radius edisi #2 bulan september 2015

20
1 EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

Upload: icayanti-setiamukti

Post on 15-Apr-2017

340 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

2

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

KEMERDEKAANMengisi Bingkai

Bangsa yang lebih dari tujuh-puluh tahun lalu berjuang demi meraih ke-merdekaan, kini sudah mulai berbenah. Tidak hanya puas dengan memiliki gelar bangsa merdeka, Indonesia bahkan kini sudah melangkah menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Indonesia tidak berhenti menghiasi pentas dunia dengan diplomasi, prestasi, inovasi, dan teknologi. FISIP Universitas Brawijaya pun turut bergegas mempersiapkan “amunisi”. Tidak hanya rutin melakukan inovasi di bidang pendidikan & proses belajar mengajar, lulusan dari Fakultas yang berdiri 11 tahun ini juga telah dipersiapkan untuk turut mewujudkan mimpi para penggagas MEA 2015. Sejauh mana ?

TIM REDAKSIPelindung Dekan | Pemimpin Redaksi Bambang Semedhi | Editor Khoirunnisa Fatmawati | Reporter Bayu Saputro, Dui-tarama Ade Wijaya, Icayanti Ayu Setiamukti, Khoirunnisa Fatmawati | Desain & Layout Khoirunnisa Fatmawati | Email Redaksi [email protected] | Kantor Gd. Prof. Darsono Wisadirana Lt.1, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universi-tas Brawijaya, Jl. Veteran Malang, 65145

03

04

06

07

08

09

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

Selfie Usai Upacara

Forum Dekan 2015 : Kompetensi & Kuali-tas Lulusan Menentukan Prestasi

Prof. Ariel Heryanto : Bedah Buku “Identi-tas dan Kenikmatan di Kota Kelahiran”

Mengenal Sertifikasi Profesi

Harvard Business Review :Stop Worrying About How Much You Mat-ter

Menjaga Kenyamanan Ruang Publik di Fakultas

Peringkat UB di Kemenristek Dikti

Logo HUT Ke-70 Tahun IndonesiaSarat Makna di Usia yang Tak Lagi Muda

You Are Not a Sketch

Sel Darah Punca : Investasi Kesehatan untuk Cegah Penyakit

Hari Anak Nasional : Internet dan Kehidupan Anak

Jauhkan Anak dari “Predator”

U-Report Indonesia : Gunakan Suara-mu, Angkat Suara Mereka

Creativity 2 Commerce : Modal Ber-karya di Industri Digital

FISIP Masterplan :Gazebo Penunjang Produktivitas

Hari Persahabatan InternasionalPersahabatan Menghapus Kebencian

Hari Veteran NasionalMereka Yang Tak Boleh Dilupakan

Hari PramukaSejarah Singkat Praja Muda Karana

Hari Pemuda InternasionalSuara Pemuda Jadi Pertimbangan

3

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia berlangsung tertib dan

khidmat. Pada Senin (17/8/2015) di lapa-ngan Rektorat, kegiatan ini diikuti seluruh sivitas akademika Universitas Brawijaya (UB). Upacara dipimpin langsung oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof. Dr. Ir. Kusmartono.

Mengusung tema besar HUT RI “Ayo Kerja” serta sub tema “Ayo Kerja adalah Solusi Menghadapi MEA 2015 dan 70 Tahun Indonesia Merdeka”, pada kesem-patan tersebut Kusmartono membacakan sambutan peringatan HUT Kemerdekaan RI dari Gubernur Jawa Timur Soekarwo.

Wakil Rektor I UB Prof. Dr. Ir. Kusmartono bertindak sebagai Inspektur upacara Dalam sambutannya, Soekarwo mengajak untuk mengimplementasikan Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa di kehidupan sehari-hari dalam bentuk kerja. Selain itu juga implementasinya dalam langkah dan upaya Jawa Timur dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang dimulai akhir tahun ini pada setiap bidang meliputi ekonomi, Sumber Daya Manusia dan birokrasi.

“Pancasila bukan sekedar teks yang dibaca saat upacara sebagai kalimat yang indah, tetapi harus dioperasionalkan dalam kehidupan kita berwujud kerja nyata,” ungkap Soekarwo. Hanya dengan kerja nyata, menurutnya bangsa Indonesia

akan bisa membangun jiwa dan raganya untuk kejayaan Indonesia Raya. “Hanya dengan kerja, Republik Indonesia akan dapat berdiri kokoh untuk selama-lamanya dan mampu mewujudkan semua cita-cita mulia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945,” tandas Soekarwo yang dikutip Kusmartono.

Dalam upacara ini, UB juga memberi penghargaan kepada dosen dan karyawan atas prestasi dan pengabdiannya kepada UB. Penghargaan untuk dosen diberikan kepada Prof. Masruchin Ruba’i, SH, MS (FH), Prof. Dr. Drs. Umar Burham, MS (FEB), Prof. Dr. Drs. M. Pudjiharjo, MS (FEB), Prof. Dr. Dra. Sjamsiar Sjamsuddin, MA (FIA), Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno (FP), Prof. Dr. Wani Hadi Utomo (FP), Prof. Dr. Ir. Suhardjono, M.Pd, Dipl.HE (FT), Prof. Dr. dr. Moh. Istiajid Eddy San-toso, Sp.BS (FK), Prof. Ir. Marsoedi, PhD (FPIK), Prof. Dr. Ir. Loekito Adi Soehono, M.Agr. (FMIPA) serta Prof. Dr. Ir. Sanggar Kanto, MS (FISIP).

Untuk karyawan, penghargaan diberikan kepada Hermintatik, S.AB (Kantor Pusat), Taat Miyarto (KP), Budi Triono (KP), Darmaji (KP), sukirman (Vokasi) serta Njomo, S.AB (Filkom).

Usai berlangsungnya upacara yang berlangsung den- gan penuh semangat berkarya ini, peserta

upacara tidak langsung meninggalkan lapan-gan upacara. Melainkan sibuk berbaris rapi untuk mengambil foto di momen langka ini.

Mulai dari berfoto bersama dengan seluruh staf fakultas, hingga melakukan selfie dengan latar belakang bangunan rektorat. Semua peserta berfoto mengenakan jas almamater dengan tampak bahagia dan ceria, padahal matahari sudah mulai menyengat. Lagi pula, kapan lagi bisa berfoto disaat kampus tengah dalam suasana Merah-Putih?

Semoga dengan telah berlalunya episode ke-70 dari perjalanan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bisa turut membangun jiwa positif dalam diri civitas akademika. Agar terus bisa berperan memberikan solusi aktif nan positif ter-hadap segala permasalahan bangsa, rajin berinovasi, dan tidak mudah berpuas diri.

Karena ibarat ketupat, gendang kemerdekaan yang digaungkan 70 tahun lalu itu hanyalah anyaman daun kelapa. Sedangkan untuk bisa membuat “ketupat” dengan rasa yang luar biasa, maka “beras” yang dimasukkan adalah beras terbaik yang terbuat dari

karya, inovasi, kreasi, solidaritas, dan ilmu pengetahuan. Sekian.

1. Bendera Berkibar di Depan Rektorat2. Pengibaran Sang Saka Merah Putih3. Prof. Dr. Kusmantono sebagai Inspektur Upacara

Sumber foto : Infohumas UB

Peringatan Ke-70 Tahun Kemerdekaan Indo-nesia beberapa saat lalu berlangsung meriah dan penuh semangat. Lalu bagaimana suasana Universitas Brawijaya saat memperingati hari bersejarah ini?

HUT KE 70 KEMERDEKAAN INDONESIA

SELFIE USAI UPACARA

4

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

Saat Bulan Desember nanti pintu gerbang MEA dibuka, maka sudah sewajarnya

semua pihak bersiap. Tidak hanya dari perusahaan, masyarakat sekitar, namun juga kalangan akademisi. Bukan lagi dosen pengajar, namun juga karyawan, mahasiswa, hingga lulusan.

Pada launching Buletin RADIUS Bulan Mei 2015 lalu, Rachmat Kriyantono, Ph.D sudah memberikan aba-aba. Ujarnya “Saat pintu gerbang MEA dibuka, maka sudah waktunya universitas memikirkan strategi khusus. Tidak bisa lagi menggunakan direct marketing, melainkan harus menjual performa.”

Bidang akademis tidak akan lagi hanya bisa berbekal “nama besar”, status negeri atau swasta, bahkan memamerkan jumlah dok-tor dan professor yang dimiliki. Melainkan kualitas dan kualitas civitas akademika serta atmosfer pendidikan tinggi lah yang akan menjadi penilaian.

Masyarakat, tungkas Rachmat yang mer-upakan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi

ini, sudah mulai pandai mencari informasi. Informasi yang dicari juga macam-macam, mulai dari berita seputar calon kampus, jurusan, kualitas lulusan, fasilitas penunjang pendidikan, hingga kualitas pengajar. Dalam hal ini, masyarakat luas bisa mengetahui lewat jumlah publikasi ilmiah yang dilakukan para pendidik.

Jika dalam lingkup pendidikan tinggi di Indo-nesia saja sudah saling berebut, bagaimana jika dalam lingkup ASEAN? Bagaimana strategi yang harus dipersiapkan civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-UB dalam menyambut era ini?

Wakil Dekan 2 FISIP UB, Ahmad Imron Rozuli, SE., M.Si menuturkan, semua pihak harus bersiap menghadapi hal ini. Masyarakat Ekonomi ASEAN memang akan memperketat persaingan barang dan jasa, karena dua hal ini nantinya bisa mengisi pasar/perusahaan di semua negara ASEAN. Namun Imron menolak hal ini disebut kompetisi/persaingan.

“Sebetulnya yang harus kita ingat, tujuan utama dari Masyarakat Ekonomi ASEAN ini bukanlah kompetisi. Melainkan kerjasa-ma antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kerjasama tidak sama dengan kompetisi,” Ujar Imron, yang juga Dosen Pengajar Sosiologi, FISIP UB.

Imron menegaskan agar semua pihak tidak menganggap MEA sebagai “kompetitor”, karena SDM di setiap negara ASEAN pasti memiliki keunggulan-keunggulan komparatif. Jangan lagi memandang pasar Indonesia akan diserbu oleh jutaan produk dari negara-negara tetangga dan kita akan jatuh miskin.

Tapi coba masyarakat harus mampu melihat peluang pasar yang begitu luas. Bayangkan jika semua produk dan SDM Indonesia lah yang akan menggempur negara-negara ASEAN.

Dalam bidang pendidikan, tidak hanya FISIP UB, namun semua universitas di Indonesia memang harus mempersiapkan diri. Fakultas

Forum Dekan 2015

4

Kompetensi dan Kualitas Lulusan Menentukan Prestasi

Oleh : Khoirunnisa Fatmawati

Bulan Desember nanti, pintu gerbang kerjasama ekonomi antar negara di Asia Tenggara resmi dibuka. Bagaimana cara institusi pendidikan harus mempersiapkan diri? Bagaimana strategi FISIP

dalam menyambut era ASEAN ini? Berikut ini wawancara RADIUS dengan Imron Rozuli, Wakil Dekan 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

RECORD

5

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

Sebetulnya yang harus kita ingat, tujuan utama dari Masyarakat Ekonomi ASEAN ini bukanlah kompetisi.

Melainkan kerjasama antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kerjasama tidak sama dengan Kompetisi

Ahmad Imron Rozuli, SE., M.SiWAKIL DEKAN 2 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

5Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Seluruh Indonesia pun juga harus mempersiapkan strategi baru.

Oleh karenanya di awal Bulan September ini diadakan Forum Dekan Fakultas Ilmu Sosial Se-Indonesia. Forum ini telah berlangsung selama lima tahun berturut-turut, dan tahun ini FISIP UB menjadi tuan rumah. Tahun kemarin, Forum Dekan Fakultas Ilmu Sosial diselenggarakan di USU (Universitas Sumatera Utara).

FISIP UB, sebagai host Forum Dekan tahun ini, akan menyelenggarakan Seminar dan Workshop dengan tema besar “Peningkatan Kualitas Lulusan Ilmu-Ilmu Sosial Berdaya Saing ASEAN. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Swill-Belinn dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik pada 4-6 September 2015.

Diskusi yang akan diangkat dalam kegiatan ini, terang Imron, akan berfokus pada mencari strategi yang tepat dan sesuai dengan SDM Fakultas Ilmu Sosial di Universitas masing-masing. Memang yang menjadi fokus adalah mempersiapkan lulusan berstandar ASEAN, namun diperlukan kerjasama yang kuat untuk menyempurnakan hal ini.

Cita-cita untuk dapat mewujudkan lulusan yang mampu memperkuat ASEAN, akan sia-sia jika tidak diiringi dengan kerjasama dari internal or-ganisasi. Internal organisasi ini antara lain adalah karyawan, dosen pengajar, bagian administrasi, dan mahasiswa.

Solidaritas kuat yang diiringi kesamaan visi-misi antara jurusan, administrasi, dan mahasiswa, akan bisa dengan mudah mewujudkan kompetensi baik menuju World Class University. Kolaborasi tersebut tentu saja didukung dengan inovasi kurikulum dan proses belajar mengajar.

Penyelenggaraan Forum Dekan 2015 ini, juga

merupakan kesempatan penting bagi FISIP untuk memperkenalkan diri. FISIP termasuk fakultas yang berusia muda, jika dibandingkan Fakultas Ilmu Sosial dari Universitas lain.

Walau demikian, kualitas dan karya FISIP sudah tidak dapat diragukan lagi. FISIP tidak lagi hanya berjalan perlahan untuk terus meningkatkan diri, namun juga “meloncat” ke tingkat yang lebih tinggi.

Imron memberikan contoh analogi tupai, untuk menggambarkan langkah FISIP dalam berkarya. Tupai adalah binatang yang tidak hanya mampu berjalan, namun juga meloncat.

Pada acara Dies Natalis ke-11 lalu, juga ada seremonial pelepasan tupai. Saat ditanya apakah tupai yang dilepaskan berhasil menemukan pohon untuk memanjat, Imron sedikit berkelakar.

Tupai yang dilepas ke alam bebas, sama halnya dengan para mahasiswa yang telah usai melewati masa pendidikan dengan wisuda.

Saat dilepaskan, maka bagaimana cara lulusan mampu meraih dunia kerja/pendidikan selanjut-nya adalah tergantung akan kompetensi pribadi masing-masing. Artinya, lulusan juga harus mulai mempersiapkan diri dari sekarang.

Lulusan yang tidak memiliki keberanian dan visi, diibaratkan sebagai tupai yang setelah dilepas ke alam bebas malah ketakutan dan bersembunyi di saluran air.

Untuk menghindari analogi terakhir ini, maka kerjasama antara civitas akademika FISIP UB harus benar-benar kuat dan memiliki kesamaan visi.

Seperti apa hasil dari Forum Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun ini? Nantikan RADIUS edisi selanjutnya ya, Fisitas!

RECORD

6

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

RECORD

Prof. Ariel Heryanto

Bedah Buku “Identitas dan Kenikmatan” di Kota Kelahiran

Tumbangnya Orde Baru (Orba) membawa perubahan besar dalam berbagai bidang. Tidak hanya politik dan ekonomi, praktik kebudayaan juga tidak lepas dari perubahan. “Orde baru mengatur seluruh aktivitas masyarakat. Tidak hanya soal kebijakan publik, masa-lah privat juga diatur secara terpusat”, Ungkap Prof Ariel Heryanto, Guru besar Australia National University di acara peluncuran buku Identitas dan Kenikmatan di halaman belakang Gedung FISIP UB, Kamis (9/9) lalu.

Menurutnya, sentralitas aturan yang hilang pasca jatuhnya Orba membuat masyarakat lebih bebas, terbuka, dan kreatif dalam bertindak. Masyarakat yang merasa tidak lagi terkekang, memiliki kebebasan dalam menafsir dan bertindak. Menurut Prof. Ariel, salah satu praktik yang dapat dijadikan ukuran adalah praktik di media.

“Semasa Orba, generasi ‘tua’ digambarkan memiliki kekuasaan untuk menafsirkan kebenaran. Bagaimanapun, orang tua akan selalu ditampilkan benar dalam film”, papar Prof Ariel. Tapi setelah Orde Baru berakhir, film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) menggambarkan orang tua yang terlibat korupsi. Di titik ini, dunia film sudah berani menampilkan sosok orang tua di luar gambaran ideal ala Orba; sebagai yang bijak, arif, kerja keras, dan seterusnya.

Tidak hanya praktik dalam film, perilaku masyarakat juga menjadi berbeda. Guru besar kelahiran Malang ini menuturkan, kekerasan keagamaan yang terjadi be-lakangan tidak lepas dari kekosongan aturan terpusat yang ditinggalkan Orba. Masyarakat dapat menafsirkan secara mandiri mengenai kebenaran dan ke-salahan praktik keagamaan. Akibatnya, identitas kelompok muncul sebagai akibat kebebasan menafsir ini.

Prof Ariel menuturkan, praktik yang dilakukan masyarakat ini menjadi berbeda karena aturan yang tak lagi terpusat. Kondisi ini memunculkan identitas sesuai dengan perbedaan laku hidup masyarakat sendiri. Praktik korupsi yang terjadi di segala lini penguasa daerah, tawuran antar pelajar, Perda pelarangan jilbab dan kewajiban sholat jamaah, merupakan satu di antara sekian praktik berbeda dari Orba. Menariknya, perbedaan praktik ini kemudian dinikmati. Seakan sebagai bentuk perayaan baru sebagai sambutan atas lengsernya Orba.

“Praktik baru yang tak lagi diatur terpusat ini kemudian pada akhirnya akan menjadi kenikmatan. Langgeng dan munculnya identitas merupakan kenikmatan yang dipraktikkan masyarakat itu tersendiri”, ujar Prof Ariel

Laboratorium Komunikasi Foto Dokumentasi HUMAS FISIP UB

7

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

RECORDRECORD

Seiring dengan sosialisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN yang kini telah dise-barluaskan ke semua kalangan mas-yarakat, turut muncul pula sertifikasi profesi. Apa itu dan apa hubungannya dengan MEA? Berikut kami sampaikan dari berbagai sumber.

Indonesia kini memiliki Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Tujuannya, untuk memastikan agar semua orang dengan berbagai profesi, memiliki bukti kualitas dan kapasitas diri untuk bersaing di dunia kerja.

Mengapa sertifikasi kompetensi kerja diperlukan? Sertifikasi kompetensi kerja adalah merupakan suatu pengakuan terhadap tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang telah dipersyaratkan, dengan de-mikian sertifikasi kompetensi memastikan bahwa tenaga kerja (pemegang setifikat) tersebut terjamin akan kredibilitasnya dalam melakukan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

BNSP yang diketuai oleh Ir. Sumarna F. Abdurrahman, M.Sc., kini telah memiliki begitu banyak LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) dari berbagai bidang pekerjaan yang ada di Indonesia.

Dengan memiliki sertifikasi profesi, maka pemilik tidak perlu lagi khawatir dengan persaingan antar negara ASEAN yang dibuka pada awal Desember 2015 nanti.

Keberadaan sertifikasi profesi ini, turut memancing wacana “Kini berbekal ijasah saja tidak cukup”. Akibatnya, lulusan yang merasa kompetensi mereka kurang atau diremehkan. Padahal tingkat pendidikan tentu saja memiliki peran penting dalam hidup masyarakat.

Lalu apakah dengan posisi sertifikasi yang demikian, pendidikan sudah tidak lagi penting? Erick Stark Maskin memiliki pandangan mengenai posisi pendidikan dan kemampuan dalam dunia global.

Erick Stark Maskin, peraih Nobel Bidang

Ekonomi pada tahun 2007 menjelaskan tentang dampak hebat pasar global terhadap sumber daya manusia. Ia menerangkan hal ini dalam wawancara yang digelar TEMPO menjelang kon-ferensi yang digelar Human Develop-ment and Capability Association, pada Bulan September 2012 lalu. Menurut

Erick, pemberlakuan pasar global, telah gagal menyingkirkan ketimpangan di negara-negara miskin. Bagaimana bisa?

Erick merumuskan keberadaan pasar global akan meninggalkan mereka yang tidak memiliki satupun keahlian untuk ditawarkan. Sebabnya, pasar global hanya tertarik pada orang yang punya keahlian, dan cenderung menaikkan pendapatan rata-rata mereka. Sedang sebaliknya, penghasilan orang yang tak punya keahlian akan cenderung tetap atau menurun.

Namun demikian, Profesor Universi-tas Princeton Amerika Serikat ini juga membeberkan solusi terbaik untuk menyambut pasar global. Yakni dengan sering mengikuti pelatihan dan pendidi-kan. Dengan demikian, masyarakat akan bisa terlepas dari kehidupan subsistent (sekedar menyambung hidup dan bisa terus berlatih membuat sebuah inovasi.

Misalnya bagi lulusan ilmu komunikasi, kini telah ada sertifikasi dibidang public relations dan juga wartawan. Kedua LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) ini pun sudah resmi dibentuk oleh BNSP, dan dapat diikuti oleh semua pendudukan Indonesia. Untuk sertifikasi Public Re-lations, asesornya diketuai oleh Moslim Basya, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua BPP PERHUMAS.

Tingkatan sertifikasi yang ditawarkan pun beragam, tergantung pada kemampuan apa yang telah kita miliki, berapa tahun pengalaman dibidang yang hendak diujikan, dan tingkat pendidikan.

Pendidikan tinggi yang diikuti dengan kompetensi personal yang berkualitas tinggi pula, merupakan bekal sukses yang sesungguhnya.

Jika masih penasaran dengan cara kerja sertifikasi profesi, silahkan civitas akade-mika FISIP mengakses website BNSP di alamat www.BNSP. go.id.

Selamat membaca, dan terus mengasah kemampuan diri ya!

MEA 2015

Mengenal Sertifikasi

ProfesiOleh : Khoirunnisa Fatmawati

ERIC STARK MASKINPeraih Nobel 2007 Bidang Ekonomi

Pasar global hanya tertarik pada orang yang punya keahlian, dan cenderung menaikkan pendapatan

rata-rata mereka. Sedang sebaliknya, penghasilan orang yang tak punya

keahlian akan cenderung tetap atau menurun

8

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

RULES

Stop Worrying About How Much You Matter

Harvard Business Review

Eventually, Ian decided to sell his establishment. Between his saving

and the sale, he made enough money to continue to live comfortably. He was ready to relax and enjoy all his work.

Except that almost immediately, he be-came depressed. That was 15 years ago and not much has changed.

I’ve seen a version of Ian’s story many times. The CEO of an investment bank. A famous French singer. The founder and president of a grocery store chain. A high-level government official. And these are not just stories – they’re peo-ple I know (or knew) well.

They have several things in common: They were busy and highly successful. They had enough money to live more than comfortably for as long as they lived. And they all became seriously depressed as they got older.

What’s going on?

The typical answer is that people need purpose in life and when we stop work-ing we lose purpose. But many of the people I see in this situation continue to work. The French singer continued to sing. The investment banker ran a fund.

Perhaps getting older is simply de-pressing. But we all know people who continue to be happy well into their nineties. And some of the people who fall into this predicament are not particu-larly old.

I think the problem is much simpler, and the solution is more reasonable than working, or staying young forever.

People who achieve financial and positional success are masters at doing things that make and keep them rele-

vant. Their decisions affect many others. Their advice lands on eager ears.

In many cases, if not most, they derive their self-concept and a strong dose of self-worth from the fact that what they do and what they say – in many cases even what they think and feel – matters to others.

Think about Ian. If he changed his menu or his hours of operation, or hired someone new, it directly affected the lives of the people in his town. Even his friendships were built, in large part, on who he was as a pub owner. What he did made him relevant in the commu-nity.

Relevancy, as long as we maintain it, is rewarding on almost every level. But when we lose it? Withdrawal can be painful.

As we get older, we need to master the exact opposite of what we’ve spent a lifetime pursuing. We need to master irrelevancy.

This is not only a retirement issue. Many of us are unhealthily – and ultimately unhappily-tied to mattering. It’s leaving us overwhelmed and over-busy, re-sponding to every request, ring and ping with urgency of fireman responding to a six-alarm fire. Are we really that neces-sary?

How we adjust – both within our careers and after them – to not being that important may matter more than mattering.

If we lose our jobs, adjusting to irrele-vancy without falling into depression is a critical survival skill until we land another job. If managers and leaders want to

grow their teams and businesses, they need to allow themselves to matter less so others can matter more and become leaders themselves. At a certain point in our lives, and at certain times, we matter less. The question is: Can you be OK with that?

How does it feel to just sit with others? Can you listen to someone’s problem without trying to solve it? Can you happily connect with others when there is no particular purpose to that connec-tion?

Many of us (though not all) can happily spend a few days by ourselves, knowing that what we’re doing doesn’t matter to the world. But a year? A decade?

Still, there is a silver lining to this kind of irrelevancy: freedom.

When your purpose shifts like this, you can do what you want. You can take risks. You can be courageous. You can share ideas that may be unpopular. You can live in a way that feels true and au-thentic. In other words, when you stop worrying about the impact of what you do, you can be a fuller version of who you are.

That silver lining may be our anti-de-pressant. Enjoying the freedom that comes with being irrelevant can help us avoid depression and enjoy life after retirement, even for people who have spent their careers being defined by their jobs.

So what does being comfortable with the feeling of irrelevancy – even kind of deep irrelevancy involved in ending a career – really look like? It may be as simple as doing things simply for expe-rience of doing them. Taking pleasure

For many years – almost as long as he could remember – Ian* owned and ran a successful pub in his small town in Ireland. Ian was well-known around town. He had lots of friends, many of whom he saw when they came to eat and drink, and he was happy.

9

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

RELOAD

FISIP BERBENAH

Oleh : Khoirunnisa Fatmawati

MenjagaKenyamanan Ruang Publik di Fakultas

Sebelas tahun lamanya Fakultas kita telah berdiri kokoh, sudah ratusan karya dan ribuan lulusan yang membangun negeri, namun pembenahan karakter

tidak boleh berhenti. Kebersihan tetap menjadi prioritas utama, yang tidak dapat diduakan. Lingkungan yang bersih dan sehat, akan dapat melahirkan situasi belajar yang nyaman, aman, dan menyenangkan.

Beberapa peraturan harus terus ditegakkan untuk membangun karakter civitas akademika yang kuat. Tidak hanya terus meningkatkan diri dibidang inovasi dan karya, civitas juga perlu meningkatkan kesadaran diri untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman. Tidak hanya etika, melainkan juga estetika.

Nah yang saat ini masih sering terlihat, adalah fenomena sampah. Walaupun setiap lantai telah disediakan tempat sampah, namun agaknya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya masihlah lemah. Padahal tentu tidak nyaman jika belajar dan bekerja di lingkungan kotor, bukan?

Pekerjaan selanjutnya, adalah kebiasaan merokok. Masih sering sekali dijumpai, adanya civitas akademika yang merokok di kantin dan di dalam kantor, sehingga membuat civitas lainnya tidak nyaman. Kebersihan dan kesadaran akan keberadaan orang lain, tentu akan memudahkan kita untuk belajar dan berkreasi. Sebaliknya, lingkungan yang kotor dan ketidakpedulian kita akan keberadaan orang lain, akan membuat orang lain merasa tidak nyaman, kesal, dan tentunya tidak bisa membuat FISIP sebagai tempat yang nyaman untuk bekerja, belajar, dan berkreasi.

Karakter manusia tidak hanya dilihat dari bagaimana civitas akademika menjaga kebersihan, ketertiban, dan memperkuat empati. Namun juga dari kerapian, termasuk dalam hal ini cara berpakaian. Agak disayangkan saat ini masih sering dijumpai civitas akademika yang memakai sandal di dalam bangunan fakultas, dan memakai kaos/jaket dengan gambar/tulisan yang bernuansa kekerasan.

Nah itu tadi beberapa pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan dengan segera. Tentu ini bukan hanya tanggungjawab pemangku kebijakan, melainkan juga kewa-jiban diri masing-masing. Harus diingat, bahwa untuk perwujudan FISIP Kondusif ini juga sekaligus pelatihan untuk membangun kepribadian kita menjadi lebih baik.

in the activity versus the outcome, your existence versus your impact.

Here are some small ways you might start practicing irrelevancy right away:

1. Check your email only at your desk and only a few times a day. Resist the temptation to check your email first thing in the morning or at every brief pause.

2. When you meet new people, avoid telling them what you do. Dur-ing the conversation, notice how frequently you are driven to make yourself sound relevant (sharing what you did the other day, where you’re going, how busy you are). Notice the difference between speaking to connect and speaking to make yourself look and feel impor-tant.

3. When someone shares a problem, listen without offering a solution (if you do this with employees, an added advantage is that they’ll become more competent and self-sufficient).

4. Try sitting on a park bench with-out doing anything, even for just a minute (then try it for five or 10 minutes).

5. Talk to stranger (I did this with my cab driver this morning) with no goal or purpose in mind. Enjoy the interaction – and the person – for the pleasure of it.

6. Create something beautiful and en-joy it without showing it to anyone. Take note of beauty that you have done nothing to create.

Notice what happens when you pay attention to the present without need-ing to fix or prove anything. Notice how, even when you’re irrelevant to the decisions, actions, and outcomes of the world around you, you can feel the pleasure of simple moments and purposeless interactions.

Notice how, even when you feel irrele-vant, you can matter to yourself.

*Not his real name.

Peter Bregman CEO of Bregman Partners

Source: Harvard Business Review June 2015

10

RECORD

PERINGKAT UB DIKEMENRISTEK DIKTITepat pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 pada 17 Agustus 2015, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristek Dikti RI) mengumumkan hasil klasifikasi dan pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia. Pemeringkatan yang baru pertama kali dilakukan pada 2015 ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Selain itu, pemeringkatan juga untuk mendorong perguruan tinggi dalam peningkatan kapasitasnya baik akademik maupun non akademik.

Data diambil dari laporan perguruan tinggi di Indo-nesia pada Pangkalan Data Perguruan Tinggi serta data eksternal Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) per Desember 2014. Lebih dari 4.000 perguruan tinggi baik swasta maupun negeri dilibatkan dalam pemeringkatan ini. Ada empat kriteria dalam pemeringkatan ini, meliputi kualitas sumber daya manusia, kualitas manajemen dan organisasi, kualitas kegiatan kemahasiswaan serta kualitas penelitian dan publikasi ilmiah.

Berikut daftar 11 perguruan tinggi terbaik di Indonesia tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Kemenristek Dikti. 1). Institut Teknologi Banding, 2). Univer-sitas Gadjah Mada, 3). Institut Pertanian Bogor, 4). Universitas Indonesia, 5). Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 6). Universitas Brawijaya, 7). Universitas Padjadjaran, 8). Universitas Airlangga, 9). Universitas Sebelas Maret, 10). Universitas Diponegoro, 11). Universitas Hasanuddin.

Bagi kesebelas perguruan tinggi ini Kemenristek Dikti kemudian menyiapkan program-program agar mereka dapat bersaing dengan perguruan terbaik di dunia.

Masuk Enam Besar, Rektor Bersyukur Menduduki posisi keenam sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia 2015 pada pemeringkatan yang dikeluarkan Kemenristek Dikti, Rektor Universitas Brawijaya (UB) mengaku bersyukur. Pasalnya, perguruan tinggi pada level peringkat diatasnya adalah perguruan tinggi ber-Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Sementara saat ini, UB masih berstatus sebagai Perguruan tinggi Badan Layanan Umum (BLU). “Jika diibaratkan, PT BHMN adalah PT yang sudah dewasa, sementara PT BLU adalah PT remaja,” kata Rektor Bisri.

Lebih jauh, Rektor menyadari kualitas SDM UB memang perlu diperbaiki. “Jumlah profesor dan doktor di UB tidak sebanding dengan jumlah dosen yang dimiliki,” tandasnya. Hal ini karena akhir-akhir ini UB banyak membuka program studi baru sehingga kebutuhan dosen pun banyak. Dalam waktu bersamaan, dilakukan moratorium PNS, sehingga grade-nya tidak tinggi.

Karena itu, untuk solusi jangka pendek, pihaknya akan merekrut dosen dari PNS pada Kementerian lain dengan syarat memenuhi kompetensi. “Untuk menaikkan grade dalam waktu dekat, solusinya adalah membeli pemain jadi,” kata dia. “Dosen muda, baru dan baru S2, akan lama prosesnya sehingga justru menjadi masalah bagi UB,” Rektor menambahkan.

Pada waktu bersamaan, untuk program jangka panjangnya, UB mendorong para dosen segera studi lanjut dan mempercepat program pening-katan Guru Besar.

Masing-masing pemeringkatan, menurut Rektor memiliki standar penilaian yang berbeda-beda. “Kita selalu berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan standar minimalnya,” kata Bisri. Beberapa pemeringkatan yang rutin mengikutser-takan UB setiap tahunnya adalah Webometrics dan 4ICU. “Pemeringkatan oleh Kemenristek DIkti ini baru pertama kali dikeluarkan,” ungkap Rektor. Pada waktu mendatang, Bisri menambahkan, UB berencana mengikuti pemeringkatan Greenmetric World University Rankings sebagai upaya menuju Green Campus.

Untuk pemeringkatan Kemenristek Dikti, pada tahun 2016 nanti, Rektor dan jajarannya mengu-payakan agar UB menduduki peringkat lebih tinggi, keempat atau kelima. Untuk selanjutnya, Bisri telah berkoordinasi dengan Wakil Rektor. Masalah kualitas sumber daya manusia serta Manajemen dan organisasi akan ditangani oleh Wakil Rektor II bidang Administrasi dan Keuangan serta Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama. Masalah penelitian dan publikasi ilmiah akan ditangani oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, sementara kualitas kegiatan kemahasiswaan akan ditangani oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan.

Prasetya Online

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

10

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

11

RECORD

Logo HUT Ke-70Kemerdekaan Indonesia

Sarat MaknaDi Usia Tak LagiMuda

Beberapa bulan sebelum memasuki Bulan Agustus hingga kini, masih bisa kita lihat logo berbentuk lingkaran berwarna merah, bertuliskan angka 70 di bagian tengah. Terdapat tulisan “Indonesia Merde-ka” pada bagian atas, dan “Ayo Kerja” di bagian bawah lingkaran. Walaupun logo ini resmi digunakan Pemerintah Indonesia untuk memperingati Peringatan ke-70 Hari Kemerdekaan, namun tidak banyak yang tahu proses panjang pembuatannya.

Logo ini resmi diperkenalkan oleh Presi-den Joko Widodo di Tugu Nol Kilometer Indonesia, yakni di Kota Sabang, pada 10 Maret 2015. Namun kreatornya bukanlah

pemerintah, melainkan agensi digital kreatif, Dentsu Strat.

Shafiq Mujianto, Executive Creative Director Dentsu Strat sebagaimana diwawancarai oleh SWA, menuturkan, permintaan logo ini memang berasal dari pemerintah. Tim Panitia Persiapan Peringatan ke-70 tahun Kemerdekaan Indonesia. Namun yang menarik, Dentsu tidak meminta anggaran untuk pembuatan logo ini. Padahal dalam dunia agensi, pembuatan logo bisa mencapai harga Rp. 1-2 miliar.

Kepada pemerintah, Tim Dentsu telah memberikan beberapa altenatif logo.

Namun logo angka 7 dengan kepala garuda inilah yang terpilih. Jambul garuda juga disesuaikan berjumlah 4 garis, dan ekor garuda (yang terletak di angka nol) memiliki 5 bulu. Melambangkan semangat kemerdekaan yang kuat.

Logo yang proses pembuatannya memakan waktu selama dua minggu ini, oleh Dentsu Strat dijadikan hibah dan persembahan dari industri kreatif untuk Indonesia.

Keren ya? Lalu, kira-kira apa persembahan kita untuk Republik Indonesia tempat kita berkarya ini?

KHOIRUNNISA FATMAWATI

11

Indonesia sudah memasuki usia tujuh-puluh tahun. Usia yang sudah tidak lagi muda, namun memiliki generasi muda yang tak bisa diremehkan. Walaupun telah berusia 70 tahun, logo perin-gatan ke-70 Kemerdekaan Indonesia ini malah jauh dari kesan tua. Justru tampak modern, muda, dan enerjik, dengan sentuhan gaya flat dan enak dipandang.

12

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

RANDOM

Meningkatnya perekonomian sebuah bangsa dan perkembangan zaman

saat ini, mengubah pola dan kebiasaan makan. Kuliner menjadi trend dan seseo-rang akan dianggap tidak gaul bila belum mengkonsumsi makanan yang sedang hits. Sayangnya, pertumbuhan makanan tidak sehat atau masuk kategori junk food juga menjamur.

Saat ini, yang rawan mengalami permasa-lahan berat badan dan obesitas adalah kalangan remaja. Mengapa? Karena di usia remaja, mereka sangat mudah dipengaruhi dan melek akan tren yang sedang hits di lingkungan sekitar. Namun, tren ini masih kurang diimbangi dengan kebiasaan bero-lahraga. Selain itu, pengaruh media massa dan orang tua juga menjadi pemicu.

“Orang tua berperan dalam membentuk berat badan anak. Namun juga sering membingungkan. Hasilnya anak yang merasa tidak PD (percaya diri) dengan berat badannya akan melakukan diet yang mengalami eating disorder,” ujar dr Grace Judio-Kahl, seorang konsultan penurun berat badan.

Grace melanjutkan, eating disporder atau gangguan makan ini sering dialami oleh remaja yang sudah mengenal diet, khususnya perempuan. Permasalahan ini banyak dialami, namun belum banyak yang menyadari. Berbagai permasalahan gangguan makan tersebut adalah anorexia, bulimia, dan binge eating.

Tara Adhisti de Thouars seorang psikolog dari klinik lighthouse menerangkan bahwa gangguan di atas timbul dari cara diet yang salah. Permasalahan ini kian serius karena dapat mengancam nyawa, bahkan kerap

tidak tertangani karena cenderung disem-bunyikan oleh penderitanya. Penyebabnya, disinyalir dari berbagai faktor.

Adapun ciri-ciri orang yang rentan mend-erita gangguan makan adalah orang yang prefeksionis, yang cenderung tidak pernah puas diri. Lalu orang yang mengontrol diri terlalu berlebihan, dan perempuan. Adan-ya tuntutan sosial serta pandangan yang kurangtepat dan sehat mengenai tubuh perempuan menjadikan mereka mudah menderita gangguan makan.

Grace dan Tara dalam bukunya yang berjudul Cara Fun & Smart Diet Remaja menyebutkan bahwa anorexia merupakan gangguan psikologisyang diawali dari per-ilaku diet normal yang kemudian menjadi lepas kendali. Beberapa penderitanya, tidak akan makan apapun, makan hanya sedikit sekali,dan bisa memiliki perilaku memuntahkan makanannya. Bahayanya, penderita gangguan ini bias membuat diri mereka lapar hingga kehilangan 85% berat badan normalnya. Mereka yang mender-ita anorexia selalu merasa gemuk hingga jiwanya terganggu. Olahraga berlebihan biasanya menjadi pelarian.

Selanjutnya, bulimia. Tidak seperti anorexia, bulimia biasanya terjadi pada usia remaja yang lebih tua dan memiliki jenis kepriba-dian yang berbeda. Mereka cenderung lebih sosial, terbuka, impulsif, dan biasanya menyembunyikan perasaannya dari orang lain. Penyakit ini cukup fatalkarena dapat menghancurkan organ vital tubuh dan seringkali tak terdeteksi secara kasat mata karena penderita tampil selayaknya orang dengan berat badan normal.

Bulimia dikenal dengan sindrom binge/

purge. Mereka akan mengalami periode makan yang tak terkontrol (binge), kemu-dian mencoba menghilangkan makanan yang telah masuk dengan berbagai cara (purge). Beberapa orang tidak makan sama sekali selama beberapa hari, kemudian makan berlebihan dalam waktu singkat dan langsung mengeluarkannya lagi. Bisa dengan memuntahkannya, menggunakan obat pencahar, atau pun obat diet.

Kebiasaan itu dapat membatasi kalori yang masuk sehingga menghambat tubuh untuk mendapatkan mineral, vitamin dan nutrisi. Ciri-ciri penderitanya, berbohong mengenai makanan yang dimakan, olahraga berlebi-han, perut keram, depresi, muntah darah, kuku menjadi kusam, kulit kering, mudah lelah, radang tenggorokan, konstipasi, dan gangguan pencernaan.

Selain anorexia dan bulimia dikenal istilah gangguan makan binge eating. Pada pen-derita gangguan ini akan sering melakukan binge, tapi tak seperti bulimia. Mereka tidak langsung mengeluarkan apa yang sudah mereka makan. Mereka akan merasa tidak berdaya mengenai makanan, dan akan makan tambah banyak bila mereka merasa depresi, kecewa, cemas, atau pun marah. Dalam kondisi ini, makanan apa pun bias mereka konsumsitanpa memikirkan rasa lapar atau tidak.

Nah, bagaimana Anda yang tengah menjalani diet, semoga saja tidak memiliki ciri khas itu. Meski penampilan penting, rasanya kesehatan jiwa dan raga jauh lebih utama. Apakah Anda setuju?

Oleh: Muhammad Perkasa Al Hafiz. Marketeers Edisi Agustus 2015. Hal-164.

Usia remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Penampilan pun kadang menjadi segalanya, teru-tama remaja perempuan. Agar badannya terlihat sempurna, banyak yang rela menderita dengan diet yang ketat. Hasilnya?

13

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

RANDOM

Sel Darah Punca

Investasi Kesehatan Untuk Pencegahan Penyakit

Dulu transplantasi sumsum tulang belakang jadi primadona untuk menyembuhkan

berbagai penyakit. Kini dengan konsep yang serupa, darah tali pusat yang masih segar keluar dari kandungan ibu menjadi alternatif lain. Bila Anda menyimpan darah tali pusat ini, maka Anda melakukan investasi untuk kesehatan.

Tali pusat atau ari-ari setelah ibu melahirkan biasanya langsung dibuang. Namun, berdasarkan penelitian, darah terkandung dalam sang tali pusat memiliki banyak sel darah merah dengan banyak potensi. Sel darah merah dalam dalam tali pusat ini bisa menggantikan sel sumsung tulang belakang untuk mengobati berbagai penyakit dan dianggap lebih menguntungkan karena lebih murni dan primitif.

Hal itulah yang mencoba ditawarkan kepada konsumen oleh Cordlife Ltd, perusahaan di bidang kesehatan berskala global. “Kami menawarkan jasa penyimpanan sel darah merah dalam tali pusat yang bias digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti talasemia, leukemia, kanker, blastoma, hingga penyakit bersaskla rendah seperti anemia,” ujar Andrew Ekaputra, Regional Laboratory Director Cordlife Ltd.

Menurutnya, ini merupakan tindakan pencegahan untuk mengobati penyakit yang

sudah terdeteksi pada anak, dan biasanya penyakit tersebut merupakan turunan atau sudah terlihat sejak bayi lahir. Maka, untuk mengobati berbagai penyakit pada anak tersebut, digunakanlah sel darah merah dalam tali pusat ketika sang anak lahir.

“Dalam tali pusat tersebut ada yang namanya sel darah tali

punca. Itu yang kami ambil dari tali pusat setelah ib

melahirkan, kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan Cirdfile yang berpendingin suhu -150 derajat celcius. Dengan

begitu, sel tali punca ini dapat tetap hidup

puluhan tahun,” katanya.

Nah, dengan menyimpan secara apik, Andrew mengatakan, sel itu bisa

hidup selama seribu tahun. Dan, apabila konsumen memerlukannya, mereka pun bisa mengambilnya kapan saja.

Penggunaan sel darah merah tali pusat ini tidak terbatas pada pemiliknya saja. Sebaliknya, penggunaan kepada anggota keluarga yang lain masih dimungkinkan. Sebab, untuk tranplantasi sel darah ini tidak diperlukan kecocokan 100% seperti halnya sumsum tulang belakang, melain-kan cukup 40% saja. Bahkan yang bukan anggota keluarga pun bisa ditranplantasi asal memang ada kecocokan.

Prosesnya pun tidak sulit. Tali pusat segar dari ibu yang baru saja melahirkan, diambil

dan dibungkus untuk diolah dan diuji. Setelah pengujian, darah kemudian dimasukkan ke dalam ruangan penyimpanan. Proses tersebut maksimal dilakukan dalam jangka waktu paling lama 48 jam dan mendapat jaminan dari pihak Cordlife. Saat ini Cord-life memiliki dua tempat penyimpanan, yaitu Jakarta dan Singapura. Konsumen bisa memilih diantara keduanya sebagai tempat penyimpanan.

Cordlife menyatakan bahwa harga yang mereka patok terbilang terjangkau dan bersaing. Saat ini, Cordlife mematok angka Rp 1,5juta plus PPn per tahunnya dengan jangka penyimpanan maksimal 21 tahun.

“Pembayarannya bisa tergantung kon-sumen. Kami sediakan pembayaran tahunan, per 10 tahun, atau langsung 21 tahun. Jadi, penyimpanan darah tali pusat ini hitung-hitung sebagai investasi untuk kesehatan,” tutup Astraguna, Marketing Manager Cordlife Ltd.

SOURCE The-Marketeers Magazine.

Oktober 2013 Edition. Pg. 112

14

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

REMINDER

Hari Anak Nasional

Internet dan Kehidupan AnakOleh : Icayanti A. Setiamukti

Apa yang sudah Fisitas lakukan untuk merayakan Hari Anak Nasional di

tahun ini? Atau, adakah kegiatan khusus yang sudah dilaksanakan? Jika belum ada, kami punya rekomendasi menarik bagi semua Fisitas untuk turut berperan dalam membebaskan seluruh anak indonesia dari berbagai problematikanya.

Setiap anak sangat berharga dan spesial dalam menghadapi hari-hari nya. Untuk itu jika kita saling berpegangan tangan dan saling mendukung untuk membawa anak di seluruh Indonesia lebih baik lagi, bisa kita bayangkan berapa banyak anak yang kelak dapat menjadikan Indonesia negara yang maju dan berbudi luhur.

Masalah mengenai anak anak di Indonesia selain kemiskinan, kekurangan gizi, men-inggal akibat diare dan pneumonia, hal yang hampir dialami anak Indonesia dari berbagai latar belakang adalah BULLYING. Iya, menurut Global School-based Student Health Survey Indonesia 2007 Fact Sheet, sebanyak 50% pelajar Indonesia pernah mengalami bullying, hal ini tentu akan mengganggu pertubuhan anak Indonesia untuk terus optimis dan maju membangun bangsa. Menurut kamus Oxford, Bully adalah seseorang yang menggunakan kekuatannya untuk menakuti atau menyakiti seorang/kelompok yang lebih lemah.

Sifat dari bullying adalah membuat seseorang merasa salah melakukan segala hal, tidak percaya dengan dirinya sendiri, serta merasa seluruh dunia menolak keberadaannya. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya stimulus negatif yang telah meresap didalam pikiran mereka dalam jangka waktu yang lama.

Seperti yang terjadi pada Amy (bukan nama

sebenarnya) dikutip dari Jakarta Post (1/8), siswi umur 15tahun yang awalnya hanya bercanda dengan teman satu kelasnya. Namun, hal yang tidak disangka oleh Amy adalah bahwa salah satu temannya tersinggung dan membalasnya melalui jejaring sosial facebook

Dia dan teman-temannya, hingga orang asing ikut menyebarkan berita bohong dan foto yang tidak pantas pada halaman facebook milik Amy. Posting kebencian mulai menyebar dengan luas tanpa rasa belas kasih.

Orangtua Amy menyadari ada yang salah dengan anaknya, terlebih ketika Amy meminta izin untuk tidak pergi ke sekolah.

“Awalnya, dia meminta izin untuk tidak masuk sekolah karena sakit perut. Hari-hari berikutnya Amy mulai menangis dan memohon agar tetap di rumah. Kami juga menyadari bahwa Amy selalu murung setiap setelah dia mengecek ponselnya. Kami tahu sesuatu telah terjadi sehingga kami meminta untuk melihat ponselnya. Disitulah kami melihat seluruh komen.” Kata Ibu Amy, Rachel Yong, 40.

Kejadian yang menimpa Amy, cukup meng-gambarkan gambaran besar dari dampak bully. Secara global, statistik menunjukkan bahwa mayoritas sangat banyak anak-anak telah ditindas secara online, kebanyakan sampai pada jejaring sosial, sms, hingga percakapan pribadi pada ponsel mereka. Menurut EUkids, Penelitian Jaringan Mul-tinasional Eropa, tujuh dari sepuluh anak muda ditindas secara online/Cyberbullying.

Cyberbullying tidak mengandung kekerasan fisik, tetapi memiliki efek emosional dan

psikologis dalam jangka panjang. Karena jangkauan teknologi, dan situs sosial me-dia, efek dari cyberbullying menjadi sangat luas. Dalam hitungan detik, posting yang meyakitkan dapat tersebar secara luas.

“Cyberbullying mengambil alih dengan periode yang panjang. Karena melalui ponsel dan situs jejaring sosial, penindasan akan mengikuti anak sampai rumah sehingga anak tidak akan merasa aman ataupun ter-lindungi.” Kata Malaysian Communications and Multimedia Commision (MCMC)’s Outreach and Engagement Division’s senior director, Eneng Faridah Iskandar.

Untuk Fisitas yang memiliki anak, adik, sepupu yang masih muda jika memiliki ciri-ciri yang dijabarkan oleh Eneng, sepert murung setelah melihat ponsel, menyendiri dan menjauhkan diri dari teman dan keluarga, serta terlihat depresi melihat penampilannya di sekolah, itu merupakan tanda bahwa mereka mungkin menjadi korban penindasan.

Fisitas juga harus memberikan contoh yang baik bagi diri sendiri dan orang sekitar untuk selalu menghargai orang lain, dan mampu menahan emosi negatif jika ada seseorang yang membuat Fisitas kesal. Nah, bagaimana dengan ciri-ciri anak yang suka melakukan penindasan?

Apakah Fisitas termasuk golongan penindas?

Tanda seseorang memiliki perilaku se-orang penindas adalah memiliki akun online ganda, suka merahasiakan aktifitas internet dan mematikan komputer ketika seseorang memasuki ruangan. Fisitas juga perlu waspada jika anak atau Fisitas sendiri terlalu sering online dan sangat obsesi

15

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

REMINDER

Dewasa ini, internet sudah menja-di bagian hidup remaja masa kini.

Sayangnya tidak banyak yang tahu tentang bahaya yang bisa datang dari penggunaan media sosial yang tidak hati-hati.

Penggunaan Facebook, misalnya. Sudah banyak kejadian penculikan yang bermula dari Facebook. Yang paling meresahkan, kebanyakan “predator” ini memangsa akun-akun facebook dengan pengguna yang seharusnya masih belum memiliki facebook. Alias berusia dibawah 17 tahun.

Ketidakwaspadaan orang tua, dan kakak dari pengguna akun dibawah umur ini, bisa menimbulkan bahaya yang tidak bisa dibayangkan.

Coby Persin merupakan pemuda yang menggunakan youtube sebagai tempat berbagi video nya yang berisikan berbagai

eksperimen sosial. Salah satu video terba-runya adalah mengenai bahaya dari media sosial. Coby membuat akun facebook dengan profil palsu dan menambahkan tiga teman baru perempuan dibawah 15 tahun yang akan diuji oleh Coby.

Selama satu minggu Coby menggunakan akun palsu facebooknya untuk berhubungan dengan ketiga anak perempuan tersebut dan mengajak mereka untuk bertemu di rumah atau sekitar rumah mereka masing-mas-ing. Sesuai dugaan ketiga anak perempan tersebut menemui Coby tanpa ada rasa curiga sekalipun, dan tanpa sepengetahuan anak perempuan tersebut, Coby telah bekerja sama dengan orang tua mereka masing-masing untuk ikut menjemput anaknya atau pura-pura menjadi penculik.

Para orang tua tidak menyangka anaknya akan dengan mudah menemui orag asing

dengan mudah, walaupun sebelumnya telah diingatkan untuk selalu berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan orang asing. Berbagai gejolak tergambar dalam video tersebut, bagaiman orang tua sangat kaget dengan kepolosan anaknya, hingga secara spontan memarahi anaknya. Na-mun, diakhir para orang tua menunjukkan betapa mereka sangat khawatir dan sangat menyayangi anak-anak mereka.

Video tersebut memberi kita pelajaran untuk selalu berhati-hati dan mengingatkan anak dan adik-adik kita untuk berhati-hati dan bijak dalam menggunakan jejaring sosial.

Lebih baik tidak perlu mengikuti tren dan terpacu untuk memiliki akun sosial media, jika malah berakhir dengan kehilangan anggota keluarga, bukan?

ICAYANTI A. SETIAMUKTI

Child Predator Social ExperimentCoby Persin

dengan popularitas.

Menurut Eneng, banyak anak muda yang tidak menyadari bahwa perbuatan mereka termasuk dalam cyberbullying. Membuat kesenangan tanpa menyadari bahwa yang telah dilakukan dapat merugikan dan menyakiti orang lain, baik secara emosioal maupun psikologis.

Pemanfaatan Internet

Internet diciptakan untuk memudahkan orang di seluruh dunia dalam melaku-kan aktivitas. Fisistas dapat mempelajari apapun yang ingin dipelajari secara gratis, melakukan pekerjaan jarak jauh, maupun

terhubung dengan semua orang. Oleh karena itu alangkah baiknya jika Fisitas mempelajari etika dalam berinternet, dan tidak dalam keadaan marah dalam memposting sesuatu.

Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam mengisi dan turut merayakan Hari Anak Nasional. Bukan berarti jika kita mele-watkan harinya kita akan berdiam saja. Melainkan, kita harus turut melakukan berbagai kegiatan positif agar kita dapat memberikan contoh yang baik bagi orang disekitar kita. Bukankah, semua orang sukses tumbuh dari seorang anak!

50%

PELAJAR MENGALAMI BULLY

MENGALAMI PENINDASAN SECARA ONLINE

7 DARI 10 ANAK

16

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

REFERENCES

Tahun 2014, UNICEF Indonesia merintis U-Report Indonesia sebuah

platform baru untuk mendukung 67juta pemuda di negara ini, dan juga untuk membuat suara mereka terdengar pada isu-isu pembangunan.

U-Report Indonesia adalah sistem pen-gumpulan pendapat (polling) dengan menggunakan media sosial twitter. Suara dikumpulkan melalui beberapa pertanyaan melalui direct message yang kemudian hasil-nya akan dianalisa oleh UNICEF Indonesia. Informasi akan diteruskan dan didiskusikan bersama dengan mitra pemerintah dan mitra pembangunan untuk membuat perubahan positif, serta masyarakat sipil sebagai cara membina partisipasi remaja dan pemuda.

Menurut Nick Baker, Communication and Knowledge Management Officer bahwa anak-anak, remaja dan pemuda adalah inti kinerja UNICEF, sehingga perspektif mereka sangat penting untuk menciptakan tindakan yang berarti.

Misi dari program U-Report adalah:

1. Menginspirasi tindakan/aksi dalam masyarakat untuk bersatu dan berbagi tanggungjawab dalam menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

2. Menginspirasi tindakan/aksi dari para pemimpin – memberi tahu mengenai apa yang terjadi dan tindakan apa yang diharapkan oleh kaum muda di mas-yarakat yang mereka pimpin.

3. Berbagi dan memperluas informasi yang terkumpul melalui U-Report

Indonesia kepada pihak-pihak yang mampu memberikan dukungan secara bermakna.

U-Report pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Tim Inovasi UNICEF di Uganda dalam bentuk layanan sms. Hingga saat ini, lebih dari 250.000 anak muda Uganda telah terdaftar pada jaringan U-Report Uganda. Kini U-Report telah berkembang pesat dan baru-baru ini mulai melibatkan pemuda di Liberia, Nigeria, dan Meksiko.

Apa yang membedakan U-Report Indonesia dari program U-Report lain adalah bahwa UNICEF Indonesia adalah yang pertama dalam memanfaatkan media sosial – khusus-nya Twitter – sebagai saluran utama untuk mengirim dan menerima pesan.

Fisitas juga dapat mengunjungi halaman website untuk mengetahui informasi lebih

lanjut. Pada halaman depan ureportindo-nesia.com Fisitas akan dihadapkan dengan video dengan gambar anak kecil dan juga tagline: “GUNAKAN SUARAMU ANGKAT SUARA MEREKA”

Video berisikan berbagai informasi men-genai masalah anak muda, hingga rekaman suara curahan hati korban bullying. Video tersebut merupakan bentuk dari salah satu kampanye UNICEF pada tahun 2015 ini.

Kampanye tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan “Give Voice to The Voiceless” dalam upaya meningkatkan keanggotaan U-Report Indonesia. Fisitas dapat mengi-kuti instagramnya dengan memfollow @the_voiceless_stories disana akan disediakan banyak pilihan foto dengan visual yang sangat menarik. Fisitas dapat mengetahui fakta-fakta mengenai permasalahan sekaligus solusi yang dihadapi pemuda di Indonesia.

Semoga dengan keikutsertaan para Fisitas untuk turut menyumbangkan suara, dapat menginspirasi pemimpin dalam membuat dan menghasilkan suatu keputusan maupun kebijakan baru. Jangan lupa follow twitter dan akun instagramnya ya? Ajak juga teman atau saudara Fisitas, agar semakin banyak suara yang terkumpul, semakin cepat pe-rubahan baik dirasakan. Tidak ada ruginya, sebagai penambah wawasan serta kepekaan kita terhadap sekitar.

Mari menjadi agen perubahan, untuk anak muda Indonesia!

Oleh : Icayanti A. Setiamukti Ilustrasi : U-Report Indonesia

17

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

REFERENCES

Geliat pertumbuhan industri digital di Indonesia kini semakin semarak. Seakan tidak mau kalah dengan para startup Silicon Valley, produk digital buatan Indonesia kini ikut membanjiri pasar. Terbuka lebarnya akses internet, agaknya membawa angin bagi para kreator.

Peluang sekaligus tantangan untuk membuat aplikasi yang bisa diakses siapa saja, di mana saja, kapan saja, memudahkan, dan yang terakhir tentu saja, menguntungkan! Hal ini, tentu saja tidak boleh kita lewatkan.

Untuk mewujudkan fakultas berstan-dar Internasional yang berfokus pada ranah entepreneur, tentu harus punya strategi yang tidak biasa. Belum lagi berada di era perkembangan dunia digital dengan semakin semaraknya pasar gawai, pembelian berbasis daring, dan jejaring sosial yang tak kunjung menunjukkan penurunan tren.

Banyaknya pengguna gawai, tentu turut membutuhkan banyak aplikasi pen-dukung. Majunya perkembangan internet juga “memaksa” semua elemen berbenah. Mulai dari pembuatan toko online, sistem administrasi pemerintahan dan pendidikan yang juga online nan transparan, hingga tuntutan untuk mempermudah segala hal yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Tentu saja semua sudah harus berbasis komputer, cepat, dan bisa dicek secara online.

Civitas akademika FISIP masih ingat dengan akuisisi WhatsApp dan Instagram oleh Facebook beberapa tahun silam? Perusa-haan Whatsapp yang hanya memiliki 50 karyawan, diakuisisi sebesar US$ 19 Miliar (senilai Rp 220 triliun, jika kurs dolar senilai Rp 12.000,-) pada 19 Februari 2014 lalu.

Sebelumnya, besaran nominal yang dikeluarkan Facebook untuk mengakuisisi Instagram pada 9 April 2012 lalu, berselisih jauh dengan WhatsApp yakni US$ 1 Miliar. Banyak pihak yang merasa, nominal yang dikeluarkan Facebook untuk pembelian dua

perusahaan ini terlampau tinggi. Benarkah?

Nah dalam Digital Company (DiCo), kita harus tahu bahwa untuk mengukur tinggi rendahnya nilai perusahaan digital, bukan berbasis pada berapa nominal kas yang bisa dibukukan. Melainkan seberapa banyak pe-rusahaan tersebut mampu menghubungkan orang (connecting people). Dalam bahasa yang lebih sederhana, semakin banyak jumlah pengguna aplikasi besutan DiCo tersebut, makin besar pula nilai perusahaan. Model bisnis value for money kini sudah berubah menjadi value for many.

Dalam buku ini, civitas akademika juga bisa banyak belajar dari pemain lama dalam bidang startup digital seperti Mark Zuckeberg, Larry Page & Sergey Brin, Walt Disney, Jack Ma, Jan Koum, Warren Buffet, Bill Gates, hingga Steve Jobs.

Apakah civitas akademika FISIP juga tertarik terjun di dunia kreatif digital? Jika iya, maka buku “Creativity 2 Commerce (C2C)” yang ditulis oleh Arief Yahya (saat ini Menteri Pariwisata Indonesia) adalah buku yang tepat untuk dijadikan referensi.

Arief Yahya menemukan sebuah strategi baru untuk memperkecil tingkat kegagalan startup pemula, dengan formulasi yang cocok dengan kondisi di Indonesia. Coba

bayangkan, prosentasi keber-hasilan startup industri digital yang mampu bertahan di Indonesia, hanya sebesar 5%. Selebihnya, harus mengalami kegagalan.

Arief Yahya membangun formulasi C2C untuk DiCo (Digital Company) dengan tiga rumusan utama, yakni comparative, competitive, dan cooper-ative. Model bisnis ini Arief kreasikan sendiri, sesuai dengan iklim industri digital di Indonesia. Dan yang lebih menakjubkan, telah dipraktekkan oleh Telkom dalam beberapa tahun terakhir.

Selain membuat rangkaian acara inkubasi bisnis seperti Indigo (Indonesia Digital Community), yang kemudian berlanjut dengan pembangunan digital valley. Yakni membangun ekosistem digital layaknya Silicon Valley. Di tempat ini, para startup digital tidak hanya akan mendapatkan bantuan dana, melainkan juga bimbingan kontinu dalam inkubasi, hingga pencarian pasar yang tepat.

Perkembangannya, diharap tidak lagi berada di kawasan lokal, melainkan juga global.

Apakah sudah ada? Tentu saja. Kini Indone-sia sudah memiliki Bandung Digital Valley (BDV) yang diresmikan pada 20 November 2011, dan Jogja Digital Valley (JDV) yang diresmikan pada 21 Agustus 2013.

Dalam buku ini, diterangkan akan keberadaan beberapa model startup bisnis yang telah digunakan banyak perusahaan. Tentunya ditulis oleh pakar bisnis terkemuka dari Amerika, dan kebanyakan berhubungan dengan Silicon Valley. Tapi, belum tentu cocok dengan Indonesia, bukan?

Nah, bagi civitas akademika FISIP yang ingin mulai berinovasi di dunia digital, buku ini bisa menjadi panduannya. Ditulis oleh seseorang yang puluhan tahun bekerja di perusahaan digital (Telkom), dan turut di endorser oleh MarkPlus Institute. Buku ini, wajib dimiliki bagi para pebisnis.

Khoirunnisa Fatmawati

CREATIVITY 2 COMMERCE

Modal BerkaryaBerkarya di Industri

Digital Indonesia

DataPenulis : Arief YahyaPenerbit : PT. Gramedia Pustaka UtamaJakarta, Tahun 2014Halaman : 163+14 (i-xiv)

18

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

RECORD

menginspirasi upaya perdamaian dan membangun jembatan antara masyarakat.

Setiap tanggal 30 Juli seluruh negara bergembira merayakan Hari Persahabatan Internasional. Sekretaris Jenderal PBB – Ban Ki-Moon memberikan pesan untuk memperkuat hubungan antar individu dan meningkatkan rasa hormat dan saling mengerti di dunia kita.

Guna Menandai Hari Persahabatan Internasional, PBB mendorong pemerintah, organisasi internasional dan kelompok masyarakat sipil untuk mengadakan acara, kegiatan dan inisiatif yang berkontribusi terhadap upaya masyarakat internasional terhadap mempromosikan dialog antar peradaban, solidaritas, saling pengertian dan rekonsiliasi.

Dikutip dari United Nations Regional Information Centre for Western Europe (unric.org), Hari Persahabatan mula-mula diselenggarakan oleh Joyce Hall, Founder dari perusahaan kartu ucapan Hallmark Card pada tahun 1919. Joyce bermaksud untuk menjadikan hari tersebut sebagai hari perayaan persahabatan bagi orang-orang sekitar dengan mengirimkan kartu ucapan. Biasanya, orang merayakan hari tersebut pada Hari Minggu pertama di Bulan Agustus.

Peringatan tersebut juga bermaksud untuk mendukung tujuan dan sasaran dari Aksi Deklarasi dan Program Pada Perdamaian Budaya dan Dekade Perdamaian Budaya Internasional dan Anti-Kekerasan pada Anak di Dunia (2001-2010).

Untuk menghormati Hari Persahabatan pada tahun 1998, Nane Annan, istri Sekjen PBB Kofi Annan, bernama Winnie the Pooh sebagai Duta Besar di dunia Persahabatan di PBB. Acara ini disponsori oleh Departemen Informasi Publik PBB dan Disney Enterprises, dan co-host oleh Kathy Lee Gifford.

FISIP MASTERPLAN

Hari Persahabatan Internasional

Oleh : Khoirunnisa Fatmawati

Oleh : Icayanti A. SetiamuktiGambar : Rainbow Friendship Bracelet

Kekuatan permusuhan dan kebencian di dunia kita bukanlah tandingan kekuatan semangat manusia

“Dr. Ramon Bracho

Persahabatan Menghapus Kebencian

Gagasan mengenai Hari Persahabatan Internasional diprakarsai oleh seseorang yang sederhana namun mendalam.

Oleh karena itu sekretaris jenderal PBB memberikan apresiasinya pada awal tahun 2015 di Parauay, kepada Dr. Ramon Bracho atas keyakinannya bahwa selain menghubu-ngkan banyak orang, persahabatan juga dapat menginspirasi perdamaian di dunia kita.

Hari Persahabatan Internasional diproklamasikan pada tahun 2011 oleh Majelis Umum PBB dengan gagasan bahwa persahabatan antara masyarakat, negara, budaya dan individu dapat

Siapa saja yang pernah datang ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik belakangan ini, pasti tahu kalau sedang ada beberapa spot pembangunan. Ahmad Imron Rozuli, Wakil Dekan 2 FISIP saat ditemui oleh RADIUS pada 6 Agustus lalu menuturkan, pembangunan ini merupakan satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan FISIP Kondusif.

Sebelah utara Gedung Prof Yogi Sugito, akan dibangun deretan gazebo sebagai tempat belajar dan bertukar pikiran civitas akademika FISIP. Begitu pula dengan bangunan dibagian depan Gedung Prof Darsono Wisadirana. Namun Imron yang juga dosen Sosiologi ini berharap, bagian depan Gedung Prof Darsono ini dapat dibangun Day Care. Tempat penitipan dan bermain anak-anak, dengan sekaligus menjadi tempat konsultasi psikologi milik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Untuk menunjang kinerja karyawan dan kenyamanan mahasiswa, FISIP juga tengah membangun Gedung Perkantoran yang berfungsi sebagai tempat parkir vertikal (lantai 1-2), ruang perkantoran jurusan, laboratorium komunikasi, dan ruang serba guna. Keseluruhan bangunan ini akan selesai pada 2016.

Selain itu, ada berita bagus dari dekanat. Bekas tribun lapangan bola yang terletak di sebelah utara tempat parkir FISIP, dalam waktu dekat akan segera dikelola untuk dimanfaatkan sebagai studio dan konektor antara warga sekitar dan kampus. “Jadi masyarakat sekitar bisa turut merasakan keberadaan kampus,” Tungkas Imron.

GazeboPenunjangProduktivitas

19

EDISI KE 2 | BULAN SEPTEMBER 2015

RECORD

Hari Pemuda Internasional

Pemuda Bersuara Pemuda Mengubah

Hari Veteran Nasional

Mereka Yang Tak Boleh Dilupakan

Hari Pramuka

Sejarah Singkat Praja Muda Karana

Jumlah pemuda di Indonesia mencapai kira-kira 66juta orang, yang artinya sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak muda berusia 10-24 tahun. Indonesia juga harus siap dengan “Bonus Demografi” pada 15 tahun mendatang,yang telah dilaporkan PBB sebelumnya. Bonus demografi merupakan angka dimana populasi produktif (15-64 tahun) mencapai 70% dari total penduduk Indonesia, dan 30% untuk angka populasi non-produktif (dibawah 15 tahun, dan diatas 65 tahun). Sehingga, pada tahun2020-2030 Indonesia akan di dominasi oleh penduduk usia produktif, dengan harapan dapat meningkatkan pertumbuhan Indonesia baik sosial maupun ekonomi.

Namun, bonus demografi tentu akan menjadi sia-sia jika tidak disiapkan mulai dari sekarang.

Menurut UNFPA Executive Director, pemuda di masa sekarang lebih aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari isu ter-kini seperti perubahan iklim, serta mengikuti berbagai kegiatan volunteer. Tujuan PBB mencanangkan Hari Pemuda Internasional adalah untuk mengajak seluruh pemuda dunia berperan aktif menciptakan perdamaian dunia, serta memberikan ruang yang lebih luas bagi pemuda untuk turut mengambil keputusan.

ICAYANTI A. SETIAMUKTI

Tanggal 11 Agustus 2015 lalu, resmi ditetapkan menjadi Hari Veteran Nasional. Dikutip dari tempo.com (8/8) menurut Khofifah, Kementerian Pertahanan dan Keamanan serta Ke-menterian Sosial tahun ini adalah tahun pertama dalam seja-rah Indonesia merayakan Hari Veteran Nasional, guna terus bersilaturahmi serta memberikan sapaan dan penghormatan atas jasa para veteran terhadap bangsa dan negara.

Kementerian Sosial akan memberikan insentif sebesar Rp 23,5 juta rupiah bagi perintis kemerdekaan dan Rp 50 juta bagi pahlawan per tahun. Perjuangan para veteran patut untuk kita jadikan panutan untuk selalu menjadi pribadi yang berani, san-tun, bebas dari segala ambisi dan selalu berusaha dalam meng-gapai cita-cita. Mari bersama-sama menjadi warga Indonesia yang selalu membawa nama baik bagi bangsa dan negara.

ICAYANTI A. SETIAMUKTI

Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia.

Gerakan pramuka dikenalkan pada rakyat Indonesia, pada apel besar yang diikuti oleh 10.000 anak dan pemuda Jakarta dan kota lainnya. Saat itu, Presiden melantik Majelis

Pimpinan Nasional, Kwartir Nasional dan Kwartir Nasional Harian.

Juga diberikan penganugerahan dan penghormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka. Berbaga peristiwa penting tersebut terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961 dimana Gerakan Pramuka di perkenalkan di seluruh Indonesia, sehingga di tetapkan sebagai hari Pramuka yang di ikuti dengan pawai besar.

ICAYANTI A. SETIAMUKTI

20

RADIUS | HARMONIZING HEART, HAND, AND HEAD

REMINDER