laporan tahunan ta 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · kata pengantar . laporan tahunan ini...

110

Upload: lengoc

Post on 29-Jul-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Page 2: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

LAPORAN TAHUNAN TA 2016

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian 2017

Page 3: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Page 4: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

LAPORAN TAHUNAN TA 2016

Tim Penyusun

Penanggung Jawab : Abdul Basit

Ketua : Ketut Kariyasa

Sekretaris : Sri Hastuti Suhartini

Anggota : Sri Hery Susilowati Ikarianto Haryadi Eni Widjajati M. Suryadi Ening Ariningsih Hermanto Irawan Sucipto

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian 2017

Page 5: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Page 6: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) sebagai institusi pemerintahan/negara dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang diembannya. Tupoksi PSEKP adalah mengembangkan kemampuan dalam menganalisis berbagai permasalahan sosial ekonomi pertanian di tingkat pedesaan, wilayah, nasional, kawasan, maupun internasional dalam rangka menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam upaya

meningkatkan kinerja pembangunan pertanian ke depan.

Tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, laporan ini berisi tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh PSEKP selama tahun anggaran 2016 yang meliputi: struktur organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, laporan ini juga memuat sinopsis hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan PSEKP pada tahun 2016.

Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari persiapan sampai penyelesaian laporan ini disampaikan terima kasih. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan serta dapat dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan kinerja PSEKP ke depan.

Bogor, Januari 2017 Kepala Pusat,

Dr. Ir. Abdul Basit, MS

NIP. 196109291986031003

Page 7: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Page 8: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Visi dan Misi ..................................................................................... 2

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi .................................... 3

1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian .............................. 3

II. SUMBERDAYA MANUSIA ................................................................... 5

III. SARANA DAN PRASARANA .............................................................. 10

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan) ............................. 10

3.2. Barang-Barang Bergerak .................................................................. 10

3.3. Anggaran DIPA, PNBP, dan Kerjasama Penelitian ....................... 13

IV. PROGRAM ................................................................................................ 18

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan ........................................................... 18

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2017 .............. 18

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2017 dan Pelaksanaan Tupoksi Subbid Program ............................................ 19

4.4. Permasalahan yang Menonjol dalam Pelaksanaaan Kegiatan di Subbid Program pada Tahun 2016 .................................................. 24

4.5. Upaya Mengatasi Permasalahan ..................................................... 24

V. SINOPSIS PENELITIAN PSEKP TAHUN 2016 ................................... 25

5.1. Dinamika Karakteristik Pertanian Dan Ekonomi Perdesaan 2003-2013 ............................................................................................ 25

5.2. Analisis Sumber-Sumber Pertumbuhan Produksi Jagung Dan Kedelai ................................................................................................ 27

5.3. Kajian Daya Tahan Sektor Pertanian Terhadap Gangguan Faktor Eksternal Dan Kebijakan Yang Diperlukan..................................... 28

Page 9: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

iv Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

5.4. Dinamika Pola Konsumsi Pangan Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Komoditas Pertanian .............................................. 30

5.5. Evaluasi Rancangan, Implementasi Dan Dampak Bantuan Mekanisasi Terhadap Percepatan Peningkatan Produksi Padi, Jagung Dan Kedelai ........................................................................... 33

5.6. Pengkajian Pola Pembibitan Ternak Mendukung Implementasi Legislasi Pengembangan Wilayah Sumber Bibit Sapi Potong ....... 35

5.7. Analisis Kinerja Dan Potensi Sistem Resi Gudang Untuk Sumber Pembiayaan, Stabilisasi Harga Dan Peningkatan Pendapatan Petani Jagung Dan Kedelai ............................................................... 37

5.8. Kajian Sistem Dan Kebijakan Standardisasi Dan Sertifikasi Mutu Komoditas Pertanian Strategis .............................................. 40

5.9. Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia ..................................... 42

5.10. Panel Petani Nasional (PATANAS): Dinamika Indikator Pembangunan Pertanian Dan Perdesaan Pada Agroekosistem Lahan Sawah ...................................................................................... 44

5.11. Studi Kebijakan Sistem Pengelolaan Irigasi Mendukung Pencapaian Dan Keberlanjutan Swasembada Pangan ................... 47

5.12. Kajian Peningkatan Kinerja Perdagangan Antar Pulau Dalam Mendukung Pengembangan Komoditas Pertanian ....................... 49

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL ANALISIS DAN KERJASAMA

PENELITIAN ............................................................................................ 52

6.1. Publikasi Hasil – Hasil Penelitian ................................................... 52

6.1.1. Jenis – Jenis Publikasi ............................................................ 52

6.1.2. Pendistribusian Hasil Publikasi ............................................ 59

6.1.3. Dewan Redaksi ...................................................................... 60

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian ........................... 62

6.2.1. Seminar ................................................................................... 63

6.2.2. Pengelolaan Website .............................................................. 64

6.3. Perpustakaan ..................................................................................... 69

6.3.1. Pengadaan Bahan Pustaka .................................................... 69

6.3.2. Pengolahan Bahan Pustaka ................................................... 74

6.3.3. Pelayanan Perpustakaan ....................................................... 75

6.3.4. Stock Opname Bahan Pustaka .............................................. 75

Page 10: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 v

6.3.5. Perpustakaan Digital ............................................................. 76

6.3.6. Kegiatan Administrasi ........................................................... 76

6.4. Kerjasama Penelitian ........................................................................ 77

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN ............................................................ 78

7.1 Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan ............................... 78

7.2. Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi ...................................... 79

7.3. Pelaksanaan Monitoring Dan Evaluasi Tahun 2016 ...................... 80

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian .................... 82

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian ................ 89

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan ....................................................... 93

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi ............................................... 93

7.3.5. Sarana Penelitian .................................................................... 96

Page 11: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

vi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Pegawai PSEKP menurut Kelompok Umur, Tahun 2016 ........ 5

2. Jumlah Pegawai PSEKP menurut Golongan dan Masa Kerja, Tahun 2016 ............................................................................................................. 6

3. Jumlah Pegawai PSEKP menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2016 ................................................................................. 6

4 Jumlah Tenaga Fungsional PSEKP, Tahun 2016 ..................................... 7

5. Jumlah Peneliti PSEKP Menurut Disiplin Ilmu dan Tingkat Pendidikan, Tahun 2016 ............................................................................ 8

6. Kegiatan Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Manusia PSEKP, Tahun 2016 ................................................................................................. 9

7. Daftar Kondisi Barang Inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Tahun 2016 ............................................................ 11

8. Perkembangan Pelaksanaan Keuangan DIPA Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Tahun 2016 ..................................................... 14

9. Realisasi Anggaran Per Kegiatan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Tahun 2016 ............................................................. 15

10 Realisasi Anggaran per Jenis Pengeluaran Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2016 ................................................................... 16

11. Rekapitulasi PNBP Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Tahun 2016 ................................................................................................. 17

12 Judul-judul Proposal Penelitian DIPA Tahun 2017 ................................ 23

13. Judul dan penulis naskah JAE Vol. 34 No. 1, Mei 2016 .......................... 53

14. Judul dan penulis naskah FAE Vol. 34 No. 1, Juli 2016 .......................... 53

15. Judul dan penulis naskah AKP Vol. 14 No. 1, Juni 2016 ........................ 54

16. Judul dan penyusun buku tematik, Tahun 2016 ..................................... 54

17. Judul dan penulis naskah Prosiding Seminar Nasional “Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan Kesejahteraan Petani”, 2016 ...................................................................... 55

18. Daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter Vol. 09, 2016 ......... 58

19. Daftar judul leaflet, Tahun 2016 ............................................................... 59

Page 12: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 vii

20. Distribusi publikasi ilmiah, Tahun 2016 .................................................. 60

21. Susunan Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana JAE, FAE, AKP, dan Agro-Socioeconomic Newsletter, Tahun 2016 ........................................ 61

22. Judul makalah dan pembicara pada Seminar Rutin, Tahun 2016 ......... 63

23. Jumlah pengunjung website PSEKP, Tahun 2016 ................................... 64

24. Kata/frasa yang digunakan dalam pencarian, Tahun 2016 ................... 65

25. Materi website PSEKP yang diunduh, Tahun 2016 ................................ 65

26. Materi website PSEKP yang diunggah, Tahun 2016............................... 67

27. Pengadaan Bahan Pustaka, Tahun 2016 .................................................. 70

28. Koleksi Database Bahan Pustaka di Perpustakaan PSEKP, Tahun 2016 ............................................................................................................. 75

29. Pengunjung dan peminjam buku perpustakaan PSEKP, Tahun 2016 .. 75

30. Kegiatan untuk peningkatan profesi kepustakawanan, Tahun 2016 .... 76

Page 13: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

viii Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ..... 4

2. Jumlah Pegawai PSEKP menurut Golongan dan Masa Kerja, Tahun 2016 ............................................................................................................... 6

3. Keragaan Pegawai PSEKP menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2016 ............................................................................................................... 7

4. Jumlah Pegawai PSEKP Berdasarkan Jenjang Fungsional, Tahun 2016 ............................................................................................................... 8

5. Mekanisme Perencanaan Program dan Anggaran Penelitian dan Pengembangan Pertanian ........................................................................... 21

6. Mekanisme Perencanaan Kegiatan Penelitian Internal PSEKP ............. 22

7. Bagan Keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian .................................................. 81

Page 14: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 1

I. PENDAHULUAN

Sesuai dengan Permentan 43/2015 bahwa Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) adalah sebuah lembaga penelitian eselon II yang bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Berdirinya lembaga ini berawal dari adanya Proyek Survei Agro Ekonomi (SAE) yang dibentuk pada tahun 1974. Seiring dengan dinamika permasalahan pembangunan pertanian, beberapa kali lembaga ini mengalami perubahan nama. Pada tahun 1976, SAE berubah menjadi Pusat Penelitian Agro Ekonomi (PAE), kemudian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian (P/SE) pada tahun 1990, dan selanjutnya menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Puslitbangsosek Pertanian). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, nama lembaga ini ditetapkan menjadi Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP).

Berdasarkan Permentan No 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian ditetapkan menjadi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). Dengan nama yang sama sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/OT/010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, PSEKP adalah unsur pendukung Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Namun demikian melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 232/Kpts/OT.010/4/2016 Pembinaan teknis penelitian, pembinaan teknis pejabat fungsional peneliti PSEKP tetap berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang meliputi: penilaian angka kredit, pendidikan, pelatihan serta peningkatan kapasitas dan kompetensi. Pada tahun 2016 semua anggaran yang digunakan oleh PSEKP untuk membiayai belanja baik pegawai, modal, operasional maupun non operasional dialokasikan dari Badan Litbang Pertanian, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai institusi lingkup Kementerian Pertanian yang diberi mandat melaksanakan penelitian sosial ekonomi secara nasional, PSEKP diharapkan menjadi lembaga yang mampu mengintegrasikan berbagai kegiatan, yaitu penelitian dan pengembangan sosial ekonomi pertanian (sebagai lembaga ilmiah), analisis kebijakan pembangunan pertanian (sebagai lembaga pemerintahan), penyuluhan (sebagai elemen penunjang sistem agribisnis), dan advokasi pembangunan pertanian (sebagai lembaga kemasyarakatan) guna mewujudkan tujuan pembangunan dengan pelayanan berkelanjutan. Progam analisis sosial ekonomi dan kebijakan PSEKP dirancang untuk meningkatkan peran dan kemampuan institusi PSEKP dalam merumuskan alternatif dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian ke depan. Hal ini secara rinci telah

Page 15: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

2 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

dituangkan dalam RENSTRA yang memayungi program tersebut serta menetapkan strategi dan kebijakan umum untuk merealisasikannya. Program tersebut disusun berlandaskan visi dan misi yang futuristik sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan paradigma pembangunan pertanian masa datang.

Inovasi kebijakan yang dihasilkan PSEKP harus berkualitas, cepat, dan akurat serta difokuskan pada masalah-masalah aktual pembangunan sektor pertanian yang berkaitan dengan: (1) Perdagangan multilateral dalam konteks perjanjian regional dan bilateral; (2) Informasi dan data yang berkaitan dengan dinamika sosial ekonomi pedesaan secara berkala; (3) Informasi dan data mengenai penyebab penurunan produktivitas produk pertanian (supply constraint); (4) Peningkatan daya saing, nilai tambah, dan pengembangan produk pertanian (agroindustri); (5) Ketahanan pangan dan kemiskinan terkait SDG’s; dan (6) Penurunan kualitas infrastruktur dan sumberdaya pertanian.

1.1. Visi dan Misi

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian untuk menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri tropika berkelanjutan, maka disusun visi dan misi PSEKP sebagai berikut :

Visi

Menjadi pusat pengkajian bertaraf internasional yang handal dan terpercaya dalam menghasilkan invensi dan inovasi di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dalam rangka mewujudkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan.

Misi

1. Melakukan penelitian dan pengkajian guna menghasilkan informasi, inovasi dan ilmu pengetahuan sosial ekonomi pertanian;

2. Melakukan analisis kebijakan, pengkajian untuk mengolah informasi dan ilmu pengetahuan hasil analisis, serta mengembangkan hasil inovasi menjadi rumusan alternatif kebijakan pembangunan pertanian;

3. Melakukan advokasi pembangunan pertanian, berupa kampanye publik untuk memobilisir partisipasi lembaga terkait dan masyarakat luas dalam mendukung pembangunan sistem pertanian bioindusri yang mandiri, berdaulat dan berkelanjutan; dan

4. Mengembangkan kemampuan institusi PSEKP sehingga mampu mewujudkan visi dan misinya secara berkelanjutan.

Page 16: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 3

1.2. Tupoksi, Sasaran, dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/OT.010/8/2015 Pasal 1225 dan Pasal 1226, tugas pokok dan fungsi PSEKP sebagai bagian dari institusi Kementerian Pertanian adalah memberikan opsi, pertimbangan, dan informasi bagi pimpinan agar dapat membuat dan melaksanakan program fasilitasi, kebijakan, dan peraturan terbaik untuk sebesar-besarnya kesejahteraan petani.

Tugas Pokok:

Melaksanakan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian (Pasal 1225 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015).

Fungsi:

1. Perumusan program analisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. 2. Pelaksanaan analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan kebijakan di bidang

pertanian. 3. Pelaksanaan telaah ulang program dan kebijakan di bidang pertanian. 4. Pemberian pelayanan teknik di bidang analisis sosial ekonomi dan kebijakan

pertanian. 5. Pelaksanaan kerjasama dan mendayagunakan hasil analisis dan pengkajian

serta konsultasi publik di bidang sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. 6. Evaluasi dan pelaporan hasil analisis dan pengkajian sosial ekonomi dan

kebijakan pertanian 7. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian (Pasal 1226 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015).

1.3. Sasaran Kelompok Pengguna Hasil Penelitian

1. Pejabat pembuat dan pengelola kebijakan pembangunan pertanian lingkup Kementerian Pertanian;

2. Pejabat pembuat kebijakan lembaga negara di luar Kementerian Pertanian; 3. Praktisi agribisnis; 4. Politisi, ilmuwan, dan masyarakat peminat pembangunan pertanian; dan 5. Peneliti.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, PSEKP dipimpin oleh seorang Kepala Pusat setingkat Eselon IIA, dibantu oleh 3 unit struktural setingkat Eselon IIIA, yaitu Bagian Umum, Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil, dan Bidang Program dan Evaluasi serta dilengkapi dengan Kelompok Jabatan Fungsional. Sementara masing-masing eselon III dibantu oleh 2 unit eselon struktural dibawahnya, dengan Struktur Organisasi

Page 17: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

4 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

seperti disajikan pada Gambar 1. Seperti yang biasa terjadi pada suatu organisasi, pada tahun 2016 terjadi pergantian pimpinan PSEKP dari Dr. Handewi Purwati Saliem kepada Dr. Ir. Abdul Basit, MS; yang diangkat dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 268/Kpts/KP.230/4/2016 tanggal 19 April 2016 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Pertanian.

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Dr. Ir. Abdul Basit, MS)

Kabid. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil

(Dr. Sri Hery Susilowati)

Kabbag. Umum (Ikarianto Haryadi, SE,

MM)

Kasubbid. Pendayagunaan Hasil (Dr. Ening Ariningsih)

Kasubbid. Kerjasama Penelitian

(Dr. Hermanto)

Kasubbid. Program (Muhammad Suryadi, SP, MSi)

Kasubbid. Evaluasi dan Pelaporan

(Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si)

Kelompok Jabatan Fungsional

(SK Kapus PSEKP Nomor: 368/Kp.330/A.9/03/2009)

1. Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional (Ketua : Dr. Reni Kustiari) 2. Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis (Ketua : Dr. Sumaryanto) 3. Kelti Sosio-Budaya Pedesaan (Ketua : Dr. Kurnia Suci Indraningsih)

Kabid. Program dan Evaluasi (Dr. Ketut Kariyasa)

Kasubbag.Kepegawaian dan Rumahtangga

(Eni Widjajati, SS, MAP)

Kasubbag.Keuangan dan Perlengkapan

(Drs. Irawan Sucipto)

Page 18: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 5

II. SUMBERDAYA MANUSIA

Berdasarkan data kepegawaian pada akhir tahun 2016, tercatat bahwa sumberdaya manusia yang ada di PSEKP jumlahnya terus menurun dari 161 pegawai pada tahun 2015, namun pada tahun 2016 tinggal 153 pegawai. Penurunan jumlah tersebut karena adanya karyawan yang telah memasuki masa pensiun, disamping karena adanya mutasi kerja dan meninggal dunia. Struktur pegawai PSEKP berdasarkan umur pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sebagian besar 45,75 persen berada pada kelompok umur 46-55 tahun dan 37,91 persen pada kelompok umur >55 tahun. Sedangkan sisanya masing-masing 10,46 persen berada pada kelompok umur 36-45 tahun, dan 5,88 persen pada kelompok umur 25-35 tahun (Tabel 1). Tampak bahwa jumlah SDM yang berada pada kelompok umur > 45 tahun adalah yang paling tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kalau tidak diikuti adanya kenaikan jumlah fungsional baik fungsional peneliti maupun fungsional lainnya, maka akan terjadi pensiun PNS secara bergelombang dengan jumlah pegawai yang cukup besar.

Tabel 1. Jumlah Pegawai PSEKP menurut Kelompok Umur, 2016

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Pegawai (Orang) Persentase (%)

25-35 9 5,88

36-45 16 10,46

46-55 70 45,75

>55 58 37,91

Jumlah 153 100

Jumlah karyawan PSEKP berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa yang memiliki masa kerja < 10 tahun hanya sebanyak 16 orang (10,46 %). Sebagian besar karyawan (89,54%) sudah mempunyai cukup pengalaman melaksanakan tugas di PSEKP >10 tahun. Banyaknya pegawai dengan masa kerja di atas 15 tahun, berbanding lurus dengan jumlah Golongan III dan IV (Tabel 2). Dengan meningkatnya masa bakti dan pengalaman kerja, diharapkan selain dapat meningkatkan kinerja dalam tugas keseharian di masing-masing bidang, juga berdampak pada peningkatan produktivitas kegiatan institusi secara keseluruhan, sehingga ouput yang dihasilkan PSEKP dapat sesuai dengan target yang diharapkan.

Dilihat dari sebaran tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PSEKP (24,84%) berpendidikan SLTA, diikuti S3 (21,74%), S1 (20,50%), dan S2 (18,63%). Selain itu, masih terdapat 1,86 persen yang berpendidikan SD, 2,48 persen berpendidikan SMP dan 8,70 persen berpendidikan Diploma/Sarjana Muda (Tabel 3). Konfigurasi pendidikan pegawai PSEKP berdasarkan tugas pokok dan fungsi, memperlihatkan kecenderungan bahwa sebagian besar peneliti telah mengikuti program

Page 19: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

6 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

pendidikan pasca sarjana S2 dan utamanya S3. Sementara dinamika penjenjangan dan peningkatan pendidikan sebagian karyawan lainnya belum berjalan secara optimal, khususnya untuk mendukung kinerja sebagai tenaga penunjang.

Tabel 2. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2016

Golongan Masa Kerja (Tahun) Jumlah Persen < 10 11-15 16-20 21-25 26-30 >30 I 0 1 0 0 0 0 1 0,65 II 0 3 4 4 0 0 11 7,19 III 15 24 30 15 1 0 85 55,56 IV 1 3 12 16 14 10 56 36,60 Jumlah 16 31 46 35 15 10 153 100 Persen 10,46 20,26 30,07 22,88 9,80 6,54 - 100

Gambar 2. Jumlah pegawai PSEKP menurut golongan dan masa kerja, 2016

Tabel 3. Jumlah pegawai PSEKP menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, 2016

Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total Persen SD 2 - 2 1,31 SLTP 4 - 4 2,161 SLTA 32 6 38 24,84 D1/D2/D3/SM 8 6 14 9,15 S1 17 14 31 20,26 S2 13 14 27 17,65 S3 25 12 37 24,18 Jumlah 101 52 153 100,00

Page 20: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 7

Gambar 3. Keragaan Pegawai PSEKP menurut Tingkat Pendidikan, 2016

Jumlah peneliti PSEKP adalah sebanyak 69 orang, dimana sebanyak 64 orang (92,75%) sudah mempunyai fungsional peneliti, yaitu 19 orang peneliti utama (27,54%), 24 orang peneliti madya (34,78%), 9 orang peneliti muda (13,04%), dan 12 orang peneliti pertama (17,39%). Sementara sisanya sebanyak 5 orang (7,25%) masih berstatus fungsional non peneliti (Tabel 4).

Tabel 4. Jumlah tenaga fungsional PSEKP, 2016

No Jenjang Fungsional Jumlah (orang) A. Fungsional Peneliti 1. Peneliti Utama 19 2. Peneliti Madya 24 3. Peneliti Muda 9 4. Peneliti Pertama 12

Sub Total (A) 64 B. Fungsional Non-Peneliti 1. Pranata Komputer Terampil Pelaksana 1 2. Pustakawan Madya 1 3. Pustakawan Muda 0 4. Pustakawan Pertama 2 5. Arsiparis Pertama 2 6. Arsiparis Penyelia 1 7. Analisis Kepeg Pelaksana Lanjutan 1 8. Analisis Kepeg Pelaksana 1 9. Pranata Humas Pertama 1 10. Pranata Humas Pelaksana 1 11. Peneliti Non Klas 5

Sub Total (B) 16 Total (A+B) 80

Page 21: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

8 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Gambar 4. Jumlah seluruh pegawai PSEKP berdasarkan jenjang fungsional, 2016

Berdasarkan kepakaran peneliti dan latar belakang disiplin ilmu yang dimiliki, menunjukkan bahwa sebagian besar peneliti PSEKP mempunyai keahlian dalam bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dengan jenjang pendidikan S1 (7 pegawai), S2 (16 pegawai), dan S3 (27 pegawai). Sementara peneliti lainnya adalah mempunyai keahlian dalam bidang Sosiologi Pertanian, Sistem Usaha Pertanian dan Kebijakan Pertanian (Tabel 5). Selain kepakaran tersebut, sampai dengan tahun 2016, PSEKP tercatat telah memiliki 5 orang tenaga ahli dalam Bidang Riset dengan jenjang penghargaan kepangkatan tertinggi sebagai Profesor Riset. Dalam waktu yang akan datang jumlah Profesor Riset dan Peneliti Utama PSEKP diharapkan akan terus bertambah sejalan dengan tuntutan profesionalisme kegiatan di bidang penelitian.

Tabel 5. Jumlah peneliti PSEKP menurut disiplin ilmu dan tingkat pendidikan, 2016

No Disiplin Ilmu Pendidikan

Total S3 S2 S1

1. Ekonomi Pertanian 27 16 7 50

2. Kebijakan Pertanian 2 2 0 4

3. Sistem Usaha Pertanian 0 2 1 3

4. Sosiologi Pertanian 5 5 2 12

Total 34 24 10 69

Page 22: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 9

Dalam upaya peningkatan capacity building pegawai PSEKP, telah

dilakukan pendidikan, pelatihan dan kursus, baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Tabel 6). Selama tahun 2016 ada sebanyak 14 pegawai PSEKP yang mendapat kesempatan peningkatan kompetensi.

Tabel 6. Kegiatan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia PSEKP, 2016

No. Jenis Kegiatan Jumlah peserta

(orang) Penyelenggara

1. Ujian dinas Tk. I dan ujian KPPI 2 Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan

2. Pelatihan Bahasa Inggris kelas IBT preperation

2 Badan Litbang Pertanian

3. Bimtek Fungsional Analisis Kepegawaian

4 Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan

4. Training “Rural Entrepreneurship” di Ghana

1 Badan Litbang Pertanian

5. Pelatihan Bendahara 1 Biro Keuangan dan Perlengkapan

6. Diklat OJS 2 LIPI

7. Diklat Pengelolaan Arsip Dinamis 1 Badan Arsip Nasional

8. Pelatihan bendahara PNBP 2 Biro Keuangan dan Perlengkapan

Total 14

Page 23: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

10 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

III. SARANA DAN PRASARANA

Dalam upaya mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai kegiatan utama PSEKP, maka perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, yaitu terdiri dari barang-barang tidak bergerak dan barang-barang yang bergerak. Barang-barang yang tidak bergerak terdiri dari (1) Tanah Bangunan Negara Golongan II; (2) Tanah Bangunan Kantor Pemerintah; (3) Bangunan Gedung Kantor Permanen; dan (4) Rumah Negara Golongan II Type A Permanen. Sementara barang-barang bergerak secara umum meliputi alat angkutan (kendaraan roda 4 dan roda 2), furniture, elektronik, serta aset tetap lainnya. Pengadaan barang-barang inventaris tersebut berasal dari pembelian melalui Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dan anggaran hibah kerjasama penelitian. Untuk dapat menyajikan data barang inventaris yang akurat, PSEKP telah melaksanakan SIMAK-BMN.

Pengelolaan inventaris kekayaan milik negara (IKMN) secara eksplisit menjadi tanggung jawab bagian tata usaha, tetapi secara moral adalah tanggung jawab seluruh pegawai yang menggunakan barang inventaris tersebut. Pada kenyataannya, hal tersebut belum sepenuhnya disadari oleh berbagai pihak. Hal ini terbukti kepedulian terhadap rasa memiliki dari para karyawan masih relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu kendala untuk dapat mengelola IKMN secara baik dan akurat. Oleh karena itu, ke depan dukungan dari semua karyawan diharapkan. Tabel 7 menunjukkan secara rinci daftar kondisi barang yang dimiliki PSEKP sampai dengan periode 31 Desember 2016.

3.1. Barang Tidak Bergerak (Tanah dan Bangunan)

Barang-barang tidak bergerak yang dimiliki PSEKP meliputi tanah dan bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki PSEKP seluas 5.403 m2 yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan II seluas 1.558 m2 terletak di Ciapus dan tanah bangunan kantor pemerintah seluas 3.845 m2 terletak di Jalan A. Yani No. 70 Bogor. Sementara itu, bangunan yang dimiliki PSEKP adalah kantor yang terdiri atas dua unit bangunan yang saling terhubung di Jl. A. Yani 70 dan dua unit bangunan di Jl. Tentara Pelajar 3B dengan total luas 5.231 m2 dan empat buah rumah dinas seluas 240 m2, secara keseluruhan dalam kondisi baik. Rincian barang tidak bergerak disajikan pada Tabel 6.

3.2. Barang-Barang Bergerak

Pada periode 2016, jumlah barang-barang bergerak yang dimiliki oleh PSEKP sebesar 2.058 unit, dimana sebanyak 2.028 unit barang diantaranya dalam kondisi baik dan 30 unit lainnya dalam kondisi rusak. Barang-barang bergerak tersebut meliputi sarana transportasi/kendaraan dinas, mesin dan

Page 24: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 11

peralatan kantor, sarana komunikasi, dan barang bergerak penunjang kegiatan kantor lainnya. Fasilitas penunjang kerja yang menonjol adalah komputer 159 unit, Note Book 15 unit, Scanner 11 unit, dan Printer 123 unit (15 buah kondisi rusak).

a. Barang Inventaris Alat Angkutan

Pada tahun 2016, kendaraan roda empat yang dimiliki PSEKP terdiri atas 13 unit minibus (kapasitas penumpang < 14 orang) dimana sebanyak 12 unit dalam kondisi baik dan 1 unit dalam keadaan rusak. Selain itu, ada sebanyak 11 unit sepeda motor roda dua dimana sebanyak 10 unit dalam keadaan baik dan 1 unit dalam keadaan rusak.

b. Barang Inventaris Peralatan Kantor

Pada tahun anggaran 2016 keadaan barang inventaris peralatan kantor adalah sebanyak 2.058 unit, yang terdiri dari 2.028 unit dengan kondisi baik dan sebanyak 30 unit barang yang rusak. Sumber dana pengadaan barang inventaris tersebut berasal dari akumulasi pengadaan pada tahun-tahun sebelumnya dan pengadaan anggaran tahun 2016.

Tabel 7. Daftar kondisi barang inventaris Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2016

No Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

I. BARANG TIDAK BERGERAK

1 Tanah Bangunan Rumah Negara Gol.II 1 (1,558m2) 1 0 0

2 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah 1 (3,845 m2) 1 0 0

Jumlah 2 (5,403 m2) 2 0 0

3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 4 (5,231 m2) 4 0 0

4 Rumah Negara Gol. II, Type C dan D 4 (240 m2) 4 0 0

Jumlah 8 (5,471 m2) 7 0 0

II BARANG BERGERAK

5 Mini Bus (penumpang 14 orang kebawah) 13 12 1 0

6 Sepeda Motor 11 10 1 0

7 Auto Lift 1 1 0 0

8 Tripood 3 3 0 0

9 Tes Generator 3 3 0 0

10 Mesin Ketik Manual Portable (11-13 inch) 7 7 0 0

11 Mesin Ketik Manual (18- 27 inch) 7 7 0 0

12 Lemari Besi/Metal 81 81 0 0

13 Lemari Kayu 32 32 0 0

14 Rak Besi/Metal 12 12 0 0

15 Rak Kayu 49 49 0 0

16 Filing Kabinet Besi 140 140 0 0

17 Brandkas 6 6 0 0

18 Meja Kerja Kayu 210 205 5 0

19 Meja Komputer 3 3 0 0

20 Kursi Besi/Metal 654 639 15 0

21 Sice/Sofa 21 21 0 0

Page 25: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

12 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

22 Meja Rapat 47 45 2 0

23 Jam Elektronik 7 7 0 0

24 A.C. Split 81 79 3 0

25 Televisi 6 6 0 0

26 Video Cassette 1 1 0 0

27 Tape Recorder 4 4 0 0

28 Finger Print 6 5 1 0

29 Wireless Transmision System 2 2 0 0

30 Router 2 2 0 0

31 Papan Visual 1 1 0 0

32 Power Amplifier 1 1 0 0

33 Amplifier 2 2 0 0

34 Equalizer 1 1 0 0

35 Loudspeaker 10 10 0 0

36 Mic Confrence System 23 23 0 0

37 Audio Mixing 36 36 0 0

38 UPS 6 5 1 0

39 Tustel 1 1 0 0

40 Camera Digital 6 6 0 0

41 Camera Film 2 2 0 0

42 Wireless Speaker TOA 4 4 0 0

43 Handycam 3 3 0 0

44 Wireles speaker 5 5 0 0

45 Blitzer 1 1 0 0

46 Power Supply 1 1 0 0

47 Lensa Kamera 4 4 0 0

48 Layar Film OHP 5 5 0 0

49 Facsimile 5 5 0 0

50 P.C. Unit (Desktop) 159 159 0 0

51 Note Book/Lap Top 51 51 0 0

52 Printer Laser Jet/Deskjet/Dot Matrix 123 108 15 0

53 Scanner 11 11 0 0

54 Server 3 2 1 0

55 Mesin Jilid 1 1 0 0

56 Mesin Press 1 1 0 0

57 LCD (Infocus) 7 6 1 0

58 PABX 1 1 0 0

59 Handy Talky (HT) 4 4 0 0

60 Pesawat Telpon Extension 40 40 0 0

61 External Hardisk 59 59 0 0

62 Mesin Potong Rumput 1 1 0 0

63 Megaphone 1 1 0 0

64 Alat Pemotong Kertas 1 1 0 0

65 Penangkal Petir 1 1 0 0

66 Vacuum Cleaner 1 1 0 0

67 Voice Recorder 10 10 0 0

68 CCTV 4 4 0 0

69 Software 11 11 0 0

70 Lemari Es/Kulkas 2 2 0 0

71 Dispenser 1 1 0 0

72 Diagnostik Set 1 1 0 0

Page 26: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 13

No Nama Barang Jumlah Kondisi

B R RS

73 Monitor Cctv LED 23 1 1 0 0

74 Roll Opek 3 3 0 0

75 A.C. Central 2 2 0 0

76 Touch Screen (Komputer Lainnya) 2 2 0 0

Total : 2.058 2.028 30 0

Keterangan : B = Baik; R = Rusak; RS = Rusak Sekali

3.3. Anggaran DIPA, PNBP, dan Kerjasama Penelitian

Anggaran PSEKP tahun 2016 disusun berdasarkan variabel jenis pengeluaran dan variabel kegiatan. Variabel jenis pengeluaran dibedakan menurut belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Sedangkan variabel kegiatan dibedakan menurut jenis kegiatan, yakni: Kegiatan utama mencakup Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, serta kegiatan Penunjang yang mencakup: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan; (b) Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran; (c) Pelayanan publik atau birokrasi, dan (d) Perawatan sarana.

Total pagu anggaran PSEKP dalam DIPA TA. 2016 adalah Rp 38.839.352.000 yang terdiri dari (1) Belanja Pegawai Rp 14.204.956.000; (2) Belanja Barang Rp 13.824.868.000dan (3) Belanja Modal Rp 10.809.528.000. Perkembangan pelaksanaan keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2016 periode 31 Desember 2016 menunjukkan bahwa, realisasi capaian keuangan secara total mencapai Rp 37.062.658.532 (95,43%), terdiri dari pengeluaran untuk belanja pegawai Rp 14.165.650.457 (99,72%), sementara belanja barang yang sudah direalisasikan Rp 12.576.522.428 (90,97%) dan belanja modal yang sudah direalisasikan Rp 10.320.485.647 (95,48%). Dengan demikian sisa anggaran per 31 Desember 2015 adalah Rp 1.776.693.468 (4,57%).

Perkembangan pelaksanaan keuangan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian TA. 2016 periode 31 Desember 2016 secara rinci berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 8 hingga Tabel 11. Tabel 8 menunjukkan Perkembangan Pelaksanaan Keuangan DIPA PSEKP berdasarkan target dan realisasi Keuangan dan Fisik per jenis pengeluaran yang dibagi dalam anggaran kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Tabel 9 memperlihatkan Realisasi Anggaran berdasarkan Program/Kegiatan, sedangkan Tabel 10 menunjukkan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja, dan Tabel 11 memperlihatkan capaian PNBP PSEKP, Tahun 2016.

Di sisi lain, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian tahun 2016 senilai Rp. 72.119.178 yang hanya diperoleh dari penerimaan umum, sedangkan dana Hibah Luar Negeri, PNBP dari penerimaan fungsional tidak ada (Tabel 11). Hal ini disebabkan keluaran kegiatan penelitian PSEKP tidak bersifat teknis, namun berupa rekomendasi kebijakan yang bersifat intangible dan ditujukan bagi stakeholder.

Page 27: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 14

Tabe

l 8.

Perk

emba

ngan

pel

aksa

naan

keu

anga

n ke

giat

an u

tam

a da

n ke

giat

an p

enun

jang

Pus

at S

osia

l Eko

nom

i dan

Keb

ijaka

n Pe

rtan

ian,

201

6

Keg

iata

n Pa

gu D

IPA

R

ealis

asi

Sisa

Ang

gara

n

Rp

%

Rp

%

1.

Keg

iata

n U

tam

a (P

enel

itian

dan

Pen

gem

bang

an S

osia

l Eko

nom

i dan

K

ebija

kan

Pert

ania

n)

5.1

90.2

63.0

00

4.81

9.75

2.89

6 92

,86

370.

510.

104

7,14

2.

Keg

iata

n Pe

nunj

ang

33.6

49.0

89.0

00

32.2

42.9

05.6

36

94,

64

1.40

6.18

3.36

4 5.

36

Tota

l 38

.839

.352

.000

37

.062

.658

.532

95

,43

1.77

6.69

3.46

8 4,

57

Page 28: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

15 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tabe

l 9.

Real

isas

i ang

gara

n pe

r keg

iata

n Pu

sat S

osia

l Eko

nom

i dan

Keb

ijaka

n Pe

rtan

ian,

201

6

KO

DE

PRO

GR

AM

/KEG

IATA

N O

UTP

UT

PA

GU

(R

p)

REA

LISA

SI

SALD

O

AN

GG

AR

AN

R

p %

R

p %

18

03

Pene

litia

n So

sial

Eko

nom

i dan

Keb

ijaka

n Pe

rtan

ian

38.8

39.3

52.0

00

37.0

62.6

58.5

32

95,4

3 1.

776.

693.

468

4,57

1803

.101

Ru

mus

an A

ltern

atif

Keb

ijaka

n So

sek

Pert

ania

n M

endu

kung

K

omod

itas S

trat

egis

4.

154.

683.

000

3.90

3.17

4.04

0 93

,95

251.

508.

960

6,05

1803

.102

Ru

mus

an A

ltern

atif

Resp

onsi

f dan

Ant

isip

atif

Isu-

isu

Pem

bang

unan

Per

tani

an M

endu

kung

1.

035.

580.

000

916.

578.

856

88,5

1 11

9.00

1.14

4 11

,49

1803

.103

D

isem

inas

i has

il pe

nelit

ian

sosi

al e

kono

mi d

an k

ebija

kan

pert

ania

n 1.

455.

045.

000

1.07

2.42

1.89

9 73

,70

382.

623.

101

26,3

0

1803

.105

D

ukun

gan

man

ajem

en p

enel

itian

/ana

lisis

sosi

al e

kono

mi

dan

kebi

jaka

n pe

rtan

ian

3.88

6.43

0.00

0 3.

617.

490.

073

93,0

8 26

3.93

9.92

7 6,

92

1803

.994

La

yana

n Pe

rkan

tora

n 17

.538

.086

.000

17

.263

.249

.267

98

,51

274.

836.

733

1,49

001.

Pem

baya

ran

Gaj

i dan

Tun

jang

an

14.2

04.9

56.0

00

14.1

65.6

50.4

57

99,8

2

39.3

05.5

43

0,18

002.

Pen

yl. O

prs.

Pem

el. P

erka

ntor

an

3.33

3.13

0.00

0 3.

097.

598.

810

92,9

3 23

5.53

1.19

0 7,

07

1803

.996

Pe

rang

kat P

engo

lah

Dat

a da

n K

omun

ikas

i 84

3.31

9.00

0 40

8.18

1.99

7 48

,40

435.

137.

003

52,6

0 18

03.9

97

Pera

lata

n da

n Fa

silit

as P

erka

ntor

an

680.

705.

000

653.

862.

500

96,0

6 26

.842

.500

3,

94

1803

.998

G

edun

g /

Bang

unan

9.

245.

504.

000

9.22

7.69

9.90

0 99

,81

17.8

04.1

00

0,19

Page 29: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 16

Tabe

l 10.

Rea

lisas

i ang

gara

n pe

r jen

is p

enge

luar

an P

usat

Sos

ial E

kono

mi d

an K

ebija

kan

Pert

ania

n, 2

016

Kod

e Je

nis

Peng

elua

ran

Pagu

(Rp)

R

ealis

asi

Sald

o A

ngga

ran

Rp

%

Rp

%

51

Bela

nja

Pega

wai

14

.204

.956

.000

14

.165

.650

.457

99

,72

39.3

05.5

43

0,28

52

Bela

nja

Bara

ng

13.8

24.8

68.0

00

12.5

76.5

22.4

28

90,9

7 1.

248.

345.

572

9,03

53

Be

lanj

a M

odal

10

.809

.528

.000

10

.320

.485

.647

95

,48

489.

042.

353

4,52

Ju

mla

h 38

.839

.352

.000

37

.062

.658

.532

95

,43

1.77

6.69

3.46

8 4,

57

Page 30: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

17 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tabe

l 11.

Rek

apitu

lasi

PN

BP P

usat

Sos

ial E

kono

mi d

an K

ebija

kan

Pert

ania

n, 2

016

KO

DE

MA

K

UR

AIA

N M

AK

PER

KIR

AA

N

TAR

GET

PE

NER

IMA

AN

(R

p.)

PEN

ERIM

AA

N

(Rp.

) PE

NY

ETO

RA

N

(Rp.

)

SISA

TA

RG

ET

PEN

ERIM

AA

N

(Rp.

)

TA

RG

ET

%

Pe

neri

maa

n U

mum

4231

41

Pend

apat

an S

ewa

Tana

h. G

edun

g da

n Ba

ngun

an

7.00

8.60

0 4.

990.

387

4.99

.,387

2.

018.

213

71,2

0

4231

29

Pend

apat

an P

enju

alan

Ase

t Lai

nnya

ya

ng D

ihap

uska

n 0

0 0

0 -

4239

22

Pend

apat

an P

elun

asan

Gan

ti Ru

gi

atas

Ker

ugia

n yg

did

erita

Neg

ara

0 26

.652

.491

26

.652

.491

-2

6.65

2.49

1 -

4237

52

Pene

rim

aan

Den

da K

eter

lam

bata

n Pe

nyel

esai

an P

ek.P

emer

inta

h 0

0 0

0 -

4239

51

Pene

rim

aan

Kem

bali

Bela

nja

Pega

wai

TA

YL

0 40

.476

.300

40

.476

.300

-4

0.47

6.30

0 -

Ju

mla

h Pe

neri

maa

n U

mum

7.

008.

600

72.1

19.1

78

72.1

19.1

78

-65,

110,

578

1029

,01

Pe

neri

maa

n Fu

ngsi

onal

4232

16

Pend

apat

an Ja

sa T

enag

a, P

eker

jaan

, In

form

asi,

Pela

tihan

, Tek

nolo

gi,

Pend

apat

an B

PN, P

enda

pata

n D

JBC

0 0

0 0

0.00

Ju

mla

h Pe

neri

maa

n Fu

ngsi

onal

0

0 0

0 0.

00

Ju

mla

h U

mum

+ F

ungs

iona

l 7.

008.

600

72.1

19.1

78

72.1

19.1

78

-65,

110,

578

1029

,01

Page 31: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

18 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

IV. PROGRAM

4.1. Tujuan dan Luaran Kegiatan

Tujuan umum kegiatan penyusunan program adalah untuk mendapatkan arah penelitian yang lebih terencana dan sistematis sehingga pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Secara rinci pelaksanaan kegiatan program bertujuan untuk:

(1) Menyusun perencanaan program dan anggaran kegiatan PSEKP

(2) Merencanakan penelitian tahun anggaran 2017

(3) Memperoleh implikasi tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang berdasarkan evaluasi kegiatan TA 2016

Luaran yang diharapkan:

(1) Rencana program dan anggaran kegiatan PSEKP

(2) Perencanaan penelitian tahun anggaran 2017

(3) Saran tindak lanjut pelaksanaan program yang akan datang

4.2. Perencanaan Kegiatan Penelitian Tahun Anggaran 2017

Tujuan perencanaan kegiatan penelitian adalah agar seluruh kegiatan PSEKP dapat terlaksana secara optimal sesuai jadwal yang telah direncanakan. Untuk memudahkan koordinasi pada tahap perencanaan, berdasarkan Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Nomor. 46.1/HK.160/I.7/01/2016 tanggal 4 Januari 2016, telah dibentuk Tim Teknis Penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Program dan Evaluasi, Ketua Kelti, peneliti senior PSEKP dan Staf Sub Bidang Program.

Susunan Tim Teknis Penyusunan Program Penelitian untuk tahun 2017:

Pengarah : Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Penanggung Jawab : Kepala Bidang Program dan Evaluasi

(merangkap anggota)

Ketua : Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Dr. Bambang Irawan (merangkap anggota)

Sekretaris : Kepala Sub Bidang Program PSEKP (merangkap anggota)

Anggota : 1. Ketua Kelti Ekonomi Pertanian dan Manajemen Agribisnis

Page 32: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 19

2. Ketua Kelti Ekonomi Makro dan Perdagangan Internasional

3. Ketua Kelti Sosial Budaya dan Pedesaan

4. Prof. Dr. Achmad Suryana

5. Prof. Dr. Pantjar Simatupang

6. Prof. Dr. Dewa K Sadra S

7. Dr. Erwidodo

8. Dr. Hermanto, MS

9. Dr. Handewi Purwati Saliem

10. Dr. Saptana

Staf Pelaksana : 1. Rangga Ditya Yofa, SP (Staf Sub Bidang Program)

2. Annisa Rika Rachmita, SP (Staf Sub Bidang Program)

3. Chaerudin, SE (Staf Sub Bidang Program)

4. Drs. Agus Abdul Syukur (Staf Sub Bidang Program)

5. Hasni Handoko (Staf Sub Bidang Program)

6. Eni Darwati (Staf Sub Bidang Program)

7. Nur Intan Syamsiah (Staf Sub Bidang Program)

4.3. Mekanisme Perencanaan Penelitian Tahun Anggaran 2017 dan Pelaksanaan Tupoksi Subid Program

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.43/Permentan/OT.010/8/2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian dimana PSEKP

berada di bawah Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal Kementerian

Pertanian. Namun dalam masa transisi tersebut, perencanaan kegiatan

penelitian sampai terbitnya DIPA Penelitian TA 2017, perencanaan penelitian

masih berpedoman pada alur/tahapan perencanaan yang telah disusun oleh

Bagian Perencanaan, Sekretariat Badan Litbang Pertanian (yang mengacu pada

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 44/Permentan/OT.140/8/2011). Kegiatan

perencanaan tersebut mengatur seluruh tahapan kegiatan penelitian, mulai dari

inisiasi masalah sampai penyerahan proposal penelitian ke Badan Litbang

Pertanian. Tahapan kegiatan perencanaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5,

sedangkan dalam lingkup internal PSEKP sendiri tahapan umum kegiatan sam-

pai tersusunnya proposal penelitian yang akan diajukan mengikuti Gambar 6.

Dalam rangka menindaklanjuti dinamika permintaan akibat adanya

perubahan organisasi PSEKP, beberapa judul kajian PSEKP yang telah tertuang

Page 33: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

20 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

dalam petikan DIPA PSEKP TA 2017 mengalami perubahan redaksional dan

cakupan ruang analisis. Dengan bergabung ke Sekretariat Jenderal Kementerian

Pertanian, PSEKP diharapkan lebih mampu berperan besar dalam menghasilkan

rekomendasi kebijakan pertanian dalam cakupan lebih luas, tidak hanya

terfokus untuk kepentingan penelitian, tetapi hasilnya lebih ditujukan untuk

kepentingan pengambilan kebijakan pembangunan pertanian yang lebih

operasional dan multi stakeholder.

Tahap pertama dari siklus proses perencanaan kegiatan penelitian

dimulai dengan penjaringan topik-topik penelitian PSEKP oleh Tim Teknis

Penelitian, yang disinkronkan dengan Rencana Strategis (Renstra) PSEKP dan

Badan Litbang Pertanian, serta target-target utama Kementerian Pertanian. Dari

topik-topik penelitian tersebut, Tim Teknis Penelitian PSEKP kemudian

merumuskan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) beserta kegiatan-

kegiatannya. Tahap selanjutnya, Tim Teknis Penelitian bersama Bidang

Program dan Evaluasi menugaskan peneliti untuk membuat TOR kegiatan

sesuai dengan judul-judul RPTP Kegiatan yang telah dirumuskan.

TOR yang terkumpul kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian

PSEKP. Tahap selanjutnya adalah penetapan penanggung jawab penyusunan

proposal RPTP kegiatan sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Proposal

yang masuk kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis Penelitian internal PSEKP.

Hasil evaluasi tersebut kemudian disampaikan kepada penanggung jawab

proposal masing-masing untuk menjadi bahan perbaikan proposal tersebut.

Proposal yang telah diperbaiki kemudian dievaluasi oleh Tim Teknis

internal PSEKP. Pada tahap ini, diberikan saran dan komentar untuk penyem-

purnaan proposal-proposal tersebut terhadap aspek-aspek: (a) Perumusan

masalah, review hasil penelitian sebelumnya dan justifikasi penelitian; (b)

Perumusan tujuan dan keluaran; (c) Kerangka pemikiran (landasan teoritis); (d)

Perencanaan sampling (propinsi, kabupaten, kecamatan, desa, responden); (e)

Analisis data dan jenis data untuk menjawab setiap tujuan penelitian; dan (f)

Perencanaan operasional (SDM, dana, dan lain-lain).

Seiring dengan tahap-tahap perencanaan kegiatan penelitian tersebut

(TOR-RKAKL-Proposal), terjadi perubahan-perubahan dalam hal judul

penelitian, kegiatan penelitian, penanggung jawab penelitian, lokasi penelitian

maupun biaya/anggaran penelitian. Beberapa penyebab perubahan tersebut

antara lain : (1) Adanya perubahan kebijakan tingkat Kementerian Pertanian; (2)

Penghematan anggaran akibat kebijakan nasional; dan (3) Perubahan terkait

administrasi kegiatan sehingga berdampak pada pelaksanaan kegiatan.

Page 34: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 21

Gambar 5. Mekanisme perencanaan program dan anggaran penelitian pengembangan pertanian

Ya

Ya

Sinkronisasi Program (Proposal Penelitian)

Jeda yang menampung

Crash Program

Badan Litbang

Pusat/Puslitbang/BB

Balit/BPTP

Persetujuan Ka. Badan

Ka. Badan

Litbangtan

Tim Evaluasi: Peneliti, PT/Ristek

Pusat/Puslitbang/BB

Pusat/Puslitbang/BB

Balit/BPTP

Pusat/Puslitbang/BB Balit/BPTP

Tidak

Tidak

Penyusunan Proposal Penelitian

Pembahasan Proposal Penelitian

Verifikasi Proposal Penelitian

Evaluasi Proposal Penelitian di Puslit/BB

Hasil

Hasil

Proposal Penelitian Final

Proposal Penelitian DIPA

Januari - Maret

April - Mei

September

November

Page 35: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

22 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Gam

bar 6

. M

ekan

ism

e p

eren

cana

an k

egia

tan

pene

litia

n in

tern

al P

SEK

P

Page 36: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 23

Judul–Judul Penelitian DIPA Tahun 2017

Berdasarkan hasil pembahasan tim teknis PSEKP, peneliti senior PSEKP, Ketua Kelti dan mempertimbangkan dukungan PSEKP terhadap program Kementerian Pertanian dan Badan Litbang Pertanian, Renja tahunan PSEKP, serta ketersedian sumberdaya peneliti yang ada, pada tahun 2017 PSEKP akan melakukan 12 kajian dan 10 analisis kebijakan. Judul-judul penelitian/kajian tersebut adalah sebagai berikut (Tabel 12).

Sedangkan untuk kegiatan Analisis Kebijakan, judul-judul disesuaikan dengan isu-isu aktual yang berkembang dan permintaan dari pimpinan kementerian dan lembaga.

Tabel 12. Judul-judul Penelitian DIPA Tahun 2017

No. Judul Penelitian

1. Panel Petani Nasional (PATANAS): Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Agro Ekosistem Lahan Kering Berbasis Sayuran dan Palawija

2. Kajian Daya Tahan Sektor Pertanian Terhadap Gangguan Faktor Eksternal dan Kebijakan yang diperlukan (Lanjutan)

3. Kebijakan Insentif untuk Menarik Kaum Muda ke Sektor Pertanian Melalui Implementasi Program Pertanian Modern

4. Optimasi Sumberdaya dalam Pengembangan Pertanian Pangan Berbasis Kawasan

5. Kajian Desain dan Implementasi Penyaluran Pupuk dan Benih Bersubsidi pada program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

6. Kebijakan Harga Padi, Jagung dan kedelai yang terintegrasi Dalam Rangka Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan Pendapatan Petani

7. Tipologi Petani Kecil dan Pemanfaatannya untuk Strategi Tranformasi Menuju Petani Komersial

8. Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia (Lanjutan)

9. Revitalisasi Kegiatan Hilirisasi Sistem Komoditas Dalam Rangka Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Pertanian Strategis

10. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Cabe dan Bawang Merah

11. Peningkatan Akses Petani Terhadap Pasar Komoditas Pertanian

12. Kajian Manajemen Rantai Pasok Ayam Ras Pedaging pada Berbagai Pola Kemitraan Mendukung Peningkatan Produksi dan Pendapatan Peternak Skala Kecil

Page 37: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

24 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

4.4. Permasalahan yang Menonjol dalam Pelaksanaaan Kegiatan di Sub Bidang Program pada Tahun 2016

Selama kurun waktu 2016, permasalahan yang menonjol dalam pelaksanaan kegiatan di Subbidang Program adalah:

a. Sering terjadi perubahan kebijakan di tingkat atas, baik terkait waktu, alokasi anggaran, maupun substansi kajian. Kondisi tersebut menyebabkan persiapan dan pelaksanaan kegiatan terkesan kurang terencana dengan baik dan mengganggu keseluruhan proses perencanaan. Banyak kasus dijumpai bahwa sebuah kegiatan harus didesain dalam waktu yang sangat singkat, sementara kegiatan tersebut memerlukan koordinasi dan informasi dengan bagian atau sub bagian yang lain.

b. Sistem anggaran untuk membiayai kegiatan belum sepenuhnya kompatibel dengan kebutuhan riil yang diperlukan, sehingga menyulitkan pembiayaan kegiatan dan berakibat sebagian dana tidak terserap dengan baik.

c. Terlalu seringnya terjadi perubahan software dalam sistem penganggaran seringkali menyebabkan kekurangcermatan dalam perencanaan program.

4.5. Upaya Mengatasi Permasalahan

Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan di sub bidang program tersebut adalah:

a. Dokumentasi arsip-arsip perencanaan program dan menyusun kalender kegiatan, dan perbaikan koordinasi kegiatan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan perubahan perencanaan yang bersifat segera/mendadak baik dengan Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Keuangan.

b. Peningkatan kemampuan staf baik terkait dengan operasionalisasi software, pemahaman dalam pembebanan mata anggaran dan peraturan-peraturan administratif lainnya, serta selalu melakukan monitoring untuk updating

software dan informasi lainnya.

Page 38: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 25

V. SINOPSIS PENELITIAN PSEKP TAHUN 2016

Berikut disampaikan sinopsis hasil-hasil penelitian PSEKP tahun 2016 yang terdiri atas 12 penelitian DIPA.

5.1. Dinamika Karakteristik Pertanian dan Ekonomi Perdesaan 2003-2013

Memahami dinamika karakteristik pertanian dan ekonomi perdesaan memiliki urgensi penting bagi pelaksanaan pembangunan pertanian secara keseluruhan, terutama dalam rangka: (1) menyediakan informasi untuk memantau perubahan di perdesaan, khususnya menyangkut seluruh aspek sosial dan ekonomi perdesaan; (2) mempelajari dinamika perdesaan sebagai basis kegiatan ekonomi dan aktivitas pertanian; (3) mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial ekonomi dan politik perdesaan terkini serta kondisi sumberdaya perdesaan; (4) mengetahui perkembangan diversifikasi usaha pertanian; dan (5) mengenali gambaran implementasi kebijakan pembangunan khususnya pembangunan pertanian di perdesaan saat ini.

Saat ini telah terjadi konsentrasi penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis gini indeks penguasaan lahan sawah di lokasi penelitian Provinsi Jawa Barat, tingkat ketimpangan dalam penguasaan lahan sawah tergolong tinggi dan perkembangannya tetap. Hal yang berbeda dengan di Provinsi Jawa Tengah dan Lampung, gini indeks penguasaan lahan sawah menggambarkan tingkat ketimpangannya tergolong sedang, namun perkembangannya cenderung meningkat. Selanjutnya di Provinsi Jawa Timur, tingkat ketimpangan dalam penguasaan lahan sawah tergolong tinggi dan juga perkembangannya cenderung meningkat. Sementara itu, pada lahan kering di seluruh lokasi penelitian (Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung), ketimpangan penguasaan lahan tergolong tinggi dan cenderung meningkat. Bagi negara agraris dan berkembang seperti Indonesia, ketimpangan pemilikan lahan pada dasarnya menggambarkan ketimpangan pemilikan aset produksi.

Dinamika luas pemilikan dan garapan lahan pertanian pada petani jagung dan petani padi, disamping menunjukkan kesamaan penyebab, namun pada masing-masing lokasi juga memiliki penyebab unik. Misalnya penyebab terjadinya dinamika pemilikan dan garapan lahan di Garut dan Subang adalah: (a) Fragmentasi lahan, (b) Rekonsolidasi lahan, terkait dengan sistem pewarisan lahan pertanian, dan (c) Konsolidasi Lahan, yang disebabkan oleh adanya kekuatan ekonomi dan si pelaku cenderung mengambil rente dari lahan pertanian tersebut. Rumah tangga usaha pertanian merupakan rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha

Page 39: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

26 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 mencapai 26,14 juta RT, dimana jika dibandingkan dengan tahun 2003 jumlah rumah tangga tersebut menurun drastis sebesar 5,10 juta jiwa atau sekitar 16,32 persen.

Umur petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petani-petani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer berbagai inovasi baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Tingkat pendidikan sangat terkait dengan tingkat kemampuan mengadopsi inovasi teknologi. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka proses alih teknologi akan berjalan lebih cepat dan lebih baik. Struktur pendapatan rumah tangga pertanian sebagian besar disumbang dari kegiatan usaha sektor pertanian yaitu secara nasional sebesar 46,74 persen, dan pada provinsi penelitian kontribusinya berkisar antara 36,44 - 54,0 persen. Kontribusi selanjutnya yaitu dari kegiatan buruh di luar sektor pertanian yaitu secara nasional sebesar 20,65 persen, dan pada lokasi penelitian kontribusinya berkisar antara 15,25 - 28,48 persen.

Implikasi kebijakan dalam konteks pengembangan pertanian adalah adanya upaya memodernisasi pertanian yang antara lain dapat dilakukan dengan peningkatan mekanisasi pertanian, dan meningkatkan akses petani terhadap informasi pertanian dengan dukungan teknologi informasi. Umur petani dan tingkat pendidikan terkait erat dengan kemampuan adopsi inovasi teknologi. Sehubungan dengan itu, perbaikan kualitas SDM petani baik melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan keterampilan perlu terus mendapat perhatian serius dan intensitasnya terus ditingkatkan. Dalam rangka mempertahankan lahan pertanian secara komprehensif maka eksistensi lahan kering sebagai lahan pertanian, secara seimbang harus dipertahankan sebagaimana dipertahankannya lahan sawah. Hal ini selain untuk menjaga kelestarian lahan kering pertanian agar tetap sebagai basis penghasil komoditas pertanian, juga agar ketimpangan penguasaan tidak terus semakin tajam akibat penjualan lahan kering yang dipergunakan untuk non pertanian.

Untuk meningkatkan pendapatan petani dari usaha pertanian diperlukan dukungan teknologi guna meningkatkan produktivitas, serta kebijakan harga layak yang dapat memberikan keuntungan bagi petani. Di samping itu, diperlukan upaya memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di kegiatan non pertanian. Selain itu, keberadaan usaha pertanian dapat menjadi sumber pendapatan bagi rumah tangga. Upaya meningkatkan usaha pertanian sebaiknya disertai modernisasi usaha, untuk mendorong generasi muda tertarik bekerja di sektor pertanian. Dalam rangka meningkatkan agar usaha pertanian diperlukan dukungan kebijakan secara komprehensif dan berkelanjutan yang mampu menciptakan insentif berusaha dan meningkatkan daya saing usaha pertanian.

Page 40: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 27

5.2. Analisis Sumber-Sumber Pertumbuhan Produksi Jagung dan Kedelai

Sebagian besar produksi jagung nasional dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan (23,95%) dan pakan ternak terutama ayam ras petelur dan ayam pedaging (44,82%). Selama tahun 2003-2013 total konsumsi jagung

nasional rata-rata naik sebesar 5,44%/tahun. Namun karena produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri maka sekitar 8% kebutuhan jagung nasional masih dipenuhi melalui impor. Hal yang sama juga terjadi pada kedelai dimana sekitar 64% kebutuhan kedelai nasional masih dipenuhi melalui impor dan pertumbuhan impor kedelai rata-rata sebesar 3,19%/tahun. Meningkatnya kebutuhan impor kedelai tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan industri tahu, tempe dan kecap yang

menyerap sekitar 88% kedelai nasional.

Secara umum ada lima sumber-sumber pertumbuhan baik untuk peningkatan produksi jagung maupun kedelai, yaitu: (a) perluasan lahan usahatani, (b) peningkatan IP, (c) menekan kehilangan luas panen akibat banjir/kekeringan/ gangguan OPT, (d) mengembangkan integrasi tanaman perkebunan-jagung/ kedelai pada lahan peremajaan tanaman perkebunan, dan (e) peningkatan produktivitas. Apabila seluruh alternatif sumber-sumber pertumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan maka produksi jagung nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 6,71%/tahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi jagung pada tahun 2010-2015 yang hanya mencapai 1,58%. Peluang peningkatan produksi jagung terutama berasal dari peningkatan produktivitas dan pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung yang masing-masing memiliki kontribusi sebesar 43,9% dan 27,4% terhadap total peluang peningkatan produksi jagung nasional. Sedangkan perluasan lahan usahatani, peningkatan IP dan pengendalian

banjir/kekeringan/OPT kontribusinya relatif kecil, yaitu masing-masing sebesar 11,3%; 11,8%; dan 5,5%.

Peluang peningkatan produksi kedelai nasional dengan memanfaatkan kelima sumber pertumbuhan produksi di atas diperkirakan sebesar 16,44%/tahun dan jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi kedelai selama tahun 2010-2015 yang hanya mencapai 1,61%/tahun. Peluang peningkatan produksi kedelai terutama berasal dari pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai yang memiliki kontribusi sebesar 60,2% terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai. Dengan memanfaatkan 10% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa, dan karet untuk usahatani kedelai sebagai tanaman sela maka produksi kedelai nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 9,90%/tahun. Sedangkan kontribusi perluasan lahan usahatani, peningkatan IP, pengendalian banjir/OPT/kekeringan, dan peningkatan produktivitas terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai nasional relatif kecil, yaitu masing-masing sebesar 4,4%, 12,7%, 4,5% dan 18,3%.

Page 41: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

28 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Implikasi kebijakan untuk pengembangan secara luas dan berkelanjutan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai, yaitu : (1) mengidentifikasi lahan peremajaan tanaman perkebunan yang sesuai untuk pengembangan jagung dan kedelai, baik dari segi kesesuaian agroklimat, biofisik lahan maupun sosial ekonomi dan budaya petani, (2) meningkatkan akses petani terhadap benih berkualitas dan pupuk yang dapat ditempuh dengan mengembangkan penangkar benih jagung/kedelai dan kios pupuk di daerah perkebunan, (3) meningkatkan akses petani terhadap pasar jagung/kedelai yang dapat ditempuh dengan mengembangkan jaringan pemasaran jagung/kedelai di daerah perkebunan, (4) pengembangan dan diseminasi teknologi integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai yang bersifat spesifik komoditas perkebunan dan spesifik lokasi untuk memperkecil resiko usahatani baik yang berasal dari fluktuasi harga, gangguan OPT dan masalah teknis lainnya, dan (5) menetapkan provinsi/kabupaten prioritas untuk pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai dengan mempertimbangkan potensi yang tersedia dan kendala yang dihadapi.

Masalah teknis peningkatan produktivitas kedelai cenderung bersifat spesifik agroekosistem dan lebih beragam pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Untuk mengatasi masalah peningkatan produktivitas kedelai di lahan kering dan lahan sawah tadah hujan diperlukan : (1) pengembangan penangkaran benih secara in situ untuk meningkatkan ketersediaan benih tahan OPT dan benih toleran kekeringan secara berkelanjutan, (2) dukungan teknologi pengolahan kompos dan fasilitasnya untuk meningkatkan ketersediaan pupuk kompos, (3) dukungan fasilitas penyediaan traktor untuk mendorong petani melakukan pengolahan tanah secara sempurna, dan (4) dukungan teknologi pemanfaatan sumber-sumber air dan fasilitasnya untuk mengatasi keterbatasan pasokan air irigasi.

Terdapat 4 faktor yang memiliki peranan penting untuk mendorong perluasan tanaman jagung dan kedelai yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, ketersediaan pasar/harga kedelai, dan resiko usahatani. Selain itu, khususnya untuk perluasan tanaman jagung/kedelai yang ditempuh melalui pengembangan integrasi tanaman perkebunan dan/atau pembukaan lahan baru perlu didukung dengan beberapa upaya yaitu : meningkatkan akses petani terhadap benih jagung/kedelai berkualitas, meningkatkan akses petani terhadap pupuk dan pasar jagung/kedelai, dan menekan resiko usahatani baik yang disebabkan oleh fluktuasi harga jagung/kedelai, gangguan OPT, dan faktor teknis lainnya.

5.3. Kajian Daya Tahan Sektor Pertanian Terhadap Gangguan Faktor Eksternal dan Kebijakan Yang Diperlukan

Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam,

perubahan iklim (banjir dan kekeringan), krisis ekonomi dan finansial, serta

Page 42: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 29

konflik sosial-politik sangat mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Sebagian dari gangguan tersebut, khususnya bencana alam dan perubahan iklim, semakin tinggi intensitas dan frekuensinya. Kebijakan untuk mengatasi berbagai gangguan tersebut pada umumnya bersifat jangka pendek dengan memberikan berbagai bantuan terhadap kelompok masyarakat yang terkena dampak gangguan tersebut. Di pihak lain, kebijakan yang difokuskan pada membangun kapasitas masyarakat untuk mengantisipasi, merespon, dan mengatasi dampak tersebut masih relatif kurang.

Fenomena kekeringan telah berdampak langsung pada luas areal berbagai komoditas, terutama tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) dan sayuran. Sesuai dengan siklus fenomena iklim, luas areal yang terkena kekeringan untuk tanaman pangan berfluktuasi antar waktu. Untuk tanaman padi, luas areal yang terkena kekeringan selama tahun 2010-2014 mencapai rata-rata 179.416 ha dan 32.209 ha (17,9%) diantaranya mengalami puso. Areal yang terkena kekeringan tersebut mencapai 1,3 persen dari rata-rata total luas areal padi yang mencapai 13,5 juta ha pada periode tersebut. Pada tahun 2015, luas areal padi yang terkena kekeringan meningkat sebesar 37,8 persen menjadi 572.870 ha.

Khusus untuk tanaman padi, luas areal yang mengalami kekeringan tahun 2015 dirinci menurut provinsi sebagai berikut: lima provinsi dengan persentase kekeringan tertinggi adalah Papua (22,8%), Gorontalo (16,9%), Jambi (11,6%), Sulawesi Tenggara (10,7%), dan Sulawesi Selatan (10,2%). Selanjutnya ada tiga provinsi yang tidak mengalami kekeringan sama sekali, yaitu Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau. Sepuluh provinsi memiliki intensitas kekeringan dibawah satu persen, diantaranya adalah NTT (0,13%), DIY (0,24%), dan Kalimantan Tengah (0,33%). Intensitas kerusakan tanaman akibat kekeringan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok yaitu: 1) Ringan, kerusakan hanya 25%; 2) Sedang, kerusakan 25-50%; 3) Berat, kerusakan 50-80%; dan 4) Puso, kerusakan 80-100%. Kerusakan yang masih tergolong ringan umumnya dapat pulih kembali. Pada tahun 2015 dari total areal yang mengalami kekeringan seluas 572.870 ha, ada seluas 80.652 ha (14,1%) berhasil pulih kembali. Dengan kriteria yang berbeda kondisi kekeringan di suatu wilayah dapat dikelompokan pula menjadi 4 (empat) kategori, yaitu: sangat aman, aman, rawan dan sangat rawan. Berdasarkan klasifikasi tersebut, 14 provinsi masuk dalam kategori sangat rawan, 13 provinsi masuk kategori rawan, 5 provinsi masuk kategori aman dan hanya satu provinsi yang masuk kategori sangat aman yaitu Kepulauan Riau. Provinsi yang memiliki intensitas kekeringan cukup tinggi adalah provinsi yang sangat rawan atau rawan.

Pendapatan petani selama mengalami kekeringan menurun dibanding kondisi normal. Pendapatan petani terdiri dari pendapatan usahatani pada musim kemarau panjang atau kekeringan (2015) dan pendapatan usahatani pada musim kemarau normal (2014). Pendapatan usahatani selama kekeringan

Page 43: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

30 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

mengalami penurunan bervariasi dari 20 persen hingga 100 persen (puso). Pendapatan petani padi rata-rata lebih rendah dari petani cabai. Sebaliknya porsi pendapatan non-usahatani petani padi lebih besar dari petani cabai. Dampaknya adalah daya tahan petani padi terhadap guncangan kekeringan relatif lebih baik dari petani cabai. Untuk asuransi pertanian, petani padi memiliki risiko lebih kecil dibanding petani cabai. Jika petani padi gagal panen karena kekeringan maka masih ada sumber pendapatan lain yang persentasenya lebih besar dibanding sumber pendapatan lain dari petani cabai.

Petani padi sawah yang mengalami kekeringan pada umumnya kurang dapat mengatasi masalah yang ada. Sumber air yang menyusut drastis, tidak adanya giliran irigasi, dan air tanah yang terlalu dalam merupakan penyebab utama sehingga sebagian gagal panen padi pada musim kemarau panjang atau produksinya menurun drastis. Sebagian petani cabai pada taraf tertentu berupaya keras mengatasi kekurangan air selama kekeringan. Walaupun mahal, kebutuhan irigasi untuk cabai dapat diatasi dari sumber air yang relatif jauh. Produktivitas yang diperoleh petani cabai memang lebih rendah pada musim kemarau panjang dibanding musim kemarau normal tetapi pada taraf tertentu bisa dikompensasi dengan naiknya harga cabai di tingkat petani karena suplai yang menurun.

Implikasinya, untuk jangka menengah-panjang perlu adanya kebijakan antisipatif baik pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun kabupaten/kota, yang meliputi: (a) konservasi sumberdaya lahan di wilayah hulu; (b) pembangunan waduk, embung, pemeliharaan saluran irigasi dan pembangunan saluran irigasi baru; (c) mengatasi resiko berbasis pasar, misalnya asuransi pertanian; (d) meningkatkan kapasitas, efektifitas, dan diseminasi sistem peringatan dini; (e) diversifikasi pertanian dan diversifikasi sumber pendapatan dari kegiatan off-farm maupun non-farm; dan (f) penerapan Sekolah

Lapang Iklim (SLI), kalender tanam, varietas tahan kering.

Dalam jangka pendek perlu pendampingan bagi petani yang mengalami gangguan kekeringan disertai dengan kebijakan seperti: (a) bantuan prasarana produksi, terutama pompa air untuk sumur kedalaman menengah; (b) bantuan sarana produksi, terutama bibit dan pupuk; dan (c) kegiatan padat karya untuk perbaikan prasarana pertanian dan pedesaan.

5.4. Dinamika Pola Konsumsi Pangan dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Komoditas Pertanian

Undang-Undang No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan mengamanahkan bahwa, pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban meningkatkan pemenuhan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan masyarakat. Selain itu, pemerintah dan pemerintah daerah juga berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif. Untuk dapat

Page 44: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 31

menjawab dan memenuhi amanah tersebut, kajian terkait pola konsumsi pangan sangat diperlukan, mengingat pada 10 tahun terakhir telah terjadi banyak perubahan tidak hanya terkait produksi dan ketersediaan pangan, kependudukan, kesejahteraan akan tetapi juga perubahan gaya makan. Konsumsi pangan salah satu entry point dan subsistem untuk memantapkan

ketahanan pangan. Dengan mengetahui pola konsumsi pangan masyarakat, akan dapat disusun kebijakan pangan terutama terkait berapa banyak dan jenis pangan/komoditas apa yang harus disediakan dan atau diproduksi di dalam negeri.

Pada tahun 2014, tingkat konsumsi energi masih belum memenuhi standar yang dianjurkan, sebaliknya untuk tingkat konsumsi protein terutama di perkotaan serta pada kelas pendapatan sedang dan tinggi sudah memenuhi standar anjuran (57 gram/kapita/hari). Selama periode tersebut, pangsa protein hewani meningkat (di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan) yang berarti kualitas konsumsi pangan rumahtangga menunjukan perbaikan. Jika dilihat dari jenis pangannya, tingkat konsumsi protein yang berasal dari padi-padian dan kacang-kacangan menurun selama periode 2002-2014, baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan.

Proporsi rumahtangga rawan pangan meningkat selama periode 2002-2014 dan peningkatan proporsi tersebut lebih tinggi terjadi di wilayah perdesaan dan pada kelas pendapatan rendah dan sedang. Diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga yang diukur dengan Indeks Entropy mengalami peningkatan pada periode 2002–2014. Peningkatan diversifikasi tersebut relatif tinggi pada rumahtangga di perdesaan dan rumah tangga yang berpendapatan rendah. Peningkatan diversifikasi konsumsi sayuran dan makanan jadi terjadi pada semua segmen rumahtangga baik menurut wilayah maupun kelas pendapatan. Peningkatan diversifikasi buah-buahan terjadi pada rumahtangga di perkotaan dan pada kelas pendapatan sedang dan tinggi. Sebaliknya, terjadi penurunan diversifikasi konsumsi untuk pangan sumber karbohidrat dan sumber protein nabati pada semua segmen rumahtangga. Namun untuk pangan sumber protein hewani, penurunan diversifikasi konsumsi hanya pada rumahtangga di diperkotaan dan rumah tangga pada kelas pendapatan sedang dan tinggi. Elastisitas pendapatan menunjukkan nilai positif, baik secara agregat, menurut wilayah (desa, kota), dan kelas pendapatan (rendah, sedang, tinggi). Secara umum nilai elastisitas pendapatan untuk seluruh komoditas pada tahun 2002 dan 2014 inelastis, kecuali jagung pada tahun 2002 elastis.

Perubahan selama periode 2002-2014, secara agregat nilai elastisitas pendapatan cenderung menurun untuk seluruh jenis komoditas, kecuali kedelai dan daging ayam terjadi sedikit peningkatan. Meningkatnya elastisitas pendapatan untuk terigu dari 0,552 pada tahun 2002 menjadi 0,633 pada tahun 2014 perlu dicermati. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap terigu di masa yang akan datang cenderung meningkat dengan meningkatnya

Page 45: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

32 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

pendapatan rata-rata masyarakat. Hal ini akan berimplikasi bahwa ke depan ketergantungan terhadap bahan pangan impor akan semakin tinggi. Elastisitas harga silang antar komoditas yang dianalisis bertanda positif atau negatif tergantung hubungan antar jenis pangan. Nilai elastisitas harga silang secara umum inelastis, baik secara agregat maupun menurut wilayah (desa, kota), dan kelas pendapatan (rendah, sedang, tinggi). Elastisitas harga silang selama kurun waktu 2002-2014 mengalami perubahan yang bervariasi antar komoditas. Hasil estimasi menunjukkan bahwa beras sebagai pangan pokok bersifat komplementer dengan seluruh jenis komoditas yang dianalisis, kecuali dengan jagung bersifat bersubstitusi. Temuan menarik yang perlu mendapat perhatian pemerintah adalah adanya hubungan komplementer antara beras-terigu, hal ini didukung dengan fakta yang ditemukan di lokasi penelitian bahwa konsumsi nasi dengan lauk pauk berupa makanan olahan berbahan baku terigu. Nilai elastisitas harga silang beras-terigu pada tahun 2002 secara agregat sebesar -0,021 meningkat menjadi -0,037 pada tahun 2014. Peningkatan nilai elastisitas silang beras-terigu disebabkan tingkat partisipasi rumah tangga yang mengkonsumsi terigu meningkat selama kurun waktu 2002-2014.

Implikasi kebijakannya adalah perlu dilakukan program pengembangan produksi pangan lokal berbasis sumberdaya dan budaya lokal di setiap propinsi sehingga tersedia pangan dan produk pangan lokal dengan mudah diperoleh di pasaran secara kontinyu dengan harga yang terjangkau. Untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum, perlu upaya serius dari pemerintah untuk melakukan peningkatan diversifikasi pangan non-terigu. Peningkatan pengetahuan kepada masyarakat difokuskan pada rumahtangga di perkotaan dan pada kelas berpendapatan sedang dan tinggi. Hal ini sangat penting agar makanan yang dikonsumsi tidak hanya berorientasi pada aspek selera dan kemampuan daya beli akan tetapi juga memenuhi kaidah beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

Pengembangan cadangan pangan berbasis sumberdaya lokal. Cadangan pangan sebagai salah satu instrumen untuk: (1) mengatasi masalah kelangkaan pangan sesaat, terutama pada keadaan darurat, (2) sebagai bantuan pangan untuk menangani masalah kerawanan pangan kronis, serta (3) untuk menjaga stabilitas harga pangan tertentu. Pada tingkat rumahtangga seyogyanya dilakukan dengan memanfaatan lahan pekarangan atau lahan tegalan dengan menanam beragam jenis pangan sehingga tanaman tersebut berfungsi sebagai lumbung pangan hidup. Peningkatan daya beli melalui peningkatan pendapatan mereka. Program peningkatan pendapatan seharusnya berbeda antar wilayah sesuai dengan sumberdaya, ketrampilan, aset yang dimiliki dan karakteristik usaha. Program peningkatan pendapatan dapat berupa antara lain penciptaan lapangan kerja seperti padat karya, fasilitasi bantuan usaha, peningkatan ketrampilan dan lainnya. Bantuan pangan berbasis pangan lokal seyogyanya tidak semuanya berbentuk beras. Bantuan pangan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah namun juga swasta melalui dana CSR dan kepedulian masyarakat.

Page 46: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 33

Kebijakan pangan melalui program yang terintegrasi dari hulu hingga hilir mulai dari sisi produksi-distribusi-pengolahan-konsumsi dari berbagai bahan pangan berbasis sumberdaya lokal. Upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi Pajale terus disesuaikan dengan potensi pengembangan lahan, dan pola tanam yang ada. Dengan demikian dalam mengejar target pencapaian produksi Pajale tidak berdampak negatif pada keberadaan tanaman lainnya seperti pangan lokal dan lainnya.

5.5 Evaluasi Rancangan, Implementasi dan Dampak Bantuan Mekanisasi Terhadap Percepatan Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai

Bantuan mekanisasi pertanian melalui program UPSUS 2015 dalam upaya

mendukung percepatan pencapaian swasembada pangan (padi, jagung dan kedelai) merupakan bantuan terbesar dalam sejarah pembangunan pertanian sehingga banyak pihak yang meragukan efektivitas dari bantuan tersebut. Dengan besarnya bantuan dikuatirkan akan menimbulkan crowding out effect dengan usaha mekanisasi yang dimiliki swasta/UPJA serta ketergantungan petani pada bantuan pemerintah. Program bantuan mekanisasi pertanian yang dilakukan melalui program UPSUS telah diimplementasikan sejak tahun 2015

dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tercapainya target swasembada pangan pada tahun 2017. Dengan banyaknya bantuan mekanisasi yang masuk di pedesaan tanpa memperhitungkan ketersediaan sarana perbengkelan, kemudahan memperoleh suku cadang, serta pelatihan/pembinaan akan menjadikan bantuan tersebut kurang dapat dimanfaatkan secara optimal.

Realisasi anggaran untuk pengadaan bantuan mekanisasi pertanian pada tahun 2015 sekitar Rp. 3,98 triliun, yang terdiri dari bantuan mekanisasi untuk kegiatan pra panen dan pascapanen. Program bantuan mekanisasi pertanian telah mendorong peningkatan jumlah alat dan mesin pertanian secara nasional khususnya pada usahatani pangan dibandingkan dengan sebelum adanya program UPSUS pada tahun 2014. Jumlah bantuan traktor roda 2, misalnya meningkat sangat signifikan secara nasional dari 15,435 unit pada tahun 2014 menjadi 25,509 unit atau meningkat sekitar 65,27%. Hal yang sama juga terjadi di lokasi kajian, seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan masing-masing meningkat sebesar 54,45%; 33,98%; dan 60,06%.

Implementasi program bantuan mekanisasi pertanian belum sepenuhnya sesuai dengan rancangannya dan masih bersifat premature. Hal ini terindikasi mulai dari penentuan kriteria penerima dan lokasi bantuan alat dan mesin pertanian yang dirancang belum sepenuhnya terimplementasi dengan baik di tingkat lapangan. Spesifikasi beberapa jenis alat dan mesin pertanian yang dibagikan tidak semuanya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan petani terutama terkait dengan karateristik wilayah (topografi lahan, struktur lahan, dan lainnya). Demikian halnya dari aspek pengelolaan, ternyata sebagian besar

Page 47: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

34 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

bantuan mekanisasi belum dikelola secara baik oleh kelompok tani. Bahkan faktanya di lapangan belum ditemukan adanya kelompok tani yang mengelola bantuan mekanisasi dengan membentuk dan mengembangkan UPJA. Berdasarkan analisis efisiensi bahwa kinerja program bantuan mekanisasi pertanian tidak efisien dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 85% (CRS) dan 94% (VRS), dengan pencapaian efisiensi skala optimal (optimal scale efficiency) sebesar 86%. Program bantuan mekanisasi tersebut masih dapat diefisienkan jika dilakukan pengurangan rata-rata input sebesar 15% (CRS) dan 6.0% (VRS). Dalam konteks efektivitas program, keberadaan bantuan mekanisasi pertanian hanya mampu menurunkan biaya tenaga kerja pada usahatani padi (3-10%), dan usahatani kedelai (22,5%). Sementara, pada usahatani jagung biaya tenaga kerja meningkat akibat semakin intensif pengelolaan usahatani jagung setelah adanya program bantuan mekanisasi. Demikian halnya dengan peningkatan produktivitas kecuali komoditas kedelai mengalami peningatan produktivitas setelah adanya program bantuan mekanisasi pertanian.

Agar program bantuan mekanisasi tersebut dapat berjalan sesuai harapan, maka perlu adanya reorientasi program bantuan mekanisasi pertanian dengan langkah-langkah sebagai berikut; (1) Percepatan penambahan dan kepemilikan alat dan mesin pertanian (alsintan) sesuai dengan kebutuhan spesifik lokasi dengan didukung pengembangan SDM di bidang mekanisasi yang memadai baik di pusat maupun di daerah; dan (2) Perlu dikaji ulang program bantuan mekanisasi pertanian termasuk tata cara dan kriteria seleksinya. Seleksi bantuan alsintan hendaknya dikaitkan dengan pengenalan alsintan baru dan model percontohan pengembangan yang disertai pelatihan dan pendampingan pengembangan kelembagaannya. Pelatihan hendaknya dilakukan secara lebih terjadwal, terstruktur, dan memiliki pola kurikulum standar. Jenis pelatihan terbagi menjadi (a) pelatihan untuk perencana tingkat provinsi/kabupaten, (b) pelatihan untuk Penyuluh, (e) pelatihan untuk para operator, (d) pelatihan untuk para mekanik. Penyempurnaan pengembangan UPJA diantaranya dilakukan melalui : (1) peningkatan SDM pelaku dan pendukung pengembangan UPJA yang dilakukan melalui pelatihan dan pembinaan berjenjang dan berkesinambungan; (2) penyempurnaan manajemen UPJA dengan memperbaiki tata kelola UPJA; dan (3) Pengembangan pola UPJA mandiri melalui pemberdayaan serta peningkatan partisipasi dan kemandirian masyarakat berdasarkan kondisi wilayah dan kebutuhan setempat. Pengembangan program bantuan mekanisasi pertanian hendaknya berpedoman pada prinsip keberlanjutan pengembangan (sustainable development) melalui pengembangan mekanisasi yang progresif. Badan Litbang Pertanian (BBP Mekanisasi Pertanian) perlu mengambil peran yang lebih banyak dalam pengembangan dan implementasi bantuan alsintan serta UPJA terutama dalam membantu Ditjen PSP dan Tanaman Pangan dalam menetapkan metode seleksi alsintan dan CPCL serta memberikan rekomendasi melalui kajian teknis, manajemen, ekonomi, dan sosial kelembagaan dengan fokus pada peningkatan efektivitas dan efisiensi pengembangan mekanisasi melalui bantuan alsintan.

Page 48: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 35

5.6. Pengkajian Pola Pembibitan Ternak Mendukung Implementasi Legislasi Pengembangan Wilayah Sumber Bibit Sapi Potong

Kendala peningkatan populasi sapi adalah keterbatasan bibit sapi. Pemotongan sapi betina produktif setiap tahun mencapai 10% dari jumlah pemotongan tiap tahun atau sekitar 220 ribu ekor. Salah satu cara mengatasi kekurangan bibit adalah melakukan impor sapi indukan dan sapi bibit. Akan tetapi UU 41/2014, tentang perubahan atas UU 18/2009, tentang PKH, Pasal 13: penyediaan dan pengembangan Benih dan/atau Bibit dilakukan dengan mengutamakan produksi dalam negeri. Berdasarkan hal itu, kebijakan pengembangan wilayah sumber bibit sapi potong merupakan langkah strategis.

Pengendalian pemotongan sapi betina produktif ditindaklanjuti oleh adanya Perda dan Pergub dengan tujuan untuk memperkuat ketersediaan bibit ternak yang berkualitas secara mandiri, berkelanjutan dan pengembangan sumber daya lokal. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk menata sistem perbibitan sapi nasional dengan menerbitkan berbagai legislasi direspon oleh berbagai pihak antara lain: berkembangnya KTT pembibitan sapi, dibentuknya asosiasi peternak sapi bibit, adanya Program Sentra Peternakan Rakyat (SPR) yang berbasis usaha pembibitan, berkembangnya jabatan fungsional di bidang peternakan, penggunaan kartu ternak diusulkan untuk ditetapkan melalui Perda, sistem recording, SNI Sapi Bibit, SKLB, Sertifikasi, EBV, LSPro, kegiatan Stasiun Uji Performan (SUP), penetapan harga bibit sapi berdasarkan SK Gubernur, serta pencabutan moratorium pengeluaran bibit sapi dari Bali. Implementasi legislasi di tingkat operasional lapangan masih mengalami beberapa masalah dan kendala, sehingga tidak sesuai dengan harapan atau menghambat perkembangan. Masalah dan kendala tersebut terkait konsistensi penerapan aturan dan harmonisasi antara aturan terkait. Beberapa kasus yang ditemui adalah: (1) terhambatnya pengembangan daerah konservasi sapi, (2) kegiatan sertifikasi di kelompok tani ternak belum memiliki basis recording yang baik, (3) belum harmonisnya program uji performan yang dilakukan pemerintah dengan budaya peternak menjual sapi, (4) belum harmonisnya tugas memproduksi dan memasarkan semen beku yang diproduksi oleh BBIB/BIB dan BIBD, (5) belum konsisten proses pembentukan Wilayah Sumber Bibit dengan pedoman yang ada, dan belum efektifnya KTT dalam Pengadaan Bibit terkait harus melalui proses tender dan syarat kualitas bibit yang diadakan.

Pada kajian ini ada tiga pola pembibitan sapi, yaitu pola Kelompok Tani Ternak (KTT), Pola Perusahaan dan Pola Pemerintah. Pola kelompok dibedakan menjadi pola intensif dan pola semi intensif mengarah ke pola ekstensif. Pola pemerintah terdiri dari UPT pusat dan UPT daerah. Pada pola intensif sapi dipelihara di dalam kandang komunal dan/atau kandang pribadi, sedangkan pada pola semi intensif sapi dikandangkan di kandang kawasan di perbatasan pemukiman dengan padang penggembalaan dan di perkebunan kelapa sawit. Pola semi intensif terdiri dari yang berbasis padang penggembalaan dan berbasis

Page 49: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

36 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

kebun sawit. Pada pola KTT semi intensif, usaha pembibitan masih cenderung merupakan usaha pembiakan. Sapi yang dihasilkan belum dilakukan pencatatan dalam rangka menerapkan SNI. Pada KTT intensif karena sapi dikandangkan dan pada waktu tertentu dilakukan exercise, melalui pembinaan dari dinas yang membidangi peternakan dapat menerapkan pencatatan untuk mencapai SNI dan sertifikasi. Pada pola perusahaan, masih dijumpai masalah. Pakan konsentrat yang digunakan masih tinggi, yaitu Rp2.850/kg. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan untuk sapi indukan secara umum 1,5 – 2 kg/ekor/hari. Untuk pakan hijauan jumlahnya sekitar 10% dari berat badan sapi yaitu sekitar 300 kg BH sebagian besar merupakan jerami padi dan hanya sebagian kecil hijauan segar. Perkawinan sapi menggunakan teknik inseminasi buatan dengan nilai S/C rata-rata 2 atau sapi menjadi bunting setelah dua kali di inseminasi. Jarak beranak masih sangat panjang yaitu rata-rata 15,5 bulan. Kinerja perusahaan setahun terakhir masih belum memuaskan dengan angka kelahiran 43,48% dan 8,18% dari yang lahir mati, sehingga lahir hidup 39,92%. Kondisi demikian masih belum menguntungkan untuk usaha pembibitan.

Usaha pembibitan Pola Pemerintah, sesuai tugasnya tidak bermotif profit, tetapi lebih kearah menghasilkan bibit sapi berkualitas dan menjaga kemurnian sapi lokal. Produk yang dihasilkan institusi ini telah memenuhi standar SNI dan telah melakukan sertifikasit. Bahkan pada BPTU-HPT Denpasar, penentuan nilai EBV (estimate breeding value), namun volume yang dihasilkan masih belum memadai dan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan karakteristik masing-masing pola dapat dibuat keterkaitan pemanfaatan produk yang dihasilkan untuk mengoptimalkan sistem pembibitan sapi nasional. Produk berupa pedet berkualitas yang dihasilkan selama ini dijual dengan alasan kebutuhan ekonomi rumah tangga dan biaya produksi membesarkan pedet mahal, sebaiknya dijaring oleh suatu institusi pemerintah untuk kemudian dibesarkan sehingga menghasilkan calon induk dan calon pejantan guna memperkuat basis pembibitan sapi nasional. Dengan demikian kegiatan upaya yang dilakukan pemerintah selama ini tidak sia-sia.

Komponen jejaring kerja yang ditemui pada usaha pembibitan sapi potong ada tiga, yaitu: (a) lembaga sebagai pelaku produksi bibit ternak sapi potong, (b) lembaga yang berperan sebagai pengambil kebijakan, dan (c) lembaga yang berperan sebagai pendukung. Lembaga yang berperan sebagai pelaku produksi adalah: (a) Kelompok Tani Ternak (KTT), (b) Perusahaan pembibitan sapi, (c) Unit Pelayanan Teknis Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak, dan (d) Unit Pelayanan Teknis Daerah Pembibitan Sapi. Lembaga yang berperan sebagai pengambil kebijakan Usaha pembibitan sapi potong adalah: (a) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (b) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dan (c) Dinas yang membidangi fungsi peternakan di kabupaten. Lembaga yang berperan sebagai pendukung adalah: (a) Balai Inseminasi Buatan Nasional dan Daerah (BBIB, BIB dan BIBD), (b) BBP2TP/BPTP, (c) Perguruan Tinggi, dan (d) Komisi Bibit Ternak. Pada KTT intensif, jika memperhitungkan biaya tenaga kerja dalam keluarga, masih banyak usaha pembibitan sapi belum

Page 50: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 37

menguntungkan, akan tetapi bagi KTT yang sudah memperhatikan aspek ekonomi, usaha budidaya ternak sapi potong dapat memberikan keuntungan. Pada pola semi intensif dan cenderung ekstensif, dimana ternak dilepas di lahan padang penggembalaan dinilai sangat efisien dan usaha pembiakan/pembibitan memberikan keuntungan.

Implikasi kebijakannya adalah melakukan tinjau ulang terhadap adanya inkonsistensi dan disharmoni implementasi legislasi di lapangan, kemudian diambil langkah-langkah untuk mengoptimalkan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini, antara lain: a) sapi bibit/calon bibit yang dihasilkan KTT yang selama ini dijual untuk penggunaan non bibit dibeli oleh lembaga yang berperan membesarkan dengan dukungan dana pemerintah melalui suatu deregulasi yang melibatkan Kementerian Keuangan, b) kelebihan produksi semen beku BBIB/BIB untuk wilayah kerja dengan memperhatikan kapasitas produksi BIBD diarahkan untuk ekspor, c) mengefektifkan harga bibit sapi sesuai kelas: SKLB, sertifikat, dan EBV pada tahap awal melalui perdagangan bibit sapi program pemerintah dan perusahaan swasta, d) untuk menjaring bibit sapi berkualitas baik oleh pemerintah, proses pengadaan tidak harus melalui tender umum dengan kriteria penawaran termurah saja, tetapi juga kriteria kualitas sapi baik kuantitatif maupun kualitatif dengan melibatkan selektor yang ditunjuk, dan e) meningkatkan konsistensi dalam mengembangkan wilayah sumber bibit, sehingga memberikan hasil nyata.

Perlu membangun sinergitas kerja berbagai pola pembibitan sapi yang ada: KTT intensif, KTT semi intensif, KTT penggemukan, Perusahaan, Sapi BPTU-HPT/UPTD Pembibitan dalam satu kawasan regional sesuai dengan peran untuk mendapatkan bibit sesuai standar dalam satu kawasan dimana BPTU-HPT/UPTD daerah selain berperan sebagai produsen bibit sapi juga sebagai pembina pada KTT dan perusahaan. Untuk itu jumlah dan/atau kualitas BPTU-HPT/UPTD Pembibitan dapat ditingkatkan. Angka kelahiran sapi di tingkat KTT yang masih rendah perlu diperbaiki dengan meningkatkan pelayanan perkawinan sapi. Hanya saja, harus diperhatikan untuk kawasan pemeliharaan semi intensif, perkawinan menggunakan sapi pejantan (INKA-intensifikasi kawin alam) lebih dianjurkan dibandingkan menggunakan inseminasi buatan, serta ras semen yang digunakan. Untuk meningkatkan pertumbuhan KTT pembibitan dan pembiakan sapi masih diperlukan akses dana kredit program untuk meningkatkan skala usaha sehingga efisiensi usaha meningkat serta didukung ketersediaan bibit dasar dan bibit sebar dan pengendalian impor ternak dan daging sapi.

5.7. Analisis Kinerja dan Potensi Sistem Resi Gudang untuk Sumber Pembiayaan, Stabilisasi Harga, dan Peningkatan Pendapatan Petani Jagung dan Kedelai

Terjadinya ketidakstabilan harga khususnya gabah, jagung, dan kedelai sebagai komoditas pangan utama, maka pemerintah telah mengeluarkan

Page 51: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

38 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

kebijakan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap gabah dan jagung serta Harga Beli Petani (HBP) untuk kedelai. Tujuannya adalah dalam rangka melindungi petani dari anjloknya harga pada saat panen raya, di mana Bulog ditunjuk sebagai lembaga yang diberi wewenang untuk melaksanakan kebijakan stabilisasi harga tersebut. Konsekuensinya, petani akan memperoleh harga gabah, jagung, dan kedelai minimal sebesar yang ditetapkan dalam kebijakan tersebut. Jika harga gabah, jagung, dan kedelai di pasaran berada di bawah HPP/HBP, maka Bulog berkewajiban membeli dengan harga HPP/HBP. Sebaliknya, jika harga di pasaran lebih tinggi dari HPP/HBP, maka petani bebas menjual kepada calon pembeli selain Bulog. Selain memberikan peran dalam stabilisasi harga kepada Bulog, sejak tahun 2006, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan Sistem Resi Gudang (SRG) yang didasarkan pada Undang-Undang (UU) Nomor 9 Tahun 2006 tentang SRG. Kebijakan tersebut pada intinya adalah untuk membantu petani dalam mengatasi persoalan pemasaran produk pada musim panen raya dan memperoleh akses kredit pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan lain.

Sampai saat ini, pemerintah masih kesulitan untuk mengetahui besarnya „stok‟ pangan nasional. Kesuksesan pemerintah dalam mendukung dan memfasilitasi penyebarluasan SRG akan menjadi kesuksesan dalam membangun cadangan (stok) pangan nasional dan sekaligus mengurangi beban anggaran pemerintah dalam melaksanakan program stabilisasi harga pangan dan mengendalikan inflasi. Keberadaan stok pangan masyarakat (beras dan jagung) akan membantu pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan stabilisasi harga pangan dan pengendalian inflasi. Apabila penyelenggaraan SRG juga diarahkan untuk pengadaan benih jagung dan kedele, maka ketersediaan benih kedua komoditas pangan ini diharapkan memenuhi 6 tepat, yakni tepat jenis, jumlah, kualitas, harga, tempat dan waktu, khususnya di wilayah sentra produksi kedua komoditas pangan tersebut. Keberadaan SRG benih jelas akan membantu suksesnya program peningkatan produksi pangan nasional yang digulirkan pemerintah. Dengan adanya SRG perbenihan akan terwujud „stok benih‟ sehingga informasi ketersediaan benih diketahui setiap saat secara lebih akurat.

Resi Gudang (RG) sebagai surat berharga dapat dialihkan atau diperjualbelikan oleh pemegang resi gudang kepada pihak ketiga sehingga tercipta suatu sistem perdagangan yang lebih efisien dengan dihilangkannya komponen biaya pemindahan barang. Hal tersebut menciptakan efisiensi logistik dan distribusi. Manfaat SRG lainnya adalah dapat berkontribusi (fiskal) melalui transaksi-transaksi Resi Gudang yang terjadi. Dengan adanya jasa resi gudang, petani punya pilihan untuk „menunda jual‟ yakni menjual hasil panen pada saat yang tepat, untuk memperoleh harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga pasar yang berlaku saat panen atau harga taksiran saat mulai menyimpan di gudang.

Page 52: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 39

Secara konsepsi, SRG dapat diimplementasikan di lapangan dan berpotensi memberikan keuntungan pada semua pelaku SRG, khususnya petani sebagai sasaran akhir. Namun pelaksanaan SRG berjalan relatif lambat, dilihat dari perkembangan jumlah dan nilai resi gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang selama periode 2008-2015. Berbagai kendala dan permasalahan dalam penyelenggaraan SRG di setiap lokasi pelaksanaan menjadi bagian dari lambatnya perkembangan pelaksanaan SRG secara nasional. Peran serta dan dukungan kebijakan dari Pemerintah Daerah terhadap permasalahan dan kendala dalam penyelenggaraan SRG masih sangat terbatas pada tataran koordinasi dan belum operasional.

Implikasi kebijakannya lebih mengoperasionalkan konsep dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tatakelola penyelenggaraan SRG dan implementasinya dapat bersinergi dengan kepentingan para pengelola SRG di masing-masing lokasi gudang SRG, serta pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten), diperlukan tingkat pemahaman yang sama untuk menjadi acuan kebijakan operasional yang akan digunakan dalam pelaksanaan SRG. Penyusunan kebijakan turunan dari konsep dan perundang-undangan menjadi ketentuan di daerah dan pengelola, juga dapat mempertimbangkan sekaligus mengakomodasi potensi, kondisi dan kemampuan para petani yang menjadi sasaran pelaksanaan dan sebagai pengguna SRG, supaya penyelenggaraan SRG bisa berjalan dan dapat dimanfaatkan oleh sasaran, sebagaimana konsep dasar dan peraturan perundang-undangan tentang SRG.

Sampai saat ini komoditas kedelai belum terdaftar menjadi komoditas yang dikelola melalui mekanisme SRG, walaupun beberapa daerah sentra produksi yang mengalami surplus produksi menyampaikan usulan agar komoditas kedelai dapat diusulkan dalam SRG. Kebijakan dan inisiasi penyelenggaraan SRG kedelai memungkinkan dapat dilaksanakan untuk SRG perbenihan kedelai, dengan melihat disparitas dan fluktuasi harga kedelai di sentra produksi (lokasi penelitian) atau secara nasional. Namun yang paling utama adalah dalam kaitan ketersediaan teknologi penyimpanan benih yang bisa mempertahankan mutu dan kualitas selama umur simpan di SRG, untuk pemenuhan kebutuhan benih bermutu, tersertifikasi dan pendistribusiannya kepada pengguna. Ketersediaan benih kedelai bermutu yang memenuhi prinsip enam tepat, sangat diperlukan untuk mendukung program pembangunan pertanian, seperti peningkatan produksi kedelai melalui kegiatan intensifikasi, perluasan areal tanam, upsus pajale serta program nasional dan daerah yang lainnya. Selain masih perlu kajian dan perumusan lebih lanjut dalam keterkaitan dengan kebijakan pembangunan pertanian, inisiasi penyelenggaraan SRG komoditas kedelai khususnya pengelolaan kedelai untuk benih (perbenihan kedelai) secara bertahap dapat dilakukan melalui pilot project SRG di sentra produksi kedelai baik yang sudah ada penyelenggaraan SRG untuk pengelolaan komoditas padi, beras maupun jagung, ataupun dalam proses kegiatan rintisan SRG perbenihan kedelai, dan selanjutnya dapat dijadikan model SRG

Page 53: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

40 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

perbenihan kedelai yang disinergikan mendukung program-program pembangunan pertanian secara nasional.

5.8. Kajian Sistem dan Kebijakan Standardisasi dan Sertifikasi Mutu Komoditas Pertanian Strategis

Indonesia harus secepatnya menerapkan standar nasional produk yang telah dilakukan dan sekaligus menerapkan harmonisasi standar dengan negara lain. Indonesia kini telah membangun sistem standardisasi dan terus mengembangkannya, yaitu IndoGAP. Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah lembaga pemerintah non kementerian dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian produk pertanian di Indonesia. Untuk menyelenggarakan kegiatan akreditasi dan sertifikasi di Indonesia, BSN dibantu oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Permintaan global menuntut jaminan produk berkualitas dan diproduksi dan ditangani dengan cara yang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Dalam kaitan itu, negara-negara ASEAN telah sepakat untuk mengembangkan ASEAN GAP (Good Agricultural Practices). GAP atau Praktek Pertanian yang Baik akan membawa

beberapa manfaat untuk kesejahteraan petani serta manfaat untuk pedagang dan konsumen. Pada dasarnya, GAP berkaitan dengan 4 aspek, yaitu keamanan pangan; kualitas produk; perlindungan lingkungan; kesehatan pekerja dan kesejahteraan. Langkah operasional penerapan ASEAN GAP meliputi 4 tahapan, yaitu: (a) Pelaksanaan program GAP nasional di masing-masing negara; (b) Pengembangan sistem sertifikasi ASEAN GAP; (c) Memperkuat keterkaitan GAP nasional dengan ASEAN GAP; dan (d) Membangun kesadaran penerapan ASEAN GAP untuk sektor swasta, organisasi masyarakat sipil (OMS) dan organisasi non-pemerintah (LSM). Jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan faktor penentu daya saing produk pertanian, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Untuk menghasilkan produk yang berdaya saing, produk yang dihasilkan harus bermutu yang dituangkan dalam bentuk sertifikasi produk yang diakui. Sertifikasi yang diberikan sebagai bentuk akhir dari penilaian produk merupakan bagian dari sistem manajemen mutu.

Pada Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional disebutkan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. Standardisasi Nasional bertujuan untuk (a) meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, (b) membantu kelancaran perdagangan, dan (c) mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Penerapan SNI di bidang pertanian ada yang bersifat sukarela ada juga yang bersifat wajib. SNI yang bersifat sukarela

Page 54: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 41

mencakup beberapa aspek yang ketentuannya ditetapkan oleh BSN. Sementara itu SNI yang bersifat wajib berkaitan dengan aspek kepentingan keamanan, keselamatan, kesehatan masyarakat, atau kelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis.

Pada sub sektor tanaman pangan, SNI telah ditetapkan meliputi SNI benih padi hibrida, gabah, beras, kedelai, jagung, sagu tumbuk, sorgum, ubi jalar dan singkong. SNI produk olahan tanaman pangan telah pula banyak ditetapkan meliputi SNI bekatul, dodol, beras ketan, wajik, tepung ketan, tepung beras, bihun instan, minuman beras kencur, anggur beras ketan. Pada sub sektor hortikultura, SNI telah diterapkan kepada produk segar cabai merah, bawang merah, bawang putih, jamur, asparagus, kunyit, mentimun, wortel, jahe putih, kubis, petsai kentang, tomat, bawang daun, dan lobak. Pada komoditas buah, SNI buah segar dan produk olahan juga telah ditetapkan. Pada buah-buahan segar, SNI diterapkan pada buah salak, jambu air, jambu biji, jeruk, alpokat, buah naga, manggis, markisa, pisang, sawo, duku, durian, nenas, pepaya, lengkeng, blimbing, semangka, rukem, mangga, dan rambutan. Pada sub sektor perkebunan, SNI telah diterapkan pada produk segar untuk kakao, kopi, tebu, kelapa sawit, kelapa, dan karet. Penerapan GAP di Indonesia didukung dengan telah terbitnya Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.160/11/2006, tanggal 28 November 2006 untuk komoditas buah, sedangkan untuk komoditas sayuran masih dalam proses penerbitan menjadi Permentan. Dengan demikian penerapan GAP oleh pelaku usaha mendapat dukungan legal dari pemerintah pusat maupun daerah. Sistem pembinaan dan registrasi penerapan mutu pada komoditas tanaman pangan dilakukan melalui registrasi Produk Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) dan pembinaan pertanian organik pada beras.

Implikasi kebijakannya adalah menerapkan standardisasi dan sertifikasi yang dimaksudkan sebagai acuan dalam mengukur mutu produk dan/atau jasa di dalam perdagangan bertujuan untuk memberikan perlindungan pada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar mutu budidaya dan produk pertanian lainnya harus mampu mengangkat produk khas Indonesia menempati posisi strategis di pasar global. Untuk itu, para pelaku di lapangan harus mendapatkan fasilitas peningkatan mutu, termasuk pelatihan teknis dan peningkatan kualitas SDM lainnya. Instansi atau lembaga terkait diharapkan dapat memfasilitasi capacity building untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian, seperti unit-unit kerja di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan partisipasi lembaga swasta atas inisiatif unit kerja di bawah Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

Penerapan sistem sertifikasi mutu produk pertanian dilakukan pada berbagai tingkatan dan berbeda untuk setiap sub sektor, mulai dari registrasi kebun, registrasi PSAT, sertifikasi produk GAP dalam bentuk Prima dan sertifikasi produk organik. Hal ini juga dimaksudkan agar dapat memenuhi

Page 55: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

42 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

standar internasional sehingga mampu membuka persaingan yang lebih sehat di dunia perdagangan internasional. Untuk itu, pemerintah yang diwakili oleh unit kerja di bawah lembaga eselon satu (Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Prasarana dan Sarana Pertanian) Kementerian Pertanian membutuhkan usaha yang terus-menerus meningkatkan kualitas produk sejalan dengan trend internasional. Strategi pengembangan standardisasi dan sertifikasi kakao, manggis, dan bawang merah, antara lain membutuhkan:(a) Dukungan dan fasilitasi pengembangan sentra produksi; (b) Penyediaan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pasca panen; serta (c) Penguatan kelembagaan dengan membangun kemitraan diantara pemangku kepentingan. Rancangan strategis pengelolaan komoditas kakao, manggis, dan bawang merah perlu segera disusun dengan mempertimbangkan penerapan GAP, fasilitasi sarana pasca panen, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan diantara pelaku usaha di lapangan. Inisiatif kemitraaan dengan pihak ketiga perlu dijembatani oleh dinas/instansi terkait di daerah untuk membangun kerjasama kegiatan ekonomi yang saling menguntungkan.

5.9. Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia

Untuk menghadapi liberalisasi perdagangan, Indonesia harus mempercepat peningkatan daya saing pertanian baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, harus disadari bahwa permintaan konsumen terhadap suatu produk semakin kompleks yang menuntut berbagai atribut atau produk yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception), sedangkan dari sisi penawaran, produsen dituntut untuk dapat bersaing berkaitan dengan kemampuan merespon atribut produk yang diinginkan oleh konsumen secara efisien.

Mengacu pada pilar pertama (Karakateristik dan Daya Dukung Wilayah), terlihat bahwa persepsi dimensi utama adalah Dimensi Anugerah Keunikan Wilayah dan aspek utamanya dari masing-masing dimensi adalah Aspek Demografi, Aspek Keuangan dan Moneter, dan Aspek Infrastruktur Sosial, selain itu indikator utamanya adalah Jumlah Penduduk, Elevasi Wilayah, Kapasitas Pelabuhan Udara, Tingkat Inflasi, Pangsa Sektor Tersier Terhadap PDRB, Nilai Potensi Tabungan Masyarakat, Pangsa Impor Terhadap PDRB, Kapasitas Pelayanan Pos dan Jasa Pengiriman, Kapasitas Layanan Pendidikan Menengah Atas dan Tinggi, Kapasitas Layanan Telepon, Kapasitas Layanan Pasar Modern, dan Kapasitas Layanan Lembaga Koperasi.

Selain itu untuk rincian pada pilar kedua (Kapasitas Usaha Pertanian/Agribisnis), terlihat bahwa persepsi dimensi utama adalah pada Dimensi Kapasitas Struktur dan Persaingan Usaha dan aspek utamanya dari masing-masing dimensi adalah Aspek Kapasitas Sumberdaya Lahan, Kapasitas Penggunaan Input, Aspek Permintaan Untuk Industri dan Ekspor, Aspek Struktur Pengusahaan, dan Kapasitas Industri Pupuk, Pestisida, Pakan dan Alsin Pertanian, selain itu indikator utamanya adalah Pangsa Luas Lahan

Page 56: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 43

Kering Non Perkebunan, Ketersediaan Angkatan Kerja Pertanian, Kapasitas RPU dan RPH, Kapasitas Teknisi Pertanian, Tingkat Ketersediaan Alsin Olah Tanah, Kapasitas Penggunaan Pestisida, Pangsa Pangan Olahan di Bagi Total Konsumsi Pangan, Pangsa Perdagangan Hotel dan Restoran Terhadap PDRB, Rata-rata Penguasaan Ternak, Pangsa Produksi Usaha Swasta Asing, Sengketa/Konflik Penguasaan Lahan Pertanian, Kapasitas Produksi Bibit Ruminansia, Kapasitas Industri Pestisida di Daerah, Kapasitas Industri Pengolahan Peternakan, dan Nilai Investasi PMA dan PMDN Pertanian.

Pilar ketiga yang terkait dengan tata kelola pemerintahan memiliki arah persepsi pada dimensi utama Dimensi Fiskal dengan aspek utama dari dimensi dalam pilar tersebut adalah Aspek Kebijakan Fiskal, dan Aspek Kelembagaan, sedangkan indikator utamanya dalam pilar tersebut adalah Dana Transfer, Subsidi Input Pertanian (Pupuk dan Benih), Jumlah SKPD, dan Tingkat Tindak Pidana dan Kriminalitas. Pilar keempat (Kinerja Pertanian Daerah) yang memiliki skor terendah memiliki arah persepsi pada dimensi utama adalah Dimensi Output dengan aspek utama dari dimensi pilar tersebut adalah Aspek Pertumbuhan, dan Aspek Pendapatan, sedangkan indikator utamanya dalam pilar tersebut adalah Pangsa Penduduk Miskin Pertanian, Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja Pertanian, Laju Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Pertanian, dan Laju Indek Keparahan Kemiskinan.

Implikasi kebijakanya adalah diperlukan bauran kebijakan yang mampu meningkatkan kapasitas permintaan baik dari sisi konsumen maupun dari sisi permintaan produk pertaniannya sendiri. Bauran kebijakan dimaksud juga perlu diarahkan untuk meningkatkan baik ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan kesinambungan dari sisi produk pertanian. Salah satu kebijakan strategis dalam meningkatkan kapasitas permintaan adalah upaya percepatan peningkatan pendapatan baik petani dan keluarganya maupun pendapatan konsumen secara umum. Upaya percepatan peningkatan pendapatan petani dan keluarganya termasuk misalnya kebijakan subsidi input sarana produksi pertanian, kebijakan harga pembelian pemerintah, asuransi pertanian, dan pengembangan pasar produk tani. Kebijakan lainnya dalam meningkatkan kapasitas permintaan dan konsumsi pangan antara lain kebijakan diversifikasi pangan dan promosi pangan olahan sehat terjangkau berkualitas. Diversifikasi pangan disamping peningkatan jenis pangan yang dikonsumsi tetapi juga diversifikasi nutrisi di luar karbohidrat yaitu baik protein dan mineral. Diversifikasi pangan baik dari aspek jenis dan sumber nutrisi akan meningkatkan pangsa pangan olahan masyarakat.

Kebijakan seperti implementasi Undang-Undang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan perlu ditingkatkan efektifitas penerapannya dan percepatan penyiapan perangkat peraturan pendukung selanjutnya. Bersamaan dengan itu kebijakan reforma agraria juga perlu untuk redistribusi lahan bagi petani tanpa lahan dan petani yang berlahan sangat sempit. Disamping juga dapat menjadi dasar bagi penyelesaian konflik terkait lahan pertanian. Kredit dan pembiayaan usahatani bagi petani juga mendesak ditingkatkan untuk

Page 57: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

44 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

meningkatkan daya saing suatu wilayah, yang umumnya sampai saat ini masih relatif kurang mendukung. Tanpa keberpihakan yang efektif, kredit dan pembiayaan akan sulit mengucur ke sektor pertanian dan kegiatan usaha terkait pertanian di luar kelapa sawit. Kebijakan kredit KKP-E, subsidi bunga, asuransi kredit, KUR Pertanian, penjaminan kredit masih perlu diperluas dan diperbesar plafon serta efektifitas penyerapannya. Daya saing memang terkait langsung dan ditentukan oleh efisiensi dan efisiensi didorong oleh intensifikasi. Untuk itu diperlukan kebijakan inovasi yang efektif dan berkelanjutan yang mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, intensifikasi dan bersahabat dengan perubahan iklim (climate change smart innovation policies). Sistem inovasi pertanian perlu didorong agar sistem usahatani dan agribisnis mampu dilaksanakan secara intensif baik dari sisi tenaga kerja trampil (skilled-labour intensive), intensif menggunakan teknologi (technology intensive), dan adaptif terhadap perubahan

iklim.

Inovasi bibit unggul, produktivitas tinggi, tahan kekeringan, yang dikombinasikan dengan inovasi pemupukan berimbang spesifik agroklimat dan permintaan konsumen masih perlu diperluas untuk mengantisipasi keterbatasan baik pemilikan dan atau pengusahaan lahan petani. Sehingga dengan luasan lahan tertentu, produktivitas dan produksi petani dapat ditingkatkan dan tingkat keuntungan usahataninya juga dapat lebih besar dan lebih terjamin. Kebijakan terkait pengembangan kelembagaan pertanian juga strategis dan mendesak untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan daya saing pertanian di suatu wilayah kabupaten. Daya saing pertanian membutuhkan tidak saja para petani yang unggul tetapi juga didukung oleh para penyuluh yang unggul serta para teknisi baik formal dan non formal yang terampil dalam sistem kelembagaan yang unggul.

5.10. Panel Petani Nasional (Patanas): Dinamika Indikator Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Pada Agroekosistem Lahan Sawah

Pembangunan pertanian menghadapi permasalahan yang semakin kompleks, diantaranya terjadinya konversi lahan yang mencapai 100-110 ribu ha per tahun, infrastruktur irigasi dalam keadaan rusak hingga mencapai 3,3 juta ha (49,90%), rendahnya adopsi teknologi usahatani padi dan stagnannya

produktivitas, tingkat kehilangan hasil panen dan pascapanen cukup tinggi (10,82%), perubahan iklim ekstrim, akses petani terhadap sumber pembiayaan terbatas, tingkat kemiskinan di perdesaan yang tetap tinggi, serta kelembagaan petani dan agribisnis belum berfungsi optimal. Serangkaian program pembangunan pertanian telah dilaksanakan untuk mencapai target tersebut, diantaranya adalah Program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), Gerakan Penerapan-Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), Optimalisasi Lahan (OPLA), Perluasan Areal Tanam (PAT), Bantuan Alat dan Mesin Pertanian, Sistem Rice

Intensification (SRI), serta Pengawalan dan Pendampingan Peyuluhan.

Page 58: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 45

Potensi sumberdaya utama di 14 desa contoh Patanas adalah dominan berupa lahan sawah dengan komoditas utama padi dan sebagian palawija, dengan pola tanam dominan padi-padi-bera dan padi-padi-palawija. Kondisi sarana jalan desa umumnya berupa jalan aspal/beton, jalan kerikil, dan jalan tanah, namun sebagian jalan aspal mengalami rusak. Prasarana utama adalah sepeda motor milik pribadi, ojek sepeda motor, mobil pribadi, dan angkutan umum. Sarana dan prasarana pertanian yang utama adalah infrastruktur irigasi, jalan usahatani, kios saprodi, serta keberadaan PPL dan kelompok tani. Sebagian besar infrastruktur irigasi tersier dan jalan usahatani mengalami rusak dan sebagian telah diperbaiki melalui Program RJIT, JITUT dan JIDES. Jumlah kios saprodi 2-5 unit yang menjual benih, pupuk dan obat-obatan. Namun tidak semua kebutuhan saprodi mampu dipenuhi di dalam desa, sebagian petani membeli ke luar desa, kota kecamatan dan kota kabupaten. Jumlah dan kualitas PPL kurang memadai dengan kelompok tani aktif dan kurang aktif. Sumber mata pencaharian utama rumah tangga di 14 desa contoh Patanas berdasarkan data monografi desa secara berturut-turut adalah bertani, usaha jasa dan industri. Pangsa rumah tangga yang pekerjaan utamanya bertani berkisar antara 39,02-80,00 persen.

Struktur pemilikan dan penguasaan lahan sawah rumah tangga petani baik di desa contoh Patanas Jawa maupun Luar Jawa menunjukkan luas penguasaan yang kecil dan makin mengecil. Mengecilnya luas pemilikan dan penguasaan lahan di desa Patanas Jawa dan Luar Jawa terutama disebabkan fragmentasi lahan akibat pola pewarisan dan akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian. Ketimpangan distribusi penguasaan lahan sawah milik baik di desa contoh Jawa maupun Luar Jawa lebih tinggi dibandingkan ketimpangan distribusi penguasaan lahan garapan, karena adanya mekanisme transfer penguasaan lahan garapan yang bersifat sementara melalui sistem bagi hasil, sewa dan gadai. Sistem bagi hasil dijumpai di desa contoh Jawa maupun Luar Jawa, sistem sewa lebih banyak berkembang di desa contoh Jawa dibandingkan desa contoh Luar Jawa, dan sebaliknya untuk sistem gadai.

Secara empiris struktur tenaga kerja di perdesaan Patanas didominasi usia produktif, namun kualitas tenaga kerja relatif rendah, sehingga perlu dilakukan peningkatan kapasitas tenaga kerja di perdesaan agar angkatan kerja di perdesaan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan teknis, dan kapabilitas manajerialnya, sehingga dapat mengakses pasar tenaga kerja.Tingkat penerapan teknologi budidaya dan pencapaian produktivitas usahatani padi sudah tergolong tinggi, rataan produktivitas padi di perdesaan Patanas Jawa lebih tinggi dibandingkan di Luar Jawa. Teknologi mekanisasi pertanian sudah berkembang baik di Jawa maupun Luar Jawa. Dari analisis kelayakan finansial usahatani padi di perdesaan Patanas menguntungkan dengan tingkat keuntungan yang moderat hingga tinggi. Dari analisis R/C ratio usahatani padi memberikan nilai R/C yang tergolong moderat hingga tinggi, hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pengembalian modal pada usahatani padi tergolong baik.

Page 59: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

46 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Struktur pendapatan rumah tangga masih didominasi sektor pertanian, pangsa pendapatan dari sektor pertanian di perdesaan Patanas Luar Jawa lebih tinggi jika dibandingkan di perdesaan Patanas Jawa. Struktur pendapatan pertanian pada agroekosistem sawah berbasis padi sangat didominasi dari usahatani padi, namun kontribusinya pada tahun 2016 menurun dibandingkan 2010. Pengganti pendapatan usahatani padi ini adalah usaha non pertanian dan buruh non pertanian.

Kelembagaan pertanian di perdesaan berjalan secara dinamis dan bersifat spesifik lokasi. Sistem sewa, bagi hasil dan gadai cenderung menurun baik di desa contoh Patanas Jawa maupun di Luar Jawa, karena pemilik lahan lebih memilih menggarap tanahnya sendiri. Sistem bagi hasil dijumpai baik di perdesaan Patanas Jawa maupun Luar Jawa. Sistem sewa banyak ditemukan di perdesaan Patanas Jawa, sedangkan sistem gadai lebih banyak ditemukan di perdesaan Patanas Luar Jawa. Petugas Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) memiliki peranan penting untuk mempercepat proses alih teknologi maju kepada petani, namun peranan tersebut belum berlangsung secara optimal akibat kurangnya jumlah dan kualitas PPL, serta kurang intensifnya interaksi antara PPL dan petani, sehingga petani lebih mengandalkan sumber informasi teknologi dari petani maju yang berpengalaman sebagai sumber informasi. Pemberdayaan petani berpengalaman yang diposisikan sebagai ”penyuluh swadaya” perlu dikembangkan.

Implikasi kebijakan terkait potensi sumberdaya adalah pentingnya pengembangan pola tanam dengan memasukkan komoditas palawija jagung dan kedelai pada MK II yang menjadi target swasembada pemerintah. Selain itu, dapat memasukkan komoditas hortikultura semusim yang tahan terhadap cekaman lingkungan dan berumur pendek, seperti timun, pare, kacang panjang, sawi, serta semangka dan waluh. Terkait kondisi sarana jalan desa yang rusak adalah pembangunan dan pemeliharaan jalan dengan dana alokasi desa yang dilakukan secara swakelola masyarakat desa sehingga mampu membangkitkan swadaya masyarakat. Perlu pengembangan moda transportasi angkutan umum yang nyaman dan aman sehingga masyarakat desa mau memanfaatkannya. Terkait sarana dan prasarana pertanian, perlu dilakukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan jalan usahatani melalui program JITUT dan JIDES, Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT), serta dana alokasi desa. Pengembangan kios sarana produksi yang mampu menyediakan sarana produksi yang memenuhi enam tepat. Terkait sumber mata pencaharian rumah tangga, perlu peningkatan kapasitas produksi pertanian, pencetakan lahan sawah, peningkatan intensifikasi padi, jagung dan kedelai; serta pengembangan usaha non pertanian terutama industri pengolahan hasil pertanian dan kegiatan buruh non pertanian, terutama sektor industri dan jasa.

Perluasan lahan pertanian ke depan adalah melalui pemanfaatan lahan sub optimal dan lahan bera pada MK-II. Untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian adalah dengan mendorong implementasi UU no 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di

Page 60: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 47

tingkat daerah. Introduksi benih varietas unggul baik inhibrida maupun benih hibrida, pemupukan secara lengkap dan berimbang, revitalisasi Penerapan-Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), mekanisasi pertanian terutama untuk kegiatan tanam (transplanter), pengolahan tanah (hand tractor), suplai air irigasi dengan pompanisasi, serta kegiatan penanganan pasca panen dengan power thresher dan combine harvester.

Peningkatan kualitas konsumsi pangan dapat dilakukan melalui diversifikasi pangan sehingga diharapkan mutu pangan sesuai dengan PPH. Pentingnya melakukan penyempurnaan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Penguatan Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis (LKM-A) pada agroekosisten lahan sawah berbasis komoditas padi perlu dilakukan baik pada aspek manajemen, pemupukan modal, serta adminstrasi dan manajemen keuangan. Kurangnya jumlah dan kualitas PPL dapat diatasi dengan pemberdayaan petani berpengalaman yang diposisikan sebagai ”Penyuluh Swadaya” dengan dukungan biaya operasional (BOP) pemerintah dan atau dana alokasi desa. Pentingya dikembangkan pola pemasaran hasil pertanian alternatif, pola yang dapat dikembangkan adalah pola Lumbung Desa/Pangan, Sistem Resi Gudang, Badan Usaha Milik Desa (BUMD), penjualan hasil melalui Toko Tani Indonesia (TTI) dan penjualan hasil melalui Rumah Pangan Kita (RPK).

5.11. Studi Kebijakan Sistem Pengelolaan Irigasi Mendukung Pencapaian dan Keberlanjutan Swasembada Pangan

Untuk mendukung pencapaian swasembada pangan yang berkelanjutan, Pemerintah telah memutuskan bahwa pada periode 2015–2019 dilakukan rehabilitasi dan pembangunan irigasi secara masif. Bersamaan dengan itu yang juga sangat penting adalah perbaikan sistem pengelolaan irigasi, baik pada sistem irigasi yang telah ada, hasil rehabilitasi, maupun konstruksi yang baru.

Sistem irigasi merupakan bagian integral sistem pengelolaan sumberdaya air.

Mencermati pasal-pasal dan ayat-ayat yang tercantum dalam UU No. 11 Tahun 1974 terdapat sejumlah simpul kritis yang perlu diakomodasikan dalam pengayaan substansi dan penyempurnaannya. Beberapa aspek yang sangat penting adalah sebagai berikut : Pertama, dari sudut pandang terminologi maka UU No. 11 Tahun 1974 perlu disesuaikan. Sebagai contoh, meskipun dalam Penjelasan pada UU No. 11 Tahun 1974 yang dimaksud dengan istilah “Pengairan” adalah sumberdaya air akan tetapi istilah tersebut pada saat ini akan dikonotasikan sebagai “irigasi”. Jika istilah tersebut tidak disesuaikan maka persepsi yang akan berkembang adalah bahwa yang selalu diprioritaskan adalah pemanfaatan sumberdaya air untuk irigasi, padahal dalam UU No. 11 Tahun 1974 maupun UU No. 7 Tahun 2004 peringkat pertama adalah untuk pemenuhan kebutuhan air minum dan rumah tangga sedangkan untuk irigasi ada pada peringkat ke 6.

Page 61: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

48 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Kedua, terkait dengan desentralisasi kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan irigasi dibagi menjadi 3: (1) Pemerintah Pusat, meliputi daerah irigasi dengan luasan di atas 3000 hektar dan daerah irigasi lintas provinsi; (2) Pemerintah Provinsi, meliputi daerah irigasi dengan luasan antara 1000 – 3000 hektar dan wilayah irigasi lintas kabupaten/kota; dan (3) Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi wilayah irigasi dengan luasan di bawah 1000 hektar. Mengacu pada Keputusan MK No. 85/PUU-XI/2013 maka dasar hukum pembagian kewenangan dan tanggung jawab tersebut menjadi tidak jelas. Secara empiris masalah yang kadang-kadang muncul adalah berkenaan dengan pengalokasian anggaran untuk operasi dan pemeliharaan irigasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

Ketiga, pendekatan sosiologis yang sangat kental pada penegakan kuasa negara dan akses petani terhadap air sebagaimana diamanatkan pada UU No. 11 Tahun 1974 mungkin akan memunculkan situasi yang sebenarnya dilematis jika dihadapkan pada tantangan yang harus dijawab di masa mendatang. Di satu sisi, dari sudut pandang keadilan maka UU No. 11 Tahun 1974 memang lebih kondusif untuk menjamin akses petani terhadap air maupun untuk mencegah ekses negatif liberalisasi pengusahaan air oleh swasta yang ternyata merugikan petani maupun masyarakat setempat yang terkait. Di sisi lain, mengingat bahwa status penguasaan sumberdaya air terkait dengan aspek historis pemanfaatannya maka seringkali terjadi kesalahan pemahaman. Sebagai contoh, status mata air yang secara tradisional telah dimanfaatkan oleh petani sebagai sumber irigasi cenderung diklaim sebagai milik komunitas yang bersangkutan, padahal menurut UU No. 1974 maupun UU No. 7 Tahun 2004 adalah dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kepentingan masyarakat. Perbedaan pemahaman ini mengakibatkan ketika terjadi konflik pemanfaatan sumberdaya air antar sektor menjadi sulit diketemukan solusinya. Terlebih-lebih dalam eforia reformasi dan situasi politik seperti saat ini maka jalan keluar atas masalah yang dihadapi menjadi makin sulit.

Keempat, perlunya penegasan dan penguatan ayat-ayat yang mampu mendorong peningkatan efisiensi dalam pemanfaatan air. Bersamaan dengan pembatalan UU No. 7 Tahun 2004, hilang pula pasal-pasal dan ayat-ayat yang berbasis pendekatan ekonomi yang sebenarnya kondusif untuk mendorong penerapan prinsip-prinsip efisiensi dalam pemanfaatan air dan atau pendayagunaan sumberdaya air. Relevansi dan urgensi peningkatan efisiensi pemanfaatan sumberdaya air bukan hanya merupakan jawaban atas kelangkaan tetapi kondusif untuk mendukung aspek keberlanjutan. Kelima, infrastruktur irigasi adalah aset negara dalam arti merupakan aset pemerintah maupun masyarakat dan karena itu harus dipelihara eksistensinya maupun fungsinya. Terkait dengan konteks ini maka diperlukan adanya kebijakan dan strategi implementasi yang efektif untuk lebih mewujudkan sinergi antara kebijakan di bidang pengelolaan irigasi dengan UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Alasannya, konversi lahan sawah ke penggunaan lain yang sampai saat ini sulit dikendalikan

Page 62: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 49

ternyata ikut berkontribusi pada rusaknya dan atau tidak optimalnya kinerja infrastruktur fisik irigasi, terutama pada areal layanan yang terkait.

Keenam, makin banyaknya dan meluasnya lahan kritis pada wilayah hulu DAS (catchment area) merupakan salah satu masalah yang makin dirasakan urgensinya untuk ditangani secara serius. Amplitudo debit maksimum – minimum pada sejumlah sungai utama di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi makin lebar dan di kala musim hujan menyebabkan daya rusak air meningkat, di kala musim kemarau air menjadi makin langka. Ketujuh, perubahan iklim adalah fakta. Parameter iklim berubah (temperatur, kelembaban, presipitasi) sehingga pola, besaran, dan sebaran spasialnya berubah dan makin sulit diprediksi.

Dari hasil analisis dari data/informasi yang diperoleh dari survey, studi pustaka, dan sintesis hasil FGD di Pusat maupun di daerah lokasi penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa simpul-simpul kritis kebijakan pengelolaan irigasi di Indonesia terletak pada aspek-aspek: keterpaduan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penegakan regulasi/peraturan perundang-undangan, ketebatasan data sumberdaya lahan dan air, pendekatan dan strategi pengembangan, pembiayaan investasi dan sistem operasi dan pemeliharaan irigasi, serta lemahnya edukasi dan sosialisasi tentang urgensi efisiensi dan keberlanjutan dalam pemanfaatan sumberdaya air.

Implikasinya, dalam rangka mendukung pencapaian swasembada pangan yang berkelanjutan, maka diperlukan perbaikan kebijakan sistem pengelolaan irigasi. Untuk itu pengayaan materi dan penyempurnaan UU No. 11 Tahun 1974 yang tengah dipersiapkan perlu mengakomodasikan kepentingan sektor pertanian utamanya berkenaan dengan minimalisasi degradasi sistem irigasi, peningkatan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, peningkatan apresiasi terhadap peran strategis sumberdaya air dan implikasinya, penguatan pembiayaan irigasi, dan implikasi desentralisasi sistem pemerintahan terhadap kinerja pengelolaan irigasi.

5.12. Kajian Peningkatan Kinerja Perdagangan Antarpulau dalam Mendukung Pengembangan Komoditas Pertanian

Perdagangan antarpulau atau yang lebih dikenal dengan perdagangan antar propinsi adalah perdagangan komoditas dari suatu wilayah/daerah ke wilayah/daerah lain, baik melalui jalan darat, laut, maupun udara. Perbedaan sumberdaya alam membentuk keunikan komoditas di masing-masing wilayah sehingga memicu terjadinya perdagangan antar wilayah. Selain itu, perdagangan antar wilayah terjadi karena keterkaitan antar wilayah, dimana satu wilayah tidak dapat menyediakan semua komoditas yang diperlukan untuk dikonsumsi masyarakat di wilayah tersebut. Perdagangan antarpulau diharapkan mampu menghilangkan disparitas harga antarapulau, walaupun masih terkendala oleh infrastruktur sehingga menyebabkan tingginya biaya

Page 63: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

50 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

logistik, seperti pada infrastruktur pelabuhan. Beberapa faktor yang menyebabkan naiknya biaya logistik antara lain adalah proses bongkar muat yang relatif lambat dan juga keterbatasan dermaga. Perdagangan antarpulau merupakan salah satu upaya untuk mendistribusi komoditas pertanian yang pada akhirnya akan mendukung peningkatan akses/keterjangkauan masyarakat terhadap komoditas pertanian terkait.

Volume perdagangan beras antarpulau dari Provinsi Sulawesi Selatan sejak dua dasawarsa terakhir mengalami fluktuasi, namun selama lima tahun cenderung meningkat. Pengiriman beras menurut bulan selama lima tahun terakhir menunjukkan pola yang relatif konsisten, dimana pengiriman tertinggi terjadi di bulan Oktober, yang diduga merupakan hasil panen padi pada MK bulan April-September. Sementara perdagangan beras dari provinsi Sulawesi Selatan, ditujukan ke berbagai pulau baik Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian. Sepuluh kota terbesar tujuan pengiriman antarpulau beras adalah Jakarta, Belawan, Ambon, Surabaya, Bitung, Banjarmasin, Tual, Ternate, Kupang, dan Sorong. Keterbukaan wilayah terhadap keluar masuknya bahan pangan dan ketidakseragaman waktu tanam padi baik di wilayah produsen dan konsumen menyebabkan fluktuasi produksi beras di wilayah Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi beras tidak berkorelasi erat dengan fluktuasi harga beras yang terjadi di wilayah konsumen beras.

Pangsa terbesar perdagangan bawang merah antarpulau berasal dari Jawa Tengah, khususnya dari Kabupaten Brebes dan dikirimkan ke berbagai wilayah. Namun data arus barang yang tercatat dalam dokumen arus barang di Pelabuhan Tanjung Mas hanya untuk tujuan Pontianak, karena sebagian besar bawang merah dikirim antar wilayah/pulau melalui ekspedisi jalan darat (truk). Pengiriman bawang merah melalui pelabuhan Tanjung Mas melonjak tajam, hampir sepuluh kali lipat tahun 2014 dan 2015. Puncak pengiriman bawang terjadi pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Sumatera Barat sebagai salah satu sentra produsen cabai melakukan pengiriman antar wilayah/antar pulau terutama ke Provinsi Riau, khususnya untuk cabai merah keriting. Volume cabai yang keluar dari Sumatera Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain sebagai daerah produsen cabai merah, Provinsi Sumatera Barat juga memasukkan cabai dari Provinsi lain, yaitu terbesar adalah DIY dan Jawa Tengah.

Kebijakan dan program pemerintah untuk komoditas padi/beras, antara lain program peningkatan produksi melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Pada aspek pemasaran, Unit Pengelolaan Gabah Beras (UPGB) merupakan unit pabrikasi gabah/beras yang dibentuk pemerintah untuk mendukung kegiatan penyerapan beras dalam negeri oleh BULOG, baik untuk kepentingan pelayanan publik maupun komersial. Kebijakan dan atau program untuk bawang merah diantaranya dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Demak dengan mengembangkan bawang merah

Page 64: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 51

sekitar 5000 hektar tahun 2016. Balai Karantina Semarang juga melakukan pendampingan dalam hal pelaporan pengiriman bawang antar daerah melalui darat. Bank Indonesia juga memiliki program terkait komoditas bawang merah antara lain memfasilitasi bantuan bibit, kredit dan pertemuan antara petani produsen, pedagang pedagang besar yang kesepakatannya tertuang dalam MOU. BI juga memberikan bantuan bibit bawang merah kepada petani. Di sentra produksi bawang merah, yaitu di Brebes, dibentuk Pasar lelang. Asosiasi Petani Bawang Merah Nasional (APNI) dibentuk tahun 2006 di Brebes untuk menjembatani kepentingan petani dan pedagang dengan pemerintah. Pada bulan September 2016 ditandatangani MOU antara Asosiasi petani tersebut dengan pedagang besar yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.

Kebijakan perdagangan cabai antara lain program Perdagangan Komoditas Antar-Daerah/Antar Pulau untuk Jawa Barat dilakukan di sentra produksi cabai Kecamatan Selabintana, Sukabumi oleh Kementerian Perdagangan, yang bertujuan untuk menstabilkan harga, menjaga keseimbangan antara daerah surplus dan defisit, serta memperkecil disparitas harga antardaerah. Kementerian Pertanian membangun stasiun agribisnis (STA) di beberapa sentra produksi cabai, antara lain di Jawa Barat, yang bertujuan untuk menampung dan memasarkan hasil petani keluar wilayah dengan harga yang layak. Kementan juga mengembangkan cabai di luar musim (off season)

yang dilengkapi dengan pompa air dan irigasi tetes, serta dipusatkan di Jawa Barat, dan Banten.

Implikasi kebijakannya adalah perdagangan antarpulau beras merupakan salah satu mekanisme pasar komoditas yang terjadi secara natural sebagai respons terhadap ketidakmerataan distribusi produksi beras antar wilayah. Ketidakmerataan distibusi produksi beras antar wilayah ini menjadi salah satu penyebab terjadinya ketimpangan harga beras antar wilayah. Oleh karena itu dengan melakukan pemetaan perdagangan antarpulau beras, merupakan salah satu strategi untuk menekan fluktuasi harga komoditas strategis tersebut melalui distribusi beras yang lebih merata antar wilayah. Untuk memperoleh pemetaan perdagangan antarpulau yang lebih komprehensif, maka kajian perdagangan antarpulau menjadi penting diperluas dengan mengambil lokasi produsen beras yang lebih banyak. Sulawesi Selatan sebagai daerah pemasok beras ke sebagian besar wilayah Indonesia harus ditingkatkan produksinya agar stabilisasi harga beras di wilayah lain dapat tercapai. Perlu diupayakan peningkatan dan stabilisasi produksi bawang merah dan cabai merah di Pulau Jawa karena harga di Jawa sangat menentukan harga bawang merah dan cabai merah besar di wilayah lain, terutama di wilayah Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, menjaga produksi cabai merah keriting di Sumatera Barat perlu selalu diupayakan agar harga cabai merah keriting selalu stabil. Koordinasi vertikal dan kontrak pemasaran dapat digunakan sebagai alat manajemen risiko pendapatan dan harga karena ada ketentuan harga jual bagi petani. Selain itu, rendahnya harga dan fluktuasi harga di tingkat petani disebabkan oleh beragamnya kualitas produk yang dihasilkan oleh petani.

Page 65: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

52 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

VI. PENDAYAGUNAAN HASIL DAN KERJA SAMA PENELITIAN

6.1. Publikasi Hasil–Hasil Penelitian

6.1.1. Jenis–Jenis Publikasi

Sebagai lembaga penelitian, PSEKP telah banyak melakukan kegiatan penelitian baik dengan APBN maupun kerja sama dengan pihak luar. Hasil penelitian tersebut tentu saja akan memiliki kegunaan jika dapat dimanfaatkan oleh pengguna baik dari kalangan pengambil kebijakan, akademisi, peneliti, petani atau kalangan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, kegiatan publikasi

menjadi sangat penting sebagai media diseminasi dan penyebarluasan informasi hasil penelitian. Publikasi dinilai sangat efektif dalam penyebarluasan hasil penelitian karena dapat mencapai khalayak secara luas, dapat bertahan dalam jangka panjang, serta memungkinkan untuk dibaca dan ditelaah secara berulang-ulang. Kegiatan publikasi hasil penelitian dan analisis sosial ekonomi pertanian merupakan aktivitas rutin yang dilakukan PSEKP setiap tahun.

Pada tahun anggaran 2016 PSEKP telah menerbitkan tujuh jenis publikasi

sebagai berikut:

(1) Jurnal Agro Ekonomi

Jurnal Agro Ekonomi (JAE) merupakan publikasi ilmiah yang memuat hasil penelitian primer sosial ekonomi pertanian. Penerbitan JAE dimaksudkan sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan profesional para ahli sosial ekonomi pertanian dan sarana untuk memperoleh informasi bagi pengambil kebijakan, pelaku, dan pemerhati pembangunan pertanian dan perdesaan. JAE terbit dua kali setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Namun, karena kurangnya naskah yang layak terbit, pada tahun 2016 JAE hanya terbit satu nomor terbitan, yaitu Vol. 34 No. 1. Tabel 13 menyajikan judul-judul dan penulis naskah JAE Vol. 34 No. 1, Mei 2016.

(2) Forum Agro Ekonomi

Forum Agro Ekonomi (FAE) merupakan publikasi ilmiah yang memuat critical review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dan juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan-gagasan ataupun konsepsi-konsepsi orisinil dalam bidang sosial dan ekonomi pertanian. FAE terbit dua kali setahun dan dicetak sebanyak 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Namun, karena kurangnya naskah yang layak terbit, pada tahun 2016 FAE hanya terbit satu nomor terbitan, yaitu Vol. 34 No. 1. Tabel 14 menyajikan judul-judul dan

penulis naskah FAE Vol. 34 No. 1, Juli 2016.

Page 66: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 53

Tabel 13. Judul dan penulis naskah JAE Vol. 34 No. 1, Mei 2016

No. Judul Penulis

1. Dampak Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Kinerja Sektor Pertanian (Pendekatan Analisis Input-Ouput)

Pantjar Simatupang,

Supena Friyatno

2. Externalities Inclusion into Production Cost of System of Rice Intensification

Mohamad Maulana

3. Rice Farmers’ Perception and Attitude toward Organic Farming Adoption

Ashari, Juwaidah Sharifuddin,

Zainal Abidin Mohammed, Rika Terano

4. Analisis Volatilitas Harga dan Integrasi Pasar Kedelai Indonesia dengan Pasar Kedelai Dunia

Ratna Anita Carolina, Sri Mulatsih, Lukytawati Anggraeni

5. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga di Provinsi Jawa Barat

Astari Miranti,

Yusman Syaukat, Harianto

Tabel 14. Judul dan penulis naskah FAE Vol. 34 No. 1, Juli 2016

No. Judul Penulis

1. Prospek Penerapan Nanoteknologi dalam Pertanian dan Pangan di Indonesia

Ening Ariningsih

2. Pemanfaatan Teknologi Pascapanen untuk Pengembangan Agroindustri Perdesaan di Indonesia

Akmadi Abbas, Rita Nur Suhaeti

3. Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian

Sri Hery Susilowati

4. Sertifikasi Halal Sektor Industri Pengolahan Hasil Pertanian

Sulistyo Prabowo, Azmawani Abd Rahman

5. Stabilisasi Harga Pangan Nonberas di Malaysia Bambang Sayaka, Setyo Adhie

(3) Analisis Kebijakan Pertanian

Analisis Kebijakan Pertanian (AKP) adalah media ilmiah yang memuat isu-isu aktual kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. AKP terbit empat kali dalam setahun dan dicetak masing-masing 500 eksemplar untuk setiap nomor terbitan. Tabel 15 menyajikan judul-judul dan penulis naskah AKP Vol. 14 No. 1, Juni 2016.

Page 67: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

54 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tabel 15. Judul dan penulis naskah AKP Vol. 14 No. 1, Juni 2016

No. Judul Penulis

1. Analisis Faktor Penyebab Alih Fungsi Lahan Sawah menjadi Sawit di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Asnelly Ridha Daulay, Eka Intan Kumala Putri, Baba Barus, Bambang P. Noorachmat

2. Zonasi Wilayah Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk Pembangunan Irigasi di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur

Heni Rengganis

3. Alternatif Kebijakan Penyaluran Subsidi Pupuk bagi Petani Pangan

Achmad Suryana, Adang Agustian, Rangga Ditya Yofa

4. Rancangan dan Implementasi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi

Rangga Ditya Yofa, Mewa Ariani, I Ketut Kariyasa, Achmad Suryana

5. Tingkat Dukungan Domestik untuk Sektor Pertanian Indonesia

Tahlim Sudaryanto, Mohammad Iqbal, Reni Kustiari, Saktyanu K. Dermoredjo, Chairul Muslim, Yonas H. Saputra

(4) Buku Tematik

Buku Tematik adalah media cetak yang memuat tulisan ilmiah peneliti

PSEKP mengenai topik yang sesuai dengan kepakaran dan spesialisasi peneliti atau terkait dengan topik yang sedang menjadi isu menarik. Pada tahun 2016 diterbitkan dua buah buku tematik, seperti disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Judul dan penyusun buku tematik, Tahun 2016

No. Judul Buku Penyusun

1. Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Rusman Heriawan, Achmad Suryana, Handewi Purwati Saliem, Mewa Ariani, I Ketut Kariyasa, Rangga Ditya Yofa

2. Temuan-Temuan Pokok dan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian dari Hasil-Hasil Penelitian PSEKP Tahun 2014

Syahyuti, Handewi Purwati Saliem, Sri Hery Susilowati, Ketut Kariyasa, Sri Hastuti Suhartini, Yana Supriyatna, Ening Ariningsih

(5) Prosiding

Prosiding merupakan publikasi yang diterbitkan secara tidak berkala. Prosiding berisi karya tulis yang pernah diseminarkan pada seminar nasional dan seminar khusus yang dilaksanakan oleh PSEKP. Tahun 2016 PSEKP menerbitkan satu prosiding yang berisikan makalah-makalah yang dipresentasikan pada Seminar Nasional “Perlindungan dan Pemberdayaan

Page 68: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 55

Pertanian dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan Kesejahteraan Petani” pada tanggal 10 November 2015 di Institut Pertanian Bogor-International Convention Centre, Bogor. Judul-judul makalah dalam Prosiding tersebut disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Judul dan penulis naskah Prosiding Seminar Nasional “Perlindungan dan Pemberdayaan Pertanian dalam Rangka Pencapaian Kemandirian Pangan Nasional dan Peningkatan Kesejahteraan Petani”, 2016

No. Judul Penulis

Makalah utama

1. Pemantapan Inovasi dan Diseminasi Teknologi dalam Memberdayakan Petani

Muhammad Syakir

2. Membangun Daya Tahan Pertanian dan Pangan Melalui Pemberdayaan Petani dan Perlindungan Pertanian Sesuai UUD No. 19/2013

Tahlim Sudaryanto

3. Peran Swasta, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan dan Perlindungan Infrastruktur dan Sumber Daya Pertanian

Edison Siagian

Makalah penunjang

A. Pemantapan Inovasi dan Diseminasi Teknologi dalam Memberdayakan Petani

1.

Persepsi Petani terhadap Teknologi Usaha Tani Organik dan Niat untuk Mengadopsinya

Ashari, J. Sharifuddin, Z.A. Mohammed, R. Terano

2.

Efektivitas Pendampingan Teknologi Tanam Jajar Legowo terhadap Perubahan Sikap dan Pengetahuan Petani di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

Siti Lia Mulijanti, A. Sinaga

3.

Adopsi Penggunaan Atabela Jarwo 2 : 1 dan VUB Padi Sawah di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Syamsyiah Gafur, Y.P. Rahardjo, Basrum

4.

Umpan Balik Inovasi Teknologi dan Peningkatan Pendapatan Petani pada Kegiatan M-P3MI di Desa Ogoamas I, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

Yogi P. Rahardjo, S. Gafur, M. Dewi

5.

Usaha Tani Padi Sawah dengan Pendekatan Teknologi PTT pada Sistem Integrasi Tanaman-Ternak untuk Kesejahteraan Petani

Sagung Ayu Nyoman Aryawati, M. Londra

6.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Adopsi Petani terhadap Inovasi Teknologi Jeruk Gerga Lebong di Provinsi Bengkulu

Umi Pudji Astuti, D. Sugandi, Hamdan

7.

Keragaan Sistem Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

Ahmad Fauzan, Kartono

8.

Persepsi dan Tingkat Adopsi Petani terhadap Inovasi Teknologi Integrasi Tanaman Kakao dan Ternak Sapi: Studi Kasus di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Muhammad Amin, M. Dewi, Soeharsono

Page 69: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

56 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Judul Penulis

9. Umpan Balik Temu Lapang Inovasi Alat Tanam Indo Jarwo Transplanter: Studi Kasus di Kecamatan Jayanti, Tangerang, Banten

Iin Setyowati, Z. Yursak

10.

Pengembangan Penerapan Mekanisasi pada Usaha Tani Padi Sawah melalui Pemberdaya-an Kelembagaan Petani: Studi Kasus di Desa Ngarum, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah

Tota Suhendrata

11.

Peranan Pelatihan Aplikasi Indo Jarwo Transplanter dalam Upaya Mendukung Terwujudnya Swasembada Komoditas Padi

Ekaningtyas Kushartanti, Chanifah

12.

Model Inovasi Kelembagaan Petani Lahan Pasir Pantai di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta

Alia Bihrajihant Raya, D.W. Untari

13.

Implementasi Diseminasi Inovasi Pertanian dalam Perspektif Penyuluh

Wahyuning K. Sejati, K.S. Indraningsih

14.

Keterkaitan Penelitian, Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan dalam Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian

Kurnia Suci Indraningsih

15.

Farmers’ Response to the System of Rice Intensification (SRI) Extension Material Improvement Exploring Economic Benefits of SRI, Biogas, and Worm Cultivation Integration

Mohamad Maulana

16.

Dampak Sekolah Lapang Produksi Benih terhadap Peningkatan Pengetahuan Peserta Pelatihan di Lokasi Model Desa Mandiri Benih

Pepi Nur Susilawati, S. Kurniawati

B. Peran Swasta, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan dan Perlindungan Infrastruktur dan Sumber Daya Pertanian

18.

Efektivitas Introduksi Teknologi Budi Daya Sapi Potong: Studi Kasus di Kabupaten Tangerang, Banten

Rika Jayanti Malik, E Kardiyanto

19.

Potensi Pengembangan Jagung di Lahan Suboptimal Kalimantan Tengah

Twenty Liana, M.S. Mokhtar, A. Zulfikar

20.

Evaluasi Tingkat Kesesuaian Katam Terpadu pada Komoditas Padi di Provinsi Banten

Yuti Giamerti, A. Fauzan

21.

Penggunaan Pupuk Organik Produksi Gapoktan Mugi Makmur dalam Produksi Beras Premium Bawor 9 Secara Organik yang Bebas Pestisida dan Logam Berat (PB)

Noor Farid, Suprayogi, J. Marjanto, M.F. Azahri

22.

Kinerja Pemasaran Jagung di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Syuryawati, Margaretha S.L.

23.

Karakteristik dan Kelembagaan Tata Niaga Petani Karet di Aceh

Basri A. Bakar, A. Azis, E. Fauzi

24.

Analisis Kebijakan Dampak Pemanasan Global terhadap Produktivitas Kopi Arabika Gayo

Basri A. Bakar, A. Azis, Firdaus

Page 70: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 57

No. Judul Penulis

25.

Evaluasi Kinerja Program Upsus Padi di Kabupaten Klaten: Kinerja, Kendala, dan Strategi

Saptana, A. Supriyo, H.P. Saliem

C. Membangun Daya Tahan Pertanian dalam Rangka Pemberdayaan Petani dan Perlindungan Pertanian

27.

Kajian Kesejahteraan Petani Konversi Lahan Sawah menjadi Kebun Kelapa Sawit: Studi Kasus di Kabupaten Kampar, Riau

Anis Fahri

28.

Implikasi Kebijakan Pemberdayaan Petani dalam Pengelolaan Keragaman Sumber Daya Genetik Tanaman Buah di Pulau Maitara, Maluku Utara

Idha Widi Arsanti, A.N. Susanto

29.

Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pakan Secara Berkelompok

Siti Lia Mulijanti, S. Tedy, M. Dianawati

30.

Model Sistem Dinamik Ketersediaan Beras Mendukung Ketahanan Pangan di Sulawesi Tengah

Andi Irmadamayanti, Saidah,

Syafruddin

31.

Program Sawit untuk Rakyat (Prowitra) sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas, Pemberdayaan, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan Pekebun Kelapa Sawit Rakyat

Muhammad Akmal Agustira,

R. Amalia, R. Nurkhoiry

32.

Peran Koperasi Tebu dalam Upaya Pemberdayaan Petani Tebu di Jawa Timur

Ening Ariningsih

33.

Pengembangan Biogas Berbasis Kotoran Ternak dalam Rangka Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat

Adang Agustian

34.

Peran Penting Pemanfaatan Pengetahuan Tasit dalam Rangka Pemberdayaan dan Peningkatan Kesejahteraan Petani

Askaria Milindri

(6) Agro-Socioeconomic Newsletter

Newsletter ini merupakan media berbahasa Inggris yang diterbitkan pertama kali tahun 2007. Media ini diterbitkan dalam upaya memperluas jangkauan pembaca, baik untuk berbagai mitra dan lembaga riset serta lembaga pemerintahan di dalam negeri dan di luar negeri. Oleh karena itu, untuk setiap terbitan, media ini disebarkan ke berbagai lembaga pemerintah, kalangan perguruan tinggi, lembaga riset lain, swasta, dan lain-lain. Untuk kalangan dari luar negeri, media ini disampaikan secara langsung kepada beberapa lembaga riset dan donor yang berkantor di Indonesia, serta melalui website (http://www.pse.litbang.pertanian.go.id).

Sebagai newsletter, informasi yang disajikan merupakan informasi yang bersifat paling baru dan sedang hangat dibicarakan. Harapannya adalah agar pembaca dapat mengetahui informasi paling baru serta memperoleh respons dari kalangan pembaca secara cepat pula. Topik-topik utama yang selalu hadir

Page 71: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

58 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

dalam setiap terbitan, yaitu temuan-temuan penelitian yang menarik (research

findings), tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang terbaru tentang pembangunan pertanian (recent policy development), kegiatan penelitian di PSEKP (research activities), serta berita seputar lembaga PSEKP (ICASEPS news).

Newsletter diterbitkan dengan frekuensi penerbitan sebanyak tiga kali

setiap tahun, masing-masing 500 eksemplar setiap terbit. Jumlah halaman tiap terbit adalah delapan halaman berwarna penuh (full color). Karena adanya masalah teknis, pada tahun 2016 Newsletter hanya diterbitkan sebanyak dua

nomor terbitan, yaitu Vol. 09 No. 1 dan No. 2, sedangkan No. 3 diterbitkan menggunakan anggaran TA 2017. Tabel 18 menyajikan daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter Vol. 09 tahun 2016.

Tabel 18. Daftar isi terbitan Agro-Socioeconomic Newsletter Vol. 09, 2016

Newsletter Vol. 09 No. 1, April 2016

1. Mapping Indonesia’s Agricultural Competitiveness

2. Achieving Indonesia”s Food Sovereignty in the ASEAN Economic Community: Opportunities and Challenges

3. Guideline for Seed Subsidy in 2016

4. Research Activities

5. Publications

6. The 60th Annual Conference of the Australian Agricultural Agricultural and Resource Economics Society (AARES)

7. The 12th Session of GC CAPSA

8. New Director of ICASEPS

9. Welcome

Newsletter Vol. 09 No. 2, Agustus 2016

1. Analysis of Producer Support Estimate and Its Relevance in Agricultural Development Policy

2. Farmers Empowerment Strategy to Strengthen National Food Sovereignty

3. Perpres No. 48/2016 on Assignment to Public Company (Perum) Bulog Related with National Food Security

4. Research Activities

5. Publications

6. The 72nd Session of the United nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP)

7. Training on Rural Entrepreneurship 2016

8. Research Collaboration on Dairy Industry

9. International Seminar on Implementing and Improving Crop Natural Disaster Insurance Program

10. Welcome

Page 72: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 59

Newsletter Vol. 09 No. 3, Desember 2016

1. Strengthening Seed Growers Institution to Support the Seed Self-Reliance Region Model (MKMB)

2. National Food Security in the Regional and Global Free Trade

3. New Regulation on People’s Business Credit

4. Regulation of Minister of Agriculture on Food crop and Forage Seed

5. Policy on Rice Seed System

6. Publications

7. ICASEPS News

(7) Leaflet

Leaflet adalah media cetak ilmiah peneliti PSEKP yang memberikan informasi detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta disesuaikan dengan kelompok sasaran, dan topik yang sedang menjadi isu menarik atau untuk kegiatan seminar yang sifatnya Nasional. Pada tahun 2016 diterbitkan sebanyak delapan leaflet, masing-masing 500 eksemplar setiap terbitannya. Tabel 19 menyajikan daftar judul leaflet yang diterbitkan selama tahun 2016.

Tabel 19. Daftar judul leaflet, Tahun 2016

No Judul

1. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-36 “Membangun Kedaulatan dan Kemandirian Pangan Berkelanjutan di Era Perubahan Iklim”

2. Workshop “Pemasaran Online Komoditas Pertanian bagi Petani Muda”

3. Kebijakan Peningkatan Produksi Padi pada Lahan Pertanian Bukan Sawah

4. Kajian Pengembangan Industri Peternakan Mendukung Peningkatan Produksi Daging

5. Sistem Komunikasi dalam Pemanfaatan Varietas Unggul Baru Toleran Rendaman dalam Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan

6. Kajian Kebijakan Akselerasi Pembanguan Pertanian Wilayah Tertinggal Melalui Peningkatan Kapasitas Petani

7. Penguatan Kelembagaan Penangkar Benih Mendukung Kemandirian Benih Padi dan Kedelai

8. Mekanisasi Pertanian dari Perspektif Ekonomi dan Kesejahteraan Petani

6.1.2. Pendistribusian Hasil Publikasi

Berbagai jenis publikasi yang telah dihasilkan PSEKP disebarluaskan ke berbagai instansi terkait seperti Staf Ahli Menteri, Sekjen, Ditjen dan Badan Lingkup Deptan, Puslitbang, BPTP, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, Asosiasi Swasta, dan lain-lain. Pendistribusian dilakukan melalui paket pos,

Page 73: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

60 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

diantar langsung untuk wilayah Jabodetabek, dan melalui tamu-tamu yang datang ke PSEKP. Tabel 20 menyajikan distribusi publikasi ilmiah selama tahun 2016.

Tabel 20. Distribusi publikasi ilmiah, Tahun 2016

Jenis Publikasi

Penerima publikasi Jumlah

(Eks/Terbitan)

JAE Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

FAE Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

AKP Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

Prosiding Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

275

Tematik Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

275

Agro-Socioeconomic

Newsletter

Perpustakaan PSEKP, penulis, peneliti PSEKP, instansi lingkup Kementan, instansi asing, perpustakaan universitas seluruh Indonesia serta instansi di luar Kementan.

475

6.1.3. Dewan Redaksi

Pengelolaan penerbitan publikasi PSEKP, baik berupa terbitan berkala

ilmiah (jurnal) maupun terbitan berkala non ilmiah dilakukan oleh Dewan Redaksi yang ditetapkan secara khusus. Dewan Redaksi untuk terbitan JAE, FAE, dan AKP ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian, sedangkan Dewan Redaksi Agro-Socioeconomic Newsletter ditetapkan berdasarkan Surat Penugasan Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Tabel 21).

Page 74: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 61

Tabel 21. Susunan Dewan Redaksi dan Redaksi Pelaksana JAE, FAE, AKP, dan Agro-Socioeconomic Newsletter, Tahun 2016

No. Nomor Surat Keputusan / Penugasan

Publikasi Susunan Dewan Redaksi

1. 166.1/Kpts/OT.050/I/04/2016 JAE Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dewan Redaksi:

Prof. Dr. Pantjar Simatupang (Ketua)

Prof. Dr. Dewa Ketut Sadra Swastika

Dr. I Ketut Kariyasa

Dr. Reni Kustiari

Dr. Bambang Irawan

Dr. Adang Agustian

Dr. Saktyanu Kristyantoadi D.

Dr. Kurnia Suci Indraningsih

Redaksi Pelaksana:

Dr. Ening Ariningsih

Dr. Erma Suryani

Tita Dvijati Permata, M.Si.

Ir. Wartiningsih

Ibnu Salman, A.Md.

Agus Suwito

2.

166.2/Kpts/OT.050/I/04/2016 FAE Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dewan Redaksi:

Prof. Dr. Tahlim Sudaryanto (Ketua)

Dr. Muchjidin Rachmat

Dr. Sri Hery Susilowati

Dr. Saptana

Dr. Syahyuti

Dr. Rita Nur Suhaeti

Redaksi Pelaksana:

Dr. Ening Ariningsih

Dr. Herlina Tarigan

Ni Nyoman Sri Sunari, S.E.

Annisa Rika Rachmita, S.P.

Edi Ahmad Saubari, A.Md.

Page 75: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

62 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Nomor Surat Keputusan / Penugasan

Publikasi Susunan Dewan Redaksi

3. 166.3/Kpts/OT.050/I/04/2016 AKP Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dewan Redaksi:

Prof. Dr. Achmad Suryana (Ketua)

Dr. Bambang Sayaka

Dr. Hermanto

Dr. Erwidodo

Dr. Nyak Ilham

Ir. Mewa Ariani, M.S.

Dr. Henny Mayrowani

Redaksi Pelaksana:

Dr. Ening Ariningsih

Ir. Sunarsih, M.Si.

Ir. Wahyuning K. Sejati, M.Si.

Agus Suwito, A. P.

Restu Puji Hidayat, A.Md.

4. 87/Hm.140/I.7/1/2016 Agro-Socioeconomic Newsletter

Penanggung Jawab: Kepala Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dewan Redaksi:

Dr. Sahat M. Pasaribu

Dr. Bambang Sayaka

Dr. Ening Ariningsih

Dr. Wahida

Koordinator Pelaksana: Kardjono

Redaksi Pelaksana:

Rina Cantayani, S.H.

Ibnu Salman, A.Md.

Eti Suhaeti

6.2. Komunikasi dan Dokumentasi Hasil Penelitian

Hasil-hasil penelitian Badan Litbang Pertanian (termasuk PSEKP) baru akan memiliki makna dan manfaat setelah sampai kepada para stakeholder atau pengguna. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi (mulai dari pengolahan sampai penyebarluasan hasil penelitian) memegang peranan sangat penting. Dalam penyelenggaraan komunikasi, perlu juga didukung dengan dokumentasi yang baik. Kegiatan dokumentasi dapat berupa pengabadian suatu

Page 76: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 63

peristiwa/momen kegiatan komunikasi atau manajemen kearsipan bahan-bahan komunikasi.

Pada tahun anggaran 2016 kegiatan komunikasi dan dokumentasi penelitian yang dilaksanakan PSEKP meliputi (1) seminar rutin, seminar proposal, dan seminar hasil penelitian 2016, (2) rapat Dewan Redaksi; (3) pembuatan website; (4) dokumentasi; dan (5) penyebaran publikasi.

6.2.1. Seminar

Selama tahun 2016 PSEKP telah menyelenggarakan berbagai seminar, di antaranya Seminar Rutin, Seminar Proposal, dan Seminar Hasil Penelitian. Kegiatan seminar tersebut bertujuan untuk mengomunikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dan untuk mendapatkan umpan balik atau masukan dari para stakeholder. Khusus Seminar Rutin, selain bertujuan untuk mencari masukan dari stakeholder, juga dijadikan sebagai ajang /media menumbuhkan “budaya ilmiah” di PSEKP sebagai salah satu lembaga penelitian. Tabel 22 menyajikan judul-judul makalah dan pembicara seminar rutin tahun 2016.

Tabel 22. Judul makalah dan pembicara pada seminar rutin, Tahun 2016

No. Tanggal Judul makalah Pembicara

1. 9-2- 2016 Sosialisasi Setting-Editing Publikasi PSEKP Dr. Ening Ariningsih

2. 24-2- 2016 1. Food System Transformation in Indonesia: Factors Influencing Demand and Supply for Alternative Pest Management Farming System

2. Comparing Social Cost of Conventional Rice Production System and System of Rice Identification

Dr. Wahida Mohamad Maulana, S.P., M.Sc.

3. 25-5- 2016 1. Konsep Pengukuran Indikator Kesejahteraan Petani

2. Perkembangan Beberapa Indikator Kesejahteraan dengan Produksi Pertanian

Prof. Dr. Pantjar Simatupang

Dr. Kecuk Suhariyanto

4. 9-6-2016 1. Sosialisasi E-Journal

2. Standar Dasar E-Journal dan Regulasi Akreditasi Majalah Ilmiah

Andri Agus Rahman, A. Md.

M. Nurul Furqon, S.S.

5. 9-12-2016 Sustainable Development Goal’s dan Nawacita:

Implikasinya terhadap Penelitian dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Prof. Dr. I Wayan Rusastra

6. 14-12-2016 Litbang Pertanian dalam Tantangan Pertanian Global: Internalisasi Dinamika dan Situasi Eksternal

Dr. Rusman Heriawan

Page 77: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

64 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

6.2.2. Pengelolaan Website

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik, PSEKP telah membangun situs atau Website sendiri dengan alamat: http://www.pse.litbang.deptan.go.id. Website ini telah online dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam. Situs atau Website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengelolaan website PSEKP menjadi tanggung jawab Tim Redaksi Website PSEKP yang ditetapkan melalui Surat Penugasan Kepala PSEKP Nomor 86/Hm.140/I.7/1/2016. Adapun susunan Tim Redaksi Website PSEKP tersebut adalah sebagai berikut.

Penanggung jawab : Dr. Sri Hery Susilowati

Dewan Redaksi : 1. Endro Gunawan, S.P., M.E. (Ketua) 2. Dr. Ening Ariningsih (Anggota) 3. Dr. Syahyuti (Anggota) 4. M. Maulana, S.P., M.Sc. (Anggota)

Koordinator : Rina Cantayani, S.H.

Redaksi Pelaksana : 1. Ibnu Salman, A.Md. 2. Edi Ahmad Saubari, A.Md. 3. Restu Puji Hidayat, A.Md.

Perkembangan jumlah pengakses website PSEKP dan frasa kata yang digunakan dalam pencarian selama tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 23 dan 24. Data materi yang diunduh dapat dilihat pada Tabel 25, sedangkan materi yang diunggah dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 23. Jumlah pengunjung website PSEKP, Tahun 2016

Bulan Jumlah pengunjung Jumlah kunjungan Jumlah halaman yang

dikunjungi

Januari 14.522 27.376 1.226.561 Februari 18.416 42.230 1.394.199 Maret 24.775 59.158 661.312 April 2.1937 54.308 170.559 Mei 22.949 69.575 276.355 Juni 22.406 75.993 398.013 Juli 41.489 107.796 382.938 Agustus 23.124 65.759 254.886 September 22.700 63.806 243.146 Oktober 26.437 88.093 376.092 November 19.583 59.788 251.550 Desember 28.589 102.775 414.882

Page 78: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 65

Tabel 24. Kata/frasa yang digunakan dalam pencarian, Tahun 2016

No. Kata/frasa Jumlah Kata/frasa Jumlah

1. hasil penelitian 312 pertanian 2.334

2. laporan hasil penelitian 242 kebijakan 1.443

3. kebijakan investasi 94 penelitian 924

4. kebijakan produksi 89 pangan 913

5. padi 83 hasil 792

6. krpl 83 ekonomi 762

7. kemandirian pangan 70 indonesia 629

8. hasil laporan penelitian 57 jurnal 562

9. lembaga keuangan mikro agribisnis 52 petani 542

10. pengertian gap good agricultural practices 37 pembangunan 478

11. bantuan sapi kementerian pertanian 36 sosial 444

12. kawasan rumah pangan lestari 36 laporan 414

13. luas lahan 35 investasi 374

14. gapoktan 32 analisis 349

15. kebijakan investasi di indonesia 32 harga 345

16. jurnal ekonomi pertanian 32 faktor 336

17. faktor ketersediaan pangan 31 lembaga 323

18. nilai tukar petani 31 lahan 309

19. krpl adalah 29 padi 287

20. gambar padi 29 pengembangan 261

Tabel 25. Materi website PSEKP yang diunduh (download), Tahun 2016

No. Artikel yang diunduh Jumlah

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi, dan Harga Beras serta Inflasi Bahan Makanan

A. Husni Malian, Sudi Mardianto, dan Mewa Ariani

1.907

2. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia

Henny Mayrowani

1.725

3. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Pertanian

Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika

1.436

4. Fenomena Anomali Iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan Jangka Panjang dan Pengaruhnya terhadap Produksi Pangan

Bambang Irawan

1.083

5. Konsep dan Implementasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Rudy S. Rivai dan Iwan S. Anugrah

1.010

6. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Ashari, Saptana, dan Tri Bastuti Purwantini

1.007

Page 79: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

66 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Artikel yang diunduh Jumlah

7. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani

Akhmad Musyafak dan Tatang M. Ibrahim

978

8. Perspektif dan Peran Sosiologi Ekonomi dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Ketut Gede Mudiarta

943

9. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Keputusan Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu

Kurnia Suci Indraningsih

939

10. Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Koperasi Susu

S. Rusdiana dan Wahyuning K. Sejati

906

11. Pengembangan Agroforestry untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan

Henny Mayrowani dan Ashari

877

12. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani

Hermanto dan Dewa K.S. Swastika

860

13. Kendala Pelaksanaan Landreform di Indonesia: Analisa Terhadap Kondisi dan Perkembangan Berbagai Faktor Prasyarat Pelaksanaan Reforma Agraria

Syahyuti

839

14. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi Rumah Tangga Petani di Kelurahan Situgede Kota Bogor

Siti Rochaeni dan Erna M. Lokollo

828

15. Analisis Fungsi Keuntungan, Efisiensi Ekonomi dan Kemungkinan Skema Kredit Bagi Pengembangan Skala Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor

Syafrudin Mandaka dan M. Parulian Hutagaol

814

16. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan

Mewa Ariani

765

17. Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan

Ening Ariningsih dan Handewi P.S. Rachman

747

18. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani

Kedi Suradisastra

742

19. Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Sujana Royat

739

20. Potensi dan Prospek Lahan Rawa sebagai Sumber Produksi Pertanian

Wayan Sudana

738

Page 80: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 67

Tabel 26. Materi website PSEKP yang diunggah (upload), Tahun 2016

Bulan Materi

Januari Berita

Peningkatan Kinerja SDM PSEKP Mendukung Tupoksi dan Sukses UPSUS 2016

Can Do Spirit Senior PSEKP: Berusaha dan Bekerja Keras untuk Mencapai

Kesuksesan

Seminar Proposal Operasional Penelitian PSEKP 2016

Februari Berita

Gelar Teknologi di Taman Teknologi Pertanian Sedong

Gelar Teknologi di Taman Teknologi Pertanian Cikajang

Workshop Setting – Editing Publikasi PSEKP

Upacara 17 Februari 2016

Kunjungan Studi Literatur Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Metode Penelitian Terbaru Para Petugas Belajar Luar Negeri PSEKP

Maret Berita

Pembangunan Taman Teknologi Pertanian di Embalut Kalimantan Timur

Selamat Menikmati Masa Purna Bhakti Bapak Slamet Widodo

Panen Raya Jagung di Kampung Eka Sapta Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

Kunjungan Komisi II DPRD Kab. Trenggalek ke PSEKP Buku

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-33 "Optimalisasi Sumberdaya Lokal Melalui Diversifikasi Pangan Menuju Kemandirian Pangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015" 2013

Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34 "Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial" 2014

Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 13 No. 01 2015

April Berita

Workshop Pemetaan Daya Saing Indonesia

Tantangan PSEKP untuk Mewarnai Setiap Kebijakan Kementerian Pertanian

Pelantikan Pejabat Tinggi Pratama (Eselon II) Lingkup Kementerian Pertanian

Mei Berita

Upaya Meningkatkan Kapasitas Pejabat dan Pranata Kehumasan Balitbangtan

Sidang Komisi United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) ke-72

Lepas Sambut Kepala PSEKP

Masih Relevankah NTP Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani? Buku

Forum Agro Ekonomi Vol. 33 No. 01 2015

Forum Agro Ekonomi Vol. 33 No. 02 2015 Informasi lainnya

Laporan Hasil Penelitian TA 2015

Kegiatan Penelitian TA 2016

Page 81: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

68 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Bulan Materi

Juni Berita

Sosialisasi Pedoman Klirens Etika Penelitian dan Publikasi Ilmiah

Sosialisasi e-Journal menggunakan Open Journal System (OJS) di PSEKP

Sosialiasi peraturan terbaru Kepala LIPI tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah

Kementan Melaunching Tiga Alsintan Guna Mendukung Swasembada Pangan

Buku

Newsletter Vol. 7 No. 1 Maret 2013

Newsletter Vol. 7 No. 2 Juni 2013

Newsletter Vol. 7 No. 3 September 2013

Newsletter Vol. 8 No. 1 April 2015

Newsletter Vol. 8 No. 2 Agustus 2015

Newsletter Vol. 8 No. 3 Desember 2015

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 33 No. 01 2015

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 33 No. 02 2015 Informasi lainnya

Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)

Laporan Kinerja (LAKIN)

Policy Brief Tahun 2015

Analisis Kebijakan (Anjak) Tahun 2014

Analisis Kebijakan (Anjak) Tahun 2015

Rencana Strategis (Renstra)

Juli Buku

Panel Petani Nasional: Rekonstruksi Agenda Peningkatan Kesejahteraan Petani (Buku Tematik)

Panel Petani Nasional: Mobilisasi Sumber Daya dan Penguatan Kelembagaan Pertanian(Buku Tematik)

Informasi lainnya

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Agustus Berita

Penghargaan Satya Lencana untuk Kerja Nyata

Workshop "Pemetaan Daya Saing Pertanian Indonesia" Buku

Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Buku Tematik)

Temuan-Temuan Pokok dan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian (Buku Tematik)

September Buku

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 20 No. 01 2002

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 20 No. 02 2002 Informasi lainnya

Laporan Tahunan PPID

Penetapan Kinerja (PK)

Page 82: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 69

Bulan Materi

Oktober Berita

Upacara Kesadaran Nasional 17 Oktober 2016

PSEKP Dituntut Melakukan Penelitian Makro dan High Level

Panen Raya Padi dengan Teknologi pada Peringatan Hari Pangan Sedunia

Workshop Pemasaran Online Komoditas Pertanian Bagi Petani Muda Buku

Analisis Kebijakan Pertanian Vol. 13 No. 02 2015

November Buku

Jurnal Agro Ekonomi Vol. 19 No. 02 2001

Desember Berita

Sustainable Development Goal’s dan Nawacita: Implikasinya terhadap

Penelitian dan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

Litbang Pertanian dalam Tantangan Pertanian Global

Selamat Jalan Dr. Muchjidin Rahmat

Upacara Kesadaran Nasional 17 Desember 2016

Peresmian Kantor Baru PSEKP, Semangat Baru

6.3. Perpustakaan

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak yang besar terhadap perkembangan perpustakaan, sehingga perpustakaan harus mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penyedia koleksi dan informasi yang semakin baik. Koleksi dan informasi yang disediakan tersebut disesuaikan dengan lembaga induknya.

Agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya, selain menyediakan koleksi bahan pustaka baik tercetak maupun elektronik, perpustakaan perlu didukung oleh tenaga pengelola dan fasilitas yang memadai. Untuk evaluasi hal tersebut perlu dibuatkan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun ke belakang dan rencana satu tahun kedepan.

6.3.1. Pengadaan Bahan Pustaka

Dengan anggaran sebesar Rp40.000.000 pada tahun 2016 perpustakaan telah merealisasikan dana sebesar Rp30.741.250 atau sebesar 76,85% dari total anggaran. Dari dana tersebut diperoleh bahan pustaka sebanyak 185 eksemplar, yang terdiri dari Buku Statistik terbitan BPS, Ditjen lingkup Kementerian Pertanian, Bank Indonesia, Institut Pertanian Bogor, CSIS, dll. Selain dengan cara pembelian, pengadaan bahan pustaka dilakukan juga dengan jalan tukar menukar atau hadiah dengan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian atau instansi terkait. Tabel 27 menyajikan daftar pengadaan bahan pustaka selama tahun 2016.

Page 83: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

70 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Tabel 27. Pengadaan bahan pustaka, Tahun 2016

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan

Jumlah

1. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, Agustus 2015

1 eks 218.750 218.750

2. Keadaan Pekerja di Indonesia, Agustus 2015 1 eks 218.750 218.750

3. Indikator Pasar Tenaga Kerja Indonesia, Agustus 2015

1 eks 125.000 125.000

4. Statistika Struktur Upah, 2015 1 eks 125.000 125.000

5. Indeks Pembangunan Gender, 2014 1 eks 125.000 125.000

6. Statistika Pemotongan Ternak, 2014 1 eks 81.250 81.250

7. Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulan, 2011-2015

1 eks 125.000 125.000

8. Statistik Harga Konsumen Pedesaan, Kelompok Makanan, 2014

1 eks 187.500 187.500

9. Statistik Harga Konsumen Pedesaan, Kel. Non Makanan, 2014

1 eks 187.500 187.500

10. Statistik Nilai Tukar Petani, 2014 1 eks 218.750 218.750

11. Statistik Harga Produsen Pertanian, Subsektor Peternakan dan Perikanan, 2014

1 eks 187.500 187.500

12. Statistik Harga Produsen Pertanian, Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat , 2014

1 eks 187.500 187.500

13. Indikator Ekonomi, Oktober-Desember 2015 3 eks 75.000 225.000

14. Analisis Rumah Tangga Usaha Bidang Kehutanan dan Rumah Tangga Sekitar Hutan, ST2013 (Buku 7)

1 eks 187.500 187.500

15. Analisis Rumah Tangga Usaha Perikanan di Indonesia, ST2013

1 eks 106.250 106.250

16. Analisis Rumah Tangga Usaha Hortikultura di Indonesia, ST2013

1 eks 106.250 106.250

17. Analisis Rumah Tangga Usaha Perkebunan di Indonesia, ST2013

1 eks 106.250 106.250

18. Analisis Rumah Tangga Usaha Peternakan di Indonesia, ST2013

1 eks 106.250 106.250

19. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Efisiensi Sistem Produksi dan Tataniaga Hortikultura (Buku 3)

1 eks 187.500 187.500

20. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Efisiensi Parameter dan Pemetaan Efisiensi Produksi Pangan di Indonesia (Buku 2)

1 eks 187.500 187.500

21. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Ketahanan, Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Indonesia (Buku 8)

1 eks 187.500 187.500

Page 84: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 71

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan

Jumlah

22. Sensus Pertanian 2013, Angka Nasional Hasil Pencacahan Lengkap, ST2013

1 eks 225.000 225.000

23. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia, 2014

1 eks 75.000 75.000

24. Statistik Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia, 2014

1 eks 75.000 75.000

25. The Indonesian Quarterly, Fourth Quarter 2015, Vol. 43 No. 4

1 eks 110.000 110.000

26. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XVII No. 9, 10, 11, dan 12 2015, dan Vol. XVIII No. 1 dan 2, 2016

6 eks 43.750 262.500

27. Economic Development and Cultural Change Volume 64 Number 2, 2016

4 eks 781.250 3.125.000

28. The American Economic Review, Vol. 104 No. 1

Januari 2014 1 eks

500.000 500.000

29. Majalah Trubus 554 Januari 2016, 555 Februari 2016, 556 Maret 2016, 557 April 2016 /XLVII

4 eks 43.750 175.000

30. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Daya Saing dan Pemetaan Peremajaan Komodoti Perkebunan (Buku 4)

1 eks 187.500

187.500

31. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Agrbisnis Usaha Rumah Tangga Budidaya Sapi dan target Swasembada (Buku 5)

1 eks 187.500 187.500

32. Analisis Tematik ST2013 Subsektor, Analisis Kesejahteraan Rumah Tangga Usaha Perikanan (Buku 6)

1 eks 156.250 156.250

33. Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2014

1 eks 187.500 187.500

34. Statistik Perusahaan Hortikultura 2015 1 eks 93.750 93.750

35. Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2014, Buku 1, Pulau Sumatera

1 eks 218.750 218.750

36. Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2014, Buku 2, Pulau Jawa & Bali

1 eks 218.750 218.750

37. Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2014, Buku 3, Pulau Kalimantan

1 eks 93.750 93.750

38. Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2014, Buku 4, Pulau Sulawesi

1 eks 125.000 125.000

39. Tinjauan Regional, Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2014, Buku 5, Pulau Nusa Tenggara, Maluku & Papua

1 eks 125.000 125.000

Page 85: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

72 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan

Jumlah

40. Statistk Pertanian Organik Indonesia Tahun 2012, 2013 dan 2014

3 eks 106.250 318.750

41. Statistik Perkebunan Indonesia: Karet, 2014-2016 1 eks 100.000 100.000

42. Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa, 2014-2016

1 eks 125.000 125.000

43. Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa Sawit, 2014-2016

1 eks 125.000 125.000

44. Statistik Perkebunan Indonesia: Kakao, 2014-2016

1 eks 100.000 100.000

45. Statistik Perkebunan Indonesia: Cengkeh, 2014-2016

1 eks 75.000 75.000

46. Statistik Perkebunan Indonesia: Kapas, 2014-2016

1 eks 75.000 75.000

47. Statistik Perkebunan Indonesia: Teh, 2014-2016 1 eks 75.000 75.000

48. Statistik Perkebunan Indonesia: Lada, 2014-2016 1 eks 75.000 75.000

49. Statistik Perkebunan Indonesia: Jambu Mente, 2014-2016

1 eks 75.000 75.000

50. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi, 2014-2016 1 eks 125.000 125.000

51. Statistik Perkebunan Indonesia: Tebu, 2014-2016 1 eks 100.000 100.000

52. Statistik Perkebunan Indonesia: Tembakau, 2014-2016

1 eks 75.000 75.000

53. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Expor Volume I dan II, 2015

2 eks 531.250 1.062.500

54. Susenas 2015: Pengeluaran Konsumsi Penduduk Indonesia, Buku 1

1 eks 156.250 156.250

55. Susenas 2015: Pengeluaran Konsumsi Penduduk Indonesia, Buku 2

1 eks 187.500 187.500

56. Susenas 2015: Pengeluaran Konsumsi Penduduk Indonesia, Buku 3

1 eks 187.500 187.500

57. Indikator Ekonomi Ekonomi,

Bulan Februari dan Maret 2016

2 eks 75.000 150.000

58. Majalah Trubus bulan Mei dan Juni 2016 2 eks 43.750 87.500

59. Indonesia Quarterly Volume 44 No. 1, 2016 1 eks 110.000 110.000

60. Analisis CSIS Volume 45, No. 1, 2016 1 eks 110.000 110.000

61. Buletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 51, No. 2 dan No. 3, Tahun 2015

2 eks 110.000 220.000

62. Buletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 52, No. 1, Tahun 2016

1 eks 110.000 110.000

63. Buku Pangan Nusantara 1 eks 162.500 162.500

64. Buku Pendidikan Konsumsi Pangan 1 eks 125.000 125.000

65. Statistik Impor Buku I, II, dan III, 2015 3 eks 437.500 1.312.500

Page 86: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 73

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan

Jumlah

66. Susenas September 2015: Pengeluaran Untuk Konsumsi, Buku 1

1 eks 156.250 156.250

67. Susenas September 2015: Pengeluaran Untuk Konsumsi, Buku 2

1 eks 187.500 187.500

68. Susenas September 2015: Pengeluaran Untuk Konsumsi, Buku 3

1 eks 187.500 187.500

69. Indikator Ekonomi: April-Agustus 2016 5 eks 75.000 375.000

70. PDB Indonesia 2011-2015 1 eks 125.000 125.000

71. Keadaan Angkatan Kerja: Februari 2016 1 eks 218.750 218.750

72. Keadaan Pekerja: Februari 2016 1 eks 218.750 218.750

73. Pendapatan Nasional 2015 1 eks 187.500 187.500

74. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015 1 eks 187.500 187.500

75. Statistik Indonesia 2016 2 eks 500.000 1.000.000

76. Indeks "Unit Value" Ekspor Menurut Kode SITC,

Maret 2016 1 eks 93.750 93.750

77. The American Economic Review, Vol. 106, 2016 9 eks 500.000 4.500.000

78. Economic Development and Culural Change Vol.

64, 2016 3 eks 750.000 2.250.000

79. Trubus, Bulan Juli-Desember 2016 6 eks 43.750 262.500

80. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia: Juni-Agustus 2016

3 eks 43.750 131.250

81. Analisis CSIS 2016, Vol. 45, No. 2, 3 2 eks 110.000 220.000

82. Indonesian Quarterly 2016: Vol. 44 No. 2, 3 2 eks 110.000 220.000

83. BIES CSIS 2016: Vol. 52, No. 2 1 eks 110.000 110.000

84. PDRB Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha 2011-2015

1 eks 187.500 187.500

85. Indeks Pembangunan Manusia 1 eks 93.750 93.750

86. Statistik Nilai Tukar Petani 2015 1 eks 218.750 218.750

87. Direktori Industri Manufaktur, Indonesia 2015 1 eks 562.500 562.500

88. Indeks Harga Perdagangan Besar 2015 1 eks 93.750 93.750

89. Statistik Harga Produsen Pertanian 2015, Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat

1 eks 156.250 156.250

90. Harga Konsumen Beberapa Barang dan Jasa Kelompok Sandang 82 Kota di Indonesia, 2015

1 eks 156.250 156.250

91. Laporan Perekonomian Indonesia 2016 1 eks 156.250 156.250

92. Indeks Harga Produsen 2015 1 eks 62.500 62.500

93. Buletin Export 2016, Bulan Januari s/d April 2016

4 eks 81.250 325.000

95. Buletin Import 2016, Bulan Maret & April 2016 2 eks 81.250 162.500

96. Statistik Produksi Kehutanan 2015 1 eks 106.250 106.250

Page 87: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

74 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

No. Uraian Banyaknya Harga Satuan

Jumlah

97. Statistik Perusahaan Hak Pengusaha Hutan 2015

1 eks 87.500 87.500

98. Statistik Perusahaan Pembudidaya Tanaman Kehutanan 2015

1 eks 87.500 87.500

99. Direktori Perusahaan Kehutanan 2016 1 eks 87.500 87.500

100. Statistik Harga Konsumen Pedesaan Kelompok Non Makanan 2015

1 eks 156.250 156.250

101. Statistik Harga Produsen Pertanian, Sektor Peternakan dan Perikanan 2015

1 eks 156.250 156.250

102. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015 1 eks 218.750 218.750

103. Indikator Konstruksi, Triwulan III-2015 1 eks 62.500 62.500

104. Indikator Pertanian 2014-2015 1 eks 112.500 112.500

105. Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen 2015

1 eks 87.500 87.500

106. Distribusi Perdagangan Komoditas Cabai Merah Indonesia 2015

1 eks 93.750 93.750

107. Distribusi Perdagangan Komoditas Bawang Merah Indonesia 2015

1 eks 93.750 93.750

108. Statistik Perusahaan Hortikultura 2015 1 eks 112.500 112.500

109. Statistik Upah Buruh Tani di Pedesaan 2015 1 eks 93.750 93.750

110. Statistik Pemotongan Ternak 2015 1 eks 93.750 93.750

111. Perkembangan Mingguan, Harga Eceran Beberapa Bahan Pokok di Ibukota Provinsi Seluruh Indonesia Bulan Juli-Desember 2015

1 eks 225.000 225.000

112. Analisa Komoditas Ekspor 2009-2015, Sektor Pertanian, Industri & Pertambangan

1 eks 93.750 93.750

113. Indeks Harga Konsumen 82 Kota di Indonesia (2012=100, 2015)

1 eks 225.000 225.000

114. Neraca Arus Dana Indonesia Triwulan 2012-2015 (Triwulan 2)

1 eks 156.250 156.250

115. Direktori Eksportir 2015 1 eks 468.750 468.750

116. Direktori Perusahaan/Usaha SPA 2015 1 eks 87.500 87.500

117. Indikator Ekonomi, September 2016 1 eks 75.000 75.000

Jumlah 165 eks 30.741.250

Anggaran DIPA 40.000.000

Sisa Anggaran Pengadaan 9.258.750

6.3.2. Pengolahan Bahan Pustaka

Kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi katalogisasi, klasifikasi, pembuatan nomor panggil buku (call number), kantong buku, kartu buku, komputerisasi, filling dan Up-load database ke server PUSTAKA. Bahan pustaka

Page 88: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 75

yang telah diolah dan dientry ke dalam program WINISIS per 31 Desember 2016 sebanyak 9.739 judul buku teks dan laporan penelitian, IPTAN 8.135 judul karya ilmiah, majalah 727 judul, dan seminar 1.1344 judul (Tabel 28).

Tabel 28. Koleksi database bahan pustaka di perpustakaan PSEKP, Tahun 2016

No. Database Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

1. Buku 9.562 9.719 9.739

2. IPTAN 7.977 8.135 8.135

3. Majalah 721 725 727

4. Seminar 1.110 1.134 1.134

6.3.3. Pelayanan Perpustakaan

Pengunjung atau Pemustaka yang datang ke perpustakaan PSEKP pada tahun 2016 sebanyak 142 orang yang terdiri dari 3 orang dosen, 9 orang dinas, 79 orang mahasiswa/i, 6 orang pelajar, 28 orang peneliti, 3 orang penyuluh, 5 orang swasta, 6 orang pustakawan, dan 3 orang praktisi. Jumlah buku yang dipinjam sebanyak 143 judul/buku. Perpustakaan juga telah memberikan pelayanan kepada 24 orang pemustaka melalui jaringan online dan literatur yang diperlukan dikirim berupa bahan cetakan (foto copy). Tabel 29 menyajikan daftar pengunjung perpustakaan PSEKP selama tahun 2016.

Tabel 29. Pengunjung dan Peminjam Buku Perpustakaan PSEK, Tahun 2016

No. Pengunjung Jumlah

1. Dosen 3

2. Dinas 9

3. Mahasiswa/i 79

4. Pelajar 6

5. Peneliti 28

6. Penyuluh 3

7. Swasta 5

8. Pustakawan 6

9. Praktisi 3

Total pengunjung perpustakaan 142

6.3.4. Stock Opname Bahan Pustaka

Kegiatan stock opname merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan setahun sekali dan kontinyu dilakukan di perpustakaan dan bertujuan menginventarisasi bahan pustaka yang menjadi koleksi perpustakaan. Pada tahun 2016 stock opname dilakukan secara rutin pemeriksaan koleksi pada buku

orasi dari peneliti PSEKP dan dari Badan Litbang, buku mengenai sosiologi

Page 89: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

76 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

yang berada di perpustakaan. Pemeriksaan itu dilakukan untuk mengetahui apa buku itu ada di lokasi/rak buku, dipinjam atau hilang serta dilihat apa ada buku yang rusak serta ada penambahan buku atau tidak.

6.3.5. Perpustakaan Digital

Sampai tahun 2016 perpustakaan PSEKP telah meng-update data di server PUSTAKA Bogor sesuai dengan database yang telah ditentukan yaitu database Buku, IPTAN, Majalah, dan Seminar.

Dengan telah dilaksanakannya digitalisasi lingkup Badan Litbang Pertanian, perpustakaan PSEKP terus berusaha melengkapi database yang ada. Digitalisasi perpustakaan PSEKP sudah dapat diakses melalui jaringan internet dengan alamat http://digilib.litbang.pertanian.go.id/~psekp/. Alamat tersebut diintegrasikan diserver PUSTAKA Bogor.

Di samping on-line katalog, Badan Litbang Pertanian mengembangkan Repositori Publikasi dan Simpertan V-2 yang merupakan kumpulan koleksi digital dari publikasi terbitan UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Publikasi tersebut terdiri dari terbitan berkala ilmiah (scientific journal, scientific periodical), berkala semi ilmiah (semi populer journal), dan tidak berkala. Repositori dikelola oleh PUSTAKA untuk meningkatkan akses publik terhadap kebutuhan informasi ilmiah khususnya bidang pertanian sebagai bagian dari komitmen Badan Litbang Pertanian dalam penyediaan informasi pertanian.

Adapun alamat Repositori Badan Litbang Pertanian dapat diakses di alamat: http://digilib.litbang.pertanian.go.id/repository/index.php/ repository.

6.3.6. Kegiatan Administrasi

a. Selama tahun 2016 terdapat 22 buah surat masuk dan 47 buah surat keluar,

b. Membimbing siswa/siswi SMU/SMK yang melakukan praktek kerja lapang,

c. Pelaksanaan fumigasi (pemeliharaan) bahan pustaka,

d. Menginventarisasi buku yang dipinjam.

Tabel 30 menyajikan daftar kegiatan untuk peningkatan profesi kepustakaan selama tahun 2016.

Tabel 30. Kegiatan untuk Peningkatan Profesi Kepustakawanan, Tahun 2016

No. Uraian Tanggal Penyelenggara/ Lokasi Kegiatan

Peserta

1. Meningkatkan Layanan Perpustakaan Kementerian/ Lembaga dengan Mengembangkan Program Literasi Digital

02 Juni 2016 Pusdiklat Kementerian perdagangan

Fitna Dwi Wulandari

Page 90: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 77

No. Uraian Tanggal Penyelenggara/ Lokasi Kegiatan

Peserta

2. Temu teknis Pustakawan Kementan

18-21 Juli 2016

Pustaka Kementan

Fitna Dwi Wulandari

3. Biblobattle: Show Your Brain Power 15 November 2016

Perpustakaan Kementerian Sosial

Fitna Dwi Wulandari

4. Seminar Apps for Librarian: Peluang

dan tanantangan dalam Penge-lolaan Kementerian/Lembaga

22 September 2016

Bogor Fitna Dwi Wulandari

5. Diskusi: Pemetaan Profil Pemustaka Kementerian Luar Negeri Terhadap Pengelolaan Perpustakaan Ali Alatas

28 November 2016

Perpustakaan Kementerian Luar Negeri

Fitna Dwi wulandari

6.4. Kerjasama Penelitian

Hingga bulan Desember 2016, kegiatan kerjasama penelitian yang dilakukan masih dalam tahap mempersiapkan kelengkapan administrasi, kerjasama penelitian tersebut dengan sumber dana dari instansi/lembaga dari luar negeri dan umumnya bersifat multiyears. Kegiatan penelitian yang bersumber dari sinergi/kerjasama kegiatan merupakan kerjasama dengan 3 (tiga) institusi yaitu kerjasama dengan FAO terkait dengan penelitian tentang Perubahan Iklim, kerjasama CAPSA dengan Badan Litbang Pertanian dimana PSEKP sebagai leader kerjasama tersebut, dan kerjasama dengan ACIAR. Adapun judul kegiatan dimaksud, yakni;

1. “Assesments and Mapping of Impacts Under Climate Change for Adapttation and Food Security, Throught South-South Cooperation (AMICAF=SSC)-Component 2”, berlaku dari 30 Juni 2016 sampai dengan 29 Desember 2017 dengan sumber dana dari Food and Agriculture Organization (FAO). Kegiatan akan direalisasikan setelah pengurusan administrasi selesai.

2. “Memperkuat Sistem Inovasi Pertanian untuk Pertanian Berkelanjutan dan Tahan Cekaman Iklim” dengan sumber dana dari CAPSA

3. “Improving Milk Supply Competitiveness an Livelihoods in Smallholder Dairy Chains in Indonesia (INDO DAIRY)”, waktu pelaksanaan Juni 2016 sampai dengan Juli 2020 dengan sumber dana dari The Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR). Kegiatan belum dilaksanakan karena sedang dalam proses register di Kementerian Keuangan.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

78 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

VII. EVALUASI DAN PELAPORAN

7.1. Kegiatan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan

Struktur organisasi Subbidang Evaluasi dan Pelaporan PSEKP berada dalam lingkup Bidang Program dan Evaluasi. Secara umum cakupan tugas Subbidang Evaluasi dan Pelaporan, antara lain: (1) Mengkoordinir kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, (2) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan manajemen/pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, (3) Melaksanakan kegiatan seminar proposal dan hasil penelitian, (4) Menyusun Laporan Kinerja (LAKIN), dan (5) Menyusun berbagai laporan institusi yang bersifat reguler maupun non reguler, baik untuk keperluan Badan Litbang Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian. Tugas pelaporan dilaksanakan secara paralel dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.

Koordinasi kegiatan monev dilaksanakan mulai dari pelaksanaan seminar proposal, penyusunan dan perbaikan proposal operasional, penyusunan petunjuk pelaksanaan (juklak) penelitian, penyusunan outline penelitian, penyusunan kuesioner, penyusunan review terkait penelitian yang akan dilaksanakan, penyusunan laporan kemajuan, seminar hasil penelitian, pengecekan kelengkapan laporan akhir hasil penelitian hingga penyusunan bahan diseminasi hasil penelitian. Secara umum pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2016 dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Terkait dengan kegiatan pelaporan, Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan bertugas menyusun berbagai macam laporan dari hasil penelitian untuk kepentingan institusi yang ditujukan kepada stakeholders atau pengguna lainnya. Penyusunan laporan yang sifatnya rutin mingguan adalah laporan penyerapan anggaran setiap hari Jum’at sore melalu i-monev Badan Litbang Pertanian, sedangkan yang sifatnya bulanan adalah bahan untuk Rapat Pimpinan tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, dan laporan kinerja penyerapan anggaran melalui aplikasi yang diatur dalam PMK 249/2011 Kemenkeu, sementara itu yang sifatnya rutin triwulanan adalah e-monev BAPPENAS, dan Renaksi AKIP. Penyusunan laporan yang sifatnya insidentil, antara lain bahan laporan untuk dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan rakyat (DPR), Laporan Kegiatan Kepala Badan Litbang Pertanian, Tindak Lanjut Rapim Badan Litbang Pertanian, dan lainnya.

Kegiatan lain yang cukup penting dan sudah terlaksana dengan baik adalah penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN) yang bersifat rutin tahunan. LAKIN merupakan laporan yang berisi kinerja institusi pada tahun yang bersangkutan. LAKIN PSEKP dari tahun ke tahun mengalami perbaikan dan penyempurnaan, khususnya menyangkut format laporan. Pembuatan LAKIN PSEKP sampai saat ini tidak mengalami hambatan yang berarti, kecuali cukup sulit dalam melakukan pengukuran manfaat dan dampak hasil penelitian

Page 92: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 79

mengingat output yang dihasilkan dari penelitian sosial ekonomi bukanlah teknologi yang bersifat tangible (teknologi yang dapat dilihat secara fisik), melainkan berupa pengetahuan rumusan rekomendasi kebijakan yang bersifat intagible. Dengan demikian, manfaat maupun dampak atas hasil-hasil penelitian/pengkajian PSEKP umumnya tidak dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangka pendek. Manfaat dan dampak penelitian/pengkajian PSEKP baru terlihat setelah rekomendasi kebijakan menjadi kebijakan pemerintah.

Pelaporan rutin tahunan lainnya yang juga telah dilakukan dengan baik adalah Laporan Tahunan PSEKP tahun 2016 yang menguraikan tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi, serta Bidang Pelayanan dan Pendayagunaan Hasil Analisis. Materi pokok yang disajikan dalam laporan tahunan tersebut meliputi organisasi PSEKP, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana penelitian, program, pendayagunaan hasil analisis dengan publikasi, dan kerja sama penelitian, serta monitoring dan evaluasi. Selain itu, disajikan pula sinopsis hasil-hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan PSEKP selama tahun 2016.

7.2. Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah yang bersifat netral. Selain kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti, diperlukan dukungan pelayanan institusi secara keseluruhan. Keduanya diperlukan dalam satu kesatuan yang saling terkait secara fungsional sehingga bisa memperoleh keluaran (output) penelitian sesuai kebutuhan pengguna (stakeholders). Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) sangat membantu dalam memberikan umpan balik (feed back) untuk menyempurnakan sistem yang ada menjadi lebih baik.

Kegiatan monev PSEKP selama tahun 2016 mencakup monev kegiatan penelitian dan monev kegiatan pendukung penelitian. Monev kegiatan penelitian dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan penelitian mulai dari: (1) Tahap persiapan dengan materi meliputi: proposal operasional, juklak penelitian, rencana laporan (outline), serta kuesioner (outline kuesioner data primer dan sekunder); (2) Tahap pelaksanaan penelitian dengan materi meliputi: kuesioner, laporan perjalanan, entry/input data (baik data primer maupun sekunder), dan Laporan Tengah Tahun; (3) Tahap pengolahan data dan penulisan dengan materi meliputi pengolahan data, tabulasi, dan tabel analisa data primer dan sekunder, serta draft laporan; (4) Seminar, laporan akhir dan laporan final. Sedangkan monev pelayanan penelitian dilakukan terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan sebagai pendukung penelitian, yang meliputi pelayanan keproyekan, pengolahan data atau komputerisasi, perpustakaan, publikasi, kendaraan dan sarana penelitian. Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara terstruktur dan berkesinambungan agar hasil-hasil penelitian bisa berkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna.

Page 93: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

80 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

7.3. Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi TA. 2016

Pelaksanaan kegiatan monev penelitian lingkup PSEKP TA. 2016 dilakukan oleh Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Nomor 20/KPTS/HK.160/I.7/01/2016 tanggal 4 Januari 2016 tentang Penunjuk-kan Tim Pelaksana Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, dengan susunan Tim Pelaksana Monev sebagai berikut:

Pengarah : Dr. Handewi P. Saliem (Kepala Pusat Analisis Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian)

Penanggung Jawab : Dr. Ketut Kariyasa (Kepala Bidang Program dan Evaluasi merangkap anggota)

Ketua : Dr. Nyak Ilham (merangkap anggota)

Wakil Ketua : Dr. Sahat M. Pasaribu (merangkap anggota)

Sekretaris : Ir. Sri Hastuti Suhartini, M.Si (Kepala Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan, merangkap anggota)

Anggota : 1. Dr. Sri Hery Susilowati 2. Ir. Supena Friyatno, M.Si 3. Ir. Supriyati, MS 4. Dr. Reni Kustiari 5. Dr. Kurnia Suci Indraningsih 6. Dr. Bambang Sayaka 7. Dr. Adang Agustian 8. Dr. Ening Ariningsih 9. Yana Supriyatna, SE

Tugas Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi adalah: (1) Melakukan pemantauan proses pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti, mulai dari tahap awal hingga akhir, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan kegiatan penelitian dari proposal operasional yang telah ditetapkan dan membantu memberikan solusi jika penyimpangan benar-benar terjadi; (2) Memberikan penilaian dan saran perbaikan yang diperlukan terhadap hasil penelitian menurut tahap-tahap kegiatan penelitian dengan mengacu pada proposal operasional; dan (3) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kelengkapan administrasi dan kinerja pelayanan pendukung penelitian.

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi terfokus pada kegiatan penelitian mulai penyusunan proposal operasional hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Sementara tahapan penjaringan judul

Page 94: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 81

penelitian hingga tersusunnya proposal merupakan bagian tugas Tim Teknis. Sedangkan Tim Editor bertugas menangani output penelitian menjadi berbagai produk publikasi ilmiah yang ditujukan baik untuk stakeholders maupun pengguna lainnya. Keterkaitan ketiga tim tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Bagan keterkaitan Tim Teknis, Tim Monev, dan Tim Editor di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Page 95: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

82 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Secara garis besar Subbid Evaluasi dan Pelaporan telah melakukan kegiatan seperti: membantu mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian, mengevaluasi pelaksanaan pelayanan dukungan penelitian dan administrasi institusi, melaksanakan kegiatan seminar proposal dan laporan hasil penelitian, mengkoordinasikan pelaksanaan pembuatan (pengetikan) laporan hasil penelitian, pembuatan laporan institusi, baik untuk keperluan Badan Litbang Pertanian, Sekretariat Jenderal maupun Kementerian Pertanian, dan pembuatan Laporan Kinerja (LAKIN).

7.3.1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian

Agar tercipta kesesuaian antara perencanaan (input), pelaksanaan penelitian dan pengolahan data/informasi (proses), serta pelaporan (output), maka perlu dirancang metode pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik agar tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi dapat tercapai. Mekanisme pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan penelitian PSEKP telah dituangkan dalam Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Tahun 2016. Kegiatan monev pada tahun 2016 ini ditujukan terhadap 12 judul penelitian yang sumber dananya dari APBN (DIPA) TA. 2016.

Monitoring dan Evaluasi Tahap I

Perencanaan merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh tim peneliti dan seluruh bidang pelayanan di lingkup PSEKP. Perencanaan yang dilakukan menyangkut tiga aspek, yaitu: (a) Jenis dan lokasi kegiatan yang akan dilakukan, (b) Susunan tim dan jadwal kegiatan, dan (c) Rencana anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap tim peneliti dan bidang pelayanan hendaknya menyusun perencanaan yang menyangkut ketiga aspek tersebut. Tujuannya adalah agar dapat dirancang sinkronisasi antara kegiatan penelitian dan kegiatan pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja institusi.

Pada tahap awal, pelaksanaan penelitian di lingkup PSEKP secara substantif meliputi dua kegiatan, yaitu: (a) Menyusun proposal operasional yang merupakan acuan bagi seluruh rangkaian kegiatan penelitian, dan (b) Mempersiapkan bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk merealisasikan kegiatan yang telah dirancang dalam proposal operasional, seperti petunjuk pelaksanaan (juklak), kuesioner, rencana kerangka laporan penelitian (outline), dan penulisan tinjauan pustaka yang terkait dengan topik

penelitian yang akan dilaksanakan.

Kegiatan tersebut memiliki peranan penting untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi pembangunan pertanian, baik di tingkat nasional maupun daerah. Proposal yang disusun dengan baik menurut kaidah-kaidah ilmiah diharapkan dapat menghasilkan luaran penelitian yang berkualitas. Oleh karena itu, proposal harus didukung dengan

Page 96: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 83

bahan dan perlengkapan yang memadai, seperti petunjuk pelaksanaan dan kuesioner sebagai pedoman pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data primer dan data sekunder di lapangan. Kegiatan monitoring evaluasi pada tahap awal bertujuan untuk menyempurnakan bahan kelengkapan survei.

Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi tahap awal pada tahun 2016 diawali dengan kegiatan seminar proposal operasional untuk mengevaluasi relevansi penelitian yang akan dilakukan dengan masalah pembangunan pertanian di tingkat nasional. Seminar proposal operasional penelitian PSEKP TA. 2016 dilaksanakan pada tanggal 28 - 29 Januari 2016 di Ruang Rapat Lantai IV PSEKP. Jumlah proposal yang diseminarkan pada tahun 2016 sebanyak 12 judul penelitian yang sumber dananya berasal dari DIPA PSEKP. Kegiatan seminar proposal bertujuan untuk mempertajam dan menyempurnakan arah, tujuan serta sasaran kegiatan penelitian PSEKP pada TA. 2016. Kegiatan seminar proposal operasional penelitian PSEKP DIPA TA. 2016 dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Perguruan Tinggi, BAPPENAS, LIPI, dan seluruh staf peneliti PSEKP.

Dalam upaya mempertajam dan menyempurnakan arah, tujuan serta sasaran kegiatan hasil penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Efisiensi Pembangunan Pertanian, Staf Ahli Mentan Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian, Direktur Pemasaran Internasional-Ditjen PPHP, Direktorat Pakan Ditjenakeswan, BAPPENAS dan Peneliti Senior PSEKP. Langkah ini ditempuh agar rencana penelitian yang disusun dalam proposal operasional dapat dievaluasi secara obyektif oleh pihak lain, terutama yang menyangkut kaidah-kaidah ilmiah dalam pelaksanaan penelitian, serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Hasil seminar proposal ini selanjutnya dijadikan sebagai salah satu bahan monitoring dan evaluasi dalam rangka penajaman proposal operasional.

Berdasarkan hasil seminar proposal tersebut, selanjutnya Tim Peneliti melakukan penyempurnaan proposal operasional. Kemudian dilakukan diskusi internal atau rapat pleno monev tahap 1 oleh Tim Monev untuk mengevaluasi perbaikan proposal operasional sesuai dengan masukan seminar proposal yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi perbaikan proposal operasional tersebut selain mengacu hasil koreksi Tim Evaluator Proposal juga mengacu pada notulen seminar proposal. Langkah ini merupakan cara yang ditempuh dalam memantau dan mengevaluasi kesiapan tim peneliti untuk melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan proposal operasional. Tujuan diskusi tersebut adalah: (a) untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang mungkin akan muncul dalam pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan, (b) evaluasi materi penelitian dan penyempurnaan bahan pengumpulan data lapangan, baik data primer maupun data sekunder, dan (c) menciptakan sinkronisasi kegiatan yang akan dilakukan oleh tim penelitian dengan bidang pelayanan terkait.

Page 97: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

84 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Dalam monitoring dan evaluasi internal tersebut dilihat pula aspek yang berkaitan dengan kelengkapan pelaksanaan penelitian, yaitu: kesesuaian proposal operasional, petunjuk pelaksanaan penelitian (Juklak), rencana kerangka laporan penelitian dan kuesioner. Hasil penilaian kegiatan monitoring dan evaluasi melalui Rapat Pleno Tim Monev untuk masing-masing tim penelitian selanjutnya dimasukkan dalam tiga kategori penilaian, yaitu: (1) Kategori I: tidak bermasalah, artinya jika ada perbaikan dapat dilakukan tanpa menghentikan kegiatan penelitian, (2) Kategori II, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, artinya tim penelitian harus melakukan perbaikan sebelum turun ke lapang, dan (3) Kategori III, perlu perbaikan bahan kelengkapan survei sesuai rekomendasi Tim Monev, setelah perbaikan tersebut disetujui oleh Tim Monev dan Kepala PSEKP maka Tim Peneliti baru dapat melakukan kegiatan lapang. Hasil penilaian ini dikeluarkan oleh Tim Monev dalam bentuk Surat Keterangan Hasil Monitoring (SKHM) yang telah ditandatangani oleh Ketua Tim Monev dan pihak manajemen. Selanjutnya SKHM tersebut diserahkan kepada setiap tim peneliti dan tim peneliti diberi hak jawab paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima SKHM tersebut.

Monitoring dan Evaluasi Tahap II

Dalam proses pelaksanaan penelitian, terdapat tiga macam obyek monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Laporan perjalanan, (2) Laporan pengolahan data, dan (3) Laporan Kemajuan. Pada monev tahap II, evaluasi difokuskan pada 12 judul penelitian yang sumber dananya dari DIPA PSEKP 2016. Berikut diuraikan pelaksanaan monev terhadap ketiga obyek monev tahap II tersebut.

Laporan Perjalanan

Pembuatan laporan perjalanan oleh tim peneliti bertujuan untuk: (1) Mengindentifikasi masalah dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapang agar dapat diantisipasi pemecahan masalahnya, (2) Mendapatkan bahan perumusan kebijakan dari temuan dan isu-isu aktual hasil temuan di lapang, (3) Tertib administrasi, dan (4) Penyempurnaan rencana dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Rincian obyek monitoring dan evaluasi untuk laporan perjalanan mencakup:

(1) Perkembangan pengumpulan data (primer dan sekunder) sesuai dengan rencana yang dirumuskan dalam proposal.

(2) Temuan dan isu aktual yang perlu ditindaklanjuti. Salah satu tujuan monitoring dan evaluasi tahap ini adalah untuk memperoleh bahan policy

brief.

(3) Jadwal kegiatan. Pengecekan jadwal kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan dan penyempurnaan rencana kegiatan selanjutnya.

Page 98: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 85

(4) Penyelesaian administrasi. Secara administratif, serapan dana harus seimbang dengan volume kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu penyelesaian administrasi yang terkait dengan perjalanan kegiatan penelitian merupakan bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi.

(5) Temuan masalah dalam pelaksanaan penelitian. Dalam proses pengumpulan data di lapang kemungkinan akan ditemui berbagai masalah dan hambatan, oleh karena itu dengan kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat mengindentifikasi secara dini berbagai kendala dalam pelaksanaan penelitian dan dapat diupayakan solusi pemecahannya.

Laporan perjalanan dibuat sesuai dengan frekuensi perjalanan tim penelitian ke lapangan. Secara umum, seluruh tim peneliti pada tahun anggaran 2016 telah menyusun laporan perjalanan dengan baik dan tepat waktu. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi antara lain adalah: birokrasi yang berbelit-belit sehingga menyebabkan kesulitan perijinan penelitian di beberapa daerah, dan kurang terbukanya beberapa instansi serta responden tertentu, seperti pedagang besar, eksportir dan industri pengolahan hasil pertanian sehingga kesulitan dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Disamping itu seiring dengan era otonomi daerah dan pemekaran wilayah, validitas dan kelengkapan data dan informasi di daerah menjadi kurang baik. Padahal penelitian sosial ekonomi umumnya mengandalkan validitas dan kelengkapan data sekunder.

Pengolahan Data

Monitoring dan evaluasi terhadap pengolahan data dilakukan untuk mengantisipasi masalah dalam pengolahan data serta meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian pengolahan dan analisis data. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan ini adalah target atau rencana penyelesaian dibanding tingkat pencapaian pada masing-masing tahap kegiatan. Frekuensi kegiatan monitoring dan evaluasi pada pengolahan data dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan masing-masing penelitian. Untuk menertibkan pelaksanaan pengolahan data, telah dibuat peraturan bahwa setiap tim peneliti yang akan berangkat ke lapangan (dimulai pada tahap II) harus sudah menyerahkan isian kuesioner dari survei tahap sebelumnya. Isian data dalam kuesioner harus sudah teredit dengan baik oleh Tim Peneliti.

Data yang diolah dalam kegiatan pengolahan data ini meliputi data primer dan sekunder yang mendukung kegiatan penelitian. Data primer biasanya diperoleh melalui wawancara di lapang, baik di tingkat petani, kelompok tani atau lembaga pedesaan lainnya, penggilingan padi, industri pengolahan hasil pertanian, pedagang, eksportir, dan lain-lain. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data-data yang dipublikasikan oleh instansi terkait maupun melalui internet. Data primer yang diolah dari kuesioner jumlah dan ketebalannya bervariasi antar tim peneliti. Jumlah

Page 99: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

86 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

kuesioner yang besar dari masing-masing tim peneliti membutuhkan pengaturan dalam pengerjaannya, terutama pada tahap entry data dan proses validasi data. Proses input data dan pengolahan data menggunakan sistem FIFO (First In First Out), artinya tim peneliti yang menyerahkan kuesioner lebih dulu akan dientry dan diolah lebih dulu, demikian seterusnya sehingga tercipta kelancaran dalam kegiatan pelayanan penelitian ini. Disamping itu dari pihak peneliti sendiri diharapkan kesadarannya untuk secepatnya menyerahkan kuesioner, data-data maupun informasi yang diperoleh dari lapang agar tidak terjadi penumpukan di bagian entry data dan pengolahan data, terutama pada tengah dan akhir tahun.

