laporan pengendalian vektor (2).docx
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR...........................................................................................................................iDAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................1
C. TUJUAN........................................................................................................................................2
D. MANFAAT...................................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................................3
A. PENGERTIAN..............................................................................................................................3
B. KLASIFIKASI VEKTOR..............................................................................................................3
C. SIFAT-SIFAT DAN JENIS...........................................................................................................4
D. PERANAN VEKTOR.................................................................................................................15
E. TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR .....................................................................................15
F. METODE PENGENDALIAN.....................................................................................................15
G. KEGIATAN PENGENDALIAN.................................................................................................19
BAB III PENGAMATAN / SURVEI LAPANGAN...........................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................................22
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................24
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................24
B. SARAN.......................................................................................................................................24
LAMPIRAN........................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wilayah pedesaan masih banyak mengalami masalah yang berhubungan dengan
kebersihan yang kurang di perhatikan dan dapat mengganggu kesehatan, dimana di
wilayah pedesaan masyarakatnya dominan petani, dimana di wilayah ini masih banyak
persahawan yang luas yang berada tidak jauh dari rumah.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang
besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang
belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadan ini
dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga
memungkinkan berkembang biaknya vektor.
Dalam menuju Indonesia sehat tahun 2014 dan untuk mewujudkan kualitas dan kuantitas
lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum dari tujuan nasional, sangat
diperlukan pengendalian vektor .
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian vektor
b. Tujuan pengendalian vektor
c. Manfaat pengendalian vektor
d. Cara pengendalian vektor
1
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian vektor
b. Untuk mengetahui tujuan pengendalian vektor
c. Untuk mengetahui manfaat pengendalian vektor
d. Untuk mengetahui cara pengendalian vektor
D. MANFAAT
a. Mampu menjelaskan pengertian vektor
b. Mampu menjelaskan tujuan pengendalian vektor
c. Mampu menjelaskan manfaat pengendalian vektor
d. Mampu melakukan pengendalian vektor
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
Vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari seekor binatang atau
seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya.
Vektor adalah jenis serangga dari phyllum Arthopoda yang dapat memindahkan/
menularkan suatu penyakit (infectiuous agent) dari sumber infeksi kepada induk semang
yang rentan ( susceptible host).
Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh vektor
dengan meminimalkan habitat potensial perkembangbiakan vektor, menurunkan
kepadatan dan umur vektor untuk mengurangi kontak vektor dengan manusia atau
memutus rantai penularan penyakit
B. KLASIFIKASI VEKTORArthropoda berarti kaki yang beruas-ruas/bersendi-sendi (arthon=sendi, poda=kaki). Dari
phyllum Arthopoda tersebut yang menjadi vektor adalah:
1. Ordo Dipthera, kelas hexapoda (kaki enam), contohnya:
a. Nyamuk Anopheles sebagai penyakit malaria.
b. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit DHF.
c. Nyamuk Culex fatigans sebagai vektor penyakit elefantiasis ( kaki gajah).
d. Lalat ruamah (musca domestica, domestic fly) sebagai vektor penyakit perut.
e. Lalat Tse-tse sebagai vektor penyakit sleeping sickness (penyakit tidur abadi)
f. Lalat kuda (tomoxys calcitrans) sebagai vektor penyakit antraks.
2. Ordo siphonaptera. Contohnya pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) sebagai vektor
penyakit plague (pes)
3. Ordo Anoplura. Contohnya, kutu kepala (pediculus humanus capitis) sebagai vektor
penyakit relapsing fever ( demam balik-balik).
3
4. Kelas Aracnoidea.
a. Tick sebagai vektor penyakit relapsing fever
b. Mite sebagai vektor penyakit scrub typhus, endemic typhus, dan skabies.
5. Kelas Crustacea. Sebagai vektor penyakitt paragonomiasis.
6. Kelas Myiapoda Sebagai vektor penyakit hymenolepsis.
7. Ordo Hemiptera. Sebagai vektor Pengganggu. Contohnya, kutu busuk (Cimex
rotundatus).
8. Ordo Isoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis rayap
9. Ordo Orthoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis belalang.
10. Ordo Culeoptera. Sebagai vektor pengganggu jenis kecoa.
11. Ordo Aracnoidea. Sebagai vektor pengganggu jenis kalajengking.
Terdiri dari beberapa jenis tikus, terdapat 2 golongan:
1. Tikus besar/rat (Rattus-rattus) terdiri dari:
a. .Rattus norwegicus (tikus got/ tikus riol)
b. Rattus diardii (tikus atap)
c. Rattus alexandricus (tikus Alexandria)
d. Rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil (mice/ mouse): Musculus (tikus rumah)
C. SIFAT-SIFAT VEKTOR
1. Nyamuk
Ada dua kelompok nyamuk yang dikenal di dunia kesehatan, yaitu Tribus culini dan
Trirbus anophelini. Tribus anophelini yang terkenal adalah genus Anopheles,
sedangkan Tribus culini adalah genus Aedes, culex dan Mansonia. Siklus hidup
nyamuk terdapat empat stadium, yaitu telur, jentik, pupa, dan dewasa.
4
DEWASA
PUPA
JENTIK
TELUR
a. Telur
Nyamuk betina meletakkan telurnya di tempat yang berair. Anopheles akan
meletakkan, telurnya di atas permukaan air satu per satu atau bergerombol namun
terpisah satu dengan yang lainnya mengapung di air karena mempunyai
pelampung. Culex meletakkan telur secara bergerombol di atas permukaan air
berbentuk rakit sehingga dapat mengapung.
Aedes meletakkan telurnya berbatasan dengan permukaan air melalui permukaan
benda terapung atau melekat pada dinding tempat air. Mansonia meletakkan
telurnya menempel pada tumbuhan air secara bergerombol berbentuk karangan
bunga. Stadium telur memerlukan waktu 4 hari sebelum menjadi jentik.
b. Jentik
Terdapat empat tingkatan perkembangan jentik (instar) yaitu instar pertama, kedua,
ketiga, dan keempat sampai bulu-bulunya lengkap baru teridentifikasi jenisnya.
Pertumbuhan jentik dapat dipengaruiri beberapa faktor antara lain: temperatur,
kecukupan nutrisi, faktor predator dan kedalaman air. Jentik Anopheles tidak
mampu berenang lebih dalam dari 1 meter.
c. Pupa/Kepompoag
Stadium pupa merupakan stadium tidak bergerak (inaktif), tidak memerlukan
nutrisi sebagai makanannya namun masih memerlukan oksigen untuk
kehidupannya yang diambil melalui corong napasnya. Proses stadium pupa
memerlukan waktu 1-2 hari. Pada stadium ini terbentuk sayap sampai mempunyai
kemampuan untuk keluar dan terbang.
d. Dewasa
Dari kepompong/pupa keluar nyamuk dewasa. Jenis kelaminnya baik jantan
maupun betina dengan jumlah porsi yang sama banyaknya. Nyamuk jantan keluar
lebih dahulu daripada betinanya kemudian tinggai di dekat sarangnya. Setelah
betinanya keluar dari kepompong akan segera kawin dengan jantannya. Selesai
kawin, nyamuk betina akan beristirahat dulu selama 11 hari lalu mencari makan
berupa darah hewan maupun manusia. Nyamuk jantan
tidak mengisap darah, tetapi rnencari makanan di sekitar tempat tinggalnya dari
sari tumbuh-tumbuhan.
Setelah mengisap darah, nyamuk betina kembali akan beristirahat untuk
pematangan telur dalarn tubuhnya. Meskipun tanpa perkawinan akan tetap dapat
5
menghasilkan telur namun tidak dapat menetas (mandul) meskipun dimatangkan
oleh darah. Siklus produksi telur akan tetap berlangsung selama hidup (genotropic
cycle). Pada masa genotropic cycle ini terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Darah penuh dalam perut nyamuk berarti telur muda
2) Darah tinggal setengah berarti telur setengah tua (half gravid)
3) Darah kosong berarti telur tua (gravid)
e. Perilaku Hidup
Dalam kehidupannya, nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat vaitu:
1) Tempat berkembang biaknya/sarang (breeding places). Sesuai siklus hidupnya,
nyamuk harus dekat dengan air. Breeding places nyamuk berbeda sesuai
jenisnya. Culex dapat hidup di sembarang jenis air. Aedes hanya mau hidup di
air yang jernih/bersih beralaskan bahan buatan/artifisial (drum, bak, ban bekas,
kaleng), bukan tanah/alamiah. Artopheles beragam breeding places-nya
bergantung pada jenis nyamuknya:
a) Air payau, yaitu di muara sungai, pada tambak ikan laut. Jenis nyarnuknya
adalah An. sundaicus, An. albopictus, An. Vagus.
b) Air tawar. Hampir semua jenis Anopheles senang di air tawar.
c) Air yang langsung kena matahari. Jenisnya adaiah An. Sundaicus, An.
maculatus
d) Air yang terlindung dari sinar matahari. Jenisnya adalah An. vagsus, An.
umbrocus, An. barbirostris.
e) air dalam (kubangan,telapak kaki berair ,bekas roda dll).jenisnya adalah
An.vagus,An.idenfinitus,An.leucosfirus.
f.Air yang aliranya tenang(di sawah) jenisnya adalah An.aconitus,An
vagus,An barbirostis,An idenfinitus,An anularis
2) Tempat untuk mendapatkan makanan(fleeding places). Dikenal 2 golongan
nyamuk ;
a) Meyukai darah hewan
b) Menyukai darah manusia ataupun hewan
Berdasarkan waktu aktifnya terdiri dari malam hari(nokturnal) dan siang
hari(diurnal). Berdasarkan jarak terbang, ada yang dapat mencapai 5km(An.
Sundaikus). Berdasarkan waktu aktifnya di malam hari,An. Sundaikus
berperilaku sebagai berikut.
6
1) Masuk rumah, hinggap di badan,langsung menggigit,kemudian terbang ke
luar rumah
2) Masuk rumah,hinggap di dinding, menggigit,lalu keluar rumah.
3) Masuk rumah,mengigit,hinggap di dinding,keluar rumah
4) Masuk rumah,hinggap di dinding,mengigit,hingap di dinding lagi,keluar
rumah. mencari tempat istirahat kemudian beristirahat selama 2-3 hari untuk
mematangkan telurnya . setelah telurnya matang lalu mencari breeding places
untuk bertelur . resting places nyamuk adalah;
1) Didalam ruangan
2) Di luar rumah seperti gua,parit,tebing,semak semak atau tempat dimana
tidak ada pemangsanya dan terhindar dari sinar matahari.
F. Kebiasaan Hidup
Kebiasaan Hidup ini perlu di pelajari karena sangat erat kaitanya dengan upaya
penendalian dan pemberantasanya antara lain;
1) Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan, mencari makan dan lamanya
hidup.
2) Kebiasaan yang berhubungan dengan waktu aktif dan siklus menggigitnya.
3) Kebiasaan berlindung di luar rumah dan keluar rumah
4) Kebiasaan memilih mangsa
5) Kebiasaan didalam rumah yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban,
dan lain-lain
6) Kebiasaan keluar rumah atau di luar rumah
2. Lalat
a. Super Famely Muscoidea Terbagi dalam dua golongan ;
1) Acalyprata
2) Caliprata
a) Family muscoidea : non-biting (genus musca) dan biting (stomoxis,
glossica, lyperosia)
b) Family calliphoridae : lucilla, chrysomia,cochiliomyia,auchmeromyia,
cordylobia, calliphora
c) Family sarcophagidae : sarcophaga dan wahlfahria
d) Family Oestridae : Oestrum , hypodermia , gasterophylia, dermatobia
e) Family tachinidae
f) Family Anthomydae terdiri dari genus fania
7
b. Genus Musca
Dalam genus ini yang terpenting adalah terdapat di dalam rumah dan di sekitar
rumah. Siklus hidupnya adalah terdiri dari empat stadium telur , larva, pupa, dan
dewasa.
1) Stadium telur.
Stadium ini merupakan waktu 12-24 jam.bentuk telur lonjong bulat berwarna
putih, besarnya telur 1-2mm, di keluarkan oleh lalat betina sekaligus sebanyak
150-200 butir. Temperatur sangat mempengaruhi karena semakin hangat
semakin cepat proses pematanganya.
2) Stadium larva.
Larva lalat berbentuk bulat panjang kurang lebih 8mm,warna putih kekuning
kuningan agak keabuanbersigmen 13 dikalangan masyarakat biasa di sebut
belatungpada saatnya larva dewasa akan mencari tempat kering dan berubah
menjadi kepompong sekitar 2-8 hari dengan temperatur 73°C dengan
tingkatan :
a) Setelah keluar dari telur, belum banyak pergerakan
b) Setelah menjadi dewasa banyak pergerakan
c) Setelah tingkatan terakhir banyak pergerakan
3) Stadium pupa
Lamanya dari stadium ini antara 2-8 hari tergantung temperatur
stempat.Bentuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam panjang 8-10 mm.
Pada stadium ini jarang ada pergerakan dan sudah mempunyai selaput keras
yang di sebut chitine. Dan bagian depan terdapat spiracle (lubang nafas) di
sebut fosterior spiracle
8
DEWASA
KEPOMPONG
TELUR
LARVA
4) Stadium Dewasa
Dari pupa ini akhirnya terwuwjud lalat dewasa. Dari stadium telur sampai
menjadi dewasa memerlukan waktu selama 7-14 hari.
Sarang lalat umumnya adalah kotoran manusia dan hewan serta bahan bahan
organik lainya baik yang segar ataupun yang membusuk.
masa bertelurnya 4-20 hari, sexual maturity 2-3 hari. Perkawinan terjadi pada
hari ke -2 sampai ke 12 sesudah keluar dari kepompong.
lalat tidak suka terbang terus menerus,setiap saat selalu hinggap. Jarak terbang
lalat antara 0,5-20km. Jenis lalat meliputi :
a) Musca domestica-domestica
b) Musca domestica vicina
c) Chrysomia megacephala(lalat hijau)
d) Sarcophaga SPP(lalat daging)
3. Pinjal
a. Ordo siphonaptera
Disebut juga Aphaniptera. Tanda tanda umum adalah
1) Tanpa sayap, badan pipih lateral
2) Antena pendek terdiri dari 3 segmen
3) Ada atau tidak mata
4) Dengan atau tidak tanpa sisik
5) Punya tiga pasang spiracle(lubang nafas)
6) Ada 7 pasang spiracle pada abdomen
7) Abdomen terdiri dari 10 segmen dan 3 segmen terakhir membentuk alat
kelamin.
8) Metamorfosa sempurna.
9
TELUR
DEWASA LARVA
a) Telur
Telur pinjal biasanya terdapat pada sarang-sarang binatang rumah, pada
debu atau kotoran disela-sela lantai dibawah karpet, atau menempel pada
bulu atau rambut host (manusia, kucing, anjing, tikus). Bentuk telurnya oval
warna keabu-abuan. Setiap bertelur mengeluarkan 4-8 butir.
b) Larva
Larva pinjal tidak bermata dan tidak berkaki, bentuknya seperti ulat kecil
wanakuning atau coklat muda, panjangnya 3 mm, bersegmen 10-12.
Makanannya terdiri dari kotoran yang terdapat dilantai, saranh host, ada
juga yang menghisap darah host. Larva banyak gerakan tapi takut cahaya.
Larva ini kemudian membentuk cocon yang diliputi benang seperti ulat
sutera untuk menjadi kepompong, lamanya mencapai 7-100 hari.
c) Dewasa
Dari telur sampai menjadi pinjal dewasa memerlukan waktu 2 minggu
sampai 1 tahun lebih. Pinjal dewasa memerlukan darah untuk keperluan
hidupnya, paling tidak setiap hari satu kali. Pada umumnya pinjal
merupakan ectoparasite pada tikus, anjing dan kucing.
Kaki belakang pinjal sangat kuat untuk dipakai meloncat sampai 30-50 cm
kesamping atau ke atas. Umur pinjal dapat mencapai 1 tahun lebih. Di Indonesia
dan di daerah tropis lainnya dikenal jenis Xenopsylla cheopis merupakan vektor
utama penyakit pest. Umur pinjal 1-3 bulan, pada temperature relative lebih
lama.
b. Ordo Anoplura
Disebut juga sebagai tumo, kutu manusia atau suckinglice. Ciri-ciri umumnya lihat
pada gambar. Klasifikasi meliputi Family Pulicidae genus Xenopsylla, Pulex,
Ctenocephalides, Letopsylla dll. Jenis yang berhubungan dengan vector penyakit
manusia, ada tiga jenis:
1) Kutu kepala (pediculus humanus capitis )
2) Kutu badan (pediculus humanus corporis)
3) Kutu kelamin/tumo (phtirus pubis)
Kutu-kutu ini merupakan vector penyakit Typhus exanthematicus, Relapsing fever,
Scrub typhus.
10
c. Ordo Hemiptera
Ordo ini yang berhubungan dengan manusia dikenal dua jenis yaitu kutu
busuk/kepinding (Cimex rotundatus, Cimex lectularius) dan kutu bersaya
(Triatoma megistus). Kutu busuk makanannya adalah darah manusia, peranannya
dalam menimbulkan ganggguan adalah bekas gigitannya menimbulkan iritasi pada
kulit berupa gatal-gatal dan bentol-bentol, serangan kutu busuk ini mengakibatkan
orang jadi terganggu aktifitasnya, baik sedang santai, sedang bekerja maupun
sedang istirahat/tidur, selain itu bau kutu busuk (apabila tergilas) adalah sangat
khas. Gangguan penyakit akibat kutu busuk tidak jelas kecuali Triatoma megistus
dilaporkan dapat menularkan penyakit Chagas atau Tripanosoma nosomiasis di
Amerika selatan karena disebabkan oleh parasit Triponosoma cruzi.
Betinanya dapat bertelur 10-50 butir per hari dan selama hidupnya dapat bertelur
sampai 500 butir. Sarangnya adalah dekat dengan kehidupan manusia antara lain
pada lipatan kasur/bantal, pada selimut, pada celah –celah tempat tidur, tikar, celah
kursidan di dinding bilik/anyaman bambu. Penyebarannya melalui badan manusia
melekat di pakaian lalu pindah ketempat lain. Telurny menetas dalam 7-30 hari,
rata-rata 10 hari. Dari telur menetas keluar anak kutu (nymph). Umur kutu busuk
rata-rata 1 tahun. Dapat bertahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun.
d) Ordo Orthopthera
Family Blattidae, genus Blattela (B. germanica/ german cockroach), genus
Perriplaneta (P. Australasia, P. Americana), genus Blata (B. orientalis). Ordo ini
terkenal dengan nama kecoa/lipas (cockroach). Telur lipas terdapat dalam kapsul
disebut ootheca. Telur ini selalu dibawa-bawa oleh induknya. Stadium telur selama
15-32 hari, nymph selama 74 -194 hari, dewasa selama 260-440 hari. Peranan
dalam menombulkan masalah kesehatan tidak begitu tampak, namun mengingat
kehidupannyamenyenangi tempat-tempat yang kotor memungkinkan dapat
menularkan bibit penyakit tertentu. Misalnya bakteri, cacing, protozoa, virus, dan
jamur. Banyaknya kecoa dalam suatu pemukiman menunjukkan masih rendahnya
kualitas higiene sanitasi lingkungan pemukiman tersebut.
11
4. Tikus
Jenis Familia Muridae
a. Ordo Insectivora
1) Hylomys suillus.disebut juga sebagai tikus babi (di Wonosobo,Malaysia) karena
ekornya pendek seperti ekor babi. Makanannya serangga,berbulu coklat,hidup
di tanah dipegunungan/dataran tinggi.
2) Suncus Mirinus. Termasuk S. Caerules,bahasa jawa disebut celurut,bahasa
sunda disebut cucurut. Biasa hidup dekat dengan manusia,moncong panjang
lancip,mata kecil,bulu hitam mengkilap atau sawo mateng,mengeluarkan bau
khas dari air kencingnya,berbunyi keras saat terkejut.
3) Crocidurafuliginosa.Disebut cocorut hutan (Malaysia). Badan seperti S murinus
namun lebih kecil. Warna bulu badan lebih gelap.
b. Ordo Redenta
1) Rattus rattus diardil.Dikenal sebagai Mus rattus diardil dan Mus griseventer. Di
Indonesia sebagai tikus rumah. Punggung warna cokelat,dada dan perut sawo
mateng atau abu-abu. Ekor berwarna gelap.
2) Rattus tiomanicus . Punggung warna cokelat,dada dan perut putih susu atau
sedikit kekuning-kuningan. Ekor berwarna gelap,bulu lembut. Tikus ini hidup di
luar rumah di lading yang banyak pohonnya,merupakan hama utama kelapa
sawit.
12
TELUR
KEPOMPONG
LARVAIMAGO
3) Rattus argentiventer. Di Indonesia di kenal sebagai tikus sawah. Punggung
cokelat,bulu warna gelap terang seolah berbintik. Hidup di sawah,tegalan dan
rumput alang-alang.
4) Rattus nerwegicus. Disebut juga sebagai rattus decumanus dan Mus norwegicus.
Di Indonesia di kenal sebagai tikus got/tikus rilo/tikus air. Punggung
cokelat,dada dan perut abu-abu,ekor gelap di pangkalnya dan agak pucat di
bagian ujungnya. Hidup di saluran parit perumahan,pelabuhan,di perkotaan.
5) Rattus exulans. Disebut juga rattus concolor. Dikenal sebagai tikus kecil di
rumah-rumah. Punggung cokelat,dada dan perutnya abu-abu. Meskipun sering
berkeliaran di rumah-rumah,tetapi bersarangnya di lading atau di kebun yang
belum di olah.
6) Rattus niveventer.Disebut juga sebagai tikus bukit. Dikenal sebagai tikus
gunung putih. Punggung cokelat kemerahan sampai sawo mateng,dada dan peru
tputih atau kekuningan,pangkal ekor gelap dan ekornya putih. Tinggal di
gunung ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut.
7) Bandicota indica. Dikenal sebagai tikus wirok besar atau wirok hitam. Bentuk
lebih besar,bulu kasar,warna abu-abu atau cokelat abu-abu,ekor cokelat gelap.
Hidup di daerah pesawahan.
8) Bandicota bengalensis. Dikenal sebagai tikus wirok kecil atau wirok ekor
pendek. Bentuk lebih kecil,bulu sangat gelap warna abu-abu sampai hitam,ekor
keseluruhannya gelap. Hidup di daerah pesawahan .
9) Mus musculus. Dikenal sebagai tikus terkecil atau mencit
(Malaysia),nyingnying (Jawa). Bentuk sangat kecil,bulu lembut berwarna abu-
abu,dda lebih abu,ekor coelat gelap. Hidup di perumahan,gudang yang banyak
tersimpan makanan,di warung/toko/supermarket.
10) Mus cervicolor. Disebut juga “Fawn Coloret Mouse”. Di jawa disebut sebagai
mencit. Bentuk kecil bulu halus,punggung warna cokelat gelap,dada dan perut
abu-abu putih,pangkal ekor cokelat dan ujungnya abu-abu. Hidup di daerah
reremputan yang tinggi pada krtinggian 300 meter dari permukaan laut.
Masalah Akibat Gangguan Tikus
Tikus dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia antara lain:
a. Kerugian ekonomi karena tikus merusak bahan baku,peralatan,bahan
makanan,tanaman/hasil pertanian dan faslitas lainnya.
13
b. Kerugian material karena bahan dan fasilitas yang dirusak tidak tapat
dimampaatkan lagi.
c. Kerugian estetika karena akibat aktifitas tikus menghasilkan kotoran/ sampah,
feses dan air kencingnya menimbulkan bau tidak sedap, kemudian fasilitas yang
dirusak menggangu pemandangan.
d. Kerugian kesehatan karena tikus merupakan host untuk beberapa agent penyakit
menular( rodent borne diseases) antara lain:
1) Penyakit pes (plague). Host penyakit ini adalah R. diardii, dan R. exulans,
sedangkan jenis pinjalnya adalah xenopsylla xeopis. Pinjal ini hidup pada badan
tikus sebagai kutu tikus. Mengisap darah sambil menularkan penyakit dari host
ke host lain.
Tikus yang tertular ini akan menderita akit kemudian mati, pinjalnya akan
berpindah ke tikus lain atau menggigit manusia. Secara epidemiologis apabila
disuatu daerah terdapat tikus yang mati tampa perlu tindakan investigasi dengan
dukungan laboratorium, melakukan pengamana terhadap bangkai tikus tersebut
dan melakukan tes infeksi di daerah terjangkit. Pes pada manusia disebut juga
pest bubo (bubonic plague), apabila menjalar ke paru-paru disebut pneumonic
plague. Tidak semua host tertular menjadi sakit, yang tidak sakit namun
mengandung penyakit (infeksi) disebut carrer.
2) Penyakit leptospirosis. Host dari penyakit ini adalah R. norwegicus, R. exulans
dan R. argentiventer. Leptospitosis disebabkan oleh agent penyakit bernama
leptospira yang hidup dan berkembang biak pada organ ginjal tikus. Melalui
kencing tikus agent ini dapat menular ke manusia melalui lapisan lender kulit
host yang terluka atau minum air yang tercemar oleh kencing tikus infektif ini.
3) Penyakit murine typus. Agent penyakit ini adalah rickettsia mooseri. Pnyakit
ini sangat dekat dengan pest, karena mungkin infeksinya terjadi bersamaan
mengingat hostnya sama yaitu R. diardii dan pinjalnya X. chepis.
4) Penyakit scrub typhus. Agent penyakit ini adalah rickettsia yang hidup pada
vector bernama trombiculus gagamushi atau T. deliensis. Penyakit ini hostnya
adalah R. diardii dan R. argentiventer.
5) Hantaviruses infection. Penyakit ini hostnya adalah M. musculus P.
maniculatus P. maniculatus, P. boylii, P.truei, dan P. leucopus.
14
D. PERANAN VEKTOR
Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular
penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat,
semut, lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit pada
manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne
diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases.
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat
melalui beberapa cara yaitu :
1. Dari orang ke orang
2. Melalui udara
3. Melalui makanan dan air
4. Melalui hewan
5. Melalui vektor arthropoda (Chandra,2003).
E. TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR
1. Mencegah wabah penyakit, memperkecil risiko kontak antara manusia dengan vektor
penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas,
dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying,
baiting, trapping)
F. METODE PENGENDALIAN
Pengendalian vector dan binatang penggungu adalah upaya untuk menguranggi atau
menurunkan populasi vector atau binatang penggangu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vector dan
binatang penggungu tersebut. ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang
penggangu diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Cara Kimia
Cara ini lebih mengutamakan pengunaan pestisida / rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vector lebih efektif namun berdampak masalah
15
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan.
Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah
racun, maka penggunaannya harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan
dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis
insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami
dalam kebijakan pengendalian vektor.
Selain itu penggunaan DDT/ dieldrin ini menimbulkan efek samping kekebalan
tubuh pada nyamuk sehingga pada penyembrotan selanjutnya tidak ada artinya.
Selanjutnya bahan kimia tersebut akhirnya dilarang digunakan. Penggunaan bahan
kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara masal, yang mansih
digunakan secara individual sampai saat ini adalah dari jenis propoxur (baygon).
Untuk pemberantas nyamuk aides secara masal dilakukan fogging bahan kimia
jenis malathion , untuk jentik nyamuk aedes digunakan bahan karvasida jenis abate
yang dilarutkan dalam air. Cara kimia membunuh tikus dengan mengunakan bahan
arsetik dan asam sianida. Arsentik dicampur dalam umpan sedangkan sianida
disebarkan dalam bentuk gas. Peracunan dengan sianida biasanya dilakukan pada
gudang-gudang besar tampa mencemari makanan/minuman, juga dilakukan pada
kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan jenis racun ini harus
dengan hati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh
manusia khususnya melalui saluran pernapasaan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan
attractant dan repellent. Bahan attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik
serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan / cara
untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan penolak
nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia ( autan, sari puspa) atau alat yang
menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus.
2. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda
karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contohnya membersihkan tempat-tempat
hidup arthropoda . Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan
16
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembang biakan atau dikenal sebagai
source reduction seperti ‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu:
a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,
drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan
lain-lain (M2)
c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan (M3).
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
a) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.
b) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah,
dan lain-lain)
d) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di
daerah yang sulit air
e) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
f) Memasang kawat kasa
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
h) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i) Menggunakan kelambu
j) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
k) Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
3. Cara fisika-mekanika
Cara ini menitikberatkan kepada pemampaatan iklim/ musim dan menggunakan alat
penangkap mekanis antara lain:
a) Pemasangan perangkap tikus dan serangga
b) Pemasangan jaring.
c) Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal).
d) Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu.
17
e) Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk
f) Pemanfaataan suarauntukmenariataumenolakvektordanbinatangpengganggu.
g) Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh
(pemukul, jeperetandengan umpan,dll).
h) Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya
sekaligus peracunan.
i) Pembalikan tanah sebelum di tanami.
j) Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attrack tant untuk membunuh vektor
dan binatang pengganggu
(perangkapseranggadenganlistrikdayapenarikmenggunakanlampu neon)
4. Cara Pengaturan Pola Tanam
Mengatur pola tanam yaitu waktu tanam,perputaran tanaman, cara menanam dan tata
dahan yang kesemuanya untuk menolak vektor dan binatang pengganggu.
5. Cara Menggunakan Keseimbangan Genetika
Antara lain dengan cara proses pemandulan vektor atau binatang pengganggu
kelamin jantan atau penggunaan bahan kimia penghambat pembiakan.
6. Cara Biologi
Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat
pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Pengendalian vektor
biologi menggunakan agent biologi seperti : predator/pemangsa, parasit, bakteri,
sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor.
Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus,
guppy, mujaer dll),
Pemanfaatan kuman farasit pembunuh larva/jentik ,predator dan kuman pathogen
kusus untuk binatang pengganggu.Cara ini secara alamiah mengikuti ekosistem
alam,misalnya tikus di mangsa ular, nyamuk di mangsa kelelawar ,larva lalat di
mangsa parasite atau serangga predator ,larva nyamuk di makan ikan kepala timah
dsb.
18
G. KEGIATAN PENGENDALIAN
1. Identifikasi
Kegiatan identifikasi ini berkaitan dengan pengenalan dari sifat sifat serta jenis
serangga dan tikus. Sifat-sifat ini berhubungan dengan kebiasaan hidup ,tempat
bersarang dan bertelur ,kesukaan dan ketidak sukaannya terhadap lingkungan dan
makananya serta hal-hal yang menarik dan yang menakutkan dll.
2. Survei Pendahuluan
Survei ini dimaksudkan untu mengetahui sejauh mana populasi vektor dan binatang
pengganggu itu ada.Survei nyamuk malaria disebut Malariometric survey kususnya
ditunjukan untuk mengetahui seberapa jauh penyakit malaria sudah menulari manusia
dengan cara pengambilan darah penderita atau suspect sedangkan larva survey dan
adult survey untuk kegiatan survey larva dan nyamuk dewasa kususnya jenis Aedes.
Survei larva dan nyamuk dewasa untuk mengetahui kepadatan (density) nyamuk di
suatu daerah.
Untuk survei binatang pengganggu di antaranya survei tikus,dimulai dari
identifikasi kotoran dan kencing tikus .Bagi survei yang berpengalaman dengan
mengetahui keberadaan kotoran dan kencing tikus di suatu tempat sudah dapat
memperkirakan jumlahnya (population)ditempat tersebut.
3. Pemberantasan
Upaya pemberantsan vektor utama yang dapat dilakukan adalah penyemprotan
rumah serta bangunan-bangunan lainnya, seperti dengan menggunakan fenitrothion,
namun pemberantasan ini membutuhkan biaya berlipat ganda, dan harus di sadari
bahwa dengan penyemprotan adalah suatu kebijaksanaan jangka pendek sedangkan
jangka panjang adalah pengelolaan lingkungan. Cara sederhana diharapkan, yang
memungkinkan dapat dilakukan oleh masyarakat dan mampu mengerjakannya.
Untuk mengurangi densitas petani diharapkan merawat saluran irigasi, bagian tepi
saluran tidak ada kantong-kantong air hingga air mengalir lancar, dan menanam padi
harus serentak sehingga densitas terbatas pada periode pendek yaitu pada minggu ke 4
hingga minggu ke 6 setelah musim tanam.
Perkembangan jentik hingga dewasa membutuhkan air jika tidak ada air akan mati,
maka pengeringan berkala sawah hinggs kering betul, merupakan cara pengendalian
jentik yang dapat dilakukan oleh masyarakat petani.
19
Perkembangan dari telur hingga menjadi nyamuk diperlukan waktu 13-16 hari,
karenanya pengeringan cukup dilakukan dipersawahan, yang dilakukan setiap 10 kali
selama 2 hari.
Pemberantasan dilakuakan apa bila betul-betul diperlukan karena ini akan
menyangkut metode ,pembiayan,persediaan tenaga kerja dan material .Selain itu harus
di pertimbangkan dampak negatifnya.
4. Evaluasi Kegiatan dan Pemulihan
Setiap kegiatan yang telah di laksanakan harus selalu di evaluasi hasilnya apakah
populasi dan densitynya menurun. Bandingkan dengan biaya yang di keluarkan
apakah cukup efektif dan efisien.Upaya pemulihan di lakukan untuk menanggulangi
dampak negatifnya dari program tersebut.
20
BAB III
PENGAMATAN / SURVEI LAPANGAN
DILAKSANAKAN PADA:
Tanggal: 20-03-2014
Lokasi: Bonjeruk, Jonggat, LOTENG.
Jumlah Sampel: 30 kk.
NO
METODE PENGENDALIAN PERSENTASE(%)
1 Cara Kimia 50 %
2 Pengendalian lingkungan 20 %
3 Cara fisika-mekanika 10 %
4 Cara Pengaturan Pola Tanam 10 %
5 Cara Menggunakan Keseimbangan Genetika -
6 Cara Biologi 10 %
JUMLAH 100 %
21
BAB IV PEMBAHASAN
Kimia
Penge
ndalian
lingk
ungan
Fisik
a-mek
anika
Penga
turan Pola
Tanam
Keseim
banga
n Geneti
ka
Biologi0
10
20
30
40
50
Grafik survei pengendalian vektor
Grafik survei pengendalian vek-tor
Dari hasil survei grafik di atas, kebanyakan masyarakat di wilayah ini lebih banyak
menggunakan cara kimia, yaitu menggunakan obat nyamuk bakar (baygon) dan obat nyamuk
elektirk, dan ada yang menggunakan cara penolakan atau menghindari gigitan nyamuk
contohnya autan. Tapi dari penggunaan obat nyamuk bakar masyarakat tidak mengetahui
efek samping, dari pemakaian tersebut.
Setelah pengendalian dengan cara kimia yaitu penggunaan obat nyamuk bakar, masyarakat
melakukan pengendalian vektor dengan melakukan pengendalian lingkungan, tapi tidak
terlalu banyak masyarakat yang melakukan cara ini secara rutin, hanya beberapa saja yang
menguras secara rutin.
Metode pengendalian Fisika mekanika, pengaturan pola tanam dan biologi, jumlah
penggunaan cara ini hampir sama yaitu sekitar 10%, karena hanya beberapa yang
menggunakan jaring, menggunakan alat perangkap tikus. Untuk mengurangi populasi tikus.
Dari pengaturan pola tanam, petani tidak serempak melakukan cocok tanam, seperti
menanam padi, dan pada pola tanam ini, petani di sekitar wilayah ini hanya beberapa yang
melakukan tanaman selang seling. Rata rata petani menanm padi, dan pengeringan sawah
22
tidak selalu di lakukan. Sesuai dengan irigasi yang ada. Pada musim hujan sawah tidak di
keringkan.
Pengendalian secara biologi tanpa sengaja memang banyak di lakukan oleh beberapa
masyarakat di wilayah ini, karena di wilayah ini ada beberapa yang memelihara ikan, seperti
mujaher dan ikan yang lainnya.
Pengendalian vektor dengan menggunakan keseimbangan genetika jarang di lakukan karena
masyarakat kurang mengetahui informasi atau kurang mengetahui cara mengenai
pengendalian ini.
23
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu
hewan ke hewan lain atau manusia. Organisme yang berperan sebagai vektor penyakit
yaitu arthropoda, yang sebagian dibawa oleh tikus (seperti pinjal dan kutu). Vektor
berperan penting dalam penularan berbagai penyakit parasit dan virus berbahaya, seperti
malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), serta berbagai jenis penyakit berbahaya
lainnya yang biasa disebut vector-borne diseases atau arthropod-borne diseases. Peran
vektor yang signifikan dalam penularan penyakit menyebabkan diperlukannya
pengendalian vektor secara efektif. Pengendalian vektor secara umum dapat dilakukan
secara pengedalian lingkungan, kimiawi, biologi, genetik, fisika-mekanika dan
pengaturan pola tanam.
B. SARAN
Untuk pengendalian vektor lebih baik menggunakan cara pengendalian lingkungan,
biologi dan pengaturan pola tanam karena cara ini lebih baik dan juga bertahan lebih
lama dan tidak menimbulkan efek samping dibandingkan dengan penggunaan pestisida
yaitu secara kimia yang dapat menganggu kesehatan dan banyak efek sampingnya.
Pengendalian lingkungan bisa dilakukan dengan melakukan 3M yang menjadi salah
satu cara menjaga kebersihan
24
LAMPIRAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Heru S, Adi. 1995. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Budiman. 2010. Ilmu Kesehtatan Masyarakat Dalam Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
http//hukor.depkes.go.id/....../PMK%20NO....
26