tinjauan pustaka sedimentasi

Upload: hasnakeren

Post on 07-Aug-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    1/12

     

    II-1

    Luas

    Penampang

    Gaya

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA 

    II.1 Dasar TeoriII.1.1 Fluida

    Fluida adalah suatu materi yang berubah bentuk secara terus-menerus

    dibawah aplikasi pergeseran tekanan tidak peduli seberapa kecil pergeseran

    tekanan yang terjadi. Jadi, fluida meliputi fase cairan dan gas (vapor ) dari bentuk

    fisiknya. Perbedaan antara sifat fluida dan padatan sudah jelas jika

    membandingkan dengan perilaku fluida dan padatan. Padatan berubah bentuk

    ketikan pergesaran tegangan terjadi, tetapi tidak selalu berubah bentuk (Fox &

     McDonald, 1985).

    Gambar II.1 Fluida

    Aliran dan perilaku fluida penting dalam berbagai macam proses dalam

    mekanik. Dalam proses industri, banyak material yang berada dalam bentuk fluida

    dan harus disimpan, ditangani, dipompa, dan diproses, sehingga perlu kitamenjadi akrab dengan prinsip-prinsip umum aliran fluida dan juga alat-alat yang

    digunakan (Geankoplis, 1993).

    II.1.2 Jenis - Jenis Fluida

    Fluida dapat berada dalam keadaan diam atau bergerak. Fluida diam

    disebut fluida statis dan fluida bergerak disebut fluida dinamis. Berdasarkan

    definisi, fluida seharusnya berubah bentuk secara terus menerus ketika pergeseran

    tegangan(tekanan) dari besaran yang diberikan.

    a.  Menurut Fox & McDonald (1985), Fluida dapat berada dalam keadaan diam

    maupun bergerak. Berikut adalah penjelasan tentang fluida statis dan fluida

    dinamis :

    1.  Fluida Statis 

    Gambar II.2 Contoh Fluida Statis

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    2/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-2

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    P = Po + ρogh

    Keterangan :

    P0  = tekanan udara

    P = tekanan zat cair

    h = ketinggian

    r = jari-jari wadah

    Dalam fluida statis, atau fluida yang menjalani gerakan yang kaku, sebuah

     partikel fluida menahan ciri khasnya sepanjang waktu. Tidak adanya pergerakan

    relatif menyiratkan tidak adanya suatu pergesaran tegangan. Karena tidak ada

    gerakan relatif dalam di dalam fluida, sehingga tidak terbentuk elemen fluida. Ada

    dua tipe gaya yang ada dalam sebuah fluida yaitu tekanan pada seluruh badan fluida

    dan tekanan permukaan. Persamaan tekanannya pada basis volume adalah

    Untuk kebanyakan situasi secara praktiknya, variasi (g) dianggap tidak ada.

    Hanya untuk situasi semacam komputasi dengan begitu akurat perubahan tekanan

    yang melebihi perbedaan elevasi akan bervariasi sehingga (g) dibutuhkan. Fluida

    ideal yang paling simpel adalah fluida inkompresibel. Persamaan untuk tekanan

     pada fluida ini adalah

    2.  Fluida Dinamis

    Gambar II.3 Contoh Fluida Dinamis

    Keterangan :

    A1  = Luas permukaan pipa 1

    A2  = Luas permukaan pipa 1

    V1  = Volume pada pipa 1

    V2  = Volume pada pipa 1

    Asumsi bahwa sebuah fluida dapat diperlakukan secara pendistribusian

    materi terus menerus secara langsung pada keadaan nyata mewakili sifat-sifat suatu

    fluida. Densitas dan kecepatan medan dihubungkan melalui konservasi massa (Fox

    & McDonald, 1985).

    Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan sifatnya,

    yaitu fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan dapat diklasifikasikan

     berdasarkan hal berikut: b. Berdasarkan kemampuan menahan tekanan :

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    3/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-3

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    1. Fluida incompressible ( tidak termampatkan )

    Fluida  incompressible adalah fluida yang tidak dapat dikompressi atau volumenya

    tidak dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga -nya (massa jenisnya) konstan.

    2. Fluida compressible ( termampatkan ): Fluida  compressible adalah  fluida yang dapat dikompressi atau volumenya dapat

    ditekan menjadi lebih kecil sehingga -nya (massa jenisnya) tidak konstan.

    c. Berdasarkan struktur molekulnya :

    1. Cairan

    Fluida yang cenderung mempertahankan volumenya karena terdiri atas molekul-

    molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat dan fluida cairan praktis

    tak compressible.

    2. Gas 

    Fluida yang volumenya tidak tertentu karena jarak antar molekul-molekul besar dan

    gaya kohesifnya kecil sehingga gas akan memuai bebas sampai tertahan oleh

    dinding yang mengukungnya. Pada fluida gas, gerakan momentum antara

    molekulnya sangat tinggi, sehingga sering terjadi tumbukan antar molekul.

    d.  Berdasarkan tegangan geser yang dikenakan :

    1. Fluida Newton

     F luida yang memiliki hubungan linear antara besarnya tegangan geser yang

    diberikan dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan.

    2. Fluida non Newton

    Fluida yang memiliki hubungan tidak linear antara besarnya tegangan geser dengan

    laju perubahan bentuk sudut.e.  Berdasarkan sifat alirannya :

    1. Fluida bersifat Turbulen

    Fluida bersifat turbulen alirannya mengalami pergolakan (berputar-putar).

    2. Fluida bersifat Laminar  (stream line) 

    Fluida bersifat laminer alirannya memiliki lintasan lapisan batas yang panjang,

    sehingga dikatakan juga aliran berlapis-lapis.

    II.1.3 Pengertian Sedimentasi

    Sedimentasi merupakan proses pemisahan suatu suspensi menjadi cairan bening

    dan  slurry  yang konsentrasi zat padatnya lebih besar. Prinsip mekanika partikel yang

    mendasari peristiwa sedimentasi adalah pemisahan karena adanya perbedaan berat jenis.

    Apabila partikel dari keadaan diam terhadap fluida tempat partikel terendam, lalu bergerak

    melalui fluida, maka gerakan tersebut dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap percepatan awal,

    tahap selama kecepatan berubah dari nol hingga kecepatan terminal. Periode ini hanya

     berlangsung selama sepersepuluh detik atau kurang, dan tahap ketika partikel mengalami

    kecepatan terminalnya (McCabe, Smith, & Harriot, 1993). 

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    4/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-4

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Gambar II.4 Contoh Proses Sedimentasi

    Sedimentasi merupakan proses perpindahan posisi oleh material solid dari suatu

    fluida, biasanya dalam suatu udara atau air dari siatu suspensi. Sedimentasi banyak diamati

    di alam dalam pembentukan bebatuan dan lapisan bijih. Salah satu cabang yang paling

     penting dalam geologi, sedimentologi atau sedimen petrologi, ilmu yang mempelajari

    keaslian batu dengan metode ini. Sedimentasi juga suatu ilmu yang besar dan penting

    dalam bidang industri, terutama dalam bidang pertambangan dan industri kimia (Bustos,Concha, Burger, & Tory, 1999).

    II.1.4 Macam-Macam Sedimentasi

    a.  Cara Batch 

    Untuk skala laboratorium sering digunakan proses Batch yang menggambarkan

     proses sedimentasi sederhana. Percobaan skala laboratorium dilakukan pada suhu

    uniform untuk menghindari gesekan fluida atau konveksi karena perbedaan

    densitasnya yang dihasilkan dari perbedaan suhu.

    Ketika  slurrry dicairkan diendapkan oleh gravitasi menjadi fluida yang lebih jernih dan  slurry dengan konsentrasi yang lebih tinggi, proses ini disebut

    sedimentasi atau terkadang disebut juga thickening . Uji secara  Batch dilakukan

    untuk menggambarkan mekanisme pengendapan dan metode penentuan kecepatan

     pengendapan.Pada awal sedimentasi  Batch, konsentrasi padatan sepanjang silinder

    (zona B) uniform. Segera setelah proses mulai, seluruh partikel suspensi solid. Jatuh

     bebas melalui fluida pada kecepatan maksimumnya dibawah, kondisi hidered

     settling  yang ada. Partikel-partikel padat jatuh bebas pada kecepatan yang sama dan

    membentuk garis pembatas tajam antara cairan jernih  supernatant (zona A) dan

    zona suspensi (zona B) serta  slurry. Didalam  slurry  yang mengandung partikel-

     partikel ukuran berbeda, partikel-partikel yang lebih besar akan mengendap lebih

    cepat dan mulai menumpuk, dimana zona D dan zona transisi C yang mengandung

     padatan yang bervariasi antara konsentrasi zona B dan zona D mulai nampak.

    Setelah pengendapan lebih jauh atau pada kondisi kecepatan pengendapan

    kompresinya, zona B dan zona C tidak nampak tetapi hanya terdapat  slurry pekat

     pada zona D.

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    5/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-5

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Gambar II.5 Sedimentasi dengan Proses Batch 

    Keterangan :

    A = Larutan suspensi yang seragam (konsentrasi tertentu)

    B = Zona pengendapan setelah waktu t

    C = Kecepatan kompresi zona D

    D = Tinggi interface versus waktu pengendapan

    (Geankoplis, C.J., 2003)

     b.  Cara Semi- Batch 

    Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk

    saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa  slurry  yang masuk atau beningan

    yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch  bisa dilihat pada gambar berikut : 

    Gambar II.6 Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch

    c.  Cara Continue 

    Pada cara ini, ada cairan  slurry  yang masuk dan beningan yang dikeluarkan

    secara kontinyu. Saat  steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme

    sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

    Gambar II.7 Mekanisme Sedimentasi Continue

    Tinggi

    Kecep.konstan

    Kecep.kompresi

    Waktu, tt1

    Z0

    Z

    Z1

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    6/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-6

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1.5 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Proses Sedimentasi

    Besarnya kecepatan pengendapan tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

    a.  Konsentrasi

    Jika konsentrasi yang semakin besar maka drag force  juga semakin besar.

     Drag force atau gaya seret ini bekerja pada arah yang berlawanan dengan gerakan

     partikel dalam fluida. Gaya seret ini disebabkan oleh adanya transfer momentum

    yang arahnya tegak lurus permukaan partikel dalam bentuk gesekan. Maka, dengan

    adanya drag force  yang arahnya berlawanan dengan arah partkel ini akan

    menyebabkan gerakan partikel menjadi lambat. Dengan adanya kenaikan

    konsentrasi akan menurunkan kecepatan pengendapan.

     b.  Ukuran partikel

    Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel.

    Sedangkan kecepatan pengendapan berbanding terbalik dengan diameter partikel.

    Hal ini disebabkan karena gaya angkat yang dialami oleh partikel semakin besar

    dengan bertambah besarnya luas permukaan sehingga kecepatan pengendapan

    semakin menurun.

    Gambar II.8 Ukuran Partikel

    c.  Densitas partikel

    Setiap partikel dari jenis yang berbeda akan mempunyai densitas yang

     berbeda pula. Sedangkan densitas partikel berpengaruh langsung pada besarnya

    kecepatan pengendapan. Sedangkan kecepatan pengendapan berbanding lurus

    dengan densitas partikel, dimana semakin besar densitas partikel, semakin besar

     pula kecepatan pengendapannya ( Bhupakala, 2010). 

    d. 

