laporan tmj

15
1 | LAPORAN FISIOLOGI TMJ 13-51  DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................... 1 BAB I DASAR TEORI ..................................................................... 2 BAB II HASIL PENGAMATAN ..................................................................... 7 BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 11 BAB IV KESIMPULAN ..................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 15

Upload: fatimatuz-zahroh

Post on 19-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan fisiologi, Temporo Mandibula joint

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................1

BAB I DASAR TEORI.....................................................................2

BAB II HASIL PENGAMATAN.....................................................................7

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................11

BAB IV KESIMPULAN.....................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................15

BAB IDASAR TEORI

ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh Prosesus kondiloideus, Ligamen Sendi Temporomandibula, Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula, Persarafan pada Sendi Temporomandibula. Prosesus kondiloideus Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20mm medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior.Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus eksternus. Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular. Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel. Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus. Pemeriksaan Sendi Tempora-Mandibula (STM) Sendi Tempora Mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal (Ganong, 1983). Diskus artikularis/meniskus sendi yang merupakan jaringan ikat fibrosa padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah. Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskuler. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama, yaitu masseter, temporalis, pterygoideus medialis dan lateralis.

FISIOLOGI PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu : 1. Gerak membuka2. Gerak menutup 3. Protrusi 4. Retusi 5. Gerak lateral Gerak membuka Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.

Gerak menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput andibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres. Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini. Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigigeligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang. Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi.Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.

BAB IIHASIL PENGAMATAN A. Pertanyaan dan Jawaban 1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi? Jawab : Terjadinya bunyi pada sendi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibular. Bunyi yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari bunyi yang lemah dan hanya terasa oleh si penderita sampai yang keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi pada awal, pertengahan atau akhir gerak buka dan tutup mulut. 2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping? Jawab : Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya perubahan degenerasi. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kelainan sendi temporo-mandibula jangka panjang . Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi tersebut dapat berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak yang tajam dan keras. Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau atau gerakan rahang yang biasanya asimetri. 3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut? Jawab : Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior sedangkan pada saat menutup mulut, kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu pada bagian yang tipis. 4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula? Jawab : Dapat terjadi karena hilangnya kontinuitas mandibula sehingga menyebabkan kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan inkoordinasi gerakan mandibular. 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya!Jawab : Tidur dilakukan kurang lebih selama 6 jam, bila seseorang memiliki kebiasaan tidur yang salah maka akan dapat mempengaruhi kondisi dari mandibular itu sendiri. Misalnya kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah satu sisi saja dapat menyebabkan tekanan mandibular yang berat pada salah satu sisi. Apalagi bila tidur dilakukan selama berjam-jam dan kebiasaan itu terbawa sejak lama, dapat menyebabkan perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibular yang nantinya akan berpengaruh pula pada susunan gigi geliginya. 6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jawab : Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-mandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi normalnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah bila terus menerus dilakukan gerakan membuka mulut secara maksimal. 7. Apa pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Jawab : Pemijatan mampu memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Efek pijat pada syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan aktivitas otot, pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut. Karena setelah dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Kegiatan pijat mampu mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi ketegangan otot dan kram. Perbaikan sirkulasi darah dan getah bening di otot akan menghasilkan sirkulasi yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait. Sendi yang tegang dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi seperti arthritis, bisa dikurangi sehingga tercipta rasa nyaman dan kemudahan dalam bergerak. 8. Apa pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Jawab : Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan, akan mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen dari darah mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah menjadi berkurang.

B. Data Percoban 1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/....)

Laki - lakiNormal

PerempuanNormal

2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Jenis kelamin orang cobaGerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/....)

Laki - lakiNormal

PerempuanNormal

3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula Jenis kelamin orang coba(A) Jarak maksimal (mm)(B) Waktu maksimal (menit)

Laki - laki722 menit 28 detik

Perempuan592 menit 37 detk

Jenis kelamin orang cobaGerakan mandibulaPerubahan kondil

Laki - laki(C) Antero-inferiorA : Maju , P : Mundur

PerempuanA : Maju , P : Mundur

Laki - laki(D) LateralKanan : Kondil kiri menonjolKiri : Kondil kanan menonjol

PerempuanKanan : Kondil kiri menonjolKiri : Kondil kanan menonjol

Laki - laki(E) Koordinasi gerakanSaat membuka kondil maju, saat menutup kondil mundur (Simetris)

PerempuanSaat membuka kemudian menutup mulut, kondil sebelah kanan bergerak ke belakang terlebih dahulu kemudian diikuti kondil sebelah kiri (Asimetris)

Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup MulutJenis kelamin orang cobaLamanya membuka mulut secara maksimalWaktu sampai timbul kelelahan (menit)

Laki - lakiWaktu maksimal2 menit 27 detik

Perempuan1 menit 10 detik

ISTIRAHAT 10 menit

Laki - laki dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pemijatan)6 menit 6 detik

Perempuan2 menit 16 detik

ISTIRAHAT 10 menit

Laki - laki dari waktu maksimal (0.5 dari Xmenit + pajanan sinar infra merah)

6 menit 49menit

Perempuan2 menit 13 detik

4. Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Jenis kelamin orang cobaPosisi kepalaJarak kondil tragus (mm) dan apa yang dirasakan

PerempuanTegak lurus18

PerempuanMenunduk13

PerempuanMenengadah27

Laki - lakiTerlentang18

Laki - lakiKesamping8

Laki - lakiIstirahat10

BAB IIIPEMBAHASAN 1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi, dua orang berjenis kelamin perempuan dan laki- laki melakukan palpasi dengan jarak 0.5-1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Pada orang coba pertama dan kedua sama sama diketahui bahwa gerakan STM simetris, dalam membuka dan menutup mulut tidak terjadi hambatan maupun rasa nyeri, gerakan STM normal.2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Dua orang coba meletakkan stetoskop pada daerah STM, kemudian mendengarkan bunyi yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan hasilnya tidak ada bunyi krepitasi, clicking, maupun popping yang muncul. 3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula Gerakan Membuka Mulut Maksimal Pada pemeriksaan kali ini, dua orang coba berjenis kelamin berbeda melakukan pemeriksaan bergantian dengan cara membuka mulut semaksimal mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba perempuan adalah 59 mm dengan waktu maksimal 2 menit 37 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba laki-laki adalah 72 mm dengan waktu maksimal 2 menit28 detik. Gerakan Membuka dan Menutup MulutPemeriksaan ini dilakukan oleh dua orang coba berjenis kelamin perempuan dan laki laki. Operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada kedua kondil orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh, selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C) antero-posterior dan (D) lateral. Perubahan kondil pada saat orang coba menggerakkan mandibula ke arah antero-posterior dan lateral berturut-turut adalah anterior-inferior-posterior-superior dan lateral-inferior. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masing-masing arah pergerakan mandibula untuk orang uji pertama dengan jenis kelamin perempuan adalah asimetris karena saat membuka dan menutup mulut, kondil sebelah kanan terasa bergerak ke belakang terlebih dahulu kemudian diikuti kondil sebelah kiri. Sedangkan untuk orang uji kedua berjenis kelamin laki laki di dapatkan kordinasi gerakan yang simetris. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Pemeriksaan ini dilakukan oleh dua orang coba berjenis kelamin perempuan dan laki - laki. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada orang uji pertama berjenis kelamin laki laki dengan tenggang waktu 2 menit 27 detik. Sedangkan untuk orang uji kedua berjenis kelamin perempuan di dapatkan tenggang waktu 1 menit 10 detik.Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada detik ke-73 setelah orang coba pertama diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul setelah 6 menit 6 detik. Sedangkan untuk orang uji kedua , setelah 30 menit membuka mulut kemudian dilakukan pemijatan didapatkan kelelahan timbul setelah 2 menit 16 detik.Orang coba diistirahatkan kembali selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Pada detik ke-73 setelah orang coba pertama diinstruksikan untuk membuka mulut, dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 6 menit 49 detik. Sedangkan untuk orang uji kedua , setelah 30 menit membuka mulut kemudian dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 2 menit 13 detik.4. Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Pada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini, orang coba didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur jarak kedunya. Jarak yang didapatkan adalah 18 mm. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan serupa dengan posisi kepala yang berbeda-beda. Jarak antara puncak kondil dan tragus pada posisi kepala menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat masing masing adalah 13 mm, 27 mm, 18 mm, 8 mm, dan 10 mm.

BAB IVKESIMPULAN 1. Adanya kelainan intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan rasa sakit ketika sendi temporomandibula bergerak. 2. Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporo-mandibula. 3. Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporomandibula mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa sakit.4. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama.5. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). 6. Posisi kepala saat sedang beristirahat adalah saat dimana antara puncak kondil dan tragus memiliki jarak yang paling pendek.

DAFTAR PUSTAKA Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.

15 | LAPORAN FISIOLOGI TMJ 13-51