lp lupus

25
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SLE (Sistemisc Lupus Erythematosus) Disusun oleh : Eva Apriyanti (09.010) PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

Upload: syamsiah-anwar

Post on 14-Aug-2015

235 views

Category:

Documents


42 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp LupUs

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN

SLE

(Sistemisc Lupus Erythematosus)

Disusun oleh :

Eva Apriyanti

(09.010)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2012- 2013

Page 2: Lp LupUs

LAPORAN PENDAHULUAN

SLE (Sistemisc lupus erythematosus)

A. ANATOMI

B. DEFINISI

SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang

multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang

mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh

terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh (Christopher-Stine,

2006).

Lupus eritematosus sistemik/LES atau systemic lupus erythematosus

(SLE) adalah merupakan penyakit inflamasi, penyakit autoimun yang

mengenai multisistem, biasanya akut dan berbahaya, bahkan dapat fatal.

Penyakit menyerang jaringan konektif dan vaskuler (Djuanda, S., 1993;

Nettina, 1996

Page 3: Lp LupUs

L.E.S. merupakan penyakit yang dapat menimbulkan akibat fatal

terutama pada wanita muda, tetapi pada perkembangan saat ini klien dengan

L.E.S. mempunyai harapan hidup (survive) lebih lama yakni lebih dari 15

tahun setelah terdiagnosa (June M. Thompson, et al., 1986, p. 1688).

Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik

(LES) adalah penyakit radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya

diduga karena adanya perubahan sistem imun (Albar, 2003).

C. INSIDENSI

Di Amerika kira-kira 500.000 orang mengalami penyakit ini. Dapat

mengenai semua jenis kelamin baik laki-laki maupun wanita, dengan

perbandingan insiden pada wanita lebih banyak dari pada pria yaitu 9 : 1 (June

M. Thompson, et al., 1986, p. 1688; Carpenito, 1995, p. 366). Perbedaan yang

berkaitan dengan warna kulit dilaporkan 3 kali lebih sering mengenai orang

yang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih (June M. Thompson, et al.,

1986, p. 1688).

Di Indonesia sendiri jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui

tetapi diperkirakan sama dengan jumlah penderita SLE di Amerika yaitu

1.500.000 orang (Yayasan Lupus Indonesia). Berdasarkan hasil survey, data

morbiditas penderita SLE di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2005

sebanyak 81 orang dan prevalensi penyakit ini menempati urutan keempat

setelah osteoartritis, reumatoid artritis, dan low back pain. Di RSU  Dr. Saiful

Anwar Malang, penderita SLE pada bulan Januari sampai dengan Agustus

2006 ada 14 orang dengan 1 orang meninggal dunia.

Page 4: Lp LupUs

D. ETIOLOGI

Hingga kini, faktor penyebab hadirnya lupus di tubuh belum diketahui

secara pasti. Namun beberapa penelitian kemungkinan lupus hadir melalui

beberapa faktor diantarnya :

1. Faktor Lingkungan

a. Infeksi

b. Stress

c. Makanan

d. Antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin)

e. Ultraviolet

2. Faktor Genetik

Sampai saat ini,tidak diketahui gen – gen yang menjadi

penyebabnya. Lupus diturunkan angkanya relatif kecil kemungkinan

hanya 10%.

3. Faktor Hormonal

Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih

sering terkena dibandingkan pria. Meningkatnya angka pertumbuhan

penyakit lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan

mendukung keyakinan bahwa hormon khususnya estrogen menjadi

pencetus lupus.

4. Faktor Sinar Matahari

Page 5: Lp LupUs

Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat

merangsang peningkatan hormon estrogen yang cukup banyak sehingga

mempermudah terjadinya reaksi autoimun.

5. Faktor Obat-obatan

Obat tertentu dalam presentase kecil sekali pada pasien tertentu

diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat

(Drug Induced Lupus Erythematosus atau DILE). Jenisobat yang dapat

menyebabkan Lupus Obat adalah :

Obat yang pasti menyebabkan Lupus obat : Kloropromazin, etildopa,

hidralasin, prokainamid, dan isoniazid

(http://artikelkedokteran.net/news/asuhan+keperawatan+penyakit+lupus.htm)

E. PATOFISIOLOGI

Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang

menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan

imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,

hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi

selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).

Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin

dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah

alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-

obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi

akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan

kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen

Page 6: Lp LupUs

yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang

kembali.

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Tanda atau gejala lainnya dari SLE telah dinyatakan oleh “American

College of Rheumatology” yaitu 11 kriteria untuk klasifikasi SLE.

Kesebelas kriteria tersebut antara lain:

Ruam malar : Malar rash (baterflay rash) merupakan tanda sepesifik

pada SLE yaitu bentukan ruam pada kedua pipi yang tidak melebihi

lipatan nasolabial dan di tandai dengan adanya ruam pada hidung yang

menyambung dengan ruam yang ada di pipi.

Ruam discoid : Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh

batas eritema yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler. Lesi ini

timbul di kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada.

Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karena lesi ini

memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta

hilangnya apendiks kulit secara menetap.

Fotosensitifitas (Sensitivitas pada cahaya)

ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring

Artritis

Serositis (radang membran serosa), yaitu pleuritis (radang pleura) atau

perikarditis (radang perikardium)

Page 7: Lp LupUs

Kelainan ginjal, yaitu proteinuria (adanya protein pada urin) persisten

>0.5 gr/hari

Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang

Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik atau leucopenia

kelainan imunologik, yaitu ditemukan adanya sel LE positif atau anti

DNA positif

adanya antibodi antinuklear.

Selain itu, gejala atau tanda lainnya yang sering ditemukan antara lain

penurunan berat badan, demam, dan kelainan tulang seperti pada

arthritis.