    Jenis partikel

    Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang berpengaruh

    terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi kecepatan

     pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida yang statis. Densitas partikel yang

    semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil sedangkan gaya

    gravitasi semakin besar, sehingga resultan gaya ke bawah yang merupakan

     penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya gravitasi akan semakin besar

     pula. Ini berarti kecepatan pengendapannya akan semakin besar (Geankoplis, C.J.,

    1993).

    e.  Temperatur

    Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu,jadi dengan

    meningkatnya suhu maka pembentukkan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya (Sunarya, 2012).

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    7/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-7

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    f. 

     pH

    Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah

    dipengaruhi oleh pH (Sunarya, 2012).

    g.  Adanya perbedaan fasa cair dan fasa padat yang bersifat mudah mengendap

    Dengan perbedaan antara fasa dari larutan suspensi yang mudah mengendap

    tersebut, maka kecepatan pengendapan dari larutan tersebut akan semakin besar

    (larutan suspensi akan mudah mengendap secara gravitasi).

    h.  Sifat alami pelarut

    Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik

    seperti alkohol atau asam asetat.Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut

    organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat.Setiap

     pelarut memiliki kapasitas yang bebeda dalam melarutkan suatu zat,begitu juga

    dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang bebeda pada pelarut tertentu.

    i. 

    Pengaruh ion sejenisKelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang

    mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.

     j.  Pengaruh hidrolisis

    Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan

     perubahan konsentrasi H+,dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut

    mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.

    k. 

    Pengaruh ion kompleks

    Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan

    adanya pembentukkan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut.Sebagaicontoh,AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3,hal ini

    disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl (Droste, 1997).

    II.1.6 Gaya yang Bekerja Pada Proses Sedimentasi

    Pada setiap partikel yang mengendap, terdapat tiga gaya utama yang bekerja, yaitu :

    a.  Gaya gravitasi, (Fg)

    Gaya yang ditimbulkan akibat gaya gravitasi bumi, yang besarnya dinyatakan

    dengan persamaan berikut :

    mg  F  g      ………………………………….………. (1 ) 

     b. 

    Gaya apung, (F b)

    Gaya ini arahnya sejajar dengan gaya gravitasi tetapi mempunyai arah yang

     berlawanan arah. Jika partikel yang jatuh dianggap mempunyai massa sebesar m kg

    dengan kecepatan v m/dt, densitas   kg/m3, densitas fluida , kg /m3  dan Vp

    adalah volume partikel.

    Maka besar daya apung yang bekerja pada partikel sebesar :

     g V  g m

     Fb  p p

        

         …..……………………...……… ( 2 ) 

    dimana,  pm    / adalah volume partikel ( V p ) dalam m3 dan g adalah kecepatan

    gravitasi dalam m/s2.

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    8/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-8

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    c. 

    Gaya drag, (FD)

    Gaya ini terjadi jika ada gerakan relatif antar fluida dan partikel dan bekerja

    melawan arah gerakan dari partikel dan sejajar arah gesekan, tetapi berlawanan

    arah. Harga drag force  sebanding dengan kecepatan2/

    2

    v . Harga ini dilipatkandengan densitas fluida dan luas permukaan partikel yang terproyeksi pada arah

    gerakan partikel. Harga drag force dapat dihitung dengan persamaan berikut :

     Av

    C  F   D D    2

    2

      …………….………………..……( 3 ) 

    dimana CD ialah koefisien drag, dan tidak berdimensi.

    Gaya-gaya resultan yang bekerja pada partikel ialah Fg - Fb - Fd. Resultan ini

    harus sama dengan gaya yang bekerja selama berlangsungnya percepatan.

