114025581 laporan pendahuluan otk korosi

24
LAPORAN PENDAHULUAN LABORATORIUM UNIT PROSES KOROSI Disusun Oleh: Kelompok 3 1. M. Ismansyah Putra 031110030 09 2. Liliana Comeriorensi 031110030 61 3. Yolanda Febrina 031110030 72 4. Andre Tiofami 031110030 73 5. Anissa Nurul Badriyah 031110030 75 6. Uwu Holifah Ana 031110031

Upload: andre-tiofami

Post on 26-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

LAPORAN PENDAHULUAN

LABORATORIUM UNIT PROSES

KOROSI

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. M. Ismansyah Putra 03111003009

2. Liliana Comeriorensi 03111003061

3. Yolanda Febrina 03111003072

4. Andre Tiofami 03111003073

5. Anissa Nurul Badriyah 03111003075

6. Uwu Holifah Ana Fatlullah 03111003103

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korosi merupakan proses dimana berubahnya keadaan logam dari bersih

(licin) menjadi berkarat karena adanya proses oksidasi dan reduksi. Terjadinya

korosi disebabkan karena beberapa faktor, terutama karena faktor lingkungan

yang bersifat asam maupun basa.

Pada Industri Kimia masalah korosi dan pengendaliannya adalah spesifik,

bahkan kadang-kadang unik. Sifat permasalahannya memerlukan pendekatan

secara multi disiplin. Satu hal yang menonjol ialah masalah korosi dan

pengendaliannya terkait erat dengan proses dan operasi pabrik. Penerapan suatu

metode proteksi memerlukan sekaligus penguasaan dan pemahaman yang

mendalam baik aspek proses dan operasi pabrik maupun aspek proteksi itu

sendiri. Oleh sebab itu pengendalian korosi dalam Industri Kimia, disamping

memerlukan corrosion engineer yang juga chemical engineer yang memahami

konsep dasar proses korosi., proses dan operasi pabrik serta keterampilan aplikasi

pengendalian korosi, mebutuhkan koordinasi yang baik. Tanpa koordinasi,

efisiensi akan rendah dan ini justru memperbesar corrosion cost.

Korosi adalah proses alamiah yang berlangsung sendiri. Oleh karena itu

tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Apa yang bisa diusahakan

hanyalah mengendalikan atau memperlambat proses pengrusakan tersebut

sehingga alat (peralatan pabrik) yang terserang dapat berfungsi lebih lama.

Pengendalian korosi yang tepat dapat memperpanjang usia pakai peralatan yang

bersangkutan. Terdapat 3 sasaran yang diambil dalam keputusan melaksanakan

pengendalian korosi, yaitu:

1) Keselamatan, keselamatan peralatan pabrik secara keseluruhan dan

keselamatan manusia yang terlibat dalam operasinya.

2) Memperkecil kerugian ekonomi.

3) Mencegah kerusakan lingkungan, baik dalam waktu dekat maupun dalam

jangka panjang.

Page 3: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

1.2. Permasalahan

1) Bagaimana laju korosi pada logam besi, aluminium dan tembaga yang telah

mengalami perlakuan, yaitu digores, dipukul, atau tidak mengalami perlakuan,

bila dimasukkan dalam media asam, basa, ataupun netral.

2) Bagaimana pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.

3) Bagaimana cara menghitung laju atau laju korosi.

1.3. Tujuan

1) Mengetahui laju korosi pada logam besi, aluminium dan tembaga yang telah

mengalami perlakuan, yaitu digores, dipukul, atau tidak mengalami perlakuan,

bila dimasukkan dalam media asam, basa, ataupun netral.

2) Mengetahui pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.

3) Mengetahui cara menghitung laju atau laju korosi.

1.4. Manfaat

1) Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi laju korosi.

2) Dapat mengetahui hubungan antara laju korosi dengan luas permukaan.

3) Dapat mengetahui hubungan antara waktu dan media terjadinya korosi.

4) Dapat melakukan pengendalian korosi terhadap material logam yang diuji.

Page 4: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Korosi

Korosi secara umum didefinisikan sebagai kerusakan logam yang terjadi

melalui suatu reaksi kimia maupun reaksi elektrokimia saat dikontakkan dengan

medium air (H2O) atau gas (udara). Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi

laju korosi adalah :

1) Stagnasi medium, saat medium diperbaharui terdapat suplai elemen yang

kontinyu yang menyebabkan korosi.

2) Agitasi (kondisi statis medium), agitasi membubarkan produk korosi sehingga

tidak ada proteksi fisik pada logam karena lekatnya produk-produk ini. Kondisi

statis selain itu menyokong formasi endapan-endapan protektif.

3) Heterogenasi logam, heterogenasi logam disini termasuk kondisi permukaan

dan komposisi kimia permukaan jiga mediumnya yaitu pengaruh Ph, tingkat

oksigen yag terlarut dan sebagainya.

4) Temperatur, temperatur yang tinggi dapat mempercepat laju korosi. Laju

korosi dapat dievaluasi dengan cara berikut ini: berat logam yang hilang per

unit waktu dan luas permukaan, penetrasi pitting corrosion (mm/waktu), teknik

elektrokimia.

Perkaratan besi memerlukan oksigen dengan air. Besi yang terbenam dalam

minyak tidak akan berkarat karena tidak ada oksigen dan air. Besi yang disimpan

dalam ruangan sering lebih lambat berkarat daripada ruangan yang lembab. Faktor

faktor lain yang dapat mempercepat perkaratan ialah pH larutan adanya suatu

garam, kontak dengan logam lain yang memiliki potensial elektroda lebih besar,

dan keadaan logam itu sendiri. Proses perkaratan besi merupakan suatu sel

elektroda kimia. Bagian tertentu pada permukaan besi itu berlaku sebagai anoda,

dimana terjadi rekasi oksidasi:

Fe(s) Fe2+(aq) + 2e Eo = 0,44 volt …(1)

Elektron yang dihasilkan dialirkan pada bagian dari besi itu yang berlaku

sebagia katoda. Pada bagian itu oksigen mengalami reduksi:

Page 5: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

O2 (g) + 2H2O 4OH- (aq) …(2)

atau

O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l) Eo = 1,23 volt …(3)

2.2. Klasifikasi Korosi

Korosi dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Salah satu metode dalam

pembagian korosi adalah korosi oksidasi dan korosi elektro kimia. Pembagian lain

dari klasifikasi korosi adalah korosi temperatur rendah dan korosi temperatur

tingi. Adapun pembagian yang sering digunakan adalah wet corosion and dry

corrosion.

2.2.1.Korosi Oksidasi dan Korosi Elektrokimia

Pada umumnya proses pengkaratan terdiri dari proses elektrokimia, yang

mekanismenya sama dengan yang terjadi di dalam baterai lampu senter. Baterai

terdiri dari elektroda yang terbuat dari mangkuk yang terbuat dari seng dan

elektroda karbon. Kedua elektroda tersebut dipisahkan oleh elektrolit yang terdiri

dari larutan amonium klorida (NH4Cl). Kalau elektroda karbon dihubungkan

dengan elektroda mangkuk seng melalui sebuah bola lampu, maka bola lampu

tersebut akan menyala karena terjadinya arus listrik yang mengalir dari katoda ke

anoda melalui elektrolit NH4Cl Pada mangkuk seng terjadi reaksi oksidasi.

Zn Zn+ + + 2e (reaksi anoda) …(4)

2H+ + 2e H2 gas (reaksi katoda) …(5)

Akibat oksidasi tersebut, metal Zn diubah menjadi ion Zn yang terhidrasi

Zn2+ nH2O. Semakin besar arus yang terjadi, semakin banyak metal Zn yang

menjadi ion sehinga metal seng kehilangan masa atau dengan kata lain berkarat.

Berat metal yang bereaksi, sesuai dengan hukum Faraday, dinyatakan dalam

persaman di bawah ini.

Berat metal yang bereaksi = kIt …(6)

Dimana:

I = arus dalam ampere

K= konstanta = 3.39 x 10-4 g/C

Page 6: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

t = waktu dalam detik

Karena serangan karat tersebut, mangkuk seng akan berlubang

(perforated) hanya dalam beberapa jam saja, namun apabila kabel penghubung

dilepas, arus listrik terputus, umur mangkuk seng dapat bertahun-tahun. Karena

dengan kondisi tidak tersambung (open circuit) tersebut, proses pengkaratan seng

menjadi sangat lambat, yang umumnya disebabkan oleh kotor, seperti besi yang

tertanam di dalam permukan seng. Kotoran tersebut bekerja sebagai katoda

terhadap seng yang bersifat anodik, sehinga terjadi aliran elektron dari anoda ke

katoda dan menyebabkan karat di daerah anoda. Bentuk karat elektro kimiawi

yang paling sering ditemukan adalah proses elektrokimia dari oksida metal.

Oksidasi adalah terlepasnya elektron dari suatu atom, misal terlepasnya elektron

dari atom seng.

Zn Zn2+ + 2e …(7)

Suatu potensial tertentu yang dikandung setiap metal yang bertendensi

untuk berkarat atau teroksidasi disebut potensial elektroda. Potensial ini

bergantung pada kondisi metal dan kondisi larutan penghantar. Potensial elektroda

didapatkan dengan mengukur selisih tegangan listrik antara metal yang diukur

dengan elektroda hidrogen standar apabila keduanya dimasukan ke dalam larutan

penghantar. Zat hidrogen masuk ke dalam larutan penghantar melalui reaksi

sebagai berikut:

H2 2H+ + 2e …(8)

Apabila elektroda seng dihubungkan dengan potensiometer, tercatat bahwa

potensial elektroda hidrogen lebih tingi 0.76 volt dibanding potensial elektroda

seng.

2.2.2.Korosi Suhu Rendah dan Suhu Tingi

Pada umumnya logam-logam pada suhu tingi sangat mudah rusak, karena

adanya reaksi yang yang cepat dengan oksigen dari udara. Kecuali logam mulia

yang mempunyai daya affiniteit yang sangat rendah terhadap oksigen, sehinga

terbentuk lapisan oksida yang sangat tipis. Apabila dipanaskan maka oksida

tersebut akan terurai kembali. Sebagai contoh perak, di atas 1800C tidak akan

Page 7: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

terbentuk oksida lagi, juga paladium pada 4500C terjadi hal yang sama. Wolfram

yang dipanaskan di udara maka tidak menunjukan perubahan warna yang nyata,

hanya beratnya bisa berkurang karena terjadinya penguapan dari oksida yang

terjadi.

Pada logam-logam ringan kecuali alumunium, oksidanya tidak membentuk

lapisan yang cukup kedap (tidak dapat embus air), hinga pada suhu tingi akan

lebih mudah teroksidasi, sambil memancarkan cahaya (magnesium). Pada besi

sebenarnya terjadi lapisan oksida yang merata dan kedap, tapi sering retak karena

molekul oksida besi lebih besar dari besinya dan timbul dorongan sesamanya, dan

oksigen dapat berdifusi lagi ke dalamnya, sehinga proses oksidasi dapat

berlangsung lagi. Faktor penentuan terjadinya proses ini adalah suhu dan waktu,

maka semakin tingi suhu maka kecepatan oksidasi juga meningkat dengan cepat.

Meskipun oksidasi umumnya mengacu pada reaksi menghasilkan elektron, istilah

ini juga digunakan untuk menunjukan reaksi yang terjadi antara logam dan udara

(oksigen) di dalam lingkungan air atau fase berair. Scaling, tarnishing, dry

corosion kadang-kadang digunakan untuk mengambarkan fenomena ini. Karena

hampir setiap logam dan paduan logam akan bereaksi dengan udara pada suhu

tingi, maka ketahanan oksidasi harus diperhatikan dalam aplikasi metalurgi

teknik. Karena peningkatan suhu ini, oksidasi logam juga meningkat. Seperti

dalam aplikasi untuk turbin gas, mesin roket dan suhu tingi system petrokimia.

Korosi di kilang Petrokimia dapat diklasifikasikan menjadi korosi suhu

rendah, diangap terjadi di bawah suhu 2600C (5000F). Korosi suhu rendah ini

mengharuskan adanya air sebagai elektrolitnya. Sedangkan korosi suhu tingi

terjadi berkisar diatas 2600C (5000F). Air tidak diperlukan dalam korosi ni karena

korosi terjadi oleh reaksi langsung antara logam dengan lingkunganya. Karat suhu

tingi yang terjadi pada sudu-sudu pertama dari turbin gas bekerja di bawah suhu

antara 6500C atau di bawah 7000C. Sudu-sudu tersebut mengalami serangan

oksidasi yang sangat cepat (acelerated oxiadation).

2.2.3.Wet Corosion dan Dry Corosion

Korosi adalah reaksi kimia antara logam dan lingkunganya yang berakibat

mengalirnya arus listrik. Lingkungan yang dimaksud adalah lingungan yang

Page 8: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

berair, tetapi ini tidak berarti bahwa korosi tidak terjadi bila air tidak ada. Banyak

reaksi korosi dapat berlangsung di lingkungan yang dikatakan kering. Selain itu

ingat bahwa korosi dapat erjadi di udara karena kandungan uap air, serta bahan-

bahan ionik cukup untuk menyebabkan korosi seperti bila logam direndam dalam

air. Keberadan air dan bahan ionik saling menunjang: arus hanya dapat diangkut

melalui air oleh ion-ion bebas, sementara air menyebabkan terurainya padatan

ionik menjadi on-ion bebas yang dibutuhkan. Sebagai contoh untuk menunjukan

bahwa arus listrik mengalir dalam larutan hanya bila larutan itu mengandung ion-

ion, misalnya larutan natrium klorida berpelarut air, seandainya ion-ion tidak ada,

seperti pada spiritus putih, atau hanya sedikit sekali pada air murni, aliran arus

tidak ada dan karena itu aliran listrik tidak terbentuk.

Wet corosion terjadi ketika ada fasa cair yang terlibat dalam proses korosi.

Korosi ini biasanya melibatkan larutan berair atau elektrolit. Contoh yang sering

dijumpai adalah korosi besi karena berada dilngkungan berair. Dry corosion

terjadi karena tidak adanya fasa cair atau fasa diatas tik embun dari lingkungan.

Penyebab dari korosi ni adalah uap air dan gas- gas yang ada di lingkungan

sekitarnya. Korosi ini paling sering dikaitkan dengan suhu yang tinggi. Sebagai

contoh serangan korosi pada baja akibat dimasukan di dalam tungku pembakaran.

2.3. Morfologi Korosi

2.3.1.Korosi Permukaan Yang Merata atau Menyeluruh (Uniform/ General

Corrosion)

Korosi jenis ini ditandai oleh proses elektrokimia yang berlangsung secara

merata di seluruh permukaan bahan. Logam yang mengalami kerusakan lambat

laun menjadi tipis dan akhirnya tidak dapat berfungsi sebagai konstruksi alat

(peralatan proses).

2.2.2. Korosi Permukaan Yang Terlokalisir/ Setempat (Localized Corrosion)

1. Pitting Corrosion

Pitting corrosion adalah bentuk perusakan lokal yang terjadi karena pada

posisi tertentu dipermukaan bahan, laju pelarutan jauh melebihi daerah lain

disekitarnya. Pitting dimulai oleh absoprsi anion, pada tempat kedudukan dimana

terdapat cacat. Cacat ini dapat berupa guratan, dislokasi, cacat struktur atau

Page 9: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

perbedaan komposisi bahan. Ion Klorida mampu memeprcepat perlarutan atom-

atom bahan logam yang kemungkinan terbentuk pit.

2. Stray Current Corrosion

Stray current corrosion adalah suatu bentuk korosi yang disebabkan oleh

sumber arus yang berada di laur sistem. Korosi ini dapat menyebabkan sebagian

konstruksi logam yang terbenam di dalam tanah berair habis tanpa diketahui.

3. Korosi Galvanik (Bimetal Corrosion)

Korosi galvanik atau bimental corrosion adalah suatu bentuk korosi yang

terjadi bila 2 (dua) logam yang tidak sama berhubungan secara elektrik dan berada

dalam lingkungan yang korosif. Pada keadaan demikian terbentuk beda potensial

yang menyebabkan mengalirnya elektron atau timbul arus listrik, sehingga logam

mudah terkorosi menjadi anodik dan logam yang lebih tahan korosi menjadi

katodik.

4. Crevice Corrosion

Crevice corrosion adalah bentuk khusus dari pitting corrosion. Beberapa

tahun yang lalu masih dianggap bahwa bentuk ini disebabkan karena perbedaan

konsentrasi ion logam dan konsentrasi antara celah dan daerah sekitarnya.

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa memang ada perbedaan konsentrasi

saat berlangsungnya korosi, namun hal ini bukan penyebab utama. Faktor lain

yang dominan adalah migrasi ion-ion tertentu (terutama klorida), ke dalam celah

untuk keseimbangan muatan. Hal ini disebabkan oleh kelebihan muatan positif

karena pelarutan logam di dalam celah.

5. Korosi Selektif (Selective Corrosion)

Korosi selektif adalah korosi dalam bentuk pemisahan selektif dari satu atau

lebih komponen dari paduan logam. Sebagai hasilnya akan tertinggal logam yang

lebih mulia berupa kerangka struktur semula yang berongga. Contoh

dezincification pada paduan kuningan (alloy tembaga), dimana seng terkorosi

dengan meninggalkan rongga berpori yang terdiri dari tembaga dan unsur

paduannya.

6. Korosi Erosi (Erosion Corrosion)

Page 10: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

Korosi erosi adalah gejala percapatan laju korosi oleh erosi atau gerakan

relatif antara lingkungan korosif dan permukaan logam. Gerakan ini biasanya

sangat cepat dan dapat menyebabkan terjadinya keausan atau abrasi.

7. Kavitasi (Cavitation Demage)

Cavitation demage adalah suatu bentuk khusus dari korosi erosi yang

disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung-gelembung uap dalam cairan

dan dipermukaan logam. Kerusakan seperti ini sering terjadi pada turbin, impeller

pompa dan pada permukaan dimana terdapat laju alir yang tinggi dan perubahan

tekanan.

8. Fretting Corrosion

Fretting corrosion adalah gejala korosi yang terjadi pada permukaan

bahan yang berkontak kerana vibrasi atau slip. Bantuk ini disebut juga sebagai

friction oxidation, chating, wear oxidation atau falsibrinelling. Korosi ini tampak

sebagai pit atau alur di permukaan logam yang dikelilingi oleh produk korosi.

Korosi jenis ini adalah bentuk khusus dari korosi erosi yang terjadi di atmosfer.

9. Korosi Antar Butir (Intergranular Corrosion)

Korosi antar butir sering terjadi baja tahan karat sebagai akibat dari proses

heat treatment atau pengelasan. Dalam keadaan tertentu bidang antarmuka butiran

menjadi reaktif sehingga terjadi korosi lokal disekitar batas butir. Reaktifitas yang

tinggi pada batas butir dapat disebabkan oleh sebagai berikut: adanya unusr-unsur

pengotor, pengkayaan (enrichment) salah satu unsur pemadu, pengurangan unsur-

unsur tersebut pada daerah batas butir.

10. Cracking

Bahan konstruksi logam yang mengalami kerusakan dalam bentuk retak

atau patah, umumnya dapat dilihat dengan jelas secara visual. Tetapi untuk

mengetahui tipe kerusakan ini secara lebih mendetil diperlukan pengkajian

mikrokopis.

1) Kelebihan Beban (Overload), cracking dapat terjadi karena beban menanggung

beban yang melebihi tensile strength. Kerusakan dapat berupa patah ulet atau

patah getas tergantung kekerasan bahan dan temperature operasi.

Page 11: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

2) Korosi Lelah (Fatigue Corrosion), korosi lelah didefinisikan sebagai

berkurangnya daya tahan logam terhadap kelelahan dalam media korosif.

Korosi lelah sering dijumpai pada keadaan dimana terjadi pitting. Pit yang

terbentuk merupakan stress raisers dan titik awal dimana retakan dimulai.

3) Hydrogen Damage, kerusakan karena hidrogen adalah istilah umum yang

menyatakan kerusakan mekanis suatu logam yang disebabkan oleh hidrogen.

Kerusakan karena hidrogen dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) tipe,

yaitu: Hydrogen Blistering, Hydrosgen Embrittlement, Decarbonization,

Hydrogen Attack

4) Stress Corrosion Cracking, didefinisikan sebagai kegagalan spontan suatu

logam karena retak dan patah karena pengaruh gabungan antara tegangan tarik

dan korosi.

2.4. Corrosion Cost

Berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh korosi (corrosion cost) dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

1. Kerugian Langsung (Direct Cost)

Kerugian langsung akibat korosi ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk

penggantian peralatan yang rusak karena korosi, sehingga tidak dapat digunakan

lagi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerugian akibat krosi diberbagai

negara adalah kira-kira 5 % dari GNP.

2. Kerugian Tidak Langsung (Indirect Cost)

Kerugian tidak langsung adalah biaya yang timbul karena adanya

gangguan operasi yang disebabkannya, anatara lain yaitu:

1) Terhentinya operasi pabrik.

2) Kontaminasi produk.

3) Ancaman terhadap keselamatan.

4) Biaya perawatan ekstra.

5) Biaya operasional ekstra.

2.5. Kinetika dan Termodinamika

Page 12: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

Untuk menjelaskan peristiwa korosi terutama korosi dalam larutan

elektrolit, maka kita harus mengetahui terori elektrokimia sebagai dasarnya.

Besarnya perubahan energi bebas dari suatu reaksi elektrokimia dapat dinyatakan

dengan persamaan berikut:

G = - n F E …(4)

Dimana:

G = Perubahan energi bebas

n = Jumlah elektron yang terlihat dalam reaksi

F = Konstanta Faraday

E = Potensial sel

Untuk menghitung harga E dari suatu reaksi eletrokimia digunakan persamaan

Nernst, yaitu:

E = …(5)

Persamaan ini diturunkan dari penggabungan persamaan G = Go + R T ln Kc

dan hubungan Go = - n F Eo dan G = - n F E.

Dimana:

Go = Perubahan energi bebas pada keadaan standar

Eo = Potensial sel standar

R = Konstanta gas ideal

T = Temperature

Jadi perubahan energi bebas dari suatu reaksi elektrokimia (korosi) dapat

dihitung dari potensial sel reaksi. Harga absolut potensial ini tidak dapat diukur.

Potensial itu dibandingkan terhadap suatu sistem lain sebagai reference. Didalam

parktek yang digunakan sebagai pembanding tersebut adalah sistem H+/ H2 yang

pada kondisi standar Eo H+/ H2 adalah 0 eV.

2.6. Satuan Laju Korosi

Laju korosi biasanya dinyatakan dengan 2 (dua) cara, yaitu: berdasarkan ke

dalaman penetrasi dan berdasarkan jumlah berat yang hilang. Bebarapa besaran

laju korosi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

1) IPY = Penetrasi dalam satuan in. per year

Page 13: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

2) MPY = Penetrasi dalam satuan mil per year

3) IPM = Penetrasi dalam satuan in. per mounth

4) MMPY = Pnentrasi dalam satuan milimeter per year

5) GMD = Gram per meter squere per day

6) MDD = Miligram per desimeter squere per day

Satuan ini menyatakan besarnya penetrasi atau kehilangan berat dari logam

tanpa mengikuti sertakan produk korosi yang masih melekat pada permukaan atau

yang sudah terlarut.

2.7. Teknik Pengendalian Korosi

Proses korosi dapat dikendalikan dengan menekan laju reaksi oksidasi

(anoda) atau reaksi reduksi (katoda) atau dengan mencegah kontak langsung

antara lingkungan dengan bahan konstruksi logam yang bersangkutan. Pada

dasarnya kalau di dalam sistem tidak terjadi perpindahan elektron, proses

elektrokimia tidak akan berlangsung.

Bertolak dari kenyataan itu, teknik-teknik pengendalian korosi yang dikenal

dikelompokkan secara sederhana menjadi 5 (lima) kelompok, sebagai berikut:

1. Proteksi Katodik

Pada diagram sistem korosi terlihat bahwa laju korosi mendekati nol apabila

poetnsial sistem bergeser ke arah negatif mendekati Eo logam M. untuk mencapai

keadaan itu kepada struktur konstruksi yang akan dilindungi harus disuplai arus

tandingan sebesar Iapp dari suatu sumber arus searah. Teknik ini dikenal dengan

teknik arus tandingan atau impressed current. Pada teknik arus tandingan

digunakan rectifier yang merubah arus bolak-balik menjadi searah, sebagai

sumber arus searah.

