pendahuluan tb paru

Download pendahuluan tb paru

If you can't read please download the document

Upload: innadyafemiliasari

Post on 18-Feb-2016

51 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tb paru

TRANSCRIPT

45 61BAB IPENDAHULUANLatar BelakangPenyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini setidaknya telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1992, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis tidak terkendali.1Laporan WHO tahun2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru dan 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) pada tahun 2002. Indonesia merupakan peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan Pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB Paru sedunia. Insidensi kasus BTA positif sekitar 110 per 100.00 penduduk pertahun.2Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.2Penyakit ini dua kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita di negara berkembang. TB adalah penyebab utama kematian dari semua penyakit menular pada wanita di seluruh dunia. Oleh karena itu World Health Organization (WHO) menyarankan untuk dilakukan perbandingan spesifik gender dalam kejadian TB untuk menentukan apakah wanita penderita TB kurang bisa didiagnosis, dilaporkan, atau diobati dibandingkan pada pria.3Sasaran pengobatan tuberkulosis paru adalah meringankan tanda dan gejala tuberkulosis paru serta membunuh dan membersihkan Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan tuberkulosis paru ini mempunyai tujuan antara lain mengidentifikasi secara cepat kasus baru tuberkulosis paru, mengisolasi pasien yang positif menderita tuberkulosis paru untuk mencegah penyebaran penyakit, mengatasi secara cepat tanda dan gejala yang muncul, meningkatkan kepatuhan pasien selama pengobatan, serta menyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya setelah 6 bulan pengobatan).2Sejauh ini ketidakpatuhan penderita merupakan penyebab terpenting kegagalan pengobatan tuberkulosis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yesi Ariani tentang kepatuhan dalam program pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan kota Medanmenunjukkan bahwa 62,5% sample patuh terhadap pengobatan, 25% kurang mematuhi program pengobatan dan 12,5% tidak patuh terhadap pengobatan. Menurut Yesi presentasi tersebut didukung dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam berobat seperti tingkat pengetahuan dan kemudahan dalam menjangkau pelayanan.4Rumusan masalah Dewasa ini penanggulangan Tuberkulosis dilaksanakan oleh seluruh unit pelayanan kesehatan meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta serta Praktek Dokter Swasta dengan melibatkan peran serta masyarakat secara terpadu. Penanggulangan Tuberkulosis dengan Obat Anti Tuberkulosis diberikan secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi yang tidak lengkap akan mengakibatkan kekebalan ganda kuman Tuberculosis. Oleh karena itu Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis Paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota.Tujuan penelitianTujuan UmumUntuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai KotaTujuan KhususUntuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Binjai KotaUntuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Binjai KotaUntuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Binjai KotaUntuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi berdasarkan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru di Puskesmas Binjai Kota Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi kepatuhan penderita Tuberkulosis paru di Puskesmas Binjai Kota Untuk mengetahui adanya hubunganpengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota Manfaat penelitianBagi Peneliti Untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada penderita tuberkulosis paru melalui penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya penyakit tuberkulosis, upaya mengatasi dan menanggulanginya sehingga akan mempengaruhi kepatuhan penderita tuberkulosis paru. Bagi Keluarga dan Masyarakat Untuk menjadi masukan bagi keluarga dan masyarakat tentang penanganan tuberkulosis paru dapat mengkonsumsi obat secara teratur untuk penyembuhan. Ruang LingkupJudul PenelitianUntuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota Metode PenelitianJenis penelitian yang digunakan adalah survey analitikSubjek PenelitianPenderita Tuberkulosis paru di Puskesmas Binjai KotaWaktu penelitianPenelitian dilakukan pada tanggal 11 Juni 2015 sampai dengan 01 Agustus 2015Tempat PenelitianPenelitian dilakukan di rumah penderita Tuberkulosis paru di Puskesmas Binjai KotaBAB IITINJAUAN PUSTAKAPengetahuanPengertianPengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).5Pengetahuan menurut Bloom adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya.6Tingkat pengetahuan di Dalam Domain KognitifDalam Domain kognitif Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :Tahu (know)Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yamg paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain meyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.5Memahami (comprehension)Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjalankan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.5Aplikasi (aplication)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada kondisi dan situasi yang real. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.5Analisis (analysis)Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.5Sintesis (synthesis)Sintesis menunjukan kepada satu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 5Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.5Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuanPengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :PengalamanPengalaman dapat di peroleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra.5Tingkat pendidikanPendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas di bandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.5KeyakinanBiasanya keyakinan di peroleh turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasanya mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.5FasilitasFasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.5PenghasilanPenghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau memberi fasilitas-fasilitas sumber informasi.5Sosial BudayaKebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.5Cara pengukuran pengetahuanPengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pada penelitian ini tingkat pengetahuan yang diukur hanya sebatas tahu (know).10Cara mengukur pengetahuan dengan menggunakan skor penilaian dan diinterpretasikan kedalam 4 kategori, yaitu:Kategori pengetahuan baik jika skor jawaban > 75%.Kategori pengetahuan cukup jika skor jawaban 55 75 %.Kategori pengetahuan kurang baik jika skor jawaban 40 55 %.Kategori pengetahuan tidak baik jika skor jawaban < 40%.12Pengetahuan di bagi menjadi dua yaitu:Pengetahuan actual yaitu pengetahuan yang terhimpun dan kesadaran manusia yang dapat menjelaskan korelasi antara suatu peristiwa atau gejala dengan peristiwa gejala lainya.Pengetahuan berdasarkan pikiran asosiatif yaitu kegiatan yang menghubungkan pikiran satu kepada fakta atau pikiran lainnya bekerja tanpa pengetahuan terhadap hubungan universal dan hakiki. Sedangkan menurut ilmu bekerja berdasarkan penalaran (reasoning) yang berjalan dengan perhatian dan analisa aktif untuk menemukan titik-titik hubungan dengan sebab akibat yang hakiki.5Perilaku2.2.1 PengertianPerilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu factor lingkungan.5 Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :5Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda beda. Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :5Pemikiran dan perasaanBentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.Orang penting sebagai referensiApabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.Sumber-sumber dayaYang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.KebudayaanPerilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya. Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya.52.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatanMenurut L.W.Green,di dalam Notoatmodjo ( 2003 ) faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :5Faktor-faktor Predisposisi ( Predisposing Factors)Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.PengetahuanPengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sngat penting untuk terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. KeyakinanKeyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata. Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan keyakinan agar terjadi perubahan perilaku.Seseorang harus yakin bahwa kesehatannya terancamOrang tersebut harus merasakan potensi keseriusan kondisi itu dalam bentuk nyeri atau ketidaknyamanan, kehilangan waktu untuk bekerja, kesulitan ekonomi.Dalam mengukur keadaan tersebut, orang yang bersangkutan harus yakin bahwa manfaat yang berasal dari perilaku sehat melebihi pengeluaran yang harus dibayarkan dan sangat mungkin dilaksanakan serta berada dalam kapasitas jangkauannya.Harus ada isyarat kunci yang bertindak atau suatu kekuatan pencetus yang membuat orang itu merasa perlu mengambil tindakan.NilaiSecara langsung bahwa nilai-nilai perseorangan tidak dapat dipisahkan dari pilihan perilaku. Konflik dalam hal nilai yang menyangkut kesehatan merupakan satu dari delema dan tantangan penting bagi para penyelenggara pendidikan kesehatan. SikapSikap merupakan salah satu di antara kata yang paling samar namun paling sering digunakan di dalam kamus ilmu-ilmu perilaku. Sikap sebagai suatu kecenderung jiwa atau perasaan yang relatif tetap terhadap kategori tertentu dari objek, atau situasi. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors)Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintahdan lain sebagainya.5Saranaadalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.Prasaranaadalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.5Sikapadalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi atau kelompok.Tokoh Masyarakat adalah orang yang dianggap serba tahu dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat . Sehingga segala tindak-tanduknya merupakan pola aturan patut diteladani oleh masyarakat.Tokoh Agamaadalah panutan yang merepresentasikan kegalauan umatnya dan persoalan yang sudah diungkap oleh para tokoh agama menjadi perhatian untuk diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya.Petugas Kesehatanmerupakan tenaga profesional, seyogyanya selalu menerapkan etika dalam sebagian besar aktifitas sehari-hari. Etika yang merupakan suatu norma perilaku atau biasa disebut dengan asas moral, sebaiknya selalu dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat kelompok manusia.Kepatuhan Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.7 Penderita yang patuh berobat adalah yang menyeselaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobta setelah dikunjungi petugas kesehatan.3 Kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi:8Kepatuhan penuh (Total compliance)Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance) Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan8Faktor komunikasiBerbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidaktaatan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasan terhadap obat yang diberikan.PengetahuanKetetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama sekali penting dalam pemberian antibitoik. Karena sering kali pasien menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan saat obat itu habis.Fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi: jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain.Sementara itu menurut Niven (2002), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:Faktor penderita atau individuSikap atau motivasi individu ingin sembuhMotivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatanya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnyaKeyakinan Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya.Dukungan keluargaDukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnyaDukungan social Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.Dukungan petugas kesehatanDukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berapdatasi dengan program pengobatanya.Tuberkulosis Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.2Cara penularan TB:Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.2Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.2Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.2KlasifikasiA. Tuberkulosis Paru2Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.1.Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas:a.Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.b.Tuberkulosis paru BTA (-)Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. Tuberculosis.2.Berdasarkan tipe pasienTipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :a.Kasus baruAdalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. b.Kasus kambuh (relaps)Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :Lesi non tuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll).TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis.c.Kasus defaulted atau drop outAdalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.d.Kasus gagalAdalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.e.Kasus kronikAdalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.f.Kasus Bekas TB:Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.Tuberkulosis Ekstra ParuTuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.2Etiologi dan PatogenesisPenularan TB paru pada biasanya melalui udara, yaitu dengan inhalasi droplet nucleus yang mengandung basil TB. Hanya droplet nucleus ukuran 1-5 mikron yang dapat melewati atau menembus sistem mukosilier saluran napas sehingga dapat mencapai dan bersarang di bronkiolus dan alveolus.1Kurang lebih 10% individu yang terkena infeksi TB akan menderita penyakit TB dalam beberapa bulan atau beberapa tahun setelah infeksi. Kemungkinan menjadi sakit TB diperbesar pada balita, pubertas dan akil balik. Juga keadaan yang menyebabkan turunnya imunitas memperbesar kemungkinan sakit TB, misalnya karena infeksi HIV dan pemakaian kortikosteroid atau obat imunosupresif lainnya yang lama, demikian juga pada diabetes melitus dan silikosis. Hipersensitivitas terhadap beberapa komponen basil TB dapat dilihat pada uji kulit dengan tuberkulin yang biasanya terjadi 2-10 minggu setelah infeksi.1Dalam waktu 2-10 minggu ini juga terjadi cell-mediated immune response. Setelah terjadi infeksi pertama, basil TB yang menyebar ke seluruh badan suatu saat di kemudian hari dapat berkembang biak dan menyebabkan penyakit. Penyakit TB dapat timbul dalam 12 bulan setelah infeksi, tapi dapat juga setelah 1 tahun atau lebih. Lesi TB paling sering terjadi di lapangan atas paru.1Manifestasi Klinis dan DiagnosisGejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.9Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.9Gejala respiratorik2batuk > 2 minggubatuk darahsesak napasnyeri dadaGejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.2Gejala sistemikDemamGejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurunGejala tuberkulosis ekstraparuGejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.2Pemeriksaan JasmaniPada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.2Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.2Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.2Diagnosis Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas:2Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.Tuberkulosis paru BTA (-)Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainanradiologic menunjukkan tuberkulosis aktifHasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakanM. tuberculosispositif.Gejala dan tanda klinis TB tidak khas. Gejala yang didapat biasanya lesu, anoreksia, berat badan menurun, demam tidak tinggi yang berlangsung lama, kadang-kadang juga timbul gejala seperti influensa. Kadang-kadang demam merupakan satu-satunya gejala yang ada. Pada anak dengan TB sering tidak ditemukan tanda dan gejala, dan satu-satunya petunjuk adanya TB adalah uji tuberkulin positif. TB milier dapat menimbulkan gejala akut berupa demam, sesak nafas dan sianosis, tetapi dapat juga menimbulkan gejala kronik yang disertai gejala sistemik.2Gejala umum dapat disertai gejala rangsangan meningeal, ditemukannya tuberkel pada funduskopi, hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati. Pada anak kecil tidak selalu disertai batuk, reak atau hemoptisis seperti pada TB dewasa. Batuk tidak selalu merupakan gejala utama dan jarang ada batuk darah. Batuk dapat terjadi karena iritasi oleh kelenjar yang membesar dan menekan bronkus. Pada anak besar gejalanya dapat seperti pada orang dewasa, misalnya batuk dengan reak dan dapat juga terjadi hemoptisis.2Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.2Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan RadiologiPemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberigambaran bermacam- macam bentuk (multiform).2Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanyasecara klinis disebut luluh paru.Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi ataupenyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit.2Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb(terutama pada kasus BTA negatif):7Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidaklebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebratorakalis 5), serta tidak dijumpai kavitiLesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal.2Pemeriksaan dahak mikroskopisPemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).2S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif BTA positif1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kaliKemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif Bila 3 kali negatif BTA negatifInterpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO).Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :7Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif.Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan.Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+).Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+).Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+).Pemeriksaan BiakanPeran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan.Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:2Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis.Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.PenatalaksanaanSasaran pengobatan tuberkulosis paru adalah meringankan tanda dan gejala tuberkulosis paru serta membunuh dan membersihkan Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan tuberkulosis paru ini mempunyai tujuan antara lain mengidentifikasi secara cepat kasus baru tuberkulosis paru, mengisolasi pasien yang positif menderita tuberkulosis paru untuk mencegah penyebaran penyakit, mengatasi secara cepat tanda dan gejala yang muncul, meningkatkan kepatuhan pasien selama pengobatan, serta menyembuhkan pasien secepat mungkin (umumnya setelah 6 bulan pengobatan).1Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.1Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.1WHO danInternatioal Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) merekomendasikanpaduan OAT Standaryaitu :1Kategori - 1 ( 2HRZE / 4H3R3 )Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE ). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniazid (H) dan Rifampisin (R) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk:Penderita baru TBC Paru BTA Positif.Penderita TBC Paru BTA negatif, Rontgen positif yang sakit berat.Penderita TBC Ekstra Paru berat.Kategori-2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)Pemberian kategori obat OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:Pasien kambuhPasien gagalPasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan Streptomisin setiap hari, lanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu.1Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :1Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis) pleuritis eksudativa unilateral TBC kulit , TB tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar aderenal. 2OAT Sisipan (HRZE)Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.2Kategori KasusPaduan obat yang diajurkanKeteranganI- TB paru BTA +, BTA - , lesi luas 2 RHZE / 4 RH atau2 RHZE / 6 HE*2RHZE / 4R3H3 II- Kambuh-Gagal pengobatan-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE-3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHEBila streptomisin alergi, dapat diganti kanamisinII- TB paru putus berobatSesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau *2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3III-TB paru BTA neg. lesi minimal2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau*2RHZE /4 R3H3IV- KronikRHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)IV- MDR TBSesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidupPada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simptomatis untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.11. Pasien rawat jalanMakan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya).Bila demam dapat diberikan obat penurun panas demamBila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.Pasien rawat inap Indikasi rawat inap :TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb:Batuk darah masif.Keadaan umum buruk.Pneumotoraks.Empiema.Efusi pleura masif / bilateral.Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura).TB di luar paru yang mengancam jiwa :TB paru milier.Meningitis TB.Pengobatan suportif / simptomatis yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat. Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.Evaluasi klinik1Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulanEvaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakitEvaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisis.Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik.Sebelum pengobatan dimulai.Setelah 2 bulan pengobatan setelah fase intensif.Pada akhir pengobatan.Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi. Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9 bulan pengobatan). Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:Sebelum pengobatan.Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan).Pada akhir pengobatan.Evalusi keteraturan berobaYang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan diminum / tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya.Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.Kriteria SembuhBTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensifdan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan.Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.Evaluasi pasien yang telah sembuhPasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi / bila ada gejala)setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).1Paduan obat TBPrinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 2 macam obat dan diberikan dalam waktu relatif lama (6-12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan. Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman, juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya relaps.OAT pada anak diberikan setiap hari, bukan 2 atau 3 kali dalam seminggu. Hal ini bertujuan mengurangi ketidak teraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak diminum setiap hari. Obat-obat baku untuk seagian besar kasus TB pada anak adalah paduan rifampisin, INH dan pirazinamid.1Pada fase intensif diberikan rifampisin, INH, dan pirazinamid, sedangkan fase lanjutan hanya diberikan rifampisin dan INH.Pada keadaan TB berat baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lain-lain pada fase intensif diberikan minimal 4 macam obat (rifampisin, INH, PZA, EMB, atau streptomisin) sedangkan fase lanjutan diberikan rifampisin dan INH selama 10 bulan. Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh, dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama.1Evaluasi hasil pengobatanEvaluasi pengobatan dilakukan setelah 2 bulan. Diagnosis TB pada anak sulit dan tidak jarang terjadi salah diagnosis. Apabila berespon pengobatan baik yaitu gejala klinisnya hilang dan terjadi penambahan berat badan, maka pengobatan dilanjutkan. Apabila respon setelah 2 bulan kurang baik, yaitu gejala masih ada, tidak terjadi penambahan berat badan, maka obat anti TB tetap diberikan dengan tambahan merujuk ke sarana lebih tinggi atau ke konsultan paru anak.1Apabila setelah pengobatan 6-12 bulan terdpat perbaikkan klinis, seperti berat badan mengingkat, napsu makan membaik, dan gejala-gejala lainnya menghilang, maka pengobatan dapat dihentikan. Jika masih terdapat kelainan gambaran radiologis maka dianjurkan pemeriksaan radiologis ulangan.1Non medika mentosa1Pendekatan DOTSDOTS adalah strategi yang telah direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan TB. Penanggulangan dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Sesuai dengan rekomendasi WHO, maka strategi DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu sebagai berikut. komitmen politis dari para pengambil keputusan termasuk dukungan dana. Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Pengobatan dengan panduan OTA jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh pengawas menelan obat (PMO).Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjaminPencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penganggulangan TBC.Sumber penularan dan case findinSumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan melakukan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum (pelacakan sentripetal). Selain itu perlu dicari pula anak lain di sekitarnya yang mungkin tertular dengan uji tuberkulin. Pelacakan tersebut dilakukan dengan cara anamnestik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, yaitu uji tuberkulin.Aspek sosial ekonomiPengobatan tuberkulosis tidak terlepas dari masalah sosio ekonomi, karena pengobatan TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka memerlukan biaya yang cukup besar. Edukasi ditujukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui tentang tuberkulosis. Pasien TB anak tidak perlu diisolasi. Aktifitas fisik pasien TB anak tidak perlu dibatasi, kecuali pada TB berat.3Kerangka TeoriKerangka TeoriPengetahuan tentang tuberkulosisiKetidakpatuhan:PatuhTidak patuhGambar 2.1 Bagan Kerangka TeoriKerangka Konsep Kerangka konsep pada dasarnya adalah kerangka antar konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini dengan mengacu pada latar belakang dan landasan teori, maka dibuat kerangka konsep sebagai berikut:Kepatuhan minum obatPengetahuan tentang tuberkulosis Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.HipotesaH0 : Tidak ada hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota.H1 : Ada hubungan pengetahuan penderita Tuberkulosis paru dengan perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Binjai Kota.