakat mengandung arti tumbuh atau berkembang, maksudnya jika

zakat itu dilaksanakan dapat menjadikan suburnya harta yang dimilliki, maupun suburnya

bagi orang yang menerima. Zakat mengandung arti keberkatan,maksudnya jika zakat itu

dilaksanakan dapat memberi berkah terhadap harta itu sendiri, orang yang zakat (muzakki)

maupun  orang  yang menerima  zakat  (mustahik).

Zakat berbeda dengan pajak, menurut ahli fiqih pajak sama dengan jizyah yang berari

pajak pungut, membalas  jasa. Menurut istilah, pajak ialah kewajiban yang ditetapkan

terhadap wajib pajak yang harus disetorkan  kepada negara sesuai dengan ketentuan.

Selain zakat dan pajak ada dana yang bersifat kesosialan yaitu :

a) Infaq ialah memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada fihak lain yang

membutuhkan untuk membantu  meringankan  beban.

b) Hibbah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain atas dasar cinta kasih dan

tidak  mengharap balasan.

c) Sedekah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain dengan dasar mencari

keridhaan Allah swt.

d) Hadiah yaitu memberikan suatu barang kepada orang lain atas dasar prestasi.

Dasar Kewajiba Zakat.

Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya

[syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang

telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah,

seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an

dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang

dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia. Adapun dasar kewajiban

ialah firman Allah swt:

Artinya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan mensucikan harta dan mendo'akan untuk mereka. Sesungguh-nya do'a kamu itu

5

(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha

Mengetahui". ( At-Taubah : 103).

Dari ayat diatas ada beberapa masalah yang perlu dicatat yaitu :

a.    Kata  khudz  (ambilah) menunjukkan kata perintah yang maksudnya wajib.

b.    Zakat yang diambil itu dalam bentuk harta yang penjabarannya bisa bermacam-macam

seperti : emas, perak, dagangan, buah-buahan dan lain sebagainya.

c.    Zakat akan membawa keberuntungan bagi orang yang mengeluarkannya berupa

kebersihan mereka dari kekikiran, menimbulkan  ketentraman dan ketenangan jiwa bahkan

akan mendapatkan do'a dari mereka yang diberi zakat.

Adapun kewajiban melaksanakan pajak didasarkan kepada kemaslahatan umum yaitu sebagai

dasar untuk mewujudkan keadaan masyarakat yang sejahtera lahir batin.Kesejahteraan lahir

batin antara  lain didukung oleh tersedianya  kesejahteraan lahir dalam bentuk perlengkapan

hidup untuk dapat melaksanakan perintah Allah swt.

Macam-macam Zakat

a.    Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat pribadi yang wajib dikeluarkan setiap bulan ramadhan atau

sebelum idhul fitri berupa makanan pokok atau uang sebesar kadar yang diwajibkan. Zakat

fitrah boleh dibayarkan sejak awal ramadhan dan sunahnya dibayarkan sesudah sholat subuh

sebelum sholat Ied. Bila dibayarkan sesudah sholat Iedul fitri sebelum matahari tenggelam,

hukumnya makruh sedang bila dibayar sesudah matahari tenggelam hukumnya haram.Yang

wajib dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah berupa makanan pokok seperti beras, jagung dan

gandum sebesar 3,1 liter.

Zakat fitrah adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah. Berdasar hadits berikut,

Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. telah memfardhukan

(mewajibkan) zakat fitrah satu sha’ tamar atau satu sha’ gandum atas hamba sahaya, orang

merdeka, baik laki-laki maupun perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum

Muslimin; dan beliau menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat shalat

‘Idul Fitri.” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III :367 no:1503, Muslim II: 277 no:279/984 dan

6

986, Tirmidzi II : 92 dan 93 no: 670 dan 672, ‘Aunul Ma’bud V:4-5 no: 1595 dan 1596,

Nasa’i V:45, Ibnu Majah I: 584 no:1826)

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrahsebagai

pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan yang kotor, dan sebagai

makanan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum (selesai)

shalat ‘id, maka itu adalah zakat yang diterima (oleh Allah); dan siapa saja yang

mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah biasa, (bukan zakat fitrah).”

(Hasan : Shahihul Ibnu Majah no: 1480, Ibnu Majah I: 585 no: 1827 dan ‘Aunul Ma’bud V: 3

no:1594). 

Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah orang muslim yang merdeka yang sudah

memiliki makanan pokok melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya untuk sehari

semalam. Di samping itu, ia juga wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk orang-orang yang

menjadi tanggungannya, seperti isterinya, anak-anaknya, pembantunya, (dan budaknya), bila

mereka itu muslim. Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. pernah memerintah

(kita) agar mengeluarkan zakat untuk anak kecil dan orang dewasa, untuk orang merdeka dan

hamba sahaya dari kalangan orang-orang yang kamu tanggung kebutuhan pokoknya.”

(Shahih : Irwa-ul Ghalil no: 835, Daruquthni II:141 no: 12 dan Baihaqi IV: 161). 

b.    Zakat Maal

Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau

lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum

(syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti 'harta'.

Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

·         Milik penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan

mengeluarkan zakat.

·         Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila diusahakan.

·         Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai

dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan

untuk berinfaq atau bersedekah.

7

·         Lebih dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan

minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu

·         Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta

yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada waktu

yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.

·         Berlalu satu tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun

khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan

rikaz(barang temuan) tidak memiliki syarat haul.

Adapun harta (mal) yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah:

Emas, perak dan mata uang

Harta perniagaan

Hewan ternak

Buah-buhan dan biji-bijan

Barang tambang dan rikaz (harta terpendam)

Daftar nisob jenis harta dan besarnya zakat :

No Jenis Harta Nisonya Besarny

a Zakat

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Emas

Perak

Uang kontan

Harta

perniagaan

20 Dinar (" 93,6 gram)

200 Dirham (" 624

gram)

senilai  dengan harga

emas

senilai  dengan harga

emas

2,5 %

2,5 %

2,5 %

2,5 %

Zakatnya

dikeluarkan

setelah

semua sarat

terpenuhi

Adapun binatang ternak yang wajib dizakati adalah kambing, domba, kerbau, sapi dan

unta. Penghitungannya adalah sebagai berikut :

Ø  Kambing atau domba;

1) 40 – 120 ekor, zakatnya 1 ekor kambing berumur 1 tahun.

2) 121 – 200 ekor, zakatnya 2 ekor kambing berumur 2 tahun.

3) 201 – 300 ekor, zakatnya 3 ekor kambing berumur 2 tahun.

8

4) 301 ke atas, setiap bertambah 100 zakatnya bertambah 1 ekor kambing berumur 2

tahun.

5) Sapi atu kerbau;

6) 30 – 39 ekor, zakatnya 1 ekor berumur 1 – 2 tahun.

7) 40 – 59 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 1 – 2 tahun.

8) 60 – 69 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 1 – 2 tahun.

9) 70 – 79 ekor, zakatnya 2 ekor berumur 2 – 3 tahun.

10) 80 – 89 ekor, zakatnya 3 ekor berumur 1 – 2 tahun.

11) 89 ke atas,setiap bertambah 30 zakatnya bertambah 1 ekor.

Ø  Hasil pertanian;

Hasil pertanian seperti makanan pokok beras, jagung dan gandum, hasil perkebunan seperti

kurma, anggur dan semacamnya syarat zakatnya seperti wajib zakat emas dan perak.

Waktunya setelah selesai panen. Nisobnya kurang lebih 930 liter. Biaya hasil pertanian yang

ditanam dengan biaya yang cukup banyak, zakatnya 5 % , sedang bila ditanami tanpa biaya

zakatnya 10 %.

Ø  Rikaz (harta tependam);

Harta rikaz (harta terpendam seperti emas, perak dan semacamnya zakatnya 20 %.

Yang berhak menerima zakat.

Firman  Allah swt ;

Artinya : "Sesungguhnya zakat-zakat  itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang 

miskin, pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)  budak,

orang yang berutang,  untuk jalan  Allah, dan orang-orang  yang sedang dalam  perjalanan,

sebagai  suatu  ketetapan  yang  diwajibkan  Allah  dan Allah  Maha Mengetahui Lagi  Maha

Bijaksana ". (At-Taubah : 60)

Delapan asnaf yang berhak menerima zakat (mustahik) itu ialah :

Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta atau usaha, atau mempunyai harta dan 

usaha tetapi kurang dari  ½  kecukupannya dan tidak ada orang memberi belanja

kepadanya.

9

2)    Miskin yaitu orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak ½   kecukupan-

nya atau lebih tetapi tidak mencukupinya.

Amil yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedang dia tidak mendapatkan

upah selain zakat itu.

Muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya sehingga masih  memerlukan

bimbingan  dan pembinaan iman.

Riqob yaitu  hamba sahaya yang ingin merdeka. Dalam hal ini zakat dipergu nakan

untuk  menebus kepada majikannya.

Ghorim yaitu orang yang terlilit hutang sehingga berat sekali  untuk  membayar

padahal  hutang bukan untuk maksiat.

Sabilillah yaitu orang-orang yang berjuang di jalan Allah swt., atau menegakkan

agama Islam, seperti membangun Rumah Sakit, Masjid dan lainnya.

Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang sedang dalam perjalanan jauh  bukan  untuk

maksiat seperti belajar, haji dan lain sebagainya

Yang tidak berhak menerima zakat

·         Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang

yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).

·         Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.

·         Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami

(ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).

·         Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.

·         Orang kafir.         

Beberapa Faedah Zakat.

A. Faedah Diniyah (segi agama)

Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang

mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya,

akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam

ketaatan.

10

Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana

firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah"

(QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yangmuttafaq "alaih Nabi Shallallaahu

'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan

ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.

Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah

Muhammad SAW.

B. Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)

Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi

pembayar zakat.

Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut

kepada saudaranya yang tidak punya.

Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa

harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan

jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai

tingkat pengorbanannya.

Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

C. Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)

o Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para

fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di

dunia.

o Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat

eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah

satunya adalah mujahidin fi sabilillah.

o Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang

ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat

mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk

sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan

mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk

mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih

antara si kaya dan si miskin.

o Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas

berkahnya akan melimpah.

11

o Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena

ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak

pihak yang mengambil manfaat.

Hikmah Zakat

Hikmah dari zakat antara lain:

Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka

yang miskin.

Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i

yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk

Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan

Untuk pengembangan potensi ummat

Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam

Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi

ummat.

Zakat dalam Al Qur'an

·         QS (2:43) ("Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang

yang ruku'".)

·         QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar

dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:

"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang

(akibat dari) apa yang kamu simpan itu.")

·         QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang

tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan

delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya

(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik

hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).

Pengelolaan Zakat di Indonesia.

12

Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap masalah zakat ini, pemerintah mendirikan

BAZIS (Badan Amil Zakat dan Sedekah). Lembaga ini diharapkan mampu mendorong

profesinalisme dalam pengelolaan ZIS. Bagi umat Islam pengeloaan ZIS yang profesional

akan memberikan beberapa manfaat antara lain :

o   Pendistribusian ZIS  lebih terorganisir dan benar-benar akan sampai kepada yang berhak.

o    Pemerintah dapat melihat potensi masyarakat pembayar ZIS dan para penerimanya.

o   Masyarakat yang tidak mampu akan terbantu ekonominya

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38

Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Keputusan Menteri Agama RI no. 373 tahun 2003

dan Keputusan Dirjen Bimas Islam Urusan Haji no : D/291 tahun 2000 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Zakat.

Adapun isi dari UU Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat tersebut adalah :

 BAB I

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimkasud dengan :

1)    Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap

pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.

2)    Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang musli atau badan yang dimiliki

oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya.

3)    Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban

menunaikan zakat.

4)    Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat.

5)    Agama adalah agama Islam.

6)    Menteri adalah Menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi

bidang agama.

13

Pasal 2

Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki

oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.

Pasal 3

Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada

muzakki, mustahiq dan amil zakat.

BAB II

Pasal 5

Pengelolaan zakat bertujuan :

1)    meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan

tuntunan agama;

2)    meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

3)    meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

BAB III

Pasal 6

(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

(2) Pembentukan badan amil zakat :

a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri;

b. daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama 

propinsi;

c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor

departemen agama kabupaten atau kota;

d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.

BAB IV

14

Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah.

(2) Harta yang dikenai zakat adalah :

a. emas, perak dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. Hasil pertanian, perkebunan dan perikanan;

d. Hasil pertambangan;

e. Hasil peternakan;

f. Hasil pendapatan dan jasa;

g. tikaz

(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan

hukum agama.

Pasal 13

Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, shadaqah, wasiat waris dan

kafarat.

BAB V

Pasal 16

(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq

dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.

Gerakan zakat di Indonesia telah diberlakukan sebagai komponen pengurang

penghasilan sebelum dikenakan pajak. Pendirian Badan Amil Zakat Nasional dan

tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya Dompet Dhuafa pada

15

tahun 1993 merupakan gerakan masyarakat walau sebelumnya sudah ada lebih dulu Badan

Amil Zakat, Infak, dan Sedekah (BAZIS) DKI yang dikelola Pemda DKI. Kelahiran

lembaga-lembaga amil zakat profesional dan kiprahnya yang semakin masif di masyarakat

selanjutnya mendorong lahirnya FOZ (forum zakat)yang merupakan asosiasi lembaga-

lembaga zakat di Indonesia. Saat ini muncul nama-nama lembaga yang dikenal di masyarakat

seperti Dompet Dhuafa, PKPU, Rumah Zakat Indonesia, DPU Daarut Tauhiid, YDSF, Al

Azhar, dan lainnya. Paralel dengan gerakan mewujudkan terbentuknya Dewan Zakat

Internasional yang akan mempelopori pembentukan Baitul Mal Internasional ini berawal

melalui diselenggarakannya Konferensi Zakat Asia Tenggara di Kuala Lumpur tahun 2006

yang didukung oleh lembaga-lembaga zakat dari 4 negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam mengeluarkanDeklarasi Zakat mengenai

berdirinya Dewan Zakat MABIMS dengan Indonesia sebagai sekretariatnya kemudian

disusul dengan Konferensi Zakat Internasional pertama tahun 2007 di Kuala Lumpur dan

selanjutnya Konferensi Zakat Internasional kedua tahun 2008 yang diselenggarakan

di Padang.

B.       HAJI

Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan

puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan

kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan

melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang

dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang

bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Haji menurut bahasa artinya menyengaja .(القصد) Menurut istilah haji ialah

menyengaja berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk melakukan beberapa perbuatan antara

lain wukuf, thowaf, sa'i dan amalan-amalan lain pada waktu tertentu dengan syarat dan rukun

tertentu demi  memenuhi  panggilan Allah swt, dan mengharap ridhoNya.  Allah swt, 

berfirman :

سبيال إليه استطاع من البيت حج اس الن على عمران[ - ولله أل ]97 سورة

Artinya : "Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang

sanggup  mengadakan perjalanan ke Baitullah ". (Ali Imron : 97)

16

1.    Syarat Haji

Haji diwajibkan atas orang yang kuasa dan mampu, satu kali dalam seumur hidupnya. 

Adapun  syarat wajib haji adalah :

a. Islam

b. Baligh (dewasa), anak-anak tidak wajib.

c. Berakal sehat.

d. Merdeka (bebas, sedang tidak dalam  tahanan).

e. Mampu (istitho'ah)

            Yang dimaksud dengan mampu disini adalah :

-    Mempunyai bekal yang cukup untuk perjalanan pergi dan pulang serta bekal bagi keluarga

yang  ditinggalkan.

-    Aman dalam perjalanan.

-    Bagi perempuan hendaklah dengan muhrimnya, suami atau wanita lain yang dapat 

dipercaya. Rasulullah saw,  bersabda :

محرم ذى مع إال المرأة ) التسافر البخاري( رواه

Artinya : "Janganlah seorang wanita bepergian kecuali beserta muhrimnya". (HR. Bukhori)   

-    Sehat badan. Orang yang sakit atau sudah tua kewajiban haji boleh  digantikan  orang lain 

dengan biaya  orang tersebut.

2.    Rukun Haji.

Di dalam haji rukun dibedakan dengan wajib. Rukun haji adalah perbuatan-perbuatan yang

apabila tidak dikerjakan maka batal ibadah hajinya dan harus diulang. Sedang wajib haji

adalah suatu perbuatan yang wajib dikerjakan tetapi syahnya haji tidak tergantung kepadanya,

dan apabila tidak dikerjakan wajib diganti dengan dam (denda). Adapun yang termasuk rukun

haji adalah sebagai berikut :

a.    Ihrom, yaitu niat mulai mengerjakan ibadah haji/umroh dengan berpakaian ihrom.

17

b.    Wukuf, yaitu berdiam dipadang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai

tergelincirnya matahari pada tanggal 9 dzulhijjah sampai terbit fajar pada tanggal 10 

dzulhijjah.

c.    Thawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali. Adapun syarat-syarat thawaf adalah

sebagai berikut:

                        1). Suci dari hadats dan najis.

                        2). Menutup aurot

                        3). Hendaklah sempurna 7 kali putaran.

                        4). Dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad.

                        5). Hendaklah Ka'bah selalu disebelah kiri orang yang thowaf.

                        6). Hendaklah thawaf itu diluar Ka'bah tetapi masih di dalam Masjid.  

               Macam-macam  Thawaf :          

q  Thawaf Qudum, yaitu thawaf yang dilakukan ketika baru datang. (sebagai tahiyatul 

masjid).

Thawaf  Ifadhah, yaitu thawaf yang merupakan rukun haji.

Thawaf  Wada', yaitu thawaf ketika akan pulang ke tanah air.

Thawaf Tahallul, yaitu thawaf yang dilakukan untuk melepaskan diri dari yang

diharamkan karena ihrom.

Thawaf Nadzar, yaitu thowaf karena nazdar.

Thawaf Sunat. 

Adapun bacaan ketika thawaf adalah sebagai berikut :

, باالله إال قوة وال الحول أكبر والله الله إال والإله والحمد لله الله ) سبحان ماجه( إبن رواه

Artinya : "Maha  Suci Allah, segala  Puji  bagi  Allah,  tidak  ada Tuhan  selain Allah,  Allah

Maha Besar, tidak  ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah".  (HR. Ibnu 

Majah)

d.    Sa'i, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan Marwah.

18

Syarat-syarat sa'i adalah sebagai berikut :

§ Dimulai dari bukit Shofa dan di akhiri dibukit Marwah.

§ Dilakukan sebanyak 7 kali. Dari Shofa ke Marwah dihitung sekali dan sebaliknya  dari

Marwah  keShofa juga dihitung sekali.

§ Dilakukan sesudah thawaf.

e.    Mencukur/Menggunting rambut.

Mencukur rambut berfungsi sebagai tahallul (penghalalan) terhadap  beberapa hal yang

diharamkan selama ihrom. Mencukur rambut sekurang-kurangnya 3  helai.

3.    Wajib Haji.

Wajib haji adalah hal-hal yang harus dilakukan dalam mengerjakan haji dan bila 

ditinggalkan tetap syah hajinya tetapi wajib membayar dam (denda). Hal-hal yang termasuk

wajib haji adalah :

a.    Ihrom dari miqot.

Miqot  adalah  batas tempat dan waktu untuk melakukan ihrom ( niat haji ). Miqot dibagi

menjadi  dua macam :

o   Miqot Zamani yaitu batas atau ketentuan waktu mulai mengerjakan ibadah haji.  Miqot

zamani mulai awal bulan syawal sampai  terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.

o   Miqot Makani yaitu tempat memulai ihrom bagi yang akan mengerjakan haji/ 

umroh.Untuk jamaah haji dari Indonesia mulai ihromnya dari Bandara King Abdul Azis

Jeddah bagi yang langsung menuju Makkah, dan mulai dari Bir Ali  bagi yang menuju

Madinah lebih dahulu.

b.    Bermalam di Musdalifah.

Yaitu sesudah terbenam matahari tanggal 9 dzulhijjah (setelah wukuf). Kemudian sholat

maghrib dan isak dijamak qosor. Disini bisa mengambil kerikil sebanyak 49 buah atau 70

buah.

c.    Bemalam di Mina.

19

Pada tanggal 11, 12, atau 13  wajib bermalam di Mina.

d.    Melontar Jumrah Aqobah.

Dilakukan sebanyak 7 kali pada tanggal 10 dzulhijjah kemudian melakukan tahallul awal

dengan mencukur rambut, sehingga seluruh larangan ihrom menjadi gugur kecuali menggauli

istri.

e.    Melontar  Jumrah Ula, Wustha dan Aqobah.

Dilakukan  pada  tanggal 11, 12, 13 dzulhijjah (masing-masing 7 kali). Boleh melontar pada

tanggal 11,12 saja kemudian kembali ke- Makkah dan ini dinamakannafar awal. Bagi yang

pada tanggal 13 masih di Mina diharuskan melontar jumrah lagi dan ini dinamakan nafar

tsani.

f.     Menjauhkan dari hal-hal yang diharamkan selama ihrom.

g.    Thawaf Wada'.

            Adapun larangan-larangan ihrom haji dan umroh adalah :

            1). Bagi laki-laki dilarang berpakaian berjahit.

            2). Bagi laki-laki dilarang menutup kepala.

            3). Bagi wanita dilarang menutup muka dan telapak tangan.

4). Bagi laki-laki maupun perempuan dilarang memakai harum-haruman selama  ihrom baik

badan atau pakaian kecuali sebelum ihrom malah dianjurkan.

5). Dilarang memotong rambut atau bulu badan lain, dan juga dilarang memakai  minyak

rambut.

            6). Dilarang meminang, menikah, menikahkan, atau menjadi  wali.

            7). Dilarang bersetubuh atau pendahulunya.

            8). Dilarang membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan.

            ad. g. Thawaf  Wada' ( thawaf pamitan ).

4.   Sunat Haji   

20

a.    Membaca Talbiyah. Bagi laki-laki dengan suara nyaring dan bagi perempuan cukup di

dengar sendiri. Waktunya sejak mulai ihrom sampai melontar jumrah aqobah. Adapun lafal

talbiyah adalah sebagai berikut :

, , لك شريك ال والملك لك عمة والن الحمد إن يك لب لك شريك ال يك لب يك لب هم الل يك رواه( لب

( مسلم و البخارى

Artinya: "Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah  aku memenuhi panggilan-Mu, tiada

sekutu  bagi-Mu, sesungguhnya segala puji dan nikmat bagi-Mu, bagi-Mulah segala

kekuasaan,  tiada sekutu bagi-Mu". (HR.  Bukhori dan Muslim)

b.    Membaca sholawat dan berdo'a sesudah membaca talbiyah.

c.    Membaca dzikir sewaktu thawaf. Lafal dzikirnya adalah :

ار الن عذاب وقنا حسنة اآلخرة وفي حسنة الدنيا في آتنا نا     رب

d.   Sholat dua rokaat sesudah thawaf.

e.   Masuk ke Ka'bah.

5.   Cara Mengerjakan Haji.

            Ada 3  cara mengerjakan haji yaitu :

1) (1). Ifrod, yaitu mengerjakan haji dan umroh dengan cara mendahulukan haji dari

pada umroh. Yakni ihrom diteruskan haji, kemudian ihrom lagi untuk umroh. Cara ini

yang terbaik dan bebas dari  dam (denda).

2) (2). Tamatuk, yaitu mengerjakan haji dan umroh dengan cara mendahulukan umroh

dari pada haji. Yakni  ihrom dulu diteruskan umroh kemudian ihrom lagi untuk haji.

Cara ini terkena dam (denda).

3) (3). Qiron, yaitu mengerjakan haji dan umroh secara bersama. Jadi sekali ihrom dalam

waktu haji untuk menunaikan haji dan umroh sekaligus. Cara ini juga terkena dam.

6.   Dam  (denda) Dalam Haji.

Dam adalah denda yang wajib dilaksanakan oleh orang yang selama menunaikan haji dan 

umroh,  melanggar larangan haji atau meninggalkan wajib haji.

a.    Dam karena bersenggama  dalam keadaan ihrom sebelum tahallul pertama :

21

Menyembelih seekor unta atau lembu, atau 7 ekor kambing.

Bila tidak menyembelih, ia wajib bersedekah kepada fakir miskin berupa makan

seharga unta/lembu.

Bila tidak sanggup, ia harus berpuasa sebanyak harga unta dengan perhitungan setiap

satu mud (+ 0,8 kg.) daging tersebut ia harus berpuasa satu hari.

b.    Dam karena melanggar salah satu larangan haji sebagai berikut : mencukur rambut,

memotong kuku, memakai pakaian berjahit (bagi laki-laki), memakai minyak rambut,

memakai wangi-wangian, bersenggama sesudah tahalul pertama, maka dendanya memilih

salah satu diantara 3 hal yaitu:

-   Menyembelih seekor kambing.

-   Puasa 3 hari.

-   Bersedekah 3 gantang (9,3 liter) makanan kepada 6 orang fakir miskin.

c.    Dam karena melaksanakan haji Tamatuk atau Qiron. Dendanya adalah sebagai berikut:

·   Menyembelih seekor kambing.

·   Jika tidak  mampu ia  wajib  puasa 10 hari, 3 hari dikerjakan di tanah suci  dan 7 hari

dikerjakan di tanah  air.

d.    Dam karena meninggalkan salah satu wajib haji. Dendanya sama dengan melakukan 

haji  Tamatuk atau Qiron

e.    Dam karena berburu atau membunuh binatang buruan. Dendanya memilih  salah satu

diantara 3 hal :

1) Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang dibunuh.

2) Bersedekah kepada fakir miskin seharga binatang tersebut.

3) Puasa sebanyak harga binatang tersebut, setiap satu mud wajib berpuasa 1 

8.   Hikmah Haji

Dapat menambah dan memperkuat iman dan taqwa kepada Allah swt, sebab haji  dan 

umroh  memerlukan fisik yang  kuat.

Dapat memberi pelajaran dan pendorong kaum muslimin untuk berkorban.

22

Memperkuat ukhuwah islamiyah antara sesama umat Islam dari berbagai penjuru

dunia.

Dapat menjadi forum muktamar umat Islam seluruh dunia untuk membahas dan 

memecahkan permasalahan kaum muslimin.

Dapat mengenal tempat-tempat bersejarah seperti Ka'bah, Sofa, Marwa, Sumur Zam-

zam  Mekah, Arofah, Madinah, Makam Nabi saw, dan lain-lain.

Penyelenggaraan Haji dan Umroh di Indonesia.

Penyelenggaraan ibadah Haji di Indonesia diatur oleh Undang-undang Nomor 13 Tahun

2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

BAB I. KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Ayat 1. Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur

hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya.

Ayat 2. Penyelenggaraan Ibadah Haji adalah rangkaian kegiatan pengelolaan pelaksanaan

Ibadah Haji yang meliputi pembinaan, pelayanan, dan perlindungan Jemaah Haji.

Ayat 3. Jemaah Haji adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan telah

mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Ayat 7. Komisi Pengawas Haji Indonesia, yang selanjutnya disebut KPHI, adalah lembaga

mandiri yang dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Ayat 8. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang selanjutnya disebut BPIH, adalah sejumlah

dana yang harus dibayar oleh Warga Negara yang akan menunaikan Ibadah Haji.

Ayat 11. Paspor Haji adalah dokumen perjalanan resmi yang diberikan kepada Jemaah Haji

untuk menunaikan Ibadah Haji.

Ayat 16. Ibadah Umrah adalah umrah yang dilaksanakan di luar musim haji.

Ayat 17. Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut DAU, adalah sejumlah dana yang

diperoleh dari hasil pengembangan Dana Abadi Umat dan/atau sisa biaya operasional

23

Penyelenggaraan Ibadah Haji serta sumber lain yang halal dan tidak mengikat.

Ayat 18. Badan Pengelola Dana Abadi Umat, yang selanjutnya disebut BP DAU, adalah

badan untuk menghimpun, mengelola, dan mengembangkan Dana Abadi Umat.

BAB II. ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Penyelenggaraan Ibadah Haji dilaksanakan berdasarkan asas keadilan, profesionalitas, dan

akuntabilitas dengan prinsip nirlaba.

Pasal 3

Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan

perlindungan yang sebaikbaiknya bagi Jemaah Haji sehingga Jemaah Haji dapat

menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.

BAB III. HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4

(1) Setiap Warga Negara yang beragama Islam berhak untuk menunaikan Ibadah Haji dengan

syarat:

a) berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah; dan

b) mampu membayar BPIH.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan Peraturan Menteri.

Pasal 5

Setiap Warga Negara yang akan menunaikan Ibadah Haji berkewajiban sebagai berikut:

a) mendaftarkan diri kepada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji kantor Departemen

Agama kabupaten/kota setempat;

b) membayar BPIH yang disetorkan melalui bank penerima setoran; dan

c) memenuhi dan mematuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku dalam

Penyelenggaraan Ibadah Haji.

24

Pasal 6

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan

menyediakan layanan administrasi, bimbingan Ibadah Haji, Akomodasi, Transportasi,

Pelayanan Kesehatan, keamanan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh Jemaah Haji.

Pasal 7

Jemaah Haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam

menjalankan Ibadah Haji, yang meliputi:

a) pembimbingan manasik haji dan/atau materi lainnya, baik di tanah air, di perjalanan,

maupun di Arab Saudi;

b) pelayanan Akomodasi, konsumsi, Transportasi, dan Pelayanan Kesehatan yang

memadai, baik di tanah air, selama di perjalanan, maupun di Arab Saudi;

c) perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia;

d) penggunaan Paspor Haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan

Ibadah Haji; dan

e) pemberian kenyamanan Transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab

Saudi, dan saat kepulangan ke tanah air.

BAB IV. PENGORGANISASIAN

Pasal 11

(1) Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah

yang memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi.

(2) Dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri menunjuk petugas yang

menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas:

a. Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI);

b. Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI); dan

C.       WAKAF

25

Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang secara ekplisit

tidak memiliki rujukan dalam kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, ulama telah melakukan

identifikasi untuk mencari “induk kata” sebagai sandaran hukum. Hasil identifikasi mereka

juga akhirnya melahirkan ragam nomenklatur wakaf yang dijelaskan pada bagian berikut.

       Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit dalam al-

Quran dan sunah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah

untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan). Dasarnya adalah firman Allah

berikut :

تفلحون لعلكم الخير وافعلوا...dan berbuatlah kebajikan agar kamu memperoleh kemenangan”

Imam Al-Baghawi menafsirkan bahwa peerintah untuk melakukan al-khayr berarti perintah

untuk melakukan silaturahmi, dan berakhlak yangbaik.     SementaraTaqiy al-Din Abi Bakr

Ibn Muhammad al-Husaini al-Dimasqi menafsirkan bahwa perintah untuk melakukan al-

khayr berarti perintah untuk melakukan wakaf. Penafsiran menurut al-Dimasqi tersebut

relevan (munasabah) dengan firman Allah tentang wasiyat.

واالقربين للوالدين الوصية خير ترك ان الموت احدكم حضر ادا عليكم حقا  كتب بالمعروف

المتقون على

              “Kamu diwajibkan berwasiat apabila sudah didatangi (tanda-tanda) kematian dan jika

kamu meninggalkan harta yang banyak untuk ibu bapak dan karib kerabat dengan acara

yang ma’ruf; (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang takwa.”

                     Dalam ayat tentang wasiat, kata al-khayr diartikan dengan harta benda. Oleh karena itu,

perintah melakukan al-khayr berarti perintah untuk melakukan ibadah bendawi. Dengan

demikian, wakaf sebagai konsep ibadah kebendaan berakar pada al-khayr. Allah

memerintahkan manusia untuk mengerjakannya.

Pengertian Wakaf

       Menurut bahasa Wakaf berasal dari waqf yang berarti radiah (terkembalikan), al-tahbis

(tertahan), altasbil  (tertawan) dan al-man’u (mencegah).[ disebut pula dengan al-habs (al-

ahbas, jamak). Secara bahasa, al-habs berarti al-sijn (penjara), diam, cegah, rintangan,

halangan, “tahanan,” dan pengamanan. Gabungan kata ahbasa (al-habs) dengan al-mal

(harta) berarti wakaf (ahbasa al-mal).

       Penggunaa kata al-habs dengan arti wakaf terdapat dalam beberapa riwayat. Yaitu :

26

 Pertama, dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibn ‘Umar yang menjelaskan bahwa

Umar Ibn al-Khatab datang kepada Nabi saw. Meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya

di Khaibar. Nabi saw. Bersabda:

بها وتصدقت اصلها حبست شئت ان“Bila engkau menghendaki, tahanlah pokoknya dan sedekahkanlah hasinya (manfaatnya)!”

Kedua, dalam hadits riwayat Ibn Abbas (yang dijadikan alasan hukum oleh Imam Abu

Hanifah) dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda :

الله فوائض الحبسعن“Harta yang sudah berkedudukan sebagai tirkah (harta pusaka) tidak lagi termasuk benda

wakaf.”

       Dalam hadits dikatakan bahwa wakaf disebut dengan sedekah jariah (shadaqat jariyah)

dan al-habs (harta yang pokoknya dikelola  dan hasilnya didermakan). Oleh karena itu,

nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab haditas dan fiqih tidak seragam.. Al-Syarkhasi dalam

kitab al-Mabsuth, memberikan nomenklatur wakaf dengan Kitab al-waqf, Imam Malik

menuliskannya dengan nomenklatur Kitab Habs wa al-Shadaqat, Imam al-Syafi’I dalam al-

Umm memberikan nomenklatur wakaf dengan al-Ahbas, dan bahkan Imam Bukhari

menyertakan hadits-hadits tentang wakaf dengan nomenklatur Kitab al-Washaya. Oleh

karena itu secara nomenklatur wakaf ddisebut dengan al-ahbas, shadaqat jariyat, dan al-

waqf.

       Secara normative idiologis dan sosiologis perbedaan nomenklatur wakaf tersebut dapat

dibenarkan, karena landasan normative perwakafan secara eksplisit tidak terdapat dalam al-

Quran atau al-Sunna dan kondisi masyarakat pada waktu itu menuntut akan adanya hal

tersebut. Oleh karena itu, wilayah Ijtihad dalam bidang wakaf lebih besar dari pada wilayah

Tauqifi-Nya.

Ketiga, sebab nuzul (salah satu ayat) dalam surat an-nisaa’ dalam penjelasan Imam Syuraih

adalah bahwa:

الحبس يبيع محمد جاء“Nabi Muhammad saw. menjual benda wakaf.”

Menurut Istilah, wakaf berarti :

به االنتفاع يمكن مال موجد  حبس مباح مصرف على رقبته فى التصرف يقطع عينه بقاء مع ]

27

“Penahanan harta yang memungkinkan untuk dimanfaatkan desertai dengan kekal zat/benda

dengan memutuskan (memotong) tasharruf (penggolongan) dalam penjagaannya atas

Mushrif (pengelola) yang dibolehkan adanya.

       Atas dasar sejumlah riwayat tersebut, nomenklatur wakaf dalam kitab-kitab hadits dan 

fikih tidaklah seragam. Al-Syarkhasi dalam kitab al-Mabsut memberikan nomenklatur wakaf

dengan al-Wakaf, Imam al- Syafi’i dalam al-Um memberikan nomenklatur wakaf dengan al-

Ahbas, dn bahkan Imam Bukhari menyertakan hadits-hadits tentang  wakaf dengan

nomenklatur Kitab al-Washaya. Oleh karena itu, secara teknis, wakaf disebut dengan al-

ahbas, shadaqah jariyah, dan al-wakaf

       Keragaman nomenklatur wakaf terjadi karena tidak ada kata wakaf yang eksplisit dalam

Al-Quran dan hadits. Hal ini menunjukan bahwa wilayah ijtihad dalam bidang wakaf lebih

besar dari pada wilayah tawqifi.

A.     Ayat-ayat al-Quran  yang berkaitan dengan Wakaf

Seperti telah diuangkapkan di muka,  bahwa secara eksplisit tidak ditemukan ayat al-Quran

yang mengatur tentang wakaf, namun secara implisit cukup banyak ayat-ayat yang  bisa jadi

dasar hukum tentang wakaf, yaitu beberapa ayat   tetang infak diantaranya :

1.      Qur’an : al Hajj :  77

( امنوا الدين واسجدوا  يايها اركعوا )  ( الحيوانية توضع الى االنسانية قيام تكبر من ارجعوا اىالنباتية )   ودلة ربكم ( به  واعبدوا كلفكم ما لوجهه  بسائر ) خالصا الخير ( ومندوبا  وافعلو واجبا

احوالكم جميع فى تعالى الله الى )  واتوجهوا تفلحون ( الجنة  لعلكم بنعيم لتضفروا اىافعلوا  اى

بها  هده راجعون وانتم متيقنين  كلها غير الفالحWahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan

berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung.

2.      Qur’an : al Baqarah : 261

( بل سنا سبع انبتت حبت كمثل الله سبيل فى امولهم ينفقون الدين سفة  ( مثل صدقاة  اى

ينفقون بل  الدين سنا سبع اخرجت حبة كصفة الله دين فى لهم الدين  اموا مثل المعنى او

زراع  ينفقون كمثل والنفل الوجب من الخيرات وجوه فى منه  اموالهم تشعب ساقا اخرجث

سنبلة منها واحدة كلى فى شعب الدرة ( )  سبع فى دلك يشاهد كما حبة مائة سنبلة كلى فى

دلك من اكثر فيهما بل يضعف ( ) والدخن دلك  والله يشاء (  فوق ما   )  لمن عليه اليضيق على

التضعيف من به سع ( ) يتفضل وا التضعيف  والله من به يتفضل ما عليه يضيق ال عليم ( ) ائ

ىالمضاعفة يستحق وبمن المنفق بنية28

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di

jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-

tiap butir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.

Dan Allah Maha luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

3.      Qur’an  Ali Imran : 92

تحبون مما تنفقوا حتى الير تنالوا عليم  لن به الله فان شيء من تنفقوا وماKamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu

menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka

sesungguhnya Allah mengetahuinya. 

ثناه جل بدلك يعنى حعفر ابو المومنون :  قال ايها تدركو لن , تفضله : ودلك منه ويرجونه له تهم وعباد اياه بطاعتهم منه يطلبونه الدى الله من البر وهو البر

, عنهم عدابه وصرف جنة بادخالهم .عليهم

: شريك عن وكيع حدثن قال كريب ابو قوله : حدثن في ميمون بن عمرو عن اسحاق ابى عن

, ألجنة فل البر تنالوا .لنربكم : : جنة المومنون ايها تنالوا لن الكالم فتاويل جعفر ابو قال

نفيس : من لكم نكون ان وهوون تحبون مما تتصدقوا حتى يقول تحبون مما تنفقوا حتى

اموالكم

       Kutipan Al-Quran surat Ali Imran ayat 92 tersebut benar-benar menyentuh. Ternyata

menafkahkan harta yang kita cintai merupakan salah satu jalan sekaligus syarat untuk

menyempurnakan semua kebajikan lain yang sudah, sedang, dan akan kita lakukan. Bisa jadi

seseorang telah banyak berbuat baik. Tampaknya  dengan menafkahkan sebagian hak milik

yang sangat dicintai untuk perjuangan di jalan Allah, barulah akan sampai kepada

kebajikan/keshalehan yang sempurna.

       Sabab Nuzul ayat tersebutadalah, Seperti diterangkan dalam hadits Nabi yang

diriwayatkan oleh Imam Buchori, Muslim, Tarmidzi, dan An-Nasa’i, yang diterima dari Anas

bin Malik, Beliau menrangkan :

       Abu Tholhah diantara salah seorang Sahabat Nabi yang paling banyak memiliki kebun

kurmanya di Madinah, salah satunya kebun kurma Bairuha, kebun tersebut berhadapan

dengan Masjid tempat Nabi sembahyang dan Nabi sering keluar masuk memakan kurma

tersebut dan meminum airnya yang harum.

       Ketika turun ayat tersebut (Ali Imran : 92)  Tholhah langsung mendatangi Rasull lalu ia

berkata, :Ya Rasulullah, sesungguhnya kekayaan yang sangat kucintai yaitu kebun kurma

29

Bairuha, karena ada perintah dari Allah melalui ayat tadi, kusedekahkan bairuha ini

kepadamu Ya Rasulullah.

       Mendengar ucapan Abu Tholhah, Rasulullah berkata, wahai Tholhah sungguh engkau

beruntung, kebun kurma itu membawa keberuntungan, kalau begitu alangkah baiknya

disedekahkan kebun kurma itu kepada karib kerabatmu. Timpal Abu Tholhah, ya Rasulullah

akan kusedekahkan harta itu sesuai dengan petunjukmu Ya Rasulullah.

       Kemudian dalam Riwayat Abi Hatim dari Muhammad bin Al-Munkodir, beliau berkata,

bahwa ketika turun ayat Ali Imran ke 92, datang sahabat Zaid bin Haritsyah membawa seekor

kuda yang bernama Sibul, Zaid tidak memiliki lagi kekayaan lain selain kuda itu.

       Beliau berkata, Ya Rasulullah saya datang akan menyerahkan kuda ini untuk

kepentingan agama, Rasull menjawab “Aku menerima sedekahmu” wahai Zaid.

       Selanjutnya oleh Rasulullah ditunggangkan diatas punggung kuda itu Usamah bin Zaid

anaknya Zaid, lantas Rasull melihat muka Zaid agak muram masih merasa berat hati

melepaskan kuda kesayangannya.

Namun Rasulullah melanjutkan perkataannya. Sesungguhnya Allah telah menerima sedekah

engakau Zaid.

     Pemahaman konteks atas ajaran wakaf juga diambilkan dari beberapa hadits Nabi yang

menyinggung masalah shadaqah jariyah, yaitu :

هريرة ابى ثلث :  عن من اال عمله انقطع ادم ابن مات ادا قال سلم و عليه صلى الله رسول ان

جارية يدعوله  صدقة صالح ولد او به ينتفع علم مسلم ( ) او رواهDari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : “Apabila anak Adam

(manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara:

Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya”.

(HR. Muslim)

Penafsiran shadaqah jariyah dalam hadits tersebut dikataakan asuk dalam pemebahasan

wakaf, seperti yang diuangkapkan seorang Imam

بالوقف الجارية الصدقة العلماء فسر النه الوقف باب دكرهHadit tersebut dikemukakan di dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan shadaqah

jariyah dengan wakaf.

Hadits Nabi yang secara tegas menyinggung dianjurkannya ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi

kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di Khaibar :

30

بخيبر ارضا اصاب الخطاب بن عمر ان عنهما الله رضى عمر ابن الله  عن صلى النبي فئاتى

فيها يستئامره وسلم اصب :  عليه لم بخيبر ارضا اصبت انى الله رسول يا انفس  فقال قط ماال

منه به  عندى تئامرنى يوهب :  فما وال يباع ال انه عمر بها فتصدقت اصلها حبست شئت ان  قال

يرث الرقاب  وال وفى القربى وفى الفقراء فى بها السبيل  وتصدق وابن الله سبيل وفى

متمول غير ويطعم المعرف با منها ياكل ان وليها من على الجناح مسلم ( ) والضيف رواهDari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh sebidang tanah d

Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah untukm memohon petunjuk Umar berkata :

Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah

mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan kepadaku ? Rasulullah

menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya) ntanah itu, dan kamu sedekahkan

(hasilnya). Kemudian Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat,

budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi 

yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara yang baik

(sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta (HR. Muslim).

Pada sabda Nabi yang lainnya disebutkan :

وسلم : عليه الله صلى للنبي عمر قال قال عمر ابن ماال  عن اصب لم بخيبر لى سهم مائة ان

بها اتصدق ان اردت قد منها الي اعجب ثمرتها :  قط وسبل اصلها احبس صلعم النبي  فقال

مسلم( و ألبخارى رواهDari Ibnu Umar, ia berkata : “Umar mengatakan kepada Nabi Saw, saya mempunyai 

seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya

kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya. Nabi Saw mengatakan kepada

Umar : Tahanlah (jangan jual, hibahkan dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan jadikan

buahnya sedekah untuk sabilillah” (H.R. Bukhari dan Muslim).

       Bertitik tolak dari beberapa ayat al-Quran dan hadits Nabi yang menyinggung tentang

akaf tersebut nampak tidak terlalu tegas. Karena itu sedikit sekali hukum-hukum wakaf yang

diterapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Sehingga ajaran wakaf ini diletakan pada

wilayah yang bersifat ijtihadi, bukan ta’abudi, khususnya yang berkaitan dengan aspek

pengelolaan, jenis wakaf, syarat, peruntukan dan lain-lain.

       Meskipun demikian, ayat al-Quran dan Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi

pedoman para ahli fikih Islam. Sejak masa Khulafaur Rasyidun sampai sekarang, dalam

membahas dan mengembangkan hukum-hukum wakaf dengan menggunakan metode

penggalian hukum (ijtihad) mereka. Sebab itu sebagian besar hukum-hukum wakaf dalam

31

Islam ditetapkan sebagai hasil ijtihad, dengan menggunakan metode ijtihad seperti qiyas,

maslahah mursalah dan lain-lain.

       Oleh karenanya, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi,

maka hal tersebut menjadi sangat fleksibel, terbuka terhadap penafsiran-penafsiran baru,

dinamis, fururistik dan berorientasi pada masa depan. Sehingga dengan demikian, ditinjau

dari aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaf ini termasuk bagian

dari muamalah yang memiliki jangkauan yang sangat luas, khususnya dalam pengembangan

ekonomi lemah.

       Memang, bila ditijau dari kekuatan sandaan hukum yang dimiliki, ajaran wakaf

merupakan ajaran yang bersifrat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki

sesungguhnya begitu besar sebagai tonggak menjalankan roda kesejahteraan masyarakat

banyak. Sehingga dengan demikian, ajaran wakaf yang masuk dalam wilayah ijtihadi, dengan

sendirinya menjadi pendukung non manajerial yang bisa dikembangkan pengelolaannya

secara optimal.

B.      Perwakafan Dalam Undang-Undang  Di Indonesia

1.       Wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi yang perlu

dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan

kesejahteraan umum.

2.       Wakaf merupakan perbuatan hukum  yang telah lama hidup dan dilaksanakan dalam

masyarakat.

C.      Regulasi Perwakafan di Indonesia

1.       Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

2.       Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tantang Wakaf

3.       Peraturan pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004

4.       Peraturan pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

Benda Tidak Bergerak yang Dapat Diwakafkan

1.      Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik

yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar.

2.      Bangunan atau bagian bangunan  yang berdiri di atas tanah dan atau bangunan.

3.      Tanaman dan beda lain yang berkaitan dengan tanah

4.      Hal milik atas satuan rumah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku.

32

5.      Benda tidak bergerak lain yang sesuai dengan sejarah dan peraturan perundang-unagan.

D.     Benda Bergerak yang dapat Diwakafkan

1.      Uang Rupiah

2.       Logam Mulia

3.      Surat Berharga

4.      Benda bergerak lain yang berlaku

5.      Kendaraan

6.      Hak atas kekayaan intelektual

7.      Hak sewa sesuai ketentuan syariah dan peraturan perunda-undanga yang berlaku.

E.      Unsur-Unsur Wakaf

1.      Wakif

2.      Nadzir

3.      Harta Benda Wakaf

4.      Peruntukan Wakaf

5.      Jangka Waktu Wakaf

6.      Sighat Wakaf/Akad

F.       W a k I f

1.      Wakif perseorangan (dewasa, sehat, dan cakap)        Organisasi (Pengurus memenuhi syarat

sebagai wakif perseorangan, bergerak dalam bidang

sosial/pendidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.

2.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai wakif perseorangan, Badan Hukum sah,

bergerak dalam bidang sosial/pendidikan/keagamaan Islam dan kemasyarakatan

3.      Pemilik sah harta benda yang akan diwakafkan.

G.     N a d z I r

1.      Nadzir Perorangan (dewasa, sehata, cakap).

2.      Organisasi (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, bergerrak dalam

bidang sosial/pemdidikan/kemasyarakatan/keagamaan Islam.

3.      Badan Hukum (Pengurus memenuhi syarat sebagai Nadzir perseorangan, Badan Hukum sah,

bergerak dalam bidang sosial/ pendidikan/kemasyarakatan /keagamaan Islam.

4.      Terdaftar di BWI dan Kemenag (Pendaftaran dapat dilaksanakan setelah proses wakaf bagi

nadzir baru.

H.     Tugas Nadzir

1.      Pengadministrasian

33

2.      Mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai tujuan

3.      Mengawasi proses pengelolaan

4.      Melaporkan hasil pengelolaan kepada BW) dan Kemenag.

Nadzir dapat memperoleh imbalan maksimal 10 % dari hasil pengelolaan.

I.        Tata Cara Perwakafan Tanah Milik

1. Calon Wakif menyerahkan bukti kepemilikan tanah yang akan diwakafkan berupa

sertifikat, Keterangan tidak sengketa Pendaftaran tanah, Keterangan Bupati tentang

kesesuaian Master Plan untuk diteliti PPAIW.

2. PPAIW melakukan pemeriksaan terhadap Nazir.

3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf dihadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan 2 orang

saksi bermaterai cukup

4. PPAIW menuangan Ikrar Wakaf alam bentuk tertulis

5. PPAIW menuangkan membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazir, Saksi dan PPAIW.

6. AIW diserahkan kepada Nazir beserta dokumen tanah.

7. PPAIW menerbitkan pendaftaran wakaf dan mendaftarkan kepada BWI dan Menteria

Agama dengan tembusan Kemenag dan Kanwil Kemenag Provinsi.

8. PPAIW memberikan bukti pendaftaran harta wakaf kepada Nazir.

9. Nazir mengurus sertifikat tanah wakaf ke BPN.

10. Terbit Sertifikat Tanah Wakaf.

J.        Wakaf Benda Bergerak Selain Uang

1. Calon Wakif menyerahkan dokumen bukti kepemilikan hata benda wakaf (jika ada)

2. PPAIW melakukan pemeriksaan Nazhir.

3. Wakif menyatakan Ikrar Wakaf di hadapan PPAIW dengan dihadiri Wakif dan dua oang

saksi.

4. PPAIW menuangkan Ikrara Wakaf dalam bentuk tertulis

5. PPAIW membuat AIW ditandatangani Wakif, Nazhir, saksi, PPAIW bermaterai cukup.

6. AIW disrahkan kepada Nazhir beserta Harta Wakaf.

7. PPAIW mendaftarkan Benda Wakaf kepada BWI dan Menag dengan tembusan Kemenag

dan Kanwil Kemenag Provinsi.

8. Nazhir mengurus pengalihan bukti kepemilikan kepada Instansi terkait.

9. Terbit bukti kepemilikan Harta Benda Wakaf.

34

BAB III : KESIMPULAN

Zakat secara bahasa dapat berarti ”kesucian”, ”tumbuh atau berkembang”,dan dapat

berarti ”keberkatan”. Menurut istilah zakat ialah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan

oleh seseorang kepada yang berhak menerima (mustahik) dengan ketentuan dan syarat syarat

tertentu.

Haji menurut bahasa artinya menyengaja (القصد). Menurut istilah haji ialah

menyengaja berkunjung ke Baitullah (Ka'bah) untuk melakukan beberapa perbuatan antara

lain wukuf, thowaf, sa'i dan amalan-amalan lain pada waktu tertentu dengan syarat dan rukun

tertentu demi  memenuhi  panggilan Allah swt, dan mengharap ridhoNya.

Wakaf ialah menyerahkan sesuatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya

oleh umum (masyarakat) ataupun oleh perorangan.

KAMUS ISTILAH/KATA-KATA PENTING

1) muzakki    = orang yang zakat

2) mustahik   = orang  yang menerima  zakat.

3) jizyah         = pajak

4) Zakat Maal            = zakat harta

5) Rukun haji             = perbuatan-perbuatan yang apabila tidak dikerjakan maka batal

ibadah hajinya dan harus diulang.

6) wajib haji   = perbuatan yang wajib dikerjakan tetapi syahnya haji tidak tergantung

kepadanya, dan apabila tidak dikerjakan wajib diganti dengan dam (denda).

7) Wakif         = fihak yang menyerahkan wakaf.

8) nadzir        = fihak yang menerima wakaf

9) Mauquf      = harta yang diwakafkan 

DAFTAR PUSTAKA

http://barzacommunity.blogspot.co.id/2013/04/kelas-x-bab-11-zakat-haji-waqaf.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat

http://suherman111.blogspot.co.id/2011/11/makalah-wakaf.html

35

36