laporan pendahuluan bronkopenoumonia pada anak
DESCRIPTION
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITISTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA PADA ANAK
A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah.1997)
Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara transplasenta, perinatal, atau
pasca lahir. (Nelson,2000)
B. Etiologi
1. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza dan staphilococcus
aureus.
2. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes dermatitis,
Cryptococcus, dan Candida sp.
3. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus
Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae,
Pneumocystis carinii.
4. Kimiawi
Aspirasi hidrokarbon alifatik.
(Rudolph.2007)
C. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 - 40°C dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang –
kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan
adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas
daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar
keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi
ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah.1997)
D. Klasifikasi
Pembagian pneumonia tidak ada yang memuaskan. Pada umumnya diadakan pembagian
atas dasar anatomis dan etiologis.
Pembagian anatomis :
1. Pneumonia lobaris
2. Penumonia lobularis (bronkopneumonia)
3. Pnuemonia interstitialis (bronkiolitis)
Sedangkan pembagian etiologis:
1. Bakteri (misalnya pelbagai kokus, H. Influenza)
2. Virus
3. Mycoplasma pneumoniae
4. Jamur
5. Aspirasi (Makanan, kerosen, amnion dsb)
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffter (Ngastiyah. 1997)
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan penyebabkan utama pneumonia. Pneumococcus masuk ke dalam
paru melalui jalan pernapasan secara percikan (droplet). Proses radang pneumonia dapat
dibagi atas 4 stadium, yaitu : (1) stadium kongesti : kapiler melebar dan kongesti serta di
dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan
makrofag, (2) Stadium hepatisa merah, lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam
alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman.
Stadium ini berlangsung sangat pendek, (3) Stadium hepatisa kelabu, lobus masih tetap padat
dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin,
Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus. Kapiler tidak
lagi kongestif, (4) Stadium resolusi eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah
dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin di reabsorbsi dan menghilang.
Secara patologi anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal
lokalisasi sebagai bercak – bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan
antibiotik urutan stadium khas ini tidak terlihat (Prof.DR.Iskandar Wahidiyat.1985)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.
2. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 – 40.000/mm3
dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan
mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin.
Analisis gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
(Ngastiyah.1997)
G. Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi berhubung
hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu maka dalam praktek diberikan
pengobatan polifragmasi.
Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg
bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin.
Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas selama 4 – 5 hari. Anak yang sangat sesak
nafasnya memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan
ialah campuran glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya dihitung dengan
menggunakan rumus Darrow.
Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan perhitungan kekurangan basa sebanyak
– 5 mEq. Pneumonia yang tidak berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit. (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak UI:1985)
H. Pengkajian
1. Kaji status pernafasan
2. Kaji tanda – tanda distress pernafasan
3. Kaji adanya demam, tachycardia, malaise, anoreksia, kegelisahan dan perubahan kondisi
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi bronkial
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudate
4. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachypnea
5. Kecemasan berhubungan dengan dyspnea dan hospitalisasi
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan perawatan di rumah
J. Perencanaan
1. Jalan nafas yang bersih ditandai dengan tidak ada bising suara nafas ( cracles / ronki )
2. Pola nafas efektif yang ditandai dengan pernafasan teratur, rhythm dan tidak ada penggunaan
otot – otot accesory pernafasan
3. Pertukaran gas adekuat yang ditandai dengan anak tidak gelisah dan tidak ada cyanosis
4. Cairan seimbang ditandai dengan turgor kulit normal , urine output sesuai, membran mukosa
lembab dan berat badan dapat dipertahankan
5. Kecemasan menurun ditandai dengan anak tidak labil, meningkatnya istirahat, tanda vital
dalam batas normal dan postur tubuh rileks
6. Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan perawatan pada anak
K. Implementasi
1, 2 dan 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas dan meningkatkan pertukaran gas
yang adekuat.
a) Kaji status pernafasan setiap 2 jam, suara nafas, teratur / tidak teratur, rhythm, penggunaan
otot accesory, warna kulit, tanda tanda vital dan tingkat kegelisahan
b) Buat jadwal fisioterapi dada sebelum makan dan istirahat
c) Tinggikan posisi kepala di atas tempat tidur ( hindari penggunaan posisi duduk pada bayi
karena dapat meningkatkan tekanan diafragma ).
d) Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam / sesuai kondisi
e) Bila anak toleran, nerikan kebebasan untuk memilih posisi yang nyaman
f) Kaji batuk dan kedalaman pernafasan
g) Berikan oksigen sesuai program dan monitor
h) Rencanakan dan buat jadwal secara periodik untuk istirahat
i) Berikan terapi bermain sesuai kondisi ( buku-buku, puzzle, video, games dll )
4. Mempertahankan hidrasi yang adekuat
a. Kaji turgor kulit dan membran mukosa
b. Berikan cairan per oral / intravena
c. Monitor intake dan output
d. Kaji tanda – tanda dehidrasi ( oliguria, ubun – ubun cekung, berat badan menurun )
e. Timbang berat badan
f. Kaji demam setiap 4 jam sekali dan berikan antipiretik , analgetik dan antibiotik sesuai
program
5. Berikan support psikososial untuk mengurangi kecemasan anak dan orang tua
a. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti
b. Anjurkan orang tua untuk menemani anak
c. Anjurkan orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaan secara verbal dan perhatian
serta respon yang empati
6. Meningkatkan pengetahuan orang tua
a. Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatannya
b. Lihat perencanaan pemulangan
L. Perencanaan Pemulangan
1. instruksikan untuk memberikan cairan yang adekuat dan istirahat
2. instruksikan orang tua untuk memberikan obat antipiretik bila demam dan suhu di atas 38,4 c
sesuai program
3. instruksikan orang tua untuk memberikan antibiotik sesuai dengan dosis dan waktu
4. berikan cairan hangat / buah –buahan yang toleran untuk memudahkan mengencerkan sekret
5. hindari merokok dekat dengan anak yang skait
6. instruksikan untuk melakukan follow up ( kontrol ulang ) sesuai yang dijadwalkan
Daftar Pustaka
Ngastiyah , ( 1997 ). Perawatan an Anak Sakit. Jakarta : EGC
Iskandar Mah-iditat. ( 1985 ) Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta : EGC
Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada An ak Edisi. I Jakarta : EGC
Roudelph, ( 2007 ) Buku Peditria Rubolph Edisi , 20. Volume Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA
1. PENGERTIAN
Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth,
2001). Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di
sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana
bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak-
bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas
ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam,
infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.
2. ETIOLOGI
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
Virus= legionella pneumonia, virus influenza
Jamur= aspergilus, candida albicons
Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
Kongesti paru kronik
Flora normal, hidrokarbon.
3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus)
dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke
saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri
sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan
merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus
paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen
pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
PATHWAY
4. GEJALA KLINIS
A. Pnemonia bakteri
Gejala :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai:
- Demam
- Malaise (tidak nyaman)
- Nafas cepat dan dangkal.
- Ekspirasi berbunyi.
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lebar
B. Pnemonia Virus
Gejala awal
- Batuk
- Rhinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah.
C. Pneumonia mikroplasma
- Demam
- Sakit kepala
- Menggigil
- Anoreksia
Berkembang sampai
- Rhinitis alergi
- Sakit tenggorokan batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
- Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
- Laju endap darah meningkat 100mm
- ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
- GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
- Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena peningkatan
suhu tubuh.
B. Pemeriksaan Radiologi
- Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.
6. PENATALAKSANAAN
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau
tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
7. KOMPLIKASI
a. Atelektasis :Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c. Abses paru :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditis :peradangan pada endokardium.
f. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.
8. PENCEGAHAN PADA ANAK
a. Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.
b. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan pemberian ASI
d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak
pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping
hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau
diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal
musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu
ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi
saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3) Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung,
ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang
dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara
pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan
anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau
malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m dengan pergeseran
ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk
preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi
cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk
dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :
Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
Luas daerah paru yang terkena.
Evaluasi pengobatan
Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa
lobur.
Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan
membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB
turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari
sesuai kemampuan tanpa bantuan.
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen
3. INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…)
diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
Observasi TTV terutama respiratory rate
Auskultasi area dada atau paru, catat hasil
pemeriksaan
Latih pasien batuk efektif dan nafas dalam
Lakukan suction sesuai indikasi
Memberi posisi semifowler atau supinasi
dengan elevasi kepala
Anjurkan pasien minum air hangat
Kolaborasi :
Bantu mengawasi efek pengobatan
nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya.
Berikan obat sesuai indikasi, seperti
mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesic
Berikan O2 lembab sesuai indikasi
Member informasi tentang pola pernafasan
pasien, tekanan darah, nadi, suhu pasien.
Crekcels, ronkhi dan mengi dapat terdengar
saat inspirasi dan ekspirasi pada tempat
konsolidasi sputum
Memudahkan bersihan jalan nafas dan
ekspansi maksimum paru
Mengeluarkan sputum pada pasien tidak
sadar atau tidak mampu batuk efektif
Meningkatkan ekspansi paru
Air hangat dapat memudahkan pengeluaran
secret
Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret
Proses medikamentosa dan membantu
mengurangi bronkospasme
Mengurangi distress respirasi
Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak
terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 =
35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak
sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan
bernapas pasien.
Observasi warna kulit, membran mukosa
- Memberi informasi tentang pernapasan
pasien.
- Kebiruan menunjukkan sianosis.
bibir.
Berikan lingkungan sejuk, nyaman,
ventilasi cukup.
Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam
dan batuk efektif.
Pertahankan istirahat tidur.
Kolaborasikan pemberian oksigen dan
pemeriksaan lab (GDA)
- Untuk membuat pasien lebih nyaman.
- Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran
sekret.
- Mencegah terlalu letih.
- Mengevaluasi proses penyakit dan
mengurangi distres respirasi.
Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan
suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien
tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.
Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien
Pertahankan lingkungan tetap sejuk
Berikan kompres hangat basah pada
ketiak, lipatan paha, kening (untuk
sugesti)
Anjurkan pasien untuk banyak minum
Anjurkan mengenakan pakaian yang
minimal atau tipis
Berikan antipiretik sesuai indikasi
Berikan antimikroba jika disarankan
- Data untuk menentukan intervensi
- Menurunkan suhu tubuh secara radiasi
- Menurunkan suhu tubuh secara konduksi
- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat,
sehingga diimbangi dengan intake cairan
yang banyak
- Pakaian yang tipis mengurangi penguapan
cairan tubuh
- Antipiretik efektif untuk menurunkan
demam
- Mengobati organisme penyebab
Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB
pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
Kaji penyebab mual muntah pasien
Berikan perawatan mulut
Bantu pasien membuang atau
mengeluarkan sputum sesering mungkin
Anjurkan untuk menyajikan makanan
dalam keadaan hangat
Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
Kolaborasikan untuk memilih makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
Sputum dapat menyebabkan bau mulut
yang nantinya dapat menurunkan nafsu
makan
Membantu meningkatkan nafsu makan
Meningkatkan intake makanan
Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai dengan
keadaan pasien
Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan
toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi
dalam kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu
mempraktekkan teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 –
100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi Rasional
Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi
pasien dalam melakukan kegiatan
Berikan lingkungan yang tenang dan
periode istirahat tanpa ganguan
Bantu pasien dalam melakukan aktifitas
sesuai dengan kebutuhannya
Kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan
- Sebagai informsdi dalam menentukan
intervensi selanjutnya
- Menghemat energy untuk aktifitas dan
penyembuhan
- Oksigen yang meningkat akibat aktifitas
- Mengadekuatkan persediaan oksigen
Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume
cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit
baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah.
Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/
menit)
Intervensi Rasioanl
- Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor
kulit.
- Pantau intake dan output cairan
- Anjurkan pasien minum air yang banyak
Kolaborasi :
- Berikan terapi intravena seperti infuse
sesuai indikasi
- Pasang NGT sesuai indikasi untuk
pemasukan cairan
- Peningkatan suhu menunjukkan peningkatan
metabolic
- Mengidentifikasi kekurangan volume cairan
- Menurunkan resiko dehidrasi
- Melengkapi kebutuhan cairan pasien
- Membantu memenuhi cairan bila tidak bias
dilakukan secara oral
Diagnosa 7
Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal,
menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasioanl
Kaji suhu badan 8 jam
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik
Mendeteksi adanya tanda dari infeksi
Mempermudah untuk penanganan jika
infeksi terjadi
Panas, kemerahan merupakan tanda dari
infeksi
Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi
lebih cepat diketahui
Antibiotik efektif untuk mencegah
penyebaran bakteri
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.
5. EVALUASI
Dx 1 :
- Jalan nafas pasien efektif
- Tidak ada bunyi nafas tambahan
- Jalan nafas pasien paten
- Pasien tidak sesak
- RR normal (30-40x/menit)
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
Dx 2 :
- Ventilasi pasien tidak terganggu
- GDA normal
PO2 = 80-100mmHg
PCO2 = 35-45mmHg
pH = 7,35-7,45
SaO2 = 95%-99%
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada sesak
- Pasien terlihat rileks
Dx 3 :
- Suhu pasien normal (36,5-37,50C)
- Pasien tidak gelisah
- Pasien tidak menggigil
- Akral teraba hangat
Dx 4 :
- Kebutuhan nutrisi pasien adekuat
- Nafsu makan pasien meningkat
- Pasien tidak mual muntah
- Turgor kulit elastic
- BB pasien ideal
- Pasien tidak lemas
Dx 5 :
- Toleransi pasien terhadap aktivitas meningkat
- Pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai tingkat kemampuan tanpa
bantuan
- Pasien mampu mempraktekkan penghematan energy
- TTV stabil : S = 36,5-37,50C
N = 100-120x/menit
RR = 30-40x/menit
Dx 6 :
- Volume cairan pasien adekuat/seimbang
- Membran mukosa pasien lembab
- Turgor kulit elastis
- TTV stabil : S = 36,5-37,50C
N = 100-120x/menit
RR = 30-40x/menit
- CRT < 3 detik
Dx 7 :
- klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- jumlah leukosit dalam batas normal
- menunjukkan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika