laporan mesin otto
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
1. Tujuan
Mengukur atau menghitung parameter prestasi motor bensin serta mempelajari
karakteristiknya.
2. Dasar Teori
Pengertian Mesin
Alat yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga penggerak disebut mesin atau
motor bakar (heat engine). Tenaga panas yang dihasilkan didluar mesin, disebut
motor pembakar luar (external combustion engine) dan tenaga panas yang dihasilkan
didalam mesin, disebut motor pembakar dalam(internal combustion engine). Motor
pembakaran dalam dibedakan berdasarkan pada proses kerjanya yaitu motor 4 tak dan
motor 2 tak. Berdasarkan penyalaan bahan bakarnya dibedakan menjadi motor disel.
Cara Kerja Motor Bensin 4 Tak
Torak bergerak naik turun didalam silinder dalam 4 gerakan, yang disebut satu siklus.
Titik tertinggi yang dicapai torak disebut TMA (Titik Mati Atas), dan titik terendah
TMB (Titik Mati Bawah). Gerakan torak dari TMA ke TMB disebut satu langkah
torak (stroke) sama dengan setengah putaran poros engkol.
Motor bensin 4 tak melakukan langkah kerja dalam sekali langkah usaha. Jadi
gerakan satu siklus terdiri dari:
1. Langkah hisap
2. Langkah kompresi
3. Langkah kerja
4. Langkah buang
1. Langkah Hisap
Dalam langkah hisap yang terjadi adalal :
- Piston bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati
bawah).
- Katup hisap membuka dam katup buang menutup.
- Karena piston bergerak kebawah maka didalam ruang silinder
timbul kevacuman sehingga campuran antara udara dan bensin
terhisap masuk ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi
Dalam langkah kompresi yang terjadi adalah :
- Akhir dari langkah piston
- Piston bdrgerak dari TMB(titik mati bawah) ke TMA (titik mati atas)
- Kedua katup (hisap dan buang) menutup.
- Karena piston bergerak ke atas maka campuran udara dan bahan
bakar bensin yang berada di dalam silinder tertekan ke atas dan di
mampatkan di dalam ruang bakar.
3. Langkah Usaha
Dalam langkah usaha yang terjadi adalah :
- Akhir dari langkah kompresi.
- Kedua katup (hisap dan buang) masih menutup.
- Sesaat sebelum piston mencapai TMA (titik mati atas) busi memercikan bunga api
listrik ke dalam ruang bakar, sehingga campuran udara dan bensin yang sudah di
mampatkan akan terbakar dan akan menimbulkan tenaga gerak atau mekanik.
4. Langkah Buang
Dalam langkah buang yang terjadi adalah :
- Akhir dari langkah usaha.
- Katup buang membuka dan katup hisap menutup.
- Piston bergerak dari TMB (titik mati bawah) ke TMA (titik mati
atas).
- Karena piston bergerak ke atas maka gas hasil pembakaran didalam
silinder akan terdorong keluar melalui katup buang.
Pada saat akhir langkah buang dan awal langkah hisap kedua katup akan membuka
sedikit (valve over lap) yang berfungsi sebagai langkah pembilasan (campuran udara
dan bahan bakar baru akan mendorong sisa hasil pembakaran).
Siklus Udara Volume-Konstan ( Siklus Otto )
Siklus udara volume-konstan (siklus otto) dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Diagram p – v dan T – s siklus motor Otto
Keterangan mengenai proses siklus ini adalah sebagai berikut :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatis reversibel (isentropik), dimana torak bergerak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA). Pada tingkat keadaan 2
temperatur dan tekanannya lebih tinggi dari tingkat keadaan 1.
2 – 3 : Proses pemasukan kalor pada volume konstan, yang mengakibatkan peningkatan
temperatur, tekanan, dan entropi. Jumlah perpindahan kalor ke sistem adalah :
3 – 4 : Proses ekspansi adiabatik reversibel (isentropik), dimana torak bergerak dari titik
mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB). Pada tingkat keadaan 4 temperatur
dan tekanannya turun.
4 – 1 : Proses pembuangan kalor pada volume konstan, yang mengakibatkan penurunan
temperatur, tekanan, dan entropi. Jumlah kalor yang dipindahkan dari sistem :
)TT(cmQ 14v14
Parameter siklus Otto adalah perbandingan kompresi yaitu perbandingan antara
volume maksimum dan minimum :
3
4
2
1
min
maks
v
v
v
v
v
v (2.1)
Efisiensi siklus Otto ini adalah :
32
14
32
1432th Q
Q1
Q
Masukan
Keluaran
Volume dan temperatur tingkat keadaan akhir kompresi dan ekspansi diberikan oleh
hubungan isentropik :
dengan demikian :
maka efisiensi termisnya :
(2.2)
Karena lebih besar dari 1, maka efisiensi termis dapat diperbaiki dengan mempertinggi
perbandingan kompresi dan atau dengan memakai fluida kerja yang mempunyai harga
tinggi. Karena sistem ini merupakan sistem pembakaran di dalam, dan fluida kerja
merupakan suatu campuran udara dan bahan bakar, maka biasanya merupakan harga
yang tetap yang mendekati harga untuk gas beratom dua ( = 1,4).
Secara efektif, cara untuk menaikkan efisiensi termis hanyalah dengan menaikkan
perbandingan kompresi. Tetapi tentunya ada batas untuk perbandingan kompresi
maksimumyang bisa dipakai pada motor sebenarnya. Batas ini disebabkan oleh penyalaan
prematur sebelum adanya loncatan api listrik dari busi terjadi jika perbandingan kompresi
terlalu tinggi. Pembakaran prematur menyebabkan terjadinya tekanan yang tidak
berimbang yang menyebabkan terjadinya detonasi (“ketukan”) atau “knocking”. Detonasi
pada motor bolak-balik dapat bersifat sangat merusak.
Sebelum tahun 1972 beberapa mesin automobil mempunyai perbandingan
kompresi setinggi 12,5 tetapi motor ini harus menggunakan bensin beroktan tinggi. Sejak
tahun 1972 naiknya perhatian terhadap emisi gas buang dan pencemaran yang disebabkan
oleh gas buang automobil menyebabkan berkembangnya sistem, dimana perbandingan
kompresi diturunkan sampai kurang dari 9.
Beberapa parameter prestasi motor bakar torak adalah :
Daya poros, Np
Tekanan efektif rata-rata Pe, efisiensi thermal t dan efisiensi volumetrik v.
Pemakaian bahan bakar mf, dan pemakaian bahan bakar spesifik Be
Perbandingan bahan bakar udara, F/A
Untuk berbagai kondisi operasi, harga parameter prestasi tersebut akan bervariasi
sehingga dapat menggambarkan karakteristik motor bakar. Variabel-variabel operasi
yang dapat dipergunakan dalam pengujian ini adalah :
Putaran, n [rpm]
Beban (momen puntir), T [N.m]
Katup Gas
Bilangan oktana dari suatu bahan bakar adalah bilangan yang menyatakan berapa
persen volume iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana dan
heptana normal yang mempunyai kecenderungan berdenotasi sama dengan bahan
bakar tersebut.
Bilangan oktana suatu bahan bakar diukur dengan mesin CFR (Coordinating Fuel
Research), yaitu sebuah mesin penguji yang perbandingan kompresinya dapat
diubah-ubah. Mula-mula mesin CFR bekerja dengan bahan bakar yang akan
diukur bilangan oktananya, kemudian diatur perbandingan kompresinya agar
terjadi detonasi dengan intensitas tertentu. Setelah itu dengan kondisi operasi yang
sama, mesin CFR menggunakan bahan bakar campuran iso-oktana dan hektana.
Dengan cara coba-coba dipilih hingga tercapai kondisi campuran yang
menghasilkan detonasi dengan intensitas yang sama dengan bahan bakar yang di
uji tadi.
BAB II
PROSEDUR PENGUJIAN
A. Persiapan sebelum pengujian
Periksa bahan bakar di dalam tangki bahan bakar. Jika kurang, harus di isi.
Periksa minyak pelumas, tambahkan bila kurang.
Air pendingin yang bersih perlu di alirkan ke dalam dinamometer, blok mesin,
pendingin pelumas, dan kalorimeter. Katup air pendingin harus terbuka penuh.
Katup penambah air pendingin harus di atur selama pengujian untuk
mempertahankan temperatu air pendingin antara 70 hingga 75 oC. Katup aliran air
pendingin minyak pelumas baru dibuka setelah mesin jalan dan diatur sehingga
temperatur minyak pelumas 80 oC.
B. Pengujian
Pengujian dilakukan dengan metode beban dan katup gas berubah-ubah, putaran
konstan. Untuk tiap kondisi operasi, dilakukan pengamatan terhadap :
Momen putar
Pemakaian bahan bakar
Perbedaan tekanan pada orifis
Temperatur gas buang
Temperatur air pendingin masuk
motor
Temperatur pendingin keluar
motor
Laju aliran air pendingin motor
C. Data Pengamatan Dan Pengolahan Data
Spesifikasi motor bensin yang diuji :
Pabrik : Toyota Motor, Japan
Type : 7 - KE
Jenis : Motor Bensin, 4 silinder sebaris, 4 langkah
Diameter silinder : 80,5 mm
Langkah torak : 87,5 mm
Volume langkah torak : 1781 cc
Perbandingan kompresi : 9,1 : 1
Firing order : 1 – 3 – 4 – 2
Daya maksimum : 84 PS pada 4800 rpm
Torsi maksimum : 14,6 kgm pada 2800 rpm
Suplai bahan bakar : Electonics Fuel Injection
Sistem pendingin : Air, dengan pompa listrik
Sistem bahan bakaran : Pompa sirkulasi, dengan air pendingin
Tekanan : 240 s/d 275 kN/m2 (35 s/d 40 lbs/in2)
D. Tabel Data Pengamatan
Praktikum Pengujian Prestasi Mesin
Motor Bensin
Kelompok :
Tanggal :
Asisten :
T lingkungan :27°C
P lingkungan :658,37
Bahan bakar :Bensin
NoPutaran
(rpm)
Beban
(Nm)
Air Pendingin MesinBahan Bakar per
50 cc (s)
P udara
(mmH2O)T in
(oC)
T out
(oC)
Q
(liter/s)
1 2000 5 28 50 0.145 50 6
2 2000 10 29 54 0.14 46.17 6
3 2000 15 30 56 0.14 46.01 6
4 2300 5 31 56 0.155 47.93 7
5 2300 10 32 56 0.155 41.79 7
6 2300 15 32 57 0.155 38.06 8
Contoh perhitungan (data no. 6) :
Diketahui : Putaran = 2300 rpm
Beban = 15 Nm
T in air pendingin = 32 oC
T out air pendingin = 57 oC
Q air pendingin = 0.155 liter/ sekon
Bahan bakar per 50 cc = 38.06 (s)
P udara orifice = 8 mmH2O
Daya poros efektif (Ne)
Tekanan efektif rata-rata (Pe)
Laju pemakaian bahan bakar (mb)
Pemakaian bahan bakar spesifik (Be)
Laju aliran massa udara (mu)
Perbandingan udara bahan bakar (AFR)
Efisiensi volumetrik (v)
%
Efisiensi thermal (t)
%
Energi masuk (Ein)
Ein = mb. LHV (kW)
Energi keluar (Eout)
Eap = a.Q.ca.T (kW);
T = Tout - Tin
Eloss = Ein – (Ne + Eap)
Keterangan :
P = 8 mmH2O
