laporan farmakoterapi 1

39
LAPORAN AKHIR FARMAKOTERAPI 1 PRAKTIKUM 4 FARMAKOTERAPI HEMATOLOGI Disusun Oleh : Amalia Ulfa (G1F011001) Dwi Justitia A. (G1F011009) Imroatul Kanza A (G1F011017) Rifka Husniati (G1F011025) Desy Damayanti (G1F011033) Agustianty Nur H. (G1F011041) Rani Saskia (G1F011049) Sharon Susanto (G1F011057) Fulki Ghilman (G1F011067) Najah (G1F011075) Kelas / Kelompok : A / 1 Asisten : Yohan Budi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: amalia-ulfa

Post on 28-Nov-2015

134 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

farmakoterapi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan farmakoterapi 1

LAPORAN AKHIR FARMAKOTERAPI 1

PRAKTIKUM 4

FARMAKOTERAPI HEMATOLOGI

Disusun Oleh :

Amalia Ulfa (G1F011001)

Dwi Justitia A. (G1F011009)

Imroatul Kanza A (G1F011017)

Rifka Husniati (G1F011025)

Desy Damayanti (G1F011033)

Agustianty Nur H. (G1F011041)

Rani Saskia (G1F011049)

Sharon Susanto (G1F011057)

Fulki Ghilman (G1F011067)

Najah (G1F011075)

Kelas / Kelompok : A / 1

Asisten : Yohan Budi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: laporan farmakoterapi 1

PRAKTIKUM 4

FARMAKOTERAPI HEMATOLOGI

A. KASUS

Nama : Tn. SM

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal MRS : 29-3-2010

Diagnosa : anemia

Data Laboratorium :

Keluhan :

Tanggal 29/3 : mual, pusing, lemas, dada terasa panas

Tanggal 30/3 : mual, nyeri ulu hati

Page 3: laporan farmakoterapi 1

Tanggal 31/3 : mual, muntah

Tanggal 1/4 : pusing, demam

Tanggal 2/4 : -

Tanggal 3/4 : pusing, batuk

Tanggal 5/4 : pusing, panas

Tanggal 6/4 : pusing, panas

Tanggal 7/4 : pusing, gatal, mual

Tanggal 8/4 : pusing, mual

Tanggal 9/4 : pusing, mual, muntah

Tanggal 10/4 : pusing, mual

B. DASAR TEORI

Patofisiologi

Anemia

Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan

hemoglobin didalam darah. Hemoglobin (Hb) adalah suatu senyawa protein pembawa

oksigen didalam sel darah merah. Sel darah merah di produksi di sumsum tulang.

Sebagai bahan baku diperlukan zat gizi dari makanan, termasuk berbagai vitamin

(B2,B12) dan mineral (zat besi). Berikut adalah gejala yang dialami oleh penderita

anemia : Mudah letih bila melakukan aktifitas fisik/ mental, Nafas pendek, Pusing,

Tidak nafsu, Pucat (Anonim,2011)

Jenis-Jenis Anemia

Anemia berdasarkan tipe dan penyebabnya :

1. Anemia gizi

Anemia gizi umumnya terjadi akibat adanya defisiensi zat gizi yang

dibutuhkan tubuh untuk membentuk dan memproduksi sel darah merah. Anemia gizi

ini dikenal dengan kekurangan sel darah merah atau kurang darah yang diakibatkan

kurangnya pemenuhan zat gizi dalam tubuh seperti zat besi, vitamin E, asam folat,

vitamin B12 dan vitamin B6. Kekurangan sumber zat gizi inilah yang membuat

seseorang mudah mengalami anemia. (Anonim,2010)

Page 4: laporan farmakoterapi 1

2. Anemia non gizi

Anemia non gizi merupakan penyakit anemia atau kurang darah yang

diakibatkan karena adanya perdarahan seperti luka, menstruasi yang mengeluarkan

darah menstruasi secara berlebihan. Adapula penyebab lainnya dari anemia non gizi

yang juga mempengaruhi seseorang mengalami anemia dalam kategori tersebut

seperti terdapat atau memiliki riwayat penyakit darah yang bersifat genetik seperti

hemofilia, thalassemia yang merupakan penyakit genetik yang dapat memperburuk

keadaan atau kondisi anemia. (Anonim,2010)

Jenis – Jenis anemia, yakni :

1. Anemia mikrositik, hipokrom misalnya: anemia defesiensi besi, dan talasemia, sel-

sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari

normal. Anemia Defisiensi, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi,

asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan sebagainya).

2. Anemia normositik, normokrom misalnya : setelah kehilangan darah akut, adalah

Ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam

jumlah yang normal

3. Anemia makrositik, misalnya anemia megaloblastik, adalah ukuran sel-sel darah

merah lebih besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal.

4. Anemia hemolitik, terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang

berlebihan. (Chambers,2004)

Secara ilmiah anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah

atau jumlah Hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di

bawah normal (kadar Hb<10g/dl). Sel darah merah membawa oksigen (O2) dari paru-

paru ke jaringan dan organ-organ tubuh yang akan digunakan sebagai energi. Tanpa

Oksigen jaringan dan organ-organ ini (khususnya hati dan otak) tidak dapat

melaksanakan tugas dengan semestinya. Untuk alasan inilah mengapa orang yang

terkena anemia lebih mudah lelah dan kelihatan pucat. Anemia menyebabkan

berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah Hemoglobin (Hb) dalam sel darah

Page 5: laporan farmakoterapi 1

merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang

diperlukan tubuh ( Herawati ,2009)

Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang

pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya,

Hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh.

Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme

tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa

Karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya

dikeluarkan saat bernafas. Orang dengan kadar Hemoglobin yang rendah disebut

dengan istilah anemia. Saat kadar Hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah

pun akan rendah. Demikian pula halnya dengan nilai hematokrit. Bila terjadi anemia

transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan

mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi

Anemia menyebabkan kelelahan, sesak nafas dan pusing. Orang yang

menderita anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan tingkat

Hb yang wajar. Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja. Ini berarti mutu hidupnya

lebih rendah. Anemia didefenisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat

bahwa Hb dibawah 6,5g/dl menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang wajar

sedikitnya adalah 12g/dl untuk perempuan dan 14g/dl untuk laki-laki. Secara umum,

perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Begitu

juga dengan orang yang sangat tua atau yang sangat muda. Jangan pernah

menganggap bahwa jika anda lelah, maka kondisi ini bisa diatasi dengan cukup

mengkonsumsi suplemen besi. Asupan besi yang berlebihan belum tentu memberikan

kekuatan, malah bisa jadi malapetaka.(Herawati,2009)

Penderita Gangguan Ginjal

Anemia umumnya terjadi pada orang yang menderita penyakit ginjal. Ginjal

yang sehat memproduksi sebuah hormon yaitu Erythropoietin (EPO), yang

menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah yang

dibutuhkan untuk membawa oksigen ke organ-organ vital. Ginjal yang tidak normal,

tidak bisa memproduksi cukup EPO. Akibatnya sumsum tulang hanya memproduksi

Page 6: laporan farmakoterapi 1

sedikit sel darah merah. Anemia pada gaangguan ginjal mulai terjadi pada tahap-

tahap awal penyakit, yaitu ketika penderita masih memiliki 20-50% dari fungsi ginjal

normal. Jika seseorang kehilangan setengah dari fungsi ginjalnya dan memiliki

hematokrit rendah, maka kasus ini disebut anemia yang disebabkan kekurangan EPO.

(Herawati, 2009)

Etiologi:

1. Secara fisiologis anemia dapat terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah Hb

untuk mengangkut O2 jaringan.

2. Akibat sel darah merah premature/penghancuran sel darah merah yang berlebihan.

3. Akibat produksi sel darah merah tidak mencukupi.

4. Kehilangan darah misalnya perdarahan pada waktu melahirkan.

5. Kekurangan nutrisi misalnya tidak tercukupi kandungan unsur besi dalam menu

sehari-hari dan banyaknya zat besi keluar melalui perdarahan.

6. Penyakit kronik terjadi karena turunnya produksi sel darah merah dan adanya

penyekat pada penggunaan zat besi oleh sel steroid misalnya pada penyakit TBC

yaitu biasanya pada paru dan tulang biasanya berbentuk benjolan kecil (ISO, 2008)

Page 7: laporan farmakoterapi 1

ALGORITMA

(Dipiro,2008)

Page 8: laporan farmakoterapi 1

C. PENATALAKSANAAN KASUS

1. Subjective

Nama : Tn. SM

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Tanggal MRS : 29-3-2010

Diagnosa : anemia

2. Objective

Data Laboratorium

Keluhan :

Tanggal 29/3 : mual, pusing, lemas, dada terasa panas

Tanggal 30/3 : mual, nyeri ulu hati

Tanggal 31/3 : mual, muntah

Tanggal 1/4 : pusing, demam

Tanggal 2/4 : -

Tanggal 3/4 : pusing, batuk

Page 9: laporan farmakoterapi 1

Tanggal 5/4 : pusing, panas

Tanggal 6/4 : pusing, panas

Tanggal 7/4 : pusing, gatal, mual

Tanggal 8/4 : pusing, mual

Tanggal 9/4 : pusing, mual, muntah

Tanggal 10/4 : pusing, mual

3. Assesment

Berdasarkan data laboratorium terdapat peningkatan kreatinin yang cukup

tinggi dari batas normalnya. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan

kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah,

terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.

Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di

otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,5 – 1,7 mg/dl (Tatro,

2003) sedangkan pada kasus nilainya antara 6,5 – 9,34. Bila di atas rentang

normal, salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin dalam darah dapat menjadi acuan untuk

mengetahui adanya Gagal ginjal akut (GGA) atau Gagal Ginjal Kronik (GGK).

Pada kasus ini nilai kreatinin pasien sangat tinggi yang dapat mengarah pada

dugaan GGK sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanju untuk

penatalaksanaan terapi selanjutnya. Karena diduga adanya kelainan fungsi ginjal

maka hal ini akan mempengaruhi ketersediaan eritropoietin (EPO) karena salah

satu fungsi ginjal adalah memproduksi hormon EPO. Hormon ini akan

merangsang sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah merah. Jika

ketersediaan EPO berkurang maka hal ini akan menyebabkan berkurangnya sel

darah merah yang terbentuk sehingga timbulah anemia.

Selain terdapat peningkatan kreatinin, juga terdapat peningkatan ureum

darah yang cukup signifikan dari batas normalnya. Batas normal ureum : 20 – 40

mg/dl sedangkan pada kasus, pasien mempunyai kadar ureum darah sebesar 85,7

Page 10: laporan farmakoterapi 1

– 157,9. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh

yang diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi

ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan

meningkat di dalam darah (Alper, 2010) Kadar kalium pasien juga berada di atas

nilai normalnya. Pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus tidak

mampu mengekskresikan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, sehingga

menyebabkan hiperkalemia. Tekanan darah pada pasien juga meningkat. Laki-

laki, usia ≤ 45 tahun di katakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 130/90

mmHg (Tripena, 2011) Peningkatan tekanan darah ini erat hubungannya dengan

kelainan fungsi ginjal. Tekanan darah meningkat karena overload cairan dan

produksi hormon vasoaktif diciptakan oleh ginjal melalui RAS (renin-angiotensin

system), meningkatkan risiko seseorang mengembangkan hipertensi. Pada kondisi

normal, sel otot jantung menjaga agar Ca++ intraseluler berada dalam kadar rendah

melalui bantuan suatu pompa Na+-Ca++ yang akan memompa Ca++ ke luar

menggunakan energi yang berasal dari gerakan Na+. Dalam kasus ini, terjadi

hiperkalemia yang artinya K+ di luar sel sangat tinggi, oleh karena itu kadar Na+

di dalam sel pun ikut tinggi. Jika kadar Na+ intraseluler tinggi maka Ca++

meningkat dan menyebabkan meningkatnya kekuatan kontraksi otot jantung

sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

Nilai RDW normal adalah 11,5-14,5 CV(Coefficient of Variation of red

cell size). RDW (Red Cell Distribution Width) merupakan pengukuran besarnya

ukuran sel darah merah. RDW telah diketahui berguna untuk mengetahui

klasifikasi anemia, karena nilai RDW lah yang pertama kali mengalami

abnormalitas ketika terjadi anemia karena defisiensi nutrisi. Kenaikan RDW ini

biasanya terjadi pada penderita anemia. Kenaikan ini dapat menjadi indikasi

adanya defisiensi besi, vitamin B12 dan asam folat (pada penderita anemia) (Lee,

1998) seperti yang terjadi pada psien ini. Niliah Hb normal adalah 14-17,4 g/dl

untuk laki-laki dan 12-16 g/dl untuk wanita. Hb ( hemoglobin) merupakan

komponen utama pada sel darah merah. Turunnya nilai Hb biasanya terjadi pada

Page 11: laporan farmakoterapi 1

penderita anemia. Pengukuran Hb biasanay bersamaan dengan pengukuran nilai

RBC dan Hct. Hampir semua tipe anemia akan menunjukkan penurunan nilai Hb,

sehingga tidak menunjukkan tipe anemia yang spesifik (Fischbach, 1999). Pada

pasien ini mengalami penurunan nilai Hb yaitu sekitar 10-11. Hematokrit adalah

proporsi volume darah yang terdiri dari sel darah merah. Misalnya, hematokrit

25% berarti ada 25 mililiter sel darah merah dalam 100 mililiter darah. Tingkat

hematokrit (HCT) dinyatakan dalam persentase. Nilai normal pada laki-laki

adalah 42-52% dan 36-48% pada wanita.. Semakin tinggi presentase hematokrit

maka konsentrasi darah semakin kental (Pusparini, 2009). Pada pasien ini nilai

Hct nya menurun. Penurunan nilai Hct ini merupakan indikator bahwa pasien

menderita anemia. Nilai Hct sekitar 30% menunjukkan pasien menderita anemia

tingkat sedang sampai berat. Pada pasien ini nilai Hct nya adalah 33-34%,

sehingga dapat diperkirakan pasien menderita anemia sedang (Fischbach, 1999).

Sel darah putih, disebut juga leukosit, merupakan unit sistem pertahanan

tubuh yang bergerak aktif. Jika seseorang terluka, sel darah putih akan berkumpul

di bagian yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui

luka itu. Secara umum cara kerja leukosit adalah mengepung daerah yang terkena

infeksi atau cidera, menangkap organisme berbahaya dan menghancurkannya,

menyingkirkan kotoran, serpihan dan lainnya. Sel darah putih yang berfungsi

membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem

kekebalan tubuh (Effendi, 2008). Kadar leukosit normal adalah 5,000–10,000

cells/mm3 (Fischbach, 1999). Pada pasien ini pasien memiliki kadar leukosit yang

meningkat dari nilai normal yaitu sekitar 12.000 cells /mm3. Kenaikan ini

menandakan adanya respon tubuh untuk meningkatkan sistem imunitas.

