laporan pasut

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudodan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuk komponen pasang laut baru. Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairanatau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan danmatahari. Ada tiga sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilaksanakannnya praktikum mengenai pasang surut air laut adalah: 1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan dan menentukan tipe pasang surut berdasarkan grafik pasang surut. 2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pasang surut berdasarkan konstantanya. 3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air. 1.3 Manfaat Manfaat dilaksanakan praktikum pengantar oseanografi mengenai pasang surut air laut ini sebagai berikut : 1. Mampu mempersiapkan alat pengukur pasang surut. 2. Mampu melakukan pengukuran pasang surut, memplotkan data pasang surut dan mengklasifikasi tipe pasang surut.

Upload: dinimiar-fitrah-saraswati

Post on 09-Jul-2016

77 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Survei Hidrografi

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PASUT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi

perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain.

Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk dapat

meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudodan beda fasa dari masing-masing

komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama

pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena

interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut

utama, dan faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuk komponen pasang laut baru.

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairanatau

samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan danmatahari. Ada tiga

sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut

menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang

dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat

diperlukan dalam navigasi pantai.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannnya praktikum mengenai pasang surut air laut adalah:

1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan dan menentukan tipe

pasang surut berdasarkan grafik pasang surut.

2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pasang surut berdasarkan konstantanya.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air.

1.3 Manfaat

Manfaat dilaksanakan praktikum pengantar oseanografi mengenai pasang surut air laut ini

sebagai berikut :

1. Mampu mempersiapkan alat pengukur pasang surut.

2. Mampu melakukan pengukuran pasang surut, memplotkan data pasang surut dan

mengklasifikasi tipe pasang surut.

Page 2: LAPORAN PASUT

2

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Pasang Surut

Gelombang–gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan

pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama

setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran/flow (atau

flood), sedangkan sedangkan pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada

pasang surut juga biasa digunakan untuk mengartikan arus – arus pasang itu sendiri (dan,

tentu saja, pasang ‘flood’ lebih sering digunakan daripada ‘aliran/flow’). Dari awal

mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan

bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan

waktu – waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan (tapi tidak

tepat sekali) dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi,

matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan peristiwa

pasang surut menghasilkan pola – pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya

– gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun

respon lautan atas gaya – gaya ini dimodifikasi oleh efek – efek permanen topografi dan

efek sementara dari pola – pola cuaca (Dr. Agus Supangat, Pengantar Oseanografi. ITB).

Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode

tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara

sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi

bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan

mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis

edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil

dan tidak perlu diperhitungkan.

Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya

beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang

surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut

komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau

kombinasi keduanya.

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang

rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang

Page 3: LAPORAN PASUT

3

pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah

gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut

bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada

dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi

dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan

baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk

sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang

rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.

Gambar 2.1 Spring Tide dan Neap Tide

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.

Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara

langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan

lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya

tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat

daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan

matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut.

Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi

bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Page 4: LAPORAN PASUT

4

Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi

benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama

tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik

dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa

komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan

gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air

laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda.

Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari

beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu,

sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan.

Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat

pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara

1m hingga 3m.

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini

disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang

surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,

maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika

terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe

harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe

tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini

digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide

predominantly Semi-diurnal Tide) dan tipe campuran condong harian tunggal (Mixed Tide

predominantly Diurnal Tide). (Priyana,1994).

Gambar 2.2 Tipe-Tipe Pasut

Page 5: LAPORAN PASUT

5

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori

kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,

revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman

dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga

terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti,

topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi

memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal.

Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara

langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran

bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada

gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih

dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah

bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di

laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara

sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994).

Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi

yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik

tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.

Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya

lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%

permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut

terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini,

yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara

periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan

derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali

surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).

Page 6: LAPORAN PASUT

6

2.3 Tipe Pasang Surut

Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang

surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers

(1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :

1. Pasang surut diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya

terjadi di laut sekitar katulistiwa.

2. Pasang surut semi diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama

tingginya.

3. Pasang surut campuran

Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi

kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum,

terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu

hari, ini terdapat di Selat Karimata

2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya

hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.

3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)

Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi

terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam

tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa

Barat.

4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi

terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan

waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Page 7: LAPORAN PASUT

7

(AO1+AK1)

F= ___________

(AM2+AS2)

Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl dimana:

AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Dimana :

F ≤ 0.25 : Pasut ganda

0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal

1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda

F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal

2.4 Daftar Istilah pada pasang surut :

Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu

periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.

Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu

periode waktu.

Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.

Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.

Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari

dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air

tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi

terttinggi.

Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air

tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk

pasut harian (diurnal).

Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air

rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat

pada pasut diurnal.

Page 8: LAPORAN PASUT

8

Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air

rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah

terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah

terendah.

Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi

berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu

tertinggi.

Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua

air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.

Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi

berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range)

pasut paling kecil.

Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air

berturut-turut selama periode pasut perbani.

Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah

permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh

keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini

tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang

ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut

yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat

dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa

tahun.

Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW

dan MLW.

Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.

Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.

2.5 Metode Penghitungan Pasang Surut

Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi,

perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari

menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut.

Page 9: LAPORAN PASUT

9

Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang

ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).

Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami

pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu

tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada

keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut

untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu

dapat diramalkan.

Metode Tide Pole (Palem Pasut)

Metode yang digunakan untuk mengukur pasang surut yaitu dengan Tide Pole

yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana yang berupa papan

dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari

tunggang pasut. Dimana pemasangan tide pole ini haruslah pada kondisi muka air

terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi

skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest water). Dengan

demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui dengan melihat

menggunakan teropong atau melakukan pengamatan secara langsung mendekati

pelem pasut tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada

waktu tertentu. Lokasi pemasangan palem pasut harus berada pada lokasi yang aman

dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus

laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut.

Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada

kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir

sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya

hanya dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah palem pasut harus

dipasang terendam air laut, maka palem dituntut pula harus terbuat dari bahan yang

tahan air laut. Biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka surutan

setempat, sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka surutan

tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada rambu.

Palem pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut. Dengan

demikian hal ini sangat membantu bagi keamanan kapal yang akan berlabuh atau

meninggalkan pelabuhan.

Page 10: LAPORAN PASUT

10

Alat yang diperlukan :

1. Alat pertukangan (palu, kayu)

2. Bambu seperlunya

3. Kerung Beras Plastik

4. Palem pasut yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3

cm yang berskala tiap 20 cm

5. Papan kayu 15 cm dan panjang 3 meter

6. Tali nylon

Gambar 2.3 Rambu Pasang Surut

Pencatatan data Pasut

1. Pengamatan tinggi air dilaksanakan setiap 30 menit sekali dengan menggunakan

palm.

2. Pencatatan data pasut dilakukan dengan membaca ketinggian permukaan air

yang ditunjukkan oleh skala palem.

3. Dilakukan pada malam hari, hendaknya diterangi dengan menggunakan senter.

Page 11: LAPORAN PASUT

11

BAB III

METODOLOGI PEKERJAAN

3.1 Waktu dan Lokasi

Praktikum pengukuran Pasang Surut dilakukan pada:

Waktu : Jumat – Minggu

Tanggal : 29 April – 1 Mei 2016

Lokasi : Pantai Prigi, Trenggalek

Pasca Survei Hidrografi 2016 meliputi pengolahan data dan pembuatan laporan

dilaksanakan pada:

Hari : Senin – Kamis

Tanggal : 2-11 Mei 2016

3.2 Alat dan Bahan

Berikut merupakan alat dan bahan yang diperlukan pada saat survei di lapangan dan

pengolahan data.

Tabel 3.1. Alat dan Bahan Pengamatan Pasang Surut

No. Nama Alat Jumlah

Pengamatan Pasang Surut

1. Rambu pasang surut 1 buah

2. Buku pengamatan pasang surut 1 buah

3. Senter 1 buah

4. Karet ban Secukupnya

3.3 Spesifikasi Alat

3.3.1. Rambu Pasang Surut

Gambar 3.1. Rambu Ukur Pasang Surut

Page 12: LAPORAN PASUT

12

Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda

tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Rambu pasang surut yang

digunakan setinggi 3 meter terbuat dari campuran logam alumunium yg tebal dan

kuat. Bahan ini digunakan karena ringan dibanding dengan rambu ukur berbahan

kayu agar mudah diikatkan denga kuat dan kokoh.

3.3.2. Buku Pengamatan Pasang Surut

Buku ukur pengamatan pasang surut berisi kolom no. (nomor pengukuran),

waktu, dan BT (batas tengah bacaan rambu ukur).

3.3.3. Senter

Gambar 3.2. Senter

Senter digunakan untuk menerangi bacaan rambu ukur ketika pengamatan

pasang surut dilakukan di malam hari. Senter yang digunakan cahayanya dapat

menerangi bacaan dan dapat menembus permukaan air untuk memperkirakan rata-

rata air yang sejajar dengan bacaan tengah rambu.

3.3.4. Karet Ban

Gambar 3.3. Karet Ban

Karet ban yang digunakan harus yang masih ketat atau tidak lapuk. Karet ban

digunakan untuk mengikat dikarenakan karet ban memiliki gaya gesek besar

sehingga dapat lebih bertahan ketika tergerak oleh gelombang air laut.

Page 13: LAPORAN PASUT

13

3.4 Metodologi Pekerjaan

3.4.1 Diagram Alir

Gambar 3.4. Diagram Alir Pengamatan Pasang Surut

3.4.2 Penjelasan Diagram Alir

a. Persiapan

Yaitu tahap persiapan anggota kelompok serta alat dan bahan yang

dibutuhkan untuk pengukuran.

b. Orientasi Lapangan

Orientasi lokasi pengukuran dilakukan untuk mengetahui secara pasti

kondisi lapangan, kondisi ombak, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja

pemasangan rambu.

c. Pemasangan Rambu Ukur

Letakkan rambu pasang surut pada lokasi dimana pada saat surut, rambu

masih terkena air dan saat pasang rambu tidak tenggelam (masih terlihat).

Rambu diikat kuat dengan menggunakan karet ban agar kokoh dan berada dalam

keadaan stabil meskipun terhantam ombak.

Mulai

Persiapan

Orientasi Lapangan

Pemasangan Rambu Ukur

Pengolahan Data

Selesai

Pengamatan Pasang Surut

Page 14: LAPORAN PASUT

14

d. Pengamatan Pasang Surut

Selama pengamatan berlangsung rambu harus diamati. Catat waktu dan

kedudukan muka air laut pada rambu dengan interval 15 menit. Catat pada buku

pengukuran pasang surut. Pengamatan pasang surut dilakukan secara terus

menerus selama survey bathimetri berlangsung, dimulai 4 jam sebelum dan 4

jam sesudah survey hidrografi dilaksanakan. Jika pengamatan pasang surut

dilakukan pada malam hari dan muka air laut yang terkena rambu pasang surut

tidak terlihat jelas maka gunakan senter.

e. Pengolahan Data

Data yang dibutuhkan dalam pengolahan data pasang surut adalah waktu

pengambilan data, dan bacaan tengah rambu pasang surut. Pengolahan data

pasang surut menggunakan metode Doodson untuk memperoleh tinggi muka air

laut rata-rata dengan menjumlahkan semua data dan dibagi jumlah data.

3.5 Jadwal Pekerjaan

Berikut merupakan jadwal pekerjaan pengamatan pasang surut yang dilakukan tiap

kelompok.

Tabel 3.2. Jadwal Pengamatan Pasang Surut

Tanggal Waktu Pelaksana

Jum'at, 29 April 2016 07.00 - 12.00 Kelompok 5

12.00 - 17.00 Kelompok 1

17.00 - 21.00 Kelompok 8

21.00 - 24.00 Kelompok 2

Sabtu, 30 April 2016 00.00 - 04.00 Kelompok 1

04.00 – 07.00 Kelompok 7

07.00 - 11.00 Kelompok 8

11.00 – 13.00 Kelompok 3

13.00 - 17.00 Kelompok 6

17.00 - 21.00 Kelompok 4

21.00 - 24.00 Kelompok 3

Minggu, 1 Mei 2016 00.00 - 04.00 Kelompok 7

04.00 – 07.00 Kelompok 2

Page 15: LAPORAN PASUT

15

3.6 Pelaksana Pekerjaan

Pelaksana pekerjaan dilakukan dengan membagi anggota kelompok menjadi dua

kloter dimana tiap kloter melakukan pengamatan pasang surut selama 2 jam dari total

waktu pengamatan tiap kelompok selama 4 jam.

Tabel 3.3. Pembagian Tugas Penjagaan Pasang Surut

Kloter 1 Kloter 2

Salwa Nabilah (3513100010) Rani Fitri Febriyanti (3513100015)

M. Ibnu Aqil (3513100043) Amelia Fadhila (3513100030)

Izhad Miftachurrozaq (3513100073) Nurul Tazaroh (3513100069)

Dinimiar Fitrah S. (3513100076) Rega Hangasta Gien P. (3513100085)

Renita Elizabeth S. (3513100091) Alif Fariq’an S. (3513100098)

Berikut pembagian tugas untuk pembuatan laporan yang dilakukan kelompok 1:

Tabel 3.4 Pembagian Tugas Pembuatan Laporan

Nama Pembagian Tugas

Salwa Nabilah (3513100010) Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar

Gambar, Daftar Tabel, Lampiran

M. Ibnu Aqil (3513100043) Bab II Tinjauan Pustaka

Izhad Miftachurrozaq (3513100073) Bab IV (Tahap Pengolahan Data)

Dinimiar Fitrah S. (3513100076) Bab III Metodologi Pekerjaan

Renita Elizabeth S. (3513100091) Bab I Pendahuluan

Rani Fitri Febriyanti (3513100015) Bab V Analisa

Amelia Fadhila (3513100030) Bab VI Penutup

Nurul Tazaroh (3513100069) Bab V Hasil

Rega Hangasta G. (3513100085) Bab V Analisa

Alif Fariq’an S. (3513100098) Bab IV (Pengambilan Data Pekerjaan

dan Tahap Pengukuran)

Page 16: LAPORAN PASUT

16

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Pengambilan Data Pekerjaan

Data-data yang diambil pada Pengamatan Pasang Surut, antara lain::

1. Bacaan rambu pasang surut

2. Waktu pengamatan pasang surut

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pasang surut selama 48 jam

dari tanggal 29 April 2016 – 1 Mei 2016 secara manual / dicatat pada form pengkuran

yang telah disiapkan untuk data pasut (pasang surut).

4.2 Tahap Pengukuran

Pengukuran kedalaman air laut (survey bathimetri) meliputi beberapa tahapan, antara

lain:

4.2.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pengamatan Pasang Surut

Gambar 4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pemasangan Pasang Surut

4.2.2 Tahap Pelaksanaan Pengukuran Pengamatan Pasang Surut

1. Orientasi lapangan

Orientasi lapangan dilakukan untuk penentuan lokasi pemasangan rambu

ukur yang digunakan untuk pengamatan pasang surut. Rambu pasang surut

harus dipasang menempel dasar laut dan dipasang tidak boleh sampai tenggelam

seluruhnya dibawah permukaan air laut. Maka sebelum memasang rambu,

mahasiswa harus mengetahui data pasang tertinggi pada laut tersebut, agar jika

terjadi pasang tertinggi rambu tersebut tidak tenggelam.

2. Pengamatan Pasut

Setelah memasang rambu pasang surut sesuai lokasi yang telah ditentukan,

selanjutnya yaitu melakukan pengamatan pasang surut yaitu mengamati rambu

Orientasi

Lapangan

Pengamatan

Pasut

Page 17: LAPORAN PASUT

17

pasang surut selama 3 hari mulai 29 April 2016 pukul 07.00 sampai 1 Mei 2016

pukul 07.00 dengan selang waktu pengamatan setiap 15 menit.

4.3 Tahap Pengolahan Data

4.3.1 Pengolahan data pasang surut (pasut)

Data pasang surut ini diolahguna mementukan nilai MSL. Pegolahan data

pasut ini menggunakan metode Doodson. Metode ini merupakan metode yang

paling memungkinkan digunakan untuk pengolahan data pasang surut yang datanya

dari hasil pengamatan hanya selama 48 jam, karena untuk menggunakan metode

Doodson hanya dibutuhkan data pengamatan pasang surut selama 39 jam saja

dengan pengamatan setiap satu jamnya. Sehingga dari data pengamatan selama 48

jam tersebut hanya diambil 39 jam saja dari tengah-tengah hari. Menurut metode

ini, data yang diambil adalah pukul 12.00 , 19 jam sebelum pukul 12.00, dan 19

jam sesudah pukul 12.00 , maka totalnya adalah 39 jam. Makayang memungkinkan

adalah pukul 12.00 tanggal 30 April 2016 , sehingga dapat mengambil data 19 jam

sebelum dan sesudahnya.

Pada metode Doodson, data pasut dihitung dengan mengalikan tinggi pasut

satu persatu dengan Metrik Pengali (F) , berikut metrik pengali nya:

Kemudian hasil perkalian tersebut di jumlah, lalu dibagi 30 (jumlah metrik

pengali) sehingga didapatkan nilai MSL. Berikut rumus yang digunakan untuk

menentukan nilai MSL menggunakan metode Doodson :

Keterangan:

MSL : Mean Sea Level ( nilai ketinggian permukaan laut rata-rata)

H : Bacaan tinggi rambu pasang surut

F : Metrik pengali.

MSL = Σ(HxF)/ΣF

Page 18: LAPORAN PASUT

18

BAB V

HASIL DAN ANALISA

5.1 Hasil Pengamatan Pasang Surut

Adapun hasil pengamatan pasang surut selama 39 jam (Jumat, 29 April 2016 pukul

17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB) dengan hari tengah pengukuran

adalah Sabtu, 17 Mei 2014 pukul 12.00 WIB adalah sebagai berikut.

Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut

DATA PASUT

NO TGL WAKTU TINGGI PASUT

(H)

METRIK PENGALI

(F) HASIL (HxF)

1 4/29/2016 17 0.66 1 0.66

2

18 0.44 0 0

3

19 0.4 1 0.4

4

20 0.35 0 0

5

21 0.55 0 0

6

22 0.8 1 0.8

7

23 1.06 0 0

8 4/30/2016 0 1.31 1 1.31

9

1 1.36 1 1.36

10

2 1.38 0 0

11

3 1.18 2 2.36

12

4 1.01 0 0

13

5 0.8 1 0.8

14

6 0.72 1 0.72

15

7 0.685 0 0

16

8 0.81 2 1.62

17

9 0.9 1 0.9

18

10 1.15 1 1.15

19

11 1.41 2 2.82

20

12 1.585 0 0

21

13 1.66 2 3.32

22

14 1.628 1 1.628

23

15 1.465 1 1.465

24

16 1.16 2 2.32

25

17 0.95 0 0

26

18 0.678 1 0.678

27

19 0.495 1 0.495

28

20 0.43 0 0

29

21 0.49 2 0.98

Page 19: LAPORAN PASUT

19

30

22 0.67 0 0

31

23 0.855 1 0.855

32 4/1/2016 0 1.02 1 1.02

33

1 1.195 0 0

34

2 1.35 1 1.35

35

3 1.254 0 0

36

4 1.15 0 0

37

5 1.11 1 1.11

38

6 0.97 0 0

39

7 0.91 1 0.91

Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL), data pengukuran tersebut

dilakukan perhitungan dengan metode Doodson. Metode ini memiliki matriks pengali

untuk waktu pengamatan 1-19 jam. Adapun nilai matriks pengali pada metode Doodson

adalah sebagai berikut.

Tabel 5.2 Matriks Pengali Data Pasang Surut

Adapun perhitungan MSL (Mean Sea Level) menggunakan Metode Dodsoon adalah

sebagai berikut.

MSL =

{(1x0,66)+(0x0,44)+(1x0,4)+(0x0,35)+(0x0,55)+(1x0,8)+(0x1,06)+(1x1,31)+(1x1,36)+(

0x1,38)+(2x1,18)+(0x1,01)+(1x0,8)+(1x0,72)+(0x0,685)+(2x0,81)+(1x0,9)+(1x1,15)+(2

x1,41)+(0x1,585)+(2x1,66)+(1x1,628)+(1x1,465)+(2x1,16)+(0x0,95)+(1x0,678)+(1x0,49

5)+(0x0,43)+(2x0,49)+(0x0,67)+(1x0,855)+(1x1,02)+(0x1,195)+(1x1,35)+(0x1,254)+(0x

1,15)+(1x1,11)+(0x0,97)+(1x0,91) = 1.03436667

Tabel 5.3 HWL, MSL dan LWL

MSL = Σ(HxF)/ΣF = 1.03436667

LWL 0.35

HWL 1.66

Page 20: LAPORAN PASUT

20

Gambar 5.1 Grafik Pasang Surut Pantai Prigi 29 April-1 Mei 2016

Tabel 5.4 Data ketinggian BM Pasut (Levelling)

5.2 Analisa Hasil Pasang Surut

Dari data pengamatan pasang surut yang telah dilakukan perhitungan di atas. Maka

di dapatkan data pasang surut Pantai Prigi tanggal 29 April – 1 Mei 2016 adalah sebagai

berikut :

Pasang Tertinggi (HWL) adalah 1.980 m

Mean Sea Level (MSL) adalah 1.034566667 m

Surut terendah (LWL) adalah 0.35 m

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Series1

Page 21: LAPORAN PASUT

21

Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Doodson 39 jam untuk

mendapatkan nilai permukaan air laut rata-rata (MSL), pasang tertinggi (HWL), dan

surut terendah (LWL).

Ketika pengamatan pasang surut dilakukan pada tanggal 29 April-1 Mei 2016

dengan selang waktu pengamatan yakni 15 menit, dihasilkan dua kali pasang dan dua kali

surut dengan selang tinggi dan selang periode yang hampir sama, sehingga dapat

disimpulkan hal ini termasuk dalam tipe pasang surut harian ganda (semi diurnal tide).

Yang penjelasannya dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 5.2 Diagram Pasang Surut

Tabel 5.5 Tabel Pasang dan Surut

Pukul Bacaan (m)

02.30 1.360

07.00 0.685

13.30 1.640

20.15 0.425

Selain itu, dari data yang diperoleh pada saat pengukuran, pasang tertinggi terjadi

pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 12:45 dengan nilai 1.980 m sedangkan surut

terendah terjadi pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 20.00 dengan nilai 0.35 m. Dapat

disimpulkan bahwa pada daerah pantai prigi mengalami pasang tertinggi pada siang hari

dan surut terendah pada malam hari.

0

0.5

1

1.5

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Diagram Pasang Surut

Series1

Page 22: LAPORAN PASUT

22

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat setelah melakukan pengamatan pasang surut air laut pada

Jumat, 29 April 2016 pukul 17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB adalah

sebagai berikut :

1. Dalam pengamatan pasang surut tinggi muka air tertinggi adalah 1.980 m, terendah

adalah 0.35 m dan tinggi pasut rata-rata adalah 1.034566667 m dan dianggap sebagai

MSL.

2. Pengamatan pasang surut dilakukan selama 39 jam dengan interval pengamatan setiap

15 menit.

3. Tipe pasang surut di Pantai Prigi adalah pasang surut harian ganda karena dalam satu

hari terjadi dua kali pasang surut secara berurutan.

6.2 Saran

Adapun saran untuk laporan sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan pengamatan pasut harus ada persiapan terlebih dahulu seperti

pengecekan rambu ukur apakah rambu sudah sesuai.

2. Jika pengamatan pasang surut dilakukan pada malam hari dan muka air laut yang

terkena rambu pasang surut tidak terlihat jelas maka gunakan senter dan kamera

digital.

3. Agar pemasangan rambu pasang surut harus benar-benar kuat dan tidak bergeser-

geser. Maka, rambu pasang surut harus diikat kuat dengan karet ban.

Page 23: LAPORAN PASUT

23

DAFTAR PUSTAKA

Adiatman. 2014. Laporan Pasang Surut. dawrenlee.blogspot.co.id, diakses pada 10 Mei 2016

pukul 8:00

Akhmad, Nur. 2013. Macam-macam Tipe Pasang Surut di Indonesia.

natachaniago.wordpress.com, diakses pada 10 Mei 2016 pukul 21.15

Anggraini. 2010. Laporan praktikum Oseanografi Fisik. dhamadharma.wordpress.com,

diakses pada 10 Mei 2016 pukul 8:30

Anonim. 1985. Manual on Sea Level Measurement and Interpretation Volume I- Basic

Procedures. Intergovermental Oceanographic Commision. UNESCO.

Page 24: LAPORAN PASUT

24

LAMPIRAN

Rambu Pasang Surut

Menunggu Waktu Mengukur Pasut

Personil Kelompok 1

Personil Kelompok 1

Page 25: LAPORAN PASUT

25

DATA PERHITUNGAN PASUT DI EXCEL

Page 26: LAPORAN PASUT

26