2. Proteksi Anodik

Proteksi anodik adalah kebalikan dari protensi katodik. Teknik ini hnaya

bisa diterapkan pada bahan konstruksi yang mempunyai sifat pasif.

3. Inhibisi

Laju reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh adanya senyawa lain, meskipun

senyawa itu hanya terdapat dalamjumlah yang kecil. Karena proses korosi adalah

reaksi kimia, maka hal ini berlaku untuk sistem konstruksi logam dan

Page 14: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

lingkungannya. Senyawa-senyawa kimia tertentu secara spesifik dapat teradsopsi

di permukaan struktur logam, dimana proses korosi berlangsung dan

berinterferensi baik dengan reaksi anodik maupun reaksi katodik. Interferensi

tersebut menyebabkan reaksi anodik dan katodik terhambat, sehingga secara

keseluruhan proses korosi juga terhambat. Senyawa yang mempunyai kemampuan

seperti ini disebut inhibitor korosi, yang digunakan sebagai pengedali korosi.

Teknik pengendalian seperti ini dikenal sebagai teknik inhibisi.

4. Pengendalian Lingkungan

Proses korosi dapat dipandang sebagai serangan komponen-komponen

senyawa kimia yang terkandung di dalam lingkungan terhadap konstruksi logam

yang bersangkutan. Oleh sebab itu agresifitas lingkungan berhubungan dengan

jumlah dan jenis komponen yang terkandung didalamnya. Semakin banyak

komponen agresif, maka semakin tinggi laju korosi atau sebaliknya. Dengan

gambaran seperti itu proses korosi dapat dikenalikan dengan jalan mengurangi

jumlah komponen agresif di dalam lingkungan. Beberapa cara yang dilakukan,

antara lain:

1) Mengeluarkan oksigen dari sistem.

2) Menambahkan bahan yang dapat mengikat komponen agresif ke dalam sistem.

3) Mengedalikan pH agar berada dalam selang harga yang aman.

5. Pelapisan Permukaan

Pada permukaan konstruksi dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai

sifat kedap terhadap penetrasi senyawa kimia dan mempunyai daya hantar listrik

sangat rendah. Bahan yang dapat digunakan sebagai lapisan pelindung eksternal

beraneka ragam. Namu secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi beberapa

macam, yaitu:

1) Lapisan Lindung Logam

2) Polimer atau Plastik

3) Elastomer

4) Lapisan Lindung Organik

Page 15: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1.Alat

1) aqua gelas bekas ( 9 cangkir )

2) logam : paku besi (9 buah) dan seng 4 X 4 cm (3 buah)

3) amplas kasar dan halus

4) baterai ukuran AA (3 buah)

5) kabel biasa satu meter

6) palu

3.1.2. Bahan

1) Larutan NaOH 1 N

2) Larutan HCl 1 N

3) Air ledeng

3.2. Prosedur Percobaan

1) Amplas logam yang akan digunakan, lalu cuci dengan aquadest kemudian

celup kedalam HCl.

2) Timbang berat awal logam setelah dibersihkan.

3) Rangkai logam yang telah dibersihkan.

4) Siapkan 2 cawan berisi larutan yang telah ditentukan (HCl 1 N, NaOH 1 N, air

ledeng) dengan volume yang memadai untukk pengujian.

5) Masukkan logam yang telah dirangkai dengan baterei kedalam cawan yang

telah berisi larutan.

6) Masukkan logam pembanding (paku besidan gabungan paku besi dan seng)

dalam cawan yang berbeda dengan larutan yang sama. Perlu dingat bahwa

Page 16: 114025581 Laporan Pendahuluan OTK KOROSI

logam pembanding ini sama dengan logam yang dirangkai dan dicelup pada

waktu bersamaan.

7) Catat waktu pencelupan jenis logam, jenis larutan dan fenomena yang terjadi

pada logam (3 x 24 jam).

8) Angkat benda uji dari cawan setelah waktu yang telah ditentukan.

9) Bersihkan logam dari produk kororsi (oksida) dengan cara diamplas dan dicuci

dengan air ledeng, kemudian keringkan.

10) Timbang lagi berat benda setelah dibersihkan.