Pudara = 65.837 cmHg
Tudara = 300 K
udara = 0.00101928
V1Z = 1781 cc
LHV = 42697
Ca = 4,179
air = 1000 kg/cm3
BAB IIIPEMBAHASAN
A. DATA
Tabel Data Pengamatan
Praktikum Pengujian Prestasi Mesin
Motor Bensin
Kelompok :
Tanggal :
Asisten :
T lingkungan :27°C
P lingkungan :658,37 mmHg
Bahan bakar :Bensin
NoPutara
n (rpm)
Beban
(Nm)
Air Pendingin MesinBahan Bakar
per 50 cc (s)
P udara
(mmH2O)T in
(oC)
T out
(oC)
Q
(liter/s)
1 2000 5 28 50 0.145 50 6
2 2000 10 29 54 0.14 46.17 6
3 2000 15 30 56 0.14 46.01 6
4 2300 5 31 56 0.155 47.93 7
5 2300 10 32 56 0.155 41.79 7
6 2300 15 32 57 0.155 38.06 8
B. Analisa Data
Contoh perhitungan (data no. 6) :
Diketahui : Putaran = 2300 rpm
Beban = 15 Nm
T in air pendingin = 32 oC
T out air pendingin = 57 oC
Q air pendingin = 0.155 liter/ sekon
Bahan bakar per 50 cc = 38.06 (s)
P udara orifice = 8 mmH2O
Daya poros efektif (Ne)
3.612 kW
Tekanan efektif rata-rata (Pe)
26.453 kPa
Laju pemakaian bahan bakar (mb)
= 3.466 kg/jam
Pemakaian bahan bakar spesifik (Be)
kg/kWjam
Laju aliran massa udara (mu)
(552)
kg/jam
Perbandingan udara bahan bakar (AFR)
= 18.733
Efisiensi volumetrik (v)
= (1781x4)(2300)(0.5)(0.00101928)(0.06)
= 501.033 kg/jam
%
= 12.959%
Efisiensi thermal (t)
x 3.6x105%
x 3.6x105%
= 8.786 %
Energi masuk (Ein)
Ein
= 41.107 kW
Energi keluar (Eout)
T = Tout - Tin = 52-32 = 20
Eap = a.Q.ca.T (kW);
= 1000 x(4.3x10-5) x 4,179 x 25
= 4.498 kW
Eloss = Ein – (Ne + Eap) = 41.107 – (3.612 + 4.498) = 32.997
C. Pembahasan
1. Kurva Daya Poros Efektif (Ne) vs Torsi
Dari grafik yang ada dapat dilihat bahwa Ne akan meningkat sesuai kenaikan
beban, hal ini dikerenakan pada motor bakar daya yang paling berguna adalah
daya poros, karena poros itulah yang menggerakkan beban. Oleh karena itu jika
poros dikenakan beban yang besar maka diperlukan daya poros yang besar pula
untuk menggerakkan beban.
2. Kurva Tekanan Efektif Rata-Rata (Pe) vs Torsi
Dari grafik dapat dilihat bahwa akibat dari beban yang meningkat maka
diperlukan daya poros efektif yang besar, dari daya poros yang besar maka
akan menghasilkan tekanan efektif rata-rata yang besar didalam ruang bakar
3. Kurva Pemakaian Bahan Bakar Spesifik (Be) vs Torsi
Dari grafik dapat dilihat yaitu perubahan nilai beban dan daya poros efektif yang diberikan pada mesin akan menpengaruhi laju pemakaian bahan bakar spesifik yaitu semakin besar beban dan daya poros efektif yang diberikan pada mesin akan mengurangi pemakaian bahan bakar spesifik.
4. Kurva Laju Pemakaian Bahan Bakar (mb) vs Torsi
Akibat beban yang meningkat, maka dibutuhkan pula daya yang besar untuk menggerakan beban. Daya yang meningkatkan ini harus di imbangi oleh laju pemakaian bahan bakar yang cepat untuk menghasilkan daya yang besar sehingga bahan bakar akan lebih cepat habis.
5. Kurva Laju Aliran Massa Udara (mu) vs Torsi
Dari grafik terlihat bahwa laju aliran massa sangat di pengaruhi oleh udara. Jika udara naik maka laju aliran massa akan naik, dan sebaliknya jika udara turun maka laju aliran massa ikut turun, tetapi laju aliran massa tidak dipengaruhi oleh beban, meskipun beban yang diberikan berubah ubah atau semakin besar.
6. Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR)
Dari grafik dapat di lihat beban yang meningkat akan membutuhkan daya
yang besar, daya yang besar ini akan diikuti oleh laju pemakaian bahan bakar
yang tinggi pula. Laju bahan bakar yang tinggi ini akan menurunkan nilai
AFR karena udara yang di butuhkan semakin sedikit.
7. Efisiensi Volumetrik (v) vs Torsi
Dari grafik dapat dilihat bahwa efisiensi volumetrik tidak berpengaruh
terhadap beban yang disebabkan karena nilai perbandingan laju aliran massa
udara terhadap putaran dan beban yang diberikan dengan suhu udara luar.
8. Efisiensi thermal (t)
Dapat dilihat bahwa nilai effisiensi termal di pengaruhi oleh pemakaian bahan
bakar spesifik, semakin rendah pemakaian bahan bakar maka effisiensi
termalnya semakin tinggi. Karena kerja motor bakar lebih efisien maka
pemakaian bahan bakar lebih irit.
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Dari data yang ada dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Semakin tinggi putaran mesin dan beban yang diberikan maka effisiensi termal
motor bensin akan semakin tinggi
2. Semakin tinggi putaran mesin dan beban yang diberikan maka energy yang masuk
akan semakin besar
3. Kehilangan energy akan terjadi pada putaran yang tinggi dan beban yang besar
No.
Ne Pe mb Be mu AFR miu
Eff. Vol
Eff. Ther Ein Eap Eloss
Kw kPakg/jam
kg/jam
kg/kWjam % % kW kW kW
1. 1.0471 8.8189 2.3985 2.2906 56.2283 23.4431 108.9202 12.9 3.6808 28.446 3.7030 23.69592. 2.094 17.636 2.857 1.364 56.2283 19.680 108.9202 12.9 6.179 33.884 4.062 27.7643. 3.141 26.454 2.867 0.912 56.2283 19.612 108.9202 12.9 9.237 34.003 4.225 26.6374. 1.204 7.499 2.752 2.285 60.717 22.062 501.033 12.9 3.137 32.639 4.498 26.9375. 2.408 17.26 3.156 1.310 60.717 19.238 501.033 12.9 6.433 37.431 4.318 30.7056. 3.612 26.453 3.466 0.959 64.932 18.733 501.033 12.9 8.786 41.107 4.498 32.997
No. Ne Pe mb Be mu
AFR miu
Eff. Vol Eff. Ther Ein Eap Eloss
Kw kPa kg/jam kg/jamkg/
kWjam % % kW kW kW1. 1.0471 8.8189 2.3985 2.2906 56.2283 23.4431 108.9202 12.9 3.6808 28.446 3.7030 23.69592. 2.094 17.636 2.857 1.364 56.2283 19.680 108.9202 12.9 6.179 33.884 4.062 27.7643. 3.141 26.454 2.867 0.912 56.2283 19.612 108.9202 12.9 9.237 34.003 4.225 26.6374. 1.204 7.499 2.752 2.285 60.717 22.062 501.033 12.9 3.137 32.639 4.498 26.9375. 2.408 17.26 3.156 1.310 60.717 19.238 501.033 12.1 6.433 37.431 4.318 30.7056. 3.612 26.453 3.466 0.959 64.932 18.733 501.033 12.9 8.786 41.107 4.498 32.997