laporan trimiristin

24
BAB V TRIMIRISTIN I. Tujuan 1. Menunjukkan kemahiran dalam memisahkan senyawa bahan alam, terutama trimiristin dari buah pala. 2. Menjelaskan prinsip dasar reaksi asam dan ester. II. Dasar Teori Salah satu tanaman rempah-rempah asli Indonesia adalah tanaman pala (Myristica malaccensis Hk.f). Pada penelitian ini dilakukan isolasi trimiristin dari biji buah pala. Isolasi dilakukan dengan refluks menggunakan eter. Trimiristin adalah suatu gliserida, yakni ester yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat. Gliserida ini terdapat dalam kadar yang tinggi dalam biji buah pala, Myristica fragrance, tetapi banyak tercampur dengan ester-ester lain yang sejenis. Pemisahan trimiristin dari biji buah pala dapat dijadikan sebagai contoh sederhana dalam pemisahan bahan alam, yang biasanya memakan waktu dan agak rumit. Oleh karena trimiristin yang tinggi dalam buah pala, hasil pemisahan yang murni dapat dicapai dengan cara ekstraksi sederhana dan penghabluran.

Upload: fera-arinta

Post on 19-Jul-2016

154 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Trimiristin

BAB V

TRIMIRISTIN

I. Tujuan

1. Menunjukkan kemahiran dalam memisahkan senyawa bahan alam, terutama

trimiristin dari buah pala.

2. Menjelaskan prinsip dasar reaksi asam dan ester.

II. Dasar Teori

Salah satu tanaman rempah-rempah asli Indonesia adalah tanaman pala

(Myristica malaccensis Hk.f). Pada penelitian ini dilakukan isolasi trimiristin dari

biji buah pala. Isolasi dilakukan dengan refluks menggunakan eter. Trimiristin

adalah suatu gliserida, yakni ester yang terbentuk dari gliserol dan asam miristat.

Gliserida ini terdapat dalam kadar yang tinggi dalam biji buah pala, Myristica

fragrance, tetapi banyak tercampur dengan ester-ester lain yang sejenis.

Pemisahan trimiristin dari biji buah pala dapat dijadikan sebagai contoh sederhana

dalam pemisahan bahan alam, yang biasanya memakan waktu dan agak rumit.

Oleh karena trimiristin yang tinggi dalam buah pala, hasil pemisahan yang murni

dapat dicapai dengan cara ekstraksi sederhana dan penghabluran.

Minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk

industri obat-obatan, parfum dan kosmetik. Buah pala berbentuk bulat berkulit

kuning jika sudah tua, berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak berwarna hitam

kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih, bila

dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala terdiri atas

daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%)

(Rismunandar, 1990). Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan

bagian terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara

lain minyak atsiri dan oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala

Page 2: Laporan Trimiristin

adalah mentega pala yaitu trimiristin yang dapat digunakan untuk minyak makan

dan industri kosmetik (Somaatmaja, 1984).

Aroma minyak pala yang khas merupakan akibat dari kandungan beberapa

komponen-komponen kimiawi, seperti monoterpen hidrokarbon ± 88% dengan

komponen utama camphene dan pinene, myristicin, dan monoterpen alcohol

seperti geraniol, lonalool, terpineol, serta komponen lain seperti eugenol dan metil

eugenol (Rismunandar, 1990). Menurut Dorman et al dalam Jukic et al (2006)

komponen utama minyak biji pala adalah terpen, terpen alcohol dan fenolik eter.

Komponen monoterpen hidrokarbon yang merupakan komponen utama minyak

pala terdiri atas β-pinene (23,9%), α-pinene (17,2%), dan limonene (7,5%).

Sedangkan komponen fenolik eter terutama adalah myristicin (16,2%), diikuti

safrole (3,9%) dan metil eugenol (1,8%).

Biji buah pala yang sudah digiling atau serbuk yang dijual di dalam kaleng,

diekstraksi dengan eter di dalam labu atau alat soxhlet, dan sisanya dihablurkan

dengan aseton. Biji pala mengandung 25%-40% lemak yang dapat diperoleh

dengan hotpress, yaitu pengepresan setelah pemanasan atau dengan ekstraksi

menggunakan pelarut. Produk ini dikenal sebagai mentega pala (oleum myristica

expresum), mempunyai warna kuning dengan berbentuk mentega pada suhu

kamar, sebagian besar kandungannya adalah trimiristin. Trimiristin dapat

ditransformasi menjadi ester, metil miristat yang berfungsi sebagai bahan

pelembab, pengemulsi, penstabil larutan standar untuk kromatografi gas dan

bumbu masak. Pada trimiristin gugus asam atau asil adalah sama, sehingga dapat

dihidrolisis menjadi asam dan gliserol menghasilkan satu jenis asam, yakni asam

miristat.

CH2 ( CH2 12CH3)

) CH312CH2(CH2

) CH312CH2(CH + H2O CH

CH2

CH2

OH

OH

OH

OCO

OOC

OCO ( CH2 12CH3)HOC

O+

Gambar II.1. Reaksi Pembuatan Trimiristin

Page 3: Laporan Trimiristin

Eter tidak begitu larut dalam air karena, tanpa kelompok hidroksil, mereka

tidak dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan air. Selanjutnya, tanpa

kelompok hidroksil polar, tarikan molekul antara molekul eter relatif lemah.

Akibatnya, tidak butuh banyak energi untuk memisahkan molekul eter dari satu

sama lain. Inilah sebabnya mengapa eter memiliki titik didih yang relatif rendah

dan menguap begitu mudah.

Dietil eter, adalah salah satu anestesi pertama. Sifat anestesi senyawa ini,

ditemukan di awal 1800-an, merevolusi praktek operasi. Karena volatilitas yang

tinggi pada suhu kamar, dietil eter menghirup dengan cepat memasuki aliran

darah. Karena eter ini memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan volatilitas

tinggi, dengan cepat meninggalkan aliran darah sekali diperkenalkan. Karena sifat

fisik, pasien bedah dapat dibawa masuk dan keluar dari anestesi (keadaan tidak

sadarkan diri) hanya dengan mengatur gas bernafas. Gas anestesi modern-hari

memiliki efek samping yang lebih sedikit dari dietil eter tetapi bekerja pada

prinsip yang sama.

Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-

on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan

yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling

sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air , etanol , dietil

eter . Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk

membuat plastik , serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya.

Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga dapat ditemukan secara alami,

termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.

Aseton dibuat secara langsung maupun tidak langsung dari propena. Secara

umum, melalui proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena dan produk

proses kumena (isopropyl benzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol dan

Aseton:

C6H5CH(CH3)2 + O2 → C6H5OH + OC(CH3)2

Konversi di atas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida,

C6H5C(OOH)(CH3)2.

Page 4: Laporan Trimiristin

Aseton juga diproduksi melalui propena yang dioksidasi langsung dengan

menggunakan katalis Pd(II) / Cu(II), mirip seperti 'proses wacker'. Dahulu, aseton

diproduksi dari distilasi kering senyawa asetat, misalnya kalsium asetat. Selama

perang dunia I, sebuah proses produksi aseton dari fermentasi bakteri

dikembangkan oleh Chaim Weizmann dalam rangka membantu Britania dalam

usaha perang. Proses ini kemudian ditinggalkan karena rendahnya aseton butanol

yang dihasilkan.

Aseton sering kali merupakan komponen utama (atau tunggal) dari cairan

pelepas cat kuku. Etil asetat, pelarut organik lainnya, kadang-kadang juga

digunakan. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super. Ia juga dapat

digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia

dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Aseton sangat baik

digunakan untuk mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca

gelas, dan melarutkan resin epoksi dan lem super sebelum mengeras. Selain itu,

aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan pembersih dalam

mengatasi tinta permanen. Dalam laboratorium, aseton digunakan sebagai pelarut

aportik polar dalam kebanyakan reaksi organik, seperti reaksi SN2. Penggunaan

pelarut aseton juga berperan penting pada oksidasi Jones. Oleh karena polaritas

aseton yang menengah, ia melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia

umumnya ditampung dalam botol cuci dan digunakan sebagai untuk membilas

peralatan gelas laboratorium.

Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan secara ekstensif pada proses

penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri pertambangan. Bejana yang

mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian asetilena,

yang akan larut dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan sekitar 250 liter

asetilena.

Page 5: Laporan Trimiristin

III. Prinsip Kerja

1. Alat

a. Labu didih alas bulat 100ml

b. Waterbath

c. Kondensor

d. Selang dan pompa

e. Kertas saring

f. Tali

g. Gelas ukur

h. Pipet tetes

i. Klem dan statif

j. Air es

k. Aquades

l. Timbangan

m. Spatula

n. Erlenmeyer

o. Corong Buchner

p. Ekstraktor

2. Bahan

a. Serbuk pala

b. Aseton

c. Eter

d. Aquades

3. Rangkaian Alat

Labu Alas Bulat Ekstraktor Kondensor

Erlenmayer Pipet Volum Pipet Ukur

Page 6: Laporan Trimiristin

Pompa Vakum Pipet Corong Buchner

Ball Filler Kertas Saring Klem dan Statif

Oven Gelas Arloji Waterbath

Page 7: Laporan Trimiristin

4. Skema Kerja

Mortar Haluskan 15 gr Biji Pala

Kertas Saring Bungkus bubuk pala dengan kertas saring dan di ikat

Labu Alas Bulat Masukkan Eter 100 ml dan

Ekstraktor Masukkan sampel (bubuk pala)

0)

9090

9

90

Ambil sampel dan lakukan recovery dengan suhu 50°C kemudian dinginkan pada suhu kamar selama 30 menit dan dilanjutkan pendinginan dengan air es selama 30 menit

dan didinginkan

Waterbath Atur suhu pada 45°C dan lakukan ekstraksi sampai 4 siklus

0)

9090

9

90

Hasil trimiristin + eter

Residu Filtrat Oven sampai berat konstan pada suhu 50°C

Page 8: Laporan Trimiristin

IV. Hasil dan Pembahasan

1. Data Pengamatan

Tabel V. 1 Data Pengamatan

Variabel yang diamati Hasil PengamatanTetesan eter pertama Terjadi 8 menit dari awal proses

Berwarna beningSiklus pertama Terjadi 22 menit dari tetes pertama

Berwarna kuning keemasanSiklus kedua Terjadi 15 menit setelah siklus pertama

Berwarna kuning agak jernihSiklus ketiga Terjadi 16 menit setelah siklus kedua

Berwarna kuning makin jernihSiklus keempat Terjadi 14 menit setelah siklus ketiga

Berwarna kuning jernihRecovery pertama Terjadi 28 menit

Berwarna kuningRecovery kedua Terjadi 27 menit

Berwarna kuningPenambahan aseton 15 ml Warna tetap, tidak ada perubahanPendinginan suhu ruang selama 30 menit

Warna tetap, tidak ada perubahan

Pendinginan dalam air es selama 30 menit

Terbentuk banyak endapan putih kekuningan

Oven suhu 50o C selama 20 menit

Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar 2,68 gram

Oven suhu 50o C selama 10 menit

Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar 2,59 gram

Oven suhu 50OC selama 10 menit

Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar 2,53 gram

Oven suhu 50OC selama 10 menit

Didapat berat trimiristin + kertas saring sebesar 2,51 gram

Page 9: Laporan Trimiristin

Presentase Rendemen Hasil Trimiristin

Berat trimiristin = 2,51 - berat kertas saring

= 2,51 - 0,60

= 1,91 gram

Berat serbuk biji pala = 15 gram

% Trimiristin dalam pala = x 100 %

= x 100 %

= 12,73 %

2. Pembahasan

Pada percobaan isolasi trimiristin dari biji pala, mulanya biji pala

dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk halus. Penghalusan biji pala

dilakukan dengan ditumbuk dan diblender. Penghalusan biji pala dilakukan

dua kali untuk mendapatkan serbuk biji pala yang benar-benar halus, sebab

dengan semakin halusnya serbuk maka semakin luas permukaan sentuh antara

pelarut dengan sampel sehingga akan semakin besar kontak dengan pelarut

yang digunakan. Jika kontak yang terjadi maksimal, maka zat-zat yang

terkandung dalam biji pala dapat dengan mudah terlarut dalam pelarut.

Kemudian pelarut yang digunakan adalah eter. Pelarut eter dipilih

karena eter dapat digunakan untuk melarutkan trimiristin yang merupakan

gliseraldehid yang bersifat non polar. Selain itu, titik didih eter (34o C) lebih

rendah dari titik didih trimiristin (55o C), dibandingkan pelarut lain yang titik

didihnya lebih tinggi dari trimiristin. Jika memakai pelarut lain yang titik

didihnya lebih tinggi dari trimiristin, trimiristin dapat rusak. Jika memakai

eter, diharapkan eter dapat menguap terlebih dahulu dan melarutkan

trimiristin.

Page 10: Laporan Trimiristin

Adapun pada penggunaan metode ekstraksi trimiristin, metode yang

digunakan pada percobaan ini adalah ekstraksi menggunakan soxhlet. Soxhlet

tersusun dari labu didih yang disusun pada bagian bawah, kemudian di

atasnya dipasang ekstraktor dan kondensor. Labu didih digunakan untuk

mendidihkan eter sehingga menghasilkan uap eter, kemudian ekstraktor

berfungsi untuk mengambil trimiristin yang ada dalam biji pala dengan

mempertemukan uap eter dengan dengan biji pala yang dibungkus dalam

kertas saring. Kondensor berfungsi mendinginkan uap yang mengandung

trimiristin. Air yang dialirkan pada kondensor ditambahkan es batu untuk

memperbesar pertukaran panas, sehingga panas dari uap eter dapat segera

diubah menjadi zat cair, sehingga proses kondensasi lebih cepat.

Digunakannya metode ini karena dalam percobaan ini sampel yang digunakan

berupa padatan yaitu serbuk biji pala. Selain itu, penggunaan soxhlet juga

dilihat dari faktor kemudahan untuk ekstraksi dibandingkan dengan metode

lain, yaitu tidak perlu dilakukan penyaringan hasil ekstraksi karena sudah

dibungkus di kertas saring. Ukuran bungkusan serbuk pala disesuaikan

dengan lebar ekstraktor terlebih dahulu dan diikat dengan tali agar mudah saat

bungkusan diletakkan dan diambil.

Dalam proses pengambilan trimiristin, pemanasan eter menggunakan

waterbath karena suhu pemanasan lebih mudah dikontrol bila dibandingkan

dengan menggunakan kompor listrik. Waterbath diatur pada suhu 45o C yaitu

suhu dimana eter sudah menguap namun masih di bawah titik didih

trimiristin.

Proses ekstraksi dimulai dengan mencelupkan labu didih yang berisi

eter ke dalam waterbath. Labu didih dipanaskan hingga terbentuk uap yang

mengenai serbuk biji pala. Uap yang telah mengandung trimiristin kemudian

didinginkan oleh kondensor sehingga berbentuk cair dan menetes. Tetesan

pertama terjadi setelah 8 menit dari awal proses. Tetesan tersebut semakin

banyak dan memenuhi ekstraktor. Jika sudah penuh, maka cairan akan

Page 11: Laporan Trimiristin

kembali pada labu didih melalui pipa kecil pada ekstraktor. Peristiwa

kembalinya pelarut pada labu didih yang dinamakan siklus.

Pada percobaan ini, siklus pertama terjadi 22 menit setelah tetesan

pertama dengan warna pelarut kuning keemasan. Siklus pertama merupakan

siklus dimana pelarut dapat melarutkan trimiristin secara maksimal sehingga

dapat dikatakan kandungan trimiristin pada siklus ini paling banyak dibanding

siklus setelahnya . Pada percobaan ini, siklus dilakukan sampai empat kali,

dengan siklus kedua terjadi setelah 15 menit dari setelah siklus pertama, siklus

ketiga terjadi 16 menit setelah siklus kedua, dan siklus keempat terjadi setelah

14 menit setelah siklus ketiga. Warna yang ditunjukkan dari siklus kedua

hingga siklus keempat adalah warna yang semakin jernih dari siklus pertama,

yaitu kuning jernih yang menunjukkan adanya trimiristin. Semakin jernih

warna pelarut dikarenakan trimiristin yang terlarut dalam eter semakin lama

akan semakin sedikit seiring dengan semakin banyaknya siklus yang terjadi.

Kandungan trimiristin yang semakin sedikit juga terlihat dari waktu siklus

yang semakin lama semakin singkat.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah recovery. Recovery

bertujuan untuk memisahkan pelarut dengan trimiristin sehingga pelarut dapat

diambil kembali. Proses recovery juga menggunakan soxhlet. Mula – mula,

bungkusan serbuk pala dalam ekstraktor diambil. Kemudian, masukkan labu

didih yang berisi hasil ekstraksi ke dalam waterbath. Suhu waterbath diatur

pada 50o C. Fungsinya agar eter yang titik didihnya lebih rendah dari suhu

waterbath dapat menguap terlebih dahulu dan terpisah dari trimiristin.

Recovery dilakukan selama dua kali dengan waktu recovery pertama selama

28 menit dan recovery kedua selama 27 menit. Hasil yang didapat adalah

trimiristin kotor dalam labu didih yang berwarna kuning

Kemudian trimiristin kotor yang masih hangat dipindahkan ke

dalam beaker glass dan ditambahkan aseton sebanyak 15 ml. Penambahan

aseton bertujuan untuk memurnikan trimiristin. Penambahan aseton tidak

menghasilkan perubahan warna. Kemudian trimiristin didinginkan pada suhu

Page 12: Laporan Trimiristin

ruang selama 30 menit. Pendinginan suhu ruang bertujuan untuk melarutkan

trimiristin sehingga membentuk kristal (rekristalisasi). Pemilihan aseton

sebagai pelarut karena titik didihnya (54o C) lebih rendah dari titik didih

trimiristin. Sesuai dengan prinsip rekristalisasi, aseton yang masih hangat

dicampurkan pada trimiristin kotor berfungsi untuk mendapatkan larutan

jenuh atau mencapai jenuh. Ketika campuran perlahan didinginkan, kristal

akan mengendap karena kelarutan padatan akan menurun bila suhu

didinginkan. Diharapkan pengotor tidak ikut mengkristal karena

konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.

Namun pendinginan pada suhu ruang tidak menyebabkan perubahan dalam

beaker glass, dilihat dari warnanya yang tetap dan tidak membentuk kristal.

Hal itu dapat disebabkan karena suhu pendinginan yang kurang dingin,

sehingga dilakukan pendinginan pada air es selama 30 menit. setelah

dilakukan pendinginan pada air es, di dalam beaker glass terbentuk banyak

kristal halus berwarna putih kekuningan. Kristal tersebut adalah trimiristin.

Karena masih terdapat sedikit pelarut pada kristal, maka dilakukan

penyaringan dengan menggunakan corong Buchner. Sebelumnya, kertas

saring yang digunakan untuk penyaringan ditimbang dulu agar memudahkan

perhitungan massa setelah dioven. Hasil penyaringan corong Buchner yaitu

kristal putih kekuningan kemudian dioven.

Pengovenan dilakukan untuk mendapatkan kristal trimiristin yang

kering sempurna. Pengovenan dilakukan sampai massa kristal konstan (tidak

berubah) yang menandakan telah berkurangnya kandungan air dari kristal.

Pada percobaan ini, pengovenan dilakukan sebanyak 4 kali pada suhu 50o C.

Pengovenan pertama dilakukan selama 20 menit mendapatkan massa

campuran (massa kertas saring + massa trimiristin) sebanyak 2,68 gram,

dilanjutkan pada pengovenan kedua selama 10 menit dengan massa campuran

sebanyak 2,59 gr. Pengovenan ketiga berlangsung selama 10 menit dengan

massa campuran 2,53 gr dan pengovenan keempat selama 10 menit

menghasilkan massa campuran sebesar 2,51 gr. Pada pengovenan keempat,

Page 13: Laporan Trimiristin

massa kristal sudah konstan sehingga dapat dihitung massa trimiristin yaitu

massa campuran dikurangi massa kertas saring sehingga diperoleh massa

trimiristin sebanyak 1,91 gram. Hitung pula rendemennya dan dihasilkan

sebesar 12,73 % .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Masyitah (2006), isolasi

trimiristin pada biji pala menghasilkan rendemen sebanyak 21,60 %. Bila

dibandingkan dengan rendemen pada percobaan ini, maka hasil yang

didapatkan masih kurang maksimal. Hal ini dapat disebabkan karena saat akan

mencampurkan trimiristin kotor dengan aseton, suhu trimiristin mengalami

penurunan sehingga saat dicampur dengan aseton, pelarut dan trimiristin

belum terlalu larut (larutan tidak terlalu jenuh) dan saat didinginkan, belum

terbentuk kristal sehingga perlu dilakukan pendinginan dengan air es.

Seharusnya, saat pendinginan pada suhu ruang sudah dapat terbentuk kristal

dan dilakukan pendinginan dengan air es untuk mempercepat terbentuknya

kristal sehingga kristal yang terbentuk dapat lebih banyak. Faktor lain yang

dapat menyebabkan kurangnya rendemen yang dihasilkan adalah jumlah

siklus yang dilakukan saat ekstraksi. Semakin banyak siklus yang dilakukan

maka semakin banyak trimiristin yang terlarut dan dapat diambil.

Page 14: Laporan Trimiristin

V. Simpulan dan Saran

1. Simpulan

a. Metode pengambilan trimiristin yang digunakan adalah ekstraksi dengan

pelarut menggunakan alat soxhlet.

b. Massa trimiristin kotor yang dihasilkan adalah 1,91 gram.

c. Rendemen yang dihasilkan adalah 12,73 %.

2. Saran

a. Sebelum memulai praktikum, dianjurkan agar setiap praktikan mempelajari

dan memahami prosedur kerja, alat dan bahan agar tidak mengalami

kesulitan saat praktikum.

b. Pastikan alat soxhlet tersusun dengan baik, jangan sampai ada celah yang

dapat menyebabkan uap keluar.

c. Sesuaikan ukuran kertas saring dengan ekstraktor terlebih dahulu, agar

mudah saat memasukkan dan mengambil bungkusan kertas saring.

d. Pembagian tugas saat praktikum mutlak dilakukan agar efektif dan efisiensi

waktu.

VI. Daftar Pustaka

Tim Dosen Praktikum Kimia Organik-Biokimia 2013 Buku Petunjuk

Praktikum Kimia Organik–Biokimia Teknik Kimia FT UNNES Semarang.

http://itatsorganik-h402.tripod.com/Trimiristin.html

diakses pada hari Senin, 25 November 2013 pukul 16.11 WIB

http://win-007.blogspot.com/2012/07/isolasi-trimiristin-dari-bii-pala.html

diakses pada hari Senin, 25 November 2013 pukul 16.16 WIB

http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/wp-content/uploads/2013/09/

perkebunan_jurnal-littriVol19213_4_-MAMUN..pdf

Page 15: Laporan Trimiristin

diakses pada hari Senin, 25 November 2013 pukul 16.21 WIB