struktur tanah dan kemantapan agregat

15
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN DAN AIR STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Lahan dan Air yang dibimbing oleh Ibu Juarti Oleh : Mahviro Vivi Andriani 110721435110 KELAS BB OFF L UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI Desember 2013

Upload: mahviro-vivi

Post on 22-Jan-2018

1.392 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KONSERVASI LAHAN DAN AIR

”STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Lahan dan Air

yang dibimbing oleh Ibu Juarti

Oleh :

Mahviro Vivi Andriani

110721435110

KELAS BB OFF L

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

Desember 2013

Page 2: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Judul Praktikum : TEKSTUR TANAH

A. Pendahuluan

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.

Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah

mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai

penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik

bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai

mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup

dan bergerak. Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai

ilmu tanah. Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain.

Air dan udara merupakan bagian dari tanah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk

mempelajari ilmu tanah dan cara untuk melestarikannya.

Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai

lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah

secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasiifikasi tanah.

Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakuakn dengan

bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat sifat

tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci dilaboratorium.

Indonesia merupakan Negara agraris yang beriklim tropis, dengan kondisi

tersebut menyebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi. Begitu air hujan mengena i

permukaan tanah, maka secara langsung akan menyebabkan hancurnya agragat dan

terlepasnya partikel-partikel tanah, Pada kondisi ini penghancuran agregat dan

perlepasan partikel-partikel tanah dipercepat oleh adanya daya penghancur dari air itu

sendiri. Itulah tahap terpenting dalam mekanisme terjadinya erosi, mengingat air

merupakan media utama pengangkut tanah ketika erosi.

Erosi merupakan hal yang wajar apabila intensitasnya sedang, tapi perlu

diwaspadai jika intensitas atau lajunya cukup tinggi, mengingat dampak atau bahaya

erosi yang cukup besar. Untuk itu dalam usaha menurunkan laju erosi perlu dilakukan

konservasi tanah dan air dengan tujuan mengurangi laju erosi. Dalam melakukan

konservasi tersebut ada tahap-tahap yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah

menentukan sifat-sifat tanah seperti tekstur ataupun strukturnya, agar bisa

Page 3: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

diklasifikasikan. Dengan itu kegiatan konservasi menjadi lebih mudah. Untuk

menentukan tekstur ataupun struktur perlu dilakukan uji lab terhadap sampel tanah

tertentu.

B. Dasar Teori

1. Struktur

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk

agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di

mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Bentuk Struktur dan

tektur tanah merupakan komponen tanah yang merupakan indikasi karakteristik

tanah. Tanah memiliki bentuk struktur bermacam-macam yakni granular, blocky,

platy, prisma, columnar, massiv

Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah

primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder yang disebut

juga agregat. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu

ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi kimia. Struktur mengubah

pengaruh tekstur dengan memperhatikan hubungan kelembaban udara.

Faktor fisika dan kimia tanah yang menentukan komposisi dan kerapatan

serangga permukaan tanah disuatu tempat adalam pH, suhu, kelembaban, makanan,

cahaya, tektstur tanah dan kadar organik tanah, sengga terjadi kelimpahan serangga

tanah (Odum, 1996). Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan

langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk

pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan

contoh tanah dan dibawa ke laboraturium (Muhammad, 2003).

2. Tektstur Tanah

Partikel tanah berbeda-beda ukurannya. Berdasarkan ukurannya maka

partikel tanah digolongkan atas fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah adalah

perbandingan antara partikel tanah yang berupa liat, debu, dan pasir dari suatu

massa tanah (Muhammad, 2003). Apabila perbandingan liat, debu, dan pasir

diketahui maka, kelas tekstur dapat ditentukan dengan menggunakan diagram

segitiga tekstur seperti gambar dibawah ini.

Page 4: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Gambar 1: Diagram Segitiga Tekstur Tanah

Tanah yang mempunyai tekstur halus mempunyai luas permukaan besar

dibanding dengan tanah yang bertekstur kasar. Oleh karena itu, tanah yang

demikian ini cepat melapuk. Beberapa sifat tanah yang lain, seperti kandungan

bahan organik, unsur hara, aerasi dan lain-lain, seperti kandungan bahan organik

mempunyai hubungan yang erat dengan tekstur tanah. Penentuan tekstur tanah

dilaboratorium dilakukan dengan cara analisis mekanis.

Partikel-partikel tanah diaduk dalam air dan diberi bahan-bahan yang

menghilangkan perekat-perekat dalam tanah. Partikel liat yang mempunyai luas

permukaan relatif besar dalam satu-satuan volume tertentu akan mengendap dalam

waktu yang lama, sedangkan partikel-partikel pasir lebih cepat mengendap karena

luas permukaannya relatif kecil.(Buckman dan Brady, 1982)

C. Tujuan

Untuk mengetahui tipe struktur tanah

Untuk mengetahui klasifikasi tekstur tanah

D. Alat dan Bahan

Alat :

Tabung ukur 100ml

Pipet

Lup

Page 5: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Cawan dan alu

Saringan (ayakan)

Pengaduk (stik bambu)

Nampan

Timbangan

Lembar tipe struktur tanah

Lembar klasifikasi tekstur tanah

Bahan :

Tanah

Aquades

Cairan H2O2

E. Langkah-langkah

Langkah untuk mengetahui tipe struktur tanah :

1. Ambil sedikit bongkahan tanah kecil yang masih memiliki struktur bentuk

2. Ambil lup

3. Amati dan deteksi tanah bongkahan tersebut menggunakan lup

4. Cocokan hasil pengamatan bongkahan tersebut dengan menggunakan lembar tipe-

tipe strukur tanah

5. Tentukan struktur tanah tersebut masuk dalam tipe struktur tanah

Langkah untuk mengetahui klasifikasi tekstur tanah :

1. Ambil tanah secukupnya untuk dijadikan sampel

2. Masukkan sampel tanah kedalam cawan dan haluskan dengan menggunakan alu

3. Ambil nampan dan saringan (ayakan), untuk mengayak tanah yang sudah agak

halus tersebut sehingga mendapatkan partikel tanah yang lebih halus

4. Ambil tanah yang sudah diayak untuk diukur dengan timbangan sampai beratnya

mencapai 40 gram

5. Setelah ditimbang, masukkan tanah kedalam tabung ukur

6. Ambil cairan H2O2 menggunakan pipet dengan ukuran 20ml

7. Masukkan aquades kedalam gelas ukur sampai mencapai ukuran 90ml

8. Kemudian aduk hingga tanah tercampur rata dan tidak menggumpal

Page 6: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

9. Jika saat diaduk ukuran air berkurang dari 90ml, maka tambahkan aquades lagi

sampai mencapai 90ml

10. Setelah dirasa cukup tercampur dan ukuran sudah mencapai 90ml, diamkan

sampai tanah mengendap dan terlihat teksturnya dalam jangka waktu 1x24 jam

11. Setelah tanah sudah mengendap dengan waktu 1x24 jam

12. Amatilah tanah tersebut, berapa cm ukuran liat, debu dan pasirnya

13. Setelah mendapatkan ketinggian tanahnya, masukan ke dalam segitiga klasifikasi

tekstur tanah

14. Tentukan tekstur tanah tersebut termasuk dalam klasifikasi tekstur tanah

F. Hasil

Hasil perhitungan penentuan klasifikasi tekstur tanah :

Diketahui :

Tinggi pasir = 3 cm

Tinggi debu = 6 cm

Tinggi liat = 0,1 cm

Tinggi keseluruhan tanah = 9 cm

Ditanya : klasifikasi terkstur tanah…?

Jawab :

Jenis fraksi tanah = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (𝑐𝑚)

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ(𝑐𝑚)× 100%

Pasir = 3 𝑐𝑚

9 𝑐𝑚× 100% = 33,3%

Debu = 5,9 𝑐𝑚

9 𝑐𝑚× 100% = 65,6%

Liat = 0,1 𝑐𝑚

9 𝑐𝑚× 100% = 1,1%

Dari hasil perhitungan diatas, dimasukkan kedalam segitiga klasifikasi tekstur

tanah dan ditarik garis sehingga menemukan hasil bahwa sampel tanah termasuk

dalam klasifikasi silt loam (lempung berdebu).

Page 7: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Gambar : Pengukuran hasil pengendapan

G. Pembahasan

Gambar: klasifikasi tekstrur tanah

Page 8: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Tipe struktur tanah pada sampel adalah Granular. Granular merupakan

tipe struktur tanah yang berbentuk granul, bulat, dan porous, struktur ini terdapat

pada horison A.

Gambar: dari prosentase dimasukkan ke dalam segitiga struktur

Dari hasil pengamatan didapat prosentase pasir sebesar 33,33% dari

keseluruhan lapisan, prosentase liat sebesar 65,6% dan prosentase debu sebesar

1,1%. Setelah dimasukkan ke dalam segitiga struktur tanah maka di dapat jenis tanah

termasuk ke dalam kategori Clay (liat) menurut klasifikasi oleh Hardjowigeno, 2003.

Sampel tanah di atas memiliki tekstur liat karena memiliki kandungan liat diatas

65,6% dengan ciri-ciri sifat tekstur lembut-sedang. Ciri-ciri lain dari sampel tanah

tersebut adalah memiliki pori-pori sedang (meso), jadi untuk menyerap air agak sulit

dan untuk menyimpan air juga lumayan baik. Jadi jenis diatas masih cukup baik

untuk tanaman.

H. Kesimpulan

Pada praktikum, tanah yang di gunakan untuk sempel tanah, menujukan

struktur tanah adalah tipe Granular dengan tekstur tanah CLAY (liat) yang di

tunjukan pada segitiga tekstur. Namun apabila dilihat berdasarkan fisiknya, tanah

temasuk ke dalam liat berpasir dengan pori-pori sedang. Jenis tanah ini baik

digunakan untuk tanaman sedang.

Page 9: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

I. Daftar Pustaka

Dahlia, Amy. 2012. Lingkungan Biotik dan Abiotik. (Online)

(http://amydahlia.files.wordpress.com/2012/01/structure1.gif), diakses pada tanggal 12

Desember 2013.

Sholekha, Ummatus. 2011. Laporan Tekstur Tanah. (Online)

(http://3.bp.blogspot.com/_8GqrZRp3s9E/TVSYCLu0PQI/AAAAAAAAABw/uvRH4

2ZLpGc/s1600/soiltriangle.jpg), diakses pada tanggal 12 Desember 2013.

Page 10: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Judul Praktikum: LAPORAN PRAKTIKUM KEMANTAPAN AGREGAT TANAH

A. Pendahuluan

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan

pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan

tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan

sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat

antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta

tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanaga

permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di

dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen

pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan

ped dan agregasi.

Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan

tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan

kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan

seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-

lain.

Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.

Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar

tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Tanah

yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut akan

mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah

sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat.

Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.

Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat

ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini

merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat (Santi, 2008).

B. Landasan Teori

Agregat tanah merupakan partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung

dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan

satuan dasar struktur tanah (Baveretal.,1972;Theng, 1987). Agregat terbentuk

diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer

Page 11: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu

yang dapat mengikat menjadi lebih kuat (sementasi). Pembentukan agregat tanah

melalui proses penjonjotan yang dilanjutkan dengan agregasi dengan atau tanpa

diikuti proses sementasi (Baveretal., 1972; Notohadiprawiro, 1996).

Kemantapan agregat merupakan kemampuan agregat tanah untuk bertahan

terhadap pengaruh tetesan air hujan atau pembenaman dalam air. Pengukuran

kemantapan agregat dapat dilakukan dengan metode pengayakan basah dan

pengayakan kering (kuantitatif) atau dengan metode pembenaman dalam air dan

alkohol (kualitatif) (Septiawan, 1987).

Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.

Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan

tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk

perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan

daya menahan air. Pada tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan

maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran

akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk

dan permeabilitas menjadi lambat (Septiawan, 1987).

Kemantapan agregat juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah

terhadap erosi. Kemampuan agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar

(stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index

(ASI). Indeks ini merupakan penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan

agregat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain

pengolahan tanah, aktivitas mikroorganisme tanah, dan penutupan tajuk tanaman

pada permukaan tanah yang dapat menghindari splash erotion akibat curah hujan

tinggi.

Kemantapan agregat merupakan sifat fisik tanah yang memanifestas ikan

ketahanan agregat tanah terhadap pengaruh disintegrasi oleh air dan manipulas i

mekanik (Juryetal., 1991) cit (Septiawan, 1987). Oleh karena itu pengukuran

aggregat yang berkaitan dengan pengaruh dispersif air sangat relevan untuk

dilakukan. Pengukuran kemantapan bisa dibatasi pada hanya agregat makro,

agregat mikro, bahan yang dapat didispersikan, atau dapat meliputi rentang

ukuran aggregate yang luas. Hasil pengukuran akan sangat ditentukan oleh

kelas ukuran agregat dan kadar air awal dari agregat yang digunakan, serta

kondisi bagaimana pembasahan itu terjadi (Kay dan Angers, 2000) cit

Page 12: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

(Septiawan, 1987). Kemantapan agregat dipengaruhi oleh banyak faktor,

diantaranya jenis dan kadar Iiat, bahan organik. serta jenis dan jumlah kation

terjerap.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah dari sampe A dan B

D. Alat dan Bahan

1. Alat

- Gelas ukur

- Pipet

- Mika ukuran kecil

- Tisu

- Statif

- (buret)

2. Bahan

- Sampel tanah A

- Sampel tanah B

- Aquades

E. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan

2. Pasang buret pada statif

3. Tuangkan aquades ke dalam buret sampai batas 0 (nol)

4. Aturlah jarak antara buret dan alas statif dengan jarak 20 cm.

5. Buanglah rongga udara pada buret dengan cara mengatur kran pada buret

6. Letakkan gelas ukur dibawah buret

7. Buka kran secara perlahan hingga air menetes

8. Hitung jumlah tetesan air hingga 10 tetes

9. Lihat volume air yang berkurang pada skala buret

10. Catatlah dan masukkan table pengamatan volume per-tetes

11. Tuangkan kembali aquades pada buret sampai batas 0 (nol)

12. Ulangi langkah pada no 7-11 sebanyak 5 kali

13. Ambillah 5 buah sampel tanah A dan 5 buah sampel tanah B

14. Ambil mika dan letakkan tissue di atasnya

15. Ambil sampel tanah A yang pertama dan letakkan diatas mika yang sudah dilapisi

tissue

Page 13: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

16. Letakkan mika yang berisi sampel tanah pada alas statif

17. Tuangkan aquades pada buret sampai batas 0 (nol)

18. Buka kran secara perlahan hingga air menetes

19. Hitung jumlah tetesan air hingga agregat tanah mulai pecah

20. Tutup kran pada buret dan catatlah jumlah tetesan air hingga agregat tanah mulai

pecah

21. Buka kembali kran pada buret dan teruskan tetesan air hingga agregat hancur

22. Tutup kran pada buret dan catatlah jumlah tetesan air hingga agregat tanah hancur

23. Ulangi langkah 15- 22 hingga sampel tanah A yang kelima

24. Ulangi langkah 15-23 untuk sampel tanah B

F. Hasil

Hasil Pengamatan Volume Per-Tetes

Ulangi ke- Jumlah tetesan Volume air Volume per-tetesan

1 10 tetes 4 ml 4

10 = 0,4

2 10 tetes 4 ml 4

10 = 0,4

3 10 tetes 5 ml 5

10 = 0,5

4 10 tetes 5 ml 5

10 = 0,5

5 10 tetes 5 ml 5

10 = 0,5

Rata-rata 4,6 ml 0,46

Jumlah Tetesan Untuk Memecahkan Sampai Menghancurkan Agregat

Sampel A

Ulangi ke- ∑ tetesan (A) ∑ tetesan (B) Catatan

1 7 tetes 530 tetesan

2 8 tetes 200 tetes

3 11 tetes 560 tetes

4 5 tetes 45 tetes

5 6 tetes 150 tetes

Rata-rata 7,4 tetes 297 tetes

Page 14: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

Sampel B

Ulangi ke- ∑ tetesan (A) ∑ tetesan (B) Catatan

1 10 tetes 20 tetesan

2 4 tetes 10 tetes

3 5 tetes 16 tetes

4 2 tetes 22 tetes

5 3 tetes 20 tetes

Rata-rata 4,8 tetes 17,6 tetes

Keterangan:

A. = tetesan sampai agregat mulai pecah

B. = tetesan saat agregat hancur

G. Pembahasan

1. Jumlah Volume Per-Tetes Sampai Agregat Mulai Pecah.

Pada hasil data pengamatan, sampel A dan sampel B, sampel A memiliki tekstur

warnanya coklat muda (lebih terang), dibandingkan dengan sampel B yang

memiliki tekstur warna coklat tua (lebih gelap). Selain itu, sampel A mengarah pada

tanah lempung berpasir, sedangkan sampel B mengarah pada tanah pasir. Sehingga

hal ini mampu mempengaruhi agregat tanah lebih cepat pecah sampel B dari pada

sampel A, hal ini dikarenakan sampel A lebih padat (memiliki tingkat kestabilan

tanah sangat tinggi, daripada kestabilan tanah sampel B).

2. Jumlah Tetesan Air Mampu Memecahkan Dan Sampai Menghancurkan

Agregat Tanah.

Pada hasil data pengamatan, sampel A sudah dijelaskan tentang tekstur

tanahnya, sehingga dengan bentuk tekstur yang seperti itu mampu membutuhkan

waktu yang lama untuk menghancurkan agregat tanahnya, hal ini dipengaruhi oleh

semakin baik tingkat kestabilan tanah, sehingga lama waktu untuk penghancuran

agregat tanah. Sedangkan sampel B memiliki tingkat indeks kestabilan yang

tergolong rendah. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk dapat

Page 15: STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT

menghancurkan agregat tanahnya dan menghasilkan tetesan yang sedikit pula untuk

mempengaruhi agregat tanah, sehingga mempercepat tanah hancur.

Ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air

hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah

melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Struktur tanah

disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan bahan-bahan perekat lain serta

nisbah atau perbandingan antara berbagai kation yang ada dalam tanah. Struktur

tanah berpengaruh penting atas regim udara dan air dalam tanah, antara hidrolik dan

konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan kegiatan biologi

dalam tanah.

H. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini sebagai berikut:

1. Tanah samel A memiliki nilai agregat dan indeks stabilitas tertinggi (agak stabil)

dan tanah sampel B memiliki nilai agregat dan indeks stabilitas terendah (kurang

stabil). Tingkat kestabilan agregat tanah sangat berpengaruh pada kemampuan pori-

pori tanah yang mudah terdispersi. Tanah dengan agregat yang tidak stabil

menyebabkan pori-pori tanah mudah hancur dan tertutup oleh debu atau liat

sehingga laju dan kapasitas infiltrasi tanah mengalami penurunan.

2. Makin stabil suatu agregat tanah, makin rendah kepekaannya terhadap erosi

(erodibilitas tanah)

I. DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S. 1987. Dasar Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa : Jakarta

Hudson, N. 1978. Soil Conservation. Bastford, London

Kemper, E.W. & R.C. Rosenau (1986) Aggregate stability and size distribution.. In:A.

Klute (Ed.) Method of Soil Analysis Part 1. 2 nd ed. ASA. Madison.

Wisconsin. (hal 425-461)

Nurul Romdony, Afdal PENETAPAN KEMANTAPAN AGREGAT TANAH,

(Online), Di akses tanggal 10 Desember 2013