laporan mandiri ske 2.docx

20
LAPORAN MANDIRI SKE 2 SATRIYO MADIPURWO 1102013265 LI.1 M.M. Sintesis Hemoglobin Hemoglobin terdiri dari heme dan globin. Pada embrio, fetal, dan dewasa terdapat perbedaan hemoglobin seperti pada gambar. Human Hemoglobins Embryonic hemoglobins Fetal hemoglobin Adult hemoglobins gower 1- zeta(2), epsilon(2) gower 2- alpha(2), epsilon (2) Portland- zeta(2), gamma (2) hemoglobin F- alpha(2), gamma(2) hemoglobin A- alpha(2), beta(2) hemoglobin A2- alpha(2), delta(2) Yang membedakan ialah globin nya. Sintesis hemoglobin dibahas menjadi 2 topik yaitu Heme dan Globin.

Upload: nazzarramdhagama

Post on 17-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

LAPORAN MANDIRI SKE 2

SATRIYO MADIPURWO

1102013265

LI.1 M.M. Sintesis Hemoglobin

Hemoglobin terdiri dari heme dan globin. Pada embrio, fetal, dan dewasa terdapat perbedaan hemoglobin seperti pada gambar.

Human HemoglobinsEmbryonic hemoglobins Fetal hemoglobin Adult hemoglobinsgower 1- zeta(2), epsilon(2) gower 2- alpha(2), epsilon (2) Portland- zeta(2), gamma (2)

hemoglobin F- alpha(2), gamma(2)

hemoglobin A- alpha(2), beta(2) hemoglobin A2- alpha(2), delta(2)

Yang membedakan ialah globin nya.

Sintesis hemoglobin dibahas menjadi 2 topik yaitu Heme dan Globin.

1. Sintesis Heme

Page 2: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-Koa dan glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan dalam reaksi sintesis heme untuk mengaktifkan glisin.

1. Berikut urutan biosintesis porfobilinogen (PBG).

1. Suksinil-KoA + Glisin #ALA Sintase --> α-Amino-β-Ketoadipat2. α-Amino-β-Ketoadipat #ALA Sintase --> δ-Aminolevulinat (ALA)3. 2 molekul δ-Aminolevulinat (ALA) #ALA Dehidratase --> Porfobilinogen (PBG)

2. Urutan perubahan PBG menjadi uroporfirinogen.

1. 4 molekul PBG #Uroporfirinogen I Sintase --> Hidroksimetilbilan (HMB), terbagi menjadi 2 jalur reaksi, yaitu reaksi 2 dan reaksi 3

2. HMB --> Uroporfirinogen Tipe I (Siklisasi Spontan)3. HMB #Uroporfirinogen III Sintase--> Uroporfirinogen Tipe III

Catatan: Uroporfirinogen I Sintase = PBG Deaminase = HMB Sintase3. Urutan proses derkarboksilase uroporfirinogen menjadi koproporfirinogen (sitosol).

Page 3: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

1. Uroporfirinogen III #Uroporfirinogen Derkarboksilase --> Koproporfirinogen III dan2. Uroporfirinogen I #Uroporfirinogen Derkarboksilase --> Koproporfirinogen I

Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam reaksi yang dikatalisis oleh ferokelatase (heme sintase). Biosintesis heme terjadi di sebagian besar sel mamalia kecuali eritrosit matang. Umumnya, terjadi di sumsum tulang dan hepatosit.

ALA Sintase adalah enzim regulatorik kunci dalam biosintesis heme di hepar, terdapat dalam bentuk hepatik (ALAS1) dan eritroid (ALAS2). Reaksi penentu kecepatan dalam sintesis heme di hati adalah reaksi yang dikatalisis oleh ALAS1. Heme bekerja sebagai regulator negatif pembentukan ALAS1 melalui mekanisme represi-depresi.

Sumber: Murray RK, et al. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009

Sintesis Globin

Page 4: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

LI.2 M.M. Thalasemia

2.1 Definisi

Thalassemia adalah kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secaraumum terdapat penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantaipolipeptida hemoglobin dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena(α, β,γ), dua katagori utamanya adalah thalassemia α dan β.

(Dorland, 2007)

Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masukke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan olehgangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin.Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:

Perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence)rantai globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural, atau Perubahan kecepatan sintesis (rate of synthesis) atau kemampuanproduksi rantai globin tertentu, disebut thalassemia.

Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak atau orangdewasa disebabkan oleh mutasi gen globin α atau β. Sedangkan, mutasi beratgen globin ζ, ε, dan γ dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.

(Djumhana A, 2009)

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan gangguan pada rantai globin yang terbentuk, talasemia dibagi menjadi :1.    Talasemia alphaTalasemia alpha disebabkan karena adanya mutasi dari salah satu atau seluruh globin rantai alpha yang ada. Talasemia alpha dibagi menjadi :

Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha).Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).

Alpha Thalassaemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).

Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).

Alpha Thalassaemia Major (gangguan pada 4 rantai globin aplha). Talasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada talasemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha talasemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan

Page 5: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

2.    Talasemia BetaTalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin yang ada. Talasemia beta dibagi menjadi :

Beta Thalassaemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).

Thalassaemia Intermedia.Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

Thalassaemia Major (Cooley’s Anemia).Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat. 

2.3 Epidemiologi

2.4 Etiologi

Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang berbeda, yaitu globin α dan globin β. Protein globin tersebut dibuat oleh gen yang berlokasi di kromosom yang berbeda, globin α diproduksi oleh kromosom 16, sedangkan globin β oleh kromosom 11. Apabila satu atau lebih gen yang memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia

(Yuki Yunanda, 2008)

2.5 Patofisiologi

Patofisiologi Thalassemia-β

Penurunan produksi rantai beta, menyebabkan produksi rantai alfa yangberlebihan. Produksi rantai globin γ pasca kelahiran masih tetap diproduksi,untuk mengkompensasi defisiensi α2β2 (HbA), namun tetap tidak mencukupi.Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin β dan dan rantai globin γtidak pernah dapat mencukupi untuk mengikat rantai alfa yang berlebihan.

Page 6: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Rantai alfa yang berlebihan ini merupakan ciri khas pada pathogenesis thalassemia-β.

Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantia globinlainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsumtulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkangangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidakefektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akantimbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong proliferasieritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif, sehinggaterjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan deformitasskeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolisme. Anemiakemudian akan ditimbulkan lagi dengan adanya hemodilusi akibat adanyahubungan langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga olehadanya splenomegali. Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merahabnormal yang terjebak, untuk kemudian dihancurkan oleh sistem fagosit.Hiperplasia sumsum tulang kemudian akan meningkatkan absorpsi dan muatanbesi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga menambah muatan besi, hal iniakan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di jaringan berbagai organ,yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri oleh kematian bila besi ini tidak segara dikeluarkan.

Secara ringkas berikut merupakan hal yang terjadi pada patofisiologi thalassemiabeta dan manifestasinya

1. Mutasi primer terhadap produksi globin : sintesis globin yang tidak seimbang2. Rantai globin yang berlebihan terhadap metabolism dan ketahanan hidup eritrosit :

anemia3. Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ : produksi eritroprotein dan ekspansi

sumsum tulang, deformitas skeletal, gangguan metabolism, dan perubahan adaptif fungsi kardiovaskular

4. Metabolism besi yang abnormal : muatan besi berlebih mengakibatkan kerusakan jar hati, endokrin, miokardium dan kulit

5. Sel ekskresi : peningkatan kadar HbF, heterogenitas populasi sel darah merah6. Modifiers genetic sekunder : variasi fenotip, variasi metabolism bilirubin besi dan

tulang7. Pengobatan : muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi yang ditularkan lewat

darag, toksisitas obat8. Riwayat evolusioner : variasi latar belakang genetic, respon terhadap infeksi9. Factor ekologi dan etnologi

Patofisiologi Thalassemia-α

Patofisiologi thalassemia-α umumnya sama dengan yang dijumpai padathalassemia-β, kecuali beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T)

Page 7: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

rantai globin-α. Hilangnya gen globin-α tunggal (-α/αα atau αTα/αα) tidakberdampak pada fenotip. Sedangkan thalassemia-2a-α homozigot (-α/-α) atauthalassemia-1a-α heterozigot (αα/--) memberi fenotip seperti thalassemia-β carrier.Kehilangan 3 dari 4 gen globin α memberikan fenotip tingkat penyakit beratmenengah, yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalassemia αohomozigot (--/--) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb Bart’s hydrops syndrome.

Kelainan dasar thalassemia-α sama dengan thalassemia-β, yakni ketidakseimbangan sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalassemia ini:

1. Rantai-α dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa, maka thalassemia-alfa bermanifestasi pada masa fetus.

2. Sifat yang ditimbullkan akibat produksi berlebihan rantai globin a dan beta yang disebabkan oleh defek produksi rantai globin-alfa sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi berlebih rantai α pada thalassemia β. Bila kelebihan rantai α tersebut menyebabkan presipitasi pada prekusor eritrosit, maka thalassemia α menimbulkan tetramer yang larut, yakni γ4 (Hb Bart’s) dan β4 (HbH).

Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :

Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.

Page 8: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Apabila salah seorang dari orang tua menderita Thalassemia trait/ bawaan, sedangkan yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor.

Apabila kedua orang tua menderita Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak mereka mungkin akan menderita thalassemia trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah yang normal, atau mereka mungkin menderita Thalassemia mayor.

Page 9: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).

2.6 Manifestasi Klinis

Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya anemia hemolitik. Pada bentuk yang lebih berat, khususnya thalassemia β mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus/ borok), batu empedu, serta pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.

(Moedrik T, 2009)

a. DiagnosisRiwayat penyakit

(Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, pertumbuhan)

Pemeriksaan fisik(pucat, ikterus, splenomegali, deformitas skeletal, pigmentasi, tanda vital)

Laboratorium darah dan sediaan apus(Hb, MCV, MCH, retikulosit, jumlah eritrosit, gambaran darah tepi)

Elektrofosresis hemoglobin(Adanya Hb normal, termaksud anilisis pada pH 6-7 untuk HbH dan H Bart’s)

Penentuan HbA2 dan HbF(Untuk memastikan thalassemia-β

Distribusi HbF intraseluler Sintesis rantai globin Analisis struktural Hb varian

Page 10: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

PEMERIKSAAN LAB

Pengujian yang membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:

1. Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT

Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, danukuran (size). Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan jika iya, jenis apa. Tes darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat besi dan feritin tes). Sebuah tes darah yang mengukur jumlah berbagai jenis hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung darah lengkap (CBC) pada anggota lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil menentukan apakah mereka telah thalassemia. Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling parah adalah thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's. Kadar Hb adalah 7 ± 10 g/ dL. Pada sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan poikilositosis (target cell).

Elektroforesis Hemoglobin

Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :

HbA : 95% - 98% HbS : 0%

HbA2 : 2% - 3% HbC : 0%

HbF : 0,8% - 2 %

Ø      Sediaan Darah Apus Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat jumlah dan bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat juga dievaluasi bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah.

Ø      Iron studies Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia.

Ø      Haemoglobinophathy evaluation Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif hemoglobin yang ada dalam darah.

Ø      Analisis DNA Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier pada talasemia.

Page 11: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

b. Diagnosis bandingAnamnesis- Usia, tersering pada usia >18-67- Adanya tanda gejala anemia dengan atau tanpa riwayat

o Splenomegalio Batu empeduo Trombosiso Kardiomiopatio Hemopoiesis ekstramedularo Penyakit hati kroniko Ulkus maleolaro Kelainan endokrin/diabetes melitus

Beberapa penyakit yang bisa menjadi diagnosis banding talasemia :

o Anemia kurang besio Anemia karena infeksi menahuno Anemia pada keracunan timah hitam (Pb)o Anemia sideroblastik

2.8 Penatalaksanaan

Transfusi sel darah merah pemberian yang teratur, akan mengurangi komplikasi anemia dan eritropoiesis yang tidak efektif, membantu pertumbuhan dan perkembangan selama masa anak-anak dan memperpanjang ketahanan hidup pada thalasesmia mayor. Keputusan untuk memulai program transfusi didasarkan pada kadar hemoglobin <6 g/dl dalam interval 1 bulan selama 3 bulan berturut-turut, yang berhubungan dengan pertumbuhan yang terganggu, pembesaran limpa dan atau ekspansi sumsum tulang. Sebelum dilakukan transfusi pertama, status besi dan folat pasien harus diukur, vaksin hepatitis B diberikan dan fenotip sel darah merah secara lengkap ditentukan, sehingga alloimunisasi yang timbul dapat dideteksi.Regimen yang digunakan untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi tidak melebihi dari 9,5 g/dl telah menunjukkan berupa penurunan kebutuhan transfusi dan memperbaiki kontrol beban besi tubuh, dibandingkan dengan regimen transfusi dimana hemoglobin lebih dari 11g/dl. Konsentrasi hemoglobin sebelum transfusi, volume sel darah merah yang diberikan dan besarnya limpa, sebaiknya dicatat pada setiap kunjungan untuk mendeteksi perkembangan hipersplenisme. Usaha untuk mencegah penumpukan besi (hemochromatosis) akibat transfusi dan akibat pathogenesis dari thalassemia sendiri. Dilakukan dengan pemberian iron chelator yaitu: desferoksamin / desferal sehingga meningkatkan eksresi besi dalam urin. Desferoksamin diberikan dengan infusin bag atau secara subkutan. Sekarang di Eropa dan India dikembangkan preparat desferiprone yang dapat diberikan secara oral. Karena absorpsi deferoksamin secara oral buruk.

Page 12: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Pemberian asam folat 5mg/ hari secara oral untuk mencegah krisis megaloblastik. Usaha untuk mengurangi proses hemolisis, yaitu dengan splenektomi. Hal ini

dilakukan jika splenomegali cukup besar serta terbukti adanya hipersplenisme. Splenektomi dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30% pada pasien yang indeks transfusinya (dihitung dari penambahan PRC yang diberikan selama setahun dibagi berat badan dalam kg pada pertengahan tahun) melebihi 200ml/kg/tahun. Karena adanya resiko infeksi, splenektomi sebaiknya ditunda hingga usia 5 tahun. Minimal 2-3 minggu sebelum dilakukan splenektomi, pasien sebaiknya divaksinasi denga vaksin pneumococcal dan Haemophlus influenza type B dan sehari setelah operasi diberi penisilin profilaksis. Bila anak alergi, penisilin dapat diganti dengan eritromisin. Terapi definitive dengan transplantasi sumsum tulang meskipun penyembuhan pasien dengan TST, prosedur yang optimal untuk seleksi pasien, waktu yang tepat untuk transplantasi, dan regimen yang harus diperisapkan masih belum ditentukan dengan jelas hingga saat ini. Ada tiga karakteristik yang bermakna dalam menimbulkan resiko komplikasi setelah transplantasi allogenik pada pasien thalassemia: (1) Tingkatan hepatomegali (2) Adanya fibrosis portal pada biopsy hati. (3) Efektivitas terapi pengikat sebelum transplantasi.

Pada pasien dengan satu dari faktor diatas sebelum transplantasi, kejadian bebas sakitnya lebih buruk disbanding pasien tanpa faktor diatas. Pada pasien yang tidak memiliki faktor tersebut sebelum TST allogenik (didefinisikan sebagai pasien kelas 1), ketahanan tanpa sakit lebih dari 90%. Sebaliknya pada pasien dengan semua faktor diatas (pasien kelas 3) hanya 56%. Faktor ini berkaitan dengan beratnya kelebihan besi pada saat transplantasi.Keberhasilan transplantasi ini, membebaskan pasien dari transfusi kronis namun tidak menghilangkan kebutuhan terapi pengikat besi pada semua kasus. Pengurangan konsentrasi besi hati hanya ditemukan pada pasien muda dengan beban besi tubuh yang rendah sebelum transplantasi, kelebihan besi pada parenkim hati bertahan sampai 6 tahun setelah TST, pada kebanyakan pasien yang tidak mendapat terapi deferoksamin setelah transplantasi. Baik flebotomi maupun pemberian deferoksamin jangka pendek aman dan efektif untuk menurunkan besi jaringan pada pasien “eks-thalassemia” dan dapat dimulai 1 jam setelah transplantasi sumsum tulang jika konsentrasi besi hati > 7mg/kg berat kering jaringan hati pada saat itu.

Terapi eksperimental dengan adanya rekayasa genetic transfer gen

2.9 Pencegahan

Program pencegahan berdasarkan penapisan pembawa sifat thalassemia dan diagnosis prantal telah dapat menurunkan secara bermakna kejadian thalassemia mayor pada anak-anak di Yunani, Siprus, Italia daratan dan sardinia. Di indonesia program pencegahan thalassemia-β mayor telah dikaji oleh Departemen Kesehatan melalui program “health technology assesment” (HTA), di mana beberapa butir rekomendasi, sebagai hasil kajian, diusulkan dalam program prevensi thalassemia, termasuk teknik dan metoda uji saring laboratorium, strategi pelaksanaan dan aspek medikolegal, psikososial, dan agama.

Page 13: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yaitu :a. Screening pembawa sifat thalassemia

Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study).

Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada program prospektif.

b. Konsultasi genetik (genetic counseling)Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.

c. Diagnosis prenatalDiagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil.

Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, mutasi thalasemia β biasanya dapat dideteksi dengan analisis DNA langsung yang diperoleh dari fetus dengan biopsi villus korionik atau cairan amniosentesis. DNA dianalisis dengan metoda polymerase chain reaction (PCR) dan metoda hibridisasi molekular untuk menentukan adanya mutasi thalassemia

Bila kedua pasang orang tua membawa sifat gen thalassemia minor, diagnosis pranatal thalasemia α homozigot pada bayi yang dikandung dapat dibuat dengan analisis endonuklease restriksi DNA, yang diperoleh dari villus korionik atau cairan amniosentesis. Tidak adanya gen α memastikan diagnosis. Terminasi awal akan dapat mencegah akibat berbahaya bagi si ibu, yakni toksemia dan perdarahan hebat pasca partus. Jika hasil tes positif sebaiknya dilakukan aborsi.

Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.

Page 14: LAPORAN MANDIRI SKE 2.docx

Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.

2.10 Komplikasi

2.11 Prognosis

Thalassemia alfa 1 dan thalassemia alfa 2 dengan fenotip yang normal pada umumnya mempunyai prognosis baik dan tidak memerlukan pengobatan khusus.Transplantasi sumsum tulang alogenik adalah salah satu pengobatan alternative tetapi hingga saat ini belum mendapatkan penyesuaian hasil atau bermanfaat yang sama di antara berbagai penyelidik secara global.Thalassemia β homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan jarang mencapai usia decade ke 3, walaupun digunakan antibiotic untuk mencegah infeksi dan pemberian chelating agents (desferal) untuk mengurangi hemosiderosis (harga umumnya tidak terjangkau oleh penduduk Negara berkembang). Di Negara maju dengan fasilitas transfuse yang cukup dan perawatan dengan chelating agents yang baik, usia dapat mencapai decade ke 5 dan kualitas hidup juga lebih baik.