     Db g    F  F  F dt 

    dvm     ………………..…………………. ( 4 ) 

    substitusi persamaan (1), (2), dan (3) ke dalam persamaan (4), menghasilkan :

    2

    2 AvC  g m

    mg dt 

    dvm   D

     p

      

      

         …….………….……………..( 5 )

    Untuk menyelesaikan kecepatan terminal dalam persamaan 5, maka dv/dt = 0 dan

     persamaan menjadi :

        

        

     D p

     p

    C  A

    m g v

    2  …..………………………………….….. ( 6 ) 

    Untuk partikel berbentuk  spherical , 6/3

     p p Dm        dan 4/2

     p D A       sehingga

     persamaan (6) menjadi

      

        

     D

     p p

    t C 

     gDv

    3

    4     …………………….……………………….( 7 ) 

    dimana,

    vt = m/s atau ft/s

      = kg/m3 atau lb/ft

    g = 9,80665 m/s2 atau 32,174 ft/s2 D p = m atau ft

    Koefisien drag   ditentukan dengan cara eksperimen, untuk rigid sphere

    ditunjukkan sebagai fungsi bilangan Reynold

       /v D p  

    (Geankoplis, 1993).

    II.1.7 Mekanisme Proses Sedimentasi

    Proses sedimentasi yang dijalankan secara batch, seperti yang dijalankan di dalam

    laboratorium, digunakan untuk kapasitas kecil. Sedangkan sedimentasi secara kontinyu biasa digunakan di dalam industri dengan kapasitas besar (Dhira, 2007). 

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    9/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-9

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Gambar II.9 Mekanisme sedimentasi secara batch

    Keterangan gambar :

    A.  Cairan bening atau fluida bebas butiran

    B. 

    Bagian dengan konsentrasi seragam

    C. 

    Bagian dengan distribusi berbagai ukuran partikel dan konsentrasi tidak seragam

    D. 

    Bagian transisi atau titik kritis

    E.  Endapan partikel-partikel padat

    Suspensi dengan konsentrasi padatan yang seragam dimasukkan ke dalam tabung

    (gb.a) dan dibiarkan mengendap. Setelah proses pengendapan dimulai, suspensi di dalam

    tabung silinder terbagi menjadi beberapa bagian (gb.b). bagian dengan partikel padatan

    yang lebih berat akan mengendap lebih dulu (D), diatasnya terdapat bagian dimana terdiri

    dari distribusi berbagai ukuran dan konsentrasi partikel yang tidak seragam (C), bagian (B)

    adalah bagian dengan partikel-partikel yang berukuran hampir sama, dan mempunyaikonsentrasi yang seragam. Di atasnya adalah bagian yang terdiri dari cairan bening (A). 

    Selama sedimentasi berlangsung, maka ketinggian tiap bagian akan berubah (gb. b,

    c,d) dan akhirnya akan dicapai suatu keadaan dimana bagian B dan C akan hilang dan

    semua padatan akan mengendap (gb. e).

    Didalam sedimentasi secara kontinyu juga akan terdapat bagian-bagian yang sama

    dengan sedimentasi secara batch, tetapi pada saat keadaan  steady state umpan suspensi ke

    dalam penampungan sama tiap satuan waktu dengan  sludge  (lumpur) dan cairan bening

    yang dikeluarkan dari penampungan, sehingga tinggi masing-masing bagian akan konstan. 

    Proses sedimentasi secara kontinyu memakai alat yang disebut “thickener”.

    Sedimentasi secara batch memakai alat yang disebut silinder, maka suspensi dimasukkan

    dari atas, kemudian cairan bening dan padatannya dikeluarkan lewat bawah (Dhira, 2007). 

    Menurut Geankoplis (1983),  berdasarkan ada tidaknya pengaruh terhadap jatuhnya

    suatu partikel yang akan mengendap, proses sedimentasi terbagi menjadi dua yaitu :

    a.  Free Settling

    Peristiwa ini terjadi jika jumlah partikel dalam pengendapan cukup sedikit,

     partikel cukup jauh dari dinding dan jarak antara partikel satu dengan partikel

    yang lain cukup jauh, sehingga jatuhnya partikel dalam suatu fluida tidak

    dipengaruhi oleh dinding dan faktor benturan dengan partikel lain, maka laju

     pengendapan akan semakin cepat. Gaya total yang terdapat dalam partikel adalahsebagai berikut :

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    10/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-10

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    F = Fg  –  F b  –  Fd 

    F : Gaya total dalam partikel (N)

    Fg  : Gaya gravitasi efektif (N)

    F b  : Gaya friksi antara dinding dan partikel (N)

    Fd  : Gaya tarik (N)

    Partikel yang jatuh akan menjalani gerakan dipercepat dan akhirnya

    mengalami gerakan dengan percepatan konstan, dimana periode jatuhnya partikel

    merupakan hal yang sangat penting. Jika kita masukkan harga dari masing

    masing persamaan gaya pada persamaan yang terakhir dengan keadaan kecepatan

    dv/dt =0.

     b.   Hindered Settling  

     Hindered  terjadi apabila konsentrasi padatan itu tinggi, maka pertikel tidak dapat

    mengendap secara bebas, karena aliran pertikel yang satu akan mempengaruhi

    aliran disekitar partikel yang lain. Karena jumlah partikel cukup banyak, maka

     partikel yang satu dengan partikel yang lain akan saling berdesakan, sehingga

    kecepatan pengendapan partikel akan semakain kecil. Dalam pengamatan di

    laboratorium, kondisi seperti ini dapat terjadi jika digunakan peralatan dengan

    diameter kecil, maka partikel yang mengendap tersebut dipengaruhi oleh halangan

    (hindered ).

    c.  Kompresi

    Pada zona ini partikel-partikel berada dalam keadaan yang sangat dekat dengan

     partikel-partikel lainnya.  Liquid   yang berada diantara partikel-partikel tersebut

    akan dikeluarkan menuju ke zona liquid  yang jernih yang berada di atasnya, dari proses ini akan diperoleh endapan yang diharapkan.

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    11/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-11

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.2 Aplikasi Industri

    PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN KOAGULAN PADA

    UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH BATUBARAOleh

    Praswasti PDK Wulan, Misri Gozan, Hardi Putra

    2010

    Kegiatan penambangan batubara di tanah air tentunya memiliki dampak bagi

    makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, baik itu yang bersifat positif maupun negatif.

    Secara umum dampak positif yang dihasilkan adalah terbukanya lapangan kerja baru serta

    menambah pendapatan daerah tempat dilakukannya penambangan. Sedangkan dampak

    negatif yang muncul antara lain adalah terganggunya lingkungan area penambangan yang

    dapat disebabkan oleh penebangan hutan/pembukaan lahan untuk tambang dan

    terbentuknya air asam tambang. Selain itu dihasilkan juga air limbah yang berasal dari coal

     processing plant   (CPP). Untuk menanggulangi dampak negatif tersebut perlu dilakukan

    usaha-usaha seperti, revegetasi untuk lahan yang telah selesai ditambang, pembuatansaluran air dan kolam untuk menampung dan mengolah air asam tambang serta air limbah

    dari coal processing plant (CPP). Penelitian ini bertujuan membandingkan keefektifan

     penggunaan koagulan pada air limbah pada sebuah industri batubara di Kalimantan Timur,

    sehingga dapat ditemukan koagulan yang efektif untuk mengatasi permasalahan Total

    Suspended Solid (padatan tersuspensi total) pada fasilitas pengolahan limbah cair. Terdapat

    dua jenis koagulan yang rencananya akan digunakan untuk dibandingkan kinerjanya

    dengan tawas, yaitu  Poly  aluminium Chloride (PAC) dan koagulan produk Nalco, yaitu

     Nalcolyte 8100. Data-data yang akan dihasilkan diantaranya adalah konsentrasi

     penambahan koagulan per satuan volume limbah; waktu reaksi yang dibutuhkan untuk

     proses sedimentasi; volume endapan terbentuk.

    Metode penelitian yang digunakan adalah Jar tes dan mengukur pH. Jar tesmerupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses koagulasi. Data yang

    didapat dengan melakukan jar tes antara lain dosis optimum penambahan koagulan, lama

     pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar tes yang dilakukan adalah untuk

    membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mengendapkan padatan

    tersuspensi yang terdapat pada air limbah di WMP 5L CPP. Koagulan yang digunakan

    adalah tawas,  Poly Aluminium Chloride (PAC) dan  Nalcolyte 8100. Metode jar tes yang

    dilakukan menggunakan 10 ml PAC/Nalco atau 10 gram tawas kemudian dilarutkan dalam

    1000 ml air/ aquades. Setelah larutan koagulan jadi maka perbandingannya adalah untuk

    setiap 1 ml yang dilarutkan dalam 1000 ml sampel limbah sama dengan 10

     ppm.Penambahan koagulan dengan dosis yang berbeda-beda untuk masing-masing wadah.

    Kemudian melakukan pengadukan selama satu menit untuk meratakan penyebarankoagulan sehingga kinerja dari koagulan bisa efektif .

    Percobaan jar tes ini dikondisikan dengan keadaan di lapangan nantinya dimana

     pengadukan dilakukan secara manual dan air yang digunakan sebagai pelarut koagulan

    adalah air keran yang berasal dari sungai. Untuk proses koagulasi ini data yang didapat

    tidak bisa selalu dipakai untuk proses koagulasi jika menginginkan kondisi yang optimal

    seperti biaya pemakaian koagulan dan pemakaian kapur. Ada dua faktor utama yang

    menentukan pemakaian koagulan dan kapur, yaitu kondisi kekeruhan air limbah dan debit

    air limbah. Untuk masing-masing koagulan diambil dosis yang terbaik yang diketahui

    dengan mengukur turbiditas/kekeruhan dari masing-masing hasil jar tes. Kemudian hasil

     jar tes tersebut dikirim ke laboratorium Sucofindo.

    Hasil penelitian memperoleh Tawas 50 ppm dengan TSS 48 mg/l dan Kekeruhan84,9 NTU; PAC 150

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Sedimentasi

    12/12

    Laboratorium Transportasi FluidaProgram Studi D3 Teknik Kimia

    FTI - ITS

    II-12

     BAB II TINJAUAN PUSTAKA

     ppm dengan TSS 34 mg/l dan Kekeruhan 61,4 NTU; Nalcolyte 8100, 5 ppm dengan TSS

    40 mg/l dan Kekeruhan 70,6 NTU. Hasil jar tes menunjukkan bahwa endapan yang

    dihasilkan oleh koagulan tawas dan PAC bersifat tidak stabil sebab endapan yang

    dihasilkan memiliki ukuran partikel yang kecil, sehingga mudah mengalami gangguan dan

    dibutuhkan waktu yang cukup lama lagi untuk mengendap. Endapan yang dihasilkan olehkoagulan Nalcolyte 8100 memiliki ukuran partikel yang cukup besar sehingga proses

     pengendapan menjadi lebih cepat dan tidak mudah mengalami gangguan. Penggunaan

    masing-masing koagulan memerlukan waktu pengerukan/pembersihan kolam, yaitu :

    Tawas (50 ppm) = 4 hari sekali ; PAC (150 ppm) = 4 hari sekali ; Nalclyte 8100 (5 ppm) =

    6 hari sekali. Koagulan tawas merupakan koagulan yang sangat efektif bila dilihat dari sisi

     biaya penggunaan koagulan dibandingkan koagulan PAC dan Nalcolyte 8100 ; Koagulan

    nalco memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mengendapkan padatan tersuspensi,

    sebab memiliki waktu yang singkat untuk proses pengendapan, tidak membutuhkan

     penetralan pH