laporan praktikum mikrobiologi

50
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi Disusun oleh: Kelompok 6 Ade Nina Yuliana 2119090005 Eni Maryani 2119090070 Lusyani Faidar 2119090125 Susi Sulastri 2119090201 Kelas 4C& 4G PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 1

Upload: uchiw

Post on 08-Aug-2015

302 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mikroba, gram postif negatif, morfologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Mikrobiologi

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugasPraktikum Mata Kuliah Mikrobiologi

Disusun oleh:

Kelompok 6

Ade Nina Yuliana 2119090005

Eni Maryani 2119090070

Lusyani Faidar 2119090125

Susi Sulastri 2119090201

Kelas 4C& 4G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH2012

1

Page 2: Laporan Praktikum Mikrobiologi

PRAKTIKUM I

PENGAMATAN MORFOLOGI BAKTERI

I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati morfologi

beberapa jenis bakteri

II. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum pengamatan morfologi bakteri dilaksanakan pada hari

Kamis-Jumat, 27-28 Desember 2012, pukul 09.00-12.00 WIB.

Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Galuh Ciamis.

III. DASAR TEORI

Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk'

(morphos). Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang

bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup

bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

1. Morfologi makroskopik (Kolonial morfologi)

Karakteristik koloni : Pengamatan pada plate agar

Colony's Shape, Ukuran, Edge / Margin, Chromogenesis /

pigmentasi, Opacity, Ketinggian, Permukaan, Konsistensi,

Emulsifiability, Bau

Ciri-ciri morfologi makroskopis yang perlu diperhatikan adalah

sebagai berikut :

Ukuran

Pinpoint/punctiform (titik)

Small (kecil)

Moderate (sedang)

Large (besar)

2

Page 3: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Pigmentasi : mikroorganisme kromogenik sering

memproduksi pigmen intraseluler, beberapa jenis lain

memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat terlarut

dalam media

Karakteristik optik : diamati berdasarkan jumlah cahaya

yang melewati koloni.

Opaque (tidak dapat ditembus cahaya),

Translucent (dapat ditembus cahaya sebagian),

Transparant (bening)

Bentuk :

Circular (bulat)

Irregular (tak teratur)

Spindle

Filamentous (berfilamen)

Rhizoid

Elevasi :

Flat (Datar)

Raised (datar meninggi)

Convex

Umbonate (bentuk gong)

Permukaan :

Halus mengkilap

Kasar

Berkerut

Kering seperti bubuk

Margins (Pinggir) :

Entire (rata)

Lobate, Undulate

Serrate

Felamentous (berfilamen)

Curled (keriting)

IV. ALAT DAN BAHAN

3

Page 4: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Tabung reaksi

Alat inokulasi

Sudip

Pipet

Lempeng petri

Kasa alas, kaca tutup

Sungkup

Saringan bakteri

pH meter

Nefelometer

Pinset

Penghitung koloni

Semprit

Agar lempeng

Cotton bud

V. CARA KERJA

1. Menyediakan agar lempeng

2. Menyelupkan cotton bud kedalam larutan NaCl, kemudian

mengoleskan cotton bud ke daerah sekitar gigi (sela-sela gigi)

3. Mengoleskan cotton bud kepermukaan agar lempeng dengan cara D

yang tertera pada panduan praktikum

4. Menutup rapat kembali agar lempeng, kemudian membungkusnya

dengan kertas buram lalu beri label

5. Memasukan agar lempeng ke dalam incubator, dan disimpan selama

satu malam.

VI. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan morfologi terhadap koloni bakteri dari sela-

sela gigi yang ditanam didalam media agar lempeng adalah sebagai

berikut:

Koloni I (BESAR)Rupa : Circular (bulat)Diameter : 4 mmPinggir : Entire/smooth (rata)Elevasi : ConveksPermukaan : Concentric (ring with common centerDaya tembus cahaya : Opaque (buram)

Koloni II (KECIL)Rupa : PunctiformDiameter : 0,7 mmPinggir : Entire/smooth (rata)Elevasi : FlatPermukaan : Smooth (halus)Daya tembus cahaya : Semitransparant

VII. PEMBAHASAN

4

Page 5: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Berdasarkan pengamatan makroskopis diperoleh data hasil

pengamatan, bahwa dalam media agar lempeng yang ditanami bakteri

dari sela-sela gigi dengan teknik D yaitu membuat garis-garis dari

pinggir ke tengah di keempat sisi media agar lempeng. Pada hasil

goresan tersebut diketahui terdapat koloni-koloni bakteri yang tampak

seperti gambar berikut:

Secara makroskopis, koloni-koloni bakteri yang ada dibagi

menjadi 2 yaitu koloni yang besar dan koloni yang kecil. Koloni yang

besar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Rupa : Circular (bulat)

Diameter : 4 mm

Pinggir : Entire/smooth (rata)

Elevasi : Conveks

Permukaan : Concentric (ring with common center)

5

Gb. 1.1 : Hasil Kultur Bakteri dari Sela-sela gigi

Page 6: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Daya tembus cahaya : Opaque (buram)

Sedangkan koloni yang kecil memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Rupa : Punctiform

Diameter : 0,7 mm

Pinggir : Entire/smooth (rata)

Elevasi : Flat

Permukaan : Smooth (halus)

Daya tembus cahaya : Semitransparant

VIII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa fungsi agar-agar pada media tumbuh bakteri?