Evaluasi Laporan Kemajuan

Tujuan utama kegiatan monitoring dan evaluasi laporan kemajuan adalah untuk: (1) Meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian laporan hasil penelitian, (2) Meningkatkan kualitas hasil penelitian, dan (3) Memonitor hasil monev sebelumnya secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan kegiatan penelitian dapat selesai tepat waktu dan diperoleh hasil sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan pengalaman, kontrol yang cukup ketat terhadap pembuatan laporan tengah tahun sangat membantu ketepatan tim peneliti dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Format dan isi laporan kemajuan sudah diatur dalam Pedum Monev. Berdasarkan format laporan kemajuan, maka tim peneliti sebenarnya telah mempersiapkan sebagian draft laporan hasil penelitian.

Secara umum seluruh Tim Peneliti telah menyusun laporan kemajuan dengan baik sesuai format yang ditentukan. Selain itu, tim peneliti umumnya juga telah menyerahkan Laporan kemajuan ini sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Monitoring dan Evaluasi Tahap III

Pada tahap III, monitoring dan evaluasi difokuskan pada penyusunan draft laporan akhir penelitian. Monev tahap III dilakukan setelah kegiatan seminar hasil penelitian. Berdasarkan seminar hasil penelitian tersebut, tim peneliti diharapkan memperoleh banyak masukan dari pembahas dan peserta seminar guna penyempurnaan laporan akhir.

Seminar Hasil Penelitian

Kegiatan seminar hasil penelitian di PSEKP merupakan mata rantai penting untuk penyempurnaan hasil penelitian. Kegiatan seminar hasil penelitian dilaksanakan pada tanggal 6-7 Desember 2016 di Auditorium Balitro, Bogor. Kegiatan seminar Hasil Penelitian tersebut bertujuan untuk mempertajam dan menyempurnakan hasil kegiatan penelitian PSEKP, pada TA. 2016. Kegiatan seminar hasil penelitian PSEKP TA. 2016 dilakukan dengan mengundang berbagai stakeholders terkait, yaitu Direktorat Jenderal lingkup

Page 100: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 87

Kementerian Pertanian, Biro Perencanaan Kementerian Pertanian, pihak Perguruan Tinggi, BAPPENAS, LIPI dan seluruh staf peneliti PSEKP, dan instansi di luar Kementerian Pertanian. Dalam upaya mempertajam dan menyempurnakan hasil penelitian, telah diundang pembahas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin, Kementan), FKPR/Balitbangtan, Puslitbangtan, Puslitbangnak, Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Biro Perencanaan, Direktorat Pusat Pembiayaan, Direktorat Perbibitan dan Produksi ternak, Ditjen PKH, BAPPEBTI Kemendag, dan Peneliti Senior PSEKP. Kegiatan seminar hasil difokuskan kepada konsistensi antara judul, tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dan implikasi kebijakan. Umpan balik yang diperoleh dalam seminar hasil tersebut digunakan untuk penyempurnaan dan perbaikan laporan akhir penelitian.

Draft Laporan Akhir Penelitian

Penulisan draft laporan akhir penelitian merupakan salah satu tahap atau mata rantai penting dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian. Pada tahapan ini, jika ditemukan ketidaksesuaian antara rencana penelitian dengan pelaksanaan atau hasil yang diperoleh tim peneliti dapat segera dilakukan koreksi atau penyesuaian. Indikator evaluasi terdiri atas empat komponen utama, yaitu: (1) Konsistensi proposal dengan laporan hasil penelitian, (2) Koherensi pelaporan terkait kedalaman dan ketajaman hasil pembahasan, perumusan kesimpulan dan implikasi kebijakan, (3) Aspek editorial yang menyangkut redaksional, penyajian tabel, kelengkapan pustaka, dan (4) Ketepatan waktu penyelesaian laporan dan konsistensi format serta isi laporan sesuai dengan Pedum Monev.

Pada tahap penyusunan draft laporan akhir penelitian, ada tiga aspek yang penting diperhatikan, yaitu: (1) Konsistensi antara proposal dan laporan hasil penelitian, (2) Perlunya perbaikan dari segi koherensinya, dan (3) Perlunya penyempurnaan dari sisi redaksional. Dari sisi substansi, hasil monitoring dan evaluasi menunjukkan bahwa secara umum tim peneliti telah menyusun draft laporan hasil penelitian sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, konsistensi antara judul, tujuan, metodologi, hasil dan pembahasan dan kesimpulan serta implikasi kebijakan secara umum telah tersusun dengan baik. Terkait ketepatan waktu dalam penyelesaian draft laporan akhir, secara umum sudah sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Draft laporan hasil penelitian yang dievaluasi Tim Monev diharapkan sudah mengakomodir seluruh masukan dari seminar.

Berdasarkan hasil evaluasi Monev Tahap III, Tim penelitian melakukan perbaikan/revisi draft Laporan Akhir menjadi Laporan Akhir Penelitian Tahun 2016. Pada setiap akhir tahun anggaran, tim peneliti selain menyelesaikan laporan akhir penelitian, juga harus menyusun Bahan Rapim dan Policy Brief (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) dari hasil penelitian yang telah

Page 101: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

88 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

dilaksanakan. Laporan akhir perlu mendapatkan penekanan khusus karena merupakan produk akhir yang akan menjadi bahan referensi untuk kegiatan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang relevan. Dalam rangka diseminasi hasil penelitian terdapat sejumlah output yang perlu dikomunikasikan kepada stakeholders utama dan masyarakat pengguna Iptek sosial ekonomi dalam arti luas. Bahan diseminasi tersebut meliputi bahan rapat pimpinan di tingkat Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian, materi untuk forum diskusi ad-hoc di PSEKP, Badan Litbang Pertanian, forum tingkat nasional, bahan publikasi/penerbitan ilmiah (baik terbitan PSEKP maupun di luar PSEKP) dan bahan laporan tahunan PSEKP TA. 2016. Tim peneliti wajib menyiapkan bahan diseminasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai lembaga penelitian, PSEKP diharapkan mampu memberikan hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya. Pengguna hasil-hasil penelitian PSEKP secara umum adalah stakeholders pembangunan pertanian di tingkat pusat, daerah dan akademisi. Mengingat hasil penelitian PSEKP sangat bermanfaat bagi stakeholders, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian mendatang seyogyanya mengakomodasikan aspirasi para pengguna hasil penelitian PSEKP, terutama para stakeholders di tingkat pusat dan daerah. Dengan demikian masukan dan saran-saran dari stakeholders tersebut akan lebih menyempurnakan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan.

Pembuatan bahan rapat pimpinan dan forum diskusi ad-hoc, otoritas penilaiannya berada di tangan struktural dengan finalisasi koreksi dan saran perbaikan dari Kepala PSEKP. Di sisi lain, otoritas penilaian bahan publikasi PSEKP dilakukan sepenuhnya oleh Dewan Redaksi yang ditentukan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian. Dengan mengacu pada prosedur tersebut, maka evaluasi terhadap bahan diseminasi dalam konteks pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini dibatasi sampai pada penentuan status materi tersebut. Hal tersebut merupakan kewajiban dengan target waktu yang telah ditetapkan, maka statusnya adalah apakah peneliti telah memenuhi kelengkapan persyaratan pengajuan materi diseminasi tersebut. Kalau persyaratan kelengkapan pengajuan ini belum dipenuhi, perlu dikemukakan faktor-faktor penyebabnya sehingga dapat dicarikan jalan keluarnya.

Keluaran atau output penelitian (data dan laporan) lingkup PSEKP telah

didokumentasikan secara baik. Dokumentasi data dibedakan atas data primer dan data sekunder. Dokumentasi yang terkait data primer meliputi: (1) Kuesioner dan Buku Kode Variabel, dan (2) File data hasil entry. Dokumentasi yang terkait data sekunder meliputi: (1) Dokumen asli (buku, CD), (2) Dokumen olahan dan (3) File data hasil pengolahan data. Secara umum hasil-hasil penelitian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian PSEKP dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni :

Pertama, sintesa, pertimbangan dan advokasi kebijakan pembangunan pertanian. Hasil penelitian ini digunakan untuk memberikan opsi rumusan

Page 102: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 89

kebijakan (sintesa), pemikiran akademis mengenai evaluasi kebijakan pembangunan pertanian (pertimbangan) dan memperjuangkan suatu kebijakan yang dianggap layak dan patut atau menolak kebijakan yang dianggap tidak layak dan tidak patut (advokasi). Sintesa kebijakan disampaikan langsung kepada pimpinan Kementerian Pertanian. Selain itu, PSEKP juga memiliki media reguler Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian sebagai sarana penyuluhan, diseminasi dan diskusi kebijakan.

Kedua, rekayasa model inovatif kelembagaan pembangunan pertanian. Kelembagaan merupakan faktor penting dalam mengatur hubungan antar manusia untuk penguasaan faktor produksi yang langka. Keberlanjutan sistem produksi dimungkinkan apabila inovasi teknologi dapat memberikan manfaat bagi pengguna. Mengingat pentingnya faktor kelembagaan dalam pembangunan pertanian, maka PSEKP memberikan perhatian yang cukup besar terhadap aspek kelembagaan ini.

Ketiga, analisis deskriptif mengenai kinerja dan dinamika lingkungan strategis pembangunan pertanian yang meliputi: (1) Ekonomi makro dan mikro serta perdagangan internasional, (2) Pengelolaan sumberdaya dan agribisnis berkelanjutan, (3) Sistem inovasi teknologi pertanian, (4) Ketahanan pangan dan kemiskinan, dan (5) Dinamika sosial ekonomi pedesaan. Hasil penelitian ini, berupa parameter mengenai perilaku ekonomi makro dan mikro untuk menunjang analisis maupun perumusan model kebijakan pembangunan pertanian. Parameter-parameter tersebut merupakan landasan untuk penyusunan model simulasi maupun analisis perumusan kebijakan. Hasil analisis deskripsi digunakan untuk menyusun highlight situasi terkini kinerja pembangunan pertanian dan lingkungan strategisnya. Laporan singkat ini dibuat dan disampaikan secara reguler kepada pimpinan Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan well informed policy making.

7.3.2. Monitoring dan Evaluasi Manajemen Penelitian

Dalam melaksanakan fungsi penelitiannya, PSEKP didukung oleh beberapa bidang manajemen penelitian, yaitu : aspek pelayanan keuangan, pengolahan data, perpustakaan, publikasi, dan sarana penelitian. Kelima bidang manajemen penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam rangka mendukung kegiatan penelitian di PSEKP. Dengan demikian diharapkan keluaran yang dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan kebutuhan stakeholders. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan suatu kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka penilaian akuntabilitas kinerja manajemen penelitian.

Pelayanan Keuangan

Untuk kelancaran administrasi keuangan, kegiatan penelitian perlu didukung pelayanan keuangan, Tujuan dilaksanakannya kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah untuk meningkatkan ketepatan

Page 103: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

90 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

perencanaan sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Instrumen kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan keuangan adalah DIPA yang dirinci berdasarkan jenis pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan belanja sosial. Sebelum pelaksanaan penelitian ke lapang, kegiatan monitoring dan evaluasi juga melibatkan pihak peneliti dengan pelaksana keuangan untuk penyesuaian jadwal keberangkatan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan prosedur keuangan di lapang yang harus dilakukan oleh peneliti.

Indikator yang digunakan pada kegiatan ini adalah perencanaan, pelaksanaan dan solusi pemecahan masalah. Dalam pelaksanaan kinerja keuangan yang berhubungan dengan kegiatan penelitian, terlihat adanya kemudahan dalam pencairan dana. Hal ini tampak dalam pencairan dana relatif berjalan lancar. Disamping kegiatan ke lapang, pencairan dana untuk perjalanan pendek ke wilayah Jabotabek untuk pengumpulan data sekunder dan informasi lainnya juga mengalami kemudahan.

Pelayanan Pengolahan Data

PSEKP dalam melaksanakan kegiatan penelitian didukung oleh pelayanan pengolahan data yang bertugas untuk memasukkan/entry data (primer dan sekunder) serta informasi yang diperoleh dari lapang serta mengolah data tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti. Indikator yang digunakan pada kegiatan monev layanan pengolahan data adalah: (1) Sumber Daya Manusia (SDM), dan (2) Hardware. Indikator yang digunakan untuk

mengevaluasi sumberdaya manusia adalah: (1) Jumlah orang, (2) Pembagian kerja, dan (3) Kompetensi. Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hardware adalah: (1) Jumlah komputer tersedia, (2) Kapasitas, dan (3) Manajemen pemanfaatan hardware. Sedangkan indikator yang digunakan dalam

jadwal kerja pengolahan data untuk setiap judul penelitian adalah: (1) Perencanaan dan (2) Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan data, bila dilihat dari sisi pengadaan sarana prasarana telah tersedia dengan baik, seperti: jumlah tenaga input data, validasi data dan pengolahan data, perangkat komputer, printer, dan sarana pendukung lainnya. Ketersediaan sarana pengolahan data yang sudah cukup memadai. Unit pengolahan data, selain melakukan kegiatan pengolahan data penelitian, juga melakukan kegiatan database PSEKP, seperti entry data, updating data, dan melayani permintaan data sekunder untuk para peneliti. Mengingat banyaknya kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan pengaturan waktu sedemikian rupa sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Agar pekerjaan terdistribusi merata, maka setiap judul penelitian mempunyai penanggungjawab untuk entry data dan pengolah data.

Kegiatan pengolahan data biasanya mengikuti irama kegiatan peneliti. Pada saat peneliti melakukan pra-survei, unit pengolahan data biasanya mulai

Page 104: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 91

membuat screen form untuk persiapan entry data. Pada saat tengah dan akhir

tahun biasanya kegiatan pengolahan data cukup padat. Input data dan pengolahan data yang dilakukan oleh tim penelitian biasanya dilakukan secara bersamaan, akibatnya proses input dan pengolahan data tersebut menumpuk di tengah dan akhir tahun. Semua tim peneliti mempunyai kepentingan dan jadwal yang sama untuk menyelesaikan laporan penelitian, sehingga pengolah data harus dapat melayani semua tim peneliti dengan baik dan merata. Namun demikian permasalahan pengolahan data pada bulan-bulan sibuk selama ini dapat diatasi dengan cara menambah jam kerja (kerja lembur) dan sistem FIFO (First In First Out).

Database

Seiring dengan perkembangan teknologi, data dan informasi untuk bahan penelitian sebagian diperoleh dari database yang dimiliki PSEKP. Data dan informasi selain dimanfaatkan untuk analisis/kajian perumusan kebijakan, juga diperlukan dalam menunjang implementasi kebijakan, monitoring, maupun evaluasi. Suatu rekomendasi kebijakan yang baik harus memenuhi syarat: tepat dalam memahami permasalahan, tepat dalam perumusan tujuan, konsisten dengan Haluan Negara, antisipatif terhadap dinamika empiris, dan realistis (dalam arti dapat diimplementasikan), berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak tanpa mengorbankan prinsip efisiensi dan keberlanjutan dalam pembangunan. Syarat-syarat seperti itu dapat dipenuhi hanya jika rekomendasi kebijakan dihasilkan dari suatu kajian, analisis, ataupun studi yang relevan dan berlandaskan prinsip-prinsip penelitian ilmiah.

Dalam penelitian ilmiah, peranan data sangat strategis. Bahkan pada hakekatnya nilai hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh data dan informasi yang menjadi bahan analisisnya. Guna memenuhi kebutuhan terhadap data yang berkualitas dan dengan cepat dapat diperoleh, maka manajemen data merupakan salah satu aktivitas pokok dari suatu lembaga/instansi; terlebih pada suatu lembaga penelitian. Manajeman data yang baik bukan hanya membantu terciptanya pelaksanaan penelitian yang baik tetapi juga mempermudah sistem verifikasi data dan informasi antar lembaga terkait.

Output yang dihasilkan oleh suatu lembaga penelitian adalah data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta rekomendasi kebijaksanaan. Oleh karena sifatnya untuk mendukung pemecahan masalah, maka hampir semua penelitian yang ditujukan untuk menghasilkan output tersebut adalah penelitian terapan. Sebagai pengguna utama, maka stakeholder terpenting adalah pemerintah. Meskipun demikian, user lain juga sangat banyak, misalnya para peneliti, mahasiswa, petani, peternak, wartawan, dan lain sebagainya. Sejak beberapa tahun yang lalu, PSEKP telah melakukan aktivitas manajemen data. Dalam kegiatan ini, tercakup tiga aspek: (a) pengembangan sistem database, (b)

pengembangan kapabilitas programer dan analis, (c) pengembangan

Page 105: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

92 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

infrastruktur pendukung. Ketiga aspek itu mutlak dibutuhkan dalam mewujudkan sistem data yang berdaya guna.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan data base tahun 2016 hasilnya cukup banyak dan bervariasi, yaitu dari updating (pemutakhiran) data, entry data baru sampai pada pengadaan data yang sudah dikelola oleh lembaga

lain, seperti BPS, Bank Indonesia, Deperindag, WTO, dan FAO. Pemutakhiran data bervariasi antar jenis data, tergantung pada ketersediaan data dari instansi yang menerbitkan. Ketersediaan database yang di miliki oleh PSEKP terbagi

dalam beberapa subsektor, yaitu: Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan. Subsektor Tanaman Pangan terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: Padi, Padi Ladang, Padi Sawah, Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Demikian pula untuk subsektor Hortikultura juga terbagi dalam tiga indikator, yaitu: Luas Panen, Produksi dan Produktivitas dengan komoditas terdiri atas: (1). Sayuran: Kentang, Cabe Besar, Bawang Merah, Bawang Daun, Kol, Jahe dan Tomat. (2). Buah-buahan: Durian, Jeruk, Mangga, Pepaya, Nenas, Manggis dan Pisang serta (3). Tanaman Hias: Anggrek, Mawar dan Melati. Untuk subsektor Peternakan, terbagi dalam empat indikator, yaitu: Populasi Ternak, Jumlah Ternak Potong, Ekspor-Impor dan Konsumsi (Sapi potong, Sapi perah, Kerbau, Kuda, Kambing, domba, Babi, Ayam, dan Itik).

Sedangkan untuk subsektor Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet, Kako, Cengkeh, Teh, Tebu/Gula, Kopi, Kelapa, Lada, Kapas, Jambu Mete, dan Tembakau) terbagi dalam beberapa indikator, yaitu: Luas Areal, Luas Panen, Produksi, Produktivitas, Ekspor-Impor, Produksi Perkebunan Besar, Produksi Perkebunan Rakyat dan Stok Perkebunan Besar. Selain database subsektor di atas, ketersediaan database yang dimiliki oleh PSEKP dilengkapi dengan database Indikator Makro (PDB, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, Indeks Harga Konsumen, Exchange Rate, Harga Konsumen, Harga Produsen, Jumlah Penduduk, Kemiskinan, Ketenaga Kerjaan, dan lain-lain) dan database Indikator Pertanian (NTP; HET Pupuk; Harga; Jumlah Pestisida yang beredar; Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Tani; Luas lahan Pertanian berdasarkan jenis pengairan dan penggunaan, Struktur Ongkos berdasarkan komoditas tanaman pangan, daerah irigasi, luas lahan terkena bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT, serta alat dan mesin pertanian (alsintan); database Ekspor-Impor komoditas pertanian serta database konsumsi yang terdiri atas:rata-rata konsumsi (protein dan kalori),

konsumsi dan pengeluaran per kapita menurut jenis makanan, pengeluaran pangan dan non-pangan (tingkat nasional dan provinsi). Selain cakupan data sekunder, sejak tahun 2012 kegiatan Database PSEKP mulai dilakukan inisiasi untuk menyusun data primer yang dapat berasal dari hasil survei lapang kegiatan penelitian di lingkup PSEKP, terutama kegiatan penelitian Panel Petani Nasional (Patanas). Kegiatan penyusunan data primer ini dilanjutkan pada tahun ini yaitu validasi data Patanas periode 2007-2012, serta juga penyusunan database tahun-tahun selanjutnya.

Page 106: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 93

7.3.3. Pelayanan Perpustakaan

Sebagai salah satu unit pelaksanaan penelitian, khususnya dalam bidang sosial ekonomi pertanian, keberadaan unit perpustakaan sangat penting dan vital dalam menunjang kegiatan penelitian. Evaluasi pelayanan perpustakaan penting dilakukan dan indikator yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi, yaitu: (1) Stok buku/bahan pengetahuan, (2) Penyajian dan pelayanan, (3) Tingkat pemanfaatan menurut pengguna, (4) Tingkat pemanfaatan menurut bahan dan (5) Masalah yang dihadapi.

PSEKP memiliki satu unit perpustakaan dengan koleksi buku dan majalah ilmiah yang cukup lengkap, baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Indonesia. Koleksi Buku di unit perpustakaan mencapai 9.739 buku; 8.135 buku yang berisi tentang Informasi Teknologi Pertanian; 727 Majalah yang berhubungan dengan pertanian dan 1.134 adalah Laporan Hasil Penelitian yang telah diseminarkan. Selain itu, perpustakaan PSEKP juga mempunyai sejumlah koleksi prosiding, laporan-laporan statistik dan laporan hasil penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penelitian sosial ekonomi pertanian. Untuk melengkapi kebutuhan informasi terkini yang dibutuhkan oleh para peneliti, maka perpustakaan ini juga berlangganan koran Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Tani serta majalah Trubus. Unit perpustakaan ini dikelola oleh lima orang pustakawan. Jumlah koleksi buku dan majalah akan terus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sosial ekonomi pertanian.

Pengguna layanan unit Perpustakaan diperuntukan bagi semua kalangan, sedangkan untuk layanan peminjaman buku hanya dikhususkan untuk pegawai Lingkup PSEKP saja. Pelayanan kepada pengguna perpustakaan tersebut diberikan dengan dua cara, yaitu open access untuk peneliti PSEKP dan closed access untuk pengguna di luar PSEKP. Pada tahun 2016, jumlah peminjam

pustaka mencapai 142 orang. Judul buku/pustaka yang dipinjam sedikit mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya pelayanan secara on-line

terhadap para peneliti PSEKP. Untuk membantu mempermudah pengguna dalam menelusuri pustaka yang dimiliki, perpustakaan PSEKP telah dilengkapi dengan empat buah unit komputer yang digunakan untuk melayani konsumen dalam mendukung kecepatan pencarian pustaka. Selain itu komputer tersebut juga digunakan untuk menyimpan dan mem-file data-data pustaka yang

tersedia. Kenyamanan pengunjung perpustakaan semakin bertambah dengan dilengkapinya ruangan baca dengan sistem pendingin udara.

7.3.4. Evaluasi Pelayanan Publikasi

Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan publikasi, indikator yang digunakan dalam evaluasi ini adalah: (1) Perencanaan, yang terdiri dari rencana penerbitan, rencana distribusi, dan jadwal, (2) Distribusi, yang terdiri dari lingkup PSEKP, Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, dan lainnya. Sedangkan indikator perencanaan dan pelaksanaan yang dimaksud dalam

Page 107: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

94 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

konteks ini ditekankan pada penerbitan dan distribusi dari masing-masing penerbitan yang dilakukan PSEKP.

Salah satu tugas PSEKP adalah mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian yang dalam pelaksanaannya dapat berupa publikasi. Beberapa publikasi yang diterbitkan oleh PSEKP pada tahun 2016 adalah: (1) Jurnal Agro Ekonomi (JAE), (2) Forum Penelitian Agro Ekonomi (FAE), (3) Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), (4) Prosiding hasil seminar, (5) Buku tematik, (6) Laporan tahunan, (7) Newsletters, dan (8) Laporan hasil penelitian.

Berbagai macam media publikasi tersebut disediakan oleh PSEKP dan digunakan sebagai wadah untuk menampung kebutuhan peneliti dalam mempublikasikan tulisan atau makalahnya. JAE merupakan media ilmiah penyebaran hasil-hasil penelitian sosial ekonomi Pertanian untuk menunjang pengembangan dan penelitian di Indonesia. JAE memuat hasil-hasil penelitian sosial ekonomi pertanian dengan misi meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan profesionalisme para ahli sosial ekonomi Pertanian dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan pertanian, pangan, sumber daya, dan pembangunan ekonomi. Dalam JAE, kekuatan metodologi penelitian sangat diperhatikan. JAE tersebut diterbitkan dua kali setahun. FAE adalah media ilmiah komunikasi hasil penelitian yang berisi review hasil penelitian sosial ekonomi pertanian di Indonesia. FAE memuat “critical review” hasil-hasil

penelitian para peneliti PSEKP dan lembaga lainnya. FAE juga menampung naskah-naskah yang berupa gagasan atau konsepsi orisinal dalam bidang sosial ekonomi pertanian. FAE juga diterbitkan dua kali setahun. Publikasi Analisis Kebijakan Pertanian adalah media ilmiah yang membahas isu aktual kebijakan Pertanian yang memuat artikel analisis kebijakan pertanian dalam bentuk gagasan, dialog, dan polemik. Media Analisis Kebijakan Pertanian ini diterbitkan empat kali dalam setahun.

Adanya berbagai media penerbitan ilmiah di PSEKP, maka peneliti PSEKP dapat menyalurkan ide, pemikiran dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan sosial ekonomi pertanian dengan baik. Bagi peneliti yang kreatif akan semakin mudah dalam meningkatkan jenjang fungsional penelitinya. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa ketersediaan media yang cukup banyak tersebut sangat membantu peneliti dalam meningkatkan dan memelihara jabatan fungsional penelitinya. Salah satu yang mungkin perlu mendapat perhatian manajemen adalah ketepatan waktu penerbitan yang masih belum seluruhnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Website dan Jaringan Internet

Sebagai unit kerja yang khusus menangani kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian di Kementerian Pertanian, PSEKP telah lama membina hubungan kerja sama dengan lembaga penelitian baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seringkali institusi dalam dan luar negeri membutuhkan data dan informasi hasil penelitian PSEKP. Sebagai institusi publik, maka sudah

Page 108: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Laporan Tahunan 2016 95

selayaknya jika PSEKP memiliki sarana untuk dapat menyediakan informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna.

Untuk lebih memberikan pelayanan yang optimal dan membantu

pemerintah dalam merumuskan kebijakan melalui diskusi dengan publik,

pelayanan publikasi PSEKP juga telah membangun situs atau website sendiri

dengan alamat http://www.pse.litbang.pertanian.go.id. Website ini telah online

dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat maupun stakeholders yang

membutuhkan data dan informasi mengenai kegiatan PSEKP selama 24 jam

penuh. Situs atau Website tersebut juga menjadi sarana komunikasi hubungan

kerja antara PSEKP dengan institusi lainnya, baik di dalam negeri maupun di

luar negeri. Untuk lebih memberikan kenyamanan dan kecepatan pengguna

dalam mengakses situs PSEKP tersebut, saat ini sedang dibuat tampilan baru.

Selain itu, juga sedang disusun program informasi opini yang dirancang untuk

memberikan pandangan atau tanggapan terhadap masalah pembangunan

pertanian terkini.

Selain Website, PSEKP juga telah membangun jaringan internet di setiap

ruangan peneliti dan pejabat struktural. Layanan informasi tersebut dilakukan

dengan pemasangan instalasi local area network (LAN). Instalasi ini memiliki 12

unit switch yang masing-masing memiliki 8 dan 24 port sehingga seluruh PC

dan laptop di PSEKP dapat terhubung dengan jaringan internet yang tersebar di

seluruh gedung. Selain itu, terdapat jaringan wireless yang tersebar di seluruh

gedung untuk menangani PC dan atau laptop yang ingin terhubung dengan

internet secara nirkabel. Alat wireless yang terpasang kurang lebih sebanyak 15

unit. Pembangunan jaringan internet ini dimaksudkan agar para peneliti dan

pejabat struktural dapat mengakses perkembangan informasi secara cepat dan

murah. Selain itu, adanya jaringan internet ini akan mempermudah peneliti

dalam mengakses data dari berbagai institusi di seluruh dunia. Dengan

demikian, diharapkan kegiatan penelitian sosial ekonomi pertanian dapat lebih

berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Selama tahun 2016, telah dibangun jaringan baru untuk gedung baru

yang bertempat di Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor. Jaringan di gedung baru

dibuat untuk mengakomodasi pegawai agar ketika pindah pada bulan

September dapat segera bekerja tanpa kendala. Dalam gedung baru tersebut

telah di pasang jaringan internet menggunakan provider Telkom dengan

produk Indihome. Kecepatan internet yang dilanggan sebesar 30Mbps dengan

bandwidth unlimited. Namun kecepatan tersebut masih belum memadai,

sehingga pada tahun 2017 akan di naikkan menjadi 100Mbps. Dalam gedung

baru, dilakukan instalasi jaringan wireless, sehingga pengguna tidak perlu

membutuhkan kabel jaringan agar terkoneksi dengan internet. Alat wireless

yang terpasang di gedung A sebanyak 20 titik yang tersebar di seluruh gedung.

Sedangkan untuk gedung B, masih menunggu hingga selesai pembangunannya.

Page 109: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

96 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

7.3.5. Sarana Penelitian

Indikator yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pada pelayanan sarana penelitian adalah: (1) Rencana pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah dan (2) Realisasi pengadaan, yang terdiri dari jadwal, jenis dan jumlah. Kedua indikator tersebut juga akan dilihat jika terdapat permasalahan yang dijumpai oleh pelayanan penelitian dan cara pemecahan masalah.

Sarana penelitian yang dimaksud dalam konteks ini adalah sarana alat tulis kantor (ATK) terdiri dari tonner, tinta printer, kertas, flash disk, dan lainnya. Setiap tim dapat mengajukan kebutuhan ATK-nya sesuai kebutuhan untuk penelitian baik menjelang survei maupun saat kegiatan di kantor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa untuk mendukung kelancaran kegiatan penelitian, peneliti telah dilengkapi fasilitas komputer dan jaringan internet yang tersedia di setiap ruangan peneliti. Untuk kelancaran komunikasi internal kantor disediakan pula telepon penghubung antar ruangan sehingga memudahkan komunikasi antar pegawai, baik di dalam kantor maupun menerima telpon dari luar kantor. Bahkan untuk kenyamanan kerja, maka di hampir setiap ruangan peneliti telah dilengkapi dengan fasilitas air condition (AC). Ruang rapat yang lengkap dengan fasilitas yang memadai sudah tersedia. Apalagi sejak PSEKP menempati gedung baru di Jalan Tentara Pelajar No. 3B sejak 5 September 2016.

Page 110: LAPORAN TAHUNAN TA 2016 - pse.litbang.pertanian.go.id · KATA PENGANTAR . Laporan Tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian