sambungan laporan tutor

24
4. M4 tentang Diagnosa dan Jenis-jenis Penyakit TMD Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya. a. Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut. b. Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu diketahui. c. Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock. d.Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut.

Upload: yolandaprastica

Post on 12-Jul-2016

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Implan GigiArie Ansha Agisma

TRANSCRIPT

Page 1: Sambungan Laporan Tutor

4. M4 tentang Diagnosa dan Jenis-jenis Penyakit TMD Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang

paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah

rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.

a. Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting

untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.

b. Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak),

maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang

‘ perlu diketahui.

c. Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru,

yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak

antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock.

d. Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini

dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot

akut.

e. Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh,

selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang

mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll.

f. Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis,

maupun secara bedah juga dicatat.

g. Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan

beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis,

dan terapi control stress selanjutnya.

Jenis Penyakit TMD

a. Disfungsi dan Nyeri Miofasial (DNM/MPD)

Merupakan penyebab paling umum dari nyeri dan terbatasnya fungsi mastikasi pada

pasien.

Sumber nyeri dan disfungsinya berasal dari otot, dengan otot mastikasi mengalami

tenderness dan nyeri sebagai hasil dari fungsi otot yang abnormal atau hiperaktivitas.

Fungsi otot abnormal tersebut seringkali berhubungan dengan clenching atau

bruxism.

Page 2: Sambungan Laporan Tutor

Penyebabnya diperkirakan multifaktorial. Namun, yang paling sering menyebabkan

DNM adalah bruxism akibat stress dan cemas, dengan oklusi sebagai faktor

modifikasi atau yang memperburuk. DNM juga dapat terjadi akibat masalah internal

dari sendi, seperti kelainan pergeseran discus atau penyakit sendi degeneratif.

Keluhan pasien:

Nyeri preaurikular yang sulit dilokalisasi dan menyebar, seta dapat melibatkan

otot mastikasi lain, seperti otot temporal dan pterygoid lateral.

Pasien dengan bruxism, nyerinya akan lebih hebat pada pagi hari.

Terdapat reduksi pembukaan rahang, serta nyeri ketika melakukan fungsi,

misalnya mengunyah.

Sakit kepala di daerah hitemporal berhubungan dengan penyakit ini.

Nyeri bertambah parah ketika dalam kondisi stress dan cemas.

Pemeriksaan pada pasien menghasilkan:

Tenderness yang difus pada otot mastikasi.

Umumnya TMJ tidak terasa nyeri ketika palpasi

Pergerakan mandibula yang terbatas, berhubungan dengan penyimpangan

mandibula menuju sisi yang terlibat.

Gigi umumnya terlihat aus. Namun, jika tidak terlihat keausan, bukan berarti

mengeliminasi bruxism sebagai etiologi.

Radiograf TMJ biasanya normal. Beberapa pasien menunjukkan perubahan

degeneratif, seperti kontur permukaan, erosi, atau osteophytes (daerah dengan

densitas lebih tinggi di sekitar sendi) yang terjadi secara sekunder ataupun

terjadinya tidak berhubungan dengan masalah DNM ini.

a. Disk Displacement Disorders

Dalam fungsi TMJ yang normal, fungsi pergerakkan kondil adalah rotasi dan

sliding (glidimg joint). Selama pembukaan mulut yang maksimal, kondil tidak hanya

berotasi pada sumbu sendi tetapi juga bertranslasi kedepan, ke posisi di dekat bagian

articular eminence yang paling inferior (Fig. 30-11).

1

Page 3: Sambungan Laporan Tutor

Selama berfungsi , posisi articulating disc terletak diantara kondil dan fossa

mandibularis, dengan kondil terletak pada “intermediate zone” pada disc selama posisi

membuka dan menutup mulut.

1) Anterior Disk Displacement dengan Reduksi

a. pada kelainan ini, articulating disc terletak di anterior dan medial dari kondil pada

posisi menutup mulut.

b. Saat membuka mulut, kondil bergerak melewati posterior band dari disc, dan

kembali ke posisi normal (terletak pada intermediate zone dari disc). Sedangkan

saat menutup mulut, kondil bergerak kembali ke posterior dan bersandar pada

retrodiscal tissue, dengan disc yang bergerak kembali ke posisi displace

anterior dan medial dari kondil (gambar 30.12)

c. Pada pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, terdapat rasa nyeri sendi dan otot.

