laporan praktikum kimia organik klt
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT
1/3
PEMBAHASAN dan PERHITUNGAN
Analisis kuantitatif dengan KLT ada dua macam. Yang pertama noda cuplikan setelah
dikembangkan diukur langsung luasnya atau kerapatannya (density). Secara manual atau
menggunakan alat alat yang disebut densitometer. Tehnik ini disebut evaluasi in one. Luas
atau kerapatan noda dibandingkan dengan kerapatan noda senyawa standar yang telah diketahui
konsentrasinya. Cara yang kedua, noda diambil dengan cara dikerok atau diisap dengan suatu
alat kemudian dilarutkan dalam suatu pelarut dan larutan terakhir diamati dengan spectrometer
UV vis atau ditimbang (gravimetric) setelah pelarut diuapkan. Cara gravimetric hanya dapat
dilakukan apabila jumlah cuplikan cukup besar. Cara ini tidak membutuhkan standar
pembanding
Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu plat tipis
(aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi
analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara kromatografi kertas
dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada
KK menggunakan kertas (lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira kira 10
20 menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah
pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam
dibandingkan noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari
adsorbens berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarutatau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus
OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan nodanya
terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang
digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda yang tercipta
lebih terfokus dan tajam.
Pada percobaan ini, adsorbens yang digunakan bukan slika gel tetapi justru selulosa yang
dilapisi plat tipis (aluminuium). Dimana sifat adsorbens selulosa pada KLT mempunyai sifat
sebagai penukar ion, sehingga keadaan ini akan berdampak pada penampakan noda yang
nantinya akan diamati dalam KLT ini, dimana ion ion dalam sample dipertukarkan sehingga
penentuan komponen yang terpisah akan sulit di tentukan. Hal inilah yang menjadi salah satu
penyebab sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor
penyebab lainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas
-
7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT
2/3
adsorben, ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, tehnik pengembangan (elusi), suhu,
dan kualitas pelarut.
Penentuan nilai Rf suatu standar analit pada KLT pada dasarnya sama dengan penentuan
nilai Rf dalam KK, dimana nilai Rf ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang
dihasilkan dari migrasi solvent/ pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Nilai Rf menyatakan
ukuran daya pisah suatu zat dengan kromatografi planar (KK mapun KLT), dimana jika nilai
Rfnya besar berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) maksimum sedangkan jika
nilai Rfnya kecil berarti daya pisah zat yang dilakukan solvent (eluenya) minimum. Tidak
munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor faktor yang
mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang
tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen
penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri
senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya.
Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa
cara misalnya; planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing
masing alat tersebut memeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang
dan rumit karena dihubungkan dengan proses penggunaanya.
Adapun rumus untuk mencari Rfadalah :
Dari data pengamatan diatas didapatkan data sebagai berikut :
Dik :
A = 3 cmB = 5,7 cm
C = 8,7 cm
-
7/30/2019 Laporan Praktikum Kimia Organik KLT
3/3
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan diatas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut yakni:o Tehnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tehnik pemisahan
kromatografi planar dimana zat zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi
solute/ zat terlarut antara dua fase (fase gerak dan fase diamnya).
o Fase diamnya/ adsorbensnya dilapisi dengan plat tipis (aluminium) sebagai
penunjang adsorbennya
Nilai yang didapatkan adalah 0.99 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga
Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan
Biopestisida.FMIPA. Semarang
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC
Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah
dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis
Group, LLC.
Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan.
Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional