hiv aids pada anak

37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT HIV AIDS KELOMPOK I RICHARDUS RIZAL NURHAYATI YUSRIN SARI WAHYUNI LM. ALI ABDULLAH KELAS A/V

Upload: afri-avicenna

Post on 04-Aug-2015

494 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hiv Aids Pada Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN PENYAKIT HIV AIDS

KELOMPOK I

RICHARDUS RIZAL

NURHAYATI

YUSRIN

SARI WAHYUNI

LM. ALI ABDULLAH

KELAS A/V

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AVICENNA KENDARI

Page 2: Hiv Aids Pada Anak

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

Rahmat dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas kelompok II dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan HIV AIDS “

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas

segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat bagi para

pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun harapkan demi kesepurnaan

makalah ini.

Kendari, November 2012

penyusun

Page 3: Hiv Aids Pada Anak

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi..........................................................................................................

B. Etiologi .........................................................................................................

C. Patofisiologi .................................................................................................

D. Pathway ........................................................................................................

E. Tanda Dan Gejala..........................................................................................

F. Diagnosa........................................................................................................

G. Komplikasi....................................................................................................

H. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................

I. Penatalaksanan..............................................................................................

J. Pengobatan ...................................................................................................

K. Pencegahan ...................................................................................................

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS

A................................................................................................Pengkajian

B...................................................................................Riwayat Imunisasi

C............................................................................Diagnosa Keperawatan

D..................................................................................................Intervensi

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Hiv Aids Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) pertama kali ditemukan pada

anak tahun 1983 di Amerika Serikat, yang mempunyai beberapa perbedaan dengan

infeksi HIV pada orang dewasa dalam berbagai hal seperti cara penularan, pola

serokonversi, riwayat perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor resiko, metode

diagnosis, dan manifestasi oral.(8)

Dampak acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pada anak terus meningkat,

dan saat ini menjadi penyebab pertama kematian anak di Afrika, dan peringkat

keempat penyebab kematian anak di seluruh dunia. Saat ini World Health

Organization (WHO) memperkirakan 2,7 juta anak di dunia telah meninggal karena

AIDS. (8)

Kasus pertama AIDS di Indonesia ditemukan pada tahun 1987 di Bali yaitu

seorang warga negara Belanda. Sebenarnya sebelum itu telah ditemukan kasus pada

bulan Desember 1985 yang secara klinis sangat sesuai dengan diagnosis AIDS dan

hasil tes Elisa 3 (tiga) kali diulang, menyatakan positif, namun hasil Western Blot

yang dilakukan di Amerika Serikat ialah negatif sehingga tidak dilaporkan sebagai

kasus AIDS. Penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995.

Berdasarkan pelaporan kasus HIV/AIDS dari tahun 1987 hingga 31 Desember 2008

terjadi peningkatan signifikan. Setidaknya, 2007 hingga akhir Desember 2008 tercatat

penambahan penderita AIDS sebanyak 2.000 orang. Angka ini jauh lebih besar

dibanding tahun 2005 ke 2006 dan 2006 ke 2007 yang hanya ratusan. Sedangkan dari

keseluruhan penderita, pada akhir 2008, AIDS sudah merenggut korban meninggal

sebanyak 3.362 (20,87 persen), sedangkan mereka yang hidup adalah 12.748 (79,13

persen) orang. Untuk proporsi berdasarkan jenis kelamin hingga kini masih banyak

diderita oleh kaum laki-laki yaitu 74,9 persen, dibanding perempuan sebanyak 24,6

persen. Fakta baru tahun 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV di

Indonesia telah meluas ke rumah tangga, sejumlah 251 orang diantara penderita

HIV/AIDS di atas adalah anak-anak dan remaja, dan transmisi perinatal (dari ibu

kepada anak) terjadi pada 71 kasus. (5),(8),(10)

Page 5: Hiv Aids Pada Anak

B. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita khususnya calon perawat

mengetahui konsep medis pada HIV AIDS secara keseluruhan beserta Asuhan

Keperawatan HIV AIDS pada anak.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Definisi

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Pathway

5. Tanda Dan Gejala

6. Diagnosa

7. Komplikasi

8. Pemeriksaan Penunjang

9. Penatalaksanan

10. Pengobatan

11. Pencegahan

Page 6: Hiv Aids Pada Anak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit

akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi

Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)

AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiah

melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T).

