laporan khusus sedimentasi pada lab otk
DESCRIPTION
qTRANSCRIPT
Laporan Khusus
Laboratorium Opersi Teknik Kimia I
SEDIMENTASI
Disusun oleh:
ZAKIATUL FITRI1204103010088
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH2014
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama penulis mengucapkan puji dan syukur ke
hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia – Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis ucapkan keharibaan pangkuan Nabi Muhammad
S.A.W yang telah membawa manusia ke alam yang penuh peradaban dan ilmu
pengetahuan.
Alhamdulillah penulis ucapkan karena telah dapat menyelesaikan laporan
praktikum proses yang berjudul "SEDIMENTASI" sebagai tugas khusus dalam
memenuhi persyaratan praktikum Laboratorium Proses. Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. M. Faisal, ST, M.Eng sebagai Kepala Laboratorium Proses Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
2. Bapak Ir. Teuku Maimun, M. Eng, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Saudari Mukramah dan Titis Swastika sebagai asisten pada percobaan
"SEDIMENTASI"
4. Teman – teman Teknik Kimia angkatan 2012.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis pada khususnya
Darussalam, 30 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN……………….........………………….… i
SURAT IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM…….........……………..… ii
LEMBARAN PENUGASAN …………………………………................ iii
LEMBARAN DATA……………………………………….........…...….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………............ v
DAFTAR ISI……………………………………………………............... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ vii
DAFTAR GRAFIK……………………………………..………….……. ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………….…………..… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………..………….... 1
1.2 Tujuan Percobaan…………………………….…….…….….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………..........…..…. 3
2.1 Klasifikasi Sedimentasi ……………….....................…......... 4
2.2 Flokulasi dan Koagulasi.......................................................... 5
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Koagulasi ....................... 6
2.4 Laju Pengendapan................................................................... 8
2.5 bentuk-Bentuk dari Bak Sedimentasi ..................................... 9
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN.................................................... 13
3.1 Alat.......................................................................................... 13
3.2 Bahan....................................................................................... 13
3.3 Prosedur Percobaan................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................,.... 15
4.1 Pengolahan Data…………………..............…………..…..... 15
4.2 Pembahasan............................................................................. 15
4.2.1 Tingkat Kekeruhan (Turbidity)...................................... 15
4.2.2 Laju Pengendapan Sampel ............................................ 16
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN...................................................... 21
A.1 ketinggian Batas Interfasial 0 hingga 90 Menit................. 21
A.2 ketinggian Batas Interfasial 100 hingga 180 Menit........... 22
LAMPIRAN B PERHITUNGAN.................................................................. 23
B.1 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi
yang mengendap secara alami, tc: 5 menit.......................... 23
B.2 Mencari kecepatan pengendapan
larutan suspensi yang diendapkan oleh koagulan, tcmenit.. 23
B.3 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi
yang mengendap secara alami, tc: 10 menit........................ 23
B.4 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi
yang diendapkan oleh koagulan, tc: 10 menit.................. 23
LAMPIRAN C GRAFIK............................................................................... 24
C.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap
waktu pengamatan selama 3 jam dengan perbandingan air
murni dan air campuran tawas........................................... 24
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil pengolahan data kecepatan pengendapan sedimentasi …… 15
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap waktu
pengamatan selama 3 jam dengan perbandingan air
murni dan air campuran tawas …........………………….. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu cara pemisahan padatan dalam cairan yang digunakan dalam skala
lab maupun pabrik adalah sedimentasi . sedimentasi sendiri merupakan suatu proses
pemisahan padatan dari cairan (solid-liquid) dengan menggunakan gaya gravitasi
untuk mengendapkan partikel suspensi.