Suara sendi (clicking) juga biasanya terdengar sewaktu membuka mulut, ketika

kondil bergerak dari daerah posterior disc ke daerah konkaf yang tebal di tengah-

tengah disc. Pada beberapa kasus, clicking dapat terdengar atau terpalpasi selama

gerakan menutup. Pembukaan mulut maksimal dapat terjadi secara normal atau

sedikit terbatasi, dengan diikuti suara clicking saat pergerakan membuka.

2

Page 4: Sambungan Laporan Tutor

d. Secara anatomis, clicking pada saat membuka mulut berhubungan dengan usaha

disc untuk kembali kepada posisi normalnya, sedangkan clicking pada saat

gerakan menutup (reciprocal click), berhubungan dnegan kegagalan disc untuk

kembali ke posisi normalnya, diantara kepala kondil dan articular eminence,

melainkan tergelincir ke anterior (displaced position). Krepitus dapat terdeteksi

dan biasanya merupakan hasil dari pergerakan disc melewati permukaan yang

irregular

e. Gambaran yang terlihat pada foto radioraf TMJ sederhana pasien dengan kelainan

ini dapat terlihat normal ataupun terdpat sedikit abnormalitas tulang. Radiograf

MRI dapat digunakan untuk melihat anterior displacement yang terjadi.

2) Anterior Disk Displacement tanpa Reduksi

a. pada jenis ini , displacement dari disc tidak dapat direduksi, menyebabkan kondil

tidak dapat bertanslasi penuh ke anterior, yang mencegah pembukaan maksimal

dari mulut dan menyebabkan deviasi mandibula ke sisi yang terkena (gambar

30.13)

b. pada pasien ini tidak terdapat clicking, karena ketidakmampuan kondil untuk

bertanslasi ke bagian posterior disc. Ketidakmampuan translasi ini dapat

menyebabkan pembukaan yang terbatas, deviasi pada sisi yang terkena dan

mengurangi lateral excursions ke sisi kontralateralnya.

c. Pada evaluasi radiograf, terdapat kemiripan dengan anterior disk displacement

with reduction. Dengan menggunakan radiograf TMJ sederhana, kelainan dapat

3

Page 5: Sambungan Laporan Tutor

tampak normal, sedangkan dengan CT Scan atau MRI memperlihatkan

displacement anteromedial.

c. Penyakit Sendi Degeneratif (Arthrosis, Osteoarthritis)

DJD terdiri dari banyak jenis temuan antomis, seperti disc yang irregular, perforasi

dalam hubungannya dengan abnormalitas permukaan artikular, seperti flattening,

erosi dan formasi osteophyte. (gambar 3.14).

mekanisme terjadinya degenerasi TMJ tidak terlalu jelas dimengerti tetapi memiliki 3

kemungkinan penyebab yang berasal dari trauma : trauma mekanis langsung, trauma

hypoksia reperfusion dan inflamasi neurogenik.

Trauma mekanis dapt merupakan hasil dari trauma yang signifikan pada sendi atau

microtrauma seperti tekanan mekanis yang berlebihan. Stress/tekanan berlebihan

yang dihasilkan pada sendi dapat menghasilkan disrupsi molekuler dan radikal bebas

menghasilkan stress oksidatif dan kerusakan intraseluler. Tekanan berlebihan juga

dapat mempengaruhi populasi local sel dan mengurangi kemampuan reparative dari

sendi

Teori hypoxia-reperfusion mengira bahwa tekanan hidrostatis intrakapsular yang

berlebihan pada TMJ dapat meningkatkan tekanan perfusi pembuluh darah

menghasilkan hipoksia. Teori ini terlihat pada pasien yang mengalami clenching dan

bruksism. Ketika tekanan pada sendi dikurangi dan perfusi terjadi lagi, terbentuklah

radikal bebas. Radikal bebas ini dapat berinteraksi dengan substansi lain pada sendi

(mis. Hemoglobin) untuk menghasilkan kerusakan yang lebih besar lagi

4

Page 6: Sambungan Laporan Tutor

Inflamasi neurogenik dihasilkan ketika berbagai jenis substansi dilepaskan dari

neuron perifer. Pada kasus disk displacement , terdapat hipotesa bahwa

kompresi/meregangnya retrodiscal tissue yang kaya saraf dapat menghasilkan

terlepasnya neuropeptid proinflamasi. Terlepasnya sitokin menghasilkan pelepasan

dan akivasi berbagai substansi lainnya, seperti prostaglandin, leukotriens, dan enzim

degradasi matriks. Substansi ini tidak hanya memegang peranan dalam proses

penyakit tetapi juga sebagai biologic markers untuk membantu diagnosis dan

perawatannya, dan harus dimengerti bahwa tidak mungkin untuk memprediksi

progress dari penyakit sendi.

Pasien dengan DJD biasanya merasakan sakit yang berhubungan dengan clicking/

krepitasi pada TMJ. Biasanya, terdapat keterbatasan pembukaan mulut dan gejala-

gejala lain. Temuan radiografis secara umum memperlihatkan adanya berkurangnya

luas rongga sendi, erosi permukaan, osteophytes dan meratanya kepala kondil. Selin

itu, iregularitas fossa mandibula dan articular eminence juga dapat terlihat.

d. Kondisi Arthritik Sistemik

Berbagai macam kondisi arthritis sistemis diketahui mempengaruhi TMJ. Bentuk

yang paling umum adalah Rheumatid Arthritis (RA), sedangkan contoh yang lain

adalah penyakit lupuys. Pada kasus ini, gejala tidak hanya terjadi pada daerah TMJ,

tetapi pada daerah tubuh yang lain juga terdapat gejala dan tanda dari RA. Pada RA,

proses inflamasi menghasilkan proliferasi abnormal dari jaringan membrane synovial

disebut pannus formation (gambar 30.15)

5

Page 7: Sambungan Laporan Tutor

Gejala TMJ yang dihasilkan dari RA dapat terjadi pada usia dini dibandingkan pada

DJD. Berlainan dengan DJD, yang biasanya terjadi unilateral, RA dan kondisi

sistemis lainnya biasa terjadi dan mempengaruhi TMJ secara bilateral.

Temuan radiograf TMJ pada awalnya memperlihatkan perubahan erosive pada aspek

anterior dan posterior kepala kondil. Perubahan ini dapat berkembang menjadi daerah

erosi yang luas dan nantinya meninggalkan tampakan kondil yang kecil, yang terletak

pada fossa yang besar. Kadang-kadang, tampak keseluruhan kondil dan leher kondil

mengalami kerusakan total. Tes laboratorium, seperti rheumatid factor dan laju

sedimentasi eritrosit dapat membantu dalam mendiagnosa RA.

e. Dislokasi Rekuren Kronis

Dislokasi TMJ sering terjadi dan disebabkan oleh hipermobilitas mandibula.

Subluksasi adalah displacement dari kondil, yang sembuh dengan sendirinya dan

tidak membutuhkan perawatan medis. Kondisi yang lebih serius terjadi ketika kondil

bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi tersebut

(gambar 30.16).

dislokasi dapat terjadi unilateral atau bilateral dan dapat terjadi secara spontan setelah

membuka mulut lebar-lebar, seperti saat menguap, makan dan selama prosedur

dental. Dislokasi kondil dapat persisten selama lebih dari beberapa detik dan menjadi

sangat sakit yang berhubungan dengan spasme otot yang parah

dislokasi harus dihilangkan secepatnya. Reduksinya dilakukan dengan memberikan

tekanan kea rah bawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu, diikuti

dengan displacement posterior pada mandibula. Biasanay reduksi tidak sulit

dilakukan. Bagaimanapun, spasme otot dapat mencegah dilakukannya reduksi,

6

Page 8: Sambungan Laporan Tutor

terutama bila dislokasi tidak dapat direduksi secepatnnya. Pada kasus ini, dibutuhkan

anestesi pada saraf auricular temporal dan pada otot mastikasi. Sedasi intuk

mengurangi ketakutan pasien dan menghasilkan relaksasi otot dapat juga dilakukan.

Setelah reduksi, pasien diinstruksikan untuk membatasi membuka rahang selama 2-4

minggu. Untuk mengontrol rasa sakit dan inflamasi dapat diberikan obat-obatan

NSaids.

f. Ankilosis

Ankilosis intrakapsular. Ankilosis intrakapsular atau berfusinnya sendi, dapat

mengurangi pembukaan mandibula, yang berkisar dari reduksi parsial fungsi sampai

immobilitas dari rahang. Ankilosis intrakapsular dihasilkan dari berfusinya kondil,

disc dan fossa mandibula, sebagai hasil dari formasi jaringan fibrosa, berfusinya

tulang atau kombinasi dari keduanya.

penyebab paling umum ankilosis adalah trauma makro, biasanya berhubungan

dengan fraktur kondil. Penyebab lainnya adalah perawatan bedah sebelumnya yang

menghasilkan scar dan pada kasus-kasus tertentu menghasilkan infeksi.

Pemeriksaan pasien memperlihatkan pembukaan yang terbatas pada saat membuka

mulut lebar-lebar, deviasi pada sisi yang terkena dan menurunnya lateral excursions

pada sisi kontralateral. Jika ankilosis dihasilkan dari jaringan fibrosa, pergerakan

rahang terjadi lebih baik daripada jika ankilosis dihasilkan oleh berfusinya tulang.

Dalam foto radiograf, memperlihatkan adanya permukaan articular yang irregular dari

kondil dan fossa mandibularis, dengan derajat kalsifikasi yang berbeda-beda diantara

permukaan artikular

7

Page 9: Sambungan Laporan Tutor

Ankilosis ekstrakapsular. Tipe ankilosis ini biasanya melibatkan prosesus koronoid

dan otot temporalis. Biasanya penyebab dari kelainan ini adalah pembesaran

koronoid, atau hyperplasia dan trauma pada daerah lengkung zigomatik. Infeksi di

sekitar otot temporal dapat juga menghasilkan kelainan ini.

Awalnya pasien memiliki keterbatasan dari pembukaan mulut dan deviasi pada sisi

yang terkena. Pada kasus ini, keterbatasan pembukaan rahang secara penuh biasanya

jarang dan bila terjadi pergerakan protrusi dan lateral yang terbatas berarti bukan

indikasi ankilosis intrakapsular.

Foto radiograf panoramik umumnya menunjukkan elongasi dari prosesu koronoid.

Radiograf submental vertex dapat berguna dalam menunjukkan impingement yang

disebabkan oleh fraktur lengkung zigomatik atau kompleks zygomaticomaksilaris

g. Infeksi Neoplasia

Neoplasma pada TMJ jarang terjadi. Biasanya terjadi dari hasil keterbatasan

pembukaan rahang dan nyeri sendi. Tumor pada TMJ dapat menghasilkan hubungan

fossa dan kondil yang abnormal dan juga ankilosis intrakapsular. Infeksi pada daerah

TMJ biasanya juga jarang, bahkan pada trauma dan intervensi surgical pada TMJ.

Biasanya terjadi karena tidak adanya antibiotik untuk pengobatan daerah aurikular.

8

Page 10: Sambungan Laporan Tutor

5. M4 tentang Perawatan dan Pencegahan terjadinya TMD

Perawatan untuk gangguan sendi temporomandibula adalah rumit yang disebabkan

berbagai faktor, seperti salah diagnosa, salah pengertian terhadap etiologi, dan respon yang

tidak spesifik. Gejala -gejala berhubungan dengan faktor psiko fisiologis sehingga

perawatannya juga harus secara fisik dan psikologis dan menggunakan dulu metode

reversible sebelum yang irreversible, dan perawatannya harus multidisipliner antara dokter

gigi (ahli prostodonsia, ahli bedah mulut, dan ahli ortodonsia), ahli farmasi, ahli psikologi,

ahli terapi fisik, ahli psikiatri, dan ahli neurologi.

Berbagai terminologi dalam melakukan perawatan gangguan sendi temporomandibula,

antara lain terapi Fase I dan fase II.

- Fase I yaitu perawatan simptomatik

Disebut juga sebagai perawatan yang reversible seperti perawatan dengan obat, terapi

fisik, psikologik, dan perawatan dengan splin. Fase ini terdiri dari :

A. Komunikasi dengan pasien. Dijelaskan kepada pasien bahwa gejala-gejalanya bukan

disebabkan oleh kelainan struktur atau penyakit organik tetapi suatu kelainan yang

reversible yang mungkin berhubungan dengan pola hidup pasien, sehingga pasien

lebih percaya diri dan timbul kerjasama yang baik antara dokter dengan pasien.

