laporan praktikum semi solid
DESCRIPTION
LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLID CREAM CTMSemi Solida dan Liquida 2012TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM SEMI SOLID
CREAM CTM
Disusun oleh :
Farmasi A
1. Alvina Prastik (201010410311010)2. Desy Wardaningsih (201010410311016)3. Endah Fitriastuti (201010410311024)4. Triya Denisia Putri (201010410311027)5. Lilis Handayani (201010410311036)6. Nuri Lativa (201010410311043)7. M. Yunan Ralibi (201010410311050)8. Rizki Nur Azmi (201010410311053)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya karena ridho nya sajalah
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Semi Solid Cream CTM ini
Dengan kesungguhan serta rasa rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak dan Ibu dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya karena kemampuan dan pengetahuan yang sangat
terbatas, sehingga makalah ini masih banyak kekurangan. Akhir kata penulis mengharapkan
segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah agar lebih bermanfaat.
Malang, November 2012
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
Bab I ............................................................................................................................... 1
Pendahuluan
A. Tinjauan Bahan Aktif ....................................................................................... 1
B. Tinjauan Bahan Obat ........................................................................................ 1
C. Tinjauan Bentuk Sediaan .................................................................................. 2
D. Definisi Cream .................................................................................................. 2
E. Bentuk Sediaan ................................................................................................. 2
F. Kestabilan Cream .............................................................................................. 3
G. Rancangan Formula .......................................................................................... 3
Bab II .............................................................................................................................. 16
Rancangan Formula
A. Skema Penentuan Komponen Cream ............................................................... 16
B. Rencana Spesifikasi Sediaan ............................................................................ 17
C. Formula Cream ................................................................................................ 17
D. Cara Pembuatan ............................................................................................... 21
E. Skema Pembuatan ........................................................................................... 22
Bab III ............................................................................................................................ 23
Rancangan Evaluasi dan Hasil
A. Evaluasi Sediaan Cream .................................................................................. 23
B. Hasil Evaluasi .................................................................................................. 25
Bab IV ............................................................................................................................ 32
Pembahasan
Bab V .............................................................................................................................. 36
Kesimpulan dan Saran
Lampiran ....................................................................................................................... 37
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Bahan Aktif
Chlorpheniramini maleas merupakan serbuk hablur, putih, tidak berbau, larutan
mempunyai pH antara 4 dan 5, mudah larut dalam etanol, larut dalam air daan dalam
kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzena, memiliki berat molekul 390,87.
Gambar struktur kimia Chlorpheniramini maleas
Chlorpheniramini maleas mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
100,5% C16H13C1N3 . C4H4O4 di hitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
B. Tinjauan Bahan Obat
Chlorpheniramini maleas bekerja pada reseptor agonis histamin H1 berikatan dengan
reseptor N, tanpa mengaktivasi reseptor yang mencegah ikatan dan kerja histamin.
Antihistamin lebih efektiv dalam mencegah respon histamin dari pada melawannya.
Chlorpheniramini maleas merupakan obat golongan antihistamin yang berfungsi untuk
mengobati rinitis, urtikaria dan hay fever.
Pada pemakaian topikal memiliki efek samping dapat terjadi reaksi kulit seperti
prutitis dan eritema lokal. Terutama bila terpapar sinar matahari atau sinar ultraviolet, segera
hentikan pemakaian jika terjadi kemerahan pada kulit setelah pemakaian, penyimpanan
dalam wadah tertutup.
Bahan aktif terpilih : Chlorpheniramini Maleas
Alasan : karena hanya tersedia satu macam bahan aktif.
4
C. Tinjauan Bentuk Sediaan
Definisi sediaan cream FI IV hal 6, depkes RI 1995 :
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat,
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Sedangkan menurut FI III definisi cream adalah sediaan setengah padat yang berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair diforrmulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang ini batasan tersebut lebih dirahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air / dispersi mikrokristal asam lemak / alkohol berantai panjang dalam air yang dapat
dicuci. Cream dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina. Pembuatan bentuk
cream diharapkan lebih stabil tarhadap bahan obat yang kami gunakan. Dan pembuatan CTM
dalam bentuk cream adalah salah satunya menghindari efek samping obat yang apabila
dikonsumsi secara oral akan menimbulkan efek sedatif atau mengantuk. Dan pembuatan
cream ini diharapkan pula lebih cepat menuju target organ.
D. Definisi cream
Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diforrmulasi sebagai emulsi
air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih dirahkan untuk
produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air / dispersi mikrokristal asam lemak / alkohol
berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetik dan estetika. Pemberian krim juga dapat digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal.
Tipe krim ada dua yaitu o/w (minyak dalam air) dan w/o (air dalam minyak)
E. Bentuk sediaan
Krim : cairan kental atau emulsi setengah padat bertipe air dalam minyak (w/o) atau
minyak dalam air (o/w)
Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat dalam kulit.
5
Tipe krim
No Tipe krim Pengertian / keterangan
1 Tipe w/o Tipe krim dengan fase air dalam fase minyak
Oklusif
Lebih mudah terdispersi dari pada ointmen
Tidak mudah dicuci bia dibandingkan o/w
Melembutkan kulit
2 Tipe o/w Tipe krim dengan fase minyak dalam fase air
Penggunaan tidak nampak / tidak berbekas
Mudah di cuci
F. Kestabilan krim
Kesetabilan krim bisa terganggu karena :
1. Perubahan suhu
2. Perubahan komposisi (perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain)
G. Rancangan Formula
Bahan aktif
Senyawa aktif Efek / khasiat Efek
samping
Karakteristik
fisika
Karakeristik kimia
Chlorphenira
mini maleas
2-[p-kloro-α-
(2-dimetil
amina)etil]
[benzil]piridin
a maleat
(FI IV, p :
210)
Antihistaminiku
m
Pemerian :
serbuk hablur,
putih, tidak
berbau rasa
pahit
1:4 dalam air,
1:10 dengan
alkohol dan
kloroform,
BM : 390,87
Chlorpheniramini
maleas
mengandung tidak
kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari
100,5%
C16H13C1N3 .
C4H4O4 di hitung
6
sangat larut
dieter
terhadap zat yang
telah dikeringkan
Basis Salep Hidrokarbon
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas Keterangan
Lain
Vaselin
Album,
Vaselin Putih,
White soft
Petrolatum
(FI IV : 822)
Putih/
Kekuningan
pucat, massa
berminyak
transparan dlaam
lapisan tipis
setelah
didinginkan pada
suhu 0o
Tidak larut dalam
air, sukar larut
dalam etanol
dingin/panas,
dalam etanol
mutlak, mudah
larut dalam karbon
disulfida, dalam
kloroform, larut
dalam sebagian
besar minyak
lemak dan dalam
minyak atsiri.
ADI : 0,404
mg/kg
emolient
Topical Cream
10 + 30%
Topical
emulsion 4-
25%, tidak
mudah beraksi
dengan bahan
aktif, oklusif,
tidak timbul
alergi.
Vaselinum
Flavum,
Vaselin
kuning, yellow
soft parafin
(FI IV : 823)
Massa seperti
lemak,
kekuningan
hingga amber
lemah,
berflouresensi
sangat lemah
walaupun setelah
melebur. Dalam
lapisan tipis
transparan.
Tidak/hampir
tidak berbau dan
berasa
Tidak larut dlam
air, mudah larut
dalam benzena,
dalam karbon
disulfida, dalam
kloroform dan
dalam minyak
terpentin : larut
dalam eter, dalam
heksana dan
umumnya dalam
minyak lemak dan
minyak atsiri :
Praktis tidak larut
Lanolin
incombatible
dengan Phenol
Fungsi :
Emollient
Oinment base,
Plasticizer base
serap . 10-50%
emollient dan
plasticizer in
oinment 5-
50%
BJ = 0.815-
0.880 pada
suhu 60O Jarak
beku 38O-40O
7
dalam etanol
dingin dan panas
dan etanol mutlak
dingin.
Cera Alba
Malam Putih
(FI IV : 180)
Padatan putih
beku, sedikit
tembus cahaya
dalam keadaan
tipis, bau khas
lemah dan bebas
bau tengik.
Tidak larut dalam
air : agak sukar
larut dalam etanol
dingin, etanol
mendidih
melarutkan as.
Stearat dan bagian
dari mirisin, yang
merupakan
kandungan malam
putih. Larut
sempurna dalam
kloroform, dalam
eter, dalam minyak
lemak dan minyak
atsiri, sebagian
larut dalam
benzena.
BJ + 0.95
Jarak Lebur
62O-65O
Cera flavum
Malam kuning
(FI IV : 186)
Padatan berwarna
kuning sampai
coklat
keabuan,berbau
enak seperti
madu,agak rapuh
bila dingin dan
bila patah
membentuk
granul,patahan
non hablur.
Tidak larut dalam
air : agak sukar
larut dalam etanol
dingin, etanol
mendidih
melarutkan as.
Stearat dan bagian
dari mirisin, yang
merupakan
kandungan malam
putih. Larut
sempurna dalam
8
kloroform, dalam
eter, dalam minyak
lemak dan minyak
atsiri, sebagian
larut dalam
benzene,karbon
disulfide dingin
pada suhu ebih
kurang 30%,larut
sempurna dalam
benzene dan
karbon disulfide
Basis yang dipilih : Vaselin Album, Cera Alba
Alasan : Termasuk basis salep hidrokarbon, yang mempunyai sifat dasar salep
berlemak, Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak
bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.
Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sukar
dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu
lama.
Humektan (Pembasah)
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas Keterangan
Lain
PropilenGlikol
(HPE, p : 624)
Cairan kental,
jernih, tidak
berbau, rasa
agak manis,
higroskopis,
kelarutan dapat
bercampur
dengan air,
Pada suhu dingin
dan wadah
tertutup baik
pada suhu tinggi
dan tempat
terbuka
cenderung
teroksidasi
Preservative,
Desinfektan,
Humectan,
Plastizier,
Solvent,
Stabilizer for
vitamins, water-
miscible
Humectan
topicals : 15%,
preservation
solution,
solventon
cosolvent : oral
selection 10-25
% Topicals 5-
9
dengan etanol
(95%) P, dan
dengan
kloroform P.
Larut dalam
berbagai eter,
tidak dapat
bercampur
dengan eter,
minyak tanah P
dan dengan
minyak lemak.
menjadi
propionaldehid
asam laktat,
asam piruvat,
dan asam asetat,
stabil dengan
etanol (95%)
gliserin dan air
inkompaktibilitas
dengan potasium
permanganat
Biling Poin 188O
Density 1.038
g/cm3 (20O C).
cosolvent. 80%
PEG 400
(HPE, p : 545)
Pemerian
bentuk cair
(400-600)
berupa cairan
jernih tidak
berwarna/ tidak
berwarna
kuning. Cairan
kental memiliki
bau dan rasa
agak pahit serta
sedikit rasa
panas Densitas
pada 25O
surface tensic
mendekati 5
mn/m (55
dones/cm)
untuk cairan
polietilenglikol
Larut dalam air,
cairan
polyethylene
glycols larut
dalam aseton,
alkohol,
benzene,
glycerin dan
glycol solid
polyethylene
glicols larut
dalam aseton,
diklorometan,
ethanol (95%)
Oinment
Plastisizer
solvent, basis
suppository
capsul lubrican
10
mendekati 55
mn/m (55
dones/cm)
untuk 10% b/v
caueas solution
polietilenglikol
padat.
Gliserin
(HPE, p : 301)
Larutan jernih,
tidak berwarna,
tidak berbau,
kental,
higroskopis,
manis.
Sangat larut
dalam etanol
95% air metanol
larut dan eter 1 :
500 BJ tidak
kurang dari 1249
Antimicrobial
preservative,
emollient,
humectant,
plasticizer.
Antimicrobial
preservative
<20%,
emollient
<30%,
Humectant
<30%,
Opthalmic
formulation 0.5
– 30%.
Trietanolamin
(TEA)
(HPE, p : 794)
Cairan tidak
berwarna
berbau kuat.
Sukar larut
dalam air dan
bercampur
dengan etanol
Alkalizina agent,
emulsi flying
agent
Adeps Lanae
(FI IV : 57)
Massa seperti
lemak lengket,
warna kuning
dan bau khas.
Tidak larut
dalam air dapat
bercampur
dengan air lebih
kurang 2 kali.
Agak sukar larut
dalam etanol
dingin, lebih
larut dalam
etanol mudah
larut dalam eter
dan dalam
Zat tambahan Zat tambahan
Adeps Lanae
sering.
11
kloroform.
Polysorbate 80
Tween 80
(HPE : 810)
Bau khas, rasa
pahit bentuk
leoma pada
suhu 25O yaitu
cairan minyak
berwarna
kuning.
Larut dalam air
dan etanol tidak
larut dalam
mineral oil dan
vegetable oil.
Dapat kehilangan
warna/mengendap
dengan
bermacam-
macam bahan
terutama fenol.
Kadar 0-30%
Stearic Acid
(HPE : 697)
keras, putih atau
agak kuning
berwarna, agak
mengkilap
padat, kristal
atau bubuk
putih putih atau
kekuningan.
memiliki
sedikit bau
(dengan
ambang bau 20
ppm) dan rasa
menunjukkan
lemak.
Bebas larut
dalam benzena,
karbon
tetraklorida,
kloroform,
dan eter, larut
dalam etanol
(95%), heksana,
dan
propilen glikol,
praktis tidak
larut dalam air
Salep basis dibuat
dengan asam
stearat dapat
menunjukkan
bukti
mengering atau
lumpiness karena
seperti reaksi
ketika diperparah
dengan garam
seng atau
kalsium.
Ointments and creams 1–20%Tablet lubricant
1–3%
Melting point :
69-700
Bahan yang dipilih : Gliserin, propilenglikol
Alasan : Dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan
terutama untuk sifat humektan dan emolien. Gliserin digunakan
sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi
Pengawet
Ditambahkannya pengawet kedalam sediaan karena sediaan mengandung sedia air
yang merupakan media pertumbuhannya mikroba.
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas Keterangan Lain
12
Benzoat
(HPE , p : 66)
Light, putih atau
kristal tidak
berwarna, tidak
berasa.
Kelarutan as.
Benzoat
diperkuat
dengan adanya
as. Sitrat atau
sodium asetat.
Akitivitas
preservative
berkurang karena
berinteraksi
dengan kaolin.
- ADI = 5
mg/kg
- C = 0.02 –
0.5%
- pH = 2-5
Metil Parabean
(Nipagin)
(HPE , p : 466)
Kristal putih
tidak berwarna,
tidak berbau
rasa membakar.
- Air = 1 : 400
- Air 50OC =
1 : 5
- Air 80OC =
1 : 30
- Propilengliko
l = 1 : 5
- Gliserin = 1 :
60
- Ethanol = 1 :
2
- Ethanol 95%
= 1 : 3
- Aktivitas anti
mikroba
- Turun dengan
adanya
surfaktan
- ADI = 10
mg/ kg BB
- pH = 3-6
dalam larutan
dan pembawa
- rentang
pemakaian
0.05-0.2%
Propil Paraben
(Nipasol)
(HPE , p : 629)
Kristal putih,
tidak berbau,
tidak berasa.
- Air = 1 : 2500
- Propilen
Glikol = 1 :
3.9
- Gliserin = 1 :
250
- Etanol = 1 :
1.1
- Sangat larut
dalam aseton
- Larut bebas
dalam
alkohol eter
- Magnesium
- Aluminium
Silikat
- Magnesium
trisilikat
besioksida
- ADI = 10
mg/ kg BB
- C = 0.01-0.02
- pH = 4-6
rentang
pemakaian
0.01-0.02%
Propilenglikol Jernih, tidak Dapat larut Dengan agen - ADS = 25
13
(HPE , p : 624) berwarna,
kental, tidak
berbau, dengan
rasa sedikit
khas, pedas
mirip Gliserin.
dalam acetone,
chloroform,
etanol (95%),
Gliceryn dan air
dalam eter 1.6 ,
tidak larut dalam
mineral oil atau
campuran
minyak. Tepi
akan
mencangkup
dengan beberapa
essensial oil.
mengoksidasi
seperti potasium
permanganat.
mg/ kg BB
- Sebagai
preservatife
bola
konsentran
15 - 30%
Bahan yang dipilih : Nipagin, Nipasol
Alasan : Daya mengawetkan dari kedua zat ini sangat baik, jika digunakan
secara kombinasi. Dengan nipasol mengikat fase minyak, dan nipagin
mengikat fase air dari formula tersebut.
Corigens
Bahan Kadar Fungsi Karateristik
Fisika
Karateristik
Kimia
Champora
(FI IV : 167)
Anti iritan, anti
puritis, topical
analgetic.
Hablur putih,
massa hablur,
tak berwarna/
putih, bau kha s
tajam, Rasa
pedas dan
aromatik
kelarutan : larut
dalam 700
bagian air,
dalam bagian
BJ = + 0.9
14
etanol (95%) P,
dalam 0.25
bagian
kloroform,
sangat mudah
larut dalam eter
P, mudah larut
dalam minyak
lemak.
Menthol
(FI IV : 362)
Topical
formulation 0.05
– 10%
(HPE , p: 459)
Anti iritan Hablur
heksagonal atau
serbuk hablur
tak berwarna,
biasanya
berbentuk jarum
atau masa yang
melebar, bau
lemak seperti
minyak permen.
Kelarutan :
sukar larut
dalam air,
sangat mudah
larut dalam
etanol, dalam
kloroform,
dalam eter dan
dalam heksana,
mudah larut
dalam asam
asetat, dalam
minyak mineral,
dalam minyak
lemak dan
Bila digerus
dengan
Campora,
kloralhidrat/
fenol sama
berat, campuran
akan mencair.
15
dalam minyak
atsiri.
Bahan yang dipilih : Menthol
Alasan : Karena menthol mempunyai aroma yang khas dan mempunyai efek
dingin jika dioleskan di kulit. Selain itu menthol disini juga dapat
sebagai enhenser yang mempunyai fungsi meningkatkan koefisien
partisi obat / bahan aktif sehingga pelepasan obat dari pembawa dan
masuk ke dalam kulit dapat meningkat
Emulgator
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas Keterangan
Lain
Trietanolamin
(TEA)
(HPE, p : 794)
Cairan tidak
berwarna
berbau kuat.
Sukar larut
dalam air dan
bercampur
dengan etanol
Alkalizina agent,
emulsi flying
agent
Polysorbate 80
Tween 80
(HPE : 810)
Bau khas, rasa
pahit bentuk
leoma pada
suhu 25O yaitu
cairan minyak
berwarna
kuning.
Larut dalam air
dan etanol tidak
larut dalam
mineral oil dan
vegetable oil.
Dapat kehilangan
warna/mengendap
dengan
bermacam-
macam bahan
terutama fenol.
Kadar 0-30%
Stearyl Alcohol
(HPE : 741)
Stearyl occuras
as hard waxy
preces, fotes or
granules cath o
slight charat
feristic odon
and bland taste.
Stearat acid
16
Bahan yang dipilih : TEA, asam stearat
Alasan : karena, TEA dan Asam Stearat dapat lebih stabil dalam emulsi
dengan TEA mengikat di fase air, dan asm stearat mengikat di fase
minyak.
Surfaktan
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas Keterangan
Lain
Trietanolamin
(TEA)
(HPE, p : 794)
Cairan tidak
berwarna
berbau kuat.
Sukar larut
dalam air dan
bercampur
dengan etanol
Alkalizina agent,
emulsi flying
agent
Polysorbate 80
Tween 80
(HPE : 810)
Bau khas, rasa
pahit bentuk
leoma pada
suhu 25O yaitu
cairan minyak
berwarna
kuning.
Larut dalam air
dan etanol tidak
larut dalam
mineral oil dan
vegetable oil.
Dapat kehilangan
warna/mengendap
dengan
bermacam-
macam bahan
terutama fenol.
Kadar 0-30%
Stearyl Alcohol
(HPE : 741)
Stearyl occuras
as hard waxy
preces, fotes or
granules cath o
slight charat
feristic odon
and bland taste.
Bahan yang digunakan : Tween 80
Alasan : karena, tween 80 memoloki muatan 0 atau tidak mempunyai
muatan. Dan tween 80 juga termmasuk surfaktan nonionik
yang lebih bersifat hidrofil dan mekanisme nya dapat
menurunkan tegangan permukaan.
17
BAB II
RANCANGAN FORMULA
A. Skema Penentuan Komponen Cream
18
B. Rencana Spesifikasi Sediaan
No Jenis Spesifikasi yang diinginkan
1 Bentuk sediaan Cream
19
Bahan aktifchlorpheniranime maleat
sifat : larut dalam air
sediaan bentuk krim karena untuk digunakan pada kulit dengan stratum yang keras
bahan tambahan
digunakan pemakaian topika
lperlu
adanya
basis krim
vaselin albumvaselin flavumcera
alba
cera
flava
krim tipe o/wadan
ya fase minyak dalam airdiberi emulgator
TEAT
ween 80span 80As.
Stearatstearyl alkohol
bahan obat
diinginkan efek lama dikuli
t
perlu
adnya
bahan
untuk
menahan penguapan air
diberi humektan
gliserinpropilenglikol
Warna dan bau
bahan obat
asseptabledibe
ri enhencercamphora
menthol
adanya airmedi
a baik untu
k pertumbuhan mikrobapenga
wet
nipaginnipasolpropilenglikol
2 Kadar bahan aktif Chlorpheniramini Maleas 5 %
3 pH sediaan 4,2-6,5
4 Viskositas Mudah dioleskan
5 Warna Putih
6 Bau Menthol
C. Formula Cream
Formula I
Bahan Fungsi Rentang yang digunakan (%)
Yang digunakan (%)
Jumlah
(10g)
Jumlah (200g)
CTM Bahan aktif 5 % 0,5 g 10 g
Cera Alba Basis cream 5 – 20 % 15 % 1,5 g 30
Vaselin album Basis cream 10 – 30 % 20 % 2 g 40
TEA Emulgator 2 – 4 % 2 % 0,2 g 4
As. Stearat Emulgator 1 – 20 % 12 % 1,2 g 24
Nipagin Pengawet 0,02 – 0,3 % 0,16 % 0,016 g 0,32
Nipasol Pengawet 0,01 – 0,6 % 0,3 % 0,03 g 0,6
Propilenglikol Humectant 15 % 15 % 1,5 g 30
Menthol Corrigen 0,05 – 10,0% 1% 0.1 g 2
Air Pelarut 30 % 3 ml 60
Perhitungan HLB
Basis
Cera 15 % 9 (HLB)
20
Vaselin 20 % 5 (HLB)
35 %
Cera = (15/ 35) x 9 = 3,85
Vaselin = (20/ 35) x 5 = 2,86
HLB butuh: 3,85 + 2,86 = 6,71
Emulgator : 13,54 %
TEA = (HLB butuh – HLB rendah) / (HLB tinggi – HLB rendah)
= 6,71−612−6
= 0,12
= 0,12 x 13,54 % = 1,62 % 2 %
As. Stearat = (13,54 – 2)% = 11,54 % 12 %
Formula II
Bahan Fungsi Rentang yang digunakan (%)
Yang digunakan (%)
Jumlah (200g)
CTM Bahan aktif 5 % 10 g
Cera Alba Basis cream 5 – 20 % 15 % 30
Vaselin album Basis cream 10 – 30 % 20 % 40
TEA Emulgator 2 – 4 % 2,23 % 4,46
As. Stearat Emulgator 1 – 20 % 12 % 24
Nipagin Pengawet 0,02 – 0,3 % 0,16 % 0,32
Nipasol Pengawet 0,01 – 0,6 % 0,3 % 0,6
Propilenglikol Humectant 15 % 15 % 30
Menthol Corrigen 0,05 – 10,0% 1% 2
21
Air Pelarut 30 % 60
Formula III
Bahan Fungsi Rentang yang digunakan (%)
Yang digunakan (%)
Jumlah (200g)
CTM Bahan aktif 5,09 % 10,17 g
Cera Alba Basis cream 5 – 20 % 15 % 30
Vaselin album Basis cream 10 – 30 % 20 % 40
TEA Emulgator 2 – 4 % 2,23 % 4,46
As. Stearat Emulgator 1 – 20 % 12 % 24
Tween 80 Surfaktan 0,64 % 1,27
Nipagin Pengawet 0,02 – 0,3 % 0,16 % 0,32
Nipasol Pengawet 0,01 – 0,6 % 0,3 % 0,6
Propilenglikol Humectant 15 % 15 % 30
Gliserin Humectant 1,06 % 2,12
Menthol Corrigen 0,05 – 10,0% 1% 2
Air Pelarut 30 % 60
D. Cara Pembuatan
Formula I
22
1. Timbang semua bahan (CTM, Cera Alba, Vaselin Album, Asam stearat, TEA,
nipagin, nipasol, propilenglikol dan menthol).
2. Bahan fase minyak (Cera Alba, Vaselin Album, Asam stearat) dimasukkan cawan
penguap dan di lebur di atas waterbath ad lebur.
3. Setelah lebur, ditambahkan nipasol ke dalam leburan fase minyak, campur ad
homogen.
4. Mengukur air sesuai yang dibutuhkan.
5. Bahan fase air (CTM, propilenglikol,TEA dan nipagin) dicampurkan dengan air di
dalam beaker glass.
6. Bahan fase air dihangatkan di atas waterbath sampai suhunya sama dengan bahan fase
minyak.
7. Setelah kedua fase suhunya sama bahan fase air dimasukkan ke dalam fase minyak
sedikit demi sedikit di aduk ad tercampur dan terbentuk cream
8. Menthol di larutkan dalam ethanol ad larut.
9. Dicampurkan dengan massa cream, aduk ad homogen.
Formula II
1. Massa cream ditambahkan TEA sebanyak dua tetes yang setara dengan 0,46 g
2. Aduk cepat dan konstan ad terbentuk cream yang stabil
Formula III
1. Massa cream ditambahkan Tween 80 sebanyak 1,27 g
2. Aduk ad homogen
3. Tambahkan gliserin sebanyak 2,12 g
4. Aduk ad homogen dan terbentuk massa cream dengan konsistensi yang lembut
E. Skema Pembuatan
23
CTM, TEA, Nipagin, PropilenglikolCera A., Vaselin A., As. Stearat
Dilebur di atas penangas air Dilarutkan dalam air dan dipanaskan di atas penangas air
BAB III
RANCANGAN EVALUASI DAN HASIL
A. Evaluasi Sediaan Cream
1. Organoleptis
24
Nipasol
Menthol + ethanol 96%
Tekstur :
Warna :
Bau :
2. Penetapan pH
Alat pH meter
Cara kerja:
Timbang sediaan sebanyak 5 g
Diencerkan dengan aqua bebas CO2 dengan perbandingan 1 : 10 (50 ml) aduk
ad homogen
Bersihkan electrode dengan aquadest, bilas menyeluruh dan keringkan dengan
tisu
pH meter dikalibrasi dengan ph terstandar (pH=7)
masukkan electrode pH meter ke dalam sediaan yang di ukur
tunggu sampai abt menunjukikan angka konstan, lalu catat pH-nya
3. Penetapan Viskositas
Alat : viscometer cup and bog
Cara kerja:
Nyalakan alat
Pilih rotor yang sesuai lalu masukkan sediaan dalam rotor tersebut
Pasang rotor pada alat
Nyalakan tombol pemutar alat, baca jarum penunjuk viskositas jika telah
konstan, catat
4. Penetapan Daya Sebar
Alat: kaca transparan
Cara kerja:
Timbang sediaan 1 g
Letakkan sediaan ditengah kaca tersebut
Timbang kaca transparan yang lain kemudiaan ditutupkan pada kaca yang
telah ada sediaan,diamkan selama 2 menit kemudian catat diameter sediaan
(bobot sebelum di beri beban).
Kemudiaan beri beban 1g, 2g, 3g, dan 4g
Amati perubahan diameter yang terjadi
25
Catat hasil pengamatan,kemudiaan hitung regresi (slope)
5. Uji Tipe Emulsi
Alat: mikroskop
Cara kerja:
Melarutkan dalam air
Ambil sediaan, masukkan beaker glass
Larutkan dengan air secukupnya
Amati kelarutan sediaan dalam air
Menggunakan pewarnaan dengan sudan III
Ambil sediaan, masukkan cawan perselen
Di tambah dengan pewarna sudan III, aduk ad homogen
Amati fase sediaan yang larut dalam sudan III di mikroskop
Menggunakan pewarnaan dengan metylen blue
Ambil sediaan, masukkan cawan perselen
Di tambah dengan pewarna metilen blue, aduk ad homogen
Amati fase sediaan yang larut dalam metylen blue di mikroskop
6. Uji Asseptabilitas
Buat criteria uji yaitu (kemudahan dioleskan,kehalusan, sensasi yang
ditimbulkan, kelengketan,bekas yang ditinggalkan, dan kemudahan dicuci)
Buat skoring untuk masing-masing kriteria.
B. Hasil Evaluasi
1. Organoleptis
Tekstur : lembut
Warna : kekuningan
26
Bau : menthol
2. Penetapan pH
Alat pH meter
pH yang didapat = 6.39
Spesifikasi pH sediaan yang kami rencanakan adalah 4,5-6,5 menyesuaikan dengan
pH kulit manusia dan juga dengan pertimbangan tetap stabilnya bahan-bahan yang kami
gunakan dalam pembuatan sediaan ini atau lebih tepatnya tidak ditemukannya pada literatur
adanya pH stabilitas pada masing-masing bahan. sehingga pH sediaan yang telah kami buat
sesuai/masuk dalamrentang PH yang direncanakan.
3. penetapan viskositas
Alat : viscometer cup and bog
Di dapat viskositas spindel 2sebesar: 190 dPa.s
4. Penetapan daya sebar
Alat : kaca transparan 2 buah
Hasil yang didapat : - kaca (tanpa beban) = 9,1
- 3g ; 5g ; 10 g = 9,2
- 50 g = 9,4
- 100 g = 9,5
- 150 g = 9,6
- 200 g = 10
No. Beban (gram) Diameter (cm)
1 18,522 g 9,12 Penambahan 3 g (21,522 g) 9,23 Penambahan 5 g (23,522 g) 9,24 Penambahan 10 g (28,522 g) 9,25 Penambahan 50 g (68,522 g) 9,4
27
6 Penambahan 100 g (118,522 g) 9,57 Penambahan 150 g (168,522 g) 9,68 Penambahan 200 g (218,522 g) 10
Hasil regresi → y = bx + a
a = 9,0869 r = 0,9739
b/ harga slope = 0,0038
5. Uji tipe emulsi
Dilarutkan dalam air : tidak larut
Menggunakan pewarnaan dengan sudan III
28
Gambar menunjukkan bahwa tipe emulsi : o/w
Menggunakan pewarnaan dengan metylen blue
Gambar menunjukkan bahwa tipe emulsi : o/w
Berdasarkan hasil dari ketiga tes yang dilakukan didapatkan dua hasil yang
menunjukkan tipe emusi cream yang kami buat adalah o/w, sedangkan satu hasil percobaan
menunjukkan bahwa tipe emulsi yang kami buat w/o saat dilarutkan dalam air.
6. Uji Acceptabilitas
Kehalusan/Tekstur
Tidak halus Agak halus Halus Sangat halus
29
0 1 9 0
Tidak halus Agak Halus Halus Halus Sekali0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Grafik 1. Tekstur
Sensasi rasa :
Tidak dingin
(panas)
Biasa Dingin Sangat dingin
10 0 0 0
Tidak Dingin Biasa Dingin Sangat Dingin012345678910
Grafik 2. Sensasi Rasa
Daya lengket :
Tidak lengket Agak lengket lengket Sedikit lengket
30
1 3 3 3
Tidak Lengket Agak Lengket Lengket Sedikit Lengket0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
Grafik 3. Kelengketan
Kemudahan dioleskan
Mudah Agak Mudah Sulit Sangat Sulit
9 1 0 0
Mudah Agak Mudah Sulit Sangat Sulit0123456789
Grafik 4. Kemudahan dioleskan
Kemudahan dicuci
31
Sulit Agak Mudah Mudah Sangat mudah
9 0 1 0
Sulit Agak Mudah Mudah Sangat Mudah0123456789
Grafik 5. Kemudahan dicuci
Bau
Agak Bau Bau Bau Sekali
3 6 1
Agak Bau Bau Bau Sekali0
1
2
3
4
5
6
Grafik 6. Bau
Kesimpulan:
32
Krim yang diperoleh sulit dicuci dengan air. Hal ini disebabkan karena tipe sediaan yang
kami buat adalah tipe w/o sehingga lebih lama kontak dengan kulit tetapi sulit di cuci.
Mempunyai bau/ aroma dari menthol. sensasi dingin yang kami harapkan tidak ada, hal ini
dikarenakan menthol yang diigunakan menguap sehingga sensasi dingin menjadi hilang.
Sedangkan untuk tekstur krim setelah ditambah tween 80 dan gliserin menjadi halus.
BAB IV
PEMBAHASAN
33
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat,
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Berdasarkan praktikum yang telah
kami lakukan dalam membuat sediaan cream dengan bahan aktif CTM, langkah yang kami
lakukan pertama adalah memilih bahan-bahan tambahan yang meliputi: basis, emulgator,
humectant, corigen, dan pengawet. Pertimbangan pemilihan bahan-bahan ini berdasarkan atas
sifat fisika kimianya dan disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia di laboratorium.
Pada praktikum kali ini, kami merancang satu formula yang selanjutnya disebut
formula I dan mengoptimasi formula tersebut. Saat praktikum berlangsung ada penambahan
konsentrasi pada beberapa bahan dalam formula I yang selanjutnya disebut formula II.dan
formula III.
Formula I terdiri dari CTM sebagai bahan aktiv sebanyak 500 mg, cera alba 1,5 g dan
vaselin alba 2 g sebagai basisnya. Dari penentuan konsentrasi basis ini, kami dapat
menghitung HLB butuh dari system dan mengetahui seberapa banyak TEA dan asam stearat
sebagai emulgator yang diperlukan dalam formula kami (perhitungan HLB dapat dilihat pada
halaman….). Sehingga didapatkan TEA yang digunakan sebanyak 0,2 g dan asam stearat 1,2
g. Selain bahan-bahan yang telah disebutkan, dalam formula I ini juga terdapat nipagin,
nipasol, propilenglikol, menthol, dan air.
Pengoptimasian formula I dilakukan dengan membuat sediaan cream sebanyak 10 g.
Bahan-bahan yang larut dalam air (fase air), dilarutkan dalam air. Bahan-bahan tersebut
adalah CTM, propilenglikol, TEA, dan nipagin. Disamping itu, bahan-bahan yang larut dalam
minyak (fase minyak) dilebur bersama-sama dalam cawan penguap di atas penangas air.
Bahan-bahan tersebut adalah cera alba, vaselin alba, dan asam stearat. Nipasol ditambahkan
saat fase minyak telah melebur. Fase air dan fase minyak dipanaskan dalam suhu yang sama
kemudian dicampur menjadi satu dalam mortir panas yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Pencampuran dilakukan dengan menambahkan fase air dalam fase minyak dan diaduk cepat
secara konstan. Setelah itu ditambahkan menthol yang telah dilarutkan dengan alcohol 96%,
dicampur ad homogen dan menjadi massa cream.
Sediaan optimasi sebanyak 10 g yang kami buat dalam praktikum ini berhasil menjadi
sediaan cream yang baik dengan konsistensi yang sesuai dengan spesifikasi yang kami
rancang. Karena itu kami membuat formula scale up sesuai formula I dengan penambahan
konsentrasi bahan-bahan untuk dibuat menjadi 200 g. Cara pembuatan pada saat scale up juga
sama dengan cara pembuatan formula I, namun hasil yang kami dapatkan tidak sebaik saat
34
optimasi. Sediaan cream saat scale up ini sangat sulit untuk bercampur menjadi system
emulsi yang stabil. Factor yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah kurang
cepatnya pengadukan atau pengadukan yang kurang konstan karena bahan-bahan yang
digunakan lebih banyak dibanding saat optimasi. Untuk mempermudah pengadukan, kami
memindahkan massa cream kami ke dalam mortir yang lebih besar. Tetapi pergantian mortir
ini menyebabkan berkurangnya berat dari massa cream.
Setelah memaksimalkan cara pengadukan, ternyata hasilnya tidak menunjukkan
adanya perubahan kestabilan dari cream. Sehingga kami menambahkan TEA sebanyak 2
tetes, yang 1 tetesnya setara dengan 0,23 g. Penambahan TEA yang tidak direncanakan ini
membuat formula I sedikit berubah menyangkut konsentrasi TEA, sehingga formula scale up
menjadi formula II. TEA yang ditambahkan dapat sedikit menstabilkan system emulsi dalam
cream kami. Kemudian kami menyimpan cream selama satu minggu.
Setelah penyimpanan tersebut, dilakukan evaluasi yang diantaranya adalah
organoleptis, viskositas, daya sebar, pH, dan tipe emulsi. Organoleptis yang dievaluasi adalah
warna, bau, tekstur, dan sensasi. Warna sediaan kami setelah penyimpanan menjadi lebih
kuning dibanding sebelum penyimpanan. Warna yang kami dapatkan tidak sesuai dengan
spesifikasi sediaan yang kami rancang, yaitu warna putih. Baunya sesuai dengan spesifikasi
yaitu bau menthol, bau pada sediaan kami tidak menghilang setelah penyimpanan. Tekstur
tidak terlalu halus. Sensasi dingin dan sedikit panas dirasakan setelah beberapa saat diolekan
pada kulit.
Setelah pengujian organoleptis, saat dianalisis secara visual ternyata sediaan kami
terlalu keras untuk menjadi cream yang mudah dioleskan, konsistensi cream kami lebih
menyerupai salep. Karena itu sebelum pengujian lebih lanjut, cream ditambahkan dengan
beberapa bahan tambahan untuk memperbaiki konsistensinya. Bahan-bahan yang
ditambahkan adalah Tween 80 sebanyak 31 tetes atau 1,27 g dan gliserin 48 tetes atau 2,12 g.
Penambahan bahan-bahan tambahan tersebut menjadikan berat CTM juga harus ditambah.
Bahan-bahan yang ditambahkan ini dimasukkan dalam formula III.
Viskositas diuji dengan alat viscometer, didapatkan viskositas sediaan sebesar 190
dPa’s. Viskositas menggambarkan kekentalan dari suatu sediaan yang manivestasinya
berkaitan dengan aseptabilitas juga untuk mengetahui kemudahan mengalir sediaan tersebut
yang nantinya bermanfaat untuk kemudahan pengemasan.
35
Uji daya sebar menggambarkan manivestasi dari sifat alir sediaan/rheology yang
berkaitan dengan aseptabilitas sediaan. Dari uji evalusi yang kami lakukan, nilai slope dapat
diketahui dengan menggunakan rumus regresi linier dan dapat dibuat dalam bentuk grafik
yang menggambarkan penyebaran cream saat ditambahkan beban. Nilai slope yang kami
dapatkan adalah 0,0038. Harga slope menunjukkan besarnya kemampuan menyebar suatu
sediaan akibat penambahan suatu satuan beban atau dapat dikatakan sebagai daya sebar dari
suatu sediaan. Kapasitas penyebaran dicapai pada saat beban konstan yaitu beban dimana
sediaan sudah tidak mampu menyebar lagi meskipun diberikan penambahan beban. Jadi
kapasitas daya sebar sediaan ini pada beban 200g.
Pengujian pH dengan pH meter menunjukkan pH sediaan adalah 6,39. pH tersebut
masuk dalam rentang spesifikasi kami yang disesuaikan dengan pH kulit, yaitu 4,5 – 6,5.
Uji tipe emulsi dilakukan dengan pewarnaan methylen blue dan menggunakan sudan
III untuk lebih memastikan tipe emulsi dalam cream. Saat dicampurkaan dengan methylen
blue dan diamati lewat mikroskop, tipe emulsi yang didapatkan adalah o/w karena methylen
blue terlihat menyebar dan terdapat tetesan-tetesan berwarna bening. Saat dicampurkan
dengan sudan III, tetesan-tetesan berwarna agak merah walaupun tidak terlalu jelas.
Pengamatan pada mikroskop ini dapat dilihat pada gambar-gambar dalam bab evaluasi.
Namun, spesifikasi yang kami rancang adalah cream dengan tipe w/o, sehingga disini terjadi
pembalikan fase dalam sediaan cream kami.
Untuk uji aseptabilitas, kami menggunakan sepuluh responden yang mengisi kriteria-
kriteria yang kami buat, hasil uji dengan skor terbanyak pada masing-masing kriteria sebagai
berikut :
Kehalusan tekstur halus dengan skor 9
Sensasi tidak dingin dengan skor 10
Daya lengket agak sampai sedikit lengket dengan skor 3
Kemudahan dioleskan mudah dengan skor 9
Kemudahan dicuci sulit dengan skor 9
Bau bau dengan skor 6
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
37
A. Kesimpulan
Sediaan cream dengan bahan aktif CTM memerlukan bahan-bahan tambahan untuk
membantu CTM berpenetrasi ke dalam kulit agar dapat memberikan efek terapi yang
diinginkan.
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terlihat bahwa sediaan sebagian besar tidak
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, teramati dari organoleptis, uji daya sebar, tipe
emulsi, dan aseptabilitas.
B. Saran
Pada proses produksi suatu sediaan benar-benar diperhatikan setiap langkah proses
produksinya untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin terjadi selama proses
pembuatan.
LAMPIRAN
38
Gambar sebelum (setelah penyimpanan selama seminggu) dan sesudah ditambahkan
tween 80 dan gliserin
39
Sebelum Sesudah