laporan praktikum rektan 3.docx

31
DAFTAR ISI PRAKATA.......................................................... ......................................................... DAFTAR ISI ............................................................. .................................................. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang......................................................... ........................................ 1.2. Tujuan........................................................... ................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Mawar………………...................................................... .................... 2.2. Colchicine....................................................... ................................................ 2.3. Peranan dan Pengaruh Pemberian Colchicine.................................................

Upload: faza-fauzan-syarif

Post on 13-Feb-2015

215 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

DAFTAR ISI

PRAKATA...................................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................................................

1.2. Tujuan..............................................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Mawar………………..........................................................................

2.2. Colchicine.......................................................................................................

2.3. Peranan dan Pengaruh Pemberian Colchicine.................................................

2.4. Poliploid ...........................................................................................................

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu...........................................................................................

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................

3.3. Metode Praktikum ............................................................................................

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel pengamatan tanaman mawar sebelum perlakuan………

4.2. Tabel pengamatan tanaman mawar setelah perlakuan…………

V. KESIMPULAN

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan jumlah kromosom menyediakan sumber keragaman genetik. Perubahan ini

terjadi dengan penambahan atau pengurangan kromosom-kromosom utuh atau satu set

kromosom lengkap (genom). Perubahan jumlah ini dapat merubah sifat morfologis dan

fisiologisnya. Perbedan-perbedaan ini dapat terlihat dalam variasi fenotipe dan dapat

digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh dari masing-masing kromosom. Penambahan

jumlah kromosom dari beberapa tanaman mengubah sifat morfologis dan fisiologis yang

penting bagi manusia, misalnya kenaikan hasil gandum roti (6x).

Individu-individu dalam satu spesies umumnya jumlah kromosom sama, tetapi

spesies yang berbeda dalam satu genus sering mempunyai jumlah kromosom berbeda. Variasi

dalam jumlah kromosom ada dua tipe, yaitu :

1. Euploid (variasi dalam seluruh set kromosom), yang terdiri dari ; monoploid,

diploid, dan poliploid.

2. Aneuploid (variasi dalam salah satu set kromosom), yang terdiri dari :

monosomik, disomik nullisomik, dan polisomik.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh pemberian kolkisin dengan konsentrasi yang berbeda pada

tanaman mawar.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mawar

Mawar adalah tanaman semak dari genus Rosa sekaligus nama bunga yang dihasilkan

tanaman ini. Mawar liar yang terdiri lebih dari 100 spesies kebanyakan tumbuh di belahan bumi

utara yang berudara sejuk. Spesies mawar umumnya merupakan tanaman semak yang berduri

atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter. Walaupun jarang

ditemui, tinggi tanaman mawar yang merambat di tanaman lain bisa mencapai 20 meter.

Sebagian besar spesies mempunyai daun yang panjangnya antara 5 – 15 cm, dua-dua berlawanan

(pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau

13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi

beringgit, meruncing pada ujung daun dan berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar

sebetulnya bukan tanaman tropis, sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan

hanya beberapa spesies yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.

Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki

4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah

pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak.

Buah mawar (rose hips) dari Rosa canina

Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga dengan banyak putik) yang

disebutrose hips. Masing-masing putik berkembang menjadi satu buah tunggal (achene),

sedangkan kumpulan buah tunggal dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan

bunga yang terbuka lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang

membantu penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil

pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan

penyerbukan. Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian seperti Rosa

pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga hitam.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Pada beberapa spesies seperti Rosa canina dan Rosa rugosa menghasilkan buah rose hips yang

sangat kaya dengan vitamin C bahkan termasuk di antara sumber vitamin C alami yang paling

kaya. Buah rose hips disukai burung pemakan buah yang membantu penyebaran biji mawar

bersama kotoran yang dikeluarkan. Beberapa jenis burung seperti burung Finch juga memakan

biji-biji mawar.

Pada umumnya mawar memiliki duri berbentuk seperti pengait yang berfungsi sebagai pegangan

sewaktu memanjat tumbuhan lain. Beberapa spesies yang tumbuh liar di tanah berpasir di daerah

pantai seperti Rosa rugosa dan Rosa pimpinellifolia beradaptasi dengan duri lurus seperti jarum

yang mungkin berfungsi untuk mengurangi kerusakan akibat dimakan binatang, menahan pasir

yang diterbangkan angin dan melindungi akar dari erosi. Walaupun sudah dilindungi duri, rusa

kelihatannya tidak takut dan sering merusak tanaman mawar. Beberapa spesies mawar

mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak tajam.

Mawar dapat dijangkiti beberapa penyakit seperti karat daun yang merupakan penyakit paling

serius. Penyebabnya adalah cendawan Phragmidium mucronatum yang menyebabkan

kerontokan daun. Penyakit yang tidak begitu berbahaya seperti Tepung Mildew disebabkan

cendawan Sphaerotheca pannosa, sedangkan penyakit Bercak Hitam yang ditandai timbulnya

bercak-bercak hitam pada daun disebabkan oleh cendawan Diplocarpon rosae. Mawar juga

merupakan makanan bagi larva beberapa spesies Lepidoptera.

Mawar tumbuh subur di daerah beriklim sedang walaupun beberapa kultivar yang merupakan

hasil metode penyambungan (grafting) dapat tumbuh di daerah beriklim subtropis hingga daerah

beriklim tropis.Selain sebagai bunga potong, mawar memiliki banyak manfaat, antara lain

antidepresan, antiviral, antibakteri, antiperadangan, dan sumber vitamin C. Minyak mawar

adalah salah satu minyak atsiri hasil penyulingan dan penguapan daun-daun mahkota sehingga

dapat dibuat menjadi parfum. Mawar juga dapat dimanfaatkan untuk teh, jelly, dan selai.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

2.2 Kolkisin

Kolkisina (tidak baku: kolkisin) merupakan alkaloid toksik dan karsinogenik yang diperoleh dari

ekstrak tumbuhan Colchicum autumnale dan beberapa anggota suku Colchicaceae lainnya,

seperti Gloriosa superba. Rumus kimianya C22H25NO6.

Kolkisina merupakan inhibitor mitosis karena dapat mengikat tubulin (suatu protein), konstituen

utama mikrotubula. Mikrotubula memainkan peran penting dalam pembentukan benang spindel

pada mitosis. Selain itu, kolkisina juga merupakan inhibitor motilitas dan aktivitas neutrofil,

salah satu partikel penyusun darah, sehingga memiliki efek anti-radang (anti inflamatori).

Kolkisina dipakai luas di bidang biologi/pertanian untuk menghasilkan sel-sel poliploid buatan,

karena pemisahan set kromosom terganggu dan sel-sel memiliki set kromosom yang berlipat.

Aplikasi kolkisina biasanya dilakukan dengan mencelupkan bagian tanaman dalam larutan

kolkisin selama satu hari. Tumbuhan poliploid seringkali memiliki ukuran yang lebih besar

daripada tumbuhan normal sehingga disukai oleh petani maupun konsumen.

2.3 Poliploidi

Tanaman poliploidi umumnya menunjukan kemampuan berkompetisi yang lebih baik dibanding

diploid, hal ini ditunjukan dengan lebih luas daerah penyebarannya, sehingga toleransinya lebih

besar terhadap lingkungan yang ekstrim. Tanaman poliploidi lebih kekar daripada tanaman

diploidnya, ukuran tanaman lebih besar (daun, batang, bunga, buah dan sel inti), kandungan

protein dan vitamin meningkat, tekanan osmotik berkurang, dan masa vegetatif lebih panjang.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut di atas, tanaman poliploid juga memiliki beberapa

kelemahan, diantaranya : (1) semi-sterilitas pada tanaman poliploid dengan gamet yang tidak

dapat hidup serta dijumpai adanya penurunan hasil biji, (2) kemasakan lebih lambat

dibandingkan dengan tipe yang ploidinya lebih rendah.

Di alam terdapat beberapa tanaman budidaya yang poliploid seperti terigu, kapas, tembakau,

tebu, pisang, ubi jalar dll. Poliploid berperan dalam penyediaan lemak, protein, karbohidrat

dunia.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Poliploid secara umum diartikan sebagai individu yang mempunyai lebih dari dua set kromosom

(3x, 4x, 6x, dst), sedangkan pengertian lain adalah individu atau populasi yang mempunyai

materi genetik yang lebih banyak yang tercermin pada peningkatan jumlah kromosom jika

dibandingkan dengan tetuanya. Pada angiospermae 30% atau 35% spesies merupakan poliploid

dan hampir 75%. Graminae merupakan poliploid.Poliploidi merupakan suatu kondisi dimana

makhluk hidup tertentu memiliki lebih dari dua perangkat kromosom (Ayala, dkk., 1984 dalam

Firdaus, 2002). Keadaan ini terjadi akibat adanya induksi poliploidisasi. Pada umumnya tiap

organisme mempunyai dua perangkat kromosom (diploid). Akan tetapi tidak ditutup

kemungkinan akan terjadinya perubahan perangkat kromosom tersebut. Organisme yang

mengalami perubahan perangkat kromosom menjadi lebih dari dua perangkat kromosom disebut

poliploid, sedangkan organisme yang mengalami perubahan perangkat kromosom menjadi satu

perangkat kromosom disebut monoploid atau haploid.

Menurut Wilkins dan Gosling (1983 dalam Firdaus, 2002), poliploidi merupakan salah satu

bentuk mutasi kromosom dan dapat digunakan sebagai pengendali kelamin(sex control) suatu

organisme, pembentuk galur murni, dan penghasil ikan yang steril (Chao, dkk., 1986 dalam

Firdaus, 2002). Tipe-tipe poliploidi dibedakan berdasarkan jumlah perangkat kromosom yang

dibentuk, contohnya triploid, tetraploid, pentaploid, dan seterusnya.

Berdasarkan asal usul kejadiannya, poliploidi dapat dibedakan menjadi autopoliploidi dan

alloploidi (Klug dan Cummings, 2000). Pada autopoliploidis tidak dilibatkan spesies yang lain

jadi seluruh perangkat kromosom yang ada berasal dari spesies yang sama. Autotriploid dapat

terjadi karena pembuahan suatu gamet diploid dengan gamet haploid. Gamet diploid yang

terbentuk adalah hasil kegagalan pemisahan seluruh perangkat kromosom selama meiosis. Zigot

autotriploid juga mungkin terjadi karena adanya pembuahan satu ovum oleh dua sperma atau

juga mungkin terjadi akibat persilangan eksperimental individu diploid dan tetraploid

(Niekerson, 1990 dalam Abidah, 2000).

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

1. Autopolyploidi

Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana genomnya identik atau

mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya berasal dari satu spesies. Autopoliploid

muncul dari penggandaan kromosom yang komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat

diinduksi artifisial melalui perlakuan kolsisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang

terakhir ini jarang ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat berasal dari

persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom dimana gamet tidak mengalami

reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat miosis, dengan pewarisan yang

multisomik Beberapa tanaman yang termasuk autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar,

kacang tanah, alfalfa dan “orchardgrass”.

Beberapa sifat autopoliploid yang berbeda dengan diploid adalah : (1) volume sel dan nukleus

lebih besar, (2) bertambah ukuran daun dan bunga serta batang lebih tebal, (3) terjadi perubahan

komposisi kimia meliputi peningkatan dan perubahan karbohidrat, protein, vitamin dan alkaloid,

(4) kecepatan pertumbuhan lebih lambat dibanding diploid, menyebabkan pembungaannya juga

terlambat, (5) miosis sering tidak teratur dengan terbentuknya multivalen sebagai penyebab

sterilitas, (6) poliploidi tidak seimbang terutama pada triploid dan pentaploid (Sparrow, 1979).

Dikatakan juga oleh Poehlman dan Sleper (1995) bahwa autopoliploid berperan meningkatkan

ukuran sel merismatik tetapi jumlah total sel tidak bertambah. Menurut Sareen et al. (1992)

tanaman autotetraploid mempunyai bagian vegetatif lebih besar, menyebabkan mereka lebih

jagur dibanding diploidnya. Tetapi efek ini tidak universal karena ada beberapa autotetraploid

yang mirip atau lebih lemah dibandingkan tetua diploid.

Menurut Poehlman dan Sleper (1995) tiga hal dasar sebagai petunjuk untuk memproduksi dan

memanfaatkan autoploidi dalam program pemuliaan tanaman yaitu : (1) autoploidi cenderung

mempunyai pertumbuhan vegetatif lebih besar sedangkan biji yang dihasilkan sedikit, sehingga

lebih bermanfaat untuk pemuliaan tanaman yang bagian vegetatifnya dipanen, (2) lebih berhasil

untuk mendapatkan autoploidi yang jagur dan fertil melalui penggandaan diploid yang jumlah

kromosom sedikit, (3) autoploidi yang berasal dari spesies menyerbuk silang lebih baik dari

pada autoploidi dari spesies menyerbuk sendiri, sebab penyerbukan silang membantu secara luas

rekombinasi gen dan kesempatan untuk memperoleh keseimbangan genotip pada poliploidi.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

2. Alloploidi

Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih genom dari genom normal

2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak homolog. Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi

antara spesies atau genus yang berlainan genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan

steril karena tidak ada atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan

kromosom spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa tanaman yang

termasuk alloploidi alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan beberapa spesies

kubis.

Allopoliploid ditemukan ada yang allopoliplod segmental (sebagian kromosom homolog)

menyebabkan steril sebagian, dan allopolyploid (semua kromosom tidak homolog) menyebabkan

steril penuh. Allopoliploid segmental memiliki segmen kromosom homologous dan

homoeologus (homolog parsial) yang selama miosis dapat terjadi bivalen dan multivalen

sehingga pewarisannya campuran disomik-polisomik (Vandepoele et al. 2003). Dikatakan juga

bahwa prototipe poliploidi dari rumput-rumputan seperti gandum adalah allopolyploid, jagung

adalah alloploidi segmental dan padi adalah paleopoliploid.

Tujuan induksi allopoliploid adalah mengkombinasi sifat-sifat yang diinginkan dari dua tetua

diploid ke dalam satu tanaman (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) beberapa

manfaat alloploidi untuk para pemulia adalah : (1) dapat mengidentifikasi asal genetik spesies

tanaman poliploidi, (2) menghasilkan genotip tanaman baru, (3) dapat memudahkan transfer gen

antar spesies dan (4) memudahkan transfer atau subtitusi kromosom secara individual atau

pasangan kromosom.

Para pemulia menginduksi poliploidi dengan menyilangkan antara spesies budidaya tetraploid

dengan kerabat liarnya dengan tujuan supaya gen yang diinginkan dapat ditransfer dari spesies

liar ke kultivar budidaya (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) hampir semua

kerabat liar Solanum dapat disilangkan dengan Solanum tuberosum (interspesies) dengan tujuan

untuk mendapatkan resistensi terhadap stress abiotik maupun biotik serta memperbaiki

heterosigositas tanaman.

Pendekatan pembuatan allopoliploid ini kelihatan kurang berhasil dibanding induksi

autopoliploid. Kesulitan yang ditemui dengan pendekatan ini adalah : (1) adanya “barier

incompatible” antar kedua spesies yang akan disilangkan, (2) terjadi pembuahan tetapi

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

mengalami aborsi embrio (Karmana, 1989). Kendala dalam menghasilkan tanaman allopoliploid

ini dapat diatasi dengan teknik hibridisasi baru yaitu fusi protoplas atau hibridisasi somatik.

Pemuliaan Poliploidi

Poliploidi adalah keadaan sel yang memiliki lebih dari dua genom dasar (3x, 4x, 5x dan

seterusnya), ditemukan banyak pada kingdom tanaman. Poliploidi dapat berisikan dua atau lebih

pasang genom dengan segmen kromosom yang homolog, keseluruhan kromosom homolog atau

keseluruhan kromosom tidak homolog. Perbedaan satu dengan yang lain pada sejumlah gen atau

segmen kromosom yang menyebabkan sterilitas sebagian atau seluruhnya(Stebbins, 1950 dalam

Sareen, Chowdhury dan Chowdhury, 1992).

Famili rumput-rumputan (gramineae) adalah famili terbesar dari semua tanaman berbunga,

meliputi 10.000 species. Famili ini dikelompokan dalam 600 -700 genus yang berasal dari

moyang purba sekitar 50-70 juta tahun lalu (Kellogg, 2001; Huang et al, 2002). Famili ini

biasanya dipakai sebagai model dalam mempelajari poliploidi. Sebagian besar tipe poliploidi dari

famili gramineae yaitu autopolyploid, allopolyploid segmental dan allopolyploid (Vandepoele,

Simillion dan Van de Peer, 2003)

Secara alami poliploidi sering lebih besar penampakan morfologi dari spesies diploid seperti

permukaan daun lebih luas, organ bunga lebih besar, batang lebih tebal dan tanaman lebih

tinggi. Fenomena ini diistilahkan sebagai gigas atau jagur (Kuckuck et al., 1991). Populasi

poliploidi mempunyai kemampuan berkompetisi lebih baik dibanding moyang diploid

ditunjukkan dengan daerah penyebarannya yang luas (Karmana, 1989). Menurut Poehlman dan

Sleper (1995) poliploidi juga memberi peluang untuk merubah karakter suatu tanaman melalui

perubahan jumlah genom dan kontribusi gen-gen alelik pada karakter tertentu.

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Teknik Induksi Poliploid

Induksi poliploid mempersingkat daur alami dari proses pembelahan inti.perlakuan

kejutan suhu (rendah atau tinggi) dapat melipatgandakan jumlah kromosom, pucuk yang keluar

dari penyatuan batang bawah dan okulasi pada sambungan kadang-kadang poliploid, demikian

pula dengan pucuk baru yang keluar dari tanaman yang dipotong pucuknya.

Induksi poliploid dengan menggunakan kolkisin merupakan teknik yang paling efektif.

Bahan ini mudah digunakan karena larut dalam air dan memproduksi sel-sel poliploid yang

sangat tinggi pada beberapa spesies tanaman. Kolkisin dapat diaplikasikan dengan berbagai cara,

antara lain dengan menempelkan kapas yang sudah diberi kolkisin pada mata tunas, perendaman

bagian tubuh tumbuhan dan dialirkan perlahan-lahan melalui tabung kecil yang ditancapkan

terbalik pada bagian tanaman.

Teknik perendaman biji pada larutan kolkisin menyebabkan terbentuknya tanaman baru

dengan jumlah kromosom yang telah mengganda. Apabila kolkisin ini diberikan pada mata tunas

seperti pada bunga mawar, akan memperlihatkan efek perubahan hanya pada cabang yang

diberikan perlakuan, sedangkan bagian tanaman yang lain akan tetap normal. Jumlah kromosom

biasanya akan mengganda dengan perlakuan kolkisin pada mata tunas.

Setiap spesies mempunyai tanggap yang berbeda terhadap konsentrasi kolkisin yang

digunakan dan lamanya perlakuan untuk mengubah komposisi kromosom. Perlakuan kolkisin

biasaanya mengakibatkan perbedaan tingkat ploidi dalam jaringan. Konsentrasi kolkisin, lama

perendaman, vigor tanaman, genotype, dan kondisi pertumbuhan berperan penting di dalam

keberhasilan perlakuan. Beberapa karakter penting dipengaruhi oleh penggandaan kromosom,

misalnya ketahanan terhadap penyakit menjadi meningkat.

Konsentrasi kolkisin yang digunakan biasanya antara 0.001 sampai 0.1 persen. Bagian

tanaman yang diberi perlakuan dapat berupa biji, jaringan meristem, atau stek batang (di tempat

pemotongan). Tidak semua bagian biji/tanaman yang diberi perlakuan menghasilkan poliploid

sehingga harus dilakukan seleksi.

Pengamatan pada tanaman poliploid dapat dilakukan melalui dua teknik pengamatan,

yaitu melalui pengamatan fenotipik secara makroskopik dan secara mikroskopik, yaitu

pengamatan jumlah kromosom, bentuk dan besar stomata, serta bentuk dan besar polen.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Selain itu, kriteria seleksi yang juga umum digunakan adalah:

1. Ukuran daun yang lebih besar.

a. Luas daun

b. Ukuran stomatanya lebih besar 10-30 persen secara linier. Pada dikotil berdaun lebar,

dalam hal ini diwakili oleh tanaman kedelai, stomata tersebar secara acak. Pada monokotil

diwakili oleh jagung dengan ciri daun sempit memanjang, stomata tersusun dalam baris-baris

teratur sejajar dengan panjang daun (pada umumnya stomata lebih banyak terdapat pada

epidermis sebelah bawah daun daripada sebelah atas, dan pada banyak jenis tumbuhan,

epidermis sebelah atas tidak terdapat stomata sama sekali).

2. Ukuran polen yang lebih besar dibandingkan dengan diploidnya.Mawar

2.4 Pengaruh kolkisin pada tanaman secara umum

Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi

tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002), sedangkan

menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi

penyusunan mikrotubula, sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah

kromosom tanaman (terbentuk tanaman poliploid).

Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut Suryo

(1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi penyusunan

mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis.

Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-

benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi.

Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kolkisin makin tinggi

persentase sel yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

BAB III

BAHAN DAN METODE

WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 12 April 2012 pukul 13.00 WIB di depan Gedung

Budidaya S1 Fakultas Pertanian, Jatinangor – sumedang.

ALAT DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN

Pemberian larutan kolkisin pada tunas mawar

1. Tanaman mawar

2. Larutan kolkisin dengan konsentrasi 0.05, 0.1, dan 0.15

3. Kapas

4. Pinset

5. Beker gelas

6. Plasti bening

7. Tali rapia

8. Label

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

LANGKAH KERJA

1. Siapkan lima sampel tanaman mawar untuk beberapa perlakuan. Tiga tanaman

untuk perlakuan kontrol, satu tanaman untuk perlakuan konsentrasi 0.05%, satu

tanaman untuk perlakuan konsentrasi 0.1%, dan satu tanaman untuk perlakuan

konsentrasi 0.15%

2. Pilih bakal tunas yang masih kecil pada ketiak antara batang dan tangkai daun

3. Batang dan daun yang tidak dipakai, dipangkas, kecuali tanaman mawar untuk

perlakuan control

4. Celupkan kapas kedalam larutan kolkisin 0.05%, 0.1%, dan 0.15%, tiriskan

sedikit ( menggunakan pinset )

5. Letakkan kapas jenuh kolkisin tersebut tepat diatas bakal tunas

6. Tutup dengan kantong plastic bening ikat bagian bawahnya dengan tali rapia

7. Beri label

8. Biarkan 24 jam

9. Plastik dibuka dan kapas diambil

10. Amati tunas yang muncul

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan tanaman mawar sebelum perlakuan (pada tanggal 12 April 2012)

Raden Arif

K.

Sintong

Putra P.

Christyando

Saragih

Vitara

Octavenny

P.

Garetha

Damayanti

Muhammad

Andhika P.

Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin

0.05%

Kolkisin

0.1%l

Kolkisin

0.15%

Tinggi

tanaman

(cm)

12 cm 20,5 cm 21 cm 24 cm 24,5 cm 29,5 cm

Jumlah

daun

20 30 14 28

Jumlah duri 23 9 11 15

Jumlah

cabang

3 3 1 2

Jumlah

bunga

- - - -

Jumlah

petal bunga

- - - -

Tinggi

petal bunga

(cm)

- - - -

Lebar petal

bunga (cm)

- - - -

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

4.2 Tabel pengamatan tanaman mawar sesudah perlakuan ( pada tanggal 26 April 2012)

Raden Arif

K.

Sintong

Putra P.

Christyando

Saragih

Vitara

Octavenny

P.

Garetha

Damayanti

Muhammad

Andhika P.

Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin

0.05%

Kolkisin

0.1%l

Kolkisin

0.15%

Tinggi

tanaman

(cm)

23 cm 22, 5 cm 28 cm 31 cm

Jumlah

daun

28 24 16 35

Jumlah duri 26 5 13 22

Jumlah

cabang

3 3 2 2

Jumlah

bunga

- 1 - -

Jumlah

petal bunga

- 4 - -

Tinggi

petal bunga

(cm)

- 3 cm - -

Lebar petal

bunga (cm)

- 1,5 cm - -

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

4.3 Tabel pengamatan tanaman mawar sesudah perlakuan ( pada tanggal 10 Mei 2012 )

Raden Arif

K.

Sintong

Putra P.

Christyando

Saragih

Vitara

Octavenny

P.

Garetha

Damayanti

Muhammad

Andhika P.

Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin

0.05%

Kolkisin

0.1%l

Kolkisin

0.15%

Tinggi

tanaman

(cm)

26 cm 24 cm 30 cm 36 cm

Jumlah

daun

30 19 (daun

berguguran)

8 (daun

kering, layu

dan gugur)

4 2

Jumlah duri 30 9 13 27

Jumlah

cabang

3 3 2 2

Jumlah

bunga

1 2 1 (kuncup) -

Jumlah

petal bunga

4 Bunga 1 = 4

Bunga 2 = 4

- -

Tinggi

petal bunga

(cm)

1,4 cm Bunga 1 = 4

cm

Bunga 2 =

2,3 cm

- -

Lebar petal

bunga (cm)

1,2 cm Bunga 1 = 2

cm

Bunga 2 =

2,3 cm

- -

4.4 Tabel pengamatan mawar sesudah perlakuan (pada tanggal 24 Mei 2012)

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Raden

Arif K.

Sintong

Putra P.

Christyando

Saragih

Vitara

Octavenny P.

Garetha

Damayanti

Muhammad

Andhika P.

Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin

0.05%

Kolkisin

0.1%l

Kolkisin

0.15%

Tinggi

tanaman

(cm)

12 cm 29 cm 23 cm 32 cm 39,5cm 29,5 cm

Jumlah

daun

21 (daun

berguguran

)

20 10 ( daun

tumbuh setelah

penyiraman)

50

Jumlah

duri

34 9 15 31

Jumlah

cabang

3 3 2 2

Jumlah

bunga

2 - 1 (kuncup) -

Jumlah

petal bunga

Bunga 1 =

4

Bunga 2 =

4

- - -

Tinggi

petal bunga

(cm)

Bunga 1 =

2,2 cm

Bunga 2 =

2 cm

- - -

Lebar petal

bunga (cm)

Bunga 1 =

1,8 cm

Bunga =

1,2 cm

- - -

4.5. Tabel Pengamatan tanaman mawar setelah perlakuan (pada tanggal 29 Mei 2012)

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Sintong

Putra P.

Raden Arif

K.

Christyando

Saragih

Vitara

Octavenny

P.

Garetha

Damayanti

Muhammad

Andhika P.

Perlakuan Kontrol Kontrol Kontrol Kolkisin

0.05%

Kolkisin

0.1%

Kolkisin

0.15%

Tinggi

tanaman

(cm)

15 cm 32 cm 24, 5 cm 33 cm 41 cm 40 cm

Jumlah

daun

15 - (bunga

berguguran

)

- (daun

berguguran)

- ( kering

dan gugur)

54 24

Jumlah

duri

21 42 10 16 34 15

Jumlah

cabang

3 3 3 1 (cabang

patah)

2 1

Jumlah

bunga

- - (bunga

gugur)

- (bunga

berguguran)

- (bunga

gugur)

- -

Jumlah

petal bunga

- - - - - -

Tinggi

petal bunga

(cm)

- - - - - -

Lebar petal

bunga (cm)

- - - - - -

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum kami dapat menarik kesimpulan bahwa pengaruh kolkisin dengan

beberapa perlakuan dalam hal ini pada konsentrasi kolkisin berpengaruh pada tanaman mawar :

1. Jumlah bunga

2. Diameter bunga

3. Tinggi tanaman

4. Jumlah duri

5. Jumlah daun

6. Jumlah cabang

7. Jumlah petal bunga

8. Lebar petal bunga

Dari praktikum ini membuktikan bahwa perubahan jumlah kromosom ini disebabkan oleh

pemberian kolkisin dengan konsentrasi kritis. Pemberian kolkisin pada konsentrasi kritis tersebut

dapat mencegah terbentuknya benang – benang mikrotubuli dari gelendong inti (benang –

benang spindel) sehingga perpindahan tahap metafase ke anafase tidak berlangsung dan

menyebabkan penggandaan kromosom tanpa terjadi penggandaan dinding sel.

Jika konsentrasi tersebut terus dipertahankan, makan penggandaan tersebut dapat terus

terjadi. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan jumlah kromosom dalam inti menjadi lebih

banyak dibandingkan sebelumnya dan menghasil variasi tingkat ploidi pada kromosom ujung

akar bawang merah. Suryo (2005) menjelaskan bahwa apabila konsentrasi kritis kolkisin terus

dibiarkan maka akan terus terjadi pertambahan genom yang penambahannya mengikuti deret

ukur.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

BAB V

KESIMPULAN

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM REKTAN 3.docx

Daftar pustaka

Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Schulz – Schaeffer, Jurgen. 1980. Cytogenetics – Plants, Animals, Humans. Springer – Verlag,

New York

Strickberger, Monroe W. 1976. Genetics 2nd ed. Macmillan Publishing Co, Inc, New York.