lap tutor persepsi diri_kel 3

23
LAPORAN TUTORIAL TOPIK : PERSEPSI DIRI Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak Lanjut I Dosen: Lely Lusmilasari, S.Kp., M.Kes Zenni Puspitarini Sri Endang Kusrini Zurriyatun Thoyibah Fatma Zulaikha Ririnisahawaitun Rosikhah Almaris Eka Oktavianto Anggun Fajar R. 13/353630/PKU/13744 13/353941/PKU/13781 13/353949/PKU/13784 13/353950/PKU/13785 13/353956/PKU/13789 13/353975/PKU/13790 13/353978/PKU/13792 13/353992/PKU/13795 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

Upload: andra-saferi-wijaya

Post on 28-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Persepsi Diri Keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

LAPORAN TUTORIAL

TOPIK : PERSEPSI DIRI

Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Anak Lanjut I

Dosen:

Lely Lusmilasari, S.Kp., M.Kes

Zenni Puspitarini

Sri Endang Kusrini

Zurriyatun Thoyibah

Fatma Zulaikha

Ririnisahawaitun

Rosikhah Almaris

Eka Oktavianto

Anggun Fajar R.

13/353630/PKU/13744

13/353941/PKU/13781

13/353949/PKU/13784

13/353950/PKU/13785

13/353956/PKU/13789

13/353975/PKU/13790

13/353978/PKU/13792

13/353992/PKU/13795

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,

kami dapat menyelesaikan laporan hasil laporan tutorial dengan topik : persepsi diri tepat

pada waktunya. Penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu tugas kuliah Keperawatan

Anak Lanjut I dalam peminatan Keperawatan Anak di semester II program Magister

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kelemahan dan

kekurangan, tetapi penulis sangat mengharapkan bahwa isi dari makalah ini dapat

memperluas wawasan bagi pembacanya.

Mengingat bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka diharapkan masukan dari

pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa

mendatang.

Akhir kata, penulis ucapkan sekian dan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segala usaha kita. Amien.

Yogyakarta, 22 Juni 2014

Penulis

Page 3: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Skenario Tutorial:

Bagaimana Persepsi Diri Anak yang Positif?

An. Y seorang anak perempuan yang berusia 11 tahun. Dia memiliki adik laki – laki An.H

yang berusia 7 tahun. Orang tua kedua anak tersebut melakukan konsultasi Ners K karena

mereka merasa anak perempuan selalu menilai negatif dirinya sendiri dan cenderung

menyalahkan orang lain. Orang tua menanyakan pada Ners K tentang bagaimana

mengembangkan persepsi diri yang positif pada anak serta contoh upaya promosi

pengembangan persepsi diri yang sudah dilakukan selama ini. Dalam kesempatan tersebut

Ners K tidak hanya menjelaskan upaya yang harus dilakukan oleh orang tua tetapi juga

termasuk konsep yang terkait dengan persepsi anak dalam menilai dirinya sendiri.

LANGKAH 1: Menemukan Kata Sulit dan Kata Kunci

1. Kata Sulit :

a. Persepsi diri

b. Persepsi diri negatif dan positif

c. Perkembangan persepsi sesuai dengan usia

Jawaban sementara :

a. Persepsi diri : cara pandang, cara penilaian diri, bagaimana seseorang menilai dirinya

dibandingkan dengan standar dan norma yang ada

b. Persepsi diri negatif dan positif:

Persepsi diri negatif : bagian dari persepsi diri yang memandang dirinya dari sudut

negatif, yang tidak sesuai dengan harapan

Persepsi diri positif : bagian dari persepsi diri yang memandang dirinya dari sudut

positif, yang sesuai dengan harapan

c. Perkembangan persepsi sesuai dengan usia:

Sesuai dengan perkembangan psikososial dari eric erikson

1) Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

2) Otonomi vs Perasaan Malu dan ragu-ragu

3) Inisiatif vs Kesalahan

4) Kerajinan vs Inferioritas

Page 4: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

2. Kata kunci :

Persepsi diri

LANGKAH 2 :Menentukan Pertanyaan

1. Definisi persepsi diri dan faktor yang mempengaruhi?

2. Bagaimana perkembangan persepsi anak sesuai dengan usia?

3. Bagaimana membentuk persepsi diri yang positif pada anak?

4. Bentuk dan jenis persepsi diri dan penyimpangannya

5. Kenapa konsep diri yang positif penting pada anak?

6. Bagaimana promkes perkembangan diri anak?

7. Apakah dampak self perception yang kurang pada anak?

8. Masalah umum yang terjadi pada anak terkait persepsi diri?

9. Adakah jenis kelamin mempengaruhi persepsi diri pada anak?

10. Siapa saja yang terlibat dalam pembentukan persepsi diri yang positif?

11. Asuhan keperawatan terkait persepsi diri?

LANGKAH 3: Brain Storming

1. Definisi Persepsi diri:

a. Bagaimana cara seseorang memandang diri sendiri

b. Bagaimana cara seseorang memandang diri sendiri dan dipengaruhi oleh lingkungan

c. Cara pandang seseorang, selain dipengaruhi oleh lingkungan juga dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu

Faktor yang mempengaruhi:

Internal: usia, status kesehatan

Eksternal: lingkungan, teman sebaya, budaya, sosial ekonomi

2. Perkembangan persepsi anak sesuai dengan usia menurut Erickson:

a. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)

Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1 ½ tahun

(infancy)

b. Otonomi vs Perasaan Malu dan ragu-ragu

Tahap kedua ini adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya

disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 1- 3 tahun (Early Childhood)

c. Inisiatif vs Kesalahan

Tahap inidialami saat anak menginjak usia 4-5 tahun (preschool age).

Page 5: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

d. Kerajinan vs Inferioritas

Tahap ini adalah tahap laten yang terjadi pada usia 6-12 tahun (school age) di

tingkat ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah

sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua

harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima

kehadirannya

3. Upaya untuk membentuk persepsi diri yang positif pada anak:

a. Mengkaji faktor yang menyebabkan persepsi negative

b. Melihat sisi positif yang lain pada anak

c. Memberikan pujian pada anak/reinforcement positif

d. Memberikan kesempatan pada anak secara mandiri untuk berbuat sesuatu dengan

pengawasan orang tua

e. Mencontohkan hal yang positif pada anak

4. Bentuk dan jenis persepsi diri serta penyimpangannya

1) Bentuk dan jenis persepsi diri

a. Dimensi Internal meliputi:

1. Diri identitas (identity sett)

2. Diri Pelaku (behavioral self)

3. Diri Penerimaan/penilai (judging self)

b. Dimensi Eksternal

1. Diri Fisik (physical self)

2. Diri Sosial (social self)

3. Diri etik-moral (moral-ethical self)

4. Diri Pribadi (personal self)

5. Diri Keluarga (family self)

2) Penyimpangan

a. Kepribadian anak yang cenderung instability

b. Anak-anak sering mempunyai sifat negativisme

c. Shyness (sering ditunjukan sifat malu pada anak-anak) sehingga sering timbul

perilaku menyendiri.

d. Tingginya sifat anak yang hiperaktif

e. Tidak percaya diri

f. Isolasi diri

g. Harga diri rendah

Page 6: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

h. Menyalahkan diri sendiri

i. Hubungan interpersonal tidak baik

j. Resiko bunuh diri

5. Kenapa konsep diri yang positif penting pada anak?

Membentuk anak menjadi pribadi yang cerdas dan kreatif serta mampu memilih dan

mengambil keputusan yang tepat, membekali diri dengan keterampilan yang dibutuhkan

serta mampu menyesuaikan diri dengan baik dalam situasi yang berubah.

6. Bagaimana promkes perkembangan diri anak?

Tunjukkan sikap hangat, rasa sayang dan ikhlas dalam berhubungan dengan bayi dan

anak-anak.

1. Banyak berbicara, berkomunikasi positif dengan memberi stimulasi sebanyak

mungkin walaupun reaksi bayi/anak belum siknifikan

2. Berdongeng bersama anak sejak bayi sebagai alat transfer nilai moral, komunikasi dua

arah dan kreativitas.

3. Mengerti kecenderungan dan kebutuhan anak, seperti arti tangisan anak.

4. Hindari perbandingan anak dengan anak lain dan berbicara tentang keburukan anak

pada orang lain di depan anak.

5. Fokuskan perhatian pada sisi positif anak dan perhatikan serta motivasikan agar anak

mengenal kemampuan-kemampuannya.

6. Tunjukkan apresiasi orang tua/pendamping terhadap sisi positif anak dan juga katakan

bahwa orang lainpun mengapresiasi dia.

7. Jika memberikan batasan terhadap perilaku anak, nyatakan secara jelas dampak dari

perilakunya terhadap anak lain atau dirinya sendiri.

8. Buatlah pilihan-pilihan yang menghindari kata “tidak” & “terserah” dalam pendidikan

disiplin, rutinitas positif.

9. Hindari memberi hukuman dan melontarkan kata-kata atribut negatif seperti: “kamu

anak yang paling cengeng, rewel, nakal” atau “di dunia cuma kamu satu-satunya

yang susah diatur”

10. Jadikan rumah tempat yang aman untuk anak bergerak dengan memperhatikan

keamanan dari colokan listrik dan barang-barang di rumah yang bisa mencelakakan

anak.

11. Biarkan anak berimajinasi dan bereksperimen serta menyatakan perasaan mereka

dengan segala keunikannya, aktiflah bersama imajinasi anak.

Page 7: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

12. Beri kesempatan pada anak anda untuk bereksplorasi, mencoba karena selama ada

ruang untuk berbuat suatu kesalahan, disana anak belajar.

13. Hargai anak atas apapun yang mereka lakukan meskipun kecil.

14. Jujurlah terhadap kondisi yang dialami anak, jangan membohonginya dengan

tahayul

15. Jadilah contoh atau model dan lakukan kegiatan sederhana bersama anak.

16. Motivasi terhadap prestasi anak di sekolah dari guru dan orang tua, baik yang

prestasinya bagus maupun tidak. Untuk yang prestasinya bagus dapat menjadikan

dia sebagai contoh untuk mendukung teman-temannya yang lain yang masih turun

prestasinya, sedangkan bagi yang prestasinya turun tidak kemudian selalu

mendapatkan punishment tetapi dukungan dan motivasi yang kuat untuk membantu

meningkatkan persepsi diri yang positif dalam meningkatkan usaha.

