laporan persampahan pengangkutan grup i pias 2015
DESCRIPTION
persampahan pengangkutan domestikTRANSCRIPT
TUGAS IV
MATA KULIAH PERENCANAAN SISTEM PERSAMPAHAN (IS 5203)
PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS KEBUN BINATANG TAMAN SARI,
BANDUNG
DOSEN :
Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri.
DISUSUN OLEH :
11.
Dinda Annisa Nurdiani (25315037)
22.
Arlina Phelia (25715003)
33.
Reza Wahyudi (25714004)
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR AIR BERSIH & SANITASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
1.1. Latar Belakang……………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………..
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………
1.4. Manfaat Penelitian………………………………………………….
1.5. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………….……
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………..
2.1. Peraturan Undang – Undang 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah…
2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
2.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga………………………………………………………..
2.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah……………………………………….
BAB III GAMBARAN UMUM…………………………………………………..
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………………………………………..
4.1 Umum…………………………………………………………………
4.2 Tahap Persiapan……………………………………………………….
4.3 Tahap Pengumpulan Data……………………………….……………
4.4 Tahap Analisis………………………………………………………..
4.5 Tahap Penulisan Laporan…………………………………………….
BAB V PEMBAHASAN…………………………………………………………
5.1. Sumber Sampah………………………………………………………
5.2. Pengumpulan…………………………………………………………
6
6
9
10
10
11
12
12
14
26
27
26
23
16
21
27
28
29
30
30
36
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 3
5.3 Peran Sektor Informal Dalam Pengumpulan Sampah (Sumber – TPS)
5.4 Alur Sistem Pengumpulan Sampah…………………………………..
5.5 Evaluasi……………………………………………………………….
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………..
6.2 Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A DOKUMENTASI
LAMPIRAN B PERTANYAAN WAWANCARA
49
50
51
20
56
57
58
59
63
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Pelaksanaan………………………. .........................................................
Tabel 2.2. Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah..........................
Tabel 5.1. Persentase berat sampah yang dimanfaatkan oleh warga……................................
Tabel 5.2. Timbulan Sampah yang Dibawa dalam Satu Kali Ritasi….....................................
Tabel 5.3. Jumlah Sampah yang Dijual oleh Petugas Pengumpul Sampah.….........................
Tabel 5.4. Catatan Waktu Pengumpul Sampah di Masing – Masing Wilayah Cakupan……..
Tabel 5.5. Biaya Operasional Pengumpulan Sampah dengan Gerobak ……………………...
Tabel 5.6. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak …………………………
Tabel 5.7. Timbulan Sampah yang Dikumpulkan Pick Up…………………………………...
Tabel 5.8. Biaya Operasional Pengumpulan Sampah dengan Pick Up……………………….
Tabel 5.9. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Pick Up…………………………..
Tabel 5.10. Timbulan Sampah di Penyapuan Jalan…………………………………………..
Tabel 5.11. Kecepatan Penyapuan Jalan …………………………………………………….
Tabel 5.12. Biaya Operasional Penyapuan Jalan/Tahun……………………………………...
Tabel 5.13. Biaya Investasi Penyapuan Jalan/Tahun…………………………………………
Tabel 5.14. Jumlah Timbulan Sampah yang diambil oleh Pemulung ……………………….
Tabel 5.15. Biaya Operasional Rekomendasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak……..
Tabel 5.16. Biaya Investasi Rekomendasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak………...
Tabel 5.17. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Pick Up………………………...
Tabel 5.18. Keinginan Membayar Masyarakat dalan Hal Pengumpulan Sampah …………..
7
20
30
36
40
42
43
43
44
44
45
45
47
47
47
49
52
52
53
54
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kecamatan Coblong dan Lokasi TPS Kebun Binatang, Taman
Sari……………………………………………………..………………………..
Gambar 3.2. Lokasi TPS Kebun Binatang, Taman Sari…………………….............................
Gambar 4.1. Metodologi Penelitian.…….................................................................................
Gambar 5.1. Hasil Survey Lapangan Untuk Timbulan dan Komposisi Sampah.......................
Gambar 5.2. Penanganan sampah dari sumber (permukiman warga)……..…..........................
Gambar 5.3. Jenis Unit Tempat Sampah di Permukiman Warga……………………………..
Gambar 5.4. Kebiasaan warga membuang sampah secara langsung ke TPS Kebun Binatang
Gambar 5.5. Komposisi Sampah di Gerobak (% Berat). ……………………………..………
Gambar 5.6. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe I…..…………………...
Gambar 5.7. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe II……………………....
Gambar 5.8. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe III.………………….….
Gambar 5.9. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Motor Triseda …………………...…...
Gambar 5.10. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak Panjul)……...
Gambar 5.11. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak Ade)……......
Gambar 5.12. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Motor Triseda (Pak Amin)..
Gambar 5.13. Petugas Penyapu Jalan di Sekitar Jalan Baltos dan Taman Sari..………….…..
Gambar 5.14. Wilayah Layanan Petugas Penyapu Jalan ………………………………..…....
Gambar 5.15. Petugas Penyapu Jalan dengan menggunakan unit motor triseda ……………..
Gambar 5.16. Rute Pengumpulan Sampah Penyapuan Jalan…………………………………..
Gambar 5.17. Salah satu peran sektor informal (Pemulung) yang berada diSekitar
Permukiman…………………………………………………………………….
Gambar 5.18. Alur Sistem Pengumpulan Sampah………………………………………….....
23
24
26
32
34
35
36
37
38
38
39
39
40
41
41
46
46
48
49
50
50
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 6
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengelola sampah khususnya di perkotaan sangat sulit dan kompleks karena berbagai
tantangan yang harus dihadapi, khususnya di kota-kota di Indonesia karena jumlahnya yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jenis sampah meningkat seiring dengan
kemajuan teknologi dan mengalami diversifikasi yang cepat. Persyaratan dan standar lingkungan
juga meningkat. Oleh karena meluasnya areal perkotaan dan meningkatnya sektor-sektor
informal maka timbulan sampah menyebar lebih luas sehingga pengelolaannya lebih sukar,
padahal dana yang dimiliki dan dapat disediakan oleh pemerintah kota sangat terbatas. Oleh
karenanya pengelola sampah kota harus menyediakan teknologi yang tepat untuk menangani
elemen-elemen pengelolaan persampahan. Kendala beratnya adalah kondisi masyarakat yang
meminjam istilah Miller (1988), telah memasuki era throwaway society, yaitu sebuah perilaku
masyarakat yang tidak peduli kebersihan (Miller, 1988).
Pada zaman pemerintahan orde baru di awal tahun 1969 merupakan tonggak sejarah
peradaban modern bangsa Indonesia. Tahun 1969 merupakan awal diluncurkannya Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita 1). Ketika itu pemerintah mulai menyiapkan cetak biru
perencanaan sektor air bersih jangka panjang, yang kemudian diikuti dengan subsektor sanitasi
lainnya seperti persampahan dan air limbah. Departemen Pekerjaan Umum sebagai eksekutor
pembangunan bidang sanitasi khususnya subsektor persampahan, telah berhasil memperkenalkan
Rencana Induk Persampahan di Sebagin besar kota-kota di Indonesia. Cakupan pelayanan
pengelolaan persampahan baik kualitatif maupun kuantitaif meningkat dari waktu ke waktu
(World Bank Report, 1992).
Upaya pemeritah pusat dan daerah untuk meningkatkan pencapaian layanan berdasarkan
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 mencapai 70 %, menghadapi berbagai
tantangan berat khususnya ketika Repelita terhenti seiring dengan jatuhnya pemerintahan Orde
baru tahun 1997. Hal ini dibuktikan dengan data yang dikeluarkan BPS (2000) dan Studi
National Action Plan bidang persampahan oleh Departemen Umum (2004) yang menunjukkan
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 7
bahwa tingkat pelayanan persampahan kota sejak berakhirnya „rezim‟ Orde Baru yaitu tahun
1997 menunjukkan penurunan cukup tajam hingga mencapai angka 41%.
Penurunan cakupan pelayanan persampahan post Orde Baru tersebut diatas ditengarai oleh
tingginya pertumbuhan penduduk perkotaan yaitu berkisar 3-7% per tahun, padahal kuantitas dan
kualitas pelayanan tidak mengalami peningkatan. Jumlah penduduk perkotaan berdasarkan
laporan Badan Pusat Statistik (2003) sudah mencapai 154 juta jiwa atau lebih dari 50%
penduduk Indonesia. Dengan demikian maka jumlah penduduk yang harus dilayani saat ini telah
meningkat lebih dari dua kali lipat hanya dalam bilangan satu dekade. Peningkatan penduduk
pada kenyataannya merupakan kendala terbesar upaya peningkatan pelayanan persampahan kota
karena memiliki korelasi posotif terhadap peningkatan timbulan sampah per kapita. Hal ini
diperburuk dengan semakin meluasnya paket-paket makanan-minuman skala kecil dalam
kemasan plastik (disposable) yang dijajakan di seluruh penjuru kota dengan harga terjangkau.
Selain masalah kependudukan, kendala penting lainnya adalah minimnya dukungan
keuangan negara yang berasal dari APBN, APBD, bantuan, pinjaman dalam dan luar negeri,
dana BUMN, yang diperkirakan hanya mampu membiayai kurang dari 20% kebutuhan sarana
dan prasarana perkotaan (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002).
Kendala berikutnya adalah terkait dengan penempatan sumber daya manusia yang mampu
melaksanakan tugas secara profesional sesuai dengan kompetensinya. Dengan diberikannya
otonomi daerah yang lebih luas kepada pemerintah Kabupaten/Kota kerap kali kepala daerah
kurang tepat menempatkan personal yang akan ditugaskan pada satu unit kerja. Sehingga
kegiatan operasional dan pemeliharaan infrastruktur tersebut tidak berjalan secara optimal, baik
dari segi pembiayaan, teknis dan lingkungan.
Selain kendala diatas, kendala lainnya adalah belum meratanya pemahaman masyarakat
tentang standar kebersihan dan kesehatan serta kurangnya pengetahuan masyarakat bahwa biaya
penanganan sampah perkotaan sangat mahal dapat diindikasikan dari kotornya kota-kota di
Indonesia, sehingga pengelolaan sampah tidak mungkin dilaksanakan secara optimal. Lokasi-
alokasi depo (transfer station) sampah yang tersedia ditempatkan berdasarkan ketersediaan lahan
(Zulkifli, 2005).