Jawab

:

Agar merupakan senyawa polisakarida yang diperoleh

dari rumput laut (algae), pada media tumbuh bakteri agar

hanya bekerja sebagai zat pemadat, oleh karena itu untuk

dijadikan media kultur harus ditambah nutrisi lain seperti

pepton, karbohidrat, mineral dan air.

2. Apakah agar tersebut dimetabolisme oleh bakteri?

Jawab

:

Agar-agar tidak dimetabolisme oleh bakteri, agar-agar

hanya memetabolisme nutrisi yang terkandung didalam

media tumbuhnya.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan koloni bakteri, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Secara makroskopis koloni bakteri berbentuk sirkuler, dengan

pinggiran rata, elevasi konveks, permukaan konsentrik dan buram

(opaque)

Secara mikroskopis bakteri tersebut berbentuk kokus (bulat)

X. DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, Melnick, Adelberg, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 23, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Entjang I, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta.

6

Page 7: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Iud W, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi, UMM Pres, Malang.

7

Page 8: Laporan Praktikum Mikrobiologi

PRAKTIKUM II

PEWARNAAN BAKTERI

I. TUJUAN

Membedakan bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif.

Terampil melakukan pewarnaan gram untuk bakteri gram positif dan

negatif.

Mempelajari teknik pewarnaan gram untuk pengamatan mikroba.

Mempelajari bentuk dan struktur sel bakteri dari hasil pengamatan

dengan pewarnaan gram.

II. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum pengamatan pewarnaan bakteri dilaksanakan pada hari Jumat,

28 Desember 2012, pukul 12.00-14.00 WIB. Bertempat di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh

Ciamis.

III. DASAR TEORI

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak

berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut

disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel

bakteri  dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi

ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel

dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk

mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri

melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel

bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-

penelitian mikrobiologi. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk

memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan

bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri

seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia

8

Page 9: Laporan Praktikum Mikrobiologi

yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras

mikroorganisme dengan sekitarnya.

Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan

struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain

dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis,

atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.

Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel

microbe atau bagian-bagian sel microbe disebut teknik pewarnaan

diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya mewarnai satu bagian

dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk

dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan

pengecatan kapsul.

Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Pewarnaan sederhana

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling

banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu

jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan

bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana

karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat

warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat

alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan

rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk

pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol

fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua

jenis pewarnaan.

a. Pewarnaan Asam

Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna

dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna

yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air

furksin.

b. Pewarnaan Basa

9

Page 10: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk

mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam

gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan

(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan

morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin

atau tinta cina.

2. Pewarnaan Diferensial (Gram)

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris

untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni

gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik

dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,

ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang

mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara

pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-

negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil

ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan

mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan

alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan

Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah

metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi

berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk

mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan

struktur dinding sel mereka.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

Zat warna utama (violet kristal)

Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk

mengintensifkan warna utama.

Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven

organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.

Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk

mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah

perlakuan denga alcohol.

10

Page 11: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Menurut Karuniawati (2005) tahapan pewarnaan gram yaitu Larutan

carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan,

kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak

sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian

dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang

dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam

alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan

dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3

menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1%

dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu

larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir.

Pada proses pewarnaan gram, harus gelas obyek yang bersih.

Pembersihan ini dilakukan supaya gelas obyek bebas lemak dan debu.

Pembersihan biasanya  menggunakan alkohol . Setelah di cuci

kemudian di beri satu tetes aquades pada permukaan gelas obyek.

Kultur bakteri murni diambil dan diratakan diatas kaca obyek.

Pengambilan kultur bakteri tidak diambil terlalu banyak, karena jika

terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur bakteri tidak

dapat diratakan tipis-tipis maka bakteri akan tertimbun hal ini akan

mengakibatkan pemeriksaan bentuknya satu per satu menjadi tidak

jelas.

Apabila sudah kering, dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas

nyala api. Proses fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat

pada kaca obyek sehingga olesan bakteri tidak akan terhapus apabila

dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi

adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena

nyala api. Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan kristal

violet dan dibiarkan. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan

dibiarkan sampai kering (dengan cara dianginkan). Pencucian dengan

air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna dari violet kristal.

Setelah kelebihan zat warna dicuci dengan air kemudian diberi larutan

iodin dan dibiarkan sehingga terbentuk suatu kompleks antara violet

11

Page 12: Laporan Praktikum Mikrobiologi

kristal dan iodin. Olesan bakteri kemudian dicuci kembali dengan air

mengalir. Kemudian dicuci dengan etanol dan dicuci kembali dengan

air mengalir. Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin

dan diamkan. Kemudian cuci dengan air mengalir dan kering

dianginkan, kemudian diamati dibawah mikroskop.

Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan

warna ungu muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan

gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi

dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram

negative mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding

selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan

bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar

permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan

menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif

sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi

dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding

sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat

masuk sehingga sel berwarna ungu.

Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada

komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara

dinding sel  dan membran sitoplasma organisme gram positif,

sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram

negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel.

Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi

peptidohlikan yang tebal (25-50 nm) sedangkan bakteri negative

lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,

peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat

warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,

kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus.

sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer.

12

Page 13: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini

merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.

a. Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan

zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram

negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol dan pada akhir

pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin. Bakteri gram

negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu

lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga

pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah (Fitria,

2009). Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga

atau multilayer.

Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),

peptidoglikan terdapat didalam

lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari

berat kering, tidak mengandung asam tekoat.

Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.

Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar

misalnya kristal violet.

Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.

Tidak resisten terhadap gangguan fisik.

Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat

Peka terhadap streptomisin

Toksin yang dibentuk Endotoksin

b. Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat

warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis

ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan

bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan

klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada

perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010).

13

Page 14: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa

peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet,

pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol

sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis

tunggal atau monolayer.

Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),

peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen

utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung

asam tekoat.

Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.

Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti

ungu kristal.

Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.

Lebih resisten terhadap gangguan fisik.

Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut

Tidak peka terhadap streptomisin

Toksin yang dibentuk Eksotoksin - Endotoksin

3. Pewarnaan Khusus

Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai

struktur khusus atau tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul,

flagel dsb. Contoh pewarnaan khusus :Pewarnaan Endospora Anggota

dari genus Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus adalah

bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya.

Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga

metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan

fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia.

Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan

endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas.

Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa

pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil.

14

Page 15: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Namun jika dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan

dengan badan inklusi (Aditya, 2010).

a. Pewarnaan kapsul

Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu

larutan tembaga sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna

biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan dengan air dapat

melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar

belakang yang berwana biru gelap.

b. Pewarnaan spora

Dinding spora relatif tidak permeable, namun zat warna

bias menembusnya dengan cara memanaskan preparat.

c. Pewarnaan flagel

Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam

tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada

dinding sel dan flagel.

d. Pewarnaan nucleoid

Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus

untuk DNA (Rudi, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1) Ose tumpul dan ose tusuk

2) Mikroskop

3) Obyek gelas

4) Deck glass

5) Bunsen

6) Kapas

7) Lampu spirtus

8) Tissue

9) Pipet

Bahan :

1) Spesimen bakteri

15

Page 16: Laporan Praktikum Mikrobiologi

2) Alkohol 96%

3) Kristal violet

4) Lugol

5) Safranin

6) Aquades

V. CARA KERJA

1. Objek gelas dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan

alkohol 96% bolak balik, kemudian di angin-angin sampai kering.

2. Meneteskan aquadest steril untuk meletakan spesimen bakteri.

3. Spesimen bakteri diambil dengan ose tumpul yang telah

disterilkan dengan dibakar terlebih dahulu menggunakan api dari

spirtus.

4. Spesimen kemudian diletakkan di tengah dan dibuat pulasan

melingkar searah jarum jam.

5. Menunggu hingga mengering dengan sendirinya lalu difiksasi di

atas nyala lampu spirtus.

6. Meneteskan kristal violet dan menunggu satu menit, lalu dicuci

dengan air yang mengalir pelan agar kelebihan zat warna dari

violet kristal dapat dikurangi

7. Menuangkan lugol, dibiarkan selama satu menit, lalu dicuci

dengan air yang mengalir pelan

8. Mencucinya dengan alkohol

9. Terakhir, meneteskan safranin, kemudian didiamkan selama dua

menit dan dicuci dengan air sampai bersih dan kering dianginkan

10. Mengamati menggunakan mikroskop yang diawali dengan

pembesaran 10x, setelah itu diperjelas dengan perbesaran 100x.

11. Menggambar hasil pengamatan

12. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan, dan

menyimpannya kembali pada tempat asal.

16

Page 17: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Gb. 2.1 : Tahapan dari pewarnaan bakteri

VI. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan mikroskopis dari percobaan pewarnaan

gram bakteri yang berasal dari sela-sela gigi adalah sebagian besar

berwana ungu, artinya banyak terdapat bakteri gram positif yang

berbentuk kokus. Hanya sebagian kecil ditemukan bakteri berwarna

merah (bakteri gram negatif).

VII. PEMBAHASAN

Pewarnaan bakteri dilakukan dengan menggunakan 8 isolat

bakteri untuk 8 kelompok. Kelompok kami menggunakan bakteri

yang berasal dari sela-sela gigi. Proses pewarnaan dilakukan dengan

17

Page 18: Laporan Praktikum Mikrobiologi

membersihkan objek glass dan gelas penutup agar tidak terjadi

kontaminasi. Kemudian object glass ditetesi aquadest steril untuk

meletakan bakteri dan dibuat preparat apusan dari biakan agar

lempeng supaya lebih mudah diamati dan difiksasi. Sampel

disuspensikan sampai homogen agar bakteri dapat menyebar di object

glass dan tidak menumpuk. Kemudian difiksasi diatas api bunsen

yang bertujuan untuk membunuh bakteri secara cepat dan tidak

merubah bentuk dan stuktur bakteri, serta untuk melekatkan bakteri

diatas object glass dan meningkatkan salinitas pewarna.

Proses pewarnaan sediaan bakteri ditetesi dengan kristal violet

biarkan satu menit, kemudian ditetesi lugol selama satu menit. Setelah

lugol kering kemudian sediaan dicuci di dalam alkohol untuk

melunturkan pewarna sebelumnya secara sempurna, kemudian ditetesi

safranin yang berwarna merah merupakan cat sekunder atau kontras

berfungsi untuk mewarnai materi non target, dilakukan selama satu

menit agar bakteri yang warnanya telah luntur dapat terwarnai.

Selanjutnya sediaan dicuci dengan air yang mengalir dimaksudkan

agar cat dapat hilang sempurna dan tidak tersisa, kemudian

dikeringanginkan bertujuan agar warna melekat pada bakteri.

Kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x agar

dapat melihat bentuk dan warna sel bakteri.

Bakteri gram positif akan berwarna ungu, sedangkan bakteri

gram negatif akan berwarna merah. Hal ini karena pembungkus sel

bakteri gram negatif lebih banyak mengandung lemak. Pada saat

dicuci dengan alkohol, alkohol akan melarutkan lemak pada dinding

sel bakteri sehingga warna ungunya menjadi larut dalam alkohol.

Sehingga pada saat diwarnai dengan safranin warna merah akan

menempel pada sel bakteri yang telah luntur oleh alkohol.

18

Page 19: Laporan Praktikum Mikrobiologi

VIII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan fungsi alkohol pada proses pewarnaan!

Jawab

:

Fungsi alkohol pada percobaan adalah untuk

melunturkan warna ungu dari bakteri karena alkohol

dapat melarutkan lemak yang terdapat pada pembungkus

sel bakteri, sehingga pada saat pewarnaan berikutnya

warna dapat menempel pada sel bakteri.

2. Jelaskan fungsi Lugol pada proses pewarnaan!

Jawab

:

Lugol merupakan cairan yang mengandung Iodin. Fungsi

lugol dalam percobaan kali ini adalah untuk melekatkan

dan memfikasasi pewarna primer (violet) yang diserap

bakteri agar pengikatan warna oleh bakteri lebih kuat.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau

sifat bakteri terhadap cat tersebut.

Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur

warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna

penutup.

Pada bakteri gram positif menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram

negatif berwarna merah.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

o Zat warna utama (violet kristal)

o Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk

mengintensifkan warna utama.

o Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic

yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.

19

Page 20: Laporan Praktikum Mikrobiologi

o Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk

mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah

perlakuan denga alkohol.

Bakteri yang kami amati adalah bakteri dari sela-sela gigi. Setelah

diamati, sebagian besar dari bakteri tersebut berwarna unggu yang

menunjukan masuk kedalam golongan bakteri gram positif dengan

bentuk kokus.

X. DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2011). Laporan Pewarnaan Bakteri. From http://mikrolaborat.blogspot.com/2011/10/laporan-pewarnaan-bakteri.html , 07 Januari 2013

Neny (2012). Pengamatan Morfologi Mikrobia dengan Pengecatan Bakteri. From http://denenyy.blogspot.com/2012/08/pengamatan-morfologi-mikrobia-dengan.html , 07 Januari 2013

20

Page 21: Laporan Praktikum Mikrobiologi

PRAKTIKUM III

UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK

(Metode Kirby- Baueur)

I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apakah suatu jenis

bakteri resisten, intermediet atau sensitif terhadap antibiotik tertentu.

II. WAKTU PRAKTIKUM

Praktikum pengamatan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik

dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Desember 2012 pukul 14.00-15.00

WIB dan Sabtu, 29 Desember 2012 pukul 09.00-11.00 WIB.

Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Galuh Ciamis.

III. DASAR TEORI

Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh

mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme (microbiostatic). Antiseptik adalah zat yang biasa

digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh

mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan

tubuh luar mahluk hidup. Contoh beberapa antiseptik yaitu: betadine,

senyawa kimia baik organik maupun anorganik banyak yang bersifat

racun terhadap mikroorganisme. Usaha manusia untuk mengatasi

mikroorganisme penyebab penyakit banyak menggunakan bahan

kimia (Anonim, 2009). Efisiensi dan efektivitas disinfektan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi, waktu terpapar,

jenis mikroba, dan kondisi lingkungan (seperti temperatur, pH, dan

jenis tempat hidup)

Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif

belum tentu mematikan bentuk spora mikroorganisme penyebab suatu

21

Page 22: Laporan Praktikum Mikrobiologi

penyakit. Desinfektan digunakan untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek

glass dan lain-lain. Kelompok utama desinfektan yaitu: fenol, alkohol,

aldehid, halogen, logam berat, detergen, dan kemosterilisator gas.

Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan:

merusak dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul

protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme, menghambat

kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta

sebagai antimetabolit (Anonim 2009).

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme

atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat

atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki

spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antibiotik

dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotik

macrolide, antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya

berdasarkan gugus kimiawinya ataupun mikroorganisma produsernya.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang

dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan

jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram

positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas,

yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif (Gupte,

1990).

Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya:

tetracycline, erytromycin, dan streptomycin. Tetracycline merupakan

antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat

menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).

Mekanisme kerja antibiotik antara lain :

Menghambat sintesis dinding sel

Merusak permeabilitas membran sel.

Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)

22

Page 23: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Menghambat sintesis protein (proses translasi).

Menghambat replikasi DNA.

Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan

(metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas

antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik

ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar

diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga

diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu

resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :

Konsentrasi mikroba uji

Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram

Jenis antibiotik.

pH medium

TABEL 3. 1

Standar Uji Kepekaan Bakteri Staphylococcus Aureus terhadap Antibiotik

Antibiotik Zona Hambat (mm)R I S

23

Gb. 3.1 Tahapan penyimpanan cakram antibiotik pada biakan bakteri

Page 24: Laporan Praktikum Mikrobiologi

AML ≤ 28 - ≥29C ≤ 12 13 – 17 ≥18

TE ≤ 14 15 – 18 ≥19AZM ≤ 13 14 – 12 ≥18MET ≤ 9 10 – 13 ≥14

Sumber : Standar Internasional Metode Kirby-Bauer

TABEL 3. 2

Standar Uji Kepekaan Bakteri Escherichia coli terhadap Antibiotik

Antibiotik Zona Hambat (mm)R I S

AML ≤ 13 14 - 16 ≥17C ≤ 12 13 – 17 ≥18

TE ≤ 14 15 – 18 ≥19AZM ≤ 13 14 – 17 ≥18MET ≤ 13 14 – 16 ≥17

Sumber : Standar Internasional Metode Kirby-Bauer

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Cawan petri

2. Tugal/ Jarum Inokulasi

3. Kapas Bertangkai/Lidi Kapas Steril

4. Standar Mc-Farland 0,5

5. Inkubator

6. Bakteri Uji (Staphylococcus aureus)

7. Cakram Antibiotik

8. NaCl fisiologis

9. Muller hinton agar

10. Pembakar spirtus

V. CARA KERJA

1. Membuat inokulum bakteri, dengan cara mengambil 3-5 koloni

bakteri yang akan diuji dari cawan petri dengan menggunakan

tugal/ jarum inokulasi

24

Page 25: Laporan Praktikum Mikrobiologi

2. Koloni yang diambil tadi, lalu dimasukkan pada sebuah tabung

reaksi yang berisi NaCl fisiologis steril sehingga terbentuk

suspensi bakteri yang akan diuji

3. Suspensi tersebut lalu dibandingkan dengan standar Mc- farland

0,5, kalau terlalu keruh ditambahkan NaCl fisiologis steril, kalau

terlalu encer ditambah koloni bakteri sampai dicapai kekeruhan

yang sama dengan standar Mc-Farland 0,5

25

Page 26: Laporan Praktikum Mikrobiologi

4. Suspensi bakteri tersebut diambil dengan menggunakan lidi kapas

steril. Supaya tidak terlalu banyak suspensi yang terambil, setelah

dicelupkan lidi kapas tersebut ditekan-tekan pada dinding tabung

reaksi, di atas permukaan suspensi bakteri.

5. Lidi kapas tersebut lalu diapuskan pada semua media. Inokulum

dibiarkan mengering selama 3-5 menit pada temperatur kamar

dengan tertutup

6. Cakram antibiotik diletakan pada inokulum di atas permukaan

Muller-Hinton agar dengan menggunakan pinset steril

7. Diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37 C selama 24-48 jam

8. Mengukur zona hambat yang terbentuk dengan dengan

menggunakan kalifer

9. Menentukan apakah bakteri tersebut resisten, intermediet atau

sensitif terhadap antibiotik tertentu, dengan cara membandingkan

zona hambat hasil pengukuran pada tabel yang tersedia.

VI. HASIL PENGAMATAN

TABEL 3.3

Hasil Pengamatan Uji Kepekaan Bakteri E. Coli dan S. Aureus Menggunakan Lima Macam Antibiotik

E.coli

Kel. AML C TE AZM MET1 13,60 (R) 16,95(I) 19,80(S) 18,10(S) 5,60(S)2 14,40(R) 15,65(I) 17,25(I) 23,70(S) 6,10(R)3 14,40(R) 15,20(I) 17,80(I) 26,10(S) 6,10(R)4 15,70 (I) 15,50(I) 17,70(I) 10,50(R) 6,10(R)

Rata-Rata 14,53(I) 15,83(I) 18,14 (I) 19,60(S) 5,98(R)

S.aureus

26

Page 27: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Kel. AML C TE AZM MET5 14,5(R) 13,15(I) 16,30(I) 23,45(S) 9,60(R)6 13,60(R) 12,70(I) 18,50(I) 20,85(R) 6,10(R)7 14,30(R) 12,15(R) 17,40(I) 19,60(S) 6,10(R)8 14,10(R) 14,15(R) 20,50(S) 17,10(S) 5,60(R)

Rata-Rata 14,13(R) 13,04(I) 18,18(I) 20,00(S) 5,85(R)

Sumber : Hasil Pengamatan Kelas 4CG pada praktikum Mikrobiologi 2013

VII. PEMBAHASAN

Metode Kirby-Bauer merupakan cara untuk menentukan

sensitivitas antibiotik untuk bakteri dengan menggunakan cakram

antibiotik. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan

oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar

diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga

diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu

resisten atau peka terhadap suatu antibiotik. Pada percobaan kali ini

Metode Kiby-Baueur diaplikasikan pada koloni bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

27

Gb. 3.2 Hasil penanaman antibiotik pada bakteri S. Auerus Kel. 6

Page 28: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Berdasarkan pengukuran kelompok enam, diameter zona

hambat antibiotik Metisilin (MET) pada bakteri Staphylococcus

aureus memiliki diameter zona hambat 6,10 dan tidak tampak adanya

zona bening pada koloni bakteri. Dari data kelompok enam sampai

delapan, diperoleh rata-rata diameter zona hambat untuk S. Aureus

adalah 5,85. Setelah dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona

hambat tersebut tergolong Resisten. Artinya daerah di sekitar

antibiotik Metisilin masih tetap ditumbuhi bakteri yang resisten

terhadap antibiotik metisilin (MET). Hal ini karena S. Aureus

memiliki gen pengkode resisten terhadap Metisilin.

Berdasarkan pengukuran, diameter zona hambat antibiotik

Azitromycin (AZM) untuk S. Aureus memiliki diameter zona hambat

20,85 dan tampak adanya zona bening pada koloni bakteri. Bagian

bening pada koloni bakteri menunjukkan media agar lempeng tidak

ditumbuhi bakteri. Setelah dicocokan dengan tabel ternyata diameter

zona hambat tersebut tergolong Sensitif. Hal ini karena S. Aureus

tidak memiliki gen pengkode resisten terhadap Azitromycin. Akan

tetapi dari hasil pengukuran kelompok enam samapi delapan rata-rata

diameter yang diperoleh adalah 20,00 dan tergolong resisten. Hal

tersebut bisa saja karna ketidaktelitian kelompok kami atau kelompok

lainnya dalam pengukuran diameter zona hambat sehingga diperoleh

data yang tidak homogen.

Berdasarkan pengukuran, diameter zona hambat antibiotik

Amoxilin (AML) untuk S. Aureus memiliki diameter zona hambat

13,60 dan tampak adanya zona bening pada koloni bakteri. Bagian

bening pada koloni bakteri menunjukkan media agar lempeng tidak

ditumbuhi bakteri. Dari data kelompok enam sampai delapan,

diperoleh rata-rata diameter zona hambat untuk S. Aureus adalah

14,13. Setelah dicocokan dengan tabel, ternyata diameter zona hambat

tersebut tergolong Resisten. Artinya daerah di sekitar antibiotik

Amoxilin masih tetap ditumbuhi bakteri yang resisten terhadap

antibiotik Amoxilin (AML).

28

Page 29: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Berdasarkan pengukuran, diameter zona hambat antibiotik

Chorampenicol (C) untuk S. Aureus memiliki diameter zona hambat

12,70 dan tampak adanya zona bening pada koloni bakteri. Bagian

bening pada koloni bakteri menunjukkan media agar lempeng tidak

ditumbuhi bakteri. Dari data kelompok enam sampai delapan,

diperoleh rata-rata diameter zona hambat untuk S. Aureus adalah

13,04. Setelah dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat

tersebut tergolong Intermediet. Walaupun tampak zona bening, namun

ketahanan terhadap antibiotik masih tergolong intermediet, artinya S.

Aureus memiliki ketahanan terhadap Chorampenicol akan tetapi tidak

terlalu tinggi.

Berdasarkan pengukuran, diameter zona hambat antibiotik

Tetracylin (TE) untuk S. Aureus memiliki diameter zona hambat

18,850 dan tampak adanya zona bening pada koloni bakteri. Bagian

bening pada koloni bakteri menunjukkan media agar lempeng tidak

ditumbuhi bakteri. Dari data kelompok enam sampai delapan,

diperoleh rata-rata diameter zona hambat untuk S. Aureus adalah

18,18. Setelah dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat

tersebut tergolong Intermediet. Walaupun tampak zona bening, namun

ketahanan terhadap antibiotik masih tergolong intermediet, artinya S.

Aureus memiliki ketahanan terhadap Tetracylin akan tetapi tidak

terlalu tinggi.

Berdasarkan pengukuran kelompok satu sampai lima, diameter

zona hambat antibiotik Tetracylin (TE) untuk Escherichia coli

memiliki rata-rata diameter zona hambat 18,14 dan tampak adanya

zona bening pada koloni bakteri. Bagian bening pada koloni bakteri

menunjukkan media agar lempeng tidak ditumbuhi bakteri. Setelah

dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat tersebut

tergolong Intermediet. Walaupun tampak zona bening, namun

ketahanan terhadap antibiotik masih tergolong intermediet, artinya

Escherichia coli memiliki ketahanan terhadap Tetracylin akan tetapi

tidak terlalu tinggi.

29

Page 30: Laporan Praktikum Mikrobiologi

Berdasarkan pengukuran kelompok satu sampai lima, diameter

zona hambat antibiotik Amoxilin (AML) untuk Escherichia coli

memiliki rata-rata diameter zona hambat 14,53 dan tampak adanya

zona bening pada koloni bakteri. Bagian bening pada koloni bakteri

menunjukkan media agar lempeng tidak ditumbuhi bakteri. Setelah

dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat tersebut

tergolong Intermediet. Walaupun tampak zona bening, namun

ketahanan terhadap antibiotik masih tergolong intermediet, artinya

Escherichia coli memiliki ketahanan terhadap Amoxilin akan tetapi

tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan pengukuran kelompok satu sampai lima, diameter

zona hambat antibiotik Chorampenicol (C) untuk Escherichia coli

memiliki rata-rata diameter zona hambat 15,83 dan tampak adanya

zona bening pada koloni bakteri. Bagian bening pada koloni bakteri

menunjukkan media agar lempeng tidak ditumbuhi bakteri. Setelah

dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat tersebut

tergolong Intermediet. Walaupun tampak zona bening, namun

ketahanan terhadap antibiotik masih tergolong intermediet, artinya

Escherichia coli memiliki ketahanan terhadap Chorampenicol akan

tetapi tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan pengukuran kelompok satu sampai lima, diameter

zona hambat antibiotik Azitromycin (AZM) untuk Escherichia coli

memiliki rata-rata diameter zona hambat 19,60 dan tampak adanya

zona bening pada koloni bakteri. Bagian bening pada koloni bakteri

menunjukkan media agar lempeng tidak ditumbuhi bakteri. Setelah

dicocokan dengan tabel ternyata diameter zona hambat tersebut

tergolong Sensitif. Hal ini karena Escherichia coli tidak memiliki gen

pengkode resisten terhadap Azitromycin.

Berdasarkan pengukuran kelompok satu sampai lima, diameter

zona hambat antibiotik Metisilin (MET) pada bakteri Escherichia coli

memiliki rata-rata diameter zona hambat 5,89 dan tidak tampak

adanya zona bening pada koloni bakteri. Setelah dicocokan dengan

30

Page 31: Laporan Praktikum Mikrobiologi

tabel ternyata diameter zona hambat tersebut tergolong Resisten.

Artinya daerah di sekitar antibiotik Metisilin masih tetap ditumbuhi

bakteri yang resisten terhadap antibiotik metisilin (MET). Hal ini

karena Escherichia coli memiliki gen pengkode resisten terhadap

Metisilin.

VIII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa materi genetik diluar kromosom yang dapat bereplikasi secara

autonom, yang membawa sifat-sifat khusus bakteri?

Jawab

:

Materi genetik diluar kromosom yang dapat bereplikasi

secara autonom adalah plasmid. Plasmid membawa

sifat-sifat khusus bakteri yang dapat diturunkan.

2. Apa perbedaan sifat antara plasmid dan transposom?

Jawab

:

Plasmid merupakan elemen genetik yang dapat

bereplikasi secara bebas dari kromosom hospes,

mengandung gen yang mempunyai fungsi khusus

dan berbentuk sirkuler

Transposom merupakan elemen genetik yang dapat

berpindah-pindah dari satu tempet ke tempat lain

dalam genom, terdiri dari Transposom, Insersi

Sequens dan virus khusus.

3. Apa makna yang bisa saudara simpulkan mengenai terbentuknya

zona hambat (daerah bening di sekitar cakram antibiotik)?

Jawab

:

Zona hambat di sekitar bakteri yang berupa daerah

bening di sekitar cakram antibiotik artinya di sekitar

cakram antibiotik tidak ditumbuhi bakteri atau

pertumbuhan bakterinya dihambat.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

Bakteri Staphylococcus aureus resisten terhadap antibiotik

Amoxilin (AML) dan Meticilin (MET), intermediet terhadap

31

Page 32: Laporan Praktikum Mikrobiologi

antibiotik Chorampenicol (C) dan Tetracilin (TE) serta Seneitif

terhadap antibiotik Azitromycin (AZM).

Bakteri Escherichia coli resisten terhadap antibiotik Meticilin

(MET), intermediet terhadap antibiotik Amoxilin (AML),

Chorampenicol (C), dan Tetracilin (TE) serta Seneitif terhadap

antibiotik Azitromycin (AZM).

Ternyata setiap bakteri memliki ketahanan yang berbeda pada

lima jenis antibiotik yang diamati. Selain itu pada spesies bakteri

yang berbeda menunjukan ketahanan yang berbeda pula

walaupun diberi antibiotik yang sama.

X. DAFTAR PUSTAKA

Anonym (2010). Laporan Praktikum Uji Sensitifitas. From http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/06/laporan-praktikum-uji-sensitifitas.html , 07 Januari 2013.

Anonim. 2009. Kegiatan Belajar 1 Bakteri. http://www.edukasi.net/mo1/mofull.php? moid=86&fname=kb17. Diakses pada tanggal 07 Januari 2013.

32

Page 33: Laporan Praktikum Mikrobiologi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tercurah ke hadirat Allah SWT., karena berkat

rahmat dan ridhonya penyusun dapat menuliskan sebuah goresan kecil

yang akan selalu menjadi pengalaman berharga di kehidupan mendatang.

Sholawat dan salam terlimpah kepada baginda agung Nabi Muhammad

SAW sebagai sumber inspirasi penyusun dalam setiap langkah yang

penyusun jalani.

Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Mikrobiologi FKIP Biologi Universitas Galuh Ciamis.

Penyusun telah berusaha secara optimal dan mempersembahkan

yang terbaik namun bukan sesuatu yang sempurna. Itu semua karena

kedangkalan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penyusun miliki.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca,

penyusun harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak halangan dan

rintangan yang penyusun hadapi. Tetapi berkat kerja keras, keuletan,

motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Euis Erlin, Dra., M.Kes. selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi yang

telah memberikan tugas ini, semoga tugas ini menjadi bermanfaat

kedepanya.

2. Ruhana A., S.Pd selaku Asisten Dosen Mikrobiologi yang telah sangat

membantu dalam praktikum yang dilaksanakan dan dengan sabarnya

membimbing kami.

3. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya

untuk keberhasilan dalam segala hal.

33i

Page 34: Laporan Praktikum Mikrobiologi

4. Rekan-rekan FKIP Universitas Galuh Ciamis Program Studi Pendidikan

Biologi kelas 2C dan 2G atas kekompakannya dalam pelaksanaan

praktikum, sehingga dapat berjalan dengan lancar.

5. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang

telah membantu penyusun baik berupa moril maupun materil dalam

penyusunan laporan ini. Semoga dorongan, bimbingan, bantuan, dan

dukungan yang telah diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari

Allah SWT.

Terselip kata dan sedikit harapan semoga laporan ini dapat

bermanfaat untuk penyusun khususnya, pembaca pada umumnya, dan apa

yang telah kita lakukan mendapat balasan dan ridho serta berkah dari

Allah SWT.

Amiin.

Ciamis, Januari 2013

Penyusun

34ii

Page 35: Laporan Praktikum Mikrobiologi

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar.................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................. iii

Praktikum I : Pengamatan Morfologi Bakteri.................................... 1

Praktikum II : Pewarnaan Bakteri...................................................... 6

Praktikum III : Uji Kepekaan terhadap Antibiotik............................. 19

35iiI