laporan praktikum pengendalian hama dan penyakit terpadu tanaman padi

28
PENGENDALIAN TERPADU HAMA DAN PENYAKIT LAPORAN PRAKTIKUM Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PHPT Dosen Pengampu Lindung Tri Puspasari, SP.,M.Si. Fitri Widiantini, SP.,MBTS.,Ph.D. Oleh Whisnu Bramastyo 150510120092 Mustika Andianny 150510120099 Hadi Nurkholis 150510120103 Dhaddy Dwimantara 150510120118 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 i

Upload: dhaddy-dwimantara

Post on 08-Apr-2016

851 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Startegi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

PENGENDALIAN TERPADU HAMA DAN PENYAKIT

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PHPT

Dosen Pengampu

Lindung Tri Puspasari, SP.,M.Si.

Fitri Widiantini, SP.,MBTS.,Ph.D.

Oleh

Whisnu Bramastyo 150510120092

Mustika Andianny 150510120099

Hadi Nurkholis 150510120103

Dhaddy Dwimantara 150510120118

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2014

i

Page 2: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan curahan kasih,

sayang, dan restu kepada kelompok 1 sehingga dapat melakukan survai pengamatan hama

dan penyakit tanaman padi di Rancaekek, Bandung.Ucapan terima kasih kami ucapkan

kepada Lindung Tri Puspasari, SP.,M.Si. dan Fitri Widiantini, SP.,MBTS.,Ph.D. selaku

pembimbing mata kuliah Pengendalian Hama Penyakit Terpadu.

Padi merupakan komoditas utama yang rawan terkena serangan hama dan penyakit

sehingga perlu dilakukan survai untuke mengetahui hama dan penyakit pada padi secara

spesifik di lingkungan tertentu.

Laporan praktikum ini kami buat berdasarkan pengamatan dan sumber referensi

yang akurat. Apabila terdapat kesalahan di dalam laporan ini penulis memohon maaf.

Jatinangor, 03 November 2014

Penulis

ii

Page 3: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

I. Pendahuluan............................................................................................................................1

I. 1. Latar Belakang................................................................................................................1

I. 2. Tujuan............................................................................................................................3

II. Deskripsi Lokasi....................................................................................................................3

III. Pelaksanaan PHT Di Lokasi Survey....................................................................................4

III. 1. Lokasi 1........................................................................................................................4

III. 2. Lokasi 2........................................................................................................................6

IV. Rekomendasi........................................................................................................................7

IV. 1. Lokasi 1........................................................................................................................7

IV. 2. Lokasi 2......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

LAMPIRAN.............................................................................................................................15

iii

Page 4: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

I. Pendahuluan

I. 1. Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang menjadi

makanan pokok penduduk Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk,

maka Indonesia dituntut untuk menjalankan kebijakan ketahanan pangan dengan

berfokus pada pembangunan pertanian. Salah satu taktik dalam pembangunan pertanian

yang tepat ialah pemberdayaan petani harus diintensifkan agar dapat tercapai ketahanan

pangan Nasional, karena petani merupakan pelaku dalam proses produksi produk

pertanian khususnya pangan.

Seiring meningkatnya populasi penduduk dan kebutuhan pangan Nasional,

produktivitas komoditas padi pun harus ditingkatkan agar total produksinya dapat

memenuhi kebutuhan pangan Nasional. Produktivitas padi dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor, diantaranya adalah serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan

penyakit akan menurunkan produktivitas padi secara signifikan apabila tidak ditangangi

dengan serius. Musuh utama petani adalah hama tanaman padi, diantaranya ialah tikus,

wereng, penggerek batang, kepik, walang sangit, jenis serangga lainnya, dan burung. Di

setiap daerah, hama utama yang menyerang pertanaman padi akan berbeda. Contohnya,

untuk pertanaman padi di daerah pantura yang menjadi hama utamanya ialah wereng

sedangkan untuk pertanaman padi di daerah rancaekek yang menjadi hama utamanya

ialah tikus. Sehingga perlu adanya strategi pengendalian yang tepat, seperti penggunaan

varietas tahan, penggunaan benih bersertifikat, monitoring, dan teknik-teknik

pengendalian efektif dan aman yang bisa dilakukan.

Penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT masih menjadi solusi utama

petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Pestisida terbagi

menjadi dua yaitu pestisida nabati dan pestisida buatan. Pestisida nabati adalah

pestisida yang terbuat dari ekstrak tumbuhan sedangkan pestisida buatan adalah

pestisida yang terbuat dari zat-azat kimia yang dibuat untuk peruntukkannnya.

Penggunaan pestisida nabati masih sedikit dilakukan oleh petani karena masih jarang

produsen yang membuat serta kurang efektif dan efisien dalam pengendalian hama dan

penyakit dalam areal yang luas. Sedangkan pestisida buatan sering digunakan petani

karena efektif dan efisien apabila digunakan dalam areal yang luas. Meskipun pestisida

buatan memiliki zat atau senyawa yang terkandung efektif dan efisien dalam

pengendalian OPT, tetapi zat atau senyawa tersebut akan berdampak buruk terhadap

1

Page 5: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

lingkungan sekitar baik tanah maupun makhluk hidup lainnya. Penyalahgunaan

pestisida buatan pun akan mengakibatkan berbagai masalah, diantaranya ialah residu,

membuat hama resisten, menghambat pertumbuhan, masalah perkembangbiakkan

makhluk hidup, kesehatan, dan sebagainya. Sehingga perlu ada pelatihan tentang

penggunaan pestisida yang tepat kepada para petani guna menghindari dampak negatif

dari penggunaan pestisida.

Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami menghemat

penggunaan insektisida 33-75%, meskipun pada musim hujan dengan kelimpahan hama

wereng cukup tinggi. Dengan cara ini, hasil padi di tingkat petani meningkat 36%

dengan peningkatan keuntungan 53,7%. Ambang ekonomi bukan harga yang tetap,

tetapi berfluktuasi bergantung pada harga gabah dan pestisida. Bila harga gabah

meningkat maka Ambang Ekonomi akan turun dan sebaliknya, tetapi bila harga

insektisida naik maka ambang ekonomi akan naik dan sebaliknya. Pengendalian hama

berdasarkan manipulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang

lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida (Effendi, 2009). Cara

biologis lainnya bisa berupa insektisida organis, fumigasi yang berbahan dasar

methylbromida, atau melalui cara karantina yang biasa diterapkan dipelabuhan, bandara

(air dan udara) cara karantina bertujuan untuk memusnahkan hama dan penyakit yang

ikut serta pada tanaman tersebut.

Adapun cara lain yang dapat dilakukan dalam pengendalian OPT tanaman padi,

yaitu cara mekanik, fisik, dan kultur teknik. Cara mekanis sudah jarang diterapkan oleh

petani, alasan karena sifat yang membutuhkan waktu yang lama dan jumlah hama yang

dikendalikan oleh cara mekanis tidak sebesar cara kimiawi (pestisida buatan), namun

cara mekanis masih sering dilakukan petani dalam melakukan penyiangan. Cara fisik

bisa dilakukan dengan mengatur tinggi genangan air dan memasang jebakan-jebakan

untuk hama, seperti yellow sticky trap. Cara kultur teknis dilakukan dengan mengatur

jarak tanam, melakukan rotasi tanaman, dan lainnya. Cara biologi bisa dilakukan

dengan pengembangan musuh dari hama tersebut baik secara parasit dan predator.

Oleh karena itu, harus dilakukan pengendalian yang tepat dalam mengendalikan

hama dan penyakit tanaman padi, yaitu dengan Pengendalian Terpadu Hama dan

Penyakit Tanaman (PTHPT). Konsep PTHPT ialah memadukan semua teknik

pengendalian yang paling efektif dan dan meminimalisir dampak negatif terhadap

ekosistem ataupun lingkungan sehingga produktivitas tanaman padi optimal dan

keseimbangan ekosistem pun tetap terjaga (lestari).

