laporan kuljar mirna 1

55
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, banyak mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan dan juga untuk meningkatkan selera makan. Selain vitamin C, buah jeruk juga mengandung mineral-mineral yang baik untuk kesehatan (Pracaya, 1985). Kebutuhan akan jeruk di masa yang akan datang diperkirakan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan pasar internasional. Menurut Supriyanto et al. (2003), dari Data Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura menyebutkan bahwa impor buah jeruk segar Indonesia pada tahun 1997 mencapai 67.117 ton dengan nilai setara 240 milyar rupiah dan pada akhir tahun 2002 telah mencapai 76.595 ton dengan nilai 434 milyar rupiah. Hal ini mengindikasikan adanya segmen pasar khusus yang menghendaki buah jeruk bermutu prima yang belum mampu dipenuhi oleh produsen jeruk dalam negeri.

Upload: nhue-m-hakim

Post on 09-Jul-2016

249 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kuljar Mirna 1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jeruk selain memiliki nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki nilai gizi yang

cukup tinggi, banyak mengandung vitamin C untuk mencegah sariawan dan juga

untuk meningkatkan selera makan. Selain vitamin C, buah jeruk juga mengandung

mineral-mineral yang baik untuk kesehatan (Pracaya, 1985).

Kebutuhan akan jeruk di masa yang akan datang diperkirakan semakin

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan pasar

internasional. Menurut Supriyanto et al. (2003), dari Data Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Hortikultura menyebutkan bahwa impor buah jeruk segar Indonesia

pada tahun 1997 mencapai 67.117 ton dengan nilai setara 240 milyar rupiah dan pada

akhir tahun 2002 telah mencapai 76.595 ton dengan nilai 434 milyar rupiah. Hal ini

mengindikasikan adanya segmen pasar khusus yang menghendaki buah jeruk

bermutu prima yang belum mampu dipenuhi oleh produsen jeruk dalam negeri.

Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji jeruk dengan tujuan untuk

mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari jeruk tidak

mempunyai cadangan makanan. Kultur jaringan terus berkembang dari

mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan terus

berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman.

Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu

memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang

relatifr singkat. Oleh karena itu kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai

Page 2: Laporan Kuljar Mirna 1

2

metode perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode

penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar.

Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan

konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini

menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari

tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena

itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui

sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur jaringan.

B. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Alat-Alat Laboratorium

2. Untuk Mengetahui Cara Sterilisasi Alat-Alat Kultur Jaringan

3. Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Media

4. Untuk Mengetahui Cara Sterilisasi Bahan Kultur

5. Untuk Mengetahui Cara Pengkulturan

6. Untuk Mengetahui Cara Subkultur

7. Untuk Mengetahui Cara Aklimatisasi

Page 3: Laporan Kuljar Mirna 1

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan adalah mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas

serta menumbuhkanbagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang

kaya nutrisi dan at pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya

sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi

tanaman lengkap. Keuntungankultur jaringan adalah menghasilkan bibit dalam

jumlah banyak bermutu, seragam, dalam waktu singkat, sifat tanaman sama dengan

tanaman induknya, kesehatan bibit lebih terjamin dan kecepatan tumbuh lebih cepat

dibandingkan konvensional (Anonimous, 2002).

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi

dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah

laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratoruim harus menyediakan alat-alat

kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas dasar

seperti air, listrik, dan bahan bakar (Gunawan, 1988).

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.

Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan

diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,

dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-

lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya

maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media

yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf

(Anonim, 2008).

Page 4: Laporan Kuljar Mirna 1

4

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung

kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media

tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil

nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai

bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya (Hendra,

2007).

Tujuan kegiatan kultur jaringan adalah perbanyakan massal tanaman yang

biasanya sangat lambat dengan metoda konvensional dalam jumlah yang besar dalam

waktu yang singkat, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus, membantu

pemulian tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada tanaman

yang biasa diperbanyak secara vegetatif (Anonim, 2008).

Apabila kita melakukan gerakan-gerakan selama bekerja di dalam

laboratorium, akan megakibatkan timbulnya suatu awan debu yang hampir tidak

tampak. Debu tersebut mengandung spora yang sangat besar jumlahnya. Bila spora

ini kontak dengan media kultur yang digunakan dalam pekerjaan tersebut, spora kan

tumbuh dengan cepat. Dalam beberapa hari spora akan tumbuh menjadi koloni yang

terlihat oleh mata biasa (Wetherel, 1982).

Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang ditentukan,

diperlukan penimbangan dan penakaran bahan secara tepat. Ketidaktepatan ukuran

dapat menyebabkan terjadinya proses yang dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu

keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah atau diperbarui, dengan

mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain. Untuk melakukan perubahan ini

diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman (Rahardja, 1988).

Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan

faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran

Page 5: Laporan Kuljar Mirna 1

5

eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal

kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan

muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai

daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan relatif lebih

bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).

Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu kita harus menentukan

medium apa yang akan kita buat. Jenis medium dengan komposisi unsur kimia yang

berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang berbeda

pula (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Medium MS yang direvisi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah yang paling

luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium MS yang

direvisi-selanjutya disebut MS-banyak digunakan, terutama pada mikropropagasi

tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS

memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi daripada media lain, disamping

kandungan nitratnya juga tinggi (Zulkarnain, 2009).

Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman

dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya

dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur

jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas,

dan kualitasnya. Prof. Murashige menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan

lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari

kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya

mempengaruhi arah diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003).

Page 6: Laporan Kuljar Mirna 1

6

Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan. Suhu

yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah 26 + 2 0C.

Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20 0C) dapat

menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32 0C)

menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu yang

diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).

Jeruk (Citrus sp.) merupakan komoditas buah yang memiliki nilai ekonomi

tinggi karena dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai lapisan. Sejak ratusan tahun

yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan.

Jeruk merupakan tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara (Soelarso, 1996)

Pada umumnya jeruk Kuok diperbanyak dengan cara vegetatif dengan

okulasi. Tanaman yang berasal dari perbanyakan vegetatif ini memiliki sifat sama

dengan induknya, namun teknik ini sangat lambat oleh karena itu perlu

dikembangkan dengan teknik kultur jaringan, untuk tanaman jeruk. Pelestarian

secara in vitro memiliki banyak keuntungan antara lain mudah pengelolaannya, tidak

memerlukan ruangan yang luas, dan mencegah penularan penyakit sistemik yang

dapat menurunkan mutu hasil maupun degenerasi tanaman induk (Wattimena, 1992).

Keberhasilan dalam penggunaan metode in vitro sangat tergantung pada

media yang digunakan. Kultur media jaringan tanaman tidak hanya menyediakan

unsur hara makro dan mikro saja tetapi juga vitamin, karbohidrat, dan zat pengatur

tumbuh (Pierik, 1987). Sel-sel memerlukan zat pengatur tumbuh untuk inisiasi dalam

media kultur jaringan. Pembentukkan kalus ditentukan oleh penggunaan yang tepat

dari zat pengatur tumbuh tersebut.

Page 7: Laporan Kuljar Mirna 1

7

Kultur jaringan jeruk telah banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh

Silalahi (2006) menggunakan MS (Murashige & Skoog) (1/4 MS, 1/2 MS, MS

penuh) dengan kombinasi 2,4-D (1mg/l) pada kultur biji jeruk, ternyata media MS

penuh yang dapat memberikan hasil paling baik bagi pertumbuhan pembentukan

kalus. Menurut Heinz dan Mee (1969 dalam Reinert & Bajaj, 1989), media yang

paling baik untuk diferensiasi kalus dan perkembangan planlet adalah media

Murashige dan Skoog (1962) atau modifikasinya. Media ini kaya akan makroelemen,

nitrogen, sukrosa dan vitamin tertentu (Hartman & Kester, 1983). Sementara zat

tambahan yang biasa digunakan adalah zat pengatur tumbuh. Auksin dan sitokinin

dapat diberikan bersama-sama atau auksin saja ataupun sitokinin saja, tergantung

dari tujuan (Hendaryono & Wijayani, 1994).

Dalam budidaya in vitro (kultur jaringan), menginduksi kalus merupakan

salah satu langkah penting, setelah itu diusahakan agar terjadi diferensiasi akar dan

tunas. Proses terjadinya kalus sampai diferensiasi berbeda–beda, tergantung pada

bagian tanaman yang dipakai sebagai eksplan, metode budidaya in vitro, juga zat–zat

tanaman yang di bubuhkan pada media dasar. Untuk mendapatkan kalus penggunaan

eksplan dari daun umumnya lebih menguntungkan dari pada eksplan batang.

Masalah yang perlu diantipasi adalah generasi kalus menjadi planlet. Untuk

mendapatkan kalus, zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan adalah 2,4–D dari

golongan auksin dan BAP dari golongan sitokinin (Ibrahim et al, 2004).

Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya

agar didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi

dan jumlah hormon ini sangat tergant ung pada faktor-faktor sepert umur bahan stek,

waktu/lamanya pemberian hormon, cara pemberian hormon, jenis tanaman dan

sistim stek yang digunakan (Yasman dan Smits, 1988). Berdasarkan pengalaman

Page 8: Laporan Kuljar Mirna 1

8

kelompok auksin yang baik untuk perakaran terutama untuk tanaman kehutanan

Dipterocarpaceae adalah dari kelompok IBA (Indole Butyric Acid) (Irwanto, 2001).

Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan antara lain dalam

pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas serta embriogenesis. Pemilihan

konsentrasi dan jenis auksin ditentukan antara lain oleh tipe pertumbuhan dan

perkembangan eksplan yang dikehendaki. Penggunaan auksin dengan daya aktivitas

kuat (antara lain 2,4-D, NAA atau dikombinasikan dengan sitokinin dengan

konsentrasi rendah) umumnya digunakan untuk induksi kalus embriogenik. Selain

itu, jenis dan konsentrasi hormon, jenis asam amino serta rasio auksin dan sitokinin

sangat menentukan dalam menginduksi pembentukan kalus ( Purnamaningsih, 2006).

Sitokinin juga mempunyai dua peran yang penting untuk propagasi seara in

vitro yaitu merupakan perangsang pembelahan sel dalam jaringan yang dibuat

eksplan dan merangsang pertumbuhan tunas daun, namun demikian, kadar sitokinin

yang optimal untuk pertumbuhan tunas, dapat menghambat pertumbuhan dan

pembentukan akar. Karena itu, konsentrasi dari sitokinin yang dipakai harus sesuai

sehingga tidak menghambat pertumbuhan dari eksplan (Wetherel, 1988).

Jumlah kadar auksin yang terdapat pada organ stek bervariasi. Pada stek yang

memiliki kadar auksin lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan

menghasilkan persen hidup stek lebih tinggi dari pada stek yang memiliki kadar yang

rendah. Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang

dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan

berperan sebagai penyebab perpanjangan sel. Ada beberapa macam hormon dari

kelompok auksin ini, antara lain adalah IAA (Indole Acetic Acid), NAA (Napthalen

Acetic Acid) dan IBA (Indole Butyric Acid) (Irwanto, 2001).

Page 9: Laporan Kuljar Mirna 1

9

Eksplan yang digunakan adalah jaringan yang masih muda. Jaringan muda ini

tersusun atas sel-sel yang masih muda dan aktif membelah sehingga diharapkan bisa

menghasilkan tanaman yang sempurna (Purwanto, 2008).

Struktur kalus dari berbagai varietas yang digunakan berbeda-beda

tergantung kepada formulasi yang digunakan. Biasanya struktur kalus

menggambarkan daya regenerasinya membentuk tunas dan akar. Kalus yang

berbentuk globular (nodul-nodul) dan berwarna bening biasanya mempunyai

kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang bersifat

kompak dan berwarna coklat-kehitaman. Dalam hal ini media yang digunakan untuk

memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan. Keseimbangan nutrisi dalam

media tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya

membentuk tunas (Purnamaningsih, 2006).

Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi karena dalam hal ini

metode sterilisasi harus selektif. Walaupun sterilisasi telah dilakukan dengan

berbagai cara, namun kadang-kadang kontaminasi tetap saja terjadi. Dalam hal ini

dikarenakan pada eksplan telah terjadi kontaminasi internal. Cara penggulangannya

dilakukan treatment pada tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber eksplan.

Treatment-nya adalah dengan mengisolasi eksplan, disemprot dengan bakterisida,

fungisida selama 3 bulan setiap hari dengan konsentrasi 150-200 mg/l (Anonim,

2008).

Page 10: Laporan Kuljar Mirna 1

10

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution KM 11 No. 113 Marpoyan

Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Praktikum ini

dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, mulai 23 februari – 08 maret 2016

(lampiran I).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah NH4NO3, KNO3,

CaCl2.2H2O, Mgso4.7H2O, KH2PO4, KI, H3BO3, MnSO4.4H2O,ZnSO.7H2O,

Na2MoO4.5H2O, CuCl2.6H2O, FeSO4.7H2O, Na2.EDTA.2H2O, Asid Nikotinik,

Piridoksin-HCl, Tiamin-HCl, Glisin, Sukrosa, Myo-inositol, Agar bacto-Difco,

Aquades, Arang aktif, Spiritus, Twin-20, Bayclin, Detergen, Plastik, Karet Gelang,

Alumunium Foil, Tissue dan Label.

Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Autoclap, Oven, Destilator,

Kulkas, Lemari bahan, Laminar air flow, Troli, Rak kultur, Kompor gas, Panci,

Timbangan analitik, Ph meter, Magnetik stir, Erlenmeyer, Gelas ukur, Gelas piala,

Tbaung reaksi,Petridish, Pipet, Spatula, Botol kultur, Botol, Labu ukur, Bunsen,

Gunting, Skarpel, Hand sprayer, Mata pisau, Keranjang dan Spon.

C. Pelaksanaan Pratikum

1. Pengenalan Alat-alat Pratikum

A. Alat-alat

- Autoclave

- Oven

Page 11: Laporan Kuljar Mirna 1

11

- Destilator

- Kulkas

- Lemari bahan

- Laminar Air flow

- Troli

- Rak Kultur

- Kompor Gas

- Panci

- Timbangan Analitik

- pH Meter

- Magnetik stir

- Erlemeyer

- Gelas Ukur

- Gelas piala

- Tabung Reaksi

- Petridish

- Pipet

- Spatula

- Botol Kultur

- Botol

- Labu Ukur

- Bunsen

- Gunting

- Skarpel

- Hand sprayer

Page 12: Laporan Kuljar Mirna 1

12

- Mata Pisau

- Keranjang

- Spoon

B. Bahan-bahan

- NH4NO3

- KNO3

- CaCl2.2H2O

- MgSO4.7H2O

- KH2PO4

- KI

- H3BO3

- MnSO4.4H2O

- ZnSO4.7H2O

- Na2MoO4.5H2O

- CuSO4.5H2O

- CoCl2.6H2O

- FeSO4.7H2O

- Na2.EDTA.2H2O

- Asid Nikotinik

- Piridoksin-HCl

- Glisin

- Sukrosa

- Myo-inositol

- Agar bacto-Difco

- Aquades

Page 13: Laporan Kuljar Mirna 1

13

- Arang Aktif

- Spritus

- Twin-20

- Bayclin

- Detergen

- Plastik

- Karet Gelang

- Alumunium Foil

- Tissue

- Label

C. Prosedur Kerja

- Siapkan Alat dan Bahan

- Perkenalan Alat dan Bahan

- Sebutkan Fungsi dan Alat Bahan

- Jelaskan Cara Penggunaan Alat

2. Sterelisasi Alat Kultur

A. Alat-alat

- Autoclap

- Botol kultur

- Petridish

- Gunting

- Skarpel

- Pengaduk kaca

- Pinset

- Spatula

Page 14: Laporan Kuljar Mirna 1

14

B. Bahan-bahan

- Aquades

- Tissue

- Alumunium foil

C. Prosedur Kerja

- Cuci botol, petridish, dan pengaduk kaca

- Bungkus spatula, skarpel, pinset, gunting dan petridish dengan

alumunium foil kemudian masukkan kedalam plastik

- Masukkan dalam autoclave

- On kan autoclave dan atur pada suhu 1210 C selama 20 menit

- Keluarkan alat-alat dari autoclave dan simpan dalam ruangan

penyimpanan

3. Pembuatan Media

A. Alat-alat

- Autoclave

- Kompor gas

- Panci

- Timbangan Analitik

- pH Meter

- Magnetik stir

- Erlemeyer

- Gelas Ukur

- Pipet

- Spatula

- Botol Kultur

Page 15: Laporan Kuljar Mirna 1

15

- Hand sprayer

- Wadah 1000 ml

B. Bahan-bahan

- NH4NO3

- KNO3

- CaCl2.2H2O

- MgSO4.7H2O

- KH2PO4

- KI

- H3BO3

- MnSO4.4H2O

- ZnSO4.7H2O

- Na2MoO4.5H2O

- CuSO4.5H2O

- CoCl2.6H2O

- FeSO4.7H2O

- Na2.EDTA.2H2O

- Asid Nikotinik

- Piridoksin-HCl

- Tiamin-HCl

- Glisin

- Sukrosa

- Myo-inositol

- Agar-agar

- Aquades

Page 16: Laporan Kuljar Mirna 1

16

- Arang Aktif

- Plastik

- Karet gelang

- Alumunium foil

- Tissue

- Label

- Kertas

C. Prosedur Kerja

- Campurkan larutan Fe, larutan mikro, larutan vitamin, larutan hormon,

tambahkan unsur makro, tambahkan ZPT, tambhakan glukosa 30 gr

kemudian masukkan kedalam tabung reaksi tambahkan aquades

sebanyak 500ml.

- Selanjutnya tambahkan aquades 1000 ml

- Ukur pH Larutan 5,6-5,8

- Masukkan agar 7 gr dan panaskan hingga larutan mendidih sambil

diaduk dengan pengaduk kaca

- Tuangkan larutan kedalam botol kultur 25 ml/botol (1 ¼ botol)

- Berilah label botol sesuai perlakuan

- Tutup botol dengan plastik dan diikat dengan menggunakan karet gelang

kemudian letakkan di autoclave

- Selanjutnya simpan diruangan penyimpanan

4. Sterilisasi Bahan Kultur

A. Alat-alat

- Wadah

- Bikar 1000 ml

Page 17: Laporan Kuljar Mirna 1

17

- Gelas Ukur

- Pinset

- Botol Skru

B. Bahan-bahan

- Eksplan

- Twin-20

- Bayclin

- Air kran

- Air aquades

- Air aquades sterill

- Kertas turas

C. Prosedur Kerja

- Tahap 1

- Biji tanpa testa

- Cuci dengan air mengalir

- Bilas dengan air aquades

- Tambahkan air aquades dan 2-3 tetes twin-20 kemudian aduk selama 10

menit

- Biladengan air aquades 3-4 kali(sampai bersih)

- Bawa kelaminar air flow untuk sterilisasi tahap ke 2

Tahap 2

- Biji dimasukkan kedalam botol skru

- Cuci dengan air aquades steril 1 kali

- Rendam dalam larutan bayclin 30 %

- Aduk selama 20 menit

Page 18: Laporan Kuljar Mirna 1

18

- Tuangkan larutan bayclin pada gelas penampung

- Bilas eksplan dengan air aquades steril 3-4 kali(sampai bersih)

- Masukkan alkohol 96% sampai terendam eksplan

- Aduk selama 2 menit

- Bilas dengan air aquades steril 3-4 kali (sampai bersih)

- Pindahkan pada petridish yang dialas sengan kertas turas

- Eksplan siap untuk dikulturkan

5. Pengkulturan

A. Alat-alat

- Laminar air flow

- Lampu bunsen

- Petridish

- Spatula

- Gunting

- Pinset

- Skarpel

- Mata pisau

- Hand sprayer (alkohol 70 %)

- Alumunium penyangga

B. Bahan-bahan

- Eksplan

- Media kultur

- Karet gelang

- Tissue

- Alkohol murni (96%)

Page 19: Laporan Kuljar Mirna 1

19

C. Perlengkapan

- Baju labor

- Masker

- Sarung tangan

D. Prosedur Kerja

- Bersihkan laminar dengan alkohol 70 % kemudian lap dengan tissue

- Masukka alat-alat kultur kedalam laminar yang sebelumnya juga

disemprot dengan alkohol 70 %

- UV selama 45 menit

- Matikan UV dan langsung hidupkan blower serta lampu TL

- Hidupka bunsen

- Alat-alat seperti pinset, gunting, skarpel dicelupkan ke alkohol kemudian

ujungnya dibakar ke api bunsen letakan pada bantalan alumunium

- Sediakan eksplan

- Masukkan media kultur kedalam laminar yang sebelumnya disemprot

dengan alkohol 70%

- Buka tutup media dan plem ke api

- Masukkan eksplan kedalam botol media dengan menggunakan pinset

- Plem permukaan botol dan tutup kembali

- Disimpan di rak kultur

6. Sub-kultur

A. Alat-alat

- Laminar air flow

- Lampu bunsen

- Petridish

Page 20: Laporan Kuljar Mirna 1

20

- Spatula

- Gunting

- Pinset

- Skarpel

- Mata pisau

- Hand sprayer (alkohol 70%)

- Alumunium penyangga

B. Bahan-bahan

- Eksplan

- Media Kultur

- Karet gelang

- Tissue

- Alkohol murni (96%)

C. Perlengkapan

- Baju labor

- Sarung tangan

- Masker

D. Prosedur kerja

- Bersihkan laminar dengan alkohol 70% dan lap dengan tissue

- Masukkan alat-alat kultur kedalam laminar yang sebelumnya juga

disemprot dengan alkohol 70%

- UV selama 45 menit

- Matikan UV dan langsung hidup blower serta lampu TL

- Hidupkan bunsen

Page 21: Laporan Kuljar Mirna 1

21

- Alat-alat seperti pinset, gunting, skarpel dicelup ke alkohol dan ujungnya

dibakar ke api bunsen dan letakkan pada bantalan alumunium

- Siapkan media kultur dan eksplan yang akan disubkulturkan

- Masukkan media kultur kedalam laminar yang sebelumnya disemprot

dengan alkohol 70%

- Buka tutup media yang telah dikulturkan dan cabut eksplan

menggunakan pinset

- Eksplan diletakkan dipetridish dan dipotong-potong sesuai ukuran

menggunakan skarpel

- Buka tutup media dan plemke api

- Masukkan eksplan yang telah dipotong-potong kedalam botol media

dengan menggunakan pinset

- Plem permukaan botol dan tutup kembali

- Disimpan di rak kultur

7. Aklimatisasi

A. Alat-alat

- Wadah plastik

- Wadah/bak plastik media aklim

- Plastik bening

- Pinset

B. Bahan-bahan

- Plantlet

- Air

- Fungisida

- Bakterisida

Page 22: Laporan Kuljar Mirna 1

22

- Kertas koran

- Poly bag

- Media aklim

C. Prosedur Kerja

- Hardening selama 1 minggu

- Buka tutup botol isi dengan aquades, untuk melunakkan media supaya

agar yang menempel dapat sedikit longgar dan dibuang dari akar plantlet

- Plantlet dikeluarkan satu persatu dengan menggunakan pinset

- Pisahkan setiap plantlet dengan cara memotong akar plantlet yang bertaut

satu sama lain dan kemudian masukkankedalam baskom kecil yang berisi

air agarmedia yang menempel pda akar dapat tercuci

- Plantlet direndam dalam larutan fungisida 1,5 gr/liter selama 30 menit

- Plantlet dikering anginkan selama 15 menit diatas kertas koran

- Diatanam pada wadah/ bak plastik ukuran 40 cm x 50 cm

- Sungkup dengan plastik bening (agar kelembaban media tetap terjaga)

selama 1 bulan

- Tanam pada pot yang telah terisi diisi media aklimatisasi

Page 23: Laporan Kuljar Mirna 1

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengenalan Alat-alat Laboratorium

No Nama alat Gambar Fungsi1. Autoclave

Berfungsi untuk mensterilkan alat dan bahan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri maupun virus

2. Oven

Untuk memanaskan ataupun mengeringkan.Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik.