7. Apakah dampak self perception yang kurang pada anak?

Jawaban sama merujuk pada pertanyaan no 4 penyimpangan persepsi diri pada anak

8. Masalah umum yang terjadi pada anak terkait persepsi diri?

Jawaban sama merujuk pada pertanyaan no 4 penyimpangan persepsi diri pada anak

9. Adakah jenis kelamin mempengaruhi persepsi diri pada anak

Kemungkinan sangat berpengaruh, contohnya seperti anak laki –laki sejak kecil sudahh

dilatih perannya untuk menjadi seorang pemimpin, sedangkan anak perempuan dinilai

pribadi yang lemah dan rapuh sehingga mendapat proteksi yang lebih banyak yang

terkadang membuat pribadi anak perempuan cenderung pemalu dan rendah diri.

10. Siapa saja yang terlibat dalam pembentukan persepsi diri yang positif?

Keluarga (Orang tua), Guru di sekolah, masyarakat, lingkungan tempat tinggal

11. Asuhan keperawatan terkait persepsi diri?

Masuk kepada domain Konsep diri

LANGKAH 4: Mind Mapping

Persepsi diri Intervensi

Promkes

Negatif Faktor Individu

Faktor lingkungan

Positif Persepsi diri

negatif

menjadi

positif

Persepsi diri

Positif makin

baik

Page 8: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

LANGKAH 5: Menentukan Learning Objective

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diri?

2. Bagaimana bentuk persepsi diri sesuai dengan usia perkembangan anak?

3. Persepsi diri yang normal pada anak dan penyimpangan terkait persepsi pada anak?

4. Apakah jenis kelamin mempengaruhi persepsi diri pada anak?

5. Asuhan keperawatan terkait Persepsi diri?

LANGKAH 6: BelajarMandiri

LANGKAH 7 :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diri?

a. Tahap perkembangan

1) First stage (emergence of self)

a) Infants

Mempelajari bahwa mereka adalah individu yang tersendiri dimana

mempengaruhi orang lain melalui perilaku mereka, menunjukkan dunia

responsive atau tidak responsive terhadap kebutuhan mereka.

b) Toddler

Mengeksplorasi kemampuan dan keterbatasan mereka, membuat orang lain

menyadari kebutuhan, keinginan mereka.

c) Preschoolers

Mulai menggunakan “aku”, menjadi sadar dari perbedaan dalam kemampuan,

mengetahui tubuh mereka, mulai melakukan penyelesaian masalah sederhana,

merubah dari cara mereka memandang dirinya sebagai pusat dunia

2) Second stage (defining the self)

a) School age children

Mengevaluasi dirinya berdasar dari eviden eksternal, membandingkan dirinya

dengan orang lain, mengkritik dan mengejek merupakan penyimpangan

b) Early adolescent

Mematangkan gambaran tubuh, berpusat pada perubahan fisik dan emosi

dengan penerimaan kelomppok menentukan evaluasi diri

c) Late adolescent

Page 9: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Memperbaiki dan merealisasikan persepsi diri (fisik, social, spiritual)dengan

nilai, tujuan dan kompetensi untuk memandu masa depan mereka

b. Asset perkembangan

Asset perkembangan merupakan ketrampilan dan atribut hidup dasar yang

membangun anak atau remaja tumbuh menjadi seorang dewasa yang peduli,

kompeten, berkontribusi dan bertanggungjawab. Asset perkembangan yang

menunjukkan atribut dan perilaku positif meliputi menunjukkan kepemimpinan,

mempertahankan kesehatan, menghargai perbedaan dan berhasil dalam sekolah.

Terdapat dua kategori asset:

1) Asset eksternal, segala sesuatu dalam lingkungan (rumah, sekolah, komunitas)

yang mendukung, memelihara dan memberdayakan, memberi batasan dan

harapan, membuat penggunaan waktu yang konstruktif.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari

linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut

dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan

mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor

eksternal meliputi stimulus dan lingkungan, dimana proses persepsi ini

berlangsung, berupa unsur kejelasan stimulus serta lingkungan atau situasi khusus

yang melatar belakangi munculnya stimulus.

Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa

semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.

Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk

ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya

membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak,

akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang

sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan

latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu

yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna

lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali

Page 10: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa

mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap

obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan

obyek yang diam.

2) Asset internal, attitude, nilai positif dan kompetensi social yang dimiliki yang ada

pada fikiran dan hati setiap anak (Benson, et.al, 1998).

Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat

dalam diri individu. Faktor internal adalah segala hal yang ada dalam diri

seseorang bersumber pada dua hal yaitu kondisi fisik dan psikis. Kondisi fisik

meliputi kesehatan badan, sedangkan kondisi psikis meliputi unsur pengalaman,

perasaan, kemampuan berfikir, dan motivasi yang dimiliki. Faktor internal terdiri

dari beberapa hal antara lain :

a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang

diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti

terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap

orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat

berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk

memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang

ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian

seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi

terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa

banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.

Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk

memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya

seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan

jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan

dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau

untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

Page 11: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini

menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat

mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

c. Pengaruh lingkungan

Hubungan yang signifikan dalam kehidupan anak, temperamen, cirri-ciri yang

diturunkan (hereditas) dan pengalaman dalam kehidupan merupakan semua factor

lingkungan yang mempengaruhi persepsi diri.

Hubungan signifikan meliputi orang tua, sibling dan anggotra keluarga lain serta

pemberi pelayanan. Semakin bertambahnya usia, teman kelompok dan orang yang

berkuasa juga memiliki pengaruh.

Temperamen yang tidak sesuai khususnya antara anak dan orang tua atau ketika anak

memiliki ciri – ciri yang diberi label sulit. Ciri – ciri ini bila dimengerti dan diolah

dengan tepat maka harga diri anak akan menjadi positif.

d. Rakhmat (2001) berpendapat bahwa persepsi bisa dipengaruhi oleh:

1. Faktor personal (fungsional), bahwa menentukan persepsi bukan jenis atau

bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada

stimuli.

2. Faktor situasional (struktural), bahwa persepsi berasal dari sifat stimuli fisik

dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

e. Menurut Satiadarma (2001), persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

1. Pengalaman dimasa lampau. Ingatan-ingatan seseorang pada masa lampau

berpengaruh terhadap terbentuknya persepsi pada diri seseorang.

Pengalaman secara pribadi cenderung membentuk standar subjektif yang

belum tentu cocok dengan kondisi objektif pada saat berbeda, sehingga dapat

menimbulkan kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu.

2. Harapan. Harapan sering berperan terhadap proses interpretasi sesuatu, hal ini

sering disebut sebagai set. Set adalah suatu bentuk ide yang dipersiapkan

terlebih dahulu sebelum munculnya stimulus. Apabila set itu terbentuk

sedemikian besarnya, maka pandangan seseorang akan dapat mengalami bias

dan menimbulkan kesalahan persepsi.

3. Motif dan kebutuhan. Seseorang akan lebih cenderung menaruh perhatian

terhadap hal-hal yang dibutuhkannya, dimana hal itu akan mengarah pada

Page 12: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

tindakan atau perilaku yang didorong oleh motif kebutuhannya, sehingga

keadaan tersebut dapat menimbulkan kesalahan dalam persepsi seseorang

2. Bagaimana bentuk persepsi diri sesuai dengan usia perkembangan anak?

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nelson, et al 2005, bahwa penerimaan persepsi

diri dimulai sejak usia 4 tahun, serta hasil studi menunjukkan bahwa jenis kelamin

memainkan peran dalam begaimana perilaku dan mempengaruhi persepsi diri anak.

Interaksi positif terhadap teman sebaya sejak usia 4 tahun mempengaruhi perkembangan

persepsi diri yang positif kompetensi terhadap anak perempuan, sedangkan perilaku yang

tidak bersosialisasi tampak berdampak langsung pada pengembangan persepsi diri pada

anak laki-laki

Menurut Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur;

memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu

untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga

menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh

individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara

berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting

daripada situasi itu sendiri. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu

dan sosial yang terganggu.

Menurut Miftah Thoha (2003), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa

tahapan.

a. Stimulus atau rangsangan

Terjadianya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau

rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang

berupa penginderaan dan syaraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang

dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim

kepadanya. Kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

c. Interprestasi

Interprestasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu

proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interprestasi

bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang.

Page 13: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Diknasari (2009:1) menyatakan salah satu pembentuk persepsi yaitu perhatian,

pemusatan atau kekuatan jiwa atau psikis yang tertuju pada suatu objek. Perhatian adalah

banyaknya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan. Apabila ditinjau

dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perhatian spontan

Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul secara

spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, bila10 individu telah

mempunyai minat terhadap objek, maka terhadap objek biasanya timbul perhatian

yang spontan, secara otomatis perhatian itu akan timbul.

2. Perhatian tidak spontan

Perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu

harus ada kemauan untuk menimbulkannya. Menurut Dimyati Mahmud, (1974: 55)

proses pembentukan persepsi ada beberapa unsur yaitu: hakekat sensoris stimulus,

latar belakang, pengalaman sensoris terdahulu yang ada hubungannya, perasaan-

perasaan pribadi, sikap, dorongan, dan tujuan.

Walgito (Athiyyatun Najah, 2007:19) mengemukakan bahwa tahapan persepsi ada empat

yaitu:

1) Proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

Stimulus di sini berupa perlakuan orang tua yang demokratis terhadap anak yaitu

memberi kebebasan pada anak namun tetap pada batasan-batasan tertentu, tetap

memberi pengawasan dan menuntut tanggung jawab, orang tua tegas namun tetap

hangat. Stimulus ini yang ditangkap oleh alat indra anak melalui penglihatan,

pendengaran.

