laporan struktur

49
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kareana bimbingan dan rahmat-Nya lah sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengn aktu yang ditentukan. Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih, kepada : 1. Ir. Jamal Rauf Husain MT,. dan Dr. Eng Asri Jaya, ST, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi Struktur. 2. Orang tua dalam memberikan dukungan moril maupun materi dalam menunjang keberlangsungan perkuliahan. 3. Kakak – kakak asisten Geologi Struktur yang telah membimbing kami dilapangan. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.

Upload: bella-staysie-regina-cristie

Post on 26-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN STRUKTUR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kareana

bimbingan dan rahmat-Nya lah sehingga penulisan laporan ini  dapat diselesaikan

sesuai dengn aktu yang ditentukan.

Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih, kepada :

1. Ir. Jamal Rauf Husain MT,. dan Dr. Eng Asri Jaya, ST, MT. selaku dosen

pembimbing mata kuliah Geologi Struktur.

2. Orang tua dalam memberikan dukungan moril maupun materi dalam

menunjang keberlangsungan perkuliahan.

3. Kakak – kakak asisten Geologi Struktur yang telah membimbing kami

dilapangan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat

berguna bagi yang membutuhkan.

                                                                             Makassar, 21 Mei  2014

Penulis

Page 2: LAPORAN STRUKTUR

BAB I

GEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU

A. GEOLOGI  REGIONAL

Daerah penelitian ini secara umum keadaan geomorfologi, stratigrafi dan

struktur geologinya termasuk dalam peta geologi Lembar Pangkajene dan

Watampone Bagian Barat.

 Geomorfologi Regional

           Pada Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat (Rab. Sukamto,1982)

pada pegunungan bagian barat menempati hampir setengahnya luas daerah, yang

melebar dibagian selatan (50 km) dan menyempit dibagian Utara (22 km) dengan

puncak tertingginya 1694 m dan ketinggian rata–ratanya 1500 m dari permukaan

laut. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di

beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karst yang mencerminkan adanya

batugamping. Di antara topografi karst pada lereng barat terdapat perbukitan yang

dibentuk oleh batuan pada zaman Pra-Tersier. Pegunungan ini dibatasi oleh dataran

Pangkajene – Maros yang luas, dan sebagian merupakan lanjutan di dataran

sekitarnya.

Pegunungan yang di Timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan puncaknya

rata–rata setinggi 700 m dari permukaan air laut, sedangkan yang tertinggi adalah

787 m dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari batuan gunungapi. Di

bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke Utara menyempit dan

merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara lembah Walanae dan

Page 3: LAPORAN STRUKTUR

dataran Bone. Pada bagian Utara pegunungan ini mempunyai topografi karst yang

permukaanya sebagian berkerucut. Batasnya pada bagian Timurlaut adalah dataran

Bone yang luas dan menempati hampir sepertiga bagian Timur.

Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut dibagian

Utara selebar 35 km, tetapi di bagian Selatan hanya 10 km. Ditengah terdapat Sungai

Walanae yang mengalir ke Utara. Sedangkan bagian Selatan berupa berbukitan

rendah dan dibagian Utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas yang

mengelilingi Danau Tempe.

 Stratigrafi Regional

Untuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis

litologi dari berbagai formasi yang ergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut

akan dibahas mengenai stratigrafi regional daerah penelitian berdasarkan batuan

tertua ke yang termuda.

1. Kompleks Basement

Kompleks basement terdiri atas dua satuan batuan berdasarkan proses

pembentukanya, antara lain :

Satuan Sekis (Batuan Malihan)

Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara megaskopis

terlihat mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot, mika dan klorit.

Batuan malihan ini umumnya berpandanan miring ke arah Timur-Laut, sebagian

besar trebreksikan dan tersesarnaikan kea rah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak

kurang dari 2000 meter dan bersentuhan dengan sebagian batuan disekitarnya.

Penarikan kalium/argon diperoleh umur 111 juta tahun (Obradovich, 1974).

Page 4: LAPORAN STRUKTUR

Satuan Ultrabasa

Peridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai

kehitaman, sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik kea rah Barat-

daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis dan beberapa tempat

mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan

mempunyai sentuhan sesar dengan batuan disekitarnya.

Satuan intrusi Trakit

Terobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan

fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda. Di Tanete

Riaja Trakit menerobos batugamping formasi Tonasa dan di Utara Soppeng

menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon trakit

menghasilkan umur 10,9 juta tahun.

2. Formasi Balangbaru

Sedimen tipe Flysch, dimana batupasir berselingan dengan batulanau,

batulempung, serpih bersisipan konglomerat, Tuva dan lava, dibeberapa tempat

konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan

basement batupasir, pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikan, formasi ini

mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras formasi Mallawa

dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras kompleks tektonik

Bantimala. Berdasarkan fasiesnya Formasi Balangbarrutelah dibagi menjadi tiga

anggota yaitu Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan anggota Allup (Hasan

Page 5: LAPORAN STRUKTUR

1991), Anggota Bua dicirikan oleh selaras oleh batugamping Temt, dan menindih

tidak selaras batuan sediment kb dan batuan gunungapi Tpv.

3. Formasi Tonasa

            Terdiri atas batugamping koral pejal, sebgian terhablurkan, berwarna putih

dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat

muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal globigerina

tufaan, bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan

breksi batugamping dan batugamping pasiran. Di daerah Ralla ditemukan

batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan ultramafik,

Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan dan

beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda) dan siput

(Gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat, di daerah

Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping

berlapis.

Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukan kisaran umur Eosen Awal

(Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam

dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih

selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba,

diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan

diorite.

Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian

berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru,

Central area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros dan Nasara

Page 6: LAPORAN STRUKTUR

Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies redeposit

terdiri dari batugamping fragmental berselingan dengan napal, dibeberapa tempat

menunjukan batugamping dengan komponen foram besar, algae serta koral.

5. Formasi Camba

Terdiri atas batuan sediment laut berselingan dengan batuan gunungapi,

batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, batulempung,

konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna

beraneka, putih, cokla, kuning, kelabu muda sampai kehitaman umunya mengeraas

kuat dan sebagian kurang padat, berlapis dengan tebal antara 4cm-100cm.

Tufanya berbutir halus hingga lapilli, tufa lempungan berwarna merah

mengandung banyak mineral Biotit, Konglomerat dan breksinya terutama komponen

andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm-40 cm. Batugamping pasiran dan

batupasir gampingan mengandung pecahan coral dan molusca. Batulempung

gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil dan molusca.

Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah

– Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5000

meter. Menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan formasi

Mallawa (Tem), Mendatar berangsur berubah menjadi bagian bawah dari formasi

Walanae (Tmpw). Diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basalt piroksin,

andesit dan diorite.

Anggota Batuan Gunungapi

Batuan gunungapi bersisipan sediment laut, breksi gunungapi, lava,

konglomerat gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir

Page 7: LAPORAN STRUKTUR

tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengnadung sisa tumbuhan batugamping

dan napal. Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu muda, kelabu tua

dan coklat. Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh Indonesian Golf Oil

berumur  17,7 juta tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta

tahun (Obradovich, 1972) dan basalt dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (Leewen

1978).

            Beberapa lapisan batupasir dan batulempung pasiran mengandung mollusca

dan sebagian koral, sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir

gampingan, batupasir lempungan, napal dan mengandung fosil foraminifera.

Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukan umur satuan ini

adalah Miosen Tengah-Miosen Akhir.

            Batuannya diendapkan kedalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi

Formasi Camba , menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan

Formasi Mallawa, sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi

gunungapi mengandung sepian batugamping tebal diperkirakan sekitar 4000 meter.

6. Endapan Undak

Terdiri atas kerikil, pasir dan lempung membentuk datarn rendah

bergelombang disebelah Utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara

morfologi dari endapan alluvium yang lebih muda.

7. Endapan Alluvium Danau Dan Pantai

Terdiri atas lempung, Lanau, Lumpur pasirdan kerikil disepanjang sungai-

sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan

batugamping koral.

Page 8: LAPORAN STRUKTUR

Struktur Geologi Regional

Lengan Selatan Pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu

Lengan selatan bagian Utara dan Lengan Selatan bagian Selatan yang sangat berbeda

struktur geologinya (Van Bemellen, 1949).

Lengan selatan bagian Utara berhubungan dengan orogen, sedangkan Lengan

Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang

merupakan sistem pegunungan Sunda.

Perkembangan struktur Lengan Selatan bagian Utara pulau Sulawesi di mulai

pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan

vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat pada

singkapan disepanjang pantai Utara – Selatan Teluk Bone.

Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan

tektonikanya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada,

bagian bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya

ditindih tak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan

masa yang terimfikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus dan

sebagian mencampur dengan malange. Berdasarkan himpunan batuannya diduga

Formasi Balangbaru dan Formasi Marada merupakan endapan lereng didalam sistem

busur palung pada zaman Kapur Akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa Malange

didaerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.

Page 9: LAPORAN STRUKTUR

  Pada kala Palaeosen kegiatan gunungapi bawa laut yang hasil erupsinya dapat

terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru (Lembar Ujung Pandang, Benteng dan

Sinjai). Pada bagian barat berupa tepi dataran yang dicirikan oleh endapan darat dan

batubara pada Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut

dangkal tempat pengendapan batuan klastik bersisipan Karbonat formasi

Salokalupang. Pengendapan formasi Mallawa mungkin hanya berlangsung selama

awal Pliosen, sedangkan Formasi Salokalupang berlangsung hingga Oligosen akhir.

Sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal di daerah Barat terendapkan batuan

karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan

paparan laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur – angsur menurun atau

mengalami pendangkalan sejalan dengan adanya proses pengendapan yang terjadi.

Sedangkan pada daerah bagian Timur terjadi proses gunungapi yang dimulai

sejak Miosen Akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan

Soppeng. Akhir kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan

terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat

pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak

awal Miosen Tengah, dan mengalami penurunan perlahan – lahan selama terjadi

proses sedimentasi sampai Kala Pliosen. Proses menurunnya Terban Walanae

dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak

hingga sekarang disebelah Timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak

menerus di sebelah barat.

Selama terbentuknya Terban Walanae, ditumur kegiatan gunungapi yang

hanya terjadi dibagian sealatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunungapi

Page 10: LAPORAN STRUKTUR

yang hampir merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari Miosen Tengah

sdampai Pliosen. Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat diamati di daerah

sebelah barat yang diantaranya Puncak Maros dan Gunung Tondongkarambu serta

tebing melingkar yang mengelilingi gunung Benrong yang berada di utara gunung

Tondongkarambu dan ini mungkin merupakan sisa kaldera.

Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah Utara –

Baratlaut dan tumbuh  sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir

sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan

mendatar yang kira – kira berarah Timur – Barat pada waktu sebelum Akhir Pliosen.

Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan

batuan pra – Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan

penyesaran yang relatif lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian

barat timur Lembah Walanae dan dibagian barat pegunungan Barat, yang berarah

Barat laut – Tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan

mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.       

B. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geomorfologi Regional

Bentuk morfologi yang menonjol didaerah ini adalah kerucut Gunungapi

Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 meter diatas permukaan

laut. Kerucut Gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan masih mempelihatkan

bentuk aslinya dan tersusun oleh batuan gunugapi berumur Pliosen.

Dua bentuk kerucut tererosi lebih sempat sebarannya terdapat disebelah barat dan

Page 11: LAPORAN STRUKTUR

disebelah utara gunung Lompobattang. Disebelah barat terdapat gunug Baturape

mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah barat terdapat gunung Cindako,

mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh

batuan gunungapi berumur Pliosen.

Di bagian Utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh tofografi karst yang

dibentuk oleh batugamping formasi Tonasa. Kedua daerah bertofografi karst ini

dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi yang berumur

Miosen Bawah sampai Pliosen.

Di sebelah barat gunung Cindako dan disebelah utara Baturape merupakan

daerah berbukit yang halus dibagian Barat. Bagian barat mencapai ketinggian Kira-

kira 500 meter diatas permukaan laut dan hampir merupakansuatu dataran. Bentuk

morfologi ini tersusun oleh batuan klastik gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit

yang memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan

Baturape berupa retas-retas Basalt.

Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari

daerah rawa dan daerah pasang surut, beberapa sungai besar membentuk daerah

banjir di dataran ini. Di bagian timurnya terdapat bukit-bukit terisolir yang tersusun

oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen.

Pesisir barat ditempati oeh morfologi berbukit memanjang rendah dengan

arah umum barat laut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk.

Daerah ini tersusun oleh batuankarbonat dari Formasi Tonasa.  

Stratigrafi

Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir

Page 12: LAPORAN STRUKTUR

dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat

mengandung sisa kerang dan batugamping koral.

Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan

sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus

hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung

mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit

dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan

berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit;

berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan

basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur

8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru

menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).

Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan

serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir

gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil

foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan

umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.

Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies

gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan

batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat

breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang

dari 4.000 meter.

Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan

Page 13: LAPORAN STRUKTUR

sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih

banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian

bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin

banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian

terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm – 50 cm, warnanya kebanyakan

kelabu tua sampai kelabu kehijauan.

Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan

mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas (0,5 m – 1,0

m) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan

Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.

Struktur Geologi

Struktur Geologi Regional 

Batuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi

Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu

endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu.

Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta

tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan.

Lembah Walanae di Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya

menerus ke lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir

Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika

formasi Salokalupang di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di

sebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae

merupakan paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan

Page 14: LAPORAN STRUKTUR

sedimentasi dekat dataran.

Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta, yang

bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru, sebelah

Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen

sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah Walanae

rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi yang

menghasilkan Formasi Kalamaseng.

Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen Awal yang diikuti oleh tektonik yang

mengakibatkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi

cekungan dimana formasi Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi

pada awal Miosen tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala

Pliosen. 

Menurut cekungan Walanae dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara

luas di sebelah Bartnya dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini

terjadi selama Miosen tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka

laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan

gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen

menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk

radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin

berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen.

Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen,

menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada

Page 15: LAPORAN STRUKTUR

akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon

(merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar

en echelon mungkin akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada

batuan alas dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan

Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanya terjadi

endapan alluvium dan rawa-rawa.

Page 16: LAPORAN STRUKTUR

BAB II

DATA STRUKTUR KEKAR

A. DATA KEKAR ( DILATATIONAL/EXTENSION JOINT )

Tabel I

NOSTRIK

ENO

STRIK

ENO

STRIK

ENO

STRIK

E

1 303 20 224 39 119 58 270

2 21 21 310 40 185 59 294

3 300 22 51 41 239 60 27

4 304 23 67 42 258 61 314

5 302 24 298 43 190 62 197

6 222 25 226 44 239 63 215

7 310 26 228 45 270 64 300

8 306 27 27 46 192 65 192

9 305 28 119 47 215 66 301

10 45 29 49 48 279 67 212

11 44 30 294 49 55 68 20

12 40 31 205 50 265 69 310

13 225 32 112 51 32 70 185

14 219 33 119 52 219 71 295

15 164 34 307 53 25 72 184

16 40 35 304 54 195 73 182

Page 17: LAPORAN STRUKTUR

17 44 36 131 55 257 74 180

18 307 37 308 56 190 75 203

19 193 38 151 57 297 76 315

Tabel Data Kekar I

NO DIP NO DIP NO DIP NO DIP1 53 20 76 39 67 58 782 40 21 43 40 71 59 563 62 22 66 41 65 60 574 51 23 43 42 68 61 635 45 24 60 43 70 62 736 63 25 80 44 68 63 797 69 26 61 45 64 64 648 78 27 59 46 60 65 689 74 28 42 47 65 66 6510 79 29 41 48 65 67 6011 41 30 71 49 60 68 6312 69 31 52 50 60 69 7513 63 32 70 51 58 70 7214 72 33 69 52 75 71 7015 70 34 59 53 59 72 8516 66 35 58 54 85 73 6917 75 36 81 55 75 74 7218 51 37 62 56 69 75 6219 64 38 66 57 61 76 70

Tabel Data Kekar 360˚

No

Data Kekar N…°W Data Kekar N…°E

Strike (°)Frekuensi Strike

(°)

Frekuensi

Turus Jumlah Turus Jumlah

1 0-10   0 0-10   0

Page 18: LAPORAN STRUKTUR

2 11-20   0 11-20 I 1

3 21-30   0 21-30 IIII 4

4 31-40   0 31-40 III 3

5 41-50 IIIII 5 41-50 IIII 4

6 51-60

IIIIIIIIIII

I 12 51-60 II 2

7 61-70 IIIII 5 61-70 I 1

8 71-80   0 71-80   0

9 81-90 III 3 81-90   0

10 91-100 I 1 91-100   0

11 101-110 II 2

101-

110   0

12 111-120   0

111-

120 IIII 4

13 121-130 II 2

121-

130   0

14 131-140 IIIII 5

131-

140 I 1

15 141-150 IIIII 5

141-

150   0

16 151-160 II 2

151-

160 I 1

17 161-170 IIIIIII 7

161-

170 I 1

18 171-180 IIII 4

171-

180 I 1

      53     23

Tabel : Data Kekar 180˚

Page 19: LAPORAN STRUKTUR

No

Data Kekar N…°W Data Kekar N…°E

Strike

(°)

Frekuensi Strike

(°)

Frekuensi

Turus Jumlah Turus Jumlah

1 0-10 I 1 0-10 IIIIII 6

2 11-20 11-20 IIIIIII 7

3 21-30 II 2 21-30 IIIIII 6

4 31-40 31-40 IIIIIIIIII 10

5 41-50 IIIII 5 41-50 IIIIIIII 8

6 51-60

IIIIIIIIIII

I 12 51-60 III 3

7 61-70 IIIIIIIII 9 61-70 I 1

8 71-80 71-80 II 2

9 81-90 IIII 4 81-90

33 43

Tabel Data Kekar 2

No.Bukaan

Kekar (cm)Panjang

Kekar (cm)Spasi Kekar

(cm)

Jenis Minera

l

Luas Bukaan (cm)

1 0.4 22 2

 

8.82 0.1 18 0 1.83 0.2 15 8 34 1 20 10 205 0.8 18 0 14.46 0.3 5 2 1.57 0.5 10 9 58 0.2 8 14 1.69 1 17 0 1710 0.6 3 13 1.811 0.4 5 6 212 0.2 13 12 2.613 0.3 18 18 5.414 0.5 117 0 58.515 0.3 20 1 616 0.3 8 5 2.4

Page 20: LAPORAN STRUKTUR

17 0.2 32 16 6.418 0.5 17 12 8.519 0.6 30 15 1820 0.2 12 3 2.421 2 22 7 4422 0.4 18 2 7.223 0.2 15 9 324 0.3 20 3 625 0.1 18 11 1.826 0.4 5 10 227 0.5 10 3 528 0.6 8 14 4.829 0.2 17 6 3.430 0.3 3 5 0.931 1 5 10 532 0.5 112 8 5633 0.6 20 9 1234 0.4 18 12 7.235 0.3 5 8 1.536 0.4 10 14 437 1 8 11 838 0.2 17 5 3.439 0.1 3 0 0.340 0.3 5 2 1.541 0.3 13 2 3.942 0.4 18 5 7.243 0.4 12 3 4.844 0.2 20 1 445 0.2 11 0 2.246 0.5 6 0 347 0.4 3 1 1.248 0.4 7 3 2.849 0.3 10 7 350 0.3 18 4 5.451 0.2 35 2 752 0.6 10 0 653 0.4 8 0 3.254 0.1 17 11 1.755 0.1 3 8 0.356 0.2 5 2 157 0.2 13 3 2.658 0.4 18 7 7.2

Page 21: LAPORAN STRUKTUR

59 0.4 12 6 4.860 0.5 20 3 1061 0.5 11 0 5.562 0.3 6 1 1.863 0.3 3 0 0.964 0.2 7 6 1.465 0.2 10 0 266 0.1 18 3 1.867 0.1 35 1 3.568 0.6 35 0 2169 0.6 11 15 6.670 0.4 8 0 3.271 0.4 10 10 472 0.5 32 0 1673 0.5 5 1 2.574 0.3 16 0 4.875 0.3 72 0 21.676 0.4 135 13 54

B. ANALISIS KERAPATAN KEKAR

Rumus : ρ = ΣL/(p+l)

Dimana : ρ = Density (Volume/Kerapatan)

ΣL = Luas dari masing-masing kekar

(ρ + l ) = Luas dari area pengukuran kekar

ρ 1 = ΣL/(p+l)

= 0.022

ρ 2 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 3 = ΣL/(p+l)

= 0.0075

ρ 4 = ΣL/(p+l)

ρ 10 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 11 = ΣL/(p+l)

= 0.005

ρ 12 = ΣL/(p+l)

= 0.0065

ρ 13 = ΣL/(p+l)

= 0.0135

ρ 14 = ΣL/(p+l)

= 0.14625

ρ 15 = ΣL/(p+l)

= 0.015

Page 22: LAPORAN STRUKTUR

= 0.05

ρ 5 = ΣL/(p+l)

= 0.036

ρ 6 = ΣL/(p+l)

= 0.00375

ρ 7 = ΣL/(p+l)

= 0.0125

ρ 8 = ΣL/(p+l)

= 0.004

ρ 9 = ΣL/(p+l)

= 0.0425

ρ 19 = ΣL/(p+l)

= 0.045

ρ 20 = ΣL/(p+l)

= 0.006

ρ 21 = ΣL/(p+l)

= 0.11

ρ 22 = ΣL/(p+l)

= 0.018

ρ 23 = ΣL/(p+l)

= 0.0075

ρ 24 = ΣL/(p+l)

= 0.015

ρ 25 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 10 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 11 = ΣL/(p+l)

= 0.005

ρ 12 = ΣL/(p+l)

= 0.0065

ρ 13 = ΣL/(p+l)

= 0.0135

ρ 14 = ΣL/(p+l)

= 0.14625

ρ 15 = ΣL/(p+l)

= 0.015

ρ 31 = ΣL/(p+l)

= 0.0125

ρ 32 = ΣL/(p+l)

= 0.14

ρ 33 = ΣL/(p+l)

= 0.03

ρ 34 = ΣL/(p+l)

= 0.018

ρ 35 = ΣL/(p+l)

= 0.00375

ρ 36 = ΣL/(p+l)

= 0.01

ρ 37 = ΣL/(p+l)

= 0.02

ρ 38 = ΣL/(p+l)

= 0.0085

ρ 39 = ΣL/(p+l)

= 0.00075

Page 23: LAPORAN STRUKTUR

ρ 26 = ΣL/(p+l)

= 0.005

ρ 27 = ΣL/(p+l)

= 0.0125

ρ 28 = ΣL/(p+l)

= 0.012

ρ 29 = ΣL/(p+l)

= 0.0085

ρ 30 = ΣL/(p+l)

= 0.00225

ρ 43 = ΣL/(p+l)

= 0.012

ρ 44 = ΣL/(p+l)

= 0.01

ρ 45 = ΣL/(p+l)

= 0.0055

ρ 46 = ΣL/(p+l)

= 0.0075

ρ 47 = ΣL/(p+l)

= 0.003

ρ 48 = ΣL/(p+l)

= 0.007

ρ 49 = ΣL/(p+l)

= 0.0075

ρ 31 = ΣL/(p+l)

= 0.0125

ρ 32 = ΣL/(p+l)

= 0.14

ρ 33 = ΣL/(p+l)

= 0.03

ρ 34 = ΣL/(p+l)

= 0.018

ρ 35 = ΣL/(p+l)

= 0.00375

ρ 36 = ΣL/(p+l)

= 0.01

ρ 37 = ΣL/(p+l)

= 0.02

ρ 38 = ΣL/(p+l)

= 0.0085

ρ 39 = ΣL/(p+l)

= 0.00075

ρ 56 = ΣL/(p+l)

= 0.0025

ρ 57 = ΣL/(p+l)

= 0.0065

ρ 58 = ΣL/(p+l)

= 0.018

ρ 59 = ΣL/(p+l)

= 0.012

ρ 60 = ΣL/(p+l)

= 0.025

ρ 61 = ΣL/(p+l)

= 0.01375

ρ 62 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 63 = ΣL/(p+l)

= 0.00225

ρ 64 = ΣL/(p+l)

= 0.0035

ρ 65 = ΣL/(p+l)

Page 24: LAPORAN STRUKTUR

ρ 50 = ΣL/(p+l)

= 0.0135

ρ 51 = ΣL/(p+l)

= 0.0175

ρ 52 = ΣL/(p+l)

= 0.015

ρ 53 = ΣL/(p+l)

= 0.008

ρ 54 = ΣL/(p+l)

= 0.00425

ρ 55 = ΣL/(p+l)

= 0.00075

ρ 69 = ΣL/(p+l)

= 0.0165

ρ 70 = ΣL/(p+l)

= 0.008

ρ 71 = ΣL/(p+l)

= 0.01

ρ 72 = ΣL/(p+l)

= 0.04

ρ 73 = ΣL/(p+l)

= 0.00625

ρ 74 = ΣL/(p+l)

= 0.012

ρ 75 = ΣL/(p+l)

= 0.054

ρ 56 = ΣL/(p+l)

= 0.0025

ρ 57 = ΣL/(p+l)

= 0.0065

ρ 58 = ΣL/(p+l)

= 0.018

ρ 59 = ΣL/(p+l)

= 0.012

ρ 60 = ΣL/(p+l)

= 0.025

ρ 61 = ΣL/(p+l)

= 0.01375

ρ 62 = ΣL/(p+l)

= 0.0045

ρ 63 = ΣL/(p+l)

= 0.00225

ρ 64 = ΣL/(p+l)

= 0.0035

ρ 65 = ΣL/(p+l)

Page 25: LAPORAN STRUKTUR

ρ 76 = ΣL/(p+l)

= 0.135

C. ANALISIS ARAH GAYA UTAMA

-ANALISIS BERDASARKAN DIAGRAM ROSE

Page 26: LAPORAN STRUKTUR

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah

tegasan maksimum (σ1) N220˚E dan arah tegasan minimum (σ3) N40˚E.

Page 27: LAPORAN STRUKTUR

-ANALISIS BERDASARKAN STEREOGRAFIS

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah

tegasan maksimum (σ1) N220˚E dan arah tegasan minimum (σ3) N40˚E.

Page 28: LAPORAN STRUKTUR

BAB III

DATA STRUKTUR SESAR

A. Data Sesar Minor Tabel 1 : Data sesar minor/shear joint/hybrid joint

Fault Plane (Kuadran) Striasi (Azimuth)

Arah Plunge Shear SenseStrike (...°)

Dip (...°)

Arah Slip (...°)

Plunge (...°)

300° 51° N60°E 50° E S320° 62° N20°E 61° E S 288° 89° N70°W 62° N S275° 60° N70°W 65° W S285° 76° N70°W 61° W D301° 37° N70°W 69° W D145° 49° N71°W 60° E S294° 50° N80°E 58° E D36° 31° N78°E 32° W D 293° 77° N60°E 50° E D310° 58° N10°E 21° W S308° 2° N30°E 46° W S200° 72° N90°E 46° E D180° 32° N60°E 44° E D

Tabel 2 : Dimensi data sesar minor/shear joint

NoPanjang Sesar

(m)Bukaan

(cm)Shear Sense

1 10,8 117 S2 1,8 52 S3 2,2 52 S4 1,5 44 S5 0,7 16,3 D6 3,4 50 D7 6 30 S8 11,8 40 S

Page 29: LAPORAN STRUKTUR

B. Analisis Stress State (MIM-software)

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah

tegasan maksimum (σ1) N156˚E dan arah tegasan minimum (σ3) N66˚E.

Page 30: LAPORAN STRUKTUR

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah

tegasan maksimum (σ1) N156˚E dan arah tegasan minimum (σ3) N66˚E.

Page 31: LAPORAN STRUKTUR

BAB IV

DATA LIPATAN

A. Data Lipatan

B. Klasifikasi Lipatan

Berdasarkan analisis data lapangan, maka didapatkan sudut interlimb

sebesar 107˚ dan sudut penunjaman (plunge) sebesar 20˚.

Maka berdasarkan klasifikasi lipatan menurut Fleuty (1964), dapat

ditentukan jenis lipatan berdasarkan nilai sudut interlimb (sudut yang

dibentuk oleh perpotongan dan perpanjangan kemiringan limb) dan nilai

sudut penunjaman (plunge). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

C. Analisis Arah Gaya (Konsistensi dengan sesar, struktur lainnya)

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah gaya N

235oE.

No Strike/Dip (Limb Kiri)

Strike/Dip (Limb Kanan)

Axial Line Axial Plane/Surface

1 N 117oE 12o N 225oE 36o N 235oE 17oS N 235oE 20oE

Page 32: LAPORAN STRUKTUR
Page 33: LAPORAN STRUKTUR

BAB V

KESIMPULAN

A. Jenis Kekar

Adapun jenis kekar yang dapat diinterpretasikan dari data yang diperoleh

dilapangan ialah jenis kekar pada singkapan batuan ini ialah Kekar Gerus (Shear

Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir bidang satu

sama lainnya yang berdekatan. 

     Adapun ciri-ciri dilapangan :

·    Biasanya bidangnya licin.

·    Memotong seluruh batuan.

·    Memotong komponen batuan.

·    Biasanya ada gores garis.

·    Adanya joint set berpola belah ketupat.

B. Densitas Kekar

Berdasarkan hasil analisis data kerapatan kekar dilapangan maka nilai rata-

rata dari kerapatan kekar ini ialah 0.019605. Maka dapat disimpulkan bahwa

ketahanan batuan dari batuan ini ialah lemah.

C. Sejarah Deformasi (Umur relatif kekar, sesar dan lipatan)

Sesar normal (Ekstensional fault) terbentuk akibat adanya tegasan

ekstensional (gaya tarikan), sehingga pada bagian tertentu gaya gravitasi lebih

dominan. Kondisi ini mengakibatkan dibeberapa bagian tubuh batuan akan bergerak

turun yang selanjutnya lazim dikenal sebagai proses pembentukan sesar normal.

Page 34: LAPORAN STRUKTUR

Sesar normal terjadi apabila Hanging wall relatif bergerak ke bawah terhadap

foot wall. Gerak sesar normal ini dapat murni tegak atau disertai oleh gerak lateral

(sinistral atau dekstral). Sistem tegasan pembentuk sesar normal adalah ekstensional,

dimana posisi tegasan utamanya vertikal sedangkan kedudukan tegasan menengah

dan minimum adalah lateral.

Sesar normal umumnya terbentuk lebih dari satu bidang yang posisinya relatif

saling sejajar. Apabila bidang sesarnya lebih dari satu buah, maka bagian yang tinggi

dinamakan sebagai horst dan bagian yang rendah dinamakan sebagai graben.

Selanjutnya apabila jenjang dari bidang sesar normal ini hanya berkembang di salah

satu sisi saja (gawir sesar hanya dijumpai pada salah satu lereng saja), maka

kelompok sesar tersebut lazim dinamakan sebagai half graben dan apabila jenjang

bidang sesar normalnya berpasangan maka dinamakan sebagai graben.

Berdasarkan pada bentuk bidang sesar, maka sesar normal ini dapat

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Planar Ekstensional Fault dan Listric

Ekstensional Fault. Selanjutnya Planar ekstensional fault berdasarkan ada tidaknya

rotasi, dibedakan menjadi Non-rotational planar fault dan Rotational planar fault.

Secara lokal, pembentukan sesar normal dapat terjadi akibat sistem tegasan

kompresional. Terbentuknya “Pull apart basin”, merupakan salah satu contoh dalam

kasus ini. Contoh ideal dari pembentukan “pull apar basin” adalah terbentuknya

beberapa rendahan atau cekungan (dapat berupa danau). Di beberapa lokasi

sepanjang jalur Sesar Semangko, dijumpai beberapa danau yang pembentukannya

dikontrol oleh sesar ini. Pembentukan sesar Semangko ini dipengaruhi oleh sistem

tegasan kompresional, sedangkan pembentukan danaunya sendiri dipengaruhi oleh

Page 35: LAPORAN STRUKTUR

tegasan ekstensional. Dalam kasus ini pembentukan pull apart terjadi pada bagian

sesar en-echelon.

Berdasarkan data yang diperoleh, satuan ini menunjukan kisaran umur

Miosen Tengah – Miosen Akhir (N.9-N.15).

D. Hubungan Gaya Utama Hasil Analisis Data Lapangan Dengan Regional

Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan

maksimum (σ1) N156˚E dan arah tegasan minimum (σ3) N66˚E.

Page 36: LAPORAN STRUKTUR

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010.http://one2land.wordpress.com.struktur-geologi-pulau-batukalasi-

kabupaten-barru-propinsi-sulawesi-selatan. Diakses pada tanggal 22 Mei

2014, pukul 03.44 WITA

Farid.2011.http://faridhatake.blogspot.com.apa-itu-sesar. Diakses pada tanggal 22

Mei 2014, pukul 04.44 WITA