laporan akhir vertebrata hama

46
LAPORAN PRAKTIKUM VERTEBRATA HAMA Disusun oleh: Agus Fitriani Tambun A34070002 Agustin Iriani A43070010 Tatit Sastrini A34070014 Andrixinata A34070016 Furgon Avero A34070021 Heny Emilia A34070075 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si

Upload: andrixinata-b

Post on 25-Jun-2015

1.555 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Akhir Vertebrata Hama

LAPORAN PRAKTIKUM VERTEBRATA HAMA

Disusun oleh:

Agus Fitriani Tambun A34070002

Agustin Iriani A43070010

Tatit Sastrini A34070014

Andrixinata A34070016

Furgon Avero A34070021

Heny Emilia A34070075

Dosen Pembimbing:

Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: Laporan Akhir Vertebrata Hama

UJI TRAP

Page 3: Laporan Akhir Vertebrata Hama

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tikus merupakan mamalia yang kerap kali menjadi hama penting dalam

kehidupan manusia yang sangat sulit dikendalikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa

tikus adalah hama yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Tikus memiliki

kelebihan-kelebihan dari hama-hama lain diantaranya tikus merupakan organisme

omnivora sehingga sulit untuk kekurangan makanan. Selain itu, tikus juga

memiliki kemampuan fisik yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan baik

dalam keadaan lingkungan baru. Kemudian reproduksi tikus juga sangat baik, hal

ini menyebabkan populasi tikus sangat mudah mengalami kenaikan.

Peningkatan populasi tikus merupakan masalah utama dalam pengendalian

tikus. Hal ini terjadi karena tikus mampu merupakan kerusakan yang jauh lebih

besar dibandingkan dengan jumlah makanan yang dimakan oleh tikus itu sendiri.

Reproduksi tikus sangat baik, rahim tikus betina mampu menampung 10-16

embrio dalam satu masa kehamilan dan tikus jantan mampu kawin sepanjang

tahun, selain tiu masa matang seksual tikus juga sangat singkat yaitu 2-2,6 bulan.

Peningkatan populasi tikus inilah yang menjadi ancaman bagi manusia dan

perekonomiannya. Oleh sebab itu, tindakan pengendalian harus segera dilakukan

begitu terdeteksi kehadiran tikus.(Priyambodo Swastiko, 2003).

Tikus merupakan hama dalam berbagai kehidupan manusia, selain menjadi

hama dalam pertanian, tikus juga sangat dekat dengan manusia dengan menjadi

hama di dalam rumah manusia. Hal ini menyebabkan tikus menjadi organisme

yang sangat mengganggu dalam kehidupan manusia.

Berbagai upaya dilakukan manusia untuk mengendalikan populasi tikus

tersebut, diantaranya dengan racun atau rodentisida, dengan perangkap, dll. Pada

praktikum kali ini, mencoba mengamati efektifitas suatu jenis perangkap dalam

mengendalikan populasi tikus.

Tujuan

Praktikum ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tingkat

efektifitas penggunaan suatu jenis trap.

2

Page 4: Laporan Akhir Vertebrata Hama

BAHAN DAN METODE

Bahan

Pada praktikum uji trap ini, alat-alat yang digunakan berupa kandang

untuk tikus, enam jenis trap yaitu tomahawk, multiple, havahart, shermann, single

dan snap trap. Bahan yang digunakan adalah pakan tikus yaitu gabah dan tikus

pohon (Rattus tiomanicus).

Metode

Setelah kandang disiapkan, terlebih dahulu semua trap diletakkan pada

kandang dengan posisi yang acak, setiap trap diberi makanan yaitu gabah yang

diletakkan pada sebuah mangkuk. Setelah semua semua trap diletakkan di dalam

kandang, kemudian tikus yang telah disiapkan ditimbang terlebih dahulu, dan

dilihat jenis kelaminnya. Setelah itu, tikus dimasukkan ke kandang yang telah

diberi perangkap tadi dan ditutup bagian atasnya dengan kain berwarna gelap agar

kondisi cahaya di dalam kandang gelap. Setalah semua selesai, tikus tersebut

ditinggal di dalam kandang selama ±24 jam. Kemudian diamati apakah tikus

tersebut terperangkap atau tidak, jika terpengkap, maka terperangkap pada jenis

trap apa. Lalu dilakukan pengulangan selama enam hari dengan perlakuan

pemindahan posisi trap.

3

Page 5: Laporan Akhir Vertebrata Hama

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

PENGUJIAN TRAP

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Variance ProcedureDependent Variable: YIELDSource DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr>FModel 5 42.00000000 8.40000000 14.78 0.0001Error 66 37.50000000 0.56818182Corrected Total 71 79.50000000

R-Square C.V. Root MSE YIELD Mean0.528302 82.23037 0.75377836 0.91666667

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr>FTRTMENT 5 42.00000000 8.40000000 14.78 0.0001

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha = 0.05 df = 66MSE = 0.568182Number of Means 2 3 4 5 6

Critical Range 0.6144 0.6464 0.6675 0.6829 0.6948

Means with the same letter are not significantly different.Duncan Grouping Mean N TRTMENT

A 2.1667 12 TomahawkA 1.6667 12 MultipleB 0.8333 12 HavahartBC 0.5833 12 Shermann C 0.1667 12 Single C 0.0833 12 Snap

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha = 0.01 df = 66MSE = 0.568182

Number of Means 2 3 4 5 6Critical Range 0.8162 0.8509 0.8744 0.8918 0.9056Means with the same letter are not significantly different.Duncan Grouping Mean N TRTMENT

A 2.1667 12 TomahawkA 1.6667 12 MultipleB 0.8333 12 Havahart

4

Page 6: Laporan Akhir Vertebrata Hama

B 0.5833 12 ShermannB 0.1667 12 Single

B 0.0833 12 Snap

Pembahasan

Metode pengendalian tikus menggunakan perangkap (trap) dapat

dilakukan menggunakan berbagai jenis perangkap. Akan tetapi, setiap perangkap

dapat memiliki efektifitas yang berbeda. Hal ini terjadi karena karena tikus

memiliki sifat trap shyness yaitu kejadian dimana tikus tidak mau masuk kedalam

perangkap.(Priyambodo, 2003). Trap shyness dapat terjadi akibat adanya sifat

genetik, dimana tikus pada awalnya mudah tertangkap tetapi pada pemerangkapan

selanjutnya akan sulit untuk terperangkap.

Biasanya, tikus dengan ukuran yang lebih besar lebih mudah masuk

kedalam perangkap, demikian juga tikus betina lebih mudah ditangkap

dibandingkan dengan tikus jantan. Hal ini ada hubungannya dengan prilaku

makan, dimana tikus betina dan tikus dengan ukuran yang lebih besar

memerlukan makan yang lebih banya dibandingkan dengan tikus jantan dan tikus

kecil. Karena prilaku makannya yang banyak, maka disaat kekurangan makanan,

maka tikus tersebut akan mengambil makanan yang ada di dalam perangkap

sehingga ia terperangkap. Tikus betina memerlukan makanan yang lebih banyak

dari tikus jantan karena tikus betina memerlukan nutrisi yang lebih banyak

terutama di saat sedang menyusui. Selain itu, tikus betina juga harus mencukupi

makanan bagi anak-anaknya.

Pada pengamatan ini, perangkap jenis tomahawk dan multiple merupakan

perangkap yang paling efektif. Bila dipandang dari bentuk perangkapnya, kedua

jenis perangkap di atas memiliki ukuran yang lebih besar dibanding yang lainnya.

Dalam hal ini, kedua perangkap di atas merupakan perangkap yang sulit dikenali

oleh tikus karena ukurannya. Tomahawk misalnya, ketika tikus akan melewati

perangkap, maka ia tidak menyadari bahwa yang berada didepannya adalah

perangkap. Lalu multiple, perangkap ini memiliki bentuk desain yang unik yaitu

berbentuk mirip seperti sarang yang hanya memiliki satu pintu. Kemudian bila

dilihat dari cara kerjanya, kedua perangkap ini memiliki cara kerja yang hampir

5

Page 7: Laporan Akhir Vertebrata Hama

sama. Apabila tikus melewati kedua perangkap ini, tampa ia memakan umpan pun

ia akan terperangkap dengan sendirinya.

Kemudian perangkap jenis havahart dan shermann berdasarkan data yang

diperoleh, kedua perangkap ini memiliki tingkat efektifitas yang cukup baik.

Lalu perangkap jenis single dan snap merupaka jenis perangkap yang

memiliki efektifitas paling rendah diantara perangkap-perangkap lainnya.

Perangkap snap merupakan perangkap mati yang paling banyak digunakan

sehingga bisa dikatakan perangkap ini merupakan perangkap yang paling umum

dikenali oleh tikus. Perangkap ini hanya akan memerangkap tikus yang menarik

pakan yang diletakkan diatasnya, apabila tikus tidak kekurangan makanan, maka

ia tidak akan mendekati perangkap ini. Selain itu, ukurannya juga sangat kecil dan

jumlah makanan yang diletakkan juga sangat sedikit. Kemudian perangkap single

juga kurang efektif dalam memerangkap tikus. Perangkap ini pada dasarnya

memiliki desain yang mirip dengan sarang tikus, dan tidak diletakkan umpan di

dalamnya. Kurang efektifnya perangkap ini bisa saja disebabkan karena tidak

adanya makanan yang diletakkan. Selain itu tikus memiliki kecurigaan terhadap

benda yang ada disekitarnya, sehingga ia lebih memilih memasuki sarang awlnya

dibandingkan dengan memasuki single trap. Oleh sebab itu, intensitas pemakaian

perangkap juga berpengaruh pada hasil yang diperoleh.

Selain hal di atas, faktor yang mempengaruhi efektifitas perangkap yang

digunakan dapat juga terjadi karena pakan yang diberikan terlalu banyak sehingga

menyebabkan tikus tidak berminat untuk mencari makan lagi. Kemudian adanya

aroma-aroma yang ditinggalkan tikus sebelumnya yang terperangkap pada jenis

trap tersebut seperti air seni, dll. Lalu jenis kelamin tikus dan ukuran serta bobot

tubuh tikus yang dipakai.

6

Page 8: Laporan Akhir Vertebrata Hama

Gambar perangkap tikus yang biasa digunakan

Tomahawk Livetrap Shermann Aluminium Livetrap www.shelbypets.com http://animalhandling.yellowpages.co.za

Havahart snap trap

\

www.enasco.com www.made-in-china.com

7

Page 9: Laporan Akhir Vertebrata Hama

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada praktikum uji perangkat kali ini, tomahawk dan multiple merupakan

perangkap yang memiliki tingkat efektifitas paling baik diantara perangkap-

perangkap lainnya. Bentuk dan ukuran perangkap juga mempengaruhi efektitas

suatu perangkap. Faktor genetik dan adaptasi tikus mempengaruhi tikus untuk

memasuki suatu perangkap.

Saran

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disarankan apabila dalam

menggunakan perangkap yang paling efektif yaitu tomahawk dan multiple.

Karena tingkat perangkap lainnya lebih rendah jika dibandigkan dengan kedua

perangkap tersebut.

8

Page 10: Laporan Akhir Vertebrata Hama

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://animalhandling.yellowpages.co.za .20 Mei 2009

Anonim. www.enasco.com.18 Mei 2009

Anonim. www.made-in-china.com. 18 Mei 2009

Anonim. www.shelbypets.com 17 Mei 2009

Priyambodo, Swastiko. 2003. Pengndalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar

Swadaya.

9

Page 11: Laporan Akhir Vertebrata Hama

UJI UMPAN PAKAN KUCING DAN

PAKAN IKAN

Page 12: Laporan Akhir Vertebrata Hama

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama tikus merupakan salah-satu masalah yang hingga saat ini sulit

ditangani. Tidak hanya di rumah, di perkantoran, bangunan-bangunan lain, di atas

kapal laun maupun di tempat lain ternyata tikus selalu menimbulkan masalah

karena selalu mengerat. Aktivitas mengerat yang dilakukan tikus adalah akibat

dari pertumbuhan gigi serinya yang akan terus memanjang. Jadi aktivitas

mengeratnya ini bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan gigiserinya. Namun,

yang lebih penting adalah hewan ini sangan potensial menimbulakan kerusakan

dan kerugian yang tidak sedikit bagi bidang pertanian bahkan di sawah, ladang

maupun perkebunan pun sering tikus sangat merajalela. Sudah beratus-ratus

sawah, ladang, dan areal perkebunan yang rusak akibat keganasan serangannya.

Yang lebih gila lagi adalah mereka bias merusak tanaman hanya dalam waktu

semalam saja (Mahfus,2005).

Pengendalian harus terus dilakukan untuk menekan populasi tikus ini agar

kerusakan tidak terua meningkat, salah satunya adalah dengan memberikan

umpan beracun atau rodentisida yang secara umum terdiri dari bahan racun, bahan

umpan, dan bahan tambahan. Umpan beracun harus masuk ke dalam tubuh tikus,

dan untuk itu umpan berarti harus di makan oleh tikus. Oleh karena itu bahan

racun harus dicampur dengan umpan yang paling disenangi tikus dibandingkan

dengan bahan umpan lain yang berbeda di sekitar kehidupan tikus. Untuk

mengetahui jenis bahan umpan yang paling disenangi oleh tikus, perlu dilakukan

pengujian tentang preperensi umpan.

Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang paling

disenangi oleh tikus yang nantinya akan menjadi bahan dasar untuk pembuatan

umpan beracun, menentukan komposisi pakan yang tepat bagi pertumbuhan dan

perkembangan tikus yang optimum, serta menentukan jumlah pakan (energi) yang

dibutuhkan oleh tikus dalam satu hari.

Page 13: Laporan Akhir Vertebrata Hama

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam praktikum uji umpan ini adalah

berbagai jenis umpan tikus, yaitu gabah, kacang tanah, pakan kucing, pakan ikan,

jagung, dan beras. Selain itu dibutuhkan pula air untuk minum tikus, dan seekor

tikus pohon (Rattus tiomanicus). Adapun alat yang diperlukan adalah timbangan

untuk mengukur tikus dan pakan, kurungan tikus yang berisi tempat makan,

tempat minum dan bubung bamboo, Kantung plastic uktuk tempat pakan dan

tempat menimbang tikus.

Metode

Metode yang pakai dalam praktikum uji umpan ini adalah metode pengujian

dengan pilihan (choice test). Lanhkah pertama yang kami lakukan adalah

menimbang tikus yang akan digunakan dengan bantuan kantung plastic untuk

mendapatkan bobot awalnya. Lalu jenis kelamin tikus ditentukan. Setelah tikus

dipersiapkan, selanjutnya pakan tikus disiapkan. Pakan tikus ditimbang sejumlah

±10% dari bobot tubuh tikus. Tikus dimasukkan kedalam kurungan dan tikus

tersebut dibiarkan untuk beradaptasi di dalam kurungan tersebut sampai tikus itu

masuk ke dalam bumbung bambu.

Pakan yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah umpan dengan letak

umpan yang diacak setiap hari dan air minum dimasukkan ke dalam gelas minum.

Wadah umpan dan minum dimasukkan ke dalam sarang tikus pada hari

berikutnya (tikus dibiarkan berpuasa selama 24 jam). Setiap dua puluh empat jam

sekali, sisa pakan tikus ditimbang, termasuk umpan atau pakan yang berceceran di

bagian dasar kurungan. Pakan tersebut ditambah kembali sama dengan jumlah

atau berat awalnya. Jika umpan basah terkena urine atau air minum, sisa umpan

dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang dan pakan diganti dengan yang

baru, demikian pula dengan air minumnya.

Pengamatan ini dalakukan selama tujuh hari, sehingga didapatkan jumlah

konsumsi beberapa jenis pakan selama seminggu. Diakhir praktikum, tikus

ditimbang kembali untuk mendapatkan bobot akhir tikus. Bobot awal dan akhir

tikus dirata-ratakan untuk mendapatkan bobot tikus rata-rata. Perhitungan tingkat

Page 14: Laporan Akhir Vertebrata Hama

konsumsi dilakukan dengan mengkonversi jumlah tiap-tiap pakan yang

dikonsumsinya terhadap 100 gram bobot tubuh tikus.

Konsumsi perhitungan =

x konsumsi sebenarnya

Page 15: Laporan Akhir Vertebrata Hama

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

PENGUJIAN UMPAN PAKAN KUCING

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance Procedure

Dependent Variable: YIELDSource DF Sum of Squares Mean Square F ValuePr > FModel 4 47.53260635 11.88315159 3.10 0.0336Error 25 95.94220032 3.83768801Corrected Total 29 143.47480667

R-Square C.V. Root MSE YIELD Mean0.331296 106.0703 1.95900179 1.84689000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > FTRTMENT 4 47.53260635 11.88315159 3.10 0.0336

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha= 0.05 df= 25 MSE= 3.837688

Number of Means 2 3 4 5Critical Range 2.329 2.447 2.522 2.576

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N TRTMENTA 3.973 6 GabahAB 2.526 6 KacangB 1.312 6 PakanB 0.913 6 JagungB 0.511 6 Beras

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha= 0.01 df= 25 MSE= 3.837688

Number of Means 2 3 4 5Critical Range 3.153 3.288 3.378 3.445

Means with the same letter are not significantly differentDuncan Grouping Mean N TRTMENT

A 3.973 6 GabahAB 2.526 6 KacangAB 1.312 6 PakanAB 0.913 6 JagungB 0.511 6 BeraS

Page 16: Laporan Akhir Vertebrata Hama

PENGUJIAN UMPAN PAKAN IKAN

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance Procedure

Dependent Variable: YIELDSource DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > FModel 4 75.12514793 18.78128698 14.17 0.0001Error 25 33.13459241 1.32538370Corrected Total 29 108.25974034

R-Square C.V. Root MSE YIELD Mean0.693934 63.25671 1.15125310 1.81997000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > FTRTMENT 4 75.12514793 18.781128698 14.17 0.0001

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha= 0.05 df= 25 MSE= 1.325384

Number of Means 2 3 4 5Critical Range 2.329 2.447 2.522 2.576

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N TRTMENTA 4.9505 6 GabahB 1.3948 6 KacangB 1.1313 6 PeletB 0.9381 6 JagungB 0.6852 6 Beras

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1,2009Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for Variable: YIELDAlpha= 0.05 df= 25 MSE= 1.325384

Number of Means 2 3 4 5Critical Range 1.853 1.932 1.985 2.024

Means with the same letter are not significantly differentDuncan Grouping Mean N TRTMENT

A 4.9505 6 GabahB 1.3948 6 KacangB 1.1313 6 PeletB 0.9381 6 JagungB 0.6852 6 Beras

Page 17: Laporan Akhir Vertebrata Hama

Pembahasan

Dilakukan pengujian umpan pakan kucing dan pakan ikan untuk mencari

dan mengetahui umpan yang disukai oleh tikus, dibandingkan dengan bahan

pakan lain yang berada di sekitar kehidupan tikus, seperti gabah, kacang, jagung

dan beras.

Pada pengujian umpan pakan kucing ini digunakan 4 perlakuan yang

dilakukan dan total koreksi adalah 29. Pada alpha= 0.05 atau persen kesalahan uji

5%, terlihat bahwa gabah adalah pakan yang paling disukai oleh tikus, dengan

nilai mean paling besar, yaitu 3,973 (Duncan grouping A).

Pakan kucing, jagung, dan beras tidak berbeda nyata, artinya tingkat

kesukaan tikus pada ketiga bahan umpan itu sama (Duncan grouping B). Nilai

mean dari ketiganya berturut-turut adalah 1.312, 0.913, dan 0.511, dilihat dari

nilai mean tingkat kesukaan tikus pada ketiga umpan ini masih lebih kecil dari

tingkat kesukaannya pada gabah dan kacang tanah. Tingkat kesukaan tikus pada

kacang tanah tidak berbeda nyata dengan group A ataupun B (Duncan grouping

AB) artinya tingkat kesukaannya diantara group A dan B, nilai mean dari kacang

tanah adalah 2.526.

Umpan gabah berbeda nyata dengan umpan pakan kucing, beras, dan

jagung yang berarti tingkat kesukaannya berbeda. Dapat dilihat dari hasil analisis

bahwa penggunaan umpan dengan menggunakan pakan kucing tidak lebih baik

dari penggunaan umpan gabah.

Pengujian pada alpha=0.01 atau tingkat kesalahan uji 1%, terlihat bahwa

pakan yang paling disukai oleh tikus adalah gabah, dengan nilai mean paling

besar, yaitu 3,973 (Duncan grouping A). Kacang tanah, pakan kucing, dan jagung

tidak berbeda nyata, artinya tingkat kesukaan tikus pada ketiga bahan umpan itu

sama (Duncan grouping AB). Nilai mean dari ketiganya berturut-turut adalah

2.526, 1.312, dan 0.913, dilihat dari nilai mean tingkat kesukaan tikus pada ketiga

umpan ini masih lebih kecil dari tingkat kesukaannya pada gabah. Tingkat

kesukaan tikus pada kacang tanah, pakan kucing, dan jagung tidak berbeda nyata

dengan group A ataupun B (Duncan grouping AB) artinya tingkat kesukaannya

diantara group A dan B. Tingkat kesukaan tikus pada pakan beras tidak lebih

besar dari tingkat kesukaan tikus terhadap gabah, kacang tanah, pakan kucing,

Page 18: Laporan Akhir Vertebrata Hama

dan jagung, dilihat dari nilai mean, yaitu 0.511 (Duncan grouping B). Umpan

gabah berbeda nyata dengan umpan beras. Dapat dilihat dari hasil analisis bahwa

penggunaan umpan dengan menggunakan pakan kucing cukup baik, karena nilai

yang didapat tidak berbeda jauh dari tingkat kesukaannya pada gabah sebagai

pakan yang paling disenangi tikus.

Pada pengujian umpan pakan ikan ini digunakan 4 perlakuan yang

dilakukan dan total koreksi adalah 29. Pada alpha= 0.05 atau persen kesalahan uji

5% dan pada persen kesalahan 1%, terlihat bahwa gabah dan pakan kucing tidak

berbeda nyata, artinya tingkat kesukaan tikus pada gabah dan pakan kucing sama

(dinotasikan dengan huruf A).

Kacang tanah, jagung dan beras tidak berbeda nyata, artinya tingkat

kesukaan tikus pada ketiga bahan umpan itu sama (dinotasikan dengan huruf B).

Umpan gabah dan Pakan kucing berbeda nyata dengan umpan kacang tanah, beras

dan jagung yang berarti tingkat kesukaannya berbeda.

Pada pengujian umpan pakan ikan menggunakan alpha= 0.05 atau tingkat

kesalahan uji 5% dan alpha=0,01, terlihat bahwa rata-rata tikus lebih menyenangi

gabah dengan nilai mean 4.905 (Duncan grouping A). Tingkat kesukaan tikus

pada kacang tanah, pakan ikan, jagung, dan beras sama tidak berbeda nyata (sama

semua). Nilai mean dari keempatnya berturut-turut adalah 1.3948, 1.1313, 0.9381,

dan 0.6852 (Duncan grouping B). Jadi tingkat kesukaan tikus pada gabah berbeda

nyata dengan pakan lainnya. Dapat dilihat dari hasil analisis bahwa penggunaan

umpan dengan menggunakan pakan ikan tidak lebih baik gabah.

Pengelompokan Duncan grouping dilihat dari nilai F, jika F hitung > F

table (critical range) maka trtment berbeda nyata, jika F hitung < F table maka

trtment tidak berbeda nyata (semua sama).

Semakin kecil tingkat kesalahan, hasil semakin tepat atau bias dipercaya.

Disini berati bahwa hasil uji yang paling akurat adalah pada persen kesalah 1%.

Dilihat dari pengolahan data hasil praktikum dimana diberikan beberapa

perlakuan pakan (pemberian pakan dari gabah, kacang tanah, pakan ikan, pakan

kucing, jagung, dan beras) dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan tikus terhadap

pakan ikan dan pakan kucing masih dibawah tingkat kesukaannya terhadap gabah

Page 19: Laporan Akhir Vertebrata Hama

(tikus lebih suka mengkonsumsi gabah dari pada pakan kucing atau pun pakan

ikan). Jadi, bahan yang paling baik digunakan sebagai umpan tikus adalah gabah.

Tikus sebagai hewan omnivore biasanya mau menkonsumsi semua makanan

yanga dapat dimakan oleh manusia, baik sumber makanan hewani ataupun nabati.

Selain itu tikus akan memilih pakan yang berkadar gizi seimbang dari beberapa

macam pakan yang ada. Walaupun demikian tikus lebih cenderung untuk memilih

biji-bijian(serealia) seperti gabah.

Untuk mengetahui jenis umpan yang disenangi oleh tikus, terdapat beberapa

karakteristik yang perlu diperhatikan, diantaranya umpan harus menarik bagi

tikus, umpan harus (sedapat mungkin) tidak menarik bagi hewan lain yang bukan

sasaran, umpan harus mudah di dapat dan umpan harus mudah dicampur dengan

racun (Priyambodo,2003). Pengetahuan tentang ciri-ciri umpan yang disukai oleh

tikus, diharapkan dapat digunaan dalam penggunaan umpan beracun yang lebih

efektif.

Potensi perkembangbiakkan tikus sangat dipengaruhi oleh jumlah makanan

yang tersedia. Tikus bersifat omnivora (pemakan segala jenis makanan), akan

tetapi dalam hidupnya tikus membutuhkan makanan yang kaya akan zat pati

seperti bulir padi, kacang tanah, umbi-umbian, dan biji-bijian. Pengendalian hama

tikus. [Rachman, 2005]

Page 20: Laporan Akhir Vertebrata Hama

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada uji umpan yang menggunakan tambahan umpan pakan kucing dan

pakan ikan terlihat bahwa tikus lebih menyukai makanan serealia yaitu gabah,

dimana terlihat lebih besar konsumsinya dibandingkan jenis umpan lainnya.

Meskipun beberapa data menunjukan bahwa hasil pengamatan yang memenyertai

pakan kucing,terlihat bahwa tikus masih menyukai kacang tanah dan jagung tetapi

tidak lebih baik jika dibandingkan dengan gabah. Jadi, bahan yang paling baik

digunakan sebagai umpan tikus adalah gabah.

Saran

Dari percobaan yang telah dilakukan, terlihat bahwa umpan yang paling

disukai tikus adalah gabah (jenis serealia). Konsumsinya lebih besar dari jenis-

jenis pakan lainnya, meskipun jika diberi jenis pakan kucing dan pakan ikan, tikus

lebih memilih gabah sebagai pakan utamanya. Sehingga disarankan apabila dalam

pemberian pakan tikus yang akan digunakan dalam campuran umpan beracun,

dapat digunakan gabah sebagai pakan utamanya.

Page 21: Laporan Akhir Vertebrata Hama

DAFTAR PUSTAKA

Mahfur. 2005. Sifat dan Biologi Tikus. http://www.tanindo.com/abdi12/hal3801.htm.

[9-05-2009]

Priyambodo, Swastiko. 2003. Pengndalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Rachman, Liza Oliviani. 2005. Preferensi Tikus Sawah (Rattus argentiventer) terhadap

Beberapa Jenis Pakan yang dapat Digunakan sebagai Umpan Tikus.

http://www.unila.ac.id. [23-05-2009]

Page 22: Laporan Akhir Vertebrata Hama

UJI PENYEDAP SOHOR DAN

KROTO

Page 23: Laporan Akhir Vertebrata Hama

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tikus merupakan satwa liar yang menjadi hama penting dalam kehidupan

manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, pemukiman, dan kesehatan

(Meehan.1984). Setidaknya ada 24 spesies tikus yang merupakan hama penting

dari negara-negara Asia dan Indo pasifik (Aplain , Jacob.2003). Asosiasi tikus

dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan

sedangkan manusia sebaliknya. Asosiasi tikus dengan manusia dapat juga bersifat

mutualisme karena ada jenis tikus yang merupakan hewan laboratorium. Jenis

tikus ini dijadikan hewan percobaan untuk pengujian obat bagi manusia dan

mengetahui tingkat toksinitas.

Sebagai hama tanaman, tikus memiliki beberapa kelebihan yang tidak

dimiliki oleh serangga hama sehingga tindakan pengendaliannya membutuhkan

metode yang khusus. Meskipun kini tikus merupakan hama penting pada beberapa

komoditas pertanian dan merugikan manusia, tetapi suatu saat tidak menutup

kemungkinan tikus dapat menjadi hewan bermanfaat. Dari berbagai teknik

pengendalian, tindakan memadukan semua cara pengendalian yang dikenal

dengan istilah PHTT (pengendalian hama tikus terpadu) tampaknya merupakan

pilihan yang terbaik (Priyambodo.2003).

Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, karena

tikus lebih banyak menyusahkan bagi manusia. Selain menyusahkan, ternyata

tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian

manusia. Tikus dikenal sebagai pembawa 45 macam penyakit, diantaranya;

salmonellosis, pausteurellosis, leptospirosis, disentri pada babi, trichinosis,

toksoplasma dan rabies, termasuk organisme yang ada pada kakinya sehingga

penyakit lebih cepat menyebar. Koloni 100 ekor tikus dapat menghabiskan pakan

ternak sebanyak 1 ton dalam setahun. Selain itu, Tikus menghasilkan kotoran 10

kali lipat dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin dan bulunya

(www.syaarar.com).

Page 24: Laporan Akhir Vertebrata Hama

Tikus hidup dekat dengan sumber makanan; gudang, lumbung pangan,

kandang. Tikus dapat memanjat dan melompat dengan ketinggian 91cm dan

sejauh 122cm. Tikus dapat memanjat batubata, dinding dan berjalan diatas kawat.

Tikus besar dapat menyelinap dilubang dengan diameter 1cm, sedangkan tikus

kecil 0,6cm bahkan lebih kecil. Tikus aktif dimalam hari. Untuk memprediksi

intensitas serangan tikus tanaman padi dengan pendekatan SIG, disarankan peta

waktu tanam yang harus diperhatikan. Karena intensitas serangan tikus musim

hujan dan musim kemarau tidak berbeda maka tindakan pengendalian terhadap

hama tikus sebaiknya diperlakukan sama untuk musim hujan dan musim kemarau

(www.go.php//).

Tujuan

Menentukan jenis bahan penyedap yang disukai oleh tikus dan mengetahui

tingkat konsentrasi bahan penyedap di dalam umpan yang paling efektif.

Page 25: Laporan Akhir Vertebrata Hama

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Berbagai jenis bahan penyedap untuk tikus yang digunakan dalam

praktikum ini adalah beras sebagai bahan dasar umpan, air minum, timbangan

untuk menimbang tikus dan pakan, pengaduk umpan, kurungan tikus yang berisi

tempat makan dan minum serta bumbung bambu, kantung plastik untuk

menimbang tikus, nampan plastik untuk tempat mencampur umpan dengan bahan

penyedap. Bahan penyedap yang digunakan untuk pengujian penyedap sohor

adalah vetsin, sohor, vanili, telor, dan sirup. Sedangkan pada pengujian kroto

adalah Terasi, royco, kroto, gula, dan strawberry. Tikus yang digunakan pada

percobaan ini adalah tikus pohon (Rattus tiomanicus) dan berjenis kelamin jantan.

Metode

Langkah pertama yang dilakukan adalah campuran pakan dengan berbagai

jenis penyedap pakan disiapkan kemudian tikus yang akan digunakan (dengan

bantuan kantung plastik) ditimbang untuk mendapatkan bobot awalnya dan

ditentukan jenis kelamin tikus tersebut. Setelah itu, masing-masing umpan yang

sudah di campur penyedap pakan tikus (dalam keadaan kering) ditimbang

sejumlah ± 10% dari bobot tubuh tikus. Selanjutnya tikus dimasukkan ke dalam

kurungan, tikus tersebut dibiarkan beradaptasi di dalam kurungan sampai tikus itu

masuk ke dalam bumbung bambu.

Langkah selanjutnya adalah semua jenis umpan yang sudah ditambahkan

penyedap pakan yang diuji dimasukkan ke dalam wadah umpan dengan letak

umpan yang diacak. Kemudian air minum dimasukkan ke dalam gelas minum.

Penimbanagan terhadap sisa pakan yang tidak di komsumsi oleh tikus, termasuk

pakan yang berceceran di bagian dasar kurungan dilakukan dua puluh empat jam

kemudian setelah dilakukan percobaan. Pakan tersebut ditambahkan kembali

sama dengan jumlah awalnya. Umpan yang basah terkena urine atau air minum,

dikeringkan dahulu sebelum di timbang. Kemudian umpan diganti dengan pakan

Page 26: Laporan Akhir Vertebrata Hama

yang baru. Pekerjaan ini dilakukan selama tujuh hari, sehingga didapatkan jumlah

komsumsi berbagai jenis umpan plus penyedap pakan.

Air minum yang kotor terkena urine atau feces, segera diganti dengan

yang baru. Di akhir perlakuan, tikus uji di timbang kembali untuk mendapatkan

bobot akhirnya. Bobot awal dan bobot akhir tikus dirata-ratakan untuk

mendapatkan bobot tikus rata-rata. Perhitungan tingkat komsumsi tikus dilakukan

dengan mengkonversi jumlah tiap-tiap pakan yang dikomsumsinya terhadap 100

gram bobot tubuh tikus.

Page 27: Laporan Akhir Vertebrata Hama

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan PENGUJIAN PENYEDAP KROTO

Complete Random Deisgn 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Varience ProcedureDependent Variable: YIELD

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > FModel 5 25.20711389 5.04142278 2.74 0.0371Error 30 55.11958333 1.83731944Corrected Total 35 80.32669722

R-Square C.V. Root MSE YIELD Mean0.313807 127.2417 1.35547757 1.06527778

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > FTRTMENT 5 25.20711389 5.04142278 2.74 0.0371

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Varience ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for variable: YIELDAlpha=0.05 df=30 MSE=1.837319

Number of Means 2 3 4 5 6Critical Range 1.598 1.680 1.732 1.770 1.798

Means with the same letter are not significantly differentDuncan Grouping Mean N TRTMENT

A 2.8367 6 TerasiB 1.0800 6 RoycoB 0.9617 6 KontrolB 0.7717 6 KrotoB 0.4000 6 GulaB 0.3417 6 Stawberry

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009 Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for variable: YIELDAlpha= 0.01 df=30 MSE= 1.837319

Number of Means 2 3 4 5 6Critical Range 2.152 2.244 2.306 2.352 2.387

Means with the same letter are not significantly different.Duncan Grouping Mean N TRTMENT

A 2.8367 6 Terasi

Page 28: Laporan Akhir Vertebrata Hama

AB 1.0800 6 RoycoAB 0.9617 6 KontrolAB 0.7717 6 KrotoB 0.4000 6 GulaB 0.3417 6 Stawberry

PENGUJIAN PENYEDAP SOHOR

Complete Random Deisgn 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Varience Procedure

Dependent Variable: YIELDSource DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > FModel 5 11.58599167 2.31719833 1.42 0.3150Error 30 56.03268333 1.86775611Corrected Total 35 67.61867500

R-Square C.V. Root MSE YIELD Mean0.171343 140.7717 1. 36665874 0.97083333

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > FTRTMENT 5 11.58599167 2.31719833 1.24 0.3150

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009Analysis of Varience ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for variable: YIELDAlpha=0.05 df=30 MSE=1.867756

Number of Means 2 3 4 5 6Critical Range 1.611 1.693 1.747 1.785 1.813

Means with the same letter are not significantly differentDuncan Grouping Mean N TRTMENT

A 1.8417 6 KontrolA 1.3650 6 VetsinA 1.333 6 SohorA 0.4650 6 VaniliA 0.4317 6 TelorA 0.3883 6 Sirup

Complete Random Design 18:39 Thursday, May 1, 2009 Analysis of Variance ProcedureDuncan’s Multiple Range Test for variable: YIELDAlpha= 0.01 df=30 MSE= 1.867756

Number of Means 2 3 4 5 6

Page 29: Laporan Akhir Vertebrata Hama

Critical Range 2.170 2.263 2.325 2.371 2.407

Means with the same letter are not significantly different.Duncan Grouping Mean N TRTMENT

A 1.8417 6 KontrolA 1.3650 6 VetsinA 1.3333 6 SohorA 0.4650 6 VaniliA 0.4317 6 TelorA 0.3883 6 Sirup

Pembahasan

Tikus merupakan binatang yang dibenci dibelahan bumi, kecuali di India.

Di India tikus dianggap sebagai keturunan dewa, tidak boleh dibunuh, bahkan

kalau perlu diberi makan dan dibiarkan berkembang biak. Tikus lebih menyukai

padi-padian, tapi mereka juga akan makan apapun, terutama pada saat tidak ada

makanan, termasuk bangkai dan sabun. Tikus akan makan tiap hari. Tikus besar

umumnya minum tiap hari, sedangkan tikus kecil dapat bertahan beberapa hari

tanpa minum (www.syaarar.com).

Tikus sebagai hewan omnivora yang merupakan pemakan segala biasanya

mau mengonsumsi semua makanan yang juga dikonsumsi oleh manusia. Makanan

tersebut dapat yang berasal dari tumbuhan (nabati) maupun yang berasal dari

hewan (hewani). Konsumsi pakan untuk seekor tikus dalam sehari kurang lebih

sebanyak 10%. Air sebagai sumber minuman dapat diperoleh dari air bebas

maupun yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsinya. Dalam proses

mengenali dan mengambil makanan, tikus memiliki perilaku makan yang unik.

Tikus tidak langsung mengonsumsi seluruh makanan yang ada tetapi mencicipi

terlebih dahulu. Setelah mencicipi tikus akan menunggu dan melihat reaksi dalam

tubuhnya. Setelah yakin aman bagi tubuhnya tikus baru akan memakan makanan

tersebut dalam jumlah yang lebih besar lagi hingga habis.

Tikus juga memiliki sifat yang mudah curiga terhadap setiap benda yang

baru ditemuinya, termasuk dengan pakan. Oleh karena, itu untuk mengendalikan

tikus dengan menggunakan umpan beracun perlu menggunakan umpan

pendahuluan (prebaiting). Namun, racun yang diberikan dalam umpan tentu akan

Page 30: Laporan Akhir Vertebrata Hama

memberikan perbedaan rasa maupun aroma sehingga umpan beracun tersebut

perlu ditambahkan penyedap. Dengan penyedap diharapkan perbedaan rasa dan

aroma yang timbul akibat racun dapat tersamarkan. Selain itu, dapat mengurangi

kecurigaan tikus terhadap umpan beracun tersebut sehingga tikus akan

mengonsumsi umpan yang diberikan.

Pengujian yang dilakukan menggunakan beberapa macam penyedap. Ada

pengujian penyedap Sohor dan pengujian penyedap Kroto. Dalam pengujian

penyedap Sohor penyedap yang digunakan adalah Vetsin, Sohor, Vanili, Telor,

Sirup, dan Kontrol. Berbeda dengan pengujian penyedap Kroto yang

menggunakan Terasi, Royco, Kroto, Gula, Strawberry, dan Kontrol.

Dari data yang kami dapatkan dalam pengamatan setiap percobaan

didapatkan hasil seperti pada data yang tercantum sebelumnya. Dalam pengolahan

data hasil percobaan penyedap Sohor menunjukan hasil yang berbeda-beda namun

setiap perbedaan tersebut masih dapat ditiadakan. Hal ini terjadi karena setiap

hasil pengolahan data didapatkan nilai critikal yang tidak jauh berbeda. Dari

hasilnya untuk pengujian penyedap Sohor, antara umpan yang menggunakan

penyedap Vetsin, Sohor, Vanili, Telor, dan Sirup serta Kontrol tidak berbeda

nyata. Selisih dari data setiap umpan menunjukan nilai yang lebih besar dengan

nilai kritikal, oleh karena itu sesuai dengan ilmu statistika data seperti ini dapat

dikatakan tidak berbeda nyata. Hal ini sama untuk nilai Alpha=0.05 dan

Alpha=0.01. Semua data yang digunakan dapat dinyatakan benar karena dari

hasil pengolahan data sesuai dengan metode statistika karena nilai F yang kurang

dari 1%.

Berbeda dengan hasilnya untuk pengujian penyedap Sohor, hasil pengujian

penyedap Kroto menunjukan hasil yang berbeda. Percobaan penyedap kroto ini

dicampur menggunakan beberapa bahan yang berbeda dan menghasilkan data

yang berbedaa pula. Seperti pada data dari hasil penyedap yang dicampur dengan

terasi Hasil pengolahan data dari data percobaan menggunakan terasi ini sangat

berbeda dari data hasil yang lainnya. Dan juga nilai pengolahan lebih besar dari

nilai kritikal sehingga kategori perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan

yang lainnya. Namun Royco, Kroto, Gula, Strawberry, dan Kontrol menghasilkan

pengolahan data yang sama antara satu dengan yang lainnya sehingga dapt

Page 31: Laporan Akhir Vertebrata Hama

dikatakan perlakuan yang satu dengan yang lainnya menghasilkan pengaruh yang

sama pada tikus. Untuk nilai Alpha=0.05 terdapat beda nyata antara Terasi dan

royco. Begitu juga Terasi dengan bahan penyedap yang lainnya. Berbeda dengan

hasil dengan alpha=0.01. terdapat tiga beda pada Duncan Grouping. Antara terasi

dengan Royco terdapat sedikit beda atau tidak terlalu berbeda nyata. Begitu juga

antara terasi dengan kontrol dan Kroto. Sebaliknya, untuk gula dan strawberry

terdapat beda nyata.

Dari percobaan tersebut dapat dilihat bahwa penyedap yang paling di sukai

oleh tikus dalan pengujian sohor adalah Vetsin yang nilainya berada dibawah nilai

kontrol. Artinya tikus masih menyukai beras tanpa penyedap. Dalam pengujian

penyedap Kroto, penyedap yang paling disukai oleh tikus adalah Terasi.

Sedangkan dari nilai yang diperoleh dari data maka yang paling di sukai tikus

adalah Terasi.

Page 32: Laporan Akhir Vertebrata Hama

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan memberikan pakan untuk tikus dengan

ditambahkan penyedap dan pengamatan yang dilakukan selama seminggu dapat

ditarik kesimpulan bahwa bahan penyedap yang paling di sukai tikus dan paling

efektif adalah Vetsin dari sohor dan terasi dari kroto. Hal ini terlihat dari hasil

percobaan yang di peroleh bahwa tikus lebih banyak mengonsumsi pakan yang

masing-masing ditambahkan dengan kedua penyedap tersebut.

Saran

Tikus lebih menyukai Terasi dari uji penyedap kroto dan vetsin dari uji

penyedap sohor tetapi disarankan menggunakan terasi dari pada vetsin untuk

penggunaan penyedap dalam pencampuran pakan beracun yang akan di makan

oleh tikus karena lebih efektif.

Page 33: Laporan Akhir Vertebrata Hama

DAFTAR PUSTAKA

Aplain KP, Brown PR, Jacob J, Krebs CJ, Singleton GR.2003. Field Methods For

Rodent, Studies in Asia and The indo-pasifik. Australian Centre For

International Agricultural Research. Camberra : Australia.

Coates, M.E., ed.1987. ICLAS Guidelines on the Selection and Formulation of

Diets for Animal in Biomedical Research. London : Institute of Biologi.

Knapa, J.J.1983. Nutrition. Pp. 51-67 in The Mouse in Biomedical Research.

Vol.111 : Normative Biology, Immunology, and Husbandry,H. L. Foster, J.

D. Small, and J. G. Fox, eds. New York : Academic Press.

Meehan AP.1984. Rats and Mice, Their Biology and Control. East Grinstead :

Rentokil Limitid.

Priyambodo S.2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta : PT. Penebar

Swadaya.135 p.

Anonim.www.syaarar.com.11 Mei 2009