(Tambayong, J:2000)

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang

disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan

pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.

(Carolyn, M.H.1996:601)

AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang

dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentu

yang bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh

retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur,

parasit dan virus.

B. Etiologi

HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki

limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik

lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002).

Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency

Virus) ke dalam tubuh manusia (Pustekkom, 2005).

C. Patofisiologi

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan

peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan

Page 7: Hiv Aids Pada Anak

bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang

menyebabkan penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang

bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong dengan

peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan

bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang

menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi

litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai

superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu

dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar

getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit,

tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang

terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat

membawa virus ke organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi

memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan

tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari

otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit

untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau

komplikasi infeksi lain atau autoimun.

Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering

simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi

viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun sitomatik

progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan dan

progresif, kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya

stabil. Fase akhir, dengan gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan

keganasan terkait HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan

perubahan pada jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi

aportunistik.

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode

inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada

infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi

imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;

hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara

anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6

Page 8: Hiv Aids Pada Anak

bulan. Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi

imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,

berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV

pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak

berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering

memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin

memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk

beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan kerentanan

perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi

pada infeksi HIV anak.

D. Tanda Dan Gejala

Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan

imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering

mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi beresiko

dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung limfosit

CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran

yang lebih lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun

pertama. Selain itu, pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen HIV tanpa

infeksi dapat membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini peting

untuk merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung CD4, dan bila mungkin

menggunakan parameter yang ditegakkan dari observasi bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu

yang terinfeksi.

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang

diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai

bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali,

limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau

lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang

terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini, kebergunaannya

sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European Collaborativ pada bayi yang lahir

dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi

memperlihatkan tanda dan gejala yang tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang

lebih rendah diantara bayi yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang

didiskriminasi paling baik antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis

Page 9: Hiv Aids Pada Anak

kronik, parotitis, limfadenopati persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman

yang tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang terinfeksi

daripada bayi yang tidak terinfeksi.

PUSAT UNTUK KLASIFIKASI CONTROL PENYAKIT INFEKSI HIV

PADA ANAK

Kelas P-O: infeksi intermediate

Bayi <15 bulan yang lahir dari ibu yang terinfeksi tetapi tanpa tanda infeksi HIV

Kelas P-1: infeksi asimtomatik

Anak yang terbukti terinfeksi, tetapi tampa gejala P-2; mungkin memiliki fungsi

imun normal (P-1A) atau abnormal (P-1B)

Kelas P-2: infeksi sitomatik

P-2A: gambaran demam nonspesifik (>2 lebih dari 2 bulan) gagal berkembang,  

limfadenopati, hepatomegali, splenomegali, parotitis, atau diare rekuren atau persistem

yang tidak spesifik.

P-2B: penyakit neurologi yang progresif

P-2C: Pneumonitis interstisial limfoid

P-2D: infeksi oportunistik menjelaskan AIDS, infeksi bakteri rekuren,

kandidiasis oral persisten, stomatitis herpes rekuren, atau zoster multidermatomal.

P-2E: kanker sekunder, termasuk limfoma non-Hodgkin sel-B atau limforma

otak

P-2F: penyakit end-organ HIV lain (hepatitis, karditis, nefropati, gangguan

hematologi)

Tanda pertama infeksi tidak nyata. Pengalaman dari beberapa pusat penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 20% bayi yang terinfeksi secara cepat akan berkembang menjadi

gangguan imun dan AIDS. Banyak dari bayi ini akan menampakkan gejala aneumonia

Pneumocystis carinii (PCP) pada usia 3 sampai 6 bulan, atau menderita infeksi bakteri serius

lain. Pada beberapa bayi, jumlah CD4 mungkin normal saat terjadinya PCP.

Dalam 2 tahun setelah lahir, kebanyakan bayi akan mengalami beberapa derajat

kegagalan berkembang, demam rekuren atau kronik, keterlambatan perkembangan, adenopati

persisten, atau hepatosplemegali. Semua ini bukan keadaan kecacatan, dan konsisten dengan

kelangsungan hidup yang lama. Melebihi ulang tahun pertama, sekitar 8% bayi ini akan

Page 10: Hiv Aids Pada Anak

berkembang menjadi AIDS terbatas CDC per tahun. Penunjukan “AIDS” merupakan

kebergunaan yang sangat terbatas pada prognosis atau pada nosologi deskriptif infeksi HIV,

tetapi penyakit indicator AIDS berperang sebagai tanda tingginya perkembangan penyakit

dan sebagai catalog kondisi yang sering terlihat dengan perkembangan penyakit. Masing-

masing dibahas secara singkat dibawah:

Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP). PCP merupakan penyakit indicator AIDS

paling sering, yang terjadi pada sekitar sepertiga anak dan bayi yang terinfeksi. Usia rata

untuk munculnya penyakit adalah sekitar usia 9 bulan, meskipun puncaknya sampai usia 3

sampai 6 bulan diantara bayi-bayi yang berkembang sangat cepat. Tidak seperti reaksi PCP

pada orang dewasa, infeksi ini biasanya merupakan infeksi primer pada anak yang terinfeksi

HIV, bergejala subkutan atau mendadak dengan demam, batuk, takipnea, dan ronki. PCP sulit

dibedakan dengan infeksi paru lain atau usia ini, dan karena trimetoprim-sulfametoksasol dan

kortikosteroid intravena diberikan pada awal perjalanan penyakit menyebabkan perbaikan

yang signifikan, lavese bronkoalveolar diagnostic harus dipikirkan secara serius pada bayi

beresiko dengan gambaran klinis konsisten. PCP memberikan prognosis yang tidak baik pada

awal penelitian dengan kelangsungan hidup media 1 bulan setelah diagnosis. Saat ini dikenali

bahwa penyakit yang lebih ringan dapat terjadi dan konsisten dengan kelangsungan hidup

yang lama. Profilaksin PCP dengan trimetoprim-sulfametoksasol oral efektif, dan merupakan

indikasi untuk bayi dengan kehilangan limfosit CD4 yang signifikan, sebelum PCP, dan pada

beberapa bayi muda dengan perkembangan gejala terkait HIV yang cepat.

Pneumolitis Interstisial Limfoid (LIP). Infiltrasi paru intersisial kronik telah

ditentukan pada orang dewasa yang terinfeksi HIV dalam jumlah kecil, tetapi terjadi pada

sekitar 20% anak yang terinfeksi HIV. Dianggap berhubungan dengan infeksi virus Epstein-

Barr. Kondisi ini ditandai dengan perjalanan kronik eksa-serbasi intermiten (sering selama

infeks respirasi yang terjadi di antara infeksi atau selama infeksi. Infiltra dada kronik yang

terlihat pada sinar-X sering menunjukkan diagnosis, tetapi hanya biopsy paru terbuka yang

dapat dipercaya untuk diagnosis definitive. Hipoksia jaran parah sampai terbawa selama

beberapa tahun, dan beberapa perbaikan pada kostikosteroid. LIP sebagai gejala yang timbul

pada infeksi HIV dapat disertai prognosis yang lebih baik, dan sering terlihat pada kelompok

gejala dengan hipergamaglobulinemia yang nyata dan parotitis.

Infeksi Bakteri Rekuren. Untuk criteria AIDS pediatric CDC, infeksi bakteri rekuren

adalah dua atau lebih episode sepsis, meningitis, pneumonia, abses internal, atau infeksi

tulang dan sendi; ini semua terlihat pada 15% anak-anak dengan AIDS pediatric. Infeksi

bakteri yang lebih sedikit, seperti infeksi sinus rekuren atau kronik, otitis media, dan

Page 11: Hiv Aids Pada Anak

pioderma masih sering terjadi. Streptococcus pneumonia merupakan isolate darah yang

paling sering pada anak yang terinfeksi HIV, meskipun stafilokokal gram-negatif, dan bahkan

bakteremia pseudomonal terjadi berlebihan. Penanganan episode demam pada anak yang

terinfeksi HIV sama dengan penanganan anak dengan kondisi yang menganggu imunitas lain.

Gangguan kemampuan untuk menjaga respons antibody yang efektif dan kurangnya pajanan

membuat anak yang terinfeksi HIV rentang terhadap penyakit bakteri yang lebih setius.

Profilaksis dengan immunoglobulin intravena dapat mengurangi frekuensi dan keparahan

infeksi bakteri yang serius.

Penyakit Neurologi Progresif. Sampai 60% anak yang terinfeksi HIV dapat

munculkan tanda infeksi system saraf pusat. Pada sekitar seperempatnya, infeksi ini dalam

bentuk ensefalopati static yang biasanya bermanifestasi pada tahun pertaman dengan

keterlambatan perkembangan. Pada sekitar sepertiganyan, terjadi ensefalopati progresif,

dengan kehilangan kejadian yang penting sebelumnya dan deficit motorik dan kognitif yang

berat. Pencitraan saraf dapat memperlihatkan atrofi serebral, kelainan subtansi alba, atau

klasifikasi ganglion basal, atau kesemuanya, meskipun keparahan abnormalitas pencitraan

sering tidak berkorelasi dengan gambaran klinis. Zidovudin IV kontinu ditemukan

menyebabkan perbaikan yang dramatic pada beberapa anak dengan deficit perkembangan

saraf; kostikosteroid juga menguntungkan pada laporan terisolasi.

Wasting Syndrome. Kegagalan kronik untuk tumbuh pada infeksi HIV lanjut terjadi

pada sekitar 10% bayi dan anak dengan AIDS dan hamper selalu multifaktorial. Deficit

system saraf pusat dari latergi sampai kelemahan dalam mengunyah; abnormalitas

neuroendokrin; malabsorpsi dan diare akibat infeksi HIV primer, infeksi usus sekunder, atau

terapi; dan katabolisme yang diinduksi infeksi sering berperang pada masalah yang

menjengkelkan ini.

Infeksi Oportunistik. Lebih dari satu lusin infeksi oportunistik spesifik memenuhi

AIDS, meskipun setelah PCP, paling sering pada AIDS pediatric adalah esofagistis kandida,

terjadi pada sekitar 10%, dan infeksi kompleks, Mycobakterium avium. Diantara virus-virus,

infeksi CMV diseminata dan lama pada saluran cerna, dan infeksi virus varisela zoster

apitikal, rekuren dan ekstensif sering terjadi. Walaupun daftar panjang pathogen yang

menyebabkan penyakit berat dan lama tidak lazim pada penjamu ini, virus respirasi yang

lazim, mencakup virus sinsitial respiratorius, jarang menyebabkan penyakit yang

berkomplikasi.

Terkenanya organic lain. Terkenanya hepar padi infeksi HIV pediatric sering

mengambil bentuk organ yang membesar sedang sampai berat, transaminitis berfluktuasi.

Page 12: Hiv Aids Pada Anak

Yang jarang adalah hepatitis kolestatik berat yang terjadi pada bayi yang terinfeksi pada

tahun pertama, dengan prognosis buruk. Kelainan hati dapat disebabkan oleh infeksi yang

bersama dengan CMV, HCV, atau HBV, oleh infeksi HIV itu sendiri, atau banyak agen

infeksius lain. Penyakit ginjal yang sering terjadi, paling sering bermanifestasi protenuria.

Perubahan mesangial dan glomerulokslerosis fokal telah diindentifikasi sebagai patologi yang

paling sering terjadi pada anak dengan AIDS. Kelainan jantung dapat diperhatikan pada

separuh anak semua usia penyakit HIV, meskipun insiden kardiomiopati simtomatik hanya

12 sampai 20%; efusi pericardial dan gangguan fungsi ventrikel merupakan kelainan

ekokardiografi yang paling sering ditemukan. Meskipun frekuensi penyakit paru kronik pada

pasien ini, terkenanya vertikel kiri beberapa kali lebih sering daripada yang kanan. Tekanan

HIV langsung, autoimunitas, malnutrisi dan infeksi bersama dengan virus miotropik

semuanya telah dihipotesis sebagai etiologi. Fenomena autoimun mencakup anemia hemolitik

positif-coombs dan trombositopenia. Sarcoma Kaposi dan kanker sekunder lain jarang pada

anak yang terinfeksi HIV.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini

meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex

agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila dikatakan

positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji

antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan

pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir dengan

ibu HIV.

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)

Western blot (positif)

P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)

Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi

enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)

CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi

terhadap antigen)

Page 13: Hiv Aids Pada Anak

Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)

Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya

penyakit).

Kadar immunoglobulin (meningkat).

F. Penatalaksanaan

1. Perawatan

Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:

o Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan

mencegah kemungkinan terjadi infeksi

o Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang

ada

o Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan

dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT

dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA

HIV

o Mengatasi dampak psikososial

o Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan

prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis

o Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu

memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)

G. Pengobatan

Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan

AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan

pengobatan yang sesuai. Anak dikategorikan dengan menmggunakan tiga parameter : status

kekebalan, status infeksi dan status klinik dalam kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2)

tanda supresi sedang dan 3) tanda supresi berat. Seorang anak dikatakan dengan tanda dan

gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. Status imun

didasarkan pada jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia anak (Betz dan

Sowden, 2002).

Page 14: Hiv Aids Pada Anak

Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujuan terhadap

mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti Kandidiasis dan pneumonia interstisiel.

Azidomitidin ( Zidovudin), videks dan Zalcitacin (DDC) adalah obat-obatan untuk infeksi

HIV dengan jumlah CD4 rendah, Videks dan DDC kurang bermanfaat untuk oenyakit sistem

saraf pusat. Trimetoprin sulfametojsazol (Septra, Bactrim) dan Pentamadin digunakan untuk

pengobatan dan profilaksi pneumonia cariini setiap bulan sekali berguna untuk mencegah

infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia. Imunisasi disarankan

untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak

diberi vaksin vorus polio yang tidak aktif (IPV) (Betz dan Sowden, 2002).

H. Pencegahan

Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan akan

memengaruhi epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang dapat diketahui.

Kesalahan konsepsi mengenai factor resiko untuk infeksi HIV adalah target esensial untuk

usaha mengurangi perilaku resiko, terutama diantara remaja. Untuk dokter spesialis anak,

kemampuan member konsultasi pada pasien dan keluarga secara efektif mengenai praktik

seksual dan penggunaan obat adalah aliran utama usaha pencegahan ini. Bahkan pendidikan

dan latihan tersedia dari The American Medical Assosiation dan The American Academy of

Pediatrics yang dapat membantu dokter pediatric memperoleh kenyamanan dan kompetensi

yang lebih besar pada peran ini.

Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan

pencegahan infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji serologi

HIV bagi semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba pengobatan

mutakhir menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan obat yang sama

selama beberapa minggu secara signifikan mengurangi angka transmisi dari ibu ke bayi.

Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi

penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100 mg lima kali/24

jam) pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu kehamilan sampai kelahiran dan persalinan dan

selama 6 minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam) mengurangi penularan

pada 26% resipien palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin, suatu perbedaan yang sangat

bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah menghasilkan pedoman untuk penggunaan

zidovudin pada wanita hamil HIV-1 positif untuk mencegah penularan HIV-1 perinatal.

Wanita yang HIV-1 positif, hamil dengan masa kehamilan 14-34 minggu, mempunyai anak

Page 15: Hiv Aids Pada Anak

limfosid CD4 +  200/mm atau lebih besar, dan sekarang tidak berada pada terapi

atteretrovirus dianjurkan menggunakan zidovudin. Zidovudin intravena (dosis beban 1 jam 2

mg/kg/jam diikuti dengan infus terus menerus 1 mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkan

selama proses kelahiran. Pada semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin untuk

mencegah penularan HIV-1, bayi harus mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg setiap 6 jam

selama usia 6 minggu pertama yang mulai dan8 jam sesudah lahir). Jika ibu HIV-1 positif

dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin harus dimulai pada bayi baru lahir sesegera

mungkin sesudah lahir, tidak ada bukti yang mendukung kemajuan obat dalam mencegah

infeksi HIV-1 bayi baru lahir sesudah 24 jam. Ibu dan anak diobati dengan zidovudin harus

diamati dengan ketak untuk kejadian-kejadian yang merugikan dan didaftar pada PPP untuk

menilai kemungkinan kejadian yang merugikan jangka lama. Saat ini, hanya anemia ringan

reversible yang telah ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan pendekatan ini secara

penuh, semua wanita harus mendapatkan prenatal yang tepat, dan wanita hamil harus diuji

untuk positivitas HIV-1.

Penularan seksual. Pencegahan penularan seksual mencakup penghindaran

pertukaran cairan-cairan tubuh. Kondom merupakan bagian integral program yang

mengurangi penyakit yang ditularkan secara seksual. Seks tanpa perlindungan dengan mitra

yang lebih tua atau dengan banyak mitra adalah biasa pada remaja yang terinfeksi HIV-1.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN HIV-AIDS

A. Pengkajian

1) Data Subjektif, mencakup:

Page 16: Hiv Aids Pada Anak

a. Pengetahuan klien tentang AIDS

b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun

c. Dispneu (serangan)

d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)

2) Data Objektif, meliputi:

a. Kulit, lesi, integritas terganggu

b. Bunyi nafas

c. Kondisi mulut dan genetalia

d. BAB (frekuensi dan karakternya)

e. Gejala cemas

3) Pemeriksaan Fisik

a. Pengukuran TTV

b. Pengkajian Kardiovaskuler

c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung

kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

d. Pengkajian Respiratori

e. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,

napas pendek waktu istirahat, gagal napas.

f. Pengkajian Neurologik

g. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-

kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,

meningitis, keterlambatan perkembangan.

h. Pengkajian Gastrointestinal

i. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih

kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis

mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare

kronis, pembesaran limfa.

j. Pengkajain Renal

k. Pengkajaian Muskuloskeletal

l. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)

m. Pengkajian Hematologik

n. Pengkajian Endokrin

4) Kaji status nutrisi

a. Kaji adanya infeksi oportunistik

Page 17: Hiv Aids Pada Anak

b. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan.

B. DIAGNOSA

Menurut Wong (2004) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak dengan

HIV antara lain:

1. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan akumulasi secret sekunder

terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi

2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder

terhadap reaksi antigen dan antibody (Proses inflamasi)

3. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan pemasukan

dan pengeluaran sekunder karena kehilangan nafsu makan dan diare

4. Perubahan eliminasi (diare) berhubungan dengan peningkatan motilitas usus sekunder

proses inflamasi system pencernaan.

5. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitisseboroik dan

herpers zoster sekunder proses inflamasi system integument

6. Risiko infeksi (ISK) berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh, adanya

organisme infeksius dan imobilisasi

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan

penyakit, diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral

C. INTERVENSI

Keperawatan Menurut Wong (2004) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi diagnosa keperawatan ada anak yang menderita HIV antara lain :

1. Bersihan jalannafas tidak efektifberhubungandengan akumulasisekretsekunder

terhadap hipersekresi sputum karena proses inflamasi.

Tujuan : Anak menunjukkan jalan nafas yang efektif

Intervensi :

1. Auskultasi areaparu, catat areapenurunan/tidak ada aliranudara danbunyi

napasadventisius,

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan

cairan. Bunyi napas bronkhial dapat juga terjadi pada area

konsolidasi.

Page 18: Hiv Aids Pada Anak

2. Mengkaji ulangtanda-tandavital (irama danfrekuensi, sertagerakan

dindingdada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tidak simetris

terjadi karena ketidaknyaman gerakan dinding dada dan atau

cairan paru- paru

3. Bantu pasienlatihan napassering.Tunjukkan/bantu

pasienmempelajarimelakukanbatuk, misalnyamenekan dadadan

batukefektifsementara posisi duduktinggi.

Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru/jalan napas

lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas

alami membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten.

Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk

memungkinkan upaya napaslebih dalam danlebih kuat.

4. Penghisapansesuai indikasi

Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik

pada pasien yang tidak mampu melakukan karena batuk tidak

efektif atau penurunan tingkat kesadaran

5. Berikan cairansedikitnya 2500ml/hari (kecualikontraindikasi). Tawarkan

airhangat daripada dingin.

Rasional : Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan

sekret

6. Memberikanobat yang dapatmeningkatkanefektifnya jalannafas

(sepertibronchodilator)

Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkhus dengan memobilisasi

sekret, obat bronchodilator dapat membantu mengencerkan sekret

sehingga mudah untuk dikeluarkan.

2. Hipertermiberhubungandengan pelepasanpyrogen darihipotalamus sekunder

terhadapreaksi antigen danantibody

Tujuan :Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari 37,5 o C.

Intervensi :

1. Pertahankanlingkungansejuk, denganmenggunakanpiyama dan selimut

yangtidak tebal sertapertahankansuhu ruanganantara 22o dan24 o C

Rasional : Lingkungan yang sejuk membantu menurunkan suhu tubuh

dengan cara radiasi.

Page 19: Hiv Aids Pada Anak

2. Beri antipiretiksesuai petunju

Rasional : Antipiretik seperti asetaminofen (Tylenol), efektif menurunkan

demam.

3. Pantau suhutubuh anaksetiap 1-2 jam,bila terjadipeningkatansecara tiba-tiba.

Rasional : Peningkatan suhu secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang

4. Beriantimikroba/antibiotik jiradisarankan

Rasional : Antimikroba mungkin disarankan untuk mengobati organismo

penyebab.

5. Berikankompresdengan suhu 37oC pada anakuntukmenurunkandemam

Rasional : kompres hangat efektif mendinginkan tubuh melalui cara

konduksi.

3. Risiko tinggikekurangan volumecairanberhubungandengan pemasukandan

pengeluaransekunder karenakehilangan nafsumakan dan diare

Tujuan : keseimbangan cairan tubuh adekuat dengan kriteria hasil :

tidak adaadatanda-tandadehidrasi(tanda-

tandavitalstabil,kualitasdenyutnadi

baik,turgorkulitnormal,membranmukosalembabdanpengeluaran

urineyangsesuai).

Intervensi :

1. Ukur dan catatnpemasukan danpengeluaran.Tinjau ulangcatatan intraoperasi.

Rasional : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan/ kebutuhan penggantian dan pilihan- pilihan

yang mempengaruhi intervensi.

2. Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan

kekurangan kekurangan cairan.

3. Letakkanpasien padaposisi yangsesuai,tergantungpada kekuatanpernapasan.

Rasional : elevasikepala danposisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi

dari muntah, posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada

lobus paru bagian bawah dan menurunkan tekanan pada

diafragma.

4. Pantau suhukulit, palpasidenyut perifer.

Page 20: Hiv Aids Pada Anak

Rasional : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan

penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk penggantian

cairan tambahan.

5. Kolaborasi,berikan cairanparenteral,produksi darahdan

atauplasmaekspandersesuai petunjuk.Tingkatkankecepatan

IVjikadiperluakan.

Rasional : gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat

waktu penggangtian volume sirkulasi yang potensial bagi

penurunan komplikasi, misalnya ketidakseimbangan.

4. Perubahaneliminasi (diare) berhubungandenganpeningkatanmotilitas usus sekunder

proses inflamasi systempencernaan.

Tujuan : Orang tua melaporkanpenurunan frekuensi defekasi dengan kriteria,

konsistensi feaseskembalinormaldanorang

tuamampumengidentifikasi/menghin dari faktor pemberat.

Intervensi :

1. Observasi dancatat frekuensidefekasi,karakteristik,jumlah dan faktor

pencetus

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya

episode.

2. Tingkat tirahbaring, berikanalat-alatdisampingtempat tidur.

Rasional : Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju

metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.

3. Buang fesesdengan cepatdan berikanpengharumruangan

Rasional : menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari rasa malu pasien

4. Identifikasimakanan dancairan yangmencetuskandiare (misalnya sayuran

segar,buah, sereal,bumbu,minumankarnonat,produks susu).

Rasional : Menghindarkanirirtan meningkatkan istirahat usus

5. Mulai lagipemasukancairan per oralsecara bertahapdan hindariminuman

dingin.

Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan/ cairan. Makan kembali secara

bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang, namun

cairan yang dingin dapat meningkatkan motilitas usus

6. Berikankolaburasiantibiotik

Page 21: Hiv Aids Pada Anak

Rasional : Mengobati infeksi supuratif fokal

5. Risiko kerusakanintegritas kulit yangberhubungandengan dermatitisseboroik

danherpers zostersekunder prosesinflamasi systemintegument

Tujuan : Anak menunjukkan integritas kulit yang utuh dengan hasil : infeksi virus

herpes tidak meluas, anak tidak menggaruk kulit yang terinfeksidan orang

tua mendemonstrasikan cara perawatan kulit untuk mencegah kerusakan

kulit.

Intervensi :

1. Pasang alatpelembabdalam rumahuntukmenghindarikulit terlalukering

Rasional : Kulit yangkering dapatmempermudahterjadinyakerusakan

kulitsehingga perlu dijaga kelembabannya sehingga kulit tidak

mudah lecet.

2. Bersihkandaerah yangtidak infeksi

Rasional : membersighan daerah yang tidak terinfeksi dapat mencegah

terjadinya perluasan infeksi kulit.

3. Sarankan klienuntuk tidakmenggaruk

Rasional : Menggaruk dapat mendorong terjadinya diskountinuitas jaringan

kulit, apa bila jika dilakukan dengan keras/ kuat.

4. Kulit yangmengeras danbersisik jangan

dikupas, biarkan terkelupas sendiri.

Rasional : berusaha mengelupas/ melepas kulit yang bersisik dapat memicu

terjadinya luka pada kulit yang bersisik

5. Pemberianantibiotiksistemik

Rasional : pemberian antibiotik dapat membantu membasmi bakteri sehingga

infeksi kulit tidak meluas.

6. Risiko infeksi(ISK) berhubungandengan kerusakanpertahanan tubuh,adanya

organismeinfeksius danimobilisasi

Tujuan : Anak mengalami risiko infeksi yang minimal dan anak tidak menyebarkan

penyakit pada orang lain

Intervensi :

1. Gunakanteknik mencucitangan yangcermat

Raional : Untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infeksius

2. Beri tahupengunjunguntukmenggunakanteknik mencucitangan yangbaik

Page 22: Hiv Aids Pada Anak

Rasional : Untuk meminimalkan pemajanan organisme infeksius.

3. Tempatkananak diruanganbersama anakyang tidakmengalamiinfeksi

ataudiruangan pribadi.

Rasional : pemahaman yang baik tentang cuci tangan dapat mempengaruhi

perliku orang tua untuk cuci tangan sebelum dan sesudah

memegang atau menyentuh anak

4. Batasi kontakdengan individuyangmengalamiinfeksi,termasuk keluarga,

anaklain, teman dananggota staf,jelaskan bahwaanak sangatrentanterhadap

infeksi

Rasional : Untukmendorongkerja sama danpemahaman

5. Observasiasepsis medisdengan tepat

Rasional : Untuk menurunkan risiko infeksi

6. Dorong nutrisiyang baik danistirahat yangcukup

Rasional : Untuk meningkatkan pertahan alamiah tubuh yang masih ada

7. Jelaskan padakeluarga dananak yang lebihbesar

tentangpentingnyamenghubungiprofesionalkesehatan bilaterpajanpenyakit

masa kecil (misalnya.Cacar air,gondongan)

Rasional : Penjelasan yang baik akan memungkinkan orang tua memberikan

imunisasi yang tepat pada bayinya

8. Berikanimunisasi yangtepat sesuaiketentuan

Rasional : Untuk mencegah infeksi

9. Berikanantibiotik sesuaiketentuan

Rasional : Dapat untuk mencegah infeksi bakteri/ sebagai profilaksi

10. Implementasikan dan lakukankewaspadaanuniversal,khususnya isolasi

bahantubuh

Rasional : Untuk mencegah penyebaran virus

11. Instruksikanorang lain(misalnyakeluarga,anggota

staf)untukmenggunakankewaspadaantepat,jelaskan adanyakesalahankonsep

tentangpenularan virus

Rasional : Hal ini merupakan masalah yang sering terjadi dan dapat

mempengaruhi penggunaan kewaspadaan yang tepat

7. Perubahan nutrisikurang darikebutuhan

tubuhberhubungandengankekambuhanpenyakit, diare,kehilangan nafsumakan,

kandidiasisoral

Page 23: Hiv Aids Pada Anak

Tujuan : Pasien mendapatkan nutrisi yang optimal dengan kriteria hasil anak

mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup

Intervensi :

1. Berikanmakanan dankudapan tinggikalori dantinggi protein

Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk metabolisme dan

pertumbuhan

2. Beri makananyang disukaianak

Rasional : Untuk mendorong agar anak mau makan

3. Perkayamakanandengansuplemennutrisi,misalnya susububuk atausuplemen

yangdijual bebas

Rasional : Untukmemaksimalkankualitas asupanmakanan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit

akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh

infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)

AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler

yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana

kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama

perjalanan penyakit. (Carolyn, M.H.1996:601)

Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan

imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak

sering mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi

beresiko dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk

hitung limfosit CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang

lebih tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal  masa bayi, diikuti penurunan

terhadap pada beberapa tahun pertama

Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang

diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control

sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan

splenomegali, limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm

terdapat pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare.

Page 24: Hiv Aids Pada Anak

.

B. Saran

Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan

pengetahuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping

pengarahan dan bimbingan yang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan dalam

tugas dapat dicapai

DAFTAR PUSTAKA