laporan praktikum kimia organik klt

Upload: psb-diki

Post on 04-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT

    1/3

    PEMBAHASAN dan PERHITUNGAN

    Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah

    dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual atau

    menggunakan alat alat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas

    atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah diketahui

    konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap dengan suatu

    alat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan spectrometer

    UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat

    dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar

    pembanding

    Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis

    (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi

    analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara kromatografi kertas

    dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada

    KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira kira 10

    20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah

    pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam

    dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari

    adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarutatau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus

    OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya

    terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang

    digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta

    lebih terfokus dan tajam.

    Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan bukan slika gel tetapi justru selulosa yang

    dilapisi plat tipis (aluminuium). Dimana sifat adsorbens selulosa pada KLT mempunyai sifat

    sebagai penukar ion, sehingga keadaan ini akan berdampak pada penampakan noda yang

    nantinya akan diamati dalam KLT ini, dimana ion ion dalam sample dipertukarkan sehingga

    penentuan komponen yang terpisah akan sulit di tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu

    penyebab sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor

    penyebab lainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas

  • 7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT

    2/3

    adsorben, ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu,

    dan kualitas pelarut.

    Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan

    nilai Rf dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang

    dihasilkan dari migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan

    ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT), dimana jika nilai

    Rfnya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika

    nilai Rfnya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak

    munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang

    mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang

    tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen

    penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri

    senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya.

    Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa

    cara misalnya; planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing

    masing alat tersebut memeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang

    dan rumit karena dihubungkan dengan proses penggunaanya.

    Adapun rumus untuk mencari Rfadalah :

    Dari data pengamatan diatas didapatkan data sebagai berikut :

    Dik :

    A = 3 cmB = 5,7 cm

    C = 8,7 cm

  • 7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT

    3/3

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan diatas, maka dapat

    disimpulkan sebagai berikut yakni:o Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik pemisahan

    kromatografi planar dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi

    solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya).

    o Fase diamnya/ adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium) sebagai

    penunjang adsorbennya

    Nilai yang didapatkan adalah 0.99 cm.

    DAFTAR PUSTAKA

    Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga

    Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan

    Biopestisida.FMIPA. Semarang

    Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC

    Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari

    Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah

    dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara

    Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis

    Group, LLC.

    Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan.

    Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional