laporan pendahuluan bronkopenoumonia pada anak

35
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA PADA ANAK A. Pengertian Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah.1997) Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara transplasenta, perinatal, atau pasca lahir. (Nelson,2000) B. Etiologi 1. Bakteri Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza dan staphilococcus aureus. 2. Jamur Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp. 3. Virus Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae, Pneumocystis carinii. 4. Kimiawi Aspirasi hidrokarbon alifatik. (Rudolph.2007) C. Manifestasi Klinis

Upload: dian

Post on 11-Jul-2016

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA PADA ANAK

A.    Pengertian

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah.1997)

Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara transplasenta, perinatal, atau

pasca lahir. (Nelson,2000)

B.     Etiologi

1.      Bakteri

Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza dan staphilococcus

aureus.

2.      Jamur

Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes dermatitis,

Cryptococcus, dan Candida sp.

3.      Virus

Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus

Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae,

Pneumocystis carinii.

4.      Kimiawi

Aspirasi hidrokarbon alifatik.

(Rudolph.2007)

C.    Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas selama

beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 - 40°C dan kadang disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan

dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang –

kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,

tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering kemudian menjadi produktif.

Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan

adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan

mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas

Page 2: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada

auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar

keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi

ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah.1997)

D.    Klasifikasi

Pembagian pneumonia tidak ada yang memuaskan. Pada umumnya diadakan pembagian

atas dasar anatomis dan etiologis.

Pembagian anatomis :

1.      Pneumonia lobaris

2.      Penumonia lobularis (bronkopneumonia)

3.      Pnuemonia interstitialis (bronkiolitis)

Sedangkan pembagian etiologis:

1.      Bakteri  (misalnya pelbagai  kokus, H. Influenza)

2.      Virus

3.      Mycoplasma pneumoniae

4.      Jamur

5.      Aspirasi (Makanan, kerosen, amnion dsb)

6.      Pneumonia hipostatik

7.      Sindrom loeffter (Ngastiyah. 1997)

E.     Patofisiologi

Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus masuk ke dalam

paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat

dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar dan kongesti serta di

dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan

makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan

tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam

alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.

Stadium ini berlangsung sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat

dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin, 

Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak

lagi kongestif, (4) Stadium resolusi eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah

Page 3: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin di reabsorbsi dan menghilang.

Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal

lokalisasi sebagai bercak – bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan

antibiotik urutan stadium khas ini tidak terlihat (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985)

F.     Pemeriksaan Diagnostik

1.      Foto toraks

Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat pada satu atau

beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau

beberapa lobus.

2.      Laboratorium

Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 – 40.000/mm3

dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan

mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin.

Analisis gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.

(Ngastiyah.1997)

G.    Penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung

hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu maka dalam praktek diberikan

pengobatan polifragmasi.

Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg

bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin.

Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 – 5 hari. Anak yang sangat sesak

nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan

ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl

10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan

menggunakan rumus Darrow.

Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang

makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak

– 5 mEq. Pneumonia yang tidak berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit. (Staf Pengajar Ilmu

Kesehatan Anak UI:1985)

H.    Pengkajian

Page 4: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

1.      Kaji status pernafasan

2.      Kaji tanda – tanda distress pernafasan

3.      Kaji adanya demam, tachycardia, malaise, anoreksia, kegelisahan dan perubahan kondisi

I.     Diagnosa Keperawatan

1.    Ketidakefektifan bersihan jalan  nafas berhubungan dengan meningkatnya sekret

2.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkial

3.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudate

4.    Kurangnya volume cairan berhubungan dengan  demam, menurunnya intake dan tachypnea

5.    Kecemasan berhubungan dengan dyspnea dan hospitalisasi

6.    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan perawatan di rumah

J. Perencanaan

1.    Jalan nafas yang bersih ditandai dengan tidak ada bising suara nafas ( cracles / ronki )

2.    Pola nafas efektif yang ditandai dengan pernafasan teratur, rhythm dan tidak ada penggunaan

otot – otot accesory pernafasan

3.    Pertukaran gas adekuat yang ditandai dengan anak tidak gelisah dan tidak ada cyanosis

4.      Cairan seimbang ditandai dengan turgor kulit normal , urine output sesuai, membran mukosa

lembab dan berat badan dapat dipertahankan

5.      Kecemasan menurun ditandai dengan anak tidak labil, meningkatnya istirahat, tanda vital

dalam batas normal dan postur tubuh rileks

6.      Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan perawatan pada anak

K. Implementasi

   1, 2 dan 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan meningkatkan pertukaran gas

yang adekuat.

Page 5: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

a)      Kaji status pernafasan setiap 2 jam, suara nafas, teratur / tidak teratur, rhythm, penggunaan

otot accesory, warna kulit, tanda tanda vital dan tingkat kegelisahan

b)      Buat jadwal fisioterapi dada sebelum makan dan istirahat

c)      Tinggikan posisi kepala di atas tempat tidur ( hindari penggunaan posisi duduk pada bayi

karena dapat meningkatkan tekanan diafragma ).

d)     Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam / sesuai kondisi

e)      Bila anak toleran, nerikan kebebasan untuk memilih posisi yang nyaman

f)       Kaji batuk dan kedalaman pernafasan

g)      Berikan oksigen sesuai program dan monitor

h)      Rencanakan dan buat jadwal secara periodik untuk istirahat

i)        Berikan terapi bermain sesuai kondisi ( buku-buku, puzzle, video, games dll )

4.      Mempertahankan hidrasi yang adekuat

a.       Kaji turgor kulit dan membran mukosa

b.      Berikan cairan per oral / intravena

c.       Monitor intake dan output

d.      Kaji tanda – tanda dehidrasi ( oliguria, ubun – ubun cekung, berat badan menurun )

e.       Timbang berat badan

f.       Kaji demam setiap 4 jam sekali  dan berikan antipiretik , analgetik dan antibiotik sesuai

program

5.      Berikan support psikososial untuk mengurangi kecemasan  anak dan orang tua

a.       Jelaskan  semua prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti

b.      Anjurkan orang tua untuk menemani anak

c.       Anjurkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaan secara verbal dan perhatian

serta respon yang empati

6.      Meningkatkan pengetahuan orang tua

Page 6: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

a.       Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatannya

b.      Lihat perencanaan pemulangan

L. Perencanaan  Pemulangan

1. instruksikan  untuk memberikan cairan yang adekuat dan istirahat

2. instruksikan orang tua untuk memberikan obat antipiretik bila demam dan suhu di atas 38,4 c

sesuai program

3. instruksikan  orang tua untuk memberikan antibiotik sesuai dengan dosis dan waktu

4. berikan cairan hangat / buah –buahan yang toleran untuk memudahkan mengencerkan sekret

5. hindari merokok dekat dengan anak yang skait

6. instruksikan untuk melakukan follow up ( kontrol ulang ) sesuai yang dijadwalkan

Daftar Pustaka

Ngastiyah , ( 1997 ). Perawatan an Anak Sakit. Jakarta : EGC

Iskandar Mah-iditat. ( 1985 ) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta : EGC

Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada An ak Edisi. I Jakarta : EGC

Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC

Page 7: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A.    KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA

1.      PENGERTIAN

Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang

mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam

bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth,

2001). Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di

sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana

bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak-

bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas

ke parenkim paru. 

Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam,

infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2.      ETIOLOGI

Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:

         Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza

         Virus= legionella pneumonia, virus influenza

         Jamur= aspergilus, candida albicons

         Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru

         Kongesti paru kronik

         Flora normal, hidrokarbon.

3.      PATOFISIOLOGI

Page 8: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus)

dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan

sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya

mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke

saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi  peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri

sehingga timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin

menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan

merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus

paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.

Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia

terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen

pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

 

Page 9: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

PATHWAY 

Page 10: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

4.      GEJALA KLINIS

A.    Pnemonia bakteri

Gejala :

-          Rinitis ringan

-          Anoreksia

-          Gelisah

  Berlanjut sampai:

-          Demam

-          Malaise  (tidak nyaman)

-          Nafas cepat dan dangkal.

-          Ekspirasi berbunyi.

-          Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

-          Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

-          Leukositosis

-          Foto thorak pneumonia lebar

B.     Pnemonia Virus

Gejala awal

-          Batuk

-          Rhinitis

  Berkembang sampai

-          Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.

-          Emfisema obstruktif

-          Ronkhi basah.

C.     Pneumonia mikroplasma

-          Demam

-          Sakit kepala

Page 11: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

-          Menggigil

-          Anoreksia

  Berkembang sampai

-          Rhinitis alergi

-          Sakit tenggorokan batuk kering berdarah

-          Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

5.         PEMERIKSAAN PENUNJANG

A.    Pemeriksaan Laboratorium

-          Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3

-          Laju endap darah meningkat 100mm

-          ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.

-          GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi  CO2

-          Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena peningkatan

suhu tubuh.

B.     Pemeriksaan Radiologi

-          Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6.         PENATALAKSANAAN

a.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.

b.      Terapi oksigen (O2)

c.       Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

d.      Istirahat yang cukup

e.       Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau

tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7.         KOMPLIKASI 

a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.

b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.

c.       Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.

d.      Infeksi sistomik

e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.

f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.

Page 12: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

8.      PENCEGAHAN PADA ANAK

a.       Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi

penularan.

b.      Hindari kontak anak dengan penderita ISPA

c.       Membiasakan pemberian ASI

d.      Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak

pada anak.

e.       Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

Page 13: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.

1.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

1)      Identitas.

2)      Riwayat Keperawatan.

a.       Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping

hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau

diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

b.      Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama

beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai

kejang karena demam yang tinggi.

c.       Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d.      Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan

kepada anggota keluarga yang lainnya.

e.       Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal

musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga

bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu

ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

f.       Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi

saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat

untuk melawan infeksi sekunder.

g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

h.      Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

Page 14: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

3)      Pemeriksaan persistem.

a.       Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.

b.      Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung,

ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,

pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah

terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang

bertambah sesak dan pilek.

c.       Sistem pencernaan.

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang

dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara

pemberian makanan/cairan personde.

d.      Sistem eliminasi.

Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan

anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).

e.       Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau

malas minum, ubun-ubun cekung.

f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g.      Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h.      Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .

i.        Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

4)      Pemeriksaan diagnostik dan hasil.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan pergeseran

ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk

Page 15: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi

cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk

dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :

         Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

         Luas daerah paru yang terkena.

         Evaluasi pengobatan

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa

lobur.

Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.

2.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan

membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.

3.      Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.

4.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme

sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB

turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.

5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan

kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari

sesuai kemampuan tanpa bantuan.

6.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.

7.      Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

3.      INTERVENSI

Diagnosa 1

Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…)

diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada

bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot

Page 16: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung

INTERVENSI RASIONAL

        Observasi TTV terutama respiratory rate

        Auskultasi area dada atau paru, catat hasil

pemeriksaan

        Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam

        Lakukan suction sesuai indikasi

        Memberi posisi semifowler atau supinasi

dengan elevasi kepala

        Anjurkan pasien minum air hangat

Kolaborasi :

        Bantu mengawasi efek pengobatan

nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.

        Berikan obat sesuai indikasi, seperti

mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,

analgesic

        Berikan O2 lembab sesuai indikasi

        Member informasi tentang pola pernafasan

pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.

        Crekcels, ronkhi dan mengi dapat terdengar

saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat

konsolidasi sputum

        Memudahkan bersihan jalan nafas dan

ekspansi maksimum paru

        Mengeluarkan sputum pada pasien tidak

sadar atau tidak mampu batuk efektif

        Meningkatkan ekspansi paru

        Air hangat dapat memudahkan pengeluaran

secret

        Memudahkan pengenceran dan

pembuangan secret

        Proses medikamentosa dan membantu

mengurangi bronkospasme

        Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2

Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak

terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 =

35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak

sesak dan rileks.

Intervensi Rasional

        Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan

bernapas pasien.

        Observasi warna kulit, membran mukosa

-       Memberi informasi tentang pernapasan

pasien.

-       Kebiruan menunjukkan sianosis.

Page 17: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

bibir.

        Berikan lingkungan sejuk, nyaman,

ventilasi cukup.

        Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam

dan batuk efektif.

        Pertahankan istirahat tidur.

        Kolaborasikan pemberian oksigen dan

pemeriksaan lab (GDA)

-       Untuk membuat pasien lebih nyaman.

-       Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran

sekret.

-       Mencegah terlalu letih.

-       Mengevaluasi proses penyakit dan

mengurangi distres respirasi.

Page 18: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Diagnosa 3

Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan

suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien

tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.

Intervensi Rasional

        Kaji suhu tubuh pasien

        Pertahankan lingkungan tetap sejuk

        Berikan kompres hangat basah pada

ketiak, lipatan paha, kening (untuk

sugesti)

        Anjurkan pasien untuk banyak minum

        Anjurkan mengenakan pakaian yang

minimal atau tipis

        Berikan antipiretik sesuai indikasi

        Berikan antimikroba jika disarankan

-    Data untuk menentukan intervensi

-    Menurunkan suhu tubuh secara radiasi

-    Menurunkan suhu tubuh secara konduksi

-    Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan cairan tubuh meningkat,

sehingga diimbangi dengan intake cairan

yang banyak

-    Pakaian yang tipis mengurangi penguapan

cairan tubuh

-    Antipiretik efektif untuk menurunkan

demam

-    Mengobati organisme penyebab

Page 19: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Diagnosa 4

Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB

pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas

Intervensi Rasional

        Kaji penyebab mual muntah pasien

        Berikan perawatan mulut

        Bantu pasien membuang atau

mengeluarkan sputum sesering mungkin

        Anjurkan untuk menyajikan makanan

dalam keadaan hangat

        Anjurkan pasien makan sedikit tapi

sering

        Kolaborasikan untuk memilih makanan

yang dapat memenuhi kebutuhan gizi

selama sakit

        Untuk menentukan intervensi selanjutnya

        Mulut yang bersih meningkatkan nafsu

makan

        Sputum dapat menyebabkan bau mulut

yang nantinya dapat menurunkan nafsu

makan

        Membantu meningkatkan nafsu makan

        Meningkatkan intake makanan

        Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan

keadaan pasien

Page 20: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Diagnosa 5:

Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan

toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi

dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu

mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 –

100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)

Intervensi Rasional

        Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi

pasien dalam melakukan kegiatan

        Berikan lingkungan yang tenang dan

periode istirahat tanpa ganguan

        Bantu pasien dalam melakukan aktifitas

sesuai dengan kebutuhannya

Kolaborasi :

        Berikan oksigen tambahan

-    Sebagai informsdi dalam menentukan

intervensi selanjutnya

-    Menghemat energy untuk aktifitas dan

penyembuhan

-    Oksigen yang meningkat akibat aktifitas

-    Mengadekuatkan persediaan oksigen

Page 21: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Diagnosa 6

Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume

cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit

baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah.

Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/

menit)

Intervensi Rasioanl

-       Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor

kulit.

-       Pantau intake dan output cairan

-       Anjurkan pasien minum air yang banyak

Kolaborasi :

-       Berikan terapi intravena seperti infuse

sesuai indikasi

-       Pasang NGT sesuai indikasi untuk

pemasukan cairan

-      Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan

metabolic

-      Mengidentifikasi kekurangan volume cairan

-      Menurunkan resiko dehidrasi

-      Melengkapi kebutuhan cairan pasien

-      Membantu memenuhi cairan bila tidak bias

dilakukan secara oral

Page 22: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

Diagnosa 7

Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan

infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan

kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal,

menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi Rasioanl

        Kaji suhu badan 8 jam

        Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

dan lokal

        Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan, panas

        Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan

gejala infeksi

Kolaborasi

        Berikan terapi antibiotik

        Mendeteksi adanya tanda dari infeksi

        Mempermudah untuk penanganan jika

infeksi terjadi

        Panas, kemerahan merupakan tanda dari

infeksi

        Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi

lebih cepat diketahui

        Antibiotik efektif untuk mencegah

penyebaran bakteri

4.      IMPLEMENTASI

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.

Page 23: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

5.      EVALUASI

Dx 1    :

-          Jalan nafas pasien efektif

-          Tidak ada bunyi nafas tambahan

-          Jalan nafas pasien paten

-          Pasien tidak sesak

-          RR normal (30-40x/menit)

-          Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

-          Tidak ada pernafasan cuping hidung

Dx 2    :

-          Ventilasi pasien tidak terganggu

-          GDA normal

         PO2 = 80-100mmHg

         PCO2 = 35-45mmHg

         pH = 7,35-7,45

         SaO2 = 95%-99%

-          Tidak ada sianosis

-          Tidak ada sesak

-          Pasien terlihat rileks

Dx 3    :

-          Suhu pasien normal (36,5-37,50C)

-          Pasien tidak gelisah

-          Pasien tidak menggigil

-          Akral teraba hangat

Dx 4      :

-          Kebutuhan nutrisi pasien adekuat

-          Nafsu makan pasien meningkat

-          Pasien tidak mual muntah

-          Turgor kulit elastic

-          BB pasien ideal

-          Pasien tidak lemas

Dx 5      :

-          Toleransi pasien terhadap aktivitas meningkat

Page 24: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

-          Pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan tanpa

bantuan

-          Pasien mampu mempraktekkan penghematan energy

-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C

                     N = 100-120x/menit

                     RR = 30-40x/menit

Dx 6      :

-          Volume cairan pasien adekuat/seimbang

-          Membran mukosa pasien lembab

-          Turgor kulit elastis

-          TTV stabil : S = 36,5-37,50C

                     N = 100-120x/menit

                     RR = 30-40x/menit

-          CRT < 3 detik

Dx 7      :

-          klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

-          menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

-           jumlah leukosit dalam batas normal

-           menunjukkan perilaku hidup sehat

Page 25: Laporan Pendahuluan Bronkopenoumonia Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC

Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta :  Balai penerbit FK UL

Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika