laporan pendahuluan tb paru r dahliai

17
LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS PARU DI RAUNG DAHLIA (PARU) RSUD ULIN BANJARMASIN OLEH: ADI SETIAWAN, S.KEP NIM : 14.NS.021 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2014

Upload: adisetiawan

Post on 09-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hoak

TRANSCRIPT

OLEH:
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
mycobacterium tuberculosis, jeniskuman berbebenruk betang denga ukuran
panjang 1-4/um dan 0,3-06/um. Dan ditandai adanya pembentukan granuloma pada
 jaringan yang terinfeksi akibat reaksi hipersensitifitas yang diperantarai oleh sel
Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium
tuberkulosis dengan ukuran panjang 1 –4 um dan tebal 0,3 –0,6 um, termasuk
golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan asam.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam
hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.  
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan.
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas
(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya
menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks
(ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer,
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan
 jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut
Patofisiologis
Mycobakterium tuberkolosis masuk kedalam tubuh manusia melalui udara
yang terhisap ke dalam paru-paru menempel pada bronchiale atau alveolus dan
memperbanyak diri setiap 18-24 jam menyebabkan proliferasi sel epitel disekeliling
basil dan membentuk dinding antara basil dengan organ yang terinfeksi (tuberkel).
Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional dan
menimbulkan reaksi eksudasi timbul lesi primer yang menyebabkan kerusakan
 
 jaringan paru di sekitarnya (nekrosis). Jaringan nekrosis tersebut dikeluarkan oleh
penderita pada saat batuk, apabila kerusakan yang bertambah berat pada jaringan
paru dapat terjadi caverne dan apabila di dalam caverne tersebut terdapat banyak
pembuluh darah yang pecah menyebabkan batuk darah
Pathogenesis
Infeksi primer terjadi setelah seseotang terhirup Mycobekterium. Setelah
melalui barrier mukosilier saluran nafas, kuman TB akan mencapai alveoli. Kuman
akan mengalami multiplikasi di peru, yang disebut focus gohn. Melalui aliran limfe,
kuman TB akan mencapai kelenjar limfe hilus. Focus gohn dan limfadenopati hilus
membentuk kompleks primer TB. Melaui kompleks primer, kuman TB akan
menyebar melalui pembuluh darah ke saluran tubuh.  
Respon tubuh terhadap infeksi kuman TB berupa respon imun seluler
hipersensitifitas tipe lambat yang terjadi 4-6 minggu setelah terinfeksi. Banyaknya
kuman TB serta kemampuan daya than host menentukan perjalanan penyakit
selanjutnya. Pada sebagian besar kasus, respon imun tubuh dapat menghentikan
munltiplikasi kuman, sebagian kecil kuman dorman. Pada penderita dengan daya
tahan tubuh buruk, respon imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman
sehingga host akan sakit beberapa bulan kemudian. Berdasar penularanya maka
tuberculosis dapat dibagi dalm 3 bentuk, Yaitu :  
1) Tuberculosis primer. Terdapat pada anak-anak. Setelah 6-8 minggu akan
mulai terbentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga test tuberculin
akan positif. Pada pasien ini akan terbentuk kompleks primer TB dan dan
selajutnya dapa tmenyebar secara hematogen ke apeks paru yang kay
oksigen.
2) Rektifasi dari tuberculosis primer. Infeksi TB primer akan mengalami
reaktifitas terutama pada 2 tahun post infeksi primer maka akan ini disebut
postprimer. Kuman akan disebarkan secara hematogen ke sekmen apical
posterior. Reaktifasi juga dapat terjasi melaui metastase hematogen ke
berbagai jaringan tubuh.
3) Reinfeksi. Keadan ini terjadi pada sat adanya penurunan imunitas tubuh
atau terjadi penularan secara terus menerus oleh kuman TB dalam satu
keluarga.
Klasifikasi
Kalasifikasi TB menurut WHO adalah berdasarkan terrapin, yaitu :
- Kategori I. kasus baru dengan sputum positif atau kasus baru dengan bentuk
TB berat
 
- Kategori III. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas atau
kasus TB ekstraparu selain dri yang disebut pada kasus I
- Kategori IV. TB paru kronik.
Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan oleh pasien TB dapat bervariasi atau terkadang
ditemukan banyak pasien dengan TB paru tanpa keluhan sama sekali. Keluhan
yang biasa ditemukan pada pasien dengan TB paru adalah diantaranya demam,
batuk dengan atau tanpa darah, sesak napas, nyeri dada, malaise.  
Demam pada pasien dengan TB paru biasanya subfebris tetapi kadang
dapat mencapai 40-410 C. Demam ini biasanya hilang timbul sehingga pasien
merasa tidak pernah bebas dari serangan demam. Keadaan ini berhubungan
dengan daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya infeksi kuman TB yang
masuk. 
Gejala batuk pada pasien dengan TB banyak ditemukan. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bilan peradangan dimulai. Sifat batuk dapat dimulai dari batuk kering dan
setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif yang menghasilkan sputum.
Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapatnya pembuluh adrah
yang pecah. Batuk darah kebanyakan timbul akibat kavitasi namun dapat pula
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
Sesak napas pada penyakit ringan belum akan dirasakan. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit paru yang sudah lanjut, yang infiltrasinya meliputi
setengah bagian paru. Nyeri dada agak jarang ditemukan. Timbul biasanya bila
infiltrasi radang sudah mencapai pleura sehingga terjadi pleuritis.  
Penyakit TB merupakan penyakit radang yang menahun sehingga gejala
malaise sering ditemukan yang dapat berupa anorexia (tidak nafsu makan), berat
badan yang menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala
malaise semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.  
1) Gejala respiratorik, meliputi:
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
- Batuk darah
 
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
- Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2) Gejala sistemik, meliputi:
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
- Gejala sistemik lain
Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pengkajian
badan
kadang panas badan dapat mencapai 40-41 derajat celcius. serangan
demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali.
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk embuang produk-produk radang
keluar.sifat batuk dimulai dari batuk kering, kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif / menghasilkan sputum. Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.
setengah bagian paru-paru
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan.
  Malaise
lama makin berat dan tejadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu tubuh yang subfebris,
badan kurus atau berat badan menurun.  
Pemeriksaan fisik sering tidak diperoleh hasil yang memuaskan terutama
apabila sarang penyakit terletak di dalam akan sulit dinilai secara palpasi, perkusi
dan auskultasi. Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian
apeks paru. Bila dicurigai adanya infiltrat agak luas mungkin ditemukan perkusi
yang redup dan auskultasi suara bronkhial dan suara tambahan ronkhi basah kasar
yang nyaring. Namun bila infiltrat diliputi penebalan pleura, suara tambahan menjadi
vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, pada perkusi akan
diperoleh hasil hipersonor atau timpani dan suara auskultasi amforik.  
Pada TB paru lanjut dengan fibrosis luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot interkostal. Bagian paru yang sakit menciut dan menarik isi mediastinum atau
paru yang lain. Paru yang sehat jadi hiperinflasi. Keadaan lanjut TB paru dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonalis) yang diikuti
terjadinya kor pulmonale dan gagal jantung kanan sehingga akan dapat ditemukan
tanda-tanda kor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardi,
sianosis, right ventrikular lift, right artikular gallop, murmur Graham Steel, bunyi P2
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, ascites dan
edem. 
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkan adanya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan
rutin atau uji tuberkulin positif.  
Radiologis 
Pemeriksaan radilogis merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
 
Pada awal penyakit saat lesi masih menyerupai sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak seperti awan dan dengan batas yang tidak
tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan
dengan batas tegas. Pada kavitasi bayangan berupa cincin berdinding tipis. Pada
kalsifikasi bayangan tampak bercak padat dengan densitas tinggi. Pada ateletaksis
terlihat fibrosis luas dengan penciutan pada sebagian, satu lobus atau satu bagian
paru. Gambaran tuberkulosis miliar tampak berupa bercak halus yang umumnya
tersebar rata di seluruh lapang paru. Pemeriksaan radiologis lain yang dapat
dilakukan adalah bronkografi, CT scan dada atau juga MRI.  
Pemeriksaan laboratorium 
- Darah 
Pemeriksaan tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada TB baru akan didapatkan
leukosit meninggi dengan hitung jenis bergeser ke kiri, jumlah limfosit masih
normal dan LED mulai meningkat.
- Sputum 
Pemeriksaan sputum adalah penting untuk menemukan kuman BTA.
Pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang telah diberikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila paling tidak
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Untuk pemeriksaan
BTA, bahan selain sputum dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan
paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan
serebrospinal, urin atau tinja.
tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Tes ini dilakukan dengan
menyuntikan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Tes ini hanya menyatakan
apakah seseorang sedang atau pernah terinfeksi kuman TB atau mendapat
vaksinasi BCG. Tes tuberkulin (mnataoux) dinyatakan posotif apabila
diperoleh indurasi 10 mm setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan.
Pemeriksaan Diagnostik  
- Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan
cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
- Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10
mm) terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan
infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara berarti
 
sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan
oleh mycobacterium yang berbeda.
- Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
- Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
- Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ; urien dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobakterium tubrerkulosis.
- Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ; adanya sel
raksasa menunjukan nekrosis.
- Elektrosit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi; ex ;
Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas.
GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
- Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
Diagnosis
temuan mikrobiologis dan diagnosis diklasifikan sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya. Di luar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan lagi
berdasarkan riwayat penyakitnya, yaitu :  
- Kasus baru
Pasien yang tidak mendapat obat anti TB lebih dari 1 bulan
- Kasus kambuh
Pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB tetapi kemudian timbul lagi
TB aktifnya
- Kasus gagal
- Pasien yang sputum BTAnya tetap positif setelah mendapat obat anti TB
lebih dari 5 bulan atau pasien yang menghentikan pengobatan setelah
mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA nya masih positif
- Kasus kronik
ulang lengkap yang disupervisi dengan baik.
 
Penatalaksanaan medis
Dahulu terapi untuk TB hanya dipakai satu macam obat saja namun
sekarang pemakaian obat tunggal banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah
terjadinya resistensi, terapi TB dilakukan dengan memakai panduan obat sedikitnya
2 macam obat bakterisid 
- Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negative secepat mungkin
melalui kegiatan bakterisid (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman
yang sedang tumbuh)
kegiatan sterilisasi (obat anti TB yang bersifat membunuh kuman yang
pertumbuhannya lambat)
imunologis.
Panduan
OAT 
berat
luar paru
2RHZ 2RHZ/
- 4 H3R3 : 3 kali seminggu selama 4 bulan
Maka fase pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi
kuman yang membelah dengan cepat
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
  Streptomisin inj 750 mg.
adalah setiap 2 x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakkukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan jenis :
menjadi 6-9 bulan.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kumn pada pengobatan jangka
pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat :
  Rifampicin.
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti : 
- Komplikasi dini
- Komplikasi lanjut :
gagal napas
- Ketidak efektifan pembersihan jalan napas b/d obstruksi jalan napas,
fisiologis
minat pada makanan (fisiologis
kurangnya pemahaman terhadap sumber-sumber informasi (keterbatasan
koknitif)
ventilasi-perfusi
oksigen dan kelemahan umum
fisiologis
NOC
3. Aspiration control
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
chyanosis dan dyspnea mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips).
- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuansi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal
 jalan nafas
Intervensi NIC:
2. Pengisapan jalan napas : memindah sekresi jalan napas
denganmemasukkan sebuah kateter pengisap kedalam jalan napas oral/
trakea.
karakter
  Berikan klien posisi semi fowler
Ketidak seimbangan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kurangnya minat
pada makanan (fisiologis)
Kreteria hasil
  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi NIC:
  Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
  Ajarkan klien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
  Kolaboratif dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi yang
adekuat
makan, lingkungan makan, kesukaan/ ketidaksukaan pasien dan suhu
makanan
  Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi yang dapat dipilih
Defisiensi pengetahuan TB Paru b/d kurangnya pemahaman terhadap
kurangnya pemahaman terhadap sumber-sumber informasi (keterbatasan
koknitif)
NOC
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh
perawat/tim kesehatan lainnya.
  Tentukan kemampuan pesien untuk mempelajari informasi khusus
  Berikan pengajaran sesuai tingkat pemahaman pasien, mengulangi inormasi
bila diperlukan
dapat menolong pasien dalam mempertahankan programnya
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolar, ventilasi-
perfusi
NOC
  Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress
perbnafasan
  Mendemonstrasikan betuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
chyanosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mempu bernafas
dengan mudah, tidak ada pulsed lips)
  Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
intervensi NIC:
2. Pengelolaan asam-basa : meningkatkan keseimbangan asam-basa dan
mencegah komplikasi akibat dari ketidakseimbangan
 Aktivitas Keperawatan:
  kaji bunyi paru: frekuensi napas, kedalaman, dan produkssi sputum sesuai
dengan indicator dari penggunaan alat penunjang yang efektif
  pantau saturasi oksigen
  pantau kadar elektrolit
  observasi terhadap sianosis
  auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan
bunyi tambahan
  kolaboratif dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaaan gas darah
arteri.
Evaluasi
 
 
 
bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar
Susanti Ely Diagnosa Keperawatan Aplikasi NANDA dan NIC NOC. Jakarta :
Modya Karya, 2011
NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
Corwin,Elizabeth J,.2009. Buku saku patofisiologi, Jakarta:EGC
Mansjoer, Arif M .dkk. 2001.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 1,Jakarta:Media
 Aescu
Mansjoer, Arif M .dkk. 2000.Kapita selekta kedokteran 3 jilid 2,Jakarta:Media
 Aesculapius
Bahar A. Tuberkulosis Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, Balai
Penerbit FKUI; 2001.
Bahar A. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi III, Balai Penerbit FKUI; 2001.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Cetakan 8, Departemen Kesehatan; 2003.