laporan struktur tanah

21
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel- partikel promer tanah (pasir, debu, dan liat) menjadi butir-butir (agregat tanah). Atau dengan kata lain, struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran, dan tingkatan perkembangan ped. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu sangat erat kaitannya dengan agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara sehingga memudahkan akar tanaman untuk dapat memanjangkan akarnya masuk ke dalm tanah. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Karena struktur sangat berhubungan dengan penentuan ciri suatu tanah tertentu, tipe khusus 41

Upload: efrritdzalhardinb

Post on 28-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hrs

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan struktur tanah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur tanah menggambarkan cara bersatunya partikel-partikel promer tanah

(pasir, debu, dan liat) menjadi butir-butir (agregat tanah). Atau dengan kata lain,

struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat

relatif disusun satu sama lain. Struktur tanah dijelaskan dalam bentuk ukuran, dan

tingkatan perkembangan ped. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel

pasir dan debu sangat erat kaitannya dengan agregat-agregat (gumpalan kecil)

oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori)

membentuk sirkulasi air dan udara sehingga memudahkan akar tanaman untuk

dapat memanjangkan akarnya masuk ke dalm tanah. Sedangkan ruangan kosong

yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.

Karena struktur sangat berhubungan dengan penentuan ciri suatu tanah

tertentu, tipe khusus penggolongan butir yang kebetulan menguasai sangat besar

pengaruhnya. Istilah sturktur digunakan untuk menunjukkan penggolongan-

penggolongan yang dimaksud. Struktur hanyalah istilah lapangan yang tegas

melukiskan secara garis besar keseluruhan agregasi atau susunan butir-butir tanah.

Profil dapat dikuasai oleh pola stuktur tunggal. Sering kali dijumpai macam

agregasi yang merupakan perkembangan dari horison.

41

Page 2: Laporan struktur tanah

Dengan mudah dapat dilihat, bahwa keadaan dan ciri seperti gerakan air,

pemindah panas, aerasi, kerapatan massa, dan gumpalan akan banyak dipengaruhi

oleh struktur. Sebenarnya perubahan fisik yang diusahakan oleh petani melalui

kegiatan membajak, mengolah, mendrainase, dan sebagainya hanya bersifat

struktural. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman

terjadi secara langsung.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum struktur tanah ini adalah untuk menggolongkan bentuk,

ukuran, dan tingkat perkembangan struktur tanah Inceptisol, serta untuk

mengetahui kemantapan struktur tanah Inceptisol terhadap pengaruh air yang

diam dan bergerak. Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah untuk

memberikan pemahaman yang lebih spesik terhadap teori struktur tanah yang

telah didapatkan di runag kuliah guna, dan juga dapat menjadi sumber informasi

bagi para pembaca mengenai struktur tanah.

42

Page 3: Laporan struktur tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan

struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama

lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain.

Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan

kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Struktur tanah dikelompokkan dalam

6 bentuk. Keenam bentuk tersebut adalah:

1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,

struktur ini terdapat pada horison A.

2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat

dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut

membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal

bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur

ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.

3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar

daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini

terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.

4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar

daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur ini

terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.

43

Page 4: Laporan struktur tanah

5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil

daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada

lapisan padas liat

6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat

porous, struktur ini terdapat pada horizon A.

Tanah yang terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan

struktur remah atau granular di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan

struktur gumpal di horison B atau tanah lapisan bawah (sub soil). Akan tetapi,

pada tanah yang terbentuk di daerah (Wasit, 2010)

Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat

penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan

diantara agregat yang dapat diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya.

Agregat tanah sebaiknya mantap dan tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari

luar seperti pukulan butiran air hujan. Dengan demikian tidak mudah atau tahan

erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah

halus sehingga infiltrasi tertahan dan run off menjadi besar. Struktur tanah yang

jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan tersebut di atas (Sarief, 1989).

Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan

kelembaban dan udara. Ukuran makroskopis sebagian besar berakibat terhadap

ruang-ruang antar ped yang lebih besar daripada ruang-ruang yang sama yang ada

diantara partikel-partikel pasir, debu dan liat yang berdekatan di dalam ped. Hal

ini merupakan akibat struktural pada hubungan ruang pori yang membuat struktur

menjadi begitu penting. Gerakan udara dan air dipermudah (Foth, 1995)

44

Page 5: Laporan struktur tanah

2.2 Struktur Tanah Inceptisol

Tanah inceptisol adalah tanah yang belum matang dengan perkembangan

profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih banyak

menyerupai sifat bahan induknya. Beberapa inceptisol terdapat dalam

keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak

berubah penggunaan inceptsiol untuk pertanian atau nonpertanian beraneka

ragam. Tanah inceptisol memiliki struktur tanah yang agak sukar hancur karena

mengandung liat dan kandungan pasir yang seimbang sehingga tingkat keutuhan

agregatnya sedang.(Hardjowigeno, 2003)

Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar,

merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat

perkembangan lemah yang dicirikan oleh horison penciri kambik. Tanah ini

terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin),

batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Penyebaran tanah ini terutama di daerah

dataran antara perbukitan, tanggul sungai, rawa belakang sungai, dataran aluvial,

sebagian dataran struktural berelief datar, landform struktural/ tektonik, dan

dataran/ perbukitan volkanik. Kadang-kadang berada pada kondisi tergenang

untuk selang waktu yang cukup lama pada kedalaman 40 sampai 50 cm (Anonim,

2010)

45

Page 6: Laporan struktur tanah

Tanah Inceptisol memiliki horison KambiK pada horison B yang dicirikan

dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses

basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah. enis tanah inceptisol

terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang

tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan

oleh horison penciri kambik. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan

induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping

(Anonim, 2010).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah

Menurut Hamran (2010), ada beberapa factor penting yang mempengaruhi tekstur

tanh, yaitu :

1. Bahan Induk

Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-

agregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat

menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai

pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah

dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan

berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak

berpengaruh terhadap agregasi.

46

Page 7: Laporan struktur tanah

2. Bahan organik tanah

Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami

pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah.

Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan

erat.

3. Tanaman

Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang

mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-

celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah

semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk

dari air yang diserp oleh tanaman tesebut.

4. Organisme tanah

Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga

mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna

tanaman.Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman yang setelah

dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.

5. Waktu

Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama

waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin

mantap.

47

Page 8: Laporan struktur tanah

6. Iklim

Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan,

pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pembentukan agregat tanah.

48

Page 9: Laporan struktur tanah

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum struktur tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini

telah dilaksanakan pada hari Rabu 13 Oktober 2010 yang berlangsung dari pukul

13.30 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan petridish, saringan

kawat, buret, pipet tetes, gelas piala, botol semprot, dan stopwatch. Sedangkan

bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah Inceptisol, dan

aquadest..

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Mengenal Bentuk, Ukuran, dan Tingkat Perkembangan Struktrur

1) Memilih dan mengambil beberapa gumpalan tanah dari masing-masing

lapisan dengan ukuran yang sama.

2) Mengamati dengan teliti bentuk dari gumpalan tanah tersebut dengan

mencocockkannya dengan bentuk-bentuk tipe tanah yang ada dalam

penuntun.

3) Mengulangi langkah (1) untuk mengamati ukuran dan tingkat

perkembangan struktur dengan berpedoman pada teori yang ada pada buku

penuntun.

49

Page 10: Laporan struktur tanah

3.3.2 Kemantapan Struktur Dalam Air

1) Menaruh air destilasi dalam cawan petridish.

2) Selanjutnya memilih tiga butir agrerat tanah yang representative (< 2 mm)

dan memasukan dengan hati-hati ke dalam air pada cawan petridish

tersebut.

3) Mengamati keutuhan tanah setelah beberapa lama.

3.3.3 Kemantapan Agregat Terhadap Tetesan Air

1) Meletakkan tiga butir tanah yang berukuran sekitar 1 – 2 mm di atas

saringan dari kawat yang ditaruh di atas gelas piala.

2) Membasahi agregat-agregat dengan air dengan menggunakan pipet tetes,

lalu membiarkannya selama 10 menit agar pembasahan merata.

3) Menetesi agregat-agregat tersebut dengan air dari buret yang dipasang 20

cm diatas saringan.

4) Menghitung jumlah tetesan yang diperlukan untuk menghancurkan

agregat-agregat tanah tersebut.

50

Page 11: Laporan struktur tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3. Pengamatan Bentuk, Ukuran, dan Tingkat Perkembangan Struktur

No.

Sampel

Sampel

Tanah

Bentuk

Struktur

Ukuran

Agregat

Tingkat

Perkembangan

Struktur

1. Lapisan I Granular Kasar (5-10) Tanpa Struktur

2. Lapisan IIBlocky Sub

AngularHalus (5-10)

Perkembangan

Lemah

3. Lapisan III Blocky Angular Halus (1-2)Perkembangan

Sedang

Tabel 4. Pengamatan Kemantapan Struktur Dalam Air dan Kemantapan Agregat Terhadap Tetesan Air

No.

Sampel

Sampel

Tanah

Keutuhan

Agregat Tanah

Jumlah Tetesan Untuk

Menghancurkan Tanah

1. Lapisan I 01’03’’72 120 tetesan

2. Lapisan II 01’32’’43 200 tetesan

3. Lapisan III 02’29’’69 350 tetesan

51

Page 12: Laporan struktur tanah

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil yaitu lapisan I memiliki bentuk

struktur granular, berukuran kasar (5-10) dengan tingkat perkembangan tanpa

struktur. Struktur lapisan ini memiliki kemantapan struktur 01’03’’72 terhadap

tetesan air, sedangkan kemantapan agregatnya hingga 120 tetesan air untuk

menghancurkan tanah pada lapisan ini. Hal ini sesuai dengan pandapat Hanafiah

(2007) bahwa struktur tanah granular itu terdapat pada lapisan tanah bagian atas

dengan kondisi relatif tak berporeus, kecil dan agak bulat, dan tidak membentuk

ped. Makin tidak poreus tanah akan semakin sulit air dan udara untuk bersirkulasi

(drainase dan aerasi buruk, air dan udara sedikit tersedia, tetapi air yang ada tidak

mudah mudah hilang dari tanah. Itulah sebabnya tanah ini tidak memerlukan

waktu yang cikup lama ntuk hancur dengan beberapa tetesan air.

Lapisan II memiliki bentuk struktur blocky sub angular, berukuran halus

(5-10) dengan tingkat perkembangan lemah. Struktur lapisan ini memiliki

kemantapan struktur 01’32’’43 terhadap tetesan air, sedangkan kemantapan

agregatnya hingga 200 tetesan air untuk menghancurkan tanah pada lapisan ini.

Struktur tanah ini memiliki perbedaan dari struktur lapisan I dikarenakan ruang

antar pori yang dibentuk pada tanah lapisan II ini lebih kecil dari pada lapisan I.

sehingga air dan udara sulit bersirkulasi. Keadaan ini mengakibatkan kemantapan

struktur dan agregatnya lebih kuat daripada lapisan sebelumnya. Perkembngannya

pun lemah, yang menandakan bahwa ped-ped yang terlihat belum semputrna,

masih mudah menjadi campuran ped yang tidak jelas bersama bahan-bahan yang

tidak beragregasi. (Hamran, 2010).

52

Page 13: Laporan struktur tanah

Lapisan III memiliki bentuk struktur blocky angular, berukuran halus (1-2)

dengan tingkat perkembangan sedang. Struktur lapisan ini memiliki kemantapan

struktur 02’29’’69 terhadap tetesan air, sedangkan kemantapan agregatnya hingga

350 tetesan air untuk menghancurkan tanah pada lapisan ini. Struktur tanah ini

termasuk struktur tanah stabil yakni agregat-agregatnya cukup tahan terhadap

benturan air yang menetes, sehingga tidak mudah hancur, dapat melalukan air

dengan baik, sehingga tanah tidak cepat jenuh air. Ikatan partikel-partikel tanah

ini terbilang tidak terlalu lemah, sehingga tenaga mekanik tidak akan mudah

mencerai beraikan pertikel-partikel tanah dan akibatnya pori-pori tananh tanah

cenderung tertutup dan kontinuitas tanah cukup terganggu (Laban, 2010)

53

Page 14: Laporan struktur tanah

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari Percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

berikut.

Penggolongan bentuk, struktur, dan tingkat perkembangan struktur

menunjukkan bahwa setiap lapisan dengan jenis tanah yang sama

memiliki struktur yang berbeda sehingga kondisi aerasi dan drainasenya

pun berbeda pula.

Kemantapan struktur dan kemantapan agregat sangat dipengaruhi oleh

ruang antarpori dari struktur ini dan juga dipengaruhi oleh gaya ikatan

antar partikel-partikel tanah sehingga apabila ruang antarporinya relatif

kecil dengan gaya ikatan antar partikel tanah yang kuat menyebabkan

agregat tanah lebih tahan terhadap pengaruh air yang diam dan bergerak.

5.2 Saran

Sebaiknya dalam percobaan pada prosedur (I) menggunakan kaca pembesar

ataupun alat pembesar lainnya guna mendapatkan hasil lebih teliti dan jelas, sebab

jika hanya mengandalkan kemampuan mata maka ditakutkan terjadi kesalahan,

54