lp trauma dada mila dan hafsah

23
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA DADA 1. DEFINISI Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguanemosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul, (Hudak, 1999). Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian emergency. Klasifikasi trauma dada dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu trauma tembus dan tumpul. 1.Trauma tembus atau tajam

Upload: monica-maharani

Post on 14-Jul-2016

47 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Trauma Dada

TRANSCRIPT

Page 1: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA DADA

1. DEFINISI

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguanemosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul, (Hudak, 1999).

Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian emergency.

Klasifikasi trauma dada dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu trauma tembus dan tumpul.

1. Trauma tembus atau tajam Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi.

2. Trauma tumpul. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush ataublast injuries. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi

Page 2: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

Trauma TumpulTrauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus, kira-kira lebih dari

90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul : 1. Transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks dan 2. Deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika terjadinya impak.

Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga. Cedera thoraks dengan tekanan yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan ruptur dari organ - organ yang berisi cairan atau gas.

Trauma Tembus

Trauma tembus biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan ‘stretching dan crushing´ dan cedera biasanya menyebabkan batas luka yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan. Berat ringannya cidera internal yang berlaku tergantung pada organ yang telah terkena dan seberapa vital organ tersebut. Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk, diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energi yang dipindahkan dari obyek ke jaringan tubuh yang terpenetrasi.

Faktor -faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari senjata, seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas dari jaringan tubuh yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil karena termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka disebabkan tusukan pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan tersebut pada daerah jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan medis yang maksimal. Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan biasanya bisa mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik. Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat menyebabkan berat cidera yang sama dengan seperti penetrasi pisau, namun tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan oleh penetrasi peluru dapat merusakkan struktur yang berdekatan dengan laluan peluru. Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan menghasilkan gelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat keluar peluru mempunyai diameter 20-30 kali dari diameter peluru.

Page 3: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

2. ETIOLOGI

Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.

Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.

ANATOMI

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.

Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.

Page 4: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

3. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

TRAUMA DADA

Terjadi Perdarahan:

Ringan kurang 300 cc punksi

Sedang 300-800 cc pasang drain

Berat lebih 800 cc torakotomi

Mendesak paru-paru

Tekanan meningkat terus

Gangguan pengembangan paru (atelektasis)

Kontusio paru

Gangguan ventilasi Gangguan pertukaran gas

Asidosis respiratorik

Peningkatan PCO2

Penurunan PCO2

Gagal nafas

-Open pneumotoraks

-Close pneumotoraks

-Tension pneumotoraks

Page 5: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ).

Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).

4. MANIFESTASI KLINIK/ TANDA DAN GEJALA :

1. Ada jejas pada thorak.2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi.3. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi.4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan.6. Penurunan tekanan darah.7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher.8. Bunyi muffle pada jantung.9. Perfusi jaringan tidak adekuat.10. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan pernapasan )

dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

Page 6: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral).2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.4. Hemoglobin : mungkin menurun.5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.6. Pa O2 normal / menurun.7. Saturasi O2 menurun (biasanya).8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.9. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terapi simtomatik,

observasi.10. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura

dengan WSD, dianjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.11. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan

thorakotomi.12. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc

segera thorakotomi.

6. KOMPLIKASI:

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema.3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.5.Esofagus : mediastinitis.

7. PENATALAKSANAAN1. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi.2. Mempertahankan ventilasi optimal.3. Menurunkan tekanan pada rongga dada.4. Mengatasi nyeri dan mencegah infeksi.

Page 7: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).

Pengkajian pasien dengan trauma thoraks, (Doenges, 1999) meliputi :

Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

Sirkulasi

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantung gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.

Integritas ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.

Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

Pernapasan

Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ;

Page 8: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

Keamanan

Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak

maksimal karena akumulasi udara/cairan.2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan

penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek

spasme otot sekunder. 4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak cukupan kekuatan dan ketahanan

untuk ambulasi dengan alat eksternal.5. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi/perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono,1994:20). Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).

Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :

1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektive.

Kriteria hasil :

Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Page 9: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

Intervensi :

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :1. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

Page 10: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

2. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.

3. Observasi gelembung udara botol penempung.

R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.

4. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

5. Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

1. Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian antibiotika. Pemberian analgetika. Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan :Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :

Menunjukkan batuk yang efektif.

Page 11: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

Tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan. Klien nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,menyebabkan frustasi.1. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.2. Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

3. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

4. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

Page 12: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi: Pemberian expectoran. Pemberian antibiotika. Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir danmenevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkannyeri. Pasien tidak gelisah.

Intervensi :

a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,

yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

Page 13: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. D a n d a p a t m e m b a n t u m e n g e m b a n g k a n k e p a t u h a n k l i e n t e r h a d a p rencana teraupetik.

d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

e. O b s e r v a s i t i n g k a t n y e r i , d a n r e s p o n m o t o r i k k l i e n , 3 0 m e n i t s e t e l a h  pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 -2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

R / Pe n gka j i a n ya n g op t ima l a ka n m em ber ikan pe raw a t da t a yang ob yek t i f un t uk me n ceg ah kem ung k in an kompl i kas i da n me l aku kan intervensi yang tepat.

4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Kriteria hasil :• penampilan yang seimbang..• melakukan pergerakkan dan perpindahan.• mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

0= mandiri penuh

1 =memerlukan alat Bantu.

2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.

4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi :

a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

Page 14: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.

c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.

R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.

R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Kriteria hasil :• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.• luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.• Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi :a. Pantau tanda-tanda vital.

R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.

Page 15: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.

R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.

e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

4. EVALUASI

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atauintervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma thorax/dada adalah :

1. Pola pernapasan efektive.2. Jalan napas lancar/normal.3. Nyeri berkurang/hilang.4. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.5. pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.6. infeksi tidak terjadi / terkontrol.

Page 16: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Page 17: LP Trauma Dada Mila Dan Hafsah

LAPORAN PENDAHULUANTRAUMA DADA

Oleh :GUSMILA KASIH

NIM. PO.62.20.1.10.017&

HAFSAHNIM. PO.62.20.1.10.018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN REGULER XIII A

TAHUN 2012