2) Proses fisiologis, yaitu diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor ke otak

melalui syaraf-syaraf sensorik. Pola pengasuhan atau perlakuan orang tua yang

ditangkap oleh alat indra anak kemudian di terima oleh reseptor melalui syaraf-

syaraf otak.

3) Proses psikologis, yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptornya. Disini anak mulai menyadari hal-hal mengenai pola asuh

orang tua yang demokratis, mulai memikirkan hal apa saja yang orang tua lakukan

kepada mereka.

4) Hasil dari proses persepsi, yaitu berupa tanggapan dan perilaku. Ada tanggapan

positif dan negatif. Apabila anak menangkapnya dengan positif maka sikap dan

Page 14: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

perilaku positif pula dan sebaliknya seperti menurut. Namun apabila sebaliknya

maka akan cenderung melawan pada orang tua.

Menurut Idrus (2001) proses terjadinya persepsi pada individu melibatkan empat

komponen yaitu:

a. Adanya rangsang yang datang dari luar lewat panca indra

b. Adanya kesadaran individu terhadap rangsang tersebut

c. Individu itu menginterpretasikan rangsang tersebut

d. Individu itu mewujudkan dalam bentuk tindakan

Walgito (1997) mengemukakan bahwa tahapan persepsi ada empat yaitu:

a. Proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia

b. Proses fisiologis, yaitu diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor ke otak

melalui syaraf-syaraf sensorik.

c. Proses psikologis, yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptornya.

d. Hasil dari proses persepsi, yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka proses terjadinya persepsi yaitu adanya rangsang

dari luar, adanya kesadaran individu terhadap rangsang, individu menginterpretasi

rangsang tersebut, dan mewujudkan dalam bentuk tindakan. Selain itu terdapat proses

fisik, fisiologis, psikologis, dan hasil dari proses persepsi.

3. Persepsi diri yang normal pada anak dan penyimpangan terkait persepsi pada anak

A. Perkembangan persepsi diri yang normal terjadi dalam dua tahap :

1) Tahap yang pertama : terjadi pada bayi, balita dan anak-anak usia prasekolah.

Orang tua dan pengasuh memainkan peran kunci selama tahap ini. Bayi belajar

bahwa mereka adalah individu yang terpisah yang mempengaruhi orang lain dengan

perilaku mereka. Ini paling baik dilakukan dalam lingkungan yang mendukung di mana

bayi datang untuk melihat dunia (orang tua dan pengasuh). Orang tua dan pengasuh

responsif terhadap kebutuhan mereka, baik fisik dan emosional. Balita dengan motorik

mereka yang baru, kemampuan kognitif dan bahasa, mengeksplorasi kemampuan dan

batas-batas mereka dan membuat orang lain menyadari kebutuhan, keinginan dan

kekhawatiran. Mereka berkembang dengan penerimaan positif, pujian dan pedoman

menetapkan batas sementara memungkinkan mereka untuk membuat pilihan. Anak-

anak prasekolah mulai menggunakan "Saya" untuk menggambarkan kegiatan mereka

sendiri. Mereka menjadi sadar akan perbedaan dalam kemampuan dan menemukan

seluruh tubuh mereka, termasuk perbedaan jenis kelamin. Perasaan awal kompetensi

Page 15: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

prasekolah dapat dilatih melalui pemecahan masalah awal. Anak-anak prasekolah

menginternalisasi permintaan orang tua dan menjauh karena melihat diri menjadi pusat

perhatian dunia. Saudara dan rekan memainkan peran yang semakin penting dalam

kehidupan anak-anak prasekolah.

2) Tahap kedua pengembangan diri, memperbaiki diri, terjadi pada anak-anak usia

sekolah dan remaja.

Persahabatan dan teman sebaya dan waktu yang dihabiskan dalam berbagai

kegiatan, memainkan peran yang lebih besar dalam membentuk karakter peningkatan

anak dan kepribadian dan persepsi sehingga diri. Stereotip budaya seperti yang

ditemukan di majalah-majalah, televisi, billboard, dan internet semua pengaruh persepsi

masyarakat tentang "ideal" diri. Anak usia sekolah disibukkan dengan mengevaluasi

diri atas dasar bukti eksternal: keterampilan kognitif dan fisik, prestasi, penampilan

fisik, kemampuan sosial dan penerimaan, dan rasa kontrol. Mereka sangat rentan

terhadap sikap orang tua atau lingkungan yang membandingkan dirinya dengan orang

lain, membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan sosial. Setiap penyimpangan dari

normal, sasaran kritik dan ejekan. Persepsi diri terus disempurnakan selama masa

remaja Awal, memperkuat pada masa remaja nanti. Awal remaja masih sangat

tergantung pada stereotip budaya dan penerimaan teman sebaya, dengan perubahan

fisik dan emosional menjadi fokus utama evaluasi diri. Pembentukan citra tubuh, unsur

penting dalam membentuk identitas, diselesaikan pada tahap ini. Setiap cacat, cacat

atau ketidaksesuaian antara apa yang dilihat dan apa yang divisualisasikan sebagai cita-

cita diperbesar dan signific di mata remaja. Pada akhir masa remaja, pandangan yang

lebih mapan diri harus di tempat dengan penerimaan identitas yang fisik, sosial dan

spiritual. Remaja dengan persepsi diri yang positif memiliki nilai, tujuan dan

kompetensi yang membimbing mereka menjadi dewasa. Area yang akan dievaluasi

dalam remaja meliputi prestasi akademis/skolastik, prestasi fisik /atletik, penerimaan

sosial, atribut fisik, penerimaan antar pribadi (persahabatan, romantis), perilaku moral

dibandingkan dengan standars internal rasa kontrol atas prestasi pribadi, hubungan dan

partisipasi dalam kegiatan. konsisten skor Anak laki-laki lebih tinggi dari pada anak

perempuan pada pengukuran harga diri selama masa remaja. Salah satu studi tentang

harga diri remaja, delapan domain diperiksa dan diidentifikasi di sejumlah instrumen,

keamanan pribadi, rumah/orang tua, popularitas teman sebaya, kompetensi akademik,

daya tarik, penguasaan pribadi, permeabilitas psikologis, kompetensi Atletic. Dari

Page 16: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

delapan domain hanya rekan popularitas dan kompetensi akademik menunjukkan tidak

ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin, meskipun anak laki-laki masih

melebihi perempuan di semua delapan. Kehidupan rumah, keamanan pribadi,

kompetensi akademik dan penguasaan pribadi adalah empat domain yang sangat

dipengaruhi harga diri yang menyeluruh.

Adapun tahap perkembangan persepsi diri anak usia11 tahun yakni anak telah

mampu menerima body image nya secarabaik, telah terjadi proses akhir terhadap

pemahaman body imagenya, sebagai contoh, jika anak dalam kondisi gemuk, maka

menurut tahap perkembangan persepsi diri, diharapkan anak telah menerima dengan

baik, bahwa dirinya adalah gemuk, sehingga menimbulkan kepercayaan diri terhadap

kondisi ini. Kemudian pada tahap perkembangan persepsi diri di usia 11 tahun, anak

diharapkan memiliki fokus pada perubahan fisik dan emosional dengan penerimaan

teman sebaya sehingga dapat menentukan evaluasi diri (Burn, 2008)

Persepsi diri, menjadi pribadi dan subjektif, mencakup deskripsi diri dan

evaluasi deskripsi diri. Deskripsi seseorang menarik dan evaluasi orang membuat

datang dari pikiran dan perasaan, keyakinan dan keyakinan, pengamatan, pemahaman,

wawasan, dan kesadaran yang diterima baik dari diri dan dari diri dan dari orang lain.

Tiga komponen kunci dari persepsi diri adalah penting yaitu makna, kelayakan dan

kompetensi.

Makna : Saya dicintai

Kelayakan : saya baik-baik saja, saya suka dan respek pada diri saya

Kompetensi : Saya dapat melakukan itu

B. Penyimpangan terkait persepsi pada anak usia sekolah

Persepsi diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri (selain teori

perkembangan dan pengaruh orang terdekat). Konsep diri dapat dibentuk melalui

pandangan diri dan pengalaman diri yang positif, sehingga jika terhadap persepsi diri

yang negatif atau persepsi diri terganggu maka secara tidak langsung dapat

mengganggu konsep diri seseorang. Menurut Burn (2008) masalah persepsi diri pada

anak meliputi pula masalah harga diri, masalah identitas personal, masalah perilaku,

dan masalah citra tubuh.

Penyimpangan lain terkait persepsi diri yang dapat terjadi pada anak usia sekolah:

1) Depresi

Sesuai penelitian Armstrong, Westen, dan Janicke (2013) bahwa ada hubungan

depresi dengan persepsi remaja yang memiliki kelebihan berat badan.

Page 17: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

2) Bunuh diri

Sesuai penelitian Kim, et al (2009) bahwa ada hubungan antara Indeks Massa

Tubuh (IMT) dengan kejadian bunuh diri di kalangan anak laki-laki dan

perempuan.

3) Ketrampilan motorik

Sesuai penelitian O'Neill, et al (2013) bahwa ada hubungan antara persepsi orang

tua terhadap peningkatan keterampilan motorik pada anak

4. Apakah jenis kelamin mempengaruhi persepsi diri pada anak?

Nelson et. al (2005) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin, memiliki

peranan penting pada persepsi diri, perilaku non sosial dan penerimaan kelompok.

Kurangnya penerimaan kelompok memiliki efek negatif pada perkembangan konsep diri

anak, termasuk persepsi diri. Insiden menarik diri pada anak kurang dapat diterima pada

anak laki-laki dari pada anak perempuan, agak didorong pada anak perempuan, berkaitan

dengan masalah penyesuaian anak laki-laki tapi tidak perempuan (Engfer; Radke-

Yarrow, Richters, & Wilson; Rubin et al; Stevenson-Hinde dalam Nelson 2005). Pada

usia anak pertengahan, menarik diri dari lingkungan sosial terjadi pada anak laki-laki tapi

tidak dengan perempuan, laporan kesepian dan kurangnya ketrampilan sosial jika

dibandingkan dengan rata-rata kelompok seusianya (Rubin et al dalam Nelson 2005).

Bagaimanapun, perbedaan gender dalam menarik diri yang bervariasi tergantung pada

persepsi diri anak laki-laki dan perempuan, yang mulai tereksplorasi pada awal masa

kanak-kanak.

Persepsi diri bersifat personal dan subjektif, meliputi deskripsi diri dan evaluasi

dari deskripsi tersebut. Tiga komponen dari persepsi diri meliputi signifikansi, worthiness

(kelayakan) dan kompetensi.

a. Signifikansi dating dari perasaan memiliki, merasa dicintai dan dapat mencintai,

merasa aman, dilindungi dan didukung, diterima dan dimengerti tanpa syarat.

Komponen ini merupakan komponen yang paling penting dalam mengembangkan dan

mempertahankan harga diri. Beberapa orang mempercayai bahwa perempuan sering

menghubungkan persepsi diri mereka dengan perasaan yang diinginkan melalui

hubungan (Slattery, 2005).

b. Worthiness dating dari memahami bahwa individu memiliki tujuan dalam hidup. Hal

ini meliputi merasa bernilai, diterima, memenuhi standar moral, menghargai dan

merasa baik terhadap dirinya sendiri. Hal ini juga termasuk dihargai dan diterima

Page 18: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

orang lain. Merasakan cinta tanpa syarat, tanpa mengikat merupakan landasan dari

kelayakan diri.

c. Kompetensi dating dari perasaan mampu,percaya diri, adekuat, dalam control dan

mampu menyelesaikan tugas baru, optimis dalam hidup, penuh harapan dan berani.

Laki – laki sering menghubungkan persepsi dirinya dengan perasaan mampu

khususnya melalui signifikansi dan pencapaian (Slattery, 2005). Kompetensi

merupakan salah satu bagian dari kegembiraan yang merupakan kekuatan internal

dalam mengatasi perubahan yang dihadapi dalam hidup (Brooks, 2002). Kompetensi

diukur dalam konteks kognitif, fisik atau ketrampilan social.

5. Asuhan keperawatan terkait Persepsi diri?

Model pengkajian HPM:

a) Prior related behaviour

b) Personal factors: biologis, psikologi, sosiokultural.

c) Perceived benefits of factors

d) Perceived barrier to action

e) Activity related affect

f) Interpersonal influences

g) Situasional influences

A. Pengkajian

1. Persepsi diri / pola konsep diri

2. Pola peran

3. Koping terhadap stress

4. Nilai keyakinan

5. Perubahan fisik (cemas, takut, rasa masalah, rasa bersalah, dll)

Kaji:

1) Ansietas

Ansietas adalah perasaan tidak jelas, tidak tenang, sumbernya sering tidak

spesifik atau tidak diketahui oleh individu yang mengalami faktor:

a) Ancaman konsep diri

b) Ancaman Kematian

c) Ancaman terhadap status kesehatan

d) Krisis situasi dan menstruasi

e) Kebutuhan yang tidak terpenuhi

Page 19: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Batasan karakteristiknya adalah:

a) Subjektif: Peningkatan ketegangan, ketakutan, cemas, gugup, perasaan tidak

tenang, terlampau bergairah.

b) Objektif: Gelisah, insomnia, gemetar, khawatir, tegang, peningkatan keringat

2) Ketakutan

Ketakutan adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami suatu gangguan

fisologi atau emosional yang berhubungan dengan suatu sumber yang dapat

diidentifikasi yang dirasakan sebagai bahaya. Faktor-faktor yang berhubungan

adalah: Situasional: lingkungan baru, orang-orang baru, pergantian

atau kehilangan orang terdekat, kegagalan Maturasional :perpisahan dari orang

tua dan teman sebaya (anak), penampilan, keberhasilan di sekolah (remaja),

menjadi orang tua (dewasa), diabaikan (lansia)

3) Keputusasaan

Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif terus-menerus dimana

seseorang individu tidak melihat alternative untuk memecahkan masalah-masalah

untuk mencapai apa yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:

Situasional: dicampakkan/perpisahan dari orang-orang terdekat, ketidakmampuan

untuk mencapai tujuan yang berharga, isolasi karena proses penyakit yang

berkepanjangan. Maturasional:kehilangan pengasuh (anak), perubahan citra diri

(remaja), kehilangan pekerjaan (dewasa), kehilangan kemandirian (lansia)

B. Diagnosa (Nanda)

1) Kesiapan meningkatkan konsep diri : pola persepsi atau ide mengenai dirinya

yang mencukupi untuk mencapai sejahtera dan memperkuat (konsep diri)

individu

2) Harga Diri Rendah Kronis : adanya proses yang panjang mengenai evaluasi diri

atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri

3) Harga Diri Rendah Situasional : berkembanganya persepsi negative tentang

perasaan berharga dalam situasi respon yang terjadi saat ini.

