laporan tutor minggu 5 blok 3.2
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 5 BLOK 3.2
OLEH:
KELOMPOK 28 D
Ketua : Ilyan Nasti Januari
Sekretaris I : Dieni Rahmatika A
Sekretaris II : Inayah Afrilia
Anggota : Dani Putra Amerta
Deo Cerlova Milano
Diah Permata Sari
Hafizha Puti Ahdika
Hasbi Nutari
Vivi hafizarni
Yulia Eka Hastuti
Tutor:
Prof.dr. Salmiah Agus, SpPA(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2013-2014
SKENARIO 5 : TUAN GAWAT
Tn. Gawat, laki-laki 70 tahun dilarikan ke UGD RS DR. M. Djamil karena sesak nafas
hebat sejak 2 jam sebelumnya. Di UGD pasien langsung dilakukan pemeriksaan vital sign,
pemasangan oksigen, dan infus. Pemeriksaan EKG dan foto torakpun segera diminta oleh dokter.
Selama pemeriksaan, Dokter jaga melakukan anamnesis kepada pengantar yang kebetulan
seorang mahasiswa kedokteran berumur 24 tahun yang mengantarkan Tn. Gawat. Pengantar
menyampaikan bahwa Tn. Gawat memiliki hipertensi, diabetes dan dislipidemia, tapi kontrol
tidak teratur. Menurut istrinya adik laki-laki Tn. Gawat mengalami kondisi serupa, namun
meninggal dunia dalam perawatan di RS kira-kira setahun yang lalu.
Dari pemeriksaan, dokter menemukan tekanan darah pasien 70/50 mmHg, denyut jantung
130x/menit, frekuensi nafas 36x/menit. Ditemukan juga peningkatan JVP, irama jantung gallop,
ronki basah halus di paru, serta akral yang dingin. Pemeriksaan EKG dan foto torak
menunjukkan pembesaran jantung dan tanda bendungan. Dokter menyimpulkan bahwa Tn.
Gawat menderita gagal jantung akut dengan subtipe syok kardiogenik. Diagnosis dokter ini
sesuai dengan perkiraan mahasiswa yang mengantarkan, dimana dia telah mempelajari berbagai
jenis syok. Pasien menjalani perawatan intensif di CVCU seperti pemberian oksigen, drip
dopamin, dan lain-lain. Tn. Gawat pulang setelah dirawat 13 hari, sebelum pulang mendapat
berbagai macam obat untuk mengatasi penyakit jantung kongestifnya dan anjuran untuk
menjalani rehabilitasi jantung serta program prevensi sekunder penyakit jantung.
Bagaimana anda menjelaskan kasus di atas?
I. TERMINOLOGI
1. Ronki basah halus : suara tambahan pada auskultasi paru, karena ada
secret, seperti suara gesekan rambut
2. Irama jantung gallop : seperti suara telapak kuda berlari, S3=ventricular
gallop, S4=atrial gallop
3. Syok kardiogenik : suatu keadaan yang terjadi akibat tidak cukupnya
curah jantung untuk mempertahankan fungsi alat-
alat vital karena disfungsi otot jantung
4. Penyakit jantung kongestif : ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
demi memenuhi kebutuhan jaringan
5. CVCU : cardiovascular care unit, ruang perawatan intensif
untuk pasien gawat
6. Dopamine : suatu zat yang berguna untuk meningkatkan
kontraksi dan denyut jantung
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Kenapa Tn. Gawat sesak nafas hebat sejak 2 jam lalu?
2. Kenapa pada Tn. Gawat dilakukan pemasangan O2 dan infuse?
3. Kenapa dokter melakukan pemeriksaan EKG dan foto thorak?
4. Bagaimana pengaruh umur dan riwayat penyakit Tn. Gawat dengan keluhannya?
5. Bagaimana hubungan penyakit pada adiknya dengan keadaan Tn. Gawat?
6. Bagaimana hubungan penyakit Tn. Gawat dengan tidak kontrol teratur?
7. Apakah kondisi Tn. Gawat ini bisa menimbulkan kematian seperti adiknya?
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan dokter, baik fisik maupun penunjang?
9. Kenapa dokter mendiagnosis Tn. Gawat menderita gagal jantung akut dengan
subtipe syok kardiogenik?
10. Apa saja jenis syok?
11. Kenapa Tn. Gawat dirawat di CVCU dan apa contoh kasus lain yang dirawat di
sana?
12. Kenapa dokter member terapi O2 dan drip dopamine?
13. Apa terapi lain yang bisa diberikan selain O2 dan dopamine?
14. Apa saja obat yang diberikan untuk penyakit jantung kongestif?
15. Bagaimana tindakan rehabilitasi jantung serta program prevensi sekunder penyakit
jantung?
16. Kenapa Tn. Gawat dianjurkan melakukan rehabilitasi jantung dan prevensi
sekunder penyakit jantung?
17. Apa syarat seorang pasien seperti Tn. Gawat boleh dipulangkan?
III. ANALISIS MASALAH
1. Penurunan perfusi jaringan perifer kompensasi sesak
Vascular congestion penurunan oksigenasi ke pulmonal sesak
2. O2 kompensasi kekurangan O2
Infuse kompensasi kekurangan nutrisi dan memperbaiki aliran darah
3. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis, organ penyebab dan
bagian mana yang rusak
4. Usia > 70th penurunan fungsi organ risiko tinggi penyakit jantung
Riwayat penyakit faktor pencetus
5. Penyakit jantung dipengaruhi oleh 2 faktor risiko:
a. bisa diubah seperti gaya hidup
b. tidak bisa diubah seperti genetik, usia, jenis kelamin
6. Tidak kontrol teratur memperparah penyakit
7. Jika gagal jantung disertai hipotensi prognosis buruk kematian
8. Tekanan darah 70/50 mmHg hipotensi
Denyut jantung 130x/menit takikardi
Frekuensi napas 36x/menit sesak napas
Ronki basah halus transudasi cairan
Akral dingin penurunan perfusi jaringan
Irama jantung gallop seperti telapak kuda berlari
Peningkatan JVP ada bendungan
9. Dari pemeriksaan fisik dan tanda klinis syok kardiogenik
Diagnosis gagal jantung berdasarkan criteria Framingham:
a. Gejala mayor: dispneu, peningkatan JVP, ronki basah, irama gallop, dll
b. Gejala minor: edema ekstremitas, efusi pleura, takikardi, penurunan kapasitas
vital
Gagal jantung jika ditemukan 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor
10. Syok hipovolemik, kardiogenik, obstruktif dan distributif
11. CVCU perawatan intensif dan pemantauan ketat
12. O2 memperbaiki hipoksia dan meningkatkan saturasi oksigen
Dopamine meningkatkan kontraksi dan denyut jantung
13. –
14. Diuretic mengurangi retensi cairan mengurangi beban jantung
Beta bloker efek simpatolitik vasodilatasi mengurangi beban jantung
Alfa bloker vasodilator
ACE inhibitor menghambat pembentukan angiotensin II
Digitalis seperti digoxin
15. Untuk menghambat progresivitas dan mencegah berulangnya penyakit
16. Prevensi sekunder pemberian obat untuk mengontrol faktor risiko
17. Dipulangkan jika vital sign sudah normal
IV. SKEMA
Tn. Gawat 70 th
Sesak nafas hebat sejak 2
jam
Masuk UGD
Penegakkan diagnosis
Anamnesis PF Penunjang
Riwayat penyakit
Riwayat keluarga
Tidak kontrol
Sesak nafas, hipotensi, takikardi,
takipneu, irama gallop,
ronki basah, akral dingin
kardiomegali
Gagal jantung akut dengan syok kardiogenik
Rawat intensif CVCU
O2, infus, dopamin
Kondisi membaik
pulang
Rehab dan prevensi sekunder
Beri obat kontrol
V. LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang:
1. Gagal jantung kongestif
2. Syok
VI. BELAJAR MANDIRI
1. Gagal jantung kongestif
1) Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan (Mansjoer, 2001).
2) Epidemiologi
Gagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia, meningkat
seiring pertambahan usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun sekitar
6-10%, lebih banyak mengenai laki-laki dibandingkan dengan wanita.
3) Etiologi
Di negara – negara berkembang , penyebab tersering adalah :
1. Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung.
Hal yg mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero sclerosis
koroner, hipertensi arterial dan degeneratif atau inflamasi.
2. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak
berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik) karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung.
3. Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatkan
beban kerja jantung dan hipertropi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif yang secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (mis; tamponade
pericardium, perikarditis konstriktif, atau stenosis katup AV), atau
pengosongan jantung abnormal (mis; insuf katup AV). Peningkatan
mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik
(hipertensi Maligna) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada
hipertropi miokardial.
6. Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini
memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis (respiratorik / metabolic) dan abnormalitas elektrolit
dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
4) Patofisiologi
Penurunan kontraksi ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume
darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi
neurohurmoral. Vasokontriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan
meningkatkan tekanan darah, sedangkan peningkatan preload akan
meningkatkan kontraksi jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini
tidak segera diatasi, peninggian afterload, dan hipertensi disertai dilatasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung
yang tidak terkompensasi.
5) Manifestasi klinis
a. Gagal Jantung Kiri
Kongestif paru terjadi pada venterikel kiri, karena venterikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang dapat terjadi meliputi dispnu, batuk, mudah lelah,
denyut jantung cepat (takikardi) dengan bunyi S3, kecemasan dan
kegelisahan.
b. Gagal Jantung Kanan
Bila venterikel kanan gagal memompakan darah, maka yang menonjol
adalah kongestif visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi
kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema
dependen), yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat
badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena jugularis (vena
leher), asites (penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal), anoreksia
dan mual, nokturia dan lemah.
6) Diagnosis
Kriteria Framingham:
a. Kriteria mayor
paroksismal nokturnal dispneu
distensi vena leher
ronki paru
kardiomegali
edema paru akut
gallop S3
peninggian JVP
refluks hepatojugular
b. Kriteria minor
edema ekstremitas
batuk malam hari
hepatomegali
efusi pleura
penurunan kapasitas vital
takikardi
Diagnosis gagal jantung ditegakkan jika minimal ada 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor
Pemeriksaan penunjang:
EKG hipertrofi atrial atau ventrikel, penyimpangan aksis
Foto toraks kardiomegali
Analisis gas darah gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan atau hiposemia
7) Tatalaksana
Tujuan umum penanganan gagal jantung adalah: meniadakan tanda klinik
seperti batuk dan dispne, memperbaiki kinerja jantung sebagai pompa,
menurunkan beban kerja jantung, dan mengontrol kelebihan garam dan air.
Obat yang digunakan untuk penanganan gagal jantung bervariasi tergantung
pada etiologi, keparahan gagal jantung, spesies penderita, dan faktor lainnya.
Untuk mencapai tujuan dalam penanganan gagal jantung dapat dilakukan
dengan cara:
1. Membatasi aktivitas fisik
Latihan/aktivitas akan meningkatkan beban jantung dan juga
meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Pada pasien yang
fungsi jantungnya mengalami tekanan, latihan dapat menimbulkan
kongesti. Karena itu maka kerja jantung harus diturunkan dengan istirahat
atau membatasi aktivitas.
2. Membatasi masukan garam
Pada pasien yang mengalami CHF, aktivitas renin-angiotensi-aldosteron
mengalami peningkatan. Hal tersebut akan merangsang ginjal untuk
menahan natrium dan air sehingga ekskresi natrium dan air akan
berkurang. Bila ditambah pakan yang mengandung natrium tinggi maka
retensi air dan peningkatan volume darah akan semakin parah, dan pada
gilirannya akan menimbulkan kongesti dan edema.
3. Menghilangkan penyebab atau faktor pemicu gagal jantung.
Menghilangkan penyebab gagal jantung merupakan tindakan yang paling
baik. Malformasi kongenital seperti patent ductus arteriosus dapat
diperbaiki dengan cara operasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
CHF yang disebabkan oleh penyakit perikardium dapat ditangani
sementara atau permanen dengan perikardiosentesis atau perikardektomi.
Tetapi sayangnya hal tersebut sering tidak mungkin dilakukan dengan
berbagai alasan.
4. Menurunkan preload
Karena adanya retensi garam dan air oleh ginjal pada pasien CHF, maka
preload jantung pada umumnya tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan
kongesti pada sistem sirkulasi. Oleh karena itu, penurunan preload akan
menurunkan kongesti dan edema pulmoner, yang akan memperbaiki
pertukaran gas pada paru-paru pada kasus CHF jantung kiri, dan
menurunkan kongesti vena sistemik dan asites pada CHF jantung kanan.
Preload ditentukan oleh volume cairan intravaskular dan tonus vena
sistemik.
5. Meningkatkan kontraktilitas
Obat-obat inotropik positif meningkatkan kontraktilitas miokardium dan
terutama digunakan pada pasien yang mengalami kardiomiopati
terkembang atau penyakit katup lanjut yang disertai gagal miokardium.
Digitalis glikosid (digoksin, digitoksin) adalah agen inotropik positif yang
umum, dan digoksin penggunaannya paling umum. Digoksin (0,005
mg/kg PO setiap 12 jam) digunakan pada pasien yang mengalami fibrilasi
atrium, gagal miokardium, atau CHF kronis. Ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan sebelum menggunakan digitalis glikosid, yakni
ukuran tubuh, fungsi ginjal, konsentrasi elektrolit pada serum, fungsi
tiroid, dan interaksi obat. Efek samping digitalis glikosid adalah depresi,
anoreksia, muntah, diare, aritmia dan gangguan konduksi jantung.
6. Menurunkan afterload
Istilah afterload mengacu pada tahanan ejeksi darah ventrikel yang
ditentukan oleh tingkat konstriksi arteri perifer/tahanan vaskular sistemik.
Pada kasus CHF, aktivasi saraf simpatetik dan sistem reninangiotensin-
aldosteron menyebabkan kontriksi arteri yang akan menghalangi fungsi
pemompaan jantung dan meningkatkan beban jantung. Vasodilator arteri
menurunkan tahanan vaskular sistemik sehingga menurunkan beban
jantung. Golongan utama dari vasodilator yang digunakan adalah ACE-I.
8) Komplikasi
Menurut patric davay (2005), komplikasi gagal jantung kongestif adalah
sebagai berikut :
a. Efusi pleura: di hasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi
cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura
biasanya terjadi pada lobus bawah darah.
b. Aritmia: pasien dengan gagal jntung kongestif mempunyai risiko untuk
mengalami aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler
yang akhirnya menyebabkan kematian mendadak.
c. Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik,
pembesaran ventrikel kiri dan penurunan cardiacoutput beradaptasi
terhadap adanya pembentukan thrombus pada ventrikel kiri. Ketika
thrombus terbentuk, maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri,
penurunan suplai oksigen dan lebih jauh gangguan perfusi
d. Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena
sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi
fibrosis dan akhirnya sirosis.
2. Syok
1) Definisi
Syok adalah sindroma klinis kompleks ditandai oleh gangguan metabolisme
selular dikarenakan oleh penurunan perfusi jaringan.
2) Klasifikasi
Klasifikasi syok berdasarkan deficit fisiologis utama:
• Penurunan volume darah (Syok Hipovolemik)
– Syok luka bakar
– Syok hiperglikemia
– Syok hipovolemik atau hemoragik
– Syok oligemik
– Syok surgikal
• Penurunan kontraktilitas jantung (Syok Kardiogenik)
• Penurunan tonus vaskular (Syok Distributif)
– Syok Alergi, anafilaktik atau histamin
– Syok bakterial, endotoksin, septik, toksik
– Syok neurogenik, spinal
– Syok vasogenik
– Syok insulin
• Syok Obstruktif
3) Etiologi
a. Syok kardiogenik
Iskemia Ventrikel: IMA, Cardiopulmonary arrest, operasi jantung
Masalah struktur: ruptur septum, ruptur otot papilari, ruptur dinding
jantung, aneurisme ventrikel, Kardiomiopati, tumor jantung, trombus
atrium, pulmonary embolisme, disfungsi katub, miokarditis, tamponade
jantung
Disritmia: bradidisritmia, takidisritmia
b. Syok hipovolemik
Absolut
Kehilangan volume darah: trauma, pembedahan, pendarahan sal cerna
Kehilangan plasma: luka bakar, lesi yang luas
Kehilangan cairan tubuh lainnya: muntah berat, diare berat, diuresis
berat
Relatif
Kehilangan integritas intravaskular: ruptur limpa, fraktur pelvis dan
femur, pankreatitis hemoragik, hemothoraks, hemoperitoneum, arterial
dissection
Peningkatan permeabilitas membran kapiler: sepsis, anafilaksis, luka
bakar
Penurunan tekanan osmotik koloid: kekurangan sodium berat,
hipopituitarism, sirosis, obstruksi intestinal
c. Syok distributif
Syok septik: Bakteri, virus, fungi, parasit
Syok anafilaktik: alergen yang sudah terpapar sebelumnya seperti
antibiotik, makanan, bisa dan serbuk
Syok neurogenik: terganggunya transmisi impuls atau terhambatnya aliran
keluar simpatetic dari pusat vasomotor di otak, kerusakan spinal cord di
atas level T6, anastesi spinal, obat- obatan, stress emosional, nyeri dan
disfungsi CNS
d. Syok obstruktif
Temponade jantung : Merupakan kompresi pada jantung yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intraperkardial akibat pengumpulan darah atau
cairan dalam perkardium (250 cc bila pengumpulan darah atau cairan
tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan itu
berlangsung lambat)
Tension Pneumothorax
Emboli paru
4) Patofisiologi
Syok kardiogenik
Syok hipovolemik
Iskemia ventrikel
Masalah Struktur
Disritmia
Aliran darah tidak efektif
Penurunan curah
jantung
Penurunan isi
sekuncup
Pengosongan ventrikel tidak
efektifPeningkatan
tekanan paru
Edema Paru
Penurunan Oksigenasi
Penurunan suplai oksigen sel
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan Metabolisme
selular
5) Manifestasi Klinis
TD sistolik < 90 mmHg
HR > 100 x/mnt
Nadi lemah
Penurunan bunyi jantung
Perubahan sensori
Kulit dingin, pucat, lembab
Urin output < 30 ml/jam
Nyeri dada
Disritmia
Takipnea
Penurunan curah jantung
6) Tatalaksana
Hipovolemia relatif
Hipovolemia Absolut
Penurunan volume sirkulasi
Penurunan venous return
Penurunan Stroke volume
Penurunan curah jantung
Penurunan suplai oksigen sel
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan Metabolisme selular
Langkah-langkah tata laksana syok kardiogenik adalah :
a. Etiologi syok harus ditentukan secepat mungkin
b. Pemantauan hemodinamik (kalau mungkin memakai kateter Swan-ganz)
c. Pemberian oksigen (kalau mungkin oksigen 28-48% dengan venture fase
mask)
d. Menghilangkan nyeri dengan morfin 4-8 mg intravene.
e. Berikan dopamine 2-15 µm/kg/m atau Dobutamin 2,5-10µm/kg/m untuk
meninggikan tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga
diberikan amrinon intravena (kalau ada).
f. Cairan intravena, kalau mungkin diberikan dextran 40.
g. Furosemid 40-80 mg atau asam etakrinik 50 mg (bila ada bendungan
paru). Diuretic menyebabkan vasodilatasi vena dan diuresis, hingga
bendungan bendungan paru berkurang dan oksigenasi darah meningkat.
Juga ukuran jantung serta kebutuhan oksigen dikurangi .
h. Digitalis hanya diberikan pada takikardi supraventrikel dan fibrilasi atrial.
i. Vasodilator hanya diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer hebat dan
penderita dipantau ketat secara klinik dan hemodinamik.
j. Tindakan pintaskoroner dan angioplasty darurat kalau perlu.
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan
volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak
mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat. (2) meredistribusi volume
cairan, dan (3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan
secepat mungkin. Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan
untuk menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat
perdarahan atau mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan
perdarahan internal. Pemasangan dua jalur intra vena dengan jarum besar
dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian cairan. Maksudnya
memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen darah
jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid
(albumin dan dekstran 6 %). Pemberian posisi trendelenberg yang
dimodifikasi dengan meninggikan tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut
diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak dinaikan. Tujuannya, untuk
meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
7) Prognosis
Prognosis syok kardiogenik secara umum sangat buruk meskipun insidennya
telah menurun. Pada penderita syok akibat IMA, prognosis tergantung pada
luasnya infark miokard. Mortalitas rata-rata dari berbagai pusat perawatan
jantung sekitar 60-70%. Mortalitas tinggi bagi mereka yang menunjukkan
tekanan pengisisan ventrikel kiri sangat tinggi dan penurunan indeks jantung.
Bila tekanan tersebut normal atau sedikit dan hipovolemia relative, prognosis
lebih baik. Sekitar 30% penderita menunjukkan respon terhadap ekspansi
volume darah dengan dekstran atau albumin. Penderita dengan perubahan
tekanan pengisisan ventrikel kiri dan indeks jantung ringan biasanya
menunjukkan hasil yang baik dengan obat-obatan vasopresor.
Prognosis menurut pembagian KILLIP adalah sebagai berikut:
Kelas I : Tidak ada tanda kongesti paru atau vena, mortalitas 0-5 persen.
Kelas II : Gagal jantung kanan, kongesti hepar dan paru, gagal jantung kiri
sedang, ronki pada basis paru, mortalitas 10-20 persen.
Kelas III : Gagal jantung berat, edema paru, mortalitas 35-45 persen.
Kelas IV : Syok, tekanan sistolik < 80-90 mmHg, sianosis perifer, gangguan
mental, oliguri, mortalitas 85-95 persen.