Pada kehidupan sehari-hari sedimentasi dipakai untuk menjernihkan air untuk
mendapatkan air yang bersih. Selain untuk kehidupan sehari-hari, operasi
sedimentasi ini juga digunakan pada skala industri untuk mengurangi polusi dari
limbah industri. Sedimentasi dapat berlangsung secara batch atau kontinu, yang
mana pada sedimentasi batch biasanya digunakan pada laboratorium, disebabkan
pada laboratorium yang sering dilakukan percobaan yang dilakukan bertahap tidak
berkelanjutan seperti pada industri pabrik. Pada industri yang sedimentasinya dalam
proses kontinu sering disebut thickener. Sedimentasi merupakan salah satu cara yang
paling ekonomis untuk memisahkan padatan dari suspensi, bubur atau slurry.
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi
dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan.
Proses koagulasi menggunakan PAC (Poly Aluminium Chloride) untuk mengikat
kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga membentuk
gumpalan. Sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah larutan polimer untuk
memperbesar gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan.
Percobaan skala laboratorium dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari
gerakan fluida atau konveksi karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari
perbedaan suhu. Uji pengendapan secara batch dilakukan untuk menggambarkan
mekanisme pengendapan dan metode penentuan kecepatan pengendapan.
Kecepatan pengendapan (sedimentation rate) dapat ditentukan dengan
mengamati tinggi interface (antar fase) sebagai fungsi waktu yang diberikan dan
menggambarkan tangen pada kurva yang diperoleh dari perhitungan.
Dari percobaan yang dilakukan kali ini diharapkan dapat memahami tahapan
bagaimana saja yang terjadi pada saat sedimentasi dan hal-hal apa saja yang
mempengaruhi sedimentasi itu terjadi.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Memahami proses pemisahan padatan dari fluida cair karena pengaruh gaya
gravitasi dan koagulan.
b. Menentukan angka Turbidity dari fluida cair.
c. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi,
d. Menentukan kecepatan laju pengendapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Umumnya proses sedimentasi
digunakan setelah proses koagulasi dan flokulasi yang berfungsi untuk destabilisasi
dan memperbesar gumpalan/ukuran partikel, sehingga mudah untuk diendapkan
(Asdak, 1995 : 33). Proses koagulasi menggunakan Tawas [Al2(SO4)3] untuk
mengikat kotoran atau memutus rantai pada ikatan senyawa zat warna sehingga
membentuk gumpalan. Sedangkan proses flokulasi dengan cara menambah larutan
polimer untuk memperbesar gumpalan, sehingga relatif mudah untuk diendapkan
(Anonim1, 2008).
Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara
yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel partikel mengendap maka air yang jernih dapat dipisahkan dari
padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah
dari aliran air tersebut dan jatuh ke dalam bak pengendap. Kecepatan pengendapan
partikel yang terdapat di air tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel,
viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap (Geankoplis,1993). Pada
dasarnya terdapat dua jenis alat sedimentasi yaitu jenis rectangular dan jenis circular.
Rancangan peralatan sedimentasi selalu didasarkan pada percobaan
sedimentasi pada skala yang lebih kecil (Mc Cabe, 1985 : 429). Selama proses
berlangsung terdapat tiga buah gaya, yaitu :
1. Gaya gravitasi
Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel,
sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini biasa dilihat pada saat terjadi
endapan atau mulai turunnya partikel padatan menuju ke dasar tabung untuk
membentuk endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2 Newton,
yaitu :
Fg = m . g
= ρ s x m x g 2. Gaya apung atau melayang
Gaya ini terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari pada massa jenis fluida
yang sehingga padatan berapa pada permukaan cairan.
Fa =
mxpxgρ p
3. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung klarifier.
Gaya dorong dapat juga dilihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena
adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama
dengan berat padatan itu sendiri.
Fd =
VxD2( ρg−ρg)18 μ
Dari ketiga gaya gravitasi di atas diturunkan suatu laju pengendapan menurun
yaitu :
Fd =
VxD2P ( ρg−ρg )18 μ
2.1 Klasifikasi Sedimentasi
Proses sedimentasi dapat dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, bergantung dari
sifat padatan di dalam suspensi:
Discrete (free settling)
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete adalah dipegaruhi oleh
gravitasi dan gaya geser yang didefinisikan sebagai:
Flocculent
Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel meningkat, dengan setelah
adanya penggabungan diantaranya.
Hindered/Zone settling
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel di dalam suspensi dengan
konsentrasi padatan melebihi 500 mg/l.
2.2 Flokulasi dan Koagulasi
Berikut gambar yang menunjukkan proses sedimentasi dari proses perlakuan
koagulasi dengan flokulasi sehingga terjadi sedimentasi:
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam
bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel
koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995).
Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air limbah.
Dengan mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling yang terjadi pada membran
akan berkurang, sehingga penggunaan mikrofiltrasi dalam proses pengolahan air
bersih menjadi layak untuk dilakukan. Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3]. Dalam peercobaan ini, dilakukan variasi waktu
lamanya pengadukan pelan pada proses flokulasi. Setelah terjadi penggumpalan
suspense maka akan terjadi sedimentasi yang dilakukan oleh gaya tarik gravitasi.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi koagulasi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
Suhu air
Suhu air yang rendah mempunyai pengaruh terhadap efisiensi proses koagulasi.
Bila suhu air diturunkan , maka besarnya daerah pH yang optimum pada proses
kagulasi akan berubah dan merubah pembubuhan dosis koagulan.
Derajat Keasaman (pH)
Proses koagulasi akan berjalan dengan baik bila berada pada daerah pH yang
optimum. Untuk tiap jenis koagulan mempunyai pH optimum yang berbeda satu
sama lainnya.
Jenis Koagulan
Pemilihan jenis koagulan didasarkan pada pertimbangan segi ekonomis dan daya
efektivitas daripadakoagulan dalam pembentukan flok. Koagulan dalam bentuk
larutan lebih efektif dibanding koagulan dalam bentuk serbukatau butiran.
Kadar ion terlarut
Pengaruh ion-ion yang terlarut dalam air terhadap proses koagulasi yaitu :
pengaruh anion lebih bsar daripada kation. Dengan demikian ion natrium, kalsium
dan magnesium tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap proses koagulasi.
Tingkat kekeruhan
Pada tingkat kekeruhan yang rendahproses destibilisasi akan sukar terjadi.
Sebaliknya pada tingkat kekeruhan air yang tinggi maka proses destabilisasi akan
berlangsung cepat. Tetapi apabila kondisi tersebut digunakan dosis koagulan yang
rendah maka pembentukan flok kurang efektif.
Dosis koagulan
Dosis bahan kimia, dosis yang tepat / kurang atau terlalu banyak dapat
menghasilkan floc yang berukuran kecil dan sedikit, sehingga sulit mengendap.
Untuk menghasilkan inti flok yang lain dari proses koagulasi dan flokulasi sangat
tergantung dari dosis koagulasi yang dibutuhkan. Bila pembubuhan koagulan sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan maka proses pembentukan inti flok akan berjalan
dengan baik.
Kecepatan pengadukan
Tujuan pengadukan adalah untuk mencampurkan koagulan ke dalam air. Dalam
pengadukan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengadukan harus benar-benar
merata, sehingga semua koagulan yang dibubuhkan dapat bereaksi dengan partikel-
partikel atau ion-ion yang berada dalam air. Kecepatan pengadukan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan flok bila pengadukan terlalu lambat
mengakibaykan lambatnyaflok terbantuk dan sebaliknya apabila pengadukan terlalu
cepat berakibat pecahnya flok yang terbentuk.
Alkalinitas
Alkalinitas dalam air ditentukan oleh kadar asam atau basa yang terjadi dalam air
Alkalinitas dalam air dapat membentuk flok dengan menghasil ion hidroksida pada
reaksihidrolisa koagulan (Tjokrokusumo, 19920).
2.4 Laju Pengendapan
Suatu partikel yang mengendap dalam air karena adanya gaya gravitasi akan
mengalami percepatan sampai gaya dari tahanan dapat mengimbangi gaya gravitasi,
setelah terjadi kesetimbngan partikel akan terus mengendap pada kecepatan konstan
yang dikenal sebagai kecepatan akhir atau kecepatan pengndapan bebas. Proses
pengendapan meliputi pembentukan endapan yaitu suspensi partikel-partikel padat
dalam cairan produk yang tidak larut yang dihasilkan dari reaksi kimia, akan ditolak
dari larutan dan menjadi endapan padat. Metode lain pembentukan cairan endapan
ialah dengan penambahan jumlah larutan jenuh zat padat dalam sejumlah besar cairan
murni dimana zat padat tersebut tidak dapat larut. Proses ini banyak digunakan untuk
mengisolasi produk-produk kimia atau bahan-bahan buangan proses (Cheremissinoff,
N.D, 2002 : 283).
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu
partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran. (Day and Underwood, 2002).
Gambar 2.4 Prinsip kerja turbidimeter
2. 5 Bentuk-Bentuk dari Bak Sedimentasi
Bak sedimentasi ada yang berbentuk lingkaran, bujur sangkar ataupun segi
empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 – 45,7 m dan kedalaman
3 – 4,3 m. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga 79 m
dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 m.bak berbentuk segi empat umumnya mempunyai
lebar 1,5 – 6 m, panjang bak sampai 76 m dan kedalaman lebih dari 1,8 m (Reynold
& Richards, 1996).
Bentuk bak sedimentasi :
Segi empat (rectangular). Pada bak ini, mengalir horisontal dari inlet menuju
outlet, sementara partikel mengendap ke bawah.
Lingkaran (circular) – center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju
inlet bak dibagian tengak bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju
outlet disekeliling bak, sementara partikel mngendap ke bawah.
Lingaran (circular) – periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling
lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah
lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah.
Bagian-bagian bak sedimentasi :
a) Inlet : tempat air masuk ke dalam bak
b) Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan
c) Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak
d) Outlet : tempat dimana air akan meninggalkan bak
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses
sedimentasi terbagi atas tiga macam:
1) Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari
unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber.
Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang
mempengaruhiperformance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus
lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan dengan penggunaan
perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain diabaikan untuk
menghitungperformance bak yang lebih sering disebut dengan ideal settling basin.
2) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya
penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia
setelah proses koagulasi dan flokulasi. Pengendapan partikel flokulen akan lebih
efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk
membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak
menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi
pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak
pengendapan untuk menahan flok–flok yang terbentuk.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
Luas bidang pengendapan
Penggunaan baffle pada bak sedimentasi
Mendangkalkan bak
Pemasangan plat miring
3) Hindered Settling (Zone Settling)
Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi
adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel
menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada pada
posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu
kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai
suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid danliquid.
Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah
sedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan pada
pengolahan air buangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju sedimentasi :
Banyaknya lumpur
Luas bak pengendapan
Kedalaman bak pengendapan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah :
1. Gelas kimia 100 ml
2. Gelas ukur 100 ml
3. Spatula
4. Stopwatch
5. Roll (penggaris 30 cm)
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
1. Tawas [al2(SO4)3] 5 gr/100ml
2. Tanah 50 gr/100ml
3. Air
3.3 Prosedur Percobaan
1. Menimbang sebanyak 50 gram tanah dan 5 gram tawas
2. Melarutkan tanah ke dalam air hingga larutan mencapai 100 ml didalam gelas
kimia.
3. Mengaduk sampai suspensi homogen. Kemudian membagi suspensi tersebut
dalam 2 gelas ukur sebanyak 50 ml untuk masing-masing gelas A dan B.
4. Menambahkan tawas kedalam gelas B. Lalu mulai membaca dan mencatat
ketinggian suspensi yang mengendap dalam dalam gelas A dan B pada saat t =
0 hingga t = 180 menit.
5. Selanjutnya untuk perlakuan terakhir, mengambil sampel air dari masing-
masing gelas sebanyak 5 ml untuk diukur turbidity atau tingkat kekeruhan dari
air tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.1 Hasil pengolahan data kecepatan pengendapan sedimentasi.
Konsentrasi
(g/100 ml)
Waktu Pengendapan
(menit)
Vzs Pengendapan Alami
(cm/menit)
Vzs Pengendapan
dengan Koagulan
(cm/menit)
50
0 – 90 0,24 0,5
100 - 180 0,17 0,25
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat Kekeruhan (Turbidity).
Kekeruhan atau turbidity menggambarkan sifat optik air yang ditentukan
berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat pada cairan suatu fluida. Kekeruhan sendiri terjadi adanya bahan-bahan
organik baik itu yang terdispersi maupun yang terlarut dalam air tersebut. Untuk
mengukur seberapa besar kekeruhan yang terdapat suatu fluida maka dibutuhkan
suatu alat yang mengukur angka turbiditynya yaitu Turbidimeter dengan metode
pengukuran yang disebut metode Nephelometrik dengan satuan NTU (Nephelometrik
Turbidity Unit).
Teori diatas mendukung praktikum yang telah dilakukan terhadap pengukuran
kekeruhan pad air murni dan air campuran tawas. Tingkat kekeruhan keduanya
berbeda, dimana air murni memilki tingkat kekeruhan lebih rendah karena tidak
mengandung bahan organik apapun didalamnya dengan nilai turbiditynya sekitar 53,0
NTU. Sedangkan pada air dengan koagulan (tawas) lebih tinggi tingkat kekeruhannya
karena air murni hasil sedimentasi tersebut tercampur dengan suspensi bahan organik
(tawas), sehingga nilai turbidity yang terbaca pada alat sekitar 639 NTU. Jadi
seberapa besar bahan organik daalm suatu fluida cair (air) maka akan mempengaruhi
tingkat kekeruhan pada flui tersebut.
4.2.2 Laju Pengendapan Sampel
Laju pengendapan pada proses sedimentasi yang telah dilakukan pada
percobaan dengan menambahkan koagulan pada larutan untuk membantu proses
pengendapan suspensi tanah. Koagulan yang digunakan untuk mengendapkan
suspensi tersebut adalah tawas [Al2(SO4)3] sebanyak 5 gram kedalam larutan. Seiring
waktu yang dibutuhkan suspensi untuk mengendap ternyata lebih cepat. Terlihat pada
Gambar 4.1 dimana terlihat perbandingan ketinggian interfasial yang dipengaruhi
oleh lamanya waktu pengendapan.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2000123456789
10sedimentasi secara alami sedimentasi dengan koagulan
Waktu (menit)
Ket
ingg
ian
Bat
as I
nter
fasi
al (
cm)
Gambar 4.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap waktu pengamatan selama
3 jam dengan perbandingan air murni dan air campuran tawas.
Dari Gambar 4.1 terlihat perbandingan yang signifikan terhadap ketinggian
interfasial pada kedua macam larutan tersebut dengan lama waktu pengendapan yang
sama terlihat sangat besar. Dimana semakin lama waktu pengendapan bik secara
murni maupun dengan bantuan koagulan maka semakin tinggi pula interfasial yang
didapat. Laju pengendapan yang terjadi pada kedua jenis larutan tersebut berbeda,
dengan grafik yang terlihat pada Gambar 4.1 bahwa pada larutan yang suspensi
tanahnya mengendap dengan murni dengan bantuan gaya tarik gravitasi lebih lambat
kecepatan laju pengendapannya karena suspensi tahah dengan densitas (ρ) hampir
sama dengan densitas air sehingga suspensi tersebut melayang dalam air yang susah
untuk mengendap dan butuh waktu yang sangat lama untuk dapat mengendap dengan
sendirinya.
Berbeda halnya dengan larutan suspensi yang dengan bantuan koagulan, disini
terlihat pada grafik Gambar 4.1 dengan perlakuan yang sama dengan larutan suspense
namun hanya ditambahkan koagulan pada larutan suspensi lainya, ternyata kecepatan
laju pengendapannya 2 kali lipat lebih cepat dari pada suspensi yang mengendap
secara murni. Hal ini terjadi dikarenakan koagulan dalam suspensi mengikat molekul
suspense membentuk floc yang akan menjadi gumpalan sehingga berat molekul
tersebut lebih besar dari pada air dan mempermudah graviatasi untuk menarik
molekul kebawah.
Dengan ketinggian interfasial yang lebih sedikit karena tekanan dari suspensi
yang mengendap sehingga seiring berjalannya waktu, maka suspense tersebut akan
semakin mengendap secara konstan atau terjadinya padatan endapan yang konstan
dengan waktu yang diberikan selama 3 jam. Untuk ketinggian interfasial pada air
mengendap murni yang dihitung dari 0-90 menit sebanyak 9 cm dan pada 100-180
menit ketinngiannya menjadi 7,8 cm, sedangkan untuk larutan suspense yang
mengendap dengan bantuan koagulinggian interfasialnya yang dihitung dari 0-90
menit didapat interfasialnya sekitar 8,9 cm dan pada 100-180 menit setinggi 6,9 cm
yang diukur dari permukaan gelas kimia.
Pada percobaan ini tidak dihitung pengaruh konsentrasi bahan yang akan
dilarutkan karena semua bahan memiliki berat, volume dan konsentrasi yang sama
yang dilarutkan dan diaduk terlebih dahulu didalam sebuah gelas kimia 100 ml
kemudian dibagi rata suspense tersebut sebanyak 50 ml untuk masing gelas pada air
murni dan campuran tawas.
Pada percobaan yang telah dilakukan hampir sesuai dengan teori, namun dari
percobaan terdapat kesalahn-kesalahan yang kurang signifikan. hal tersebut banyak
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kurangnya ketelitian pada saat mengukur
ketinggian interfase kejernihan, kemudian saat mengamati waktu pengendapan tidak
terlalu akurat juga waktu perhitungan nilai kejernihan.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Laju pengendapan sedimentasi yang dilakukan selama 3 jam yang dihitung pada
setiap menitnya yakni pada 0 hingga 90 menit kecepatan laju pengendapannya
sekitar 0,34 cm/menit dan pada 100 hingga 180 menit didapat 0,17 cm/menit
untuk larutan suspensi yang mengendap secara alami.
2. Sedangkan pada larutan suspensi yang diendapkan dengan bantuan koagulan
pada 0 hingga 90 menit kecepatan laju pengendapan sekitar 0,5 cm/menit dan
pada 100 hingga 180 menit laju penendapan sekitar 0,25 cm/menit. Semakin
banyak koagulan yang ditambahkan kedalam suatu larutan suspense, maka
semakin cepat pula laju pengendapanya.
3. Untuk tingkat kejernihan dari air pada kedua jenis sampel fluida air muni dan air
dengan suspense tawas sangat jauh berbeda. Dari nilai turbidity yang terbaca
pada alat turbidimeter, tingkat kejernihan yang paling tinggi didapat pada air
murni yakni sebesar 53,0 NTU.
4. Sedangkan pada air yang bercampur dengan suspense tawas tingkat
kejernihannya sangat rendah (keruh) yaitu sebesar 639 NTU. Semakin banyak
bahan organic yang dilarutkan dalam suatu fluida cair, maka semakin tinggi pula
tingkat kekeruhan air tersebut.
5. Pada proses sedimentasi terjadi 3 gaya pada partikel, yakni : gaya gravitasi, gaya
dorong dan gaya mengapung.
6. Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh densitas, fluida, densitas partikel dan
viskositas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, “Sedimentasi” Http://www,wikipedia.org//wiki//sedimentasi Diakses tanggal : 20 Maret 2014
Asdak, 1995, “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”, UGM-Press, Yogyakarta
Cheremisinoff, N.P., “Handbook Of Water And Wastewater Treatment
Technologies”, Butterworth-heinemann, Boston.
Geancoplis, J.C, 1983, “Transport Proses and Unit Operation 2nd ed”, Allyn and
Bacon Inc, Massachussett.
Mc Cabe, W.L, 1985, “Operasi Teknik Kimia Jilid 2”, Erlangga, Jakarta
Suryadiputra, I.N.N., 1995, “Pengantar Kuliah Pengolahan Air Limbah :
Pengolahan Air Limbah dengan Metode Kimia (Koagulasi dan
Flokulasi)”, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN ADATA PENGAMATAN
Bahan : TanahKonsentrasi Tanah : 50 gr/100mlKetinggian Awal Suspensi : 9 cmBahan Koagulan : Al2(SO4)3 (Tawas)Konsentrasi Koagulan : 5 gr/100 mlTabel A.1 ketinggian batas interfasial pada campuran larutan suspensi tanah dan
suspensi tanah dengan koagulasi 5gr dengan pengamatan 0 hingga 90 menit.
Waktu (t)(Menit)
Ketinggian Batas Interfasial z (cm)Tanah 50 gr/100 ml tanpa
koagulanTanah 50 gr/100 ml dengan
koagulan0 9 95 9 8,510 8,7 8,315 8,6 8,220 8,5 8,025 8,5 7,830 8,5 7,835 8,4 7,740 8,3 7,645 8,3 7,650 8,3 7,555 8,25 7,460 8,2 7,365 8,1 7,270 8,0 7,275 8,0 7,180 7,9 7,085 7,9 7,090 7,8 6,9
Tabel A.2 ketinggian batas interfasial pada campuran larutan suspensi tanah dan suspensi tanah dengan koagulasi 5gr dengan pengamatan 100 hingga 180 menit.
Waktu (t)(Menit)
Ketinggian Batas Interfasial z (cm)Tanah 50 gr/100 ml tanpa
koagulanTanah 50 gr/100 ml dengan
koagulan100 7,8 6,9110 7,8 6,9120 7,6 6,8130 7,6 6,8140 7,5 6,6150 7,5 6,6160 7,4 6,5170 7,4 6,5180 7,3 6,5
LAMPIRAN BCONTOH PERHITUNGAN
B.1 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi yang mengendap secara alami, tc: 5 menit.
Kecepatan Pengendapan (Vzs) = z1−zc
tc
= (9−7,3 )cm
5 menit
= 0,34 cm/menitB.2 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi yang diendapkan oleh
koagulan, tc: 5 menit.
Kecepatan Pengendapan (Vzs) = z1−zc
tc
= (9−6,5 ) cm
5 menit
= 0,5 cm/menitB.3 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi yang mengendap secara alami,
tc: 10 menit.
Kecepatan Pengendapan (Vzs) = z1−zc
tc
= (9−7,3 )cm
10 menit
= 0,17 cm/menitB.2 Mencari kecepatan pengendapan larutan suspensi yang diendapkan oleh
koagulan, tc: 10 menit.
Kecepatan Pengendapan (Vzs) = z1−zc
tc
= (9−6,5 ) cm
10 menit
= 0,25 cm/menit
LAMPIRAN CGAMBAR
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2000123456789
10sedimentasi secara alami sedimentasi dengan koagulan
Waktu (menit)
Ket
ingg
ian
Bat
as I
nter
fasi
al (
cm)
Gambar C.1 hubungan ketinggian batas interfasial terhadap waktu pengamatan
selama 3 jam dengan perbandingan air murni dan air campuran tawas.