Setelah mendapat informasi dari dokter yang merawatnya diharapkan pasien dapat

menghilangkan kebiasaan-kebiasaan seperti clenching atau parafungsi.

B. Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik: Pasien dapat melakukan sendiri kompres

dengan lap panas. Caranya: di atas lap diletakan botol berisi air panas, lama terapi 10-

15 menit dilakukan terus. menerus sekurang-kurangnya 3 minggu.11 Pemijatan sekitar

sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metil salisilat. Latihan membuka-

menutup mulut secara perlahan tanpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin.

Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut

di depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat.

a. Infrared: berguna untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superfisial, menaikan

aliran darah superfisial.

b. TENTS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation], untuk mengurangi nyeri.

c. EGS (Electro Galvanie Stimulation]', mencegah perlekatan jaringan, menaikan

sirkulasi darah, stimulasi saraf sensorik dan motorik, serta mengurangi spasme.

9

Page 11: Sambungan Laporan Tutor

d. Ultra Sound: menghilangkan oedema, vasodilatasi pembuluh darah, mengurangi

nyeri, memobilitasi jaringan ikat kolagen, dan relaksasi otot.

C. Perawatan dengan Obat Analgetik: Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen.

- Anti inflamasi: NSAID (Non SteroidAntiInflamasi Drugs), yaitu Naproxen dan

Ibuprofen.

- Antianxiety: Diazepam. Muscle Relaxants: Cyclobenzaprine (Flexeril).

- Lokal Anastetik: Lidokain dan Mapivakain.

D. Memakai alat di dalam mulut berupa Splin oklusal atau Michigan splin. Splin ini

terpasang dengan cekat pada seluruh permukaan oklusal gigi gigi rahang atas atau rahang

bawah. Permukaan yang berkontak dengan gigi lawan datar dan halus.14 Permukaan

oklusal splin sesuai dengan gigi lawan, dengan maksud untuk menghindari hipermobilitas

rahang bawah.

Fungsi splin oklusal adalah sebagai berikut:

a. Menghilangkan gangguan oklusi;

b. Menstabilkan hubungan gigi dan sendi;

c. Merelaksasi otot;

d. Menghilangkan kebiasaan parafungsi;

e. Melindungi abrasi terhadap gigi;

f. Mengurangi beban sendi temporomandibula;

g. Menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut otot-

ototnya;

h. Sebagai alat diagnostik untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa

nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.

Ada 2 tipe splin oklusal, yaitu:

1. Splin Stabilisasi.

Pembuatan splin dengan hubungan rahang atas dan rahang bawah pada posisi

sentrik. Kriteria untuk pemakaian splin ini apabila masalahnya murni dari otot tapi

sendi dalam keadaan normal, maka dibuat splin ini, juga pada keadaan dimana untuk

mencapai keadaan treatment position pada kasus internal derangement menyebabkan

nyeri, adanya degeneratif sendi, keadaan nyeri sendi dan otot tanpa dapat didiagnosa

dengan tepat. Splin ini dipakai 4-6 bulan dipakai setiap waktu kecuali makan.

10

Page 12: Sambungan Laporan Tutor

2. Splin Reposisi (Repositioning splint atau MORA: Mandibular Orthopaedic

Repositioning Appliance}.

Bila gejala yang diderita pasien diantaranya ada deviasi (rahang yang

menyimpang), adanya kliking sendi yang diindikasikan adanya inkoordinasi diskus-

kondilus (interkoral derangement) maka diperlukan splin reposisi dengan maksud

mereposisi rahang bawah ke posisi normal dan mengembalikan keseimbangan tonus

otot-otot pengunyahan, juga menghilangkan kliking. Hubungan antara diskus, kondilus,

dan fossa glenoidalis menjadi 9 bagian, dan ia menganjurkan mengembalikan kondilus

ke posisi 4/7 dapat mengurangi dan menghilangkan berbagai keluhan dan gejala

disfungsi sendi temporomandibula, dan dibuat pada rahang bawah.Splin reposisi

bertujuan untuk menghilangkan gejala pergeseran diskus dengan reduksi kliking

resiprokal, kliking waktu membuka mulut terjadi saat gerak translasi kondilus dimulai,

dan kliking waktu menutup mulut terjadi sebelum mencapai oklusi maksimal. Splin

dipasang sesaat sebelum kliking resiprokal ketebalannya tidak boleh melewati Freeway

Space.

- Fase II yaitu perawatan irreversible

Termasuk perawatan ortodontik, pemakaian gigi tiruan cekat, penyesuaian

oklusal, dan pembedahan. Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah

hilang pada pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot

pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik pasien sudah stabil, postur tubuh sudah

normal maka dapat dilakukan perawatan fase kedua, yaitu

a. Perawatan ortodontik

b. Pembuatan gigi tiruan cekat

c. Pembuatan gigi tiruan lepasan (overlap, penyesuaian oklusal, pencabutan) dan

d. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan pada tata laksana dislokasi temporomandibular merupakan

cara terakhir yang dipilih setelah terapi non pembedahan lainnya. Terapi pembedahan

bersifat ireversibel dan terkadang menimbulkan rasa sakit bahkan kerusakan rahang.

Tujuan utama dari terapi pembedahan adalah:

Menghilangkan nyeri dan membatasi progresivitas penyakit degeneratif

Memperbaiki range of motion dari rahang

11

Page 13: Sambungan Laporan Tutor

Restorasi oklusi fungsional dan anatomi

Terdapat tiga tipe pembedahan pada kelainan temporomandibular:

1. Artosentesis

Artrosentesis meliputi pencucian sendi dengan cairan yang diinjeksikan ke dalam

ruang sendi dengan spuit. Tindakan ini dapat dilakukan dengan anestesi lokal

secara intravena.

2. Artroskopi

Artroskopi membutuhkan anestesi umum. Ketika pasien sudah dalam kondisi tidak

sadar, dokter bedah akan melakukan insisi kecil pada depan telinga. Setelah itu,

dimasukkan alat melalui lubang ini sehingga bisa terlihat area sekitar

temporomandibular.

3. Pembedahan sendi terbuka

Pembedahan ini baru dilakukan jika ada indikasi seperti:

a. Degenerasi sendi temporomandibular

b. Tumor

Pencegahan dari TMD

a. Mengubah kebiasaan buruk.

Dokter gigi anda hanya akan mengingatkan untuk lebih memperhatikan

kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Misalnya kebiasaan menggertakkan gigi, bruxism,

atau menggigit-gigit benda lain. Kebiasaan ini harus digantikan dengan kebiasaan baik

seperti membiarkan otot mulut dalam kondisi rilex dengan gigi atas dan bawah tidak

terlalu rapat, lidah menyentuh langit-langit dan berada tepat di belakang gigi atas anda.

b. b. Mengurangi kelelahan otot rahang.

Dokter gigi anda akan meminta anda tidak membuka mulut terlalu lebar dalam

berbagai kesempatan. Contohnya ketika tertawa dan menguap tidak berlebihan.

c. c. Peregangan dan pijatan.

Memberikan latihan bagaimana caranya meregangkan atau memijat otot rahang

apabila terasa nyeri. Sebagai tambahan juga mungkin akan diberikan petunjuk

bagaimana posisi kepala, leher, dan bahu yang tepat dalam melakukan aktivitas sehari-

hari.

12

Page 14: Sambungan Laporan Tutor

d. Kompres panas atau dingin

Dengan mengompress kedua sisi wajah anda baik dengan kompres panas atau

dingin akan membantu relaksasi otot rahang.

e. e. Penggunaan night guard

Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di malam hari.

f. Terapi kognitif.

Jika TMJ mengalami gangguan karena stress atau anxietas, dokter gigi anda akan

menyarankan untuk menemui psikiater untuk mengatasinya.

13

Page 15: Sambungan Laporan Tutor

Daftar Pustaka

1. Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan

Lengkap.Cermin Dunia Kedokteran 137, 42-45.

2. Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009) Treating trismus with dynamic splinting: a

case report. Journal of Oral Science 51, 141-144.

3. Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment.

Dental Update 29, 88-94.

4. Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG

Unpad.

14