laporan ekwan serangga fiks

52
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN ‘’KEANEKARAGAMAN SERANGGA TERBANG YANG TERDAPAT DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS BENGKULU’’ Disusun Oleh Kelompok II Anggota: Meriana : F1D012039 Yuniza Fadli : F1D012032 Dwi Kencana Ningrum : F1D012015 Arisa Anugrah : F1D012052 Mawardi Andri : F1D010075 Medi Pamela : F1D010032 Dosen Pengampu Dra. Novia Duya, MS

Upload: meriana

Post on 17-Dec-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

berisi tentang serangga terbang capung universitas bengkulu

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMEKOLOGI HEWANKEANEKARAGAMAN SERANGGA TERBANG YANG TERDAPAT DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS BENGKULU

Disusun OlehKelompok IIAnggota:

Meriana : F1D012039Yuniza Fadli: F1D012032Dwi Kencana Ningrum: F1D012015Arisa Anugrah: F1D012052Mawardi Andri: F1D010075Medi Pamela : F1D010032

Dosen Pengampu Dra. Novia Duya, MS

JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BENGKULU2015

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan akhir praktikum Ekologi Hewan yaitu tentang Keanekaragaman serangga terbang yang terdapat di kawasan kampus Universitas Bengkulu ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hewan yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat laporan akhir praktikum ini sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar.Akhir kata, penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam laporan akhir praktikum ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan akhir praktikum berikutnya.

Bengkulu, 21 Mei 2015

Penyusun

iDAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN10. Latar Belakang10. Rumusan Masalah20. Tujuan Penulisan20. Manfaat Penulisan3BAB IIHASIL DAN PEMBAHASAN110. Keanekaragaman jenis180. Habitat Anura (Amphibi)30. Komposisi Komunitas 40. Struktur Komunitas Anura..................................................................... ....60. Pola Penyebaran..........................................................................................70. Keanekaragaman Ordo Anura.....................................................................9BAB IIIPENUTUP..10DAFTAR PUSTAKA11

iiBAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar belakangSerangga merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga yang sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti hutan-hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan (Siswanto dan Wiratno,2001). Tingginya keanekaragaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian yang dihasilkan. Kestabilan populasi hama dan musuh alaminya umumnya terjadi pada ekosistem alami sehingga keberadaan serangga hama pada pertanaman tidak lagi merugikan. Kenyataan tersebut perlu dikembangkan sehingga mampu menekan penggunaan pestisida untuk menekan serangga hama di lapangan, terutama pada tanaman-tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Siswanto dan Wiratno, 2001).Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal perkebunan dan persawahan kini sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan komoditas tersebut secara organik untuk terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis pada kelestarian ekosistem. Organisme yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman kini adalah serangga.Keanekaragaman serangga baik dalam hal kelimpahan dan kepunahan maupun kekayaannya juga sangat terkait dengan tingkat tropik lainnya. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang terjadi, baik diantara kelompok fungsional serangga maupun dengan tumbuhan yang selanjutnya akan membentuk keanekaragaman serangga itu sendiri. Penurunan keanekarangaman spesies serangga herbivora dapat menimbulkan efek domino terhadap keanekaragaman musuh alami serangga-serangga tersebut. Kemungkinan ini cukup beralasan karena serangga mendukung hampir setengah dari jumlah spesies predator dan parasitoid (Bernays, 1998).Alasan lainnya adalah sebagian besar spesies serangga berifat monofag. Dari hasil inventori yang dilakukan terhadap 5000 spesies serangga di Inggris diketahui bahwa 80% diantaranya bersifat monofag dan kurang dari 10% memakan tanaman lebih dari 3 famili (Schoonhoven et all., 1998). Selain itu setiap spesies serangga membutuhkan mikrohabitat yang unik atau spesifik. Semakin sedikit spesies tumbuhan yang dijumpai pada suatu areal, semakin sedikit variasi mikrohabitat yang tersedia dan semakin sedikit pula spesies serangga yang mampu didukungnya. Oleh karena itu upaya yang serius untuk menunjang ketersediaan mikrohabitat tersebut perlu dilakukan.Mengingat jumlahnya amat banyak serangga amat berperan bagi ekosistem dan bagi keberadaan manusia di bumi. May Berenbaum (1995), entomologist dari University of Illinois menyatakan peran serangga sebagai berikut: like it or not, insects are a part of where we have come from, what we are now, and what we will be. Beberapa contoh dapat disampaikan di sini, seperti penyuburan tanah, siklus nutrisi, propagasi tanaman, polinasi dan penyebaran tanaman, termasuk menjaga struktur komunitas hewan melalui rantai dan jaring makanan. Sebagai kelompok organisme yang amat penting bagi ekosistem, para ahli menyatakan bahwa keberadaan suatu spesies beberapa serangga dinyatakan sebagai keystone species, misalnya peran rayap sebagai dekomposer, atau pun serangga yang hidup dalam ekosistem akuatik, yang berperan dalam siklus nutrisi untuk kehidupan organisme di dalam air (Gullan dan Cranston, 2005)Contoh lainnya adalah nyamuk. Bila jentik nyamuk tidak ditemukan dalam suatu ekositem perairan, ratusan ikan harus mengubah cara makan mereka agar dapat tetap bertahan hidup. Tetapi masalahnya tidak sesederhana itu karena perilaku makan ikan sudah tercetak secara genetis, sehingga hilangnya jentik nyamuk dapat mengakibatkan matinya ikan yang akhirnya dapat berakibat terganggunya jaring dan rantai makanan (Fang, 2010) .Bagi manusia, tanpa kita sadari, sebagian besar makanan yang kita makan sekitar 50% keberadaannya tergantung pada serangga karena serangga membantu penyerbukan sekitar 80% dari semua tumbuhan yang berbunga yang ada di bumi. Kebergantungan manusia pada serangga tidak hanya terhadap makanan yang berasal dari tumbuhan tetapi juga makanan yang berasal dari hewan, karena hewan memakan tumbuhan yang keberadaannya banyak dibantu oleh aktivitas serangga.

1.2 Rumusan masalahBerdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian untuk mendapatkan data statistik keanekaragaman serangga Insekta di kawasan sawah universitas bengkulu.

1.3 Tujuan penelitian 1. untuk mengetahui keanekaragaman serangga terbang yang terdapat di lingkungan persawahan universitas bengkulu2. Untuk mengetahui kelimpahan serangga terbang yang ada di lingkungan universitas bengkulu 1.4 Manfaat penelitian1. Sebagai informasi bagi masyarakat dan mahasiswa mengenai Keanekaragaman2. Serangga Insekta yang terdapat di di kawasn sawah universitas bengkulu.3. Sebagai bahan Kajian bagi mahasiswa biologi khususnya mata kuliah Ekologi hewan yang berhubungan dengan serangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keanekaragaman Spesies Keanekaragaman spesies adalah perbandingan antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam suatu komunitas yang berkaitan dengan kestabilan lingkungan dengan komunitas yang berbeda. Keanekaragaman memiliki peranan penting untuk menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh turut campurnya manusia (Michael, 1994).Keanekaragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies di antara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Keanekaragaman yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila komunitas stabil. Ganggauan parah dapat menyebabkan penurunan yang nyata dalam keanekaragaman. Keanekaragaman yang besar juga mencirikan sejumlah besar populasi (Michael, 1994)

2.2. Tinjauan umum tentang SeranggaSerangga memiliki nama ilmiah Insecta, dan merupakan salah satu dari kelas binatang beruas atau Arthropoda. Serangga disebut juga heksapoda yang berasal dari kata heksa yang artinya 6 (enam) dan kata podos yang berarti kaki. Kelas insekta termasuk dalam sub filum Atelocerata. Insekta merupakan kelas terbesar dalam filum arthropoda, beranggota 675.000 spesies yang tersebar disemua penjuru dunia. Insekta merupakan invertebrata yang hidup di darat, di tempat kering dan dapat terbang (Jasin, 1993).Menurut Lilies (1991) kelas insekta dibedakan menjadi 2 subkelas yaitu subkelas Apterygota (serangga tak bersayap) clan subkelas pterygota (serangga bersayap). Kelas serangga herbivora terbagi dalam beberapa ordo diantaranya yaitu :2.2.1 Ordo ProturaTermasuk serangga primitif dengan tubuh hanya beberapa milimeter. Tidak mempunyai sayap, antena, dan mata, tetapi memiliki bintik hitam di kiri kanan kepala. Fungsi antena digantikan oleh kaki depan yang selalu diangkat ke atas, sehingga berjalan hanya dengan kaki depan dan belakang. Habitatnya di tempat sejuk dan lembap, seperti di bawah batu-batuan, serasah, tanah berhumus, batang pohon roboh, dan di kulit pohon. Terdiri atas lebih dari 100 jenis teridentifikasi.

2.2.2. Ordo DipluraLangsing dan kecil, berukuran 5-10 mm. Tidak bersayap dan tidak bermata, antena panjang. Ekornya berupa sepasang rambut atau pencapit. Hidup tersembunyi di tempat-tempat lembap, di bawah serasah, sampah, humus, batu-batuan, dan sebagainya. Gerakannya cepat dan takut cahaya. Makan tanaman segar atau busuk, jamur, dan binatang kecil. Jenis teridentifikasi sekitar 100 jenis.

2.2.3. Ordo Collembola (agas-agas)Termasuk serangga bertubuh kecil dengan panjang beberapa milimeter dan tidak bersayap. Antena cukup panjang, umumnya bermata. Di ujung bawah abdomen terdapat semacam ekor untuk meloncat. Menyukai lingkungan yang basah atau lembap, biasa ditemukan di antara lumut, humus, sampah, sarang semut dan rayap, gua, serta di sekitar perairan tawar maupun laut. Agas-agas yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata dan berekor pegas. Makanan utamanya spora dan semaian tanaman. Agas-agas yang hidup di permukaan air makan ganggang renik. Jenis teridentifikasi mencapai 1500.

2.2.4. Ordo Thysanura (perak-perak/renget)Menyukai lingkungan yang sejuk dan lembap seperti di hutan, kebun, dan juga lingkungan kering dalam rumah seperti pada laci meja, lemari pakaian, lemari buku, tumpukan kertas/karton, serta gudang. Beberapa hidup di sarang semut atau rayap. Tubuhnya gepeng mengecil ke belakang atau agak silindris, panjang 10-20 mm, bersisik putih keperak-perakan, kelabu, atau coklat kehitaman, dan mengkilat.Kepalanya agak besar, berantena panjang, bermata besar atau kecil, dan tidak bersayap. Jenis yang hidup di sarang semut atau rayap tidak bermata. Berekor berupa 2-3 rambut kaku panjang yang dinamakan sersi. Gerakannya cepat, umumnya menghindari tempat-tempat terang. Makanannya tumbuhan mati dan busuk, jamur, lumut, jili dan buku, kertas, dan juga pakaian. Jenis teridentifikasi sekitar 40 jenis, contoh yang biasa ditemukan dalam rumah adalah Lepisma saccharina.

2.2.5. Ordo Orthoptera (belalang, jangkrik)Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang.

2.2.5. Ordo Blattaria (lipas)Sudah hidup sejak zaman karbon (350-270 juta tahun yang lalu). Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Tepat di bawah mata terdapat cekungan tempat keluar antena filliform (bentuk benang). Di antara kedua pangkal antena terdapat mata tunggal yang disebut osellus.Lipas mempunyai mulut tipe penggigit dan pengunyah. Memiliki dua pasang sayap. Sayap depan disebut tegmina, liat seperti kulit atau perkamen, tidak tembus cahaya, untuk melindungi sayap belakang yang lebih besar, halus, tipis, transparan, serta digunakan untuk terbang. Habitatnya adalah hutan, pemukiman manusia, serta tempat gelap, kotor, dan lembap. Makanannya berupa daun yang mulai membusuk, ranting lapuk, bahan dan sisa makanan manusia, bahkan kotoran manusia.Dapat menularkan penyakit disentri (Entamoeba hystolica), lepra (Mycobacterium leprae), mycorysis yaitu keracunan saluran pencernaan akibat jamurAspergillus sp., serta menjadi inang cacing pita. Namun ada beberapa jenis yang hidup di hutan dan timbunan sampah yang berperan sebagai perombak sisa-sisa tanaman atau bangkai hewan sehingga membantu menyuburkan tanah.2.2.6. Ordo Mantodea (belalang)Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan.

2.2.7. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu)Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis, sisik dan pteron, sayap). Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan gengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti. (van Mastrigt dan Rosariyanto, 2005). Kupu-kupu dan ngengat amat banyak jenisnya. Di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Jenis ngengatnya sejauh ini belum pernah dibuatkan daftar lengkapnya, akan tetapi diduga ada ratusan jenis (Whitten dkk,1999).

2.2.8. Ordo Hymenoptera (tawon, lebah)Lebah madu adalah salah satu jenis serangga dari sekitar 20.000 spesies lebah. Saat ini ada sekitar tujuh spesies lebah madu yang dikenal dengan sekitar 44 subspesies. Semua spesies ini termasuk dalam genus Apis. Mereka memproduksi dan menyimpan madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Selain itu mereka juga membuat sarang dari lilin, yang dihasilkan oleh para lebah pekerja di koloni lebah madu.

2.2.9. Ordo Coleoptera (kumbang)Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan pada tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsan invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa decemlineata.Keanekaragaman spesies terdiri dari 2 komponen yakni :1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies2. Kesamaan spesies. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu(yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb) tersebar antara banyakspecies itu.Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk dan pemakan tumbuhan. Untung (1996) berpendapat bahwa setiap serangga mempunyai sebaran khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakasanakan pada tanggal 27 maret samapai 10 april 2015. Metode penelitian menggukan metode survey yaitu Pengambilan sampel artropoda secara langsung dengan menggunakan jaring (insecnet)

3.2.1.Alat Adapun alat yang di gunakan pada penelitian ini adalahjaring (Insectnet),Kamera, killing bottle, disechting set,botol aqua, Plastik

3.2.2 BahanAdapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalahalkohol 70 %, eter, kapas.

3.2.3. Cara kerja

Tahap persiapan1. Melakukan observasi ke lokasi penelitian2. Menentukan waktu Penelitian3.Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian

Tahap pelaksanaanPenangkapan dengan jaring (insectpnet).1.Melakukan Penangkapan dengan jaring secara langsung terhadap arthropoda yangberterbangan di sekitar lokasi (sawah di depan Basic Sains atau sekitar Kedokteran unib 2. Mimasukkan ke dalam killing botle agar mempercepat kematian serangga.3. Jika belum langsung diidentifikasi masukkan ke dalam alkohol 70 %.4.Jenis serangga yang tertangkap diidentifikasi.

3.2.4. Analisis data Perhitungan keanekaragaman Arthropoda dihitung dengan menggunakan rumus jumlah famili dibagi dengan akar jumlah total individu yang ada di lapangan (Michael, 1994)

Sedangkan perhitungan kelimpahan masing- masing famili yang paling dominan di lapangan adalah dengan menghitung jumlah individu satu famili terkoleksi dibagi dengan jumlah total individu seluruh famili selama pengamatan atau dapat ditulis dengan rumus (Michael, 1995).

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragam serangga yang terdapat di persawahan di depan Basic Sains dan di belakang gedung kedokteran universitas bengkulu, penelitian tersebut menemukan beberapa jenis serangga terbang yang tersebar di beberapa tempat yaitu di bawah pohon, di batang pohon dan di atas pohon dengan berterbangan, serangga tersebut ditanggap menggunakan metode penangkapan langsung dengan jaring. Hasill tangkapan jenis artropoda di identifikasi dan dikumpulkan berdasrkan famili dalam bentuk tabel berikut:Tabel keanekaragaman capungTabel 1 belakang gedung kedokteran NoNama daerahNama latinJumlah individuKelimpahanKelimpahan relatifFrekuensi

1Capung JarumIschnura senegalensis10,000843,920,03

2Capung HijauOrthetrum sabina150,19886,110,04

3Belalang HijauAtractomorpha crenulata10,000843,920,03

4Kupu-kupu CoklatBorbo cinnara30,00773,5910,09

5Kupu-kupu putihLeptosia nina20,002511,660,06

6Lebah maduApis cerana20,002511,660,06

7Kupu-kupu coklat mudaDoleschallia bisaltide10,000843,920,03

8Capung jinggaOrthetrum testaceum10,000843,920,03

9Belalang coklat belang-belangValanga nigricornis10,000843,920,03

10Belalang coklat panjangMoritala hmta10,000843,920,03

11Belalang coklat hijauBermius odontocercus20,002511,660,06

12Belalang coklat perut besar10,000843,920,03

13Bapak pucungPyrrocoris apterus20,002511,660,06

14Capung oren coklatOnychothemis coccinea10,000843,920,03

Total340,21442967,7010,61

Tabel 2 belakang gedung kedokteran NoNama daerahNama latinJumlah individuKelimpahanKelimpahan relatifFrekuensi

1Capung HijauOrthetrum sabina90.4096191,0270,64

2Belalang HijauAtractomorpha crenulata10,00502,3320,07

3Kupu-kupu putihLeptosia nina10,00502,3320,07

4Lebah maduApis cerana10,00502,3320,07

5Kupu-kupu coklat mudaDoleschallia bisaltide20,01967,8820,14

6Belalang coklat belang-belangValanga nigricornis30,044209,5240,21

7Belalang coklat hijauBermius odontocercus10,00502,3320,07

8Capung oren coklatOnychothemis coccinea20,01967,8820,14

Total140,1032425,6431,41

Tabel 3 Sawah di depan BS.NoNama daerah LatinJumlah individuKelimpahanKelimpahan relatifFrekuensi

1Belalang HijauAtractomorpha crenulata20,01967,8820,14

2Ctinogompus decoratus80,324159,50,57

3Capung jinggaOrthetrum testaceum10,00502,3320,07

4Kupu-kupu coklat mudaDoleschallia bisaltide10,00502,3320,07

6Belalang coklat panjangMoritala hmta10,00502,3320,07

7Belalang coklat belang-belangValanga nigricornis10,00502,3320,07

Total140,3636176,710,99

Tabel 4 Sawah depan BSNoNama daerahNama LatinJumlah individuKelimpahanKelimpahanRelatiffrekuensi

1Belalang HijauAtractomorpha crenulata10,00160,4760,04

2Capung hijauCtinogompus decoratus180,5625262,3360,75

3Kupu-kupu coklat mudaDoleschallia bisaltide20,00642,9840,08

4Belalang coklat panjangMoritala hmta30,0156,9950,125

Total240,5855272,7910,995

4.2 PembahasanAdapun klasifikasi jenis serangga klas insekta yang ditangkap adalah:Adapun klasifikasi jenis serangga klas insekta yang ditangkap adalah:1. KLASIFIKASI CAPUNG JARUMKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : OdonataFamily : CoenagrionidaeGenus : IschnuraSpecies : Ischnura senegalensisDeskripsi Serangga dengan panjang dan tubuh yang ramping. Sayap memanjang dan berantena dan bervena banyak serta membraneus. Sayap depan dan sayap belakangnya hampir sama bentuk dan ukuran. Antenna pendek seperti bulu yang keras. Saat istirahat sayap dikatupkan di atas tubuh atau kadang hanya dibentangkan. Metamorfosis hemimetabola. Serangga ini biasanya melakukan perkawinan saat terbang. Nimfa dan imagonya merupakan predator hama. Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, pada waktu istirahat posisi sayap tegak lurus dengan tubuh dan abdomennya ramping. Pada yang jantan terdapat 4 buah alat tambahan, betina mempunyai ovipositor yang berkembang baik serta nimfa mempunyai insang yang berbentuk daun dan berjumlah 3 buah Ciri-ciri famili ini abdomen panjang dan ramping, pangkal sayap berbentuk seperti batang. Dewasa berwarna hijau kekuningan dan hitam. Jantan mempunyai warna yang lebih indah dan mnyolok daripada yang betina. Ujung abdomen jantan berwarna hijau biru, sedang yang betina kehijauan (Lilies, 1991).

2. KLASIFIKASI CAPUNG HIJAUKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : OdonataFamily : LibellulidaeGenus : OrthetrumSpecies : Orthetrum sabinaDeskripsi Termasuk jenis capung predator yang rakus memangsa kutu, ngengat atau bahkan capung jenis lain. Tubuh berwarna hijau kekuningan berbelang hitam. Abdomen ramping dan membulat. Panjang abdomen 30-36 mm dan panjang sayap 30-36 mm. Pada pengamatan yang dilakukan didapat bagian-bagain capung jarum ini memiliki posisi kepala yaitu prognatus dengan antena berbentuk antenanya filiform. Kepala capung ini terbagi menjadi 3 ruas. Memiliki tipe mulut menggigit dan mengunyah. Mata majemuknya ada dan mata tunggalnya juga ada. Pada bagian toraksnya, protorak dan mesotorak ada serta sayap depan juga ada. Pada sayap depan teksturnya lembut dengan panjang yaitu kurang lebih sepanjang abdomen, berbentuk memanjang dengan rangka sayap ada, dan warnanya transparan. Capung ini memiliki sayap belakang dengan tekstur yang lembut licin, berbentuk memanjang dan panjangnya hampir sama dengan sayap depan, rangka sayapnya ada dan berwarna transparan. Pada bagian tungkai koksa, trokhanter, femur, tibia, dan tarsus. Tungkainya ini terdiri dari 5 ruas., terdpat claw, namun tidak terdapat arolium. Bentuk tungkainya fosorial dan cercusnya tidak ada. Panjang tubuhnya 2-3 cm dengan jumlah abdomen 6-8 ruas. Biasanya capung ini dapat ditemukan di daerah sawah, kebun dan hutan.

3. KLASIFIKASI BELALANG HIJAUKingdom: AnimaliaPhylum: ArthropodaClass: InsectaOrdo: OrthopteraFamily: PyrgomorphidaeGenus: AtractomorphaSpesies: Atractomorpha crenulataDeskripsi Belalang Atractomorpha crenulata memiliki tubuh yang terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen, pada bagian toraks terdiri atas satu pasang mata majemuk, satu pasang antenna, dan satu pasang alat-alat mulut (mandible, maksila, dan labium), seluruh bagian tubuhnya berwarna hijau. Kumpulan organ-organ tersebut berguna untuk mengunyah makanan, indera persepsi, koordinasi aktivitas tubuh, dan menjaga pusat-pusat koordinasi tubuh.Pada kepala berbentuk lancip dan terdapat seta dan sepasang antena yang berfungsi sebagai alat indera untuk mencium, penunjuk jalan, pendengaran, dan indera lainnya. Sepasang mata majemuk adalah penerima cahaya utama (photoreceptor) yang berfungsi untuk melihat dari segala arah. Masing-masing penerima cahaya terdiri dari penerima tunggal yang disebut ommatidia. Dada terdiri atas tiga segmen, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Satu pasng spirakel yang terbuka ke system pernapasan terdapat diantara protoraks dan mesotoraks dan satu pasang antara mesotoraks dan metatoraks.

4. KLASIFIKASI KUPU-KUPU COKLATKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : LepidopteraFamily : HesperiidaeGenus : BorboSpecies :Borbo cinnaraDeskripsi Serangga dengan panjang dan tubuh yang ramping. Sayap memanjang dan berantena dan bervena banyak serta membraneus. Sayap depan dan sayap belakangnya hampir sama bentuk dan ukuran. Antenna pendek seperti bulu yang keras. Saat istirahat sayap dikatupkan di atas tubuh atau kadang hanya dibentangkan. Metamorfosis hemimetabola. Serangga ini biasanya melakukan perkawinan saat terbang. Nimfa dan imagonya merupakan predator hama.

5.KLASIFIKASI BELALANG COKELAT PAHA BELANGKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : OrthopteraFamily : AcrididaeGenus : ValangaSpecies : Valanga nigricornis (H. Burmeister, 1838)Deskripsi Belalang ini berukuran saat dewasa mencapai 85 mm dengan warna coklat tua. Saat muda (Nimfa) berwarna hijau dan terkadang terdapat pola coklat dan oranye, kemudian berubah menjadi coklat sebelum kulitnya terkelupas (moulting). Selama musim dingin, belalang ini berhibernasi.Habitat belalang kayu di daun pada semak-semak dan di pohon dan memakan daun-daunan.Masuk dalam klasifikasi famili Acrididae karena ciri khas belalang kayu yaitu antena pendek, dan terdapat tympana (alat pendengaran pada serangga) pada segmen pertama abdomen.

6. KLASIFIKASI KUPU-KUPU PUTIHKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaClass : InsectaOrder : LepidopteraFamily : PieridaeGenus : LeptosiaSpecies : Leptosia ninaDeskripsi Leptosia nina memiliki sayap berwarna putih dan titik hitam pada ujung sayapnya pada masing-masing sayap depan. Sayap depan dan belakang hamper sama, namun sayap belakang memiliki warna kuning pucat. Panjang sayapnya mencapai 3 cm.Kupu-kupu ini memiliki nama inggris, yaitu The Psyche. Kupu-kupu ini terbang rendah pada rerumputan dan sangat lemah. Kupu-kupu ini banyak ditemukan pada daerah di sekitar KalI atau anak sungai kecil.7. KLASIFIKASI LEBAH MADUKingdomn : Animaliaphyilum : Arthropodaclass : InsectaOrder : HymenopteraFamily : ApidaeGenus : Apisspesies : Apis ceranaDeskripsi Apis cerana merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar mulai dari Afganistan, China, Jepang sampai Indonesia. Cara budidayanya sebagian besar masih tradisional, yaitu di dalam gelodok. Budidaya secara modern yaitu didalam kotak (steuep) yang dapat dipindah-pindahkan. Produksi madu Apis cerana dalam setahun dapat menghasilkan 2 5 kg madu per koloni.Berdasarkan tabel hasil pengamatan, tingkat kelimpahan tertinggi hewan arthropoda dari kelas insekta terdapat pada spesies capung hijau, yang tertangkap sejumlah 15 di gedung kedokteran dan 18 di gedung bs fmipa unib. kelimpahan tertinggi pada gedung kedokteran sebanyak 0,21442 dan kelimpahan terendah terdapat pada tabel 2 belakang kedokteran 0,1032,kelimpahan arteropoda capung hijau disebabkan karena capung hijau merupakan serangga eusosial yang penyebarannya sangat luas dan capung hijau memiliki memiliki kemampuan adaptasi sehingga keberadaannya lebih mendominasi dibandingkan serangga terbang yang lain.Di habitat alaminya, serangga terbang memiliki peran-peran ekologis yang penting. Sebagai bioindikator suatu area atau lokasi pada suatu ekosistem, oleh karena itu serangga terbang menjadi pemangsa utama terhadap invertebrata kecil. Serangga terbang membentuk simbiosis dengan berbagai serangga lainnya, tumbuhan, dan fungi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman serangga di kampus universitas bengkulu tepatnya di belakang kedokteran dan persawahan fmipa, dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga tidak mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang tidak memiliki sumber makanan yang melimpah sehingga mengakibatkan populasi serangga disekitar kampus terganggu.Pencemaran yang terjadi di sekitar kampus universitas bengkulu sudah memberi pengaruh yang cukup berarti pada serangga yang berada disekitar daerah kampus. Lingkungan tempat pengambilan sampel menjadi habitat yang tidak cocok untuk serangga-serangga tersebut, sehingga jumlah spesies serangga yang ada cenderung dalam jumlah yang banyak ada pula sedikit. Pada percobaan ini tentang indeks keanekaragaman serangga di lingkungan kampus, menggunakan alat yaitu insecnet (jaring serangga) yang terbuat dari jaring jaring yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap serangga.Rendahnya keanekaragaman insekta juga disebabkan karena aplikasi pestisida terhadap tumbuh-tumbuhan, pestisida dapat memberikan manfaat bagi tumbuhan tetapi pestisida juga memberikan efek yang negatif terhadapat keberlangsungan kehidupan serangga terbang, pestisida dapat menjadi faktor utama menurunnya kelimpahan serangga. Flint dan Bosch (1990) mengemukakan bahwa pestisida tidak hanya bersifat perusak biosfer melalui peracunan langsung dan tidak langsung terhadap organisme tetapi juga dapat mempengaruhi kelimpahan populasi jenis melalui penyederhanaan jaring-jaring makanan dari hewan pada jenjang tumbuh yang lebih tinggi.Keanekaragaman organisme di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut adalah faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil, yaitu ketinggian, lintang, letak, dan pH. Jumlah spesies dalam komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keanekaragaman spesies akan bertambah bila habitat, stabil atau sesuai dengan komunitas bersangkutan.Dengan keadaan lingkungan yang relatif stabil, serangga masih dapat menambah atau memperbesar jumlah populasinya serta memperbanyak variasi individunya. aktivitas manusia yang dapat mempersempit habitat serangga tersebut serta makanan yang tersedia mulai berkurang sehinnga tingkat kompetisi antara serangga menjadi tinggi sehingga serangga banyak yang melakukan emigrasi. BAB VKESIMPULAN

1. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ditemukan bahwa indeks keanekaragaman serangga di kampus universitas bengkulu tepatnya di belakang kedokteran dan persawahan fmipa, dikategorikan rendah karena diakibatkan oleh faktor lingkungan dan serangga tidak mampu beradaptasi karena lokasi pengamatan itu yang tidak memiliki sumber makanan yang melimpah sehingga mengakibatkan populasi serangga disekitar kampus terganggu.

2. tingkat kelimpahan tertinggi hewan arthropoda dari kelas insekta terdapat pada spesies capung hijau, yang tertangkap sejumlah 15 di gedung kedokteran dan 18 di gedung bs fmipa unib. kelimpahan tertinggi pada gedung kedokteran sebanyak 0,21442 dan kelimpahan terendah terdapat pada tabel 2 belakang kedokteran 0,1032,kelimpahan arteropoda capung hijau disebabkan karena capung hijau merupakan serangga eusosial yang penyebarannya sangat luas dan capung hijau memiliki memiliki kemampuan adaptasi sehingga keberadaannya lebih mendominasi dibandingkan serangga terbang yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeding behavior in insect herbivoras: Successeen as Bosch. 1990. Introduction To Integrated Pest Management. (Penerjemah: Kartini Indah K. dan John Priyadi). Yogyakarta: Kanisius.Gullan, P.J. & Cranston, P.S. 2005. The Insect: An Outline of Entomology. Blackwell Publishing Ltd. Victoria, Australia.Jasin . 1993. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdakarya : BandungLilies, S. Christina. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius: Yogyakarta.Michael, P. E. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia : Jakarta.Oka .2005. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya Di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.Pratiwi, E., A. Akhdiya, I.M. Samudra, dan B. Soegiarto. 1991. Isolasi gen penyandi toksin insektisidal dari bakteri simbion nematoda patogen serangga. Laporan Hasil Penelitian Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian 2004.Rozak.2006. EstimateS: statistical estimate of species richness and shared species different ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44.from sample. Version 6.0b1 Schoonhoven, L.M., Van Loon, J.J.A. & Dicke, M., 1998. Insect-Plant Biology. Oxford University Press. New YorkSiswanto dan Wirantno.2001.Biodervisitas serangga pada tanaman panili (Vlanillaplanipolia) dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding Seminar Nasional III). Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor.Sosromartono. 2000. Pekembangan populasi dan peranan serangga di pertanaman kedelai, Bogor.Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolahan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

LampiranPerhitungan kelimpahan kedokteran pengulangan 1 Pi = (1 + 15 + 1+ 3+2+2+1+1+1+1+2)

= 34

1. Ischnura senegalensisRumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,000842. Orthetrum sabina Rumus C=(Pi)2= (15/34)2= (0,44) 2= 0,193. Atractomorpha crenulataRumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,000844. Borbo cinnara Rumus C=(Pi)2= (3/34)2= (0,088) 2= 0,00775. Leptosia nina Rumus C = (Pi)2 = (2/34)2= (0,05) 2= 0,0256. Apis cerana Rumus C=(Pi)2= (2/34)2= (0,05) 2= 0,0257. Doleschallia bisaltide Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,000848. Orthetrum testaceum Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,000849. Valanga nigricornis Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,0008410. Moritala hmta Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2 = 0,0008411. Bermius odontocercus Rumus C=(Pi)2= (2/34)2= (0,05) 2= 0,02512. Belalang coklat perut besar Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,0008413. Pyrrocoris apterus Rumus C=(Pi)2= (2/34)2= (0,05) 2= 0,02514. Onychothemis coccinea Rumus C=(Pi)2= (1/34)2= (0,029) 2= 0,00084

Kedokteran 21. Orthetrum sabinaRumus C=(Pi)2= (9/14)2= (0,64) 2= 0,402. Atractomorpha crenulataRumus C = (Pi)2= (1/14)2= (0,071)2= 0,00503.Leptosia ninaRumus C = (Pi)2= (1/14)2= (0,071) 2= 0,00504. Apis ceranaRumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0,071) 2= 0,00505. Doleschallia bisaltideRumus C=(Pi)2= (2/14)2= (0,14) 2= 0,01966. Valanga nigricornisRumus C=(Pi)2= (3/14)2= (0.21) 2= 0,0447. Bermius odontocercus Rumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0.071) 2= 0.00508. Onychothemis coccineaRumus C=(Pi)2= (2/14)2= (0.14) 2= 0.0196Sawah di depan bs 11. Atractomorpha crenulataRumus C=(Pi)2= (2/14)2= (0.14) 2= 0.01962. Ctinogompus decoratusRumus C=(Pi)2= (8/14)2= (0.57) 2= 0.3243. Orthetrum testaceumRumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0.071) 2= 0.0054. Doleschallia bisaltideRumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0.071) 2= 0.0055. Moritala hmtaRumus C=(Pi)2 = (1/14)2= (0.071) 2= 0.0056. Valanga nigricornisRumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0.071) 2= 0.005Sawah depan bs 21. Atractomorpha crenulataRumus C=(Pi)2= (1/14)2= (0.071) 2= 0.0052. Ctinogompus decoratusRumus C=(Pi)2= (18/14)2= (1,28) 2= 0.56253. Doleschallia bisaltideRumus C=(Pi)2= (2/14)2= (0.142) 2= 0.00644. Moritala hmtaRumus C=(Pi)2= (3/14)2= (0.214) 2= 0.015

Perhitungan frekuensi2 .F (Frekuensi)Rumus : fi =

Kedokteran 11.Ischnura senegalensis fi = 1/34 = 0.03 2.Orthetrum sabina fi = 5/34 = 0.44 3.Atractomorpha crenulata fi = 1/34 = 0.03 4. Borbo cinnara fi = 3/34 = 0.095. Leptosia nina fi = 2/34 = 0.066. Apis cerana fi = 2/34 = 0.067. Doleschallia bisaltidefi = 1/34 = 0.03 8. Orthetrum testaceumfi fi = 1/34 = 0.039. Valanga nigricornis fi = 1/34 = 0.03 10. Moritala hmta fi = 1/34 = 0.0311. Bermius odontocercusfi = 2/34 = 0.0612. Belalang coklat perut besar fi = 1/34 = 0.03 13. Pyrrocoris apterus fi = 2/34 = 0.06 14. Onychothemis coccinea fi = 1/34 = 0.03 kedokteran 2 1. Ischnura senegalensisfi = 9/14 = 0.642. Atractomorpha crenulata fi = 1/14 = 0.073. Leptosia nina fi = 1/14 = 0.074. Apis ceranafi = 1/14 = 0.075. Doleschallia bisaltidefi = 2/14 = 0.146. Valanga nigricornisfi = 3/14 = 0.217. Bermius odontocercusfi = 1/14 = 0.078. Onychothemis coccineafi = 2/14 = 0.14Sawah di depan BS 11. Atractomorpha crenulata fi = 2/14 = 0.142. Ctinogompus decoratusfi = 8/14 = 0.573. Orthetrum testaceumfi = 1/14 = 0.074. Doleschallia bisal idefi = 1/14 = 0.075. Moritala hmtafi = 1/14 = 0.076. Valanga nigricornisfi = 1/14 = 0.07

Sawah di depan BS 21. Atractomorpha crenulata fi = 1/24 = 0.042. Ctinogompus decoratusfi = 18/24 = 0.753. Doleschallia bisaltide fi = 2/24 = 0.08 4. Moritala hmta fi = 3/24 = 0.125

Perhitungan kelimpahan relatif Kelimpahan Relatif (Kr)Kr = X100 Keterangan :Kr = kelimpahan relatifKi = kelimpahan Sp ke ik = jumlah kelimpahan SpKedokteran 11. Ischnura senegalensisRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.922. Orthetrum sabinaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 886.113. Atractomorpha crenulataRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.924. Borbo cinnaraRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.5915. Leptosia ninaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 11.666. Apis ceranaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 =11.667. Doleschallia bisaltideRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.928. Orthetrum testaceumRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.929. Valanga nigricornisRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.9210. Moritala hmtaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.9211. Bermius odontocercusRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 11.6612. Belalang coklat perut besarRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.9213. Pyrrocoris apterusRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 1.16614. Onychothemis coccineaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 3.92Kedokteran 21. Orthetrum sabinaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 191.0272. Atractomorpha crenulataRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 2.3323. Leptosia ninaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 2.3324. Apis ceranaRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 2.3325. Doleschallia bisaltideRumus : Kr = X100 Kr = X 100 = 7.8826. Valanga nigricornisKr = X 100 = 209.5247. Bermius odontocercusKr = X 100 = 2.3328. Onychothemis coccinea Kr = X 100 = 7.882Sawah di depan bs 11. Atractomorpha crenulataKr = X 100 = 7.8822. Ctinogompus decoratusKr = X 100 = 159.53. Orthetrum testaceum Kr = X 100 = 2.3324. Doleschallia bisaltideKr = X 100 = 2.3325. Moritala hmtaKr = X 100 = 2.3326. Valanga nigricornisKr = X 100 = 2.332

Sawah depan bs 21. Atractomorpha crenulataKr = X 100 = 0.4762. Ctinogompus decoratusKr = X 100 = 262.3363. Doleschallia bisaltideKr = X 100 = 2.98484. Moritala hmtaKr = X 100 = 6.99562

.

Anjing nopi