4) Resiko Harga Diri Rendah Situasional : resiko berkembangnya persepsi negative

tentang perasaan berharga dalam situasi respon yang terjadi saat ini

5) Gangguan Citra Tubuh

C. Rencana Keperawatan NOC

Diagnosa Gangguan Citra Tubuh:

Page 20: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Diharapkan pasien akan mampu:

1. Mengidentifikasi kekuatan personal

2. Pengakuan terhadap dampak dari situasi pada hubungan antara keberadaaa

personal dan gaya hidup

3. Pengakuan terhadap perubahan aktual pada penampilan tubuh

4. Menggambarkan penampilan aktual pada fungsi tubuh

5. Mengungkapkan keinginan untuk mengungkapkan sumber yang disarankan

setelah keluar dari rumah sakit

6. Memlihara hubungan sosial yang dekat dan hubungan personal.

Diagnosa Harga Diri Rendah

Diharapkan pasien akan mampu:

1. Mengetahui kekuatan pribadi

2. Melakuakn perilaku yang dapat meningkatakan kepercayaan diri

3. Mengungkapka penerimaan diri

4. Komunikasi terbuka

5. Pemenuhan peran yang signifikan

6. Penerimaan kritikan dari orang lain

7. Menunjukkan pembuatan keputusan dengan indikator: mengidentifikasi alternatif

dan konsekwensi yang mungkin timbul, mengidentifikasi sumber-sumber yang

diperlukan untuk mendukung setiap alternatif, menimbang dan memilih alternatif.

D. Rencana (Health Promotion)

Upaya peningkatan persepsi diri diantaranya adalah

1) Pendidikan religiusitas

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persepsi diri adalah dengan

menanamkan nilai nilai religiusitas pada anak. Drikarya (2005) mendefinisikan bahwa

religiusitas adalah kewajiban kewajiban atau aturan aturan yang harus dilaksanakan

yang berfungsi mengikat dan mengutuhkan seseorang atau kelompok orang dalam

hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia serta alam sekitarnya.

Cole (dalam rahayu 2008) menambahkan bahwa agama atau religiusitas dalam diri

individu terbukti berperan dalam mengurangi tingkat konflik yang terjadi terutama

konflik yang berkaitan dengan ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri maupun

lingkungan sekitarnya. Religiusitas akan mendorong atau mengarahkan hidup

manusia pada perubahan-perubahan ditingkat individu maupun sosial ke arah yang

baik dan benar.

Page 21: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

2) Konseling

Menurut Perls (Corey, 2005) menyatakan bahwa konselor harus mematangkan

konseling dan membongkar hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan

konseli berdiri sendiri. Konselor berusaha untuk mendorong konseli dalam

meaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan

menentukan letak jalan buntu. Konselor membantu konseli untuk menyadari dan

menembus jalan buntu dengan menghadiri dan menembus jalan buntu dengan

menghadirkan situasi situasi yang mendorong konseli itu untuk mengalami

keterpakuan secara penuh. Konseli menggunakan konselor sebagai layar proyeksi dan

memandang konselor sebagai pendorong untuk menemukan apa saja yang hilang dari

konseling.

Page 22: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, MR, T.A., 2010. Nursing Theories and Their Work 7th ed., USA: Mosby Elsevier.

Armstrong B, Westen SC, Janicke DM. 2013. The Role of Overweight Perception and

Depressive Symptoms in Child and Adolescent Unhealthy Weight Control Behaviors: A

Mediation Model. J Pediatr Psychol.

Berger, Lauren. (2001). The Relationship between Accuracy of Self-Perception and

Attachment Organization in Adolescence. University of Virginia: Virginia

Burn, C.E et al. 2008. Pediatric primary Care : A handbook for Nurse Practitioners.

Philadelphia: Elsevier Health Science

Corey, Gerald. 2005. Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama

Idrus, M. 2001. Pandangan dan Kepedulian Perempuan terhadap Anak. Jurnal.

PHRONESIS, Vol. 3. No. 5.

Irwanto, dkk. 1997. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kim DS, Cho Y, Cho SI, Lim IS. 2009. Body weight perception, unhealthy weight control

behaviors, and suicidal ideation among Korean adolescents. J Sch Health. ;79(12):585-

92

NANDA Internasional. (2012). Diagnosis Kperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

Nelson, Larry J., Kenneth H. Rubin., Nathan A. Fox. (2005). Social withdrawal, observed

peer acceptance, and the development of self-perceptions in children ages 4 to 7 years.

Early Childhood Research Quarterly 20 (2005) 185–200

O'Neill JR, Williams HG, Pfeiffer KA, Dowda M, McIver KL, Brown WH, Pate RR,. 2013.

Young children's motor skill performance: Relationships with activity types and parent

perception of athletic competence. J Sci Med Sport. pii: S1440-2440(13)00484-2.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Rijn, A.B., Steensma, T.D., Kreukels, B.P., Cohen, P.T. Self-perception in a clinical sample

of gender variant children. Clin Child Psychol Psychiatry. 2013. 8(3):464-74

Page 23: Lap Tutor Persepsi Diri_kel 3

Satiadarma, M.P. 2001. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta: Pustaka

Populer.

Walgito, B. 1997. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset

Wilkinson, Judith M., (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC edisi 7. Jakarta: EGC