laporan pkl

71
Laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) ROSMIATI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAPUA

Upload: novalina-berliana-sibarani

Post on 14-Jul-2016

78 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan pkl AMIU

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pkl

Laporan

Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

ROSMIATI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAPUA

MANOKWARI

2016

Page 2: Laporan Pkl

LaporanPraktek Kerja Lapangan ( PKL )

ROSMIATI

Disampaikan untuk memenuhi salah satu syarat dalam pelaksanaan program Praktek Kerja Lapangan

Tahun Akademik 2016/2017

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAPUAMANOKWARI

2016

Page 3: Laporan Pkl

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Nama : RosmiatiNIM : 201339003Jurusan : KIMIAProgram Studi : KIMIA

Disetujui,Pembimbing Lapangan

Rosmawati,NIP:

Mengetahui,Kepala Dinas Kesehatan

BbbbbbNIP

Page 4: Laporan Pkl

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :Nama :NIM :Jurusan :Program Studi :

Disetujui,Pembimbing

Evelina Somar, S.si, M.si

Diketahui,Ketua Program Studi Kimia

Evelina Somar,S.si,M.si

Tanggal Pengesahan :

Page 5: Laporan Pkl

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah Rahmat dan

Hidayah-Nya dan segalah kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Manokwari serta

dapat menyelesaikan Laporan dengan judul Uji Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi pada

Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Manokwari. Laporan Praktek Kerja Lapangan

( PKL ) dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana

( S.si ) di Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Papua.

Penulis juga ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan ini kepada:

1. Bapak Frans Selaku kepala Dinas Kesehatan Manokwari

2. Bapak Nasir, S.sos selaku petugas sampling

3. Ibu Rosmawati yang telah memberikan banyak pengetahuan, dan dengan

sabar membimbing dan memberikan pengarahan selama pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan.

4. Ibu Nita yang telah memberikan berbagai masukan kepada penulis serta

pengetahuan selama Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

5. Ibu Evelina Somar, S.si, M.si, Selaku Koordinator PKL dan Pembimbing

penulis yang telah memberikan berbagai masukan dan pengarahan dalam

penyusunan Laporan Kerja Lapangan.

6. Bapak Jcson V Morin ,S.si,M.si selaku Wali studi penulis yang telah

memberikan dorongan dan masukan kepada penulis.

7. Kedua Orangtuaku atas semua Doa, dukungan, perhatian, dan

pengorbanan yang telah diberikan buat penulis. Semoga Segalah

Perjuangan ini menjadi kebanggaan bagi Keluarga. Serta Adiku Tercinta

atas doa dan dukungannya.

Page 6: Laporan Pkl

8. Teman-teman Praktek Kerja Lapangan ( angakatan 2013 ) Nur Aliah,

Sahaty dan Suparman atas kebersamaan dan perjuangannya selama

Praktek.

9. Serta Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

Laporan Praktek Kerja Lapangan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran serta masukan yang membangun sangat

diperlukan penulis demi kesempurnaan Laporan Kerja Lapangan ini. Untuk itu,

Penulis Mengucapkan Terimah Kasih. Semoga laporan ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Amin

Manokwari, Februari 2016

Penulis

Page 7: Laporan Pkl

II PENDAHULUAN

II.1. Latar Belakang

Air sebagai salah satu kebutuhan utama untuk menunjang kehidupan manusia

memiliki resiko berupa adanya penyakit bawaan air seperti Diare, Hepatitis, Polio,

dan typus. Data dari WHO ( 1998 ) menyebutkan bahwa separuh dari populasi dunia

mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekurangan air dan air terkontaminasi

yang beresiko pada timbulnya penyakit bawaan air seperti diare yang banyak

mengakibatkan kematian. Pada tahun 1995 diare mengakibatkan lebih dari tiga ribu

kematian dimana 80 persen terjadi pada anak-anak berusia dibawah lima tahun. Oleh

karena itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan

penyediaan air bersih/minum harus memperhatikan pencegahan terhadap penyakit

bawaan air ( Slamet, 1996 ).

Konsumsi air minum isi ulang di indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini

mengalami peningkatan. Kondisi ini ditunjang oleh semakin buruknya kondisi air

tanah di beberapa kota besar di Indonesia, pola hidup masyarakat Indonesia yang

serba instan dan keberadaan air isi ulang mudah dijangkauh dan harganya relative

murah. Sehingga tingkat ketergantungan masyarakat pada air isi ulang semakin

tinggi sebab hal ini telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Pada tahun

2013 konsumsi Air Minum Isi Ulang di Indonesia mencapai angka 15,3 miliar liter

dimana angka ini lebih besar dari tahun 2012 yang mencapai angka 13,8 miliar liter

(Anonim,2013).

Pada tahun 2005 Depot Air Minum (DAM) berkembang sangat pesat dari

400 unit menjadi ± 6000 unit DAM. Usaha tersebut tersebar di seluruh wilayah

Indonesia, bahkan menjangkau daerah terpencil khususnya di wilayah padat

penduduk yang sulit memperoleh air bersih. Potensi berbagai wilayah di Indonesia

untuk mengembangkan upaya DAM bervariasi meliputi wilayah: Jawa Timur

(35%), Jawa Barat (27%), DKI Jakarta (13%), Jawa Tengah (9%), Sumatera (5%),

Bali dan NTB (5%), Kalimantan (3%), lain-lain termasuk Papua (3%). Data

Page 8: Laporan Pkl

tersebut di atas memperlihatkan bahwa perkembangan DAM sangat pesat,

lebih dari 100% setiap tahun.( Astri,2007 ).

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik ( BPS ) Manokwari pada tahun 2011

jumlah Depot air Minum di Kabupaten Manokwari mencapai 31 unit, dan pada tahun

2012 jumlahnya meningkat menjadi 33 unit. Diperkirakan peningkatan ini akan terjadi

di tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu perlukan pengawasan yang ketat dari Dinas

Kesehatan daerah guna mengurangi penyakit yang disebabkan oleh air, seperti apa

yang telah disampaiakan oleh WHO. Dan didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan air

minum. Pada Pasal 3 berbunyi: Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi

persyaratan fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter

wajib dan parameter tambahan. Pasal 4 dikatakan bahwa Pengawasan kualitas air

minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten dan Kota.

2.2. Rumusan Masalah

Konsumsi Air Minum Isi ulang di kabupaten Manokwari mengalami

peningkatan setiap tahunnya, hal ini menandakan tingginya ketergantungan

masyarakat terhadap air isi ulang tersebut. Namun bagaimana dengan kualitas Air

yang dihasilkan oleh Depot Air Minum di Kabupaten Manokwari, apakah telah

memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan RI. Oleh sebab itu,

perlu diadakan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Manokwari.

2.3. Tujuan Penelitian

Untuk menguji kualitas Air minum dari aspek Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi.

2.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari laporan ini kiranya dapat menjadi informasi mengenai kualitas

air minum isi ulang di Kabupaten Manokwari dan dapat digunakan sebagai data awal

untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai kualitas Air Minum dalam

Kemasan di Kabupaten Manokwari.

Page 9: Laporan Pkl

II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907 /Menkes/SK/VII/2002, air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum meliputi :

1. Air yang didistribusikan melalui untuk keperluan rumah tangga

2. Air yang didistribusikan melalui tangki air

3. Air Kemasan

4. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang

disajiakan kepada masyarakat

Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti

diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air

dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang

bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan

aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik,

kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).

Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak

berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman

patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia

yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat

merugikan secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air

masyarakat harus dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat.

3.3.1 Pengertian Badan Air

Penilaian kualitas suatu badan air harus mencakup ketiga komponen tersebut,

yaitu :

A. Air Permukaan

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Air

permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain,

Page 10: Laporan Pkl

yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Sekitar 69% air yang masuk ke

sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah.

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-

bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya besifat asam,

dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas

yang terdapat di atmosfer. Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami

kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air

tergenang dan badan air mengalir.

a.Perairan Tergenang

Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, dan sebagainya. Perairan

tergenang, khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal

akibat perbedaan intensitas cahya dan perbedaan suhu pada kolom air yang

terjadi secara vertikal. Arus air danau dapat bergerak ke berbagai arah.

b.Perairan Mengalir

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus

yang searah relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik.

B. Air Tanah

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah.

Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisarantara 10-10 – 10 -3

m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan

pengisian kembali air. Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air

permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat

lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang lama

tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran.

Air tanah yang berasal dari lapisan deposit pasir memiliki kandungan

karbondioksida tinggi dan kandungan bahan terlarut rendah. Air tanah yang berasal

dar lapisan deposit kapur juga memiliki kadar karbondioksida yang rendah, namun

memiliki nilai TDS yang tinggi.

Page 11: Laporan Pkl

Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi. Jika air tanah

mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri

hidroksida [Fe(OH)3 ] yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi

ion ferro, dan segera mengalami presipitasi serta membentuk warna kemerahan pada

air. Oleh karena itu, sebelum digunakan untuk nernagai kebutuhan, sebaiknya air

tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk

mengendapkan besi (Effendi,H.2003 ).

3.3.2. Sumber Air Minum

Notoatmodjo ( 2003 ) sumber-sumber air yang dapat diolah menjadi air

minum yaitu:

1. Air Hujan

Air Hujan merupakan penyubliman awan/uapa air menjadi air murni. Air

tersebut cenderung mengalami pencemaran disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme dan gas. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum

hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai

turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang jatuh

ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh

tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi

dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan

pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

3.Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian

mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi

secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam

perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni

dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan

Page 12: Laporan Pkl

karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa

air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

4.Mata Air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena

berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga

belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan

daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

3.1.3. Sumber Pencemaran Air

Sumber pencemaran ( polutan ) dapat berupa suatu lokasi tertentu ( point

source ) atau tak tertentu/ tersebar ( non – point / diffuse source). Sumber pencemar

point source misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik , dan saluran limbah

industri. Sumber pencemar non – point source dapat berupa point source dalam

jumlah yang banyak. Misalnya ; limbahan dari daerah pertanian yang mengandung

pestisida dan pupuk, limbahan dari daerah pemukiman ( domestik ) dan limbahan dari

daerah perkotaan. Polutan yang dihasilkan pun ada yang bersifat toksik dan tak toksik.

Mason ( 1993 ) mengelompokan pencemar toksik menjadi lima, sebagai

berikut :

a. Logam ( metals), meliputi :lead ( timbale ), nikel, cadmium, zinc, copper,

dan merkuri. Logam berat diartikan sebagai logam dengan nomor atom 20,

tidak termasuk logam alkali, alkali tanah, lantanida, dan aktinida.

b. Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, hebisida, PCB,

hidrokarbon alifatik berklor, pelarut ( solvent ), surfaktan rantai lurus,

hidrokarbon petroleum, aromatic polinuklir, dibenzodioksin berklor,

senyawa organometalik, fenol, dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari

kegiatan industri, pertanian, dan domestil

c. Gas misalnya klorin dan ammonia

d. Anion, misalnya sianida, flousida, sulfide, dan sulfat.

e. Asam dan alkali ( Effendi, 2003 ).

Page 13: Laporan Pkl

3.1.4. Syarat Kualitas Air Minum

a. Kualitas Fisik

Air untuk minum sebaiknya air yang tldak berwarna. tidak berasa, tidak

berbau, jernih denqan suhu di bawah suhu udara. Jika salah satu syarat fisik tersebut

tidak terpenuhi, maka ada kemungkinan air tersebut tidak sehat, namun jika syarat-

syarat tersebut terpenuhi, belum tentu air tersebut baik untuk diminum, karena

masih ada kemungkinan terdapat bibit penyakit atau zat yang membahayakan

kesehatan.

a) Suhu. Temperatur akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air

tersebut dan dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya

terutama apabila temperaturnya sangat tinggi

b) Bau dan Rasa. Terjadi secara bersamaan dan disebabkan oleh adanya bahan-

bahan organic yang membusuk. Bahan- bahan yang menyebabkan baud an

rasa ini berasal dari berbagai sumber.

c) Kekeruhan. Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu

banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna /rupa

yang berlumpur dan kotor. Bahan- bahan yang menyebabkan kekeruhan ini

meliputi tanah liat, lumpur, dan bahan-bahan organic yang tersebar.

d) Warna. Warna pada air dapat disebabkan oleh materi teruspensi dan materi

organic terlarut.

e) Zat Padat Terlarut ( TDS ). Partikel zat terlarut biasanya terdiri dari ion

senyawa organic maupun anorganik. Senyawa organic didalam air berasal dari

dekomposisi alami tumbuhan dan hewan, air buangan industry, air buangan

domestic dan pertanian ( Montgomery, 1985 )

b. Syarat kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh

zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, Antara lain Air Raksa ( Hg ),

Aluminium ( Al ), Arsen ( As ), Besi ( Fe ), Flourida ( F ), Ph, dan zat kimia lainnya.

Diharapkan zat ataupun bahan kimia yang terkandung dalam air minum tidak

sampai merusak bahan tempat penyirnpanan air, namun zat ataupun bahan kimia dan

Page 14: Laporan Pkl

atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar

yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut.

c. Syarat Mikrobiologi

Sumber-sumber air di alam pada umunya mengandung bakteri, baik air, angkasa,

air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bekteri berbeda sesuai dengan

kondisi dan tempat dan kondisi yang mempengaruhi. Penyakit yang ditransmisikan

melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa. Oleh

karena itu air yang digunakan untuk keprluan sehari-hari harus bebas dari bakteri

pathogen. Bakteri golongan coli ( Coliform bakteri ) merupakan indicator dari

pencemaran air oleh bakteri pathogen ( Soemirat, 2000 ). Air tidak boleh mengandung

Coliform. Air yang mengandung golongan coli dianggap telah terkontaminasi dengan

kotoran manusia ( Sutrisno, 2004 ). Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan

kandungan bakterinya menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No 1/PO.03.04.PA.91 dan

SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan kedalam 5

kategori sebagai berikut:

a. Air bersih kelas A ketegori baik mengadung total Coliform kurang dari 50

b. Air bersih Kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100

c. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000

d. Air bersih kategori kelas D mengandung Coliform 1001-2400

e. Air besih kategori kelas E sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas

dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi

persyaratan kuantitas apabila airtersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga baik

sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.

Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah sebagai

berikut :

Page 15: Laporan Pkl

Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan1. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatana. Mikrobiologi E. colli MPN/100mL 0Total Coliform MPN/100mL 0b. Kimia Anorganik Arsen mg/L 0,01Fluorida mg/L 1,5Total Kromium mg/L 0,05Kadmium mg/L 0,003Nitrit, mg/L 3 Nitrat mg/L 50Sianida mg/L 0,07Selenium mg/L 0,012. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatana. Parameter Fisik Bau TCU Tidak berbauWarna TCU 15Total zat padat terlarut Mg/l 500Kekeruhan NTU 5Rasa Tidak berasaSuhu ˚C Suhu udara ± 30b.Parameter Kimia Aluminium mg/L 0.2Besi mg/L 0.3Kesadahan mg/L 500Klorida mg/L 250Mangan mg/L 0.4PH mg/L 6.5-8.5Seng mg/L 3Sulfat mg/L 250Tembaga mg/L 2Amonia mg/L 1.5

Page 16: Laporan Pkl

3.2. Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air

baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses pengolahan

air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan

desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan

tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk

mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh

mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya (Athena, 2004).

Persyaratan tersebut diuraikan dalam Pasal 2 Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot

Air Minum Isi Ulang sebagaimana berikut:

a. Depot Air Minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan

Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dengan nilai investasi

perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Depot Air Minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari

PDAM atau perusahaan yang memiliki Izin Pengambilan Air dari

Instansi yang berwenang

c. Depot Air Minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum

yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air

yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi

Pengaturan mengenai wadah air minum isi ulang juga dicantumkan

pada Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan

Teknis Depot Air Minum Isi Ulang. Hal-hal yang diatur di Pasal ini

mengenai:

d. Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara

langsung kepada konsumen dilokasi Depot dengan cara mengisi wadah

yang dibawa oleh konsumen atau disediakan Depot.

Page 17: Laporan Pkl

e. Depot air minum dilarang memliki stock produk air minum dalam

wadah yang siap dijual

f. Depot Air Minum hanya diperbolehkan menyediakan wadah tidak

bermerek atau wadah polos.

g. Depot Air Minum harus melakukan pembilasan dan atau pencucian

dan atau sanitasi wadah dan dilakukan dengan cara yang benar.

h. Tutup wadah yang disediakan oleh Depot Air Minum harus

polos/tidak bermerek.

3.2.1. Peralatan Depot Air Minum

Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada

depot air minum isi ulang adalah :

1. Storage Tank

Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung

air sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari tempat storage

tank ke dalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk

menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau

jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan

efisien.Tabung yang

c. ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon

filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor dan

bahan organic.

Page 18: Laporan Pkl

4. Micro Filter

Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk

menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4

mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi

ulang.

6. Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet atau ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air

yang telah diolah.

7. Galon

Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau

menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan

menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

Namun penggunaan Galon harus diperhatikan oleh pihak DAM, The Society of Plastic

Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembaga-lembaga

pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for

Standardization) telah menetapkan beberapa tanda pengenalan plastik

Page 19: Laporan Pkl

3.2.3. Proses Desinfeksi Pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di

dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu

1. Ultraviolet

Radiasi sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang

gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400 nm, dapat membunuh

bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultra violet dengan panjang

gelombang 254 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat

merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang bisa

menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri.

Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas tinggi,

sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus diperhatikan

adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup. Untuk sanitasi air yang

efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik per cm2. Radiasi sinar

ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila intensitas dan waktunya cukup.

Namun, agar efektif lampu UV harus dibersihkan secara teratur dan harus diganti

paling lama satu tahun. Air yang akan disinari dengan UV harus telah melalui filter

Page 20: Laporan Pkl

halus dan karbon aktif untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan

Fe atau Mn (jika konsentrasinya cukup tinggi).

2. Ozonisasi

Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen,

termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan

akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak

ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif

disamping sangat aman.

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh

bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu

dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam

air dapat dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm,

sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm. Ozon bersifat

bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi

senyawa yang sederhana.

Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak

meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan sistim ozonisasi, kualitas air dapat

bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang

tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja

sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan

bakteri dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008 ).

3.2.4. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau

menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap

air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan

pembagian air minum. Hygiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006):

1. Lokasi.

a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari

pencemaran lingkungan.

Page 21: Laporan Pkl

b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan

kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan

berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat

menimbulkan pencemaran terhadap air.

2. Bangunan

a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah

pemeliharaannya.

b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :

a. Ruangan proses pengolahan.

b. Ruangan tempat penyimpanan

c. Ruangan tempat pembagian/penyediaan.

d. Ruang tunggu pengunjung

c. Lantai Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut

a. Bahan kedap air.

b. Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan

mudah dibersihkan.

c. Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan.

d. Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

d. Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Bahan kedap air.

b. Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah

dibersihkan.

c. Warna dinding terang dan cerah.

d. Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari

pakaian tergantung.

e. Atas dan Langit-Langit

e. Atap bangunan harus halus,menutup sempurna dan tahan terhadap

air dan tidak bocor.

Page 22: Laporan Pkl

a. Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

b. Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap

debu.

c. Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

d. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.

f. Pintu

e. Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

f. Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihka.

g. Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.

f. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan

minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

g. Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat

menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

a. Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.

b. Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum.

c. Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan

3. Akses Terhadap Sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi

sebagai berikut :

a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran

limbah

b. Fasilitas sanitasi (jaman dan peturasan).

c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan

d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap

pengisian air.

4. Sarana Pengolahan Air Minum

Page 23: Laporan Pkl

Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus

menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade)

seperti :

a. Pipa pengisian air baku.

b. Tandon air baku.

c. Pompa penghisap dan penyedot.

d. Filter.

e. Mikro filter.

f. Kran pengisian air minum curah.

g. Kran pencucian/pembilasan botol.

h. Kran penghubung (hose).

i. Peralatan sterilisasi.

Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat

larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat sterilisasi masih

dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

5. Air baku

a. Air Baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990

tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu

sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat

menghasilkan air minum.

c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan

sampel secara periodik.

6. Air Minum

a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Keputusan Menteri

Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.

Page 24: Laporan Pkl

b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali

pengisian air baku.

c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel

secara periodik.

3.3. Pengertian Air Minum Isi Ulang

Industri Air Minum lsi Ulang (AMIU) merupakan suatu kegiatan proses

pengolahan air menjadi air siap minum denqan menggunakan peralatan tertentu

(penyinaran dengan ultraviolet) yang dilakukan oleh suatu produsen. dimana

konsumen dapat melihat langsung proses tersebut, dan langsung membeli di tempat

di mana air tersebut diolah.

3.2.1. Syarat Kualitas Air Minum Isi Ulang

Pengaturan mengenai Air Minum Isi Ulang (AMIU) diatur dalam

Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomor

651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Isi Ulang. Pada

Pasal 1 diuraikan definisi Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan

proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada

konsumen. Persyaratan Kualitas air yang dihasilkan pun sama dengan kualitas Air

Minum yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI Nomor :

492/Menkes/Per/IV/2010. Adapun persyaratan untuk memperoleh Surat Laik Sehat

adalah sebagaimana berikut:

a) Mengisi formulir, dilampiri foto copy KTP, Keterangan Domisili Usaha

b) Kualitas air minum memenuhi syarat mikrobiologi, fisika dan kimia sesuai

dengan KepMenKes 907/2002

c) Hasil Inspeksi Sanitasi baik/memenuhi syarat

d) Karyawan sehat, dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter

puskesmas.

3.3.2 Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang

Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air

minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

Page 25: Laporan Pkl

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki

dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak

penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-

bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang

terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan

kontaminasi.

Tangki, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food

grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki

pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam

minimal 3 (tiga) bulan sekali

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi

yang sama.Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang

kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO ) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Daya serap terhadap Iodine (I ) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi

dengan menggunakan ozon (O ) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon

lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah

Page 26: Laporan Pkl

pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan

ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang

gelombang 254 nm atau kekuatan 2537º A dengan intensitas minimum 10.000 mw

detik per cm2a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah.

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pan g an

(food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa

konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai

tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon

(O ) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka

harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food

grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85ºC, kemudian dibilas dengan air

minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang

dipergunakan untuk mencuci.

b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta

dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.

3.3.3. Pengemasan Air Minum Isi Ulang

Air Minum dalam kernasan yang telah diolah, ditampung di dalam tangki

untuk selanjutnya dikemas. Sebelum air minum hasil olahan dikemas, terlebih

dahulu kemasan dicuci dan disterilkan dengan menggunakan air ozon atau air

panas.Tahap-tahap dalam pengemasan AMIU adatah; (SNI. 1996) :

1. Pencucian Kemasan

a. Kemasan pakai ulang

Botol kaca dan botol yang terbuat dari Poly Carbonat yang dapat dipakai ulang

harus dicuci sebelum dipakai kembali dan disterllisasi. Pencucian kernbali ini dapat

dilakukan dengan merendam atau mengalirkan larutan caustic soda. dan

setanjutnya dibersihkan pada bagian luar dengan seksama.(Suriawira, 1993 ).

Page 27: Laporan Pkl

Proses pencucian dapat menggunakan tenaga manual atau menggunakan

tenaga mesin pembersih. Penggunaan mesin pembersih dapat menghindari kontak

antara produk dengan penjamah atau pekerja. Proses pencucian kemasan ini dalam

garis besarnya adalah sebagai beriku

a) Mencampurkan air bersih dengan bahan desinfekfan yang aman untuk

makanan (po/ybrite, typal) dalam wadah, kemudian memasukkan larutan

tersebut ke dalam gallon atau jerigen dan selanjutnya dikocok.

b) Berikutnya mencuci bagian luar gallon 'atau jerigen dan disemprot pada

bagian dalam dengan air bersih .

c) Penyemprotan dapat dilakukan dengan menggunakan air panas dengan

suhu 60 - 85° C. Setelah dibersihkan k~mudian gallon dan jerigen

disemprot dengan larutan penyeteril misalnya air ozon atau air panas.(SNI,

1996).

d) Kernasan sekali pakai tidak harus dicuci dan atau dibilas, tetapi jika hal

tersebut dilakukan harus secara saniter.(Permenkes RI, 2002)

e) Tutup kemasan yang digunakan harus didesinfeksi sebelum digunakan

dan harus menggunakan bahan sesual untuk makanan dan tidal( berbahaya

bagi kesehatan.

2. Pengisian dan Penutupan Botol dan Gelas

Pengisian penutupan kemasan botol dan gelas dilakukan dengan mesin dalam

ruang pengisian yang bersih. Suhu ruang pengisian maksimal 25°C. Seluruh sistern

harus selalu dapat mempertahankan keutuhan produk, dan harus dihindari

kontaminasi dengan udara luar.

3. Pengisian Kemasan Galan

Kemasan galon yang telah diisi dengan air diberi tutup kemudian

dilakukan pengepresan sehingga tutup pada kemasan galon. selanjutnya tutup

kernasan diberi segel pengaman dan dilewatkan pada pemanas untuk merekatkan

Page 28: Laporan Pkl

segel. Kemasan galon menggunakan tutup sekali pakai dalarn arti tutup tidak dipakai

ulanq.

3. Pengisian Kemasan Jerigen

Pengisian kemasan jerigen hampir sarna dengan kemasan galon. jerigen

setelah dibersihkan, diisi dengan air minum yang telah diolah dan ditutup

menggunakan tutup yang berulir pada bagian dalam. Penutupan in; dilakukan

secara manual oleh tenaga manusia.

3.4.Manfaat Air bagi Kesehatan

Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap saat

tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan

mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta - juta

sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan

menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian

ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh

(darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat

yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki

pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga dengan zat-zat

makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput

lender usus. Di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya

dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Air juga berguna untuk mempertahankan

suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.

3.4.1 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh Fekal Coliform

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

manusia, karena air merupakan salah satu media dalam berbagai macam penularan

penyakit. E.coli terdiri dari berbagai macam keragaman yaitu: (Ratih :2010)

1) EHEC (enterohemorrhagic E. coli) menyebabkan serangan diare berdarah

yang biasa disebut haemolytic uraemic syndrome (HUS). HUS ini ditandai

Page 29: Laporan Pkl

dengan keadaan gagal ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit dan juga

gangguan neurologis sampai stroke dan koma.

2) EPEC (enteropathogenic E. coli) dapat menyebabkan diare pada anak-anak.

EPEC menyerang jaringan gastrointestinal tissues, khususnya pada bayi yang

baru lahir dan menyebabkan diare cair atau diare yang disertai perdarahan

pada bayi baru lahir .

3) EIEC (enteroinvasive E. coli) menyebabkan diare yang disertai perdarahan

seperti diare yang disebabkan oleh Shigella E. coli juga dapat menyerang

jaringan epitel pada berbagai usia dan juga menyebabkan mual, demam dan

rasa kedinginan.

4) EAEC (enteroadherent E. coli) menyebabkan diare pada anak-anak. pada

orang dewasa menyebabkan infeksi saluran urin. Sebagian dari grup ini dapat

menyebabkan diare ringan khususnya pada anak-anak

5) EAggEC (enteroaggregative E. coli) menyebabkan diare pada anak-anak di

Negara berkembang paling sedikit selama 14 hari. Diare yang terjadi cair,

berlendir dan berdarah pada kondisi tertentu. EAggEC biasanya

menyebabkan demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi (kurang dari

101 F atau 38.3 C) dan hampir tanpa disertai rasa mual.

3.5. Spektrofotometer UV

Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitans atau

absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Semua molekul dapat

mengadsorpsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung elektron,

baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih

tinggi. Panjang gelombang di mana absorbansi itu terjadi, bergantung pada berapa

kuat elektron itu terikat dalam molekul itu.

Langkah utama di dalam analisis spektrofotometri meliputi penetapan

kondisi kerja dan pembuatan suatu kurva kalibrasi yang menghubungkan konsentrasi

dengan absorbansi. Pengukuran absorbansi spektrofotometri biasanya dilakukan pada

suatu panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum karena

Page 30: Laporan Pkl

perubahan absorbansi permit. Konsentrasi besar pada titik ini, artinya absorbansi

larutan encer masih terdeteksi.

Gambar 1. Spektrofotometer HACH DR/2000

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi meliputi jenis pelarut, pH

larutan, suhu, konsentrasi elektrolit yang tinggi, dan adanya zat pengganggu.

Kebersihan juga akan mempengaruhi absorbansi termasuk bekas jari pada dinding

cuvet harus dibersihkan dengan kertas tisu dan hanya memegang bagian ujung atas

tabung sebelum pengukuran.

Setelah menetapkan kondisi-kondisi untuk menganalisis (seperti panjang

gelombang yang sesuai), kemudian menyiapkan kurva kalibrasi dari sederet larutan

standar. Larutan-larutan standar ini sebaiknya mempunyai komposisi yang sama

dengan komposisi cuplikan yang sebenarnya dan konsentrasi cuplikan berada

diantara konsentrasi-konsentrasi larutan standar ( Firli, 2013 ).

Instrument Spektrofotometer UV-Vis terdiri dari :

Sumber Radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan spectrum

dengan intensitas yang seragam pada keseluruhan kisaran panjang gelombang.

a. Sumber Radiasi Ultraviolet

Sumber Radiasi ultraviolet yang kebanyakan digunakan adalah lampu

halogen dan lampu deuterium. Lampu ini memancarkan radiasi yang kontinyu

dalam daerah sekitar 180-350 .

b. Sumber Radiasi Sinar Tampak ( Visible )

Page 31: Laporan Pkl

Sumber radiasi visible dan radiasi infrah meraj yang biasa digunakan

adalah lampu filament tungsten ( Wolfram ). Lampu ini memnacarkan radiasi

kontinyu pada daerah Antara 350-2500.

Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis. Alatnya dapat

berupa prisma. Selain itu monokromator juga mempunyai tiga fungsi utma yaitu:

a. Mendispersikan radiasi yang diteruskan oleh sampel atau oleh

pembanding atas bagian panjang gelombang yang meyusunnya.

b. Memilih panjang gelombang tertentu untuk diteruskan ke detector.

c. Menjaga agar energy yang sampai pada detector tetap konstan untuk

semua panjang gelombang bila tidak ada sampel pada instrument.

Wadah Sampel pada pengukuran sinar tampak kuvet kaca dapat digunakan. Tetapi

untuk pengukuran didaerah UV menggunakan sel kuarsa, karena gelas tidak tembus

cahaya pada daerah ini.

Detector berperan memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang

gelombang. Persyaratan- persyaratan penting untuk detector meliputi :

a) Sensitivitas tinggi hingga dapata mendeteksi tenaga cahaya yang

mempunyai tingkat rendah sekalipun.

b) Waktu Respon yang pendek

c) Stabilitas yang panjang/lama untuk menjamin respon secara kuantitaif.

d) Sinyal elektronik yang mudah diperjelas.

Recorder. Signal elektronis yang dihasilkan oleh detector harus diubah menjadi

bentuk yang dapat diinterprestasikan. Ini dapat dilakuka dengan menggunakan

amplifier atau recorder potensiometris.

3.6. Turbidimeter

Metode yang biasa digunakan untuk mengukur turbiditas suatu larutan adalah

turbidimetri dengan alat turbidimeter. Dasar dari analisis turbidimetri adalah

pengukuran intensitas cahaya yang ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase

terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi

radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan

ditranmisikan (Khopkar, 2003).

Page 32: Laporan Pkl

Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu

partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan

digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002).

Gambar 2 Turbidimeter

3.7. Inkubator

Incubator merupakan suatu tempat yang dirancang untuk mempertahankan

keadaan temperatur tertentu. Inkubator banyak dijumpai pada rumah sakit dan

peternakan. Pada rumah sakit, incubator berfungsi untuk menghangatkan bayi yang

baru lahir, atau bayi yang lahir prematur. Pada peternakan, inkubator ini biasanya

digunakan untuk penetas telur dan sebagai tempat dari anak ayam yang baru menetas.

Gambar 3 Inkubator

Page 33: Laporan Pkl

Incubator biasanya berbentuk ruangan atau box (kotak) dengan ukuran

tertentu. Incubator yang ada saat ini, biasanya sudah tertentu temperaturnya, tidak

dapat di ubah. Sehingga ketika pengguna membutuhkan ruangan atau box dengan

temperatur lain, maka pengguna harus menggunakan incubator yang lain. Biasanya

untuk mengendalikan temperatur pada sebuah incubator, digunakan lampu atau

elemen pemanas. Sehingga ketika pengguna membutuhkan temperatur yang berbeda,

maka pengguna harus mengganti lampu atau elemen pemanas yang digunakan

sebelumnya dengan elemen pemanas yang lain.

Akan lebih berguna, jika incubator dilengkapi dengan sensor temperatur dan

control terhadap suhu, sehingga pengguna tidak perlu mengganti elemen atau lampu

pada incubator ketika hendak mengganti temperaturnya. Pengguna cukup mensetting

temperatur pada settingan incubator, maka incubator sendiri yang akan mengontrol

temperaturnya sesuai dengan setting yang di masukkan.

3.8. Multiroof

Page 34: Laporan Pkl

III METODE PENELITIAN4.1.Waktu dan Tempat

4.1.1. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dimulai tanggal 28 Desember

2015 sampai dengan 29 Januari 2016.

4.1.2. Tempat Penelitian

Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Analisis Kualitas Air,

Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.

4.2. Alat dan Bahan

4.2.1. Alat

Alat yang digunakan terbagi atas tiga bagian, berdasarkan jenis Uji

yang dilakukan.

Uji Fisik

Pada uji Fisik alat yang digunakan yaitu: Turbidimeter 2100P,

Multiroof, dan Gelas ukur.

Uji Kimia

Pada uji Kimia Alat yang digunakan yaitu: Rak tabung reaksi, Tabung

Reaksi, Pipet volume, Reagent ( Copper, Chromium, Sulfate, Nitrate, Free

Chlorin Ferrover, NitriVer ) dan SPANDS Reagent for Flouride )

spektrofotometer HACH DR 2800.

Uji Mikrobiologi

Pada uji Mikrobilogi alat-alat yang digunakan yaitu : Rak tabung

Reaksi, Tabung Reaksi, Pipet Volum, Ose, spiritus, Inkubator 37ºC dan 44-

45ºC,Media Laktosa Broth, Autoklaf.

4.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada uji fisik Air.dan pada Uji kimia yaitu Reagen

( Copper, Chromium, Sulfate, Nitrate, Free Chlorin Ferrover, NitriVer ) dan SPANDS

Reagent for Flouride ).

Page 35: Laporan Pkl

4.3. Prosedur Kerja

4.3.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas Sampling. Jumlah wadah yang

disipakan 2 buah, masing-masing untuk menyimpan sampel uji Fisik Kimia dan

untuk menyimpan sampel Uji Mikrobiologi.

4.3.2 Preparasi Sampel

Preparasi Sampel dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh

Laboratorium Uji Kualitas Air. Sampel terlebih dahulu diregistrasi oleh penerima

sampel dengan mengisi beberapa ketentuan diantaranya : Hari/tgl pengambilan

sampel, Nama pemilik sampel ( nama pemilik depot ), Alamat Depot, Nomor Telp,

Nama penerima sampel dan Jenis Uji yang akan dilakukan. Namun, Sampel Air untuk

Uji Mikrobiologi segera dimasukan kedalam Lemari Pendingin.

4.3.3 Uji Fisik

1.Uji TDS dan suhu

Diambil sedikit Sampel lalu masukan kedalam gelas ukur 300 ml, setelah itu

masukan alat Multiroof untuk mengukur nilai PH, Tds dan Suhu, biarkan beberapa

detik hingga stabil.

2.Uji Kekeruhan

Uji Kekeruhan dengan menggunakan Turbidimeter. Sampel dimasukan

kedalam cuvet isi sampai tanda tera, lalu dimasukan kedalam alat Turbidimeter.

3.Rasa dan Bau

Untuk Uji Rasa dan bau dilakukan dengan cara panca indera ( Visual ).

4.3.4.Uji Kimia

1. Uji Ph

masukan sampel kedalam gelas ukur 300 ml lalu masukan alat Multiroof,

biarkan beberapa menit hingga stabil.

2 Uji Kuantitatif parameter (SO4, NO2, NO3, Fe, Cu, Cl-, Cr, dan F )

Siapkan Tiga Tabung untuk masing-masing Parameter, Satu tabung sebagai

Blanko dan dua tabung yang lainnya sebagai pembaca, masing-masing Tabung untuk

Page 36: Laporan Pkl

parameter SO4, NO2, NO3, Fe, Cu dan Cl-, masukan 10 ml sampel, sedangkan

Tabung untuk parameter Cr masukan 25 ml sampel, dan untuk Parameter F -, ambil 10

ml air murni ( aqua ) masukan kedalam tabung blanko, dan masukan 10 ml sampel air

pada dua tabung yang lainnya. Lalu tambahkan Reagen sesuai dengan Parameter pada

masing-masing tabung namun tidak pada tabung Blanko. Setelah itu tabung dikocok

sampai homogen, diinkubasi selama 10 menit sebelum di uji Kuantitatif.

Uji kuantitatif dengan Spektrofotometer untuk parameter SO4, NO2, NO3, Fe,

Cu dan Cl- dengan langkah sebagai berikut

1) Tekan Stored Program

2) Pilih TEST, lalu pilih jenis parameter yang akan diujikan, dan tekan START.

Siapkan tabung bersih dan masukan sampel Blanko 10 ml dan penentu 10 ml

dengan langkah-langkah :

3) Campur Hingga Homogen

4) Tekan Timer dan OKE, biarkan 20 menit pada suhu kamar

5) Setelah itu baca dengan menuang blanko dalam sample cell, kemudian

masukan kedalam cell holder dan tekan Zero. Catat nilai blanko ( mg/L ).

6) Lanjutkan dengan menuang penentuan dalam sampel cell, kemudian masukan

kedalam sampel holder dan tekan READ. Catat Nilai penentu ( mg/L ).

Uji Kuantitatif dengan spektrometri untuk parameter Florida dan Cr :

1) Tekan Stored Program

2) Pilih TEST, lalu pilih jenis parameter yang akan diujikan, dan tekan START.

Siapkan tabung bersih dan masukan sampel Blanko 10 ml, penentu 10 ml dan

Spands Reagent 6 ml

3) Masing-masing 2 ml spands Reagent dimasukan kedalam tabung Blanko dan

penentu.

4) Tekan Timer dan OKE, biarkan 20 menit pada suhu kamar

5) Setelah itu baca dengan menuang blanko dalam sample cell, kemudian

masukan kedalam cell holder dan tekan Zero. Catat nilai blanko ( mg/L ).

6) Lanjutkan dengan menuang penentuan dalam sampel cell, kemudian masukan

kedalam sampel holder dan tekan READ. Catat Nilai penentu ( mg/L ).

Page 37: Laporan Pkl

4.3.5. Uji Mikrobiologi

Uji penyaring

1) Siapkan medium laktosa Broth, siapkan pula tabung reaksi dengan ragam 5 1

1, yang telah berisi tabung Durham dengan posisi tabung terbalik. Lalu

masukan media Laktosa Broth kedalam masing-masing tabung 10 ml ( tidak

boleh ada gelembung udara dalam tabung Durham ), tutup rapat semua tabung

dengan kapas. Sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC selama 15

menit angkat dan dinginkan.

2) Masukan sampel masing-masing sebanyak 10 ml kedalam 5 tabung medium

kaldu laktosa, 1 ml dalam 1 tabung medium laktosa, 0.1 ml kedalam 1 tabung

medium laktosa

3) Inkubasikan pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.

4) Mengamati semua tabung, bila terbentuk gas berarti hasilnya positif. Adanya

asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri Coliform.

Asam dilihat dari perubahan warna menjadi kuning dan gas dapat dilihat

dalam tabung Durham berupa gelembung udara.

Banyaknya Kandungan bakteri Coliform dapat dilihat dari menghitung tabung

yang menunjukan reaksi positif dan dilihat dari table MPN ( Most Probable

Number/ Jumlah perkiraan terdekat ). Bila inkubasi 1 x 24 jam negative,

inkubasi dilanjutkan 2 x 24 jam.

Uji Penegas

Hasil dari Uji Dugaan kemudian dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung

yang positif gas dan asam ( ter utama pada uji inkubasi 1 x 24 jam), tanamkan

suspense pada medium EMB ( Eosin Metilen Blue ) secara aseptic dengan

menggunakan jarum inokulasi ( ose ). Inkubasikan pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam.

Koloni Bakteri E.colli ( Coliform fekal ) tumbuh berwarna kehijauan dengan

kilat metalik atau koloni merah mudah atau merah mudah dengan lender untuk

kelompok coliform lainnya.

Page 38: Laporan Pkl

Uji Kelengakapan

Pengujian dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan golongan

bakteri coliform.

Dari Koloni yang berwarna tadi di inokulasi kedalam medium kaldu laktosa

dan medium KNA agar miring, dengan jarum inokulasi secara aseptic. Inkubasikan

pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam.

Bila hasilnya positif ( gas dan asam ) sama seperti uji dugaan maka benar

sampel mengandyng bakteri coliform.

Page 39: Laporan Pkl

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil Uji Fisik Dan Kimia Sampel Air Minum Depot A berdasarkan uji

Fisik,Kimia dan Mikrobiologi, ditampilkan pada Tabel 5.1

Parameter Satuan Hasil Kadar yang diperbolehkan

1. Parameter yang tidak langsung berhubungan langsung dengan kesehatan

a.Fisika

Bau Tidak berbau Tidak berbau

Rasa Tidak berasa Tidak berasa

Suhu ᴼC 22.9 Suhu Udara ± 30

Warna TCU 0 15

Kekeruhan NTU 0.16 5

Zat Padat Terlarut ( TDS ) mg/L 6 500

b. Kimia

Ph 8 6.5-8.5

Aluminium mg/L 0.2

Ammonia mg/L 1.5

Besi mg/L 0.02 0.185

Chlorida mg/L 0.06 250

Kesadahan Total ( CaCo3 ) mg/L 500

Mangan mg/L 0.4

Sulfat mg/L 0 250

Tembaga mg/L 0 2

Zinc mg/L 3

2 Pemeriksaan yang

Page 40: Laporan Pkl

berhubungan langsung dengan kesehatan

c. Mikrobiologi

Fecal Coliform MPN/100 ml 17 0

Total Coliform MPN/100 ml 9 0

5.2 Pembahasan

Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah Air yang berasal dari salah

satu Depot Air Minum isi ulang di Kabupaten Manokwari. Dimana beradsarkan

Permenkes 2010 setiap Depot Air Minum wajib untuk memeriksakan Kualitas air

hasil olahannya setiap tiga bulan sekali untuk Uji Mikrobiologi dan enam bulan sekali

untuk uji Fisika dan Kimia. Jika tidak dilakukan maka akan mendapatkan sanksi dari

Dinas terkait dan merupakan bentuk pelanggaran terhadap UUD. Dan Pemeriksaan

Kualitas Air isi ulang langsung ditangani oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Manokwari dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Pengambilan Sampel dilakukan oleh petugas sampling. Pada Proses

pengambilan sampel terdapat perlakuan yang berebeda Antara sampel untuk uji Fisik,

Kimia dan Mikrobiologi. Hal ini disebabkan pada uji Mikrobiologi harus terbebas dari

Bakteri-bakteri aerob dan anaerob, saat pengambilan sample. Sehingga permukaan

wadah, kran pengambilan sampel harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara

pemanasan.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa, Air tidak berbau, tidak berasa dan tidak

berwarna. Hal ini telah memenuhi syarat kualitas air yang termuat dalam Permenkes

Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010. Namun menurut Kepmenkes No.907/2002

mengatakan bahwa bau yang dimaksud harus dipahami secara benar oleh konsumen.

Sebagian Konsumen menganggap bau seperti kaporit yang ada dalam air merupkan

indikator yang buruk sehingga takut untuk menggunakan air tersebut. Sebenarnya air

yang berbau kaporit tersebut adalah sisah khlor yang ada dalam air. Masyarakat harus

tau bahwa dengan adanya bau seperti kaporit tersebut menunjukan bahwa air tersebut

aman untuk dikonsumsi karena terhindar dari Bakteri.

Page 41: Laporan Pkl

Menurut Astri ( 2007 ), apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah

yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri

aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi

karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat

dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Sehingga akan

menyebabkan pembusukan pada air pada sungai tersebut. Dan bau busuk ini berasal

dari senyawa NH3 dan H2S. Jika telah terjadi proses pembusukan pada air makan

secara tidak langsung akan mempengaruhi rasa air tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kekruhan air 0.16 berada dibawa kadar

maksimum yang ditentukan oleh Permenkes Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010

sehingga air masih layak untuk dikonsumsi. Tingginya pencemaran Limbah domestic

dapat menyebabkan kulaitas air baku menurun karena kekeruhannya tinggi

( BPPT ,2008 ). Pada dasarnya kekruhan air disebabkan adanya zat padat yang

tersuspensi baik organic maupun anorganik. Banyaknya zat padat yang tersuspensi ini

akan mendukung perkembangbiakan bakteri. Semakin Jernih/tidak keruh air maka

akan menghambat perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada dalam air. Selain itu

dalam air yang keruh akan sulit dilakukan desinfeksi karena mikroba akan terlindungi

zat tersuspensi tersebut ( Slamet, 1996 ).

Hasil Penelitian menunjukan kadar TDS sebesar 6.0 dimana kadar maksimum

yang menurut Permenkes Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 500 mg/l. sehingga

disimpulkan memenuhi persyaratan kualitas air minum. Berdasarkan penelitian

Arthana ( 2006 ) TDS biasanya terdiri atas zat organic, dan garam anorgani. Selain

itu TDS juga berhubungan dengan tingkat kesadahan dimana semakin tinggi TDS,

maka kesadahan juga tinggi.

Pengukuran Temperatur air menunjuka hasil 22.9ºC dimana Permenkes

Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 mengatur temperature air minum sebesar 30ºC

sehingga disimpulkan memenuhi persyaratan kualitas air minum. Suhu pada Air

memiliki peranan sebagai indikasi yang menunjukan tingkat kesegaran air. Sebab

memilki kandungan oksigen yang tinggi. Tempertur air minum seharusnya sejuk dan

Page 42: Laporan Pkl

tidak panas agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada dalam saluran pipa

( (Slamet, 1996).

Pada Uji Kimia secara Kuantitatif diantaranya uji beberapa parameter senyawa

kimia yang berhubungan langsung dengan kesehatan ( Besi, Chlorida, Sulfat,

Flourida, Chromium, Nitrat, dan Nitrit ), dan uji parameter-parameter yang tidak

berhubungan langsung dengan kesehatan ( Ph , Besi, Chlorida, Sulfat dan Tembaga ).

Dimana masing-masing uji terdapat hasil namun masih berada dibawah kadar

maksimum yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Namun perlu diwaspadai

keberadaannya pada produk makanan maupun minuman. Hal ini dikarenakan

berdampak buruk bagi Tubuh. Cr dapat berakibat buruk terhadap saluran pernapasan,

kulit, pembuluh darah dan ginjal. Nitrat dan Nitrit dapat menyebabkan gondok,

methomoglobinemia ( Sindrom bayi biru ), dimana air tanah yang digunakan untuk

membuat susu bayi yang mengandung nitrat, saat nitrat masuk kedalam tubuh bayi

nitrat dikonversikan dalam usus menjadi Nitrit yang kemudian berikatan dengan Hb

dan membentuk methemoglobin, dapat mengurangi daya angkut oksigen oleh darah

( Tresna, 2000 ), Nitrat pula berasal dari penggunaan pupuk nitrogen ( urea ) secara

intensif.( Aaltje, 2009), dan dapat pula berasal dari kotoran manusia.

Hasil penelitian Florida memiliki kadar -3, 015 yang berada dibawah kadar

maksimum yang ditentukan. Fluoride dalam air minum diketahui memiliki efek baik

menguntungkan maupun merugikan bagi kesehatan. Berdasarkan Laporan

Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, indeks DMF-T sebagai indikator

status kesehatan gigi menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami

seseorang baik berupa Decay/D (gigi karies atau gigi berlubang), Missing/M (gigi dicabut)

dan Filling/F (gigi ditumpat).

Pada Uji yang tidak berhubungan dengan kesehatan diantarnya pH dimana Ph

air pada sampel ini 8, nilai ini mendekati kadar maksimum yang telah tentukan,

sehingga diperlukan pengawasan oleh Dinas Kesehatan, Hal ini dikarenakan pH

menunjukan tinggi rendahnya ion Hidrogen dalam air. Nilai pH sangat penting

diketahui karena banyak reaksi kimia dan biokimia yang terjadi pada tingkat pH

tertentu, seperti proses Nitrifikasi yang akan berakhir jika pH rendah. Dalam tubuh

Page 43: Laporan Pkl

manusia pH air yang kurang dari 6.5 atau lebih besar dari 9.2 akan menyebabkan

beberapa persenyawaan kimia berubah menjadi racun ( Effendi, 2008 ).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan Besi pada sampel ini masih

berada dibawah kadar maksimum yang ditentukan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Yuliana ( 2009 ) apabila besi telah terlarut dalam air maka akan

mempengaruhi bentuk fisiknya, dimana air akan terasa tidak enak saat dikonsumsi.

Namun Besi ( Fe ) dalam jumlah yang kecil di dalam tubuh manusia akan berfungsi

sebagai pembentuk sel- sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari

yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan

oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia

tidak dapat mengsekresi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung

menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dapat merusak dinding usus.

Kadar Fe yang lebih dari 1mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan

kulit ( Julia, 2012 ).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar Chlorida pada air sebesar 0.06

berada dibawah kadar maksimum yang ditetapkan oleh Permenkes No

492/Menkes/Per/IV/2010. Chlorida pada prinsipnya sengaja dipelihara untuk

memastikan bahwa tidak ada lagi mikroorganis pathogen dalam air ( Slamet, 1996 ).

Hasil penelitian menunjukan bahwa air ini tidak mengandung sulfat. Hal ini

memenuhi syarat kualitas air minum yang termuat dalam Permenkes No

492/Menkes/Per/IV/2010. Sulfat bersifat iritan pada salah satu saluran tubuh bila

dicampur dengan magnesium dan Natrium jumlah MgSO4 yang tidak terlalu banyak

akan menyebabkan Diare.

Hasil penelitian menunjukan bahwa air tidak mengandung Tembaga.

kandungan tembaga (Cu) dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk

metabolisme. Tembaga (Cu) merupakan komponen dari enzim yang diperlukan untuk

menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin, serta untuk

pembentukan jaringan ikat. Namum kelebihan tembaga (Cu) dalam tubuh akan

mengakibatkan keracunan, mual, muntah, dan menyebabkan kerusakan pada hati dan

ginjal (Yustisia, 2012).

Page 44: Laporan Pkl

Pada sampel air terdapat kandungan bakteri coliform fekal ( E. colli ) dengan

kadar 17 MPN/100 ml, dan total coliform 9. Hal ini menandakan bahwa pada air

tersebut mengandung bakteri pathogen. Namun jika mengacu pada Permenkes No 492

Tahun 2010 kadar maksimumnya 0. Tingginya angkah Bakteri coliform pada sampel

menunjukan bahwa disekitar lokasi sumber air baku ( badan air ) terdapat perumahan

penduduk. Sedangkan menurut Waluyo (2009), sumber air baku harus terhindar dari

aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air, ada beberapa

aspek yang dapat mencemari air baku:

1) Jamban/tempat pembuangan kotoran manusia .

2) Tempat sampah

3) Kandang hewan

4) Tingkah laku atau kebiasan manusia

Golongan bakteri E. coli merupakan jasad indikator di dalam air, makanan,

dan sebagainya untuk kehadiran jasad patogen yang berbahaya. bakteri E. coli pada

umumnya didapatkan dalam faeses, kehadirannya di dalam makanan dan minuman

dijadikan indek pencemaran bakteri pathogen. Dengan adanya bakteri E. coli pada air

minum sangat berbahaya terhadap kesehatan karena bakteri ini bisa menyebabkan

sakit diare bahkan bisa sampai kematian. Kasus kasus yang terjadi pada depo AMIU

disebabkan kurang disiplin dan profesional pemilik depo dalam pengelolaan baik

dari segi perizinan maupun higenis dan sanitasi depo. (Suriawiria,1996).

E .colli apa bila masuk kedalam saluran penecrnaan dalam jumlah yang

banyak dapat mengagangu kesehatan . Walaupun E coli merupakan mikroba normal

saluran pencernaan , tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu

menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah bagi manusia dan hewan,

sehingga air yang kan digunakan sebagai keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat

menyebabkan penyakit infeksius ( Surlaman, 2008 ). Oleh karena itu pemilihan

tempat sebagai sumber air bagi pengelola Depot Air Minum harus memprthatikan

Page 45: Laporan Pkl

jarak permukiman dari lokasi sumber airnya. Berdasarkan peraturan Menteri

perindustrian Republik Indonesia No. 35/M-IND/PER/3/2010 mengatakan bahwa

jarak terhadap permukiman yang ideal minimal 2 km dari lokasi kegiatan industry.

Berdasarkan SK. Dirjen PPM dan PLP No 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK

Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001 maka air ini berada pada Kelas A dengan kategori

Baik sebab mengandung Bakteri Coliform kurang dari 50 MPN/100 ml. Namun demikian

keberadaan Bakteri pada air tidak dapat dihindari, namun hanya dapat kurangi pada saat

proses pengolahan air minum yang dikenal proses Desinfeksi dengan Ultarvioet dan

Ozonisasi.

Page 46: Laporan Pkl

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa air isi ulang yang didistribusikan

disalah satu Depot Air minum di Kabupaten Manokwari dari parameter fisik dan

Kimia telah memenuhi persyaratan Kualitas Air Minum. Namun Untuk Parameter

Mikrobiologi belum memenuhi standar Kualitas Air Minum, hal ini dikarenakan air

tersebut mengandung bakteri Fekal Coliform dan Total Colirom.

6.2 Saran

Perlu adanya pengawasan yang intensif dan serius dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Manokwari mengenai Pengolahan Air Minum Isi Ulang yang telah marak

berkembang, mengingat tingginya angka konsumsi Air Minum Isi Ulang oleh

Masyarakat di Kabupaten Manokwari. Sehingga mutu air yang dihasilkan oleh DAM

harus sesuai dengan Permenkes RI.

Page 47: Laporan Pkl

DAFTAR PUSTAKA

Sasnita. 2010. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Manokwari.http:eprints.unipa.ac.id/.../Sahabuddin,Sasnita_Analisis%20...( Kamis, 21 Januari 2016 )

Anonim.2012. Statisti Kabupaten Daerah Manokwari.

http : manokwarikab.bps.go.id/…statistic-Daerah-Kabupaten-Manokwari-2012.p ( Kamis, 21 Januari 2016 )

Ridara.2015. Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Air.http

repository.usu.ac.id/bitstream/.../5/Chapter%20I.pdf

( Selasa 19 Januari 2016 )

Bambang.2014. Analisis Bakteri Cemaran Coliform. http:ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/.../4957 ( Selasa 19 Januari 2016 )

Purba.2011. Bab 11 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Air Minum.http :repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.( Sabtu 23 Januari 2016 )

Rambe,2011. Bab II Tinjauan Pustaka Karateristik Badan Air. http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II ( Jum’at 29 Januari 2016 )

Efendi.2009. Penentuan Kadar Air secara Spektrometri. http:repository.usu.ac.id/bitstream/.../1/09E02164.pdf ( Selasa 2 Feberuari 2016 )

Page 48: Laporan Pkl