latihan pengolahan tanah serta pengukuran kapasitas dan effisiensi kerja lapang
TRANSCRIPT
-
LAPORAN PRAKTIKUM
ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
(TPT 2021)
ACARA KE V
LATIHAN PENGOLAHAN TANAH SERTA PENGUKURAN KAPASITAS
DAN EFFISIENSI KERJA LAPANG
Disusun Oleh :
Nama : Denny Rachmad P.P.
NIM : 10/301967/TP/09889
Golongan : Kamis
Co. Ass : 1. Pradeka Brilyan Purwandoko
2. Alfi Baqiatus Shofi
LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisasi pertanian adalah pengenalan dan penggunaan alat mekanis
untuk melaksanakan operasi pertanian. Yang dimaksud dengan alat mekanis
adalah semua peralatan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor
listrik, angin, air, dan dapat diartikan sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik
untuk mengembangkan, mengorganisir, dan mengatur semua operasi dalam
usaha pertanian. Salah satunya adalah operasi pengolahan tanah.
Saat ini proses pengolahan tanah tidak lagi menggunakan cara
tradisional tetapi sekarang menggunakan cara modern. Cara modern adalah
dengan menggunakan alat atau mesin dalam proses pengolahan tanah. Para
petani sekarang mulai berpindah dari cara tradisional ke cara modern karena
cara modern lebih cepat dan lebih mudah tetapi cara modern memerlukan
modal dan biaya yang cukup mahal dan lebih banyak dari pada cara tradisional.
Maka dari itu beberapa petani ada yang memilih tetap pada cara tradisional
atau berpindah ke cara modern. Pada proses pengolahan tanah dalam pertanian,
dapat menggunakan alat atau mesin pengolah tanah yang telah tersedia. Alat
atau mesin ini terdiri dari berbagai macam dan jenis tergantung dari jenis tanah
yang akan diolah serta tergantung pada komposisi dan struktur tanah tersebut.
Alat atau mesin tersebut sudah dirancang agar dapat bekerja seefektif dan
seefisien mungkin jadi hasil yang akan diperoleh akan menjadi semaksimal
mungkin. Karena alat ini sangat berguna dalam bidang pertanian terutama pada
proses pengolahan tanah pada suatu tanaman maka dari itu kita sebagai lulusan
dari teknik pertanian harus mengetahui mengenai macam, jenis, bagian dan
fungsi dari alat atau mesin pengolah tanah serta mekanisme kerja alat tersebut.
Dari beberapa jenis dan macam alat pengolahan tanah yang ada, pada
praktikum ini kita akan dikenalkan dan dijelaskan mengenai latihan
pengolahan tanah dan cara mengukur kapasitas dari alat atau mesin pengolah
tanah tersebut serta efisiensi kerja lapang dari mesin tersebut. Pada praktikum
-
ini fungsi dari mengukur kapasitas dan efisiensi kerja lapang dari mesin
pengolah tanah adalah untuk mengetahui kemampuan kerja dari mesin tersebut
serta apakah mesin tersebut bersifat efisien atau tidak jika digunakan untuk
mengolah tanah pada suatu lahan. Maka dari itu kita juga mempelajari cara
menghitung dan mengukur kapasitas serta efisiensi kerja lapang dari suatu alat
pengolah tanah.
B. Tujuan
1. Untuk mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah tanah secara
mekanis ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan
aspek ekonominya.
C. Manfaat
Setelah melakasanakan praktikum ini kita akan mengetahui manfaat
dari praktikum ini dalam kehidupan kita. Dengan mempelajari lebih detail dan
lebih jelas tentang alat pengolah tanah maka kita akan dapat mengetahui
macam, jenis, fungsi dari masing-masing bagiannya dan fungsi alat secara
keseluruhan serta kita juga dapat mengetahui atau mengatasi apabila terjadi
kerusakan pada mesin pengolah tanah tersebut dan mengetahui mekanisme
kerja dari mesin pengolah tanah. Sehingga praktikan dapat mempelajari kinerja
(performance) dari mesin pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek
teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya serta praktikan
dapat menghitung dan menganalisa data dari kapasitas dan efisiensi kerja
lapang dari mesin pengolah tanah. Dari keterangan diatas maka praktikan juga
akan dapat menentukan jenis alat atau mesin pengolah tanah mana yang sesuai
dan dapat digunakan pada lahan tersebut.
-
BAB II
DASAR TEORI
Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi
masalah keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat
membantu petani dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta
pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu (Alihamsyah, 1991).
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi pertanian
adalah membangun industri pertanian di pedesaan berbasis mekanisasi pertanian
pada sentra produksi. Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan untuk
pengembangan mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain
adalah (1) pengembangan infrastruktur; (2) mendorong berkembangnya industri
alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim kredit dan bantuan
keuangan yang mendorong tumbuhnya mekanisasi pertanian (Anonim 1, 2010).
Dalam usaha meningkatkan dukungan mekanisasi pertanian rangka
pengembangan mekanisasi, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus
mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, dan nilai tambah, mendorong
tumbuhnya industri alat dan mesin dalam negeri dan mendorong kemitraan antara
industri besar dan UKM. Target pengembangan alsin untuk tanaman padi adalah
hand tractor, transplanter, weeder, hand sprayer, reaper, thresher dryer, pompa
air, dan mesin penggilingan padi (Anonim 2, 2010).
Teknologi pengolahan tanah adalah teknik atau cara pengolahan tanah
mulai dari mempersiapkan tanah yang akan digarap sampai tanah tersebut siap
untuk ditanami. Yang dimaksud dengan mempersiapkan tanah ialah mengerjakan
hal-hal yang seperti memperbaiki saluran air dalam persawahan irigasi, menebang
pepohonan dan semak belukar dalam peladangan, dan sebagainya (Rifai, 1990).
Untuk pembukaan tanah, dapat digunakan alat-alat sederhana maupun alat-
alat mekanis atau modern, seperti penggunaan tenaga traktor. Ditinjau dari tenaga
yang dugunakan, kita mengenal alat-alat pembukaan tanah dengan tenaga manusia
atau alat-alat pembukaan tanah dengan tenaga motor (traktor) (Anonim 3, 1977).
-
Alat pengolahan tanah dapat diklasifikasikan menurut tahap pengolahan
tanah dan menurut tenaga penarik (sumber tenaga). Menurut tahap pengolahan
tanah dapat digolongkan sebagai berikut (Irwanto, 1980):
1. Alat pengolahan tanah pertama
Yang termasuk alat pengolahan tanah pertama adalah:
a. Cangkul, garpu
b. Bajak singkal
c. Bajak piring
d. Bajak rotary
2. Alat pengolahan tanah kedua
Yang termasuk alat pengolahan tanah kedua adalah:
a. Cangkul
b. Garu sisir
c. Garu piring
d. Bajak rotary
Menurut tenaga penariknya (sumber tenaga) alat pengolahan tanah dapat
diklasifikasikan menjadi (Irwanto, 1980):
1. Tenaga biologis
Tenaga biologis dapat dibedakan menjadi:
a. Manusia
Alat yang digunakan adalah cangkul dan garpu.
b. Hewan
Hewan yang digunakan antara lain: kerbau, sapi, dan kuda.
Alat yang digunakan adalah:
i. Bajak singkal
ii. Bajak piring
iii. Garu sisir
iv. Garu piring
-
2. Tenaga traktor
Tenaga traktor dapat dibedakan menjadi:
a. Traktor tangan 2 roda
b. Traktor mini 4 roda
c. Traktor besar 4 roda
d. Traktor crawler
Faktor-faktor pertimbangan dalam pemilihan penggunaan tenaga dalam
usaha bidang pertanian adalah (Daywin dkk, 1978):
1. Ukuran usaha pertanian
2. Topografi dan sifat-sifat tanah
3. Jenis pertanaman dan macam pertanian
4. Ukuran dari lapangan
Dalam pemilihan traktor pertanian yang harus diperhatikan ialah (Daywin
dkk, 1978):
1. Merk/pabrik dari pembuat, sebaiknya yang telah terkenal.
2. Konstruksi dan desain dari traktor.
3. Persediaan spare parts serta supply bahan-bahan yang diperlukan yang
dijamin oleh dealer-dealer traktor.
4. Type yang sesuai dengan usaha pertanian.
5. Ukuran/tenaga yang dibutuhkan.
Dalam pengolahan tanah perlu dilakukan pengujian terhadap alat mesin
agar alat mesin tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
Pengujian adalah alat untuk menyelidiki, mencoba atau membuktikan, yang
memungkinkan kita untuk mengevaluasi atau menetapkan nilai dari suatu mesin.
Evaluasi adalah langkah lanjut dari pengujian untuk mengetahui, menilai, dan
menetapkan nilai mesin yang diuji, bukan saja didasarkan atas data mesin yang
diperoleh, tetapi juga didasarkan atas keterangan-keterangan tentang keadaan
lahan, keadaan iklim tanaman, keadaan sosial ekonomi masyarakat dan lain-lain
keadaan di luar mesin itu sendiri (Bainer, 1952).
-
Dalam analisa biaya, ongkos-ongkos penggunaan traktor pertanian atau
peralatan lainnya ditentukan oleh faktor-faktor (Daywin dkk, 1978):
1. Umur dari traktor (dalam jam, hari atau tahun)
2. Lama penggunaan dalam jam atau hari
3. Depresiasi (penyusutan)
4. Bunga modal
5. Penyimpanan
6. Asuransi dan pajak
7. Pemakaian bahan bakar dan pelumas
8. Pemeliharaan dan reparasi
Banyak faktor yang mempengaruhi tata cara pengujian maupun hasil-hasil
yang diperoleh dari suatu pengujian mesin dengan tata cara tertentu. Suatu tata
cara pengujian yang diciptakan untuk suatu jenis mesin pada suatu daerah atau
keadaan mungkin tidak cocok untuk keadaan di daerah lain. Oleh karena itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tata cara pengujian
lapangan (Irwanto, 1980):
a. Tata cara pengujian harus luwes, untuk memungkinkan penyesuaian dengan
sifat-sifat lingkungan dan ubahan yang ada. Hasil pengujian yang diperoleh
dari suatu daerah mungkin juga dapat digunakan untuk menentukan
penyesuaian suatu mesin untuk daerah lain yang sesuai.
b. Tata cara pengujian harus handal, untuk memperoleh data khusus pengujian,
keterangan-keterangan tentang lahan, keadaan iklim, keadaan tanaman, dan
faktor-faktor lapangan lainnya. Dalam melaksanakan pengujian lapang petani
atau masyarakat kemungkinan harus diikutsertakan. Dalam hal ini harus
digunakan metode pengumpulan data secara tepat.
c. Tata cara pengujian harus disesuaikan dengan faktor manusia dan sosial
ekonomi daerah. Untuk ini perlu dilakukan evaluasi yang mendalam dari data
dan informasiinformasi yang diperoleh.
-
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
1. Traktor mini,
2. Bajak singkal,
3. Patok besi,
4. Stopwatch, dan
5. Rollmeter (25 meter dan 3 meter).
B. Bahan
1. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah tanah pada lahan kosong.
C. Cara kerja
1. Traktor mini dan alat pengolah tanah (bajak singkal) yang akan diuji serta
peralatan ukur yang diperlukan.
2. Bajak singkal digandengkan pada masing-masing traktor yang akan
digunakan.
3. Sistem penggandengan dari peralatan tersebut diatur dengan cermat agar
dapat digunakan dengan baik.
4. Patok-patok besi dipasang pada lahan uji yang telah diperkirakan posisinya
atau ukurannya.
5. 4 patok besi dipasang sebagai batas dari lintasan lurus pengolahan tanah
saat pengujian dan 4 patok besi lain sebagai batas belok kegiatan
pengolahan tanah saat pengujian. 3 patok besi dibuat di titik tengah luasan
daerah yang diuji untuk menghitung lebar kerja aktual. Gambar dari
pemasangan patok besi dapat dilihat pada Gb.1.
6. Panjang dan lebar bidang olahan diukur berdasarkan keempat batas patok
untuk lintasan lurus pengolahan tanah dengan menggunakan rollmeter 25
meter, kemudian dihitung luas bidang olah tersebut.
-
7. Traktor dihidupkan dan ditempatkan pada salah satu sisi pojok bidang olah
sebagai tempat awal mulainya traktor bekerja.
8. Posisi bajak diatur pada posisi yang siap untuk digunakan atau siap kerja.
9. Tenaga penguji dibagi menjadi 5 bagian, yaitu operator traktor, pencatat
waktu, pengukur kedalaman-kedalaman dan lebar kerja, pencatat jumlah
putaran roda traktor, dan pencatat data-data pengujian.
10. Sebelum kegiatan pengolahan utama dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pengolahan tanah awal dengan traktor dengan dipilih jalur olah diluar areal
olahan utama guna ditentukannya lebar kerja, kedalaman dan waktu
teoritis.
11. Pencatat waktu dibagi dua, yaitu satu orang sebagai pencatat waktu lurus
(waktu efektif) dan sebagai pencatat waktu belok (waktu tidak efektif).
12. Stopwatch diaktifkan oleh pencatat waktu efektif ketika traktor mulai
berjalan mengolah tanah pada lintasan lurus, kemudian stopwatch
dihentikan ketika traktor sudah sampai di ujung batas akhir lintasan lurus
pengolahan.
13. Saat traktor berjalan lurus melakukan pengolahan, jumlah putaran roda
traktor dihitung pencatat jumlah putaran roda. Sedangkan pada waktu
belok tidak usah dilakukan penghitungan.
14. Posisi bajak diubah ke kondisi tidak siap kerja saat traktor berjalan
membelok.
15. Stopwatch diaktifkan oleh pencatat waktu belok ketika traktor bergerak
membelok, kemudian stopwatch dihentikan ketika traktor selesai
membelok dan siap berjalan lurus kembali.
16. Posisi bajak diubah kembali ke posisi siap kerja ketika traktor berjalan
lurus lagi.
17. Pencatat kedalaman dan lebar kerja hasil pengolahan mengukur lebar dan
kedalaman hasil olahan dengan digunakannya meteran.
18. Langkah-langkah 1-17 dilakukan hingga lahan olahan selesai terolah.
19. Semua data direkap yang diperoleh dan selanjutnya melakukan
perhitungan dan analisis terhadap data yang diperoleh.
-
D. Cara Analisa Data
1. Traktor mini
a) Penghitungan Kapasitas Kerja Efektif/Aktual
Waktu : mulai : -
selesai : -
T = ....jam
Luas hasil kerja (A) = (..........x..........) m2
Ka = T
A = ...............ha/jam
b) Penghitungan Efisiensi Kerja
1) Kerugian karena terjadinya tumpang tindih hasil kerja pengolahan
(L1 = .....%)
Lebar kerja teoritis (W1) = .... cm
Lebar kerja aktual (W2)
W2 total = .... cm
W2 rerata = .... cm
L1 = %1001
21 xW
WW
Lintasan lurus
Batas
lintasan
belok
Batas
lintasan
belok
Patok besi Patok besi
Lintasan lurus
Bidang olahan
Gb.1 Bidang olahan untuk pengujian
-
2) Kerugian karena slip roda (L2), %
Panjang jarak tempuh (M) = ..... m
Diameter roda luar (D) = ..... m
Jumlah putaran roda (N) sepanjang lintasan M
Jumlah putaran roda kiri =.... Rerata putaran roda kiri = ....
Jumlah putaran roda kanan =.... Rerata putaran roda kanan = ....
N rerata = 2
____ kananrodaNkirirodaN = .... putaran
L2 = %100xDN
MDN
= .... %
3) Kerugian karena belok (L3)
t1 = waktu efektif (detik) rerata t1 = .... detik
t2 = waktu tidak efektif (detik) rerata t2 = .... detik
L3 = %10021
2 xtt
t
= .... %
4) Kerugian untuk pengaturan , mengatasi kemacetan, dan kerusakan
kecil (L4)
Waktu total pengerjaan (T) = .... jam
Waktu untuk mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil (T2) = ....
jam
L4 = %1002 x
T
T = .... %
E = %100111 4321 xLLLL
=.... %
Menentukan kapasitas kerja aktual (Ka), kapasitas kerja teoritis (Kt),
kecepatan aktual (Va) dan kecepatan teoritis (Vt)
Kecepatan Aktual (Va) =
= .... m/detik
Kecepatan Teoritis (Vt) = 21 L
Va
= .....m/detik
Kapasitas Kerja Teoritis (Kt) = Wt x Vt = .... m2/detik = .... ha/jam
-
Efisiensi (E2) = ....%%100 xKt
Ka
Dibandingkan harga E dari perhitungan dengan E = %100xKt
Ka
2. Analisa Ekonomis
1. Biaya Tetap per Tahun
a. Penyusutan =
b. Bunga modal =
c. Pemeliharaan dan perbaikan =
d. Gudang =
e. Pajak =
Total biaya tetap per tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 6 A = Rp / tahun
2. Biaya Kerja per Tahun
a. Bahan bakar =
b. Minyak pelumas =
c. Grease =
d. Operator = Wt x Wop
e. Tenaga pembantu operator = Wt x Wi
f. Ban =
g. Total biaya kerja per tahun = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
B = Rp / tahun
h. Total biaya operasional mesin per tahun = (A + B) = Rp/tahun
i. Besarnya biaya operasional mesin per jam = (A + B) / Wt = Rp/jam
Biaya operasional per satuan luas =
= Rp/ha
-
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul latihan pengolahan tanah serta pengukuran
kapasitas dan effisiensi kerja lapang ini. Kita akan melakukan percobaan berupa
pembajakan pada sebuah lahan menggunakan bajak singkal yang digabungkan
dengan menggunakan traktor mini. Selain melakukan percobaan berupa
pembajakan kita juga akan mengukur kapasitas dari penggunaan traktor dan bajak
singkal serta mengukur efisiensi kerja lapang dari traktor dan bajak singkal.
Praktikum ini memiliki tujuan untuk para praktikan yaitu praktikan harus
mempelajari kinerja (performance) alat mesin pengolah tanah secara mekanis
ditinjau dari aspek teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek
ekonominya. Sehingga pada praktikum ini kita juga akan diajarkan mengenai
kinerja dari alat mesin pengolah tanah secara mekanis dan aspek teknik
kerekayasaan seperti penambahan atau penggabungan dua alat mesin menjadi satu
untuk melakukan proses pertanian, mempelajari cara bagaimana menggunakan
alat mesin tersebut dan nilai-nilai ekonomis dari alat mesin tersebut agar diperoleh
hasil yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin. Praktikum ini tentu
saja memiliki manfaat untuk para praktikan antara lain adalah setelah melakukan
praktikum ini praktikan diharapkan dapat mengetahui manfaat dari alat pengolah
tanah. Dengan mempelajari lebih detail dan lebih jelas tentang alat pengolah tanah
tersebut maka praktikan akan dapat mengetahui macam, jenis, fungsi dari masing-
masing bagiannya dan fungsi alat secara keseluruhan serta kita juga dapat
mengetahui atau mengatasi apabila terjadi kerusakan pada mesin pengolah tanah
tersebut dan mengetahui mekanisme kerja dari mesin pengolah tanah. Selain itu
praktikum ini juga dapat bermanfaat untuk para praktikan ketika ada seseorang
yang ingin menentukan jenis alat atau mesin pengolah tanah mana yang sesuai
dan dapat digunakan pada lahan tersebut maka praktikan sudah atau dapat
memberikan masukan atau bahkan solusi dari permasalahan orang tersebut
khususnya dalam memilih dan menghitung efisiensi kerja alat mesin tersebut
dilapangan. Praktikum kali ini dilakukan di KP4 Berbah Kalitirto Sleman.
-
Sebelum membahas lebih jauh tentang praktikum ini alangkah lebih baik
jika membahas mengenai apa yang dimaksud dengan pengolahan tanah terlebih
dahulu. Menurut Rifai (1990) teknologi pengolahan tanah adalah teknik atau cara
pengolahan tanah mulai dari mempersiapkan tanah yang akan digarap sampai
tanah tersebut siap untuk ditanami. Yang dimaksud dengan mempersiapkan tanah
ialah mengerjakan hal-hal yang seperti memperbaiki saluran air dalam
persawahan irigasi, menebang pepohonan dan semak belukar dalam peladangan,
dan sebagainya. Dari pengertian diatas maka kita dapat mengetahui bahwa
pengolahan tanah merupakan proses yang sangat penting dalam memulai proses
pertanian. Jika tidak ada proses pengolahan tanah maka kemungkinan besar
proses pertanian akan sulit berjalan dengan lancar. Tujuan dari pengolahan tanah
itu sendiri adalah untuk menciptakan keadaan tanah yang siap tanam baik secara
fisis, kemis, maupun biologis. Sehingga tanaman yang dibudidayakan akan
tumbuh dengan baik tanpa ada ganguan dari hama dan sebagainya. Dalam
pengolahan tanah menggunakan alsintan ini terdapat keuntungan yang berupa
keuntungan teknis yaitu dengan adanya penggunaan alsintan yang memiliki
tenaga sangat besar maka para petani akan merasa lebih terbantukan dalam
mengolah lahan pertanian untuk proses penanaman. Sehingga petani tidak perlu
lagi susah-susah dalam mencangkul tanah karena tanah tersebut sudah dapat
dibajak menggunakan alsintan. Keuntungan lainya adalah keuntungan ekonomis
dengan penggunaan alsintan dalam pengolahan tanah maka akan mengurangi
biaya pengolahan tanah per hektarnya, sehingga penurunan biaya pengolahan
tanah tersebut akan memberikan keuntungan pada para petani. Selain dua
keuntungan diatas juga masih ada satu lagi keuntungan yang berupa keuntungan
waktu. Dengan penggunaan alsintan maka waktu yang dibutuhkan untuk
mengolah tanah akan semakin cepat sehingga waktu yang dibutuhkan dalam
proses budidaya akan menjadi semakin lama (banyak). Dengan kondisi seperti itu
maka untuk tanaman yang berumur pendek dapat kita budidayakan dan dapat kita
ambil hasilnya lebih dari satu kali dalam sekali musim tanam.
Dalam alat dan mesin pengolahan tanah terdapat berbagai macam alat dan
mesin pengolah tanah yang telah disesuaikan dengan kondisi tanah yang ada. Pada
-
praktikum ini dilakukan percobaan pembajakan suatu lahan pada suatu daerah
dengan menggunakan bajak singkal yang digabungkan menggunakan traktor mini.
Pada praktikum ini yang dilakukan pertama adalah menyiapkan traktor dan bajak
singkal yang akan digunakan dalam proses pembajakan. Setelah kedua alat dan
mesin tersebut disiapkan selanjutnya bajak singkal digandengkan atau
dihubungkan dengan traktor mini yang sudah disiapkan. Bersamaan dengan
penggandengan alat dan mesin kita juga dapat menentukan batas-batas dari lahan
atau tanah yang akan dibajak. Pemberian batas dilakukan menggunakan patok-
patok besi yang sudah dibawa. Pemberian batas ini berguna untuk melihat luasan
wilayah yang akan dibajak selain itu juga berguna untuk membantu dalam
pengambilan data. Pada praktikum ini luasan wilayah yang diambil adalah 200 m2
dengan panjang 20 m dan lebar 10 meter. Selanjutnya traktor beserta bajak
singkal ditempatkan pada posisinya. Sebelum proses pembajakan dimulai para
praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberi tugas untuk mengukur
dan mencatat waktu, mengukur kedalaman dan lebar kerja, pencatat jumlah
putaran roda traktor, dan pencatat data-data pengujian. Untuk pencatat waktu
dibagi menjadi dua yaitu satu orang sebagai pencatat waktu lurus (waktu efektif)
dan satunya lagi sebagai pencatat waktu belok (waktu tidak efektif). Pencatat
waktu efektif mengaktifkan stopwatch ketika traktor mulai berjalan mengolah
tanah pada lintasan lurus, kemudian stopwatch dihentikan ketika traktor sudah
sampai di ujung batas akhir lintasan lurus pengolahan atau saat traktor dan bajak
singkal telah melewati patok besi. Selain pencatat waktu efektif ketika traktor
berjalan lurus dan melakukan pengolahan tanah pencatat jumlah putaran roda
menghitung jumlah putaran roda traktor. Sedangkan ketika belok putaran roda
tidak perlu dihitung. Ketika bajak mengubah posisi menjadi tidak siap kerja atau
pada saat berbelok maka pencatat waktu belok mengaktifkan stopwatch dan
ketika traktor selesai berbelok dan siap kembali untuk berjalan lurus dan
melakukan pengolahan tanah kembali pencatat waktu belok mematikan stopwatch
dan pencatat waktu efektif menghidupkan kembali stopwatch. Hal tersebut
dilakukan berulang-ulang antara pencatat waktu efektif dengan pencatat waktu
tidak efektif sampai proses pembajakan selesai. Untuk waktu lama pembajakan
-
juga dihitung dengan cara menghidupkan stopwatch ketika traktor memulai kerja
dan mematikan stopwatch ketika traktor mengakhiri kerja yaitu pada saat proses
pembajakan berakhir. Ketika traktor selesai membajak satu sisi (1 kali bajak)
maka pengukur kedalaman memulai menghitung kedalaman yang dihasilkan dari
proses pembajakan itu dengan cara mengambil dua sampel kedalaman pada satu
sisi pembajakan yang selanjutnya dirata-rata. Sedangkan untuk mengukur lebar
kerja dapat diukur setelah trakor selesai melakukan pembajakan pada satu sisi
dengan cara mengukur hasil pembajakan sisi yang terdalam ditarik garis lurus
dengan patok yang terdapat ditengah lalu diukur dengan meteran. Setelah semua
wilayah yang berada didalam patok besi dibajak maka sisi lebar yang selanjutnya
dibajak, pada praktikum ini dilakukan tiga kali pembajakan pada setiap sisi lebar.
Hasil semua pengukuran tersebut dicatat karena semua pengukuran tersebut
berperan dalam menghitung nilai dari kapasitas dan efisiensi kerja dari alat mesin
pengolahan tanah.
Pada praktikum ini digunakan alat dan mesin berupa traktor mini dan
bajak singkal. Fungsi dari traktor mini pada praktikum kali ini adalah untuk
menarik bajak singkal. Sedangkan fungsi dari bajak singkal adalah untuk
membajak tanah dan membalikan tanah agar siap untuk memulai proses
penanaman. Berikut akan dijelaskan mengenai spesifikasi dari alat dan mesin
pengolah tanah yang digunakan pada praktikum kali ini. Yang pertama adalah
traktor mini, spesifikasinya adalah merek dari traktor tersebut adalah Yanmar
dengan model Four Wheel Drive dan tipe W-400. Setiap traktor pasti memiliki
nomor seri masing-masing. Nomer seri dari traktor tersebut adalah 66706-47-29.
Traktor tersebut dibuat dari Jepang tepatnya pada tahun 1970. Ukuran dari traktor
ini adalah panjang 1960 mm, lebar 1040 mm dan tinggi 1100 mm. Pada traktor
tidak terdapat singkal atau piringan atau pisau. Tetapi traktor memiliki roda
dukung dan roda alur penstabil. Traktor ini memiliki sistem penggandengan yang
berupa three pioint hitch. Sedangkan untuk sumber daya penggeraknya yraktor ini
menggunakan motor penggerak yang memiliki merk Kubota dan bermodel D 650-
A. Sedangkan spesifikasi dari bajak singkal adalah bajak singkal memiliki sebuah
singkal yang terdapat langsung dibelakang mata bajak. Bagian tersebut berfungsi
-
untuk menerima potongan tanah dari ujung-ujung mata bajak dan kemudian
membaliknya. Jadi pada dasarnya singkal memiliki fungsi utama berupa
memecah, menghancurkan dan menggemburkan tanah. Agar memperoleh hasil
pembajakan dengan singkal secara optimal maka kita membutuhkan singkal yang
sesuia dengan kondisi lapangan. Nama alat pembajak adalah bajak singkal
(moldboard plow) dengan merk SEARS dan dengan model MOUNTED. Nomer
seri dari bajak ini adalah 917253010. Untuk bajak ini dibuat di negara USA.
Dimensi dari bajak ini adalah panjang 800 mm, lebar 560 mm dan tinggi 610 mm.
Bajak singkal ini memiliki jumlah singkal atau piringan atau pisau sebanyak 1
buah. Bajak singkal ini memliki lebar kerja teoritis sebesar 23 cm. Bajak singkal
ini tidak memiliki roda dukung dan roda alur penstabil. Untuk sistem
penggandengan digunakan three point hitch. Bajak singkal tidak memiliki sumber
daya penggerak karena bajak singkal digerakkan oleh traktor mini.
Setelah melakukan percobaan membajak dengan menggunakan traktor
mini dan bajak singkal, maka dapat ditentukan kapasitas kerja dan efisiensi kerja
alat atau mesin pengolah tanah tersebut. Pertama kita dapat mencari nilai dari Ka
atau yang disebut dengan kapasitas kerja aktual dari alat atau mesin pengolah
tanah. Ka merupakan kelajuan kerja yang dapat dicapai oleh alat atau mesin
pengolah tanah didasarkan atas luas total yang dicapai perwaktu total yang
dipergunakan, biasanya dinyatakan dalam satuan luas per satuan waktu (ha/jam).
Cara menghitungnya adalah A (luas lahan total yang dikerjakan) dalam satuan ha
dibagi dengan T (waktu total yang digunakan) dalam satuan jam. Pada
perhitungan kali ini maka diperoleh nilai Ka sebesar 0,0547 ha/jam. Setelah itu
dihitung besar nilai dari L1 (waktu hilang karena terjadinya tumpang tindih hasil
kerja pengolahan tanah). Cara untuk menghitung L1 adalah W1 (lebar kerja
teoritis) dikurangi dengan W2 (lebar kerja aktual) dan selanjutnya dibagi dengan
W1 (lebar kerja teoritis) dan dikalikan dengan 100 %. Untuk nilai W1 diperoleh
sebesar 35 cm, sedangkan unutk W2 diperoleh nilai sebesar 32 cm. Nilai dari W2
diperoleh dari rerata lebar kerja aktual yang datanya didapatkan pada saat
praktikum. Setelah dihitung maka akan diperoleh nilai dari L1 sebesar 8,57 %.
Selanjutnya dihitung nilai dari L2 (waktu hilang karena slip roda) dengan cara
-
dikali dengan D (diameter roda) dan N (jumlah putaran roda). Hasil tersebut
dikurangi dengan M (panjang jarak tempuh) selanjutnya dibagi dengan nilai
dikali dengan diameter roda dan jumlah putaran roda, setelah itu dikalikan dengan
100 %. Untuk nilai D diperoleh pada saat praktikum dengan cara mengukur roda
bagian belakang traktor, maka diperoleh nilai sebesar 0,0,765 meter. Sedangkan
untuk nilai N diperoleh dari perhitungan data jumlah putaran roda kiri dan jumlah
putaran roda kanan dengan cara N roda kiri ditambahkan dengan N roda kanan
dan selanjutnya dibagi dengan dua dan akan diperoleh nilai sebesar 10,139
putaran. Sedangkan untuk nilai M siperoleh nilai sebesar 20 m. Setelah dihitung
maka akan diperoleh nilai dari L2 sebesar 17,88 %. Selanjutnya adalah
menghitung nilai dari L3 (waktu hilang untuk belok diujung lapangan) caranya
adalah t1 (waktu efektif) dibagi dengan penjumlahan antara t1 (waktu efektif)
dengan t2 (waktu tidak efektif) dan hasilnya dikalikan dengan 100 %. Untuk nilai
t1 diperoleh sebesar 8,6086 sedangkan untuk t2 diperoleh nilai sebesar 10,94.
Sehingga dapat diperoleh nilai dari L3 pada percobaan kali ini sebesar 44,0369 %.
Pada percobaan kali ini tidak ada nilai dari L4 (waktu hilang untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil) dikarenakan operator tidak melakukan
pengaturan kembali saat pengolahan tanah berjalan, dan tidak terdapat kemacetan
dan kerusakan kecil yang terjadi pada traktor. Setelah itu dapat dihitung nilai dari
efisiensi kerja dari alat atau mesin pengolah tanah (E) dengan cara satu dikurangi
dengan L1 dikalikan dengan nilai satu dikurangi dengan L2 dikalikan dengan nilai
satu dikurangi dengan L3 dikurangi lagi dengan L4 (jika ada) dan hasil tersebut
dikalikan dengan 100 %. Maka pada percobaan kali ini akan diperoleh nilai E
sebesar 42, 0184%.
Dari data diatas maka dapat juga dihitung nilai dari Va (kecepatan aktual)
dan Vt (kecepatan teoritis). Cara untuk menghitung nilai Va adalah dengan cara
M (panjang jarak tempuh) dibagi dengan t2 (waktu efektif rata-rata, sehingga
diperoleh nilai Va sebesar 2,3233 m/s. Sedangkan untuk menghitung nilai dari Vt
adalah dengan cara Va dibagi dengan nilai satu dikurangi dengan L2, maka akan
diperoleh nilai dari Vt sebesar 2,8292 m/s. Selanjutnya adalah menghitung nilai
dari Kt (kapasitas kerja teoritis) nilai ini digunakan untuk mencari nilai dari
-
efisiensi). Cara mengghitung nilai Kt adalah Wt (lebar kerja teoritis) dikalikan
dengan Vt (kecepatan teoritis), maka akan diperoleh nilai dari Kt sebesar 0,3565
ha/jam. Selanjutnya menghitung nilai dari E (effisiensi traktor) dengan cara nilai
dari Ka (kapasitas aktual) dibagi dengan Kt dan hasilnya dikalikan dengan 100 %.
Maka dapat diperoleh nilai dari E sebesar 15,3352 %. Dari kedua efisiensi yang
diperoleh diatas maka dapat dilihat bahwa efisiensi yang pertama diperoleh
sebesar 42,0184 % sedangkan untuk nilai efisiensi kedua diperoleh nilai sebesar
15,3352 %. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi pertama dan efisiensi
yang kedua kurang akurat karena pada efisiensi pertama dan kedua ada beberapa
harga yang dipakai mengalami kesalahan, yang mungkin disebabkan pengamatan
yang tidak sempurna ketika sedang melakukan praktikum lapangan . Namun pada
cara yang pertama dan kedua kita belum sepenuhnya dapat mengetahui kerugian-
kerugian mana yang sangat mempengaruhi tinggi dan rendah harga efisiensi kerja.
Dengan demikian kita harus cermat melakukan pengamatan dalam mengambil
data aktual maupun teoritis untuk dapat mengetahui usaha-usaha mana yang harus
ditempuh untuk meningkatkan besarnya harga efisiensi kerja yang akan lebih
mudah dilakukan.
Selanjutnya kita dapat menghitung biaya operasional alat atau mesin
pengolah tanah yang digunakan. Yang pertama kita menghitung biaya tetap per
tahun. Untuk penyusutan dapat dihitung dengan cara pembelian harga mesin
dikurangi dengan harga akhir dibagi dengan umur ekonomis. Sehingga untuk
penyusutan diperoleh harga sebesar Rp 4.500.000,-. Sedangkan untuk menghitung
bunga modal digunakan besar bunga sebesar 10 % dan akan diperoleh nilai
sebesar Rp 1.350.000,-. Selanjutnya dihitung nilai dari pemeliharaan dan
perbaikan 7% dari alat dengan cara nilai pemeliharaan dan perbaikan dibagi
dengan 100 dan dikalikan dengan harga pembelian mesin, maka dapat diperoleh
harga pemeliharaan dan perbaikan sebesar Rp 2.100.000,-. Untuk harga gudang
dapat dihitung dengan cara nilai gudang 1% dibagi dengan 100 dan hasilnya
dikalikan dengan harga pembelian mesin, maka akan diperoleh harag sebesar Rp
300.000,-. Untuk alat atau mesin pengolah tanah juga terdapat pajak yang harus
dibayarkan. Untuk harga pajak dapat diperoleh harga sebesar Rp 300.000,-. Dari
-
hasil diatas maka dapat diperoleh total biaya tetap per tahun sebesar Rp
8.550.000,-/tahun.
Selanjutnya dihitung nilai dari biaya kerja per tahun. Yang pertama adalah
mencari harga dari bahan bakar. Cara untuk menghitung biaya bahan bakar adalah
0,20 lt dibagi dengan HP jam dan hasilnya dikalikan dengan daya motor, jam
kerja per tahun dan harga bahan bakar per liter. Maka akan diperoleh biaya bahan
bakar sebesar Rp 13.200.000,-. Sedangkan untuk harga minyak pelumas dapat
dihitung biayanya dengan cara 0,4 lt dibagi dengan HP jam dan hasilnya dikalikan
dengan daya motor, jam kerja per tahun dan harga minyak pelumas per liter.