Pusing dan mual merupakan keluhan umum yang sering terjadi. Pusing

adalah perasaan ringan atau sensasi berputar yang sering disertai dengan mual,

atau perasaan sakit seperti seseorang akan muntah. Ketika seseorang mengalami

pusing dan mual, gejala lain mungkin juga bisa terjadi, seperti berkeringat,

pingsan, sesak napas dan nyeri dada. Mungkin bisa tejadi kelemahan dan

Page 12: laporan farmakoterapi 1

kehilangan keseimbangan yang bisa disertai dengan palpitasi (denyut jantung

tidak teratur atau cepat) dan penglihatan kabur. Salah satu penyebab yang cukup

sering dari keluhan kepala adalah kurang darah. Yang disebut kurang darah

adalah anemia, yaitu kurangnya kadar Hb (Haemoglobin) dan/atau kurangnya

jumlah sel darah merah (eritrosit).Akibatnya, kandungan oksigen (O2) dalam

darah juga berkurang, menimbulkan keluhan-keluhan kepala seperti pusing

(Anonim, 2013).

Pada kondisi normal, zat besi dibutuhkan enzim untuk sintesis DNA dan

enzim mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan

tetapi, pada kondisi anemia, defisiensi besi juga menyebabkan berkurangnya

penyediaan besi pada bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang

berakibat pada ketahanan terhadap infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang

tidak terlalu tinggi (Bakta, I Made, dkk.,2006).

Sedangkan untuk kasus tingginya HCl, dikarenakan ion Cl- yang berada di

ekstraseluler secara fisiologis berfungsi untuk menyeimbangkan kadar ion Na+

dan untuk kondisi hiperkalemia dimana K+ di ekstraseluler sangat tinggi sehingga

kadar ion Na+ di intraseluler pun sangat tinggi, hal ini menyebabkan ion Na+ di

ekstraseluler berada dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu, Cl- tidak dapat

menyeimbangkan kondisi ini sehingga Cl- akan bertemu dengan proton (H+) dan

menghasilkan HCl atau disebut juga asam lambung. Tingginya HCl dalam

lambung dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan seperti mual-muntah,

nyeri pada ulu hati sampai dada terasa panas, hal ini sesuai dengan keluhan pada

pasien.

Page 13: laporan farmakoterapi 1

4. Plan

Guideline

(Anonim,2006)

1. Tujuan Terapi

Mengembalikan atau menambahkan zat-zat pembentuk sel darah merah

Menurunkan tekanan darah tinggi serta mengatasi hiperkalemia

Mengurangi gejala yang dialami oleh pasien dengan mengobati mual, muntah,

dan nyeri ulu hati

Meningkatkan kualitas hidup pasien

2. Terapi Farmakologi

Terapi / Tgl 29/3 30/3 31/3 1/4 2/4 3/4 4/4 5/4 6/4 7/4 8/4 9/4 10/4

Hemobion v v v v v v v v v v v v v

Losartan v v v v v v v

HCT v v v v v v v v

Rantin v v v v v v v

Infus D5% v v v v v v v v v v v v v

Page 14: laporan farmakoterapi 1

a. Hemobion

Hemobion  adatah  preparat hematinik untuk  pengobatan anemia, yang

juga  mengandung calcium, cholecalciferol dan ascorbic acid sebagai pelengkap.

Komposisi

Setiap kapsul mengandung:

- Ferrous Fumarat 360 mg

- Folic acid 1,5 mg

- Vitamin B12 15 meg

- Calcium carbonat 200 mg

- Cholecalciferol 400 Mi

- Ascorbic Acid 75 mg

Indikasi

1. Anemia pada masa kehamilan dan laktasi

2. Pada masa kehamilan

3. Anemia karena kehilangan darah oleh berbagai sebab

Dosis

Pemakaian 1 kapsul sehari

Perhatian

Obat ini mungkin menyebabkan feces berwarna hitam.

Kemasan

Kotak berisi TO x 10 kapsul warna hitam-merah dalam strip

Mekanisme Kerja

Hasil terbaik pada pengobatan diperoleh bila diberikan asupan zat besi, folic

acid, dan vitamin B12. Hemobion mengandung ferrous fumarate, folic acid dan

vitamin B12 yang sangat penting untuk pembentukan sel darah merah. Calcium

carbonate diubah menjadi bentuk yang mudah larut di dalam usus sehingga mudah

diabsorbsi. Selain itu Hemobion mengandung cholecalciferol untuk meningkatkan

absorbsi calcium dari usus. Ascorbic acid membantu mempertahankan zat besi dalam

bentuk ferro yang lebih mudah diabsorbsi dari saluran pencernaan. Ascorbic acid juga

Page 15: laporan farmakoterapi 1

memperbaiki metabolisme, menjamin pertumbuhan yang baik dari tulang dan gigi,

serta meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu dapat meningkatkan daya tahan

tubuh pada pasien yang lemah.

Alasan pemilihan obat

Hemobion dipilih karena mengandung komposisi yang lebih kompleks untuk

pembentukan sel darah merah, yaitu mengandung ferrous fumarate, vitamin B12,

folic acid, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi Hb dan hematokrit yang rendah

pada pasien.

(Tatro, 2003).

b. Losartan

Losartan 50 mg tablet (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet),

Indikasi : Losartan untuk pengobatan hipertensi dosis sekali sehari. Angiotensin II ini

selanjutnya akan berkaitan dengan reseptor Angiotensin I yang akan mempengaruhi

bermacam-macam organ, yaitu :

- Arteri  :vasokonstriksi (khususnya koroner, ginjal, otak)

- Ginjal  : retensi Na (produksi aldosteron) retensi air (pelepasan

vasopresin) Pelepasan prostaglandin

- Otak    : rasa haus dan pelepasan vasopressin

- SSP    : merangsang efek simpatis epinefrin 

- Jantung  : Kontraksi (inotropik), Hipertrofi ventrikel, fibrosis vaskular dan

Miokard

Mekanisme kerja : Losartan adalah secara selektif dan kompetitif bekerja terhadap

subtipe reseptor AT1, sehingga efek Angiotensin II terhambat, dengan demikian akan

menyebabkan terjadiya penurunan tekanan darah. Absorbsi Losartan berlangsung

dengan cepat, dan makanan tidak mempengaruhi absorpsi Losartan sehingga Losartan

dapat diberikan sebelum atau setelah makan. Losartan diindikasikan untuk kasus-

kasus hipertensi esensial ringan sampai berat, terutama bila pasien tidak dapat

mentoleransi efek samping batuk. Ataupun resisten terhadap antihipertensi golongan

lain.

Page 16: laporan farmakoterapi 1

Kontra Indikasi :

Losartan dikontraindikasikan pada :

-    Pasien yang hipersensitif terhadap Losartan

-    Anak-anak karena efektivitas dan keamanannya pada anak-anak belum diketahui.

-    Wanita hamil dan menyusui

Dosis

Dosis awal     : 50 mg, sekali sehari.

Apabila diperlukan, dosis dapat ditingkatkan hingga 100 mg per hari.

Pada pasien yang kemungkinan volume cairan tubuh berkurang (misalnya pasien yang

menggunakan diuretika) atau dengan gangguan fungsi hati, dosis awal yang diberikan

adalah 25 mg. 

Bila pemberian Losartan secara tunggal belum menurunkan tekanan darah secara adekuat,

maka dapat ditambahkan hydrochlorotiazide (HCT). 

Losartan dapat diberikan sebelum atau sesudah makan karena absorpsinya tidak

dipengaruhi oleh makanan.

Tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis bila Losartan diberikan pada orang tua maupun

pasien dengan gangguan fungsi ginjal.

Efek Samping

Dari beberapa penelitian yang ada, efek samping losartan yang sering dilaporkan adalah sakit kepala, pusing, astenia/lelah.

Peringatan Dan Perhatian

- Pada pasien dengan gangguan fungsi hati, dapat diberikan dosis losartan dengan dosis

lebih rendah, karena kemungkinan peningkatan kadar losartan di dalam darah pada

pasien dengan gangguan fungsi hati.

- Sebagai akibat  penghambatan sistem RAAS dapat terjadi gangguan fungsi ginjal

yang bersifat reversible apabila pengobatan dihentikan.

- Pada pasien dengan gangguan ginjal dengan atau tanpa diabetes, sering dijumpai

Page 17: laporan farmakoterapi 1

gangguan keseimbangan elektrolit.   

Interaksi Obat

Losartan tidak berinteraksi dengan HCT, digoksin, warfarin, simetidin dan fenobarbital.

Losartan bila dikombinasikan dengan HCT akan memberikan efek sinergis dalam

menurunkan tekanan darah. Sama seperti golongan AIIRA lainnya, penggunaan diuretika

hemat kalium (misalnya spironolakton, trianteren, amilorid), suplemen kalium atau bahan

mengandung kalium dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah.

Alasan pemilihan obat :

Losartan merupakan obat golongan ARB (Angiotensin Receptor Blocker), dimana Losartan

merupakan pilihan obat untuk terapi pasien yang hipertensi tipe II, dimana dalam terapinya

di kombinasikan dengan obat Diuretik golongan thiazide yaitu H.C.T., selain itu penggunaan

ARB didasarkan pada management terapi pasien gagal jantung stage C, dimana pasien dalam

kasus ini yaitu Ibu Aye didiagnosa mengalami gagal jantung disertai hiprtensi. Losartan

dapat mendukung atau tidak mencegah pemecahan bradikinin, dimana bradikinin merupakan

mediator kimia yang cukup penting untuk regresi hipertropi miosis dan fibrosis, serta

meningkatnya lever aktivator jaringan plasminogen.

Losartan dikombinasikan dengan golongan Thiazide (obat Diuretik) dengan dosis rendah

dapat meningkatkan efikasi secara signifikan.Losartan juga mempunyai efeksamping yang

rendah dibanding obat hiprtensi golongan lainnya (Tatro,2003)

c. Hidroklorotiazid (HCT)

Indikasi

Edema, hipertensi

Dosis

− Edema: dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis

pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.

− Hipertensi: 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari

Page 18: laporan farmakoterapi 1

Kontraindikasi

Hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal

dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.

Efek samping

Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi

(reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia,  hiponatremia,

hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan

peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas,

ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada

masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi

hipersensitivitas.

Mekanisme kerja

Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle

tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Hilangnya K+, Na+, dan Cl-

menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan

turunnya GFR.

Peringatan

− Berkontraindikasi dengan bradycardia, sebelumnya ada tingkatan AV block

yang dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai;

− Mungkin memperburuk SLE (eritema lupus sistemik);

− Usia lanjut;

− Kehamilan dan menyusui;

− Gangguan hati dan ginjal yang berat;

− Porfiria. 

Alasan pemilihan obat

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi serta mengatasi hiperkalemia.

(Katzung, 2007).

d. Rantin

Page 19: laporan farmakoterapi 1

Rantin adalah obat golongan antagonis H2 histamin dengan nama generik

ranitidin.

Indikasi

Ranitidin memiliki indikasi untuk pengobatan dan pemeliharaan ulser

duodenum, pengaturan penyakit refluks gastroesofagus, termasuk penyakit erosif atau

ulseratif, pengobatan jangka pendek, ulser gastrik jinak, dan kerusakan gastrik karena

NSAID. Penggunaan sebagian dari multidrug regimen untuk membasmi H. pylori

pada pengobatan ulser peptik, menjaga peningkatan asam selama anastesi, mencegah

kerusakan mukosa lambung apabila digabung dengan NSAID jangka panjang,

mengontrol pendarahan GI bagian atas akut, dan menjaga ulser stress (Tatro, 2003).

Dosis

Sediaan Rantin yang ada di pasaran yaitu 1 ampul berisi 50 mg/2 ml. Bila

disesuaikan dengan dosis yang semestinya (50 mg tiap 6-8 jam) maka pengobatan

disarankan dilakukan dengan aturan pemakaian secara IV 2 x 1 ampul/hari. Rantin

digunakan selama pengobatan rawat inap yaitu selama 10 hari.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja dari ranitidin ini adalah memblok histamin secara

reversibel dan kompetitif pada reseptor H2, terutama di sel parietal lambung, dan

menyebabkan penghambatan sekresi asam lambung (Tatro, 2003).

Interaksi obat

Pada terapi ini ranitidine tidak berinteraksi dengan obat lain. Ranitidin dapat

berinteraksi dengan:

1. diazepam, dengan menurunkan efek farmakologis dan absorpsi diazepam;

2. etanol, dengan meningkatkan kadar etanol dalam plasma;

3. glipizide, dengan meningkatkan efek hipoglikemia;

4. ketokonazol, dengan menurunkan efek ketokonazol;

5. lidokain, dengan meningkatkan kadar lidokain;

6. warfarin, dengan mengganggu ranitidine dengan klirens warfarin (Tatro, 2003).

Alasan pemilihan obat

Page 20: laporan farmakoterapi 1

Ranitidin digunakan dalam terapi ini untuk mengatasi gejala yang timbul

pada pasien yang berkepanjangan, yaitu terdapat keluhan nyeri ulu hati, mual, dan

muntah.

e. Dekstrosa 5%

Komposisi

glukosa anhidrous dalam air untuk injeksi.

Indikasi

Rehidrasi, penambah kalori secara parenteral.

Kontraindikasi

Koma diabetikum, pemberian bersama produk darah; anuria, perdarahan intraspinal

& intrakranial, delirium dehidrasi

Dosis

Dextrose 5% dapat diberikan secara intravena melalui vena perifer. Kecepatan

pemberian infus yang dapat diberikan tanpa menimbulkan glukosuria adalah 0,5

g/kg/jam, dengan kecepatan maksimum idak melebihi 0,8 g/kg/jam. Dosis dextrose

tergantung pada usia, berat badan dan keseimbangan cairan, elektrolit, glukose dan

asam basa dari pasien

Efek samping

Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, trombosis atau flebitis,

hiperglikemia pada bayi yang baru lahir.

Alasan pemilihan obat

Infus D5% digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien supaya pasien

tidak merasa lemas

(Anonim, 2012).

3. Terapi Non Farmakologi

Mencukupkan asupan nutrisi Fe, asam folat, dan vitamin B12. misalnya dari

sayur-sayuran hijau, ikan laut dan unggas

Menghindari makanan tinggi potassium

Page 21: laporan farmakoterapi 1

Mengurangi konsumsi kadar garam tinggi

Mengurangi konsumsi makanan pedas,asam,alkohol, dan kafein untuk

mengurangi nyeri ulu hati yang merupakan gejala penyakit magh.

Istirahat cukup

4. Monitoring

Memantau kadar kalium darah

Memantau penggunaan HCT agar tidak terjadi hipokalemik

Melakukan pemeriksaan Lab. Secara berkala untuk memastikan parameter-

parameter yang berkaitan dengan anemia sesuai dengan nilai normalnya

Memantau kadar kreatin dan ureum untuk dapat dilakukan terapi pada

gangguan ginjal

Memantau pemberian IV Dekstrosa 5% supaya tidak udem.

Perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal lebih lanjut (GFR) untuk mengetahui

apakah pasien menderita gagal ginjal akut maupun kronik, sehingga dapat

dilakukan pemilihan terapi yang lebih tepat, misalnya pemberian EPO dan

tindakan hemodialisis.

5. KIE

Pasien diharapkan banyak minum air putih

Pasien diharapkan untuk olahraga teratur

Pasien dianjurkan minum obat sesuai aturan pakai secara teratur

Pasien diharapkan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti

sayur-sayuran, buah, ikan, dan daging.

Diet garam, lemak, dan kolesterol

Mengurangi asupan kalium dan natrium

Pasien harus mengatur waktu istirahat secara teratur

Mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh dan memperbanyak makan

makanan yang berserat.

D. PEMBAHASAN

Page 22: laporan farmakoterapi 1

Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah

Hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah

normal. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah

Hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut

oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh ( Herawati ,2009)

Pasien didiagnosa menderita anemia karena terjadi penurunan hemoglobin

dari kadar normalnya. Namun, yang menarik di sini adalah jika dicermati maka

anemia pada kasus disebabkan karena adanya gangguan ginjal. Hal ini dapat

dibuktikan dengan meningkatnya serum kreatinin dan ureum darah, yang pada orang

dengan fungsi ginjal yang baik nilainya akan normal. Gangguan ginjal tentu

berhubungan erat dengan anemia, karena ginjala adalah satu – satunya organ yang

mampu memproduksi hormon eritropoietin (EPO). Hormon EPO inilah yang

nantinya akan berfungsi untuk merangsang sum – sum tulang untuk pembentukan sel

darah merah. Jika terjadi kerusakan sistem ginjal, maka akan mempengaruhi jumlah

EPO yang dikeluarkan. Karena jumlah EPO menurun, maka jumlah hemoglobinnya

juga menurun. Dalam terapi yang kami berikan, kami hanya memberikan hemobion

sebagai suplemen yang dapat meningkatkan jumlah hemoglobin. Hemobion dipilih

karena mengandung komposisi yang lebih kompleks untuk pembentukan sel darah

merah, yaitu mengandung ferrous fumarate, vitamin B12, folic acid, sehingga dapat

digunakan untuk mengatasi Hb dan hematokrit yang rendah pada pasien (Tatro,

2003). Pemilihan hemobion disini dirasa cukup tepat karena penurunan nilai Hb

pasien tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu adanya tranfusi darah. Hemobion

digunakan juga untuk mengatasi defisiensi nutrisi yang menyebabkan abnormalitas

RDW. Hemobion diberikan dengan dosis 1 kali sehari. Penggunaan EPO dirasa tidak

perlu karena dalam kasus tidak diketahui stage gangguan ginjalnya sudah masuk fase

akut atau kronik, sehingga tidak bisa diberikan terapi lebih lanjut. EPO diindikasikan

untuk anemia dengan gangguan GGK. Data laboratorium mengenai fungsi faal ginjal

yang tersedia pada kasus terbatas, sehingga tidak dapat ditentukkan penatalaksanaan

terapi yang lebih akurat atau terarah. Parameter untuk melihat seseorang menderita

GGA/GGK tidak hanya dilihat dari kreatinin dan ureum darahnya saja, tetapi bisa

Page 23: laporan farmakoterapi 1

dilihat dari laju filtrasi glomerulus (GFR), clearence, BUN, serta ada atau tidaknya

asidosis metabolik.

Adanya gangguan ginjal juga dapat menyebabkan seseorang beresiko

hipertensi, karena overload cairan dari ginjal serta pengeluaran hormon vasoaktif dari

sistem RAS (Renin Angiotensin System). Hormon vasoaktif inilah yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Obat antihipertensi yang dipilih adalah golongan

Angiotensin Receptor Bloker (ARB) karena langsung menghambat pengikatan

angiotensin dengan reseptornya. Obat ARB yang digunakan adalah losartan. Losartan

diberikan dengan dosis 50 mg sekali sehari. Obat golongan ARB dan ACE-

I(Angionensin Converting Enzym Inhibitor) dinilai lenbih aman pada pasien

hipertensi dengan gangguan ginjal . Alasan tidak digunakannya ACE-I adalah karena

biasanya efek samping ACE-I adalah menimbulkan batuk, sedangkan jika

menggunakan golongan CCB(Calcium Canal Bloker) akan kurang efektif karena

penghambatannya di kanal kalsium, bukan di pencetus utamanya yaitu sistem RAS.

Pemberian losartan ini perlu diimbangi juga dengan pemantauan tekanan darah. Jika

sudah normal, sekiranya dapat dihentikan.

Gangguan ginjal juga akan menimbulkan efek yang lainnya yaitu

hiperkalemia. Hal ini diduga karena adanya indikasi penurunan laju filtrasi sehingga

ginjal tidak mampu mengekskresikan kalium keluar dari tubuh. Adanya hiperkalemia

ini diatasi dengan pemberian hidroklortiazid (HCT). HCT merupakan golongan obat

tiazid (diuretik lemah) sehingga tidak menimbulkan hipokalemia, namun

penggunaannya perlu dimonitoring. Karena efeknya diuretik lemah maka tidak perlu

kombinasi dengan diuretik hemat kalium misalnya spironolakton. HCT ini akan

membantu pengeluaran kalium dari dalam tubuh. Selain untuk mengatasi

hiperkalemia, HCT disini dapat digunakan sebagai agen antihipertensi dengan

mengkombinasikannya bersama dengan ARB. Dosis HCT yang digunakan adalah 25

mg per hari dan diminum pada pagi hari. HCT digunakan sampai kadar kalium

normal kembali, jika sudah normal terapi bisa dihentikan. Ranitidin dipilih karena

obat ini merupakan golongan H2 bloker yang cukup ampuh untuk mengurangi asam

Page 24: laporan farmakoterapi 1

lambung berlebih. Keluhan mual, muntah, nyeri ulu hati, dan dada terasa panas yang

dialami oleh pasien disebabkan karena meningkatnya kadar HCl (asam lambung)

dalam tubuh. Peningkatan ini dapat dipicu oleh adanya ketidakseimbangan elektrolit.

Untuk mengatasinya, diberikan injeksi ranitidin 2 kali sehari, selama pasien

mengalami keluhan mual muntah yang berkepanjangan. Rasa mual dan muntah ini

akan menyebabkan pasien merasa tidak nyaman sehingga sebaiknya diberikan terapi

agar pasien lebih nyaman juga dalam mengkonsumsi obat – obatan yang lain.

Untuk peningkatan kualitas hidup pasien, diberikan Dektrosa 5% sebagai

terapi pemeliharaan kondisi tubuh, untuk berjaga-jaga apabila kondisi pasien lemas

dan lesu. Hal ini karena Dekstrosa 5% mengandung glukosa anhidrous dalam air

untuk injeksi. Komposisi ini dapat digunakan sebagai penambah kalori dan untuk

rehidrasi (Anonim, 2012).

E. KESIMPULAN

Pasien menderita anemia yang disebabkan oleh penurunan nilai hemoglobin.

Anemia ini dapat disebabkan karena kelainan fungsi ginjal dilihat dari data kreatinin

dan ureum darahsehingga tidak dapat memproduksi hormon EPO secara normal. EPO

adalah hormon yang merangsang sum-sum tulang untuk membentuk sel darah merah.

Anemia pada kasus ini juga mengarah pada defisiensi besi, vitamin B12 serta asam

folat sehingga diberikan terapi hemobion. HCT digunakan untuk mengatasi

hiperkalemia. HCT dapat dikombinasikan dengan losartan sebagai penurun tekanan

darah pada pasien. Untuk mengatasi keluhan mual-muntah diberikan injeksi ranitidin.

Sedangkan untuk menjaga status nutrisi pasien diberikan infus dextrose 5%.

Page 25: laporan farmakoterapi 1

DAFTAR PUSTAKA

Alper AB dan Shenava RG. 2010.Uremia.

http://www.emedicine.medscape.com/nephrology,diakses pada 19

November 2013

Anonim, 2008, ISO FARMAKOTERAPI. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT ISFI

Penerbitan, Jakarta.

Anonim, 2012, Dextrose, http://www.informasiobat.com/dextrose, diakses tanggal 19

November 2013.

Anonim, 2013, Amilodipine, http://www.hexpharmjaya.com/page/amlodipine.aspx,

diakses tanggal 19 November 2013

Anonim.2013.Pusing, Pening, Sakit Kepala, Migrain, Vertigo: Kenali Sebabnya dan

Hindarilah. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/02/18/pusing-

pening-sakit-kepala-vertigo-kenali-sebabnya-dan-hindarilah-529545.html.

diakses tanggal 20 November 2013.

Bakta, I Made, dkk.2006. Anemia Defisiensi Besi. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Effendi, Zukesti, 2008, Peranan Leukosit sebagai Antiinflamasi Alergik dalam

Tubuh, bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Fischbach FT, Danning MB. Blood Studies, 1999, A manual of Laboratory and

Diagnostic Test, 6th ed, Philadelphia, Lippincot William’s and Wilkin

Herawati, Neng. 2009. Mengenal Anemia dan Peranan Erythropoietin

BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009

Page 26: laporan farmakoterapi 1

Katzung, G. dan Bertram, M., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, 10th edition,

The McGraw-Hill Company, USA

Lee , G. Richard and etc, 1998, Wintrobe's Clinical Hematology 10th ed,

Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins

Pusparini, 2009, Kadar Hematokrit dan Trombosit sebagai Indikator Diagnosis

Infeksi Dengue Primer dan Sekunder, Jurnal Kedokteran Trisakti Vol. 23

No. 2

Tatro, David S, 2003, A to Z Drug Facts, San Fransisco, Facts and Comparisons.

Tatro, David S., Pharm D, 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, 80-82, Wolters

Kluwer Health, Inc., USA

Tripena, 2011, Hipertensi Primer, http:// repository.usu.ac.id diakses pada 19

November 2013