3. Destilator

Alat laboratorium yang berfungsi untuk membuat air yang murni (mendestilasi air mineral agar menjadi air yang murni) melalui proses penguapan dan pengembunan.

4. Kulkas Untuk menyimpan isolat mikroba dan lain-lain.

5. Lemari Bahan

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat dan bahan yang

sudah dibersihkan dan sterilisasi atau perlengkapan yang dibutuhkan saat praktikum

Page 24: Laporan Kuljar Mirna 1

24

6. Laminar Air flow

Fungsinya sebagai tempat persiapan bahan tanaman,penanaman dan pemindahan tanaman dari suatu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro.

7. Rak kultur Fungsinya ialah sebagai tempat penyimpanan media hasil penanaman tanaman yang telah dibuat dan disusun sedemikian rapi an teratur.

8. Kompor Gas

Fungsi kompor gas sebagai pemanas media atau pembakar bahan yang akan di uji yang dihasilkan dari energy panas tersebut.

9. Panci Berfungsi sebgai tempat pemanasan dan perebusan.

10. TimbanganAnalitik

Menimbang bahan yang akan digunakan dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

11. PH Meter Berfungsi untuk mengukur / mengetahui pH suatu larutan Hal ini sangat penting dalam pembuatan media karena pH pada media berpengaruh terhadap petumbuhan mikroba. Kertas pH indikator dicelupkan sampai tidak ada perubahan warna kemudian strip warna dicocokkan dengan skala warna acuan.

Page 25: Laporan Kuljar Mirna 1

25

12. Magnetik Stir Berfungsi sebagai pengaduk cairan,

ang menggunakan putaran medan magnet untuk memutar stir bars.

13. ErlemeyerErlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dan lain-lain.

14. Gelas UkurGelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan.

15. Gelas PialaBerfungsi sebagai Tempat melarutkan bahan-bahan untuk membuat medium.melalui beberapa ukuran volume yang di butuhkan.

16. Tabung Reaksi Digunakan untuk menyimpan

mikroorganisme dalam medium cair (broth) maupun padat. Agar tabung reaksi tetap steril, maka dalam penggunannya dapat digunakan sumbat atau penutup. Macam-macam sumbat, antara lain sumbat kapas, sumbat ulir, sumbat logam (stainless steel), dan sumbat plastik

Page 26: Laporan Kuljar Mirna 1

26

17. Petridish Sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media.

18. Pipet Berfungsi untuk mengambil larutan dan suspensi mikroba

19. Spatula Adalah alat untuk mengambil obyek. Spatula yang sering digunakan di laboratorium biologi atau kimia berbentuk sendok kecil, pipih dan bertangkai.

20. Botol Kultur

Berfungsi sebagai media tumbuh tanaman kultur jaringan dalam jangka waktu tertentu.

21. Botol Berfungsi juga sebagai proses endapan dari larutan seperti agar-agar dan larutan lainnya.yang disimpan beberapa lama.

Page 27: Laporan Kuljar Mirna 1

27

22. Labu Ukur Sebagai tempat pencampuran larutan lain kedalam labu ukur.

23. Bunsen Bunsen berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril.

24. Gunting Fungsinya memotong sampel tanaman yang akan di masukan kedalam botol kultur jaringan.serta merapikan penutup plastic botol kultur.

25. Skarpel Fungsinya mengambil dan memindahkan objek ketempat lain.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan alat-alat yang digunakan

dalam praktikum kultur jaringan terdiri dari 25 jenis alat yang memiliki fungsi serta

kegunaan yang berbeda-beda.  

        

Page 28: Laporan Kuljar Mirna 1

28

B. Sterilisasi Alat Kultur

a. Sistematika Pensterilan alat

Pertama dilakukan sterilisasi terhadap alat dan bahan. Untuk botol kultur,

dicuci bersih dan direndam dalam larutan disenfektan selama 24 jam dan

dikeringkan. Setelah itu dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dan siap

digunakan.

b. Cara Menggunakan Autoclave

Pastikan air dalam autoclave cukup (tinggi air + 2 cm dibawah dasar

keranjang) atau sebanyak 3 – 5 liter. Atur alat – alat yang akan disterilkan ke dalam

keranjang autoklaf dalam posisi dimana kira – kira seluruh permukaan alat dapat

terjangkau oleh uap dalam autoclave. Tutup autoclave, kemudian atur waktu 20

menit dan pastikan pengontrol exhaust dalam keadaan terbuka dan pengontrol drain

dalam keadaan tertutup. Setelah uap naik, yang ditandai dengan keluarnya uap dari

selang pembuangan dan disertai dengan bunyi mendesis, maka saat itulah lubang

exhaust ditutup. Setelah autoclave bekerja selama + 20 menit dan terdengar alarm

tanda selesai, kita menunggu terlebih dahulu sampai jarum  pada tekanan menunjuk

angka nol, setelah itu barulah autoclave dibuka.

c. Tempat Penyimpanan Alat Setelah Dikultur

Tempat penyimpanan alat setelah di kultur adalah di kletakan di rak alat, di

susun dengan rapi sehingga apa bila kita ingin menggunakan alat tersebut, dapat di

temukan dengan mudah.

C. Pembuatan Media

Dari hasil pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan tekstur

media yang terbentuk adalah madia padat. Penyebabnya pada saat proses pemasakan

media yaitu (gula dan agar) proses pemasakannya tepat, apinya merata serta volume

Page 29: Laporan Kuljar Mirna 1

29

larutan tepat. Jika media terlalu encer maka kita harus melakukan proses pemasakan

ulang untuk mendapatkan media yang padat

D. Sterilisasi Bahan Kultur (Eksplan)

Dari hasil pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri eksplan yang terkontaminasi adalah adanya mikrooganisme seperti jamur,

bakteri, serangga atau virus. Namun, sumber utama kontaminasi adalah spora jamur

dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer.

E. Pengkulturan

Tabel 1. Pengamatan Persentase Hidup EksplanFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 100%

4(D) 100%

Jumlah

Rerata

Dari tabel pengamatan diatas dapat dilihat bahwa persentase hidup dari

eksplan hasil kultur biji jeruk pada setiap perlakuan mencapai 100%. Hal ini

menunjukkan eksplan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi sehingga dengan

menumbuhkan pada media yang terdiri dari mineral, air dan gula eksplan mampu

untuk hidup. Persentase hidup eksplan yang mencapai 100% ini sangat ditentukan

oleh kondisi eksplan pada saat menanam dan media yang digunakan dalam kultur biji

jeruk ini.

Page 30: Laporan Kuljar Mirna 1

30

Tabel 2. Pengamatan Umur Muncul TunasFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 23 hari

4(D) 23 hari

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari kultur

biji jeruk ini dalam hal muncul tunas dibutuhkan waktu 23 hari, Selain itu

pertumbuhan umur muncul tunas dipengaruhi oleh sifatnya yang poliembrioni. Poli

embrio pada biji jeruk ini berasal dari jaringan integument dan nusellus.

Tabel 3. Pengamatan Jumlah Tunas Per EksplanFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 3

4(D) 3

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan jumlah

tunas yang muncul sebanyak 3 tunas per eksplan dari kultur biji jeruk .

Page 31: Laporan Kuljar Mirna 1

31

Tabel 4. Pengamatan Tinggi TunasFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 4 cm

4(D) 4 cm

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa tinggi tunas yang

tumbuh 4 cm per eksplan.

Tabel 5. Pengamatan Umur Muncul AkarFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 14 hari

4(D) 28 hari

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa umur muncul akar

masing-masing eksplan 14 hari dan 28 hari. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan tumbuh pada eksplan biji jeruk.

Page 32: Laporan Kuljar Mirna 1

32

Tabel 6. Pengamatan Jumlah AkarFaktor

B UlanganFaktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 8

4(D) 4

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa jumlah akar masing-

masing eksplan 8 dan 4.

Tabel 7. Pengamatan Panjang AkarFaktor

BUlangan Faktor N Jumlah Rerata

N0 N1 N2 N3

B3

1 (A)

2(B)

3(C) 3,5 cm

4(D) 3 cm

Jumlah

Rerata

Dari hasil pratikum maka dapat disimpulkan bahwa panjang akar masing-

masing eksplan 3,5 dan 3 cm.

F. Sub-Kultur

Dari hasil pratikum serta dilakukan pengamatan maka dapat disimpulkan

bahwa persentase hidup dari eksplan hasil kultur biji jeruk pada setiap perlakuan

mencapai 100%. Keberhasilan dari kultur biji jeruk ini dalam hal muncul tunas

dibutuhkan waktu 23 hari, jumlah tunas yang muncul sebanyak 3 tunas per eksplan

dari kultur biji jeruk, tinggi tunas yang tumbuh 4 cm per eksplan, umur muncul akar

Page 33: Laporan Kuljar Mirna 1

33

masing-masing eksplan 14 hari dan 28 hari, jumlah akar masing-masing eksplan 8

dan 4 dan panjang akar masing-masing eksplan 3,5 dan 3 cm.

G. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil kultur jaringan yang semula

kondisinya terkendali menjadi lingkungan yang tidak terkendali (mengubah pola

hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof ).

Page 34: Laporan Kuljar Mirna 1

34

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pratikum Bioteknologi Pertanian kelas C kelompok III

2016/1017

No Hari, Tgl/Bln/Tahun Kegiatan Praktikum

1 Senin, 23 februari 2016 - Pengenalan alat-alat

laboratorium

2 Senin, 01 maret 2016 - Sterelisasi alat kultur jaringan

- Prmbuatan media

3 Senin, 07 maret 2016 - Sterelisasi bahan kultur

- Pengkulturan

Page 35: Laporan Kuljar Mirna 1

35

Lampiran 2. Dokumentasi Pratikum Bioteknologi Pertanian kelas C kelompok

3

Gambar 1. Timbagan Analitik Gambar 2. Botol Kultur

Gambar 3. Glisin Gambar 4. Pinset

Gambar 5. Jeruk eksplan Gambar 6. Pemanasan di autoclave

Page 36: Laporan Kuljar Mirna 1

36

Gambar 7. Botol disusun di autoclave Gambar 8. Penutupan plastikdengan karet

Gambar 9. Pemberian aquades Gambar 10. Pemasakan Agar-agar

Gambar 11. Agar-agar Gambar 12. Gula

Page 37: Laporan Kuljar Mirna 1

37

Gambar 13. Karet gelang Gambar 14. Pencucian eksplan jeruk

Gambar 15.Penutupan autoclave Gambar 16. Pemberian Agar ke botol

Gambar 17. Tissu Gambar 18. Hand sprayer

Page 38: Laporan Kuljar Mirna 1

38

Gambar 19. pengkulturan Gambar 20. penambahan perlakuan

Gambar 21. pengadukan larutan Gambar 22. Ph larutan

Gambar 19. umur 1 minggu Gambar 20. umur 6 minggu

Page 39: Laporan Kuljar Mirna 1

39

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kultur jaringan merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan tertua dilakukan pada biji jeruk dengan tujuan untuk

mengecambahkannya dalam media yang kaya nutrisi karena biji dari jeruk tidak

mempunyai cadangan makanan. Kultur jaringan terus berkembang dari

mengkulturkan biji berkembang dengan mengkulturkan jaringan dan terus

berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari tanaman.

B. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih serius dalam mengikuti pratikum

serta agar lebih hati – hati dalam melakukan penanaman. Usahkan pada saat akan

melakukan penanaman sesuai dengan petunujuk agar tidak terjadi kontaminansi yang

dapat mengakibatkan kegagalan dari praktikum. 

Page 40: Laporan Kuljar Mirna 1

40

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Kontaminasi pada kultur jaringan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26055/5/Chapter%20I.pdf

Anonim. 2008. Media pada kultur jaringan.http://hamdan-motor.blogspot.co.id/2008/07/kultur-jaringan.html

Anonimous. 2002. Pengertian kultur jaringan.http://menarailmuku.blogspot.co.id/2012/11/klasifikasi-citrus-sp-jeruk.html

Gunawan. 1988. Teknik kultur jaringan. http://triamegumi.blogspot.co.id/2012/10/laporan-pengenalan-alat-sterilisasi.html

Hendra. 2007. Syarat teknik kultur jaringan.http://blogku-agroteknologi.blogspot.co.id/2013/01/kuljar-dan-variasi-didalamnya.html

Purnamaningsih. 2006. Zat pengatur tumbuh pada kultur jaringan.http://marufah.blog.uns.ac.id/files/2010/05/laporan-praktikum-kultur-jaringan-dewi.pdf

Purnamaningsih. 2006.Struktur kalus pada kultur jaringan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29787/4/Chapter%20I.pdf

Purwanto. 2008. Eksplan pada kultur jaringan.http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab1.pdf

Rahardja. 1988. Takaran untuk membuat media pada kultur jaringan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27314/5/Chapter%20I.pdf

Wattimena. 1992. Perbanyakan jeruk kuok.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18682/4/Chapter%20II.pdf

Wetherel. 1982. Hal yang menyebabkan kultur jaringan terkontaminasi.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27314/4/Chapter%20II.pdf

Yusnita. 2003. Faktor pendukung keberhasilan kultur jaringan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18682/4/Chapter%20II.pdf

Yusnita. 2003. Faktor penting dalam kultur jaringan.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26055/5/Chapter%20I.pdf

Zulkarnain. 2009. Pengertian medium MS.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20283/3/Chapter%20II.pdf

Page 41: Laporan Kuljar Mirna 1

41

Lampiran 3. Biodata Diri

Nama :Mirna Wati

Kelas : 4 c agroteknologi

Kelompok : 3

Tempat/tanggal lahir : Paya mahei, 14 desember 1995

Asal Sekolah :

SD : SD N 104336 Guntingan, kec :Deli serdang kab : Serdang bedagai

SMP : SMPN 3 Tapung, kec : Tapung kab : Kampar

SMA : SMAN 1 Simpang kanan, kec :Simpang kanan kab : Rokan Hilir