2

Page 6: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

I. 2. Tujuan

1. Untuk mengetahui berbagai OPT yang menyerang tanaman padi.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman

padi yang dilakukan oleh petani.

3. Untuk mengetahui cara pengendalian terpadu hama dan penyakit tanaman (PTHPT)

yang tepat pada tanaman padi.

II. Deskripsi Lokasi

Desa Rancaekek Wetan merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Rancaekek Kabupaten Bandung dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara:

Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dan Desa  Bojongloa

Kecamatan Rancaekek;

Sebelah Timur   :

Desa Bojongloa Kecamatan Rancaekek;

Sebelah Selatan:

Desa Bojongloa dan Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek;

Sebelah Barat  :

Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek dan Desa Cileunyi Wetan Kecamatan

Cileunyi.

Pada bulan Pebruari 2014 wilayah administratif  Desa Rancaekek Wetan meliputi

141 RT dan 19 RW dengan total area seluas 225,6 Ha terdiri dari 150,6 Sawah dan 75 Ha

daratan.  Dengan persentase wilayah terbangun 143,6 Ha atau 63.39 % terhadap wilayah

administratif Desa Rancaekek Wetan.

Dari segi klimatologi, Desa Rancaekek Wetan merupakan wilayah beriklim tropis

yang dipengaruhi oleh iklim muson. Rata- rata curah hujan di Desa Rancaekek Wetan

berkisar 1.369 mm per tahun dengan rata-rata 3,75 mm/hari, curah hujan tertingi tercatat

terjadi di bulan Maret, April, Mei dan Desember.

Berdasarkan topografinya, wilayah Desa Rancaekek Wetan merupakan dataran

dengan ketinggian 608 m di atas permukaan laut.  Secara tidak langsung, kondisi

topografi Kecamatan Rancaekek inilah yang mempengaruhi iklim Kecamatan Rancaekek

yang cenderung sejuk dengan suhu berkisar antara 180 C hingga 320 C. 

3

Page 7: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sekitar Rancaekek, di daerah

rancaekek ini terdapat banyak tikus. Hal ini membuat daerah sekitar rancaekek ini

menjadikan tikus sebagai hama utama serta musuh utama petani padi sawah. Sehingga

petani padi sawah begitu waspada terhadap hama tikus dan sering bergotong royong

dalam mengendalikan tikus tersebut agar tidak merusak pertanaman padi sawah mereka.

Adapun tekstur tanah sawah daerah rancaekek adalah halus dan liat berlempung.

Daerah ini berupa dataran dan kondisi tanah sesuai apabila ditanami komoditas padi.

Meskipun demikian, seiring banyaknya pabrik yang didirikan di daerah rancaekek ini

membuat tanah dan air sawah tercemar sehingga produktivitas pertanaman padi di daerah

Rancaekek ini cenderung kurang optimal.

III. Pelaksanaan PHT Di Lokasi Survey

III. 1. Lokasi 1

Hama utama yang merusak bagian batang tanaman padi adalah tikus dan

penggerek batang. Pengendalian hama tikus dan penggerek batang oleh petani yaitu

mengolah tanah secara maksimum, menggunakan varietas padi unggul Ciherang,

menggunakan teknik budidaya jarak tanam 30 X 27 cm, melakukan pemupukan dengan

dosis tertentu, dan melakukan penyiangan gulma serta mengendalikan hama secara

mekanis. Petani tersebut menggunakan pestisida untuk menangani kedua hama tersebut.

Penyakit yang menyerang tanaman padi adalah hawar daun dan kerdil rumput.

Pada penyakit hawar daun terdapat ciri-ciri tanaman padi menguning, mengering,

tanaman rebah, dan batang membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Xanthomonas oryzae pv. Oryzae (Xoo). Pathogen ini dapat menginfeksi tanaman padi

pada semua fase tanaman dari mulai persemaian sampai menjelang panen. Pada lokasi

pertama pengendalian penyakit ini hanyalah dengan menggunakan bakterisida dan

pemupukan susulan.

Penyakit lainnya yang menyerang tanaman padi di daerah ini adalah penyakit

kerdil rumput. Penyebab penyakit kerdil rumput adalah virus Kerdil Rumput. Virus ini

disebarkan oleh hama wereng coklat (Nilaparvata lugens). Walaupun tidak terdapat

hama wereng coklat di lapangan, padi yang terserang kerdil rumput diperkirakan berasal

dari virus yang menetap di tanaman inang. Tanaman yang terserang penyakit ini

memiliki ciri-ciri batangnya kerdil dan banyak anakan sehingga menyerupai rumput.

Daunnya sempit, pendek, kaku, hijau pucat dan kadang-kadang mempunyai bercak

4

Page 8: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

seperti karat. Kadangkala terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi

yang terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi hanya

menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya hampa. Bila infeksi

terjadi saat tanaman dewasa biasanya gejalanya tidak akan berkembang sebelum panen

tetapi muncul pada singgangnya setelah panen. Untuk menangani penyakit kerdil rumput

petani di lokasi pertama menggunakan pupuk susulan dan menyiangi gulma di

sekitarnya. Tahapan pengendalian hama dan penyakit pada lokasi pertama ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1. Pengendalian Hama dan Penyakit Lokasi Pertama

Pengendalian

Penyakit Hama

Hawar Daun Kerdil Rumput Tikus Penggerek Batang

Persiapan Lahan

-Olah tanah maksimum

V V V V

Penyiapan Benih

- Pengggunaan benih tahan (Ciherang, IR 64)

V

Pemeliharaan

- Pemupukkan Susulan

- Penyiangan gulma

V V

V V V

Mekanis

- Gropyokan V

Kimiawi

- Insektisida sintetik

- Rodentisida sintetik

V

V

5

Page 9: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

III. 2. Lokasi 2

Pada lokasi kedua, hama dan penyakit yang menyerang pertanaman padi sama

seperti pada lokasi kedua yaitu hama tikus dan keong mas serta penyakit hawar daun

bakteri. Namun, menurut penuturan narasumber pada lokasi kedua ini tidak ditemukan

hama penggerek batang. Hama dan penyakit yang menjadi permasalahan utama pada

lokasi ini adalah hama tikus yang menyebabkan produksi tanaman padi pada lokasi ini

menurun drastis sehingga hanya didapatkan hasil sekitar 500kg dalam lahan seluas 80

tumbak.

Pengendalian hama dan penyakit terpadu yang dilakukan pada lokasi kedua ini

tidak jauh berbeda dengan PHT pada lokasi pertama. Pada persiapan lahan dilakukan

olah tanah maksimum dan sanitasi untuk mengendalikan hama tikus dan keong serta

untuk membersihkan inang penyakit hawar daun bakteri. Benih yang digunakan pada

lokasi ini termasuk benih varietas tahan terhadap hawar daun bakteri yaitu varietas

Ciherang, IR64 dan Surya yang digunakan secara bergantian setiap musim tanam. Bibit

yang ditanam di lahan adalah bibit tua yang sudah berumur 30 hari dan ditanam 3-4 bibit

per lubang tanam, perlakuan ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan bibit akan

serangan keong mas.

Pengendalian hama tikus di lokasi ini adalah secara mekanis dan kimiawi.

Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara gropyokan sedangkan secara

kimiawi dengan menggunakan rodentisida sintetik. Selain itu dilakukan pula sanitasi

gulma untuk meningkatkan pencahayaan di pertanaman untuk mengendalikan hama

tikus. Teknik pengendalian penyakit hawar daun bakteri di lokasi ini adalah dengan

pemberian bakterisida sintetik secara langsung pada tanaman padi dan dibiarkan tumbuh

hingga panen. Tahapan pengendalian hama dan penyakit pada lokasi kedua ini dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Pengendalian Hama dan Penyakit Lokasi Kedua

PengendalianHama Penyakit

Tikus Keong Mas Hawar daun bakteriPersiapan Lahan

- Olah tanah

6

Page 10: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

maksimum dan sanitasi

V V V

Penyiapan Benih/bibit- Penggunaan

varietas tahan (Ciherang, IR 64, Surya)

- Penggunaan bibit tua (30 hari)

V

V

V

Penanaman- Penanaman 3-4

bibit per lubang tanam

V

Pemeliharaan- Sanitasi Gulma V

Mekanis- Gropyokan- Mengambil

keong mas dan telurnya

V

V

Kimiawi- Penggunaan

rodentisida sintetik

V

IV. Rekomendasi

IV. 1. Lokasi 1

Untuk menangani penyakit hawar daun padi kelompok kami memiliki

rekomendasi yaitu penggunaan benih unggul dengan varietas tahan penyakit hawar

daun bakteri seperti varietas Ciherang. Pengurangan penggunaan pupuk urea agar

batang dan daun tidak menjadi lunak. Pengendalian penyakit HDB dengan pemanfaatan

bakteri antagonis dapat menggunakan bakteri Corynebacterium. Efektifitas

Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyakit HDB nampaknya cukup

baik dan corynebacterium menunjukkan penghambatan pada pemunculan gejala awal,

penyebaran maupun intensitas serangan (BBPOPT 2007).

7

Page 11: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

Penanganan pada penyakit kerdil rumput sebaiknya adalah dengan

memusnahkan tanaman sakit dan membersihkan lingkungan sekitar sawah dari gulma

yang dapat menjadi inang virus penyakit kerdil rumput. Jika ditemukan vektor kerdil

rumput yaitu wereng coklat, harus segera dilakukan pengendalian vektor. Pengendalian

yang dapat dilakukan adalah dengan mempergunakan kepik (Cyrtorhinus microvelia)

sebagai predator wererng coklat dan penggunaan insektisida fipronil dan imidakloprid.

Jenis insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng cokelat

populasi generasi 1 atau 2, sedangkan fipronil dan imidakloprid untuk wereng cokelat

generasi 1, 2, 3 dan 4.

Rekomendasi yang dapat diberikan untuk penanganan serangan hama tikus

adalah diantaranya penggunaan sistem SPB, jarak tanam legowo, penanaman serempak

penggunaan bubu dan pelepasan musuh alami seperti burung hantu dan ular.

Rekomendasi pengendalian hama penggerek batang adalah secara mekanis,

penggunaan perangkap feromon 9-16 dan menggunakan musuh alami Trichogramma

japonicum. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengambil secara langsung

telur penggerek yang berada pada tanaman padi. Penggunaan perangkap feromon 9-16

dapat menarik penggerek batang jantan sehingga dengan terperangkapnya penggerek

jantan maka penggerek betina tidak dapat dibuahi. Sedangkan pengguanaan

Trichogramma japonicum yang merupakan parasitoid bagi penggerek batang padi dapat

menurunkan populasi penggerek batang padi.

Rekomendasi pengendalian hama penggerek batang menurut anjuran Kementerian

Pertanian RI yaitu penanaman serempak, pemotongan batang padi serendah mungkin

saat panen, penggenangan selama ±10 cm setelah serangan atau setelah panen, dan

eradikasi tanaman yang telah terserang agar tidak menular. Selain itu ada cara lain yaitu

melakukan penyemprotan insektisida yaitu penaburan karbofuran 3% dengan dosis 17

kg/ha apabila ditemukan rata-rata ≥ 0.3 kelompok telur per m2 atau intensitas serangan

sundep rata-rata ≥ 10%, dengan ketentuan sekurang-kurangnya 20 hari setelah

pemberian insektisida butiran (apabila sudah pernah dilakukan) dan selambat-

lambatnya 3 minggu sebelum panen.

Tahapan rekomendasi pengendalian hama dan penyakit pada lokasi pertama ini

dapat dilihat pada tabel di bawah ini

8

Page 12: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

Tabel 3. Rekomendasi Pengendalian Lokasi Pertama

PengendalianHama Penyakit

TikusPenggerek

BatangKerdil

RumputHawar daun

bakteriPersiapan Lahan

- Olah tanah maksimum dan sanitasi

- Sistem Perangkap Bubu (SPB)

V

V

V V V

Penyiapan Benih/bibit- Penggunaan

varietas tahan (Ciherang, IR 64, Surya)

- Penggunaan varietas tahan Cigeulis, Mekongga, Cimelati, Luk Ulo, Singkil, Pepe, Memberamo

V

V

Penanaman - Pengaturan jarak

tanam (sistem legowo)

- Pemberian pupuk susulan

- Penanaman serempak

V

V V

V V

Mekanis- Gropyokan- Penggunaan

perangkap bubu- Sanitasi tanaman

sakit- Mengambil telur

V

V

V V

V

9

Page 13: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

penggerek batang- Pengunaan

perangkap feromon 9-16

V

Biologis- Penggunaan

musuh alami (burung hantu dan ular)

- Penggunaan musuh alami (Trichogramma japonicum)

- Menggunakan agen antagonis (Corynebacterium)

- Penggunaan Cyrtorhinus microvelia predator vektor

V

V

V

V

Kimiawi- Insektisida sintetik - Rodentisida sintetik V

V

Panen- Pemotongan padi

sependek mungkin- Penggenangan

setelah panen

V

V

IV. 2. Lokasi 2

Pengendalian hama dan penyakit terpadu pada lokasi kedua sudah cukup baik

dalam mengendalikan hama keong mas dan penyakit hawar daun bakteri, namun untuk

pengendalian hama tikus terlihat kurang begitu dapat mengendalikan serangannya

sehingga hasil produksinya sangatlah sedikit. Cara pengendalian yang dilakukan juga

dinilai tidak terlalu efektif karena lebih menekankan penggunaan pestisida sintetik

sehingga menurut narasumber terjadi resistensi rodentisida pada hama tikus yang

mengakibatkan harus meningkatkan dosis rodentisida pada pengaplikasiannya.

10

Page 14: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

Rekomendasi PHT yang diberikan adalah dengan penambahan cara-cara

pengendalain OPT yang terdapat di lokasi kedua agar dapat mengendalikan hama tikus

dan mengurangi penggunaan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik

direkomendasikan pada saat terjadi ledakan hama dan penyakit dan diperlukan

pengendalian sesegera mungkin.

Pada persiapan lahan, setelah dilakukan olah tanah dan sebelum penanaman dapat

diaplikasikan sistem perangkap bubu (SPB) atau Trap Barrier System (TBS). Sistem ini

menggunakan tanaman perangkap berupa padi yang ditanam pada lahan berukuran

20x20 m atau 50x50 m di tengah hamparan. Penanaman dilakukan 3 minggu lebih awal,

pada saat petani disekitarnya membuat pesemaian. Tanaman perangkap dipagar dengan

plastik setinggi 60 cm, disetiap sisi pagar ditaruh satu unit perangkap bubu berukuran

25x25x60 cm. Perangkap bubu dapat dibuat dari ram kawat atau kaleng bekas minyak

goreng. Di sekeliling tanaman perangkap dibuat parit agar bagian bawah pagar selalu

tergenang air, sehingga tikus diharapkan tidak dapat melubangi pagar atau menggali

lubang di bawah pagar. Perangkap bubu perlu diperksi setiap hari sehingga tikus atau

hewan lainnya yang terperangkap tidak mati dalam bubu. Setiap SPB mempunyai

pengaruh sampai radius 200 m (hallo effect) sehingga satu unit SPB diperkirakan mampu

mengamankan pertanaman padi seluas 10-15 ha dari serangan tikus.

Sistem penanaman yang direkomendasikan adalah dengan menggunakan

penanamn sistem legowo. Penanaman padi agak jarang atau sistem tanam jajar legowo

(bershaf) kurang disukai oleh tikus sawah (suasana terang) karena takut adanya musuh

alami (predator). Perangkap bubu juga dapat diaplikasikan lagi selama pertanaman padi

dan diletakan di sudut-sudut petakan sawah. Upaya lain yang dapat diaplikasikan untuk

mengendalikan hama tikus adalah dengan menggunakan musuh alami tikus yaitu dengan

melepas burng hantu dan ular. Untuk burung hantu dapat dibuatkan rumah burung hantu

di sekitar sawah agar burung hantu dapat menetap di lokasi sawah.

Salah satu perlakuan yang salah pada pengendalian penyakit hawar daun bakteri di

lokasi ini adalah tanaman yang sakit dibiarkan tumbuh hingga panen yang dapat

mengakibatkan tanaman sekitarnya tertular dan hasil panen tanaman sakitpun jauh lebih

sedikit daripada tanaman yang sehat. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan

membuang tanaman yang sakit dan apabila masih memungkinkan dapat disulam dengan

bibit yang baru. Sedangkan untuk mengendalikan hama keong mas dapat dilakukan

11

Page 15: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

dengan memberikan pupuk P dan K susulan. Pupuk susulan ini, dapat meningkatkan

ketahanan tanaman padi akan serangan hama keong mas. Tahapan rekomendasi

pengendalian hama dan penyakit pada lokasi kedua ini dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 4. Rekomendasi Pengendalian Hama dan Penyakit Lokasi Kedua

PengendalianHama Penyakit

Tikus Keong MasHawar daun

bakteriPersiapan Lahan

- Olah tanah maksimum dan sanitasi

- Sistem Perangkap Bubu (SPB)

V

V

V V

Penyiapan Benih/bibit- Penggunaan

varietas tahan (ciherang, IR 64, Surya)

- Penggunaan bibit tua (30 hari)

V

V

Penanaman - Pengaturan jarak

tanam (sistem legowo)

- Menanam padi 3-4 bibit per lubang

- Pemberian pupuk susulan

- Penanaman serempak

V

V

V

V

Mekanis- Gropyokan- Penggunaan

perangkap bubu- Sanitasi tanaman

sakit- Mengambil keong

mas dan telurnya

V

V

V

V

Biologis

12

Page 16: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

- Penggunaan musuh alami (burung hantu dan ular)

- Menggunakan agen antagonis (Corynebacterium)

V

V

Kimiawi- Penggunaan

rodentisida sintetikV

13

Page 17: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

DAFTAR PUSTAKA

Bobihoe, julistia. 2007. Pegelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi

Balai Besar Peramalan Organisme Penggangu Tumbuhan, 2007. Efektivitas Bakteri

Antagonis Corynebacterium terhadap HDB/KRESEK. www.bbpoptjatisari.com.

Diakses 3 November 2014

Effendi, Baehaki S. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam

Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices).

Pengembangan Inovasi Pertania. 2(1):65-78

Hamkah dan Abddul Fattah. 2011. Tingkat Serangan Hama Utama Padi Pada Dua

Musim Yang Berbeda di Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Sulawesi Selatan

Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) pada Padi

Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera Selatan

Sunarnao. 2009. Pengendalian Hayati (Biologi Control) Sebagai Salah Satu Komponen

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). IPM

Melalui diperta.1080jabarprov.go.id/index.php/subMenu/ diakses 03 November 2014

pukul 21:45

Melalui http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengendalian-hama-tikus-pada-tanaman

padi diakses pada 03 November 2014 pukul 21:46

14

Page 18: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

LAMPIRAN

Lahan Sawah Petani 1

Wawancara Petani 1

Lahan Sawah Petani 2

15

Page 19: Laporan Praktikum Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Padi

Wawancara Petani 2

16