Pembengkakan sendi

Nyeri tekan

Rasa nyeri ketika bergerak

Rasa kaku pada pagi hari.

2. Manifestasi Klinis secara persistem dapat di bagi menjadi:

a. Sistem Muskuloskeletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa

nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

b. Sistem integumen

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi.

Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

c. Sistem kardiak

Page 8: Lp LupUs

Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

d. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

e. Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi

papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta

permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan

berlanjut nekrosis.

f. Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

g. Sistem saraf

Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan

mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi

dan psikosis.

G. PENATALAKSAAN

1. Secara farmakologi

a. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai

bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

b. Obat antimalaria untuk gejala kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik

ringan SLE

Page 9: Lp LupUs

c. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi

imun.

2. Secara non farmakologi

a. Diet

Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar

pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang

diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak,

dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen

makanan dan obat tradisional.

b. Aktivitas

Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan

untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi

tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan

dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar

matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan

krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu

fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien

SLE.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 10: Lp LupUs

Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan

hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta

penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan

perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat,

trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang

positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan

diagnosis.

I. KOMPLIKASI

a. Vaskulitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan

ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat

menjadi borok

b. Hematuri

c. Anemia

d. Arthritis remathoid

e. Kerusakan ginjal permanen

Page 11: Lp LupUs

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI SLE

(SISTEMISC LUPUS ERYTHEMATOSUS)

1. Pengkajian

a. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan

pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan

mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala

tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.

b. Kulit

Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.

c. Kardiovaskuler

d. Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.

Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan

gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan

permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.

e. Sistem Muskuloskeletal

f. Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku

pada pagi hari.

Page 12: Lp LupUs

g. Sistem integument

Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi.

Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

h. Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

i. Sistem vaskuler

j. Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,

eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan

ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

k. Sistem Renal

Edema dan hematuria.

l. Sistem saraf

m. Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea

ataupun manifestasi SSP lainnya.

2. Masalah Keperawatan

a. Nyeri

b. Gangguan integritas kulit

c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Kerusakan mobilitas fisik

e. Gangguan citra tubuh

Page 13: Lp LupUs

3. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan pasien tidak merasakan nyeri.

Kriteria Hasil :

Mengungkapkan keluhan hilangnya/berkurangnya nyeri

Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks

Dapat beristirahat dan mendapatkan pola tidur yang adekuat. 

Intervensi :

I : Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode

pemajanan pada udara terbuka.

R : suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat

pada pemajanan ujung saraf

I : Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat,

penutup tubuh hangat

R : pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor. Sumber

panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil.

I : Kaji keluhan nyeri. Perhatikan lokasi/karakter dan intensitas (skala

0-10).

R : Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya.

I : Lakukan penggantian balutan dan debridemen setelah pasien di beri

obat dan/atau pada hidroterapi

Page 14: Lp LupUs

R : Keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat selama

penggantian balutan dan debridemen.

I : Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contoh relaksasi

progresif, napas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.

R : pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat

meningkatkan mekanisme koping memfokuskan kembali perhatian,

meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control, yang dapat

menurunkan ketergantungan farmakologis.

I : Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi.

R : membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang di alami dan

memfokuskan kembali perhatian

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan pasien dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk

meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.

Kriteria Hasil :

Menjaga kebersihan di daerah lesi

Memakai alat pelindung kulit yang dapat menyebabkan iritasi atau

infeksi berulang.

Intervensi :

I : Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi dan sensasi.

Gambarkan lesi dan amati perubahan

Page 15: Lp LupUs

R : Menentukan garis dasar di mana perubahan pada status dapat di

bandingkan dan melakukan intervensi yang tepat

I : Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, mis, membasuh

kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan

masase dengan menggunakan lotion atau krim.

R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi

barier infeksi

I : Gunting kuku secara teratur.

R : kuku yang panjang dan kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.

I : Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau

barrier protektif, mis, duoderm, sesuai petunjuk

R : Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses

penyembuhan.

I : Kolaborasi gunakan/berikan obat-obatan topical sesuai indikasi.

R : Digunakan pada perawatan lesi kulit

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan pasien dapat terpenuhi nutrisinya.

Kriteria Hasil :

mempertahankan berat badan dari berat sebelum sakit.

Menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal (Hb meningkat)

Melaporkan perbaikan tingkat energy

Page 16: Lp LupUs

Melaporkan kebersihan mulut dan timbulnya nafsu makan

Intervensi :

I : Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan dan menelan.

R : lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat menyebabkan disfagia,.

I : Berikan perawatan mulut yang terus menerus, awasi tindakan

pencegahan sekresi.

R : penurunan kemampuan pasien mengolah makanan dan mengurangi

keinginan untuk makan

I : Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.

R : Mengurangi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan mual/

muntah, lesi oral, pengeringan mukosa dan halitosis.

I : Dorong pasien untuk duduk pada waktu makan.

R : Mempermudah proses menelan dan mengurangi resiko aspirasi.

I : Catat pemasukan kalori

R : Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternatif

metode pemberian makanan.

I : Hindari prosedur yang melelahkan saat mendekati waktu makan.

R : Mengurangi rasa lelah; meningkatkan ketersediaan energi untuk

aktivitas makan.

I : Berikan fase istirahat sebelum makan.

R : Dapat meningkatkan nafsu makan dan perasaan sehat.

Page 17: Lp LupUs

Daftar Pustaka

Christopher-Stine. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. Cetakan I.Jakarta : ECG

Robbins.Buku Ajar Patologi 1.Edisi 4.Jakarta : ECG

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

http://artikelkedokteran.net/news/asuhan+keperawatan+penyakit+lupus.htm