Maka akan diperoleh biaya minyak pelumas sebesar Rp 1.680.000,-. Selanjutnya
menghitung biaya dari grease caranya adalah 60 % dikalikan dengan biaya
minyak pelumas. Maka diperoleh biaya grease sebesar Rp 1.008.000,-.
Selanjutnya dihitung juga biaya dari operator, tenaga pembantu operator dan
biaya penggunaan ban. Cara menghitung biaya operator adalah jam kerja per
tahun dikalikan dengan upah operator per jam. Maka diperoleh biaya operator
sebesar Rp 36.000.000,-. Sedangkan untuk biaya tenaga pembantu operator
caranya sama dengan menghitung biaya operator, sehingga dapat diperoleh biaya
sebesar Rp 18.000.000,-. Untuk biaya penggunaan ban dapat diperoleh dengan
cara jumlah ban dikalikan dengan haraga ban per buah dikalikan dengan jam kerja
per tahun dan hasilnya dibagi dengan umur pakai ban. Sehingga dari perhitungan
akan didapat biaya penggunaan ban sebesar Rp 1.920.000,-. Dari perhitungan
diatas maka dapat diketahui total biaya kerja per tahun sebesar Rp 71.808.000,-
/tahun. Sehingga dapat diperoleh total biaya operasional mesin per tahun sebesar
Rp 80.358.000,- / tahun sedangkan untuk besarnya biaya operasional mesin per
jam sebesar Rp 66.965,- / jam. Sehingga dari semua perhitungan diatas akan
diperoleh besar biaya operasional per satuan luas sebesar Rp 223.216,6667 / ha.
-
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
1. Teknologi pengolahan tanah adalah teknik atau cara pengolahan tanah mulai
dari mempersiapkan tanah yang akan digarap sampai tanah tersebut siap
untuk ditanami. Alat pengolahan tanah yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah traktor mini dan bajak singkal. Untuk dapat menggunakan
bajak singkal maka harus digandeng atau digabungkan antara traktor mini
dengan bajak singkal. Sehingga dalam penggunaanya akan menjadi lebih
mudah dan lebih cepat. Pada saat pengoperasian alat dan mesin tersebut
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mendapatkan nilai
dari kapasitas dan efisiensi kerja yang sesuai dengan yang diharapkan.
Aspek yang perlu diperhatikan contohnya seperti waktu yang hilang. Waktu
yang hilang dalam pengolahan tanah bisa disebabkan karena kerugian
karena terjadinya tumpang tindih hasil pengolahan, kerugian karena slip
roda, kerugian karena belok, dan kerugian waktu untuk pengaturan,
mengatasi kemacetan dan kerusakan kecil. Pada praktikum ini akan
diperoleh nilai-nilai dari perhitungan kapasitas dan efisiensi kerja sebagai
berikut :
L1 = 8,57 %
L2 = 17,88 %
L3 = 44,0369 %
E = 42,0184 %
Ka = 0,050593 ha/jam
Va = 2,3233 m/s
Vt = 2,8292 m/s
Kt = 0,3565 ha/jam
E2 = 15,3352 %
-
Sedangkan untuk ekonomisnya dalam praktikum ini akan diperoleh biaya
sebagai berikut :
Total biaya tetap per tahun = Rp 8.550.000,-/tahun
Total biaya kerja per tahun = Rp 71.808.000,-/tahun
Total biaya operasional mesin per tahun = Rp 80.358.000,-/tahun
Besarnya biaya operasional mesin per jam = Rp 66.965,-/jam
Biaya operasional per satuan luas = Rp 223.216,6667 /ha
B. Saran
Saran untuk pratikum kali ini adalah agar asisten lebih sedikit bersabar
karena praktikan saat praktikum sedikit agak bingung sendiri. Meskipun
penjelasan dari asisten cukup jelas tetapi tetap saja praktikan pada saat
percobaan masoh tetap bingung dikarenakan praktikan hanya mengetahui
tugasnya masing-masing. Untuk para asisten terimakasih karena telah
mengajarkan semua hal kepada para praktikan.
-
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah, T. 1991. Analisis Biaya dan Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian
dalam Suatu Usaha Tani. Dalam Kumpulan Materi Latihan Peningkatan
Ketrampilan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan Sistem Usaha Tani.
Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa.
Anonim 1. 2010. Mekanisasi. Diakses pada 26 Desember 2013 pukul 14.38 WIB.
http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id/index.php
Anonim 2. 2010. Special Komoditas. Diakses pada 26 Desember 2013 pukul
14.39 pukul 01.39 WIB.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b1mektan
Anonim 3. 1977. Teknik Budidaya Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian.
Fakultas Mekanisasi Pertanian dan Teknologi Hasil Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Bainer, R.. 1952. Principles of Farm Machinery. John Wiley & Sons Inc. London.
Daywin, F.J., Godfried Sitompul, Lapu Katu, Moeljarno Djojomartono, dan
Siswadhi Soeparjo. 1978. Motor Bakar dan Traktor Pertanian.
Departemen Mekanisasi Pertanian FATEMETA IPB. Bogor.
Irwanto, A. Kohar, Ir. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. LTAS Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian.
Departemen Mekanisasi Pertanian. Bogor.
Rifai, dkk. 1990. Teknologi Pertanian Tradisional sebagai Tanggapan Aktif
Masyarakat terhadap Lingkungan di Cianjur. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.