Pengelolaan sampah merupakan sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah
yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah
yaitu pertama pengendalian timbulan (control of generation). Kedua, penyimpanan (storage).
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 8
Ketiga, pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan (transfer dan
transport). Kelima, pemrosesan (processing). Dan keenam, yaitu pembuangan (disposal)
(Tchobanoglous, 1977).
Pengelolaan sampah dengan keenam elemen tersebut harus dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip yang dapat menjamin kesehatan masyarakat serta dilaksanakan menurut kaidah ekonomi,
teknis, konservasi, estetika, dan pertimbangan lainnya. Tugas-tugas pengelolaan sampah didalam
sebuah wilayah administratif, misalnya Kota Bandung, meliputi seluruh fungsi-fungsi
administratif, pembiayaan, teknis, dan legalitas dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.
Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam.
Sebagai contoh di Kota Bandung. Di kota ini, pada tahun 2005 volume sampahnya sebanyak
7.400 m3 per hari; dan pada tahun 2006 telah mencapai 7.900 m
3 per hari (Suganda dalam
Kompas, 30 Nopember 2006).
Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan
1,02% di perdesaan (Tuti Kustiah, 2005). Sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah
yang di perkotaan khususnya, tidak menjadi bom waktu di masa mendatang.
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban
TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas
perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang
ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah
secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah, 2005).
Dengan adanya Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
seharusnya pemerintah dan pemerintah daerah khususnya Kota Bandung dapat melakukan
pengelolaan sampah yang baik sehingga dapat mencapai visi kotanya yaitu sebagai kota jasa
yang “BERMARTABAT” (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat) yang salah satu maknanya
adalah harus bersih dari sampah. Akan tetapi pada kenyataannya Kota Bandung belum mampu
melakukan pengelolaan sampah dengan baik ditandai dengan semakin meningkatnya volume
sampah rata-rata yang dihasilkan tiap harinya dan masih banyak sampah yang tidak terangkut di
beberapa TPS–nya.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah Kebun Binatang Kota Bandung merupakan
TPS yang jenis pengangkutan sampah ke TPA nya dengan HCS atau dengan kata lain menganti
konteiner sampah ketika sudah penuh dengan konteiner yang kosong.TPS Kebon Binatang
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 9
bandung sudah mengalami beberapa kali renovasi dan bisa kita lihat sekarang bangunan TPS
Kebon Binatang lebih menarik dilihat dengan gambar – gambar serta diberi warna yang menarik.
Tujuannya yaitu bisa mengubah image TPS yang dulunya tempat pembuangan sampah yang bau
dan kotor menjadi TPS yang menarik untuk dilihat bahkan untuk dikunjungi. Namun walaupun
dengan tampilan luar yang menarik TPS Kebun Binatang ini untuk pengelolaan persampahan
masih dengan cara lama yaitu sampah organi dan organik masih saja dicampur kecuali sampah –
sampah botol plastik bekas yang disortir oleh petugas TPS. TPS kebon binatang belum
menerapkan konsep TPS 3R dikarenakan luas lahan TPS yang tidak memadai untuk menerapkan
konsep tersebut.
Pada saat ini TPS Kebun Binatang melayani 3 kelurahan di kecamatan coblong dengan
perkiraan kurang lebih melayani 30000 jiwa. Adapun sumber sampah yang dilayani TPS Kebun
Binatang ini tidak hanya melayani rumah tangga saja melainkan beberapa rumah makan dan
rumah kost atau dengan kata lain TPS Kebun Binatang melayani daerah pemukiman dan non
pemukiman. Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat masih belum sadar untuk
menangani sampah mereka sendiri sebelum dibuang ke gerobak pengumpul sampah ataupun
langsung k TPS Kebun Binatang. Sampah – sampah yang sampai di TPS Kebun Binatang
hampir semuanya sampah campuran baik itu sampah dari sisa makanan, plastik – plastik bekas,
sampah kaleng dan kaca atau anorganik lainnya. Oleh sebab itu petugas di TPS tidak mampu
untuk memililah lebih rinci lagi sampah – sampah yang akan dimasukan ke dalam konteiner
sampah hanya sampah – sampah botol plastik yang mereka sortir karena masih bernilai ekonomi.
Untuk mendukung program pemerintah terkait dengan 3R seharusnya yang perlu dikelola yaitu
sampah – sampah yang berasal dari sumber agar memudahkan petugas TPS untuk memililah
sampah karena dengan jumlah petugas TPS yang terbatas serta jumlah timbulan sampah yang
terus meningkat sangat menyulitkan petugas untuk melakukan pemilahan sampah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengelolaan sampah di TPS Kebun Binatang Bandung?
2. Bagaimana problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah di TPS Kebun
Binatang Bandung?
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 10
3. Bagaimana rekomendasi yang diberikan untuk pengelolaan sampah dari sumber sampah
yang merupakan daerah pelayanan TPS Kebun Binatang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan yang muncul pada latar
belakang seperti yang diuraikan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui timbulan serta komposisi sampah yang dihasilkan di TPS Kebun Binatang
Tamansari.
2. Untuk mengetahui cara penanganan sampah dilingkungan permukiman (RT/RW) dari
mulai pewadahan di sumber sampai pengumpulan sampah ke lokasi transfer.
3. Mengetahui penentuan rute serta metode pengumpulan sampah yang dilakukan dari
wilayah permukiman menuju ke TPS.
4. Mengevaluasi efektifitas pengumpulan sampah dilingkungan permukiman.
5. Memberikan rekomendasi pengumpulan sampah di TPS Tamansari Kota Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun manfaat penelitian yang diperoleh sebagai
berikut :
1. Untuk di TPS Kebun Binatang Taman Sari, dengan informasi yang diperoleh dari hasil
penelitian ini akan memperoleh informasi dan rekomendasai evaluasi yang berkaitan
dengan pengelolaan sampah yang baik dan benar sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah.
2. Untuk warga permukiman di wilayah layanan pengumpul sampah, dengan membayar
retribusi setiap hari yang diakumulasikan pembayaran pada tiap bulannya, akan
merasakan kondisi dan situasi nyaman dan kondusif dan bebas dari sumber penyakit dari
tumpukan sampah.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 11
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pembatasan ruang lingkup dilakukan untuk membahas permasalahan penelitian, sehingga
permasalahan tersebut dapat terfokus untuk dianalisa lebih baik. Adapun ruang lingkup pada
penelitian ini adalah :
Pengamatan pengelolaan sampah sehari-hari oleh sumber timbulan sampah.
Pengamatan siklus kegiatan pengumpulan sampah mulai dari sumber timbulan sampah
hingga ke TPS :
Jenis dan jumlah sampah yang dikumpulkan oleh petugas untuk dibawa ke TPS atau
yang dikumpulkan untuk dijual, atau cara lain (tampilkan dalam persentase).
waktu yang digunakan (dalam menit) untuk mengambil sampah dari wadah sampah di
sumber sampah, atau waktu untuk penyapuan sampah untuk setiap jarak tertentu, lalu
waktu untuk menuang ke gerobak atau sarana lain, dan waktu perjalanan menuju titik
transfer (TPS).
rata-rata unit sumber (rumah, ruko, meter jalan, dsb,) yang dapat diangkut sampahnya
oleh sebuah gerobak dalam sebuah siklus pengumpulan.
Manajemen pengelola TPS Kebun Binatang Bandung
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 12
BAB II.
LANDASAN TEORI
2.1. Peraturan Undang – Undang 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah
Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah merupakan
peraturan perundangan yang menempatkan sampah sebagai masalah nasional. Undang-undang
ini disusun sebagai hasil pemikiran yang didasarkan bahwa dengan tingginya pertambahan
penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis
dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Selama ini pengelolaan sampah belum sesuai
dengan dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Saat ini sampah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi,
sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Karena merupakan permasalahan nasional maka pengelolaan sampah harus memiliki kepastian
hukum, kejelasan tanggunga jawab dan kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah
serta peran serta masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara
proporsional, efektif dan efisien.
Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008,
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Yang
termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini
adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya
dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak periodik.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 13
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,
asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Untuk tugas dan wewenang pemerintah adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah
yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan dalam undang-undang ini.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Penanganan
sampah meliputi pemilahan dalam bentuk :
pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan sifat sampah
pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah
ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu
pengangkutan dalam bentuk membawa sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju tempat pemrosesan akhir
pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah
pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengambilan sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang
untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor
sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang
menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat
yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan
terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan
persyaratan teknis pengelolaan sampah.
Untuk pembiayaan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai
penyelenggaraan pengelolaan sampah yang bersumber dari APBN dan APBD. Selain pemerintah
dan pemerintah daerah, peran serta masyarakat juga menjadi bagian dalam pengelolaan sampah.
Peran serta yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah memberi usul, pertimbangan dan saran
kepada pemerintah atau pemerintah daerah, merumuskan kebijakan pengelolaan sampah dan
memberikan saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Setelah bagian ini,
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 14
dalam undang-undang juga diatur mengenai pengawasan, sanksi administratif, penyelesaian
sengketa, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan, ketentuan lain-lain dan penutup.
3 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan pemerintah ini merupakan turunan dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
sebagai peraturan pelaksana tentang pengelolaan sampah. Kebijakan dan strategi nasional dalam
pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan presiden. Kebijakan dan strategi provinsi
dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan gubernur. Kebijakan dan strategi
kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Selain
itu ditingkat peraturan bupati/walikota juga diarahkan untuk menyusun dokumen rencana induk (
jangka waktu sepuluh tahun ) dan studi kelayakan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis
sampah rumah tangga. Rencana induk sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat :
Pembatasan timbulan sampah
Pendauran ulang sampah
Pemanfaatan kembali sampah
Pemilahan sampah
Pengumpulan sampah
Pengangkutan sampah
Pengolahan sampah
Pemrosesan akhir sampah
Pendanaan
Penyelenggaraan pengelolaan sampah meliputi pengurangan sampah dan penanganan
sampah dimana setiap orang wajib melakukannya. Pengurangan sampah meliputi pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah. Produsen wajib
melakukan pembatasan timbulan sampah dengan menyusun rencana program pembatasan
timbulan sampah dan menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai
oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin. Untuk penanganan sampah
meliputi kegiatan ; pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 15
sampah. Pemilahan dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya yang terdiri dari kawasan
permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas
sosial dan fasilitas lainnya dan pemerintah kabupaten/kota. Sampah yang dipilah paling sedikit
terdiri dari lima (5) jenis yaitu :
Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun
Sampah yang mudah terurai
Sampah yang dapat digunakan kembali
Sampah yang dapat didaur ulang
Sampah lainnya
Dalam hal ini pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan sarana pemilahan sampah
skala kota/kabupaten. Untuk pengumpulan sampah, kawasan-kawasan tersebut diatas wajib
menyediakan TPS, TPS 3R atau alat pengumpul untuk sampah terpilah. TPS atau TPS 3R
tersebut harus memnuhi persyaratan :
Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis sampah
Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan
Lokasinya mudah diakses
Tidak mencemari lingkungan
Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan
Pengangkutan sampah yang dimaksud dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan
menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah yang tidka mencemari
lingkungan dan melakukan pengangkutan sampah dari TPS atau TPS 3R ke TPA atau TPST.
