laporan praktikum i

29
LAPORAN PRAKTIKUM I Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus OLEH KELOMPOK 1 1. Made Indah Kesuma Dewi P 07134011001 2. Ni Wayan Febi Suantari P 07134011009 3. A.A. Putu Sintya Darmayani P 07134011017 4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari P 07134011029

Upload: febi-suantari

Post on 02-Jan-2016

2.235 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

imumohematologi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum i

LAPORAN PRAKTIKUM I

Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus

OLEH

KELOMPOK 1

1. Made Indah Kesuma Dewi P 07134011001

2. Ni Wayan Febi Suantari P 07134011009

3. A.A. Putu Sintya Darmayani P 07134011017

4. Ni Luh Komang Ita Purnama Sari P 07134011029

5. I Putu Wijaya Pradharma P 07134011037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN

2013

Page 2: Laporan Praktikum i

Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus

Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 19 September 2013

Tempat Praktikum : Unit Transfusi Darah Pembina PMI Daerah Bali

RSUP Sanglah

I. Tujuan

I.1 Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan

Rhesus

I.2 Mahasiswa dapat mengetahui golongan darah ABO dan Rhesus pada

darah yang diperiksa

II. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Tube Test

III. Prinsip

Prinsip pemeriksaan golongan darah yaitu :

1. Cara langsung (Cell Grouping/Typing) yaitu menentukan antigen atau

aglutinogen seseorang dengan antisera yang telah diketahui

2. Cara tidak langsung (Serum Grouping/Typing) yaitu menentukan

antibody atau aglutinin seseorang dengan suspensi sel yang telah

diketahui

IV. Dasar Teori

A. Tinjauan Umum Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang

berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil

metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain

sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi

punya sistem transportasi dengan darah (Gustini, 2011).

Page 3: Laporan Praktikum i

Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena

berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya

untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat

mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian

(Gustini, 2011).

Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan

darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada

tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar

4 atau 5 liter (Gustini, 2011).

Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu (Gustini, 2011) :

1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi

5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu

6. Menjaga suhu temperatur tubuh

7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku

8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.

B. Tinjauan Golongan Darah ABO

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran

sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal

sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang

dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat

menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis,

gagal ginjal, syok, dan kematian. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner,

memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran

pada tahun 1930 untuk jasanya untuk jasanya menemukan cara

penggolongan darah ABO (Asri, 2010).

Page 4: Laporan Praktikum i

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan

jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut

(Asri, 2010) :

1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan

antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi

terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan

golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang

dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan

sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A

dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-

negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah

B-negatif atau O-negatif

3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan

antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A

maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat

menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan

disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-

positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi

memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang

dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada

orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal.

Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima

darah dari sesama O-negatif. Secara umum, golongan darah O adalah

yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara

seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen

A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah

AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini

adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.

Page 5: Laporan Praktikum i

Pewarisan golongan darah antara lain (Asri, 2010) :

1. Orang tua  O dan  O,  maka anak kemungkinan : O

2. Orang tua O dan  A, maka anak kemungkinan : O atau A

3. Orang tua O dan  B, maka anak kemungkinan : O atau B

4. Orang tua O dan  AB, maka anak kemungkinan : A atau B 

5. Orang tua A dan A, maka anak kemungkinan : O atau A

6. Orang tua A dan B, maka anak kemungkinan : O, A, B, atau AB

7. Orang tua A dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB

8. Orang tua B dan B, maka anak kemungkinan : O atau B

9. Orang tua B dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB

10. Orang tua AB dan AB, maka anak kemungkinan : A, B atau AB

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di

dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan

darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen

B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan

B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia

(Kalsum, 2011).

Pemahaman mengenai aglutinogen dan aglutinin inilah yang mendasari

teknik transfusi darah. Dalam transfusi darah, orang yang memberikan darah

disebut donor, sedangkan yang menerima disebut resipien. Transfusi (pindah

tuang darah) ini harus memperhatikan masalah aglutinin-aglutinogen, sebab

jika terjadi inkompatibilitas (ketidakkcocokan) golongan darah, maka akan

Page 6: Laporan Praktikum i

menyebabkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) darah, dan bisa

menyebabkan kematian sang resipien (Kalsum, 2011).

C. Tinjauan Golongan Darah Rhesus

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan

memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari

monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940

oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di

permukaan sel darah merahnya memilihi golongan darah Rh-. Mereka yang

memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki

golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini sering digabungkan dengan

penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum

dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan

ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.

Kecocokan faktor Rhesus sangat penting karena ketidakcocokan golongan

(misal : donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan

produksi antibodi terhadap antigen Rd(D) yang mengakibatkan hemolisis.

Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau dibawah usia

melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat kehamilan

(Asri, 2010).

Page 7: Laporan Praktikum i

 Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah

Rhesus juga didasarkan pada jenis aglutinogen Rhesus pada permukaan

eritrosit. Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem

Rhesus pada sel darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah

monyet Rhesus pada kelinci, ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau

diimunisasi tersebut, mengandung zat anti atau antibodi yang

mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada ±85%

orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan

Rhesus positif (Rh positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak

diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh

negatif) (Kalsum, 2011).

Berdasarkan pembagian ras manusia, ternyata Rhesus negatif lebih

banyak dijumpai pada orang (Kalsum, 2011) :

Eropa (bule) sekitar 15% Rh – dan 88% Rh +

Negro : 7-8% Rh – dan 90 – 93% Rh +

Asia : 99% Rhesus +  dan Rh – < 1%

Dalam sistem Rhesus tidak ada anti RH yang timbul secara alami. Bila

dalam tubuh seseorang ada zat anti, anti RH, pasti hal itu karena immunisasi.

Proses imunisasi memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah

penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah (Kalsum,

2011).

Dalam sistem Rhesus telah ditemukan beberapa macam antigen dan antigen

yang utama, yaitu antigen D. Antigen ini merupakan antigen yang kuat yang dapat

Page 8: Laporan Praktikum i

menyebabkan komplikasi, berupa reaksi transfusi hemolitik, yaitu reaksi

hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi menyebabkan penyakit Hemolytic

disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning atau bahkan bengkak di seluruh

tubuh atau mungkin lahir meninggal (Kalsum, 2011).

Golongan Rhesus + Rhesus -

Antigen Antigen Rhesus -

Antibodi - Anti Rhesus

             

Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi orang

Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada Rhesus +

saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan darah

ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki antigen (antigen

Rhesus) dan Rhesus -  sebagai resipien memiliki antibodi (anti Rhesus).

Inkompatibilitas ini akan menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen

Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien.

Nilai medis lain dari golongan Rhesus ini terutama dalam masalah

perkawinan. Jika seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus –,

maka anaknya berpeluang mengalami eritroblastosis fetalis (penyakit

kuning pada bayi). Kasus ini hanya terjadi pada tipe perkawinan pria Rhesus

+ dengan wanita Rhesus – (Kalsum, 2011).

V. Alat, Bahan, dan Reagen

A. Alat

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung

3. Sentrifuge

B. Bahan

1. Suspensi sel darah merah 5 %

2. Serum

3. Tissue

Page 9: Laporan Praktikum i

4. Label

C. Reagen

1. Tes Sera Anti-A

2. Tes Sera Anti-B

3. Tes Sel A 5 %

4. Tes Sel B 5 %

5. Tes Sel O 5 %

6. Tes Sera Anti-D

7. Bovine Albumin 22 %

VI. Langkah Kerja

1. Disiapkan 8 buah tabung reaksi pada sebuah rak

Beri label tabung 1 : -A

Beri label tabung 2 : -B

Beri label tabung 3 : EA

Beri label tabung 4 : EB

Beri label tabung 5 : EO

Beri label tabung 6 : AC

Beri label tabung 7 : -D

Beri label tabung 8 : B.Alb

2. Masing-masing tabung diisi dengan :

Tabung 1 = 2 tetes sera anti A

Tabung 2 = 2 tetes sera anti B

Tabung 3 = 1 tetes tes sel A 5%

Tabung 4 = 1 tetes tes sel B 5%

Tabung 5 = 1 tetes tes sel O 5 %

Tabung 6 = 1 tetes suspensi sel os/donor 5 %

Tabung 7 = 2 tetes anti -D

Tabung 8 = 2 tetes Bovine Albumin

Page 10: Laporan Praktikum i

3. Masing-masing satu tetes suspensi sel darah merah pasien 5 %

diteteskan pada tabung 1,2,6,7,dan 8

4. Dua tetes serum pasien diteteskan masing masing pada tabung 3,4,5,dan

6

5. Diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit

6. Hasil pengamatan dibaca dan diamati aglutinasinya

VII. Hasil Pengamatan

1. Gambar Reagensia yang Digunakan

Keterangan :

1. Tes sera anti-A dan tes sera anti-B

Batch no : 11/07/2013

Exp. Date : Juni 2014

Disimpan pada suhu 20 - 80C

2. Tes sel A 5%, tes sel B 5%, dan tes sel O 5%

3. Tes sera anti-D

Batch no : DM 08/06/2013

Exp. Date : Junii 2014

Disimpan pada suhu 20 - 80C

4. Bovine Albumin 22%

Batch no : 06/06/2013

1 23 4

Page 11: Laporan Praktikum i

Exp. Date : Juni 2014

Disimpan pada suhu 20 - 80 C

2. Gambar Sampel

Keterangan :

a. Suspensi sel pasien 5% no. 21

b. Serum pasien Ery D

3. Gambar Hasil Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus

a b

Page 12: Laporan Praktikum i

4. Tabel Hasil Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus

Anti-A Anti-B Tes Sel

A 5%

Tes Sel

B 5%

Tes Sel

O 5%

Kontrol Anti-D Bovine

Albumin 22%

+

(+4)

- - +

(+4)

- - +

(+4)

-

Interpretasi hasil :

Sampel no. 21 yang diperiksa termasuk golongan darah A, Rhesus positif

VIII. Pembahasan

Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan

mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk

diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta

identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada

beberapa kasus kriminal. Kesesuaian golongan darah sangatlah penting

dalam transfusi darah. Jika darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang

dianggap asing oleh resipien, protein spesifik yang disebut antibodi yang

diproduksi oleh resipien akan mengikatkan diri pada molekul asing tersebut

sehingga menyebabkan sel-sel darah yang disumbangkan menggumpal.

Penggumpalan ini dapat membunuh resipien.

Page 13: Laporan Praktikum i

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran

sel darah merah. Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah

merah dengan antigen A di permukaan membran sel dan menghasilkan

antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu dengan

golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya

dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan

antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A atau

B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah

tanpa antigen, tetapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Proses penentuan golongan

darah pada manusia yaitu berdasarkan aglutinogen dan aglutinin.

Aglutinogen adalah antigen-antigen dalam eritrosit yang membuat sel peka

terhadap aglutinasi (penggumpalan darah). Aglutinin adalah substansi yang

menyebabkan aglutinasi sel, misalnya antibodi.

Penentuan golongan darah ABO ditetapkan berdasarkan ada tidaknya

antigen A dan atau B pada eritrosit. Ukuran berat molekul antigen tersebut

besar sehingga bersifat imunogenik yang dapat menimbulkan respons imun

apabila dipindahkan kepada orang lain dengan golongan darah yang

berbeda, dan disebut antigen karena dapat berikatan dengan antibodinya.

Sistem golongan darah yang memperhatikan faktor Rh berarti darah

seseorang dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh dalam

eritrositnya. Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah

antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan

adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D).

Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak

memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-),

sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki

darah dengan Rh positif (Rh+).

Page 14: Laporan Praktikum i

Jadi, berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah

manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu :

Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan

dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu

dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).

Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang

ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat

dilakukan tes dengan anti-Rh (antibodi Rh).

Dalam praktikum ini dilakukan penentuan golongan darah sistem

ABO dan Rhesus menggunakan metode tube test. Prinsip pemeriksaan

golongan darah ini adalah reaksi antara antigen dengan antibodi. Reaksi

yang sesuai akan menghasilkan aglutinasi. Misalnya : Antigen A + Antibodi

A akan menghasilkan aglutinasi. Antigen A + Antibodi B tidak akan

menghasilkan aglutinasi. Metode tube test ini memiliki beberapa kelebihan

dan kekurangan. Kelebihannya adalah :

1. Inkubasi yang lama tidak mengurangi volume atau isi tabung

2. Lebih sensitif

Kekurangannya adalah :

1. Waktunya lebih lama

2. Lebih mahal

 Dalam praktikum ini dilakukan dengan dua metode yaitu cell

grouping dan serum grouping.

1. Cell grouping / cell typing

Menentukan antigen atau aglutinogen seseorang dengan antisera yang

telah diketahui yaitu anti-A, anti-B, dan anti-AB untuk antibodi

poliklonal dan anti-A, anti-B untuk antibodi monoclonal.

2. Serum grouping / serum typing

Menentukan antibodi atau agglutinin dalam serum dengan cara

mereaksikannya dengan suspensi sel yang telah diketahui yaitu suspensi

sel A, B dan O.

Disiapkan 8 tabung dan diberi label sesuai dengan reagen yang akan

diteteskan. Masing-masing reagen, suspensi sel darah merah, dan serum

Page 15: Laporan Praktikum i

dikondisikan dengan suhu ruang agar stabil dan dihomogenkan agar semua

komponen tercampur merata.

Tabung 1 : 2 tetes Tes Sera Anti-A +1 suspensi sel darah merah 5%

Tabung 2 : 2 tetes Tes Sera Anti-B +1 suspensi sel darah merah 5%

Tabung 3 : 1 tetes test sel A 5% + 2 tetes serum

Tabung 4 : 1 tetes test sel B 5% + 2 tetes serum

Tabung 5 : 1 tetes test sel O 5% + 2 tetes serum

Tabung 6 : 1 tetes suspense sel darah merah 5% + 2 tetes serum

Tabung 7 : 2 tetes anti-D + 1 tetes suspensi sel darah merah 5%

Tabung 8 : 2 tetes Bovine Albumin 22 % + suspensi sel darah merah 5%

Setelah dilakukan penetesan, lalu dihomogenkan dan disentrifugasi

dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Tujuan dari sentrifugasi ini

adalah untuk mempercepat terbentuknya aglutinasi. Aglutinasi yang

terbentuk dibaca dengan cara mengamati cairan di sekitarnya apakah jernih

atau berwarna merah kemudian baru dibaca tingkat aglutinasinya. Aglutinasi

diamati dengan menggoyang-goyangkan tabung sampai aglutinasi terlepas

dari dinding tabung. Derajat aglutinasi antara lain :

+4 : gumpalan besar dengan cairan jernih disekitarnya

+3: sebagian sel bergumpal besar dengan cairan jernih disekitarnya

+2 : gumpalan agak besar, dengan cairan agak merah disekitarnya

+1 : gumpalan kecil, dengan cairan merah disekitarnya

± (+w) : gumpalan tidak terlihat jelas, harus dengan bantuan mikroskop

Lisis: suspensi sel darah berwarna merah jernih

-/o(negatif) : tersuspensi/homogen

Untuk menentukan golongan darah pedomannya sebagai berikut:

Golongan Aglutinogen (antigen)

pada eritrosit

Aglutinin (antibodi)

pada plasma darah

A

B

AB

A

B

A dan B

b

a

-

Page 16: Laporan Praktikum i

O - a dan b

Pedoman:

Jika aglutinin a (Anti-A) + aglutinogen A maka akan terjadi aglutinasi

(penggumpalan)

Jika aglutinin b (Anti-B) + aglutinogen B maka akan terjadi aglutinasi

(penggumpalan)

Jika Anti-D (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus maka akan terjadi

aglutinasi (penggumpalan)

Dengan mengamati pedoman diatas, jika hasil yang diamati dalam

praktikum adalah :

1. Darah + anti Rhesus = aglutinasi berarti terdapat antigen Rhesus

2. Darah + aglutinin a (Anti-A) = aglutinasi berarti terdapat aglutinogen A

3. Darah + aglutinin b (Anti-B) = aglutinasi berarti terdapat aglutinogen B

4. Serum + tes sel A = aglutinasi berarti terdapat Anti-A

5. Serum + tes sel B = aglutinasi berarti terdapat Anti-B

Darah akan menggumpal jika kita tetesi dengan antibodi yang spesifik

terhadap aglutinogen (antigen) yang terdapat dalam darah tersebut. Misalnya,

anti serum B diteteskan pada darah yang mengandung antigen B, maka akan

terjadi penggumpalan. Hal ini terjadi karena antigen B dianggap sebagai

molekul asing oleh antibodi (antiserum B) sehingga antibodi ini akan

mengikatkan diri pada molekul asing tersebut yang menyebabkan sel-sel

darah menggumpal. Fungsi dari anti serum A dan anti serum B adalah untuk

mengetahui apakah darah akan menggumpal atau tidak, ketika bertemu

dengan anti serum A dan anti serum B atau bisa dikatakan untuk mencari

aglutinogen (zat yang digumpalkan).

Dalam praktikum ini dari sampel suspensi sel 5% no. 21 yang diperiksa,

memberikan hasil sebagai berikut :

1. Suspensi sel pasien 5% + anti Rhesus terjadi aglutinasi berarti terdapat

antigen Rhesus golongan darah Rh+

Page 17: Laporan Praktikum i

2. Suspensi sel pasien 5% + aglutinin a (Anti-A) terjadi aglutinasi berarti

terdapat aglutinogen A golongan darah A

3. Suspensi sel pasien 5% + aglutinin b (Anti-B) tidak terjadi aglutinasi

berarti tidak terdapat aglutinogen B bukan golongan darah B

4. Serum + tes sel A 5% tidak terjadi aglutinasi berarti tidak terdapat Anti-

A bukan golongan darah B

5. Serum + tes sel B 5% terjadi aglutinasi berarti terdapat Anti-B

golongan darah A

Tes sel O 5% (tabung 5) dan tabung 6 tidak terjadi aglutinasi. Tabung 6

harus memberikan reaksi negatif karena ini merupakan autocontrol. Dimana

pada tabung 6 ini memeriksa antibodi dalam serum dengan cara

mereaksikannya dengan suspensi sel darah merah pasien itu sendiri. Begitu

pula dengan Bovine Albumin 22% merupakan auto control untuk Rhesus

sehingga harus negatif pula.

Kemudian dicocokkan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:

Bila terjadi aglutinasi pada anti A dan tes sel B maka golongan darah

pasien adalah A

Bila terjadi aglutinasi pada anti B dan tes sel A maka golongan darah

pasien adalah B

Bila terjadi aglutinasi pada Anti-A dan Anti-B dan tidak terjadi aglutinasi

pada Tes Sel-A dan Tes Sel-B maka golongan darah pasien adalah AB

Bila tidak terjadi aglutinasi pada Anti-A,Anti-B dan terjadi aglutinasi pada

tes sel A, tes sel , maka golongan darah pasien adalah O

Tes sel O dan auto control harus negatif

Bila terjadi aglutinasi pada tes sel O, diduga sampel adalah golongan darah

Bombay, atau ada antibodi lain? Pemeriksaan dilanjutkan

Page 18: Laporan Praktikum i

Bila terjadi aglutinasi pada Anti-D,maka golongan darah sampel yang

diperiksa adalah Rhesus positif (D+)

Bila tidak terjadi aglutinasi pada anti-D,maka golongan darah sampel yang

diperiksa adalah Rhesus negatif (Rh Negatif)

Dengan demikian sampel suspensi sel 5% no. 21 yang diperiksa

diperoleh derajat aglutinasi positif 4 (4+) dengan cairan jernih di sekitarnya

pada anti A dan tes sel B 5% maka golongan darah pasien adalah A dengan

Rhesus positif.

IX. Kesimpulan

1. Dalam pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus ini digunakan

metode tube test dengan dua pemeriksaan yaitu cell grouping dan serum

grouping.

2. Dari hasil pemeriksaan terhadap sampel suspensi sel 5% no. 21 dengan

serum Ery D (X,X, 19 September 2013) diperoleh golongan darah A dan

Rhesus positif dengan derajat aglutinasi +4.

X. Daftar Pustaka

Asri. 2010. Tinjauan Pustaka Golongan Darah. Diakses dari :

http://asriepdbgt.blogspot.com/2010/11/golongan-darah.html. Diakses

pada : Senin, 23 September 2013

Gustini, Yulisa. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah ABO. Diakses dari :

http://yulisa-gustini.blogspot.com/2011/11/v-

behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada : Senin, 23 September

2013

Kalsum, Pertiwi. 2011. Transfusi Darah. Diakses dari : http://pratiwi-

kalsum.blogspot.com/2011/06/materi-transfusi-darah.html. Diakses

pada : Senin, 23 September 2013

Page 19: Laporan Praktikum i

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 23 September 2013

Mahasiswa

1. Made Indah Kesuma Dewi ( )

2. Ni Wayan Febi Suantari ( )

3. A.A. Putu Sintya Darmayani ( )

4. Ni Luh Komang Ita Purnamasari ( )

5. I Putu Wijaya Pradharma ( )

Pembimbing I Pembimbing II

(dr. Tjok. Gede Oka, MS., Sp.PK) (dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK)

Page 20: Laporan Praktikum i

Pembimbing III Pembimbing IV

(I Gede Putu Sudana) (Ni Made Darmaasih )

Pembimbing V Pembimbing VI

(Gusti Ayu Ngurah Wardhani) (Luh Putu Rinawati, A.Md.AK)