Pengolahan sampah dalam peraturan ini memuat kegiatan pemadatan, pengomposan, daur
ulang materi dan daur ulang energi. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan fasilitas
pengolahan sampah pada wilayah permukiman yang berupa ; TPS 3R, stasiun peralihan antara,
TPA dan TPST. Pemrosesan akhir sampah yang dimaksud menggunakan metode lahan urug
terkendali, metode lahan urug saniter dan teknologi ramah lingkungan. Dalam melaukan
pemrosesan akhir sampah, pemerintah kabupaten/kota wajib menyediakan dan mengoperasikan
TPA.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 16
4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Menteri ini dibuat untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
2012. Perencanaan umum penyelenggaraan Prasarana Sarana Persampahan (PSP) meliputi
rencana induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis dan manajemen persampahan.
Perencanaan umum penyelenggaraan PSP untuk kota besar dan metropolitan terdiri dari rencana
induk dan studi kelayakan. Rencana induk dapat berupa rencana induk di dalam satu wilayah
adminitrasi kota, lintas kabupaten/kota dan lintas provinsi. Rencana induk memuat rencana :
Daerah pelayanan
Kebutuhan dan tingkat pelayanan
Penyelenggara PSP yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan
dan peran serta masyarakat.
Tabel 2.1. Tahapan Pelaksanaan.
Aspek Teknis Dasar Penyusunan
Rencana Induk
Penyusunan Rencana
Induk harus
memperhatikan
a. pembatasan timbulan
sampah;
b. pendauran ulang sampah
c. pemanfaatan kembali
sampah;
d. pemilahan sampah;
e. pengumpulan sampah;
f. pengangkutan sampah;
g. pengolahan sampah; dan
h. pemrosesan akhir sampah.
a. kondisi kota;
b. rencana pengembangan
kota;
c. kondisi penyelenggaraan
PSP; dan
d. permasalahan
penyelenggaraan PSP.
a. kebijakan dan strategi
penyelenggaraan PSP;
b. norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang
ditetapkan oleh
pemerintah;
c. Rencana Tata Ruang
Wilayah; dan
d. keterpaduan dengan
pengembangan sistem
penyediaan air minum,
sistem pembuangan air
limbah, dan sistem
drainase perkotaan.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 17
Studi kelayakan yang dimaksud diperlukan utnuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana
persampahan yang menggunakan teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa proses
biologi, termal atau teknologi lain dengan kapasitas lebih besar dari 100 ton/hari.
Kelayakan teknis yang dimaksud antara lain memuat :
a. rencana teknik operasional;
b. kebutuhan lahan;
c. kebutuhan air dan energi;
d. kebutuhan prasarana dan sarana;
e. gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan;
f. masa layanan sistem; dan
g. kebutuhan sumber daya manusia.
Setelah kelayakan teknis kemudian ada juga yang disebut kelayakan ekonomi yang diukur
berdasarkan nisbah hasil biaya ekonomi (Benefit Cost Ratio) dan nilai ekonomi kini bersih (Net
Present Value). Kelayakan ekonomi memperhitungkan manfaat yang dapat diukur dengan nilai
uang (tangible) berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung dan manfaat yang tidak
dapat diukur dengan nilai uang (intangible). Kegiatan dinyatakan layak ekonomi, jika manfaat
ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasi, pemeliharaan
maupun biaya pengembalian modal.
Kelayakan keuangan juga merupakan salah satu studi yang dilakukan yang diukur
berdasarkan periode pengembalian pembayaran (Pay Back Period), nilai keuangan kini bersih
(Financial Net Present Value) dan laju pengembalian keuangan internal (Financial Internal Rate
of Return). Kelayakan keuangan memperhitungankan antara lain :
a. tingkat inflasi;
b. jangka waktu proyek;
c. biaya investasi;
d. biaya operasi dan pemeliharaan;
e. biaya umum dan administrasi;
f. biaya penyusutan;
g. tarif retribusi; dan
h. pendapatan retribusi.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 18
Kelayakan keuangan dilakukan dnegan membandingkan pendapatan dari tarif atau retribusi
dengan biaya yang ditimbulkan, baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian
modal. Kegiatan ini dinyatakan layak keuangan jika pendapatan dari tarif atau retribusi lebih
besar dari biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasi, pemeliharaan maupun biaya
pengembalian modal. Kegiatan dinyatakan layak keuangan jika pendapatan dari tarif atau
retribusi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasi, pemeliharaan
maupun biaya pengembalian modal.
Kajian lingkungan didasarkan atas studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kajian sosial sebagaimana
dimaksud harus mempertimbangkan aspirasi masyarakat untuk menerima rencana
penyelenggaraan PSP. Kajian hukum sebagaimana dimaksud antara lain ketentuan peraturan
perundang-undangan, kebijakan dan perijinan yang diperlukan. Kajian kelembagaan
sebagaimana dimaksud meliputi sumber daya manusia, struktur dan tugas pokok institusi
penyelenggara dan alternatif kelembagaan kerjasama pemerintah dan swasta.
Penanganan Sampah
Penanganan sampah meliputi kegiatan :
1. Pemilahan
Dilakukan melalui kegiatan pengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 jenis
sampah.
Dilakukan setiap orang pada sumbernya.
Memenuhi persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan.
2. Pengumpulan
Pengumpulan sampah tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan
pewadahan.
Pengumpulan meliputi pola ; individual langsung, individual tidak langsung, komunal
langsung, komunal tidak langsung dan penyapuan jalan.
Pengumpulan sampah melalui jadwal pengumpulan, penyediaan sarana pengumpul
sampah terpilah dalam pengumpulan sampah diwajibkan menyediakan TPS, TPS 3R
atau alat pengumpul untuk sampah terpilah.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 19
TPS yang dimaksud harus memenuhi kriteria :
Luas TPS sampai dengan 200 m2;
Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima)
jenis sampah;
Jenis pembangunan penampung sampah sementara bukan merupakan wadah
permanen;
Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
Lokasinya mudah diakses;
Tidak mencemari lingkungan;
Penempatan tidak mengganggu estetika dan lalu lintas; dan
Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
3. Pengangkutan
Pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST tidak boleh
dicampur setelah dilakukan pemilahan.
Pengangkutan sampah dilaksanakan dengan ketentuan:
Memaksimalkan kapasitas kendaraan angkut yang digunakan.
Rute pengangkutan sependek mungkin dengan hambatan sekecil mungkin.
Frekuensi pengangkutan dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST dilakukan
sesuai dengan jumlah sampah yang ada.
Ritasi dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas pengangkutan
Operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan pola pengangkutan, sarana
pengangkutan dan rute pengangkutan.
Sarana pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dapat berupa :
Dump truck/tipper truck
Armroll truck
Compactor truck
Street sweeper vehicle
Trailer
Pemilihan sarana pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:
Umur teknis peralatan
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 20
Kondisi jalan daerah operasi
Jarak tempuh
Karakteristik sampah
Daya dukung fasilitas pemeliharaan
Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan menyediakan alat
angkut sampah termasuk sampah PS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST.
4. Pengolahan sampah
Pengolahan sampah meliputi kegiatan pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan
mengubah sampah menjadi sumber energi.
Pengolahan sampah mempertimbangkan karakteristik sampah, teknologi pengolahan
yang ramah lingkungan, keselamatan kerja dan kondisi sosial masyarakat.
Pengolahan sampah dilakukan di sumber nya dan setiap orang wajib melakukannya.
5. Pemrosesan akhir sampah
Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga dan residu.
Limbah cair, limbah beracun dan limbah medis dilarang masuk ke TPA.
Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan timbulan sampah,
tingkat pelayanan dna kegiatan yang akan dilakukan di dalam TPA.
Umur teknis TPA paling sedikit 10 tahun.
Tabel 2.2. Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah.
Perencanaan Teknis Pelaksanaan
Pembangunan
Operasional dan
Pemeliharaan
Pemantauan dan
Evaluasi
a. gambar teknis;
b. spesifikasi teknis;
c. memo disain;
d. volume pekerjaan;
e. standar operasi
dan prosedur;
f. rencana anggaran
biaya; dan
g. jadwal
pelaksanaan.
a. persiapan
pembangunan;
b. pelaksanaan
pembangunan,
pengawasan dan
uji material;
c. uji coba
laboratorium dan
uji coba lapangan
(trial run);
d. uji coba sistem
(Commisioning
a. Pengolahan berupa
pengoperasian
TPS 3R, SPA dan
TPST
b. Pemrosesan akhir
berupa operasi
TPA, pengolahan
lindi dan
penanganan gas
c. Kegiatan
Pemantauan
dilakukan untuk
mendapatkan
data/informasi
kinerja teknis dna
non teknis PSP
Evaluasi bertujuan
untuk mengukur
keberhasilan dan
mengidentifikasi
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 21
Perencanaan Teknis Pelaksanaan
Pembangunan
Operasional dan
Pemeliharaan
Pemantauan dan
Evaluasi
Test);
e. masa
pemeliharaan; dan
f. serah terima
pekerjaan.
pemeliharaan
ditujukan agar
PSP dapat
diandalkan
d. Pemeliharaan
meliputi
pemeliharaan rutin
dan berkala
hambatan
pelaksanaan
penyelenggaraan
PSP
5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah
Pedoman pengelolaan sampah yang diatur dalam peraturan ini dimulai dari bagian pertama
yaitu perencanaan dimana pemerintah daerah setempat menyusun rencana pengurangan dan
penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD.
Rencana pengurangan dan penanganan sampah paling tidak memuat :
a. Target pengurangan sampah;
b. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari
sumber sampah sampai dengan TPA;
c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;
d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat;
e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah.
Bagian kedua memuat pelaksanaan pengelolaan sampah bahwa dalam rangka pengurangan
sampah, pemerintah daerah melakukan langkah pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
sampah dan pemanfaatan kembali. Penanganan sampah dapat dilakukan dengan cara :
a. Pemilahan;
Pemilahan sebagaimana dimaksud dilakukan melalui memilah sampah rumah tangga
sesuai dengan jenis sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 22
tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial,
dan fasilitas lainnya.
b. Pengumpulan;
Pengumpulan sebagaimana dimaksud dilakukan sejak pemindahan sampah dari tempat
sampah rumah tangga ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya
sampah sesuai dengan jenis sampah.
c. Pengangkutan;
Pengangkutan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan cara:
sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola
sampah yang dibentuk oleh RT/RW;
sampah dari TPS/TPST ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah;
sampah kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan
khusus, dari sumber sampah sampai ke TPS/TPST dan/atau TPA, menjadi tanggung
jawab pengelola kawasan; dan
sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dari sumber sampah
dan/atau dari TPS/TPST sampai ke TPA, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
Pelaksanaan pengangkutan sampah tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan
jenis sampah. Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan keamanan,
kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.
d. Pengolahan;
Pengolahan sebagaimana dilakukan dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah yang dilaksanakan di TPS/TPST dan di TPA. Pengolahan sampah
memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan.
e. Pemrosesan akhir sampah.
Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan ke media lingkungan secara aman.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 23
BAB III.
GAMBARAN UMUM
Wilayah kajian tugas kali ini yaitu tempat penampungan sementara (TPS) Kebun
Binatang, di Jalan Taman Sari dan wilayah layanan pengangkut sampah permukiman yang
membuang sampah di TPS tersebut, yakni di Kecamatan Coblong (Jl. Taman Sari, Jl. Sekeloa, Jl.
Gebag Gede, Dago, Plesiran, Kebon bibit, Tubagus Ismail, Sekeloa, dan Cisitu.
Kecamatan Coblong merupakan salah satu Kecamatan dari 30 kecamatan yang berada di
Kota Bandung dengan luas wilayah 743,3 Ha. Kecamatan Coblong dengan jumlah penduduk
105.689 jiwa dari 75 Rukun Warga (RW) dan 464 Rukun Tetangga (RT) dengan kepadatan
penduduk 137 jiwa / Ha. Kondisi geografis batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara: Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
2. Sebelah timur: Kecamatan Cibeunying Kaler.
3. Sebelah selatan: Kecamatan Bandung Wetan.
4. Sebelah barat: Kecamatan Sukajadi dan Kecamatan Cidadap.
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kecamatan Coblong dan Lokasi TPS Kebun Binatang,
Taman Sari.
Kecamatan Coblong
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 24
Lokasi transfer depo yakni TPS Kebun Binatang Taman Sari dengan luas lahan ± 82,727
m2 yang berlokasi di Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Posisinya
berada di tepi barat daerah pelayanan permukiman dan berdekatan dengan jalan utama kelurahan
dengan lebar jalan ± 7m. Berbatasan dengan Jalan umum Taman Sari dan Jl. Ganeca ITB
disebelah timur, berbatasan dengan Kebun Binatang sebelah utara, berbatasan dengan
permukiman penduduk sebelah barat dan selatan.
Gambar 3.2. Lokasi TPS Kebun Binatang, Taman Sari.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah Kebun Binatang Kota Bandung
merupakan TPS yang jenis pengangkutan sampah ke TPA nya dengan HCS atau dengan kata lain
menganti konteiner sampah ketika sudah penuh dengan konteiner yang kosong. TPS Kebun
Binatang Bandung sudah mengalami beberapa kali renovasi dan bisa kita lihat sekarang
bangunan TPS Kebun Binatang lebih menarik dilihat dengan gambar – gambar serta diberi
warna yang menarik. TPS Kebun Binatang dalam pengelolaan persampahan masih dengan cara
lama yaitu sampah organik dan anorganik masih saja dicampur kecuali sampah – sampah botol
plastik bekas yang disortir oleh petugas TPS. TPS kebun binatang belum menerapkan konsep
TPS 3R dikarenakan luas lahan TPS yang tidak memadai untuk menerapkan konsep tersebut.
Pada saat ini TPS Kebun Binatang melayani 3 kelurahan di kecamatan coblong dengan
perkiraan kurang lebih melayani 30000 jiwa. Adapun sumber sampah yang dilayani TPS Kebun
Binatang ini tidak hanya melayani rumah tangga saja melainkan beberapa rumah makan dan
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 25
rumah kost atau dengan kata lain TPS Kebun Binatang melayani daerah pemukiman dan non
pemukiman. Sampah – sampah yang sampai di TPS Kebun Binatang hampir semuanya sampah
campuran baik itu sampah dari sisa makanan, plastik – plastik bekas, sampah kaleng dan kaca
atau anorganik lainnya.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 26
BAB IV.
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Umum
Secara umum, alur penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)
tahap pengumpulan data; (3) tahap analisis data; dan (4) tahap penulisan laporan. Rangkaian
penelitian ini dilakukan di TPS Kebon Binatang Bandung dan wilayah layanannya yaitu
kecamatan coblong ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. :
Gambar 4.1. Metodologi Penelitian.
Tahap Persiapan
Tinjauan Pustaka
Survei Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Persiapan Sampling
Tahap Pengumpulan Data
Data Primer
Data Sekunder
Kuesioner
Data Sampling
Tahap Analisis Data
Evaluasi dan Usulan Perbaikan Sistem Pengumpulan Sampah
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 27
4.2 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan, yaitu:
a. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mengetahui dasar teori dalam melakukan
perencanaan dan pelaksanaan penelitian tentang sistem pengumpulan sampah di
wilayah layanan TPS Kebon Binatang.
b. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum wilayah studi
beserta garis besar kondisi pengumpulan sampah.
c. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah yang muncul dalam sistem
pengumpulan sampah yang sudah ada sehingga dapat diberikan alternatif untuk
perbaikannya.
d. Persiapan Sampling
Sampling yang dilakukan adalah sampling pada pengumpul sampah dan penyapu jalan.
4.3 Tahap Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah,
baik berupa data primer maupun data sekunder.
4.3.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian tugas akhir ini didapatkan dengan pengamatan langsung
meliputi wawancara/kuesioner, sampling, dan uji laboratorium.
a. Wawancara/Kuesioner
Wawancara/Kuesioner merupakan serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh responden
guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, wawancara/ kuesioner
diajukan untuk mengetahui penilaian dan kebiasaan responden terkait sistem pengumpulan
sampah. Responden terdiri dari warga, pemulung, petugas pengumpul sampah, petugas penyapu
jalan, dan petugas TPS. Contoh kuesioner terlampir dalam Lampiran A.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 28
b. Data Sampling
Dalam penelitian tugas akhir ini, didapatkan data hasil sampling, yaitu:
1) Waktu
Waktu yang diukur adalah (1) waktu pengumpulan sampah yang terdiri dari waktu
dari tempat parkir alat pengumpul ke sumber, waktu mengumpulkan sampah di
sumber dan waktu tempuh dari sumber ke TPS; (2) waktu penyapuan jalan yang
terdiri dari waktu menyapukan jalan dan waktu untuk membawa sampahnya ke TPS.
2) Jarak
Jarak yang diukur adalah (1) jarak pengumpulan sampah yang terdiri dari jarak dari
tempat parkir alat pengumpul ke sumber, jarak mengumpulkan sampah di sumber dan
jarak tempuh dari sumber ke TPS; (2) jarak penyapuan jalan yang terdiri dari jarak
menyapukan jalan dan jarak untuk membawa sampahnya ke TPS.
3) Timbulan Sampah
Timbulan sampah yang diukur dinyatakan dalam satuan berat dan volume yang
diukur menggunakan sampling box dan neraca pegas. Pengukuran timbulan sampah
ini dilakukan pada sampah yang dikumpulkan oleh pengumpul pada satu kali ritasi.
4) Komposisi Sampah
Sampah dipilah berdasarkan jenisnya seperti sampah sisa makanan, kayu/daun,
plastik, kertas, kaca, kain dan sebagainya. Kemudian sampah dari masing-masing
jenis tersebut ditimbang beratnya. Pengukuran komposisi sampah ini dilakukan pada
sampah yang dikumpulkan oleh pengumpul pada satu kali ritasi.
4.3.2 Data Sekunder
Data sekunder untuk pengumpulan sampah berupa harga alat-alat yang dibutuhkan untuk
pengumpulan sampah.
4.4 Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis statistik deskriptif, data-data yang sudah terkumpul akan
diolah dan ditata sedemikian rupa seperti dalam bentuk grafik atau diagram sehingga mudah
dipahami karateristik data tersebut yang akhirnya akan digunakan sebagai bahan evaluasi
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 29
terhadap sistem pengumpulan sampah eksisting. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat dijadikan
alternatif untuk perbaikan sistem pengelolaan sampah eksisting.
4.5 Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian yang menghasilkan evaluasi dan
usulan perbaikan sistem pengumpulan sampah eksisting, serta pembuatan kesimpulan dan saran.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 30
BAB V.
PEMBAHASAN
5.1. Sumber Sampah
5.1.1. Timbulan Sampah dan Komposisi
Berdasarkan diktat pengelolaan sampah menurut Profesor Enri Damanhuri dan DR. Tri
Padmi (2010), dijelaskan bahwa sumber sampah dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu
sampah dari permukiman atau sampah rumah tangga dan sampah dari non permukiman yang
sejenis sampah rumah tangga seperti dari pasar, daerah komersial dan sebagainya.
Dari klasifikasi tersebut, maka pengelompokan pada pengamatan ini dilakukan di wilayah
layanan Kecamatan Coblong atau pelayanan pengumpulan sampah domestik melalui alat
pengumpul sampai ke TPS Kebun Binatang. Sampah-sampah yang terdapat di TPS Kebun
Binatang bersumber dari 3 Kelurahan Taman Sari, Sekeloa, dan Gebag Gede. Daerah yang
dilayani diantaranya adalah sama dengan sumber-sumber sampah tersebut. Selain itu berasal dari
toko, warung-warung makan, restoran dan hotel disekitar Coblong.
Setiap aktivitas dari rumah tangga / kost –kostan yang dimulai pukul 05.00 hingga pukul
24.00 malam akan menimbulkan sampah dalam sehari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
bahwa aktivitas domestic menimbulkan sampah basah dan sampah kering, dengan 60% sampah
organik dan 40% sampah anorganik. Berdasarkan kegiatan dan aktivitas yang telah di sebutkan
diatas, pengelolaan sampah sangat perlu dilakukan. Dan hal tersebut dapat dimulai dari sumber
timbulan sampah sendiri. Hasil wawancara yang dilakukan kepada penghuni rumah, menjelaskan
bahwa mereka menghasilkan sampah setiap harinya dengan perolehan sampah organic yang
mendominasi, yang kemudian sampah tersebut ditampung pada kantong plastik / tong sampah
dalam keadaan tercampur / tidak tercampur, untuk kemudian diletakkan di depan pagar rumah.
Sampah tersebut nantinya akan diambil oleh petugas pengumpul sampah yang berada di sekitar
permukiman.
Timbulan sampah merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari area pelayanan pengumpulan sampah. Timbulan sampah dapat dinyatakan sebagai :
Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari dan sebagainya.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 31
Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari dan sebagainya.
Pada umumnya di Indonesia menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume
dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi (densitas)
yang harus diperhitungkan. Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun di
masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian sistem
pengelolaan persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah awal yang
biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Menurut SNI 19-3964-1995 [21], bila
pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan
angka timbulan sampah sebagai berikut:
− Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5
kg/orang/hari
− Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 L/orang/hari, atau = 0,3 – 0,4
kg/orang/hari
Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari rumah tangga,
maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah
meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai
lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah
kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi
sampah non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian. Maka kami
mengambil untuk timbulan sampah L/orang/hari adalah sebesar 0,45 L/org/hari.
Komposisi sampah dalam skala domestik (permukiman) dapat diperoleh dengan
menghitung komposisi sampah dari sampel sampah yang diambil dari salah satu gerobak yang
menuju ke TPS. Sampah yang berasal dari gerobak sampah ini dijadikan sampel karena telah
tercampur antara sampah pasar basah (organik) dengan sampah pasar kering (anorganik)
sehingga dianggap sebagai indikasi atau mewakili kondisi sampah rumah tangga (domestik)
secara keseluruhan. Sampah dari gerobak tersebut dilakukan pemilahan berdasarkan jenisnya dan
ditimbang untuk masing-masing jenis sampah sehingga diperoleh prosentase masing-masing
jenis sampah terhadap berat total sampel.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 32
Gambar 5. 1. Hasil Survey Lapangan Untuk Timbulan dan Komposisi Sampah.
5.1.2. Penanganan Sampah dari Sumber
Penanganan sampah di sumbernya, yang meliputi pemisahan/sortasi, penyimpanan, dan
pengolahan, merupakan tahap kedua dalam kegiatan pengelolaan karakteristik sampah. Karena
tahap ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karakteristik sampah, kesehatan
masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap sistem pengelolaan sampah, maka sangatlah penting
untuk memahami bagaimana sebaiknya kegiatan penanganan sampah on-site dilakukan.
Berdasarkan SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, maka
teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi:
a) Menerapkan pemilihan sampah organik dan non-organik.
b) Menerapkan teknik 3R (reduce, reuse, recycle) di sumber dan TPS.
Penekanan diberikan pada penanganan sampah permukiman sebelum dilakukan kegiatan
pengumpulan, yaitu sebelum, selama, dan setelah penyimpanan. Untuk pemanfaatan sampah
organik adalah sebagai kompos baik skala individu maupun skala komunal. Untuk pewadahan
sampah dan penanganan sampah di masing-masing rumah berbeda. Tergantung dari kemampuan
dari masyarakat untuk melakukan penanganan sejak dari sumbernya.
Penanganan dan pemisahan sampah di sumbernya, sebelum kegiatan pengumpulan,
merupakan hal yang kritis karena ikut menentukan langkah pengelolaan berikutnya. Penanganan
sampah di sumbernya bervariasi menurut jenis sampah yang dipisahkan untuk reuse/recycling.
Pemisahan sampah kertas, karton, kaleng aluminium, gelas, dan plastik di sumbernya merupakan
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 33
hal yang positif dan efektif untuk pemanfaatan kembali dan daur-ulang sampah. Setelah
komponen sampah dipisahkan, hal yang kerap membingungkan pelakunya adalah apa yang harus
dilakukan sebelum sampah hasil pemisahan tersebut dipasarkan atau diolah. Tentunya sampah
hasil pemisahan memerlukan tempat penyimpanan khusus sebelum dipasarkan atau diolah.
Berdasarkan pengamatan, bahwa beberapa warga sudah ada yang mendaur ulang atau
memilah sampah di sumbernya, salah satunya berada di Jalan Cisitu Lama, Kecamatan Coblong.
Untuk kebiasaan daur ulang/menjual sampah yang recycleable presentasenya yang didapat dari
hasil wawancara yaitu ada pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Persentase berat sampah yang dimanfaatkan oleh warga.
Responden % berat sampah yang
dimanfaatkan
1 15
2 3
3 3
4 0
Rata-Rata 5,25
Dari tabel tersebut didapat rata 5,25% berat sampah yang dimanfaatkan baik itu dijual ke
tukang loak atau dimasukan ke bank sampah. Secara umum, penghuni rumah bertanggung jawab
terhadap penanganan sampah, baik yang dapat didaur-ulang, maupun yang harus dibuang.
Pada penanganan sampah di sumber yakni di permukiman warga menggunakan sistem
door- to-door, dimana petugas pengumpul sampah (gerobak) mendatangi rumah – rumah atau
sumber sampah dari hasil kegiatan kota yang dianggap khusus, seperti jalan protokol, taman
kota, instansi penting, pusat perdagangan, dan sejenisnya, sehingga sampah langsung
dikumpulkan di sebuah TPS dan diangkut oleh truk sampah ke tempat pemrosesan akhir.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 34
Gambar 5.2. Penanganan sampah dari sumber (permukiman warga).
Pewadahan
Berdasarkan diktat persampahan oleh Bapak Enri Damanhuri dan Ibu Tri Padmi,
menyebutkan bahwa pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan
di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di
tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya.
Pewadahan tipe tempat sampah yang digunakan dapat ditentukan oleh Pemerintah Daerah
seandainya di wilayah di mana perumahan tersebut berada telah diterapkan program daur-ulang
sampah. Di sejumlah besar wilayah belum ada ketentuan mengenai tipe tempat sampah yang
dianjurkan, sehingga berbagai jenis sampah ditempatkan dalam satu kontainer. Berdasarkan
pengamatan bahwa warga sudah mampu menyediakan wadah sampah di depan rumahnya
masing – masing yang nantinya sampah tersebut diambil oleh petugas pengumpul sampah. Akan
tetapi ada beberapa warga yang tidak menyediakan wadah untuk tempat sampah, melainkan
hanya trash bag (plastik saja). Untuk jenis tempat sampah yang digunakan di area permukiman
ini sangat bervariasi yakni tempat sampah berbahan plastik, tempat sampah dari drum dan tempat
sampah keranjang.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 35
Gambar 5.3. Jenis Unit Tempat Sampah di Permukiman Warga.
Penanganan sampah yang dilakukan di sumber meliputi penyediaan wadah sampah dan
pengumpulan sampah. Pada umumnya pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas pengumpul
sampah yang kemudian ditransfer ke TPS Kebun Binatang pada pagi hari dan hanya satu kali
dalam sehari secara bergantian untuk tiap RT berbeda. Dalam transportasi sampah dilakukan
selama satu hari yakni pengambilan sampah di sumber (rumah permukiman) dengan petugas
pengumpul menggunakan gerobak / pick up kemudian diangkut ke TPS sampai siang hari.
Sehingga jadwal kedatangan petugas pengumpul sampah di TPS paling banyak saat beranjak
pagi atau siang setelah pengumpulan sampah. Namun ada beberapa warga yang langsung
membuang sampah ke TPS pada waktu yang tak tentu, sehingga dapat dikatakan selalu ada
sampah yang masuk ke TPS setiap jam dalam sehari.
Kebiasaan warga yang membuang sampah langsung ke TPS sebenarnya tidak
menimbulkan masalah apabila sampah yang dibuang tersebut tidak tercecer. Sampah yang
tercecer dapat mengganggu kinerja petugas TPS karena petugas harus membersihkan tumpukan
sampah yang tercecer terlebih dahulu sebelum truk pengangkut menurunkan container.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 36
Gambar 5.4. Kebiasaan warga membuang sampah secara langsung ke TPS Kebun Binatang.
5.2. Pengumpulan
5.2.1. Domestik
a. Timbulan Sampah yang Dikumpulkan
Untuk sampling timbulan sampah hanya diambil satu sampel gerobak. Pengukuran ini
dilakukan pada hari Sabtu pukul 08.00 WIB di TPS Kebun Binatang di dapat hasil timbulan
sampah pada tabel 5.2.;
Tabel 5.2. Timbulan Sampah yang Dibawa dalam Satu Kali Ritasi.
No Jenis Jumlah
Domestik
1 Jumlah Rumah 40 Rumah
2 Jumlah Orang 200 orang
3 Total Berat Sampah 72 kg
4 Total Volume Sampah 0,26 m3
Non Domestik
1 Total Berat Sampah 40 kg
2 Total Volume Sampah 0,14 m3
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 37
Timbulan Sampah perorang 0,36 Kg/orang/hari
0,0013 m
3/orang/hari
Total Berat/bulan 3360 Kg
Total Volume/bulan 54 m3
Sementara untuk komposisinya dari Gerobak tersebut dapat dilihat pada gambar 5.5;
Gambar 5.5. Komposisi Sampah di Gerobak (% Berat).
Komposisi sampah di TPS Kebun Binatang masih di dominasi oleh sampah organik
sebesar 68 % yang terdiri dari sisa-sisa sayuran, bahan makanan dan buah-buahan, serta sisanya
berasal dari sampah plastik, kertas maupun botol bekas.
b. Alat yang Digunakan
Jumlah Pengumpul yang membuang sampah ke TPS Kebun Binatang ada 30 orang
petugas pengumpul sampah dari wilayah layanannya masing-masing. Alat yang digunakan untuk
mengumpulkan sampah terdiri dari:
1) Gerobak
Pengumpul yang menggunakan gerobak ada 27 gerobak dengan ukuran gerobak
yang berbeda-beda. Ada 3 tipe gerobak yang diukur dalam penelitian diantaranya
yaitu:
a) Gerobak Tipe I
Organik68%
Plastik12%
Kertas17%
Kain0%
Kaca1%
Besi1%
Lain-Lain1%
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 38
Gerobak Tipe I yang masuk ke TPS Kebun Binatang berjumlah 3 gerobak.
Gerobak ini berukuran 1,5 m x 0,6 m x 0,45 m. Gambar 5.6. menunjukan contoh
dari gerobak Tipe I.
Gambar 5.6. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe I.
b) Gerobak Tipe II
Gerobak Tipe II yang masuk ke TPS Kebun Binatang berjumlah 12 gerobak.
Gerobak ini berukuran 1,4 m x 0,5 m x 1,5 m. Gambar 5.7. menunjukan contoh
dari gerobak Tipe II.
Gambar 5.7. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe II.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 39
c) Gerobak Tipe III
Gerobak Tipe I yang masuk ke TPS Kebun Binatang berjumlah 12 gerobak.
Gerobak ini berukuran 1,5 m x 1 m x 1,4 m. Gambar 5.8 menunjukan contoh dari
gerobak Tipe III.
Gambar 5.8. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Gerobak Tipe III.
2) Triseda
Pengumpul yang menggunakan triseda berjumlah 3 orang. Triseda merupakan
gerobak sampah berseka. Ukuran gerobaknya adalah 3 m x 1,25 m x 1,25 m.
Gambar 5.9 menunjukan contoh dari triseda yang digunakan pengumpul.
Gambar 5.9. Alat Pengumpul Sampah Menggunakan Motor Triseda.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 40
c. Jumlah yang Dijual
Pada sistem pengumpulan ini petugas juga mengambil sampah yang bisa dijual dari
semua sampah yang dikumpulkannya Dari hasil wawancara dengan 3 petugas diketahui dengan
jumlah sampah yang diambil pemulung setiap harinya adalah 4-5 kg dengan wilayah rumah yaitu
sekitar 40 rumah berarti jumlah timbulan sampah yang diambil oleh petugas dapat dilihat pada
Tabel 5.3 (asumsi timbulan sampah perorang di sumber adalah 0,45 kg).
Tabel 5.3. Jumlah Sampah yang Dijual oleh Petugas Pengumpul Sampah.
Jumlah Presentase
(%)
Total 5 kg 0,025 kg/orang 5,56
Plastik 2,5 kg 0,0125 kg/rumah 2,78
Kertas 2 kg 0,01 kg/rumah 2,22
Kaca 0,5 kg 0,0025 kg/rumah 0,56
d. Kecepatan
Wilayah layanan dari tiga sampel petugas pengumpul sampah adalah sebagai berikut:
1) Wilayah Layanan Pak Panjul
Gambar 5.10 menunjukan wilayah layanan Pak Panjul :
Sumber: Google Corp, 2016
Gambar 5.10. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak Panjul).
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 41
2) Wilayah Layanan
Gambar 5.11 menunjukan wilayah layanan Pak Ade :
Sumber: Google Corp, 2016
Gambar 5.11. Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Gerobak (Pak Ade).
3) Wilayah Layanan Pak Amin
Gambar 5.12 menunjukan wilayah layanan Pak Amin :
Sumber: Google Corp, 2016
Gambar 5.12 . Wilayah Layanan Pengumpulan Sampah Dengan Pick Up (Pak Amin).
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 42
Tabel 5.4. Catatan Waktu Pengumpul Sampah di Masing – Masing Wilayah Cakupan.
No Nama
Petugas
Sarana Pengumpul
Sampah
Jenis Tempat Sampah
di Sumber
Rata-Rata Membawa
Gerobak Kosong ke Sumber
(menit/meter)
Rata-Rata Mengumpulkan
Sampah ke Gerobak
(menit/meter)
Rata-Rata Membawa
Sampah ke TPS (menit/meter)
waktu istirahat (menit)
Total (menit/meter)
Waktu Jarak Waktu Jarak Waktu Jarak
Waktu Jarak
1 Amin mobil pick
up trash bag 1:08 80 1:24 20 15:00* 2600 10:00 120* 3547
2 Ade gerobak trash bag
/ tong 1:00 50 1:00 10 30:00 2100 20:00 210 2950
3 Panjul gerobak trash bag
/ tong 1 :00 50 15:00 100 25:00 1400 20:00 300 3143
Catatan: *merupakan asumsi karena sebenarnya mobil tidak membuang sampah ke TPS Kebun Binatang didapat
dari kecepatan mobil bergerak setelah mengumpulkan sampah
Dari hasil data berikut bahwa ada dua pelayanan pengumpulan sampah yakni dengan
menggunakan gerobak dan mobil pick up. Untuk pelayanan menggunakan mobil pick up waktu
yang diperoleh terbilang cepat, akan tetapi disamping petugas pengumpul mengambil dimasing –
masing tempat tong sampah, warga yang berada disekitar juga datang sekaligus membawa
sampahnya untuk diletakkan di mobil pick up tersebut. Dengan kata lain waktu pengumpulan
sampah melalui mobil berkisar 120 menit (mengambil dan menaruh ke pick up) dengan jarak
rumah yang relatif kecil, disamping itu juga waktu petugas dipotong untuk beristirahat
(biasanya) dan terkadang petugas pengumpul memilah sampah terlebih dahulu yang akan dibawa
oleh pemulung sebelum ditaruh ke bak mobil. Sedangkan pada pengumpul yang menggunakan
gerobak waktu yang dicatat berkisar 300 menit dimana petugas pada saat mengambil sampah,
gerobak yang dibawa diparkirkan dahulu yang jaraknya berkisar 100 meter dengan waktu 15
menit (mengambil sampah), disamping itu juga petugas pengumpul ada yang mengambil
beberapa barang ekonomis seperti botol,kertas,dll untuk dijadikan tambahan penghasilannya.
e. Biaya
1) Gerobak
Biaya yang dihitung adalah biaya investasi dan operasional pemeliharaan penyapuan
Pengumpulan Sampah Tabel 5.5 menunjukan biaya operasional dan Tabel 5.6
menunjukan biaya investasi yang dibutuhkan.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 43
Tabel 5.5. Biaya Operasional Pengumpulan Sampah dengan Gerobak
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total
Biaya/bulan
Total
Biaya
pertahun
1 Tenaga Crew 1 Orang 1.000.000 1.000.000 12.000.000
2 Unloading Sampah ke TPS 26 Kali 10.000 260.000 3.120.000
Total 15.120.000
Tabel 5.6. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total Biaya
(Rp)
Umur
Layanan
(tahun)
Biaya/tahun
(Rp)
1 Gerobak Sampah 1 Buah 500.000 500.000 10 50.000
2 Sepatu Boots 1 Buah 97.000 97.000 1 97.000
Total 147.000
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya pengumpulan sampah total adalah adalah
Rp 15.267.000/tahun atau Rp. 1.272.250/bulan dengan timbulan sampah sebesar 3360 kg dan 54
m3 didapat biaya pengumpulannya adalah Rp 378,65/kg atau Rp. 454.375/m3 dengan asumsi
bahwa setiap orang menimbulkan sampah sebanyak 0,36 kg/hari atau 1,3 L/hari dan dalam satu
rumah terdapat lima orang maka biaya yang harus dibayar perbulan untuk setiap rumahnya
adalah Rp. 20.446,875.
2) Pick Up
Untuk pengumpulan mobil pick up tidak dilakukan pengukuran secara langsung mengenai
berapa timbulan sampah yang berhasil dikumpulkan. Oleh karena itu digunakan asumsi bahwa
timbulan sampah perorang perharinya sama dengan yang dikumpulkan gerobak. Karena mobil
pick up ini digunakan untuk melayani 70 rumah maka total timbulan sampah yang dikumpulkan
setiap harinya ada pada Tabel 5.7;
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 44
Tabel 5.7. Timbulan Sampah yang Dikumpulkan Pick Up.
No Jenis Jumlah
Domestik
1 Jumlah Rumah 70 Rumah
2 Jumlah Orang 350 Orang
3 Total Berat Sampah 126 Kg
4 Total Volume Sampah 0,455 m3
Non Domestik
1 Total Berat Sampah 44,1 Kg
2 Total Volume Sampah 0,16 m3
Total Berat/bulan 5103 Kg
Total Volume/bulan 85,71429 m3
Biaya yang dihitung adalah biaya investasi dan operasional pemeliharaan penyapuan
Pengumpulan Sampah Tabel 5.8 menunjukan biaya operasional dan Tabel 5.9 menunjukan biaya
investasi yang dibutuhkan.
Tabel 5.8. Biaya Operasional Pengumpulan Sampah dengan Pick Up.
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total
Biaya/bulan
(Rp)
Total
Biaya
pertahun
(Rp)
1 Tenaga Crew 1 Orang 1.000.000 1.000.000 12.000.000
2 Unloading Sampah ke
TPS 26 Kali 10.000 260.000 3.120.000
3 Pemeliharaan Alat 1 Kali 100.000 100.000 1.200.000
4 Bensin 100 L 7.500 750.000 9.000.000
Total 25.320.000
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 45
Tabel 5.9. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Pick Up.
No Jenis Jumlah Satuan Biaya per
unit (Rp) Total Biaya
Umur
Layanan
(tahun)
Biaya/tahun
1 Mobil Pick Up 1 buah 115.000.000 115.000.000 20 5.750.000
2 Sepatu Boots 1 buah 97.000 97.000 1 97.000
Total 5.847.000
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya pengumpulan sampah total adalah adalah Rp
31.167.000/tahun atau Rp. 2.597.250/bulan dengan timbulan sampah sebesar 5103 kg dan 85,71
m3 didapat biaya pengumpulannya adalah Rp 508,97/kg atau Rp. 673.361/m
3 dengan asumsi
bahwa setiap orang menimbulkan sampah sebanyak 0,36 kg/hari atau 1,3 L/hari dan dalam satu
rumah terdapat lima orang maka biaya yang harus dibayar perbulan untuk setiap rumahnya
adalah Rp. 23.852,30
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa pengumpulan sampah membutuhkan biaya
lebih dari dua puluh ribu rupiah untuk setiap bulannya setiap kepala keluarga, sementara
masyarakat hanya membayar Rp. 5000,00-Rp. 15.000,00 /KK/bulan nya.
5.2.2. Penyapuan Jalan
a. Timbulan Sampah
Untuk sampling timbulan sampah hanya diambil satu sampel penyapu jalan yang
menyapu jalan di daerah jalan . Pengukuran ini dilakukan pada hari Sabtu pukul 08.00 WIB di
TPS Kebun Binatang di dapat hasil timbulan sampah pada tabel 5.10.;
Tabel 5.10. Timbulan Sampah di Penyapuan Jalan.
Berat Total 7,45 Kg
Volume Total 0,06 m3
Densitas TPS 124,17 kg/m3
Panjang Jalan 1 Km
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 46
Timbulan Sampah yang terkumpul ke
TPS
7,45 kg/km/hari
0,06 m3/km/hari
Dari Tabel tersebut bisa dilihat bahwa timbulan sampah jalan adalah sekitar 600
L/km/hari hal ini hampir sama dengan Damanhuri (2011), bahwa timbulan sampah jalan kota
Bandung pada tahun 1994 sekitar 516,94 L/km/hari. Perbedaannya bisa disebabkan oleh kondisi
yang berbeda pada tahun 1994 dan tahun 2016 salah satunya yaitu banyak kemasan plastik yang
dipakai pada tahun 2016 ini yang meningkatkan timbulan dari sampah jalan.
Gambar 5.13. Petugas Penyapu Jalan di Sekitar Jalan Baltos dan Taman Sari.
b. Kecepatan Penyapuan Jalan :
Wilayah layanan petugas penyapu jalan ini ditunjukan oleh Gambar 5.14;
Sumber: Google Corp, 2016
Gambar 5.14 . Wilayah Layanan Petugas Penyapu Jalan
Rute Penyapuan
Rute Ke TPS
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 47
Sementara kecepatan dari penyapuan jalan ditunjukan oleh Tabel 5.11;
Tabel 5.11. Kecepatan Penyapuan Jalan
Panjang Jalan 1 Km
Waktu Penyapuan 3 Jam
Kecepatan Penyapuan 0,33 km/jam
Jarak dari Titik Penyapuan ke TPS 1 Km
Waktu ke TPS 0,25 Jam
Kecepatan membawa sampah ke TPS 4 km/jam
c. Biaya
Biaya yang dihitung adalah biaya investasi dan operasional pemeliharaan penyapuan
jalan Tabel 5.12 menunjukan biaya operasional dan Tabel 5.13 menunjukan biaya investasi yang
dibutuhkan.
Tabel 5.12. Biaya Operasional Penyapuan Jalan/Tahun.
No Jenis Jumlah Biaya per unit (Rp) Total
Biaya
1 Tenaga Crew 1 orang 1.900.000 22.800.000
Total Operasional 22.800.000
Tabel 5.13. Biaya Investasi Penyapuan Jalan/Tahun.
No Jenis Jumlah
Biaya
per unit
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Umur
Pakai
(Tahun)
Total
Biaya
(Rp/tahun)
1 Tempat Sampah 120 L 1 Buah 550.000 550.000 1 550.000
2 Seragam 1 Set 100.000 100.000 1 100.000
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 48
No Jenis Jumlah
Biaya
per unit
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
Umur
Pakai
(Tahun)
Total
Biaya
(Rp/tahun)
3 Sepatu 1 Pasang 150.000 150.000 1 150.000
4 Sapu 1 Buah 15.000 15.000 0,25 60.000
5 Pengki 1 Buah 15.000 35.000 1 35.000
Total Investasi 895.000
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya penyapuan jalan total adalah Rp
22.800.00,00 ditambah Rp 895.000,00 sama dengan Rp 23.695.000,-. Karena dalam sehari
petugas penyapu jalan menyapu jalan sepanjang 1 km maka untuk 1 tahun panjangnya adalah
365 km sehingga biaya penyapuan jalan perkilometernya adalah Rp 64.917,81.
Saat ini PD Kebersihan menyiapkan unit triseda sebagai pengumpul sampah penyapuan
jalan. Penyapu jalan akan mulai menyapu jalan pada pukul 04.00 WIB hingga selasai lalu stand
by di lokasi penyapuan jalannya sampai pukul 10.00 WIB. Triseda inilah yang mengumpulkan
sampah penyapuan jalan, namun rute pengumpulannya tidak menentu bergantung pada lokasi
mana yang selesai. Ilustrasi ditunjukan pada Gambar 5.16.
Gambar 5. 15. Petugas Penyapu Jalan dengan menggunakan unit motor triseda.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 49
Sumber: Google Corp, 2016
Gambar 5.16 . Rute Pengumpulan Sampah Penyapuan Jalan.
Jadi rute pengumpulan sampah dengan triseda ini tidak menentu setiap harinya.
Contohnya bisa dari titik 1 ke titik 3 lalu kembali ke titik 2 tergantung selesainya penyapuan.
5.3. Peran Sektor Informal dalam Pengumpulan Sampah (Sumber Sampai TPS).
Pada sistem pengumpulan ini pemulung sebagai salah satu sektor informal terlibat dalam
upaya daur ulang sampah. Pemulung mengambil sampah-sampah yang memiliki nilai jual untuk
kemudian dijual ke pengepul dan pengepul akan menjualnya ke pabrik daur ulang. Dari hasil
wawancara dengan 3 pemulung diketahui dengan bekerja dari pagi sampai siang hari rata-rata
jumlah sampah yang diambil pemulung setiap harinya adalah 12-15 kg dengan wilayah rumah
yaitu sekitar 70 rumah berarti jumlah timbulan sampah yang diambil oleh pemulung dapat dilihat
pada Tabel 5.14 (asumsi timbulan sampah perorang di sumber adalah 0,45 kg).
Tabel 5.14. Jumlah Timbulan Sampah yang diambil oleh Pemulung
Jumlah Persentase (%)
Total 12 kg 0,034286 kg/orang 7,62
Plastik 7 kg 0,02 kg/rumah 4,44
1
2
3
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 50
Jumlah Persentase (%)
Kertas 4 kg 0,011429 kg/rumah 2,54
Kaca 1 kg 0,002857 kg/rumah 0,63
Gambar 5.17 Salah satu peran sektor informal (Pemulung) yang berada di Sekitar Permukiman.
5.4. Alur Sistem Pengumpulan Sampah
\
Gambar 5.18. Alur Sistem Pengumpulan Sampah.
0,45 kg/org 100%
0,034 kg/org 7,62%
0,025 kg/org 5,6%
0,36 kg/org 80%
0,365 kg/org
85,6%
Bank Sampah
0,025 kg/org 5,5 %
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 51
Dari gambar tersebut, dengan asumsi bahwa timbulan sampah di sumber adalah 0,45
kg/orang/hari (100 %) dari timbulan tersebut sebanyak 85,6% dikumpulkan oleh petugas
pengumpul sampah dan sebagian (7,62 %) dibawa oleh pemulung. Oleh petugas sampah ini
dipilah dan dijual ke pengepul sebanyak 11,11% dan 80% nya di bawa ke TPS kebun Binatang.
Jika dilihat dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa tingkat layanan pengumpulan cukup
tinggi yaitu 85,6% dengan 13,12% nya kemungkinan akan didaurulang sehingga hanya 1,18 %
yang tidak diketahui alirannya kemana bisa dibakar atau dibuang ke sungai atau dibuang
langsung oleh warga ke TPS. Dan terdapat bias dalam hasil ini karena tidak dilakukan
pengukuran langsung di sumber sehingga jika diteliti seharusnya yang berkurang dari sumber
kebanyakan adalah sampah anorganiknya sementara presentasi sampah organik di TPS justru
semakin kecil (68%) padahal jika dilihat dalam literatur komposisi sampah Bandung di sumber
70%-80% nya merupakan sampah organik.
5.5. Evaluasi
5.5.1. Penanganan Sampah di Sumber
Evaluasi untuk sistem penanganan sampah di sumber :
a. Sebaiknya di dalam penanganan sampah skala rumah tangga perlu adanya
penyuluhan / edukasi tentang pemilahan yang tepat guna di skala rumah tangga,
yang memungkinkan warga untuk dapat memilah dan tong tempat sampah yang
terpisah yakni antara sampah organik dan sampah anorganik (Berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013), serta meletakkan tong
sampah tersebut di area yang mudah terjangkau oleh petugas pengumpul
sampah.
5.5.2. Pengumpulan
Evaluasi untuk sistem pengumpulan adalah:
a. Sebaiknya sistem pengumpulan mendukung upaya pemilahan sampah misalnya
dengan memberikan sekat pada alat pengumpul. Hal ini mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2013 bahwa sebaiknya pengumpulan
mendukung upaya pemilahan sampah yang bisa dilakukan dengan penyediaan
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 52
sarana dan prasarananya atau dengan pengumpulan terjadwal dengan ketentuan
bahwa sampah organik minimal dikumpulkan 2 hari sekali
b. Petugas pengumpul sebaiknya dilengkapi dengan alat pelindung diri yang
lengkap seperti baju seragam, sarung tangan dan masker.
c. Kesadaran masyarakat di sekitar TPS Kebun Binatang masih terbilang rendah.
Oleh karena itu diperlukan edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
guna meningkatkan efektivitas dari pengumpulan sampah.
Berikut adalah rincian biaya yang harus dikeluarkan untuk mewujudkan
rekomendasi tersebut tanpa menghitung biaya untuk mengedukasi masyarakat.
1) Gerobak
Biaya yang dihitung adalah biaya investasi dan operasional pemeliharaan
penyapuan Pengumpulan Sampah Tabel 5.15 menunjukan biaya operasional dan Tabel 5.16
menunjukan biaya investasi yang dibutuhkan.
Tabel 5.15. Biaya Operasional Rekomendasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak.
No Jenis Jumlah Biaya per unit
(Rp)
Total
Biaya/bulan
(Rp)
Total
Biaya
pertahun
(Rp)
1 Tenaga Crew 1 orang 1000000* 1000000 12000000
2 Unloading Sampah ke
TPS 26 Kali 10000 260000 3120000
3 Pemeliharaan Alat 1 Kali 20000 20000 240000
Total 15360000
Catatan: *asumsi jam kerja 3-4 jam, untuk petugas di cisitu lama bekerja sampai 6 jam karena sambil memilah
sampah
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 53
Tabel 5.16. Biaya Investasi Rekomendasi Pengumpulan Sampah dengan Gerobak.
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total Biaya
(Rp)
Umur
Layanan
(tahun)
Biaya/tahun
(Rp)
1 Modifikasi Gerobak Sampah 1 buah 1.000.000 1.000.000 10 100.000
2 Seragam 1 buah 1.00.000 100.000 2 50.000
3 Sarung Tangan 1 buah 2.000 2.000 0.041667 48.000
4 Masker 1 buah 5.000 5.000 0.25 20.000
5 Sepatu Boots 1 buah 97.000 97.000 1 97.000
Total 315.000
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya pengumpulan sampah total adalah adalah
Rp 15.675.000/tahun atau Rp. 1.306.250/bulan dengan timbulan sampah sebesar 3360 kg dan 54
m3 didapat biaya pengumpulannya adalah Rp 388,76/kg atau Rp. 466.517/m3 dengan asumsi
bahwa setiap orang menimbulkan sampah sebanyak 0,36 kg/hari atau 1,3 L/hari dan dalam satu
rumah terdapat lima orang maka biaya yang harus dibayar perbulan untuk setiap rumahnya
adalah Rp. 20.993,30.
2) Pick Up
Biaya yang dihitung adalah biaya investasi dan operasional pemeliharaan
penyapuan Untuk biaya operasional sama dengan kondisi eksisting dan Tabel 5.17 menunjukan
biaya investasi yang dibutuhkan.
Tabel 5.17. Biaya Investasi Pengumpulan Sampah dengan Pick Up.
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total Biaya
(Rp)
Umur
Layanan
(tahun)
Biaya/tahun
(Rp)
1 Mobil Pick Up 1 buah 115.000.000 115.000.000 20 575.0000
2 Seragam 1 buah 100.000 100.000 2 50.000
3 Sarung Tangan 1 buah 2.000 2.000 0.041667 48.000
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 54
No Jenis Jumlah Biaya per
unit (Rp)
Total Biaya
(Rp)
Umur
Layanan
(tahun)
Biaya/tahun
(Rp)
4 Masker 1 buah 5.000 5.000 0.25 20.000
5 Sepatu Boots 1 buah 97.000 9.7000 1 97.000
Total 5.965.000
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya pengumpulan sampah total adalah adalah
Rp 31.285.000/tahun atau Rp. 2.607.083/bulan dengan timbulan sampah sebesar 5103 kg dan
85,71 m3 didapat biaya pengumpulannya adalah Rp 510,89/kg atau Rp. 673.361/m
3 dengan
asumsi bahwa setiap orang menimbulkan sampah sebanyak 0,36 kg/hari atau 1,3 L/hari dan
dalam satu rumah terdapat lima orang maka biaya yang harus dibayar perbulan untuk setiap
rumahnya adalah Rp. 23.942,60.
Jadi biaya yang dibutuhkan untuk pengumpulan sampah dengan gerobak lebih murah
dibandingkan dengan mobil pick up. Dari wawancara dengan 4 responden diketahui keinginan
membayar dari masyarakat terdapat pada Tabel 5.17.
Tabel 5.18. Keinginan Membayar Masyarakat dalan Hal Pengumpulan Sampah
Responden Biaya (Rp/bulan)
1 5.000
2 15.000
3 25.000
4 45.000
Rata-Rata 22.500
Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai rata-ratanya sekitar Rp. 22.500,00 sudah
memenuhi biaya pengumpulan sampah dengan gerobak dan hampir mendekati biaya
pengumpulan sampah dengan mobil pick up. Namun kemauan membayar responden cukup
variatif jika dilihat dari responden 1 sampai responden 4. Untuk mengatasi hal ini bisa
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 55
dipertimbangkan sistem subsidi silang dengan memperhatikan kemampuan ekonomi dari
masyarakat.
5.5.3. Penyapuan Jalan
Untuk penyapuan jalan waktu penyapuan jalan dari jam 04.00 WIB sampai 10.00
WIB sudah cukup baik karena membuat lingkungan cukup bersih terutama di pagi dan siang
hari. Namun harus benar-benar dipastikan bahwa petugas penyapu datang benar-benar pukul
04.00 WIB tidak ada yang terlambat, dan petugas yang kinerjanya paling cepat ditempatkan di
titik-titik awal rencana pengumpulan dengan triseda. Hal ini dilakukan agar ada rute yang tetap
setiap harinya dan diharapkan proses penyapuan dan pengumpulan sampahnya berjalan lebih
efektif.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 56
BAB VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan penelitian yang kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya;
1. Timbulan sampah di TPS Kebun Binatang berasal dari aktivitas rumah tangga (domestik)
dan non domestik (warung makan, kios, restoran, perhotelan dan lain-lain). Besarnya
timbulan sampah rata – rata 54 m3/bulan. Komposisi sampah yang dihasilkan dari TPS
Kebun Binatang rata – rata per hari didominasi sampah organik sebesar 68%, sampah
plastic 12%, sampah kertas 17%, sampah kain 0%, sampah kaca 1% (Botol Minuman
Kaca), lain – lain 1 %. Dengan menggunakan sampel gerobak yang berukuran 1,5 m x 0,6
m x 0,45 m (Gerobak Tipe I).
2. Penanganan di sumber sampah, berdasarkan responden penghuni di Jalan Cisitu Lama
RW 10, sudah melakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik yang
didapat rata – rata sebesar 5,25% berat sampah yang dimanfaatkan baik itu dijual ke
tukang loak atau dimasukan ke bank sampah. Berdasarkan pengamatan, tipe pewadahan
sebagian warga masih menggunakan trash bag dan atau kantong plastik sebagai
pewadahan sampah sementara, akan tetapi ada pula yang menggunakan tong sampah yang
diletakkan di depan pagar rumah/ dalam pagar.
3. Untuk total waktu pengumpulan sampah satu ritasi dari 3 petugas yang berhasil diamati,
dari datangnya gerobak sampah kosong kemudian mengambil sampah di sumber
(rumah/kost/warung makan/dll), dan ditransfer ke TPS Kebun Binatang dengan total
waktu dan jarak; Petugas I (Pak Amin) 29,56 m/menit; Petugas II (Pak Ade) 14,05
m/menit; dan Petugas III (Pak Panjul) 10,48 m/menit. Dari petugas tersebut
mengumpulkan sampah dari sumber melalui gerobak (petugas II & III) dan satu mobil
pick up (petugas I). Dari jarak yang diketahui bahwa dalam cakupan wilayah
pelayanannya dari masing – masing petugas berbeda.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 57
4. Pengumpulan sampah dengan menggunakan mobil pick up lebih cepat dibandingkan
dengan gerobak. Namun gerobak tetap diperlukan karena lebar jalan di permukiman yang
terbilang kecil. Untuk Pak panjul kecepatannya lebih lambat dibandingkan dengan Pak
ade, karena pak panjul sendiri memilah sampah yang dapat dimanfaatkan pada saat
melakukan pengumpulan sampah.
5. Sektor informal yang berperan di permukiman maupun di TPS adalah petugas kebersihan
(penyapu jalan) dimana penyapu jalan tidak hanya mengumpulkan sampah di jalan – jalan
protokol melainkan petugas mendapatkan tambahan penghasilan dari mengumpulkan
sampah di instansi (BANK) yang berada di wilayah cakupan petugas tersebut serta
pemulung yang berada disekitar permukiman dengan maksud mencari tambahan
penghasilan dengan memilah sampah anorganik (Botol, Plastik, Kertas mencapai 12
kg/hari).
6.2. Saran
Saran yang dapat kami berikan untuk sistem pengumpulan dari sumber sampai di TPS
Kebun Binatang Taman Sari adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan sistem insentif dan dis insentif bagi masyarakat domestik dimana untuk
meningkatkan kesadaran dalam penanganan sampah khususnya pewadahan dan
pemilahan.
2. Menyediakan perlengkapan dan peralatan standar bagi petugas pengumpul sampah seperti
sarung tangan, sapu lidi, masker dan sebagainya.
3. Melakukan pemeliharaan rutin untuk sarana pengumpul sampah untuk memperpanjang
umur pakainya.
4. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan pemilahan sampah.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 58
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri dan Tri Padmi: Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL 3104, Teknik
Lingkungan ITB, Agustus. 2010
Mendagri. (2010). Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010 tentang
pedoman pengelolaan sampah. Jakarta.
SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991- 03 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 59
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 60
DOKUMENTASI OBSERVASI DAN WAWANCARA
Gambar 1. Pengukuran sampel sampah dari Gerobak dengan necara pegas di TPS Kebun
Binatang.
Gambar 2. Melakukan pemisahan komposisi sampah setelah dilakukan pengukuran sampling
box.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 61
Gambar 3. Melakukan penimbangan pada komposisi sampah.
Gambar 4.Pelaksanaan wawancara dengan narasumber penyapu dan stakeholder PD Kebersihan.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 62
Gambar 5. Pengukuran dimensi gerobak.
Gambar 6. Kondisi Eksisting TPS Kebun Binatang.
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 63
LAMPIRAN B
PERTANYAAN WAWANCARA
Tugas 3 Laporan Sistem Pengumpulan Sampah Page 64
Wawancara Warga
a. Jumlah orang di rumah dan timbulan sampah perhari didapat data timbulan data
kg/o/hari atau l/o/hari
b. Jumlah sampah yang di reduce, reuse, recycle dan dijual (persen berat/volume dari
total sampah yang timbul)
c. Jumlah sampah yang dibakar, dibuang ke sungai dsb (persen berat/volume dari total
sampah yang timbul)
d. Biaya yang biasa dibayar untuk pengumpulan sampah
e. Biaya yang sebenarnya mampu warga pantas bayar untuk pengumpulan sampah
f. Kebiasaan membersihkan rumah/jalan/halaman
g. Wadah yang mereka sediakan untuk pengumpulan dan kebiasaan memilah sampah
Wawancara petugas Pengumpul
a. Gaji untuk pengumpulan sampah
b. Berat sampah yang mereka pilah untuk dijual
c. Total jarak dalam pengumpulan sampah
d. Biaya untuk APD/seragam
Wawancara ketua RT/RW
a. Biaya penyediaan alat pengumpul
b. Biaya pemeliharaan
c. Biaya pengadaan seragam
Wawancara penyapu jalan
a. Waktu yang digunakan untuk menyapu jalan
b. Luas daerah penyapuan dan jarak dari titik penyapuan ke TPS
c. Waktu yang digunakan untuk membawa sampah ke TPS
d. Gaji petugas
e. Biaya untuk pengadaan dan pemeliharaan alat dan APD
Wawancara pemulung
a. Berat sampah yang mereka jual
b. Wilayah mereka bekerja
c. Waktu mereka bekerja
Wawancara petugas TPS
a. Berapa jumlah dan jenis alat yang masuk ke TPS
b. Wilayah layanan TPS
c. Gaji petugas TPS
d. Tugas Petugas TPS dan waktu yang digunakan untuk melakukan tugas tersebut
e. Biaya pengadaan seragam dan APD
f. Berat sampah yang diambil petugas untuk dijual